diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha...

49
LAPORAN NARASI Pengembangan Learning Site Untuk Implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di Jawa Tengah dan DIY Periode: Januari Juli 2011 Disampaikan kepada Multistakeholder Forestry Program II Oleh: ARuPA & SHOREA

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

LAPORAN NARASI

Pengembangan Learning Site Untuk Implementasi Sistem

Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di Jawa Tengah dan

DIY

Periode: Januari – Juli 2011

Disampaikan kepada Multistakeholder Forestry Program II

Oleh:

ARuPA & SHOREA

Page 2: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

2

A. RINGKASAN DESAIN PROYEK

a. Latar Belakang

Degradasi sumberdaya hutan terjadi karena tindakan pengelolaan hutan yang

tidak memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian hutan. Diantarnya disebabkan

penebangan yang tidak terkendali, sekaligus maraknya illegal logging.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard

Dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Dan Verifikasi

Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin Atau Pada Hutan Hak, menjadi kebijakan penting

untuk menjawab fenomena illegal logging. Regulasi ini mencakup standard dan

pedoman pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu.

Namun, kebijakan baru ini masih membutuhkan strategi yang sinergis baik di

tingkat nasional maupun regional dalam implementasinya. Strategi ini berkaitan dengan

penyiapan kelembagaan implementasi standar legalitas kayu, yang akan meliputi

akreditasi, verifikasi, monitoring, license, dan resolusi konflik.

Kesiapan parapihak terutama pada level pengelola hutan skala mikro dan kecil

belum ada respon terhadap kebijakan SVLK apalagi untuk implementasinya. Hal itu

dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman parapihak tentang apa dan bagaimana

kebijakan baru tersebut. Terlebih bagi pihak yang secara mandatory (diwajibkan)

melakukan sertifikasi bagi pengelolaan hutan, legalitas kayu, dan industri kayu (hilir).

Sebagai proses pembelajaran implementasi SVLK, sangat penting membangun

Learning site untuk implementasi SVLK di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Learning

site ini dapat dijadikan pembelajaran bagi parapihak sekaligus dapat memberikan input

untuk perbaikan sistem. Peran parapihak sangat dibutuhkan untuk menyampaikan input

tersebut.

Sebagai kebijakan baru pastilah dalam penerapannya memerlukan tingkat

pemahaman dan kapasitas kelembagaan yang memadai untuk parapihak terkait. Bukan

hanya itu, pada tahap awal penerapannya diduga perlu adanya suatu „pembelajaran‟

dari sistem dan prosedur kebijakan terkait dalam bentuk learning site SVLK yaitu VLK

IUPHHK Hutan Kemasyarakatan dan VLK hutan rakyat/hak. Learning site ini paling

tidak dimaksudkan untuk beberapa tujuan sebagai berikut: a) Membangun lokasi dan

proses pembelajaran untuk penerapan SVLK; b) Mengetahui apakah terdapat „gap‟

antara sistem dan prosedur SVLK dengan implementasinya di lapangan; c) Peningkatan

kapasitas parapihak yang terkait dalam SVLK; dan d) Improvement kebijakan SVLK.

Page 3: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

3

Oleh karena itu proyek ini akan meng-intervensi kondisi saat ini sehingga dapat

diperoleh pembelajaran bersama untuk implementasi kebijakan SVLK. Pembelajaran

bersama tersebut tentunya harus didukung oleh multipihak sehingga hasil pembelajaran

merupakan produk bersama. Selanjutnya hasil pembelajaran dapat direplikasi untuk

daerah-daerah lain dengan penyempurnaan yang disesuaikan dengan kharakteristiknya.

Kegiatan ini akan memberikan manfaat langsung bagi kelompok sasaran proyek

(meliputi: pengelola hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan). Selain itu manfaat tidak

langsung diharapkan dapat dirasakan oleh pemerintah kabupaten, kementerian

kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan.

b. Tujuan dari Proyek

Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi Legalitas

Kayu (SVLK) Kelompok Usaha Kehutanan Mikro dan Kecil yang implementatif dan

dipahami oleh parapihak terkait di Jawa Tengah dan DIY

c. Output dari Proyek

Output yang diharapkan melalui proyek ini adalah:

1. Peningkatan pemahaman pengelola dan terimplementasinya SVLK dalam

pengelolaan sumberdaya hutan untuk HKm dan Hutan Rakyat

2. Tersedianya lesson learned dan rekomendasi implementatif dari penerapan SVLK

pada unit manajemen hutan skala mikro dan kecil

Dengan indikator-indikator untuk mengukur keberhasilan sebagai berikut:

1. Adanya pemahaman di tingkat tokoh masyarakat/perangkat desa yang terlibat

langsung dalam tata usaha kayu rakyat tentang SVLK

2. Adanya pemahaman pengelola dan terimplementasinya SVLK dalam pengelolaan

sumberdaya hutan skala mikro dan kecil (HKm dan Hutan Rakyat)

3. Adanya komitmen parapihak dalam implementasi SVLK

4. Tersedianya lesson learned dan rekomendasi implementatif dari penerapan SVLK

pada unit manajemen skala mikro dan kecil

Page 4: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

4

d. Tindak Strategis

Tindak strategis proyek ini terdiri atas 3 hal, yaitu:

1) Pengembangan kapasitas para pihak yaitu dengan sosialisasi dan pelatihan SVLK

untuk Kelompok Hutan Rakyat, Petani Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan

pemangku kepentingan di level kabupaten

2) Pengembangan learning site melalui pendampingan VLK serta asistensi latih

damping; dan

3) Knowledge management (lesson learned development) melalui database interaktif

Page 5: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

5

B. EXSECUTIVE SUMMARY

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2011 dengan lokasi

site di unit manajemen hutan rakyat skala mikro di Kabupaten Wonosobo dan

Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah serta Pemegang Ijin Hutan Kemasyarakatan

(HKm) di Yogyakarta. Pada bulan Juni 2011 lokasi pembelajaran ditambah di

Gunungkidul dengan memfasilitasi Koperasi Wana Manunggal Lestari dalam penilaian

verifikasi legalitas kayu.

Untuk percepatan implementasi SVLK di ketiga site dilakukan upaya-upaya

untuk memperoleh dukungan dari para pihak terutama dukungan pemerintah kabupaten

maupun dinas kehutanan propinsi. Berbagai upaya tersebut antara lain; 1) melakukan

audensi dengan pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo, Blora dan Gunungkidul; 2)

melakukan koordinasi dengan forum multipihak yang telah ada di masing-masing

daerah, misalnya: Forum Hutan Wonosobo (FHW), Pokja Hutan Rakyat Lestari

Gunung Kidul dan Pokja Pemberdayaan DIY; dan 3) meningkatkan kapasitas parapihak

terutama terhadap SVLK misalnya: sosialisasi, pelatihan, workshop dan seminar.

Sebagai sebuah kebijakan baru, SVLK belum banyak diketahui apalagi

dipahami oleh masyarakat, petani, swasta ataupun pihak pemda. Selama enam bulan ini

banyak dilakukan upaya untuk memahamkan parapihak dan peningkatan kapasitas

tentang SVLK (Permenhut no.38 th 2009); upaya tersebut antara lain: 1) sosialisasi

kebijakan SVLK melalui pertemuan multipihak di Kabupaten Wonosobo, Blora, Pokja

pemberdayaan dan Pokja HRL; 2) pelatihan mengenai kebijakan pengukuran dan

pengenalan jenis kayu rakyat untuk kepala desa/lurah; 3) pelatihan latih damping bagi

pengelola hutan rakyat di Wonosobo, Blora, dan kelompok HKm; 4) sosialisasi pada

pertemuan di kelompok HKm dan kelompok hutan rakyat maupun dengan pendalaman

pemahaman SVLK dengan tokoh masyarakat.

Untuk mewujudkan site learning implementasi SVLK dilakukan pendampingan

di beberapa desa dan koperasi HKm. Untuk site learning VLK Hutan Rakyat di

Kabupaten Wonosobo ada 5 desa yaitu Desa Burat, Jonggolsari, Manggis, Durensawit

dan Desa Kalimendong yang kemudian tergabung dalam Asosiasi Pemilik Hutan

Rakyat (APHR) Wonosobo. Untuk learning site di Kabupaten Blora ada 8 desa terdiri

dari Desa Plantungan, Ngampel, Sendangharjo, Tempuran, Waru, Soko, Jatirejo, dan

Jurangjero yang selanjutnya membentuk Gabungan Kelompok Tani Hutan

(Gapoktanhut) Jati Mustika. Untuk site di hutan negara yang dikelola masyarakat

adalah lokasi Hutan Kemasyarakatan (HKm) Koperasi Sedyomakmur di Gunungkidul.

Page 6: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

6

Tindakan yang dilakukan pada site learning ini dengan melakukan pendampingan

secara intensif. Pada tiga lokasi dilakukan penilaian/audit verifikasi legalitas kayu oleh

pihak ketiga (LV-LK) pada bulan Juli 2011. Selain site learning yang didamping secara

intensif; ada juga upaya asistensi latih damping bagi kelompok yang pengurusnya telah

mengikuti pelatihan SVLK..

Capaian dari kegiatan selama enam bulan ini antara lain 1) Komitment dari

pemerintah daerah untuk mendorong implementasi SVLK dan terbangunnya

kelembagaan yang akan bertugas mengawal proses-proses implementasi SVLK; 2)

Pemahaman SVLK pada level Kelompok Tani Hutan rakyat dan Koperasi HKm; 3)

Pemahaman SVLK pada level swasta yang kemudian diwujudkan dalam bentuk

komitment industri yang akan menerapkan SVLK (misal: industri Mekar Abadi di

Wonosobo); 4) Pemahaman SVLK pada level pemerintah desa dan tersediannya tenaga

penerbit SKAU yang kompeten; 5) Pemahaman SVLK pada level Pemda dan Penyuluh

kehutanan dan akan melakukan sosialisasi ke masyarakat yang lebih luas; 6)

Terbentuknya kelembagaan pengelola hutan rakyat yang siap dilakukan penilaian. Dan

untuk mengumpulkan dan mensarikan proses ini maka telah disiapkan desain web

database interaktif sebagai upaya untuk mendesiminasikan pembelajaran dari leaning

site ke publik.

