perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/pengaruh... · 10. bapak dan ibu yang telah memberikan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PRIOR KNOWLEDGE, KEMAMPUAN BAHASA DAN
SIKAP SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK
BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh :
TANIA OKTABRI KHARISMA
K3308057
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Tania Oktabri Kharisma
NIM : K3308057
Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGARUH PRIOR KNOWLEDGE,
KEMAMPUAN BAHASA DAN SIKAP SISWA TERHADAP PRESTASI
BELAJAR PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X SMA
BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013“ ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 9 Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Tania Oktabri Kharisma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGARUH PRIOR KNOWLEDGE, KEMAMPUAN BAHASA DAN SIKAP SISWA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA
KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh :
TANIA OKTABRI KHARISMA
K3308057
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2013
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Sri Yamtinah, S.Pd, M.Pd.NIP. 19691204 200501 2 001
Pembimbing II
Nanik Dwi Nurhayati, S.Si, M.Si.NIP. 19721115 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 15 Januari 2013
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. ......................
Sekretaris : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D .......................
Anggota I : Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd. .......................
Anggota II : Nanik Dwi Nurhayati, S.Si., M.Si. .......................
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.PdNIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
MOTTO
“...., dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya
Tuhan-ku”
(Q.S Maryam: 4)
“Hidup ini bukan bagaimana kita harus peduli terhadap apa yang
dipikirkan semua orang terhadap apa yang kita lakukan, selama kita
melakukan hal-hal yang benar dan baik. Ingatlah baik itu bersifat
relatif, sedangkan benar itu bersifat mutlak dari ALLAH SWT.”
(Penulis)
“Apapun pendapat orang dan perlakuan orang terhadapmu tetaplah
berbuat baik dan maafkanlah, karena itu akan membahagiakanmu”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan semua yang
terbaik dan sabar menanti kelulusanku.
Sahabat-sahabatku (Fadilah, Sarwendah, dll)
Teman-teman P. Kimia 2008
Almamaterku
Special one who still be secret^^
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRAK
Tania Oktabri Kharisma. PENGARUH PRIOR KNOWLEDGE,KEMAMPUAN BAHASA DAN SIKAP SISWA TERHADAP PRESTASIBELAJAR PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X SMABATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013. Skripsi. Surakarta:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,Januari 2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi positif yangsignifikan antara variabel-variabel bebas (prior knowledge, kemampuan bahasadan sikap siswa) dengan prestasi belajar pada materi ikatan kimia baik secaraterpisah maupun secara serentak. Penelitian ini merupakan penelitian korelasionaldengan tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas tersebut yaituprior knowledge (X1), kemampuan bahasa (X2) dan sikap siswa terhadap matapelajaran kimia (X3). Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi siswa padapokok bahasan ikatan kimia kelas X (Y).
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X SMA Batik 1 Surakartatahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan data adalah dengan dokumentasiuntuk nilai kemampuan bahasa dan tes/angket untuk nilai prior knowledge, sikapsiswa dan prestasi siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat: (1)Korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge dengan prestasi belajarsiswa pada materi pokok ikatan kimia dengan nilai koefisien korelasi Pearson0,442 dan signifikansi 0,000 (2) Korelasi positif yang signifikan antarakemampuan bahasa dengan prestasi belajar siswa pada materi pokok ikatan kimiadengan nilai koefisien korelasi Pearson 0,228 dan signifikansi 0,027 (3) Korelasipositif yang signifikan antara sikap siswa dengan prestasi belajar siswa padamateri pokok ikatan kimia dengan nilai koefisien korelasi Pearson 0,260 dansignifikansi 0,011 (4) Korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge,kemampuan bahasa dan sikap siswa dengan prestasi belajar siswa pada materipokok ikatan kimia dengan nilai koefisien korelasi tiga prediktor 0,550, nilaiFhitung (13,008) > F tabel (2,706) dan signifikansi 0,000. Sumbangan relatif priorknowledge (X1) 63,14%, kemampuan bahasa (X2) 19,23% dan sikap siswa (X3)17,63%. Sedangkan sumbangan efektif prior knowledge (X1) 19,09%,kemampuan bahasa (X2) 5,81% dan sikap siswa (X3) 5,32%.
Kata Kunci: Korelasi, Prior Knowledge, Kemampuan Bahasa, Sikap Siswa,Prestasi Belajar Ikatan Kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
ABSTRACT
Tania Oktabri Kharisma. EFFECT OF PRIOR KNOWLEDGE, LANGUAGESKILLS AND STUDENTS ATTITUDE TOWARD LEARNINGACHIEVEMENT IN CHEMICAL BOND SUBJECT MATTER ON FIRSTGRADE FROM SENIOR HIGH SCHOOL OF BATIK 1 SURAKARTAFOR ACADEMIC YEAR OF 2012/2013. Minor Thesis. Surakarta: TeacherTraining and Education Faculty. Sebelas Maret University of Surakarta, Januari2013.
The purpose of this study is to determine a significant positive correlationbetween independent variables (prior knowledge, language skills and student’sattitudes) with learning achievement in the chemical bond subject matter asseparately and simultaneously. This research is a correlation study with threeindependent variables and one dependent variable. Independent variables, namelyprior knowledge (X1), skills language (X2) and the students attitudes towardchemistry subjects (X3). While the dependent variable was student performanceon the subject of chemical bonds from first grade (Y).
The population were students on first grade from senior high school ofBatik 1 Surakarta for academic year of 2012/2013. Technique to collection data isdocumentation for value language skills and methods of test/questionnaire to thevalue of prior knowledge, students attitudes and students achievement.
Based on these results it can be concluded there was: (1) a significantpositive correlation between prior knowledge with learning achievement in thechemical bond subject matter with the Pearson correlation coefficient 0.442 andsignificance 0.000 (2) a significant positive correlation between the ability oflanguage with learning achievement in the chemical bond subject matter with thePearson correlation coefficient 0.228 and significance 0.027 (3) a significantpositive correlation between students attitudes with learning achievement in thechemical bond subject matter with the Pearson correlation coefficient 0.260 andsignificance 0.011 (4) a significant positive correlation between prior knowledge,language skills and students attitudes with learning achievement in the chemicalbond subject matter to the value of the coefficient three predictor correlation0.550, the value F count (13.008)> F table (2.706) and the significance 0.000. Therelative contribution of prior knowledge (X1) 63.14%, language ability (X2)19.23% and students attitudes (X3) 17.63%. While the effective contribution ofprior knowledge (X1) 19.09%, language ability (X2) 5.81% and students attitude(X3) 5.32%.
Keywords: Prior knowledge, Language ability, Students attitude, Learningachievement in chemical bond
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Pengaruh Prior Knowledge, Kemampuan Bahasa dan Sikap
Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia kelas X SMA
Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana
(S1) di Program Kimia Jurusan P. MIPA, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penyusunan makalah skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini.
2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang
telah memberikan izin menyusun skripsi ini.
3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program P. Kimia FKIP UNS yang
telah memberikan izin menyusun skripsi ini.
4. Drs. Haryono, M.Pd., selaku Koordinator Skripsi Program P.Kimia FKIP
UNS yang telah membimbing penulis selama ini.
5. Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang
sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Nanik Dwi Nurhayati, S.Si., M.Si., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai
masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Drs. Sugiharto, Apt, M.S selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi
semangat dan bimbingannya bagi penulis selama ini.
8. Drs. Literzet Sobri, M. Pd., selaku Kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
9. Ugik Sugiharti, S.Pd., M.Pd., selaku guru bidang studi kimia SMA Batik 1
Surakarta yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan dan
bimbingannya selama penulis melakukan penelitian.
10. Bapak dan Ibu yang telah memberikan motivasi, pengorbanan dan do’a restu
yang tulus, serta teman - teman Pendidikan Kimia 2008 yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu.
Demikian skripsi ini disusun, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam karya ini. Demi sempurnanya karya ini, maka segala keterbatasan dan
kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran, ide, dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan.
Surakarta, 9 Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... v
HALAMAN MOTTO …….………………………………………... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………… vii
HALAMAN ABSTRAK ………...………………………................ viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………... x
DAFTAR ISI ……………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………….. xvi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….. xix
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………...
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...
B. Identifikasi Masalah ………………………………......
C. Pembatasan Masalah ………………………………….
D. Perumusan Masalah …………………………………..
E. Tujuan Penelitian ……………………………………..
F. Manfaat Penelitian ……………………………………
1
1
5
6
6
7
7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……………………………………...
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ……..
1. Program Sekolah Bertaraf Internasional …………...
a. Pengertian Program SBI ……………………...
b. Landasan Program SBI ……………………….
c. Standar Pengembangan Program SBI ………...
d. Ikhtiar Penjamin Mutu Program SBI …………
9
9
9
9
9
10
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
2. Belajar dan Pembelajaran …...………..……..……..
a. Pengertian Belajar …………………………….
b. Teori Belajar ………………………………….
c. Pengertian Pembelajaran ……………………...
d. Pembelajaran Kimia …………………………..
3. Prior Knowledge/ Kemampuan Awal Siswa ………
4. Kemampuan Bahasa .......…………..………………
5. Sikap Siswa ...…….………………………………...
6. Prestasi Belajar …...…...……………………..…….
a. Pengertian Prestasi Belajar …………………...
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar ………………………………………...
7. Chemical Bond ………...…….…………………..
B. Kerangka Berpikir …..………………………………..
C. Hipotesis ……………...……………………………....
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………….
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………...
1. Tempat Penelitian .....................................................
2. Waktu Penelitian .......................................................
a. Tahap Persiapan dan Perijinan ……………....
b. Tahap Penelitian ……………………………...
c. Tahap Penyelesaian …………………………...
B. Rancangan/ Desain Penelitian ………………….…….
C. Populasi dan Sampel .....................................................
1. Populasi …………………………………………….
2. Sampel ……………………..………………………
D. Teknik Pengambilan Sampel ........................................
E. Pengumpulan Data ........................................................
1. Teknik Pengumpulan Data …………………………
a. Teknik Dokumentasi ………………………….
b. Teknik Tes ……………………………………
15
15
15
18
18
20
22
24
27
27
29
32
38
39
40
40
40
40
40
40
40
41
42
42
42
43
43
43
43
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
c. Teknik Angket ………………………………..
2. Instrumen …………………………………………..
a. Instrumen Penelitian Bentuk Tes ……………..
b. Instrumen Penelitian Bentuk Angket …………
F. Validasi Instrumen Penelitian ..……………………….
1.Instrumen Penilaian Bentuk Tes ................................
a. Uji Validitas ........................................................
b. Uji Reliabilitas ....................................................
c. Uji Taraf Kesukaran Soal ...................................
d. Uji Daya Pembeda Soal ......................................
2. Instrumen Penilaian Bentuk Angket .........................
a. Uji Validitas .......................................................
b. Uji Reliabilitas ...................................................
G. Analisis Data ...............................................................
1. Uji Prasyarat .............................................................
a. Uji Normalitas ......................................................
b. Uji Independensi ..................................................
c. Uji Heterokedastisitas ..........................................
d. Uji Linieritas Regresi ...........................................
2. Uji Hipotesis .............................................................
a. Analisis Korelasi Linier ………………………...
b. Analisis Korelasi Linier Ganda …………………
3. Persamaan Regresi …………………………………
4. Sumbangan Prediktor ………………………………
43
44
44
44
45
45
45
46
47
49
50
50
51
52
52
52
54
55
57
58
58
60
61
62
BAB IV. HASIL PENELITIAN ……………………………………
A. Deskripsi Data ………………………………………...
1. Prior Knowledge ………………………...…………
2. Kemampuan Bahasa ….…………..………………..
3. Sikap Siswa ….......…………………………………
4. Prestasi Belajar …………………………………….
64
64
64
65
66
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
B. Uji Prasyarat Analisis …………………………...……
1. Uji Normalitas ……………………………………...
2. Uji Independensi …………..…..…………………...
3. Uji Heterokedastisitas ……………………………...
4. Uji Linieritas ……………………………………….
a. Uji Linieritas Prior knowledge (X1) terhadap
Prestasi Belajar (Y) ……………………………
b. Uji Linieritas Kemampuan Bahasa (X2)
terhadap Prestasi Belajar (Y) …………………..
c. Uji Linieritas Sikap Siswa (X3) terhadap
Prestasi Belajar (Y) ……………………………
C. Pengujian Hipotesis ………….……………………….
1. Uji Hipotesis Pertama ………………...……………
2. Uji Hipotesis Kedua ……..…………………………
3.Uji Hipotesis Ketiga ………………………………...
4.Uji Hipotesis Keempat ……………………………...
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………..
69
69
69
70
72
72
72
73
74
74
75
76
76
78
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………
A. Kesimpulan …………………………………...............
B. Implikasi ……………………………………………...
1. Implikasi Teoritis …………………………………..
2. Implikasi Praktis …………………………………...
C. Saran ………………………………………………….
83
83
84
84
84
84
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 86
LAMPIRAN ………………………………………………………... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Valence Electrons of Noble Gases …………..……………….. 32
2 The Tendency of Elements to Achieve the Stability …………… 33
3 Lewis Symbol of Elements in Group A …………………...…… 34
4 Jadwal Kegiatan Penelitian ……………………….…………... 40
5 Rencana Penelitian Korelasi Regresi Berganda ……………..... 41
6 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk UjiValiditas Soal pada Aspek Kogitif dan Prior Knowledge ……. 46
7 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk UjiReliabilitas Soal pada Aspek Kognitif dan Prior Knowledge…. 47
8 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk UjiTingkat Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif dan PriorKnowledge .................................................................................. 49
9 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji DayaPembeda Soal pada Aspek Kognitif dan PriorKnowledge................................................................................... 50
10 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk UjiValiditas Angket Sikap Siswa terhadap Mata PelajaranKimia........................................................................................... 51
11 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk UjiReliabilitas Angket Siswa terhadap Mata PelajaranKimia........................................................................................... 52
12 Deskripsi Data Prior Knowledge (X1) ....................................... 64
13 Deskripsi Data Kemampuan Bahasa (X2) ................................. 66
14 Deskripsi Data Sikap Siswa terhadap Kimia (X3) ..................... 67
15 Deskripsi Data Prestasi Siswa (Y) ............................................. 68
16 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prior Knowledge,Kemampuan Bahasa, Sikap Siswa dan Prestasi ………………. 69
17 Ringkasan Hasil Uji Independensi Prior Knowledge,Kemampuan Bahasa, dan Sikap Siswa ……………………….. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
18 Ringkasan Hasil Uji Independensi Prior Knowledge,Kemampuan Bahasa, dan Sikap Siswa dengan rumus KarlPearson ………………………………………………………... 70
19 Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………... 71
20 Hasil Uji Linieritas Prior Knowledge dengan Prestasi Belajar .. 72
21 Hasil Uji Linieritas Kemampuan Bahasa dengan PrestasiBelajar …………………………………………………………
73
22 Hasil Uji Linieritas Sikap Siswa dengan Prestasi Belajar …….. 73
23 Hasil Uji Korelasi antara Prior Knowledge dengan PrestasiSiswa …………………………………………………………..
74
24 Hasil Uji Korelasi antara Kemampuan Bahasa dan PrestasiSiswa …………………………………………………………..
75
25 Hasil Uji Korelasi antara Sikap Siswa dan Prestasi Siswa ……. 76
26 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Linier …………………… 77
27 Hasil Uji Koefisien dan Keberartian Model Regresi Linier …... 80
28 Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Variabel- variabelbebas terhadap Prestasi Siswa …………………………………
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Segitiga Kimia ………………………………..…………………. 19
2 Contoh Ikatan Logam …………………………….…………… 37
3 Kerangka Berfikir Penelitian …………………………...……... 38
4 Histogram Data Prior Knowledge (X1) ….……….…………... 65
5 Histogram Data Kemampuan Bahasa (X2) …...……………..... 66
6 Histogram Data Sikap Siswa terhadap Kimia (X3) ……..……. 67
7 Histogram Data Prestasi Siswa (Y) ………………. 68
8 Scatterplot Uji Heterokedastisitas 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Awal (Sistem Periodik Unsur……. 90
2 Soal Prior Knowledge …………………………………...…… 96
3 Kunci Jawaban Tes Prior Knowledge ………………………... 101
4 Nilai UAN SMP Mata Pelajaran Bahasa Inggris …………….. 102
5 Kisi-kisi Angket Siswa terhadap Mata Pelajaran Kimia ……... 105
6 Angket Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran Kimia ................ 108
7 Kisi-kisi Soal Kognitif (Ikatan Kimia) ……………………….. 111
8 Soal Kognitif (Ikatan Kimia) …………………………………. 119
9 Kunci Jawaban Tes Kognitif (Ikatan Kimia) ………………… 125
10 Hasil Uji Validitas Soal Prior Knowledge …………………… 126
11 Hasil Uji Validitas Soal Sikap Siswa terhadap Mata PelajaranKimia …………………………………………………………. 128
12 Hasil Uji Validitas Soal Kognitif ……………..……………… 130
13 Hasil Uji Reliabilitas Soal Prior Knowledge …….…...……… 132
14 Hasil Uji Reliabilitas Angket Sikap Siswa terhadap MataPelajaran Kimia …………………………………..…...……… 135
15 Hasil Uji Reliabilitas Soal Kognitif (Ikatan Kimia) …….……. 138
16 Hasil Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal PriorKnowledge .............................................................…..………. 142
17 Hasil Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran SoalKognitif...................................................................…..……….
