perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/dampak...dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol solo –...

88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user DAM S Jurus MPAK SOSI SOLO – NG DENGG Unt guna m san / Progra H UN AL EKONO GAWI TER GUNGAN K KABUPA tuk memenu memperoleh di Fak Universi am Studi Pe HENRY WA FAKULT NIVERSITA SU OMI PEMB RHADAP M KECAMATA ATEN BOY SKRIPSI uhi sebagian h derajat Sa kultas Perta itas Sebelas enyuluhan d Oleh : AHYU TRIL H0404045 TAS PERTA AS SEBELA URAKARTA 2010 BANGUNAN MASYARAK AN BANYU YOLALI n persyarat arjana Perta anian s Maret dan Komun LAKSONO ANIAN AS MARET A N JALAN T KAT DESA UDONO tan anian nikasi Pertan O T TOL nian

Upload: lammien

Post on 12-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAM

S

Jurus

MPAK SOSI

SOLO – NG

DENGG

Untguna m

san / Progra

H

UN

AL EKONO

GAWI TER

GUNGAN K

KABUPA

tuk memenumemperoleh

di FakUniversi

am Studi Pe

HENRY WA

FAKULT

NIVERSITA

SU

OMI PEMB

RHADAP M

KECAMATA

ATEN BOY

SKRIPSI

uhi sebagianh derajat Sakultas Pertaitas Sebelas

enyuluhan d

Oleh :

AHYU TRILH0404045

TAS PERTA

AS SEBELA

URAKARTA

2010

BANGUNAN

MASYARAK

AN BANYU

YOLALI

n persyaratarjana Pertaanian s Maret

dan Komun

LAKSONO

ANIAN

AS MARET

A

N JALAN T

KAT DESA

UDONO

tan anian

nikasi Pertan

O

T

TOL

nian

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL

SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA

DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO

KABUPATEN BOYOLALI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Henry Wahyu Trilaksono

H0404045

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal :

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Surakarta,

Mengetahui Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

Dr. Ir. Suwarto, MSi NIP. 19561119 198303 1 002

D. Padmaningrum, SP. MSi NIP. 19720915 199702 2 001

Ir. Marcelinus Molo, MS, Phd NIP. 19490320 197611 1 001

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, sehingga Penulis

dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul ”DAMPAK SOSIAL EKONOMI

PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO-NGAWI TERHADAP

MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO

KABUPATEN BOYOLALI”.

Penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak sejak

awal penelitian hingga akhir penulisan Skripsi. Oleh karena itu, Penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Much Syamsulhadi, Sp.KJ, selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ir. Marcelinus Molo, MS, Phd, selaku Pembimbing Utama Skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. D. Padmaningrum, SP. MSi, selaku Pembimbing Akademik dan Pendamping

Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, ilmu dan berbagai

masukan selama studi Peneliti di Fakultas Pertanian UNS dan dalam

penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. Ir. Suwarto, MSi, selaku Dosen Tamu Penguji Skripsi yang telah

memberikan masukan dan saran kepada Peneliti dalam perbaikan skripsi ini.

7. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin

penelitian ini.

8. Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Boyolali yang telah

memberikan data-data dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

9. Bapak Junaedi, selaku lurah Desa Denggungan Kecamatan Banyudono

Kabupaten Boyolali yang telah membantu Peneliti dalam mengkoordinasikan

warganya dan memberikan data pendukung skripsi ini.

10. Bapak, ibu, kakak dan adikku tercinta yang telah memberikan dukungan moral

dan spritual dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Maya Wiraswati dan keluarga yang selalu meluangkan waktunya untuk

Peneliti dalam memberi motivasi dan perhatian dalam penyelesaian skripsi

ini.

12. Keluarga besar (Alm. Mbah Hj. Wagiyem, Mbah Sugi, Lik Rasminah, Om

Azhar, Rafie, Darmawan, Ela, Lisa, Mba Wijos, Om Budi, Mba Sinung) yang

telah memberikan tempat tinggal kepada Peneliti di Kota Solo sejak kuliah

hingga penyelesaian skripsi ini, terima kasih juga atas dukungan, motivasi

serta do’anya selama ini.

13. Kawan – kawan seperjuangan (Wayan, Iwan, Widi, Doni, Ajis, Resza, Indra)

dan kawan-kawan Jurusan PKP 2004 yang telah memberikan motivasi dan

do’anya.

14. Kawan-kawan LPM Kentingan UNS (Farida, Widita, Iken, Fauzan,

Rumichan, Dhita, Fauzi, Ana) dan semuanya yang selalu memberikan

motivasi yang tidak pernah habis-habisnya.

15. Semua pihak yang belum Penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya dalam Penyelesaian skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Maka dari itu, Penulis menerima kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak. Semoga Skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Agustus 2010

Penulis

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

RINGKASAN .................................................................................................. xi

SUMMARY ..................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 6

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 6

B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 20

C. Hipotesis ....................................................................................... 21

D. Definisi Operasional ..................................................................... 21

E. Pengukuran Variabel ..................................................................... 25

III. METODE PENELITIAN ................................................................. 28

A. Metode Dasar Penelitian ............................................................... 28

B. Metode Penentuan Lokasi ............................................................. 28

C. Populasi dan Teknik Sampling ..................................................... 29

D. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 30

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 30

F. Metode Analisis Data .................................................................... 30

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................ 32

A. Keadaan Alam ............................................................................... 32

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

B. Keadaan Penduduk ........................................................................ 33

C. Keadaan Pertanian ........................................................................ 38

D. Keadaan Sarana Perekonomian ..................................................... 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 40

A. Karakteristik Responden ............................................................... 40

B. Dampak Pembangunan Jalan Tol Terhadap Responden Dilihat Pada

Aspek Ekonomi, Sosial dan Psikologis ........................................ 55

C. Analisis Perbedaan Dampak Sosial, Ekonomi dan

Psikologis Pembangunan Jalan Tol Terhadap Petani dan Bukan

Petani ............................................................................................. 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 74

A. Kesimpulan ................................................................................... 74

B. Saran ............................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 77

LAMPIRAN ............................................................................................... 79

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Denggungan Yang Terkena

Proyek Jalan Tol Solo - Ngawi ..................................................... 29

Tabel 2. Penggunaan Tanah di Desa Denggungan ..................................... 32

Tabel 3. Distribusi penduduk berdasarkan umur di Desa Denggungan

Tahun 2008 ..................................................................................... 33

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa

Denggungan Tahun 2008 .............................................................. 35

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa

Denggungan tahun 2008 ................................................................... 36

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Denggungan Tahun 2008 .............................................................. 37

Tabel 7. Luas dan Produksi Tanaman Utama di Desa Denggungan

Tahun 2008 ................................................................................... 38

Tabel 8. Perekonomian di Desa Denggungan Tahun 2008 ........................... 39

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ................................ 40

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......... 42

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga ........................................................................................ 44

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan ......... 46

Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ......... 47

Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kekayaan............ 50

Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Interaksi Sosial

Dengan Tetangga dan Masyarakat ................................................ 52

Tabel 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Penerimaan Responden

Terhadap Adat Istiadat .................................................................. 54

