pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac/hubung… · kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada...
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN PADA SISWA
KELAS XII SMU NEGERI 5 SURAKARTA YANG AKAN
MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
KIRANA MUSTIKASARI
G 0007095
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan akrab sekali dengan kehidupan manusia yang melukiskan
kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan, dan rasa tidak tentram yang biasanya
dihubungkan dengan ancaman bahaya baik dalam maupun dari luar individu.
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan
tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan
samar-samar. Kecemasan juga ditandai dengan gejala otonomik seperti nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung
ringan. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan
cenderung bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).
Kecemasan juga memiliki manfaat yaitu memperingatkan adanya
ancaman eksternal ataupun internal dan memiliki kualitas menyelamatkan
hidup seperti ancaman cidera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan,
kemungkinan hukuman, atau frustasi dari kebutuhan sosial (Kaplan dan
Sadock, 2005).
Kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian dengan segala
standar kelulusan tak jarang terjadi. Ujian Nasional (UN) merupakan penentu
bagi siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Kecemasan itu timbul akibat tuntutan syarat kelulusan yang ditetapkan oleh
1
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
2
pemerintah. Departemen Pendidikan Nasional melalui Peraturan Mendiknas
Nomor 75 Tahun 2009, menentukan syarat kelulusan yang jauh lebih berat
dibanding tahun lalu. Seandainya syarat kelulusan itu benar-benar
dilaksanakan secara konsisten di lapangan, diperkirakan akan banyak sekali
siswa yang akan tidak lulus ujian. Peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi
standar kelulusan UN yaitu memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk
seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling
banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya
(Depdiknas, 2009).
Syarat kelulusan yang cukup tinggi tersebut menimbulkan beban tersendiri
bagi siswa apabila tidak lulus. Kecemasan akan hal-hal buruk yang mungkin
terjadi jika tidak lulus UN menjadi beban mental bagi siswa. Dampak yang
dapat timbul akibat tidak lulus UN antara lain tertundanya siswa SMU untuk
melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang diinginkan, harus mengikuti program
Kelompok Belajar (Kejar) Paket C bila ingin mendapat ijazah dan rugi waktu
serta biaya bila mengulang UN tahun berikutnya. Siswa juga bisa mengalami
frustasi akibat rasa malu dan bersalah dengan teman ataupun keluarga karena
telah mengecewakan mereka (Dodi, 2010).
Kecemasan yang berlebihan dalam menghadapi UN akan mengacaukan
emosi, mengganggu siklus tidur, menurunkan nafsu makan dan menurunkan
kebugaran tubuh. Hal tersebut bila terjadi dapat mengganggu konsentrasi
dalam belajar, sakit secara fisik atau menimbulkan problem dalam
berinteraksi-sosial. Bahkan jika kecemasan dan stres terus meningkat bisa
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
3
menjadi depresi dan hal ini diperparah oleh tekanan orang tua yang panik
(Setyaningsih, 2007).
Setiap manusia memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi
masalah termasuk kecemasan. Menurut Rahayu (1997), dalam keadaan sehat
ataupun sakit seseorang harus memandang dirinya tidak hanya sebagai
makhuk bio-psiko-sosial saja melainkan juga memandang sebagai makhluk
bio-psiko-sosio-spiritual. Seperti yang diungkapkan sebelumnya dapat
diketahui bahwa spiritual sebagai bagian dari religiusitas memegang peranan
yang besar dalam menghadapi masalah, supaya kecemasan tidak berlanjut.
Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk
oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat
aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan (Bustanuddin,
2006).
Religiusitas bukan berarti penghayatan terhadap nilai-nilai agama semata
namun juga mensyaratkan adanya pengamalan nilai-nilai tersebut.
Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan individu terhadap seberapa
besar ia dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta
kapasitas yang dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil
mencapai tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti
dalam hidupnya. Religiusitas yang dimiliki seseorang dapat memunculkan
perasaan tenang, aman sehingga rasa cemas dapat dihindari
Melihat potensi kecemasan yang bisa dialami oleh siswa kelas XII yang
akan menghadapi UN serta efek-efek yang mungkin timbul dari kecemasan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
4
yang berlebihan, dan di sisi lain keterlibatan religiuisitas secara teoritis dapat
menciptakan rasa aman dan tenang sehingga kecemasan dapat dihindari, maka
peneliti ingin membuktikan hubungan antara religiusitas dengan tingkat
kecemasan siswa kelas XII yang menghadapi Ujian Nasional (UN).
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
Apakah terdapat hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada siswa
kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada
siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya bidang psikiatri dan dapat dipakai sebagai acuan
di dalam penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa dan
pihak terkait (orang tua, sekolah, pemerintah) dalam upaya pencegahan
dan penatalaksanaan kecemasan sehingga dapat membawa hasil
pembelajaran yang optimal. Hasil penelitian yang diperoleh juga
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
5
diharapkan dapat berguna sebagai referensi atau bahan pembanding bagi
peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan
religiusitas dan kecemasan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh
perasaan ketakutan disertai tanda somatis terutama sistem saraf
otonom yang menjadi hiperaktif (Kaplan dan Sadock, 2000).
Kecemasan merupakan ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran
yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan
manifesti kecemasan dapat melibatkan somatik dan psikologis
(Maramis, 2005).
Menurut Hawari (2006), kecemasan adalah gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas normal.
b. Etiologi
Faktor etiologi yang dapat menimbulkan kecemasan menurut
Kaplan dan Sadock (2000) adalah :
6
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
7
1). Biologi
a) Reaksi otonom yang berlebih dengan naiknya tonus simpatis
b) Naiknya pelepasan katekolamin
c) Naiknya metabolit norepinefrin, misalnya 3-metoksi-4-
hidroksifenil-glikol (MHPG)
d) Turunnya masa laten tidur rapid eye movement (REM) dan
stadium 4
e) Turunnya gamma amino butyric acid (GABA) menyebabkan
hiperaktivitas susunan saraf pusat (GABA menghambat aktivitas
susunan saraf pusat)
f) Serotonin menyebabkan kecemasan, naiknya aktivitas
dopaminergik berkaitan dengan kecemasan
g) Pusat hiperaktif di korteks serebral bagian temporal
h) Lokus seruleus, pusat neuron norandrenergik, hiperaktif pada
keadaan kecemasan
2). Psikoanalitik
a) Impuls tak sadar (misalnya seksual, agresivitas) mengancam
muncul ke dalam alam sadar dan menimbulkan kecemasan
b) Mekanisme pertahanan dipakai untuk mengatasi kecemasan
c) Displacement dapat menimbulkan fobia
d) Conversion, undoing, diplacement, dapat menimbulkan
obsesif konvulsif
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
8
e) Menghilangnya depresi dapat menimbulkan gejala panik
atau gangguan kecemasan menyeluruh
f) Agrofobia berkaitan dengan hubungan bergantung-
bermusuhan (hostile) dengan teman serta takut impuls
agresif/seksual dari diri ke orang lain atau sebaliknya
3). Teori belajar
a) Cemas timbul akibat frustasi atau stres. Begitu dirasakan,
cemas menjadi respon terkondisi terhadap situasi lain, yang
kurang serius, frustasi atau stres
b) Dapat dipelajari lewat identifikasi dan imitasi pola cemas
pada orang tua (teori belajar sosial)
c) Cemas terkait stimulus mengagetkan alamiah (misalnya
kecelakaan) dipindahkan ke stimulus lain melalui
pengkondisian dan menimbulkan fobia
Menurut Trismiati (2004) sumber-sumber ancaman yang dapat
menimbulkan kecemasan bersifat lebih umum, dapat berasal dari
berbagai kejadian dalam kehidupan atau dalam diri seseorang itu
sendiri.
Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres
atau konflik. Rangsangan berupa konflik baik dari luar maupun
dalam diri sendiri akan menimbulkan respon dari sistem saraf yang
mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibatnya, muncul
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
9
perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung,
pembuluh darah maupun ekstremitas (Redi, 2003).
c. Fisiologi
Fisiologi dari kecemasan dimulai dari adanya bahaya yang
dianggap mengancam dirinya, kemudian otak mengirim pesan
tersebut kepada sistem saraf otonom yang diikuti dengan aktifnya
sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis yang melepaskan
adrenalin dan noradrenalin (dari kelenjar adrenal pada ginjal). Zat
kimia ini merupakan pesan untuk melakukan tindakan menangani
kecemasan (Syamsulhadi, 2008).
d. Gejala Klinis
Gejala kecemasan dibagi menjadi dua (Mudjaddid, 2006),
yaitu:
1). Gejala Psikis
Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mudah marah, cepat
tersinggung, gelisah, tak bisa diam, atau timbul rasa sakit.
2). Gejala Somatis
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa
ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal,
diare, gelisah, rasa gatal, sulit tidur dan lain-lain.
Penderita cenderung tegang terus menerus tidak mau santai dan
pemikirannya penuh tentang kekhawatiran. Pederita terkadang
bicaranya cepat tetapi terputus-putus. Pada pemeriksaan fisik
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
10
terdapat reaksi yang sedikit lebih cepat (kadang-kadang
hiperventilasi dengan keluhan yang menyertainya). Gejala-gejala
lain berupa depresi, amarah, perasaan tidak mampu dan gangguan
psikosomatik (Maramis, 2005).
e. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Durand et al. (2007) membagi faktor-faktor
kecemasan tersebut atas empat faktor, yaitu :
1). Faktor biologis
a) Predisposisi genetis
b) Iregularitas dalam fungsi neurotransmiter
c) Abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya
atau yang menghambat tingkah laku repetitif.
2). Faktor sosial lingkungan
a) Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau
traumatis
b) Mengamati respon takut pada orang lain
c) Kurangnya dukungan sosial
d) Tidak mantapnya nilai hidup yang diajarkan (termasuk
religiusitas)
3). Faktor perilaku
a) Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya
netral (classical conditioning).
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
11
b) Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif
atau menghindari stimuli fobik (operant conditioning).
c) Kurangnya kesempatan untuk pemunahan (extinction)
karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
4). Faktor kognitif dan emosional
a) Konflik psikologis yang tidak terselesaikan
b) Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan
tentang ketakutan, keyakinan yang self defeating atau
irasional, sensitivitas berlebih terhadap ancaman, sensitivitas
kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self
efficacy yang rendah.
f. Diagnosis
Diagnosis kecemasan dapat ditegakkan berdasarkan gejala-
gejala yang muncul sesuai dengan kriteria Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi III atau dengan
menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA), The
Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) dan instrumen lainnya
(Hawari, 2006).
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kecemasan harus memperhatikan
prinsip holistik (menyeluruh) dan eklitik (mendetail) yaitu meliputi
aspek organo-biologik, aspek psiko-edukatif dan aspek sosio-
kultural (Mudjaddid, 2006).
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
12
Terapi psikofarmaka juga bisa digunakan. Obat yang biasa
digunakan oleh psikiater adalah obat anti cemas (anxyolitic) dan
obat anti depresi (antidepressant) yang juga berkhasiat sebagai
obat anti stres. Cara kerja psikofarmaka ini adalah dengan jalan
memutuskan sirkuit psikoneuroimunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami seseorang tidak lagi mempengaruhi
fungsi kognitif, afektif, psikomotorik dan organ-organ tubuh
(Hawari, 2006).
2. Religiusitas
a. Pengertian Religiusitas
Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang
sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam
hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati
dan tidak dapat dipaksakan. Religiusitas adalah kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan agama. Dalam perspektif Islam, religiusitas
dapat diketahui melalui beberapa aspek penting yaitu: aspek
keyakinan terhadap ajaran agama (akidah), aspek ketaatan terhadap
ajaran agama (syari’ah atau ibadah), aspek penghayatan terhadap
ajaran agama (ihsan), aspek pengetahuan terhadap ajaran agama
(ilmu) dan aspek pelaksanaan ajaran agama (amal atau akhlak)
(Rosyidah, 2006).
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
13
Religiusitas bukan hanya penghayatan terhadap nilai-nilai
agama saja namun juga perlu adanya pengamalan nilai-nilai
tersebut. Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan
individu terhadap seberapa besar ia dapat mengembangkan dan
mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang
dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil mencapai
tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti
dalam hidupnya (Rosyidah, 2006).
b. Aspek-Aspek Religiusitas
Glock dan Stark dalam Jalaludin (2004) mengatakan bahwa
terdapat 5 aspek dalam religiusitas yaitu :
1). Ideological Involvement (Keterlibatan Ideologikal)
Ideological involvement (keterlibatan ideologikal) adalah
tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang
dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada
Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Kepercayaan atau doktrin
agama adalah dimensi yang paling dasar. Setiap agama tentu
memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner
berbeda dengan agama lainnya. Pada dasarnya setiap agama
juga minginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap
pengikutnya (Jalaludin, 2004).
Dimensi keyakinan dalam agama Islam menggambarkan
keyakinan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
14
bersifat fundamental yang diwujudkan dengan membaca dua
kalimat syahadat (Ancok et al, 2001).
