perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peningkatan ... filesiswodipuran boyolali tahun pelajaran...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI DAN
ALAM SEMESTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
SISWODIPURAN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Oleh :
VITA NURMALITASARI
K7108250
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vita Nurmalitasari
NIM : K7108250
Jurusan/Program Studi : S1-PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP STRUKTUR BUMI DAN ALAM SEMESTA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI 1 SISWODIPURAN BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2011/ 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Boyolali, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Vita Nurmalitasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI DAN
ALAM SEMESTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
SISWODIPURAN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
Oleh :
VITA NURMALITASARI
K7108250
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Boyolali, Juni 2012
Pembimbing I
Dr. Peduk Rintayati, M.Pd
NIP. 19540224 198203 2 001
Pembimbing II
Dra. Yulianti, M.Pd
NIP. 19541116 198203 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 27 Juni 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang : Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd .................................................
Sekretaris : Drs. Chumdari, M.Pd .................................................
Anggota I : Dr. Peduk Rintayati, M.Pd .................................................
Anggota II : Dra. Yulianti, M.Pd .................................................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Vita Nurmalitasari. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
STRUKTUR BUMI DAN ALAM SEMESTA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERMAIN PERAN PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SISWODIPURAN BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2011/ 2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep
struktur bumi dan alam semesta pada siswa kelas V SDN 1 Siswodipuran Boyolali
melalui model pembelajaran kooperatif teknik bermain peran.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V
SDN 1 Siswodipuran yang berjumlah 41 siswa. Sumber data berasal dari guru,
siswa dan dokumen sekolah. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi,
wawancara, dokumentasi dan tes. Validitas data menggunakan triangulasi metode.
Analisis data menggunakan model interaktif. Prosedur penelitian adalah 4 tahap
yaitu perencanaan, penerapan tindakan, observasi dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran
kooperatif teknik bermain peran dapat meningkatkan pemahaman konsep struktur
bumi dan alam semesta dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II.
Proses pembelajaran pada prasiklus kurang inovatif sehingga pemahaman konsep
siswa masih rendah. Peningkatan terjadi pada siklus I. Pemahaman konsep siswa
meningkat walaupun belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan
pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik sehingga dapat mendukung suatu
pembelajaran yang berkualitas.
Simpulan penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif teknik
bermain peran dapat meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta pada siswa kelas V SDN 1 Siswodipuran, Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012.
Kata kunci: pemahaman konsep, struktur bumi dan alam semesta, dan model
pembelajaran kooperatif teknik bermain peran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Vita Nurmalitasari. IMPROVING CONCEPTUAL UNDERSTANDING
OF STUCTURE THE EARTH AND UNIVERSE THROUGH THE
COOPERATIVE LEARNING MODELS AND THE ROLE PLAYING
TECHNIQUE AT THE FIFTH YEAR OF ELEMENTARY SCHOOL 1
SISWODIPURAN BOYOLALI 2011/2012 ACADEMIC YEAR.Thesis. Teacher
Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta. June 2012.
The purpose of this study was to improve understanding of the concept of
the structure of the earth and the universe at the fifth year students at Elementary
School 1 Siswodipuran Boyolali techniques through role playing.
This study is a Classroom Action Research. The experiment was
conducted in two cycles. Subjects were teacher and fifth year students at
Elementary School 1 Siswodipuran which amounts to 41 students. The source
data came from the teachers, students and school ducuments. Data collection
techniques is by observation, interviews, documentation and testing. The validity
of the data using a triangulation method. Analysis of data using an interactive
model. Research procedures are 4 stages of planning, implementation of the
action, observation and reflection.
The results showed that through role-playing technique may improve the
understanding of the concept of the structure of the earth and the universe than pre
cycle to cycle I and from cycle I to cycle II. The learning process so that the less
innovative pre cycle students understanding of the concept are still low. The
increase occurred in cycle I. Increase students understanding of the concept,
although not yet optimal. Implementation of the second cycle led to an
understanding of concepts so that students become better able to support a quality
learning.
The conclusions of this study is cooperative learning models and the role-
playing technique may improve the understanding of the concept of the structure
of the earth and universe at the fifth year students at Elementary School 1
Siswodipuran Boyolali 2011/2012 Academic Year.
Key words: understanding the concept, the structure of the earth and the universe,
cooperative learning models and the role playing techniques.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-
gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.
(Terjemahan HR. Tabrani)
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh."
(Terjemah: QS. Al Nasyirah 6-7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta (Sarjiman, S.Pd dan Lestari)
yang telah memberikan doa, motivasi, bimbingan dan kasih sayang yang tiada
taranya. Kasihmu tak pernah berkesudahan
selalu menyertai setiap langkah hidupku.
Adikku (Dhimas Jalu Prakosa)
yang selalu menyayangiku dan menjadi semangatku.
Sahabat-sahabatku tersayang
(Titania Dewi P, Vera Yuli N, Evi Emilia, Mutia N, Aris Arisona)
terima kasih atas motivasi, bantuan, dan dukungannya.
Mahasiswa PGSD FKIP UNS Kelas F angkatan 2008
kalian selalu memberikan arti dalam hidupku dan selalu membuatku tersenyum
dalam menghadapi apapun.
PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
almamaterku tercinta
tempatku menimba ilmu untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
KATA PENGANTAR .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ........................................................................ 6
1. Hakikat Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan
Alam Semesta ......................................................................... 6
a. Pengertian Pemahaman ................................................... 6
b. Pengertian Pemahaman Konsep ...................................... 7
c. Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta ...................... 9
d. Pentingnya Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan
Alam Semesta dalam Pembelajaran IPA di SD .............. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Bermain Peran ............................................................ 18
a. Pengertian Model Pembelajaran ...................................... 18
b. Model Pembelajaran Kooperatif ..................................... 20
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif ........................ 22
d. Macam-macam Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 23
e. Teknik Bermain Peran (Role Playing) ............................ 25
f. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Bermain Peran ......... 28
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 30
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 32
D. Hipotesis Tindakan ................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................... 34
C. Subjek Penelitian .................................................................... 35
D. Variabel Penelitian ................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35
F. Validitas Data ......................................................................... 36
G. Taknik Analisis Data .............................................................. 36
H. Indikator Kinerja .................................................................... 41
I. Prosedur Penelitian ................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 49
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................. 50
2. Kondisi Awal (Pra Tindakan) ......................................... 53
3. Deskripi Data Tindakan ................................................... 53
a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................................ 55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...................................... 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB V SIMPULAN, IMLPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................. 78
B. Implikasi ................................................................................. 79
C. Saran ....................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83
LAMPIRAN ................................................................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Planet Beserta Cirinya ............................................................. 11
2. Data Kondisi Awal Nila IPA Materi Struktur Bumi dan Alam
Semesta Kelas V SDN 1 Siswodipuran ............................................... 51
3. Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam
Semesta pada Siklus I .......................................................................... 58
4. Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam
Semesta dari Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .............................. 60
5. Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam
Semesta pada Siklus II ......................................................................... 68
6. Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam
Semesta dari Siklus I ke Siklus II ........................................................ 70
7. Perbandingan Daftar Frekuensi Nilai Pra Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II ........................................................................................ 72
8. Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam
Semesta Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ..................................... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses Pembentukan Alam Semesta ................................................... 10
2. Struktur Lapisan Bumi bagian dalam .................................................. 14
3. Skema Pengaruh Model Role Playing (Bruce Joyce) ......................... 26
4. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian.................................................... 33
5. Komponen-komponen Analisis Data (Miles&Huberman) ................. 40
6. Tahapan PTK (Suharsimi Arikunto) ................................................... 42
7. Grafik Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur
Bumi dan Alam Semesta pada Pra Tindakan ....................................... 52
8. Grafik Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur
Bumi dan Alam Semesta pada Siklus I ................................................ 59
9. Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi
dan Alam Semesta dari Pra Tindakan ke Siklus I ................................ 60
10. Grafik Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur
Bumi dan Alam Semesta pada Siklus II............................................... 69
11. Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi
dan Alam Semesta dari Siklus I ke Siklus II ........................................ 70
12. Grafik Perkembangan Frekuensi Nilai Pra Tindakan,
Siklus I dan Siklus II ............................................................................ 73
13. Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi
dan Alam Semesta dari Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II .................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................. 85
2. Silabus ................................................................................................. 86
3. Buku Ajar Materi Struktur Bumi dan Alam Semesta .......................... 87
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ....................................... 96
5. Lembar Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 1 ................................... 104
6. Lembar Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 2 ................................... 105
7. Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ...................................... 106
8. Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ...................................... 107
9. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1....................................... 108
10. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2....................................... 109
11. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ................................................ 110
12. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ................................................ 113
13. Lembar Penilaian Kinerja Kelompok .................................................. 116
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...................................... 119
15. Lembar Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 1 .................................. 128
16. Lembar Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 2 .................................. 129
17. Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ..................................... 130
18. Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ..................................... 133
19. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ..................................... 135
20. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ..................................... 136
21. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ............................................... 138
22. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ............................................... 140
23. Lembar Penilaian Kinerja Kelompok .................................................. 143
24. Hasil Wawancara Siswa Sebelum Diterapkan Bermain Peran ............ 147
25. Hasil Wawancara Siswa Setelah Diterapkan Bermain Peran .............. 150
26. Hasil Wawancara Guru Sebelum Diterapkan Bermain Peran ............. 152
27. Hasil Wawancara Guru Setelah Diterapkan Bermain Peran ................ 154
28. Daftar Nilai Pemahaman Konsep Pra Tindakan .................................. 156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
29. Daftar Nilai Pemahaman Konsep Siklus I ........................................... 159
30. Daftar Nilai Pemahaman Konsep Siklus II .......................................... 163
31. Foto Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 167
32. Surat-surat Perijinan ............................................................................. 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat,
hidayah serta inayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul Peningkatan Pemahaman Konsep Struktur Bumi
dan Alam Semesta Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Bermain
Peran Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran, Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012 ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang mengarahkan
dan membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
6. Dra. Yulianti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing hingga
selesainya skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
7. Kepala Sekolah SD Negeri 1 Siswodipuran yang telah mengijinkan penulis
mengadakan penelitian di SD tersebut.
8. Ibu Sumiyati, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran yang
banyak memberikan bantuan dan dorongan.
9. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca
umumnya.
Boyolali, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri. Hakikat
pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya dikemukakan
bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu; (1) learning to know, (2) learning
to do, (3) learning to live together, learning to live with other, dan (4) learning to
be. (Aunurrahman, 2010:6)
Dari pendapat ahli di atas, tujuan pembelajaran akan terwujud manakala
dilakukan proses belajar mengajar. Sebagai suatu proses, belajar mengajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan tidak terbatas pada
penyampaian materi pelajaran di kelas. Tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana agar materi yang diterima siswa di kelas dapat diterapkan dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tuntutan dalam dunia pendidikan saat ini sudah banyak berubah, kita
dituntut untuk mengubah pembelajaran paradigma lama atau pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered) menjadi paradigma yang baru atau
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), tetapi nampaknya
masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru
dengan alasan pembelajaran tersebut dirasa praktis dan tidak menyita waktu serta
penerapannya dirasa lebih mudah. Padahal keberhasilan proses pembelajaran
merupakan hal utama yang menjadi tujuan dalam pendidikan sekolah.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Sebenarnya, pertumbuhan dan
perkembangan siswa merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah
dan guru, dan itu sangat keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan
materi pelajaran pada bidang studinya saja. Guru memegang peranan strategis,
terutama dalam upaya membentuk watak melalui pengembangan kepribadian dan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
nilai-nilai yang diinginkan sehingga dalam proses pembelajaran di kelas, guru
tidak cukup hanya berbekal pengetahuan di bidangnya saja tetapi juga perlu
memperhatikan aspek-aspek pembelajaran yang mendukung terwujudnya
pengembangan potensi-potensi peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar di
sekolah sebagian besar masih dilakukan secara konvensional dengan bercerita dan
mencatat. Terbukti dengan prosentase ketuntasan pada saat pra siklus 9,76% yang
dapat dilihat pada (lampiran 28: 156) dari 41 siswa hanya terdapat 4 siswa yang
nilainya tuntas atau di atas KKM dan 37 siswa belum tuntas atau 90,24%. Hal ini
tentu saja menghambat ketercapaian tujuan pembelajaran IPA yang dirumuskan
atas dasar realita dan fenomena alam. Maka dalam rangka memenuhi ketercapaian
tujuan diperlukan proses belajar mengajar alternatif dengan menggunakan teknik
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak SD khususnya
siswa kelas V.
Keadaan di SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali membuat peneliti merasa
sangat berperan dalam mendidik siswa siswi Sekolah Dasar yang mana hasil dari
siswa siswi banyak yang tidak mampu memperoleh hasil belajar yang tuntas
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Salah satu
penyebab ketidakmampuan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang optimal
karena dalam menyajikan pembelajaran IPA masih sering menggunakan metode
ceramah dan siswa hanya disuruh mendengarkan dan mencatat.
Dengan alasan tersebut penulis menjadi tertarik untuk mengubah sistem
pembelajaran IPA di kelas V (lima) SD Negeri 1 Siswodipuran, Boyolali dengan
menyajikan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif teknik
bermain peran (role playing) pada bab struktur bumi dan alam semesta.
Teknik pada dasarnya adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan
pelajaran kepada siswa dengan tujuan untuk mempermudah penyampaian materi
dan menjadikan siswa lebih mudah menyerap semua ilmu yang dapat diterimanya.
Penggunaan teknik dapat dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa
dan membantu meningkatkan pemahaman siswa. Semakin banyak siswa yang
aktif dalam pembelajaran maka ada kecenderungan potensi belajar siswa akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
meningkat. Dalam usaha meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka perlu
dikembangkan melalui pembelajaran yang didasarkan perlu adanya kebersamaan
dengan menggunakan teknik bermain peran.
