artikel diksi dan citraan dalam puisi karya w.s. rendra
TRANSCRIPT
ARTIKEL
Diksi Dan Citraan Dalam Puisi Karya W.S. Rendra
Dalam Buku Mari Berkenalan Dengan Puisi Karya Suminto
A. Sayuti.
OLIMPIA NORVESIA SINA. NIM 2014220341 Diksi Dan Citraan
Dalam Puisi Karya W.S. Rendra Dalam Buku Mari Berkenalan
Dengan Puisi Karya Suminto A. Sayuti. Skripsi. Ende. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Flores. 2018. Email
[email protected]/081363611803.
Masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah diksi yang terdapat pada
puisi karya W.S. Rendra dalam Buku Mari Berkenalan Dengan Puisi karya Suminto
A. Sayuti dan (2) Bagaimanakah citraan yang terdapat pada puisi karya W.S. Rendra
dalam Buku Mari Berkenalan Dengan Puisi karya Suminto A. Sayuti. Tujuan
penelitian ini adalah: (1) Untuk menemukan dan mendeskripsikan diksi pada puisi
karya W.S. Rendra dalam buku Mari Berkenalan Dengan Puisi karya Suminto A.
Sayuti dan (2) Untuk menemukan dan mendeskripsikan citraan pada puisi karya W.S.
Rendra dalam buku Mari Berkenalan Dengan Puisi karya Suminto A. Sayuti.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode kepustakaan karena
peneliti membaca, mencatat, menggaris bawahi. Data dianalisis dengan
menggunakan teori stilistika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada puisi karya W.S. Rendra dalam
buku Mari Berkenalan Dengan Puisi karya Suminto A. Sayuti terdapat diksi dan
citraan. diksi adalah sebagai berikut: (1) Puisi Khotbah yaitu diksi fantastis, molek
dan suci, mata kelinci, serigala, ra-ra-ra,hum-pa-pa,ra-ra-ra, sebagai rumputan, kita
harus berkembang biak, dalam persatuan dan cinta, grrr-grrr-hura. Hura, cha-cha-cha.
Cha-cha-cha, (2) Puisi Balada Lelaki Yang Luka yaitu diksi lelaki yang luka,
menyobek perut sepi, melekat dipunggung kuda, menapak atas dada bunda, (3) Puisi
Surat Cinta yaitu diksi peri dunia, mendesah, langit menangis, jenaka, kaki-kaki
hujan, gemerlapan, mendesah dalam gerimis, bagai angin laut, menjaringmu, (4)
Puisi Burung Hitam yaitu diksi burung hitam, syahdu, bebungaan,(5) Puisi Rakyat
Adalah Sumber Ilmu yaitu diksi irama kematian, irama kehidupan, deksura,
punjangga adalah roh, ratu adil, syahdan
Unsur citraan adalah sebagai berikut: (A) Citraan pada puisi Khotbah (1)
Citraan perasa , (2) Citraan pengelihatan, (3) Citraan penciuman, (4) Citraan perasa,
(5) Citraan penciuman ,(6) Citraan pendengaran, (7) Citraan pendengaran (B) Citraan
pada puisi Burung Hitam (1) Citraan pengelihatan, (C) Citraan pada puisi Balada
Lelaki Yang Luka (1) Citraan pengelihatan, (3) Citraan perasa , (4) Citraan
pengelihatan, (C) Citraan pada puisi Surat Cinta (1) Citraan pendengaran, (2) Citraan
perasa, (3) Citraan pendengaran, (E) Citraan pada puisi Rakyat Adalah Sumber Ilmu
(1) Citraan pendengaran.
Kata kunci: diksi dan citraan, puisi
PENDAHULUAN
Puisi merupakan salah satu genre sastra yang ditandai oleh penggunaan
bahasa yang padat, puisi mampu menciptakan dunia baru bagi penyair dan
pembaca atau penikmat puisi. Penyair menggunakan bahasa sebagai media
untuk menyampaikan maksudnya.
Karya sastra puisi adalah karya sastra yang terikat oleh bunyi bahasa
(rima, irama, intonasi), bentuk baris (larik) dan bait serta ditandai oleh
penggunaan bahasa yang padat. (Suharianto dalam Sehandi, 1982: 46)
menyatakan bahwa ciri utama karya sastra puisi bersifat konsentrif
(konsentrasi, pemusatan) dan (intensif intensifikasi, pemadatan). Mengenai
ciri ini, Suharianto mengungkapkan bahwa penyair hanya mengutarakan
secara detail apa yang disampaikannya, melainkan sebaliknya. Penyair hanya
mengungkapkan apa yang menjadi dasar saja menurut pikiran dan
perasaannya.
selain itu karya sastra mempunyai unsur pembentuk yaitu intrinsic dan
ekstrinsik (dari luar dan dari dalam yang membentuk karya sastra itu sendiri).