Sebagai produk kebijakan yang terkait dengan banyak kebijakan yang lain ada

beberapa hambatan yang ditemui dalam proyek ini; hambatan tersebut antara lain; 1)

untuk implementasi SVLK di hutan rakyat sangat terkait dengan kebijakan PUHH

(P‟51 th 2006); baik di Blora dan Wonosobo implementasi P‟51/ 2006 tidak berjalan

dengan baik bahkan cenderung dis-insentif; 2) selama ini dokumentasi dan

perdagangan dikuasai oleh pedagang/ pengepul kayu sehingga petani awam terhadap

PUHH; 3) pada Koperasi HKm mengalami kerumitan ketika menghadapi persoalan

birokrasi perijinan yang berbeda antara di RLPS dan BUK; 4) pengumpulan dokumen

(satu tahun terakhir) bukti angkutan tidak ditemukan karena dokumen ini tidak dimiliki

oleh kelompok tani hutan; 5) standar VLK yang teks book sulit dipahami oleh petani;

6) manfaat dari SVLK yang belum terbukti dan baru sekadar harapan; petani

menginginkan manfaat dari implementasi SVLK di HR.

Page 7: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

7

C. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Untuk mendapatkan keluaran proyek sesuai yang diharapkan maka dalam 6

bulan ini pelaksanaan proyek sebagai berikut:

Output ini mempunyai 3 indikator antara lain: 1) ada lebih dari 75% dari 105

orang dari wilayah Jateng dan DIY yang paham dan mampu menerapkan VLK; 2) ada

3 learning site di Blora dan Wonosobo untuk Hutan Rakyat dan Gunungkidul untuk

HKm; dan 3) review kebijakan dan implementasi SVLK. Untuk pencapaian indikator

tersebut telah dilakukan beberapa kegiatan/ intervensi; berikut uraian aktifitas untuk

pencapaian indikator diatas:

Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan penerbit SKAU untuk

memudahkan pelayanan dokumen angkutan (PUHH) bagi kayu rakyat. Subtansi dari

pelatihan yang diberikan antara lain mengenai sertifikasi hasil hutan, PUHH, dan

SVLK. Pelatihan ini menjadi strategis karena berkaitan dengan kebijakan permenhut

51/ 2006 tentang PUHH untuk hutan rakyat.

Pelatihan ini diadakan selama 3 hari dari tanggal 8 sampai dengan 10 Februari

2011 bertempat di Wisma LPP Garden, Yogyakarta. Peserta pelatihan sejumlah 29

orang kepala desa dan perangkat desa dan 1 orang dari organisasi tani. Pada pelatihan

ini kurikulum disusun bekerjasama dengan Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan

Produksi (BP2HP) Wilayah VIII Surabaya, dengan menggunakan standard yang

dikembangkan departemen kehutanan terdiri dari 28 JPL.

Dari 30 peserta; semua dinyatakan lulus sesuai kompetensi penerbit SKAu.

Pelatihan ini juga sekaligus merekognisi dan meregistrasi 29 peserta yang merupakan

kepala desa/ pamong untuk menjadi penerbit SKAu, sementara 1 orang peserta tidak di

register karena tidak memiliki kapasitas sebagai penerbit SKAU (permenhut 51/ 2006).

Output 1: Peningkatan pemahaman pengelola dan terimplementasinya SVLK

dalam pengelolaan sumberdaya hutan untuk HKm dan Hutan Rakyat

Aktivitas 1.1. Pelatihan SVLK bagi perangkat desa yang bertugas dalam Tata Usaha

Kayu Rakyat

Page 8: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

8

Gambar 1. Dokumentasi Pelatihan Tata Usaha Kayu Rakyat

Untuk menjaga kualitas pelatihan dilakukan monev dengan sistem pre-test dan

post test; berikut hasil dari monev tersebut. Hasil pre-test menunjukkan bahwa rata-rata

peserta bisa mengerjakan 62% soal yang diujikan atau ada gap 38% dengan

pengetahuan yang seharusnya bisa dipahami peserta. Setelah post-test dilaksanakan

didapatkan hasil bahwa rata-rata peserta bisa mengerjakan 78% soal yang diujikan atau

masih tersisa gap 22% dengan pengetahuan yang seharusnya bisa dipahami peserta.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa progress peningkatan pemahaman tentang

SVLK setelah pelatihan adalah sebesar 16% (78%-62%).

Pembelajaran:

1. Pemenuhan verifikasi VLK untuk hutan rakyat yang terkait dengan dokumen

angkutan sangat tergantung kapasitas dan jumlah penerbit SKAU.

2. Pejabat penerbit SKAu/ Kades yang sudah di registrasi oleh BP2HP harus di

rekognisi oleh dishut kabupaten dan propinsi untuk mendapatkan Fasilitasi blanko

3. Ada kebutuhan untuk revisi permenhut 51/ 2006 yang terkait dengan jenis jati,

mahoni (SKSKB KR), kewenangan penerbit yang selama ini kades, ternyata kades

mempunyai tugas yang sangat banyak sehingga perlu/ harusnya bisa didelegasikan.

4. Terkait dengan pembiayaan administrasi SKAU yang menuntut transparansi

5. Bagaimana insentif kebijakan penerbitan bagi unit manajemen yang telah

tersertifikasi

Instruktur BP2HP

memberikan materi Peserta praktek Sertifikat Pelatihan

Page 9: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

9

Pada seri pelatihan ini secara umum bertujuan untuk memberi pemahaman

SVLK dan kebijakan yang terkait dengan permenhut 38/ 2009 kepada pengelola hutan

baik hutan rakyat maupun HKm. Secara rinci seri pelatihan tersebut di diskripsikan

sebagai berikut:

a) Pelatihan SVLK bagi Kelompok Hutan Kemasyarakatan

Pelatihan ini diselenggarakan pada tanggal 16 – 17 Pebruari 2011 di LPP Hotel

diikuti oleh 35 KTH HKm dari Gunungkidul dan Kulon Progo. Di DIY terdapat 37

kelompok HKm tetapi ada beberapa kelompok yang berada di hutan lindung. Pada

pelatihan ini peserta yang diundang dari kelompok HKm yang berada pada hutan

produksi.

Pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman

mendalam tentang SVLK kepada pengelola HKm dengan harapan setelah mengikuti

pelatihan ini, peserta diharapkan untuk: 1) Dapat memahami SVLK secara mendalam,

dan 2) Mampu mensosialisasikan SVLK kepada pengurus dan anggota koperasi.

Hasil penilaian dari pelatihan ini melalui pretest dan post test dan juga dengan

uji ketrampilan praktek melakukan sosialisasi. Untuk pemahaman peserta sudah

mencapai 30% dari materi yang disampaikan. Penyerapan yang kurang yang

disebabkan materi yang berat adalah pengetahuan terhadap P‟55/ 2006 tentang PUHH

di hutan negara.

b) Pelatihan SVLK bagi Kelompok Tani/ Petani Hutan Rakyat di Blora

Pelatihan SVLK di Blora diselenggarakan pada tanggal 25 – 26 Pebruari 2011

di Hotel Al-Madina-Blora. Pelatihan ini dilaksanakan kerjasama dengan AruPA,

dengan peserta berasal dari petani dan penyuluh kehutanan. Dari 23 orang peserta

merupakan perwakilan dari 20 kelompok tani hutan rakyat (KTHR), ditambah 2 orang

penyuluh kehutanan lapangan (PKL) dan 1 orang pendamping dari ARuPA.

Tujuan dari pelatihan ini agar peserta mampu memahami dan bisa melakukan

sosialisasi ke kelompok masing-masing peserta maupun ke kelompok binaan. Untuk

pencapaian tujuan tersebut, pelatihan ini menggunakan metode kelas (lecturing),

Aktivitas 1.2.Pelatihan SVLK bagi unit usaha kehutanan skala mikro (kelompok/

koperasi HKm, kelompok/koperasi hutan rakyat, dan atau individu pemilik hutan

rakyat) di DIY dan Jawa Tengah

Page 10: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

10

diskusi dan simulasi dengan dipandu oleh Narasumber dan Fasilitator. Narasumber

berasal dari Dinas Kehutanan Propinsi Jateng dan AruPA.

Sebelum pelatihan dimulai, peserta diminta menjawab soal pre-test (10

pertanyaan tentang legalitas kayu, terlampir pada lampiran 4). Dari aktifitas ini

diketahui tingkat pengetahuan peserta tentang legalitas kayu sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pre-test Pelatihan SVLK di Blora

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Sangat bagus 0 orang 0 %

Bagus 9 orang 40,91 %

Cukup 10 orang 45,45 %

Kurang 3 orang 13,64 %

Sangat kurang 0 orang 0 %

Catatan: ada satu peserta yang tidak mengikuti pre-test.

Setelah pelatihan selesai, peserta diminta menjawab soal post-test (10

pertanyaan tentang SVLK, terlampir pada lampiran 5). Dari aktifitas ini diketahui

tingkat pengetahuan peserta tentang SVLK (setelah mengikuti pelatihan selama dua

hari pelatihan) sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Post-test Pelatihan SVLK di Blora

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Sangat bagus 1 orang 4,35 %

Bagus 3 orang 13,04 %

Cukup 15 orang 56,52 %

Kurang 5 orang 21,74 %

Sangat kurang 1 orang 4,35 %

Pada sesi diskusi keorganisasian; peserta sepakat untuk akan membentuk satu

organisasi bersama, yang merupakan gabungan dari KTHR-KTHR peserta pelatihan

ini. Organisasi bersama tersebut rencananya akan berusaha mendapat sertifikat legalitas

Page 11: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

11

kayu untuk hutan hak. Kemudian peserta menyusun rencana tindak lanjut untuk

implementasi VLK di Blora.

c) Pelatihan SVLK bagi Kelompok Tani/ Petani Hutan Rakyat di Wonosobo

Pelatihan SVLK di Wonosobo diselenggarakan pada tanggal 28 Pebruari – 1

Maret 2011 di Hotel Dewi Wonosobo. Pelatihan ini dilaksanakan kerjasama dengan

AruPA, dengan peserta berasal dari petani dan penyuluh kehutanan. Dari 21 orang

peserta merupakan perwakilan dari 18 kelompok tani hutan rakyat (KTHR), ditambah 3

orang penyuluh kehutanan lapangan (PKL).

Tujuan dari pelatihan ini agar peserta mampu memahami dan bisa melakukan

sosialisasi ke kelompok masing-masing peserta maupun ke kelompok binaan. Untuk

pencapaian tujuan tersebut, pelatihan ini menggunakan metode kelas (lecturing),

diskusi dan simulasi dengan dipandu oleh Narasumber dan Fasilitator. Narasumber

berasal dari Dinas Kehutanan Propinsi Jateng dan AruPA.

Sebelum pelatihan dimulai, peserta diminta menjawab soal pre-test (10

pertanyaan tentang legalitas kayu, terlampir pada lampiran 4). Dari aktifitas ini

diketahui tingkat pengetahuan peserta tentang legalitas kayu sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Pre-test Pelatihan SVLK di Wonosobo

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Sangat bagus 7 orang 36,84 %

Bagus 9 orang 47,37 %

Cukup 3 orang 15,79 %

Kurang 0 orang 0 %

Sangat kurang 0 orang 0 %

Catatan: ada dua peserta yang tidak mengikuti pre-test.

