perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...kehutanan dan implikasinya terhadap putusan yang...

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI) Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Oleh : IMRON NURUL KOLBI E0008162 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: vonga

Post on 21-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH

PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN

PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG

KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM

(Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor:

571/pid/B/2006/PN.JBI)

Penulisan Hukum

( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh :

IMRON NURUL KOLBI

E0008162

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN

PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi

Nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

Oleh :

IMRON NURUL KOLBI

E0008162

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing I

Kristiyadi,SH,M.Hum NIP. 19581225 198601 1 001

Surakarta, April 2013

Pembimbing II

Muhammad Rustamaji, SH.,M.H NIP. 19821008 200501 1 001

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH

PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi

Nomor: 571/pid.B/2006/PN.JBI)

Oleh :

IMRON NURUL KOLBI E0008162

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 2 April 2013

1. Edy Herdyanto, S.H., M.H ………………………

( Ketua )

2. Kristiyadi, S.H., M.Hum ………………………

( Sekretaris )

3. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H ………………………

( Anggota )

Mengetahui Dekan,

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H,M.Hum NIP. 195702031985032001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

PERNYATAAN

Nama : IMRON NURUL KOLBI

NIM : E0008162

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH

PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA

PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM

(Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor:

571/pid/B/2006/PN.JBI)

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan

hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)

dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Maret 2013

Yang membuatpernyataan

IMRON NURUL KOLBI NIM.E0008162

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun

terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.

Jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu

kebaikannya.Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin

menyimpang dari kebenaran. Dan kalau kamu memutar balikkan

kenyataan atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q.S.An-Nisa 4 : 135 )

Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah SWT maka mohonlah dengan penuh

keyakinan bahwa doamu akan terkabul

(HR. Ahmad)

Jangan menunggu sukses baru bersyukur, tetapi bersyukurlah maka

perjalanan menuju kesuksesan akan terasa lebih mudah

(Merry Riana)

Jangan kamu tertawa setelah menunggu kamu merasa bahagia,tetapi

tertawalah terlebih dahulu maka pasti kamu akan mendapat bahagia

( Penulis)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini Penulis persembahkan

kepada :

Allah SWT, Dzat yang Maha Sempurna,

yang selalu melimpahkan rahmat dan

hidayah bagi hamba-Nya

Rasulullah Muhammad SAW, yang

selalu menjadi suri tauladan bagi umat-

Nya

Ibu Bapak dan kakak ku, doamu adalah

semangatku dan harapanmu adalah

motivasiku

Teman-temanku angkatan 2008, yang

selalu mendukungku

Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas setiap

kasih sayang-Nya, berkah dan rahmat-NYA sehingga Penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Penulisan Hukum yang berjudul “KAJIAN YURIDIS

PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM

MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG –

UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN

YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri

Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)”.

Penyusunan penulisan Hukum atau Skripsi merupakan tugas wajib yang

harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh

derajat sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak terlepas

dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai pihak,

dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Edy Herdyanto, SH., MH., selaku Ketua Bagian Hukum Acara.

3. Bapak Kristiyadi, SH, M.Hum dan Muhammad Rustamaji, S.H., M.H. selaku

pembimbing skripsi yang telah meyediakan waktu dan pikirannya untuk

memberikan banyak bimbingan, saran dan motivasi bagi Penulis untuk

menyelesaikan penulisan hukum ini.

4. Bapak Suranto, S.H.,M.H.,selaku pembimbing akademis, atas nasehat yang

berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum UNS.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

skripsi ini.

6. KetuaPPH Ibu Wida Astuti, S.H.,M.H. dan Hermawan Pribadi anggota PPH

yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

7. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu

bahan dalam penulisan skripsi ini

8. Ibu, Bapak dan kakak tercinta, orang tua yang luar biasa, terima kasih atas

setiap cinta, doa, kasih sayang, perhatian, harapan, dukungan, motivasi,

semangat dan segala yang telah kalian berikan yang tidak ternilai harganya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.

9. Saudara-saudara dan keluarga besar atas doa dan dukungan yang luar biasa

kepada penulis.

10. Gesti Kadhesta Susetyaningrum, seseorang yang menjadi teman, sahabat,

pacar, membuat penulis merasa memiliki adik, kekasih yang selalu ada selama

penulis menyelesaikan penulisan ini, motivator, yang selalu mendukungku

dengan kasih sayang, terima kasih atas setiap bantuan, doa yang selalu

diberikan kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat mbret FC yang penulis kenal sejak pertama penulis

menginjakan kaki di Fakultas Hukum, sahabat-sahabat yang memberi penulis

motivasi, saran, kritikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini,

12. Teman-teman yang selalu memberikan kebahagiaan, keceriaan, senyuman,

dan tawa di masa-masa kuliah : Oki Cimi, Dewi Ambar, Nisa Filia, Liya,Oni,

Kaka, Prila, Jelyke, Okti, Titis, Rio, Mas Bencok, Niko Mbambink, Dara

Wawan, Dani Botak, Dewa Bebek, Aziz, Suneo, Selalu semangat dan tetap

saling berbagi canda dan tawa dalam kondisi apapun. Semoga kita menjadi

orang-orang yang sukses.

13. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum UNS. Tak pernah ada kata sesal

pernah berada diantara kalian, terima kasih atas kebahagiaan dan kegembiraan

yang kita rangkai, sukses buat kita semua kawan .

14. Teman- teman TARUNG DERAJAT Solo dan AA BOXER terimakasih atas

sport dan semangatnya BOX.

15. Special buat sahabatku cewek – cewek seksi Nisa Filia dan Lia Listiyana atas

dukungan sport dalam mengerjakan skripsi ini.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau Skripsi ini masih jauh

dari sempurna baik dari segi substansi ataupun teknis penulisan.Untuk itu

sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat penulis

harapkan demi perbaikan penulisan hukum selanjutnya.Demikian semoga

penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk

penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.

Surakarta, Maret 2013

Penulis

IMRON NURUL KOLBI

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

ABSTRAK .................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

E. Metode Penelitian ..................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori......................................................................... 11

1. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian ................................ 11

2. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim........................... 17

3. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti Keterangan Ahli........ 23

4. Tinjauan Umum Tindak Pidanan Terhadap Hutan .............. 25

B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 32

BABIII HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 34

1. Identitas Terdakwa ............................................................ 34

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

2. Kasus Posisi ...................................................................... 34

3. Dakwaan ........................................................................... 35

4. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jambi ............................ 37

B. Pembahasan ............................................................................. 38

1. Analisis kesesuaian penggunan alat bukti ahli oleh

penuntut umum dalam kasus Nomor :571/PID.B/2006/

PN.JBI terhadap Pasal 187 KUHAP .................................. 38

2. Analisis implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh

penuntut umum dalam kasus Nomor :571/PID.B/2006/

PN.JBI. .............................................................................. 45

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................. 52

B. Saran ........................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran.......................................................... 32

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pungutan PSDH dan DR Kayu Bulat ............................................. 41

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

ABSTRACT Imron Nurul Kholbi, E0008162. JURIDICAL ANALYSIS OF USING EXPERT EVIDENCE PROVING THE PROSECUTOR GENERAL OF INDICTMENT INFRINGEMENT CASE LAWS OF FORESTRY AND IMPLICATIONS OF JUDGES RULING IMPOSED (Case Study in District Court Decision of Jambi number: 571/pid/B/2006/PN.JBI). Faculty of Law Sebelas Maret University of Surakarta.

The purpose of this law research is to know the laws of using of expert evidence by the prosecution to prove the charges in the case of violation of forest laws and also to determine its implications for the decision imposed by judge. Writing of this research include in normative law research. Where the approach was approach with study case, in writing of this law observed how the use of expert evidence by the prosecution in proving the case number: 571/pid/B/2006/PN. JBI was in conformity with the provisions of Section 187 Criminal Procedure Code as well as the juridical implications of the use of evidence by the prosecution to prove the charges in case number: 571/pid/B/2006/PN. JBI to the decision of handed down by judge.Secondary source research of materials used include primary law, secondary law materials. Collection technique of material law source used was literary study. Analysis technique of material law in research was qualitative technique, where the research of this law was trying to understand or comprehend the symptom observed and then linking or connecting materials law was relevant and made reverence in law research literature. The last step drawn out conclusion from research source were processed, so that at last can be knew about using expert evidence by the prosecution to prove the charges in the case of violations of forest law and its implications for the decision handed down by the judge.

Based on the result of this research can be concluded that indeed the use of expert evidence by the prosecution in proving the case number: 571/pid/B/2006/PN.JBI was in conformity with the provisions of the Code of Criminal Procedure Article 187 As well as the legal implications of using of expert evidence by the prosecution the general verdict handed down against the judge.

Key words : expert testimony, expert evidence, indicment, infrigation case laws of forestry

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

ABSTRAK

Imron Nurul Kolbi ,E0008162. KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Tujuan dari penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan dakwaan perkara pelanggaran undang-undang kehutanan dan juga untuk mengetahui implikasinya terhadap putusan yang dijatuhkan hakim. Penulisan hukum ini termasuk kedalam penelitian hukum normative. Dimana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan dengan studi kasus, dalam penulisan hukum ini meninjau bagaimana penggunan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan perkara nomor :571/pid/B/2006/PN.JBI sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 187 KUHAP serta implikasi yuridis penggunaan alat bukti oleh penuntut umum dalam membuktikan dakwaan perkara nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI terhadap putusan yang dijatuhkan hakim.Sumber penelitian sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan sumber bahan hukum yaitu studi kepustakaan. Teknik analisa bahan hukum dalam penelitian adalah teknik kualitatif, dimana penelitian hukum ini berusaha untuk mengerti atau memahami gejala yang diteliti untuk kemudian mengkaitkan atau menghubungkan bahan-bahan hukum yang relevan dan menjadi acuan dalam penelitian hukum kepustakaan. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan dari sumber penelitian yang diolah. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa memang benar penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan perkara nomor:571/pid/B/2006/PN.JBI sudah sesuai dengan ketentuan dalam pasal 187 KUHAP Serta adanya implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum tersebut terhadap putusan yang dijatuhkan hakim.

Kata kunci : keterangan ahli, alat bukti ahli, Dakwaan, Pelanggaran undang- undang kehutanan.

.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hutan adalah kekayaan alam yang perlu dan sangat penting untuk

dilindunggi, banyak manfaat yang dikandung dengan keberadaan

hutan.Manfaat itu tentunya untuk kepentingan negara, masyarakat, kelestarian

sumber daya alam serta mencegah hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh

hilang atau rusaknya ekosistem hutan.