Penggunaan teknik bukan hanya membuat proses pembelajaran menjadi
efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan
utuh. Jika siswa hanya mendengarkan informasi verbal saja dari guru, siswa
mungkin kurang memahami pelajaran dengan baik. Tetapi jika hal itu diperkaya
dengan kegiatan melihat, mendengar, menyentuh, dan mengalami sendiri, maka
pemahaman siswa pasti akan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas
hasil belajar maupun prestasi belajar.
Bermain peran adalah dimana siswa bisa berperan atau memainkan
peranan dalam dramatisasi masalah sosial/psikologis. (Roestiyah, 2001: 90). Jadi
dapat disimpulkan bahwa bermain peran merupakan kegiatan memerankan drama
sesuai skenario yang ada. Dalam hal ini bermain peran diasumsikan untuk
memerankan proses pergerakan planet-planet di alam semesta, di mana di
dalamnya siswa menjadi matahari beserta planet-planet yang mengelilinginya.
Kemudian siswa bermain peran secara kelompok yang dipentaskan secara
sederhana di depan kelas. Sehingga siswa akan memperoleh pemahaman tentang
pembentukan alam semesta.
Dengan bermain peran siswa dapat secara aktif melakukan kegiatan
melihat, mendengar, menyentuh, dan mengalami sendiri. Masnur Muslich (2008:
54) menyatakan bahwa belajar: 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang
kita dengar-lihat, 30% dari apa yang kita demonstrasikan, 50% dari diskusi
kelompok, 75% dari apa yang kita kerjakan. Dari pendapat ahli di atas diharapkan
pemahaman meningkat, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan siswa
tuntas dalam belajar sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sementara itu
KKM perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu: kemampuan akademis siswa,
indikator, dan daya dukung (guru dan sarana). Jika siswa telah memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan indikator yang telah ditentukan KKM maka siswa
yang bersangkutan dinyatakan telah tuntas dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut: kurang tepatnya teknik maupun metode
yang digunakan dalam pembelajaran IPA dan kurangnya kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal latihan. Jika permasalahan tersebut tidak segera diatasi maka
akan menjadikan siswa merasa bosan, enggan dan menjadi pasif dalam mengikuti
pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, masalah ini penting untuk diteliti sehingga
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan
Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Bermain Peran Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1
Siswodipuran Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah teknik bermain peran dapat meningkatkan pemahaman konsep
struktur bumi dan alam semesta pada siswa kelas V SD Negeri 1
Siswodipuran Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
2. Apakah terdapat kendala dalam menggunakan teknik bermain peran untuk
meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta pada siswa
kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis dengan tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta melalui teknik bermain peran pada siswa kelas V SD Negeri 1
Siswodipuran, Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Mengatasi kendala dalam menggunakan teknik bermain peran untuk
meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta pada siswa
kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran, Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian diharapkan secara teoritis dapat memberikan
sumbangan kepada pembelajaran IPA, terutama pada peningkatan hasil belajar
siswa melalui teknik maupun metode pembelajaran yang tepat. Secara khusus
penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran IPA berupa
pergeseran dari pembelajaran yang bersifat konvensional menjadi strategi
pembelajaran yang mampu disajikan secara inovatif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Diperolehnya pengalaman baru tentang pemahaman konsep struktur bumi
dan alam semesta melalui model pembelajaran kooperatif teknik bermain
peran.
2) Tumbuhnya motivasi siswa mengikuti pembelajaran IPA.
3) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA baik aspek
kognitif maupun afektif khususnya materi struktur bumi dan alam semesta.
4) Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi struktur
bumi dan alam semesta.
b. Bagi Guru
1) Meningkatnya profesionalisme guru dalam mengembangkan teknik dan
metode pembelajaran IPA.
2) Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta.
3) Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran
yang bermutu.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatnya efektifitas pendidikan di sekolah.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif dan kondusif di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta
a. Pengertian Pemahaman
Dalam proses belajar mengajar pemahaman sangatlah penting untuk
diajarkan karena untuk mencapai tujuan belajar tertentu haruslah kita
memahamai terlebih dahulu materi dan hal-hal yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran tersebut.
Dimyati&Mudjiono (2006: 203) Pemahaman mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (1992: 113) mengatakan bahwa dalam pemahaman,
siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Perkins dalam Uno Hamzah (2009: 172) mengatakan bahwa pemahaman
menunjuk pada apa yang yang seseorang lakukan dengan informasi itu,
daripada apa yang telah mereka ingat.
Pemahaman dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi
bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu objek secara mendalam
seseorang harus mengetahui beberapa hal, yaitu objek itu sendiri, relasinya
dengan objek lain yang sejenis, relasinya dengan objek lain yang tidak
sejenis, relasi-dual dengan objek lainnya yang sejenis, dan relasi dengan
objek dalam teori lainnya. (Michener, 2011: 11)
Hal tersebut didukung dengan pendapat Sierpinska yang menyatakan
pemahaman yaitu “The definition of understanding by Sierpinska as the
mental experience of a subject by which he/she relates an object (sign) to
another object (meaning)' emphasizes one of the senses in which the term
'understanding' is used, well adapted for studying the psychological
processes involved”. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa
pemahaman sebagai pengalaman mental subjek yang berhubungan dengan
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
objek satu dengan yang lain, dan pemahaman juga dapat disesuaikan untuk
mempelajari proses psikologis. David Perkins (1993) juga memaparkan
tentang pemahaman bahwa “ To elaborate, here are six priorities for teacher
who teach for understanding; (1) Make learning a long-term, thinking-
centered process; (2) Provide for rich ongoing assessment; (3) Support
learning with powerful representations; (4) Pay heed to developmental
factors; (5) Induct students into be the discipline; (6) Teach for transfer.”
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah usaha atau kemampuan untuk menemukan fakta maupun
konsep pengetahuan sehingga menghasilkan suatu paham dan makna dengan
tujuan tertentu. Ketika para siswa mengerti sesuatu, mereka dapat
menjelaskan konsep-konsep dalam kalimat mereka sendiri, menggunakan
kalimat mereka sendiri dan menggunakan informasi dengan tepat. Untuk
menggali pengetahuan siswa, ada beberapa prioritas guru untuk mengajarkan
pemahaman yaitu membuat proses pembelajaran jangka panjang dan berpusat
pada pemikiran, memberikan penilaian berkelanjutan, memberikan dukungan
dengan representasi yang kuat, memperhatikan faktor perkembangan, melatih
siswa untuk disiplin dan mengajarkan untuk transfer ilmu yang telah didapat.
b. Pengertian Pemahaman Konsep
Konsep sangat diperlukan dalam pembelajaran, karena melalui konsep
itulah kita akan menemukan suatu pemahaman. Banyak pengertian tentang
konsep yang berkembang di kalangan para ahli misalnya menurut W.S Winkel
(2007: 91) konsep adalah mengadakan abstraksi, yaitu dalam semua obyek
yang meliputi benda, kejadian dan orang; hanya ditinjau aspek-aspek tertentu
saja. Misalnya, pada sebuah pohon yang hanya ditinjau aspek “mempunyai
batang” atau “mempunyai daun”. Akhirnya terbentuk suatu pengertian abstrak
“batang” dan “daun” yang keduanya menunjuk pada satu aspek tertentu yang
ditemukan pada semua pohon.
Untuk menggambarkan suatu konsep, Vygotsky (1998) mengatakan
bahwa: ” a real concept is an image of an objective thing in its complexity.
only when we recognize the thing in all its connection and relation, only when
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
this diversity is synthesized in a word in a integral image through a multitude
of determinations, do we develop a concept. according to the teaching of
dialectical logic, a concept includes not only the general, but also the
individual and the particular.“
Rosser dalam Dahar (2011: 63) mengatakan bahwa konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan
yang mempunyai atribut yang sama. Senada dengan pendapat Rosser, Winkel
(2005: 92) mengemukakan bahwa: “Konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan
salah satu belajar dengan pemahaman.” Orang membentuk konsep sesuai
dengan pengelompokan dan cara tertentu dan berdasarkan pengalaman.
Walaupun konsep kita berbeda, konsep itu cukup bagi kita untuk dapat
berkomunikasi dengan menggunakan nama-nama yang kita berikan pada
konsep yang telah kita terima bersama. Konsep kita tentang siswa tidak akan
berubah, walaupun nama atau labelnya berbeda. Misalnya, bila kita
mensubstitusikan nama “bunga” pada siswa, kita akan berkata bunga-bunga di
taman memperjuangkan nasib bunga-bunga, tetapi konsep siswa tetap sama.
Oemar Hamalik (2009: 162) juga berpendapat mengenai konsep yaitu
suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum, dimana
ciri-ciri tersebut antara lain; (1) atribut konsep adalah suatu sifat yang
membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya; (2) atribut
nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut; (3)
jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan
konsep lainnya; (4) kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan
bahwa beberapa atribut lebih dominan daripada yang lainnya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
suatu konsep adalah suatu abstraksi/atribut yang mewakili satu kelas dan
mempunyai makna serta mewakili sejumlah objek serta memiliki ciri-ciri yang
sama dan bersifat umum. Konsep juga dapat diartikan sebagai gambaran dari
suatu hal yang objektif, dan konsep dapat dikembangkan serta tidak hanya
mencakup umun tetapi juga mencakup individu dan tertentu. Konsep dapat
diperoleh melalui belajar maupun pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru berusaha untuk menanamkan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
materi pelajaran agar siswa dapat memahami konsep tersebut sehingga
memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
c. Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta
a) Pengertian Alam Semesta
Bentuk Bumi yang bulat seringkali dihubungkan dengan proses
terbentuknya Bumi. Sementara itu, proses terbentuknya Bumi tidak dapat
dipisahkan dari terjadinya alam semesta. Para ilmuwan sependapat bahwa
benda-benda yang ada di alam semesta terbuat dari unsur yang hampir sama.
Proses terbentuknya pun terjadi secara bertahap. Meskipun para ilmuwan tidak
mengetahui secara pasti tentang terjadinya alam semesta, tetapi mereka
menyusun kemungkinan-kemungkinan yang masuk akal. Beberapa ilmuwan
berpendapat bahwa benda-benda di alam semesta terbentuk dari awan.
Pembentukan alam semesta dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gambar 1. Proses Pembentukan Alam Semesta
(Choiril, IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI)
a. Awan itu tersusun atas gas dan debu. Pada awalnya, awan itu
terbentang sampai ratusan juta kilometer. Adanya kekuatan gaya tarik
menyebabkan awan berbentuk seperti roda pipih yang besar. Roda
tersebut selalu berputar. Akibat gerakan itu, sebagian besar gas
terkumpul di tengah awan.
b. Awan tersebut kemudian membentuk gumpalan yang membesar. Gaya
tariknya pun juga besar sehingga menarik lebih banyak gas. Oleh
karena kekuatan gaya tarik ke semua arah sama besar, gumpalan itu
merapat membentuk bola bulat. Gumpalan inilah yang kemudian
membentuk Matahari. Gas atau debu yang letaknya sangat jauh dari
Matahari juga berputar mengelilinginya. Gas dan debu ini kemudian
membentuk bola-bola bulat yang lebih kecil dibandingkan matahari.
c. Bola-bola tersebut merupakan awal dari pembentukan Bumi dan
planet-planet lain.
Tata surya adalah sistem yang tersusun atas matahari sebagai pusat dan
benda-benda langit yang mengelilinginya. Suhartanti, Dwi (2009: 113). Berikut
adalah daftar nama-nama planet beserta ciri-cirinya dapat dilihat pada Tabel 1
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 1. Daftar Planet Beserta Ciri-cirinya
Benda
Langit
Gambar Keterangan
Merkurius
Merkurius adalah planet yang paling
dekat dengan matahari dengan jarak
± 58 juta kilometer. Karena jaraknya
yang dekat dengan matahari serta
tidak memiliki atmosfer, suhu
permukaan Merkurius pada siang
hari kurang lebih 340 °C, sedangkan
pada malam hari turun hingga minus
200 °C.
Venus
Venus adalah planet kedua dari
matahari. Jarak Venus dari matahari
kurang lebih 108 juta km. Planet
Venus merupakan planet terdekat
dengan bumi. Oleh karena itu, Venus
tampak paling jelas dari bumi. Pada
pagi hari, Venus terlihat jelas seperti
bintang di ufuk timur, sehingga
banyak orang menyebutnya Bintang
Timur, Bintang Barat, Bintang
Malam, Bintang Pagi atau Bintang
Kejora.
Bumi
bumi adalah planet ketiga pada tata
surya denga jarak dari matahari
kurang lebih 150 juta km.
bumi cukup menerima sinar matahari
sehingga suhu permukaan bumi
berkisar 22°C. Dengan suhu tersebut
memungkinkan makhluk hidup
melakukan proses kehidupannya.
bumi mempunyai atmosfer yang
mengandung oksigen.
Permukaan bumi terdiri dari daratan
dan perairan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Mars
Planet keempat ini berukuran kecil,
diameternya hanya berukuran kurang
lebih 6.800 km. Atmosfer yang
menyelimuti Mars sangat tipis
sehingga permukaan Mars dapat
diamati dari bumi dengan
menggunakan teropong. Mars adalah
planet yang berwarna merah.
Jupiter
Jupiter merupakan planet terbesar
dalam tata surya. Diameter Jupiter 11
kali diameter bumi atau sekitar
141.700 km. Jupiter memiliki 17
satelit, dan yang terbesar di
antaranya adalah Ganymedes.
Sebagian besar Jupiter tersusun atas
gas, terutama hidrogen dan helium.
Saturnus
Saturnus merupakan planet terbesar
kedua setelah Jupiter dengan diameter
10 kali diameter bumi. Keistimewaan
planet ini, yaitu cincin yang
mengelilinginya. Cincin ini diperkirakan
terdiri atas debu halus, kerikil dan butir-
butir es. Cincin saturnus sangat tipis
tebalnya sekitar 10 – 1000 m dan
lebarnya sekitar 275.000 km. Saturnus
memiliki 22 satelit. Satelit yang terbesar
adalah Titan.
Uranus
Uranus merupakan planet ketiga
terbesar setelah Jupiter dan Saturnus.