Setelah pelatihan selesai, peserta diminta menjawab soal post-test (10

pertanyaan tentang SVLK, terlampir pada lampiran 5). Dari aktifitas ini diketahui

tingkat pengetahuan peserta tentang SVLK (setelah mengikuti pelatihan selama dua

hari pelatihan) sebagai berikut:

Page 12: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

12

Tabel 4. Hasil Post-test Pelatihan SVLK di Wonosobo

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Sangat bagus 0 orang 0 %

Bagus 0 orang 0 %

Cukup 9 orang 45 %

Kurang 9 orang 45 %

Sangat kurang 2 orang 10 %

Catatan: ada satu peserta yang tidak mengikuti post-test.

Pada sesi diskusi keorganisasian; peserta sepakat untuk akan membentuk satu

organisasi bersama, yang merupakan gabungan dari KTHR-KTHR peserta pelatihan

ini. Organisasi bersama tersebut rencananya akan berusaha mendapat sertifikat legalitas

kayu untuk hutan hak.

Pembelajaran :

1. SVLK tidak mudah dipahami oleh petani; ada kebutuhan untuk membuat media/

alat bantu dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh petani

2. Biaya sertifikasi VLK tidak murah sehingga harus mengorganisir petani lebih luas

dan lebih banyak sehingga akan lebih ringan

3. Pemahaman tentang PUHH merupakan materi yang paling susah karena

merupakan hal yang selama ini dihindari petani

4. Petani belum mendapat jawaban apa manfaat VLK di hutan rakyat, karena belum

ada pengalaman dari daerah lain

Pendampingan ini bertujuan untuk menyiapkan kelembagaan pengelola hutan (unit

manajemen) baik UM hutan rakyat maupun UM HKm. Ada 3 learning site yang

dikembangkan dalam konteks VLK baik di Hutan Rakyat maupun di HKm. Berikut

gambaran dari 3 learning site tersebut:

Aktivitas 1.3. Pendampingan learning site SVLK untuk Kelompok Hutan Rakyat dan HKm

di wilayah DIY dan Jawa Tengah, terkait kelembagaan

Page 13: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

13

a) Learning Site Wonosobo

Pada awal kegiatan pendampingan di Kabupaten Wonosobo dilakukan

identifikasi dan pemilihan lokasi. Dalam identifikasi ada 15 desa yang secara fisik

hutan maupun kelembagaan siap untuk menuju SVLK. Pada bulan februari 2011

dilakukan latih damping untuk 15 desa, dan pada saat pelatihan tersebut diputuskan 5

desa akan menjadi pilot project SVLK. Daftar desa yang terpilih menjadi site learning

bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 . Luas desa dampingan learning site SVLK di Wonosobo

No Nama Desa Kecamatan Luas Hutan Rakyat Jumlah Petani

1 Burat Kepil 334,9 ha 1012 petani/ 584 KK

2 Kalimendong Leksono 220,3 ha 681 petani/ 503 KK

3 Jonggolsari Leksono 291,5 ha 1328 petani/ 768 KK

4 Manggis Leksono 227,6 ha 868 petani/ 507 KK

5 Durensawit Leksono 154,1 ha 495 petani/ 337 KK

Total 1.228,4 ha 4384 petani/ 2698 KK

Dalam pendampingan ada beberapa kegiatan yang dilakukan sehingga dalam

waktu 6 bulan kelompok/ unit manajemen akan sampai pada tahap siap diaudit oleh

pihak ketiga (LV-LK) untuk ruang lingkup VLK di hutan hak. Secara umum kegiatan

pendampingan antara lain sebagai berikut:

Mempersiapkan Cummunity Organiser (CO); hal ini perlu dilakukan karena 5

desa dampingan ini tersebar dengan jumlah KK petani lebih dari 2.700 KK.

SVLK sebagai sebuah kebijkan baru akan membutuhkan kader yang secara

subtansi bisa menyampaikan kepada keluarga petani. Oleh karena itu ada 2 hal

yang dipersiapkan dalam proses ini; yang pertama 1) menyiapkan kader yang

bisa mengorganisir petani dan 2) menyiapkan kader untuk memahami SVLK

dan meningkatkan kemampuan verbalnya sehingga bisa menyampaikan

persoalan atau subtansi SVLK kepada petani.

Kontrak Sosial: membangun komitment antara pendamping dengan

masyarakat, hal ini dilakukan untuk penegasan pembagian peran serta

membangun partisipasi masyarakat sejak awal projek.

Sosialisasi SVLK: kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Memberikan pemahaman

SVLK dan Sertifikasi VLK kepada masyarakat yang lebih luas sehingga peserta

mampu mensosialisasikan ke masyarakat luas; 2) Mengkomunikasikan rencana

Page 14: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

14

pengajuan Sertifikasi VLK dan dokumen yang dibutuhkan. Sosialisasi ini

dilakukan di masing-maisng desa atau dusun. Narasumber dalam sosialisasi

adalah para CO yang telah melakukan latih damping. Dalam hal ini pendamping

hanya mendampingi saat sosialisasi.

Penguatan Kelembagaan: Penguatan lembaga merupakan kegiatan yang

paling penting. Kematangan lembaga ini sangat menentukan

keberhasilan.Dalam penguatan lembaga dilakukan diskusi-diskusi dan

pertemuan untuk membahas persiapan pengajuan dan membuat agenda

sosialisasi SVLK kepada masyarakat. Untuk lembaga pengaju Sertifikasi SVLK

adalah Asosiasi Pemilik Hutan Rakyat (APHR) Wonosobo. Asosiasi ini adalah

sebuah organisasi para poemilik hutan rakyat di wonosobo. Pada saat pendirian

awal tanggal 10 Mei 2011, APHR ini terdiri dari para pemilik HR dari 5 desa

yakni Jonggol sari, Kali mendong, manggis, Duren sawit dan Burat. Para

pemilik HR ini juga telah tergabung dalam kelompok tani tingkat dusun atau

desa masing-masing.Setelah dilakukan banyak diskusi, diputuskan badan

hukum untuk APHR adalah akta notaries.

b) Learning Site Blora

Luas kabupaten Blora lebih kurang 182.054,80 hektar; dengan hampir 50%

kawasannya adalah hutan negara yang dikuasai oleh Perhutani; luas hutan rakyat Blora

pada tahun 2010 sekitar 16.225,28 hektar angka ini bisa jadi lebih karena mulai tahun

2000 masyarakat Blora mulai membangun juga hutan rakyat secara swadaya sehingga

tidak semua inisiatif tersebut terdata.

Untuk learning site “implementasi SVLK di hutan rakyat”, ada 8 desa yang di

dampingi yang berada di 3 kecamatan; desa-desa tersebut sebagai berikut:

Tabel 6. Daftar Desa learning site di Blora

No Desa Kecamatan Luas HR Jumlah Petani

1 Jurang Jero Bogorejo 41,77 ha 74

2 Soko Jepon 81,08 ha 106

3 Waru Jepon 55,33 ha 113

4 Jatirejo Jepon 35,68 ha 76

5 Plantungan Blora 70,44 ha 110

6 Sendangrejo Blora 58,45 ha 130

Page 15: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

15

7 Ngampel Blora 138,44 ha 251

8 Tempuran Blora 19,15 ha 24

Total 500,3 ha 884

Aktifitas pendampingan di site Blora antara lain sebagai berikut:

1. Identifikasi Desa

Desa – desa yang akan didampingi dilakukan identifikasi kelompok tani dan

anggota kelompok tani hutan rakyatnya. Dari hasil identifikasi awal ini didapatkan

fakta bahwa KTHR yang ada hanya exist ketika ada proyek gerhan/ hanya dimobilisasi

pada saat akan dilakukan penanaman. Dari hasil beberapa pertemuan di level desa; rata-

rata petani menginginkan penguatan kelompok segera harus dilakukan untuk

pencapaian sertifikasi pengelolaan hutan lestari maupun sertifikasi VLK.

Dari identifikasi juga di ketahui sudah tersedia peta Blok terutama di desa yang

ada proyek Gerhan. Rata-rata hutan rakyat di Blora bersifat kompak/ mengelompok

dengan tanaman jenis Jati yang di tanam seumur.

2. Pembentukan Unit Manajemen

Untuk pencapaian sertifikasi hutan rakyat lestari (PHL); pada tanggal 3 Maret

diadakan pertemuan antar kelompok tani. Pada pertemuan tersebut disepakati dibentuk

gabungan kelompok tani hutan rakayat dengan nama “Jati Mustika”; sekaligus dibentuk

struktur kepengurusan serta rencana tindak lanjut untuk menggalang anggota di seluruh

warga di 8 desa. Selanjutnya untuk kepentingan pengajuan VLK, Jati Mustika dijadikan

organisasi yang berbadan hukum (akta notaris)

Gambar 2. Peta Blok Hutan Rakyat

Gambar 3. HR Blora

Page 16: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

16

3. Tahapan Menuju Sertifikasi VLK

Untuk pemenuhan standar verifikasi legalitas kayu, ada dua indikator yang

harus terpenuhi, yaitu 1) soal bukti kepemilikan lahan dan 2) bukti angkutan kayu yang

sah/ legal.

Untuk indikator “bukti kepemilikan lahan”; sudah tersedia bukti seperti letter C,

sertifikat tanah dan bukti yang lain. Ada variasi informasi yang berkaitan dengan

indikator ini antara lain: banyak desa yang belum memiliki peta persil dan batas/ tanda

batas di lapangan yang ada belum begitu jelas.

Berbeda dengan indikator diatas, untuk bukti angkutan sama sekali bukan

domain petani, bahkan petani tidak pernah lihat dokumen yang terkait dengan tata

usaha kayu seperti SIT, SKAU atau pun SKSKB KR.

4. Pemahaman dan Sosialisasi SVLK kepada semua pihak di level Kabupaten

Pada tanggal 24 Pebruari 2011 diadakan sosialisasi SVLK untuk para pihak di

Blora. Acara ini diselenggarakan kerjasama antara pendamping dengan Pemda Blora,

dengan mengundang petani, swasta, pemerintah desa, kecamatan, dan pemda.

Pada acara ini isu hutan rakyat dan perdangan sangat mengemukan; dengan

narasumber dari UGM, TFT, dan AruPA diskusi berlanjut pada pertanyaan kunci; “apa

manfaat sertifikasi SVLK bagi petani?”; pertanyaan ini belum terjawab, tetapi analogi

sistem sertifikasi voluntary menjadi acuan pada pertemuan ini.