2). Ritual Involvement (Keterlibatan Ritual)
Ritual involvement (keterlibatan ritual) yaitu tingkatan
sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban
ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini
mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih
menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang
dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah perilaku masyarakat
pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritual yang
berkaitan dengan agama (Jalaludin, 2004).
Dimensi praktek dalam agama Islam disebut sebagai ibadah
yang harus dilakukan setiap orang sebagai tanda penghambaan
kepada Allah. Ibadah dapat dilakukan dengan menjalankan
ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek amalan
lainnya (Ancok et al., 2001).
3). Experential Involvement (Keterlibatan Eksperensial)
Experential involvement (keterlibatan eksperensial) adalah
perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah dialami dan
dirasakan oleh penganut agama. Pengalaman ini terjadi
misalnya ketika seseorang mampu mengatasi rasa takut, merasa
dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
15
dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan dan sebagainya
(Jalaludin, 2004).
Keterlibatan eksperensial dalam perspektif Islam terwujud
dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan
bertawakal (pasrah diri dalam hal yang positif) kepada Allah,
perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa,
perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al
Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat
peringatan atau pertolongan dari Allah (Ancok et al., 2001)..
4). Intelectual Involvement (Keterlibatan Intelektual)
Intelectual involvement (keterlibatan intelektual) atau
dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan
seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya,
terutama yang ada di dalam kitab suci manapun yang lainnya.
Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-
hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual, kitab
suci dan tradisi-tradisi. Dimensi keyakinan dan pengetahuan
berkaitan erat karena kepercayaan tidak akan kuat tanpa
pengetahuan. Dimensi ini dalam Islam menunjuk kepada
seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang
terhadap ajaran-ajaran agamanya yang termuat di dalam kitab
sucinya (Jalaludin, 2004).
5). Consequential Involvement (Keterlibatan Konsekuensial)
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
16
Consequential involvement (keterlibatan konsekuensial)
yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang
dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan
sosial, misalnya apakah seseorang itu mengunjungi
tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan,
mendermakan hartanya, dan sebagainya (Jalaludin, 2004).
Dalam Islam, dimensi ini dikenal dengan akhlak yaitu
setiap manusia berelasi dengan Tuhannya, manusia lain dan
alam sekitar. Hubungan manusia dengan Tuhannya
menimbulkan kepasrahan dan rasa berserah diri kepadaNya.
Hubungan manusia dengan manusia dapat diwujudkan dengan
melakukan perbuatan atau perilaku yang baik sebagai amalan
sholeh sebagai muslim meliputi perilaku suka menolong,
bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuh-
kembangkan orang lain, menegakkan kebenaran dan keadilan,
berlaku jujur, memaafkan, menjaga amanat dan sebagainya.
Hubungan manusia dengan alam sekitar diwujudkan dengan
memelihara, melestarikan, memakmurkan alam sekitarnya
(Ancok et a.l, 2001).
Jamaluddin (1995) membagi dimensi religiusitas menjadi
lima aspek dengan mengacu kepada rumusan religiusitas Islam dari
Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kelima aspek
tersebut adalah :
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
17
1). Akidah (ideologi)
Dimensi Aqidah yaitu dimensi yang mengungkap sejauh
mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun
iman yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman
kepada nabi dan rasul, iman kepada kitab suci, iman kepada
hari akhir, iman kepada qadha dan qadar. Jadi inti dari dimensi
akidah (keyakinan) dalam ajaran Islam adalah tauhid atau
peng-Esa-an Tuhan.
2) Ibadah (ritual)
Ibadah atau ritual merupakan dimensi yang berhubungan
dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam
mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagai mana yang
diperintahkan ajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan
tingkat frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang.
Ibadah khusus dipahami sebagai ibadah yang aturan dan tata
caranya, syarat, rukunnya telah diatur secara pasti oleh ajaran
Islam. Yang termasuk dalam dimensi ibadah dalam Islam
adalah shalat, puasa, zakat, haji, doa, dzikir, membaca Al
Qur’an dan sebagainya.
3) Ihsan (penghayatan)
Ihsan atau penghayatan merupakan dimensi yang
berhubungan dengan masalah seberapa jauh seseorang merasa
dekat dan dilihat oleh Tuhan dalan kehidupan sehari-hari.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
18
Dimensi ini mencakup pengalaman-pengalaman dan perasaan
tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, sehingga dalam
hatinya timbul perasaan-perasaan tenang dan tentram dalam
hidupnya, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan
menerima pembalasan, perasaan dekat dengan Tuahan dan
dorongan untuk melaksanakan perintah agama. Dimensi ihsan
dalam Islam mencakup perasaan-perasaan dekat dengan Allah,
merasa nikmat dalam menjalankan ibadah, merasa
diselamatkan Allah, merasa bersyukur atas nikmat Allah dan
merasa tenang hatinya saat mendengar asma Allah.
4) Ilmu (pengetahuan)
Ilmu atau pengetahuan merupakan dimensi yang berkaitan
dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran
agamanya, terutama dalam kitab suci. Seseorang yang
beragama harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai
dasar-dasar keyakinan, ritual serta kitab lainnya. Dimensi ini
dalam Islam menyangkut pengetahuan tentang isi Al Qur’an, di
antaranya pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan.
5) Amal dan Akhlak
Amal dan Akhlak merupakan dimensi yang berkaitan
dengan keharusan seseorang pemeluk agama untuk
merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan bukti sikap dan tindakannya yang
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
19
berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dimensi ini
menyangkut hubungan manusia satu dengan hubungan manusia
dengan lingkungannya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Menurut Jalaludin (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
religiusitas berdasarkan analisis psikososial adalah:
1). Faktor kepribadian
Secara fitrah manusia memang terdorong untuk melakukan
sesuatu yang baik, benar dan indah. Namun naluri mendorong
manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang
bertentangan dengan realita.
2.) Faktor usia
Pada masa kanak-kanak perkembangan religiusitas masih
meniru-niru ketergantungan pada yang mengajak dan berubah-
ubah. Pada masa remaja, religiusitas ditentukan oleh
pertumbuhan dan kemampuan mental, perasaan dan
pertimbangan sosial dan moral serta sikap dan minat. Pada
masa dewasa mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap
sistem nilai yang dipilihnya, baik yang bersumber dari ajaran
agama maupun dari norma-norma lain. Pada usia lanjut
terdapat kecenderungan yang semakin meningkat untuk
menerima pendapat keagamaan.
3). Faktor jenis kelamin
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
20
Pada pria lebih cenderung mengutamakan dimensi
keagamaan. Sedang pada wanita mereka sering mendapat
halangan fisik, sehingga berakibat pada pola ibadah yang tidak
teratur.
4). Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan membuat orang lebih terkontrol
perilakunya sesuai dengan norma agama.
5). Faktor stratifikasi sosial ekonomi
Seseorang yang berpenghasilan sangat terbatas, cenderung
berkurang perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
agama. Hal ini dapat disebabkan seluruh waktu dihabiskan
untuk mencari nafkah agar terpenuhi kehidupannya, tetapi
faktor ini tidak mutlak mempengaruhi religiusitas seseorang.
Setiap individu memiliki tingkat religiusitas yang berbeda-
beda dan dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi
religiusitas antara lain pengalaman-pengalaman emosional
keagamaan, kebutuhan individu yang mendesak untuk dipenuhi
seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri, cinta kasih dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternalnya antara lain pendidikan
formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi-tradisi sosial
yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan serta tekanan-tekanan
lingkungan sosial dalam kehidupan individu.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
21
3. Hubungan Kecemasan dengan Religiusitas
Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan,
yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,
ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem
syaraf pusat (Trismiati, 2004). Jadi kecemasan menghadapi UN
merupakan suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan di mana
siswa merasa ada tekanan perasaan, ancaman, kekhawatiran, hambatan
terhadap keinginan pribadi atau perasaan kecewa, rasa tidak puas dan
tidak aman. Kecemasan ini muncul karena rasa takut bila tidak dapat
lulus UN sesuai syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah sehingga
membawa dampak yang lebih berat lagi.
Durand et al. (2007) mengungkapkan bahwa kecemasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah religiusitas.
Religiusitas merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam
diri individu, yang mana faktor tersebut menyangkut kedekatan
individu dengan Sang Maha Pencipta. Kedekatan tersebut dapat
membuat seseorang tenang, aman sehingga rasa cemas dapat dihindari.
Religiusitas yang tinggi memunculkan rasa pasrah atas segala sesuatu
kepada Tuhan dengan segala usaha yang telah dilakukan sebelumnya.
Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi religiusitas seseorang maka
kemungkinan mengalami kecemasan semakin rendah.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
22
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: mempengaruhi
: meliputi
: variabel perancu (tidak dikendalikan)
: variabel yang diteliti
: subjek
Siswa Kelas XII SMUMenghadapi UN
Religiusitas
Tingkat Kecemasan
Faktor perilaku
- Sosial
Lingkungan
- Behavioral
- Kognitif
emosional
Faktor biologis
- Sosial
Lingkungan
- Behavioral
- Kognitif
emosional
Faktor kognitifemosional
Faktor sosiallingkungan
Keterlibatan ideologikalKeterlibatan ritualKeterlibatan intelektualKeterlibatan konsekuensialKeterlibatan eksperensial
Li
n
g
k
u
n
ga
n
- B
e
h
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
23
C. Hipotesis
Terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan pada
siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat yang diobservasi hanya sekali pada saat
yang sama (Taufiqurohman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMU Negeri 5 Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Populasi target dari penelitian ini adalah siswa/i kelas XII SMUN 5
Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Restriksi dilakukan
terhadap agama sesuai instrumen religiusitas yang dipakai, sehingga hanya
siswa/i muslim saja yang memenuhi syarat eligibilitas (menjadi populasi
sumber) dalam penelitian ini. Selanjutnya subjek penelitian (sampel) diambil
secara acak dari populasi sumber.
24
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
25
D. Ukuran Sampel
Menurut patokan umum, setiap penelitian yang datanya akan dianalisis
bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006).
Pada penelitian ini, untuk meningkatkan presisi estimasi yang akan diperoleh
serta untuk mengurangi kesalahan pencuplikan (sampling error), maka ukuran
sampel diperbesar hingga dua kali lipat menjadi 60 subjek.
Setiap penelitian yang menyangkut subjek manusia secara etis perlu
mendapatkan persetujuan dari yang bersangkutan (informed consent). Dalam
mencuplik sampel, terdapat kemungkinan (calon) responden menolak
partisipasi (non response) atau tidak memberikan persetujuan untuk
pengolahan data lebih lanjut (non consenter). Selain itu, ada pula
kemungkinan responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap (non item
response) atau memiliki skor L-MMPI 10 (data tidak valid karena
responden tidak jujur), sehingga menyebabkan missing value dan
berkurangnya jumlah sampel. Kemungkinan berkurangnya sampel perlu
diantisipasi dengan cara memperbesar taksiran ukuran sampel asli agar presisi
tetap terjaga. Rumus untuk mengantisipasi berkurangnya subjek penelitian
sebagai berikut :
N = _ n___
1-L
N = Ukuran sampel setelah revisi
n = Ukuran sampel asli
L = Non-response rate / proporsi yang hilang
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
26
Jika diasumsikan nilai L sebesar 5%, maka:
N = __60__ = 63,15 64
1-0.05
Jadi sampel yang dicuplik sebanyak 64 siswa.
E. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random
sampling. Dari populasi sumber sebanyak 246 siswa, diambil secara acak
menggunakan tabel random sebanyak 64 siswa. Dari 64 sampel tersebut,
responden dieksklusikan dari penelitian ini jika memiliki skor L-MMPI 10,
tidak mengisi lembar persetujuan atau tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : tingkat religiusitas
2. Variabel tergantung : tingkat kecemasan
3. Variabel luar (tidak dikendalikan) : tingkat pendidikan orang tua, tingkat
sosial ekonomi
G. Definisi Operasional Variabel
1. Religiusitas
Religiusitas adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang.
Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran
agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan. Kepercayaan ini
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
27
kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.
Religiusitas dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala
religiusitas yang diadaptasi dari teori Glock dan Stark (Jalaludin, 2004).
Dimensi atau keterlibatan yang diukur dengan instrumen religiusitas
mencerminkan aspek religiusitas seseorang, meliputi keterlibatan
ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektelekual, keterlibatan
konsekuensial dan keterlibatan eksperensial (Ancok et al., 2001). Skala
pengukuran religusitas adalah rasio.
2. Kecemasan
Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan psikis pada subyek
penelitian yang diukur dengan The Taylor Minnesota Anxiety Scale
(TMAS). Meskipun lazimnya skor TMAS 21 digunakan sebagai cut off
point untuk menentukan kecemasan, namun dalam penelitian ini
kecemasan diukur dalam skala rasio.
H. Instrumen Penelitian
1. Lembar Biodata & Informed Consent
Pada bagian ini juga terdapat petunjuk pengisian kuesioner dan
informasi jaminan kerahasiaan data responden (Lampiran 1).
