evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease di...

110
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Maria Laksmi Parahita NIM : 068114027 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Upload: melia-sari-dewi

Post on 28-Jul-2015

879 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES

MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Laksmi Parahita

NIM : 068114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

i  

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES

MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Maria Laksmi Parahita

NIM : 068114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

ii  

Page 4: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

iii  

Page 5: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

 

Semua p

r

K

pasti inda

rencana y

Kuper

ya

HALAM

h tepat pa

yang dasya

rsemba

ang te

iv

MAN PER

ada waktu

at untuk m

ahkan k

ercinta

SEMBAHA

unya, kare

masing-ma

karya

ta Bap

AN

ena Tuhan

asing uma

ini un

pak dan

Al

n selalu pu

atnya.

ntuk :

n Ibu-

adik

lmamate

unya

-ku

kku

erku

Page 6: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

v  

Page 7: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

vi  

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan

bimbinganNya yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi

yang berjudul : “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus

Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009”. Skripsi ini disusun guna

memenuhi persyaratan dalam penyelesaian jenjang studi untuk meraih gelar

Sarjana Farmasi di Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian orang-

orang di sekitar penulis. Untuk itu tidak lupa penullis mengucapkan terimakasih

sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji yang telah banyak

membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti dalam proses

penyusunan skripsi ini.

2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia membimbing, memberi dukungan, semangat, gagasan dan

kritik yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian

ini.

3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku penguji yang telah

banyak membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti bagi

penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Page 8: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

vii  

4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih atas ijin yang diberikan kepada

penulis untuk melakukan penelitian

5. Kepala beserta Staf bagian personalia Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta atas segala bantuan dan dukungannya.

6. Kepala dan Staf Bagian Pelayanan Rekam Medik Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam

mengumpulkan data untuk penelitian ini.

7. Bapak Ignasius Suwarto dan Ibu Fransiska A Sudjarwati atas cinta dan

kasih sayangnya serta perjuangannya yang sepenuh hati.

8. Saudara laki-lakiku Dominiko Laksma Paramestha yang selalu mau

membantu penulis dalam segala hal.

9. Seluruh keluarga besarku atas doanya.

10. Saudara yang sekaligus partnerku dalam pembuatan skripsi, Anastasia

Aprilistyawati atas segala bantuannya mendengarkan keluh kesah, dan

kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Gayatri Kusuma Wardani, Dewi Prasetyaningrum, Maria Evangeli dan

Swastika Maharani yang selalu memberi semangat dan menemani dalam

proses penting ini.

12. Sahabat-sahabatku Lulu, Dotie, Vica, Nimoo, Nee, Dissa, Shinta Sita,

Adit, Reno, Robi kebersamaan, semangat dan dukungannya yang hebat.

13. Seluruh teman-teman Farmasi khususnya angkatan 2006 kelas A, atas

lingkungan yang nyaman dalam proses belajar yang mengesankan.

Page 9: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

viii  

14. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, oleh karena itu

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala ketidaksempurnaan

tersebut, dan dengan lapang dada penulis akan menerima kritik, koreksi, dan

saran dalam berbagai bentuk dari pihak lain guna menjadikan skripsi ini lebih

baik.

Pada akhirnya, penulis berharap semoga keseluruhan isi skripsi ini dapat

berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 16 Januari 2010

Penulis

Page 10: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

ix  

INTISARI

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme kronis ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah salah satu komplikasi makrovaskular yang biasa terjadi pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien DM komplikasi IHD.

Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan jumlah pasien dengan umur 60-69 tahun sebanyak 33,3%. Komplikasi penyerta terbanyak adalah dislipidemia (33,3%). Penyakit penyerta yang banyak dialami pasien adalah radices dentist (27,7%). Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat hormonal (100%), obat kardiovaskuler (94,4%). Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan nitrat (77,7%) dan biguanida (66,6%). Dari hasil evaluasi Drug Related Problems (DRPs), terdapat 13 kasus dengan DRPs, yaitu sebanyak 11 kasus butuh tambahan obat, Adverse drug reaction sebanyak 2 kasus, obat tidak tepat sebanyak 2 kasus dan tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus. Keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%, dan lama inap pasien diabetes melitus komplikasi IHD yang paling banyak adalah 8-14 hari (66,6%). Kata kunci : diabetes melitus, ischemic heart disease, drug related problems

Page 11: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

x  

ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of the endocrine disease. Ischemic heart disease is common complication in diabetes mellitus that causes cardiovascular disase and complication which can increase risk of death on patient diabetes mellitus.

The research was non experimental method with description and evaluation research program and collected the data from medical record sheet retrospectively.

The research was done to evaluate the therapy management and its drug related problems (DRPs) in 18 diabetes mellitus with ischemic heart disease complication patient. The result showed that patien distribution was 33,3% of 60-69 years, complication other than ischemic heart disease was dislipidemia (33,3%), and another disease is radices dentist (27,7%).

The drug therapy classes of the diabetes mellitus with ischemic heart disease patient were cardiovascular system 94,4%; nitrat 77,7%; and hormonal therapy 100%; biguanida 66,6%. The DRPs evaluation in this research showed that 11 patients need for additional drug therapy, 2 patients adverse drug reaction 2 patients unneccesary therapy, and 2 patients wrong drug. Key words : diabetes mellitus, ischemic heart disease, drug related problems

Page 12: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xi  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v

PRAKATA ........................................................................................................ vi

INTISARI .......................................................................................................... ix

ABSTRACT ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix

BAB. I PENGANTAR ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................

1. Permasalahan ...................................................................................

2. Keaslian Penelitian ..........................................................................

3. Manfaat Penelitian ...........................................................................

B. Tujuan Penelitian ...................................................................................

1. Tujuan Umum ..................................................................................

2. Tujuan Khusus .................................................................................

1

3

4

5

5

5

5

BAB. II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 7

Page 13: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xii  

A. Diabetes Melitus ...................................................................................

1. Definisi, Tanda dan Gejala ..............................................................

2. Etiologi ............................................................................................

3. Faktor Resiko ..................................................................................

4. Patofisiologi .....................................................................................

5. Diagnosis .........................................................................................

6. Komplikasi Diabetes Melitus .........................................................

B. Ischemic Heart Disease .........................................................................

1. Definisi, Tanda, dan Gejala .............................................................

2. Etiologi ............................................................................................

3. Faktor Resiko ..................................................................................

4. Patofisiologi .....................................................................................

5. Diagnosis .........................................................................................

C. Penatalaksanaan .....................................................................................

1. Tujuan ..............................................................................................

2. Sasaran Terapi .................................................................................

3. Strategi Terapi .................................................................................

D. Drug Related Problem (DRPs) ..............................................................

E. Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) ..........

F. Keterangan Empiris ...............................................................................

7

7

8

9

10

12

14

15

15

16

16

18

20

21

21

21

21

26

28

29

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................

B. Definisi Operasional ..............................................................................

30

30

Page 14: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xiii  

C. Subyek Penelitian ..................................................................................

D. Bahan Penelitian ....................................................................................

E. Lokasi Penelitian ...................................................................................

F. Jalannya Penelitian ................................................................................

G. Analisis Hasil ........................................................................................

H. Kesulitan Penelitian ...............................................................................

32

33

33

33

35

36

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38

A. Profil Pasien ..........................................................................................

1. Persentase Umur ..............................................................................

2. Persentase Komplikasi Penyerta .....................................................

3. Persentase Penyakit Penyerta ..........................................................

B. Profil Penggunaan Obat .........................................................................

1. Kelas Terapi ....................................................................................

2. Golongan Obat ................................................................................

C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) .............................................

D. Outcome Terapi .....................................................................................

E. Rangkuman Pembahasan .......................................................................

38

38

39

41

43

43

44

55

62

64

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67

A. Kesimpulan ............................................................................................

B. Saran ......................................................................................................

67

68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

LAMPIRAN ...................................................................................................... 73

BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 91

Page 15: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xiv  

DAFTAR TABEL

Tabel I Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2 .................................... 10

Tabel II Kriteria Diagnosis Diabetes ................................................... 13

Tabel III Faktor Resiko Mayor pada Ischemic Heart Disease ............. 18

Tabel IV Derajat Angina Menurut Canadian Cardiovascular

Society .................................................................................... 20

Tabel V Target Penatalaksanaan Diabetes Melitus ............................. 26

Tabel VI Kategori DRP dan Kemungkinan Penyebabnya .................... 27

Tabel VII Persentase Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi

Ischemic Heart Disease dengan Penyakit Penyerta di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 41

Tabel VIII Persentase Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 45

Tabel IX Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem

Hormon pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei

2009 ....................................................................................... 47

Tabel X Persentase Penggunaan Obat Infeksi pada Pasien Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di

Page 16: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xv  

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 ..........................................

49

Tabel XI Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 50

Tabel XII Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 51

Tabel XIII Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 52

Tabel XIV Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada

Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 53

Tabel XV Persentase Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 53

Tabel XVI Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien

Page 17: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xvi  

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................

54

Tabel XVII Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes

Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......................................... 56

Tabel XVIII Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 57

Tabel XIX Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 59

Tabel XX Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart

Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 ....................... 60

Tabel XXI Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien

Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 – Mei 2009 ..........................................

61

Page 18: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xvii  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 (A). Gambaran normal EKG; (B). Potongan gelombang

PR, QRS, dan QT ................................................................. 20

Gambar 2 Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic

Heart Disease Berdasarkan Kelompok Umur di Instalasi

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari

2008 – Mei 2009................................................................... 39

Gambar 3 Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic

Heart Disease Berdasarkan Komplikasi Penyerta di

Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

Januari 2008 – Mei 2009...................................................... 40

Gambar 4 Diagram Kelas Terapi Obat yang Digunakan pada Pasien

Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart di Instalasi

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari

2008 – Mei 2009................................................................... 43

Gambar 5 Persentase Outcome Pasien Diabetes Melitus Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Instalasi Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......... 63

Gambar 6 Persentase Lama Inap Pasien Diabetes Melitus Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Instalasi Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 .......... 64

Page 19: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

xviii  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Analisis SOAP pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi

Ischemic Heart Disease di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 .................................73

Page 20: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik,

yang membuat penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang

cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga

terjadi kelebihan gula dalam darah. Apabila kadar glukosa darah tidak bisa

dikendalikan, penyakit ini menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, baik

komplikasi akut maupun kronis. Di negara berkembang seperti di Indonesia,

diabetes melitus sampai saat ini masih merupakan faktor yang terkait sebagai

penyebab kematian sebanyak 4 - 5 kali lebih besar dibandingkan dengan penyakit

lainnya. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam

jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia (Soegondo, 2006).  WHO juga

mengestimasi bahwa pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta masyarakat Indonesia yang

menderita diabetes, tetapi pada kenyataannya terdapat 8,2 juta penduduk

Indonesia yang menderita diabetes.

Diabetes melitus adalah penyakit yang diderita seumur hidup yang

berjalan lambat, dan menyebabkan progresivitas penyakit semakin meningkat,

yang pada akhirnya dapat menimbulkan komplikasi, baik komplikasi

makovaskular maupun komplikasi mikrovaskular, bahkan saat ini diabetes melitus

dianggap setara dengan penyakit jantung, yang menyebabkan kematian terbanyak

di banyak negara.

Page 21: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

2  

 

Ischemic Heart Disease (IHD) adalah salah satu komplikasi

makrovaskular yang sering terjadi pada pasien DM, yang terjadi karena

penyempitan pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yang

menyebabkan suplai darah menuju jantung menjadi terhambat. Menurut National

Institute of Health, IHD merupakan salah satu penyebab kematian pada pasien

diabetes yaitu sebesar 65%. Pasien diabetes memiliki risiko kematian 2 sampai 4

kali lipat lebih besar karena kelainan jantung dibandingkan pasien tanpa diabetes.

(Ronald, 2008).

Diabetes komplikasi IHD yang terlambat dalam penanganannya dapat

menyebabkan kematian yang mendadak pada pasien, sehingga IHD sering disebut

dengan silent killer. Penatalaksanaan pasien diabetes dengan komplikasi IHD

bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah, seperti infark

miokard, penyakit jantung koroner dan gagal jantung, serta mencegah timbulnya

serangan kembali yang menyebabkan kondisi pasien lebih buruk.

Oleh karenanya penggunaan obat pada pasien DM dengan komplikasi IHD

harus sangat diperhatikan. Pemilihan obat harus mempertimbangkan tingkat

keparahan diabetes, serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk

penyakit lain dan komplikasi yang terjadi (Muchid, 2005). Penatalaksanaan

diabetes dengan terapi obat dapat menimbulkan masalah-masalah terkait obat

yang dialami pasien. Aktivitas untuk meminimalkannya merupakan bagian dari

proses pelayanan kefarmasian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

penatalaksanaan terapi meliputi profil pasien, profil peresepan yang digunakan

Page 22: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

3  

 

pasien, dan melihat ada tidaknya drug related problems (DRPs) pada pasien

diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih periode Januari 2008 sampai dengan Mei

2009, dan mengevaluasi terapi serta melihat hasil terapinya pada pasien.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) karena

terdapat banyak pasien diabetes komplikasi IHD. Selain itu, RSPR adalah salah

satu rumah sakit besar yang memiliki pelayanan rawat inap yang dapat

memberikan terapi kepada pasien diabetes melitus komplikasi IHD. Pemilihan

pasien rawat inap karena terapi pada pasien rawat inap lebih terkontrol dan relatif

lebih mudah dalam pengamatan yang menggambarkan kemajuan terapi.

1. Permasalahan

a. Bagaimana profil pasien meliputi umur, komplikasi, dan penyakit

penyerta pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009?

b. Bagaimana profil pengobatan meliputi kelas terapi, golongan obat, dan

jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan

komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009?

c. Apa sajakah jenis kasus drug related problems yang teridentifikasi

pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009?

Page 23: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

4  

 

d. Bagaimana outcome terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009?

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan data yang ditelusuri di Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma, penelitian berjudul “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi

Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 – Mei

2009” belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang serupa sudah banyak

diteliti oleh peneliti lain, namun penelitian ini berbeda dalam hal, subyek dan

waktu penelitian. Penelitian yang telah dilakukan antara lain

a. Nadeak (2000) tentang pola penggunaan antidiabetika oral bagi pasien

diabetes melitus rawat jalan di RS Betesdha Yogyakarta periode 1998

b. Triastuti (2004) tentang gambaran peresepan obat pada pasien diabetes melitus

tipe 2 di instalasi rawat inap RS dr. Sardjito Yogyakarta periode 2001-2002

c. Utomo (2005) tentang gambaran penatalaksanaan diabetes melitus pada pasien

rawat inap rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode bulan Juli-Desember

2003

d. Fransisca (2007) tentang evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes

melitus dengan komplikasi stroke di instalasi rawat inap RS Panti Rapih

Yogyakarta periode tahun 2005

Page 24: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

5  

 

e. Larasati (2008) tentang evaluasi drug related problems pada peresepan pasien

diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi Ischemic Heart Disease di instalasi

rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2005-Desember 2007.

3. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada RS Panti

Rapih Yogyakarta dalam penerapan pelayanan kefarmasian khususnya pada upaya

peningkatan kualitas peresepan pada terapi pengobatan pasien diabetes melitus

dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi drug related

problems (DRPs) pada peresepan pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui profil pasien meliputi umur, komplikasi, dan penyakit

penyerta pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009.

b. Mengetahui profil pengobatan meliputi kelas terapi, golongan obat,

dan jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan

komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap

Page 25: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

6  

 

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei

2009.

c. Mengetahui apa saja jenis kasus drug related problems yang

teridentifikasi pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009.

d. Mengetahui outcome terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009.

Page 26: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi, Tanda dan Gejala

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar

gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO,1999). Insulin adalah hormon

yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan

kadar gula darah yang normal. Insulin dibutuhkan untuk memproses karbohidrat,

lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Insulin

memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan

sebagai cadangan energi (Soegondo, 2006). Insufisiensi fungsi insulin ini dapat

disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta

Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel

tubuh terhadap insulin (WHO,1999).

Secara normal kadar gula darah sepanjang hari bervariasi. Gula darah akan

meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes

melitus ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah atau

hiperglikemik kronik karena ganggguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan

protein serta meningkatnya risiko terkena penyakit vaskular.

Gejala-gejala dari diabetes melitus adalah banyak makan atau polipagi,

namun tidak menunjukkan tanda-tanda penambahan berat badan, banyak dan

Page 27: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

8  

 

sering minum atau polidipsi, namun badan tetap terasa lemas, banyak kencing

atau poliuria, kadar gula darah diatas normal, yaitu lebih dari 140 mg/dl untuk

gula darah 2 jam post prandial dan 100 mg/dl untuk gula darah puasa, pada dua

kali pemeriksaan terpisah pada kadar glukosa darah puasa (Corwin, 2001).

Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap

infeksi (Soegondo, 2006).

2. Etiologi

Klasifikasi DM dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe

2, dan diabetes gestasional.

a. Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin, pada

awalnya diagnosa biasa dilakukan pada anak-anak, remaja atau dewasa muda.

Pada diabetes ini, sel beta pankreas tidak dapat membuat insulin. Diabetes tipe 1

biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk, berusia kurang dari 30 tahun

(Anonim, 2009).

b. Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes melitus ini tipe yang tidak tergantung pada insulin. Diabetes

melitus ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar

insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin

untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang (Anonim, 2003).

c. Diabetes Gestasional

Diabetes ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap

diabetes. Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status

Page 28: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

9  

 

nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Namun, risiko mengalami diabetes tipe 2

pada waktu mendatang lebih besar daripada normal. Wanita yang mengidap

diabetes gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan

glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul (Corwin, 2001).