(Suharianto Sehandi, 2014: 49-55). Dalam puisi juga terdapat pembagian
jenisnya yaitu puisi lama dan puisi baru. Pembuatan karya sastra khususnya
karya sastra puisi harus betul- betul memperhatikan hal-hal seperti pemilihan
kata, frase, dan kalimat, karena disini penyair tidak hanya mendasari pada
makna, tetapi juga pada pembentukan bahasa. Kata, kalimat dan frasa
mempunyai perbedaan yaitu kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan
atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam bahasa, dan frasa merupakan gabungan dua kata
atau lebih yang bersifat non predikat sedangkan kalimat adalah kesatuan ujar
yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
Karya sastra puisi juga mempunyai unsur pembangunnya yaitu unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi struktur fisik dan batin.
(Aminuddin dalam Wisang, 2014:149) menyebutkan unsur yang membangun
karya sastra dari dalam seperti tema, alur, latar, sudut pandang dan amanat atau
pesan moral sedangkan unsur yang membangun karya sastra dari luar misalnya
kehidupan sosial pengarang dan agama. Unsur lahir ini menjadi petunjuk dan
tampak visual seperti diksi dan citraan.
Diksi adalah kata yang merupakan pergumulan penyair antara
kecakapan, kecermatan, ciri khas yang dapat dilihat pada puisi yang diciptakan
dan citraan atau pengimajian atau daya bayang merupakan pancingan yang
diberikan penyair lewat kata-kata yang ada dalam puisi sehingga pembaca atau
pendengar yang menikmati puisi dapat membayangkan sesuatu seolah-olah
dapat dilihat, dirasakan, didengar, dirasa, dicium, diraba.
Diksi dan citraan adalah suatu unsur yang sangat membangun dalam
proses pembuatan puisi karena diksi di sini mempunyai peranan penting
karena kata- kata adalah segala- galanya dalam puisi begitu pula dengan
citraan yang juga merupakan pengelaman indera yang terbentuk dalam rongga
imajinasi pembaca, yang timbulkan oleh sebuah kata atau oleh rangkaian
kata.dipahami secara ekspresif, dari sisi penyair, yakni ketika citraan
merupakan bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang dipergunakan oleh
penyair untuk membangun komunikasi estetik atau untuk menyampaikan
pengelaman inderanya.
Berbicara mengenai diksi dan citraan dalam puisi masing-masing
penyair menggunakan sumber yang berbeda-beda sejalan dengan gagasan yang
hendak dikomunikasikan jika dicermati, masing-masing penyair mempunyai
caranya sendiri dalam membangun diksi dan citraan, baik dalam hal jenis,
maupun sumber diksi dan citraan itu dalam karyanya. Ada yang bersumber dari
bidang keagamaan, filsafat, alam, kehidupan sehari- hari, mitos, maupun
legenda.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, dimana data yang di peroleh di uji kemampuannya dengan
kebenarannya tanpa menggunakan hipotesis variabel atau tanpa menggunakan
data statistik. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang di arahkan pada
latar dan individu secara holistik (Gunawan, 2013:82).
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan temuan dan pembahasan tentang diksi dan
citraan yang terdapat pada puisi karya W.S. Rendra dalam buku Mari Berkenalan
Dengan Puisi karya Suminto A. Sayuti. Buku Mari Berkenalan Dengan Puisi
merupakan buku kumpulan puisi yang di dalamnya terdapat banyak puisi dari
beberapa penyair atau pengarang. Penulis memilih sebagian dari puisi tersebut yaitu
lima puisi karya W.S. Rendra.
Temuan Penelitian
1. Diksi pada puisi W.S. Rendra dalam buku Mari Berkenalan Dengan Puisi
karya Suminto A. Sayuti adalah sebagai berikut: (1) Puisi Khotbah yaitu diksi
fantastis, molek dan suci, mata kelinci, serigala, ra-ra-ra, hum-pa-pa, ra-ra-ra,
sebagai rumputan, kita harus berkembang biak, dalam persatuan dan cinta, grrr-
grrr-hura. Hura, cha-cha-cha. Cha-cha-cha, (2) Puisi Balada Lelaki Yang Luka
yaitu diksi lelaki yang luka, menyobek perut sepi, melekat di punggung kuda,
menapak atas dada bunda, (3) Puisi Surat Cinta yaitu diksi peri dunia, mendesah,
langit menangis, jenaka, kaki-kaki hujan, gemerlapan, mendesah dalam gerimis,
bagai angin laut, menjaringmu, (4) Puisi Burung Hitam Yaitu diksi burung hitam,
syahdu, bebungaan,(5) Puisi Rakyat Adalah Sumber Ilmu yaitu diksi irama
kematian, irama kehidupan, deksura, punjangga adalah roh, ratu adil, syahdan.