Diameter Uranus hampir empat kali
diameter bumi atau kurang lebih
50.800 km. Karena jaraknya yang
sangat jauh dari bumi serta
atmosfernya sangat tebal, Uranus
angat sulit diamati dari bumi. Uranus
dikelilingi lima buah satelit dan yang
paling besar adalah Titania.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tata surya adalah
sistem yang terdiri dari matahari sebagai pusat tata surya dan susunan planet yang
sesuai dengan orbitnya serta benda-benda langit yang mengelilinginya.
b) Struktur Bumi
Neptunus
Planet ini tampak seperti kembaran
Uranus karena ukurannya yang
hampir sama. Neptunus berdiameter
kurang lebih 48.600 km. Suhu
permukaannya lebih dingin daripada
Uranus, yaitu sekitar minus 200° C.
Neptunus memiliki dua buah satelit,
yaitu Triton dan Nereid. Triton
adalah satelit terbesar.
Bentuk bumi adalah pepat, dengan kedua
kutubnya yaitu kutub utara dan kutub
selatan.
Bumi berputar pada porosnya yang
disebut rotasi.
Kerak
Inti luar
Inti dalam
Selubung atau mantel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Adapun struktur lapisan bumi menurut Professor Kei Hirose dalam
http://www.spring8.or.jp/en/news_publications/research_highlights/no_57/
diunduh tanggal 17 Maret 2012 yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur Lapisan Bumi Bagian Dalam
Bumi tempat kita tinggal saat ini merupakan salah satu anggota tata surya
dengan matahari sebagai pusatnya. Jika bumi diiris maka akan tampak lapisan-
lapisan. Struktur bumi dari dalam ke luar adalah lapisan inti bumi dalam, inti
bumi luar, selimut bumi, dan kerak bumi. (Sulistyanto, 2008: 152)
Sejalan pendapat di atas, menurut Azmiyawati (2008: 141) struktur bumi
tersusun atas tiga lapisan. Lapisan bumi mulai dari lapisan terluar sampai terdalam
yaitu kerak, selubung, dan inti. Inti terdiri atas inti luar dan inti dalam.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa materi pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta sesuai dengan pembelajaran IPA di SD
khususnya pada siswa kelas V.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Pentingnya Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta
dalam Pembelajaran IPA di SD
Alam ini penuh dengan keragaman, tetapi juga penuh dengan tatanan.
Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari cara-cara untuk kita dapat memahami
kejadian-kejadian di alam dan agar kita dapat hidup di alam ini. IPA juga
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Pada
hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam menurut Trianto (2010: 136) merupakan
bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris
“science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin
“scienta” yang berarti saya tahu.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. BSNP (2006:13) hal ini juga
sejalan dengan pendapat Srini (2001: 3) bahwa konsep IPA adalah suatu ide yang
mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-
fakta yang ada hubungannya.
IPA juga mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di
permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat
diamati indera maupun tidak dengan indera. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu
tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati (Kardi
dalam Trianto, 2010: 136). Adapun Wahyana (1986) mengatakan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
suatu kumpulan teori yang sistematis, berupa fakta-fakta dan konsep-konsep,
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan masalah-masalah.
Pemahaman konsep di SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA secara ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secar nasional harus dicapai
oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam perkembangan kurikulum di setiap
satuan pendidikan.
Adapun tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI menurut BSNP (2006: 13).
antara lain: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME
berdasarkan keberadaan, keindahan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan salingtemas, (4)
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs. Selain itu juga ada ruang lingkup bahan kajian IPA
untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar khususnya IPA, diperlukan beberapa
pendekatan agar informasi yang disampaikan oleh guru agar mudah diterima oleh
siswa. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendeketan keterampilan
proses. Pendekatan keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan
ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan
untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya (Indrawati, 1999).
Menurut Wahyana dalam Trianto (2010: 144) keterampilan proses adalah
keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial
yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Selain pendekatan keterampilan proses, guru juga dapat menggunakan pendekatan
konsep. Srini (2001: 52) berpendapat bahwa pendekatan konsep sebagaimana
yang telah diuraikan terdahulu, konsep adalah suatu ide yang menghubungkan
beberapa fakta. Pendekatan konsep lebih menunjukkan gambaran yang lebih tepat
tentang IPA, baik fakta maupun konsep, keduanya merupakan produk IPA.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan masalah yang dihadapi
siswa. Sedikit sekali siswa yang tertarik dengan pelajaran IPA. Hal ini disebabkan
anggapan sebagaian besar siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA sangat
sulit dipahami. Untuk memotivasi siswa dalam belajar IPA ini kita dapat
berpedoman pada beberapa prinsip yang disesuaikan dengan karakteristik anak
SD, menurut Srini (2001: 87) antara lain sebagai berikut:
1) Prinsip Kebermaknaan
Siswa termotivasi belajar jika merasakan bahwa hal-hal yang dipelajari
bermakna baginya, misalnya pelajaran yang dihubungkan dengan hal-hal
yang diketahui siswa, dialaminya, dan dihubungkan dengan minatnya.
2) Prinsip Prasyarat
Siswa termotivasi belajar jika telah memiliki bekal pengetahuan dan
pengalaman untuk menghadapi pelajaran yang akan diterimanya.
3) Prinsip Tekniking
Guru merupakan teknik bagi siswa untuk dijadikan tokoh panutan. Siswa
akan termotivasi untuk menunjukkan sikap seperti yang dilakukan oleh
guru sebagai pembawa pesan dalam kegiatan pembelajaran.
4) Prinsip Menarik
Siswa akan termotivasi jika pelajaran disajikan secara menarik.
5) Prinsip Partisipasi dan Keterlibatan
Siswa akan termotivasi belajar jika ia merasa terlibat dalam kegiatan
belajar mengajar yang sedang berlangsung.
6) Prinsip Penyebaran Jadwal
Siswa akan termotivasi belajar jika program-program praktek dan latihan
dijadwalkan antara tenggang waktu yang terlalu pendek ataupun tidak
terlalu panjang agar tidak menimbulkan kebosanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
7) Prinsip Konsekuen dan Kondisi yang Menyenangkan
Siswa akan termotivasi belajar jika guru konsekuen dengan peraturan-
peraturan yang telah disepakati, khususnya mengenai disiplin kelas dan
menciptakan suasana gembira.
8) Prinsip Komunikasi terbuka
Siswa akan termotivasi belajar jika pesan dan harapan yang dititipkan
kepadanya terstruktur dengan baik dan komunikatif. Misalnya siswa
diberitahukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta pada siswa SD khususnya kelas V adalah
memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan dan ciptaan-Nya, dapat
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari, dan mengembangkan sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan salingtemas.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Bermain peran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil
pembelajaran. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pelaksanaan
pembelajaran, tentu diperlukan teknik-teknik pembelajaran yang dipandang
mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar.
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu
deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses
visualisasi sesuatu yang tidak dapat langsung diamati; (3) suatu sistem
asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk
menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4)
suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu
sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil
agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Komaruddin (2000) dalam Sagala (2010: 175)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sejalan dengan pendapat di atas, Brandy (1985) dalam Aunurrahman
(2010: 146) mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan
sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 286) hakikat pembelajaran
diantaranya adalah :
1) Kegiatan yang dimaksudkan membelajarkan pebelajar.
2) Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai
suatu sistem;
3) Kagiatan yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar
kepada pebelajar.
4) Kegiatan yang mengarahkan pebelajar ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran; dan
5) Kegiatan yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran,
sistem penyajian, dan evaluasi dalam realisasinya.
Model pembelajaran menurut Joice dan Weil, 1990 (dalam Isjoni,
2010: 50) adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Sejalan dengan
pendapat Dick and Carey, 1985 (dalam Uno Hamzah, 2007: 95) menyatakan
bahwa dalam merencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap, yaitu (1)
mengurutkan dan merumpunkan tujuan ke dalam pembelajaran; (2)
merencanakan pra pembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut; dan
(3) menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Dari uraian yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah bentuk, gambaran atau rencana suatu proses
kegiatan yang diupayakan untuk membelajarkan siswa sehingga siswa dapat
memperoleh apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dalam
alokasi waktu yang telah direncanakan. Selain itu teknik pembelajaran dapat
dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematis dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi
guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Penggunaan teknik
pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam
mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami
pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih
baik.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam proses belajar mengajar banyak sekali teknik-teknik
pembelajaran inovatif yang menunjang keberhasilan dalam pembelajaran.
Menurut Sugiyanto (2009) jenis-jenis pembelajaran inovatif antara lain:
a. Model Pembelajaran Kontekstual
“Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)“
menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto 2009: 14) “ adalah belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata”.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
c. Model Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum dikenalkan dengan konsep TANDUR yang
merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi dan Rayakan.
d. Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Ujang Sukardi, dkk (dalam Sugiyanto, 2009: 127)
“Pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia
siswa dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, tema ini
menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi
pelajaran.“
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
e. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh siswa yang bekerja
berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menginvestigasi masalah kehidupan nyata yang membingungkan.
Salah satu model pembelajaran yang dipilih oleh penulis adalah model
pembelajaran kooperatif teknik bermain peran (role playing) karena dalam
pembelajaran ini cenderung ke arah kerjasama atau kelompok. Menurut
Sugiyanto (2009: 37) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Kemudian menurut Hamid Hasan dalam Etin
Solihatin (2008: 4) dalam kegiatan kooperatif siswa secara individual mencari
hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Demikian
juga Slavin (1985) dalam Isjoni (2010: 15) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Konsep dasar cooperative learning menurut Stahl (1994) dalam Etin
Solihatin dan Raharjo (2007: 6-7), antara lain sebagai berikut:
1) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas;
2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar;
3) Ketergantungan yang bersifat positif;
4) Interaksi yang bersifat terbuka;
5) Tanggung jawab individu;
6) Kelompok bersifat heterogen;
7) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif;
8) Tindak lanjut (follow up); dan
9) Kepuasan dalam belajar
Dari uraian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil yang terdiri dari
4-6 orang dengan kemampuan yang berbeda dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka
dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Keberhasilan belajar
menurut teknik pembelajaran ini bukan semata-mata ditentukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan
semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok belajar
kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya dan di
bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan
semakin mudah terhadap materi yang dipelajari.
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja
kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu
yang aneh dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka menganggap telah
terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam
bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran
kooperatif.
Bennet dalam (Isjoni, 2009: 60) menyatakan ada lima unsur dasar
yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok,
yaitu:
a. Positive Interdependence
Merupakan hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan
yang sama dan ketergantungan secara positif pada anggota kelompok
lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerja
sama.
b. Interaction Face to face
Interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara,
tidak adanya penonjolan kekuatan individu, melainkan hanya pola
interaksi dan adanya saling hubungan timbal balik positif sehingga
dapat mempengaruhi hasil pendidikan.
c. Adanya tanggung jawab peduli mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
d. Membutuhkan keluwesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
e. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Hal ini sejalan dengan pendapat Stahl, 1994 (dalam Isjoni, 2010: 62)
yaitu pembelajaran kooperatif juga sering diartikan sebagai suatu motif
kerjasama dan suatu proses yang membutuhkan partisipasi dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar
lebih baik, sikap tolong-menolong, dalam beberapa perilaku sosial.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim untuk memecahkan
suatu masalah dan mencapai tujuan bersama. Dengan berkelompok siswa
mendapat kesempatan lebih luas untuk bersikap dan berperilaku serta
berpartisipasi untuk mencapai tujuannya.
d. Macam-macam Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam
pembelajaran terdiri dari beberapa tipe, demikian tipe-tipe tersebut menurut
Sugiyanto (2009: 44) antara lain:
1) STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Tipe STAD yaitu tipe pembelajaran yang mengajarkan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian
verbal maupun tertulis. Langkah-langkahnya yaitu: (1) siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok yang tediri 4-5 anggota yang heterogen, (2)
tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik
kemudian berdiskusi antar sesama anggota, (3) secara
invidu/kelompok tiap minggu guru melakukan evaluasi, (4) tiap siswa
atau tiap kelompok diberi skor atas penguasaan terhadap bahan ajar.
2) Jigsaw
Tipe jigsaw yaitu tipe pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari kelompok asal dan
kelompok pakar . langkah-langkahnya yaitu, (1) siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang terdiri 4-5 siswa, (2) bahan akademik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa diberi
tanggung jawab untuk mempelajarinya, (3) para anggota dari
kelompok yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari
bahan akademik yang sama lalu berkumpul saling membantu
mengkaji bahan tersebut, kelompok siswa ini disebut kelompok pakar,
(4) kelompok pakar kembali ke kelompok asal untuk mengajar
anggota kelompok lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok pakar, (5) setelah diskusi, siswa dievaluasi secara individu.
3) GI (Group Investigation)
Tipe GI yaitu tipe pembelajaran yang melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Metode menuntut siswa untuk
memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi. Langkah-langkah
metode GI yaitu: (1) siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu
masalah umum, kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 2-6 siswa yang heterogen, (2) siswa dan guru
merencanakan prosedur brlajar, (3) siswa melaksanakan rencana yang
telah dirumuskan, (4) siswa menganalisis berbagai informasi yang
diperoleh dan merencanakan peringkasan ntuk disajikan di depan
kelas, (5) semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari
berbagai topik, (6) guru dan siswa melakukan evaluasi baik individu
maupun kelompok.
4) Struktural
Tipe struktural yaitu pembelajaran yang menekankan pada struktur-
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa yang menghendaki agar para siswa bekerja sama saling
bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dan ada pula
struktur tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Beberapa
teknik dari tipe struktural antara lain: mencari pasangan, bertukar
pasangan, berkirim soal, kancing gemerincing, team quiz, bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
peran, dan lain-lain. Teknik bermain peran termasuk ke dalam
pembelajaran kooperatif tipe struktural, hal inilah yang menjadi alasan
penulis untuk memilih bermain peran dalam penelitian tindakan kelas
karena menurut penulis teknik tersebut cenderung ke arah kerjasama
atau kelompok dan sangat inovatif dalam pembelajaran.
e. Teknik Bermain Peran
Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan
(educational games) yang dipakai untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah
laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan
dan cara berpikir orang lain atau membayangkan diri sendiri dalam keadaan
orang lain, Sofyan Aman (1985: 15). Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala,
(2010: 213) yang mengemukakan bahwa bermain peran (role playing) ialah
teknik mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas
dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial. Kemudian Bruce
Joice (1996: 91) juga mengatakan bahwa “role playing as a teknik of
teaching has roots in both the personal and social dimensions of education.