146
18 Hasil Uji Homogenitas Siswa Kelas X SMA Batik 1 SurakartaAngkatan 2012/2013………………………………………….. 152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
19 Hasil Output Analisis Deskriptif dan Frekuensi Variabel-variabel Penelitian ………...…………………..……………… 154
20 Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel-variabelPenelitian ………………..……….………….………….…..… 159
21 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov dari Variabel-variabel Penelitian………. ………….………….…………….. 161
22 Hasil Uji Independensi Variabel-variabel Bebas Penelitian …. 164
23 Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel-variabel Penelitian ….... 165
24 Hasil Uji Linieritas Variabel-variabel Bebas dengan VariabelTerikat ……………….…..…………………..……………….. 166
25 Hasil Uji Hipotesis Pertama ………………………………….. 168
26 Hasil Uji Hipotesis Kedua …………………….……………… 170
27 Hasil Uji Hipotesis Ketiga ………..……………………..…… 173
28 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ……………………… 176
29 Hasil Uji Sumbangan Efektif dan Sumbangan RelatifVariabel-variabel Bebas ..…………………………………..… 179
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang sangat peduli dengan pendidikan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya penjaminan hak warga negara untuk
memperoleh pendidikan sesuai dengan pasal 28C ayat (1) UUD’45. Sejalan
dengan itu, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat telah menetapkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
untuk menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu yang didasarkan pada
Standar Nasional Pendidikan telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Berkembangnya era globalisasi saat ini yang ditandai dengan persaingan
antar negara, menuntut adanya peningkatan kualitas di segala bidang, termasuk
pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 50 Ayat (3), yakni “Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah
yang bertaraf internasional”.
Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan daya saing bangsa Indonesia di forum
internasional. Adanya dukungan dari pemerintah mengenai pengembangan
Sekolah Bertaraf Internasional ternyata memacu pertumbuhan sekolah itu sendiri.
Terbukti mulai tahun 2006 sekolah-sekolah di Indonesia baik negeri maupun
swasta dari Sabang sampai Merauke mulai merintis pembangunan sekolah
bertaraf Internasional, salah satunya adalah SMA Batik 1 Surakarta.
SBI merupakan sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah
satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional
(Depdiknas, 2007:5). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 SNP
terdiri atas 8 komponen utama yaitu kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, pengelolaan dan penilaian. SNP
harus digunakan sebagai acuan bagi pengembangan seluruh komponen pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan (sekolah). Pada prinsipnya, sekolah bertaraf
internasional harus bisa memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar
yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan (Depdiknas, 2007:5).
Namun, di balik berkembangnya sekolah-sekolah di Indonesia, terutama
di SMA Batik 1 Surakarta ternyata belum diiringi dengan kesiapan SDM yang ada
secara maksimal, baik dari segi kesiapan mental dari siswanya maupun
kemampuan berbahasa Inggris yang belum sepenuhnya mumpuni dari staf tenaga
pengajarnya. Seperti, proses belajar mengajar yang masih didominasi
menggunakan bahasa Indonesia dan pemberian soal juga mayoritas masih
menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga, tidak semua sekolah bertaraf
Internasional memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik daripada sekolah
reguler yang ada.
Kualitas pengajaran kimia khususnya sampai saat ini masih menunjukkan
perlunya upaya perbaikan. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran inti. Dalam
proses pembelajarannya, digunakan bahasa Indonesia dan Inggris sebagai bahasa
pengantarnya. Dalam mata pelajaran kimia, terdapat materi pokok Ikatan Kimia
yang bersifat abstrak, artinya konsep tersebut sulit diindera dengan panca indera,
sehingga perlu banyak kosakata untuk menjelaskannya. Materi ikatan kimia yang
ditulis dalam bahasa Inggris mengandung kosakata-kosakata khusus yang telah
dipelajari siswa pada materi sebelumnya, yaitu struktur atom dan sistem periodik.
Materi ikatan kimia adalah salah satu materi yang membutuhkan materi prasyarat
yakni materi yang seharusnya telah dikuasai sebelum mempelajari ikatan kimia.
Materi prasyarat dalam ikatan kimia adalah materi Sistem Periodik Unsur (SPU),
sehingga dipastikan adanya hubungan antara materi SPU dengan ikatan kimia.
SMA Batik 1 Surakarta telah menetapkan nilai KKM sebesar 75 pada
tahun ajaran 2011/2012 untuk semua mata pelajaran termasuk kimia. Namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ternyata nilai KKM tersebut masih sulit dilampaui. Hal ini dibuktikan dengan nilai
uji kompetensi materi ikatan kimia yang belum tuntas 100%. Dari sembilan kelas
yaitu X1-X9 jumlah siswa yang belum tuntas adalah 18% dengan nilai terendah
30. Walaupun jumlah siswa yang belum tuntas jumlahnya hanya 18%, namun
yang masih menjadi masalah adalah soal yang disajikan masih dalam bentuk
bahasa Indonesia dan tidak dalam bentuk ulangan harian, padahal di sekolah
setidaknya soal disajikan dengan mayoritas berbahas Inggris. Dibandingkan
dengan materi sebelumnya yaitu SPU dan struktur atom dimana soal disajikan
dengan ulangan harian dan bahasa bilingual, tingkat ketidaktuntasan mencapai
52,8%. Padahal bila ditelaah lebih lanjut, SPU merupakan pengetahuan prasyarat
dari ikatan kimia, bila seorang murid belum menguasai materi SPU, maka dia
tidak mungkin mampu menguasai materi ikatan kimia secara baik.
Ada faktor lain yang mempengaruhi perbedaan yang terlampau signifikan
dari kedua materi tersebut. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:130) prestasi
belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Penyelesaian terhadap
faktor-faktor eksternal yang berpengaruh seperti penggunaan metode mengajar,
kurikulum, media, sarana dan prasarana saja belum cukup, perlu pula diketahui
dan diteliti faktor-faktor internal yang berpengaruh secara dominan seperti
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, minat serta motivasi. Faktor-faktor
ini secara minimal dapat digunakan sebagai dasar pemilihan strategi dalam
pengelolaan proses belajar mengajar.
Latar belakang pengetahuan atau kemampuan awal merupakan salah satu
faktor yang menentukan, tetapi dalam proses pembelajaran yang terjadi selama ini
guru belum mengukur kemampuan awal siswa yang dapat dijadikan pedoman
untuk proses pembelajaran selanjutnya. Menurut Gagne kemampuan awal lebih
rendah daripada pengetahuan yang baru, sehingga disimpulkan bahwa
“Kemampuan awal adalah hasil belajar yang didapat sebelum mendapat
kemampuan yang lebih tinggi”. Pengetahuan awal siswa merupakan prasyarat
untuk mengikuti pembelajaran sehingga memudahkan untuk dapat melaksanakan
proses belajar dengan baik. Seorang guru perlu mengetahui kemampuan awal
siswa supaya dapat menentukan alternatif langkah yang paling tepat. Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dikarenakan kekuatan dari kemampuan mereka dapat digunakan dalam
pembelajaran yang akan berdampak pada prestasi belajar mereka. Menurut
Slameto (2010: 123) “Substansi serta sifat organisasi latar belakang pengetahuan
ini mempengaruhi ketepatan serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang
ditimbulkan serta kemampuan memperoleh kembali pengertian-pengertian baru
tersebut“. Sehingga semakin jelas, stabil serta terorganisasinya struktur kognitif
siswa, proses belajar yang bermakna makin mudah terjadi. Sebaliknya struktur
kognitif yang tidak stabil, kabur dan tidak teroganisasi dengan tepat cenderung
merintangi proses belajar mengajar yang bermakna.
Kemampuan lain yang ada dalam diri siswa yang juga berpengaruh
terhadap prestasi adalah kemampuan bahasa yang merupakan kemampuan khusus
untuk membaca suatu bahan dengan pemahaman, pengertian isi, dan logis dalam
penerapan situasi praktis. Dalam pelajaran kimia, kemampuan bahasa diperlukan
dalam menyelesaikan soal kimia. Apalagi untuk sekolah kemampuan berbahasa
asing merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Tidak jarang seorang siswa prestasinya lebih rendah dari siswa lain bukan karena
ketidakmampuannya dalam memahami pelajaran. Namun siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam memahami soal yang disajikan dalam bahasa Inggris.
Halliday (2006) menyatakan bahwa beberapa kelompok siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari Ilmu alam ketika ditulis dalam bahasa selain bahasa
yang telah dia gunakan sejak kecil. Dalam essay tersebut juga dinyatakan bahwa
teks-teks ilmiah sulit dipahami karena ditulis menggunakan istilah-istilah khusus
yang tidak bisa dijelaskan dengan bahasa sehari-hari maupun kata-kata dalam
kamus. Haritos, dkk (2009) melakukan penelitian mengenai interaksi antara
kemampuan bahasa dan kemampuan mengungkapkan materi yang pernah
disampaikan terhadap siswa yang mengikuti kelas bilingual (Yunani-Inggris).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa kemampuan mengungkapkan materi dalam
bahasa Yunani lebih baik bila dibandingkan ketika diungkapkan dalam bahasa
Inggris. Hal ini dipengaruhi oleh bahasa yang digunakan siswa untuk
bersosialisasi. Haritos menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan dua bahasa
dipengaruhi oleh pengalaman bahasa sebelumnya yang dimiliki siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan hal tersebut, maka kemampuan bahasa asing dalam hal ini bahasa
Inggris diperlukan untuk memahami materi yang dipelajari.
Di lapangan seringkali dijumpai sikap acuh siswa dalam mengikuti
pelajaran kimia. Menurut konsepsi skematik Rosenberg dan Hovland mengenai
sikap menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan
sebagai perantara respon yang bersangkutan. Respons ini adalah respon kognitif,
respon afektif dan konatif (Azwar S, 2011:7). Siswa pada umumnya mengikuti
pembelajaran kimia karena kewajiban saja tanpa memperhatikan manfaatnya.
Bahkan mereka merasa biasa mendapatkan nilai rendah dalam pelajaran kimia.
Sikap yang demikian tentu saja mempengaruhi daya tangkap siswa terhadap
pelajaran kimia. Sikap siswa terhadap pelajaran kimia dapat dilihat dari cara siswa
merespon pelajaran kimia, misalnya keingintahuan, perhatian, usaha dan
keinginan belajar kimia.
Materi ikatan kimia merupakan salah satu materi yang dianggap cukup
sulit, sehingga diperlukan kemampuan awal, pemahaman yang mendalam dan
sikap yang mendukung. Kemampuan awal (Prior Knowledge) yang harus dikuasai
terutama mengenai materi sebelumnya yaitu SPU (Sistem Periodik Unsur).
Sedangkan pemahaman disini berkaitan dengan dua hal yaitu pemahaman materi
dan pemahaman bahasa pengantar soal yang digunakan.
Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mempelajari “Pengaruh Prior
Knowledge, Kemampuan Bahasa dan Sikap Siswa terhadap Prestasi Belajar pada
Pokok Bahasan Ikatan Kimia Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan terdapat beberapa masalah antara
lain :
1. RSBI merupakan program pemerintah yang sifatnya masih baru (rintisan),
sehingga memungkinkan terdapat banyak kendala di dalamnya.
2. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang menggunakan bahasa
Indonesia dan Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar
program .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Terdapat perbedaan antara penggunaan kosakata bahasa Inggris dalam ilmu
alam dengan kosakata bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ikatan kimia adalah materi yang membutuhkan materi prasyarat yaitu SPU.
5. Faktor internal yang berpengaruh terhadap prestasi yang perlu diperhatikan
antara lain IQ, sikap, kemampuan awal, minat, kemampuan bahasa serta
motivasi.
6. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah metode mengajar, kurikulum,
media, sarana dan prasarana.
7. Pemahaman soal memerlukan kemampuan bahasa yang baik. Kemampuan
bahasa yang rendah membuat siswa kesulitan menyelesaikan soal.
8. Sikap siswa terhadap kimia mempengaruhi daya tangkap siswa terhadap
pelajaran kimia. Adanya siswa yang bersikap apatis saat pengajaran kimia
menyebabkan kurangnya respon mendukung pembelajaran kimia.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis akan membatasi masalah
dalam penelitian. Dengan demikian diharapkan masalah dapat dikaji lebih
mendalam untuk memperoleh hasil maksimal, maka penelitian ini dibatasi pada
permasalahan sebagai berikut:
1. Adanya pengaruh dari faktor internal seperti kemampuan awal, kemampuan
bahasa dan sikap siswa terhadap prestasi.
2. Masih rendahnya prestasi belajar siswa pada pokok bahasan ikatan kimia,
khususnya pada aspek kognitif yang disajikan dalam bahasa Inggris.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge
dengan prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi
pokok ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara kemampuan bahasa
dengan prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi
pokok ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013?
3. Apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara sikap siswa dengan
prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok
ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013?
4. Apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge,
kemampuan bahasa dan sikap siswa dengan prestasi belajar siswa kelas X
SMA Batik 1 Surakarta materi pokok ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge dengan prestasi
belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok ikatan kimia
tahun ajaran 2012/2013.
2. Korelasi positif yang signifikan antara kemampuan bahasa dengan prestasi
belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok ikatan kimia
tahun ajaran 2012/2013.
3. Korelasi positif yang signifikan antara sikap siswa dengan prestasi belajar
siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok ikatan kimia tahun
ajaran 2012/2013.
4. Korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge, kemampuan bahasa
dan sikap siswa dengan prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta
materi pokok ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses
pembelajaran kimia terutama berkaitan dengan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa dan sikap siswa terhadap kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
Mengingatkan siswa tentang pentingnya kemampuan awal, kemampuan
bahasa dan sikap siswa pada materi ikatan kimia.
b. Manfaat Bagi Guru
Informasi-informasi tentang pengaruh kemampuan awal, kemampuan
bahasa dan sikap siswa terhadap prestasi siswa pada materi ikatan kimia
diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan strategi mengajar sehingga akan
dapat meningkatkan efektifitas belajar kimia siswa khususnya dalam materi ikatan
kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
a. Pengertian Program RSBI
SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya
internasional, sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.
SBI merupakan sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah
satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional .
Sekolah bertaraf internasional pada hakikatnya mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi 8 (delapan) standar, yaitu kompetensi
lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pembiayaan, pengelolaan dan penilaian yang diperkaya, dikembangkan, diperluas,
diperdalam melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan yang
dianggap reputasi mutunya diakui secara internasional (Depdiknas 2007: 9).
SMA RSBI atau yang disebut pula dengan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional merupakan sekolah nasional yang sama dengan sekolah pada
umumnya di Indonesia, namun SMA RSBI memadukan dan
mengimplementasikan 2 kurikulum (nasional dan internasional) dengan maksud
akan menghasilkan lulusan yang bersertifikasi secara internasional. Dalam
perjalanannya, SMA RSBI akan diakreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah
Nasional (BASN) dan Badan Akreditasi Sekolah Internasional (BASI).
b. Landasan Program RSBI
Dasar hukum pengembangan program rintisan sekolah bertaraf
internasional adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 50 ayat (3) yang berbunyi, “ Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu tahun
pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang
mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan
prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara
bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) yang menyatakan bahwa:
“Pemerintah bersama-sama Pemerintah Daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah
untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional”.
4) Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009
menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu
dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat
kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah
dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan, untuk
mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf
internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.
(Depdiknas 2007: 7-8)
c. Standar Pengembangan Program SBI
SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah dan terencana untuk
mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan
hidup secara lokal, nasional, regional dan global, maka telah dirumuskan standar
SBI yang meliputi input, proses dan output. Input penyelenggaraan SBI yang
ideal untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertaraf internasional
meliputi siswa baru yang diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SMP, hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Ujian Nasional (UN), Scholastic Aptitude Test (SAT), kesehatan fisik dan tes
wawancara. Siswa baru SBI memiliki potensi kecerdasan unggul, yang
ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan potensi untuk
berkembang. Proses pembelajaran SBI dikembangkan melalui berbagai cara agar
mampu mengaktualisasikan potensi peserta didik. Bahasa pengantar yang
digunakan dalam proses pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa asing
(khususnya bahasa Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang bervariasi
serta berteknologi mutakhir seperti laptop, LCD dan VCD. SBI harus
mengembangkan proses pembelajaran sebagai berikut:
1) Mendorong keingintahuan (a sense of curiosity ).
2) Keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan baru.
3) Prioritas pada fasilitas kemerdekaan dan kreativitas dalam mencari
jawaban atau pengetahuan baru (meskipun jawaban itu salah atau
pengetahuan baru yang dimaksud belum dapat digunakan), dan
4) Pendekatan yang diwarnai oleh eksperimentasi untuk menemukan
kemungkinan-kemungkinan baru.
Output SBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional dan
internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan
penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang harus dimiliki dalam era global.
d. Ikhtisar Penjaminan Mutu Program SBI
1) Akreditasi
Berakreditasi minimal A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan
Madrasah (BAN-S/M). Serta dapat ditambah akreditasi dari badan
akreditasi sekolah pada salah satu negara anggota OECD dan/atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan.