Dengan luasan hutan di Indonesia hal tersebut juga memicu banyak

kejahatan hutan atau tindak pidana di bidang hutan. Tindak pidana di bidang

hutan sendiri adalah “perbuatan yang dilarang peraturan kehutanan dan

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dengan ancaman

sanksi pidana bagi barangsiapa yang karena kesalahannya melanggar

larangan tersebut”.(http://blogmhariyanto.blogspot.com/2010/04/ tindak-

pidana-kehutanan.html/ diakses tanggal 1 oktober 2012 pukul 19.30 WIB).

Mengenai kejahatan hutan atau tindak pidana di bidang hutan yang

ada di Indonesia antara lain yaitu yang terbesar adalah illegal loging. Ilegal

loging yang terjadi di Indonesia dahulu pernah dianggap sebagai kasus yang

paling parah sehingga beberapa LSM dunia yang menyatakan bahwa

kerusakan hutan di Indonesia sampai dengan atau sampai sama dengan sekitar

10 kali luas lapangan bola per hari. Sebagai gambaran “Mencermati data yang

disampaikan oleh salah satu lembaga internasional LSM atau melalui

konferensi internasional tentang kerusakan hutan di Dunia antara lainForest

Stewardship Council (FSC) dimana organisasi dunia tersebut selain

menyampaikan bahwa kerusakan hutan Indonesia mencapai 10 kali luas

lapangan bola juga menyampaikan bahwa Indonesia juga menempati

peringkat tinggi dalam hal tindak pidana illegal loging, sebagai gambaran

Indonesia adalah pemilik 126,8 juta hektar hutan. Hutan seluas ini merupakan

tempat tinggal dan pendukung kehidupan 46 juta penduduk lingkar

hutan.Namun, saat ini, hutan Indonesia berada dalam kondisi kritis.Laju

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perusakan hutan diIndonesiamencapai 2 juta hektar per tahun.Artinya, tiap

tahun kita kehilangan areal hutan kurang lebih seluas Pulau Bali.Kerusakan

hutan kita dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kayu,

meluasnya konversi hutan menjadi perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada

pengakuan terhadap hak rakyat dalam pengelolaan hutan.”

(http://mujaiyah.wordpress.com/2011/12/23/hutan-indonesia/ dikutip Rabu,13

Februari 2013 :19:45 )

Selain kejahatan-kejahatan hutan yang bersifat makro seperti yang

sudah disebutkan penulis tadi,adapula kejahatan-kejahatan yang bersifat

mikro atau lebih kecil misalnya kejahatan penadahan kayu hasil pencurian

hutan,penyelundupan kayu,penggelapan hasil hutan dan lain sebagainya.

Namun untuk menyoroti lebih lagi tentang kejahatan-kejahatn

terhadap hutan tersebut yang tergolong dalam kejahatan yang snagat rumit

untuk diketahui lebih lagi mengenai hal penghitungan kerugian atau jumlah

kerugian yang secara keseluruhan dialami Negara karena kejahatan-kejahatan

terhadap hutan tersebut,serta proses pengklasifikasian jenis-jenis hutan yang

mengalami kejahatan tersebut untuk menentukan kejahatan yang dilakukan

tersangka pelaku tindak pidana di bidang hutan .

Karena dalam penegakan hukumnya tidak sederhana ,maka karena

tidak sederhana tersebut dibutuhkan petunjuk atau keterangan dari seorang

ahli untuk memperjelas kasus-kasus yang terjadi.

Sebagai contohnya adalah kasus yang peneliti teliti/kaji yaitu kasus

yang terjadi di Propinsi Jambi yaitu kasus Nomor :571/pid/B/2006/PN.JBI

yang menerangkan bahwa si pelaku melakukan kejahatan yang bersifat mikro

yaitu upaya penadahan atas hasil hutan yang dilindungi oleh Negara,ketika

dalam proses penyelidikan pihak kepolisian dan jaksa mengalami sebuah

kesulitan atau hambatan yang ditemukan yaitu dalam hal perhitungan secara

teknis mengenai kerugian hutan secara keseluruhan.

Maka pada posisi ini keberadaan seorang ahli mempunyai peranan

yang sangat penting, hal itu dikarenakan posisi seorang ahli dihadirkan untuk

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

memperjelas atau membuat jelas dalam proses penghitungan total kerugian

yang dialami.

Ketika suatu kasus yang tergolong kasus yang rumit dan tidak

sederhana dalam proses penyelidikan kasus tersebut bertemu dengan seorang

ahli yang memang mempunyai kemampuan untuk membantu proses

penyelidikan dengan mengkajinya maka kajian-kajian seperti ini menjadi

sangat penting, karena kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan hutan

tidak dihadirkan seorang ahli yang mempunyai kempuan di bidang tersebut

atau kajian-kajian yang disampaikan oleh ahli semacam ini tidak dilakukan

oleh pihak kepolisian atau jaksa penuntut umum maka akan menimbulkan

akses bahwa kerugian yang ditimbulkan dengan pengetahuan hukuman yang

dijatuhkan oleh majelis hakim tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan si

pelaku.

Hal tersebut akan membuat akibat yang negative untuk pelaku-pelaku

yang tidak akan menimbulkan efek jera, dan bagi para penegak hukum yaitu

kehadiran seorang kepolisian dan jaksa penuntut umum tidak berfungsi

dengan baik atau tidak berfungsi secara maksimal, dan efek buruk bagi

hukum di Indonesia dianggap tidak dapat mengontrol kejahatan di bidang

kehutanan.

Karena seperti hal yang telah disampaikan oleh peneliti diatas

menganggap penting kehadiran seorang ahli karena mempunyai dampak luas

bagi masyarakat Indonesia.

Hal ini yang menjadikan penulis mempunyai suatu ketertarikan untuk

mengkaji permasalahan ini dengan lebih lanjut dimana isu hukumnya adalah

bagaimana penerapan ahli dalam memperjelas terjadinya suatu tindak pidana

kehutanan sehingga hakim dapat menjatuhkan sanksi yang setimpal bagi

pelaku dalam judul KAJIAN YURIDIS PENGGUNAAN ALAT BUKTI

AHLI OLEH PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN

DAKWAAN PERKARA PELANGGARAN UNDANG – UNDANG

KEHUTANAN DAN INMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri

Jambi Nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI).

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan

dibahas serta untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka perumusan

masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam

membuktikan perkara nomor 571/pid/B/2006/PN.JBI sudah sesuai

dengan ketentuan Pasal 187 KUHAP?

2. Bagaimanakah implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut

umum dalam membuktikan dakwaan perkara nomor 571/pid/B/2006/

PN.JBI terhadap putusan yang dijatuhkan hakim??

C. Tujuan Penulisan

Dalam suatu penelitian ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti.Tujuan tersebut tidak dilepas dari permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tujuan objektif

a. Untuk mengetahui mengenai penggunan alat bukti ahli oleh penuntut

umum dalam membuktikan perkara pelanggaran undang-undang

kehutanan sudah sesuai dengan ketentun Pasal 187 KUHAP

b. Untuk mengetahui secara jelas implikasi penggunaan alat bukti ahli

oleh penuntut umum dalam membuktikan dakwaan perkara

pelanggaran undang-undang kehutanan terhadap putusan yang

dijatuhkan hakim.

2. Tujuan subjektif

a. Untuk memperoleh bahan hukum sebagai olahan utama penyusunan

penulisan hukum (skripsi) agar dapat memenuhi persyaratan

akademis guna memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

b. Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman

aspek hukum di dalam teori dan praktek dalam lapangan hukum

khususnya tentang penggunaan bukti keterangan ahli oleh penuntut

umum

c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis ketahuai

agar dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat

pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Adanya suatu penelitian diharapkan memberikan manfaat yang

diperoleh terutama bagi bidang ilmu yang diteliti.Manfaat yang diperoleh dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum pada umumnya, dan hukum acara pada

khususnya.

b. Sebagai bahan masukan untuk pengkajian dan penulisan karya

ilmiah di bidang hukum

2. Manfaat praktis

a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam

mengimplementasikan ilmu yang diperoleh.

b. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu hukum pada

umumnya dan hukum pidana pada khususnya, yang berkaitan

dengan penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam

membuktikan dakwaan pelanggaran undang-undang kehutanan

c. Memeberikan gambaran secara jelas mengenai implikasi

penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan

dakwaan perkara pelanggaran undang-undang kehutanan terhadap

putusan yang dijatuhkan hakim.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam

konteks keilmuan yang terus berkembang. Seorang akan yakin bahwa ada

sebab bagi setiap akibat dari setiap gejala yang tampak dan dapat dicari

penjelasannya secara ilmiah. Penelitian sejatinya bersikap objektif karena

kesimpulan yang akan diperoleh hanya dapat ditarik apabila dilandasi dengan

bukti-bukti yang meyakinkan dan dikonklusikan melalui prosedur yang jelas,

sistematis, dan terkendali (Nomensen Sinamo, 2009:57).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif memiliki definisi

yang sama dengan penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu

penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang

fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer

dan sekunder (Johnny Ibrahim, 2006:44).

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat preskriptif. Ilmu hukum memiliki

karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai

ilmu hukum yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu

terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan,

rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud,

2005:22).

Penelitian ini bersifat Preskriptif karena berusaha menjawab isu

hukum yang diangkat dengan argumentasi, teori, atau konsep baru

sebagai preskripsi dalam memyelesaikan permasalahan yang dihadapi

(Peter Mahmud Marzuki, 2005:35).

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki pendekatan yang digunakan

dalam penulisan hukumadalah pendekatan undang-undang (statue

approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach),

pendekatan konseptual (conceptual approach)(Peter Mahmud Marzuki,

2005:93).

Berdasarkan beberapa pendekatan tersebut penulis akan

menggunakan pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus

dipilih karena dalam penulisan hukum ini penulis mencari kesusaian

antara alasan yang diajukan oleh terpidana dalam pemeriksaan

Peninjauan Kembali dan Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam

memeriksa dan memutus permohonan Peninjauan Kembali oleh

terpidana dalam perkara tindak pidana pembunuhan dengan aturan di

KUHAP.

4. Jenis Sumber Hukum

Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sumber

hukum sekunder. Sumber hukum sekunder mempunyai ruang lingkup

yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,

kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas

putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2008:141).

5. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan

pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun

yang penulis gunakan adalah :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

3) Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor:

671/pid/B/2006/PN.JBI)

4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah

Agung;

5) Undang-Undang Nomo 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman;dan

6) Undang-undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan

penjelasan hukum primer, seperti :

1) Hasil karya ilmiah para sarjana yang relevan dan/atau terkait

dalam penelitian ini.

2) Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

3) Buku-buku penunjang lain.

Bahan sekunder inilah yang digunakan oleh penulis sebagai sumber

bahan dalam penyusunan penelitian.

6. Pengumpulan Bahan Hukum.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan bahan hukumnya

adalah dengan dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan dengan cara

mengumpulkan bahan hukum yang berupa buku-buku dan bahan pustaka

lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti yang

digolongkan sesuai dengan katalogisasi.