Tabel 17. Aspek Ekonomi Perbandingan Rata-Rata Pendapatan Petani

dan Bukan Petani Sebelum dan Sesudah Pembebasan

Lahan Untuk Jalan Tol .................................................................. 56

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Tabel 18. Aspek Ekonomi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden

Sebelum dan Sesudah Pembebasan Lahan Jalan Tol .................... 58

Tabel 19. Aspek Ekonomi Berdasarkan Perbandingan Luas Responden

Sebelum dan Sesudah Pembebasan Lahan Jalan Tol .................... 60

Tabel 20. Aspek Sosial Responden Berdasarkan Rencana Pindah Tempat

Tinggal/Rumah ............................................................................. 62

Tabel 21. Aspek Psikologis Responden Berdasarkan Kecemasan ............... 64

Tabel 22. Aspek Psikologis Responden Berdasarkan Tingkat Resah/ Tidak Nyaman ......................................................................................... 65

Tabel 23. Aspek Psikologis Responden Berdasarkan Tingkat Stres ............ 67

Tabel 24. Analisis Chi Square Dampak Ekonomi Pembangunan Terhadap

Responden ..................................................................................... 69

Tabel 25. Analisis Chi Square Dampak Sosial Pembangunan Jalan Tol

Terhadap Responden ..................................................................... 70

Tabel 26. Analisis Chi Square Dampak Psikologis Pembangunan Terhadap Responden ..................................................................... 72

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Dampak Sosial Ekonomi

Pembangunan Jalan Tol Solo - Ngawi...................... .................... 20

Gambar 2. Pendidikan Agama Untuk Anak-Anak di Masjid

AT- Taqwa ...................... .............................................................. 43

Gambar 3. Warung Milik Responden Yang Berada di Depan Rumah

Responden...................... ............................................................... 48

Gambar 4. Petani Sedang Membasmi Gulma Padi...................... .................... 49

Gambar 5. Sepeda (Onthel) Milik Responden di Desa

Denggungan...................... ............................................................. 51

Gambar 6. Rumah Milik Responden Yang Terkena Jalan Tol...................... .. 63

Gambar 7. Patok Jalan Tol Yang Berada di Belakang Rumah

Milik Responden...................... ..................................................... 63

Gambar 7. Patok Jalan Tol di Tengah Sawah...................... ............................ 67

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian...................... ............................................... 80

Lampiran 2. Identitas Responden...................... ............................................... 88

Lampiran 3. Analisis Frekuensi ...................... ................................................. 90

Lampiran 4. Analisis Chi Square...................... ................................................ 97

Lampiran 5. Analisis T-Test ............................................................................. 100

Lampiran 6. Luasan Lahan Yang Terkena Proyek Jalan Tol............... ............. 102

Lampiran 6. Peta Desa Denggungan ................................................................. 105

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 106

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Henry Wahyu Trilaksono. H0404045. ”DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO-NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing Ir. Marcelinus Molo, MS, Phd dan D. Padmaningrum, SP, MSi.

Pada dasarnya perubahan dari pembangunan jalan tol memiliki dua sisi yaitu perubahan yang positif dan negatif. Perubahan pembangunan yang membawa dampak positif berarti masyarakat memeroleh banyak kesempatan untuk menikmati hasil-hasil pembangunan. Perubahan negatif yaitu adanya kerugian yang dialami masyarakat akibat terkena pembangunan. Oleh karena itu, kajian dampak sosial pada proyek jalan tol merupakan suatu kajian awal (anticipatory research) untuk meningkatkan dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan karakteristik masyarakat Desa Denggungan yang terkena pembangunan jalan tol, menganalisis dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani Desa Denggungan dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek psikologis, dan menganalisis perbedaan dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo -Ngawi terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan.

Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik survey. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja di Desa Dengungan Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Denggungan yang terkena pembangunan jalan tol Solo-Ngawi. Pengambilan sampel yaitu sampel acak kelompok proporsional berdasarkan jenis pekerjaan. Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan digunakan uji Chi Square (X²).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden dalam kategori produktif (76%), pendidikan formal tergolong rendah yaitu SD (54%), jumlah anggota keluarga tergolong sedang, luas lahan tergolong sempit, mayoritas pendapatan tergolong sedang, tingkat kekayaan tergolong sedang, interaksi sosial/kekerabatan tergolong tinggi, penerimaan dan pelaksanaan adat istiadat dalam kategori tinggi, total rata-rata potensi kehilangan pendapatan Rp 1.157.076, petani menjadi bekerja di luar sektor pertanian sedangkan pekerjaan non petani tidak berubah, total luas lahan rata-rata (sawah,pekarangan,tegalan) mengalami perubahan, mayoritas masyarakat masih bingung pindah rumah/tempat tinggal, kecemasan tergolong tinggi, keresahan tergolong tinggi, stres tergolong tinggi.

Dari analisis (X²) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dampak ekonomi yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan, ada perbedaan dampak sosial yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo Ngawi terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan, tidak ada perbedaan dampak psikologis yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY

Henry Wahyu Trilaksono. H0404045. ”THE SOCIAL ECONOMIC IMPACT DEVELOPMENT SOLO-NGAWI TOLL ROAD TO VILLAGER DENGGUNGAN DISTRICT BANYUDONO REGENCY BOYOLALI". Faculty of Agriculture Sebelas Maret University. Under the guidance Ir. Marcelinus Molo, MS, Phd and D. Padmaningrum, SP, MSi.

Basically, the change from the toll road has two sides are positive and negative changes. Changes that positively affect the development of meaningful community get many opportunities to enjoy the fruits of development. The negative changes of the loss suffered by the affected communities due to development. Therefore, the social impact study on the toll road project is an initial study (anticipatory research) to enhance positive impacts and minimize negative impacts.

This Research aimed to identify characteristics of the affected villagers Denggungan toll road development, analyzing the social impact of economic development Solo-Ngawi toll road to farmer and not farmer in Denggungan village based on economic aspects, social aspects and psychological aspects, and to analyze the differences in socio-economic impact of construction Solo-Ngawi toll road to farmer and non farmer in Denggungan Village.

The basic method of research using quantitative descriptive method with survey techniques. Research locations specified in the Village Of Denggungan, district Banyudono, Regency Boyolali. The population in this study are farmer and not farmer in Denggungan village Solo-Ngawi toll road. Taking of sample with proportional random sampling groups based on the type of work. To analyzing whether there is any difference in the social impact of economic development Solo-Ngawi toll road to farmer and not farmer in Denggungan village used Chi Square (X ²).

The results of study showed that the majority of people in the category of productive age (76%), formal education is relatively low SD (54%), number of family members is at middle, narrow area of land belonging to the majority of revenue is at middle, wealth level is at middle, social interaction is high, the acceptance and implementation of customs in the high category, the average total potential loss of revenue to Rp 1,157,076, farmer work outside the agricultural sector, while non-farmer do not change jobs, the total average area of land (rice fields, yards, moor) experienced a change, the majority of people are still confused moving house or place of residence, categorized as high anxiety, unrest is high, stress is high.