2) Kurikulum
Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan
keberhasilan melaksanakan kurikulum secara tuntas. Keberhasilan
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a) Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b) Menerapkan sistem satuan kredit semester di
SMA/SMK/MA/MAK.
c) Memenuhi Standar Isi; dan
d) Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
a) Sistem admininstrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dimana setiap siswa bisa mengakses
trankripnya masing-masing.
b) Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan
pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan
c) Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi
dari Standar Kompetensi Lulusan.
3) Proses Pembelajaran
Minimal memenuhi standar proses yaitu proses pembelajaran
disesuaikan dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Selain itu ada tambahan seperti berikut:
a) Proses pembelajaran menjadi teladan bagi sekolah/madrasah
lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur,
kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa enterpreneural, jiwa
patriot dan jiwa inovator.
b) Diperkaya model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.
c) Menerapkan pembelajaran berbasis TIK.
d) Kelompok sains, matematika dan inti kejuruan menggunakan
bahasa Inggris, sementara pembelajaran lainnya, kecuali pelajaran
bahasa asing, menggunakan bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
e) Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan
matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada kelas IV.
(Depdiknas, 2007: 1)
4) Penilaian
Minimal memenuhi standar penilaian. Dan sebagai tambahan dapat
memperkaya penilaian kinerja pendidikan dengan model penilaian
sekolah unggul dari Negara anggota OECD dan/atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan (Depdiknas, 2007:2).
5) Pendidik
Minimal memenuhi standar pendidik, disertai beberapa ikhtisar
tambahan yaitu:
a) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.
b) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika dan inti kejuruan
mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris.
c) Minimal 10% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi
yang program studinya berakreditasi A untuk SD/MI.
d) Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi
yang program studinya berakreditasi A untuk SMP/MTs ,dan
e) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi
yang program studinya berakreditasi A untuk
SMA/SMK/MA/MAK.
6) Tenaga Pendidik
Minimal memenuhi standar tenaga kependidikan serta beberapa syarat
tambahan yaitu:
a) Kepala sekolah/madrasah berpendidikan minimal S2 dari
perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah
menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala
sekolah yang diakui oleh Pemerintah.
b) Kepala sekolah/madrasah mampu berbahasa Inggris secara aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c) Kepala sekolah/madrasah bervisi internasional, mampu
membangun jaringan internasional, memiliki kompetensi
manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan enterpreneural yang kuat
(Depdiknas, 2007: 3).
7) Sarana dan Prasarana
Minimal memenuhi standar sarana dan prasarana seperi berikut:
a) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis
TIK.
b) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan
akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia, dan
c) Dilengkapi dengan ruang multimedia, ruang unjuk seni budaya,
fasilitas olahraga dan sebagainya.
8) Pengelolaan
Minimal memenuhi standar pengelolaan, yaitu:
a) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO
14000.
b) Merupakan sekolah/madrasah multicultural.
c) Menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf
internasional di luar negeri.
d) Bebas narkoba dan rokok.
e) Bebas kekerasan
f) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek
pengelolaan sekolah.
g) Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains,
matematika, teknologi, seni dan olahraga.
9) Pembiayaan
Minimal memenuhi standar pembiayaan yaitu menerapkan model
pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator
kunci tambahan. Pembiayaan dapat diperoleh dari APBN, APBD dan
boleh memungut biaya dari masyarakat atas dasar RAPBS yang
akuntabel; min 20% peserta didik tidak mampu mendapatkan subsidi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pendidikan (Depdiknas, 2007: 4). Dana yang diperoleh digunakan
untuk memenuhi semua kebutuhan dalam proses belajar mengajar
seperti sarana prasarana serta kegiatan-kegiatan yang menunjang
kemajuan sekolah RSBI.
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan upaya untuk mendapatkan kemampuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.
Slameto menyatakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (2010: 2). Melalui kegiatan belajar siswa akan mendapatkan
kecakapan, pengetahuan dan keterampilan baru.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior
through experiencing). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2003: 27).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar melibatkan aktifitas tubuh yang
berinteraksi dengan lingkungannya dan membentuk perubahan tingkah laku,
bertambahnya pengetahuan maupun nilai dan sikap bagi pelajar. Hal tersebut
bersifat konstan yang akan dimiliki peserta didik.
b. Teori Belajar
Terdapat banyak teori belajar dari para ahli. Setiap teori belajar
mempunyai keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya
perlu menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang
dapat dijadikan acuan, antara lain :
1) Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
merupakan sesuatu yang fundamental dan membimbing tingkah laku anak.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Beberapa tokoh
yang mengemukakan tentang teori belajar kognitif yang digunakan dalam
penelitian ini, diantaranya yaitu :
a) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel
David Ausubel menyatakan bahwa teori belajar merupakan titik
berangkat untuk menemukan prinsip-prinsip umum tentang mengajar
yang efektif. Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
b) Teori Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne
yaitu: (a) belajar responden, (b) belajar kontiguitas, (c) belajar operant,
(d) belajar observasional, (e) belajar kognitif. Pada belajar responden
terjadi perubahan emosional yang paling primitif, terjadi perubahan
perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi
dengan suatu stimulus terkondisi. Bentuk belajar seperti ini dapat
membantu kita memahami bagaimana siswa dapat menyenangi dan tidak
menyenangi sekolah atau bidang studi tertentu. Bentuk belajar
kontinguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan dengan yang
lain pada suatu waktu. Belajar operant berarti kita belajar bahwa
konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu
akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar
observasional berarti pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia
dan kejadian-kejadian. Rendahkan belajar kognitif berarti kita dapat
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dapat
menyelami pengertian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Teori Belajar Konstruktivis
Jean Piaget dan para konstruktivis pada umumnya berpendapat bahwa
mengajar bukan sebagai proses pada siswa, melainkan sebagai proses untuk
mengubah gagasan si anak yang sudah ada yang mungkin salah.
Teori konstruktivis dibedakan menjadi dua yaitu cognitive constructivism
dan social constructivism. Vygotsky (1962) menyatakan bahwa social
constructivism menekankan pada pentingnya hubungan siswa dengan guru
dan siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu catatan
Vygotsky bahwa penerapan pembelajaran yang sesuai dengan social
constructivism theory adalah peer collaboration. Siswa diharapkan
berkolaborasi dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas secara bersama.
Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan adalah
cooperative learning. Metode pembelajaran ini menghendaki siswa ikut
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, berinteraksi dan bekerjasama
dengan teman dalam kelompoknya untuk mencapai kesuksesan kelompok
(Atherton, 2009: 3).
3) Teori Motivasi
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa
bekerja. Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-
satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah
jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
personal mereka, anggota kelompok harus membatu teman satu timnya
untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan
mungkin yang lebih penting, mendorong anggota satu kelompoknya untuk
melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang
didasari pada kinerja kelompok (atau penjumlahan dari kinerja individual)
menciptakan struktur penghargaan interpersonal dimana anggota kelompok
akan memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu sosial (seperti pujian
dan dorongan) dalam merespons usaha-usaha yang berhubungan dengan
tugas kelompok (Slavin, 1995: 34 - 35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Pengertian Pembelajaran
Ada beberapa definisi pembelajaran dari para ahli, antara lain yaitu: (1)
Murshell dalam Slameto (2010: 33) mengemukakan bahwa pembelajaran
digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan
mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. (2)
Alvin W. Howard dalam Slameto (2010: 32), pembelajaran adalah suatu aktivitas
untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,
mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan
pengetahuan yang direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran.
d. Pembelajaran Kimia
Menurut Johnstone (1982) pengetahuan kimia yang dipelajari ada tiga
tingkatan "sub-mikroskopis", "makroskopik" dan "simbolis", dan hubungan antara
tingkat ini harus diajarkan secara eksplisit (Johnstone, 1991; Gabel, 1992;
Harrison dan Treagust, 2000; Ebenezer, 2001; Ravialo, 2001; Treagust et al,
2003). Pada level makroskopik adalah apa yang biasanya bisa dilihat, dibau atau
disentuh. Seperti saat percobaan reaksi kimia. Sedangkan sub mikro adalah
mempelajari mengenai ion, atom, molekul dan struktur kimia. Kemudian untuk
simbolis yaitu mempelajari tentang simbol, persamaan reaksi, tabel dan grafik.
(Barke, Hazari dan Yitbarek, 2009: 27)
Selain itu, interaksi dan perbedaan antara mereka adalah karakteristik
penting dari pembelajaran kimia dan diperlukan untuk pencapaian dalam
memahami konsep kimia. Oleh karena itu, jika siswa memiliki kesulitan di salah
satu tingkat, mungkin mempengaruhi yang lain (Sirhan, 2007: 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 1. Segitiga Kimia
Salah satu contoh aplikasi dari segitiga kimia Johnstone ini adalah pada
proses perkaratan. Pada tingkatan makroskopik, siswa dapat melihat atau
melakukan praktikum proses perkaratan pada besi. Besi yang berkarat akan
berwarna merah kecoklatan dan bila disentuh ada bagian dari karat yang
menempel pada tangan. Dengan menginterpretasikan hasil observasi, salah satu
pertanyaan yang akan muncul adalah partikel/unsur/senyawa apa yang
berhubungan dengan reaksi tentang perkaratan besi. Hal ini dapat dijawab dengan
menggunakan atom/ion/molekul yang dipelajari pada tingkat submikroskopis.
Salah satunya dengan cara mengampelas bagian berkaratnya kemudian
menggerusnya di mortar, setelah itu dapat dibandingkan dengan besi oksida yang
ada di lab kimia. Terlihat bahwa serbuk merah kecoklatan itu berbeda dengan
besi, ini menunjukkan proses perkaratan melelui reaksi antara besi, oksigen dan
air. Kemudian untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana reaksi tersebut terjadi
dan hasil reaksinya dapat dipelajari pada tingkatan simbolis. Bahwa pada
kenyataannya, dari sudut pandang kimia, karat adalah campuran antara besi
oksida dan besi hidroksida.
Johnstone (1984, 1991) menunjukkan bahwa konsep kimia dan cara
konsep-konsep yang diwakili (makroskopik, mikroskopik, atau representasional)
membuat kimia sulit untuk dipelajari, sehingga mempengaruhi metode yang
diajarkan guru (Sirhan, 2007: 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Prior Knowledge / Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal adalah segala hal yang berkaitan dengan berbagai tipe
pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi yang dipersyaratkan yang berguna
untuk mempelajari tugas baru. Menurut Gagne “Kemampuan awal lebih rendah
daripada pengetahuan yang baru, sehingga disimpulkan bahwa kemampuan awal
adalah hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih
tinggi” (Sudjana, 2005: 108). Sedangkan menurut Strangman & Hall (2004)
“Subject matter knowledge, strategy knowledge, personal knowledge, and self-
knowledge are all specialized forms of prior knowledge/background knowledge”.
Dalam pendapat yang dikemukakan Strangman & Hall bahwa salah satu bentuk
khusus dari prior knowledge adalah subject matter knowledge yang berarti
pengetahuan mengenai suatu materi atau pokok bahasan tertentu dapat disebut
sebagai prior knowledge, sehingga penguasaan materi Sistem Periodik Unsur
(SPU) dapat disebut sebagai prior knowledge untuk materi ikatan kimia. Hal ini
juga diperkuat dengan pendapat Gagne yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
kemampuan awal dapat berupa hasil belajar yang didapat sebelum mendapat
kemampuan yang lebih tinggi.
Menurut Winkel (1991) “Tingkah laku awal dipandang sebagai
pemasukan (input; entering behavior ), yang menjadi titik tolak dalam proses
pembelajaran yang berakhir dengan suatu pengeluaran ( output; finalbehavior )”
(hlm. 81). Hal ini mengisyaratkan bahwa rancangan pembelajaran dikatakan baik
apabila memperhitungkan kemampuan awal siswa sebagai sasaran. Kemampuan
awal adalah berkaitan dengan berbagai tipe pengetahuan, ketrampilan, dan
kompetensi yang dipersyaratkan yang sesuai untuk mempelajari tugas atau satu
set tugas khusus yang baru. Ini berarti bahwa kemampuan awal itu adalah
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang telah dipelajari atau dikuasai
siswa sebagai persyaratan untuk mempelajari tugas-tugas pembelajari yang baru.
Pada awal proses pembelajaran kadang-kadang siswa belum mempunyai
kemampuan yang dijadikan tujuan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran yang baik dimulai dengan bertitik tolak pada kemampuan awal
siswa untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dalam proses belajar bermakna untuk mencapai pengertian- pengertian
baru yang baik, materi-materi belajar selalu dan hanya dapat dipelajari jika
dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta informasi-informasi
yang relevan yang dipelajari sebelumnya. Menurut Slameto (2010) “ Substansi
serta sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketepatan
serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang ditimbulkan serta kemampuan
memperoleh kembali pengertian-pengertian baru tersebut “ (hlm. 123). Sehingga
semakin jelas, stabil serta terorganisasinya struktur kognitif siswa, proses belajar
yang bermakna makin mudah terjadi. Sebaliknya struktur kognitif yang tidak
stabil, kabur dan tidak teroganisasi dengan tepat cenderung merintangi proses
belajar mengajar yang bermakna.
Kemampuan awal siswa dapat diukur dengan tes tertentu dan hasilnya
dapat digunakan untuk menentukan strategi pembelajarannya. Tes kemampuan
awal dilaksanakan pada awal pertemuan sebelum proses pembelajaran
berlangsung berkaitan dengan materi sebelumnya atau pengetahuan dasar yang
dimiliki siswa mengenai materi tersebut.
Latar belakang pengetahuan atau kemampuan awal merupakan salah satu
faktor yang menentukan. Walaupun belum tentu siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dapat lebih berhasil mencapai prestasi belajar lebih tinggi
daripada siswa yang lain. Namun, menurut beberapa hasil penelitian,
menyebutkan bahwa kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi, penelitian
tersebut antara lain sebagai berikut :
Dalam jurnal milik Thompson & Zamboanga (2004) disebutkan beberapa
hasil penelitian mengenai prior knowledge yaitu:
Menurut Committee on Developments in the Science of Learning, NationalResearch Council (1999) dan Schneider & Pressley (1997), priorknowledge dapat membantu atau menghambat pembelajaran baru. Individudengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya yang lebih besar daritopik memahami dan mengingat lebih dari mereka dengan lebihpengetahuan sebelumnya terbatas. Selain itu Alexander & Judy (1988) danDochy, Segers, & Buehl (1999), prior knowledge dalam ranah yangspesifik memberi keuntungan dalam proses pembelajaran dan prestasisiswa. Kesimpulan ini telah didukung oleh studi dari berbagai domain isiakademik, termasuk fisika dan matematika yang dilakukan Hudson &
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Rottmann (1981), kemampuan menulis dan pengolahan teks olehMcCutcheon (1986), ekonomi oleh Dochy (1992), dan pemrogramankomputer oleh Klahr & Carver (1988), dengan siswa mulai dari kelasdasar hingga lulus sekolah. Namun menurut Alexander & Judy (1988) ;Committee on Developments in the Science of Learning, NationalResearch Council, (1999) dan Dochy et al., (1999), jika pengetahuansebelumnya tidak akurat, tidak lengkap, atau menyesatkan, dapatmenghambat pemahaman atau belajar informasi baru (hlm. 778- 782)
Dengan demikian, prior knowledge dikaitkan dengan perilaku akademik
yang bermanfaat dan kinerja akademik yang lebih tinggi. Akhirnya, penting untuk
dicatat bahwa pengetahuan sebelumnya adalah prediktor penting dari kesuksesan
saja meskipun siswa melakukan lebih buruk pada kedua pretest awal semester
(Thompson & Zamboanga, 2004: 783).
Dari penelitian-penelitian yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa ada
hubungan positif antara kemampuan awal/prior knowledge dengan prestasi siswa.
Dan kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa dalam menguasai materi/pokok bahasan sebelumnya yang berkaitan dengan
materi ikatan kimia yaitu sistem periodik unsur terutama mengenai konfigurasi
elektron, penentuan golongan serta membedakan unsur logam dan non logam.
4. Kemampuan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu sarana terpenting yang memungkingkan
manusia dapat berkomunikasi satu sama lain. Menurut Owens bahasa merupakan
kode atau sistem konvensional yang disepakati secara sosial untuk menyajikan
berbagai pengertian melalui penggunaan simbol sembarang dan tersusun
berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Dengan demikian, bahasa merupakan
suatu sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa isyarat, membaca
dan menulis (Abdurrahman M, 2003: 183).
Kemampuan bahasa merupakan suatu petunjuk kekuatan intern dalam pola
asli seseorang, mewujudkan suatu modifikasi penghayatan pengalaman-
pengalamannya. Menurut Sukardi (1997: 16) dalam tes kemampuan bahasa
bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengabstraksi atau meringkas
atau menggeneralisasikan serta berpikir secara konstruktif dibandingkan kefasihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
atau pengenalan perbendaharaan kata. Kemampuan bahasa merupakan
kemampuan membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis
pada penerapan situasi praktis. Kemampuan ini menunjang pola pikir yang
bersifat umum dan praktis logis. Dapat pula dikatakan bahwa kemampuan bahasa
menunjukkan kepada keahlian khusus yang dimiliki seseorang dalam bahasa. Pola
tindakan keahlian khusus itu adalah sebagai berikut:
a. Kesanggupan melihat keterhubungan antara serangkaian kata dalam
kaitannya dengan rangkaian kata-kata lainnya atau tanggapan kata bagi
perangsang kata lainnya.
b. Kesanggupan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
(kesimpulan) bagian dari yang umum, adanya ide-ide yang terdapat pada
sekitar obyek.
c. Kesanggupan membedakan dan sekaligus penggeneralisasian kata dalam
rangkaian kalimat tertentu.