Diabetes gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan

dengan meningkatkan risiko malformasi congenital, lahir mati dan bayi bertubuh

besar, yang dapat menimbulkan masalah pada persalinan (Corwin, 2001).

3. Faktor Risiko

Faktor risiko diabetes melitus adalah :

a. faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah ras, etnik, riwayat keluarga

dengan diabetes,usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat

badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional,

riwayat berat badan lahir rendah <2,5 kg

b. faktor risiko yang dapat diperbaiki adalah berat badan lebih dapat dilihat

dari indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi

dengan tekanan darah >140/90 mmHg, dislipidemia dengan kadar HDL

<35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl, diet tinggi gula rendah serat

c. faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita

sindrom ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan

resistensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu

atau glukosa darah puasa terganggu, riwayat penyakit kardiovaskular

seperti stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh

darah arteri kaki (Triplitt, 2005).

Page 29: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

10  

 

Tabel I Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2 (Muchid, 2005)

Riwayat Diabetes dalam keluarga Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg Kista ovarium (Polycystic ovary syndrome) IFG (Impaired fasting Glucose) atau IGT (Impaired glucose tolerance)

Umur 20-59 tahun : 8,7% > 65 tahun : 18%

Hipertensi >140/90mmHg Hiperlipidemia Kadar HDL rendah <35mg/dl

Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl Faktor-faktor Lain Kurang olah raga

Pola makan rendah serat

4. Patofisiologi

Diabetes melitus adalah penyakit dimana tubuh tidak dapat memproduksi

atau tidak dapat menggunakan dengan baik insulin. Insulin adalah hormon yang

diproduksi di pankreas, organ yang letaknya dekat dengan perut. Insulin ini

dibutuhkan untuk mengubah gula dan makanan yang lain menjadi energi. Insulin

juga menyimpan asupan glukosa atau produksi glukosa yang melebihi kebutuhan

kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses

glukoneogenesis ini mencegah hiperglikemia. Ketika seseorang memiliki

diabetes, tubuhnya tidak dapat membuat cukup insulin atau tidak menggunakan

insulin seperti yang seharusnya atau keduanya. Hal ini dikarenakan banyaknya

gula yang ada di dalam darah.

Dalam keadaan normal, setelah makan kadar gula darah akan meningkat,

hal ini akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan

reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di

Page 30: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

11  

 

dalam sel. Insulin ini bertugas menurunkan kadar gula darah yang sempat naik

karena makan.

Diabetes tipe 2 terjadi karena resistensi insulin, yaitu kondisi di mana

sensitivitas insulin menurun. Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon

insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan menekan produksi glukosa

hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan

(Adnyana, 2001). Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan

penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Gejala khas pasien DM tipe 2 adalah polidipsi, poliphagi dan poliuria.

Pada pasien DM, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, yang membuat

kadarnya dalam darah meningkat. Glukosa yang bersifat osmotik, menyebabkan

osmolaritas dalam darah meningkat sehingga akan menarik air dalam sel dan

menyebabkan filtrasi ke ginjal meningkat, hal tersebut menyebabkan poliuria,

sehingga sebagai kompensasinya pasien merasa selalu haus (polidipsi). Glukosa

terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan

meningkat (poliphagi), selain itu, tidak adanya pemasukan glukosa pada sel

membuat penderita DM selalu merasa lapar (Kustiyanto, 2009).

DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes, dan biasanya

ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Resistensi insulin

ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas,

peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada

otot skelet. Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa

Page 31: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

12  

 

darah. DM tipe 2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabetes

(kelebihan kalori, kurangnya olah raga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh

genetik (Sukandar, 2008).

Pada diabetes tipe 1 penanganan glukosa yang normal terjadi sebelum

penyakit muncul. Dengan munculnya diabetes tipe 1, yang tidak atau sedikit

mengeluarkan insulin, kadar glukosa meningkat, karena tanpa insulin glukosa

tidak dapat masuk kedalam sel. Pada saat yang sama hati melakukan

glukoneogenesis (sintesis glukosa baru) menggunakan substrat yang yang tersedia

berupa asam amino, asam lemak dan glikogen. Substrat-substrat ini mempunyai

konsentrasi yang tinggi dalam sirkulasi karena efek katabolik glukagon tidak

dilawan oleh insulin. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun

kadar glukosa sangat tinggi. Pembentukan energi yang hanya mengandalkan

asam-asam lemak menyebabkan produksi berbagai keton oleh hati meningkat.

Keton bersifat asam sehingga pH plasma turun (Triplitt, 2005).

5. Diagnosis

Kriteria diagnosis DM menurut ADA 1998 (Triplitt, 2005) adalah sebagai

berikut,

a. kadar glukosa sewaktu yang lebih dari 200 mg/dl adalah pemeriksaan

kadar glukosa darah setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan

makan terakhir

b. kadar glukosa puasa yang lebih dari 126 mg/dl adalah pemeriksaan

glukosa darah yang dilakukan setelah sebelumnya tidak terdapat masukan

kalori selama minimal 8 jam

Page 32: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

13  

 

c. tes toleransi glukosa oral (Oral Glucose Toleransi Test atau OGTT)

dilakukan dengan menggunakan beban glukosa 75 gram glukosa yang

dilarutkan dalam air sebelum melakukan tes ini. Seseorang dapat

didiagnosa DM jika kadar glukosa darah 2 jam post prandial 200 mg/dl.

Peningkatan hemoglobin terglikosilasi digunakan untuk memberi indikasi

keefektifan pengontrolan glukosa darah dalam 2-4 bulan terakhir . Apabila

terdapat hiperglikemia kronik, maka kadar hemoglobin terglikosilasi meningkat.

Diabetes yang tidak terkontrol memperlihatkan kadar hemoglobin terglikosilasi

yang tertinggi, yang mungkin lebih besar daripada 10% (Corwin, 2001).

Jika kadar glukosa darah tidak normal tapi belum termasuk kriteria

diagnosis untuk diabetes, maka keadaan ini disebut sebagai toleransi glukosa

terganggu atau Impaired Glucose Tolerance (IGT). Seseorang dengan IGT

mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar dari pada orang biasa.

Apabila kadar glukosa darah puasa antara 111 sampai 125 mg/dl, disebut keadaan

glukosa puasa yang terganggu atau Impaired Fasting Glucose (IFG).

Tabel II Kriteria Diagnosis Diabetes (Triplitt, 2005)

Kategori Puasa 2 jam sesudah makan Normal <100 mg/dl <140 mg/dl

Pre-diabetes (IFG atau IGT) 100-125 mg/dl 140 - 199 mg/dl

Diabetes Melitus ≥ 126 mg/dl ≥200 mg/dl

Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun,

sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan

karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

Page 33: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

14  

 

6. Komplikasi Diabetes Melitus

a. Komplikasi Mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang

meliputi pembuluh darah kecil, dan banyak terjadi pada penderita diabetes tipe 1.

Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk

HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh

dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil (Muchid, 2005).

1) Retinopati

Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau

kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen (Corwin, 2001). Makin

lama DM diderita makin tinggi kemungkinan terjadinya retinopati. Risiko

menderita Retinopati DM tinggi yaitu 60% pada penderita yang menderita DM >

15 tahun (Permana, 2009).

2) Nefropati

Bagian ginjal yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerolus.

Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus yang

juga seperti sebagian besar kapiler lainnya, akan menebal dan menghambat aliran

darah. Terjadi hipertrofi ginjal akibat peningkatan kerja ginjal pada penderita

diabetes kronik untuk menyerap ulang glukosa (Corwin, 2001).

3) Neuropati

Neuropati terjadi akibat adanya kerusakan pada pembuluh darah kecil

yang memberi nutrisi pada perifer dan metabolisme gula yang abnormal (Triplitt,

2005).

Page 34: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

15  

 

b. Komplikasi Makrovaskuler

Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang

meliputi pembuluh darah besar. Komplikasi ini lebih sering dirasakan oleh

penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau

kegemukan. Komplikasi makrovaskuler timbul terutama akibat aterosklerosis dan

ikut berperan dalam menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya penyakit

jangka panjang, dan peningkatan mortalitas (Corwin, 2001). Komplikasi

makrovaskuler ini meliputi penyakit pembuluh darah, gagal jantung, jantung

koroner, infark miokard, dan kematian mendadak (Triplitt, 2005).

B. Ischemic Heart Disease (IHD)

1. Definisi, Tanda dan Gejala

Ischemic heart disease (IHD) atau yang sering juga disebut coronary

artery disease (CAD) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan

atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung

(Cavallari, 2008). Sumbatan tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan antara

masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan

kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya terganggu (Kustiyanto,

2009).

Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen

juga meningkat. Jika kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat,

maka arteri-arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan banyak darah dan oksigen

ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau

Page 35: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

16  

 

menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon

kebutuhan oksigen, maka akan terjadi iskemia (Corwin, 2001).

Kedua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 memiliki resiko yang

sama dalam terjadinya komplikasi Ischemic Heart Disease (Grundy, 1999).

Iskemia ini terjadi karena aterosklerosis pada arteri koroner yang umum terjadi

pada pasien diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2 diabetes, namun iskemia yang

terjadi pada pasien diabetes sering tidak dirasakan oleh pasien, karena pasien

diabetes memiliki saraf yang kurang peka terhadap rasa nyeri yang timbul karena

iskemia (Grundy, 1999).

Angina pektoris merupakan manifestasi klinik yang sering dijumpai pada

IHD ini, biasanya dirasakan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

mengencang, atau rasa nyeri di seluruh dada, terutama di belakang tulang dada.

Rasa nyeri ini sering menjalar ke bagian leher, rahang, lengan, bahu, atau bahkan

gigi (Anonim, 2009a).

2. Etiologi

Angina pektoris yang merupakan manifestasi klinik yang sering terjadi

pada IHD dibagi menjadi angina stabil, angina prinzmetal dan angina tidak stabil.

Pada angina stabil, gejala hanya dirasakan saat aktivitas dan segera berkurang

dengan istirahat, sedangkan pada angina tidak stabil, gejala muncul secara tiba-

tiba baik saat aktivitas ringan maupun saat istirahat (Davey, 2006).

3. Faktor Risiko

Faktor risiko dari ischemic heart disease adalah

a. diabetes melitus

Page 36: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

17  

 

Diabetes melitus sudah sejak lama dikenal sebagai faktor risiko

independen yang dapat menyebabkan berbagai macam kelainan kardiovaskular.

Diabetes dapat mempengaruhi otot jantung secara independen melalui keterlibatan

aterosklerosis dini arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung iskemik

(Grundy, 1999)

b. hiperlipoproteinemia

Semakin banyak lipoprotein yang beredar dalam darah, akan semakin

besar kemungkinan bagi mereka untuk memasuki dinding arteri. Bila dalam

jumlah besar maka akan melampaui kemampuan sel otot polos untuk

memetabolismenya sehingga lemak akan terakumulasi pada dinding arteri

(Kustiyanto, 2009)

c. hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling penting dalam penyakit

kardiovaskular. Hipertensi memperparah terjadinya aterosklerosis. Tekanan darah

yang tidak terkontrol, akan memperparah kondisi aterosklerosis pasien yaitu

dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat

yang mengalami tekanan tinggi (Braverman, 2009)

d. obesitas

Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan

diabetes tipe 2, dan berbagai kondisi lainnya

e. merokok

Nikotin mempunyai efek langsung terhadap arteri koronaria dan platelet

darah. Inhalasi karbon monoksida mengurangi kapasitas eritrosit membawa

Page 37: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

18  

 

oksigen, dan juga meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium (Kustiyanto,

2009).

Tabel III Faktor Risiko Mayor pada Ischemic Heart Disease (Cavallari, 2008)

4. Patofisiologi

Aterosklerosis dimulai dengan adanya kerusakan pada sel endotel

pembuluh darah. Kerusakan pada endotelium tersebut membuat lemak, kolesterol,

platelet, sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit

pada dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut menyebabkan luka pada

pembuluh darah atau terjadi peradangan pada pembuluh darah. Kemudian tubuh

akan mengeluarkan peptida-peptida vasoaktif, makrofag dan trombosit yang

digunakan untuk pembekuan darah, dan menyebabkan perubahan bentuk

permukaan pembuluh darah menjadi menonjol dan permukaannya menjadi kasar

(lapisan parut), yang mempersempit rongga pembuluh darah.

Pada pasien diabetes melitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa

reduktase yang diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol.

Peningkatan aktivitas aldosa reduktase menyebabkan peningkatan konversi

Modifiable (dapat diubah) Non-modifiable (tidak dapat diubah)

Kebiasaan merokok Umur 45 tahun atau lebih untuk laki-laki, dan umur 55 tahun atau lebih untuk wanita

Dislipidemia a. LDL dan kolesterol total yang tinggi b. HDL yang rendah

Diabetes Melitus Sejarah keluarga yang mengalami penyakit jantung

Hipertensi Tidak pernah berolah raga/tidak pernah melakukan kegiatan fisik Obesitas (body mass index yang lebih besar atau sama dengan 30 kg/m2)

Page 38: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

19  

 

NADPH yang tereduksi menjadi bentuk teroksidasi yaitu NADP. Pemakaian

NADPH akan berakibat menurunnya produksi nitrat oksida (NO) dan antioksidan.

Nitrat oksida berfungsi untuk relaksasi otot polos pembuluh darah dan

penghambat aktivitas platelet, sehingga jika produksi NO menurun maka dapat

menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot polos pembuluh darah, dan dapat

menyebabkan terjadinya agregasi platelet. Menurunnya produksi antioksidan

menyebabkan radikal bebas yang seharusnya didetoksifikasi oleh antioksidan

berinteraksi dengan NO menjadi peroksinitrit yang dapat merusak sel endotel

pembuluh darah sehingga membuat LDL yang teroksidasi dapat dengan mudah

menempel pada pembuluh darah, yang menyebabkan aterosklerosis (Necel, 2009).

Penimbunan plak-plak aterosklerosis yang dikarenakan kadar gula darah

yang tidak terkontrol semakin lama akan semakin besar, sehingga terjadi

penyempitan pada arteri koroner yang merupakan pembuluh nadi yang

mengandung oksigen dalam kadar tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan

sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi.

Keadaan ini disebut iskemia dan manifestasinya dapat berupa angina atau nyeri

pada dada akibat kerja jantung yang meningkat (Kustiyanto, 2009). Pada pasien

IHD peningkatan tekanan darah sering terjadi, hal ini karena penyempitan

pembuluh darah yang mengakibatkan darah yang seharusnya bisa mengalir

terhambat oleh adanya aterosklerosis, oleh karenanya jantung akan memompa

darah lebih keras, dan hal tersebut menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Berdasarkan penelitian, semakin tinggi usia pasien maka semakin besar

kemungkinan untuk mengalami angina.

Page 39: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

20  

 

Tabel IV Derajat Angina Menurut Canadian Cardiovascular Society (Kasper, dkk., 2005)

Derajat Definisi Derajat 1 Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan. Angina

terjadi bila mempercepat atau memperpanjang aktivitas. Derajat 2 Angina terjadi saat berjalan atau naik tangga deengan cepat, berjalan

menanjak, berjalan atau naik tangga setelah makn, saat dingin, angin, atau dibawah tekanan emosional, atau beberapa jam setelah bangun.

Derajat 3 Ditandai dengan adanya pembatasan aktivitas fisik. Angina terjadi bila berjalan atau naik satu anak tangga pada langkah normal.

Derajat 4 Ketidakmampuan untuk melanjutkan aktivitas fisik. Gejala angina dapat pula muncul pada saat istirahat

5. Diagnosis

Elektrokardiogram (EKG) adalah pencatatan aktivitas elektrik otot

jantung, dan dapat mendeteksi otot jantung yang memerlukan oksigen.

Elektrokardiogram (EKG) istirahat berguna untuk menunjukkan perubahan-

perubahan yang ditimbulkan oleh serangan jantung (Anonim, 2009a).

Elektrokardiogram EKG ini menunjukkan terjadinya elevasi atau depresi segmen

ST pada pasien IHD (Triplitt, 2005). Selain itu, pada pasien IHD biasanya

memperlihatkan peningkatan total kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL,

tekanan darah yang tinggi serta kadar glukosa yang meningkat (Cavallari, 2008).

Gambar 1. (A).Gambaran normal EKG; (B).Potongan gelombang PR, QRS, dan QT

Page 40: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

21  

 

C. Penatalaksanaan

1. Tujuan

Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dari ischemic heart disease

sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yaitu mencegah terajadinya

penyakit cardiovascular disease atau penyakit jantung koroner seperti infark

miokard, aritmia, dan kerusakan jantung, mencegah gejala penyakit, memperbaiki

kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko kematian (Triplitt, 2005).

2. Sasaran Terapi

1) keseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen

2) kadar glukosa darah

3) komplikasi

4) pola hidup (Triplitt, 2005).

3. Strategi Terapi

Strategi terapi pada diabetes melitus dengan komplikasi ischemic heart

disease meliputi terapi non farmakologis dan farmakologis.

a) Non Farmakologis

1) Pengaturan Diet

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik

yaitu

a. karbohidrat sebesar 60-70%,

b. lemak sebesar 20-25%,

c. protein sebesar 10-15%.

Page 41: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

22  

 

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi

insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah

satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi

kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM),

dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan

tambahan waktu harapan hidup. Sumber lemak yang dikonsumsi diupayakan yang

berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh

dibandingkan asam lemak jenuh (Muchid, 2005).

2) Olah Raga

Olah raga yang harus dilakukan bukan olah raga berat, olah raga ringan

asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.

Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan, berenang, dan lain

sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas

reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa

(Muchid, 2005).

b) Farmakologis

1) Terapi Serangan Akut

Terapi ini digunakan saat terjadi serangan akut yang terjadi karena

kurangnya suplai oksigen untuk jantung. Terapi ini penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya kematian mendadak pada pasien.

a. Nitrat

Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat

dalam bentuk short-acting dan long-acting. Sebuah tablet nitrogliserin yang

Page 42: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

23  

 

diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala

angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit. Nitrat

long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya

untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan

selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas

jangka panjangnya (Anonim, 2008a).

b. β-blocker

Obat beta bloker mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard.

Selama melakukan aktivitas, beta bloker membatasi peningkatan denyut jantung

sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. Obat ini tidak boleh diberikan

kepada penderita bronkhitis atau asma karena nafas mereka bisa menjadi lebih

sesak (Triplitt, 2005).

c. Calcium Channel Blocker

Obat golongan ini bekerja dengan mengurangi masuknya ion kalsium

melalui kanal kalsium ke dalam otot polos, otot jantung, dan saraf. Berkurangnya

kadar kalsium bebas menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh

darah (vasodilatasi), konstraksi otot jantung, serta pembentukan dan konduksi

impuls dalam jantung (Triplitt, 2005).

2) Terapi Jangka Panjang

Terapi jangka panjang digunakan untuk mencegah timbulnya komplikasi

yang lebih parah dan mencegah timbulnya serangan angina kembali. Terapi

jangka panjang ini meliputi pencegahan terjadinya trombus dan pengontrolan

tekanan darah dan kolesterol, karena hal tersebut merupakan faktor yang memicu

Page 43: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

24  

 

terjadinya serangan IHD, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan

komplikasi yang lebih parah (Yacob, 2009).

a. Aspirin

Merupakan obat anti-agregasi platelet yang bekerja dengan menghambat

agregasi platelet. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi platelet pada

aterosklerosis sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri

yang membuat pembuluh darah semakin sempit (Triplitt, 2005). Penambahan

antiplatelet dapat memperlihatkan penurunan risiko terjadinya penyakit jantung

koroner maupun kematian pada pasien dengan ischemic heart disease (Cavallari,

2008).

b. ACE Inhibitors dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Jika tidak terdapat kontraindikasi ACE inhibitors dapat dipertimbangkan

pada pasien ischemic heart disease yang juga mempunyai penyakit diabetes

melitus, riwayat infark miokard atau disfungsi ventrikuler. Angiotensin receptor

blocker bisa digunakan jika pasien tidak tahan dengan efek samping dari ACE

inhibitors, yaitu batuk kronik (Cavallari, 2008).

c. Obat Hipolipidemia

Kontrol lipid terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular sangat

penting, karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis.

Golongan statin dan asam fibrat dapat digunakan untuk menurunkan kadar

kolesterol. Statin digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kadar

LDL, sedangkan asam fibrat digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida dan

menaikkan kadar HDL (Sukandar, 2008).

Page 44: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

25  

 

3) Terapi untuk menjaga kadar glukosa darah

a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat Hipoglikemik Oral (OHO) digunakan jika perubahan lifestyle tidak

dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien. Obat Hipoglikemik Oral

(OHO) bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah.

Obat-obatan ini dapat membantu penyandang diabetes melitus untuk

menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan

glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk mengendalikan glukosa

darah penyandang diabetes. Golongan sulfonilurea dan golongan glinid bekerja

dengan cara memicu produksi insulin, golongan biguanid (metformin) dan

tiazolidindon bekerja dengan meningkatkan kerja insulin, dan golongan

penghambat enzim alfa glukosidase (akarbose) bekerja dengan menghambat

penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus.

b. Insulin

Terapi insulin digunakan pada pasien diabetes tipe 1 karena sel beta

pankreas tidak dapat memproduksi insulin, dan pada diabetes tipe 2 digunakan

pada pasien yang sudah mengalami defisiensi insulin. Insulin bekerja dengan

membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.Jenis insulin yang biasa

digunakan untuk terapi yakni insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin

kerja menengah, insulin kerja panjang dan insulin campuran (Soegondo, 2006).

c. Terapi Kombinasi

Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak digunakan adalah

kombinasi OHO dengan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang

Page 45: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

26  

 

diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut

pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik (Soegondo, dkk.,

2006).

Tabel V Target Penatalaksanaan Diabetes Melitus (Massing, 2005)

Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120 mg/dl Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130 mg/dl Bedtime blood glucose 100–140 mg/dl Bedtime plasma glucose 110–150 mg/dl Kadar Insulin <7 % Kadar HbA1c <7 mg/dl Kadar Kolesterol HDL >45 mg/dl (pria), >55 mg/dl (wanita) Kadar Trigliserida <200 mg/dl Tekanan Darah <130/80 mmHg

D. Drug Related Problems (DRPs)

Farmasi klinik didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh seorang

farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman, tepat,

dan cost effective. Pharmaceutical care (asuhan kefarmasian) bertanggung jawab

untuk memastikan bahwa pasien memperoleh terapi obat rasional dan untuk

memastikan bahwa terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh pasien

(Muchid, 2005).

Drug Related Problems (DRPs) atau Drug Therapy Problems (DTPs)

didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diharapkan dialami pasien selama

proses terapi dengan obat dan secara aktual maupun potensial bersamaan dengan

outcome yang diharapkan (Cipolle, 1998).

Page 46: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

27  

 

Dalam pharmaceutical care practice oleh Cipolle (1998) masalah-masalah

dalam kajian DRPs ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRPs yang

disajikan dalam tabel VI berikut.

Tabel VI Kategori DRPs dan Kemungkinan Penyebabnya Kajian Meliputi Butuh Tambahan Terapi Obat

1. Kondisi baru membutuhkan obat. 2. Kondisi kronis (butuh terapi lebih lanjut). 3. Kondisi membutuhkan kombinasi obat. 4. Kondisi dengan risiko dan butuh terapi untuk mencegahnya.

Tidak Perlu Obat Terapi

1. Tidak ada indikasi untuk keadaan saat itu. 2. Menelan obat dengan jumlah toksik. 3. Kondisi akibat drug abuse. 4. Lebih baik dengan kondisi non drug. 5. Pemakaian multiple drug padahal cukup dengan single drug terapi. 6. Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang

seharusnya dapat dihindarkan. Obat Tidak Tepat

1. Kondisi yang menyebabkan obat menjadi tidak efektif. 2. Alergi obat tertentu. 3. Obat yang diberi bukan yang paling efektif untuk indikasi. 4. Faktor risiko yang kontraindikasi dengan obat. 5. Efektif tetapi bukan yang paling murah. 6. Efektif tetapi bukan yang paling aman. 7. Antibiotika yang diberi resisten terhadap infeksi pasien. 8. Refractory. 9. Kombinasi yang tidak perlu.

Dosis Kurang 1. Dosis yang terlalu rendah untuk memberikan respon. 2. Konsentrasi obat yang diberi di bawah therapeutic range. 3. Obat, dosis, rute atau konversi formulasinya tidak cukup. 4. Pemberian terlalu awal. 5. Dosis dan interval tidak cukup.

Adverse Drug Reaction (ADRs)

1. Diberikan terlalu tinggi kecepatannya. 2. Alergi. 3. Faktor risiko. 4. Interaksi obat-obat/obat-makanan. 5. Hasil laboratorium berubah akibat obat.

Dosis Berlebih

1. Diberikan terlalu tinggi. 2. Kadar serum terlalu tinggi. 3. Dosis terlalu cepat dinaikkan. 4. Akumulasi obat karena penyakit kronis. 5. Obat, dosis, dan rute konversi formula tidak sesuai. 6. Dosis dan interval tidak cukup.

Kepatuhan 1. Tidak menerima obat yang sesuai dengan regimen karena medication error.

2. Tidak taat instruksi. 3. Tidak menerima obat karena mahal. 4. Tidak memahami.

Page 47: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

28  

 

E. Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan ( SOAP)

Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) merupakan

sarana yang telah lama digunakan untuk mengumpulkan informasi dari medical

record. Dengan informasi yang telah terkumpul tersebut dapat membantu untuk

menyelesaikan masalah maupun situasi yang kompleks (Kimble, 2005).

Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) terdiri dari

1. data subyektif

Data subyektif merupakan informasi yang dapat diketahui dari informasi

yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang

merawat pasien. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data subyektif ini

adalah

a) riwayat terkait gejala yang dirasakan,

b) keluhan atau gejala yang dirasakan pasien,

c) riwayat penyakit,

d) alergi,

e) riwayat pengobatan (Jones, 2003).

2. data obyektif

Data obyektif merupakan informasi yang diketahui berdasarkan hasil

observasi. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data obyekif adalah

a) data vital,

b) pemeriksaan fisik,

c) konsentrasi obat dalam serum,

d) hasil tes diagnosa,

Page 48: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

29  

 

e) hasil tes laboratorium (Jones, 2003).

3. penilaian

Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah menegakkan diagnosa pasien, dan juga dilakukan identifikasi terhadap

drug related problems yang mungkin terjadi pada pengobatan sebelumnya

(Kimble, 2005).

4. rekomendasi

Tahap ini dilakukan dengan memberikan rekomendasi terapi pada pasien

yang mengalami kasus yang teridentifikasi DRPs. Selain itu pembelajaran kepada

pasien mengenai masalah kesehatan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan tujuan terapi yang maksimal harus diberikan pada pasien (Kimble,

2005).

F. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi drug

related problems pada penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus dengan

komplikasi ischemic heart disease (IHD) di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 – Mei 2009. 

Page 49: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

 30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif

evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini

diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu pada catatan rekam

medik pada pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

Penelitian ini berupa penelitian non-eksperimental karena subyek uji tidak diberi

perlakuan.

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pengobatan pada pasien

diabetes komplikasi ischemic heart disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih dengan standar medik yang ada.

B. Definisi Operasional

1. Pasien rawat inap merupakan pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic

Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009.

2. Kategori pasien diabetes melitus adalah pasien yang memiliki kadar gula

darah puasa ≥126mg/dl atau kadar gula darah post prandial (PP) ≥200mg/dl

dan memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan diagnosa keluar.

3. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah jika hasil EKG pasien menunjukkan

perubahan gelombang ST dan gelombang T, dan terdapat kenaikan pada

Page 50: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

31  

 

faktor-faktor resiko IHD seperti kolesterol total, low density lipoprotein

(LDL), kadar glukosa darah, dan penurunan high density lipoprotein (HDL).

4. Komplikasi penyerta adalah penyakit yang menyertai DM komplikasi IHD

terkait dengan komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler.

5. Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai perjalanan penyakit DM

komplikasi IHD tetapi bukan termasuk dalam komplikasi makrovaskuler dan

mikrovaskuler.

6. Lembar medical record merupakan lembar catatan dokter dan perawat yang

berisi tentang data klinik pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart

Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari 2008 - Mei 2009.

7. Profil pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD)

meliputi umur, diagnosis masuk, diagnosis keluar, diagnosis lain, lama

perawatan dan jenis obat yang digunakan.

8. Profil obat meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat untuk pasien

diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

9. Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa golongan

obat yang memiliki sasaran pengobatan sama, contohnya adalah obat-obat

antiangina dan obat-obat hipertensi masuk ke dalam kelas terapi obat

kardiovaskuler.

10. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari setiap kelas

terapi yang diberikan untuk pasien, contohnya golongan obat antipiretik,

golongan obat antiangina.

Page 51: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

32  

 

11. Jenis obat merupakan nama generik obat pada peresepan pasien rawat inap

dalam satu kali periode pengobatan.

12. Drug related problems adalah kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada

pasien pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).

13. Outcome terapi adalah keadaan pasien dimana pasien setelah menjalani terapi

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih, dan memiliki hasil EKG

normal.

14. Fokus penentuan drug related problems meliputi membutuhkan obat

tambahan, mendapat obat tanpa indikasi, pemilihan obat kurang tepat, dosis

terlalu rendah, efek samping obat, interaksi obat dan dosis terlalu tinggi.

15. Data yang diperoleh dihitung dengan cara jumlah kasus yang ada dibagi

jumlah pasien (n=18) dikalikan seratus persen. Perhitungan ini digunakan

dalam menghitung persentase umur pasien, komplikasi penyerta, penyakit

penyerta, kelas terapi obat, golongan obat, jenis obat dan outcome terapi.

16. Terapi yang dibahas pada penelitian ini adalah terapi farmakologis.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi adalah pasien diabetes

melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah gula darah puasa ≥ 126 mg/dl atau gula darah 2 jam

post prandial ≥200 mg/dl, memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan

diagnosa keluar, serta mengalami iskemia pada hasil EKG pasien.

Page 52: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

33  

 

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan medical

record pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 -

Mei 2009.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes

melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) dilakukan di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta yang terletak di Jalan Cik Dik Tiro No. 39 Yogyakarta.

F. Jalannya Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan pembuatan proposal penelitian untuk

mendapatkan ijin penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih.

2. Tahap Analisis Situasi

Pada tahap ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang medical

record dari bagian rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih, berupa informasi

jumlah pasien, nomor rekam medik dan nama subyek penelitian dalam periode

penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh pada periode penelitian yaitu Januari

2008 – Mei 2009 didapatkan 25 pasien diabetes melitus dengan komplikasi

Ischemic Heart Disease (IHD) di Rumah Sakit Panti Rapih.

3. Tahap Pengambilan Data

Tahap ini dilakukan pengambilan data dari bagian rekam medik Rumah

Sakit Panti Rapih. Sebanyak 18 kasus DM komplikasi IHD yang masuk dalam

Page 53: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

34  

 

kriteria inklusi digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data ini meliputi

nomor rekam medik nomor registrasi, jenis kelamin, tanggal pasien masuk dan

keluar, lama pasien menderita DM, diagnosis, lama perawatan, data vital, data

laboratorium, komplikasi yang dialami, serta pengembangan keadaan pasien

selama perawatan.

4. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini data yang sudah diperoleh pada tahap sebelumnya dicatat

dalam tabel yang berisi mengenai profil pasien yaitu jenis kelamin, umur,

komplikasi penyerta dan penyakit penyerta, profil pengobatan meliputi kelas

terapi, golongan obat, jenis obat, dan dosis obat serta outcome terapi pada pasien,

meliputi lama tinggal pasien dan keadaan pasien saat pasien meninggalkan rumah

sakit.

5. Tahap Penyelesaian Data

Data yang telah diperoleh tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan drug

related problems dengan metode SOAP pada masing-masing kasus, dengan

melihat diagnosa, pemeriksaan laboratorium, dan obat yang digunakan pasien.

Berdasarkan data yang sudah diperoleh dilakukan evaluasi mengikuti rancangan

penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tentang apa saja DRP yang

terjadi selama terapi. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar

referensi. Literatur yang digunakan untuk menganalisis DRP adalah American

Diabetes Association (ADA) guideline, American Heart Association (AHA)

Scientific Statement Diabetes and Cardiovascular Disease (Grundy, 1999),

Page 54: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

35  

 

Pharmacoteraphy; A Pathophysiologic approach; Diabetes Melitus (Triplitt,

2005), Pharmacotherapy Principles and Practice : Ischemic Heart Disease

(Cavallari, 2008), Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) (Anonim, 2000)

dan MIMS Indonesia 2008/2009 (Anonim, 2009).

G. Analisis Hasil

Data dianalisis untuk memberi dengan gambaran mengenai kondisi pasien

diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) yang meliputi

1. data untuk umur pasien dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu

kelompok umur <40 tahun 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79

tahun, 80-89 tahun, kemudian dihitung dengan cara menghitung jumlah

pasien yang terdapat dalam range umur tertentu dibagi dengan jumlah

keseluruhan sampel dikalikan 100%.

2. komplikasi lain yang menyertai pasien, dengan cara menghitung jumlah

komplikasi penyerta pada masing-masing pasien dibagi dengan jumlah

keseluruhan sampel dikalikan 100%.

3. penyakit penyerta lain yang menyertai pasien, dengan cara menghitung

jenis penyakit penyerta pada masing-masing pasien dibagi dengan jumlah

keseluruhan sampel dikalikan 100%.

4. persentase kelas terapi pasien DM komplikasi Ischemic Heart Disease

(IHD) dihitung dengan cara menghitung jenis terapi pada masing-masing

pasien dibagi dengan jumlah keseluruhan sampel pasien dikalikan 100%.

5. obat-obat yang digunakan untuk pasien diabetes melitus komplikasi IHD

dikelompokkan berdasarkan kelas terapi obat, golongan obat, dan jenis

Page 55: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

36  

 

obat. Pengelompokan ini didasarkan pada Informatorium Obat Nasional

Indonesia (IONI) 2000. Setelah dikelompokkan dihitung berdasarkan

jumlah kasus yang menggunakan obat tersebut dan dihitung persentasenya.

6. persentase jumlah DRP pasien diabetes melitus komplikasi IHD dihitung

dengan cara menghitung jumlah masing-masing kasus DRP dibagi dengan

jumlah keseluruhan sampel pasien kemudian dikalikan 100%.

7. evaluasi kerasionalan terapi berdasarkan DRP dengan metode SOAP

secara per kasus

a) menentukan subyek,

b) menentukan obyek,

c) menentukan assessment

d) menentukan rekomendasi.

H. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami selama pengambilan data di unit rekam medik

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah waktu pengambilan data yang relatif

sedikit, yaitu sekitar 3 jam/ hari, dan pengambilan data tidak dilakukan setiap hari

karena pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan perkuliahan masih aktif.

Masalah tersebut dapat sedikit diatasi dengan menyiapkan lembar khusus yang

berisi tabel yang sudah berisi tentang data apa saja yang akan diambil, sehingga

mempercepat proses penyalinan data. Kesulitan kedua adalah kesulitan

mendapatkan dokumen rekam medik, kerena seringkali sedang digunakan untuk

pelayanan rumah sakit. Penyelesaian masalah ini adalah dengan mendaftarkan

kembali nomor rekam medik beberapa hari kemudian. Kesulitan yang lain adalah

Page 56: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

37  

 

sulitnya membaca beberapa tulisan yang ada dalam rekam medik. Usaha yang

dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menanyakan kepada

perawat.