Metode pengumpulan bahanhukum ini berguna untuk

mendapatkan landasan teori yang berupa pendapat para ahli mengenai hal

yang menjadi obyek penelitian seperti peraturan perundangan yang

berlaku dan berkaitan dengan hal-hal yang perlu diteliti.

7. Teknik Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum merupakan tahap yang paling penting

dalam suatu penelitian. Karena dalam penelitian ini bahan yang diperoleh

akan diproses dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai didapat suatu

kesimpulan yang nantinya akan menjadi hasil akhir dari penelitian.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Teknik analisis bahan hukum yang dipergunakan adalah analisis bahan

hukum yang bersifat deduksi dengan metode silogisme. Artinya bahwa

analisis bahan hukum ini mengutamakan pemikiran secara logika

sehingga akan menemukan sebab dari akibat yang terjadi.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai

sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan

hukum serta untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi

penulisan hukum ini, maka peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika

penulisan hukum yang terdiri dari 4 (empat) bab dimana tiap-tiap bab terbagi

dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman

mengenai seluruh isi penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan

hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I, penulis menguraikan latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan hukum (skripsi).

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini Penulis memberikan landasan teori atau memberikan

penjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum

yang Penulis gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara

universal mengenai persoalan yang berkaitan dengan

permasalahan yang sedang Penulis teliti.

Landasan teori tersebut meliputi tinjauan umum tentang

pembuktian, tinjauan umum tentang putusan hakim, tinjauan

umum tentang keterangan saksi ahli, tinjauan umum tentang

tindak pidana terhadap hutan Selain itu untuk memudahkan

pemahaman alur berfikir, maka dalam bab ini juga disertai

kerangka pemikiran.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini, Penulis menguraikan tentang kasus posisi,

penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam

membuktikan perkara pelanggaran undang- undang kehutanan

sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 187 KUHAP, implikasi

penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam

membuktikan dakwaan perkara pelanggaran undang-undang

kehutanan terhadap putusan yang dijatuhkan hakim.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini menguraiakan kesimpulan dan saran terkait dengan

permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian

a. Pengertian Pembuktian

Menurut M Yahya Harahap, pembuktian adalah ketentuan-

ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara

yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang

didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan

ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan oleh

undang-undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan

kesalahan yang didakwakan ( M Yahya Harahap, 1988:793).

Berdasarkan pengertian yang diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa ruang lingkup pembuktian meliputi 3 hal, yaitu :

1) Ketentuan atau aturan hukum yang berisi penggarisan dan

pedoman cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan

kesalahan terdakwa, dikenal juga dengan sistem atau teori

pembuktian.

2) Ketentuan yang mengatur mengenai alat bukti yang dibenarkan

dan diakui undang-undang serta yang boleh digunakan hakim

membuktikaann kesalahan.

3) Ketentuan yang mengatur cara menggunakan dan menilai

kekuatan pembuktian masing-masing alat bukti.

Demikian ketiga hal inilah yang merupakan obyek dan inti

pembahasan hukum pembuktian. Hukum pembuktian memegang

peranan penting dalam proses hukum acara pidana dan untuk sebab

itu mutlak harus dikuasai oleh semua pejabat pada semua tingkat

pemeriksaan, khususnya penuntut umum yang berwenang menuntut

dan dibebani kewajiban membuktikan kesalahan terdakwa.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Kegagalan penuntut umum dalam tugas penuntutan banyak

tergantung pada ketidakmampuan menguasai teknik pembuktian.

Sebaliknya penuntut umum terikat pada pasal ketentuan dan

penilai alat bukti yang ditentukan undang-undang. Penuntut umum,

hakim, terdakwa maupun penasehat hukumnya tidak boleh

sekehendak hati dengan kemauannya sendiri dalam menggunakan

dan menilai alat bukti di luar apa yang telah digariskan undang-

undang. Dalam hal ini penuntut umum bertindak sebagai aparat yang

di beri wewenang untuk mengajukan segala daya upaya

membuktikan segala kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.

Sebaliknya terdakwa atau penasehat hukumnya mempunyai hak

untuk melemahkan dan melumpuhkan pembuktian yang diajukan

penunutut umum, sesuai dengan cara yang dibenarkan undang-

undang, bisa berupa sangkalan atau bantahan yang beralasan dengan

saksi yang meringankan atau saksi de charge. Hakim sendiri harus

benar-benar sadar dan cermat menilai dan mempertimbangkan

kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yang ada.

b. Asas-Asas Pembuktian

Dalam pembuktian pidana ada beberapa prinsip yang harus

diketahui, yaitu :

1) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan

Prinsip ini terdapat pada Pasal 184 ayat 2 KUHAP yang

berbunyi : “hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu

dibuktikan”. Notoire feiten adalah suatu kesimpulan umum yang

didasarkan pengalaman umum bahwa suatu keadaan atau

peristiwa akan senantiasa menimbulkan kejadian atau akibat

yang selalu demikian. Hanya dengan notoire feiten tanpa

dikuatkan dengan alat bukti lain yang sah menurut undang-

undang,. Hakim tidak boleh yakin akan kesalahan terdakwa.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2) Menjadisaksi adalah kewajiban

Dalam Pasal 1 butir 26 KUHAP yang berbunyi : saksi

adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia

alami sendiri. Dengan demikian syarat seseorang wajib menjadi

saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia

alami sendiri.

3) Satu saksi bukan saksi

Prinsip ini terkait dengan Pasal 185 ayat 2 KUHAP yang

berbunyi : keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk

membuktikan terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang

didakwakan kepadanya. Prinsip ini disebut dengan istilah unus

testis nullus testis yang artinya satu saksi bukan saksi. Menurut

undang-undang menjadi saksi adalah wajib dan berdasarkan

pengalaman praktek, keterangan saksi merupakan alat bukti

yang paling banyak atau dominan dalam mengadili perkara

pidana di pengadilan. Hampir tidak ada perkara pidana dalam

acara pemeriksaan biasa yang pembuktiannya tidak dikuatkan

dengan alat bukti keterangan saksi yang diberikan oleh satu

orang saksi tanpa dikuatkan atau di dukung saksi lain atau alat

bukti lain yang sah, maka kesaksian yang berdiri sendiri yang

demikian tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa dan

untuk itu hakim harus membebaskan terdakwa dari tuntutan

penuntut umum.

4) Pengakuanterdakwa tidak menghapuskan kewajban penuntut

umum membuktikan kesalahan terdakwa. Prinsip ini merupakan

penegasan dari lawan “ pembuktian terbalik “ yang tidak dikenal

hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia. Pasal 184 ayat 4

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

KUHAP menyatakan keterangan terdakwa saja tidak cukup

membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang

didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat

bukti lain.

c. Teori/Sistem Pembuktian

Dalam hukum acara pidana dikenal 3 teori pembuktian yaitu :

1) Sistem keyakinan belaka ( conviction in time )

Dalam sistem ini sama sekali tidak membutuhkan suatu

peraturan tentang pembuktian dan menyerahkan segala sesuatu

kepada kebijaksanaan dan kesan hakim yang bersifat

perseorangan (subyektif). Menurut aliran ini di anggap

cukuplah, bahwa hakim mendasarkan buktinya suatu keadaan

atas keyakinan belaka, dengan tidak terikat oleh suatu peraturan.

Dalam sistem ini hakim dapat menurut perasaan belaka dalam

menentukan, apa suatu keadaan harus di anggap telah terbukti.

2) Sistem menurut undang-undang ( positief wettelijk ).

Dalam sistem ini mendasarkan diri pada alat-alat bukti

menurut undang-undang artinya apabila suatu perbuatan

terdakwa telah terbukti sesuai dengan alat bukti yang sah

menurut undang-undang, maka harus mengatakan terdakwa

terbukti bersalah tanpa tanpa melihat keyakinannya sendiri.

3) Sistem menurut undang-undang sampai batas tertentu (negatief

wettelijk ).

Dalam sistem ini hakim hanya boleh menyatakan

terdakwa bersalah melakukan perbuatan pidana yang

didakwakan apabila keyakinan hakim tersebut didasarkan pada

alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang (Martiman

Prodjohamijaya, 1983 : 19).

d. Jenis Alat bukti

Menurut Pasal 184 ayat ( 1 ) KUHAP, alat bukti yang sah

meliputi:

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

1) Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam

perkara pidana yang berupa keterangan saksi mengenai suatu

peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia

alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuanya itu.

Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi

nyatakan di muka siding pengadilan. Dengan perkataan lain

hanya keterangan saksi yang diberikan dalam pemeriksaan

disidang pengadilan yang berlaku sebagai alat bukti yang sah.

(Pasal 185 ayat (1) KUHAP).

Syarat sahnya keterangan saksi

a) Harus mengucapkan sumpah atau janji

Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) : sebelum memberi

keterangan saksi waib mengucapkan sumpah atau janji

menurut agamanya masing-masing. Bahwa ia akan

memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain dari

yang sebenarnya.

Ada pengecualian yang tidak perlu disumpah yaitu

a) Keluarga sedarah/semenda sampai dengan derajat ketiga

b) Suami atau istri dari terdakwa

c) Sama-sama menjadi terdakwa

d) Anak dibawah 15 tahun dan belum pernah kawin

e) Sakit ingatan.

2) Keterangan Ahli

Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan

disidang pengadilan. (Pasal 186 KUHAP) menurut Pasal (1)

butir 28 KUHAP diterangkan bahwa yang dimaksud dengan

keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang

yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan

untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan (di siding pengadilan) keterangan tersebut

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

diberikan setelah orang ahli mengicapkan sumpah atau janji

dihadapan hakim.

Jenis keterangan ahli ada tiga macam yaitu

a) Ahli ( deskundige)

Orang ini hanya mengemukaan pendapatnya tentang suatu

persoalan yg dimintai pendapatnya tanpa melakukan

pemeriksaan.

b) Saksi Ahli (Getuige Deskundige)

Orang ini menyaksikan barang bukti atau saksi diam (silent

witness), ia melakukan pemeriksaan dan mengemukakan

pendaptnya.

c) Orang Ahli (Zaakkundige)

Orang ini menerangkan tentang sesuatu persoalan yg

sebenarnya juga dapat dipelajari sendiri oleh hakim, namun

akan memakan banyak waktu.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), dimungkinkan adanya dua cara seorang ahli dalam

memberikan kesaksiannya pada sidang pengadilan, yaitu dalam

bentuk tertulis atau lisan. Kesaksian ahli berbentuk tulisan atau

surat ini biasanya dituangkan dalam bentuk berita acara

pemeriksaan.

3) Surat

Yang dimaksud surat sebagai alat bukti pada Pasal 187

KUHAP adalah :

a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat

oleh pejabat umum/yang dibuat dihadapannya.

b) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang

termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung

jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian suatu

hal/keadaan.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenal suatu hal/keadaan yang

diminta secara resmi daripadanya.

d) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya

dengan isi dari alat bukti yang lain.