Beberapa penelitian juga menyebutkan pentingnya kemampuan menguasai
bahasa pengantar yang digunakan terhadap proses belajar dan kognitif siswa.
Penelitian tersebut antara lain, menurut McLaughlin (1987) perolehan bahasa
pertama dan kedua tampaknya diarahkan oleh nilai umum di bahasa dan
merupakan bagian dari sistem kognitif manusia (Hakuta & Gracia, 1989: 375).
Dalam jurnal yang ditulis Aziz & Zakaria (2011) mengenai pengaruh
bahasa terhadap kemampuan siswa dinyatakan bahwa:
Untuk waktu yang lama, studi penelitian telah menyatakan bahwapembelajaran yang melibatkan bahasa kurang menguntungkan di duniaakademis karena kemampuan bahasa Inggris mereka yang terbatasmenghambat pemahaman mereka dan dengan demikian berpengaruhnegatif terhadap kinerja mereka. Dari sudut pandang pengajar bahasa, jelasbahwa kurangnya kemahiran dalam bahasa pengantar memiliki efek yangmerugikan pada kemampuan siswa untuk memahami isi teks, masalahkata, dan kuliah. Banyak pengajar bahasa misalnya Spanos, Rhodes, Daledan Crandall (1988) dan semakin banyak pengajar matematika dan sainsmisalnya Cuevas (1984) dan Mestre (1981) berargumen bahwa sifat daribahasa matematika dan sains sendiri telah memberi beban yang berat padasemua siswa terlepas dari bahasa pengantar yang digunakan (hlm. 44).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa kemampuan bahasa
berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Hal ini juga dapat diterapkan dalam
materi pelajaran kimia, terutama untuk sekolah RSBI. Jadi, kemampuan bahasa
yang dimaksud disini adalah kemampuan siswa dalam memahami bahasa Inggris
secara umum sebagai bahasa pengantar yang digunakan di sekolah RSBI. Dalam
penelitian ini nilai bahasa Inggris diperoleh dari nilai hasil ujian nasional SMP.
5. Sikap Siswa
Sikap dalam kehidupan sehari-hari sikap mempunyai peranan yang
penting. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang mendorong
melakukan perbuatan terhadap obyek tertentu. Sedangkan Cliford T. Morgan
(1986) merumuskan attitudes is that they express an evaluation of some object.
Evaluation an expressed by terms such as liking-disliking, pro-anti, favoring-not
favoring, and positive negatif, (yang dalam bahasa Indonesia sikap adalah
mengekspresikan evaluasi dari beberapa obyek seperti suka-tidak suka, pro-anti,
sayang-benci, dan positif-negatif). Dengan melihat rumusan di atas tampak bahwa
sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Dengan kata lain sikap
merupakan bentuk respon evaluatif.
Pada prinsipnya sikap memberikan arah kepada perbuatan atau tindakan
seseorang. Hal ini tidak berarti bahwa tindakan seseorang identik dengan
sikapnya. Sikap siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
siswa di sekolah. Sehingga pemahaman sikap individu siswa dapat membantu
menyelesaikan masalah belajar siswa yang bersangkutan.
Perilaku seseorang didasari oleh situasi pikiran, perasaan, dan kemauan
sesaat. Sehingga sikap-sikap penentu perilaku memiliki dimensi kognisi, konasi,
dan afeksi. Perubahan pada situasi pikiran perasaan maupun kecenderungan dan
kemampuan akan mempengaruhi tingkah lakunya. Dan perubahan dapat terjadi
setiap saat atau dalam waktu relatif lama. Sehingga sikap dapat berubah atau
diubah, dan dengan perubahan tersebut maka pengukuran sikap dilakukan dengan
tujuan mendapatkan informasi tentang keadaan tingkat serta kualitas perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
sikap sebagai dasar pemberian layanan bimbingan konseling. Pengukuran sikap
dapat diketahui dengan menggunakan teknik pengukuran antara lain:
1) Teknik laporan diri
Bentuk laporan diri adalah bentuk yang sangat sederhana, yaitu responden
sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan “ya” atau “tidak”.
Asumsi yang digunakan teknik adalah: Individu itulah yang paling tahu
tentang dirinya.
2) Observasi tingkah laku yang tampak
Tiga pedoman yang dikemukakan oleh MD. Dahlan adalah:
a) Arah, baik negatif maupun positif.
b) Tingkat arah sikap dalam bentuk kontinen dari yang paling moderat,
kuat, hingga kuat sekali.
c) Intensitas atau kedalaman.
3) Penafsiran stimulasi berstruktur yang terpisah-pisah
Dengan rangsangan obyek yang tidak jelas strukturnya, subyek diminta
memberikan pendapatnya tentangn obyek tersebut.
4) Wawancara
5) Skala sikap yang disusun Thrustone
6) Skala Likert
Dari hasil pengukuran sikap, terutama yang mempergunakan skala sikap
akan diperoleh data dalam bentuk skor dari seperangkat pertanyaan yang diajukan.
Seseorang yang mendukung pada obyek tertentu akan bersikap positif, sebaliknya
bila tidak mendukung akan bersikap negatif. Intensitas atau kekuatan sikap setiap
orang belum tentu sama. Sikap positif dan negatif terhadap suatu obyek
mempunyai derajat kekuatan yang bertingkat-tingkat. Yang dimaksud keluasan
sikap adalah luas tidak cakupan obyek yang disetujui atau tidak disetujui
seseorang. Sedangkan konsistensi sikap ditujukkan oleh kesesuaian antara
pernyataan sikap yang dikeluarkan seseorang dengan responnya terhadap suatu
obyek. Sedangkan spontanitas pada umumnya tidak dapat diukur (Azwar, 2011:
89)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Azwar, S (2011) mengemukakan tiga komponen yang saling menunjang
dalam struktur sikap, yaitu:
Pertama, komponen kognitif yaitu berisi kepercayaan seseorang mengenaiapa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap; kedua komponenafektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatuobyek sikap; ketiga komponen perilaku menunjukkan kecenderunganperilaku seseorang berkaitan dengan obyek yang dihadapinya. Azwar jugamengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikapadalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggappenting, media massa, institusi, serta faktor emosi dalam diri individu.
Menurut Hovland dan Rosenberg (1960), mereka memahami sikap dalam
dua dimensi yaitu kognitif pada satu sisi dan dimensi afektif-emosional di sisi
lain. Kedua dimensi dapat diselidiki secara terpisah tetapi saling mempengaruhi
(Hilbing & Barke, 2001: 366).
Dalam jurnal yang ditulis Kan & Akbas (2006) disebutkan pula beberapa
hasil penelitian mengenai sikap yaitu:
Kemudian ada beberapa pendapat antara lain menurut penelitian Levin,Sabar & Libman (1991) bahwa skor sikap secara signifikanmemprediksikan keberhasilan akademik dan sikap telah memainkan peranuntuk menunjuk keberhasilan ini lebih pada laki-laki daripada perempuan.Selain itu, Hose & Prison (1998) juga telah mengamati hubungan yangsignifikan antara skor sikap dan keberhasilan akademis dalam penelitianmereka pada kelas bahasa Inggris dari mahasiswa mahasiswa baru (hlm.77).
Dalam proses belajar mengajar terdapat hubungan antara siswa dengan
lingkungan belajar yaitu guru, teman, mata pelajaran. Keberhasilan belajar kimia
dipengaruhi oleh banyak aspek, salah satu di ataranya adalah sikap siswa terhadap
mata pelajaran kimia.
Orang cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek itu. Bila obyek dinilai baik maka dia bersikap positif,
bila obyek dinilai jelek, maka dia akan bersikap negatif. Demikian halnya dengan
sikap siswa terhadap mata pelajaran kimia. Dalam penelitian ini, sikap siswa yang
dimaksud adalah bila siswa menganggap kimia sebagai pelajaran yang
menyenangkan, maka siswa akan memiliki sikap yang positif (mendukung)
terhadap kimia, sebaliknya jika siswa menganggap kimia pelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
membosankan/tidak perlu, maka siswa akan memiliki sikap yang negatif (tidak
mendukung) terhadap mata pelajaran kimia.
6. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Setiap kegiatan manusia bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu dan
selalu diikuti dengan pengukuran dan penilaian. Demikian pula halnya di dalam
proses belajar. Prestasi dapat digambarkan sebagai sejauh mana keberhasilan atau
pencapaian tujuan dari serangkaian kegiatan atau usaha yang telah dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya sesuai batas usaha kemampuan
tersebut.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 787) mendefinisikan prestasi
belajar sebagai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Prestasi belajar ditentukan oleh tiga aspek, yaitu:
1) Aspek kognitif : penilaian prestasi belajar berdasarkan aspek
perkembangan ilmu pengetahuan yang diperoleh siswa.
Kawasan aspek kognitif menurut taksonomi Bloom antara lain adalah:
a) C1 (knowledge/pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat
(misalnya: nama ibu kota, rumus).
b) C2 (comprehension/pemahaman) merupakan kemampuan memahami
(misalnya: menyimpulkan suatu paragraf) .
c) C3 (appication/penerapan) merupakan kemampuan penerapan
(misalnya: menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah).
d) C4 (analysis/analisis) merupakan kemampuan menganalisis suatu
informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya:
menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi) dan sintesis (syntesis)
kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu
kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian di
laboratorium).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
e) C5 (evaluation/evaluasi) merupakan kemampuan mempertimbangakan
mana yang baik dan mana yang buruk dan memutuskan untuk
mengambil tindakan tertentu.
f) C6 (creation/ kreativitas) merupakan kemampuan memadukan
informasi-informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
2) Aspek afektif : penilaian prestasi belajar berdasarkan aspek perkembangan
siksp ilmiah siswa.
Pembagian aspek afektif menurut Krathwohl adalah sebagai berikut:
a) Receiving (penerimaan), yaitu semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi dan gejala mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan untuk
memperhatikan stimulus yang tepat.
b) Responding (jawaban), yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar , yang mengacu pada partisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus pada tingkatan responding. Reaksi yang dapat
muncul seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
d) Organization (pengorganisasian), yaitu pengembangan nilai ke dalam
suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dan nilai lain,
pemantapan dan prioritas lain yang telah dimilikinya.
e) Characterization (karakterisasi), yaitu keterpaduan semua system nilai
yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
(Krathwohl, Bloom & Masia, 1956)
3) Aspek psikomotorik : penilaian prestasi belajar berdasarkan aspek
ketrampilan siswa, misalnya dalam pelaksanaan praktikum.
Menurut Dave (1967) aspek psikomotor dibagi menjadi lima kategori
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a) Imitation (peniruan), yaitu kemampuan yang dimulai dari mengamati
suatu gerakan kemudian memberikan respon yang serupa seperti yang
diamati.
b) Manipulation (manipulasi), merupakan kemampuan yang mengikuti
pengarahan/instruksi penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang
menetapkan suatu penampilan.
c) Precision (ketepatan), kemampuan ini menekankan pada kecermatan,
proporsi dan kepastian yang lebih tinggi.
d) Articulation (artikulasi), merupakan kemampuan koordinasi suatu
gerakan yang membuat urutan yang tepat yang mencapai apa yang
diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang
berbeda.
e) Naturalization (pengalamiahan), menekankan kemampuan yang lebih
tinggi secara alami. Sehingga gerakan yang dilakukan dapat dilakukan
secara rutin dan tidak memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa perlu diselidiki faktor-
faktor apa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa sehingga untuk
meningkatkannya dapat dilakukan dengan memperbaiki faktor-faktor tersebut.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 130) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat diperjelas sebagai berikut:
1) Faktor Eksternal
Meliputi faktor sosial, faktor keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, faktor
lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
2) Faktor Internal
Faktor internal terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah (fisiologis) yang termasuk faktor ini misalnya
penglihatan , struktur tubuh, dan sebagainya.
b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun perolehan yang
terdiri dari faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kemampuan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, aktivitas, motivasi, dan
sebagainya.
Kemampuan manusia tidaklah bersifat sederhana, tetapi sangat kompleks
dan terdiri dari berbagai kecerdasan atau kemampuan alami. Menurut Gardner
dalam buku karya Amstrong (2002) kemampuan manusia terdiri dari 8
kemampuan. Kemampuan tersebut antara lain:
a) Kemampuan linguistik/verbal
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata
secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi.
Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk:
berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis.
b) Kemampuan logika
Kecerdasan Logis-Matematis melibatkan ketrampilan mengolah angka
dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dalam
kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat untuk: menganalisa
laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau
mencerna laporan sebuah penelitian.
c) Kemampuan visual-spasial
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk
memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau
menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. . Kita
membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya:
saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau
melukis, menikmati karya seni, dsb.
d) Kemampuan kinestetik
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh dan
juga kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kita sangat
memerlukan kecerdasan yang satu ini, misalnya: membuka tutup botol,
memasang lampu di rumah, memperbaiki mobil, olah raga, dansa, dsb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e) Kemampuan musikal
Kecerdasan Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan lagu,
mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau
sekedar menikmati musik.
f) Kemampuan interpersonal
Kecerdasan antarpribadi melibatkan kemampuan untuk memahami dan
bekerja dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk
pribadi, keluarga, dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak
diperlukan dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting" dari
kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidup. Kecerdasan
antarpribadi ini melibatkan banyak hal, misalnya: kemampuan
berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan "membaca orang",
kemampuan berteman, dsb.
g) Kemampuan intrapersonal
Kecerdasan Intrapribadi adalah kecerdasan memahami diri sendiri,
kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya”, untuk
mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan
kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk
mempercayai diri sendiri.
h) Kemampuan naturalis
Kecerdasan Naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentuk-
bentuk alam di sekitar kita. Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan
kecerdasan ini untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek
ekologi.
Kemampuan-kemampuan tersebut tidak beroperasi secara sendiri-sendiri.
Kemampuan tersebut dapat digunakan pada suatu waktu yang bersamaan dan
cenderung saling melengkapi satu sama lain saat seseorang memecahkan masalah.
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai ulangan
siswa RSBI pada materi ikatan kimia kelas X yang disajikan dalam bahasa
Inggris. Prestasi yang terukur merupakan pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep materi ikatan kimia. Dan dengan instrumen dalam bahasa Inggris, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dapat ditemukan hubungan antara kemampuan bahasa Inggris dengan prestasi
siswa.
7. Chemical Bond
Chemical bond is a bonding or an attraction between atoms which forms a
molecule. The bonding atoms could be form the same element or different. Atoms
in nature tend to combine with others to form a molecule or a compound, except
the noble gas elements. Atoms combine in order to gain a stable electron
configuration.
a. Stability of Element
In this sub-chapter, you will learn about the stability of noble gas
elements, the Lewis symbol to ease us in studying the chemical bond and
how atoms gain a stability achieve the electron structure of noble gases.
1) Stability of Noble Gas Elements
Atoms can be grouped into metallic, non-metallic, semi metallic and
noble gas atoms. Noble gas atoms are stable, whereas other atoms are
unstable. Noble gas atoms have stable outer shell configurations
because they have a full valence shell of electrons. The electron
configuration of noble gases is called duplet configuration (for
He) and octet configuration(for others except He).
Table 1. Valence Electrons of Noble Gases
Atom Electron configuration Electron valence2He10Ne18Ar36Kr54Xe86Rn
22 82 8 82 8 18 82 8 18 18 82 8 18 32 18 8
288888
2) The Other Unstable Atoms Way in Achieving Stability
The outer shell of metallic and non metallic atoms did not fully fill.
That is why the atoms are unstable. To have their stability, those
chemical elements tend to bonding to each other, to achieve noble
gases electron configuration. It was done by transfering their valence
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
electron, or sharing pairs of valence electrons by two atoms. See the
table below.
Table 2. The Tendency of Elements to Achieve the Stability
Group Electronvalence
Electronconfiguration
Tendency to achievethe stability
IAIIAIIIAIVAVAVIAVIIA
1234567
3Li : 2 14Be: 2 25B : 2 36C : 2 47N : 2 58O : 2 69F : 2 7
Lose 1 electronLose 2 electronLose 3 electronGain 4 electronGain 3 electronGain 2 electronGain 1 electron
Atoms that loosed their electrons will have change into positive ions or
cations. For example the formation of positive ion of sodium (Na+)
below.
Na → Na+ + e
Electron configuration of sodium are 11Na : 2 8 1. To achieve its
stability, sodium tends to loose 1 electron.
Atoms that capture alectrons will have change into negative ions or
anions. For example the formation of negative ion of chlorine (Cl-)
below.
Cl + e → Cl-
Electron configuration of chlorine are 17Cl : 2 8 7. To achieve its
stability, chlorine tends to capture 1 electron.
Usually metal groups will achieve their stability with lose their
electron because they have little electron valence, vice versa, non
metal will achieve their stability with gain electron or share their
electron.