Page 57: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Evaluasi Penatalaksanaan Terapi pada Pasien

Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

dilakukan dengan menelusuri data pasien yang terdiagnosa DM komplikasi IHD

pada diagnosa masuk dan atau diagnosa keluar. Berdasarkan data yang diperoleh

dari Instalasi Rekam Medik, diperoleh 25 kasus pasien DM komplikasi IHD, dan

18 kasus yang masuk kriteria inklusi. Langkah selanjutnya adalah mencatat semua

data pasien yang dibutuhkan yang tercantum dalam lembar rekam medis.

A. Profil Pasien pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

1. Persentase pasien berdasarkan umur

Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM komplikasi IHD.

Pada umumnya semakin bertambahnya umur makin besar risiko seseorang untuk

mengalami kondisi tidak sehat. Menurut Cavallari (2008), faktor risiko terjadinya

diabetes melitus komplikasi IHD adalah umur diatas 55 tahun, hal ini karena

semakin bertambahnya umur, maka dalam tubuh terjadi penimbunan atau

akumulasi lemak, sehingga menimbulkan penumpukan lemak dan kolesterol di

dalam pembuluh darah. Terjadinya penimbunan lemak tersebut menyebabkan

aterosklerosis dan membuat arteri koronaria menjadi lebih sempit, sehingga suplai

oksigen yang menuju ke jantung akan menjadi berkurang.

Page 58: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

39  

  

Dari data yang didapatkan, diabetes melitus komplikasi ischemic heart

disease paling banyak ditemukan pada pasien dengan umur 60 sampai 69 tahun,

yaitu sebanyak 33%. Hasil ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa

risiko terbanyak terjadi pada pasien dengan umur lebih dari 55 tahun. Namun

terdapat pula pasien dengan DM komplikasi IHD yang berumur kurang dari 55

tahun, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perubahan gaya hidup yang

tidak sehat yang dilakukan pasien dari waktu ke waktu, sehingga menyebabkan

diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease banyak terjadi pada pasien

dengan umur dibawah 55 tahun.

2. Persentase pasien berdasarkan komplikasi penyerta

Dalam penelitian ini, dislipidemia dan hipertensi adalah komplikasi

penyerta yang paling banyak dijumpai pada pasien dengan diabetes melitus

komplikasi ischemic heart disease. Dislipidemia pada kasus DM komplikasi IHD

sebesar 33%, dan hipertensi sebesar 28%.

Diabetes melitus komplikasi IHD sangat erat hubungannya dengan

terjadinya dislipidemia, karena dislipidemia dapat memperparah kondisi pasien.

5% 5.%

27%

33%

16%

11% <40

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

Gambar 2. Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Berdasarkan Kelompok Umur di Instalasi Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

Page 59: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

 

 

Dislipidem

biasanya d

lemak dar

dalam sel

memperbe

banyak da

terhadap s

insulin.

Hi

sehingga

mengalam

gula yang

mempomp

menyebab

GambDiseas

28%

mia terjadi k

disertai den

ri hati ke se

, dan hal te

esar terjadin

alam sel, jug

sensitivitas j

pertensi d

pembuluh

mi penyemp

tinggi, lebi

pa lebih ker

bkan kenaik

ar 3. Distribse Berdasar

Rapih

%

33%

11%

hipertensi

stroke

nefropati

karena adan

ngan penuru

el, jika kad

ersebut sang

nya ischemi

ga mempeng

jaringan ter

alam kasu

darah me

itan tersebu

ih sulit mele

ras untuk d

kan tekanan

busi Pasien rkan KomplYogyakarta

5% 5%

dislipidem

ulkus

polineuro

nya kenaika

unan HDL. L

dar LDL tin

gat mempen

ic heart dis

garuhi kond

rhadap insu

us ini terja

engalami p

ut mengakib

ewati pemb

dapat meme

darah pada

Diabetes Mlikasi Penyea Periode Ja

11%

5%

mia hipoglik

hipergli

opati CHF

an kadar kol

LDL dalam

nggi, maka

ngaruhi tim

sease. Penim

disi diabetes

ulin yang da

adi karena

penyempitan

batkan dara

buluh darah,

enuhi supla

pasien.

Melitus Komerta di Instaanuari 2008

11% 11%

kemia

ikemia

lesterol, ter

m tubuh berf

terjadi pen

mbulnya ate

mbunan lem

s, karena ak

apat menyeb

a terjadiny

n. Pembul

ah yang me

, sehingga m

ai darah, da

mplikasi Ischalasi Rumah – Mei 2009

rutama LDL

fungsi mem

numpukan l

erosklerosis

mak (LDL)

kan berpeng

babkan resis

a ateroskle

luh darah

engandung

membuat jan

an pada akh

hemic Hearh Sakit Panti9 

40

 

L, dan

mbawa

lemak

yang

yang

garuh

stensi

erosis

yang

kadar

ntung

hirnya

rt i

Page 60: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

41  

  

3. Persentase pasien berdasarkan penyakit penyerta

Pasien diabetes melitus komplikasi IHD dirawat di rumah sakit tidak

hanya karena keluhan penyakit diabetes dan nyeri dada saja, melainkan juga

memiliki penyakit penyerta lain yang juga mengganggu pasien. Penyakit penyerta

yang paling banyak terjadi pada kasus diabetes melitus komplikasi IHD adalah

radices dentist dan infeksi saluran kemih (ISK).

Tabel VII. Persentase Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease dengan Penyakit Penyerta di Instalasi rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 No Penyakit Penyerta Jumlah Persentase

(%) 1. Radices dentist 5 27 2. ISK (Infeksi saluran Kemih) 4 22 3. Hipertiroid 4 22 4. HHD (Hipersensitif heart disease) 3 16 5. Diare akut 2 11 6. Dehidrasi 1 5 7. Anoreksia 1 5 8. Dyspepsia 1 5 9. Infeksi Sekunder 1 5

10. Hepatitis 1 5 11. Trombositopenia 1 5 12. Hiponatremia 1 5 13. Chronic appendicitis 1 5 14. Hiperkalemia 1 5 16. HAPV cervical 1 5 16. Fraktur femur smistro 1 5 17. Gastro endemitis 1 5 18. Pneumonia 1 5

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat kardiovaskuler.

Radices dentist banyak terjadi pada pasien diabetes melitus komplikasi

ischemic heart disease, yaitu sebesar 27%. Menurut referensi pasien diabetes

melitus memiliki penyakit mulut 3-4 kali lebih sering dibandingkan dengan pasien

normal tanpa diabetes. Hal ini karena kadar gula yang sering tidak terkontrol pada

pasien diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol tersebut mengganggu sel darah

Page 61: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

42  

  

putih dan sel-sel imun, sehingga sel darah putih tidak dapat melawan bakteri yang

ada pada mulut dan gigi, dan mengakibatkan pasien diabetes rentan terhadap

infeksi. Infeksi tidak hanya terjadi di mulut, namun juga di daerah lain dari tubuh

yang memungkinkan terjadinya infeksi saluran kencing (ISK) dan diare akut yang

disebabkan oleh bakteri. Penyebaran bakteri tersebut harus ditangani dengan baik,

karena bakteri pada gigi dapat memperparah keadaan jantung pasien yang

mengalami diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease, karena bakteri

dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah, yang dapat

memperburuk kondisi pembuluh darah dan kondisi tubuh pasien.

Infeksi saluran kemih atau biasa disebut ISK dalam penelitian ini

merupakan penyakit penyerta terbanyak kedua setelah radices dentist pada pasien

diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease yaitu sebesar 22%. Infeksi

saluran kemih pada pasien biasanya dikarenakan diabetes melitus memiliki

beberapa kelainan dalam sistem pertahanan tubuh, sehingga sering timbul infeksi.

Frekuensi berkemih pasien yang sering dan penggunaan kateter saat dirawat juga

dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISK. Kadar

gula yang meningkat pada pasien diabetes melitus yang menyebabkan

meningkatnya pula konsentrasi gula pada urin menyebabkannya menjadi media

yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Menejemen diabetes melitus yang

ditangani secara benar, seperti menurunkan kadar gula darah, membuat keadaan

pasien dengan radices dentist maupun ISK menjadi lebih baik.

Page 62: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

 

 

B. PrIschem

1. Ke

Ke

pengobata

terapi oba

Dilihat da

digunakan

94,4%. H

kardiovask

Gambar Rum

Ob

kasus diab

kasus men

darah yang

rofil Penggmic Heart D

elas Terapi

elas terapi m

annya. Dari

at yang dig

ari persentas

n hampir d

al tersebut

kuler.

4. Diagrammah Sakit Pa

bat yang m

betes komp

nerima obat

g mengalam

94%

Obat Ka

Obat In

Obat An

Obat SS

Obat Sk

gunaan ObaDisease di I

i

merupakan

i hasil pene

gunakan dal

se pengguna

di setiap k

menunjukk

m Kelas Teraanti Rapih Y

mempengaru

plikasi IHD

t antidiabe

mi peningka

100%89%

ardiovaskular

nfeksi

nalgesik

SP

kelet dan Sendi

at pada KaInstalasi Ra

banyaknya

elitian, dike

lam menan

aan obat, da

kasus diabe

kan bahwa

api Obat yanYogyakarta

uhi sistem h

sebesar 10

etik yang be

atan.

16%

44%

asus Diabetawat Inap

jenis obat y

etahui bahw

ngani kasus

apat dilihat

tes kompli

tidak setiap

ng DigunakPeriode Jan

hormon yan

00%, yang

ertujuan unt

%

88%

61%

Obat sistem e

Obat Saluran

Obat Nutrisi d

Obat Saluran

Obat yang Me

es Melitus Rumah Sa

yang diterim

wa terdapat

diabetes k

bahwa oba

ikasi IHD,

p kasus me

kan Pada Panuari 2008 –

ng digunak

menunjukk

tuk menuru

%

27%50

ndokrin dan me

Nafas

dan Darah

Cerna

empengaruhi Si

Komplikaskit Panti R

ma pasien d

t sembilan

komplikasi

at kardiovas

yaitu seba

enggunakan

sien di Insta– Mei 2009

kan dalam s

kan bahwa s

unkan kadar

0%

etabolikistem Hormon

43

 

si Rapih

dalam

kelas

IHD.

skuler

anyak

n obat

alasi

setiap

setiap

r gula

Page 63: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

44  

  

Penggunaan obat lain dalam terapi diabetes komplikasi IHD digunakan

untuk menangani komplikasi dan penyakit penyerta, yang bertujuan untuk

membantu pemulihan kondisi pasien.

2. Golongan Obat

a) Obat Kardiovaskuler

Obat kardiovaskuler diperlukan dalam pengobatan DM komplikasi IHD.

Pasien dengan DM komplikasi IHD mengalami aterosklerosis yang cukup parah

sehingga darah tidak dapat mensuplai oksigen ke dalam jantung, oleh karenanya

dibutuhkan obat-obat antiangina yang bekerja sebagai vasodilator, sehingga

kebutuhan oksigen pada jantung dapat tercukupi. Obat kardiovaskuler yang paling

banyak digunakan adalah isosorbid dinitrat dengan persentase 77,7%. Isosorbid

dinitrat (ISDN) bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah koroner

sehingga memperbaiki aliran darah ke otot jantung, terutama di bagian

penyempitan arteri koroner. Nitrat juga memiliki efek venodilatasi yang

menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir

diastolik ventrikel dan volume ventrikel menurun, akibatnya kerja jantung dan

konsumsi oksigen menjadi berkurang. Selain nitrat, antiangina yang digunakan

adalah golongan beta bloker yaitu sebesar 16,6% dan calcium channel blocker

(CCB) sebesar 49,8%. Mekanisme beta bloker adalah memperlambat denyut

jantung sehingga menyebabkan penurunan konsumsi oksigen, namun beta bloker

tidak dapat digunakan pada pasien dengan riwayat asma bronkial dan bronchitis

karena nafas pasien dapat menjadi lebih sesak. Calcium channel blocker (CCB)

memiliki efek vasodilatasi, dengan cara menghambat penyerapan kalsium ke sel-

Page 64: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

45  

  

sel tubuh khususnya ke otot jantung dan pembuluh darah. Berkurangnya kadar

kalsium bebas tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pada

pembuluh darah (vasokostriksi).

Tabel VIII. Persentase Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

No Golongan Sub Golongan Jenis Nama dagang

Jumlah Kasus

Persentase(%)

1 Antiangina Beta bloker Bisoprolol Fumarat Concor 2 11,1 Carvedilol Dilbloc 1 5,5

Nitrat Isosorbid dinitrat Cedocard 14 77,7 Antagonis Kanal Kalsium Amilodipin besilat Norvask 2 11,1

Tensivask 3 16,6

Diltiazem HCl Diltiazem 2 11,1 Herbesser 1 5,5

Nifedipin Adalat 1 5,5 2 Anti-

hipertensi ACE Inhibitor Kaptopril Generik 1 5,5

Ramipril Hyperil 2 11,1 Imidrapil HCl Tanapress 1 5,5

Antagonis Angiotensin II Valsartan Aprovel 3 16,6

3 Diuretik Kuat Furosemid Lasix 5 27,7 Silax 1 5,5

Antagonis Reseptor Aldosteron II

Spironolakton Aldactone 2 11,1

4 Anti-platelet

Asam asetil salisilat Aspilet 2 11,1 Cardioaspirin 1 5,5

5 Anti-aritmia

Amiodarone Cordarone 2 11,1 Propafenone HCl Rytmonorm 1 5,5

6 Kardio-tonika

Glikosida jantung Digoxin Digoxin 1 5,5

7 Hipo-lipidemik

Fibrat Gemfibrozil Hypofil 2 11,1 Lipira 1 5,5

Statin Simvastatin Simvastatin 2 11,1 Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat kardiovaskuler.

Tekanan darah berkaitan erat dengan terjadinya angina pada pasien

diabetes komplikasi IHD, karena adanya penyempitan pembuluh darah

menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan terjadi kenaikan tekanan darah.

Page 65: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

46  

  

Terapi untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan menggunakan

antihipertensi (83%), meliputi penggunaan golongan ACE inhibitor (22,2%),

antagonis angiotensin II (16,6%), dan diuretik (44,3%). Antiplatelet juga penting

digunakan dalam penatalaksanaan diabetes melitus komplikasi IHD. Pada

penelitian ini antiplatelet yang digunakan sebanyak 16,6%. Antiplatelet digunakan

untuk mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis sehingga mengurangi

pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat pembuluh darah

semakin sempit. Luka di pembuluh darah pada aterosklerosis menyebabkan terjadi

penumpukan platelet yang menempel pada pembuluh darah, penumpukan platelet

ini dapat mempersempit pembuluh darah. Dengan penggunaan antiplatelet

diharapkan tidak terjadi penumpukan platelet yang akan memperparah keadaan

iskemik pada pembuluh arteri koroner, dan dapat memperbaiki kondisi pasien.

Kadar kolesterol pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD perlu

diperhatikan karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis,

yang merupakan faktor penting terjadinya IHD. Kadar kolesterol total, low density

lipoprotein (LDL), dan trigliserida yang melebihi nilai normal memerlukan

penggunaan obat-obat hipolipidemik, supaya terjadi penurunan kadar kolesterol

yang mengurangi atau meringankan aterosklerosis pada pembuluh darah sehingga

dapat mencegah terjadinya kembali IHD. Obat-obat hipolipidemia yang

digunakan meliputi golongan statin (11,1%) yang berfungsi untuk menurunkan

kadar olesterol total dan LDL yang mengalami kenaikan, dan golongan fibrat

(16,6%) yang berguna untuk menurunkan kadar trigliserida yang mengalami

peningkatan, dan menaikkan kadar HDL pada pasien.

Page 66: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

47  

  

b) Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon

Obat yang mempengaruhi sistem hormon yang terdapat dalam penelitian

ini adalah obat antidiabetes, insulin, hormon tiroid dan obat hipotiroid.

Antidiabetik digunakan sebagai terapi menurunkan kadar gula darah. Menurut

Internasional Diabetes Federation (2005), metformin digunakan sebagai lini

pertama pengobatan untuk menurunkan kadar gula darah.

Tabel IX. Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi

rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

No Golongan Sub Golongan Jenis Nama dagang Jumlah

Kasus Persentase

(%) 1 Antidiabetik

oral Sulfonilurea Glimepirid - 5 27,7

Gluvas 2 11,1

Gliquidone Glurenorm 1 5,5 - 1 5,5

Biguanida Metformin Metformin 4 22,2 Glumin XR 8 44,4

Penghambat α-glukosidase

Akarbose Glucobay 1 5,5

Kombinasi Metformin dengan Glibemklamid Glucovance 1 5,5

2 Insulin Kerja singkat

Reguler insulin Insulin RI 3 16,6

Kerja Sedang

Insultard Insultard 1 5,5

Kerja Panjang

Insulin Glargine Lantus 1 5,5

3 Hormon tiroid

Levothyroxine Euthyrox 1 5,5

4 Hipotiroid Karbimazol Neo-Mercazole 2 11,1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat yang mempengaruhi sistem hormon.

Metformin sebagai kelompok obat biguanida paling banyak digunakan

pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD yaitu sebesar 66,6%. Metformin

bekerja dengan cara mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan

Page 67: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

48  

  

penggunaan glukosa dalam jaringan. Metformin tidak dapat digunakan pada

pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati karena dapat

menyebabkan peningkatan asidosis laktat. Efek samping dari metformin adalah

mual muntah, sehingga untuk mengurangi efek samping tersebut metformin

dikonsumsi setelah makan. Penggunaan sulfonilurea jenis glimepirid juga cukup

banyak digunakan pada pasien diabetes komplikasi IHD yaitu sebanyak 30,3%.