2.Citraan sebagai berikut: (A) Citraan pada puisi Khotbah (1) Citraan
perasa, “disatu minggu siang panas,” (2) Citraan pengelihatan, wajahnya molek,
(3) Citraan penciuman “ tersebarlah bau keras,”(4) Citraan perasa, udara panas,
(5) Citraan penciuman “baunya busuk,” (6) Citraan pendengaran,” suara mereka
bersatu,” (7) Citraan pendengaran lalu tiba-tiba terdengar lengking jerit
perempuan tua, (B) Citraan pada puisi Burung Hitam (1) Citraan perasa,” burung
hitam adalah buah pohonan,” (C) Citraan pada puisi Balada Lelaki Yang Luka
(1) Citraan pengelihatan,” wajah para bunda, “(3) Citraan pengelihatan,” bagai
bulan redup putih,” (4) Citraan perasa, “di relung pengap dalam,” (C) Citraan
pada puisi Surat Cinta (1) Citraan pendengaran, “bagai bunyi tambur mainan,”(2)
Citraan perasa,” dan angin mendesah,” (3) Citraan pendengaran,” suara merdu
lembut,” (E) Citraan pada puisi Rakyat Adalah Sumber Ilmu (1) Citraan
pendengaran,” irama.”
Pembahasan terhadap penggunaan diksi dan citraan yang terdapat pada puisi
karya W.S. Rendra dalam buku Mari berkenalan Dengan Puisi karya Suminto A.
Sayuti dapat amati dalam uraian berikut ini.
Pembahasan
Diksi pada puisi karya W.S. Rendra dalam buku Mari Berkenalan Dengan
Puisi karya Suminto A. Sayuti.
1. Diksi“Fantastis”
Data 1
Fantastis.
Disatu minggu siang yang panas
di gereja yang penuh orangnya
seorang padri muda berdiri di mimbar. (Puisi Khotbah bait 1 baris 1)
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata Fantastis yang menggambarkan
tentang pengalaman tragis seorang padri muda pada saat menyampaikan khotbah
yang pertama dan terakhir kalinya. Peristiwa tersebut terjadi pada hari minggu siang
yang panas dalam sebuah gereja yang penuh sesak dengan jemaah.
2. Diksi “Molek”
Data 2
Fantastis.
Di satu minggu siang yang panas
Di gereja yang penuh orangnya
Seorang padre muda berdiri di mimbar
Wajahnya molek dan suci (Puisi Khotbah bait 1 larik 5)
Diksi pada penggalan puisi tersebut terdapat pada kata molek. Kata molek berarti
cantik atau elok, biasanya dihubungkan dengan wajah seorang gadis. Dalam jiwa
seorang gadis terkandung rujukan makna kesucian, belum ternoda.
3. Diksi“mata kelinci”
Data 3
Fantastis.
Di satu minggu siang yang panas
Di gereja yang penuh orangnya
Seorang padre muda berdiri di mimbar
Wajahnya molek dan suci
Matanya manis seperti mata kelinci
Dania mengangkat kedua tangannya (Puisi Khotbah bait 1 baris 6)
Diksi pada data tiga puisi tersebut terdapat pada kata mata kelinci. Kata kelinci
menimbulkan kesan baik, tetapi lemah, tidak mempunyai hasrat jahat kepada orang
lain. Namun kelinci sering dijadikan percobaan. Mata kelinci pada dasarnya tidaklah
lebih indah daripada mata hewan yang lain. Kemanisan matanya disebabkan
kepribadiannya yang lemah lembut. Demikian pula Padri muda itu cahaya matanya
mencerminkan jiwanya yang suci bersih.
4. Diksi“serigala”
Data 4
Orang-orang ini minta pedoman. Astaga .
Tuhanku, kenapa disaat ini kau tinggalkan daku.
Sebagai sekelompok serigala yang malas dan lapar (Puisi Khotbah bait 5 baris 3)
Diksi pada baris puisi tersebut terdapat pada kata serigala. Kata serigala
menggambarkan kekuasaan dan kegalakan karena menjadikan hewan lain sebagai
mangsanya. Terutama sekali hewan yang lemah. Rahang serigala yang menganga
tidak lain dari keadaan buruk yang sedang menyekap kehidupan indera pada manusia,
mulut yang menganga telah membanyangkan apa yang akan terjadi dengan kelinci
itu, yakni sang padri muda itu.
5. Diksi“Ra-ra-ra, hum-pa-pa, ra-ra-ra
Data 5
“Saudara-saudaraku, para anak Bapak di Surga.
Inilah khotbahku yang pertama.
Hidup memang berat.
Gelap dan berat.
Kesengsaraan banyak jumlahnya.
Maka dalam hal ini
Kebijaksanaan hidup adalah ra-ra-ra.