3) Lewis Symbol
To help us in learning the chemical bonds between atoms, a system of
symbols called Lewis symbol was designed. The Lewis symbols
represent the number of electrons in outer shell.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
To draw a Lewis symbol, follow the steps below.
a) Write the chemical symbol of element.
b) Placed the dots surround the chemical symbol, maximum up to 4
dots. The next dots are placed in pairs with the dots before, until the
octet rule reached.
c) A dot represents one electron in the outer shell. The dot symbol can
be replaced by cross symbol (x), circle (o), etc.
Atoms in the same group have the same Lewis symbol. See the table
below.
Table 3. Lewis Symbol of Elements in Group A
Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
Simbol Li Be B C N O F Ne
b. Ionic Bond
Ionic bond is a bonding formed as a result of electron transfer. This
leads to the formation of positive and negative ions which have the
noble gases electron configurations. The positive and negative ions are
attracted to each other by an electrostatic force. The compund formed
from ionic bonds is called ionic compound.
Generally, ionic bonds arise from elements with low
electronegativity reacting with elements with high electronegativity. For
example is the ionic bonds between sodium
Na + Cl Na+
+ Cl-
Na+ +Cl- → NaCl
To achieve stability, sodium atom will donate one electron forming
positively charged ion Na+, while chlorine atom captures one electron
forming negatively charged ion Cl-. When sodium and chlorine are
combined, both will do an electron transfer. Sodium atom gives away 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
electron to chlorine atom and chlorine atom gains 1 electron from sodium
atom.
In ionic bonds, the total number of electrons donated must be the
same with total number of electron gained.
Ionic compounds have some physical properties. Among others are:
1) generally solids at room temperature,
2) have a high boiling and melting point,
3) conduct electricity when molten or in aqueous solution
4) hard but brittle.
c. Covalent Bond
Covalent bond is a bonding formed as a result of sharing a pair of
electron. The bonding formed is stabilized by the attractions between
electrons and nuclei, and the repellents between nucleuses.
Generally, covalent bond is formed by non-metallic atoms. If
the atoms experienced covalent bond derives from the same kind, then the
molecule formed is called element molecule. While the molecule formed
from different kindsof atoms is called compound molecule.
1) The formation of Single-Covalent Bond
A single covalent bond involves the sharing of a pair of electron
between two atoms. For example is a bond between 2 chlorine atoms
(electron configuration, 17Cl : 2 8 7).
Cl Cl+ Cl - Cl
To achieve stability, chlorine atoms need 1 additional electron. It is
impossible for 2 chlorine atoms to form ionic bond, because they have
the same ability to capture electrons. Therefore, each chlorine atoms
donate 1 electron to share in order to complete the octet rules.
2) The formation of Double-Covalent Bond
A double covalent bond is a covalent bond that involves the sharing of
more than a pair of electrons between atoms. There are two kinds of
double covalent bonds, that is a double bond and a triple bond. A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
double bond involves the sharing of two pairs of electron between
atoms. When three pairs of electrons shared between atoms, it will
make a triple bond. Examples for double covalent bond is O2 and for
triple bond is N2.
O O+ O = O
3) The formation of Coordinate-Covalent Bond
In some molecules, there is one atom that donates both the
electrons involved in the shared pair. The covalent formed in that kind
of molecules is called a coordinate covalent bond.
The example of coordinate covalent bond is reaction between NH3 and
BF3
N
H
H
H
+ B
F
F
F N
H
H
H
B
F
F
F
N in NH3 is stable atom, it have 8 electron and have one pair electron
which not use to bond with H. Then in BF3, B is not stable atom
because it just have 6 electron, so N donate it pair electron to B, it
symbolized with arrow between N and B.
4) The polarity of Covalent Bonds
A main principle in covalent bonds is the electron sharing between
atoms. If a shared pair of electron moves closer to one atom, it will
produce a polarization. It means that each atom will have a different
opposite charge, that is positive and negative.
Covalent compounds have some physical properties. Among others:
have the form of solid, gas and liquid at room temperature,
have a low boiling and melting point,
mostly cannot conduct electricity
generally soft.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Metallic Bond
A bonding formed between metallic atoms is called metallic bond.
The example is bond between atom Fe in iron metal. Metallic bond has its
own characteristic compared with ionic bond and covalent bond. Metallic
atoms tend to loose their outer shell electrons and forming a positively
charge. The cations thus produced are held together by the forces of
attraction between them and the negatively charged electrons. These
electrons are found in a common pool and are free to move between all the
cations ( Justiana & Muchtaridi, 2009: 67-107).
Example of metallic bond
Gambar 2. Contoh Ikatan Logam
B. Kerangka Berfikir
Dalam mempelajari pelajaran kimia pada pokok bahasan ikatan kimia
banyak dijumpai konsep-konsep yang berhubungan dengan materi sebelumnya
yaitu materi SPU sehingga dalam mempelajari pelajaran kimia pada pokok
bahasan ikatan kimia tidak akan terlepas dari kemampuan awal dalam memahami
materi SPU. Menurut Dochy et al (1999), telah ditemukan korelasi yang tinggi
antara prior knowledge dan kecepatan dan ketepatan perilaku studi (Strangman &
Hall, 2004: 3).
Kemampuan bahasa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam
membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis pada
penerapan situasi praktis. Kemampuan ini menunjang pola pikir yang bersifat
umum dan praktis logis. Kemampuan bahasa dapat juga dikatakan sebagai
37
d. Metallic Bond
A bonding formed between metallic atoms is called metallic bond.
The example is bond between atom Fe in iron metal. Metallic bond has its
own characteristic compared with ionic bond and covalent bond. Metallic
atoms tend to loose their outer shell electrons and forming a positively
charge. The cations thus produced are held together by the forces of
attraction between them and the negatively charged electrons. These
electrons are found in a common pool and are free to move between all the
cations ( Justiana & Muchtaridi, 2009: 67-107).
Example of metallic bond
Gambar 2. Contoh Ikatan Logam
B. Kerangka Berfikir
Dalam mempelajari pelajaran kimia pada pokok bahasan ikatan kimia
banyak dijumpai konsep-konsep yang berhubungan dengan materi sebelumnya
yaitu materi SPU sehingga dalam mempelajari pelajaran kimia pada pokok
bahasan ikatan kimia tidak akan terlepas dari kemampuan awal dalam memahami
materi SPU. Menurut Dochy et al (1999), telah ditemukan korelasi yang tinggi
antara prior knowledge dan kecepatan dan ketepatan perilaku studi (Strangman &
Hall, 2004: 3).
Kemampuan bahasa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam
membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis pada
penerapan situasi praktis. Kemampuan ini menunjang pola pikir yang bersifat
umum dan praktis logis. Kemampuan bahasa dapat juga dikatakan sebagai
37
d. Metallic Bond
A bonding formed between metallic atoms is called metallic bond.
The example is bond between atom Fe in iron metal. Metallic bond has its
own characteristic compared with ionic bond and covalent bond. Metallic
atoms tend to loose their outer shell electrons and forming a positively
charge. The cations thus produced are held together by the forces of
attraction between them and the negatively charged electrons. These
electrons are found in a common pool and are free to move between all the
cations ( Justiana & Muchtaridi, 2009: 67-107).
Example of metallic bond
Gambar 2. Contoh Ikatan Logam
B. Kerangka Berfikir
Dalam mempelajari pelajaran kimia pada pokok bahasan ikatan kimia
banyak dijumpai konsep-konsep yang berhubungan dengan materi sebelumnya
yaitu materi SPU sehingga dalam mempelajari pelajaran kimia pada pokok
bahasan ikatan kimia tidak akan terlepas dari kemampuan awal dalam memahami
materi SPU. Menurut Dochy et al (1999), telah ditemukan korelasi yang tinggi
antara prior knowledge dan kecepatan dan ketepatan perilaku studi (Strangman &
Hall, 2004: 3).
Kemampuan bahasa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam
membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis pada
penerapan situasi praktis. Kemampuan ini menunjang pola pikir yang bersifat
umum dan praktis logis. Kemampuan bahasa dapat juga dikatakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kemampuan khusus yang dimiliki seseorang dalam bahasa. Menurut Diaz (1983)
kemampuan yang lebih tinggi dari bilingualisme berhubungan dengan pencapaian
kognitif yang lebih tinggi juga (Hakuta & Gracia, 1989: 375). Di SMA Batik 1
Surakarta, yang merupakan sekolah RSBI dimana proses kegiatan belajar
mengajar mulai menggunakan bahasa Inggris, kemampuan bahasa yang dimiliki
siswa akan sangat mempengaruhi kepahaman siswa terhadap kimia yang disajikan
menggunakan bahasa Inggris, terutama dalam menyelesaikan soal-soal kimia.
Sikap siswa terhadap kimia ikut berperan penting. Menurut Bloom (1979),
ada bukti-bukti tentang efek karakteristik afektif berkaitan dengan nilai di sekolah
belajar. Hal ini menyatakan bahwa keberhasilan akademis secara langsung atau
tidak langsung berhubungan dengan banyak faktor. Karakteristik afektif dapat
dianggap sebagai salah satu faktornya. Dalam hal ini, ini bisa faktor afektif adalah
seperti sikap, efektivitas diri, motivasi, dan ketertarikan siswa di kelas. Jika siswa
merasa tertarik dengan kimia, maka siswa akan belajar lebih baik lagi (Kan &
Akbas, 2006: 76).
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara khusus
dalam hal menyelesaikan soal tentang ikatan kimia, bebarapa faktor yang
berpengaruh adalah kemampuan awal/ prior knowledge, kemampuan bahasa dan
sikap siswa terhadap kimia.
Dari uraian diatas dapat dibuat bagan sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka Berpikir Penelitian
SISWA
PriorKnowledge
KemampuanBahasa
Sikap
Prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran serta pemasalahan yang
diajukan, hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
1. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara Prior Knowledge dengan
prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok
ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013.
2. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara kemampuan bahasa dengan
prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok
ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013.
3. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara sikap siswa dengan prestasi
belajar siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok ikatan kimia
tahun ajaran 2012/2013.
4. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara Prior Knowledge, kemampuan
bahasa dan sikap siswa dengan prestasi belajar siswa kelas X SMA Batik 1
Surakarta materi pokok ikatan kimia tahun ajaran 2012/2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta kelas X tahun ajaran
2012/2013. SMA Batik 1 merupakan salah satu sekolah RSBI di Surakarta yang
terletak di Jl. Slamet Riyadi 445 dengan akreditasi A.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan dan Perijinan
Tahap ini meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi,
permohonan ijin penelitian dan konsultasi instrumen penelitian dengan dosen
pembimbing.
b. Tahap Penelitian
Tahap ini meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu uji
coba instrumen dan pelaksanaan pengambilan data baik dengan tes, angket dan
dokumentasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan September- November 2012.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap ini meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
Tabel 4. Jadwal Kegiatan Penelitian
KegiatanTahun 2012
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1. Pembuatanproposal
2. Uji cobainstrumen
3. Penelitian danPengambilandata
4. Penyusunan hasilpenelitian
5. Pelaporan hasilpenelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Rancangan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional
adalah penelitian yang akan melihat hubungan antara variabel atau beberapa variabel
dengan variabel lain. Dalam penelitian ini akan dicari hubungan antara prior
knowledge, kemampuan bahasa dan sikap dengan prestasi belajar kimia siswa kelas X
RSBI SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 pada materi pokok ikatan
kimia.
Tabel 5. Rencana Penelitian Korelasi dan Regresi Linier Ganda
Sampel
Tes Prior knowledge (X1)
Analisis Korelasi dan
Regresi
Nilai Kemampuan bahasa Inggris(X2)
Angket sikap siswa terhadapkimia (X3)
Tes prestasi belajar kimia (Y)
Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Ada tiga variabel bebas yang digunakan yaitu prior knowledge, kemampuan
bahasa dan sikap, sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah prestasi siswa
pada materi ikatan kimia.
1. Variabel Bebas
a. Kemampuan awal / Prior knowledge
1) Definisi koseptual: penguasaan konsep-konsep tentang subject matter
knowledge yaitu materi Sistem Periodik Unsur
2) Definisi operasional: skor tes kemampuan awal siswa pada materi Sistem
Periodik Unsur.
3) Simbol: X1
4) Jenis data: interval
b. Kemampuan bahasa
1) Definisi konseptual: kemampuan siswa dalam memahami bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar yang digunakan di sekolah RSBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2) Definisi operasional: nilai UAN bahasa Inggris SMP.
3) Simbol: X2
4) Jenis data: interval
c. Sikap siswa
1) Definisi konseptual: sikap siswa terhadap mata pelajaran kimia.
2) Definisi operasional: skor angket siswa.
3) Simbol: X3
4) Jenis data: ordinal
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi siswa pada pokok bahasan
ikatan kimia.
a. Definisi konseptual : Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal ikatan
kimia yang disajikan dalam bahasa Inggris.
b. Definisi operasional: skor tes prestasi siswa pada materi ikatan kimia.
c. Simbol: Y
d. Jenis data: interval
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 108). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta tahun
ajaran 2012/2013.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:
109). Dalam penelitian ini, hanya diteliti sebagian dari populasi yang ada sehingga
penelitian ini merupakan penelitian sampel yaitu tiga kelas dari Sembilan kelas yang
ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
D. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling, yaitu
penentuan sampel dengan cara undian untuk mengambil 3 kelas dari 9 kelas yang
ada. Sebelum dilakukan randomisasi, populasi sebelumnya diuji homogenitasnya
dengan metode Bartlett, setelah diketahui bahwa populasi homogen maka dilakukan
teknik random dan diperoleh tiga kelas yaitu X2, X6, dan X8.
E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk dapat menguji hipotesis, diperlukan beberapa data yang akan diuji.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya
dalam dokumen-dokumen yang telah ada (Budiyono, 2009: 54). Dalam
penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan
bahasa Inggris siswa.
b. Teknik Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 127). Pada
penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang prior knowledge
dan prestasi siswa pada ikatan kimia.
c. Teknik Angket
Definisi angket sama dengan kuesioner. Arikunto (2010:128)
mendefinisikan bahwa, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Sebelum angket digunakan
untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu diujicobakan. Teknik ini dilakukan
untuk mengumpulkan data tentang sikap siswa. Dalam penelitian ini teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sikap siswa terhadap
kimia. Penskoran untuk butir angket dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1) Skor untuk butir angket yang bernilai positif
Skor 4 untuk jawaban sangat setuju
Skor 3 untuk jawaban setuju
Skor 2 untuk jawaban tidak setuju
Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
2) Skor untuk butir angket yang bernilai negatif.
Skor 1 untuk jawaban sangat setuju
Skor 2 untuk jawaban setuju
Skor 3 untuk jawaban tidak setuju
Skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju
2. Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini meliputi tes untuk prior knowledge
dan prestasi siswa pada materi ikatan kimia yang disajikan dalam bahasa Inggris,
serta angket sikap siswa terhadap pelajaran kimia.
a. Instrumen Penelitian Bentuk Tes
Untuk penilaian prior knowledge dan prestasi belajar dengan
menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum digunakan, instrumen
penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal.
b. Instrumen Penilaian Bentuk Angket
Instrumen penilaian sikap berprestasi siswa berupa angket. Jenis angket
yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan
jawaban. Siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif
jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
F. Validasi Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian Bentuk Tes
a. Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah kecocokan diantara isi alat ukur (tes) dengan isi sasaran
ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai validitas isi yang baik adalah tes
yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai
sesuai dengan kontent pengajaran yang tercantum dalam kurikulum.
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen
memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregory (2007) untuk melihat
validitas isi secara keseluruhan.
Pada formula Gregory, diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa
kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk
menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila
dicocokan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut :( ) = + + +( Gregory, 2007: 123)
Dimana,
A = Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B = Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan
menurut Panelis II
C = Jumlah item yang relevan menurut Panelis I dan kurang relevan
menurut Panelis II
D = Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka dianalisis dapat
dilanjutkan. Penentuan validitas didasarkan pada harga CV yang melampaui
harga kriteria yaitu sebesar 0,700. Ringkasan hasil uji validitas soal kognitif
dan prior knowledge setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada tabel 6 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
didapatkan bahwa instrumen untuk soal kognitif dan prior knowledge sudah
valid sehingga dapat diujicobakan. Sedangkan analisis hasil uji validitas soal
kognitif dan prior knowledge dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 12
dan Lampiran 10.
Tabel 6. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji ValiditasSoal pada Aspek Kognitif dan Prior Knowledge
Jenis Soal Jumlah SoalSoal
RelevanSoal belum
RelevanNilai CV
Kognitif 35 30 5 0.857Prior knowledge 25 21 4 0.84
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa kedua instrumen soal analisanya
dapat dilanjutkan karena CV> 0.700. Namun, untuk soal yang belum relevan
dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum diuji coba di lapangan.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan ketelitian suatu alat ukur. Alat ukur
dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya, konsisten atau stabil. Mengenai
reliabilitas yang dimaksud pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana
pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila
dilakukan kembali untuk mengukur terhadap subyek yang sama. Reliabilitas
soal tes dinyatakan dengan indeks reliabilitas (r11) yang diukur dengan rumus
Kuder dan Richardson 20 yang dikenal dengan rumus K-R 20 yang
dirumuskan sebagai :
Keterangan :
r1 = indeks reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subyek yang menjawab benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
q = proporsi subyek yang menjawab salah
n = jumlah butir soal
S2 = variansi total
Setelah diperoleh harga r11 kemudian dikonsultasikan dengan tabel r
produk momen. Apabila r11 lebih besar dari rtabel dikatakan instrumen tersebut
reliabel. Namun ada cara lain yang lebih sederhana dan mudah, yaitu
menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang diperoleh atau
nilai r, digunakan patokan dari Arikunto (2010: 319) sebagai berikut :
Besarnya nilai r Interpretasi
0,8 ≤ r ≤ 1,0 Tinggi
0,6 ≤ r ˂ 0,8 Cukup
0,4 ≤ r ˂ 0,6 Agak rendah
0,2 ≤ r ˂ 0,4 Rendah
0,0 ≤ r ˂ 0,2 Sangat rendah
Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif dan prior
knowledge terangkum dalam Tabel 7 dan didapatkan bahwa semua instrumen
bentuk tes reliabel. Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif
dan prior knowledge yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 15 dan
Lampiran 13.