From the analysis (X²) showed that there was no difference in a significant economic impact from the construction of Solo-Ngawi toll roads to farmer and not farmer in Denggungan village, there were differences significant social impact of the development Solo-Ngawi toll roads to farmer and not farmer in Denggungan village, there was no difference in psychological impact of significant from Solo-Ngawi toll road development to farmer and not farmer in Denggungan village.

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1  

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Sumarwoto (2001), hakikat pembangunan ialah mengubah

keseimbangan yang ada menjadi keseimbangan baru, yang dianggap lebih

baik untuk kehidupan manusia. Pembangunan diperlukan namun

pembangunan itu haruslah tidak merusak lingkungan yang terdiri dari berbagai

ekosistem seperti biotik dan abiotik. Biotik (makhluk hidup) dan abiotik (tak

hidup) menjadi bagian yang saling melengkapi di dalam ekosistem. Manusia

merupakan bagian dari lingkungan sehingga manusia akan terpengaruh oleh

pembangunan.

Pembangunan tidak hanya cukup memperhatikan keseimbangan baru

dalam suatu lingkungan. Namun perlu adanya konsep pembangunan jangka

panjang yang berwawasan lingkungan. Menurut Sumarwoto (2001) yang

dimaksud pembangunan berwawasan lingkungan yaitu pembangunan yang

berorientasi jangka panjang yang memperhatikan permasalahan lingkungan

dan ekologi manusia.

Dalam studi ini pembangunan itu adalah pembangunan jalan tol yang

akan merubah kondisi normal di masyarakat. Selama ini fungsi dari jalan tol

sebagai sarana untuk mempermudah pemindahan barang dan orang. Di

samping itu, jalan tol juga menjadikan transportasi lalu lintas lancar tanpa

adanya hambatan. Kota-kota besar di Indonesia yang membangun jalan tol

sebagai jalan alternatif memberikan kelancaran dalam transportasi di darat.

Jalan tol menjadi sesuatu yang dibutuhkan pada saat jalan konvensional tidak

mampu menampung arus lalu lintas barang dan orang.

Pembangunan jalan tol di suatu kota tidak terlepas dari aspek fisik dan

non fisik. Aspek fisik biasanya berkaitan dengan lingkungan dan aspek non-

fisik berupa sosial masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi pembangunan diperlukan adanya keseimbangan dalam

pembangunan demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan.

1

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2  

Pembangunan jalan tol di Jawa Tengah masuk dalam proyek transjawa

yang disebut sebagai mega proyek. Proyek jalan tol yang sangat besar ini

diantaranya jalan tol Solo-Ngawi, yang melintasi wilayah Boyolali. Panjang

jalan tol di Boyolali mencapai sekitar 12 kilometer dari total panjang 56

kilometer yang ada di tiga kabupaten yaitu Boyolali, Sragen dan Karanganyar.

Khusus di Boyolali terdapat 10 desa yang akan dilewati jalan tol Solo-Ngawi

dan diperkirakan 80 hektar lahan pertanian akan terkena pembebasan, dari

sekitar 369 hektar lahan pertanian (Kedaulatan Rakyat, 2008).

Pembangunan jalan tol memiliki beberapa tahap pelaksanaan

pembangunan. Untuk tahap pelaksanaan yang pertama kali dilakukan yaitu

tahap prakonstruksi. Pada tahap prakonstruksi ini berupa pembebasan lahan

untuk proyek jalan tol. Pembebasan lahan untuk jalan tol ini melewati wilayah

yang lahannya sebagian besar digunakan penduduk desa untuk usaha

pertanian. Usaha pertanian telah lama menjadi tumpuan masyarakat desa

untuk mendapatkan penghasilan bagi keluarganya.

Masyarakat yang terkena pembebasan jalan tol akan memiliki dampak

pada perubahan kondisi sosial ekonominya. Beberapa dampak sosial ekonomi

antara lain: keresahan masyarakat akibat ketidakpastian rencana proyek dan

terkena dampak, ketidakpuasan masyarakat atas nilai dan proses ganti rugi

(lahan, pekarangan dan bangunan), kecemburuan sosial masyarakat akibat

tidak dilibatkan sebagai tenaga kerja dalam proyek, gangguan lingkungan

selama konstruksi (bising, polusi, debu, banjir), terganggunya akses mobilitas

masyarakat ke wilayah seberang dan kondisi pertumbuhan ekonomi saat

jalan tol dioperasikan (Anonim, 2007).

Kajian mengenai dampak sosial dimulai di Amerika Serikat dan Kanada.

Munculnya kajian mengenai dampak lingkungan sosial adalah sebagai upaya

untuk menilai suatu permasalahan lingkungan secara holistik, yang tidak

hanya berupa aspek fisik dan kimia saja. Menurut Hadi (1995) aspek sosial

merupakan bagian tak terpisahkan dari aspek fisik-kimia dan biologi untuk

mencapai hasil yang optimal sebagai alat perencanaan.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3  

Terkait pembebasan lahan, pengamat transportasi dari Universitas

Katolik Soegijapratana Semarang, Djoko Setijowarno (Kompas, 2007)

mengatakan, pemerintah masih kurang memperhatikan aspek sosial

masyarakat yang wilayahnya terkena poyek ini. Mereka hanya petani sehingga

meskipun diberi dana penggantian, mereka akan tetap kesulitan karena hanya

itu keahlian mereka.

Tingkat keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari adanya perubahan

yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Perubahan itu berupa keberhasilan

dari pembangunan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat di sekitar

program pembangunan. Pada dasarnya perubahan dari pembangunan memiliki

dua sisi yaitu perubahan yang positif dan negatif. Perubahan pembangunan

yang membawa dampak positif berarti masyarakat memeroleh banyak

kesempatan untuk menikmati hasil-hasil pembangunan. Sedangkan perubahan

negatif yaitu adanya kerugian yang dialami masyarakat akibat terkena

pembangunan. Oleh karena itu, kajian dampak sosial pada proyek jalan tol

merupakan suatu kajian awal (anticipatory research) untuk meningkatkan

dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif. Disamping itu, hasil studi

ini dapat memberikan rekomendasi untuk menunjuk lokasi lain atau untuk

tidak meneruskan suatu proyek. Karena jika diteruskan, akan terjadi dampak

penting yang tidak bisa ditanggulangi.

2. Rumusan Masalah

Pembangunan jalan tol Solo-Ngawi yang melintasi Desa Denggungan,

Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali akan membebaskan lahan

pertanian milik warga. Desa Denggungan merupakan titik nol (0) atau

pertemuan antara jalan tol Solo-Semarang, Solo-Yogya dan Solo-Ngawi.

Luas lahan sebesar 148 bidang/petak sawah dan pekarangan di Desa

Denggungan akan terkena pembebasan. Dengan demikian, diperkirakan

produksi rata-rata pertanian akan mengalami perubahan dari sebelumnya,

diperkirakan akan terjadi penurunan produksi pangan/padi sebesar 1,740

ton/tahun. Penurunan produksi pangan tersebut akan menjadi ancaman bagi

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4  

tersedianya pangan yang merupakan kebutuhan pokok sebagian besar

masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan kurangnya

tersedianya pangan maka diperlukan pengalihan lahan pertanian di wilayah

lain. Hal itu sebagai antisipasi dari penurunan produksi pangan yang akan

terjadi di kemudian hari setelah jalan tol itu selesai dibangun (Bktrn, 2008).