In role playing, students explore human relations problems by enacting
problem situations and then discussing the enactment.”
Dengan demikian berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa bermain peran adalah suatu teknik dalam pembelajaran
dimana siswa atau peserta didik diminta untuk memerankan sesuatu baik
tingkah laku orang lain, pikiran, dan keadaan orang lain dengan situasi
tertentu dalam realita kehidupan. Dalam proses bermain peran siswa diminta
untuk mengandaikan peran khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau
sebagai orang lain. Namun dalam hal ini, peran siswa bukan untuk
memerankan situasi sosial tetapi diasumsikan untuk memerankan pergerakan
planet-planet di alam semesta yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari. Siswa juga masuk dalam situasi yang bersifat simulasi atau skenario,
yang dipilih berdasarkan pengetahuan yang sedang dipelajari. Bermain peran
berakar pada dua dimensi yaitu pribadi dan sosial, dan di dalam bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
peran, siswa mengeksplorasi masalah hubungan manusia atau memperagakan
situasi yang telah ditetapkan.
Teknik bermain peran, menurut Sofyan Aman (1985: 15 ) memiliki
beberapa tujuan antara lain adalah (1) agar menghayati suatu kejadian atau
hal yang sebenarnya terdapat dalam realita kehidupan; (2) agar memahami
sebab akibat suatu kejadian; (3) sebagai penyaluran atau pelepasan
ketegangan dan perasaan tertentu; (4) sebagai alat mendiagnosa keadaan
kemampuan dan kebutuhan siswa; (5) pembentukan konsep diri (self
concept).
Selain tujuan juga ada beberapa manfaat bermain peran yaitu:
1) Membantu siswa menemukan makna dirinya dalam kelompok.
2) Membantu siswa memecahkan persoalan pribadi dengan bantuan
kelompok.
3) Memberi siswa pengalaman bekerja sama dalam memecahkan masalah.
4) Memberi siswa pengalaman mengembangkan sikap dan keterampilan
memecahkan masalah.
Pembelajaran melalui teknik bermain peran (role playing) ini guru
dapat melihat nilai-nilai pribadi antarsiswa, seperti skema pengaruh teknik
bermain peran yang dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Skema Pengaruh Teknik Bermain Peran (role playing)
( Sumber: Bruce Joyce, 1996: 106 )
Role-Playing
Technique
Analyses of Personal
Values and Behavior
Facts about Social
Problems and Values
Empathy
Strategies for Solving
Interpersonal Problems
Comfort in Expressing
Opinions
instructions
l
nurturant
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Berdasarkan Gambar 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik bermain
peran dirancang khusus untuk mendorong; (1) analisis nilai-nilai pribadi dan
perilaku; (2) strategi untuk memecahkan masalah pribadi dan interpersonal; (3)
pengembangan empati terhadap lainnya; (4) kenyataan tentang nilai-nilai dan
masalah sosial; dan (5) kenyamanan dalam mengekspresikan atau menyampaikan
pendapat.
Di dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik bermain peran,
tentu ada langkah-langkah yang harus dilaksanakan agar pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal, Sriyono (2004: 177) menjelaskan langkah-langkah
bermain peran antara lain sebagai berikut:
1) Menetapkan tujuan yang akan dicapai.
2) Menetapkan masalah atau persoalan yang akan didramatisasikan.
3) Menerangkan masalah dan teknik/cara mendramatisasikan.
4) Memilih siswa-siswa yang akan memerankan lakon yang telah ditentukan
dan menetapkan peranan pendengar.
5) Mengatur tempat dengan dibantu oleh beberapa siswa.
6) Mengadakan diskusi setelah drama selesai.
Langkah-langkah tersebut di atas dapat diterapkan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif. Menurut Alan Klein dalam Janet
Sheets (1998: 38) “How to Use Role-Playing Effectively, list six times when role-
playing is an appropriate training method. Role playing can be used (1) to
simulate disscussion, (2) to depict a social problem for study, (3) to train in
leadership skills, (4) to train in human relations skills, (5) to acquire insight,
sensitivity.and awareness, and (6) to train in more effective problem solving.”
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain peran atau (role
playing) dapat digunakan untuk mensimulasikan keadaan, untuk menggambarkan
masalah sosial, melatih keterampilan kepemimpinan, melatih keterampilan
hubungan manusia, untuk memperoleh wawasan, dan melatih dalam pemecahan
masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
f. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Bermain Peran (Role Playing)
Penggunaan teknik dalam proses belajar mengajar, tidak selalu tepat
untuk diterapkan kepada siswa karena guru juga harus memahami karakteristik
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Maka dari itu, terdapat kelebihan
dan kekurangan dalam setiap teknik pembelajaran. Menurut Mansyur (1996)
dalam Sagala (2010: 213) kelebihan teknik bermain peran (role playing) adalah:
1) Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat bahan
yang akan didramakan;
2) Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif;
3) Bakat yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga
dimungkinkan akan muncul bibit seni dari sekolah;
4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya;
5) Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya; dan
6) Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain
Sedangkan kekurangan dari teknik bermain peran (role playing) adalah:
1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi
kurang aktif;
2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan;
3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menyebabkan gerak para pemain kurang bebas; dan
4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Teknik bermain peran (role playing) pada pengajaran yang direncanakan
secara baik, dapat menanamkan pengertian peranan orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat, menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama
dengan orang lain, menghargai pendapat dan kemampuan orang lain, dan belajar
mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok. Kelebihan bermain peran
menurut Cheppy H.C. (1980: 124-125) yaitu:
a. Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan merasakan apa yang
dirasakan orang lain.
b. Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara realistis.
c. Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak didik.
d. Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
e. Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
f. Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
g. Memberanikan anak didik berhubungan dengan masalah-masalah
kontroversial dengan cara yang realistis.
h. Berguna untuk mengubah sikap.
Sedangkan kelebihan dan kekurangan teknik bermain peran menurut Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 89-90), adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan teknik bermain peran:
a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi
bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami,
menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang
harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam
dan tahan lama.
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main
drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai
dengan waktu yang tersedia.
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama
mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi
pemain yang baik kelak.
d. Kerja sama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya.
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.
f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Kelemahan teknik bermain peran:
a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi
kurang kreatif.
b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
c. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menjadi kurang bebas.
d. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
Jadi, dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menerapkan teknik bermain peran (role playing) pada pembelajaran secara baik
dan terarah, guru harus menjelaskan dahulu teknik ini secara jelas kepada siswa
yang akan melaksanakannya. Selanjutnya guru memilih dan menentukan topik
atau pokok bahasan yang komprehensif yang dapat diperankan. Melalui latihan
yang baik dan teratur, pokok bahasan ini dapat diperagakan di depan kelas.
Dengan cara ini, dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap
pembelajaran yang terasa membosankan menjadi lebih menyenangkan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Habib Faizin (2010) “ Peningkatan Pemahaman Peran Tokoh-tokoh
Persiapan Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (role playing)
Dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Gajahan 24 Gajahan
Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. Semula nilai rata-rata pada siklus I 69,84
dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas 60 sebanyak 76%, pada akhir
siklus II nilai rata-rata mencapai 78,6 dengan persentase siswa yang mendapat
nilai di atas 60 sebanyak 96%.
Nurhatim (2009) “ Penggunaan Metode Bermain peran Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Isi Cerpen Kelas X Siswa SMA Darul
Qur’an Singosari Malang.” Pada siklus I 75% termasuk kategori berhasil dari 24
siswa, dengan pemerolehan skor A (baik sekali) sejumlah 5 siswa, nila B (baik)
11 siswa, dan nilai C (cukup) 8 siswa. Sedangkan pada siklus II berdasar hasil
evaluasi akhir terdapat 15 siswa yang mendapat skor A dan 9 siswa mendapat
skor B.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Ririn Widiawati (2010) “ Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Bermain
peran dengan CD Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas
VII F SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.” pada siklus I
sebesar 68,48% dan siklus II sebesar 80,18%, rata-rata indikator aspek keinginan
melakukan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebesar 70,27% dan siklus II
sebesar 86,48%, rata-rata indikator aspek perhatian terhadap pelajaran pada siklus
I sebesar 75,67% dan siklus II sebesar 87,38%. Hasil angket motivasi belajar
biologi siswa menunjukkan rata-rata indikator aspek adanya daya penggerak dari
dalam diri siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I sebesar 70,84% dan
siklus II sebesar 79,66%, rata-rata indikator aspek keinginan melakukan kegiatan
pembelajaran pada siklus I sebesar 73,28% dan siklus II sebesar 80,78%, rata-rata
indikator aspek perhatian terhadap pelajaran pada siklus I sebesar 75,077% dan
pada siklus II sebesar 82,86%
Dari ketiga penelitian di atas, menunjukkan bahwa materi struktur bumi
dan alam semesta dapat disampaikan melalui teknik, metode, maupun media yang
tepat dan menarik siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai
peningkatan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta melalui model
pembelajaran kooperatif teknik bermain peran pada siswa kelas V SD Negeri 1
Siswodipuran Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. Perbedaan penelitian-
penelitian di atas dengan penelitian penulis terletak pada materi pembelajaran dan
media yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Kerangka Berpikir
Dalam mengadakan penelitian tindakan kelas ini, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh penulis yaitu kondisi awal yang menyatakan keadaan
pembelajaran sebelum diberi tindakan, kemudian pelaksanaan tindakan yang
menerangkan tentang cara untuk memperbaiki masalah-masalah yang mungkin
timbul dalam pembelajaran, selanjutnya kondisi akhir yaitu penulis mengamati
perubahan-perubahan setelah adanya tindakan apakah ada peningkatan atau tidak.
Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat disusun kerangka pemikiran.
Pada kondisi awal pembelajaran guru masih kurang inovatif dalam pembelajaran
yang menjadikan siswa merasa bosan, enggan dan menjadi pasif dalam mengikuti
pembelajaran IPA sehingga siswa kurang antusias dengan pemahaman konsep
struktur bumi dan alam semesta yang diberikan oleh guru sehingga kemampuan
belajar siswa rendah.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik bermain peran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta. Dalam teknik pembelajaran kooperatif
terdapat prinsip kebersamaan. Melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat
mendiskusikan dengan teman sekelompoknya tentang masalah-masalah yang
dirasa sulit. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi, siswa dapat berbagi ide,
dapat meningkatkan daya nalar dan keberanian siswa, keterlibatan siswa untuk
mengemukakan pendapatnya. Model pembelajaran kooperatif teknik bermain
peran membantu siswa dalam memahami pelajaran IPA khususnya materi
pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta dan dapat membuat siswa
mengalami kebermaknaan dalam belajar.
Pada kondisi akhir pembelajaran, aktivitas kerjasama dan partisipasi siswa
menjadi meningkat sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan pada akhirnya
kemampuan siswa dalam pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta
akan meningkat.
Adapun kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 4. Bagan kerangka berpikir penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut: Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
struktur bumi dan alam semesta pada siswa kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran,
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Siklus II
Siklus n
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Refleksi
Kondisi
awal
Tindakan
Kondisi
akhir
Guru masih kurang
inovatif dalam
kegiatan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPA
KD ( 9.1 ) Pemahaman
konsep struktur bumi dan
alam semesta, Guru
menggunakan model
pembelajaran kooperatif
teknik bermain peran.
Melalui teknik bermain peran dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta pada
siswa kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kemampuan
pemahaman
konsep siswa
rendah.
Siswa mempunyai
nilai di bawah
KKM.
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SD Negeri 1 Siswodipuran yang
beralamat di Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali. Sekolah ini
sekarang dipimpin oleh Ibu Dwi Lestari Rin. A, S.Pd yang bertindak sebagai
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Siswodipuran yang memiliki 6 ruang kelas.
Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang kelas V di SD Negeri 1
Siswodipuran. Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan: Pertama,
lokasi tempat penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti. Kedua, sekolah
tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang serupa sehingga
terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, berdasarkan hasil observasi
peneliti di lapangan terdapat permasalahan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam.
2. Jadwal Penelitian
Peneliti telah merencanakan waktu penelitian selama 6 bulan yaitu mulai
bulan Januari 2012 sampai Juni 2012. (Waktu penelitian dapat dilihat pada
lampiran 1)
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
Kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena
data yang diperoleh atau dikumpulkan berupa data langsung, tercatat dari kegiatan
lapangan. Dalam penelitian tindakan kelas, guru sebagai penulis, guru dapat
menemukan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dan guru
sendiri diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut.
Pada strategi penelitian, langkah-langkah yang diambil adalah strategi
tindakan kelas teknik siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 100) teknik siklus PTK adalah
putaran kegiatan beruntun mulai dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan
refleksi yang tidak lain adalah evaluasi. Adapun rancangan penelitiannya sebagai
berikut:
a. Perencanaan, dalam tahap perencanaan ini meliputi langkah- langkah sebagai
berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Mempersiapkan instrumen penelitian
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif.
b. Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran
tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Pengamatan
Setiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap
interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini
berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
d. Refleksi
Refleksi dalam tahap ini dilakukan analisis hasil pengamatan dan
interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki
dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penarikan
kesimpulan tersebut, dapat diketahui tingkat keberhasilan penelitian ini.
Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi
(reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang
perubahan yang terjadi (a) pada siswa; (b) suasana kelas; dan (c) guru. Pada
tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah
menghasilkan perubahan secara signifikan.
C. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1
Siswodipuran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 1
Siswodipuran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012 yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran IPA tentang
konsep struktur bumi dan alam semesta. Jumlah seluruh siswa kelas V adalah 41
anak/siswa, siswa laki-laki berjumlah 24 dan siswa perempuan berjumlah 17
siswa.
D. Variabel Penelitian
Variable yang diteliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif teknik bermain peran sebagai variabel bebas (X) dan pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta sebagai variabel terikat (Y). Data yang
dikumpulkan adalah:
1. Pemahaman konsep alam semesta.
2. Kemampuan mendeskripsikan struktur bumi.
3. Semangat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA.
4. Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran.
5. Ketepatan guru dalam memilih media pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan peniliti dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Observasi yang dilakukan peniliti dalam penelitian ini adalah dengan observasi
kolaboratif yaitu observasi yang dibantu oleh guru kelas. Observasi ini
dilakukan secara formal di dalam ruang kelas pada saat pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan siswa kelas
V SD Negeri 1 Siswodipuran selama proses pembelajaran sesuai dengan siklus
yang ada.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2009: 317) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara
dilakukan dengan guru kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi dan memperoleh data yang berkaitan dengan
pembelajaran IPA sebelum dan sesudah penerapan bermain peran di SD
Negeri 1 Siswodipuran.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang bersumber dari dokumen dan arsip.
Dokumen berupa daftar nilai, daftar hadir siswa dan arsip-arsip lain yang
dimiliki guru kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran.
4. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur pemahaman konsep
tentang struktur bumi dan alam semesta yang diperoleh siswa setelah kegiatan
pembelajaran IPA dengan menggunakan teknik bermain peran . Tes ini
diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau
kelemahan siswa dalam pembelajaran. Selain itu tes ini dilakukan di setiap
akhir siklus untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V
SD Negeri 1 Siswodipuran.
F. Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Semua data
yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau
diteliti. Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik triangulasi. Menurut Lexy J. Moeleong (2007: 330)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Dapat diartikan bahwa untuk menarik simpulan yang mantap
dan bisa diterima kebenarannya, peneliti perlu mengkajinya dari berbagai sudut
pandang. Teknik-teknik uji validitas yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
1) Triangulasi sumber data
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif, Patton dalam Moeleong (2007: 330). Teknik
ini digunakan untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dari satu informan
dengan informan yang lain. Data yang sama atau sejenis, akan lebih valid
kebenarannya bila digali dan dikomparasikan dari beberapa sumber data yang
berbeda. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah membandingkan
data/informasi terkait pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta yaitu
sumber data yang diperoleh dari: perbandingan nilai penguasaan materi struktur
bumi dan alam semesta siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi lain pada
semester II, data yang ada menunjukkan bahwa pemahaman konsep struktur bumi
dan alam semesta pada siswa kelas V masih sangat rendah, data dari guru kelas
dan beberapa siswa kelas V, hasil observasi pembelajaran struktur bumi dan alam
semesta dengan teknik bermain peran, dan data nilai pemahaman konsep struktur
bumi dan alam semesta setelah tindakan. Hasil perbandingan data dari sumber
data yang berbeda tersebut kemudian disimpulkan.
2) Triangulasi metode
Triangulasi metode menurut Patton dalam Moeleong (2007: 331) terdapat
dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Peneliti mengumpulkan data
sejenis dengan menggunakan metode/teknik pengumpulan data yang berbeda.
Kegiatan yang dilakukan peneliti yakni membandingkan data yang telah diperoleh
dari beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda, kemudian dapat ditarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Peneliti membandingkan data yang
terkumpul dari teknik observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi kemudian
ditarik simpulan sehingga data benar-benar mendekati kevalidan.
3) Triangulasi teori
Triangulasi teori adalah penggunaan sudut pandang ganda dalam
menafsirkan seperangkat tunggal data (http://8tunas8.wordpress.com) diakses
tanggal 23 Februari 2012). Dalam penelitian ini peneliti membandingkan data
yang diambil dari berbagi teori yang ada, baik teori tentang model pembelajaran
kooperatif teknik bermain peran maupun teori tentang pemahaman konsep
struktur bumi dan alam semesta yang telah diulas pada bab II.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen agar hasil penelitiannya dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang
diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis
teknik interaktif Milles dan Huberman yang meliputi: reduksi data, penyajian
data, penarikan simpulan. Aktivitas ketiga komponen tersebut dilakukan dalam
bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus (Milles dan
Huberman, 1984: 15-21).
Rincian teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan data hasil penelitian yang
dilakukan melalui proses seleksi, pengelompokkan data sesuai dengan tujuan
penelitian dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Misalnya penulis sudah
mengumpulkan data tentang deskripsi lokasi penelitian tetapi penulis tidak
menggunakan semua data tersebut maka penulis mereduksi data tentang
deskripsi lokasi penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah proses penampilan atau penyajian data secara
lebih sederhana dalam bentuk tabel untuk diinterpretasikan dalam bentuk
naratif. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Data yang disajikan berupa: nilai ulangan sebelum tindakan, nilai
hasil tes setelah dilaksanakan teknik bermain peran, dan hasil observasi pada
saat dilaksanakan teknik bermain peran.
3. Kesimpulan: penarikan/verifikasi
Penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari keseluruhan
paparan atau penyajian data yang telah dideskripsikan untuk diformulakan dalam
bentuk kalimat yang singkat dan padat sebagai jawaban terhadap tujuan
penelitian. Setelah data-data direduksi, disajikan maka langkah-langkah
terakhirnya adalah penarikan kesimpulan: penarikan /verifikasi. Verifikasi yaitu
pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang
kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat
diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya.
Untuk lebih jelasnya, skema proses analisis interaktif dapat dilihat pada
Gambar 5 sebagai berikut:
Gamnbar 5. Komponen-komponen Analisis Data
(Sumber: Miles dan Huberman, 2009: 20)
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Reduksi Data
(Data Reduction)
Penyajian Data
(Data Display)
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Langkah-Langkah Analisis:
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka
dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik
yang berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang
jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
5. Melakukan analisis antarkasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Kinerja.
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan/keefektifan penelitian. Yang menjadikan
indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila 80% dari jumlah siswa kelas
V SD Negeri 1 Siswodipuran yaitu 41 siswa dalam mengerjakan soal tes
mendapat nilai ≥70. Indikator tersebut meliputi: (1) Mendeskripsikan, mengamati
gambar pembentukan alam semesta (2) Mendeskripsikan planet-planet di alam
semesta (3) Menguraikan lapisan-lapisan penyusun bumi (4) Menyebutkan fungsi
masing-masing lapisan bumi.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 20) ada empat tahapan penting
dalam penelitian tindakan yaitu: (1) perencanaan (planning); (2) penerapan
tindakan (action); (3) mengobservasi (observation); dan (4) melakukan refleksi
(reflecting). Setiap pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mencakup 4 tahapan di atas. Untuk lebih jelasnya rangkaian tahapan dalam
penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut.
Gambar 6. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto
dkk, 2008: 16)
Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa keempat tahap dalam
penelitian tindakan tersebut adalah unsur yang dapat membentuk sebuah siklus.
Siklus pertama diawali dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, kemudian
refleksi. Jika pada siklus yang pertama, setelah direfleksi ternyata belum cukup
menghasilkan apa yang ingin dicapai maka setelah tahap tersebut dilakukan
perencanaan untuk siklus kedua kemudian pelaksanaan, pengamatan sampai
direfleksi kembali sampai apa yang ditargetkan peneliti sudah tercapai. Dalam
penelitian ini akan diadakan dua kali siklus pembelajaran IPA dengan
menggunakan teknik bermain peran. Adapun prosedur tindakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Pelaksanaan Siklus I Refleksi
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
?
Pelaksanaan
Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti telah menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan, mempersiapkan
materi yang akan disampaikan, mempersiapkan media yang akan dipakai
dalam pembelajaran, dan sumber belajar yang diperlukan..
b. Penerapan Tindakan
Penerapan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar pelaksanaan
tindakan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan teknik bermain peran adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal termasuk tahap persiapan dalam teknik bermain peran.
Sebelum menyampaikan materi, guru memberikan apersepsi yang terkait
dengan materi yang akan dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, serta memotivasi siswa untuk
memperhatikan pelajaran.
2) Kegiatan Inti
Pada teknik bermain peran, kegiatan inti termasuk dalam tahap
penyampaian dan tahap pelatihan. Kegiatan inti terbagi menjadi tiga tahap
yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan ini, guru menggali informasi sebanyak-banyaknya
tentang kemampuan yang dimiliki oleh siswa, berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru menggali penguasaan konsep
siswa tentang struktur bumi dan alam semesta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b) Elaborasi
Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan teknik bermain peran. Adapun langkah-langkahnya yaitu
sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 10 siswa.
2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai jalan cerita
proses pembentukian alam semesta.
3) Setiap siswa diberi peran oleh guru antara lain: Matahari, Merkurius,
Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Bulan
sebagai satelit Bumi.
4) Guru membagikan skenario pembelajaran yang berisi langkah-
langkah yang harus dilakukan kepada siswa.
5) Ketua kelompok mengambil label bertuliskan nama-nama planet lalu
dibagikan kepada anggota kelompoknya.
6) Siswa segera menempatkan diri sesuai label yang mereka pakai.
7) Setelah siswa mendapatkan peran masing-masing, mereka mulai
berputar mengelilingi salah satu siswa yang berperan sebagai
matahari sesuai urutan planet dan membentuk lingkaran yang
berfungsi sebagi orbit.
8) Siswa yang lain mengamati dan mencatat hasil kegiatan.
9) Setiap siswa diberi skenario untuk bermain peran.
10) Siswa bermain peran bersama kelompoknya sesuai skenario yang
telah diberikan oleh guru.
11) Kelompok lain duduk sambil mengamati skenario yang sedang
diperankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban siswa yang
sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan konsep dan
pemantapan materi yang telah dipelajari.
3) Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir terdapat tahap penampilan hasil sebagai tahap akhir
dalam teknik bermain peran. Kegiatan yang dilakukan berupa:
a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
c) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
c. Observasi
Observasi adalah mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk penelitian. Dalam melakukan observasi,
peneliti dibantu oleh guru kelas. Sasaran yang diamati adalah aktivitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik bermain peran.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Refleksi dilaksanakan
untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian, masalah-
masalah yang muncul saat pembelajaran, dan bagian yang masih perlu
diperbaiki. Jika ada bagian yang masih perlu diperbaiki maka peneliti dan
observer berdiskusi untuk menyusun rencana perbaikan tindakan dan
mempertahankan bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian yang akan
diterapkan pada siklus berikutnya.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II merupakan hasil refleksi siklus I yang
meliputi rencana perbaikan dan penyempurnaan penggunaan teknik bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
peran dalam pembelajaran keputusan bersama. Materi yang diajarkan masih
sama dengan materi pada siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pada
siklus II, masih sama seperti siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih
dipersiapkan lagi untuk memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I,
berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I.
b. Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II sesuai dengan RPP siklus
II yang telah disusun. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penggunaan teknik
bermain peran untuk memperbaiki kekurangan dan masalah yang muncul pada
siklus I. Penggunaan pendekatan ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta. Secara garis besar pelaksanaan tindakan pelaksanaan pembelajaran
IPA dengan teknik bermain peran adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal termasuk tahap persiapan dalam teknik bermain peran.
Sebelum menyampaikan materi, guru memberikan apersepsi yang terkait
dengan materi yang akan dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, serta memotivasi siswa untuk
memperhatikan pelajaran.
2) Kegiatan Inti
Pada teknik bermain peran, kegiatan inti termasuk dalam tahap
penyampaian dan tahap pelatihan. Kegiatan inti terbagi menjadi tiga tahap
yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan ini, guru menggali informasi sebanyak-banyaknya
tentang kemampuan yang dimiliki oleh siswa, berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru menggali penguasaan konsep
siswa tentang struktur bumi dan alam semesta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b) Elaborasi
Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan teknik bermain peran. Adapun langkah-langkahnya yaitu
sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 10 siswa.
2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai jalan cerita
mengenai peristiwa rotasi dan revolusi bumi.
3) Setiap siswa diberi peran oleh guru antara lain: Matahari, Bumi dan
Bulan sebagai satelit Bumi.
4) Ketua kelompok mengambil label bertuliskan Matahari, Bumi dan
Bulan serta lingkar kepala bersimbol lalu dibagikan kepada anggota
kelompoknya.
5) Siswa segera menempatkan diri sesuai label dan lingkar kepala yang
mereka pakai.
6) Siswa mulai berputar menirukan gerak rotasi dan revolusi bumi.
7) Siswa sambil berputar melakukan percakapan sesuai naskah drama
yang telah diberikan oleh guru
8) Siswa yang lain mengamati dan mencatat hal-hal yang penting.
d) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban siswa yang
sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan konsep dan
pemantapan materi yang telah dipelajari.
3) Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir terdapat tahap penampilan hasil sebagai tahap akhir
dalam teknik bermain peran. Kegiatan yang dilakukan berupa:
a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
b) Guru melakukan evaluasi tertulis
c) Guru memberi tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
d) Guru menyampaikan pesan moral dan menutup pembelajaran.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama pembelajaran IPA berlangsung.
Observasi yang dilakukan pada siklus II juga masih sama dengan observasi
pada siklus I, yaitu mengobservasi aktivitas siswa dan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan teknik bermain peran.
d. Refleksi
Setelah pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua
data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara, dan nilai hasil
evaluasi penguasaan konsep. Apabila indikator kinerja yang ditargetkan sudah
tercapai maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Siswodipuran
Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali. Pendirian sekolah ini adalah agar
tgerwujudnya atau terbentuknya siswa yang cerdas, berbudi pekerti luhur,
terampil, sehat jasmani dan rohani. Lokasi Sekolah Dasar Negeri 1 Siswodipuran
tepatnya di Jalan Nanas Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolali, Kabupaten
Boyolali.