Pada akhir acara muncul komitment para pihak di Blora untuk pengelolaan

hutan lestari. (ada di lampiran)

Gambar 4. Pertemuan “Jati Mustika”

Gambar 5. BAP pendirian “Jati

Mustika”

Page 17: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

17

c) Learning Site Gunungkidul

Hutan negara di Gunungkidul memiliki luasan terbesar bila dibandingkan

dengan hutan negara di kabupaten lainnya di DIY. Berdasar data terbaru yang

dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi DIY 2003, luasan hutan negara di

Gunungkidul adalah 14.224,877 ha.

Luasan hutan negara yang ada di Provinsi DIY, telah dicadangkan sebagai

usulan areal Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas 4.186,4 ha di Kabupaten

Gunungkidul dan 203,00 ha di Kabupaten Kulon Progo.

Kriteria utama yang digunakan untuk menetapkan areal HKm dan menjadi prioritas

dicadangkan adalah:

1. Kawasan hutan yang benar-benar sedang dikelola atau diusahakan oleh

masyarakat setempat.

2. Sebagian besar masyarakatnya memanfaatkan hasil hutan baik langsung

(kayu dan non kayu) maupun tak langsung seperti air dan kesegaran udara.

3. Kawasan hutan yang sedang diklaim masyarakat setempat.

4. Masyarakat telah mengajukan permohonan Hak Pengusahaan Hutan

Kemasyarakatan (HPHKm).

5. Kawasan hutan yang rawan karena permasalahan sosial ekonomi, antara lain

perambahan, pencurian hasil hutan, kebakaran hutan, dan adanya konflik

dengan pihak lain.

Gambar 6. Assek 2 Blora memberi sambutan pembukaan acara

sosialisasi

Page 18: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

18

Pengembangan HKm di DIY sudah sampai pada pemberian izin definitif oleh

Bupati. Sampai saat ini, lahan HKm yang telah dikerjakan oleh masyarakat sekitar

hutan dan sudah mendapatkan izin sementara seluas 1.087,65 ha (26,48 %) di

Kabupaten Gunungkidul dan seluas 196,8 ha (93,98 %) di Kabupaten Kulon Progo dari

luasan areal yang dicadangkan. Izin HKm tersebut dikeluarkan oleh bupati dan

diperuntukkan kepada 35 kelompok tani HKm di Gunungkidul dan 7 kelompok tani

HKm Kulon Progo.

Tabel 7. Sebaran areal HKm di masing-masing kabupaten, BDH, dan RPH

No Kabupaten BDH/RPH Luas (ha) Desa terdekat

1 Kulon Progo 418,80

BDH Kulon Progo 209,40

RPH Kokap 83,00

RPH Sermo 126,40

2 Gunung Kidul 4.186,40

BDH Paliyan 2.047,90

RPH Menggoro 386,10 Kepek, Karangduwet

RPH Karangmojo 145,40 Karangasem

RPH Paliyan 181,00 Jetis

RPH Giring 505,20 Monggol, Giring

RPH Mulo 747,40 Giring, Sodo, Wareng, Wonosari,

Karang asem. Mulo, Hargosari,

Dengok

RPH Kedungwanglu 82,80 Dengok

BDH Playen 617,80

RPH Bunder 39,10 Bunder

RPH Wonolagi 131,80 Getas

RPH Gubugrubuh 148,50 Bleberan

RPH Menggoran 160,20 Dlingo

RPH Kepek 138,20 Banyusoco

BDH Panggang 943,70

RPH Bibal 459,30 Selopamioro, Girisuko

RPH Blimbing 484,40 Giriharjo, Giriwungu, Girisekar,

Jetis

BDH Karangmojo 577,00

RPH Nglipar 120,50 Katongan

RPH Candi 259,10 Kedungpoh, Watusigar, Kalitekuk,

Jatiayu

RPH Semanu 163,90 Ngeposari, Candirejo

RPH Gelaran 33,50 Bejiharjo

Jumlah 4.395,80

Sumber: Rencana Pengelolaan Hutan DIY (2005)

Page 19: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

19

Tabel 8. Luasan Areal HKm tiap-tiap BDH

a) Koperasi Sedyomakmur

Berawal dari kelompok bernama Sedyo Makmur dengan anggota 250 orang

yang berasal dari 5 Dusun dalam wilayah Desa Ngeposari dan Desa Candi, telah

mengerjakan HKm sejak 1996 hingga 11 tahun kemudian memperoleh izin devinitif 35

tahun dengan nomor urut izin 214/KPTS/2007 tgl 12 Des 2007.

Tabel 9 . Profil Koperasi Sedyo Makmur

Nama kelompok Pengurus Jml

anggota

Luas

HKm

(ha)

SK IUPHKm

Devinitif 35 th

Sedyo Makmur

Jragum, Ngeposari

Semanu

Tambiyo 250 115 214/ KPTS/

2007 12 Des

2007

Sumber: Profil Kelompok Tani HKm DIY, Shorea 2007

Persyaratan untuk membentuk koperasi akhirnya dapat diwujudkan oleh

kelompok ini dengan mengajukan pemrosesan badan hukum koperasi selama hampir 1

tahun, dan memperoleh badan hukum no 518.034/BH/II/2007, sejak bulan februari

2007. Jadi koperasi sedyo makmur sudah 1 tahun berjalan namun hingga saat ini belum

bisa melaksanakan RAT yang pertama. Pada tahun ini koperasi hanya memberikan

laporan neraca kepada dinas koperasi.

Kemampuan memperoleh badan hukum di kelompok sedyo makmur memang

belum diimbangi dengan penyiapan SDM yang menguasai tentang perkoperasian,

sehingga untuk berjalan dan memproses administrasi pengembangan koperasi

terkendala oleh menejerial. Akses permodalan juga belum bisa diraih dikarenakan

No. Bagian Daerah

Hutan (BDH)

Luas HKm yang

dicadangkan (ha)

Luas HKm yang

diberi izin (ha)

1

2

3

4

5

BDH Playen

BDH Paliyan

BDH Panggang

BDH Karangmojo

BDH Kulon Progo

617,80

2.047,90

943,70

577,00

209,40

233,45

326,90

209,15

319,90

196,80

Jumlah 4.395,80 1.286,45

Page 20: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

20

internalnalisasinya sendiri terhadap koperasi belum berjalan baik pengurus juga

anggota.

Pelaksanaan simpanan wajib dan pokok berjalan namun belum maksimal karena

belum semua anggota rutin melakukan pembayaran simpanan wajib yaitu Rp 1.000,00

per bulan, sedangkan kegiatan simpan pinjam berjalan dalam sub-sub kelompok dengan

dana-dana sub kelompok sebelumnya. Total modal koperasi adalah Rp 10.000.000,00

berasal dari bantuan dana pelaksanaan GNRHL tahun 2006, yang saat ini telah berputar

di sub-sub kelompok.

Unit usaha Koperasi dan kelompok meliputi :

a) Pengembangan ternak dari bantuan BPKD Provinsi DIY sejumlah Rp 39.150.000,

untuk pembelian ternak sapi 6 ekor.

b) Simpan pinjam dengan putaran dana sejumlah Rp 35.400.000,00.

c) Usaha sarana pertanian Rp. 10.000.000 : pengadaan pupuk dan pengadaan bibit

Fasilitasi pendampingan dalam rangka penyiapan pemegang IUPHKm untuk

pengajuan SVLK, dilakukan kepada 34 kelompok HKm di DIY kawasan hutan

produksi.

SVLK menjadi materi yang “aneh” bagi kelompok, karena pada umumnya

pemahaman masyarakat adalah menanam dan saat kebutuhan datang ya menebang. Di

dalam SVLK menganut berbagai kaidah-kaidah yang sudah ditentukan, ada proses

yang demikian rumit, menurut petani. Dari menyusun rencana umum, rencana

operasional, kemudian berkoperasi membuat tata usaha hasil hutan kayu, membuat

laporan. Ini adalah akan menjadi pengalaman yang menarik, bagi masyarakat dan

tantangan bagi seorang pendamping. Insinyur saja belajar hingga beberapa tahun, nah

masyarakat akan menjalaninya dengan berbekal pengalaman hidup di hutan selama ini.

Pendampingan SVLK dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan. Kegiatan

tersebut antara lain: 1) Prakondisi yaitu komunikasi awal antara kelompok dengan

pendamping yang menghasilkan komitment bersama untuk pencapaian sertifikasi VLK;

2) Sosialisasi yang dilakukan melalui pertemuan di berbagai level

kelompok/koperasi/paguyuban, pertemuan sosialisasi ini bertujuan untuk

memperkenalkan SVLK dan sekaligus assesment tentang kesiapan kelompok menuju

sertifikasi VLK; 3) Pertemuan multipihak, mengenalkan SVLK dan mencari dukungan

Page 21: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

21

bagi implementasi VLK di HKm; 4) Peningkatan kapasitas; 5) Konsolidasi paguyuban

membangun strategi implementasi SVLK dan 6) Membangun learning site SVLK di

Sedyo Makmur.

Tantangan terbesar dalam pendampingan di HKm adalah soal pengurusan ijin

IUPHHK HKm. Kunci dari penilaian VLK di hutan negara adalah persoaalan ijin

pemanfaata hasil hutan, sementara saat ini kelompok baru mendapatkan ijin

pemanfaatan lahan (proses di RLPS), dan untuk mengajukan ijin pemanfaatan kayu

harus dengan prosedur yang dikehendaki BUK. Untuk memperoleh ini masyarakat

telah menyiapkan Rku dan RKT.

b) Koperasi Wana Manunggal Lestari

Tambahan fasilitasi pengajuan VLK terhadap KWML merupakan hasil monev

bersama yang memutuskan untuk mencoba VLK bagi unit manajemen yang sudah lulus

sertifikasi lestari PHBML (LEI).

Di Gunungkidul pengelolaan hutan rakyat bersertifikat dilakukan pada tiga

desa, meliputi Desa Kedungkeris, Desa Dengok, dan Desa Girisekar. Masing-masing

terletak di Kecamatan Nglipar, Kecamatan Playen, dan Kecamatan Panggang. Desa

Kedungkeris memiliki tiga dusun yang mengelola hutan rakyat bersertifikat yaitu

Dusun Pringsurat, Dusun Kedungkeris, dan Dusun Sendowo Kidul. Pengelola unit

manajemen dilakukan oleh Paguyuban Kelompok Tani Hutan Rakyat Margo Mulyo.

Desa Dengok meliputi Dusun Dengok IV, Dusun Dengok V, Dusun Dengok VI.