Pembangunan jalan tol diperkirakan akan membawa dampak sosial

ekonomi masyarakat yang lahannya terkena jalan tol. Masyarakat di Desa

Denggungan yang lahannya terkena jalan tol berkerja sebagai petani dan

bukan petani. Kedua kelompok masyarakat ini yang diperkirakan akan

mengalami dampak sosial ekonomi. Adapun rumusan permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik masyarakat Desa Denggungan yang terkena

pembangunan jalan tol Solo-Ngawi?

2. Bagaimana dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi

terhadap petani dan bukan petani Desa Denggungan dilihat dari aspek

ekonomi, aspek sosial dan aspek psikologis?

3. Apakah ada perbedaan dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol

Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan dilihat

dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek psikologis?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasikan karakteristik masyarakat Desa Denggungan yang

terkena pembangunan jalan tol.

2. Menganalisis dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi

terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan dilihat dari aspek

ekonomi, aspek sosial dan aspek psikologis.

3. Menganalisis perbedaan dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol

Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani di Desa Denggungan dilihat

dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek psikologis.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5  

4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat mengetahui kajian mengenai analisis dampak sosial

ekonomi dan psikologis pembangunan jalan tol terhadap masyarakat desa.

2. Sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Membantu pemrakarsa dan pemerintah dalam proses pengambilan

keputusan mengenai dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol.

4. Memberikan rekomendasi terhadap instansi-instansi terkait mengenai

penyelesaian dari dampak sosial ekonomi dalam pembangunan jalan tol.

5. Bagi peneliti lain, sebagai referensi penelitian mengenai dampak sosial

ekonomi dan psikologis pembangunan jalan tol Solo-Ngawi pada pasca

konstruksi.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

6

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Jalan tol

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No 15 tahun 2005

tentang jalan tol pada pasal 1 ayat (2) jalan tol adalah jalan umum yang

merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang

penggunanya diwajibkan membayar tol. Pada pasal 4 ayat (1) jalan tol

merupakan lintas alternatif dari ruas jalan umum yang ada, pasal 4 ayat (2)

Jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif apabila pada kawasan

yang bersangkutan belum ada jalan umum dan diperlukan untuk

mengembangkan suatu kawasan tertentu. Dalam pasal 5 ayat (1) jalan tol

mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan yang lebih

tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas jarak

jauh dengan mobilitas tinggi. Sementara itu, pada pasal 5 ayat (2) jalan tol

yang digunakan untuk lalu lintas antarkota didesain berdasarkan kecepatan

rencana paling rendah 80 kilometer per jam dan untuk jalan tol di wilayah

perkotaan didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 60 kilometer

per jam.

Jalan bebas hambatan (jalan tol) memiliki dampak positif berupa

keseimbangan waktu perjalanan sehingga waktu perjalanan menjadi lebih

cepat. Namun, terdapat kritik mengenai jalan tol, adanya sumber polusi

yang berasal dari kendaraan yang melintas, adanya perubahan kohesi

(keterikatan) warga masyarakat akibat wilayahnya terpisah. Di samping itu

timbulnya kebisingan jalan tol dikarenakan semakin tingginya kecepatan

kendaraan. Terkait tentang masalah kualitas udara, jalan tol memberikan

kontribusi emisi lebih sedikit daripada jumlah volume kendaraan yang

sama di jalan biasa. Hal ini disebabkan karena kecepatan kendaraan yang

konstan menciptakan sebuah pengurangan emisi dibandingkan dengan arus

kendaraan yang berjalan kemudian berhenti

(http://en.wikipedia.org/wiki/wikipedia:hak cipta).

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut Shahani (1983) jalan umum milik negara (jalan tol)

digunakan untuk memfasilitasi perpindahan orang dari satu tempat ke

tempat yang lain dan pertukaran berbagai komoditas tertentu. Jalan tol

yang ada pada waktu lalu memiliki bentuk yang sama dengan bentuk yang

tampak pada masa kini, akan tetapi untuk saat ini bentuk fisiknya sedikit

agak kecil dan memiliki trek jalan. Pada masa prasejarah fungsi jalan

belum banyak digunakan bagi orang di masa itu. Sebagian besar mereka

masih tinggal di gua-gua, di pohon dan jarak mereka dengan komunitas

cukup dekat.

2. Pembebasan tanah

Menurut Schenk dalam Parlindungan (1990), orang yang berhak

mendapatkan ganti rugi atas tanah atau benda, dan hak bagi orang-orang

yang menempati atau menggarap tanah yang bersangkutan perlu di

perhatikan, baik berupa tempat tinggal yang lain ataupun tanah garapan

lain ataupun mendapat fasilitas ditransmigrasikan. Adapun ganti rugi itu

meliputi berikut ini:

a. Setiap kerugian sebagai akibat langsung dari pencabutan hak harus

diganti sepenuhnya.

b. Kerugian disebabkan karena sisa yang tidak dicabut haknya menjadi

berkurang.

c. Kerugian karena tidak dapat mempergunakan benda tersebut, ataupun

karena kehilangan penghasilan.

d. Kerugian karena harus mencari tempat usaha lain sebagai

penggantian.

Perhatian ini lebih penting ditujukan kepada orang yang haknya

dicabut dan diupayakan haknya itu tidak menjadi lebih miskin setelah

dicabut haknya, minimal dia (petani) mendapatkan penggantian yang

wajar (Parlindungan, 1990).

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2005 pada pasal 1 ayat (3) pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang

melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-

benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas

tanah. Pada pasal 1 ayat (6) pelepasan atau penyerahan hak atas tanah

adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas

tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti rugi atas

dasar musyawarah. Dalam pasal 1 ayat (10) musyawarah adalah kegiatan

yang mengandung proses saling mendengar, saling memberi dan saling

menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai kesepakatan

mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain yang berkaitan

dengan kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan

antara pihak yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda

lain yang berkaitan dengan tanah dengan pihak yang memerlukan tanah.

Sedangkan pada pasal 1 ayat (11) ganti rugi adalah penggantian terhadap

kerugian baik bersifat fisik dan/atau nonfisik sebagai akibat pengadaan

tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-

benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan

kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi

sebelum terkena pengadaan tanah.

Menurut Kartasapoetra, et al (1986) pembebasan tanah ialah

melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat diantara pemegang

hak/penguasa tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi. Untuk maksud

dan kelancaran serta kekerasan pembebasan tanah ini dibentuk panitia

pembebasan tanah, yang merupakan suatu panitia yang bertugas

melakukan pemeriksaan/penelitian dan menetapkan ganti rugi dalam

rangka pembebasan sesuatu hak atas tanah dengan atau tanpa bangunan,

tanaman yang tumbuh diatasnya. Panitia ini dibentuk dan ditetapkan oleh

gubernur kepala daerah untuk masing-masing kabupaten/kotamadya dalam

suatu propinsi yang bersangkutan. Dalam melaksanakan tugasnya, panitia

pembebasan tanah berpedoman kepada peraturan-peraturan yang berlaku

berdasarkan asas musyawarah dan harga umum setempat. Harga umum

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

setempat adalah harga dasar yang ditetapkan secara berkala oleh suatu

panitia sebagai dimaksud dalam peraturan menteri dalam negeri bagi suatu

daerah menurut jenis penggunaannya.