2. Kuesioner L-MMPI
Kuesioner L-MMPI (Lie Minnesota Multhiphasic Personality
Inventory) merupakan skala validitas yang berfungsi untuk
mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
28
ketidakjujuran subjek penelitian (Lampiran 2). Tes ini bertujuan untuk
menguji kejujuran responden. Responden harus menjawab “ya” bila
pernyataan tersebut sesuai dengan dirinya dan “tidak” bila sebaliknya.
Menurut Handi (2004), nilai batas skala adalah 10, sehingga jika
responden memiliki skor 10, maka data yang diukur dari responden
tersebut dinyatakan invalid dan tidak diolah diikutkan dalam penelitian
(kriteria eksklusi).
3. Kuesioner TMAS (The Taylor Minnesota Anxiety Scale)
Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukuran kecemasan. TMAS
berisi 50 butir pertanyaan, di mana responden menjawab keadaan ”ya”
atau ”tidak” sesuai dengan keadaan dirinya, dengan memberi tanda ()
pada kolom jawaban ”ya” atau tanda (X) pada kolom jawaban “tidak”.
Kuesoner TMAS terdiri atas 13 pertanyaan unfavourable dan 37
pertanyaan favourable. Setiap jawaban dari pertanyaan favuorable bernilai
1 untuk jawaban ”ya” dan 0 untuk jawaban ”tidak”. Pada pertanyaan
unfavourable bernilai 1 untuk jawaban ”tidak” dan bernilai 0 untuk
jawaban ”ya”(Lampiran 3). Sebagai cut off point adalah sebagai berikut :
a. Skor <21 berarti tidak cemas
b. Skor 21 berarti cemas
Suatu skala atau instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut.
TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi akan tetapi
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
29
dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam
mengisinya (Azwar, 2007).
4. Skala Religiusitas
Penelitian ini menggunakan angket/skala religiusitas yang disusun oleh
Jatiningsih (2007) berdasarkan teori religiusitas Glosk dan Stark. Angket
tersebut meliputi keterlibatan ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan
intelektelekual, keterlibatan konsekuensial serta keterlibatan eksperensial
(Lampiran 4).
Validitas angket tersebut sudah diukur dengan uji coba kuesioner
terhadap 10 siswa SMU. Validitas diuji dengan uji Pearson’s product
moment, pertanyaan dinyatakan valid jika signifikasi <0,05. Butir
pertanyaan yang validitasnya kurang dari 0,3 diganti, butir pertanyaan
yang validitasnya antara 0,3-0,7 diperbaiki, sedangkan pertanyaan yang
validitasnya lebih dari 0,7 dapat dipakai.
Pemberian skor pada angket religiusitas menggunakan skala Likert
dengan pernyataan positif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 4; S:
sesuai, nilai 3; TS: tidak sesuai, nilai 2; STS: sangat tidak sesuai, nilai 1)
serta pernyataan negatif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 1; S:
sesuai, nilai 2; TS: tidak sesuai, nilai 3; STS: sangat tidak sesuai, nilai 4).
I. Teknik Pengambilan Data
Data yang diambil merupakan data primer dari hasil jawaban subjek
penelitian atas angket skala religiusitas dan skala kecemasan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
30
J. Skema Penelitian
Kriteria inklusi
(246 siswa eligibel)
Kriteria eksklusi
Analisis data(uji korelasi)
1. Akan menghadapi UN2. Beragama Islam3. Laki-laki dan
perempuan
Siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta(347 siswa)
Sampel diambil denganrandom sampling
(64 siswa)
1. Skor L-MMPI 10
2.Tidak mengisi lembarkuesioner dengan lengkap
3.Tidak memberikaninformed consent
Skorkecemasan
Skorreligiusitas
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
31
K. Prosedur Penelitian
1. Responden mengisi formulir biodata dan lembar persetujuan
2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI sehingga bisa dinilai kejujurannya
dalam mengisi kuesioner selanjutnya
3. Responden mengisi kuesioner religiusitas yang telah divalidasi
4. Responden mengisi kuesioner TMAS sehingga bisa diketahui tingkat
kecemasannya.
5. Semua data primer dianalisis
L. Analisis Statistik
Variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini berskala rasio
sehingga analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson (r)
(Murti, 2006). Asumsi yang harus dipenuhi untuk analisis korelasi Pearson
adalah:
1. Minimal salah satu variabel mempunyai distribusi normal
2. Kedua variabel menunjukkan hubungan linear
Analisis dilakukan baik dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17
Hipotesis kerja penelitian ini (yaitu ada hubungan negatif antara
religiusitas dengan kecemasan siswa yang akan menghadapi UN) diterima bila
-1 ≤ r < 0.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Sampel
Jumlah sampel yang dicuplik pada penelitian ini adalah 64 siswa terdiri
atas 38 wanita dan 22 laki-laki. Dari jumlah tersebut, sebanyak satu sampel
mempunyai skor L-MMPI >10 dan tiga sampel lainnya tidak mengisi seluruh
pertanyaan kuesioner yang diberikan, sehingga keempatnya dieksklusikan
dari penelitian.
Tabel 1. Frekuensi Distribusi Data Besar Sampel Berdasar Jenis Kelamin
Jenis kelamin n %
Laki-laki 22 36.67
Perempuan 38 63.33
Jumlah 60 100
Tabel 1 menunjukkan proporsi sampel yang berbeda berdasarkan jenis
kelaminnya, yaitu 63.33% perempuan dan 36.67% laki-laki. Pencuplikan
sampel diambil dari siswa yang eligibel yang terdiri atas 154 siswa
perempuan dan 92 siswa laki-laki. Hal ini dikarenakan jumlah siswa
perempuan lebih dominan daripada siswa laki-laki.
Data kuesioner yang telah diperoleh kemudian dihitung skor religiusitas
dan skor kecemasannya seperti terdapat dalam Lampiran 5. Dari data tersebut
dapat diolah karakteristik responden, sebagai berikut :
32
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
33
Tabel 2. Karasteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Religiusitas dan
Kecemasan
Variabel Mean Median Standar Deviasi Minimal Maksimal
Religiusitas 167.08 167 13.56 134 194
Kecemasn 26.26 26 6.13 12 40
Tabel 2 menunjukkan rerata skor religiusitas sebesar 167.08, dengan
rentang skor 134 hingga 194 dan nilai mediannya 167. Pada variabel
kecemasan didapatkan rerata skor sebesar 26.26, dengan rentang skor 12
hingga 40 dan nilai mediannya 26.
Dengan menggunakan skor T-MAS 21 sebagai cut-off point, didapatkan
85% responden mengalami kecemasan, sedangkan 15 % responden lainnya
tidak mengalami kecemasan (Gambar 1). Responden perempuan yang
mengalami kecemasan jumlahnya lebih banyak yaitu 89.94%, sedangkan
responden laki-laki yang mengalami kecemasan sebanyak 77.27%.