Pengelolaan dilakukan oleh Paguyuban pengelola hutan rakyat Ngudilestari. Desa

Girisekar meliputi Dusun Jeruken, Dusun Pijenan, dan Dusun Blimbing. Pengelolaan

dilakukan oleh Paguyuban Kelompok Tani Sekar Pijer.

Koperasi serba usaha Wana Manunggal Lestari merupakan koperasi yang

bergerak dalam bidang pertanian dan kehutanan, yang menaungi tiga unit manajemen

hutan rakyat lestari di Gunungkidul. Luas unit manajemen yan dikelola seluas 815,18

ha, terdiri dari unit manajemen Desa Kedungkeris seluas 184,25 ha, Desa Dengok

seluas 229,10 ha, dan Desa Girisekar seluas 401,83 ha

Pembelajaran:

1. Proses kontrak sosial merupakan proses paling krusial, dan biasanya terkait

dengan manfaat apa yang akan diperoleh keduabelah pihak, pertanyaan tersulit

adalah, “manfaat SVLK bagi Petani?”

Page 22: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

22

2. Pemilihan tata waktu, ada waktu-waktu tertentu dimana petani tidak bisa diganggu,

misalnya pada saat musim tanam, panen, atau hajatan, sehingga kadang tatawaktu

tidak sesuai jadwal

3. Selama ini kelompok tani lebih bersifat sosial sehingga pembiayaan organisasi

menjadi beban

4. Ada kebutuhan meningkatkan jiwa interpreunuer petani sehingga bisa

mengembangkan bisnis hutan rakyat

Penghitungan potensi dan pemetaan hutan rakyat ini bertujuan memperjelas

wilayah kelola dan menghitung potensi hutan rakyat yang di kelola masyarakat. Dua

kegiatan ini dilakukan di Blora dan Wonosobo, berikut gambaran aktifitas pemetaan

dan inventarisasi di Blora dan wonosobo:

Aktivitas 1.4. Penghitungan potensi hutan rakyat dan pemetaan partisipatif kawasan hutan

rakyat

Page 23: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

23

a) Blora

Pemetaan partisipatif dilakukan dengan alat GPS serta menggunakan acuan peta

andil pada masing-masing blok di masing-masing desa. Selain itu, konsultasi dan

komunikasi dilakukan antara pendamping, pengelola hutan rakyat, dan perangkat desa

setempat.

Inventory pohon dilakukan dengan metode sampling acak. Setiap desa dibagi

menjadi beberapa wilayah berdasarkan blok ataupun dusun. Setiap blok/dusun diambil

2 hingga 4 plot yang luasnya 0,1 hektar. Metode sampling ini menggunakan ketentuan

sebagai berikut: jumlah luas plot adalah minimal 1% dari total estimasi luas hutan

rakyat di desa yang bersangkutan. Setelah menentukan lokasi plot masing-masing

blok/dusun maka tim invent menghitung volume pohon berdiri masing-masing pohon

di lokasi plot tersebut. Setelah masing-masing plot menghasilkan volume pohon berdiri,

maka volume tersebut dijumlahkan dan dibagi jumlah plot yang kemudian

menghasilkan volume rata-rata masing-masing plot. Setelah itu, lalu dikalikan 10

hingga menghasilkan volume pohon berdiri setiap 1 hektar hutan rakyat di desa

tersebut. Untuk mencari estimasi volume pohon berdiri di seluruh desa yang

bersangkutan, maka tinggal mengalikan dengan luas hutan rakyat di desa tersebut.

Tabel 10. Data Hasil Inventarisasi Pohon di Blora

No Desa Luas (ha) Potensi 1

ha (m3)

Total Potensi

(m3)

1 Jurangjero 41,77 65 2.729

2 Jatirejo 35,69 62 2.210

3 Soko 81,08 85 6.875

4 Waru 55,33 54 2.969

5 Tempuran 19,16 56 1.073

6 Plantungan 70,44 72 5.046

7 Sendangharjo 58,46 59 3.467

8 Ngampel 138,44 85 11.752

Jumlah 500,37 36.121

b) Wonosobo

Page 24: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

24

Peta hutan rakyat ini diperoleh dari data pemetaan. Untuk mendapatkan peta HR

perandil ini dilakukan pemetaan langsung di lapangan yang dibantu oleh para pengurus

kelompok, hasil pemetaan bisa dilihat di lampiran.

Untuk mendapatkan inventore potensi HR dilakukan pendataan potensi. Setiap desa

telah ada data sensus pohon untuk sengon, jati dan mahoni. Untuk potensi tersebut

menggunkaan data tersebut dan didukung dengan data potensi HR dengan samping.

Untuk inventore, pendamping melakukan pelatihan inventarisasi potensi HR kepada

beberapa pengurus. Peserta ini diharapkan mampu menjadi trainer kepada pengurus

atau anggota kelompok tani untuk mengajarkan metode inventarisasi HR. Dari hasil

sensus diketahui Total tegakan kayu sebanyak 526.880 pohon, terdiri dari: Sengon:

452.474 pohon, Suren: 18.365 pohon, Mahoni: 30.409 pohon, dan Kelapa: 25.632

pohon

Pembelajaran:

1. Dari proses pemetaan dapat diketahui bahwa administrasi tanah yang ada di desa

masih sangat lemah, sehingga peta hasil terbaru bisa untuk memperkuat basis data

di desa.

2. Walau kadang dilapangan tanda batas tidak begitu jelas tetapi tidak terjadi konflik

karena masyarakat memiliki “konvensi” mengenai pengelolaan batas (tapel wates)

3. Setelah inventarisasi pohon, masyarakat selain menguasai metode penghitungan

kayu juga bisa menaksir kekayaan yang berujud kayu di lapangan, bahkan

menaksir harga pohon.

Pengajuan sertifikasi VLK hutan rakyat dilakukan oleh 3 UM hutan Rakyat; yaitu di

Gunung kidul oleh koperasi wana manunggal lestari, Blora oleh Gapoktanhut Jati

Mustika dan Wonosobo oleh APHR. Secara umum proses persiapan dokumen sama

dan ketiga UM telah mengajukan penilaian ke LV-LK yaitu Sucofindo.

Masing masing UM menyiapkan dokumen antara lain:

Aktivitas 1.5. Pengajuan sertifikasi VLK Hutan Rakyat, meliputi penyiapan dokumen

sampai dengan pengajuan sertifikasi

Page 25: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

25

a. Dokumen organisasi pengaju, organisasi ini berbadan hukum dan memiliki

aturan main (statuta/ AD/ART, atau aturan lainnya)

b. Berbasis keanggotaan, dokumen keanggotaan sangat penting karena terkait

dengan aturan main

c. Kepemilikan lahan: bisa dibuktikan kepemilikan dan luasnya

d. Dokumen Angkutan yang sah: ini di lakukan untuk kelompok yang sudah

berbisnis kayu

e. Mengisi dokumen aplikasi pengajuan penilaian

f. Peta lahan

g. Dokumen pendukung lainnya

Gambar 7. Pengumuman rencana penilaian oleh sucofindo terhadap KWML

gunungkidul.

Page 26: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

26

Pembelajaran:

1. Sertifikasi VLK di HR bukan sekedar kolekting data, pekerjaan terberatnya justru

pengorganisasian data yang melibatkan banyak sekali orang dan kapasitasnya

beragam

2. Pertimbangan biaya penilaian (biaya audit), idealnya unit manajemen ada di skala

/ level kabupaten

3. Hutan rakyat hanya bisa melakukan sertifikasi jika kelompok mendapatkan manfaat

dari VLK (bisnis kayu) ataupun bentuk insentif yang lain misalnya kemudahan

mengurus dokumen, tidak kena mel polisi dll

Penyiapan dokumen dilakukan tetapi belum semua dokumen dan yang menjadi

kunci adalah IUPHHK HKm (yang belum turun) berikut list kebutuhan menuju VLK

untuk kelompok HKm:

Tabel 11. List Dokumen VLK di Kelompok HKm

No Komponen Status

1. Identitas dan Profil UM Ada

2. Dokumen/Data Umum

• Dokumen IUPHHK

• Dokumen Pembayaran Iuran IUPHHK, PSDH dan SPP

• Dokumen Rencana Umum/ RKU dan RO/RKT

• Dokumen AMDAL (AMDAL,/UKL/UPL) - verifier

perlu disederhanakan

• Peta areal hutan kelola & kawasan lindung (HKm, HTR)

dilegalisasi pejabat berwenang

• Dokumen Izin peralatan dan mutasi

Belum

Belum

Ada

Belum

Ada

Belum

Aktifitas 1.6. Pengajuan sertifikasi VLK IUPHHK HKm, meliputi penyiapan dokumen

sampai dengan pengajuan sertifikasi

Page 27: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

27

3. Dokumen PUHH

• Dokumen LHC, (Laporan Hasil Cruising/ inventarisasi)

• Dokumen LHP, (Laporan Hasil Penebangan)

• Dokumen SKSKB, (Surat Keterangan Sahnya Kayu Bulat)

• Dokumen FAKB, (Faktur Angkutan Kayu Bulat)

• Dokumen LMKB, ( Laporan Mutasi Kayu Bulat)

Belum

(Penebangan

belum

dilakukan)

4. Kondisi Lapangan

• Penandaan batas kawasan, lindung, dan batas RKT (alam/buatan)

• Penandaan Fisik kayu: pada bontos dan tunggak

• Bukti Kelola dan Pemantauan Dampak Penting (ekologi, sosial)

Ada

Belum

Belum

5. Data/Informasi Tambahan

• Foto-foto dokumentasi VLK

• Aturan –aturan internal dan budaya setempat

Belum

Ada

Kegiatan ini bertujuan menyiapkan kader ataupun pengurus kelompok agar

memiliki pengetahuan, pemahaman dan juga kompetensi untuk mensosialisasikan

SVLK maupun mengimplementasikan SVLK di kelompok masing-masing.

Aktifitas latih damping ini dilakukan karena tidak semua kelompok tani hutan

dapat fasiltas pendampingan intensif. Ada beberapa aktifitas dalam kegiatan latih

damping ini, antara lain:

a) Pelatihan SVLK bagi Pengurus HKm dan HR, aktifitas ini bertujuan agar

peserta memiliki pemahaman yang mendalam tentang VLk dan PUHH

b) Asistensi, berupa pemantauan oleh pendamping di lapangan sekaligus

mencatatat temuan atau kasus kasus implementasi VLK di Lapangan; dan

c) Monev latih damping, fasilitasi pertemuan 2 bulan sekali bagi alumni pelatihan

sekaligus untuk mendiskusikan persoalan lapangan. Aktifitas ini juga menjadi

ajang refresh pengetahuan tentang VLK

Aktifitas 1.7 Latih-damping peserta pelatihan tata usaha kayu dan SVLK

Page 28: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

28

Pembelajaran:

1. Dalam fasilitasi alumni latih damping dilapangan juga membutuhkan support

terutama terkait dengan narasumber di bidang tertentu; misalnya PUHH (nara

sumber yang tepat dari dinas)

2. Banyak pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh CO, semisal soal manfaat

sertifikasi VLk dan skema pembiayaan audit.