Glimepirid bekerja langsung terhadap organ sasaran yaitu dengan cara

meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan dan menghambat glukoneogenesis.

Glimepirid tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami gangguan ginjal,

sedangkan pasien yang mengalami gangguan ginjal dapat diberikan glikuidon

(1%) merupakan golongan sulfonilurea yang dapat digunakan untuk pasien

dengan gangguan ginjal, karena masa kerjanya yang singkat. Penggunaan insulin

digunakan jika pasien mengalami gangguan dalam sekresi insulin. Insulin yang

banyak digunakan adalah insulin kerja singkat sebanyak 8,6%, karena isulin ini

bekerja dengan onset yang cepat yaitu sekitar 0,5 jam dengan durasi 6-8 jam.

c) Obat Infeksi

Golongan antibiotik adalah obat infeksi yang banyak digunakan dalam

kasus diabetes komplikasi IHD. Hal ini karena pasien diabetes rentan terjadinya

infeksi seperti infeksi saluran kemih dan saluran nafas, seperti bronkitis dan

pneumonia. Infeksi yang terjadi pada pasien diabetes sulit sembuh karena kadar

gula darah yang tinggi, yang menyebabkan bakteri menjadi mudah hidup pada

tubuh pasien diabetes.

Page 68: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

49  

  

Tabel X. Persentase Penggunaan Obat Infeksi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

No Golongan Sub Golongan Jenis Nama

dagang Jumlah Kasus

Persentase (%)

1 Antibiotik Penisilin Amoxicilin - 1 5,5 Co-Amoxiclav Claneksi 2 11,1

Sefalosporin Cefuroxime axetil Zinnat 1 5,5 Sefotiam Ceradolan 8 44,4 Ceftriaxone - 9 50

Kuinolon Pefloxacin Dexaflox 6 33,3 Levofloxacin Cravit 1 5,5

Betalaktam golongan lain

Imepenem dan Cilastin Pelastin 1 5,5

2 Antiamuba Metronidazole Flagyl 2 11,1 3 Antijamur Griseofulfin Grivin Forte 1 5,5 Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat infeksi.

Antibiotik yang banyak digunakan dalam kasus diabetes komplikasi IHD

adalah obat golongan sefalosporin yang memiliki indikasi untuk bakteri gram

negatif dan gram positif. Ceftriaxone yang merupakan kelompok sefalosporin

generasi ketiga, dengan persentase penggunaan ceftriaxone sebesar 50%.

Ceftriaxone merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat diindikasikan untuk

pengobatan infeksi akibat bakteri gram negatif dan gram positif dan dapat

digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yang banyak dialami oleh

pasien diabetes komplikasi IHD. Ceftriaxone banyak digunakan sebagai antibiotik

dikarenakan dapat digunakan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal tanpa

dilakukan penyesuaian dosis.

d) Obat Saluran Nafas

Obat saluran nafas digolongkan menjadi dua yaitu obat antiasma dan

bronkodilator serta ekspektoran. Obat saluran nafas digunakan untuk mengobati

penyakit penyerta pada pasien diabetes komplikasi IHD. Bronkodilator adalah

Page 69: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

50  

  

obat saluran nafas yang paling banyak digunakan dalam kasus diabetes

komplikasi IHD sebanyak 22,1%. Penggunaan bronkodilator digunakan untuk

melegakan jalan nafas sehingga dapat mengurangi gejala sesak nafas. Sedangkan

penggunaan ekspektoran digunakan sebanyak 11%, untuk meredakan batuk

berdahak yang dialami pasien.

Tabel XI. Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

No Golongan Sub Golongan Jenis Nama

dagang Jumlah Kasus

Persentase (%)

1 Antiasma dan bronkodilator

Bronkodilator

Terbutalin Sulfat Bricasma 2 11,1

Fluticasone Propionate Flixotide 1 5,5

Salbutamol Sulfat Ventolin 1 5,5

2 Ekspektoran Silex 1 5,5 Bromhexine HCl Bisolvon 1 5,5

e) Obat Analgesik

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri yang dirasakan oleh

penderita diabetes komplikasi IHD. Nyeri dapat disebabkan karena adanya infeksi

pada pasien, dan karena adanya penyakit penyerta lainnya yang membuat obat

analgesik digunakan dalam kasus. Golongan non opioid digunakan dalam

penanganan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala dengan mekanisme

kerja menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri di saraf perifer.

Parasetamol digunakan sebesar 22,1% pada kasus diabetes komplikasi

IHD. Parasetamol merupakan analgesik golongan non opioid yang dapat juga

digunakan sebagai antipiretik.

Page 70: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

51  

  

Analgesik opioid digunakan pada nyeri hebat, karena analgesik bekerja

dengan cara memblokade pusat nyeri di sistem saraf pusat, dan digunakan sebesar

5,5% dalam kasus.

Tabel XII. Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 No Golongan Jenis Nama

dagang Jumlah Kasus

Persentase(%)

1 Opioid Kombinasi Tramadol dan acetaminofen Ultracet 1 5,5

2 Non Opioid Parasetamol Sanmol 3 16,6 Primadol 1 5,5

Kombinasi metampiron dan diazepam Cetalgin 2 11,1

3 Obat untuk nyeri neuropatik

Pregabalin Lyrica 3 16,6

f) Obat Nutrisi dan Darah

Obat nutrisi dan darah digunakan dalam kasus karena pasien banyak

mengalami mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan nafsu makan,

sehingga kebutuhan nutrisi tubuh tidak tercukupi. Keluhan lemas, dan pusing

cukup sering dijumpai dalam kasus, kondisi tersebut juga dimungkinkan kerena

kekurangan nutrisi pada pasien diabetes komplikasi IHD. Obat nutrisi digunakan

untuk menambah nutrisi pada pasien yang tidak tercukupi nutrisinya hanya dari

makanan yang dikonsumsinya. Penggunaan obat golongan cairan dan elektrolit,

khususnya elektrolit intravena banyak digunakan dalam kasus yaitu sebesar

133,1%.

Page 71: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

52  

  

Tabel XIII. Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 No Golongan Sub

Golongan Jenis Nama dagang Jumlah Kasus

Persentase (%)

1 Cairan dan Elektrolit

Elektrolit oral

K-I aspartate Aspar-K 4 22,2

Elektrolit intravena

NaCl NaCl 0,9% 4 22,2 NaCl 3% 2 11,1 Asering NaCl 13 72,2

Glukosa Dekstrosa 5% 3 16,6 Dekstrosa 10% 1 5,5

Elektrolit Aminofluid 1 5,5 2 Vitamin Vitamin B Vitamin B

komplek dengan vitamin C

Lysmin 1 5,5

Lesipar 2 11,1

3 Nutrisi Asam Amino Nephrisol 1 5,5 4 Tonikum Sitikolina Nikolin 1 5,5 Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat nutrisi dan darah. g) Obat Susunan Saraf Pusat

Obat susunan saraf pusat terdiri dari antiemetik dan vertigo dan ansiolitik.

Obat yang banyak digunakan dalam kasus adalah domperidone sebanyak 33,3%.

Domperidone digunakan sebagai antiemetik yaitu untuk menangani mual dan

muntah yang banyak dikeluhkan pasien. Mual dan muntah dapat disebabkan oleh

efek samping obat, seperti metformin.

Obat ansiolitik diberikan pada pasien yang mengalami gangguan

kecemasan pasien, sehingga pasien menjadi tenang. Cemas pada pasien dapat

dikarenakan banyak hal seperti menahan rasa nyeri, sehingga perlu diberikan obat

jenis untuk ini agar pasien dapat beristirahat dan dapat memperbaiki kondisi

pasien. Obat ansiolitik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

16,6%.

Page 72: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

53  

  

Tabel XIV. Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

No Golongan Sub Golongan Jenis Nama

dagang Jumlah Kasus

Persentase (%)

1 Antiemetik dan vertigo

Antiemetik Ondansetron Narfoz 2 11,1 Domperidone Vometa FT 6 33,3 Metoclopramide Primperan 1 5,5

Vertigo Betahistine mesylate Mertigo 2 11,1

3 Ansiolitik Clobazam Clobazam 2 11,1 Lorazepam Ativan 1 5,5

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat susunan saraf pusat. h) Obat Saluran Cerna

Obat saluran cerna banyak digunakan untuk mengatasi tukak lambung

pada pasien diabetes komplikasi IHD.

Tabel XV. Persentase Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

No Golongan Sub Golongan Jenis Nama dagang

Jumlah Kasus

Persentase (%)

1 Antitukak Penghambat Pompa Proton Omeprazole Omeprazole 1 5,5

OMZ 1 5,5 Pantoprazole Pantozole 1 5,5

2 Pencahar Stimulan Bisakodil Dulcolax 1 5,5 3 Adsorben

dan Pembentuk massa

Antimotilitas Norit Norit 1 5,5

Antispasmodik Timepidium Sesden 1 5,5

Tukak lambung pada pasien dapat terjadi karena efek samping dari obat-

obat diabetes yang dikonsumsi pasien, seperti penggunaan metformin dan

glimepirid dengan efek samping gangguan gastrointestinal, atau pasien memang

memiliki riwayat tukak lambung. Antitukak yang digunakan dalam kasus sebesar

16,5%.

Page 73: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

54  

  

i) Obat Skelet dan Sendi

Obat yang digunakan pada penyakit skelet dan sendi adalah kelompok anti

gout dan anti inflamasi non steroid. Sebagian besar pasien berumur lanjut

mengalami peningkatan kadar asam urat, yang menyebabkan rasa nyeri pada

persendian. Penggunaan obat antigout sebesar 22,1%, digunakan untuk

menurunkan kadar asam urat, sehingga rasa nyeri pada persendian menjadi

berkurang.

Tabel XVI. Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009

No Golongan Sub Golongan Jenis Nama

dagang Jumlah Kasus

Persentase(%)

1 Penyakit Gout dan Rematik Antigout Allupurinol Allupurinol 1 5,5

Zyloric 3 16,6

Anti Inflamasi Non steroid

Ketorolak trometamine Remopain 1 5,5

Celecoxib Celebrex 2 11,1 Meloxicam Mobiflex 2 11,1 Diclofenac diethylammon

Voltaren Gel 1 5,5

2 Gangguan neuromuskular Piracetam Neurotam 1 5,5

Penggunaan anti inflamasi non steroid pada kasus ditujukan pada

gangguan otot skelet. Pasien yang berumur lanjut, otot tubuhnya sudah mulai

melemah, keadaan pasien yang dianjurkan bed rest, membuat otot tidak banyak

bergerak, sehingga dapat menyebabkan encok, dan nyeri. Penggunaan

antiinflamasi non steroid sebesar 33,2%.

Page 74: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

55  

  

C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Penggunaan antidiabetik bertujuan untuk menurukan kadar gula darah

hingga batas normal, dan penggunaan obat antiangina ditujukan pada arteri

koroner yang mengalami penyempitan, sehingga suplai oksigen dalam darah dapat

tersedia dengan baik. Penatalaksanaan kasus diabetes komplikasi IHD dapat

menimbulkan masalah-masalah yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.

Masalah-masalah tersebut tidak hanya dijumpai pada penggunaan obat

antidiabetik dan antiangina tetapi juga sering dijumpai pada penggunaan obat

lainnya yang dapat memperburuk kondisi pasien.

Pemeriksaan laboratorium dapat memperjelas tentang kondisi pasien,

sehingga dapat memperjelas pula obat-obat yang harus diberikan pada pasien.

Kadar gula darah, kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar kreatinin pasien

adalah hasil tes laboratorium pasien yang perlu untuk diperhatikan.

Evaluasi DRP dalam kasus diabetes komplikasi IHD dilakukan dengan

cara melihat kondisi pasien, meliputi keluhan yang dialami pasien, obat-obat yang

sedang dikonsumsi pasien dan hasil uji laboratorium yang menggambarkan

keadaan tubuh pasien yang sebenarnya. Dari hasil penelitian ditemukan 13 kasus

dengan DRP. Kasus-kasus DRP yang teridentifikasi meliputi butuh obat

tambahan, adverse drug reaction, obat tidak tepat, dan tidak perlu obat terapi.

Kemudian kasus tersebut dibandingkan dengan literatur yang digunakan sebagai

acuan, yaitu Global Guideline Indonesia (2005), American Diabetes Association

(ADA) guideline, American Heart Association (AHA) Scientific Statement,

Page 75: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

56  

  

MIMS Indonesia (periode 2008/2009), dan Informatorium Obat Nasional

Indonesia (2000).

Tabel XVII. Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 No Jenis DRP Jumlah

Kasus Persentase

(%) 1 Butuh obat tambahan 11 61,1 2 Adverse Drug Reaction 2 11,1 3 Tidak Perlu Obat Terapi 2 11,1 4 Obat tidak tepat 2 11,1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis DRP.

Dari tabel dapat terlihat DRP yang paling banyak terjadi adalah butuh

tambahan obat, yaitu sebanyak 61,1%. Pada kasus yang mengalami butuh

tambahan obat, obat yang paling dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien

adalah obat antiplatelet.

1. Butuh tambahan obat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 11 kasus yang membutuhkan obat

terapi tambahan. Butuh tambahan obat yang banyak dibutuhkan pasien diabetes

komplikasi IHD adalah antiplatelet sebanyak 11 kasus. Standar American

Diabetes Association (ADA), merekomendasikan pasien diabetes dengan

komplikasi IHD perlu pemberian aspirin (antiplatelet) dengan dosis 75-325

mg/hari, hal ini sangat penting karena antiplatelet digunakan agar aliran darah

tetap lancar, yaitu dengan cara mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis

sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat

pembuluh darah semakin sempit. Antiplatelet yang digunakan untuk rekomendasi

pada penelitian ini adalah aspirin. Aspirin lebih banyak digunakan karena efek

sampingnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan antiplatelet yang lain

Page 76: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

57  

  

(misalnya clopidogrel), jika pasien alergi dengan aspirin dapat diberikan

clopidogrel, sebagai penggantinya.

Tabel XVIII. Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah

Kasus Adanya kondisi pasien yang memerlukan terapi secara lengkap untuk mencegah timbulnya kondisi medis baru

1. Pasien yang membutuhkan golongan antiplatelet 1, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 11

2 Pasien membutuhkan kaptopril sebagai antihipertensi 5, 11, 18 3

3. Pasien yang membutuhkan golongan gemfibrozil 12, 13 2

4. Pasien yang membutuhkan golongan calcium cannel blocker 5 1

5. Pasien yang membutuhkan allupurinol sebagai antigout 9 1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP butuh tambahan obat

Sebanyak 1 kasus dalam penelitian tidak mendapatkan terapi untuk

mengelola kurangnya suplai oksigen ke jantung yang dialami oleh pasien. Obat

golongan calcium cannel blocker (CCB) dengan dosis 1x2,5 mg/dl untuk pasien

lanjut umur pada kasus nomor 5 (80 Tahun). Ion kalsium yang masuk ke dalam

otot polos menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, oleh karenanya pemberian

CCB diperlukan untuk menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos,

sehingga menyebabkan vasodilatasi. Keunggulan dari penggunaan CCB adalah

dapat diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal, sehingga direkomendasikan

pada kasus nomor 5 yang mengalami kenaikan kreatinin (1,65 mg/dl).

Antihipertensi dibutuhkan karena adanya kenaikan tekanan darah yang

terjadi karena adanya aterosklerosis, yang memicu terjadinya IHD. Sebanyak 3

Page 77: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

58  

  

kasus memerlukan tambahan obat antihipertensi. Pada kasus 5,11, dan 18 pasien

tidak mendapatkan obat antihipertensi, padahal pada kasus tersebut tekanan darah

pasien diatas normal. Kasus nomor 5, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90

mmHg dan pulang dengan tekanan darah 160/90 mmHg. Kasus 14 juga

membutuhkan antihipertensi karena tekanan darah masuk pasien 133/80 mmHg

dan mengalami kenaikan hingga tekanan darah keluar 140/90 mmHg. Selama

menjalani terapi di rumah sakit pasien tidak mendapat antihipertensi sehingga

pasien pulang dalam keadaan tekanan darah yang diatas normal. Kaptopril

digunakan pada dosis 2x12,5 mg karena pada kasus 5 pasien tergolong lansia,

berumur 80 tahun. Kasus 11, 14, dan kasus 18, antihipertensi yang

direkomendasikan adalah kaptopril, yang digunakan sebagai lini pertama pada

pasien diabetes yang mengalami hipertensi, dengan dosis 3x12,5 mg/hari.

Antihipertensi diberikan karena tekanan darah pasien tidak mencapai tekanan

darah normal yang diharapkan pada pasien dengan diabetes komplikasi IHD.

Butuh tambahan obat hipolipidemia sebanyak 2 kasus. Obat hipolipidemia

dapat diberikan pada pasien dengan kenaikan kadar kolesterol. Kadar kolesterol

ini meliputi kenaikan kolesterol total, LDL, trigliserida, dan penurunan kadar

HDL. Obat hipolipidemia ini penting dalam mendukung perbaikan kondisi pasien,

karena kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mengakibatkan

aterosklerosis, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang memperburuk

kondisi pasien. Pada kasus 12 dan 13, pasien direkomendasikan menggunakan

gemfibrozil sebagai obat hipolipidemia, karena pasien mengalami kenaikan

trigliserida. Gemfibrozil ini digunakan dengan dosis 2x600mg/hari.