4) Petunjuk

Pengertian petunjuk berdasarkan Pasal 188 KUHAP

adalah:

a) Perbuatan kejadian/keadaan yang karena persesuainnya baik

antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tidak

pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi suatu

tindak pidana dan siapa pelakunya.

b) Pasal 188 ayat (2) mengemukakan bahwa petunjuk hanya

dapat diperoleh dari :

(1) Keterangan saksi

(2) Surat

(3) Keterangan terdakwa

c) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk

dilaksanakan oleh hakim dengan arif dan bijaksana setelah

ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan

keseksamaan berdasarkan hati nuraninya.

5) Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa dalam Pasal 189 KUHAP adalah

apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang

dilakukan, ketahui atau alami sendiri.

2. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim

a. Pengertian Putusan

Pengertian putusan menurut buku Peristilahan Hukum dan

Praktik yang dikeluarkan oleh Kejaksaan Agung RI tahun 1985

adalah hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah

dipertimbangkan dan dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

berbentuk tertulis ataupun lisan. Ada pula yang mengartikan putusan

sebagai terjemahan dari kata vonis, yaitu hasil akhir dari

pemeriksaan perkara di sidang pengadilan (Evi Hartanti, 2006: 52).

Sedangkan pengertian putusan pengadilan menurut Pasal (1)

butir 11 KUHAP adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam

sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau

bebas, atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Dalam Pasal 182 ayat (6) KUHAP diatur bahwa putusan

sedapat mungkin merupakan hasil musyawarah majelis dengan

permufakatan yang bulat, kecuali hal itu telah diusahakan sungguh-

sungguh tidak tercapai, maka ditempuh dengan dua cara :

1) Putusan diambil dengan suara terbanyak.

2) Jika yang tersebut pada huruf a tidak juga dapat diperoleh

putusan, yang dipilih ialah pendapat hakim yang paling

menguntungkan bagi Terdakwa.

Menurut Yahya Harahap bahwa putusan akan dijatuhkan

pengadilan, tergantung dari hasil mufakat musyawarah hakim

berdasar penilaian yang mereka peroleh dari surat dakwaan

dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam

pemeriksaan di sidang pengadilan(M.Yahya Harahap, 2005: 347).

b. Jenis Putusan

Ada beberapa bentuk putusan yang dijatuhkan pengadilan

pada perkara pidana, yaitu sebagai berikut:

1) Putusan Bebas;

Putusan bebas, berarti Terdakwa dijatuhi hukuman bebas

atau dinyatakan bebas dari tuntutan hukum (vrij spraak).Inilah

pengertian Terdakwa diputus bebas, Terdakwa dibebaskan dari

tuntutan hukum, dalam arti dibebaskan dari

pemidanaan.Tegasnya Terdakwa “tidak dipidana” (M.Yahya

Harahap, 2000: 347).

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Berdasarkan Pasal 191 KUHAP, ada 2 (dua) alasan

Terdakwa dapat diputus bebas:

a) Perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan

Hal ini terkait dengan pembuktian yang dilakukan

oleh penuntut umum pada persidangan. Dalam hal ini,

dikarenakan kesalahan yang didakwakan kepada Terdakwa

sama sekali tidak terbukti, atau, secara nyata hakim menilai

pembuktian kesalahan Terdakwa tidak memenuhi ketentuan

batas minimum pembuktian sesuai Pasal 183 KUHAP

(misalnya, alat bukti yang diajukan hanya terdiri dari

seorang saksi saja), atau atas dasar penilaian kesalahan yang

terbukti itu tidak didukung oleh keyakinan hakim.

b) Perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa terbukti,

tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana

Terhadap hal ini, maka Terdakwa diputus lepas dari

segala tuntutan hukum.Hal ini terkait dengan syarat-syarat

pembebasan atau pelepasan dari segala tuntutan hukum

yang diatur dalam KUHP (M. Yahya Harahap, 2000: 348).

Dia antara lain:

(1) Pasal 44, apabila perbuatan tindak pidana yang

dilakukan Terdakwa “tidak dapat dipertanggung

jawabkan” kepadanya, disebabkan:

(a) Karena jiwanya cacat dalam pertumbuhannya

(gebrekkige ontwikkeling) atau mental disorder,

sehingga akalnya tetap sebagai anak-anak, atau

(b) Jiwanya terganggu karena penyakit (zieklyk

storing) seperti sakit gila, hysteria, epilepsi,

melankolik, dan sebagainya.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

(2) Pasal 45, perbuatan tindak pidana yang

dilakukanolehorang yang belum cukup umurnya 16

tahun.

(3) Pasal 48, orang yang melakukan tindak pidana atau

melakukan perbuatan dalam keadaan “pengaruh daya

paksa” (overmacht) baik bersifat daya paksa, batin atau

fisik.

(4) Pasal 49, orang yang terpaksa melakukan perbuatan

pembelaan karena ada serangan ancaman seketika itu

juga baik terhadap diri sendiri maupunterhadap orang

lain atau terhadap kehormatan kesusilaan.

(5) Pasal 50, orang yang melakukan perbuatan untuk

melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dapat

dipidana, Terdakwa harus diputus dengan putusan

bebas.

Perkembangan saat ini, praktiknya putusan bebas

menjadi diperbolehkan untuk diajukan upaya hukum kasasi

dikarenakan “tidak adil” jika hanya putusan “bersalah” saja

yang boleh naik banding dan kasasi. Putusan bebas/lepas

pun bila perlu diwajibkan naik banding ke pengadilan tinggi

atau kasasi ke Mahkamah Agung. Kita bukan bermaksud

tidak percaya kepada putusan hakim tingkat bawah

(pengadilan tingkat pertama dan banding). Jika putusan

bebas atau lepas dianggap sudah mempunyai kekuatan

hukum tetap, tanpa harus naik banding atau kasasi,

kekhawatiran para hakim tingkat bawah akan sering

memutus bebas/lepas yang selalu dicurigai masyarakat

(Binsar Gultom, Polemik Putusan Bebas.

http://gagasanhukum.wordpress.com/tag/ polemik-putusan-

bebas/).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum;

Putusan ini dijatuhkan jika Pengadilan berpendapat

bahwa perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa terbukti,

tetapi perbuatan tersebut bukan tindak pidana, maka Terdakwa

diputus lepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2)

KUHAP). Terdakwa lepas dari segala tuntutan hukum dapat

disebabkan karena :

a) Materi hukum pidana yang didakwakan tidak cocok dengan

tindak pidana; dan

b) Terdapat keadaan-keadaan istimewa yang menyebabkan

Terdakwa tidak dapat dihukum. Keadaan istimewa tersebut

antara lain :

(1) Tidak mampu bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP);

(2) Melakukan dibawah pengaruh daya paksa atau

overmacht (Pasal 48 KUHP);

(3) Adanya pembelaan Terdakwa (Pasal 49 KUHP);

(4) Adanya ketentuan Undang-Undang (Pasal 50 KUHP);

dan

(5) Adanya perintah jabatan (Pasal 51 KUHP).

3) Putusan Pemidanaan;

Pemidanaan dapat dijatuhkan jika pengadilan

berpendapat bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana

yang didakwakan padanya (Pasal 193 ayat (1) KUHAP).Hakim

dalam hal ini membutuhkan kecermatan, ketelitian serta

kebijaksanaan memahami setiap yang terungkap dalam

persidangan.

4) Penetapan Tidak Berwenang Mengadili;

Dalam hal menyatakan tidak berwenang mengadili ini

dapat terjadi setelah persidangan dimulai dan jaksa penuntut

umum membacakan surat dakwaan maka Terdakwa atau

penasihat hukum Terdakwa diberi kesempatan untuk

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mengajukan eksepsi (tangkisan). Eksepsi tersebut antara lain

dapat memuat bahwa Pengadilan Negeri tersebut tidak

berkompetensi (wewenang) baik secara relatif maupun absolut.

Jika majelis hakim berpendapat sama dengan penasehat hukum

maka dapat dijatuhkan putusan bahwa Pengadilan Negeri tidak

berwenang mengadili (Pasal 156 ayat (2) KUHAP).

5) Putusan yang Menyatakan dakwaan tidak dapat diterima;

Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat

diterima pada dasarnya termasuk kekurangcermatan penuntut

umum sebab putusan tersebut dijatuhkan karena :

a) Pengaduan yang diharuskan bagi penuntutan dalam delik

aduan, tidak ada;

b) Perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa sudah pernah

diadili (ne bis in idem); dan

c) Hak untuk penuntutan telah hilang karena daluwarsa

(verjaring).

6) Putusan yang Menyatakan Dakwaan Batal Demi Hukum

Dakwaan batal demi hukum dapat dijatuhkan karena

Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan tidak

cermat, kurang jelas dan tidak lengkap. Mengenai surat dakwaan

yang batal demi hukum ini dapat didasari oleh yurisprudensi

yaitu Putusan Mahkamah Agung Registrasi Nomor:

808/K/Pid/1984 tanggal 6 Juni yang menyatakan : “Dakwaan

tidak cermat, kurang jelas, dan tidak lengkap harus dinyatakan

batal demi hukum”.

c. Putusan yang Dapat Dikasasi

Berdasarkan Pasal 244 KUHAP, maka Terdakwa atau

Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi

kepada Mahkamah Agung terhadap putusan perkara pidana yang

diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain dari pada

Mahkamah Agung kecuali terhadap Putusan Bebas.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Menurut M.Yahya Harahap (2000: 543-544), mengenai

putusan yang dapat dikasasi maka dapat diajukan pada semua

putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh

pengadilan kecuali putusan bebas, dijelaskan sebagai berikut:

1) Terhadap semua putusan Pengadilan Negeri yang dalam

kedudukannya sekaligus sebagai peradilan tingkat pertama dan

terakhir, yang terhadap putusan tidak dapat diajukan

permohonan banding.

2) Terhadap semua putusan Pengadilan Tinggi yang diambilnya

pada tingkat banding, yang terhadap putusan tingkat banding

tersebut, Pengadilan Tinggi telah mengambil putusan pada

tingkat banding, terhadap putusan banding tersebut diajukan

permohonan kasasi. Putusan inilah yang dikualifikasikan

sebagai Putusan Pengadilan “Tingkat Terakhir”.

3) Terhadap Putusan Bebas, berdasarkan Pasal 244 KUHAP,

terhadap Putusan Bebas tidak dapat diajukan permohonan

kasasi. Akan tetapi, kenyataan praktek larangan Pasal 244

KUHAP tersebut telah disingkirkan oleh Mahkamah Agung

secara Contra Legem.

3. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti Keterangan Ahli

a. Alat bukti

Alat bukti menurut Andi Hamzah adalah upaya pembuktian

melalui alat – alat yang di perkenankan untuk di pakai membuktikan

dalil – dalil atau dalam perkara pidana dakwaan di siding pengadilan.