Responden perempuan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 10.53%
sedangkan responden laki-laki yang tidak cemas sebanyak 22.72%.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
34
0%
20%
40%
60%
80%
100%
perempuan laki laki total
CemasTidak cemas
Gambar 1. Persentase Kecemasan Berdasarkan Nilai Cut-off Point
pada Responden Menurut Jenis Kelamin
Skor masing-masing dimensi religiusitas pada sampel disajikan dalam
Tabel 3. Nilai rerata keterlibatan idiologikal dari seluruh responden sebesar
36.21, yang berkisar antara 27 hingga 40. Nilai rerata keterlibatan ritual
sebesar 48.95, dari kisaran nilai responden antara 17 hingga 62. Nilai rerata
keterlibatan intelektual sebesar 32.53, dari kisaran 26 hingga 40, dan nilai
rerata untuk keterlibatan eksperensial sebesar 14.85 dari kisaran nilai
responden antara 8 hingga 20.
Tabel 3. Skor Religiusitas Sampel pada Tiap Dimensi
Dimensi Mean Median Standar Deviasi Minimal Maksimal
Idiologikal 36.21 37.00 3.13 27 40
Ritual 48.95 49.00 6.79 17 62
Intelektual 32.53 32.00 3.26 25 39
Konsekuensial 34.58 35.00 3.64 26 40
Eksperensial 14.85 15.00 2.49 8 20
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
35
B. Analisis Data
Sebelum dilakukan uji hipotesis, data penelitian harus memenuhi uji
asumsi atau uji prasyarat. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji
linieritas. Apabila hasil uji normalitas dan linieritas menunjukkan bahwa data
penelitian telah terdistribusi normal dan memiliki hubungan linier antara
variabel bebas dan tergantung, maka uji parametrik dengan korelasi product
moment Pearson’s dapat dilakukan. Sebaliknya jika hasil dari uji tersebut tidak
normal dan tidak linier maka uji analisis yang dipilih adalah uji non-
parametrik Spearman’s. Uji normalitas dan linieritas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS for Windows 17.0. Berikut dijelaskan hasil uji
prasyarat:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel terdistribusi
secara normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing sebaran data
yaitu sebaran data kecemasan menghadapi UN dan sebaran data religiusitas,
baik secara deskriptif maupun analitik. Uji normalitas secara deskriptif dapat
dilihat dari stem-and-leaf plot, histogram, box plot dan normal Q-Q plot
seperti yang terdapat pada Lampiran 6. Uji normalitas secara analitik
dilakukan dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov
Test karena jumlah sampel > 50, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Normalitas dengan Tes Kolmogorov-Smirnov
Variabel nilai p Keterangan
Religiusitas 0.20 Sebaran normal
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
36
Kecemasan 0.20 Sebaran normal
Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 4, variabel religiusitas
memiliki sebaran data yang normal (p>0.05). Hasil uji normalitas terhadap
data kecemasan menunjukkan adanya sebaran yang juga terdistribusi normal
(p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data
kedua variabel penelitian terdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel
mempunyai hubungan yang linier. Grafik liniearitas pada Gambar 2
menunjukan adanya hubungan linier antara religiusitas dengan kecemasan
menghadapi Ujian Akhir Nasional, yang ditandai dengan tren menurun yang
bisa ditarik garis linier.
Gambar 2. Grafik Linieritas Antara Religiusitas dan Kecemasan
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas sehingga semua prasyarat uji
parametrik terpenuhi, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik
korelasi product moment dari Pearson.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
37
Tabel 5. Uji Korelasi Pearson Antara Kecemasan dan Religiusitas
Korelasi Nilai p Koefisien korelasi (r)
Religiusitas terhadap kecemasan 0.000 -0.504
Kecemasan terhadap religiusitas 0.000 -0.504
Interpetasi hasil dari uji korelasi Pearson yang disajikan pada Tabel 5 dalam
menilai kemaknaan korelasi antar dua variabel, digunakan nilai p. Terdapat
korelasi yang bermakna antar dua variabel jika nilai p<0.05 (Dahlan, 2005). Hasil
uji korelasi Pearson pada penelitian ini dengan nilai p<0.001 menunjukkan bahwa
terdapat korelasi yang bermakna antara skor religiusitas dan skor kecemasan .
Sedangkan nilai korelasi Pearson (r) sebesar -0.504 menunjukkan dua hal,
yaitu arah korelasi dan kekuatan korelasi. Nilai korelasinya adalah negatif,
menandakan hubungan yang berlawanan. Hal itu menunjukkan bahwa semakin
besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel yang lain (Dahlan, 2005).
Nilai koefisien korelasi sebesar 0.504 mengindikasikan bahwa kekuatan
korelasinya lemah (Sarwono, 2006; Nugroho, 2005). Nilai r ditafsirkan baik (r >
0.8), sedang (0.6 – 0.79), lemah (0.4 – 0.59), sangat lemah (<0.4) (Sastroasmoro,
2008). Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh adalah 0.254, artinya sumbangan
variabel religiusitas terhadap penurunan tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi Ujian Nasional (UN) sebesar 25.4%.
Dari analisis data dengan menggunakan uji korelasi Pearson dapat
disimpulkan bahwa Ho (r 0) ditolak, dan H1 diterima. Dengan kata lain, ada
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
38
hubungan negatif yang lemah namun secara statistik bermakna antara religiusitas
dengan kecemasan siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN).
Selain uji hipotesis korelasional antara variabel dependen dan independen,
peneliti sekaligus meninjau lebih detail lagi hubungan masing-masing dimensi
dari religiusitas terhadap tingkat kecemasan dalam mengadapi Ujian Nasional
(UN). Setelah dilakukan uji korelasional diperoleh hasil yang disajikan dalam
Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Uji Korelasi antara Kecemasan dengan Dimensi-dimensi Religiusitas
Variabel dependen Variabel independen Koefisien korelasi (r) Nilai p
Kecemasan Idiologikal -0.378 0.003 *
Ritual -0.394 0.006 *
Intelektual -0.399 0.002 *
Konsekuensial -0.447 0.001 *
Eksperensial -0.120 0.360
* signifikan pada p < 0.05
Dari Tabel 6 didapatkan empat dimensi dari variabel religiusitas memiliki
hubungan negatif yang bermakna dengan kecemasan secara statistik (p<0.05),
yaitu dimensi idiologikal, dimensi ritual, dimensi intelektual dan dimensi
konsekuensial. Dimensi eksperensial mempunyai korelasi terlemah dengan
kecemasan yang tidak menunjukkan adanya kebermaknaan secara statistik dengan
nilai p>0.05 yaitu 0.360.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
39
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan nilai rerata skor religiusitas (mean SD)
adalah 167.08 13.56. Sedangkan nilai rerata skor kecemasan sampel (mean
SD) adalah 26.26 6.13. Pada pengambilan sampel secara random didapatkan
sampel laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang berbeda, yaitu 38 perempuan
(63.33%) dan 22 laki-laki (36.67%). Hal ini dikarenakan jumlah sampel eligibel
dari siswa perempuan lebih dominan daripada siswa laki-laki dimana siswa
perempuan sebanyak 154 atau 62.6% sedangkan siswa laki-laki sebanyak 92 atau
37.4% Meski teknik pencuplikan random dilakukan secara sederhana (non-
proporsional), persentase sampel penelitian menurut rasio jenis kelamin
proporsional dengan populasi target.