Ra-ra-ra, hum-pa-pa, ra-ra-ra (Puisi Khotbah bait 8 baris 8)
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata Ra-ra-ra, hum-pa-pa. Kata Ra-
ra-ra, hum-pa-pa. Menyatakan seluruh jemaah karena mereka kehilangan
kepribadian masing-masing dan menjadi sekelompok hewan yang siap untuk
bertindak mengikuti naluri kebinatangannya.
6. Diksi“Sebagai rumputan Kita harus berkembang biak
Dalam persatuan dan cinta”
Data 6
Cinta harus kita muliakan.
Cinta di belukar.
Cinta di took Arab.
Cinta dibelakang halaman gereja.
Cinta itu persatuan dan tra-la-la.
Tra-la-la. La-la-la. Tra-la-la
Sebagai rumputan
Kita harus berkembang biak
Dalam persatuan dan cinta (Puisi Khotbah bait 16 larik 9
Diksi pada larik tersebut terdapat pada kata Sebagai rumputan, Kita harus
berkembang biak, dalam persatuan dan cinta merupakan pernyataan yang
diungkapkan dari sang padri yang merupakan kebijaksanaan cinta untuk berkembang
biak itu dibandingkan dengan rumput yang selalu bersatu dalam cinta.
7. Diksi “Grrr-grrr-hura. Hura. Cha-cha-cha. Cha-cha-cha”
Data 7
Sebagai binatang orang-orang bersorak:
Grrr-grrr-hura. Hura.
Cha-cha-cha. Cha-cha-cha. (Puisi Khotbah bait 19 larik 2 dan 3)
Diksi pada baris puisi tersebut terdapat pada kata Grrr-grrr-hura. Hura. Cha-
cha-cha. Cha-cha-cha. Menggambarkan sebagai binatang mereka bersorak. Dalam
sorakan grrr hura cha-cha-cha masih dapat dibayangkan bahwa mereka adalah
manusia tetapi telah menjadi hewan. Grrrr adalah suara hewan dan hura adalah pekik
atau suara manusia.
8. Diksi“Lelaki yang luka”
Data 8
Lelaki yang luka
Biarkan ia pergi, mama (Puisi Balada Lelaki Yang Luka bait 1 larik 1)
Diksi data delapan puisi tersebut terdapat pada kata Lelaki yang luka itu
menggambarkan seorang lelaki yang malang yang tidak tahu arah yang hidupnya
penuh dengan penderitaan dan suka menyendiri atau mengembara ke tempat yang
sepi.
9. Diksi“Menyobek perut sepi”
Data 9
Sempoyongan tubuh kerbau
Menyobek perut sepi (Puisi Balada Lelaki Yang Luka bait 2 larik 2)
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata Menyobek perut sepi yang
menggambarkan suatu keadaan yang sangat menderita dan luka yang sangat
menyakitkan.
10. Diksi“Melekat dipunggung kuda”
Data 10
Ajal! Ajal!
Betapa pulas tidurnya
Di relung pengap dalam
Siapa akan diserunya?
Siapa leluhurnya?
Lelaki yang luka
Melekat dipunggung kuda (Puisi Balada Lelaki Yang Luka bait 3 larik 7)
Diksi pada baris puisi tersebut terdapat pada kalimat melekat dipunggung kuda
yang menggambarkan betapa parahnya atau betapa susahnya merasakan lukanya itu
di dada. Ibaratnya orang yang menunggang kuda tanpa menggunakan pelana pasti
terasa sakit.
11. Diksi“Menapak atas dada bunda”
Data 11
Tiada sumur bagai lukanya
Tiada dalam bagai pedihnya.
Dan asap belerang
Menyapu kedua mata.
Betapa kan dikenalnya bulan?
Betapa kan bisa menyusu dari awan?
Lelaki yang luka
Tiada tahu kata dan bunga.
Pergilah lelaki yang luka
Tiada berarah, anak dari angin.
Tiada tahu siapa dirinya
Didaki segala gunung tua.
Siapakan beri akhir padanya?
Menapak kaki kuda
Menapak atas dada-dada bunda (Puisi Balada Lelaki Yang Luka bait 4 baris 15)
Diksi pada penggalan puisi tersebut terdapat pada kalimat menapak atas dada
bunda. Menggambarkan penderitaan seorang bunda yang kehilangan anak yang
sangat dicintainya karena kehidupannya yang terombang-ambing.
12. Diksi“Peri dunia dan Mendesah”
Data 12
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah ( Puisi Surat cinta bait 1 baris 4 dan 5)
Diksi data duabelas puisi tersebut terdapat pada kata peri dunia dan mendesah.
Menggambarkan seorang gadis cantik yang dicintai oleh seseorang yang diibaratkan
seperti seorang peri yang cantik. Mendesah menggambarkan perasaan cinta yang
kuat penyair kepada dik Narti.