Misalnya keterangan terdakwa,keterangan saksi, keterangan ahli,

surat dan petunjuk.

b. Alat bukti keterangan ahli

Keterangan ahli juga merupakan salah satu alat bukti yang

sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Mengenai pengertian dari

keterangan saksi di liat dalam Pasal 184 KUHAP yang menerangkan

bahwa keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

sidang pengadilan. Pasal tersebut tidak menjelaskan siapa yang di

sebut ahli dan apa itu keterangan ahli.

Pengertian keterangan ahli sebagai alat bukti menurut M.

Yahya Harahap ( 2002:297-302 ) hanya bisa di dapat dengan

melakukan pencarian dan menghubungkan dari beberapa ketentuan

yang terpencar dalam Pasal KUHAP mulai dari Pasal 1 angka 28,

Pasal 120, Pasal 133, dan Pasal 179. Seperti yang di tuliskan M.

Yahya Harahap ( 2002:300 ) ada dua kelompok ahli:

1) Ahli kedokteran kehakiman yang memiliki keahlian khusus

dalam kedokteran kehakiman sehubungan dengan pemeriksaan

korban penganiayaan, kacunan, atau pembunuhan.

2) Ahli pada umumnya yakni orang – orang yang memiliki

keahlain khusus pada bidang tertentu.

Menurut M. Yahya Harahap ( 1985:819 ) bahwa dari ketentuan

Pasal 133 dihubungkan dengan Pasal 186 KUHAP jenis dan tata

cara pemberian keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah dapat

melalui prosedur sabagai berikut :

a) Diminta penyidik pada tarah pemeriksaan penyidik

Pada saat penyidik demi kepentingan peradilan penyidik

minta keteranagan ahli. Permintaan itu di lakukan penyidik

secara tertulis dengan menyebutkan secara tegas untuk hal

apa pemeriksaan ahli itu di lakukan. Laporan itu bisa berupa

surat keterangan yang lazim di sebut visum et repertum

b) Keteranagan ahli yang di minta dan di berikan di sidang

Permintaan keterangan seorang ahli dalam pemeriksaan di

sidang pengadilan di perlukan apabila pada waktu

pemeriksaan penyidikan belum ada di minta keterangan

ahli. Akan tetapi bisa terjadi penyidik ataupun penuntut

umum waktu pemeriksaan penyidikan telah meminta

keterangan ahli, jika hakim ketua sidang atau terdakwa

ataupun penasehat hukum menghendaki dan menganggap

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

perlu di dengarkan keterangan ahli di sidang, meminta

kepada ahli yang mereka tunjuk member ketarangan dalam

sidang pengadilan dengan di penuhinya tata cara dan bentuk

keterangan yang demikian dalam pemeriksaan di sidang

pengadilan, bentuk keteranagan ahli tersebut menjadi alat

bukti yang sah menurut undang – undang dan sekaligus

keterangan ahli yang seperti ini mempunyai nilai kekuatan

pembuktian.

4. Tinjauan Umum Tindak Pidana Terhadap Hutan

Tindak Pidana Kehutanan (Tipihut) adalah: “perbuatan yang

dilarang peraturan kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya, dengan ancaman sanksi pidana bagi barangsiapa yang

karena kesalahannya melanggar larangan tersebut”. Secara garis besar

saya membagi tindak pidana kehutanan menjadi dua bidang:

a. Tindak Pidana Bidang Kehutanan yaitu TIPIHUT yang diatur dalam

UU NO. 41 TH 1999

Perbuatan yang dilarang:

1) Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana

perlindungan hutan. (Pasal 50 ayat (1))

2) Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan,

izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan

hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil

hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang

menimbulkan kerusakan hutan. (Pasal 50 ayat (2))

3) Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki

kawasan hutan secara tidak sah; (Pasal 50 ayat (3) huruf a)

4) Merambah kawasan hutan (Pasal 50 ayat (3) huruf b);

5) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan

radius atau jarak sampai dengan: a.500 (lima ratus) meter dari

tepi waduk atau danau; b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata

air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; c. 100 (seratus) meter

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dari kiri kanan tepi sungai; d. 50 (lima puluh) meter dari kiri

kanan tepi anak sungai; e. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari

tepi jurang; f. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang

tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. (Pasal 50 ayat (3)

huruf c)

6) Membakar hutan (Pasal 50 ayat (3) huruf d);

7) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di

dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang

berwenang (Pasal 50 ayat (3) huruf e);

8) Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima

titipan, menyimpan, ataumemiliki hasil hutan yang diketahui

atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau

dipungut secara tidak sah (Pasal 50 ayat (3) huruf f);

9) Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau

eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin

Menteri (Pasal 50 ayat (3) huruf g);

10) Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak

dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil

hutan (Pasal 50 ayat (3) huruf h);

11) Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak

ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang

berwenang (Pasal 50 ayat (3) huruf i);

12) Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim

atau patut diduga akandigunakan untuk mengangkut hasil hutan

di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang

(Pasal 50 ayat (3) huruf j)

13) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,

memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa

izin pejabat yang berwenang (Pasal 50 ayat (3) huruf k);

14) Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran

dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan (Pasal 50

ayat (3) huruf l); dan

15) Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan

dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang

berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang

berwenang. (Pasal 50 ayat (3) huruf m)

Sanksi Pidana:

1) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) atau Pasal 50 ayat (2),

diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar

rupiah) (Pasal 78 ayat (1)).

2) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c,

diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar

rupiah) (Pasal 78 ayat (2)).

3) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda

paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) (Pasal

78 ayat (3)).

4) Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d,

diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan

denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima

ratus juta rupiah). (Pasal 78 ayat (4)).

5) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf e atau huruf f, diancam

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)

(Pasal 78 ayat (5)).

6) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g,

diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar

rupiah). (Pasal 78 ayat (6)).

7) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf h, diancam dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling

banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) (Pasal 78

ayat (7)).

8) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 50 ayat (3) huruf i, diancam dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling banyak

Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) (Pasal 78 ayat (8)).

9) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf j, diancam dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling

banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) (Pasal 78

ayat (9)).

10) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf k, diancam dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling

banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) (Pasal 78 ayat

(10)).

11) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf l, diancam dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling

banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) (Pasal 78 ayat

(11)).

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

12) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan

pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling

banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) (Pasal 78

ayat (12)).

13) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),

ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10),

dan ayat (11) adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana

dimaksud pada ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran (Pasal

78 ayat (13)).

14) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama

badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya

dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun

bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana

masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana

yang dijatuhkan (Pasal 78 ayat (14)).

Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau

alat-alat termasuk alatangkutnya yang dipergunakan untuk

melakukan kejahatan dan atau pelanggaran dirampas untuk Negara.

(Pasal 78 ayat (15))

b. Tindak Pidana Bidang KSDAHE yaitu TIPIHUT yang diatur dalam

UU NO. 5 TH 1990

Perbuatan yang dilarang:

1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat

mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka

alam (Pasal 19 ayat (1))

2) Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan,

memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang

dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau

mati (Pasal 21 ayat (1) huruf a);

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3) Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya

dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke

tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. (Pasal 21 ayat (1)

huruf b)

4) Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,

memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang

dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a)

5) Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan

memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

(Pasal 21 ayat (2) huruf b)

6) Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di

Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia (Pasal

21 ayat (2) huruf c);

7) Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau

bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang

yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya

dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di

luar Indonesia (Pasal 21 ayat (2) huruf d);

8) Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan,

menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang

dillindungi (Pasal 21 ayat (2) huruf e).

9) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat

mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman

nasional (Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional

meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti

taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain

yang tidak asli.) (Pasal 33 ayat (1))

10) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai

dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman

nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. (Pasal 33

ayat (3))

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Sanksi Pidana:

1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan

Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00

(dua ratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (1))

2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan

ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2))

3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat

(1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (3))

4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat

(1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak

Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (Pasal 40 ayat 4)

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Skematik Kerangka Pemikiran

Tindak Pidana Kehutanan Perkara Nomor : 571/PID/B/2006/PN.JBI

Pemeriksaan di Pengadilan Negeri

Pembuktian Penuntut Umum

implikasinya Keterangan Ahli

Putusan

bebas lepas Pasal 263 ayat (2)

Pemidanaan Pasal 263 ayat (2)

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Keterangan :

Hutan merupakan salah satu aset negara Indonesia sehingga

memerlukan perlindungan yang lebih optimal terutama perlindungan

hukumnya.UU Kehutanan yang diharapkan menjalankan fungsi preventif dan

represif sebagai suatu hukum yang memuat ketentuan pemidanaan belum juga

mampu untuk mencegah ilegal loging.

Dalam hal terjadi suatu Tindak Pidana kehutanan, maka akan diproses

sesuai prosedur hukum acara yang berlaku. mengingat pembuktian

merupakan inti dari pemeriksaan di pengadilan, maka dalam agenda

pembuktian ini lah segala daya upaya dilakukan oleh Penuntut Umum

termasuk menghadirkan ahli atau ahli de charge.Fungsi dan tujuan dari

menghadirkan seorang ahli (keterangan ahli) adalah memberikan gambaran

tentang suatu peristiwa sehingga menjadi lebih terang dalam mendapatkan

atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil.