Berdasarkan cut off point skala kecemasan dengan TMAS yaitu skor 21
dinyatakan cemas, maka 85% dari seluruh responden mengalami kecemasan.
Responden perempuan yang mengalami kecemasan jumlahnya lebih banyak yaitu
89.94% sedangkan responden pria yang cemas sebanyak 77.27%. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan Durand et al. (2007) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kecemasan seseorang adalah faktor biologis. Berkaitan dengan
kecemasan pada laki-laki dan perempuan, Trismiati (2004) mengatakan bahwa
perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki.
Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.
39
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
40
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Trismiati (2004)
menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan. Maccoby dan
Jacklin (2001) menyatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh
tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga dinilai lebih
cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Berbagai studi
kecemasan secara umum menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada
laki-laki.
Berdasarkan hasil analisis data dengan uji korelasi product moment dari
Pearson, didapatkan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan
kecemasan menghadapi UN dengan nilai r = -0.504, sehingga hipotesis yang
menyatakan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan
siswa muslim kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian
Akhir (UN) dapat diterima. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin
rendah kecemasan siswa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan
dalam menghadapi Ujian Akhir (UN) semakin tinggi.
Kecemasan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu emosi yang ditandai
dengan keadaan yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran dan kegelisahan
yang penyebab timbulnya tidak jelas atau tidak kelihatan (Trismiati, 2004).
Kecemasan yang berhubungan dengan ujian merupakan pengalaman buruk yang
kurang menyenangkan yang dialami individu baik di saat persiapan tes, menjelang
dan selama pelaksanaan tes. Seseorang yang menderita kecemasan yang tinggi
dalam menghadapi tes menyebabkan seseorang terhambat atau kurang bisa
memproses informasi dan tidak dapat menemukan cara pemecahan masalah yang
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
41
tepat. Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) pada siswa SMU kelas XII
adalah emosi yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan siswa mengalami
perasaan tidak berdaya dalam tingkat yang berbeda-beda karena
ketidakmampuannya menyesuaikan diri pada situasi saat akan menghadapi UN.
Gejala klinis yang muncul akibat kecemasan dapat berupa gejala psikis maupun
gejala somatis. Penderita cenderung tegang terus menerus, tidak mau santai dan
pemikirannya penuh tentang kekhawatiran (Maramis, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kecemasan. Religiusitas dalam penelitian ini diartikan
sebagai internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini
berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati
maupun dalam ucapan. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di
dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan (Rosyidah, 2006).
Hubungan antara religiusitas dan kecemasan menghadapi UN dapat dilihat
dari usaha siswa dan guru yang berupaya untuk mendekatkan diri lagi dan
memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Siswa di SMU N 5 Surakarta melakukan
upaya-upaya nyata yang berupa kegiatan keagamaan untuk mengurangi atau
mengatasi kecemasannya, misalnya pada waktu istirahat melakukan ibadah sholat
sunnah, guru bimbingan konseling dan guru agama memberikan dorongan,
semangat untuk lebih giat beribadah serta saran-saran agar para siswa bisa lebih
tenang dalam menghadapi UN nanti. Pada hari menjelang Ujian Nasional (UN)
dilakukan doa bersama dan pemberian nasihat kepada siswa kelas XII.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
42
Hasil penelitian ini selaras dengan apa yang diungkapkan Hawari (2006)
bahwa ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat menjauhkan manusia
dari perasaan cemas, tegang dan depresi. Keyakinan, idealisasi dan keimanan
membuat manusia dapat menjalani kehidupan dengan baik sekaligus mencapai
suatu hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban. Cara pandang positif
dan keyakinan terhadap kehidupan yang terbangun dengan religiusitas dapat
memunculkan daya tahan dan kemampuan menghadapi permasalahan yang
sekiranya dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat muncul karena
beberapa kondisi eksternal seperti konflik keluarga, tekanan sosial maupun terlalu
kuatnya ikatan individu pada lingkungannya.
Keyakinan dan keimanan yang biasa disebut juga sebagai religiusitas
tersusun atas beberapa dimensi atau keterlibatan, antara lain keterlibatan
ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektual, keterlibatan konsekuensial
dan keterlibatan eksperensial (Jalaludin, 2004). Penelitian ini menunjukkan bahwa
dimensi ideologikal, dimensi ritual, dimensi intelektual dan dimensi
konsekuensial memiliki hubungan yang bermakna dengan kecemasan. Akan tetapi
dimensi eksperiensial tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
dengan nilai p=0.360 yang tidak sesuai dengan teori yang telah diungkapkan
sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi karena responden kurang memahami
pertanyaan-pertanyaan pada dimensi eksperiensial yang memang saling mirip dan
kurangnya pengalaman spiritual yang kuat dan berkesan yang umumnya terjadi
pada usia dewasa pertengahan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
43
Daradjat (2000) menyatakan bahwa agama dapat memberikan jalan kepada
manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut, atau rasa cemas menghadapi
persoalan hidup. Agama dapat memantapkan kembali jiwa yang sedang
mengalami kebimbangan-kebimbangan. Hidup keagamaan akan memberikan
kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan cobaan hidup,
memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis, serta menimbulkan sikap
rela menerima kenyataan hidup sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan.
Pemecahan masalah-masalah kehidupan melalui nilai-nilai religiusitas akan
meningkatkan kehidupan seseorang ke nilai spiritual. Seseorang akan memperoleh
keseimbangan mental bila ia mampu melakukan transendensi melalui nilai-nilai
religius yang diyakininya.