Page 78: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

59  

  

Kasus 9 pasien membutuhkan allupurinol untuk menurunkan kadar asam

urat pasien. Terapi penggunaan obat antigout ini dibutuhkan jika kadar asam urat

lebih dari 10 mg/dl. Kadar asam urat pada kasus 9 adalah 10,6 mg/dl, sehingga

dibutuhkan allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari.

2. Adverse Drug Reaction

Adverse drug reaction terjadi pada dua kasus, meliputi penggunaan obat

yang menimbulkan efek samping dan interaksi antar obat yang diberikan.

Tabel XIX. Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah

Terjadi reaksi yang tidak menguntungkan antar obat 1. Reaksi penggunaan bisoprolol fumarat dan glikuidon 18 1 Terjadi efek samping dari penggunaan obat 2. Timbul efek samping dari penggunaan glimiperid 12 1

Penggunaan obat-obat yang lebih dari satu memungkinkan terjadinya

reaksi interaksi antara masing-masing obat tersebut. Kasus 18, pasien diberi

bisoprolol fumarat sebagai antiangina dan glikuidon sebagai antidiabetes,

penggunaan keduanya memang diperlukan dalam menangani kasus diabetes

komplikasi IHD, namun kedua obat tersebut menyebabkan efek yang tidak

menguntungkan jika digunakan secara bersama. Interaksi antara bisoprolol dan

glikuidon dapat menyebabkan penurunan efek hipoglikemik dari glikuidon.

Bisoprolol fumarat (golongan beta bloker) dapat meningkatkan metabolisme

hepatik dan penurunan sekresi insulin yang pada akhirnya dapat menyebabkan

kadar glukosa tinggi (Sukandar, 2008). Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah

menghentikan penggunaan bisoprolol fumarat sebagai antiangina, hal ini dapat

Page 79: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

60  

  

dilakukan karena pada kasus, pasien sudah menerima ISDN yang juga

diindikasikan untuk terapi IHD.

Pemberian glimepirid pada kasus 12 menyebabkan munculnya hiponatremia dan

trombositopenia yang dapat timbul karena efek samping dari penggunaan

glimepirid (golongan sulfonilurea). Pasien masuk dengan diagnosa diabetes,

setelah pemberian glimepirid selama terapi, pasien mengalami hiponatremia dan

trombositopenia, sehingga kondisi pasien tidak semakin baik. Rekomendasi yang

dapat diberikan adalah penghentian penggunaan glimepirid sebagai antidiabetik

dan menggantinya dengan metformin dengan dosis 3x500mg.

3. Tidak Perlu Obat Terapi

Tidak perlu obat terapi terjadi pada 2 kasus yaitu penggunaan obat

hiperurisemia. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic approach (2005)

penggunaan terapi pada hiperurisemia diperlukan jika kadar asam urat ≥ 10 mg/dl.

Pada kasus 3 kadar asam urat pasien 7,2 mg/dl, dan kasus 17 kadar asam urat 7,6

mg/dl sehingga pasien tidak memerlukan terapi menggunakan allupurinol. Terapi

untuk menurunkan kadar asam urat tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan

pola dan menu makan pada pasien. Penggunaan obat yang tidak perlu dapat

mengakibatkan kondisi pasien menjadi tidak lebih baik, sehingga tujuan

pengobatan menjadi tidak tercapai.

Tabel XX. Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah Kondisi lebih baik dengan kondisi non drug 1 Allupurinol tidak perlu digunakan untuk kadar

asam urat <10 mg/dl 3, 17 2

Page 80: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

61  

  

4. Obat tidak tepat

Dalam kasus ini, sebanyak 3 kasus mendapatkan obat yang tidak tepat atau

tidak sesuai dengan kondisi pasien.

Tabel XXI. Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah

Obat yang digunakan tidak tepat sesuai dengan keadaan pasien 1. Metformin tidak boleh digunakan untuk pasien dengan

gangguan ginjal 5, 9 2

2. Glibenklamid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal

5 1

3. Glimepirid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal

5 1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP obat tidak tepat

Pada kasus data laboratorium pasien menunjukkan bahwa pasien

mengalami gangguan ginjal, dengan melihat adanya kenaikan kadar kreatinin

pada pasien, namun digunakan obat-obat yang kontraindikasi dengan pasien

dengan gangguan ginjal. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic

approach (2005) batasan penghentian metformin dan glimepirid pada pasien

adalah jika kadar kreatinin lebih dari sama dengan 1,4 mg/dl pada wanita dan

lebih dari sama dengan 1,5 mg/dl pada pria. Pada kasus 5 (kreatinin pasien 1,65

mg/dl), dan kasus 9 (kreatinin pasien 2,36 mg/dl), pasien mendapat metformin dan

glimepirid yang memiliki kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal,

sehingga obat-obat tersebut tidak tepat digunakan pada pasien. Rekomendasi

untuk kasus nomor 5 adalah pemberian insulin kerja sedang dengan dosis 3-5 unit

per hari yang diberikan setelah sarapan. Insulin pada pasien diabetes dapat

digunakan jika terjadi resistensi insulin, dalam kasus nomor 5 pasien mengalami

Page 81: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

62  

  

infeksi sekunder dan infeksi saluran kemih, menurut IONI, insulin diperlukan bila

timbul keadaan patologis tertentu seperti infark miokard, infeksi, koma, dan

trauma. Rekomendasi untuk kasus nomor 9 adalah glikuidon dengan dosis 15

mg/hari. Selain glikuidon obat antidiabetik yang digunakan untuk pasien dengan

gangguan ginjal adalah tolbutamid, dan glikazid yang memiliki masa kerja yang

singkat.

Pemakaian obat yang tidak tepat ini dapat memperburuk kondisi pasien.

Kerusakan ginjal pasien akan semakin parah jika penggunaan obat-obat yang

dikontraindikasikan pada gangguan ginjal tetap diberikan.

D. Outcome Terapi pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

1. Dampak Terapi

Pasien diabetes komplikasi IHD menjalani perawatan di Rumah Sakit Panti

Rapih dengan keluhan-keluhan yang biasanya memperburuk kondisi pasien

diabetes komplikasi IHD. Selama dirawat pasien menerima terapi yang dirasakan

dapat mengurangi gejala dan keluhan-keluhan pada pasien, namun terapi yang

diberikan tidak semuanya membut pasien keluar dari rumah sakit dengan keadaan

membaik.

Dari data yang ada, sebanyak 16 kasus (88,8%) pasien yang keluar dari rumah

sakit dengan kadaan membaik dan melakukan rawat jalan sebagai upaya dalam

proses penyembuhan pasien. Selain pasien yang keluar dalam keadaan membaik,

sebanyak 2 kasus (11,1%), yaitu pada kasus 4 dan 5 pasien keluar dari rumah

rumah sakit dalam keadaan belum sembuh, hal ini kemungkinan dikarenakan

pasien sendiri yang tidak betah untuk dirawat di rumah sakit sehingga meminta

Page 82: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

 

 

pulang, p

biaya yang

karena p

mengingin

seijin dok

jika kondi

hasil norm

tekanan da

GambarHeart Di

Ha

di Rumah

dalam kea

2. Lama

Lama

adalah ter

diderita ol

penyerta y

asien meng

g terlalu bes

penyakit p

nkan pasien

kter yang m

isi pasien m

mal pada f

arah, kadar

r 5. Persentaisease di Ins

asil outcome

h Sakit Pan

adaan memb

Inap

inap pasien

rapi yang d

leh pasien,

yang dimilik

ginginkan m

sar yang tid

pasien sud

n dirawat sa

merawat pasi

membaik, me

faktor-fakto

glukosa dar

ase Outcomstalasi Rum

e terapi ini

nti Rapih su

baik.

n dirumah

diberikan k

seperti kom

ki pasien.

Be

melanjutkan

dak dapat di

dah terlalu

aja dirumah

ien. Pasien

eliputi hasil

or yang m

rah dan kad

me Pasien Dimah Sakit Pa

2008 – Medapat meny

udah baik,

sakit dipen

kepada pasi

mplikasi lai

89%

elum Sembuh

n pengobata

itanggung o

u parah s

h, namun ha

membaik d

l gambar EK

empengaruh

dar kolestero

iabetes Melanti Rapih Yi 2009 yimpulkan b

karena seb

ngaruhi oleh

en dan seb

n yang men

11%

Membaik

annya di ru

oleh pasien a

sehingga k

al tersebut

dan diijinka

KG yang no

hi terjadiny

ol.

litus KomplYogyakarta

bahwa pelay

banyak 89%

h beberapa

berapa bera

nyertai pasi

k

umah sakit

atau dikaren

keluarga p

tentu saja s

an pulang a

ormal dan ad

ya IHD, se

likasi IschemPeriode Jan

yanan dan t

% pasien pu

hal, antara

at penyakit

ien dan pen

63

 

lain,

nakan

pasien

sudah

adalah

danya

eperti

mic nuari

terapi

ulang

a lain

yang

nyakit

Page 83: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

 

 

GIschemic H

Dari d

adalah sel

karena kel

dada ringa

Rapih pun

keadaanny

tinggal pa

sakit biasa

benar. Sed

peyakitnya

yang diraw

Pe

komplikas

2008 sam

sebesar 3

ambar 6. PeHeart Disea

data yang ad

lama rentan

luhan pasie

an yang dira

n sudah cu

ya yang seb

asien di rum

anya memin

dangkan pa

a yang dira

wat selama

nelitian ini

si IHD di In

mpai Mei 2

3,3%, untu

ersentase Laase di Insta

Januda, pasien p

ng waktu 8-

en yang dira

asakan pasi

ukup baik y

belumnya. S

mah sakit. P

nta ijin dari

asien yang

asa berat, c

21 hari.

E. Ra

i bertujuan

nstalasi Raw

2009. Diket

uk umur 70

1-7

ama Inap Palasi Rumahuari 2008 –

paling banya

14 hari, yai

asa cukup ri

en, pengoba

yang memb

Selain itu, fa

Pasien yang

i dokter unt

tinggal lam

contohnya p

angkuman P

n untuk me

wat Inap Ru

tahui pasien

0-79 tahun

67%

11%

hari 8-14

asien Diabeh Sakit Panti– Mei 2009ak dirawat d

itu sebanyak

ingan, sepe

atan yang d

buat pasien

faktor pribad

g merasa ti

tuk pulang d

ma di ruma

pasien deng

Pembahasa

engevaluasi

umah Sakit

n pada kel

sebanyak

22%

hari 15-21

etes Melitusi Rapih Yog

di Rumah S

k 12 kasus

erti mual, m

diberikan Ru

n semakin

di juga mem

dak betah t

dalam kead

ah sakit dis

gan patah tu

an

i pengobat

Panti rapih

lompok um

16,6%, um

1 hari

Komplikasgyakarta Pe

Sakit Panti R

(66,6%). H

muntah, dan

umah Sakit

cepat pulih

mpengaruhi

tinggal, dir

daan belum

sebabkan k

ulang (kasu

tan DM de

h periode Ja

mur 60-69 t

mur 50-59

64

 

si riode

Rapih

Hal ini

nyeri

Panti

h dari

lama

rumah

pulih

karena

us 16)

engan

anuari

tahun

tahun

Page 84: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

65  

  

27,7%, umur 80-89 tahun sebanyak 8,6%, pada umur kurang dari 40 tahun dan

40-49 sebanyak 5,5%. Komplikasi penyerta pada pasien DM komplikasi IHD

adalah dislipidemia sebanyak 33,3%, hipertensi sebanyak 27,7%, hiperglikemia,

hipoglikemia, polineuropati, dan CHF sebesar 11,1%, stroke dan ulkus sebesar

5,5%. Selain komplikasi penyerta, penyakit lain yang menyertai pasien juga

mempengaruhi keadaan serta terapi yang diberikan kepada pasien. Pada pasien

DM komplikasi IHD penyakit penyerta yang paling sering dijumpai adalah

radices dentist sebanyak 27,7%, infeksi saluran kemih (ISK) dan hipertiroid

sebesar 22,2%, HHD sebesar 16,6%, dan diare akut sebanyak 11,1%.

Hasil dari profil penggunaan obat dapat diketahui bahwa dalam

pengobatan DM komplikasi IHD terdiri dari 9 kelas terapi, yaitu : golongan obat

kardiovaskuler sebanyak 94,4%, obat yang bekerja pada sistem hormonal

sebanyak 100%, obat infeksi dan obat nutrisi dan darah sebanyak 88,8%, obat

saluran nafas sebanyak 16,6%, obat analgesik sebanyak 44,4%, obat susunan saraf

pusat sebanyak 61,1%, obat saluran cerna sebanyak 27,7%, obat skelet dan sendi

sebanyak 50%.

Kasus yang berhasil diteliti sebanyak 18. Dari 18 kasus tersebut terdapat

13 kasus yang teridentifikasi terjadi DRP. Aktual DRP yang terjadi adalah DRP

nomor 1 yaitu butuh terapi obat tambahan sebanyak 11 kasus, DRP nomor 2 yaitu

tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus, DRP nomor 3 yaitu obat tidak tepat

sejumlah 2 kasus, dan DRP nomor 5 yaitu adverse drug reaction sebanyak 2

kasus. Hasil terapi pasien atau outcome pasien, sebanyak 88,8% pasien pulang

dalam keadaan membaik, sedangkan sebanyak 11,1% pasien pulang dalam

Page 85: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

66  

  

keadaan belum sehat, dan diijinkan oleh dokter yang bersangkutan. Lama inap

pasien DM komplikasi IHD di Rumah Sakit Panti Rapih selama 1-7 hari sebanyak

22,2%, 8-14 hari sejumlah 66,6%, dan yang lamanya 15-21 hari sebanyak 11,1%.

Page 86: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pasien dengan usia antara 60-69 tahun sebesar 33,3%. Komplikasi

penyerta terbanyak pasien diabetes melitus komplikasi ischemic heart

disease adalah dislipidemia dengan persentase sebesar 33,3%, sedangkan

penyakit penyerta terbanyak yang dialami pasien adalah radices dentist

yaitu sebesar 27,7%.

2. Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat yang

mempengaruhi sistem hormon sebanyak 100% dan obat kardiovaskuler

sebanyak 94,4%. Metformin digunakan sebagai obat antidiabetik

terbanyak sebanyak 66,6% dengan dosis 3x500 mg per hari, dan isosorbid

dinitrat (ISDN) sebagai antiangina golongan nitrat dengan persentase

pemakaian sebanyak 77,7% dengan dosis 3x5mg per hari.

3. Drug related problems (DRPs) teridentifikasi pada 13 kasus diabetes

melitus komplikasi ischemic heart disease, meliputi butuh terapi obat

tambahan sebanyak 11 kasus, tidak perlu terapi obat sebanyak 2 kasus,

obat tidak tepat sebanyak 2 kasus, dan adverse drug reaction sebanyak 2

kasus.

4. Hasil terapi atau keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%,

dan pasien yang pulang dalam keadaan belum sembuh, dan pulang atas

ijin dokter adalah sebanyak 11,1%. Lama inap pasien diabetes melitus

Page 87: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

68  

  

komplikasi ischemic heart disease yang paling banyak adalah 8-14 hari

sebanyak 66,6%.

B. Saran

1. Diperlukan standar pengobatan diabetes melitus dengan komplikasi

ischemic heart disease di Rumah Sakit Panti Rapih, agar penanganan

pasien lebih dimudahkan dan kesembuhan yang dicapai serta pencegahan

komplikasi lain menjadi lebih optimal.

2. Diperlukan penelitian serupa dengan rumah sakit yang berbeda sebagai

bahan perbandingan terhadap hasil yang telah didapatkan.