3. Kebutuhan akan buku saku atau panduan yang mudah dipahami bagi petani

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh dukungan para pihak terutama

pemerintah daerah dalam implementasi kebijakan SVLK. Untuk memperoleh dukungan

para pihak AruPa dan SHOREA memfasilitasi peningkatan kapasitas terutama terkait

dengan pemahaman terhadap SVLK.

Setelah parapihak paham tentang SVLK, kemudian komunikasi intensif dan

koordinasi menjadi faktor kunci memperoleh dukungan. Sehingga pertemuan

koordinasi rutin 2 bulan sekali untuk sharing informasi soal kehutanan dan SVLK

menjadi lebih efektif.

Selain itu di tiga site dilakukan kegiatan yang spesifik sesuai karakteristik

kepemimpinan daerah, berikut uraian di 3 site:

a. Wonosobo

Untuk Wonosobo Koordinasi parapihak di Kabupaten dilakukan 2kali acara

formal dan beberapa pertemuan acara tidak formal sebagai tindak lanjut acara tersebut.

1. Audiensi Bupati: Kegiatan ini dilaksanakan 29 Januari 2011 di Ongklok Resto

Wonosobo; tujuannya: untuk mengkomunikasikan proyek implementasi VLK dan

juga mendorong implementasi VLK oleh kabupaten Wonosobo. Pada audensi ini

diikuti dari AruPA, Dewan Kehutanan Nasional dan MFP dan dihadiri oleh semua

jajaran Pemkab Wonosobo, NGO, dan Petani. Hasil dari kegiatan ini: adanya

komitment Pemda Wonosobo untuk mendorong implementasi SVLK,

teridentifikasinya beberapa persoalan yang terkait dengan kebijakan daerah maupun

pusat terhadap implementasi SVLK.

Aktifitas 1.8 Koordinasi parapihak daerah (Kabupaten dan Provinsi)

Page 29: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

29

2. Komunikasi Intensif dengan Dinas perkebunan dan kehutanan wonosobo maupun

Assek 2 bidang ekonomi dan kelembagaan. Hasil dari komunikasi ini berupa

kerjasama dalam proses peningkatan kapasitas di Wonosobo.

b. DIY

Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan koordinasi dengan Pokja

Pemberdayaan dan di level Gunungkidul dilakukan melalui pokja hutan rakyat lestari .

Pada tanggal 1 Pebruari 2011 di Kantor Dinas Kehutanan DIY diadakan pertemuan

multipihak; pada acara tersebut hadir dari Dinas Kehutanan DIY, Dinas Hutbun

Gunungkidul dan Kulon Progo, LSM, BP DAS SOP, BPKH dan Kelompok tani HKm.

Pada pertemuan ini lebih banyak di lakukan up-date informasi; setelah hampir

tiga bulan tidak ada pertemuan di level Pokja Pemberdayaan. Hal baru adalah isu

SVLK, yang kemudian sepakat akan di bahas dirapat berikutnya, karena agenda yang

sangat banyak.(detail ada dilampiran)

Selain itu pada tanggal 26 Pebruari 2011 diadakan rapat Pokja HRL

Gunungkidul di Pustek UGM. Acara dihadiri oleh anggota Pokja (Dinas instansi

terkait, Perguruan Tinggi, LSM) dan juga oleh kelompok tani hutan rakyat dan KWML.

Pada rapat ini dibahas beberapa agenda, antara lain: 1) SKAU dan PUHH di

hutan rakyat (P‟51/ 2006); 2) Pembahasan tentang perluasan sertifikasi hutan rakyat

lestari; 3) Kelanjutan MoU antara Pokja, KWMl dan HARA Group; 4) Menindak

lanjuti pelatihan SKAU bagi para Kades dan Perangkat Desa; dan 5) Rencana

pembangunan industri sawmill oleh KWMl. (detail bisa dilihat di lampiran)

Gambar 8. Suasana Sosialisasi SVLK Gambar 9. Narasumber dari BRIK

Page 30: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

30

c. Blora

Aktifitas koordinasi di Kabupaten Blora menghasilkan dukungan riil, antara

lain: dinas kehutanan blora akan fasilitasi dana APBD untuk prioritas pengembangan

unit manajemen hutan rakyat yang telah sertifikasi. Selain itu akan ada tim yang

dibentuk berdasarkan sk kepala dinas untuk membantu proses-proses SVLK di

kabupaten Blora.

Page 31: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

31

Output ini mempunyai 3 indikator antara lain: 1) tersediannya data dan

informasi tentang learning site implementasi SVLK; 2) tersedia data dan proses

pembelajaran implementasi SVLK; dan 3) desiminasi hasil pembelajaran SVLK.

Untuk mencapai output ada beberapa aktifitas yang dilakukan, berikut rincian aktifitas

tersebut:

Pada kegiatan ini, yang terpenting membangun protokol data base dan kebutuhan data

base yang akan ditampilkan, berikut contoh kebutuhan data untuk data base interaktif

yang disusun sebelum proses audit:

Output 2. Knowledge management (lesson learned development) dari proses

pendampingan SVLK

Aktifitas 2.1 Penyusunan database learning site

Page 32: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

32

Gambar 10. BOX : Shopping List Data Base

Dari pengalaman penilaian, data base terpenting yang harus dimiliki oleh

kelompok dan bisa ditampilkan adalah 1. data soal kepemilikan lahan; 2. data

keanggotaan; 3) data administrasi kayu; dan data potensi hutan jika kelompok akan

melanjutkan ke sertifikasi PHBML.

1. Data Umum Desa

- Demografi

- Penggunaan Lahan

2. Legalitas andil (Wonosobo & Blora)

Nama Pemilik Andil

Luas (ha) Legalitas Penggunaan Lahan

Sastro 0.5 Sertifikat/Leter C/Leter D, dsb..

Kebun Campur

......

Catatan: belum jelas yang didata hanya hutan rakyat atau

SEMUA (termasuk pemukiman).

3. Kapasitas Kelembagaan/Kepemimpinan Lokal:

a. Profil Kelompok

a.1. Informasi Umum Kelompok

Nama Koperasi :

Alamat :

Nomor Telepon :

Ketua :

Sekretaris :

Bendahara :

Manager :

No Akte :

a.2. Dinamika Perjalanan Kelompok

a.3. Aturan-aturan internal kelompok

a.4. Kapasitas Kepemimpinan lokal

adalah kapasitas masing-masing individu anggota

kelompok mengenai SVLK. Kapasitas dikelompokan

dalam 3 kategori:

o Tidak paham

o Paham

o Fasilitator Lokal

o Narasumber (dikaitkan dengan profesi)

Page 33: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

33

Dalam kelompok; data ini ditampilkan dalam buku 2 yaitu buku tentang profil

unit manajemen; sementara buku 1 berisi tentang dokumen pengajuan, dan buku 3

berisi tentang dokumen pendukung.

Aktifitas ini merupakan media untuk mendesiminasihan hasil pembelajaran

kepada publik ada 2 bentuk yang dikembangkan, yaitu web database interaktif di

www.svlk.digital-peasants.org dan media hardkopi dalam bentuk buku saku bagi

pengelola hutan rakyat maupun kelompok HKm dan buku panduan penyiapan unit

manajemen menuju SVLK.

Menjadi catatan penting dalam project ini, web interaktif masih berlaku internal

dan belum di launching untuk publik, hal ini dilakukan karena sampai saat ini

keputusan dari lembaga sertifikasi tentang hasil audit learning site masih belum keluar

keputusan sehingga data base interaktif ini belum dianggap baku. Rencana setelah hasil

keputusan keluar maka web ini akan di publikasikan untuk pembelajaran publik.

Gambar 11. Tampilan web interaktif

Aktivitas 2.2 Diseminasi meliputi database interaktif dan modul pendampingan

Page 34: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

MATRIK CAPAIAN

Tabel 12. Matrik Capaian Program “Pengembangan Learning Site Untuk Implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di

Jateng dan DIY” Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

GOAL:

Terwujudnya tatakelola kehutanan yang

baik (Good Forestry Governance)

melalui pengurangan illegal logging

untuk kelestarian sumberdaya hutan di

Jawa

1. Meningkatnya supply produksi

kayu yang legal di Jawa

2. Berkurangnya laju degradasi

hutat dengan berkurangnya

tingkat illegal logging

3. Meningkatnya kualitas tata

kelola kehutanan yang baik

Seluruh wilayah regional

jawa khususnya untuk

subregional Jawa bagian

tengah- selatan dengan

luasan potensi Hutan Rakyat

sekitar 2,7 ha dan Hutan

Negara sekitar 3 ribu ha

-

Immediate objective :

Terlaksananya percepatan proses-proses

Sistem Verifikasi Legalitas Kelompok

Usaha Kehutanan Kecil dan Mikro yang

implementatif dan dipahami oleh

parapihak terkait di Jawa Tengah dan

DIY

i. Adanya pemahaman di tingkatan

tokoh masyarakat/perangkat desa

yang terlibat langsung dalam tata

usaha kayu rakyat tentang SVLK

ii. Adanya pemahaman pengelola dan

terimplementasinya SVLK dalam

pengelolaan sumberdaya hutan

skala mikro dan kecil (HKm dan

Hutan Rakyat)

iii. Tersedianya lesson learned dan

rekomendasi implementatif dari

penerapan SVLK pada unit

manajemen dan industri

pengolahan hasil hutan skala mikro

dan kecil

1. Ada minimal 30 orang

perangkat desa di

wilayah jawa tengah dan

DIY yang paham

kebijakan dan

menerapkan SVLK.

2. Ada minimal 40

kelompok/pengelola hutan

rakyat dan 35 kelompok

HKm paham dan mampu

menerapkan SVLK

3. Tersedia 3 learning site

yang mencakup sertifikasi

VLK Hutan Rakyat di 2

kabupaten dan VLK

IUPHHK HKm di 1

kabupaten

1. Ada 29 perangkat desa

telah mengikuti dan

mendapat sertifikat

kompetensi sebagai

penerbit yang memahami

PUHH dan SVLK dan 1

orang dari organisasi

paham.