Terkait dengan manfaat kesehatan mental dari religiusitas, terdapat beberapa
mekanisme keagamaan dalam mempengaruhi kesehatan antara lain: (1) mengatur
pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat, (2) memperbaiki persepsi ke
arah positif, (3) memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, (4)
mengembangkan emosi positif, dan (5) mendorong kepada kondisi yang lebih
sehat. Menurut Culliford (2002), pribadi/individu dengan komitmen agama yang
tinggi akan meningkatkan kualitas ketahanan mentalnya karena memiliki self
control, self esteem dan confidence yang tinggi
Analisis dan rancangan penelitian ini tidak bisa digunakan untuk
menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat bahwa tingkat religiusitas rendah
menyebabkan kecemasan atau sebaliknya, melainkan hanya menunjukkan korelasi
antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan. Untuk mengetahui bahwa
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
44
hubungan antara keduanya adalah bersifat kausal, atau variabel yang satu
mempengaruhi variabel yang lain, maka diperlukan rancangan penelitian yang
lebih baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan sumbangan variabel religiusitas terhadap
tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi UN sebesar 25.4%. Hal ini
menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada siswa selain religiusitas sebesar 74.6%. Faktor-faktor lain
tersebut meliputi sikap pribadi, jenis kelamin (perempuan lebih rentan mengalami
kecemasan apabila dibandingkan dengan pria), serta status ekonomi (individu
yang mengalami kesulitan ekonomi berpotensi mengalami kecemasan). Faktor
harga diri, kepercayaan diri, dukungan sosial, dan persiapan diri yang rendah juga
berpotensi menimbulkan kecemasan pada siswa (Durand et al., 2007).
Faktor lain yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah
kemungkinan subjek penelitian tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang
ditanyakan ketika mengisi kuesioner, sehingga jawaban yang diberikan kurang
sesuai dengan kenyataan yang dialaminya. Jumlah item pertanyaan yang terlalu
banyak membuat subjek penelitian bosan dan malas untuk berpikir. Hal ini dapat
menyebabkan bias pengukuran sehingga mengurangi validitas hasil penelitian.
.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
45
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang bermakna (r=-0.504,
p<0.001) antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan siswa kelas XII
SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Jadi
Semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan siswa,
sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi
Ujian Akhir (UN) semakin tinggi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran
penulis adalah sebagai berikut:
1. Melihat adanya hubungan antara religiusitas dengan kecemasan, maka
sebaiknya pihak SMU Negeri 5 Surakarta selain mempersiapkan
materi pelajaran siswa dalam menghadapi Ujian Nasional juga
memperhatikan sisi psikologisnya, salah satunya dengan dengan
meningkatkan religiusitas siswa.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas
untuk memperluas generalisasi hasil penelitian.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan rancangan penelitian
yang lebih baik sehingga dapat membuktikan adanya hubungan sebab
45
45
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
46
akibat antara religiusitas dan kecemasan, dengan memperhitungkan
faktor perancu lainnya
4. Mungkin diperlukan pengembangan instrumen religiusitas yang lebih
sederhana berikut uji validitasnya sehingga responden dapat
memahami kuesioner dengan lebih mudah dan lebih cepat.
5. Diperlukan pengembangan dan uji validitas instrumen religiusitas yang
bersifat lebih umum atau instrument spesifik untuk penganut agama
lain sehingga bisa diaplikasikan pada sampel non-muslim.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
47
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D, Suroso dan Nashori. 2001. Psikologi Islam. Yogyakarta : PustakaPelajar.
Azwar. 2007. Konsep Pengukuran Validitas. Jakarta:Gunawan Pres hal. 60
Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC
Bustaniddin, A. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar AntropologiAgama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Culliford L. 2002. Spiritual Care and Psychiatric Treatment Introduction inAdvances in Psychuatric Treatment pp 249-61
Dahlan MS (2005). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT.Arkans
Durand, W dan Bartow D. 2007. Intisari Psikologi Abnormal Buku Kedua EdisiKeempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Depdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009.www.depdiknas.go.id/produk_hukum/permen/permen_75_2009.pdf.(21April 2010)
Dodi. 2010. Siswa Tidak Lulus UN Bisa Ikuti Ujian Ulang.http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/berita/362.html. (21 April2010)
Daradjat, Z. 2000. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Hawari, D .2006. Managemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: Balai PenerbitanFK UI , hal :67
Handi, P. 2004. Depresi dan Solusinya.Yogyakarta: Tugu Publiser
Jalaludin, R. 2004. Psikologi Agama.Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal 16-51
Jamaluddin, M. 1995. Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi. Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Jatiningsih, 2007. Hubungan Tingkat Religiusitas dan Kesehatan ReproduksiRemaja di SMUN I dan SMUN III Surakarta. Skripsi. Surakarta. FakultasKedokteran UNS (Tidak Diterbitkan)
47
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
48
Kaplan H.I, Sadock B.J, Made,W. (eds). 2000. Gangguan Kecemasan. Dalam:Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kaplan HI and Sadock BJ. 2005. Mood Disorder. In Pocket Handbook of ClinicalPsychiatry. Baltimore: William and Wilkins
Maramis, WE. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga UniversityPress, p: 139
Maccoby, E. M. dan Jacklin, C. N. 2001. The psychology of Sex Differences.California: Standford University Press.
Mudjaddid, E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik GangguanAnsietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Dalam : Ilmu PenyakitDalam Edisi IV Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen IlmuPenyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 903
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif danKualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : UGM Pres
Nugroho BA (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian denganSPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi, p: 35
Redi, M. 2003. Kenalilah Rasa Cemas yang Tidak Rasional.www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/1114/kes.html (22 Maret2010)
Rahayu, H.P. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Prilaku : Stres.Indonesian Psychologycal Journal Psikologika, hal. 61-7
Rosyidah, S. 2006. Hubungan Religiusitas dengan KebermaknaanHidup pada Anak Yatim Panti Asuhan Mardhotilah. Skripsi. SurakartaUniversitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak Diterbitkan)
Setyaningsih, R. 2007. Mengtasi Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional.http://bempsychology-unissula.blog.friendster.com/ (21 April 2010)
Sarwono J (2006). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:Penerbit Andi, p:8
Sastroasmoro S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Bagian IlmuKesehatan Anak FKUI. Jakarta : Binarupa Aksara
Syamsulhadi, M. 2008.Handout Psikiatri. Surakata: UNS hal .5
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
49
Taufiqurohman, MA. 2004. Pengantar metodologi penelitian untuk ilmukesehatan. Klaten: CGSF (The Community of Self Help Group Forum)
Trismiati. 2004. Perbedaan tingkat kecemasan anatara pria dan wanita akseptorkontrasepsi mantab di RSUD Rd Sarjito. Yogyakarta : UGM Pres
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users