Tabel 7. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji ReliabilitasSoal pada Aspek Kognitif dan Prior Knowledge
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Kognitif 35 0.703 Cukup reliabelPrior knowledge 25 0.789 Cukup reliabel
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa
yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam
bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan
jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item.
=Keterangan :
IK : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N : Kelompok siswa
Skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu
item
Klasifikasi Indeks Kesukaran adalah sebagai berikut :
0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah
0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang
0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar
(Depdiknas, 2007: 9)
Hasil uji coba tingkat kesukaran instrumen soal penilaian kognitif dan
prior knowledge terangkum dalam Tabel 8. Hasil uji tingkat kesukaran
instrumen soal penilaian kognitif dan prior knowledge yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 17 dan Lampiran 16.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada soal kognitif dari 35 soal ada 24
soal dengan taraf sukar, 8 soal dengan taraf sedang dan 3 soal dengan taraf
mudah. Dan dari soal prior knowledge dari 25 soal terdapat 5 soal dengan
taraf sukar, 12 soal dengan taraf sedang dan 9 soal dengan taraf mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 8. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji TingkatKesukaran Soal pada Aspek Kognitif dan Prior Knowledge
Jenis soal Jumlah SoalTingkat Kesukaran Soal
Mudah Sedang SukarKognitif 35 3 8 24
Priorknowledge
25 9 12 5
d. Uji Daya Pembeda Soal
Daya beda butir merupakan kemampuan sebuah soal untuk
membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa
berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Dalam penelitian
ini untuk menentukan daya pembeda butir pada instrumen kognitif, digunakan
formula point biseral. Formula rumus korelasi point biserial adalah :
=
Dimana :
rxy : koefisien korelasi
Mp : rerata skor total dari sejumlah subyek yang menjawab soal benar
pada item yang ditentukan validitasnya
Mt : rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal
Sx : Standar deviasi dari skor total
p : proporsi peserta yang menjawab benar
q : proporsi peserta yang menjawab salah (q= 1-p)
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut
negatif : tidak baik (butir soal dibuang)
0.00 ≤ r ˂ 0.20 : jelek (soal dibuang)
0.20 ≤ r ˂ 0.40 : cukup (soal diperbaiki)
0.40 ≤ r ˂ 0.70 : baik (soal diterima)
0.70 ≤ r ˂ 1.00 : baik sekali
(Arikunto , 2010:214)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Hasil uji coba daya pembeda instrumen soal penilaian kognitif dan
prior knowledge yang dilakukan terangkum dalam Tabel 9. Hasil uji daya
pembeda soal yang lebih rinci bisa dilihat pada Lampiran 17 dan Lampiran
16.
Tabel 9. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji DayaPembeda Soal pada Aspek Kognitif dan Prior Knowledge
Jenis SoalJumlah
SoalKriteria
Jelek Cukup Baik Baik SekaliKognitif 35 - 8 23 4
Prior knowledge 25 - 7 16 2
Pada soal kognitif ikatan kimia ada delapan soal yang daya bedanya
cukup yaitu nomor 3, 4, 10, 12, 20, 24, 28 dan 31, hanya perlu dilakukan
perbaikan sebelum instrumen digunakan.
Untuk soal prior knowledge tidak ditemukan soal dengan daya beda
jelek, namun hanya ditemukan tujuh soal yang daya beda cukup yaitu nomor
4, 9, 14 dan 17, sehingga ketujuh soal tersebut hanya perlu diperbaiki.
2. Instrumen Penelitian Bentuk Angket
a. Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam angket sama dengan uji validitas
dalam soal test yaitu validitas isi. Validitas isi adalah kecocokan diantara isi
alat ukur (tes) dengan isi sasaran ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai
validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan
materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan kontent pengajaran yang
tercantum dalam kurikulum.
Formula yang digunakan adalah formula Gregory. Pada formula
Gregory, diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara
indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokan dengan butir-
butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut :( ) = + + +( Gregory, 2007: 123)
Dimana,
A = Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B = Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan
menurut Panelis II
C = Jumlah item yang relevan menurut Panelis I dan kurang relevan
menurut Panelis II
D = Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka dianalisis dapat
dilanjutkan. Penentuan validitas didasarkan pada harga CV yang melampaui
harga kriteria yaitu sebesar 0,700. Ringkasan hasil uji validitas angket setelah
dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 10 dan didapatkan hasil bahwa
instrumen angket valid sehingga dapat diujicobakan. Sedangkan analisis hasil
uji validitas angket sikap siswa terhadap mata pelajaran kimia dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran 11.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji ValiditasAngket Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran Kimia
Jenis SoalJumlah
SoalNilai CV
KriteriaValid Invalid
Angket sikap 30 0.82 √
b. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dimana :
r11 = reliabilitas tes
k = banyaknya butir soalΣ = jumlah variansi butir
= variansi soal
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya
bukan 0 dan 1, misalnya angket atau soal yang berbentuk uraian.
( Arikunto , 2010 :171)
Hasil uji coba reliabilitas instrumen angket sikap siswa terangkum
dalam Tabel 11 dan didapatkan bahwa instrumen bentuk angket sudah
reliabel. Hasil uji coba reliabititas instrumen soal penilaian angket sikap siswa
terhadap mata pelajaran kimia yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran
14.
Tabel 11. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji ReliabilitasAngket Siswa terhadap Mata Pelajaran Kimia
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas KriteriaAngket sikap 30 0.835 Reliabilitas tinggi
G. Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas sampel dimaksudkan untuk menguji normal
tidaknya sampel. Pengujian diadakan dengan maksud untuk melihat normal
tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Untuk menguji normalitas ini
digunakan metode Kolmogorov Smirnov. Metode ini digunakan apabila
sampel diambil secara random dan data berskala interval atau rasio, dengan
prosedur:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Taraf signifikansi (α) = 0.05
3) Statistik Uji
)()( 0 xFxFSupD nx
Dimana
)(xFn adalah nilai peluang kumulatif (fungsi distribusi kumulatif)
berdasarkan data sampel
)(0 xF adalah nilai peluang kumulatif (fungsi distribusi kumulatif )
dibawah Ho P(Z<Zi)
4) Daerah kritik
DK = {D | D > Dα,n)
5) Keputusan uji
H0 ditolak dan H1 diterima bila Sig < 0.05
Atau H0 diterima dan H1 ditolak bila Sig > 0.05
Bila menggunakan SPSS 17, maka langkah-langkah uji normalitasnya
adalah sebagai berikut:
1) Klik Analyze → Descriptive Statistics → Explore
Setelah itu akan terbuka kotak dialog Explore. Pindahkan semua variabel
yang akan diuji ke kotak Dependent List.
2) Pada Display klik Plots, selanjutnya akan terbuka kotak dialog Explore:
Plots. Pilih Normality plots with test.
3) Klik Continue, lalu klik OK.
4) Bila hasil Signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b. Uji Independensi
Uji Independensi antar variabel bebas dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui bahwa antar variabel bebas tidak saling berkaitan atau tidak ada
multikolinieritas dalam residu (Budiyono, 2009: 277). Dampak yang
diakibatkan dengan adanya multikolinieritas antara lain:
Nilai standard error untuk masing- masing koefisien menjadi tinggi,
sehingga t hitung menjadi rendah.
Standard error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya
variabel independen.
Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi.
(Priyatno, 2009: 60)
Pengujian indepedensi menggunakan rumus korelasi product momen
Karl Pearson.
1) Hipotesis
H0 = Xi dan Yj independen, i ≠ j, i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3
H1 = Xi dan Yj dependen, i = j, i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3
2) Taraf signifikansi: α = 0.05
3) Statistik Uji
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
N = jumlah responden penelitian
X = Jumlah skor variasbel bebas X
Y = Jumlah skor variabel bebas Y
4) Daerah Kritik
DK = {rxy | rxy > rtabel)
5) Keputusan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
H0 ditolak jika rxy ϵ DK
Untuk uji independensi menggunakan SPSS 17, langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1) Klik Analyze → Correlate → Bivariate
Setelah itu akan terbuka kotak dialog Bivariate Correlations. Pindahkan
semua variabel yang akan diuji ke kotak Variables.
2) Pada Correlation Coefficients pilih Pearson.
3) Pada Test of Significance pilih Two-tailed.
4) Klik OK.
5) Bila nilai Signifikansi > 0,05 maka variabel tersebut saling independen.
c. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan
varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik
mensyaratkan tidak adanya masalah heterokedastisitas karena akan
menyebabkan estimator tidak efisien dan nilai koefisien determinasi menjadi
sangat tinggi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan uji
metode grafik. Jika titik- titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah
heterokedastisitas (Priyatno, 2009: 60).
Selain dengan grafik adanya heterokedastisitas dapat diketahui juga
dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser secara umum dinotasikan
sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0: X2 tidak mempengaruhi |e|
H1: X2 mempengaruhi |e|
2) Taraf signifikansi (α) = 0.05
3) Statistik yang digunakan
|e| = b1 + b2X2 + v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dimana, |e| : Nilai absolut dari regresi yang dihasilkan model
X2 : Variabel penjelas
4) Keputusan Uji
H0 ditolak dan H1 diterima bila Sig < 0.05
Atau H0 diterima dan H1 ditolak bila Sig > 0.05
Bila variabel penjelas secara statistik signifikan mempengaruhi
residual maka dapat dipastikan model ini memiliki masalah heterokedastisitas.
Langkah uji heterokedastisitas dengan SPSS 17 adalah sebagai berikut:
1) Mencari understandardized residual dengan cara klik Analyze →
Regression → Linier setelah itu akan terbuka kotak dialog Linier
Regression. Pindahkan variabel Prestasi (Y) ke kotak Dependent,
kemudian pindahkan semua variabel bebas (prior knowledge, kemampuan
bahasa, sikap siswa) ke dalam kotak Independent.
2) Klik Save pada display Linier Regression setelah itu akan muncul kotak
dialog Linier Regression: Save pada Residuals pilih Unstandardized klik
Continue lalu OK.
3) Selanjutnya pilih Transform → Compute Variable, setelah itu akan
terbuka kotak dialog Compute Variable, selanjutnya pada Target Variable
ketikkan Abresid, pada Function group pilih All dan pada Functions and
Special Variables pilih Abs. Kemudian masukkan Unstandardized
Residual (RES_1) ke Numeric Expression → OK.
4) Kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi dengan cara Analyze →
Regression → Linier, akan setelah itu akan terbuka kotak dialog Linier
Regression. Pindahkan variabel Abresid ke kotak Dependent, kemudian
pindahkan semua variabel bebas (prior knowledge, kemampuan bahasa,
sikap siswa) ke dalam kotak Independent → OK.
5) Bila hasil Signifikansi dari setiap variabel > 0,05, maka disimpulkan tidak
ada masalah heterokedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
d. Uji Linieritas regresi
Persyaratan selanjutnya mengharuskan adanya hubungan fungsional
antara variabel X dan Y yang linier, serta regresi dan koefisien regresinya
berarti. Untuk menguji linieritas prior knowledge dengan prestasi belajar
kimia, kemampuan bahasa dengan prestasi belajar kimia maupun sikap
dengan prestasi belajar kimia digunakan rumus sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0: Hubungan antara X dan Y linier
H1: Hubungan antara X dan Y tidak linier
2) Taraf signifikansi (α) = 0.05
3) Statistik yang digunakan =Keterangan:
RKR = Rata-rata Kuadrat Regresi
RKE = Rata-rata Kuadrat Error
4) Daerah kritik (DK) = { F | Fobs ˂ Fα; k-2, n-k}
5) Keputusan uji
H0 diterima jika Fobs ϵ DK
6) Kesimpulan
Hubungan antara X dan Y linier bila H0 diterima
Hubungan antara X dan Y tidak linier bila H0 ditolak
Bila uji linieritas regresi dilakukan dengan SPSS 17, maka langkahnya
adalah sebagai berikut:
1) Klik Analyze → Compare Means → Means. Selanjutnya akan muncul
kotak dialog Means, kemudian masukkan variabel prestasi (Y) ke kotak
Dependent dan semua variabel bebas ke kotak Independent. Lalu klik
Options dan pilih Test of Linierity → Continue → OK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2) Bila Signifikansi pada Deviation of Linierity > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara X dan Y linier.
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
melakukan uji hipotesis yaitu yang meliputi analisis korelasi linierdan analisis
korelasi ganda.
a. Analisis Korelasi Linier
Koefisien korelasi linier
Kekuatan relasi antara X dan Y dinyatakan dengan koefisien korelasi
linear. Adapun rumus untuk menghitung koefisien korelasi linear dengan
menggunakan formula koefisien momen produk Karl Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
X = X1 = X2 = X3 = variabel bebas
Y = variabel terikat
N = jumlah siswa
Dari harga rxy dapat diketahui hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat yang ada,yaitu:
rxy < 0 berarti ada hubungan negatif yaitu bila nilai variabel bebas
meningkat maka nilai variabel terikat menurun atau sebaliknya
rxy = 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dan terikat
rxy > 0 berarti ada hubungan positif yaitu bila vaitu bila nilai variabel
bebas meningkat maka nilai variabel terikat juga meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dari nilai rxy positif dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Besarnya nilai r Interpretasi1,00
0,75 ≤ r < 0,99
0,50 ≤ r < 0,75
0,25 ≤ r < 0,50
0,00 < r < 0,25
0,00
Korelasi sempurna
Korelasi sangat kuat
Korelasi kuat
Korelasi cukup
Korelasi Rendah
Tak berkorelasi(Sarwono, 2010: 119)
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Linier
1) Hipotesis
H0 : ρ ≤ 0 (tidak berarti)
H0 : ρ > 0 (berarti)
2) Taraf signifikansi (α) = 0.05
3) Statistik uji
, = √ − 21 −4) Daerah kritik
DK = { t | t > tα, n-2}
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika t ϵ DK
(Budiyono, 2009: 272)
Untuk uji korelasi linier menggunakan SPSS 17, langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1) Klik Analyze → Correlate → Bivariate
Setelah itu akan terbuka kotak dialog Bivariate Correlations. Pindahkan
semua variabel yang akan diuji ke kotak Variables.
2) Pada Correlation Coefficients pilih Pearson.
3) Pada Test of Significance pilih Two-tailed.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4) Klik OK.
5) Bila nilai Signifikansi < 0,05 maka korelasi antar variabel tersebut
signifikan.
b. Analisis Korelasi Linier Ganda
Koefisien korelasi linier ganda
Koefiseien korelasi Y pada X1, X2, X3 disajikan dengan Ry123 sebagai
berikut:
. = .Dengan
. = + += − (∑ )(∑ )= − (∑ )
(Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1985: 350)
Uji signifikansi koefisien korelasi linier ganda
1) Hipotesis
H0: Hubungan Linier ganda antara X1, X2, X3 dan Y tidak berarti (tidak
signifikan)
H1: hubungan linier ganda antara X1, X2, X3 dan Y berarti (signifikan)
2) Statistik yang digunakan= /(1 − )/ (n – k – 1)3) Taraf signifikansi (α) = 0.05
4) Daerah kritik (DK) = { F | F ˂ Fα; k, n-k-1}
5) Keputusan uji
H0 diterima jika F0 ≤ F tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
H0 ditolak jika F0 > F tabel
6) Kesimpulan
Hubungan Linier ganda antara X1, X2, X3 dan Y tidak berarti/tidak
signifikan bila H0 diterima.
Hubungan Linier ganda antara X1, X2, X3 dan Y berarti/signifikan bila H0
ditolak
Untuk uji korelasi ganda menggunakan SPSS 17, maka digunakan
analisis regresi linier ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut
1) Klik Analyze → Regression → Linier, setelah itu akan muncul kotak
dialog Linier Regrssion, kemudian pindahkan variabel prestasi (Y) ke
kotak Dependent, kemudian masukkan semua variabel bebas ke kotak
Independent.
2) Klik tombol Statistics, selanjutnya akan muncul kotak dialog Linier
Regression Statistics. Pilih Estimates, Model fit, Collinearity diagnostics
untuk menguji multikolinieritas/ indepedensi → Continue.
3) Untuk uji heterokedastisitas dengan plot maka klik Plots, selanjutnya
kotak dialog Linier Regression: Plots akan terbuka, masukkan *ZRESID
(Standardized Residual) ke kotak Y, dan *ZPRED (Standardized Predicted
Value) ke kotak X. Selanjutnya pilih Normal probability plot untuk uji
normalitas → Continue → OK.