Bangunan sekolah ini terdiri dari enam ruang kelas, satu ruang guru yang
menjadi satu dengan ruang kepala sekolah, selain itu juga ada mushola, UKS, dan
perpustakaan. Halaman di sekolah ini juga cukup luas dan biasa digunakan untuk
upacara dan olahraga.
Ruang kelas yang terdiri dari enam ruangan ini cukup untuk proses belajar
mengajar siswa dan kondisinya cukup baik. Kelas merupakan tempat utama
belajar siswa SD Negeri 1 Siswodipuran. Siswa yang belajar di sekolah ini berasal
dari masyarakat sekitar sekolah.
Dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran, guru
sudah cukup inovatif dalam menyampaikan materi kepada siswa, namun belum
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik maupun metode lain
khususnya untuk pembelajaran IPA pada materi struktur bumi dan alam semesta,
sehingga pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran masih sangat rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas V, maka
peneliti menggunakan teknik bermain peran dalam pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Kondisi Awal (Pratindakan) SD Negeri 1 Siswodipuran
Pengamatan kondisi pratindakan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan
untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti
melakukan proses penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara observasi
secara langsung di lapangan, wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan siswa
dengan menggunakan tes. Pengamatan dilakukan hanya satu kali. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran di kelas V mata
pelajaran IPA pada umumnya dan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
pada khususnya. Pengamatan dilakukan pada hari Senin 26 Maret 2012 pukul
9.30 WIB sampai 10.45 WIB (pada jam ke-3 dan ke-4) pada mata pelajaran IPA
dengan materi yang diajarkan yaitu pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta pada siswa kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran.
Pelaksanaan penelitian dalam bentuk wawancara dan pre test dilaksanakan
pada akhir pembelajaran yaitu setelah dilaksanakannya evaluasi akhir
pembelajaran yang berbentuk tes tertulis. Dalam penelitian ini, evaluasi dari
pembelajaran saat dilaksanakannya pengamatan dijadikan sebagai tes awal dari
penelitian dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan
Alam Semesta Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Bermain Peran
Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012”.
Berikut adalah kondisi awal hasil belajar pemahaman konsep struktur
bumi dan alam semesta yang dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 2. Data Kondisi Awal Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam
Semesta Kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran
Interval Median f %
Relatif Kumulatif
0 – 13 6,5 1 2,44 2,44
14 − 27 20,5 2 4,88 7,32
28 − 41 34.5 8 19,51 26,83
42 − 55 48,5 17 41,46 68,29
56 − 69 62,5 9 21,95 90,24
70 − 83 76,5 3 7,32 97,56
84 − 97 90,5 1 2,44 100,00
Jumlah 41 100,00
Nilai rata-rata = 2030,5 : 41 = 49,52
Ketuntasan klasikal = (4 : 41) x 100% = 9,76%
Nilai Di bawah KKM = (37 : 41) x 100% = 90,24%
Nilai tertinggi = 87
Nilai terendah = 0,6
Untuk lebih jelasnya, nilai tes awal pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran dibuat grafik yang dapat dilihat pada
Gambar 7 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0-13 14-27 28-41 42-55 56-69 70-83 84-97
Gambar 7. Grafik Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan
Alam Semesta pada Pra Tindakan
Dengan demikian dari Tabel 2 dan Gambar 7 yang telah disajikan di atas,
dapat dianalisis bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh untuk pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta siswa pada saat pra tindakan sebesar
49,52 dengan nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 0,6. Siswa yang mendapat nilai
di atas KKM (70) hanya 9,76% atau 4 siswa dari jumlah keseluruhan 41 siswa
sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 90,24% atau 37
siswa dari jumlah keseluruhan 41 siswa. Dari analisis pra tindakan tersebut, maka
perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi
dan alam semesta.
3. Deskripsi Data Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini ada dua siklus. Siklus pertama
terdiri dari dua pertemuan dan siklus kedua terdiri dari dua pertemuan. Masing-
masing pertemuan dilaksanakan selama dua jam pelajaran yang setiap jam terdiri
dari 35 menit.
Masing-masing siklus dapat dideskripsikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan,
data tindakan, data observasi dan data refleksi, dimana dalam siklus I ini
dirancang untuk 2 (dua) kali tatap muka atau dua kali pertemuan (4x35 menit).
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2012 di ruang
guru SDN 1 Siswodipuran. Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Akhir diskusi diperoleh
kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan pada hari
Rabu dan Kamis, tanggal 28 dan 29 Maret 2012. Pelaksanaan siklus I pertemuan
I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012 selama dua jam pelajaran
(2x35 menit) yaitu jam ke-1 dan jam ke-2 (pukul 07.00 WIB s/d pukul 08.10
WIB). Pelaksanaan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29
Maret 2012 selama dua jam pelajaran (2x35 menit) yaitu jam ke 4 dan jam ke-5
(pukul 09.00 WIB s/d pukul 10.10 WIB).
Guru kelas V dan peneliti menyamakan persepsi tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam RPP yang telah disusun, setiap pertemuan waktu selama 70
menit digunakan untuk kegiatan awal pembelajaran selama 10 menit, kegiatan
inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK) selama 45 menit,
dan kegiatan akhir selama 15 menit.
Pembelajaran yang dilaksanakan adalah pemahaman konsep struktur bumi
dan alam semesta, yang dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif
teknik bermain peran. Mengingat bahwa teknik bermain peran adalah
pembelajaran yang menuntut siswa untuk memperagakan pembentukan alam
semesta yang tersusun atas planet-planet dalam tata surya secara berkelompok.
Setelah RPP dibuat, peneliti mempersiapkan media dan sumber belajar.
Media yang akan digunakan adalah LCD, laptop, label bertuliskan nama-nama
planet (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus),
Matahari dan Bulan. Sedangkan sumber belajar diambil dari buku paket dan LKS
siswa. Selanjutnya peneliti mempersiapkan lembar kerja kelompok, soal evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
individu, daftar nilai, reward, lembar observasi guru mengajar dan lembar
observasi aktivitas siswa.
b. Pelaksanaan Siklus I (Tindakan)
1) Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 28 Maret 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai perencanaan
selama dua jam pelajaran (2x35menit) yaitu jam ke-1 dan jam ke-2
(pukul 07.00 WIB s/d pukul 08.10 WIB). Pembelajaran dilaksanakan di
ruang kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali. Urutan pelaksanaan
tindakan siklus pertama pertemuan pertama adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
Guru memberikan salam pembuka lalu siswa berdoa bersama dan
melaksanakan absensi. Kegiatan dilanjutkan dengan bernyanyi
bersama untuk menumbuhkan semangat siswa dan melakukan tanya
jawab untuk menumbukan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang
akan dipelajari. Siswa dikondisikan untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada
kegiatan ekplorasi terdiri dari langkah berikut:
(1) Guru bertanya dengan siswa, apa kalian tahu kita ini tinggal di
planet apa?
(2) Guru menggali pengetahuan siswa tentang proses terjadinya
alam semesta dan terciptanya bumi.
(3) Guru memberikan penjelasan tentang susunan planet di alam
semesta.
Pada kegiatan elaborasi terdiri dari langkah berikut :
(1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 10 siswa.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai jalan cerita
proses pembentukian alam semesta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(3) Setiap siswa diberi peran oleh guru antara lain: Matahari,
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, dan Bulan sebagai satelit Bumi.
(4) Guru membagikan skenario pembelajaran yang berisi langkah-
langkah yang harus dilakukan kepada siswa.
(5) Ketua kelompok mengambil label bertuliskan nama-nama planet
lalu dibagikan kepada anggota kelompoknya.
(6) Siswa segera menempatkan diri sesuai label yang mereka pakai.
(7) Setelah siswa mendapatkan peran masing-masing, mereka mulai
berputar mengelilingi salah satu siswa yang berperan sebagai
matahari sesuai urutan planet dan membentuk lingkaran yang
berfungsi sebagi orbit. (bermain peran)
(8) Siswa yang lain mengamati dan mencatat hasil kegiatan.
Pada kegiatan konfirmasi terdiri dari langkah berikut :
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan yang telah
dilakukan.
(2) Guru mengkonfirmasi kegiatan pembelajaran
(3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum jelas.
(4) Guru memberi reward kepada kelompok yang terbaik.
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes evaluasi individu, lalu
untuk memotivasi siswa, guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang berprestasi. Untuk kegiatan tindak lanjut siswa
mendapatkan pekerjaan rumah (PR).
2) Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai perencanaan
selama dua jam pelajaran (2x35menit) yaitu yaitu jam ke 4 dan jam ke-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(pukul 09.00 WIB s/d pukul 10.10 WIB). Pembelajaran dilaksanakan di
ruang kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali. Urutan pelaksanaan
tindakan siklus pertama pertemuan kedua adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan awal
Guru memberikan salam pembuka lalu siswa berdoa bersama dan
melaksanakan absensi. Kegiatan dilanjutkan dengan guru melakukan
tanya jawab dengan siswa mengenai pelajaran yang telah lalu. Siswa
dikondisikan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada
kegiatan ekplorasi terdiri dari langkah berikut:
(1) Guru bertanya dengan siswa, apa bentuk bumi kita ini anak-anak?
(2) Guru bertanya dengan siswa, bumi kita ini berputar pada apa? dan
memiliki berapa kutub?
(3) Guru memberikan penjelasan tentang perputaran bumi pada
porosnya (rotasi) dan bumi mengelilingi matahari (revolusi).
Pada kegiatan elaborasi terdiri dari langkah berikut:
(1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 10 siswa.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai jalan cerita
mengenai peristiwa rotasi dan revolusi bumi.
(3) Setiap siswa diberi peran oleh guru antara lain: Matahari, Bumi
dan Bulan sebagai satelit Bumi
(4) Ketua kelompok mengambil label bertuliskan Matahari, Bumi
dan Bulan lalu dibagikan kepada anggota kelompoknya.
(5) Siswa segera menempatkan diri sesuai label yang mereka
pakai.(bermain peran)
(6) Siswa mulai berputar menirukan gerak rotasi dan revolusi
bumi.(bermain peran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(7) Siswa yang lain mengamati dan mencatat hal-hal yang penting.
Pada kegiatan konfirmasi terdiri dari langkah berikut:
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan yang telah
dilakukan.
(2) Guru mengkonfirmasi kegiatan pembelajaran
(3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum jelas.
(4) Guru memberi penguatan
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes evaluasi individu, lalu
untuk memotivasi siswa, guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang berprestasi. Untuk kegiatan tindak lanjut siswa
mendapatkan pekerjaan rumah (PR).
c. Observasi Siklus I
Pada tahap observasi peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V untuk
melakukan pengamatan terhadap situasi selama peneliti melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu yang berupa daftar
nilai siswa, kamera dan video. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh
data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
oleh peneliti dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.
1) Hasil Observasi Peningkatan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan
Alam Semesta
Berdasarkan hasil tes siklus I selama dua kali pertemuan sesuai dengan
lampiran 29 (halaman 157), diperoleh data dalam bentuk tabel yang dapat
dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 3. Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta
pada Siklus I
Interval Median f %
Relatif Kumulatif
25 – 36 30,5 1 2,44 2,44
37 − 48 42,5 0 0 2,44
49 − 60 54,5 3 7,32 9,76
61 − 72 66,5 7 17,07 26,83
73 − 84 78,5 9 21,95 48,78
85 − 96 90,5 21 51,22 100,00
Jumlah 41 100,00
Nilai rata-rata = 3266,5 : 41 = 76,97
Ketuntasan klasikal = (30 : 41) x 100% = 73,17%
Nilai Di bawah KKM = (11 : 41) x 100% = 26,83%
Nilai tertinggi = 95
Nilai terendah = 25
Untuk lebih jelasnya perolehan nilai pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta pada siklus I sesuai Tabel 3 di atas, dapat disajikan dengan grafik yang
dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
0
5
10
15
20
25
25-36 37-48 49-60 61-72 73-84 85-96
Gambar 8. Grafik Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan
Alam Semesta pada Siklus I
Dengan demikian dari Tabel 3 dan Gambar 8 yang telah disajikan di atas,
dapat dianalisis bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh untuk pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta siswa pada saat siklus I sebesar 79,67
dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 25. Siswa yang mendapat nilai di atas
KKM (70) 73,17% atau 30 siswa dari jumlah keseluruhan 41 siswa sedangkan
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (70) sebanyak 26,83% atau 11 siswa
dari jumlah keseluruhan 41 siswa. Dari analisis siklus I tersebut, maka perlu
dilakukan tindakan siklus II untuk meningkatkan pemahaman konsep struktur
bumi dan alam semesta.