Page 88: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

69  

  

DAFTAR PUSTAKA

Adyana, I K., 2002, Sindrom Resistensi Insulin, http://www.gizi.net/eng/index.shtml, diakses tanggal 6 Januari 2010

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, CV. Agung Seto, Jakarta

Anonim, 2008a, Angina, http://www.medicastore.com , diakses tanggal 14 September 2009

Anonim, 2008b, Angina (Angina Pectoris), http://id.inaheart.or.id/?p=30, diakses tanggal 20 Agustus 2009

Anonim, 2008c, Diabetes Mellitus (DM), http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html, diakses tanggal 15 Desember 2009

Anonim, 2009a, Angina, http://  www.cardiaccentre.com.sg/useful_angina.htm, diakses tanggal 15 Mei 2009

Anonim, 2009, What Diabetes is, http:/diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/type1and2/daily,diakses tanggal 14 September 2009

Braverman, E., 2009, Dua Penyebab Penyakit Jantung: Tekanan Darah dan Kenaikan Kadar Kolesterol, http://www.jantunghipertensi.com-jantunghipertensi, diakses tanggal 2 Januari 2010

Bulton, A., Cockram, C., Franz, M., Arouj, M., Aschner, P., 2005, Global Guideline for Type 2 Diabetes Mellitus, International Diabetes Federation, Belgium

Cavallari, H., Robert J., 2008, Pharmacotherapy Principles and Practice : Ischemic Heart Disease, 63-81, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York

Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practise, 178-179, 2nd edition, Mc Graw-Hill Company, New York

Page 89: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

70  

  

Corwin, J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, 540-555, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Davey, P., 2006, At a Galance Medicine, 266-267, Penerbit Erlangga, Jakarta

Goldschmid, M.G., 1994, Dyslipidemia and Ischemic Heart Disease Mortality Among Men and Women with Diabetes, http://cic.ahajournal.org/cgi/reprint/89/3/991?maxtoshow=&HITS=108&hits=108RESULTFORMAT=&fulltext=dyslipidemia+ischemic+heart+disease+mortality+among+men+and+women+with+deabe&seachid=18FIRSTINNEX=0&RESOURCETYPE=HWCIT. Diakses tanggal 22 Desember 2009

Grundy, S.M., Benjamin, I., Burke, G.L., Chait, A., Eckel R.H., 1999, Diabetes and Cardiovascular Disease; A Statement for Healthcare Professionals from the American Heart Association, http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/100/10/1134. diakses tanggal 22 Desember 2009

Heryawan, A., 2009, Penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi dapat Meningkatkan Angka Kematian, http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/kesehatan/8032-penyakit-diabetes-melitus-dan-hipertensi-dapat-meningkatkan-angka-kematian.html, diakses tanggal 2 Januari 2010

Jones, R.M. and Rospond R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practise, 1-6, lippincott Williams and Wilkins Company, USA

Kasper, D.L., Fauci, A., Martin, B., Wilson, J., Braunwald, E., 2005, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, terjemahan Asdie, A., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Kimble, M.A.K. and Young L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 1-1 s/d 1-11, 8th edition, A Wolter Kluwer Company, USA

Kustiyanto, 2009, Diabetes Mellitus, http:// http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/dm.html, diakses tanggal 20 Desember 2009

Kustiyanto, 2009, Ischaemic heart disease (IHD), http:// http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/ischemic-heart-disease-ihd-jantung.html , diakses tanggal 24 September 2009

Page 90: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

71  

  

Majid, A., 2009, Preventation and Management of Coronary Artery Disease in Patients with Diabetes Mellitus, Departemen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara-Rumah Sakit Adam Malik, Medan

Massing, M., W., Kathleen, A., Carla, A., Mridul, C., David, B., 2005, Trends in Lipid Management Among Patients With Coronary Artery Disease, http://care.diabetesjournals.org/content/26/4/991.full.pdf, diakses tanggal 2 Januari 2010

Muchid, A., Umar, F., Ginting, M., Basri, C., Wahyuni, R., Helmi, R., dkk., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Muchid, A., Umar, F., Chusun, Purnama, Nur Ratih., Masrul, Ratih N., dkk., 2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Necel, 2009, All About Atherosclerosis, http://www.necel.wordpress.com, diakses tanggal 19 Januari 2010

Permana, H., 2009, Komplikasi Kornik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/komplikasi_kronik_dan_ penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf., diakses tanggal 29 Desember 2009

Ronald, K., 2008, The epidemiology of diabetic complications, http://www.diabetes.org/news-research/research/research-database/the-epidemiology-of-diabetic-complications.html, diakses tanggal 20 Januari 2010

Soegondo, S., 2006, Diabetes The Sillence Killer, http://www.medicastore.com , diakses tanggal 4 April 2009

Soegondo S., dkk., 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Penerbit Pengurus Besar Perkumpulan Endokrin Indonesia, Jakarta

Page 91: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

72  

  

Soenarta, A., 2008, Ancaman Global Penyakit Kardiovaskuler, http://therapystroke.com/index.php?view=article&catid=1%3Alatest-news&id=7%3Astick-to-the-code&format=pdf&option=com_conten t&Itemid=50&lang=en, diakses tanggal 2 Januari 2010

Sukandar, E., 2008, ISO Farmakoterapi, 26-27, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta

Suryawan, S., 2008, Obat Kardiovaskuler, Bagian Farmakologi Fakulas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya

Susanti, A., 2007, Evaluasi Pengobatan pasien Diabetes Mellitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instaasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli – Desember 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Sutedjo, A.Y., 2007, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 67, 83, 113, Penerbit Amara Books, Yogyakarta

Triplitt, L., Charles A.R., William L.I., 2005, Pharmacoteraphy; A Pathophysiologic approach; Diabetes Mellitus, 1333-1363, 6th edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York

Tjay, T., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, 600, 738, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Utomo, H., 2005, Gambaran Penetalaksanaan Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Bulan Juli-Desember Tahun 2003, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Yacob, I., 2009, Penyakit Arteri Perifer pada Diabetes, http://kliniksempurna.blogspot.com/2009/06/penyakit-arteri-perifer-pada-diabetes.html, diakses tanggal 20 Januari 2010

Page 92: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

73  

LAMPIRAN

KASUS 1 Data pasien No. Rekam medik : 603534 Umur/ Jenis Kelamin : 41 tahun/ P Lama Tinggal : 27/1/08 - 4/2/ 08 (8 hari)

Diagnosa masuk : Gastro endemitis dengan dehidrasi Diagnosa keluar : DM, IHD, diare akut, multiple radicalits

Subyektif : Sakit perut, BAB cair ± 20 kali

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 27/1/08 4/2/08

Tekanan Darah Suhu Nadi

160/100 mmHg 370C

100 x/ menit

130/90 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 27/1/08 29/1/08

Puasa Post Prandial

219 mg/dl 314 mg/dl

323 mg/dl 316mg/dl

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 27/1/08 SGOT SGPT

13,0 U/L 11,8 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 27/1/08 Ureum

Kreatinin Asam Urat

41 mg/dl 0,70 mg/dl 3,7 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 27/1/08 Kolesterol Total

LDL HDL

Trigliserida

151 mg/dl 89 mg/dl 43 mg/dl 99 mg/dl

- - - -

< 200 mg/dl < 150 mg/dl >40 mg/dl

<150 mg/dl EKG : Iskemia (27/1/08)

PenatalaksanaanPasien mendapatkan ISDN 5mg 3x/hari, Metformin 3x500mg, Glimepirid 2x1tab, Omeprazole 1x20mg

Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah dan glukosa darah, 1. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari 2. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar gula darah

pasien

DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien

membutuhkan antiplatelet

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur

sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur

untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu

menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 93: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

74  

KASUS 2 Data pasien No. Rekam medik : 604430 Umur/ Jenis Kelamin : 38 tahun/ L Lama Tinggal : 3/2/08 – 15/2/08 (12 hari)

Diagnosa masuk : Anoreksia, dyspepsia, DM Diagnosa keluar : DM, Hipertensi, IHD, Stroke

Subyektif : Mual, muntah, sakit perut Sebelumnya sudah minum obat Rantin, Curcuma, dan Cetalgin

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 3/2/08 15/2/08

Tekanan Darah Suhu Nadi

120/80 mmHg 370C

100 x/ menit

120/80 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 3/2/08

Puasa Post Prandial

308 mg/dl 461 mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Ginjal 3/2/08 Ureum

Kreatinin Asam Urat

35 mg/dl 1,16 mg/dl 17,1 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

EKG : IHD (12/2/08) Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan ISDN 2x5mg, Aspilet 1x2 tablet, Glucobay 3x100mg, Omeprazole 1x40mg, Allupurinol 1x300mg

Penilaian Pasien mengalami kenaikan kadar glukosa darah, dan asam urat. 1. Menurut Pharmacotherapy Principles and Practice, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat

digunakan dengan dosis 5-20 mg 2-3 kali sehari 2. Glucobay (acarbose) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 3. Allupurinol digunakan untuk terjadinya kenaikan kadar asam urat pasien

DRP :

Tidak teridentifikasi adanya DRP

Rekomendasi : 1. Melakukan monitoring glukosa darah dan

pemeriksaan kolesterol secara teratur untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.

2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 94: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

75  

KASUS 3 Data pasien No. Rekam medik : 604281 Umur/ Jenis Kelamin : 71 tahun/ P Lama Tinggal : 3/2/08 -14/2/08 (11 hari)

Diagnosa masuk : Hipoglikemia, hipertensi Diagnosa keluar : DM, hipoglikemia, IHD, radices dentist, dislipidemia

Subyektif : Komuniksi tidak nyambung, kepala pusing, riwayat stroke 1 tahun yang lalu, obat yang digunakan glibenkamid, captopril, nadifan

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 3/2/08 14/2/08

Tekanan Darah Suhu Nadi

206/100 mmHg 370C

85 x/ menit

120/80 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 6/2/08

Puasa Post Prandial

- -

108 mg/dl 144mg/dl

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 3/2/08 SGOT SGPT

28,6 U/L 9,8 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 3/2/08 Ureum

Kreatinin Asam Urat

31 mg/dl 1,26 mg/dl 7,2 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 3/2/08 Kolesterol Total

LDL HDL

Trigliserida

286 mg/dl 195 mg/dl 65 mg/dl

144 mg/dl

- - - -

< 200 mg/dl < 150 mg/dl >40 mg/dl

<150 mg/dl EKG : Iskemia (4/2/08)

PenatalaksanaanMetformin 3x500mg, Amlodipin Besilat 1x10mg, ISDN 3x5mg, Furosemid 1x2 amp, Simvastatin 1x10mg, Allupurinol 1x100mg

Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat, kolesterol total dan LDL 1. Metformin digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah 2. ISDN digunakan sebagai antiangina 3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi obat 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien DRP :

1. Butuh obat tambahan; pasien membutuhkan antiplatelet

2. Tidak Perlu Obat Terapi; Allupurinol tidak diperlukan untuk menurunkan asam urat pasien

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur

sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien 2. Dilakukan monitoring pada penggunaan metformin

karena terjadi kenaikan kreatinin pada pasien 3. Penggunaan Allupurinol dihentikan 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu

menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar kolesterol total, LDL

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 95: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

76  

KASUS 4 Data pasien No. Rekam medik : 106303 Umur/ Jenis Kelamin : 68 tahun/ L Lama Tinggal : 3/5/08 - 10/5/08 (7 hari)

Diagnosa masuk : DM, ulkus jari kaki Diagnosa keluar : DM, ulkus jari kaki, ISK, IHD, radices dentist

Subyektif : Lemas, buyer

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 3/5/08 10/5/08

Tekanan Darah Suhu

130/80 mmHg 38,70C

150/90 mmHg -

130/80 mmHg ±370C

Glukosa Darah 3/5/08 Puasa

Post Prandial 111 mg/dl 187mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 4/5/08 SGOT SGPT

- -

19,6 U/L 16,0 U/L

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 3/5/08 Ureum

Kreatinin Asam Urat

44 mg/dl 1,33 mg/dl 4,9 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 3/5/08 LDL HDL

112 mg/dl 141 mg/dl

- -

< 150 mg/dl >40 mg/dl

EKG : Iskemia (5/5/08) Penatalaksanaan

Diltiazem 3x30mg, ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Lantus 1x8u, Dexaflox 2x400mg, Mertigo 3x1tablet

Penilaian Pasien mengalami kenaikan gula darah, kreatinin 1. Glumin XR (metformin) digunakan sebagai antidiabetes untuk menurunkan kenaikan kadar

gula darah pasien 2. ISDN digunakan sebagai terapi antiangina DRP :

Tidak teridentifikasi adanya DRP

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur

sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Pemberian Glumin XR pada pasien harus selalu

dikontrol karena terdapat peningkatan kreatinin pada pasien

3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah dan kolesterol total karena pasien keluar dari rumah sakit masih dalam keadaan belum sembuh.

Outcome : Belum sembuh,pulang atas permintaan dan rawat jalan

Page 96: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

77  

KASUS 5 Data pasien No. Rekam medik : 396640 Umur/ Jenis Kelamin : 80 tahun/ P Lama Tinggal : 7/5/08 - 19/5/08 (12 hari)

Diagnosa masuk : DM, hipertensi, infeksi sekunder Diagnosa keluar : DM, hipoglikemia, IHD, ISK

Subyektif : Pusing, mual, tidak nafsu makan

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 7/5/08 19/5/08

Tekanan Darah Suhu Nadi

140/90 mmHg 38,70C

80 x/menit

160/90 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 7/5/08

Puasa Post Prandial

354 mg/dl 432mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 7/5/08 SGOT SGPT

17,7 U/L 9,3 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 7/5/08 Ureum

Kreatinin 61 mg/dl

1,65 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

EKG : Iskemia (7/5/08) Penatalaksanaan

Glimepirid 1x3mg, Glucovance 1,25/250 2x1tablet, Vometa FT 3x1 tablet, Dexaflox 2x400mg

Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum dan kreatinin. 1. Glimepirid dan Glucovance (kombinasi glibenklamid 1,25mg dan metformin HCl 250mg)

digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati

2. Pasien tidak mendapat terapi untuk menurunkan tekanan darahnya, dan tidak mendapatkan obat antiangina untuk menangani IHD pasien

3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh tambahan terapi obat;

pasien membutuhkan antiplatelet, antiangina dan antihipertensi

2. Obat tidak tepat; Glimepirid dan Glucovance tidak boleh digunakan pada pasien dengan dengan nilai kreatinin lebih dari 1,40 mg/dl.

Rekomendasi : 1. Pasien perlu aspirin 80 mg/hari 2. Amlodipin Besilat dengan dosis awal 1x2,5mg/hari untuk

pasien lanjut usia, secara teratur sebagai terapi untuk IHD 3. Kaptopril 2x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan

darah 4. Penggunaan Glimepirid dan Glucovance diganti dengan

insulin kerja sedang dengan dosis 4-5 unit per hari. 5. Melakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL,

HDL, dan trigliserida. 6. Melakukan diet untuk membantu menurunkan kadar gula

darah, dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Outcome : Belum sembuh, pulang atas permintaan

Page 97: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

78  

KASUS 6 Data pasien No. Rekam medik : 349505 Umur/ Jenis Kelamin : 77 tahun/ P Lama Tinggal : 11/6/08 - 15/6/ 08 (4 hari)

Diagnosa masuk : Vomitus Diagnosa keluar : DM, hipertiroid subklinis, IHD, dislipidemia

Subyektif : Perut sakit, muntah-berak, lemas Riwayat penyakit DM dan jantung

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 11/6/08 15/6/08

Tekanan Darah Suhu

140/100 mmHg 38,50C

130/80 mmHg -

130/80 mmHg ±370C

Glukosa Darah 13/6/08 Puasa

Post Prandial - -

103 mg/dl 161 mg/dl

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 11/6/08 SGOT SGPT

14,1 U/L 12,1 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 11/6/08 Ureum

Kreatinin 36 mg/dl

1,40 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Kolesterol 12/6/08 Kolesterol Total

Trigliserida - -

207 mg/dl 130 mg/dl

< 200 mg/dl <150 mg/dl

EKG : Iskemia (11/6/08) Penatalaksanaan

Glumin XR 1x2tablet, ISDN 3x5mg Penilaian

Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin dan kolesterol total 1. Glumin XR (metformin) diunakan untuk menurunkan kadar gula darah 2. ISDN digunakan untuk terapi IHD

DRP :

Tidak teridentifikasi adanya DRP Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari untuk terapi

IHD. 2. Glumin XR digunakan secara hati-hati dan perlu

monitoring, karena terjadi peningkatan kreatinin pada pasien.

3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.

4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah dan kolesterol total.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 98: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

79  

KASUS 7 Data pasien No. Rekam medik : 620465 Umur/ Jenis Kelamin : 67 tahun/ P Lama Tinggal : 15/6/08 - 18/6/ 08 (3 hari)

Diagnosa masuk : GEA Diagnosa keluar : DM, ISK, IHD, diare akut

Subyektif : Mual, muntah, BAB 3x cair

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 15/6/08 18/6/ 08

Tekanan Darah Suhu

130/90 mmHg 360C

110/70 mmHg -

130/80 mmHg ±370C

Glukosa Darah 16/6/08 Puasa

Post Prandial - -

150 mg/dl 172 mg/dl

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Ginjal 15/6/08 17/6/08 Ureum

Kreatinin Asam Urat

24 mg/dl 0,75 mg/dl

-

- -

4,9 mg/dl

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 12/6/08 Kolesterol Total

Trigliserida - -

112 mg/dl 107 mg/dl

< 200 mg/dl <150 mg/dl

EKG : Iskemia (15/6/08) Penatalaksanaan

Glimepirid 1x2mg, ISDN 3x5mg, Dexaflox 2x400mg, Vometa FT 3x1 tablet Penilaian

Pasien mengalami peningkatan kadar glukosa darah 1. Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 2. ISDN digunakan sebagai terapi IHD 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi

pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien

membutuhkan antiplatelet

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara

teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.

2. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.

3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 99: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

80  

KASUS 8 Data pasien No. Rekam medik : 100356 Umur/ Jenis Kelamin : 63 tahun/ P Lama Tinggal : 9/12/08 - 22/12/ 08 (13 hari)

Diagnosa masuk: DM, hipertensi Diagnosa keluar : DM, IHD, dislipidemia, lumbal discopathy

Subyektif : BAB berdarah, boyok nyeri sekali

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 9/12/08 22/12/ 08

Tekanan Darah Suhu Nadi

160/100 mmHg 360C

88 x/menit

130/90 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80 x/menit Glukosa Darah 9/12/08 16/12/08

Puasa Post Prandial

61 mg/dl 125 mg/dl

111 mg/dl 134 mg/dl

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 9/12/08 SGOT SGPT

21,3 U/L 10,8 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 9/12/08 17/6/08 Ureum

Kreatinin 51 mg/dl

1,14 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Kolesterol 9/12/08 LDL

Trigliserida 139 mg/dl 102 mg/dl

- -

< 150 mg/dl <150 mg/dl

EKG : Iskemia (15/12/08) Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Diltiazem 3x30mg Penilaian

Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, ureum. 1. Diltiazem digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3-4x30mg/hari 2. Gumin XR (metformin) digunakan untuk terapi penurunan kadar glukosa darah

DRP : Tidak teridentifikasi adanya DRP

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara

teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien

2. Menganjurkan pasien untuk menjalankan pola hidup sehat

4. Monitoring gula darah dan kolesterol secara teratur.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 100: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

81  

KASUS 9 Data pasien No. Rekam medik : 070476 Umur/ Jenis Kelamin : 82 tahun/ L Lama Tinggal : 10/10/08 - 21/10/ 08 (11 hari)

Diagnosa masuk : Pneumonia, hiperglikemi Diagnosa keluar : DM, IHD, hipertiroid, kontraksi tungkai bawah, nefropati

Subyektif : Tidak mau makan, batuk, riwayat hipertensi, pernah operasi prostat, alergi obat sulfa.