Fakta-fakta yang terbentuk dari agenda pembuktian tersebut termasuk

dari keterangan ahli tentu saja berimplikasi kepada pertimbangan hakim dan

akhirnya berujung pada penjatuhan vonis, dimana vonis majelis hakim dalam

pemeriksaan perkara pidana terdiri dari putusan bebas, lepas dari segala

tuntutan dan putusan pemidanaan.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 34

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Terdakwa

Nama Lengkap : SALIM BIN ISMAIL;

Tempat Lahir : Sekati Gedang (Batang Hari );

Umur/ tgl lahir : 40 tahun;

Jenis Kelamin : laki – laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Agama : Islam;

Tempat tinggal : Jl. Hos Cokro Aminoto No. 66

RT. 13 Kel. Simpang III Sipin Kec. Kota Baru Jambi;

Pekerjan : Wiraswasta;

2. Kasus Posisi

Bahwa terdakwa Salim Bin Ismail baik secara sendiri-sendiri

maupun secara bersama-sama atas tanggung jawabnya masing-masing

dengan Anoldi, SE Bin H.A. Rahman dan M.Yusuf Jakar als Yusuf Sa’a

Bin Jakar pada hari Kamis tanggal 14 September 2006 sekitar pukul

11.00 wib atau setidak-tidaknya dalam tahun 2006 di Log pond Sawmill

CV. Sangkati Jaya didesa Sengkati Baru Kec. Mersam Kab. Batang Hari

atau disuatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum

Pengadilan Negeri Muara Bulian,

Pengadilan Negeri Jambi berwenang, memeriksa dan mengadili

perkara ini, karena terdakwa dengan sengaja menerima, membeli atau

menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau memiliki

hasil yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutam yang

diambil atau dipungut secara tidak sah, berupa kayu log sebanyak 1.556

batang/potong dengan kublikasi 928,06 M3 panjang sekitar 6 meter

diameter antara 30 cm s/d 79 cm jenis antara lain meranti dan kelompok

Rimba campuran.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Terdakwa beserta teman-temanya yang sudah peneliti sampaikan

telah melakukan tindak pidana berupa penadahan hasil hutan, dalam

kasus ini diperlukan ahli untuk membatu menguraikan pelanggaran Pasal

50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI No. 41 tahun 1999

tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

3. Dakwaan

Terdakwa didakwa oleh penuntut umum secara komulatif yaitu :

a. Dakwaan kesatu :

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat 5 UU RI No.41 tahun

1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana ;

b. Dakwaan kedua :

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (7) UU RI No.41 tahun

1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana;

c. Dakwaan ketiga

Perbuatan terdakwa sebagaimana di atur dan di ancam pidana dalam

Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (7) UU RI No.41 tahun

!999 tentang kehutanan jo Pasal 56 ke-1 KUHPidana

4. Tuntutan Pidana

Telah mendengar tuntutan Jaksa Penuntut Umum tanggal 1

Februari 2007 No reg perkara: PDM-558/Jbi/11/2006 yang pada akhir

uraiannya berpendapat, bahwa apa yang didakwakan dalam dakwaan

pertama terbukti secara sah menurut Undang-Undang dan oleh karena itu

meminta supaya Majelis Hakim memutuskan sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa Salim Bin Ismail telah terbukti bersalah

melakukan tindak pidana “dengan sengaja menerima, membeli atau

menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau

memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari

kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah, secara

bersama-sama “berupa kayu log/bulat sebanyak 1.556 batang dengan

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kublikasi 928.06 M3 sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

pasal 50 ayat 3 huruf (f) jo Pasal 78 ayat 5 UURI Nomor 41 tahun

1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP;

b. Menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa Salim Bin Ismail dengan

pidana selama 5 (lima) tahun dikurangi selama terdakwa berada

dalam tahanan sementara dan denda sebesar Rp.500.000,- (lima ratus

ribu rupiah) subsidair 2 (dua) bulan kurungan;

c. Menetapkan barang bukti:

1) Kayu log sebanyak 1.556 batang = 928,06 M3;

2) 1 (satu akte surat penyerahan hak kuasa;

3) 1 (satu) lembar surat permohonan pengesahaan RPBBI

tahun 2006 CV. Sangkati Jaya;

4) 1 (satu) buah permohonan pengesahan RPBBI tahun 2006 CV.

Sangkati Jaya;

Dijadikan barang bukti dalam perkara Anoldi als Noldi Bin H.A

Rahman;

5) 1 (satu) lembar tanda terima pembayaran pembelian kayu

gergajian tanggal 5 September 2006;

6) 5 (lima) lembar SPP PSDH yang diterbitkan tanggal 02 Mei

2006, 5 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006;

7) 5 (lima) lembar SPP DR yang diterbitkan tanggal 2 Mei 2006,

5 Juni 2006, Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006 ;

8) 5 (lima) lembar SPP Retribusi pemeriksaan pengukuran dan

pengujian hasil hutan (RP3HH) yang diterbitkan tanggal 2 Mei

2006, 5 Juni 2006, 6 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus

2006;

9) 5 (lima) lembar surat permohonan DR PSDH dan RP3HH

tanggal 27 April 2006, 27 Mei 2006, 01 Juni 2006 dan 12

Agustus 2006 berikut lampirannya;

Dikembalikan kepada yang berhak;

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

d. Menetapkan agar terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp.1000,- (seribu rupiah);

5. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jambi

Mengingat pada Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5)

UU RI No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP dan peraturan yang bersangkutan;

M E N G A D I L I :

1. Manyatakan terdakwa Salim Bin Ismail telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Turut serta membeli

hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan

hutan yang diambil secara tidak sah“;

2. Menghukum terdakwa oleh karena kesalahannya dengan pidana

penjara selama : 1 (satu) tahun dan denda Rp. 300.000,- (tiga ratus

ribu rupiah) Apabila denda tidak dibayar, maka akan diganti

hukuman kurungan selama: 1 (satu) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan;

4. Menetapkan barang bukti yakni ;

a) 1 (satu) buah permohonan pengesahan RPBBI tahun 2006 CV.

Sangkati Jaya pada saksi Ir. Edy Supriyono ;

b) 1 (satu) lembar tanda terima pembayaran pembelian kayu

gergajian tanggal 5 September 2006 pada saksi Musiah als Mus;

c) 5 (lima) lembar SPP PSDH yang diterbitkan tanggal 02 Mei

2006, 5 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006;

d) 5 (lima) lembar SPP DR yang diterbitkan tanggal 2 Mei 2006, 5

Juni 2006, Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus 2006;

e) 5 (lima) lembar SPP Retribusi pemeriksaan pengukuran dan

pengujian hasil hutan (RP3HH) yang diterbitkan tanggal 2 Mei

2006, 5 Juni 2006, 6 Juni 2006, 26 Juli 2006 dan 11 Agustus

2006;

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

f) 5 (lima) lembar surat permohonan DR PSDH dan RP3HH

tanggal 27 April 2006, 27 Mei 2006, 01 Juni 2006 dan 12

Agustus 2006 berikut lampirannya;

Barang bukti No. 3 sampai No. 6 pada saksi Ony Rosyadi, S.Kom;

5. Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah);

B. Pembahasan

1. Analisis Kesesuaian Penggunan Alat Bukti Ahli oleh Penuntut

Umum dalam Kasus Nomor :571/PID.B/2006/PN.JBI Terhadap

Pasal 187 KUHAP

Untuk mengkaji kesesuaian Pasal 187 KUHAP dan implementasi

saksi ahli dalam kasus ini,maka peneliti akan uraikan ketentuan dalam

Pasal 187 KUHAP sebagai persoalan analisis dan objek analisisnya

adalah keterangan ahli dalam kasus ini. Pertama penulis akan sampaikan

ketentuan dalam Pasal 187 KUHAP yaitu :

Surat, sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c,

dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh

pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,

yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang

didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan

yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk

dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang

diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan

yang diminta secara resmi dan padanya;

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi

dari alat pembuktian yang lain.

Penjelasan umum mengenai keterangan ahli terdapat pula dalam

Pasal 1 butir 28 KUHAP yang berbunyi : "Keterangan ahli adalah

keterangan yang diberikan oleh seorang ahli yang memiliki keahlian

khusus tentang hal yang di perlukan untuk membuat terang suatu perkara

pidana guna kepentingan pemeriksaan".

Berdasarkan uraian di atas perlu di ketahui bagaimana penerapan

keterangan ahli dalam perkara tindak pidana.dalam mencari suatu

kebenaran yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada

dititik beratkan pada bukti-bukti yang sah. bukti-bukti ini akan di cari

pada tingkat pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan dimuka sidang.

dan untuk menjatuhkan pidana sekurang-kurangnya harus ada dua alat

bukti yang sah dan hakim mempunyai keyakinan bahwa terdakwa adalah

orang yang melakukan perbuatan melawan hukum tersebut (Pasal 183

KUHAP).

Dengan memahami pengertian umum mengenai keterangan ahli

tersebut, maka keterangan ahli dapat diberikan atau diminta pada waktu

pemeriksaan permulaan, yaitu pada tahap penyidikan atau dalam proses

penuntutan yang di terangkan dalam Pasal 120 ayat (2) KUHAP yang

berbunyi bahwa : "ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucap janji

di muka penyidik bahwa ia akan memberikan keterangan menurut

pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena

harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia

menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang

di minta".

Kemudian sebagai objek analisis yang kedua penulis sampaikan

keterangan saksi ahli dalam kasus ini sebagai berikut :

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

a. Saksi REGIANTO, A.Md, pada pokoknya menerangkan ;

1) Bahwa benar saksi ahli saat ini bekerja sebagai PNS pada Balai

Sertifikasi Penguji Hasil Hutan (BSPHH) Wilayah IV Jambi

sejak tahun 1993 s/d sekarang;

2) Bahwa benar saksi dalam melaksanakan tugas pengukuran kayu

ada dilengkapi dengan surat tugas dari Kepala Balai Sertifikasi

Penguji Hasil Hutan Wilayah IV Jambi;

3) Bahwa benar hasil pengukuran terhadap Kayu Bulat dalam

perkara terdakwa dan kawan-kawan pada tanggal 2 s/d 13

Oktober 2006 berjumlah 1.556 batang dengan volume 928,06

M3 yang terdiri dari Kayu Bulat ( KB) sebanyak 1.339 batang =

886,85 M3, Kayu Bulat Kecil (KBK) sebanyak 157 batang =

41,21 M3;

4) Bahwa benar saksi ahli mempunyai sertifikasi memiliki kartu

Pengawas Penguji Kayu Bulat Rimba Indonesia;

5) Atas keterangan saksi tersebut terdakwa mengatakan tidak tahu

b. Saksi Ir. ERICK MARDI TJAHJONO, pada pokoknya

menerangkan;

1) Bahwa benar Saksi Ahli PNS pada Dinhut Prop. Jambi menjabat

sebagai PLH Kasi Peredaran dan Informasi Pasar;

2) Bahwa benar saksi ahli kenal dengan terdakwa sebagai Direktur

CV. Sengkati Jaya;

3) Bahwa benar saksi ahli dalam menghitung kerugian Negara ada

dilengkapi dengan surat tugas ;

4) Bahwa benar perhitungan kerugian negara berupa pungutan

PSDH dan DR Kayu Bulat sebanyak 1.556 batang = 928,06 M3

sebagai berikut ;

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 3.1 Pungutan PSDH dan DR Kayu Bulat

No JENIS VOL PSDH (Rp) DR (US $) 1 Kayu bulat (KB)

Kel. Kayu Indah (15 batang)

12,99 M3 1,175,595 233,82

2 Kel. Meranti 91.172 batang)

711,35 M3 35,567,500 9,958,90

3 Kel. Rimba Campuran (212 batang)

162,51 M3 4,875,300 1,950,12

4 Jumlah : 1.399 batang

886,85 M3 41,818,395 12,142,12

5 Kayu bulat kecil (KBK 157 batang)

41,21 M3 320,280 314,00

Jumlah 928,06 M3 41,938,675 12,456,84

5) Atas keterangan saksi tersebut terdakwa menyatakan tidak tahu

Berdasarkan keterangan-keterangan yang di berikan oleh saksi

ahli, hal ini merupakan beberapa kesimpulan-kesimpulan dari sesuatu

yang di ketahui sesuai keahlian yang dimilikinya, ini lah yang

membedakan dengan keterangan yang di berikan oleh saksi biasa,

dimana pada keterangan saksi biasa kesaksian yang di berikan adalah

beberapa hal yang mereka lihat, dengan dan alami sendiri. oleh karena

keterangan yang diberikan merupakan sebuah simpulan-simpulan yang

nantinya sebagai salah satu dasar penguat keyakinan hakim dalam

memutus sebuah perkara pidana serta merupakan sumber yang dapat

dipercaya yang hal ini didasarkan oleh keahlian yang dimiliki

Berdasarkan dua keterangan yang penulis sampaikan mengenai

ketentuan dalam Pasal 187 KUHAP dan keterangan yang disampaikan

oleh saksi ahli dalam kasus ini menurut penulis sudah sesuai dikarenakan

menurut penulis keterangan yang disampaikan oleh saksi ahli yang

pertama yaitu REGIANTO A.Md sebagai petugas ukur dalam

melaksanakan tugas pengukuran kayu ada dilengkapi dengan surat tugas

dari Kepala Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan Wilayah IV Jambi.