3. Pembangunan Berkelanjutan

Menurut Soemarwoto (2001) lingkungan sosial budaya pun

merupakan komponen penting yang ikut menentukan pembangunan

berkelanjutan, salah satunya ialah kesenjangan. Tergusurnya pemukiman

rakyat kecil oleh pembangunan dan hilangnya hak adat dan hak mengolah

atas tanah mereka, sedang mereka tidak dapat menikmati hasil

pembangunan. Salah satu sebab terjadinya kesenjangan yang makin lebar

dan kecemburuan sosial yang makin meningkat dalam proses

pembangunan. Kesenjangan yang meningkat antara kelompok masyarakat

yang satu dengan lainnya akan meningkatkan kecemburuan dan keresahan

sosial sehingga gejolak sosial dengan mudah dapat tersulut, bahkan dapat

meledak. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, pembangunan itu

haruslah berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan

adalah syarat yang harus dipenuhi agar pembangunan dapat berkelanjutan.

Dan analisis mengenai dampak lingkungan merupakan salah satu alat

dalam upaya dapat dilakukannya pembangunan berwawasan lingkungan

tersebut.

Menurut Salim (1979) hakekat pembangunan juga bertujuan untuk

menimbulkan keragaman dan diversifikasi dalam kegiatan ekonomi

masyarakat seperti pembangunan sektor pertanian, industri, pertambangan,

jasa dan lain-lain. Semakin beragam sektor kegiatan ekonomi, semakin

besar kemampuan ekonomi negara itu untuk tumbuh cepat dan stabil.

Keperluan pembangunan untuk meragamkan berbagai kegiatan berjalan

seiring dengan keperluan untuk meragamkan sistem lingkungan. Ini

mungkin apabila dalam proses pembangunan sudah diperhitungkan segi

lingkungan hidup dan diusahakan keserasian antara pengembangan

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

keragaman aktifitas ekonomi dengan pengembangan keragaman sistem

lingkungan.

Menurut Taneko (1990) pembangunan adalah tumpuan semua

harapan-harapan bagi perbaikan nasib, baik secara materi ataupun secara

rohani, yang di dalamnya terkandung slogan yang menyuarakan suatu

aspirasi pertumbuhan dan perbaikan, dan aspirasi inilah yang memberikan

kekuatan untuk menguasai dan mempengaruhi atau juga untuk

memberikan inspirasi dan menggerakkan massa (masyarakat). Ditinjau

dari segi lain, slogan pertumbuhan dan perbaikan menggerakan

masyarakat untuk memberikan dukungan terhadap keputusan

pembangunan. Implikasi dari pernyataan ini, adalah apabila slogan-slogan

itu dalam kenyataannya tidak dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya,

mungkin akan menumbuhkan semacam depresi yang akhirnya akan

menghancurkan usaha pembangunan itu sendiri, oleh karena kegoncangan-

kegoncangan dalam masyarakat akan muncul dan lebih rumit lagi apabila

ketidakpuasan itu tidak muncul dalam permukaan seolah-olah terdapat

kesadaran akan pembangunan tetapi kesadaran yang palsu.

4. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Aspek Sosial

Menurut Hadi (1995) studi dampak sosial adalah studi tentang

konsekuensi sosial dari suatu rencana kegiatan. Wolf dalam Hadi (1995),

mengatakan bahwa aspek sosial analisis dampak lingkungan (AMDAL)

bukanlah memfokuskan tentang dampak pada manusia sebagai dari

penerapan kebijakan, program atau proyek. Tujuannya adalah untuk

memperkirakan dan mengevaluasi dampak sebelum, program, kebijakan

dan proyek itu dilaksanakan. Aspek sosial analisis dampak lingkungan

(AMDAL) bukanlah penelitian evaluasi (evaluation research) untuk

mengidentifikasi efektifitas dari kebijakan.

Menurut Vanclay (2003) analisis dampak sosial (social impact

assessment) lebih daripada prediksi dalam kerangka penilaian lingkungan.

Dampak sosial jauh lebih luas daripada isu-isu terbatas yang sering

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dianggap dalam analisis dampak lingkungan (environment impact

assessment) seperti perubahan demografis, masalah pekerjaan, keamanan

finansial, dan dampak pada kehidupan keluarga). Dalam penilaian dampak

sosial dibatasi hanya untuk melihat masalah tentang bidang-bidang

terkait seperti penilaian dampak kesehatan, penilaian dampak budaya,

penilaian dampak warisan, penilaian dampak estetika, atau penilaian

dampak gender. Komunitas praktisi penilaian dampak sosial menganggap

bahwa semua masalah yang mempengaruhi orang-orang, secara langsung

atau tidak langsung termasuk dalam penilaian dampak sosial. Cara yang

baik dalam konsep dampak sosial adalah: 1. Cara hidup orang yaitu,

bagaimana mereka hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi dengan satu

sama lain dari hari ke hari, 2. Budaya mereka yaitu, mereka berbagi

kepercayaan, adat istiadat, nilai-nilai dan bahasa atau dialek, 3. Komunitas

mereka, dengan kohesi, stabilitas, karakter, layanan dan fasilitas, 4. Sistem

politik mereka, sejauh mana orang bisa berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, tingkat demokratisasi

yang sedang berlangsung, dan sumber daya yang disediakan untuk tujuan

ini, 5. Lingkungan mereka, kualitas udara dan air, ketersediaan daan

kualitas makanan yang mereka makan; tingkat bahaya atau risiko, debu,

dan kebisingan yang mengenai mereka; kecukupan sanitasi, keamanan

fisik mereka, dan akses mereka ke/dan kontrol atas sumber daya, 6.

Kesehatan dan kesejahteraan mereka, kesehatan adalah keadaan sempurna

fisik, mental, sosial dan spiritual kesejahteraan dan tidak semata-mata

tidak terkena penyakit atau kelemahan, 7. Milik pribadi mereka dan hak-

hak orang-orang yang secara ekonomi terpengaruh, atau pengalaman

pribadi yang dirugikan termasuk melanggar kebebasan sipil mereka, 8.

Ketakutan dan aspirasi, persepsi mereka tentang keselamatannya,

ketakutan mereka tentang masa depannya, dan aspirasi mereka untuk masa

depannya dan masa depan anak-anaknya.

Menurut Carley dan Bustelo dalam Hadi (1995), mengatakan ruang

lingkup aspek sosial AMDAL paling tidak mencakup aspek demografi,

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

sosial ekonomi, institusi dan psikologis dan sosial budaya. Dampak

demografi meliputi angkatan kerja dan perubahan struktur penduduk,

kesempatan kerja, pemindahan dan relokasi penduduk. Dampak sosial

ekonomi terdiri dari perubahan pendapatan, kesempatan berusaha, pola

tenaga kerja. Dampak institusi meliputi naiknya permintaan akan fasilitas

seperti perumahan, sekolah, sarana rekreasi. Dampak psikologis dan sosial

budaya meliputi integrasi sosial, kohesi, keterikatan dengan tempat tinggal

(Hadi, 1995).