Berdasarkan data pra tindakan dan data siklus I yang telah disajikan dapat
dianalisa bahwa ada perkembangan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta dari pra tindakan ke siklus I. Data perkembangan tersebut dapat dilihat
dalam Tabel 4 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4. Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta
dari Pra tindakan ke Siklus I
NO KETERANGAN PRA
TINDAKAN
SIKLUS I
1 Nilai terendah 0,6 25
2 Nilai tertinggi 87 95
3 Rata-rata Nilai Klasikal 49,52 79,67
4 Prosentase Ketuntasan 9,76% 73,17%
Untuk lebih jelasnya, perkembangan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta dari pra tindakan ke siklus I sesuai Tabel 4 di atas dapat disajikan dengan
grafik pada Gambar 9 seperti di bawah ini:
Gambar 9. Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi
dan Alam Semesta dari Pra tindakan ke Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dengan demikian dari Tabel 4 dan Gambar 9 yang telah disajikan
di atas, dapat dianalisis bahwa ada perkembangan pemahaman konsep
struktur bumi dan alam semesta seperti penjelasan di bawah ini :
a) Nilai terendah pada tes pra tindakan adalah 0,6, sedangkan pada
siklus I nilai terendah meningkat menjadi 25.
b) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes pra tindakan adalah 87,
sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 95.
c) Nilai rata-rata klasikal juga terjadi peningkatan yaitu pada tes pra
tindakan nilai rata-ratanya 49,52, sedangkan pada siklus I meningkat
menjadi 79,67.
d) Prosentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan dari pra
tindakan ke siklus I yaitu pra tindakan yang semula hanya terdapat 4
siswa yang tuntas atau 9,76%, lalu pada siklus I meningkat menjadi
30 siswa yang tuntas atau 73,17%, dari jumlah keseluruhan 41 siswa,
sehingga prosentase ketuntasan meningkat sebesar 63,41%.
d. Refleksi Silklus I
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang telah dilaksanakan, guru dan
peneliti melakukan refleksi untuk menemukan kelemahan-kelemahan pada saat
kegiatan berlangsung pada siklus I. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I,
terlihat bahwa jumlah siswa yang nilainya di atas KKM (70) meningkat menjadi
73,17% atau 30 siswa dari 41 siswa, dengan nilai rata-rata kelas 79,67. Namun
peningkatan tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang sudah
direncanakan. Maka untuk meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan
alam semesta pada siswa kelas V sesuai dengan indikator keberhasilan yang
diharapkan yaitu 80% dari 41 siswa nilainya di atas KKM (70), akan dilakukan
tindakan siklus II dengan perencanaan yang lebih matang terkait perbaikan dari
hasil observasi dan refleksi pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis, tanggal 11 dan 12
April 2012. Siklus II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2x35 menit). Tahap-tahap yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 6 April 2012
di ruang guru SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali. Peneliti dan guru kelas V
mendiskusikan rancangan waktu tindakan yang akan dilakukan dalam proses
penelitian ini. Akhir diskusi diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II akan dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis, tanggal 11 dan 12 April
2012. Pelaksanaan siklus II pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11
April 2012 selama dua jam pelajaran (2x35 menit) yaitu jam ke 1 dan jam ke-2
(pukul 07.00 WIB s/d pukul 08.10 WIB). Pelaksanaan siklus II pertemuan II
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 April 2012 selama dua jam pelajaran
(2x35 menit) yaitu jam ke 4 dan jam ke-5 (pukul 09.00 WIB s/d pukul 10.10
WIB).
Sebelum pelaksanaan siklus II, ada hal-hal yang perlu diperbaiki guru
dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
bermain peran guna mengatasai kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus
I. Kelemahan pada siklus I salah satunya pada saat pra pembelajaran dan kegiatan
awal guru tidak memeriksa kesiapan siswa dan belum menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, hal ini menjadikan siswa kurang siap menerima
pelajaran dan kurang paham tentang tujuan apa yang harus dicapai dalam
pembelajaran, sehingga solusinya pada siklus II ini, perlu diingat oleh guru untuk
memeriksa kesiapan siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Keaktifan siswa pada siklus I masih kurang, hal ini ditunjukkan dengan
kurangnya keberanian siswa mengemukakan pendapat dan kurangnya interaksi
siswa dalam proses diskusi, sehingga guru perlu memberikan dorongan agar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
berani mengemukakan pendapat, misalnya dengan memberi penghargaan bagi
siswa yang berani bertanya. Pada siklus I ketika berdiskusi secara berkelompok
untuk memperagakan pembentukan alam semesta tanpa disertai naskah/skenario,
siswa kurang tenang/ramai sendiri dan menyepelekan, sehingga pada siklus II
direncanakan untuk memberi tugas menghafalkan naskah drama yang telah dibuat
oleh peneliti agar lebih menarik dan siswa lebih mandiri untuk menghafalkan
dialog yang sudah menjadi bagian mereka atau tiap individu. Pada kegiatan akhir,
siswa tidak ikut aktif dalam membuat kesimpulan, maka pada siklus II perlu
adanya umpan dari guru untuk siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya merupakan kesimpulan dari inti pembelajaran.
Setelah menemukan kelemahan pada siklus I dan menemukan solusi untuk
siklus II, guru kelas V dan peneliti menyamakan persepsi tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada siklus II akan
mendalami lebih lanjut tentang materi yang telah diajarkan pada siklus I. Segala
sesuatu sebelum mengajar sudah dipersiapkan semaksimal mungkin agar
kemampuan guru dalam mengajar bisa lebih meningkat dari siklus I dan
pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta juga dapat meningkat seperti
indikator pencapaian yang diharapkan. Dalam RPP yang telah ditentukan waktu
selama 70 menit digunakan untuk kegiatan awal pembelajaran selama 10 menit,
kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK) selama
45 menit, dan kegiatan akhir selama 15 menit. Alokasi waktu tersebut diterapkan
baik pada pertemuan I dan II.
Pembelajaran yang dilaksanakan adalah pemahaman konsep struktur bumi
dan alam semesta, yang dilaksanakan dengan teknik bermain peran. Mengingat
bahwa teknik bermain peran adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk
memperagakan sesuatu atau situasi tertentu yang telah ditetapkan, maka pada inti
pembelajaran sama dengan siklus I terdapat kegiatan yang menugaskan siswa
memperagakan pembentukan alam semesta maupun rotasi dan revolusi, hanya
saja pada siklus II lebih difokuskan pada kegiatan mandiri yaitu siswa diminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menghafalkan naskah drama yang telah ditentukan agar aktivitas siswa bisa
meningkat dibandingkan pada siklus I.
Setelah RPP dibuat, peneliti mempersiapkan media dan sumber belajar.
Media dan sumber belajar masih sama dengan siklus I hanya saja pada siklus II
peneliti menambahkan media berupa lingkar kepala bersimbol planet. Selanjutnya
peneliti mempersiapkan lembar kerja individu, tes evaluasi individu sesuai dengan
materi yang diajarkan dengan tingkat kesulitan yang semakin sulit dibandingkan
siklus I serta mempersiapkan daftar nilai, lembar observasi guru mengajar, dan
lembar observasi aktivitas siswa untuk mengetahui perkembangan pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta pada siswa.
b. Pelaksanaan Siklus II (Tindakan)
1) Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 11 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai perencanaan selama
dua jam pelajaran (2x35menit) yaitu jam ke-1 dan jam ke-2 (pukul 07.00
WIB s/d pukul 08.10 WIB). Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas V
SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali. Urutan pelaksanaan tindakan siklus
pertama dan pertemuan kedua adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
Guru memberikan salam pembuka lalu siswa berdoa bersama dan
melaksanakan absensi. Kegiatan dilanjutkan melakukan tanya jawab
untuk menumbukan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan
dipelajari. Siswa dikondisikan untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada
kegiatan ekplorasi terdiri dari langkah berikut :
(1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa.
(2) Guru menggali pengetahuan siswa tentang proses terjadinya alam
semesta dan terciptanya bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(3) Guru memberikan penjelasan tentang susunan planet di alam
semesta.
Pada kegiatan elaborasi terdiri dari langkah berikut :
(1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 10 siswa.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai jalan cerita
proses pembentukian alam semesta.
(3) Setiap siswa diberi peran oleh guru antara lain: Matahari,
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, dan Bulan sebagai satelit Bumi.
(4) Guru memberikan naskah drama kepada siswa untuk dipelajari
dan dihafalkan percakapannya.
(5) Ketua kelompok mengambil label bertuliskan nama-nama planet
dan lingkar kepala bersimbol planet lalu dibagikan kepada
anggota kelompoknya.
(6) Siswa segera menempatkan diri sesuai label yang mereka pakai.
(7) Setelah siswa mendapatkan peran masing-masing, mereka mulai
berputar mengelilingi salah satu siswa yang berperan sebagai
matahari sesuai urutan planet dan membentuk lingkaran yang
berfungsi sebagi orbit. (bermain peran)
(8) Siswa sambil berputar melakukan percakapan sesuai naskah
drama yang telah diberikan oleh guru. (bermain peran)
(9) Siswa yang lain mengamati dan mencatat hasil kegiatan.
Pada kegiatan konfirmasi terdiri dari langkah berikut:
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan yang telah
dilakukan.
(2) Guru mengkonfirmasi kegiatan pembelajaran
(3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes evaluasi individu, lalu
untuk memotivasi siswa, guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang berprestasi. Untuk kegiatan tindak lanjut siswa
mendapatkan pekerjaan rumah (PR).
2) Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 12 April 2012. Tindakan dilaksanakan sesuai perencanaan selama
dua jam pelajaran (2x35menit) yaitu yaitu jam ke 4 dan jam ke-5 (pukul
09.00 WIB s/d pukul 10.10 WIB). Pembelajaran dilaksanakan di ruang
kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali. Urutan pelaksanaan
tindakan siklus pertama pertemuan kedua adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
Guru memberikan salam pembuka lalu siswa berdoa bersama dan
melaksanakan absensi. Kegiatan dilanjutkan dengan guru melakukan
tanya jawab dengan siswa mengenai pelajaran yang telah lalu. Siswa
dikondisikan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada
kegiatan ekplorasi terdiri dari langkah berikut :
(1) Guru bertanya dengan siswa, “berapa lama bumi kita ini berputar
anak-anak?”
(2) Guru bertanya dengan siswa, “apa akibat yang ditimbulkan dari
bumi kita ini yang mengalami rotasi?”
(3) Guru memberikan penjelasan tentang perputaran bumi pada
porosnya (rotasi) dan bumi mengelilingi matahari (revolusi)
Pada kegiatan elaborasi terdiri dari langkah berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 10 siswa.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai jalan cerita
mengenai peristiwa rotasi dan revolusi bumi.
(3) Setiap siswa diberi peran oleh guru antara lain: Matahari, Bumi
dan Bulan sebagai satelit Bumi
(4) Ketua kelompok mengambil label bertuliskan Matahari, Bumi
dan Bulan serta lingkar kepala bersimbol lalu dibagikan kepada
anggota kelompoknya.
(8) Siswa segera menempatkan diri sesuai label yang mereka
pakai.(bermain peran)
(9) Siswa mulai berputar menirukan gerak rotasi dan revolusi
bumi.(bermain peran)
(10) Siswa sambil berputar melakukan percakapan sesuai naskah
drama yang telah diberikan oleh guru.(bermain peran)
(11) Siswa yang lain mengamati dan mencatat hal-hal yang penting.
Pada kegiatan konfirmasi terdiri dari langkah berikut:
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan yang telah
dilakukan.
(2) Guru mengkonfirmasi kegiatan pembelajaran
(3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum jelas.
(4) Guru memberi penguatan
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes evaluasi individu, lalu
untuk memotivasi siswa, guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang berprestasi. Untuk kegiatan tindak lanjut siswa
mendapatkan pekerjaan rumah (PR).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
c. Observasi Siklus II
Pada tahap observasi peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V
untuk melakukan pengamatan terhadap situasi selama peneliti melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu yang berupa daftar
nilai siswa, kamera dan video. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh
data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
oleh peneliti dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.
1) Hasil Observasi Peningkatan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan
Alam Semesta
Berdasarkan hasil tes siklus II selama dua kali pertemuan sesuai dengan
lampiran 30 halaman 161, diperoleh data dalam Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta
pada Siklus II
Interval Median f %
Relatif Kumulatif
55 – 62 58,5 2 4,88 4,88
63 − 70 66,5 4 9,76 14,64
71 − 78 74,5 7 17,07 31,71
79 − 86 82,5 11 26,83 58,84
87 − 94 90,5 9 21,95 80,49
95 − 102 98,5 8 19,51 100,00
Jumlah 41 100,00
Nilai rata-rata = 3414,5 : 41 = 83,28
Ketuntasan klasikal = (35 : 41) x 100% = 85,37%
Nilai Di bawah KKM = (6 : 41) x 100% = 14,63%
Nilai tertinggi = 100
Nilai terendah = 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Untuk lebih jelasnya, perolehan nilai pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta pada siklus II sesuai Tabel 5 di atas dapat disajikan dengan grafik yang
dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
55-62 63-70 71-78 79-86 87-94 95-102
Gambar 10. Grafik Perolehan Nilai Pemahaman Konsep Struktur Bumi
dan Alam Semesta pada Siklus II
Dengan demikian dari Tabel 5 dan Gambar 10 yang telah disajikan di atas,
dapat dianalisis bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh untuk pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta siswa pada saat siklus II sebesar 83,28
dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55. Siswa yang mendapat nilai di
atas KKM (70) 85,37% atau 35 siswa dari jumlah keseluruhan 41 siswa
sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (70) sebanyak 14,63% atau
6 siswa dari jumlah keseluruhan 41 siswa. Dari analisis siklus II tersebut, maka
tidak perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya karena hasilnya sudah memenuhi
indikator keberhasilan yaitu > 80% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai
di atas KKM (70).
Berdasarkan data siklus I dan data siklus II yang telah disajikan dapat
dianalisa bahwa ada perkembangan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta dari siklus I ke siklus II. Data perkembangan tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 6 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 6. Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam
Semesta dari Siklus I ke Siklus II
NO KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II
1 Nilai terendah 25 55
2 Nilai tertinggi 95 100
3 Rata-rata Nilai Klasikal 79,67 83,28
4 Prosentase Ketuntasan 73,17% 85,37%
Untuk lebih jelasnya, perkembangan pemahaman konsep struktur bumi
dan alam semesta dari siklus I ke siklus II sesuai Tabel 6 di atas dapat
disajikan dengan grafik pada Gambar 11 seperti di bawah ini:
Gambar 11. Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur
Bumi dan Alam Semesta dari Siklus I ke Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dengan demikian dari Tabel 6 dan Gambar 11 yang telah disajikan di
atas, dapat dianalisis bahwa ada perkembangan pemahaman konsep
struktur bumi dan alam semesta seperti penjelasan di bawah ini :
a) Nilai terendah pada tes siklus I adalah 25, sedangkan pada siklus II
nilai terendah meningkat menjadi 55.
b) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes siklus I adalah 95,
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 100.
c) Nilai rata-rata klasikal juga terjadi peningkatan yaitu pada tes siklus I
nilai rata-ratanya 79,67, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi
83,28.
d) Prosentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II yaitu siklus I yang semula hanya terdapat 30 siswa yang
tuntas atau 73,17%, lalu pada siklus II meningkat menjadi siswa 35
yang tuntas atau 85,37%, dari jumlah keseluruhan 41 siswa, sehingga
prosentase ketuntasan meningkat sebesar 12,20%.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan tes yang telah dilaksanakan guru dan
peneliti yang telah melakukan refleksi, dapat dilihat pada siklus II bahwa jumlah
siswa yang nilainya di atas KKM (70) meningkat menjadi 85,37% atau 35 siswa
dari 41 siswa, dengan nilai rata-rata kelas 83,28 sesuai indikator yang telah
ditetapkan. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil sesuai indikator keberhasilan
yaitu >80% dari 41 siswa nilainya di atas KKM (70), sehingga tidak perlu
diadakan tindakan ke siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep struktur bumi
dan alam semesta siswa kelas V mengalami peningkatan pada setiap siklus.