13. Diksi“langit menangis dan jenaka”
Data 13
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis (puisi Surat Cinta bait 2 larik 2 dan 6)
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata langit menangis dan jenaka.
Langit menangis menggambarkan perasaan cinta yang kuat antara penyair dan dik
Narti seolah-olah tergambar rasa kecemburuan seseorang yang melihat atau
menyaksikan kisah penyiksaan antara penyair dan dik Narti. Jenaka menggambarkan
dalam kehidupan cinta sering kali menjadi pemicu tragedi sosial, maka dari itu
seperti anak-anak yang bermain dalam kolam kemudian terjadi pertengkaran.
14. Diksi“kaki hujan dan gemerlapan”
Data 14
kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya dibumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan ( puisi Surat Cinta bait 3 larik 1 dan 4)
Diksi pada penggalan puisi tersebut terdapat pada kata kaki-kaki hujan dan
gemerlapan. Kaki-kaki hujan menggambarkan kekuatan rasa cinta yang mendalam
antara penyair dan dik Narti. Gemerlapan menggambarkan keingginan penyair pada
kecantikan dan keindahan dik Narti.
15. Diksi“mendesah dalam gerimis dan tangan gaib”
Data 15
Semangat kehidupan yang kuat
Bagai berjuta-juta jarum alit
Menusuki kulit langit:
Kantong rejeki dan restu wingit.
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
Mendesah dalam gerimis
Semangat cintaku yang kuat
Bagai seribu tangan gaib (Puisi Surat Cinta bait 6 larik 7 dan 9)
Diksi data limabelas puisi tersebut terdapat pada kata mendesah dalam gerimis dan
tangan gaib. Mendesah dalam gerimis menggambarkan perjalanan kisah cinta sang
penyair dengan wanita pujaannya. Tangan gaib menggambarkan terjadinya mukjizat
antara kisah percintaan penyair dan dik Narti yang mengharapkan direstui oleh orang
tua.
16. Diksi“bagai angin laut”
Data 16
Engkau adalah putri duyung
Tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
Bagai angin laut,
mendesahlah bagiku! .(Puisi Surat Cinta bait 7 baris 5)
Diksi pada baris puisi tersebut terdapat pada kata bagai angin laut. Bagai angin
laut menggambarkan kemerduan suara, kelemah-lembutan tutur kata dari dik Narti.
17. Diksi“menjaringmu”
Data 17
Engkau adalah putri duyung
Tergolek lemas
Mengejap-kejapkan matanya yang indah
Dalam jaringku.
Wahai, putrid duyung,
Aku menjaringmu (Puisi Surat Cinta bait 8 baris 6)
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata menjaringmu. Menjaringmu
menggambarkan keseriusan dari penyair yang ingin melamar dik Narti untuk menjadi
istri, dan memberikan keturunan.
18. Diksi“Burung hitam, Syahdu, Bebungaan”
Data 18
Burung hitam manis dari hatiku
Betapa cekatan dan rindu sebagai syahdu
Burung hitam adalah buah pohonnan
Burung hitam didada adalah bebungaan (Puisi Burung Hitam bait 1 larik 1, 2,
dan 4)
Diksi data delapanbelas puisi tersebut terdapat pada kata burung hitam, syahdu,
dan bebungaan. Burung hitam menggambarkan ungkapan cinta sang penyair yang
mempunyai perasaan kepada sang pujaan hati di dalam hatinya dia memiliki
keberanian yang kuat dan dengan kesetiaan mau mengungkapkan perasaannya itu.
Syahdu menggambarkan suasana merindu kepada pujaan hati saat kesepian
melanda sang penyair. Bebungaan menggambarkan satu hal yang membuat hati
berdebar-debar dan sangat menyenangkan.
19. Diksi“Irama kematian dan Irama kehidupan”
Data 19
di dalam masyarakat:
pujangga adalah roh
pemerintah adalah badan
tanpa roh
negara adalah robot
tanpa badan
negara adalah hantu
roh dan badan
tak bisa dipisahkan
keduanya harus saling berimbangan
Kalah atau menang
Itulah irama kematian
Imbang berimbang
Itulah irama kehidupan. (Puisi Rakyat adalah Sumber Ilmu bait 1 larik 13 dan
14)
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata irama kematian dan irama
kehidupan. Irama kematian menggambarkan kehidupan manusia di muka bumi
ini tidak ada yang kekal, semuanya akan mati tanpa terkecuali. Irama kehidupan
menggambarkan kehidupan yang adil dan merata antara pemerintah dan rakyat,
tidak pandang bulu, dan memandang bahwa semuanya sama di mata hukum.