Pekerjaan di pedesaan terutama berkaitan dengan pertanian, yaitu

penanaman lahan dengan tanaman, termasuk pemeliharan ternak,

hortikultura, dan kehutanan. Pekerjaan pedesaan biasanya bersifat umum,

dimana seorang pekerja diperlukan untuk mampu mengerjakan berbagai

jenis pekerjaan yang berlainan. Dia tidak banyak bergantung pada bantuan

orang lain. Selanjutnya, pekerjaan mempunyai kaitan erat dengan tempat

tinggal. Rumah dan lahan pertanian adalah saling terkait secara fungsional.

lahan pertanian, tempat keluarga bekerja, berada di sekitar rumah

(Purba, 2005).

Menurut Salim (1979) proses pembangunan menimbulkan gerak

mobilitas sehingga kelompok masyarakat satu berhubungan, bahkan

kadang-kadang bisa bertumburan dengan kelompok lain, terjadi

bertumburan juga antara nilai-nilai sosial satu dengan lain. Pada dirinya

mengganggu kemampuan perorangan untuk melangsungkan hidupnya di

tengah-tengah masyarakat. Proyek besar memiliki kemampuan untuk

menimbulkan kegoncangan dan ketidakseimbangan dalam lingkungan

hidup sosial itu. Baik pembangunan dengan lompatan besar maupun

pembangunan proyek besar sama-sama mempengaruhi lingkungan hidup

sosial. Ketidakseimbangan yang terdapat disini bisa menimbulkan

pengaruh sosial berupa timbulnya kelompok masyarakat yang terganggu

dalam kemampuannya untuk melangsungkan hidup di tengah masyarakat

yang berubah cepat itu. Gejala kegoncangan lingkungan hidup sosial dapat

tumbuh pada masyarakat yang menerima pembangunan proyek besar yang

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

mampu menimbulkan kejutan sosial yang besar pula. Apabila proses

pembangunan tanpa lompatan proyek besar tidak dapat dihindari maka

jelaslah bahwa pembangunan proyek besar ini direncanakan secara terpadu

mencakupi segi fisik dan segi sosial.

Faktor penyebab timbulnya kecemasan menurut Collins dalam

Susabda (1983) kecemasan timbul karena adanya: pertama, threat

(ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti

kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti kehidupan) maupun ancaman

terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak). Kedua, ketakutan (fear)

sering timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakutan pada kegagalan

menimbulkan kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam

mengahadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasn

setiap kali harus berhadapan dengan orang baru. Ketiga, kebutuhan yang

tidak terpenuhi (unfulled need) yaitu kebutuhan manusia yang sangat

kompleks dan bila ia gagal untuk memenuhinya maka timbullah

kecemasan (Susabda, 2009).

Menurut Gunawan dan Sumadiono (2007) stres adalah salah satu

dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu proses modernisasi yang

biasanya diikuti oleh proliferasi teknologi, perubahan tatanan hidup serta

kompetisi antar individu yang makin berat. Faktor-faktor yang dapat

menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan atas 3 golongan

yaitu a. stresor fisik biologik: dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan

dan lain-lain, b. stresor psikologis: takut, khawatir, cemas, marah,

kekecewaan, kesepian, jatuh cinta dan lain-lain. c. stresor sosial budaya :

menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.

5. Lingkungan Sosial Masyarakat Desa

Smelser dalam Taneko (1993) menyatakan bahwa modernisasi

hubungan-hubungan sosial, telah melakukan suatu deskripsi tentang

perubahan sosial sebagai konsekuensi dari pembangunan (perubahan

berencana) ekonomi, yang meliputi perubahan hubungan kerja, perubahan

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

hubungan kekerabatan, dan perubahan hubungan-hubungan komuniti. Di

dalam uraian mengenai hubungan kekeluargaan yang berubah, bahwa

sebagai salah satu akibat dipisahkannya kegiatan-kegiatan ekonomi dari

lingkungan keluarga-komuniti adalah bahwa suatu keluarga kehilangan

beberapa fungsi dan memperoleh suatu unit peranan yang khusus. Karena

keluarga tidak lagi merupakan unit produksi, maka satu atau lebih dari

anggotanya meninggalkan untuk mencapai pekerjaan dalam pasaran

tenaga kerja.

Menurut Bintaro (1989) kepentingan yang ada di pedesaan harus

dikaitkan dengan kenyataan bahwa secara praktis semua aspek kehidupan

pedesaan ditentukan secara langsung oleh lingkungan fisik. Aktifitas-

aktifitas pertanian mengharuskannya bekerja di luar rumah. Ini berarti

bahwa para petani secaa langsung terpengaruh oleh cuaca. Petani harus

menjemur di terik matahari, mereka dapat menikmati hirupan udara segar

di pedesaan. Dengan demikian masyarakat pedesaan lebih banyak

dipengaruhi oleh lingkungan organik daripada masyarakat kota. Pedesaan

pada dasarnya homogen, dan hampir semua penduduknya mempunyai

keseragaman dalam bidang pekerjaan, bahasa, adat istiadat dan

sebagainya. Hal ini disebabkan karena faktor generasi yang turun-temurun

tinggal di desa tersebut, sehingga warisan sosial dan budaya (social and

cultural heritage) menjadi semacam transfer budaya saja. Bahkan di

beberapa desa pada suku-suku tertentu, terlihat adanya kelompok

masyarakat yang mempunyai garis keturunan yang sama dalam arti

mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu orang yang pertama kali

membuka desa tersebut.

Menurut Purba (2005) masyarakat petani menetap atau masyarakat

peisan (petani sawah irigasi) mempunyai ciri-ciri kultural yang dominan.

Ciri-ciri ini dirangkum oleh seorang ahli komunikasi Roger dalam Purba

(2005) dari berbagai sumber hasil penelitian antropologi. Diantara ciri-ciri

menonjol itu adalah: 1. Kurang punya kegairahan untuk capital

cumulative, karena adanya anggapan bahwa segala sesuatu yang ada di

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

atas dunia ini sudah pasti dan terbatas jumlahnya. 2. Kurang punya

kemampuan untuk bekerjasama dengan sebuah organisasi yang besar,

dengan pembagian kerja yang kompleks, karena hidup terlalu terpusat

pada kehidupan individual dan keluarga sendiri. 3. Kurang bersahabat,

kurang tunduk dan kurang menghargai penguasa/pejabat pemerintah,

karena pengalaman hidup mereka selalu diperlakukan tidak adil dan

dijadikan obyek pemerasan. 4. Kurang inovatif dan kurang kreatif. Mereka

cenderung hidup rutin sebagaimana pola kehidupan yang telah mereka

warisi dari nenek moyang. Menyimpang dari pola yang sudah lazim

dianggap perbuatan yang berisiko tinggi, bisa menggangu keselamatan

hidup keluarga. 5. Kurang mampu mengantisipasi dan merencanakan masa

depan. Nasib dan takdir berada ditangan alam dan tuhan. Tiada siapa pun

manusia yang mampu mengubah takdir yang sudah diguratkan tuhan

baginya. Pasrah saja kepada nasib dan tuhan. 6. Kurang dapat menahan

diri dalam memenuhi nafsu, khususnya nafsu konsumtif, sehingga ketika

mereka kebetulan memperoleh penghasilan yang agak besar, misalnya

panen, atau kalau kebetulan dapat kredit dari bank, uangnya segera

dibelikan untuk keperluan-keperluan konsumtif yang selama ini diidam-

idamkan, seperti membeli sepeda motor, memperbaiki rumah, membeli

baju baru dan sebagainya.