Hasil pengukuran terhadap Kayu Bulat dalam perkara terdakwa dan

kawan-kawan pada tanggal 2 s/d 13 Oktober 2006 berjumlah 1.556

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

batang dengan volume 928,06 M3 yang terdiri dari Kayu Bulat ( KB)

sebanyak 1.339 batang = 886,85 M3, Kayu Bulat Kecil (KBK) sebanyak

157 batang = 41,21 M3;hal tersebut menujukan bahwa apa yang

disampaikan oleh saksi ahli tersebut telah sesuai dengan Pasal 187

KUHAP pada huruf b dimana ahli tersebut membuat surat yang dibuat

oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang

menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian

sesuatu hal atau sesuatu keadaan. Sedangkan pada ketrangan yang

disampaiakan oleh ahli yang kedua yaitu

Ir. ERICK MARDI TJAHJONOdimana saksi ahli tersebut adalah

PNS pada Dinhut Prop. Jambi menjabat sebagai PLH Kasi Peredaran dan

Informasi Pasar; Dan melakukan penghitungan kerugian dilengkapi

dengan surat tugas dan hasil penelitian disampaikan secara rinci dalam

bentuk tabel hal itu menunjukan adanya kesesuaian antara keterangan

ahli tersebut dengan ketentuan dalam Pasal 187 KUHAP dimana dalam

huruf b dan c menyatakan bahwa surat yang dibuat menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat

mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung

jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau

sesuatu keadaan dalam hal ini saksi ahli melaksanakan tanggung jawab

sebagai pejabat di lingkungan Dinhut Provinsi Jambi, sedangkan pada

huruf c Pasal 187 KUHAP disampaikan bahwa surat keterangan dari

seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai

sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya,

hal ini menunjukan bahwa saksi ahli dianggap mempunyai keahlian

dalam menghitung jumlah kerugian Negara akibat kasus ini.

Ahli adalah orang yang memberikan keterangan berdasarkan

pengetahuan bukan berdasarkan apa yang di lihat secara langsung atau

apa yang di alaminya sendiri tetapi berdasarkan pengetahuan yang di

milikinya.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Dari sudut pengertian serta tujuan keterangan ahli inilah makna

keterangan ahli sebagai alat bukti.manfaat yang dituju oleh pemeriksa

keterangan ahli guna kepentingan pembuktian. Kalau

hakim,penuntutumum atau terdakwa tidak memahami arti dan tujuan

keterangan ahli, hal itu bias menimbulkan kekacauan dalam pemeriksaan.

Seandainya hakim kurang memahami pengertian tentang sesuatu

keadaan, dan penjelasan hanya dapat diberikan oleh seorang yang

memiliki keahlian . Disamping orang yang diminta keteranganya benar-

benar ahli dan memiliki keahlian khusus dalam masalah yang hendak

dibuat menjadi jelas dan terang, pemeriksa itu harus bertitik tolak dari

tujuan pemeriksaan ahli tadi yaitu “untuk membuat terang” perkara

pidana yang sedang diperiksa.( Yahya Harahap, SH, 2000: 298).

Pengetahuan yang di sampaikan oleh seorang ahli berdasarkan

ilmu di miliki terhadap suatu kasus dalam hal ini kasus mengenai

kejahatan terhadap hutan, mempunyai peranan yang penting dalam

pemeriksaan perkara pidana akibat terhadap hasil putusan yang di

jatuhkan oleh majelis hakim, pada saat perkembangan ilmu dan

teknplogi, keterangan ahli memegang peranan dalam penyelasaian kasus

pidana.

Di dalam Pasal 187 KUHAP di jelaskan bahwa seorang ahli

harus:

a. Harus merupakan yang di berikan oleh seseorang yang mempunyai

keahlian khusus tentang sesuatu yang ada hubunganya dengan

perkara pidana yang sedang di periksa.

b. Bentuk keterangan yang di berikan harus sesuai dengan keahlian

khusus yang di milikinya berbentuk suatu keterangan menurut

pengetahuanya.

Dengan demikian agar keterangan ahli dapat di nilai sebagai alat

bukti, di samping faktor oraangnya memiliki keahlian khusus dalam

bidangnya, harus pula di penuhi faktor kedua yakni keterangan yang di

berikan berbentuk pendengaran, penglihatan atau pengalamanya

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sehubungan dengan peristiwa pidana yang terjadi, ketarangan semacam

ini sekalipun di berikan oleh ahli tidak bernilai sebagai bukti keterangan

ahli tapi berubah menjadi alat bukti keterangan saksi oleh karena itu

dalam menentukan penilaian apakah sesuatu keterangan dapat di nilai

sebagai keterangan ahli, bukan semata-mata di tentukan oleh faktor

keahlianya atau faktor orangnya. Tapi di tentukan faktor: bentuk

keterangan yang di nyatakanya, yakni berbentuk keterangan menurut

pengetahuanya secara murni. Jadi, harus hati-hati menilai bentuk

keterangan ahli, harus benar-benar murni berbentuk keterangan menurut

pengetahuanya. (Yahya Harahap, SH, 2000: 299)

Bukan menjadi halangan bagi Hakim untuk tidak menghadirkan

saksi ahli untuk membuat jelas suatu persoalan, karena pada dasarnya

Hakim tidak terikat terhadap keterangan yang ahli berikan dan hakim

bebas untuk memakainya ataupun tidak memakainya apabila

bertentangan dengan keyakinannya, namun hal tersebut juga perlu di

ingat untuk mengesampingkan haruslah berdasarkan alasan yang jelas,

dan tidak begitu saja mengesampingkan tanpa alasan. karena hakim

masih mempunyai wewenang untuk meminta penelitian ulang apabila

diperlukan ( Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003 : 61 ).

Pada prinsipnya dapat diketahui bahwa alat bukti keterangan ahli

tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang mengikat dan

menentukan. Dengan demikian nilai kekuatan pembuktian keterangan

ahli sama halnya dengan nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada

alat bukti keterangan saksi. Oleh karena itu nilai pembuktian leterangan

ahli sebagai alat bukti dalam perkara pidana adalah Mempunyai nilai

kekuatan pembuktian "bebas" atau "virj bewijskracht". Di dalam dirinya

tidak ada melekat nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mementukan.Terserah kepada penilaian Hakim.Hakim bebas menilainya

dan tidak terikat padanya.Tidak ada keharusan Hakim untuk mesti

menerima kebenaran keterangan ahli yang dimaksud. Akan tetapi, seperti

apa yang pernah diutarakan, Hakim dalam mempergunakan wewenang

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

kebebasan dalam penilaian pembuktian, harus benar-benar bertanggung

jawab, atas landasan moral demi terwujudnya kebenaran sejati dan demi

tegaknya hukum serta kepastian hukum.

Berdasarkan keterangan yang telah penulis sampaikan di atas

maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwaPenggunan Alat Bukti

Ahli oleh Penuntut Umum dalam Kasus Nomor :571/PID.B/2006/PN.JBI

Terhadap Pasal 187 KUHAP telah sesuai karena pada pemeriksaan

penyidikan demi untuk kepentingan peradilan, penyidik berwenang

mengajukan permintaan seorang ahli.

2. Analisis Implikasi Yuridis Penggunaan Alat Bukti Ahli oleh

Penuntut Umum dalam Kasus Nomor :571/PID.B/2006/PN.JBI.

Dalam kasus ini akan diperbandingkan antara tuntutan yang

diajukan oleh penuntut umum pada satu sisi dan putusan yang dijatuhkan

oleh hakim pada sisi yang lain.

Ketika tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum ditambah

dengan adanya keterangan yang disampaikan oleh seorang ahli akan

mempunyai pengaruh yang besar atau tidak terhadap putusan yang

dijatuhkan oleh majelis hakim dan apakah sudah memenuhi apa yang di

tuntut oleh jaksa penuntut umum atau tidak.

Untuk mengetahui implikasi yuridis yang ditimbulkan dengan

hadirnya seorang ahli dalam kasus ini adalah peneliti akan

menggambarkan terlebih dahulu paparan tentang tuntutan penuntut

umum yang didalamnya mencakup tentang pembuktian yang memakai

seorang ahli dengan ahli itu penuntut umum dapat menentukan tuntutan

yang dituntutkan kapada tersangka adalah pidana penjara selama selama

5 (lima) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan

sementara dan denda sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

subsidair 2 (dua) bulan kurungan.

Dalam Pasal 306 disebutkan, bahwa laporan dari ahli-ahli

yang di tetapkan oleh pemerintah untuk mengutarakan pendapat dan

pikiranya tentang keadaan-keadaan dari perkara yang bersangkutan,

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

hanya dapat dipakai guna memberi penerangan kepada hakim dan Hakim

dapat sama sekali tidak berwajib turut pada pendapat orang-orang ahli

itu, apabila keyakinan Hakim bertentangan dengan pendapat ahli-ahli itu.

Sebaliknya jika hakim setuju dengan pendapat orang-orang ahli itu, maka

pendapat itu di ambil oleh hakim dan di anggap sebagai pendapatnya

sendiri (Djoko Prakoso, 1988 : 78).

Keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti mempunyai peranan

yang sangat penting, karena keterangan ahli sangat di perlukan guna

membantu mengungkap, menjelaskan ataupun menjernihkan ( membuat

terang ) suatu perkara pidana. Alat bukti keterangan ahli tersebut akan

banyak membantu dalam mencari kebenaran perkara dalam persidangan.

Agar tugas-tugas menurut hukum acara pidana dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya, maka oleh Undang-undang diberi kemungkinan

agar para penyidik dan para Hakim dalam keadaan-keadaan yang khusus

dapat memperoleh bantuan dari orang-orang yang berpengalaman khusus

tersebut

Dalam hal ini ahli difungsikan untuk menerangkan atau

memberikan paparan mengenai kerugian Negara atas adanya tindak

pidana di bidang hutan berupa penadahan terhadap hasil-hasil hutan yang

dilakukan terdakwa sehingga denda dan sanksi dapat ditentukan.