20. Diksi“Pujangga adalah roh”
Data 20
Pendeta raja itu tidak ada
Pendeta raja itu palsu
Pendeta raja itu penindas dan penjajah
Pendeta itu raja deksura
Pendeta raja itu
Merusak keseimbangan
Merusak hubungan antara manusia
Maka didalam masyarakat
Pujangga adalah roh
Pemerintah adalah badan (Puisi Rakyat adalah Sumber Ilmu bait 2 larik 9 )
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata deksura dan pujangga adalah roh
mangartikan sebagai seorang raja atau petinggi yang berhati dan berpikiran namun
tidak memiliki semangat hidup sebagai seorang manusia.
21. Diksi“ratu adil”
Data 21
Janganlah kita menunggu ratu adil
Ratuadil bukanlah orang (Puisi Rakyat adalah Sumber Ilmu bait 4 larik 1)
Diksi pada larik puisi tersebut terdapat pada kata ratu adil yang artinya sebagai
manusia yang hidup saling merusak hubungan manusia dan menginginkan seorang
yang dapat membawa kebijaksanaan, kebenaran, dan keadilan.
22. Diksi“Syahdan”
Data 22
Syahdan
Didalam alam hanyalah ada
Satu wahyu (Puisi Rakyat adalah Sumber Ilmu bait 5 larik 1)
Diksi pada baris puisi tersebut terdapat pada kata Syahdan mengartikan bahwa
manusia membutuhkan yang namanya kehidupan selanjutnya dengan pemimpin yang
lebih bijaksana, adil dan memiliki kebenaran.
Citraan pada puisi karya W.S. Rendra dalam buku Mari Berkenalan Dengan
puisi karya Suminto A. Sayuti.
22. Citraan“perasa”
Data 23
Fantastis
Disatu minggu siang yang panas (Puisi Khotbah bait 1 larik 2)
Citraan yang terdapat pada penggalan puisi tersebut terdapat pada kalimat disatu
minggu siang yang panas yaitu citraan perasa. Di satu minggu siang yang panas di
sini menggambarkan suatu hari yang sangat panas dan hari yang panas dapat
dirasakan oleh semua orang. Seperti juga dengan umat yang meskipun cuacanya
panas pada saat hari minggu itu tapi mereka tetap mau mendengar khotbah seorang
Padri muda.
23. Citraan“pengelihatan”
Data 24
Fantastis.
Di satu minggu siang yang panas
Di gereja yang penuh orangnya
Seorang padri muda berdiri di mimbar
Wajahnya molek dan suci
Matanya mani sseperti mata kelinci (Puisi Khotbah bait 1 larik 5)
Citraan yang terdapat pada baris puisi tersebut terdapat pada kalimat wajahnya
molek dan suci yaitu citraan penglihatan. Wajah itu dapat dilihat dengan mata bukan
dengan indera lain seperti pada larik puisi di atas para jemaah melihat wajah seorang
padri mudah itu molek dan suci.
24. Citraan“penciuman”
Data 25
Orang-orang tidak beranjak
Mereka tetap duduk rapat berdesak.
Ada juga banyak yang berdiri.
Mereka kaku. Tak mau bergerak.
Mata mereka menatap bertanya-tanya.
Mulut mereka menganga
Berhenti berdoa
Tapi ingin benar-benar mendengar.
Kemudian dengan serentak mereka mengesah
Dan berbareng dengan suara aneh dari mulut mereka
Tersebarlah bau keras
Yang perlu dicegah dengan segera (Puisi Khotbah bait 2 larik 11)
Citraan pada larik puisi tersebut terdapat pada kalimat tersebarlah bau keras.
Tersebarlah bau keras merupakan citraan penciuman . Bau biasanya dirasakan oleh
indera penciuman yaitu hidung. Di mana pada bait kedua tersebarlah bau keras bau
yang dihasilkan oleh mulut mereka yang menganga, serta keringat para jemaat.
25. Citraan“perasa”
Data 26
Keringat bercucuran di lantai
Kerna udara yang panas (Puisi Khotbah bait 7 larik 2)
Citraan data duapuluh lima puisi tersebut terdapat pada kalimat udara yang panas.
Udara yang panas merupakan citraan perasa dimana panas itu pasti dirasakan oleh
semua orang. Udara panas di sini menggambarkan sebagai suasana yang mencekam
yang menantikan khotbah dari seorang Padri.
26. Citraan“penciuman”
Data 27
Keringat bercucuran di lantai
Kerna udara yang panas
Baunya busuk luar biasa
Dan pertanyaan-pertanyaan mereka pun berbau busuk juga. (Puisi Khotbah bait 7
larik 4)
Citraan pada baris puisi tersebut terdapat pada kalimat baunya busuk luar biasa.
Baunya busuk merupakan citraan penciuman. Di mana digambarkan sebagai bau
yang dihasilkan dari para jemaah dari keringat, dan bau mulut dari pertanyaan mereka
yang haus akan amanat yang berlebih-lebihan.
27. Citraan“pendengaran”
Data 28
Dengan gembira orang-orang menyambut bersama.
La-la-la, li-li-li, la-li-lo-lu.