2. 38 pengelola hutan rakyat

mengikuti pelatihan dan

didampingi dalam

pemenuhan standar VLK,

10 orang petani di

libatkan aktif dalam

pemenuhan standar VLK,

sehingga pemahaman 48

orang pengelola hutan

Ada kebutuhan untuk

memperbanyak Kades

yang mempunyai

kapasitas sebagai penerbit;

karena penerbit SKAU

menjadi kunci pemenuhan

VLK di Hutan Rakyat

Pengembangan SOP yang

terkait dengan PUHH

Mendorong unit

manajemen melakukan

bisnis kayu rakyat

sehingga pelaksanaan

PUHH oleh masyarakat

bisa konsisten

Sinergitas penegakan

PUHH dengan semua

Page 35: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

35

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

4. Ada data dan informasi

pembelajaran pada akhir

project

rakyat telah mencapai

diatas 70% terhadap

VLK. 35 orang dari KP

HKm telah dilatih dan di

dampingi sehingga

pemahaman petani

mencapai 60% terhadap

VLK di Hutan Negara.

3. Persiapan 3 Learningsite;

untuk learning site hutan

rakyat sudah sampai tahap

100% dalam konteks

VLK, sedang untuk HKm

tahapan mencapai 70%

dikarenakan ijin IUPHHk

KHm belum terbit.

4. Web interaktif internal

untuk pengembangan

database VLK

www.svlk.digital-

peasants.org

5. Hasil pembelajaran telah

dipresentasikan untuk

perbaikan p. 38/ 2009

maupun masukan bagi

beberapa kebijakan

PUHH; seperti p 51/ 2006

pihak (Dinas, Pedagang

dan Petani)

Perbedaan prosedur

dokumen antara RLPS dan

BUK dalam pengelolaan

hutan di HKM

Harus ada komitmen dari

pemerintah untuk

mendorong VLK di Hutan

Negara yang dikelola

Masyarakat

Perbaikan panduan bagi

petani berdasarkan

pengalaman penilaian

Perbaikan kebijakan

PUHH supaya kebijakan

bisa di implementasikan di

lapangan

Output 1.

Peningkatan pemahaman pengelola

dan terimplementasinya SVLK

dalam pengelolaan sumberdaya

1. Pahamnya pengelola hutan

rakyat dan HKm di Jawa Tengah

dan DIY terhadap implementasi

SVLK

1. Ada 75% dari 105 orang

dari wilayah Jawa

Tengah dan DIY paham

dan mampu menerapkan

29 orang kepala desa atau

perangkat desa dan 1

orang petani telah

mengikuti pelatihan

Kepala desa telah

memiliki wewenang

menerbitkan SKAU

Pencetakan blanko SKAU

Page 36: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

36

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

hutan skala mikro dan kecil (HKm

dan Hutan Rakyat)

2. Terbentuk learning site

implementasi SVLK

3. Adanya review kebijakan dan

feedback kebijakan terhadap

P.38/2009

VLK

2. Ada 3 learning site:

hutan rakyat di Blora

dan Wonosobo, dan

HKm di Gunungkidul

3. Review kebijakan dan

implementasi SVLK

Pengukuran dan

Pengenalan Jenis Kayu

Rakyat dengan subtansi

materi tentang PUHH,

Sertifikasi Hasil Hutan

dan VLK, kapasitas

peserta pelatihan 29 orang

lulus dan mempunyai

kewenangan untuk

menjadi pelaku Penerbit

karena kapasitasnya

sebagai kepala desa

sementara 1 orang lulus

tetapi tidak/ belum berhak

menjadi penerbit karena

berasal dari petani. Hasil

pelatihan ini sudah ter-

rekognisi Departemen

Kehutanan melalui

BP2HP wilayah Jawa dan

Madura.

35 Orang Perwakilan

Kelompok Tani HKm

DIY telah mengikuti

pelatihan SVLK, dengan

tingkat pemahaman 30%

pada saat pelatihan dan

terus ada peningkatan

pemahaman terhadap

VLK setelah dilakukan

pendampingan; dari

verifier yang ada

kelompok HKm telah

oleh propinsi sehingga

biaya menjadi mahal dan

tidak sesuai dengan

kebutuhan lapangan

Data yang ada di desa

masih beragam/ tidak

konsisten sehingga

menimbulkan kesulitan

dalam penyusunan

dokumen

Web interaktif masih

berlaku di internal, belum

di launching ke publik

karena bentuk bakunya

belum ada, masih

menunggu keputusan

penilaian dari lembaga

sertifikasi.

Bahasa dan Sistem SVLK

yang rumit dan susah

dipahami petani

Kebijakan PUHH tidak

dilaksanakan dengan

konsisten di lapangan

Page 37: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

37

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

mencapai pemenuhan

standar diatas 60%

dengan catatan masalah

yang paling berat dihadapi

ada pada persoalan

perijinan (IUPHHK-

HKm) dan juga

Pembiayaan UKL/UPL/

Amdal.

21 Kelompok tani hutan/

petani di Wonosobo telah

mengikuti pelatihan

SVLK, dengan

pemahaman cukup 45%

pada saat pelatihan dan

meningkat sampai 90%

paham terhadap VLK

setelah melakukan

persiapan untuk

pengajuan Verifikasi

kepada lembaga verifikasi

legalitas kayu (Sucofindo)

23 Kelompok Tani Hutan/

Individu di Blora telah

mengikuti pelatihan

dengan pemahaman

cukup dan bagus 82%

pada saat pelatihan dan

saat ini mencapai

pemahaman hampir 90%

tentang VLK.

10 orang Pengurus

KWML, Pengurus

Page 38: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

38

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

Paguyuban di Kd. Keris;

Girisekar dan Dengok

Kabupaten Gunungkidul

memahami SVLK setelah

dilakukan kegiatan

Monev yang melibatkan

KWML dan Juga

penyiapan dokumen untuk

pengajuan sertifikasi VLK

3 Kabupaten learning site

untuk Hutan Rakyat yaitu

Gunungkidul, Wonosobo

dan Blora, pada saat ini

telah dilakukan assesment

oleh LV-LK (Sucofindo)

1 Kabupaten Learning site

HKm; belum sampai ke

tahap pengajuan tetapi

pembelajaran ada pada

diagnosa persoalan

pemenuhan standar untuk

hutan yang dikelola

masyarakat

Terumuskannya masukan

bagi perbaikan p 38/ 2009

dan juga aturan lain yang

terkait erat dengan PUHH

misalnya p 51/ 2006

tentang PUHH di HR dan

juga beberapa persoalan

untuk IKM

Page 39: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

39

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

Aktivitas 1.1. Pelatihan SVLK

bagi perangkat desa yang

bertugas dalam Tata Usaha Kayu

Rakyat

Meningkatnya pemahaman para

perangkat desa Jateng-DIY terhadap

legalitas kayu dan VLK

1. Ada minimal 30

perangkat desa

mengikuti pelatihan dan

paham tentang TUK

2. Ada minimal 75% dari

30 perangkat desa

menerapkan TUK

29 orang kepala desa dan

perangkat desa serta 1

Organisasi tani telah

mengikuti pelatihan TUK,

termasuk pemahaman

awal SVLK

Aktivitas 1.2. Pelatihan SVLK

bagi unit usaha kehutanan skala

mikro (kelompok/koperasi HKm,

kelompok/koperasi hutan rakyat,

dan atau individu pemilik hutan

rakyat) di DIY dan Jawa Tengah

Meningkatnya pemahaman SVLK

bagi unit usaha kehutanan skala

mikro (kelompok/koperasi HKM,

kelompok/koperasi hutan rakyat, dan

atau individu pemilik hutan rakyat) di

DIY dan Jawa Tengah

1. Ada minimal 35 koperasi

/ kelompok HKm paham

VLK IUPHHK HKm di

Gunungkidul

2. Ada minimal 75%

kelompok HKm mampu

menyiapkan penerapan

VLK

3. Ada minimal 20

kelompok hutan

rakyat/individu di Blora

paham VLK hutan

rakyat

4. Ada minimal 75% dari

20 kelompok hutan

rakyat di Blora

menerapkan VLK

5. Ada 20 kelompok hutan

rakyat/individu paham

VLK hutan rakyat di

Wonosobo

6. Ada minimal 75% dari

20 kelompok hutan

rakyat di Wonosobo

menerapkan VLK

35 Kelompok/ Koperasi

HKm telah mengikuti

pelatihan SVLK dengan

tingkat pemahaman 30%

35 Kelompok HKm telah

menyiapkan dokumen

pendukung VLK dan

mempersiapkan SOP

PUHH

23 kelompok hutan

rakyat/ individu di Blora

telah mengikuti pelatihan

SVLK dengan tingkat

pemahaman cukup dan

bagus 82%

Ada 25 KTH di level

dusun dari 8 desa telah

menjadi anggota

“Jatimustika dan telah

Audit VLK”

21 Kelompok hutan

rakyat/ individu di

Wonosobo telah

mengikuti pelatihan

SVLK dengan tingkat

pemahaman cukup

Page 40: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

40

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

mencapai 45%

Ada 22 KTH di 5 Desa

telah menjadi anggota

APHR dan telah di audit

VLK

Aktivitas 1.3. Pendampingan

learning site SVLK untuk

Kelompok Hutan Rakyat dan

HKm di wilayah DIY dan Jawa

Tengah, terkait kelembagaan

Siapnya kelembagaan HKm dan

Hutan rakyat dalam sertifikasi

1. Ada 1 koperasi HKm

siap diajukan sertifikasi

IUPHHK HKm

2. Ada 8 desa di Blora dan

2 desa di Wonosobo siap

diajukan sertifikasi VLK

hutan rakyat

3. Ada penyiapan

kelembagaan hutan

rakyat 8 desa di Blora

dan 2 desa di Wonosobo

untuk sertifikasi PHBML

Ada 1 Kop HKm

terdampingi secara

intensif dalam penyiapan

VLK. Jumlah anggota di

Sedyorukun 254 KK

petani. Proses yang belum

selesai adalah pengajuan

IUPHHK-HKm dan

Amdal; proses VLK di

Sedyomakmur ini akan

berdampak pada lebih dari

3.098 petani HKm di

DIY.

Ada 8 desa di Blora

dengan jumlah petani

(KK) 884 petani yang

didampingi intensif ; 8

desa ini tergabung dalam

1 unit assesment dengan

nama Gapoktanhut

Jatimustika Blora;

penyiapan dokumen

100% dan telah dilakukan

penilaian oleh LV-LK.

Ada 5 desa di Wonosobo

dengan jumlah anggota/

petani 4384 atau 2698 KK

yang didampingi intensif.