Peningkatan terlihat setelah dilakukan tindakan menggunakan teknik bermain
peran pada siklus I dan siklus II. Perbandingan daftar frekuensi ketuntasan dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Perbandingan Daftar Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Sruktur Bumi
dan Alam Semesta Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.
No Interval
Nilai
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Freku
ensi
Prosentase
(%)
Freku
ensi
Prosentase
(%)
Freku
ensi
Prosentase
(%)
1 0-16 1 2,44 0 0 0 0
2 17-32 2 4,88 1 2,44 0 0
3 33-48 16 39.02 0 0 0 0
4 49-64 14 34.15 3 7,32 2 4,88
5 65-80 7 17,07 16 39,02 14 34,15
6 81-96 1 2,44 21 51,22 17 41,46
7 97-112 0 0 0 0 8 19,51
Jumlah 41 100 41 100 41 100
Perbandingan daftar frekuensi ketuntasan pada Tabel 7 di atas dapat disajikan
dalam bentuk grafik pada Gambar 12 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 12. Grafik Perbandingan Daftar Frekuensi Nilai Pemahaman
Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 12 terlihat perbandingan daftar frekuensi nilai
pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta dari pra tindakan, siklus I,
dan siklus II dalam interval nilai yang sama dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Terdapat 1 siswa pada pra tindakan dan tidak ada siswa pada siklus I yang
mendapat nilai antara 0-16. Sedangkan pada siklus II tidak ada siswa yang
mendapat nilai antara 0-16.
2. Terdapat 2 siswa pada pra tindakan dan 1 siswa pada siklus I yang mendapat
nilai antara 17-32. Sedangkan pada siklus II tidak ada siswa yang mendapat
nilai antara 17-32.
3. Terdapat 16 siswa pada pra tindakan dan tidak ada siswa pada siklus I yang
mendapat nilai antara 33-48. Sedangkan pada siklus II tidak ada siswa yang
mendapat nilai antara 33-48.
4. Terdapat 14 siswa pada pra tindakan, 3 siswa pada siklus I, dan 2 siswa pada
siklus II yang mendapat nilai antara 49-64.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
5. Terdapat 7 siswa pada pra tindakan, 16 siswa pada siklus I, dan 14 siswa pada
siklus II yang mendapat nilai antara 65-80.
6. Pada pra tindakan terdapat 1 siswa yang nilainya antara 81-96. Sedangkan
pada siklus I terdapat 21 siswa dan pada siklus II terdapat 17 siswa yang
mendapat nilai antara 81-96.
7. Pada pra tindakan dan siklus I tidak terdapat siswa yang nilainya 97-112.
Sedangkan pada siklus II terdapat 8 siswa yang nilainya 97-112.
Selain itu dari data yang diperoleh, terlihat pula perkembangan pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta untuk aspek nilai terendah, nilai tertinggi,
rata-rata klasikal, dan prosentase ketuntasan yang terlihat meningkat dari pra
tindakan, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi dan Alam Semesta
Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
NO KETERANGAN PRA
TINDAKAN
SIKLUS I SIKLUS II
1 Nilai terendah 0,6 25 55
2 Nilai tertinggi 87 95 100
3 Rata-rata Nilai Klasikal 49,52 79,67 83,28
4 Prosentase Ketuntasan 9,76% 73,17% 85,37%
Perkembangan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta pada
Tabel 8 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada
Gambar 13 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 13. Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Struktur Bumi
dan Alam Semesta Pra Tindakan, Siklus I, dan Ssiklus II
Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 13 terlihat perkembangan pemahaman
konsep struktur bumi dan alam semesta siswa dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Nilai terendah pada tes pra tindakan adalah 0,6, pada siklus I nilai terendah
meningkat menjadi 25, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 55.
2. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes pra tindakan adalah 87, pada
siklus I meningkat menjadi 95, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 100.
3. Nilai rata-rata klasikal juga terjadi peningkatan yaitu pada tes pra tindakan
nilai rata-ratanya 49,52. Pada siklus I meningkat menjadi 79,67, dan pada
siklus II kembali meningkat menjadi 83,28.
4. Untuk siswa yang tuntas pada pra tindakan terdapat 4 siswa yang tuntas atau
9,76, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 30 siswa yang tuntas atau
73,17%, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 35 siswa yang tuntas
atau 85,37%. Data tersebut diambil dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 41
siswa. Sesuai data tersebut dapat dinyatakan bahwa dari pra tindakan ke siklus
I prosentase ketuntasan meningkat sebesar 63,41%, sedangkan dari siklus I ke
siklus II prosentase ketuntasan meningkat sebesar 12,20%.
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan tidak seluruh siswa nilainya di
atas KKM (70). Terdapat 6 orang siswa yang nilainya belum mencapai KKM
(70), sehingga peneliti mengadakan remidial untuk ketiga siswa tersebut. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
dilakukan remidial sebanyak 3 kali, ada 3 siswa yang nilainya tuntas, dan 3 siswa
yang tidak tuntas. Hal tersebut disebabkan karena dua di antara tiga siswa tersebut
merupakan siswa yang tinggal kelas. Seharusnya kedua siswa tersebut sudah
duduk di kelas VI (enam), tetapi karena kedua siswa tersebut memang benar-
benar tidak bisa mengikuti pelajaran maka tidak dapat naik ke kelas VI (enam).
Dalam keadaan itupun mereka di kelas V (lima) tidak juga bisa mengikuti
pelajaran. Sedangkan satu lainnya di antara tiga siswa yang tidak tuntas,
disebabkan karena siswa tersebut memang mengalami kesulitan belajar. Masalah
tersebut akan dipecahkan dengan tambahan/bimbingan khusus di luar jam
sekolah.
Dalam perkembangan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta
bila dibandingkan, peningkatan prosentase ketuntasan dari pra tindakan ke siklus I
yaitu 63,41% lebih besar dibandingkan peningkatan prosentase ketuntasan dari
siklus I ke siklus II yaitu 12,20%. Hal tersebut disebabkan karena pada saat
dilakukan tindakan pada siklus I, pembelajaran dilaksanakan secara diskusi atau
berkelompok hanya untuk memperagakan saja sehingga siswa lebih berani untuk
bertukar pikiran dengan temannya pada saat siswa mengalami kesulitan untuk
memahami materi. Sedangkan pada tindakan siklus II siswa dituntut untuk belajar
mandiri, yaitu menghafalkan naskah/teks drama yang sudah menjadi bagian tiap
individu, sehingga pada saat siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
tidak bisa bertanya pada siswa lain karena tiap siswa memiliki tanggung jawab
sendiri untuk menghafalkan naskah drama. Hal tersebut menyebabkan
peningkatan prosentase ketuntasan dari pra tindakan ke siklus I lebih besar
dibandingkan peningkatan prosentase ketuntasan dari siklus I ke siklus II.
Berdasarkan data perkembangan pemahaman konsep struktur bumi dan
alam semesta pada Tabel 9 dan Gambar 13, jumlah siswa yang tuntas dari pra
tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan sesuai indikator
keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu >80% dari jumlah keseluruhan 41
siswa mendapat nilai di atas KKM (70). Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
konsep struktur bumi dan alam semesta dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik bermain peran dinyatakan berhasil.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta siswa kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012 melalui model pembelajaran kooperatif teknik bermain peran. Hal ini
terjadi karena teknik bermain peran melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran IPA dan mengasah kemampuan sosialisasi yang dimiliki siswa
melalui memperagakan/memerankan sesuatu dalam situasi tertentu baik secara
individu maupun berkelompok sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih
mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam 2 siklus dengan menerapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif
teknik bermain peran pada siswa kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali
Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Melalui model pembelajaran kooperatif teknik bermain peran terbukti
dapat meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta siswa
kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini
dapat terlihat dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada saat pra
tindakan sebesar 49,52, pada siklus I meningkat menjadi 79,67, dan pada siklus II
meningkat menjadi 83,29. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan siswa menurut
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, pada saat pra tindakan siswa yang
tuntas sebanyak 4 siswa atau 9,76% dari jumlah keseluruhan 41 siswa. Pada siklus
I prosentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 63,41% yaitu dari
siswa yang tuntas sebanyak 4 siswa atau 9,76% pada saat pra tindakan, meningkat
menjadi 30 siswa atau 73,17% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 41
siswa. Pada siklus II prosentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan
sebesar 12,20%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa atau 73,31% pada
saat siklus I, meningkat menjadi 35 siswa atau 85,37% pada saat siklus II dari
jumlah keseluruhan 41 siswa.
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan tidak seluruh siswa nilainya di
atas KKM (70). Terdapat 6 orang siswa yang nilainya belum mencapai KKM
(70), sehingga peneliti mengadakan remidial untuk ketiga siswa tersebut. Setelah
dilakukan remidial sebanyak 3 kali, ada 3 siswa yang nilainya tuntas, dan 3 siswa
yang tidak tuntas. Hal tersebut disebabkan karena dua di antara tiga siswa tersebut
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
merupakan siswa yang tinggal kelas. Seharusnya kedua siswa tersebut sudah
duduk di kelas VI (enam), tetapi karena kedua siswa tersebut memang benar-
benar tidak bisa mengikuti pelajaran maka tidak dapat naik ke kelas VI (enam).
Dalam keadaan itupun mereka di kelas V (lima) tidak juga bisa mengikuti
pelajaran. Sedangkan satu lainnya di antara tiga siswa yang tidak tuntas,
disebabkan karena siswa tersebut memang mengalami kesulitan belajar. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut penulis sudah menindaklanjuti dengan
memberikan bimbingan tambahan sesuai dengan kemampuan siswa dan
selanjutnya diserahkan kepada guru kelas.
Dalam perkembangan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta
bila dibandingkan, peningkatan prosentase ketuntasan dari pra tindakan ke siklus I
yaitu 63,41% lebih besar dibandingkan peningkatan prosentase ketuntasan dari
siklus I ke siklus II yaitu 12,20%. Hal tersebut disebabkan karena pada saat
dilakukan tindakan pada siklus I, pembelajaran dilaksanakan secara diskusi atau
berkelompok hanya untuk memperagakan saja sehingga siswa lebih berani untuk
bertukar pikiran dengan temannya pada saat siswa mengalami kesulitan untuk
memahami materi. Sedangkan pada tindakan siklus II siswa dituntut untuk belajar
mandiri, yaitu menghafalkan naskah/teks drama yang sudah menjadi bagian tiap
individu, sehingga pada saat siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
tidak bisa bertanya pada siswa lain karena tiap siswa memiliki tanggung jawab
sendiri untuk menghafalkan naskah drama. Hal tersebut menyebabkan
peningkatan prosentase ketuntasan dari pra tindakan ke siklus I lebih besar
dibandingkan peningkatan prosentase ketuntasan dari siklus I ke siklus II.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik
bermain peran dalam pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta. Teknik
yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik siklus. Prosedur penelitiannya
terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis, tanggal 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dan 29 Maret 2012. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis, tanggal 11
dan 12 April 2012. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan implikasi
teoritis dan implikasi praktis hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif teknik bermain peran untuk meningkatkan
pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta dapat dipertimbangkan
untuk menambah teknik pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi
pelajaran bagi siswa.
Teknik bermain peran ini sengaja dirancang untuk memberikan
peluang bagi siswa untuk melakukan eksplorasi intelektual, meningkatkan
keaktifan siswa dan mengasah keterampilan sosialisasi siswa untuk dapat
memecahkan masalah bersama-sama sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Siswa juga tertantang untuk membuat tambahan informasi dari
informasi yang tersediakan, sehingga melatih sikap kritis dan cara berfikir
divergen bagi siswa. Siswa akan lebih peka terhadap masalah yang timbul di
sekitarnya dan mampu memberikan penyelesaian yang cerdas.
2. Implikasi Praktis
Penelitian telah membuktikan bahwa pembelajaran IPA dengan model
pembelajaran kooperatif teknik bermain peran dapat meningkatkan
pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan teknik pembelajaran guru dalam
mengajar dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan
keterampilan dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Berdasarkan kriteria
temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan pada Bab
IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu dalam
menghadapi permasalahan yang sejenis. Pembelajaran dengan menggunakan
teknik bermain peran pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
oleh guru yang menghadapi permasalahan sejenis, terutama untuk
meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam semesta siswa.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi
semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreatifitas dan keaktifan guru sangat
diperlukan untuk meningkatkan pemahaman konsep struktur bumi dan alam
semesta.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran
kooperatif teknik bermain peran untuk meningkatkan pemahaman konsep struktur
bumi dan alam semesta pada siswa kelas V SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali
Tahun Ajaran 2011/2012, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan
pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi peserta didik SD Negeri 1 Siswodipuran Boyolali pada
khususnya sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya selalu menginspirasi dan aktif mendorong
guru-guru untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif
salah satunya menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
bermain peran.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
bermain peran sebagai alternatif teknik pembelajaran dalam proses
pembelajaran IPA.
b. Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan teknik bermain peran, terutama dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan
evaluasi, sehingga mudah dipahami siswa.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan teknik
bermain peran dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pembelajaran, terutama dalam mengembangkan keterampilan
bersosialisasi melalui memerankan sesuatu dengan situasi tertentu,
sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajar menggunakan teknik bermain
peran dengan menerapkan latihan/bermain peran pada pelajaran lain yang
ada di sekolah.