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 10/10/08 21/10/ 08

Tekanan Darah Suhu Nadi

130/80 mmHg 380C

96 x/ menit

110/70 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 12/10/08

Puasa Post Prandial

- -

176 mg/dl 153 mg/dl

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 10/10/08 SGOT SGPT

22,5 U/L 12,4 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 10/10/08 Ureum

Kreatinin Asam Urat

97 mg/dl 2,36 mg/dl 10,6 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 10/10/08 Kolesterol Total

LDL HDL

Trigliserida

165 mg/dl 102 mg/dl 35 mg/dl

130 mg/dl

- - - -

< 200 mg/dl < 150 mg/dl >40 mg/dl

<150 mg/dl EKG : Iskemia (27/1/08)

PenatalaksanaanPasien mendapatkan Metformin 3x500mg, ISDN 3x5mg, Bricasma 3x1 tablet, Neo-Mercazole 1x5mg

Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, ureum, kreatinin. 1. Metformin digunakan untuk menurunkan glukosa darah pasien yang mengalami kenaikan 2. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan;

pasien membutuhkan antiplatelet dan obat untuk hiperurisemia

2. Obat tidak tepat; metformin tidak boleh digunakan pada pasien nefropati, dengan nilai kreatinin lebih dari 1,50 mg/dl.

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai

terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Perlu tambahan Allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari 3. Perlu dilakukan kontrol secara teratur dan monitoring kadar

glukosa darah, untuk menghindari hiperglikemia dan komplikasi lain yang lebih parah.

4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.

5. Metformin diganti dengan Glikuidon 15mg/hari yang tidak kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal danhati.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 101: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

82  

KASUS 10 Data pasien No. Rekam medik : 640842 Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L Lama Tinggal : 30/11/08 - 10/12/08 (10 hari)

Diagnosa masuk : Vomitus, DM, hepatitis Diagnosa keluar : DM, radices dentist, IHD

Subyektif : Mual, perut sakit seperti ditusuk-tusuk, riwayat penyakit hepatitis, DM sejak 2003 Menggunakan Glibenklamid sehari 1 tablet tetapi tidak teratur.

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 30/11/08 10/12/08

Tekanan Darah Suhu Nadi

130/80 mmHg 360C

80 x/ menit

110/80 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 30/11/08

Puasa Post Prandial

164 mg/dl 241 mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 30/11/08 5/12/08 SGOT SGPT

122,4 U/L 344,5 U/L

52,6 U/L 246,5 U/L

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 30/11/08 Ureum

Kreatinin 29 mg/dl

0,61 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Kolesterol 30/11/08 Kolesterol Total

Trigliserida 177 mg/dl 203 mg/dl

- -

< 200 mg/dl <150 mg/dl

EKG : Iskemia (1/12/08) Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan Vometa FT 3x1 tablet, Glumin XR 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Gluvas 1x1mg, Hypofil 1x300mg

Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, SGOT, SGPT, trigliserida. 1. Glumin XR (metformin) dan gluvas (Glimepirid) digunakan untuk menurunkan kadar

glukosa darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 2. Hypofil (gemfibrozil),digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida pasien. 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan;

pasien membutuhkan antiplatelet

Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai

terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Penggunan Glumin XR, Gluvas perlu pemantauan, karena

terjadi kenaikan SGOT dan SGPT. 3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa

darah. 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula

darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 102: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

83  

KASUS 11 Data pasien No. Rekam medik : 444370 Umur/ Jenis Kelamin : 60 tahun/ P Lama Tinggal : 2/12/08 - 7/12/08 (5 hari)

Diagnosa masuk : DM, HHD-IHD, radices dentist Diagnosa keluar : DM, HHD-IHD, radices dentist

Subyektif : Berencana cabut gigi, namun gula darah tinggi

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 2/12/08 7/12/08

Tekanan Darah 160/90 mmHg 150/100 mmHg 130/80 mmHg Glukosa Darah 2/12/08 12/10/08

Puasa Post Prandial

226 mg/dl 270 mg/dl

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Ginjal 2/12/08 Ureum

Kreatinin 24 mg/dl

0,81 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

EKG : Iskemia Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan Herbesser 90 SR (diltiazem) 1x1 tablet, Amlodipin Besilat 1x10mg, Adalat 3x10mg, Insulin RI 50u

Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum, kreatinin. 1. Insulin digunakan sebagai terapi penurunan kadar gula darah 2. Amlodipin besilat dan diltiazem digunakan sebagai antiangina 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien

membutuhkan antiplatelet dan antihipertensi

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara

teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.

2. Diberikan Kaptopril dengan dosis 3x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan darah

3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.

4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 103: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

84  

KASUS 12 Data pasien No. Rekam medik : 015905 Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L Lama Tinggal : 12/2/09 - 24/2/09 (12 hari)

Diagnosa masuk : OBS dyspneu, vomitus, DM Diagnosa keluar : DM, IHD, trombositopenia, hiponatremia

Subyektif : Sesak nafas, dada terasa tidak enak, mual, muntah

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 12/2/09 24/2/09

Tekanan Darah 142/90 mmHg 390C

124 x/ menit

110/70 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 13/2/09

Puasa Post Prandial

267 mg/dl 297 mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 13/2/09 SGOT SGPT

31,4 U/L 33,6 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 13/2/09 Ureum

Kreatinin 20 mg/dl

0,75 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Kolesterol 13/2/09 LDL

Trigliserida 98 mg/dl

311 mg/dl - -

< 150 mg/dl <150 mg/dl

EKG : Iskemia (12/2/08) Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, ISDN 3x5mg, Vometa FT 3x1 tablet, Glimepirid 1x1mg, Bricasma 3x1 tablet

Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, trigliserida 1. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah

pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 2. Trigliserida pasien mengalami kenaikan dan membutuhkan obat hipolipidemia untuk

menurunkan kadar trigliserida pasien 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien

membutuhkan antiplatelet, obat hipolipidemia

2. Adverse Drug Reaction; pasien mengalami trombositopenia dan hiponatremia yang dapat disebabkan karena penggunaan glimepirid

Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai

terapi untuk IHD yang dialami pasien 2. Glimepirid seharusnya tidak digunakan dan

seharusnya menggunakan metformin dengan dosis 3x500mg/hari

3. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg 2x/ hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang meningkat

4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.

5. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah, tekanan darah, dan trigliserida agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 104: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

85  

KASUS 13 Data pasien No. Rekam medik : 109090 Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P Lama Tinggal : 14/2/09 - 26/2/09 (12 hari)

Diagnosa masuk : DM, hipertensi Diagnosa keluar : DM, HHD-IHD, chronic appendicitis, polineuropati, radices dentist, dislipidemia

Subyektif : Lemas, kencing banyak busa, panas, warna merah, pekat selama satu minggu

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 14/2/09 26/2/09

Tekanan Darah 140/90 mmHg 130/80 mmHg 130/80 mmHg Glukosa Darah 14/2/09

Puasa Post Prandial

225 mg/dl 327 mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 14/2/09 SGPT 22,1 U/L - 0,00-41,00 U/L Ginjal 14/2/09 Ureum

Asam Urat 20 mg/dl 4,1 mg/dl

- -

10,00-50,00 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 14/2/09 LDL HDL

Trigliserida

159 mg/dl 71 mg/dl

281 mg/dl

- - -

< 150 mg/dl > 40 mg/dl <150 mg/dl

EKG : Iskemia (10/10/08) Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Amlodipin besilat 1x10mg, Gluvas 1x2 tablet, Insultard 16u sore dan 20u pagi

Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, LDL dan trigliserida. 1. Pasien tidak mendapat terapi untuk kenaikan trigliseridanya 2. Gluvas (Glimepirid) dan Insultard digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah

pasien 3. ISDN dan amlodipin besilat digunakan sebagai terapi IHD 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien

membutuhkan antiplatelet, obat hipolipidemia

Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur

sebagai terapi pemeliharaan pada pasien IHD. 2. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg

2x/ hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang meningkat

3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.

4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah, LDL dan trigliserida, agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 105: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

86  

KASUS 14 Data pasien No. Rekam medik : 540784 Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L Lama Tinggal : 17/2/09 - 26/2/09 (9 hari)

Diagnosa masuk : DM, HHD, arytmia cordis Diagnosa keluar : DM, hipertiroid, HHD-IHD, ISK, hiperkalemia

Subyektif : 1 minggu sesak nafas, kaki bengkak. Riwayat sakit jantung

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 17/2/09 26/2/09

Tekanan Darah Nadi

133/80 mmHg 67 x/menit

140/90 mmHg -

130/80 mmHg ±80 x/menit

Glukosa Darah 17/2/09 Puasa

Post Prandial 141 mg/dl 213 mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 17/2/09 SGOT SGPT

38,0 U/L 26,3 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 17/2/09 Ureum

Kreatinin Asam Urat

42 mg/dl 1,40 mg/dl 4,1 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg.dl 3,40-7,00 mg/dl

HbA1c 7,9% - 4,5-6,5% EKG : Iskemia (17/2/09)

PenatalaksanaanPasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Bisoprolol 1x5mg, ISDN 3x5mg, Cardioaspirin 1x1 tablet, Neo-Mercazole 3x5mg

Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah. 1. ISDN dan bisoprolol digunakan untuk terapi IHD 2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah 3. Cardioaspirin merupakan antikoagulen mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan

untuk pengobatan dan pencegahan angina pectoris dan MI dengan dosis 1x1tablet.

DRP : 1. Butuh obat tambahan;

pasien membutuhkan antiplatelet dan antihipertensi

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur

sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur

untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari

untuk menurunkan tekanan darah pasien 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu

menurunkan kadar glukosa darah. 5. Pengunaan Glumin XR perlu pengawasan khusus

karena pasien mengalami kenaikan kadar kreatinin. 6. Melakukan pemeriksaan kolesterol, meliputi kolesterol

total, LDL, HDL dan trigliserida. Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 106: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

87  

KASUS 15 Data pasien No. Rekam medik : 456320 Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ P Lama Tinggal : 24/2/09 - 11/3/09 (15 hari)

Diagnosa masuk : IHD, susp cholecytis, dislipidemia Diagnosa keluar : DM, IHD, dislipidemia,HAPV cervical

Subyektif : Sakit di ulu hati kurang lebih satu bulan, leher bagian belakang terasa kencang, perut terasa penuh

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 24/2/09 11/3/09

Tekanan Darah Suhu Nadi

110/80 mmHg 360C

80 x/ menit

110/80 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 25/2/09

Puasa Post Prandial

216 mg/dl 223mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 8/3/09 SGOT SGPT

22,1 U/L 91,1 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 8/3/09 Ureum

Kreatinin 18 mg/dl

0,46 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Kolesterol 8/3/09 Kolesterol Total

LDL HDL

Trigliserida

203 mg/dl 128 mg/dl 52 mg/dl 91 mg/dl

- - - -

< 200 mg/dl < 150 mg/dl >40 mg/dl

<150 mg/dl EKG : Iskemia

PenatalaksanaanPasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Simvastatin 1x10mg

Penilaian Pasien mengalami peningkatan kadar gula darah, SGPT dan kolesterol total.

1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 1tablet 5mg 3-4x sehari 2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah.

Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi

pasien. DRP :

1. Butuh obat tambahan; pasien membutuhkan antiplatelet

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur

sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur

untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu

menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 107: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

88  

KASUS 16 Data pasien No. Rekam medik : 283531 Umur/ Jenis Kelamin : 76 tahun/ P Lama Tinggal : 27/2/09 - 20/3/09 (21 hari)

Diagnosa masuk : FP co lium femur, DM, hiperglikemia Diagnosa keluar : DM, IHD, renal ficiency, fraktur intetrochanterica Femur smistro

Subyektif : Nyeri kaki kiri

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 27/2/09 20/3/09

Tekanan Darah Suhu Nadi

160/80 mmHg 37,20C

93 x/ menit

120/80 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 27/2/09

Puasa Post Prandial

84 mg/dl 147mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 27/2/09 SGOT SGPT

16,6 U/L 16,4 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 27/2/09 Ureum

Kreatinin Asam Urat

131 mg/dl 3,26 mg/dl 4,7 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 27/2/09 LDL

Trigliserida 102 mg/dl 176 mg/dl

- -

< 150 mg/dl <150 mg/dl

EKG : Iskemia (28/2/09) Penatalaksanaan

Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glurenorm 1x1 tablet, Aprovel 1x300mg Penilaian

Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar gula darah, ureum, kretinin dan trigliserida. 1. Glurenorm (Glikuidon) digunakan sebagai obat antidiabetik 2. ISDN digunakan sebagai antiangina DRP :

Tidak teridentifikasi adanya DRP

Rekomendasi : 1. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur

untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk 2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu

menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 108: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

89  

KASUS 17 Data pasien No. Rekam medik : 655736 Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L Lama Tinggal : 2/4/09 - 15/4/09 (13 hari)

Diagnosa masuk : DM, IHD Diagnosa keluar : DM, IHD, CHF

Subyektif : Pusing, mual, tidak nafsu makan, perut membesar (acites) Riwayat DM

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 2/4/09 15/4/09

Tekanan Darah 160/100 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg Glukosa Darah 2/4/09

Puasa Post Prandial

176 mg/dl 153 mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 2/4/09 SGOT SGPT

16,4 U/L 6,6 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 2/4/09 Ureum

Kreatinin Asam Urat

45 mg/dl 1,29 mg/dl 7,6 mg/dl

- - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl

Kolesterol 2/4/09 Kolesterol total

LDL HDL

Trigliserida

150 mg/dl 102 mg/dl 30 mg/dl 83 mg/dl

- - - -

<200 mg.dl < 150 mg/dl >40 mg/dl

<150 mg/dl EKG : Iskemia (2/4/09)

PenatalaksanaanPasien mendapatkan Aspilet 1x1 tablet, Glimepirid 1x3mg, ISDN 3x5mg, Metformin 2x500mg, Zyloric (Allupurinol) 2x1 gelas

Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat dan penurunan HDL 1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 3x5mg/hari 2. Metformin dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi

obat 4. Aspilet mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan

angina pektoris dan MI DRP : 1. Tidak Perlu Obat Terapi;

Allupurinol tidak diperlukan untuk menurunkan asam urat pasien

Rekomendasi : 1. Penggunaan Allupurinol dihentikan 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur

untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu

menurunkan kadar glukosa darah. 4. Penggunaan Metformin dan Glimepirid harus dipantau

dan dimoitoring, karena pasien mangalami kenaikan kreatinin.

5. Mengkonsumsi sayuran dan olah raga, untuk meningkatkan kadar HDL pasien.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

Page 109: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

90  

KASUS 18 Data pasien No. Rekam medik : 658498 Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P Lama Tinggal : 27/4/09 - 9/5/09 (12 hari)

Diagnosa masuk : DM, IHD, polineuropati Diagnosa keluar : DM, neuropati, IHD, diastolic disfunction, CHF, ISK, dislipidemia, hipotiroid

Subyektif : Perut terasa membesar, tidak nafsu makan, nyeri di perut kanan atas, mual

Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 27/4/09 9/5/09

Tekanan Darah Suhu Nadi

140/80 mmHg 360C

80 x/ menit

140/80 mmHg - -

130/80 mmHg ±370C

± 80x/menit Glukosa Darah 27/4/09

Puasa Post Prandial

102 mg/dl 182 mg/dl

- -

70-110 mg/dl 100-140 mg/dl

Hati 27/4/09 SGOT SGPT

19,7 U/L 11,3 U/L

- -

0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L

Ginjal 27/4/09 Ureum

Kreatinin 29 mg/dl

0,95 mg/dl - -

10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Kolesterol 27/4/09 LDL HDL

Trigliserida

155 mg/dl 41 mg/dl

180 mg/dl

- - -

< 150 mg/dl >40 mg/dl

<150 mg/dl EKG : Iskemia

PenatalaksanaanPasien mendapatkan Glikuidon 30mg 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Bisoprolol fumarat 5mg 1x½ tablet, Euthyrax 1x0,10 mg, Furosemid 2x1 tablet

Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, dan LDL. 1. Bisoprolol fumarat golongan beta bloker dengan dosis 5-10 mg/hari. Jika digunakan

dengan sulfonilurea kan menurunkan efek sulfonilurea 2. Glikuidon golongan sulfonilurea, dosis awal ½ tablet (15 mg) 1x sehari, dosis maksimal

180 mg/hari 3. Tekanan darah pasien mengalami kenaikan, namun belum diberi terapi untuk menurunkan

tekananan darah 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien

membutuhkan antihipertensi 2. Adverse Drug Reaction;

penggunaan bisoprolol fumarat dan glikuidon dapat menurunkan efek dari glikuidon.

Rekomendasi : 1. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari

untuk menurunkan tekanan darah pasien 2. Melakukan penghentian penggunaan bisoprolol 3. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur

untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu

menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

 

Page 110: Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

91  

Penulis skripsi “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi

Pasien Diabetes Mellitus Komplikasi Ischemic Hart

Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009”

memiliki nama lengkap Maria Laksmi Parahita.

Penulis lahir sebagai anak pertama dari pasangan

Ignatius Suwarto dan Fransiska Aufrida Sudjarwati di

Pemalang pada tanggal 19 Februari 1988. Penulis

menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pius Pemalang pada tahun

1994, kemudian menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Pius (1994 – 2000)

dilanjutkan SMP Pius Pemalang (2000-2003), dan tahun 2006 Penulis

menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pemalang. Pada tahun 2006 Penulis

memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah Penulis mengikuti berbagai kegiatan,

seperti ; anggota Paduan Suara Fakultas Farmasi (2006-2008), Panitia Titrasi

(2007), dan Panitia Insadha (2008).