Mereka berdiri. Menghentakkan kaki ke lantai.
Berderap serentak dan seirama.
Suara mereka bersatu. (Puisi Khotbah bait 12 larik 5)
Citraan pada larik puisi tersebut terdapat pada kalimat suara mereka bersatu. Suara
mereka bersatu merupakan citraan pendengaran karena suara biasanya bisa didengar
oleh indera pendengaran yaitu telinga. Yang menggambarkan kekompakan para
jemaat dalam suara persatuan yang kuat.
28. Citraan“pendengaran”
Data 29
Seluruh gereja rontok
Cha-cha-cha
Binatang-binatang yang basah berkeringat dan deras
Napasnya berlarian kian kemari.
Cha-cha-cha. Cha-cha-cha.
Lalu tiba-tiba terdengar lengking jerit perempuan tua:
“Aku lapar. Lapaar. Lapaaaar.” ( Puisi Khotbah bait 20 larik 6)
Citraan pada penggalan puisi tersebut terdapat pada kalimat lalu tiba-tiba terdengar
lengking jerit perempuan tua. Yang merupakan citraan pendengaran karena suara
lengking jerit tersebut dapat didengar oleh indera pendengaran yaitu telinga. Larik
tersebut menggambarkan sosok perempuan tua yang menjerit kelaparan karena
perutnya belum terisi dengan makanan apapun.
29. Citraan“perasa”
Data 30
Burung hitam manis dari hatiku
Betapa cekatan dan rindu sebagai syahdu
Burung hitam adalah buah pohonan ( Puisi Burung hitam bait 1 larik 3)
Citraan pada baris puisi tersebut terdapat pada kalimat Burung hitam adalah buah
pohonan adalah citraan perasa. Dimana burung hitam itu dilamabangkan sebagai
cintaku padamu dan buah pohonan melambangkan sosok seorang wanita.
30. Citraan“pengelihatan”
Data 31
Sempoyongan tubuh kerbau
Menyobek perut sepi.
Dan wajah para bunda
Bagai bulan redup putih (Puisi Balada Lelaki yang Luka bait bait 2 larik 3)
Citraan pada penggalan puisi tersebut terdapat pada kalimat wajah para bunda.
Wajah itu dapat dilihat oleh indera pengelihatan bukan dengan indera lainnya maka
wajah para bunda merupakan citraan pengelihatan dimana menggambarkan sosok
para bunda yang kelihatan bagai bulan redup putih.
31.Citraan“pengelihatan”
Data 32
Sempoyongan tubuh kerbau
Menyobek perut sepi.
Danwajah para bunda
Bagai bulan redup putih ( Puisi Balada Lelaki yang Luka bait 2 larik
Citraan pada baris puisi tersebut terdapat pada kalimat Bagai bulan redup putih
yang merupakan citraan pengelihatan yang menggambarkan bulan putih sebagai
wajah yang pucat pasi akibat dirundung kemalangan.
32. Citraan“perasa”
Data 33
Ajal! Ajal!
Betapa pulas tidurnya
Di relung pengap dalam!
Siapa akan diserunya? (Puisi Balada Lelaki yang Luka bait 3 baris 3)
Citraan data tiga puluh dua pada puisi tersebut terdapat pada kalimat Di relung
pengap dalam! Yang merupakan citraan perasa menggambarkan suasana hati yang
sedang dirundung duka.
33. Citraan“pendengaran”
Data 34
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib (Puisi Surat cinta bait 1 larik 3)
Citraan pada larik puisi tersebut terdapat pada kalimat Bagai bunyi tambur mainan
yang merupakan citraan pendengaran. Orang memainkan sebuah alat musik pasti
didengarnya oleh indera pendengaran seperti pada larik puisi tersebut
menggambarkan cinta seorang penyair kepada dik narti seperti bunyi tambur yang
dimainkan anak-anak.
34. Citraan“perasa”
Data 35
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah. (Puisi Surat cinta bait 1 larik 5)
Citraan pada larik puisi tersebut terdapat pada kalimat Dan angin mendesah yang
merupakan citraan perasa dimana penyair merasakan angin yang mendesah ketika
menulis surat cintanya.
35. Citraan“pendengaran”
Data 36
Engkau adalah putri duyung
tawananku.
Putri duyung dengan
Suara merdu lembut
Bagai angin laut (Puisi Surat cinta bait 7 larik 4)
Citraan pada baris puisi tersebut terdapat pada kalimat Suara merdu lembut yang
merupakan citraan pendengaran. Pada larik puisi tersebut si penyair menggambarkan
kekasihnya itu seperti putri duyung yang mempunyai suara merdu dan lembut bila
didengar olehnya.