Dalam arti umum, rumah adalah bangunan buatan manusia yang

dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah berbentuk

ruangan yang dibatasi dinding dan atap, biasanya memiliki jalan masuk

berupa pintu, bisa berjendela ataupun tidak. Lantainya bisa berupa tanah,

ubin, babut, keramik, atau bahan lainnya. Rumah modern biasanya

lengkap memiliki unsur-unsur ini, dan ruangan di dalamnya terbagi-bagi

menjadi beberapa kamar yang berfungsi spesifik, seperti kamar tidur,

kamar mandi atau WC (mandi cuci kakus), ruang makan, ruang keluarga,

ruang tamu, garasi, gudang, teras, dan pekarangan

(Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki, 2009).

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

6. Masyarakat Desa

Sebagai sumber ekonomi terpenting bagi masyarakat desa khususnya

petani, luas lahan dan kondisi sawah sebagai lahan pertanian sangat

menentukan produksi dan pendapatan rumah tangga petani. Petani yang

menguasai lahan sawah yang luas akan memperoleh hasil produksi yang

besar dan begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini luas sempitnya lahan

sawah yang dikuasai petani akan sangat menentukan besar kecilnya

pendapatan yang diperoleh (Mardikanto, 1993).

Menurut Soetrisno (1998) apabila kita berbicara perihal fungsi sektor

pertanian dalam pembangunan nasional Indonesia dan kemampuan

tersebut untuk bersaing pada abad yang akan datang, maka kondisi sosial

budaya dari petani merupakan masalah utama. Berdasarkan data statistik

yang ada, sekitar 75% penduduk Indonesia pada saat ini tinggal di wilayah

pedesaan. Dari jumlah tersebut lebih dari 54% menggantungkan hidup

mereka dari sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif

rendah, apabila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah

perkotaan.

Menurut Bintaro (1989), desa adalah suatu hasil perpaduan antara

kegiatan kelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan

itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan

oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, politik dan kultur yang saling

berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan

daerah-daerah lain. Unsur-unsur desa adalah : 1. daerah : dalam arti tanah-

tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaannya, termasuk

juga unsur lokasi, luas, batas yang merupakan lingkungan geografis

setempat, 2. Penduduk: hal yang meliputi jumlah, pertambahan kepadatan,

persebaran dan mata pencaharian penduduk setempat, 3. Tata kehidupan :

pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa menyangkut seluk

beluk kehidupan masyarakat desa (rural society),

Orang petani di Indonesia bekerja untuk hidup, kadang-kadang kalau

mungkin untuk mencapai kedudukan. Ia hanya mempunyai perhatian

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

untuk hari sekarang ini, bagaimana keadaan hari kemudiannya, ia tidak

perduli, ia terlampau miskin untuk dapat memikirkan hal itu, hanya

kadang-kadang ia rindu akan masa lampau, yang menurut dongeng-

dongeng orang tua merupakan suatu masa kejayaan itu. Pada umumnya

alam tidak mengerikan baginya. Kalau kadang-kadang ada bencana alam

berupa gunung melutus, atau air bah besar, ia hanya menerimanya sebagai

suatu nasib yang kebetulan buruk saja. Adapun hama-hama yang dapat

merusak tanamannya, tidak ditakutinya, ia tahu cara-cara mengatasi

bencana-bencana serupa itu, dan kalau sekali ia tak dapat mengalahkan

hama, ia toh tidak usah mati kelaparan, karena sistem bantu –membantu

dalam masyarakat memberikan suatu perasaan keamanan yang cukup

besar. Asal ia dapat menyelaraskan dengan alam sekitarnya, maka amanlah

hidupnya. Itulah sebabnya ia harus menghadapi sesamanya dengan jiwa

gotong royong, terutama ia harus sadar bahwa hidupnya itu ia pada

hakekatnya bergantung kepada sesamanya maka dari itulah ia harus

berusaha untuk memelihara hubungan baik dengan sesamanya itu

(Sajogyo dan Pudjiwati, 1990).

Menurut Mosher (1991) dalam keluarga tani terdapat beberapa

pengertian tentang petani yakni; 1. Petani sebagai manusia, artinya, petani

seperti halnya manusia, dia juga rasional, memiliki harapan-harapan,

keinginan-keinginan dan kemauan untuk hidup lebih baik. 2. Petani

sebagai juru tani adalah petani yang melakukan kegiatan bertani yang

memiliki pengalaman dan telah belajar dari pengalamannya. Hasil

belajarnya itu tercermin dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka terapkan

dalam kegiatan bertani. 3. Petani sebagai pengelola usahatani adalah orang

yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sendiri tentang

usahatani yang dikelolanya, serta terbiasa mempertanggungjawabkan hasil

pengelolaannya itu kepada keluarga serta masyarakat lingkungannya.

Menurut Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) pembagian petani

menurut golongan-golongannya antara lain: 1. Petani pemilik penggarap,

yang memiliki mengelola sendiri (dengan tenaga keluarga dan atau tanpa

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

tenaga upahan dari luar) lahan pertaniannya. 2. Petani penyewa penggarap,

yang menguasai lahan pertanian dari menyewa dan meengelola sendiri

(dengan menggunakan tenaga keluarga dan atau tenaga upahan dari luar)

lahan pertaniannya tersebut. 3. Petani penggarap, yang menguasai lahan

pertanian berdasarkan hak menggarap (menyakap) dengan perjanjian

“bagi hasil” yang telah disepakatinya dengan pemilik dan mengelola

sendiri (dengan tenaga keluarga sendiri dan atau tanpa upahan dari luar)

lahan pertaniannya tersebut. 4. Petani pemilik bukan penggarap, yang

memiliki lahan pertanian tetapi tidak mengelolanya sendiri karena

beberapa sebab seperti: disewakan, digadaikan, disakapkan atau dibagi

hasilkan. 5. Buruh tani atau petani tidak bertanah, yang hidup atau mata

pencaharian pokoknya dari sektor pertanian tetapi ia sendiri tidak

memiliki dan atau menguasai sebidang tanahpun.

7. Penelitian Terdahulu

Dalam hasil penelitian Ian Budiatmoko (2006) yang berjudul

Dampak Pembangunan Waduk Kedung Ombo Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat Desa Ngargotirto, Sumber Lawang Sragen 1982-

2004 memaparkan bahwa terjadi perubahan-perubahan sosial dalam

masyarakat berupa dampak ekonomi setelah adanya pembangunan waduk

kedung ombo terhadap masyarakat diantara seperti perubahan mata

pencaharian masyarakat. Mata pencaharian masyarakat yang sebagian

besar sebagai petani beralih menjadi nelayan (mencari ikan), usaha

budidaya ikan (karamba), karyawan karamba, pedagang ikan, usaha

perahu motor, pedagang makanan keliling menggunakan perahu, usaha

warung makan, dan memanfaatkan surutnya air waduk untuk pertanian

(sawah pasang surut), usaha tempat parkir. Peralihan pekerjaan masyarakat

mampu memberikan kontribusi dalam pendapatan keluarga. Dalam

kondisi sosial masyarakat mengalami perubahan seperti munculnya

kelompok–kelompok sosial. Kelompok yang bermunculan setalah

dibangunnya waduk kedung ombo diantaranya yaitu, kelompok tani lahan,

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kelompok tani ikan/keramba, kelompok tani ikan/nelayan/penjaring,

koperasi dari lumbung dan kelompok simpan pinjam.