3. Persamaan Regresi
Setelah diketahui bahwa ada korelasi antara variabel terikat dan variabel
bebas, kemudian dapat dicari fungsi liniernya dengan bentuk persamaan sebagai
berikut: = + + +Y = nilai variabel terikat (prestasi siswa pada materi ikatan
kimia)
bo, b1, b2, b3 = konstanta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
X1 = prior knowledge
X2 = kemampuan bahasa
X3 = sikap siswa terhadap kimia
Nilai konstanta b0 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:= ∑ ∑ − ∑∑ − (∑ )Sedangkan untuk b1, b2, b3, dapat dhitung dengan rumus:= ∑ ∑ − ∑∑ − (∑ )
Untuk analisis persamaan regresi dengan SPSS 17, langkahnya sama
dengan uji korelasi linier ganda, karena output dari uji tersebut sudah memuat
koefisien dari setiap variabel.
4. Sumbangan Prediktor
Ada dua jenis sumbangan prediktor, yaitu sumbangan efektif dan sumbangan
relatif. Jumlah sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien
determinasi, sedangkan jumlah sumbangan relatif untuk semua variabel bebasnya
sama dengan 1 (100%) (Budiyono, 2009: 293).
Koefisien determinasi
Koefisien determinasi linier ganda antara X dan Y didefinisikan sebagai berikut:
. = + +dimana= − (∑ )(∑ )
= − (∑ )Dari definisi tersebut, maka sumbangan efektif didefinisikan sebagai berikut:= 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Adapun sumbangan relatif didefinisikan:= 100%Dengan i= 1, 2, 3 dan r2 = r2
y.123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai prior knowledge,
kemampuan bahasa, sikap dan prestasi belajar siswa pada materi pokok ikatan
kimia pada aspek kognitif. Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini
adalah 94 siswa dari kelas X2, X6 dan X8 di SMA Batik 1 Surakarta tahun
pelajaran 2012/ 2013. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan deskripsi data
penelitian dari masing-masing variabel.
1. Prior knowledge
Pengumpulan data tentang prior knowledge adalah dengan
menggunakan tes tertulis pada materi Sistem Periodik Unsur (SPU) yang
merupakan materi prasyarat untuk materi Ikatan kimia. Nilai interval dari prior
knowledge ini adalah berkisar antara 0 – 100. Dari hasil skor jawaban tes
tertulis prior knowledge di dapat skor tertinggi adalah 80 dan skor terendah
adalah 24, dengan rata-rata sebesar 67,8, median sebesar 68, modus sebesar 64,
dan standar deviasi sebesar 8,9. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 19 dan Lampiran 20. Deskripsi data penelitian mengenai prior
knowledge secara ringkas disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Deskripsi Data Prior knowledge (X1)
No Interval Fo Frekuensi Relatif (%)1 24 – 31 1 1,12 32 – 39 0 03 40 – 47 0 04 48 – 55 5 5,35 56 – 63 11 11,76 64 – 71 32 34,07 72 – 79 39 41,58 80 – 87 6 6,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Data tersebut dapat digambarkan dalam histogram pada Gambar 4.
Gambar 4. Histogram Data Prior knowledge (X1)
Pada Gambar 4 dan Tabel 12 dapat dilihat bahwa frekuensi paling
rendah berada pada interval yang paling rendah juga yaitu 24 – 31 dengan
jumlah populasi hanya 1 siswa, sedangkan pada interval 32 – 39 dan 40 – 47
tidak memiliki frekuensi, artinya tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada
interval tersebut. Untuk frekuensi tertinggi prior knowledge berada pada
interval 72 – 79 dengan frekuensi relatif 41,5% atau setara dengan 39 siswa.
Sedangkan pada interval tertinggi yaitu 80 – 87 populasinya hanya 6 siswa.
2. Kemampuan Bahasa
Pengumpulan data tentang kemampuan bahasa adalah dengan
menggunakan teknik dokumentasi nilai UAN SMP pada mata pelajaran bahasa
Inggris. Nilai interval dari kemampuan bahasa ini adalah berkisar antara 0 –
100. Dari hasil dokumentasi di dapat skor tertinggi adalah 94 dan skor terendah
adalah 22, dengan rata-rata sebesar 62,8, median sebesar 66, modus sebesar 72
dan standar deviasi sebesar 15,9. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 19 dan Lampiran 20 Deskripsi data penelitian mengenai
kemampuan bahasa secara ringkas disajikan pada Tabel 13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 13. Deskripsi Data Kemampuan Bahasa (X2)
No Interval Fo Frekuensi Relatif (%)1 22 – 31 4 4,22 32 – 41 5 5,33 42 – 51 14 14,94 52 – 61 16 17,05 62 – 71 20 21,36 72 – 81 24 25,57 82 – 91 10 10,68 92 – 100 1 1,1
Data tersebut dapat digambarkan dalam histogram pada Gambar 5.
Gambar 5. Histogram Data Kemampuan Bahasa (X2)
Dari Tabel 13 dan Gambar 5 diketahui bahwa frekuensi terendah justru
berada pada interval tertinggi yaitu antara 92 – 100 dengan frekuensi hanya 1
siswa. Sedangkan frekuensi terbesar berada pada interval 72 – 81 dengan
populasi 24 siswa atau sekitar 25,5%.
3. Sikap Siswa
Pengumpulan data tentang sikap siswa khususnya sikap siswa terhadap
mata pelajaran kimia adalah dengan menggunakan teknik angket. Umumnya
data sikap digolongkan menjadi ordinal, namun untuk penelitian ini data sikap
disajikan dalam bentuk interval agar dapat dianalisa menggunakan korelasi
regresi. Nilai interval dari sikap siswa ini adalah berkisar antara 30 – 120. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
hasil angket di dapat skor tertinggi adalah 115 dan skor terendah adalah 75,
dengan rata-rata sebesar 94,4, median sebesar 94, modus sebesar 90 dan
standar deviasi sebesar 8,6. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 19 dan Lampiran 20 Deskripsi data penelitian sikap siswa terhadap
mata pelajaran kimia secara ringkas disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Deskripsi Data Sikap Siswa terhadap Kimia (X3)
No Interval Fo Frekuensi Relatif (%)1 75 – 80 3 3,22 81 – 86 14 14,93 87 – 92 24 25,54 93 – 98 27 28,75 99 – 104 9 9,66 105 – 110 14 14,97 111 – 116 3 3,2
Data tersebut dapat digambarkan dalam histogram pada Gambar 6.
Gambar 6. Histogram Data Sikap Siswa terhadap Kimia (X3)
Pada Tabel 14 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa ada dua interval
yang memiliki frekuensi terendah yaitu 75 – 80 dan 111 – 116 dengan
frekuensi 3 siswa. Sedangkan frekuensi terbesar ada pada interval 93 – 98
dengan frekuensi 27 siswa. Selain itu ada dua interval lain yang memiliki
frekuensi yang sama yaitu pada interval 81 – 86 dan 105 – 110 dengan
frekuensi 14 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
4. Prestasi Belajar
Pengumpulan data tentang prestasi siswa pada materi ikatan kimia
adalah dengan menggunakan tes tertulis. Nilai interval dari prestasi ini adalah
berkisar antara 0 – 100. Dari hasil tes di dapat skor tertinggi adalah 88 dan skor
terendah adalah 40, dengan rata-rata sebesar 72,5, median sebesar 74, modus
sebesar 76 dan standar deviasi sebesar 7,3. Untuk perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 19 dan Lampiran 20. Deskripsi data penelitian
sikap siswa terhadap mata pelajaran kimia secara ringkas disajikan pada Tabel
15.
Tabel 15. Deskripsi Data Prestasi Siswa (Y)
No Interval Fo Frekuensi Relatif (%)1 40 – 46 1 1,12 47 – 53 0 03 54 – 60 3 3,24 61 – 67 20 21,35 68 – 74 31 33,06 75 – 81 33 35,17 82 – 88 6 6,4
Data tersebut dapat digambarkan dalam histogram pada Gambar 7.
Gambar 7. Histogram Data Prestasi Siswa (Y)
Pada Tabel 15 dan Gambar 7 terlihat bahwa frekuensi terendah berada
pada interval terendah yaitu 40 – 46 dengan frekuensi 1 siswa. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pada interval 47 – 53 tidak ada siswa yang memiliki nilai pada interval
tersebut. Kemudian untuk frekuensi tertinggi berada pada interval 75 – 81
dengan frekuensi 33 siswa.
B. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan uji prasyarat dan uji regresi linier ganda, data dari
variabel bebas dan terikat distandarisasi terlebih dahulu menggunakan salah satu
perintah yang ada di SPSS 17. Hal ini dilakukan karena interval dari nilai prior
knowledge, kemampuan bahasa dan prestasi berada antara 0-100, sedangkan nilai
angket sikap siswa terhadap kimia berada antara 30-120. Penstandaran dilakukan
agar lebih mudah dalam pembacaan hasil output dari analisa data.
1. Uji Normalitas
Data-data tentang prior knowledge, kemampuan bahasa, sikap siswa,
prestasi siswa dan residu yang diperoleh dari penelitian kemudian diuji
normalitasnya menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas
tercantum dalam Lampiran 21 sedangkan ringkasan hasil uji normalitas
terangkum dalam Tabel 16.
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prior knowledge, KemampuanBahasa, Sikap Siswa dan Prestasi
No Variabel Sig. Kesimpulan1 Prior knowledge 0,840 Normal2 Kemampuan Bahasa 0,200 Normal3 Sikap Siswa 0,199 Normal4 Prestasi 0,200 Normal5 Residu 0,200 Normal
Tampak dari Tabel 16 bahwa harga Sig. > 0,05, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Independensi/ Uji Multikolinieritas
Uji independensi disebut juga uji multikolonieritas, multikolinieritas
adalah keadaan dimana dua variabel saling independen. Adanya
multikolinieritas menyebabkan pengaruh masing- masing variabel independen
sulit dideteksi. Untuk menguji independensi dilakukan dengan dua cara. Cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
pertama melihat nilai VIF yang tertera pada hasil output pada analisis yang
menggunakan SPSS 17. Hasil uji independensi tercantum dalam Lampiran 28.
Ringkasan hasil uji independensi terangkum pada Tabel 17.
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Independensi Prior knowledge, KemampuanBahasa, dan Sikap Siswa
No Variabel VIF Kesimpulan
1. Prior knowledge 1,021 Tidak terjadi multikolineritas2. Kemampuan Bahasa 1,004 Tidak terjadi multikolineritas3. Sikap Siswa 1,016 Tidak terjadi multikolineritas
Hasil uji dikatakan tidak terjadi multikolinieritas apabila harga 0,1 <
VIF < 10 (Priyatno, 2009: 60). Berdasarkan data pada tabel 17 di atas dapat
dilihat bahwa harga VIF berada diantara 0,1 dan 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
Cara kedua adalah dengan menggunakan rumus korelasi Pearson. Hasil
uji dengan rumus Karl Pearson tercantum dalam Lampiran 22. Ringkasan hasil
uji independensi dengan rumus Karl Pearson terangkum pada Tabel 18.
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Independensi Prior knowledge, KemampuanBahasa, dan Sikap Siswa dengan rumus Karl Pearson
No Variabel Kemampuan Bahasa Sikap Siswa
1.Prior
knowledgeKorelasi -0,063 0,127
sig. 0,545 0,223
2.Kemampuan
BahasaKorelasi 1 0,000
sig. 0,998
Hasil uji dikatakan independen bila sig. > 0,05. Berdasarkan Tabel 18
diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara variabel- variabel nilai sig. > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel-
variabel tersebut atau saling independen.
3. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan
varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
tidak adanya masalah heterokedastisitas karena akan menyebabkan estimator
tidak efisien dan nilai koefisien determinasi menjadi sangat tinggi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan
melihat pola titik-titik pada Gambar 8. Jika titik- titik menyebar dengan pola
yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
masalah heterokedastisitas.
Gambar 8. Scatterterplot Uji Heterokedastisitas
Selain dengan metode grafik, uji ini juga dapat dilakukan dengan Uji
Glejser. Hasil uji dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 23. Dari perhitungan
SPSS diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T Sig.B Std. Error Beta
(Constant) 10.276 5.422 1.895 .061
Prior Know -.037 .046 -.084 -.794 .429
KemampuanBahasa
-.008 .026 -.034 -.327 .744
Sikap -.027 .047 -.061 -.579 .564
Dari Tabel 20 nilai t tidak ada yang signifikan karena signifikansi pada
variabel-variabel > 0,05, sehingga disimpulkan tidak ada masalah
heterokedastisitas.
a. Dependent Variable: ABRESID
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4. Uji Linieritas Regresi
Uji asumsi selanjutnya untuk regresi linier berganda adalah uji linieritas.
Uji linieritas dilakukan antara prior knowledge dengan prestasi, kemampuan
bahasa dengan prestasi serta sikap dengan prestasi.
a. Uji Linieritas Prior knowledge (X1) terhadap Prestasi Belajar (Y)
Uji linieritas pertama adalah antara prior knowledge dan prestasi
siswa. Hasil output uji linieritas dengan menggunakan SPSS dapat dilihat
pada Lampiran 24. Rangkumannya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Uji Linieritas Prior knowledge dengan Prestasi Belajar
Sum ofSquares Df
MeanSquare F Sig.
prestasi *PriorKnow
BetweenGroups
(Combined) 1574.091 9 174.899 4.335 .000
Linearity 969.104 1 969.104 24.017 .000
Deviation fromLinearity
604.987 8 75.623 1.874 .075
Within Groups 3389.409 84 40.350
Total 4963.500 93
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa Sig. pada Deviation from
Linearity adalah 0,075. Bila Sig. > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi antara prior knowledge dan prestasi bersifat linier.
b. Uji Linieritas Kemampuan Bahasa (X2) terhadap Prestasi Belajar (Y)
Uji linieritas selanjutnya adalah antara kemampuan bahasa dengan
prestasi belajar. Hasil output uji linieritas dengan menggunakan SPSS
dapat dilihat pada Lampiran 24. Rangkumannya dapat dilihat pada Tabel
21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 21. Hasil Uji Linieritas Kemampuan Bahasa dengan Prestasi Belajar
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
prestasi *KemampuanBahasa
BetweenGroups
(Combined) 1939.845 30 64.662 1.347 .159
Linearity 258.109 1 258.109 5.378 .024
Deviationfrom Linearity
1681.736 29 57.991 1.208 .262
Within Groups 3023.655 63 47.995
Total 4963.500 93
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa Sig. pada Deviation from
Linearity adalah 0,262. Bila Sig. > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi antara kemampuan bahasa dan prestasi bersifat linier.
c. Uji Linieritas Sikap Siswa (X3) terhadap Prestasi Belajar (Y)
Uji linieritas selanjutnya adalah antara sikap siswa dengan prestasi
belajar. Hasil output uji linieritas dengan menggunakan SPSS dapat dilihat
pada Lampiran 24. Rangkumannya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Hasil Uji Linieritas Sikap Siswa dengan Prestasi Belajar
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
prestasi* sikap
BetweenGroups
(Combined) 1622.617 31 52.342 .971 .523
Linearity 335.506 1 335.506 6.226 .015
Deviation fromLinearity
1287.110 30 42.904 .796 .750
Within Groups 3340.883 62 53.885
Total 4963.500 93
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa Sig. pada Deviation from
Linearity adalah 0,750. Bila Sig. > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi antara sikap siswa dan prestasi bersifat linier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
C. Pengujian Hipotesis
Setelah uji asumsi dalam regresi linier berganda terpenuhi, maka
dilakukan uji korelasi baik secara serentak maupun secara sendiri-sendiri untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh korelasi positif yang signifikan antara
variabel- variabel bebas dengan variabel terikat. Selanjutnya dilakukan uji regresi
linier berganda untuk mendapatkan persamaan regresi antara variabel- variabel
bebas dengan variabel terikat.
1. Uji Hipotesis Pertama
Uji regresi linier dapat dilakukan bila terbukti ada korelasi antara variabel
bebas dengan variabel terikatnya. Hipotesis pertama menyatakan bahwa ada
korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge dengan prestasi siswa.
Dengan,
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara prior knowledge dengan
prestasi siswa.
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara prior knowledge dengan prestasi
siswa.
Tabel 23. Hasil Uji Korelasi antara Prior knowledge dengan Prestasi Siswa
Correlations
Zscore: PriorKnow
Zscore:Kemampuan
BahasaZscore:sikap
Zscore:prestasi
Zscore: PriorKnow
PearsonCorrelation
1 -.063 .127 .442
Sig. (2-tailed) .545 .223 .000
N 94 94 94 94*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa hasil Sig. uji t-dua pihak antara prior
knowledge dengan prestasi siswa adalah 0,00. Karena Sig. < 0,05 maka H0
ditolak, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prior
knowledge dengan prestasi siswa.
Setelah diketahui ada hubungan yang signifikan antara prior knowledge
dengan prestasi siswa, maka dari Tabel 23. dapat dilihat bahwa koefisien korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
antara prior knowledge dengan prestasi adalah 0,442 yang mempunyai arti bahwa
ada korelasi positif yang cukup kuat antara prior knowledge dengan prestasi.
Dengan demikian dari uji hipotesis pertama disimpulkan bahwa ada korelasi
positif yang signifikan antara prior knowledge dengan prestasi siswa.
2. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa ada korelasi positif yang signifikan
antara kemampuan bahasa dengan prestasi siswa.
Dengan,
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kemampuan bahasa dengan
prestasi siswa.