36. Citraan“pendengaran”
Data 37
di dalam masyarakat:
pujangga adalah roh
pemerintah adalah badan
tanpa roh
negara adalah robot
tanpa badan
negara adalah hantu
roh dan badan
tak bisa dipisahkan
keduanya harus saling berimbangan
Kalah atau menang
Itulah irama kematian (Puisi Rakyat adalah Sumber Ilmu bait 1 larik 12)
Citraan pada penggalan puisi tersebut terdapat pada kata irama yang merupakan
citraan pendengaran. Irama dalam sebuah musik yang dimainkan didengar oleh
semua orang yang mendengar. Begitu pun pada larik puisi tersebut menggambarkan
kehidupan manusia yang penuh dengan keaneka ragaman kehidupan.
Simpulan
Unsur diksi dan citraan pada puisi karya W.S. Rendra dalam buku Mari
Berkenalan Dengan Puisi karya Suminto A. Sayuti yang diteliti penulis meliputi
penggunaan bahasa dan pemilihan kata dalam puisi-puisi tersebut.
Unsur diksi adalah sebagai berikut: (1) Puisi Khotbah yaitu diksi fantastis, molek dan
suci, mata kelinci, serigala, ra-ra-ra,hum-pa-pa,ra-ra-ra, sebagai rumputan, kita harus
berkembang biak, dalam persatuan dan cinta, grrr-grrr-hura. Hura, cha-cha-cha. Cha-
cha-cha, (2) Puisi Balada Lelaki Yang Luka yaitu diksi lelaki yang luka, menyobek
perut sepi, melekat dipunggung kuda, menapak atas dada bunda, (3) Puisi Surat Cinta
yaitu diksi peri dunia, mendesah, langit menangis, jenaka, kaki-kaki hujan,
gemerlapan, mendesah dalam gerimis, bagai angin laut, menjaringmu, (4) Puisi
Burung Hitam Yaitu diksi burung hitam, syahdu, bebungaan,(5) Puisi Rakyat Adalah
Sumber Ilmu yaitu diksi irama kematian, irama kehidupan, deksura, punjangga adalah
roh, ratu adil, syahdan
Unsur citraan adalah sebagai berikut: (A) Citraan pada puisi Khotbah (1)
Citraan perasa , disatu minggu siang panas,(2) Citraan pengelihatan, wajahnya
molek,(3) Citraan penciuman tersebarlah bau keras,(4) Citraan perasa, udara panas,
(5) Citraan penciuman baunya busuk,(6) Citraan pendengaran, suara mereka
bersatu,(7) Citraan pendengaran lalu tiba-tiba terdengar lengking jerit perempuan
tua, (B) Citraan pada puisi Burung Hitam (1) Citraan pengelihatan, burung hitam, (C)
Citraan pada puisi Balada Lelaki Yang Luka (1) Citraan pengelihatan, wajah bunda,
(3) Citraan perasa direlung pengap dalam, (4) Citraan pengelihatan, bagai bulan
redup putih, (C) Citraan pada puisi Surat Cinta (1) Citraan pendengaran, bagai bunyi
tambur mainan,(2) Citraan perasa, dan angin mendesah, (3) Citraan pendengaran,
suara merdu lembut, (E) Citraan pada puisi Rakyat Adalah Sumber Ilmu (1) Citraan
pendengaran, irama.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Deo, Susana. 2012. ”Analisis Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kumpulan Puisi
Jelata Karya Jhon Dami Mukese (Skripsi)”. Ende : Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. FKIP. Universitas Flores.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:
BumiAksara
Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Moeleong, Lexi. 2011. Metodologi Kualitatif. Bandung: PT Remaja.
Munir, Saiful dkk.2013. Jurnal Sastra Indonesia. Diksi Dan Majas Dalam Kumpulan
Puisi Nyanyian Dalam Kelam Karya Sutikno W.S. Volume 2. No 1.
Novita, Elisabeth. 2014. “Diksi dan Gaya Bahasa dalam Buku Seperti Sungai
Mengalir Kumpulan Renungan dan Cerita Pendek Karya Paulo Coelho
(Skripsi)”. Ende: PBSI, FKIP Universitas Flores.
Pradopo. Djoko. R. 2002. Kritik Sastra Modern. Yogyakarta: Gama Media.
Ratnasari, Sri Dewi dkk. 2015. Artikel Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi
Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya. Culture. Volume 2.
No 1.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013.Glosarium:1.250 Entri Kajian Sastra, Seni, dan Sosial
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Cetakan ke-2. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya
Sehandi ,Yohanes. 2014.Mengenal 25 Teori Sastra.Yogyakarta: PT Ombak.
Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Penelitian Data. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.
Suyanto, Bagong Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Kencana.
Waluyo. Herman. J. 2002. Apresiasi Puisi Panduan untuk Pelajar dan Mahasiswa.
Jakarta: PT Gramedia.
Wissang, Oliva Imelda. 2014. Memahami Puisi. Yogyakarta:PT Ombak.