Kemudian setelah itu peneliti akanmembandingkan dengan

putusan yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa pendahan. Ketika

seorang hakim menetapakan suatu putusan atau menjatuhkan putusan

yang dilakukan oleh seorang hakim ada 3 hal , yaitu :

a. Kualifisir yaitu suatu tindakan yang dilakukan seorang hakim guna

menentukan tindak pidana apa yang tepat dijatuhkan kepada

tersangka.

b. Konstantir yaitu tindakan yang dilakukan seorang hakim guna

menentukan apakah tindak pidana yang sudah ditentukan kepada

tersangka sudah dipenuhi atau belum oleh si pelaku penadahan.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Konstitutif yaitu tindakan seorang hakim setelah menentukan tindak

pidana apa yang sesuai dengan apa yang dilakukan si pelaku yaitu

menetukan hukuman apa yang pantas dijatuhkan.

Dalam hal mengkualifisir atau menentukan tindak pidana yang

tepat dijatuhkan oleh seorang hakim, dalam kasus ini hakim mempunyai

alasan dalam mengkualifikasi tindakan yang dilakukan oleh pelaku telah

memenuhi untuk dijatuhkan yaitu tindak pidana penadahan adalah hakim

mempunyai pertimbangan apa yang dilakukan terdakwa telah memenuhi

pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI N0.41 tahun 1999

tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dimana apa yang

dilakukan si pelaku telah memenuhi unsure-unsur dalam dakwaan

penuntut umum yaitu:

a. Unsur setiap orang;

Dalam hal ini menurut pandangan hakim unsure barang siapa adalah

setiap orang sebagai subjek hukum yang dapat

mempertanggungjawabkan atas suatu perbuatan hukum yang

dilakukan.Dan apabila dihubungkan dengan keterangan dari saksi-

saksi yang dihadirkan serta adanya akte penyerahan kekuasaan dari

terdakwa maka hakim menarik kesimpulan unsure setiap orang sudah

terpenuhi oleh terdakwa.

b. Unsur dilarang menerima,membeli atau menjual,menerima tukar,

menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang

diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil

atau dipungut secara tidak sah.

Dalam unsur kedua ini majelis hakim mempunyai pertimbangan

dimana berdasarkan keterangan yang diberikan oleh terdakwa dalam

persidangan dan saksi-saksi yang dihadirkan dalam persidangan serta

bukti-buti yang dibawa dalam persidangan oleh penuntut

umum,meskipun terdakwa telah menyatakan memeberikan hak

pengelolaan CV.Sangkati melalui surat penyerahan hak,Namun

menurut pandangan hakim terdakwa masih ikut bertanggung jawab

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dalam pengelolaan karena tidak sepenuhnya pengelolaan diserahakan

kepada pihak kedua yang diberi kuasa,karena terdakwa setiap bulan

masih menerima laporan tentang pengelolaan CV.Sangkati.Dalam

hal ini hakim berpendapat bahwa terdakwa bertanggung jawab secara

hukum atas terjadi jual beli kayu, maka dengan demikian unsur

membeli hasil hutan yang patut diduga berasal dari kawasan hutan

yang diambil tidak sah telah terpenuhi.

c. Unsur orang yang melakukan, yang menyuruh lakukan atau turut

melakukan perbuatan itu.

Dalam unsur ini hakim mempunyai pertimbangan dimana meskipun

terdakwa telah menyerahkan pengelolaan CV.,Sangkati namun

terdakwa masih ikut menandatangani permohonan pengesahan

rencana pemenuhan bahan baku industri (RPBBI) tahun 2006

kedudukan sebagai Direktur ,sehingga apabila terdapat suatu

perjanjian jual beli kayu yang bertentangan dengan hukum,maka

terdakwa tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab hukum

dengan alasan telah ada surat penyerahan hak. Maka berdasarkan

pertimbangan tersebut diatas, maka menurut hakim unsur turut

melakukan perbuatan telah terpenuhi.

Dalam hal pengkualifisiran alasan yang digunakn hakim untuk

menentukan tindak pidana terhadap hutan tersebut adalah Majelis Hakim

membuktikan terlebih dahulu dakwaan pertama yakni Pasal Pertama

melanggar Pasal 50 ayat (3) huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI No.41

tahun 1999 tentang kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, yang

unsurnya sebagai berikut :

a. Unsur setiap orang yaitu bahwa yang dimaksud barang siapa adalah

setiap orang sebagai subjek hukum yang dapat mempertanggung

jawabkan atas suatu perbuatan hukum yang dilakukan. Bahwa dalam

persidangan terdakwa telah membenarkan indentitas dirinya dalam

dakwaan dan apabila dihubungkan dengan keterangan saksi Oni

Rosyadi, Saksi Ir Edy Supriyono, Skasi H Badrul alamsyah serta

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

barang bukti akte penyerahan hak kuasa dari terdakwa pada Anoldi

als Noldi, maka yang dimaksud barang siapa adalah terdakwa Salim

Bin Ismail maka unsur ini telah terpenuhi

b. Unsur dilarang menerima, membeli atau menjual, menerima tukar,

menerima titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan yang

diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang

diambil atau dipungut secara tidak sah; yaitu dimana para saksi

dalam persidangan telah menceritakan bahwa memang benar

membantu terdakwa melakukan tindak pidana penadahan hasil hutan

Negara yang diambil secara illegal.

c. Unsur orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut

melakukan perbuatan itu; dalam hal ini terdakwa adalah orang yang

menyuruh lakukan ialah terdakwa memberikan kekuasaanya kepada

salah satu pegawainya selain itu terdakwa juga masih tetap ikut

menandatangani dokumen-dokumen dari CV. Sangkati yang

didirikan.

Setelah seorang hakim melakukan tahapan pengkualifikasian dan

mengkonstantir sebelum mengambil suatu keputusan tahapan

terakhir yang dilakukan seorang hakim adalah konstitutif dimana

seorang hakim setelah melalui proses kualifisir dan konstantir akan

menentukan hukuman apa yang tepat dijatuhkan terhadap terdakwa

pelaku penadahan hasil hutan dalam kasus ini. Dan pada kasus ini

terdakwa hanya dijatuhi pidana penjara selama satu tahun jauh dari

tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum sesuai ancaman dalam

pasal yang di dakwakan oleh penuntut umum.

Berdasarkan apa yang telah penulis paparkan diatas, maka

implikasi yuridis yang dapat dilihat dalam kasus ini antara lain :

a. Fungsi ahli untuk membuat jelas para penegak hukum yang tidak

tahu permasalahan spesifik dalam hal ini masalah kehutanan. Fungsi

ahli disini yang berfungsi untuk membuat jelas para penegak hukum

dalam membuktikan lalu kemudian membuat putusan terhadap

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

terdakwa ,melakukan tindakan pidana atau tidak sesuai dengan

keterangan yang disampaikan oleh ahli tersebut dalam persidangan.

b. Dalam hal ini keterangan yang disampaikan oleh ahli dikutip atau

tidak oleh hakim atau tidak dalam putusan yang diambil untuk

memberikan hukuman kepada terdakwa. Menurut penulis dalam hal

ini ketrangan yang disampaikan oleh ahli tidak mempunyai peranan

yang besar dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

hakim, atau dalam penentuan lamanya hukuman yang dijatuhkan

oleh hakim terhadap terdakwa,karena menurut penulis meskipun

menurut pendapat yang disampaikan ahli yang diajukan penutut

umum terdakwa telah secara sah dan meyakinkan terbukti

melakukan pelanggaran sesuai dakwaan pertama namun hakim

terlalu rendah menjatuhkan pidana penjara yang hanya dijatuhi

pidana penjara selama 1 tahun penjara,menunrut pandangan penulis

seharusnya hukuman yang dijatuhkan lebih dari satu tahun penjara

dan hanya membayar uang ganti rugi hanya sebesar Rp 300.000 (tiga

ratus ribu rupiah). Padahal berdasrkan keterangan dari ahli tersebut

terdakwa telah turut serta membeli hasil hutan yang diketahui atau

patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil secara tidak

sah. Sedangkan dalam ketentuan yang diatur dalam Pasal 50 ayat 3

huruf (f) jo Pasal 78 ayat (5) UU RI No.41 tahun 1999 tentang

kehutanan jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana adalah pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp

5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah ).

c. Pada kasus ini pendapat/keterangan yang disampaikan oleh ahli

memberatkan posisi terdakwa,karena keterangan yang disampaikan

oleh ahli tersebut membenarkan bahwa terdakwa melakukan

pelanggaran terhadap undang-undang kehutanan, yaitu turut serta

membeli hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari

kawasan hutan yang diambil secara tidak sah

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Berdasarkan uraian yang disampaikan penulis diatas,implikasi yuridis

penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam kasus nomor:

571/PID.B/2006/PN.JBI, tidak besar implikasinya karena hukuman yang

dijatuhkan oleh hakim jauh dari apa yang dituntutkan oleh penuntut

umum yaitu hanya selama 1 tahun dan denda sebesar Rp.300.000,00

sedangkan hukuman yang dituntutkan oleh penuntut umum sebesar 5

tahun penjara .

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/kehutanan...KEHUTANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PUTUSAN YANG DIJATUHKAN HAKIM (Studi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Jambi nomor: 571/pid/B/2006/PN.JBI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 52

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam bab hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam membuktikan

perkara nomor :571/PID/B/2006/PN.JBI sudah sesuai dengan apa yang

terdapat dalam ketentuan Pasal 187 KUHAP pada huruf b dan c

menyatakan bahwa surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal

yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan

yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan

dalam hal ini saksi ahli melaksanakan tanggung jawab sebagai pejabat di

lingkungan Dinhut Provinsi Jambi

2. Implikasi yuridis penggunaan alat bukti ahli oleh penuntut umum dalam

membuktikan dakwaan perkara nomor:571/PID/B/2006/PN.JBI terhadapa

putusan yang dijatuhkan hakim tidak mempunyai peranan yang terlalu

bersar karena majelis hakim menjatuhkan putusan terhadap terdakwa

hanya 1 tahun penjara dan denda hnaya tiga ratus ribu rupiah.

B. Saran-saran

1. Dibutuhkan ketentuan hukum yang secara jelas memberikan kewenanga

bagi para hakim dan aparat penegak hukum lainnya dalam menjalankan

tugas dan fungsinya. Karena seorang hakim merupakan ujung tombak

penegakan hukum di Indonesia.

2. Perlu peningkatan profesionalitas bagi para hakim khususnya dalam hal

menangani perkara-perkara agar tidak terdapat adanya kekhilafan dan

kekeliruan hakim dalam memberikan hukuman terhadap terdakwa