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan bahasa dengan
prestasi siswa.
Tabel 24. Hasil Uji Korelasi antara Kemampuan Bahasa dan Prestasi Siswa
Correlations
Zscore: PriorKnow
Zscore:Kemampuan
BahasaZscore:sikap
Zscore:prestasi
Zscre:KemampuanBahasa
PearsonCorrelation
-.063 1 .000 .228
Sig. (2-tailed) .545 .998 .027*
N 94 94 94 94*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa hasil Sig. uji t-dua pihak antara
kemampuan bahasa dengan prestasi siswa adalah 0,027. Karena Sig. < 0,050
maka H0 ditolak, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kemampuan bahasa dengan prestasi siswa.
Setelah diketahui ada hubungan yang signifikan antara kemampuan bahasa
dengan prestasi siswa, maka dari Tabel 24. dapat dilihat bahwa koefisien korelasi
antara kemampuan bahasa dengan prestasi adalah 0,228 yang menunjukkan
bahwa ada korelasi positif yang rendah antara kemampuan bahasa dengan
prestasi. Dengan demikian dari uji hipotesis kedua disimpulkan bahwa ada
korelasi positif yang signifikan antara kemampuan bahasa dengan prestasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Uji Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa ada korelasi positif yang signifikan
antara kemampuan sikap siswa dengan prestasi siswa.
Dengan,
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan prestasi
siswa.
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan prestasi siswa.
Tabel 25. Hasil Uji Korelasi antara Sikap Siswa dan Prestasi Siswa
Correlations
Zscore: PriorKnow
Zscore:Kemampuan
BahasaZscore:sikap
Zscore:prestasi
Zscre: Sikap PearsonCorrelation
.127 .000 1 .260*
Sig. (2-tailed) .223 .998 .011
N 94 94 94 94*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa hasil Sig. uji t-dua pihak antara sikap
siswa dengan prestasi siswa adalah 0,011. Karena Sig. < 0,050 maka H0 ditolak,
sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa
dengan prestasi siswa.
Setelah diketahui ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan
prestasi siswa, maka dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara
sikap siswa dengan prestasi adalah 0,260 yang menunjukkan bahwa ada korelasi
positif yang cukup kuat antara sikap siswa dengan prestasi siswa.
Dengan demikian dari uji hipotesis ketiga disimpulkan bahwa ada korelasi
positif yang signifikan antara sikap siswa dengan prestasi siswa.
4. Uji Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat menyatakan bahwa ada korelasi positif yang signifikan
antara prior knowledge, kemampuan bahasa dan sikap siswa dengan prestasi
siswa.
Dengan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara prior knowledge,
kemampuan bahasa dan sikap siswa dengan prestasi siswa.
H1: Ada hubungan yang signifikan antara prior knowledge, kemampuan
bahasa dan sikap siswa dengan prestasi siswa.
Tabel 26. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Linier
ANOVAb
ModelSum ofSquares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 28.129 3 9.376 13.008 .000a
Residual 64.871 90 .721
Total 93.000 93
a. Predictors: (Constant), Zscore: sikap, Zscore: Kemampuan Bahasa, Zscore: Prior Know
b. Dependent Variable: Zscore: prestasi
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa nilai F hitung (13,008) > F tabel (2,706)
sehingga disimpulkan bahwa ada prior knowledge, kemampuan bahasa dan sikap
siswa secara serentak berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Kemudian untuk mengetahui signifikan atau tidaknya dapat dilihat dari
nilai signifikansinya. Karena nilai Sig. < 0,05, maka disimpulkan bahwa
hubungannya signifikan. Untuk mengetahui apakah korelasinya positif atau
negatif dapat dilihat pada koefisien regresinya untuk setiap variabel bebas yang
bisa dilihat pada Tabel 27. Dari Tabel 27 nilai b atau koefisien regresinya dari
prior knowledge, kemampuan bahasa maupun dari sikap siswa semuanya bernilai
positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki
korelasi yang positif terhadap prestasi siswa.
Untuk mengetahui keeratan hubungannya dapat dilihat dari nilai koefisien
korelasi ganda, dari hasil SPSS 17 diperoleh nilai koefisien korelasinya 0,550 ,
sehingga disimpulkan korelasinya cukup kuat dan koefisien korelasi berganda
yang bernilai positif juga menunjukkan bahwa korelasi antara prior knowledge,
kemampuan bahasa dan sikap siswa bersifat positif. Untuk hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 28. Dengan demikian dari uji hipotesis ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
disimpulkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara prior knowledge,
kemampuan bahasa dan sikap siswa dengan prestasi siswa.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya korelasi positif
yang signifikan antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dan
untuk mengetahui adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel- variabel
bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini dilakukan
terdapat tiga variabel bebas yaitu prior knowledge, kemampuan bahasa dan sikap
siswa. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi siswa pada materi ikatan
kimia. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling
dengan asumsi populasi bersifat homogen dan kemudian didapat tiga kelas dari
sembilan kelas yang ada. Populasi berasal dari siswa kelas X SMA Batik 1
Surakarta angkatan 2012/2013.
Secara garis besar perlakuan analisa yang dilakukan pada penelitian ini
meliputi empat tahap yaitu:
Uji asumsi seperti uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas dan
linieritas. Uji ini dilakukan dengan SPSS 17.
Uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel bebas
dengan variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan SPSS 17.
Uji regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan variabel-variabel
bebas dengan terikat secara serentak dan mengetahui persamaan
regresinya. Uji ini dilakukan dengan SPSS 17.
Uji terakhir adalah menghitung koefisien determinasi atau sumbangan
efektif dan sumbangan relatif variabel-variabel bebas dengan variabel
terikat baik secara serentak maupun parsial. Uji ini dilakukan secara
manual dengan excel karena dalam SPSS 17 belum disertakan hasil dari
perhitungan variabel-variabel bebas secara terpisah baik untuk sumbangan
relatif maupun efektifnya.
Untuk diingat, bahwa sebelum semua pengujian dilakukan maka data-data
dari keempat variabel harus distandarisasi karena adanya perbedaan interval.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Uji asumsi yang pada regresi linier berganda yaitu uji normalitas
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, uji multikolinieritas dilakukan
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang ada pada tiap variabel
bebas, kemudian uji heterokedastisitas dilakukan dengan metode grafik dan
perhitungan dengan uji Glejser, dan linieritas dilakukan dengan uji linieritas yang
ada pada menu SPSS 17.
Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi bivariat yang akan
menyelidiki hubungan antara dua variabel yaitu kuat atau tidaknya hubungan,
arah hubungan dan berarti atau tidanya hubungan. Korelasi yang digunakan
adalah korelasi Pearson, karena korelasi ini mengukur hubungan secara linier
pada skala interval.
Untuk uji regresi linier ganda dilakukan dengan metode backward. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan dalam SPSS 17 yang sering digunakan
seperti enter, stepwise dan backward. Bila menggunakan metode enter berarti
semua variabel bebas dimasukkan tanpa ada seleksi atau pengeluaran variabel
yang tidak cocok, kemudian untuk metode stepwise semua variabel akan
dimasukkan ke dalam model dan tidak ada yang dikeluarkan kecuali terdapat
penyimpangan data, sedangkan untuk metode backward semua variabel mula-
mula dimasukkan ke dalam model dan variabel yang tidak layak akan dikeluarkan
satu per satu. Dari hasil analisa data yang diperoleh dengan menggunakan metode
backward tidak ada variabel yang dikeluarkan, sehingga dapat disimpulkan semua
variabel bebas memenuhi kriteria.
Setelah dilakukan analisa maka dapat diketahui bahwa ada korelasi yang
signifikan antara prior knowledge dengan prestasi siswa dengan pengaruh yang
cukup kuat. Untuk kemampuan bahasa diketahui terdapat korelasi yang signifikan
antara kemampuan bahasa dengan prestasi siswa walaupun dengan pengaruh yang
rendah. Selain itu terdapat korelasi yang signifikan antara sikap siswa dengan
prestasi siswa dengan pengaruh yang cukup kuat. Pengaruh secara serentak dapat
dilihat dari model regresinya dan didapatkan bahwa model regresinya signifikan
serta koefisien-koefisien regresi yang bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan
ada korelasi yang signifikan antara variabel-variabel bebas dengan prestasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dalam analisis regresi linier berganda akan didapatkan suatu model yang
dapat memperkirakan hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel
terikatnya. Model yang didapat tercantum dalam Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Uji Koefisien dan Keberartian Model Regresi Linier
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.446E-15 .088 .000 1.000
Zscore: PriorKnow
.432 .089 .432 4.857 .000
Zscore:KemampuanBahasa
.255 .088 .255 2.895 .005
Zscore: sikap .205 .089 .205 2.312 .023
a. Dependent Variable: Zscore: prestasi
Dari Tabel 27 nilai B merupakan koefisien-koefisien yang ada pada model
regresi, sedangkan nilai t atau Sig. dapat digunakan untuk menentukan apakah
koefisien regresi tersebut signifikan atau tidak. Dari tabel dapat diketahui bahwa
model yang didapatkan yaitu:
Y= 6,44E-15 + 0,432 X1 + 0,255 X2 + 0,205 X3
Untuk mengetahui koefisien regresi dari masing-masing variabel
signifikan atau tidak, cukup dilihat nilai Sig. bila nilai Sig < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien regresi signifikan. Dari Tabel 27 dapat dilihat
bahwa nilai Sig. pada prior knowledge, kemampuan bahasa dan sikap siswa
semuanya < 0.05, sehingga disimpulkan bahwa seluruh koefisien regresi yang
didapat signifikan.
Persamaan regresi tersebut berarti
Konstanta b0 = 6,44E-15 artinya jika prior knowledge, kemampuan bahasa
dan sikap siswa nilainya 0, maka prestasi siswa nilainya positif sebesar
6,44E-15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Konstanta b1 = 0,432 artinya jika kemampuan bahasa dan sikap siswa
nilainya tetap, sedangkan prior knowledge nilainya ditingkatkan 1 maka
prestasi siswa akan meningkat sebesar 0,432.
Konstanta b2 = 0,255 artinya jika prior knowledge dan sikap siswa
nilainya tetap, sedangkan kemampuan bahasa nilainya ditingkatkan 1
maka prestasi siswa akan meningkat sebesar 0,255.
Konstanta b3 = 0,205 artinya jika prior knowledge dan kemampuan bahasa
nilainya tetap, sedangkan sikap siswa nilainya ditingkatkan 1 maka
prestasi siswa akan meningkat sebesar 0,255.
Bila persamaan regresi telah diperoleh, maka sumbangan efektif dan
sumbangan relatif dari masing-masing variabel dapat dihitung. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Sedangkan rangkuman sumbangan
setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Variabel- variabel bebasterhadap Prestasi Siswa
Variabel Sumbangan Efektif (%) Sumbangan Relatif (%)Prior knowledge 19,09 63,14
Kemampuan Bahasa 5,81 19,23Sikap Siswa 5,32 17,63
Jumlah 30,22 100
Dari Tabel 28 dapat diinterpretasikan bahwa kontribusi prior knowledge,
kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap prestasi adalah 30,22%, sedangkan
sisanya 69,78% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Kemudian dapat
dilihat bahwa sumbangan efektif maupun relatif dari prior knowledge >
kemampuan bahasa > sikap siswa.
Sumbangan efektif merupakan sumbangan variabel yang diteliti dilihat
dari keseluruhan variabel termasuk yang tidak diteliti. Sumbangan efektif prior
knowledge yaitu 19,09%, kemampuan bahasa 5,81% dan sikap siswa 5,32%.
Prior knowledge paling berkontribusi dibandingkan dengan kemampuan bahasa
dan sikap siswa dengan nilai sumbangan relatif 63,14%. Hal ini terjadi karena
prestasi yang diteliti adalah prestasi siswa pada materi ikatan kimia kelas X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
padahal materi tersebut membutuhkan materi prasyarat yang artinya siswa tidak
dapat menguasai ikatan kimia dengan baik bila belum menguasai materi
prasyaratnya, dalam hal ini materi prasyaratnya adalah materi SPU (Sistem
Periodik Unsur), sehingga prior knowledge paling berpengaruh dibandingkan
kedua variabel yang lain.
Kemudian pengaruh yang paling kuat setelah prior knowledge adalah
kemampuan bahasa, dengan sumbangan efektif sebesar 5,81% dan sumbangan
relatif sebesar 19,23%. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa RSBI dari SMA
Batik 1 Surakarta yang menggunakan bahasa Inggris termasuk dalam pemberian
materi maupun soal-soal. Kemampuan bahasa yang dimaksud adalah kemampuan
siswa dalam bahasa Inggris yang diambil dari nilai UAN SMP. Sedangkan
prestasi siswa yang digunakan adalah soal ikatan kimia yang disajikan dengan
menggunakan 100% bahasa Inggris, sehingga untuk memahami apa maksud dari
soal tersebut siswa harus menguasai kosa kata dalam bahasa Inggris. Walaupun
dalam ikatan kimia hanya sedikit kosa kata khusus untuk kimia, namun banyak
kosa kata yang jarang dipakai sehari- hari yang harus dimengerti oleh siswa,
seperti bond, pair, compound, element, atomic number, atomic radius dan
sebagainya. Oleh karena itu kemampuan bahasa menempati urutan kedua setelah
prior knowledge.
Selanjutnya kontribusi terkecil dari ketiga variabel tersebut adalah sikap
siswa terhadap kimia yaitu dengan sumbangan efektif 5,32% dan sumbangan
relatif 17,63%. Sikap siswa yang diteliti hanya terbatas pada sikap siswa terhadap
mata pelajaran kimia sehingga lingkup sikap disini sempit, tidak termasuk sikap
pada guru kimia, metode yang digunakan dalam menyampaikan materi kimia dan
media yang digunakan dalam materi ikatan kimia. Sehingga, sumbangan yang
diperoleh tidak terlalu besar dan menempati posisi terakhir dibandingkan prior
knowledge dan kemampuan bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara prestasi
belajar kimia siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta pada materi pokok ikatan
kimia tahun ajaran 2012/2013 dengan :
1. Prior Knowledge , terlihat dari uji t-dua pihak, dengan nilai signifikansi 0,000
< 0,050 dan koefisien korelasi Pearson sebesar 0,442.
2. Kemampuan bahasa, terlihat dari uji t-dua pihak, dengan nilai signifikansi
0,027 < 0,050 dan koefisien korelasi Pearson sebesar 0,228.
3. Sikap siswa, terlihat dari uji t-dua pihak, dengan nilai signifikansi 0,011 <
0,050 dan koefisien korelasi Pearson sebesar 0,260.
4. Prior knowledge, kemampuan bahasa dan sikap siswa, terlihat dari uji F,
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,050 dan koefisien korelasi ganda sebesar
0,550. Variabel prior knowledge (X1) memberikan sumbangan relatif terhadap
prestasi belajar pada pokok bahasan ikatan kimia sebesar 63,14 %. Variabel
kemampuan bahasa (X2) memberikan sumbangan relatif terhadap prestasi
belajar pada pokok bahasan ikatan kimia sebesar 19,23 %. Dan variabel sikap
siswa (X3) memberikan sumbangan relatif terhadap prestasi belajar pada
pokok bahasan ikatan kimia sebesar 17,63 %. Sehingga nampak bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap prestasi belajar pada
pokok bahasan ikatan kimia adalah prior knowledge. Sedangkan variabel yang
menempati urutan kedua kemampuan bahasa dan yang terakhir adalah sikap
siswa. Sumbangan efektif prior knowledge terhadap prestasi belajar pada
pokok bahasan ikatan kimia adalah 19,09 %, sumbangan efektif kemampuan
bahasa 5,81% dan sumbangan efektif sikap siswa sebesar 5,32%. Dengan
persamaan regresi linier ganda Y= 6,44E-15 + 0,432 X1 + 0,255 X2 + 0,205
X3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat penulis sampaikan
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Kesimpulan yang menyatakan terdapat korelasi positif yang signifikan
antara prior knowledge, kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap prestasi
belajar pada pokok bahasan ikatan kimia kelas X SMA Batik 1 Surakarta baik
secara sendiri-sendiri maupun serentak berarti membenarkan sekaligus
mendukung kajian teori yang ada, yang berarti bahwa teori yang menyatakan
terdapatnya hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat diterima
kebenarannya. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
dasar penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, peningkatan nilai prior
knowledge, kemampuan bahasa dan sikap siswa akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan ikatan kimia.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Siswa dianjurkan untuk melatih prior knowledge/kemampuan awal yang
dimiliki, kemampuan bahasa serta meningkatkan sikap positifnya terhadap
pelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan ikatan kimia, terutama untuk siswa sekolah RSBI.
2. Guru ataupun pihak sekolah hendaknya mengetahui bagaimana prior
knowledge/kemampuan awal, kemampuan bahasa dan sikap yang dimilki
oleh siswa dengan mengadakan tes dan diskusi bersama.
3. Guru hendaknya memberi perlakuan berbeda pada siswa yang memiliki prior
knowledge, kemampuan bahasa serta sikap yang rendah terhadap mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pelajaran kimia, yang dapat berupa penambahan jam belajar, tugas tambahan
ataupun pemberian motivasi untuk meningkatkan sikap positif siswa.
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh prior knowledge,
kemampuan bahasa dan sikap siswa pada pokok bahasan yang lain.