Page 41: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

41

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

5 desa ini tergabung

dalam 1 unit assesmen

bernama asosiasi pemilik

hutan rakyat (APHR)

Wonosobo. Penyiapan

Dokumen 100% dan

sudah dilakukan penilaian

SVLK oleh Sucofindo

Ada 3 Desa di Gunung

Kidul siap sertifikasi

VLK, dengan jumlah

petani (1658 KK) yang

tergabung dalam 1 unit

manajemen KWML

Aktivitas 1.4. Penghitungan

potensi hutan rakyat dan

pemetaan partisipatif kawasan

hutan rakyat

Tersedianya informasi potensi hutan

rakyat dan kawasan hutan rakyat

Ada 8 desa di Blora dan 2

desa di Wonosobo dan

teridentifikasi potensi hutan

rakyatnya dan kejelasan

batas-batas areal desa

Blora : sudah terpetakan

areal hutan rakyat di 8

desa dengan batas areal

yang jelas. Peta sudah

dalam bentuk digital; dari

hasil inventarisasi hutan

rakyat dapat diketahui

potensi kayu di 8 desa:

standing stock 36.121 m3

dengan luas hutan rakyat

500,37 ha.

Wonosobo :sudah

terpetakan kawasan hutan

rakyat di 5 desa dan sudah

dalam bentuk peta digital.

Total tegakan/ potensi

kayu ada 526.880 pohon

dengan jenis; sengon

Page 42: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

42

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

(452.4740, suren

(18.365), Mahoni

(30.409), dan Kelapa

(25.632) ; dengan potensi

kayu per hektar 90 m3

dengan total luas wilayah

hutan rakyat: 1.228 hektar

Aktivitas 1.5. Pengajuan

sertifikasi VLK Hutan Rakyat,

meliputi penyiapan dokumen

sampai dengan pengajuan

sertifikasi

Siapnya pengajuan sertifikasi VLK

hutan rakyat ke lembaga sertifikasi

Ada kelengkapan dokumen

pengajuan sertifikasi pada 8

desa hutan rakyat Blora dan

2 desa hutan rakyat

Wonosobo

Wonosobo: Dokumen

pengajuan sudah 100%

terdiri dari : 1) peta desa

dan hutan rakyat di 5 desa

Kalimendong,

Jonggolsari, Burat,

Manggis dan Duren Sawit

; 2) Bukti kepemilikan

lahan; 3) Keanggotaan; 4)

organisasi pengaju; 5)

Dokumen pendukung dan

6) aplikasi pengajuan

penilaian. Untuk dokumen

angkutan (SKAU) belum

di verifikasi karena

kelompok belum

melakukan pemanenan

kayu.

Blora: Dokumen siap

100%; terdiri dari peta

hutan rakyat 8 desa :

Jurangjero, NgAmpel,

Waru, Soko, Tempuran,

Platungan, Sendangharjo,

dan Jatirejo. Dokumen

Page 43: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

43

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

yang diajukan antara lain :

1) Aplikasi Dokumen; 2)

Keanggotaan; 3)

Kepemilikan Lahan; 4)

Kelembagaan; 5) peta

kepemilikan HR; dan 6

Dokumen Pendukung.

Gunungkidul: Dokumen

pengajuan siap 100%;

terditi dari: 1) Daftar

keanggotaan; 2)

Rekapitulasi bukti

kepemilikan HR; 3)

Dokumen angkutan; 4)

Kelembagaan; 5) Peta

Hutan rakyat di 3 desa

(kd. Keris, Girisekar dan

Dengok); 6. Aplikasi

dokumen; dan 7.

Dokumen pendukung

(etat dan potensi, serta

penelitian pihak lain)

Aktifitas 1.6. Pengajuan

sertifikasi VLK IUPHHK HKm,

meliputi penyiapan dokumen

sampai dengan pengajuan

sertifikasi

Siapnya pengajuan sertifikasi VLK

pemegang IUPHHK HKm ke

lembaga sertifikasi

Ada kelengkapan dokumen

pengajuan sertifikasi pada 1

koperasi HKm

Penyiapan dokumen

mencapai 70%, sesuai

verifier yang dinilai untuk

pengelolaan hutan oleh

masyarakat; kekurangan ada

pada ijin IUPHHK HKm

yang belum turun

(Kewenangan BUK-

kementrian kehutanan) dan

dokumen amdal (luas

Page 44: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

44

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

dibawah 6.000 hektar tidak

diperlukan); sehingga belum

bisa mengajukan ke LV-LK

Aktifitas 1.7 Latih-damping

peserta pelatihan tata usaha kayu

dan SVLK

Terimplimentasinya hasil-hasil

pelatihan TUK dan SVLK

1. Ada 30 perangkat desa

terlatih-damping TUK

2. Ada 35 kelompok tani

HKm di Gunungkidul

terlatih-damping VLK

3. Ada 40 kelompok/

pengelola hutan rakyat di

Wonosobo dan Blora

terlatih-damping

Ada 14 perangkat desa di

Wonosobo yang terlatih

damping dan telah

berkomitment

Ada 15 perangkat desa

yang akan difasilitasi oleh

pokja HRL di

GunungKidul

Ada 35 kelompok HKm

yang telah mengikuti

pelatihan VLK

Ada 44 kelompok (21

Wonosobo dan 23 Blora)

dan petani yang telah

mengikuti pelatihan VLk

dan mempunyai agenda

untuk mensosialisasikan

VLK dan mulai

mengimplementasikan

VLK

o Aktifitas 1.8 Koordinasi

parapihak daerah (kabupaten dan

provinsi)

Terkomunikasinya inisiatif SVLK

kepada parapihak daerah

Ada tim kerja multipihak di

Blora,Wonosobo, dan

Gunungkidul

Wonosobo : para pihak di

daerah sepakat untuk

mendorong implementasi

VLK di wonosobo; proses

ini akan di gawangi oleh

Assek 2 (bapak munir)

dan rencananya masuk

menjadi bagian di FHW

Blora : Dinas kehutanan

blora berkomitmen untuk

Page 45: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

45

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

mendorong VLK dan

menjadi tupoksi dari seksi

perlindungan dan juga

penyuluh lapangan

kehutanan

Gunungkidul: untuk HKm

implementasi VLk akan

didorong oleh pokja

pemberdayaan dan untuk

HR akan dikawal oleh

Pokja HRL

Output 2.

Knowledge management (lesson learned

development) dari proses pendampingan

SVLK

1. Tersedianya data dan informasi

ttg learning site implementasi

SVLK

2. Tersedia data dan proses

pembelajaran implementasi

SVLK

3. Diseminasi hasil pembelajaran

SVLK

1. Satu model database

dan informasi

implementasi SVLK

2. Paket modul

pendampingan SVLK

hutan rakyat dan HKm

Baseline Unit

Managemen Hutan

Rakyat dan HKm

Web - data interaktif

(internal)

www.svlk.digital-

peasants.org Buku saku bagi petani HR

dan HKm

Buku panduan menuju

SVLK bagi pengelola

hutan rakyat dan HKm

o Aktivitas 2.1. Penyusunan

database learning site

Siapnya database interaktif Satu model database VLK Tersusunya shopping list

database

Tersedianya sumber data

bagi unit manajemen HR

dan HKm

o Aktivitas 2.2 Diseminasi

meliputi database interaktif dan

modul pendampingan

Tersusunnya dan terdistribusinya

hasil-hasil pembelajaran SVLK

1. Ada database interaktif

2. Ada modul

pendampingan

Web interaktif di

www.svlk.digital-

peasants.org

Buku saku SVLK bagi

Page 46: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

46

Targets Indicators

Capaian Program

(Pointers, Angka,

Prosentase dari Target)

Hambatan dan Faktor

Pendukung

pengelola HKm dan HR

Buku panduan persiapan

menuju SVLK bagi

kelompok hutan rakyat

dan HKm

Page 47: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

4. Rencana Tindak dan Rekomendasi

Rencana tindak merupakan merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan

dalam mengatasi hambatan; antara lain

No Tantangan Rencana Tindak

1 Perluasan Areal di level

Kabupaten Memperkuat Unit Manajemen

Merealisasikan manfaat VLK bagi

petani

Membangun unit bisnis petani

Advokasi dukungan pemda

terhadap VLK di HR

2 Pasar bagi HR sertifikasi Jejaring antara UM HR dengan IUI

Peningkatan kapasitas petani dalam

grading kayu

Membangun Unit bisnis kayu

rakyat

Membangun task force level

kabupaten untuk mendukung kayu

rakyat

3 IUPHHK HKm Advokasi Ke Kementrian kehutanan

4 PUHH Meningkatkan kapasitas penerbit

SKAU bagi UM tersertifikasi

Advokasi kebijakan layanan

SKSKB dan SKAu

sedangkan beberapa rekomendasi.

No Rekomendasi Keterangan

1 Pembiayaan sertifikasi Untuk hutan rakyat sebaiknya di

tanggung APBN/ Negara

Mendorong penganggaran VLK di

hutan rakyat oleh Pemda

2 Kelembagaan/ Unit Assesment Perumusan unit manajemen hutan

rakyat harus lebih jelas

Unit Manajemen harus dengan

pertimbangan ekonomis/ cucuk

3 Sosialisasi P38/ 2009 Karena banyak orang pemerintah yang

belum memahami kebijakan ini

Lintas sektor diluar kehutanan harus

tau juga

4 Estafet Pendampingan dari LSM

ke Pemda & Koordinasi parapihak

daerah (kabupaten dan provinsi)

Advokasi supaya pasca pendampingan

oleh LSM, Pemda bisa melanjutkan

fasilitasi UM mencapai VLK

5 Data Base Perbaikan data dan informasi

sehingga akan memudahkan proses

VLK

Menyediakan data dan informasi

mengenai SVLK, Unit Manajemen

Page 48: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

48

dan Pasar kepada Publik

Page 49: Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak ... · kehutanan, dan pelaku usaha perkayuan. b. Tujuan dari Proyek Adalah terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi

49

5. STATUS KEUANGAN

Dana yang telah diterima : Rp

Dana yang telah dibelanjakan : Rp

6. Lampiran – lampiran

Lampiran dalam laporan ini terdiri dari:

1. Lampiran 0. Laporan MFP triwulan 1

2. Lampiran 1. Peta Wonosobo

3. Lampiran 2. Peta Blora

4. Lampiran 3. Peta Gunungkidul

5. Lampiran 4. Dokumen Blora

6. Lampiran 5. Dokumen Wonosobo

7. Lampiran 6. Dokumen Gunungkidul

8. Lampiran 7. Dokumen Aplikasi Sucofindo

9. Lampiran 8. Dokumen keanggotaan lahan Wonosobo

10. Lampiran 9. Keanggotaan KWML

11. Lampiran 10. Anggota Blora

12. Lampiran 11. Data inventarisasi hutan Blora

13. Lampiran 12. Data inventarisasi hutan wonosobo

14. Lampiran 13. Laporan Pendampingan Blora

15. Lampiran 14. Laporan Pendampingan Wonosobo