B. Kerangka Berpikir

Pembangunan jalan tol merupakan salah satu sarana publik yang akan

mempermudah pengendara/pengguna jalan dalam mencapai waktu tempuh ke

suatu daerah menjadi lebih cepat. Jalan tol adalah jalan bebas hambatan

sehingga pengguna jalan tersebut dapat lebih nyaman dan tidak terbentur oleh

hambatan. Namun, di lain pihak pembangunan jalan tol akan membebaskan

lahan-lahan pertanian milik warga. Besarnya badan jalan tol akan

berpengaruh pada luas lahan yang akan terkena pembebasan. Dalam hal ini,

pembangunan jalan tol akan berdampak pada kondisi sosial ekonomi

masyarakat.

Masyarakat yang lahan pertaniannya terkena pembebasan jalan tol,

terutama petani akan memiliki dampak pada perubahan kondisi sosial

ekonominya. Beberapa dampak sosial ekonomi antara lain: keresahan

masyarakat akibat ketidakpastian rencana proyek dan terkena dampak,

ketidakpuasan masyarakat atas nilai dan proses ganti rugi, kecemburuan

sosial masyarakat akibat tidak dilibatkan sebagai tenaga kerja dalam proyek,

gangguan lingkungan selama konstruksi (bising, polusi, debu, banjir),

terganggunya akses mobilitas masyarakat ke wilayah seberang dan kondisi

pertumbuhan ekonomi saat jalan tol dioperasikan (Anonim, 2007).

Menurut Carley dan Bustelo dalam Hadi (1995), ruang lingkup aspek

sosial dari analisis dampak lingkungan (AMDAL) paling tidak mencakup

aspek demografi, sosial ekonomi, institusi dan psikologis dan sosial budaya.

Dampak demografi meliputi angkatan kerja dan perubahan struktur

penduduk, kesempatan kerja, pemindahan dan relokasi penduduk. Dampak

sosial ekonomi terdiri dari perubahan pendapatan, kesempatan berusaha, pola

tenaga kerja. Dampak institusi meliputi naiknya permintaan akan fasilitas

seperti perumahan, sekolah, sarana rekreasi, Dampak psikologis dan sosial

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

budaya meliputi integrasi sosial, kohesi, keterikatan dengan tempat tinggal

(Hadi, 1995).

Dalam penelitian ini aspek sosial yang diteliti meliputi kekerabatan

tempat tinggal/rumah, aspek ekonomi meliputi pendapatan dan jenis

pekerjaan sedangkan aspek psikologis meliputi kecemasan, perasaan tidak

nyaman (resah) dan stres.

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi.

Pembangunan Jalan Tol

Tahap Prakonstruksi

Pembebasan

Lahan

Kondisi

Normal

SOSIAL

1. Tempat tinggal/rumah

EKONOMI 1. Pendapatan

2. Jenis Pekerjaan

PSIKOLOGIS 1. Kecemasan 2. Perasaan tidak

nyaman (resah) 3. Stres

SOSIAL

1. Tempat tinggal/rumah

EKONOMI 1. Pendapatan

2. Jenis Pekerjaan

PSIKOLOGIS 1. Kecemasan 2. Perasaan tidak nyaman

(resah) 3. Stres

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

C. Hipotesis

Diduga ada perbedaan dampak ekonomi, sosial dan psikologis yang signifikan

antara petani dan bukan petani di Desa Denggungan akibat dari pembangunan

jalan tol Solo-Ngawi.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

Beberapa aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek

ekonomi, aspek sosial dan psikologis masyarakat Desa Denggungan.

a. Karakteristik responden Desa Denggungan meliputi:

1) Usia merupakan lama hidup responden sampai saat penelitian

dilakukan, yang dinyatakan dalam tahun. Usia ini dikelompokkan

menjadi 2 kriteria yaitu:

(1) 15 – 59 tahun

(2) > 60 tahun

2) Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan yang telah

ditamatkan responden di sekolah atau lembaga pendidikan formal.

Pendidikan diukur dengan skala ordinal yaitu:

(1) Tidak sekolah

(2) SD

(3) SMP

(4) SMA/SMK

(5) Perguruan tinggi

3) Jumlah anggota keluarga adalah keseluruhan anggota keluarga

responden yang tinggal bersama dalam satu atap (tempat tinggal)

dan memiliki hubungan darah satu sama lain yang. Jumlah anggota

keluarga diukur dalam skala ordinal yaitu:

(1) < 2 orang

(2) 2-5 orang

(3) > 5 orang

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4) Luas lahan adalah sejumlah lahan yang dimiliki dan diusahakan

responden untuk usaha tani pada saat penelitian dilakukan, dalam

satuan hektar yang diukur dengan skala ordinal yaitu:

(1) < 0,25 Ha

(2) 0,25 – 0,5 Ha

(3) > 0,5 Ha

5) Pendapatan adalah penghasilan responden yang diperoleh dari

kegiatan usaha tani dalam satu kali musim tanam ataupun di luar

usaha tani, dengan satuan rupiah yang diukur dengan skala ordinal.

(1) < Rp 500.000

(2) Rp 500.000 – Rp 2.500.000

(3) > Rp 2.500.000

6) Kekayaan adalah sejumlah harta yang dimiliki responden pada saat

penelitian dilakukan, baik harta bergerak maupun harta tidak

bergerak dimana kekayaan diukur dengan skala ordinal.

7) Interaksi sosial/kekerabatan adalah hubungan-hubungan sosial yang

terjadi antara responden dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya

yang terjadi setiap hari (pagi-siang-malam) pada saat penelitian

dilakukan dimana interaksi sosial diukur dalam skala ordinal yaitu:

(1) Tidak pernah

(2) Kadang-kadang

(3) Sering

8) Penerimaan terhadap adat-istiadat yaitu sikap responden terhadap

ada istiadat yang ada di lingkungannya pada saat penelitian ini

dilakukan dimana penerimaan terhadap adat-istiadat ini diukur

dengan skala ordinal yaitu:

(1) Tidak menerima dan tidak melaksanakan

(2) Menerima tapi tidak melaksanakan

(3) Menerima dan melaksanakan

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Analisis dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol terhadap

responden Desa Denggungan dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan

psikologis.

1) Aspek Ekonomi

a) Lahan adalah sejumlah tanah milik responden yang digunakan

untuk usahatani yang mengalami perubahan luas lahan dari

akibat terkena pembebasan lahan untuk jalan tol.

b) Pendapatan adalah penghasilan responden dari usahatani dan

luar usaha tani yang mengalami perubahan akibat adanya

pembebasan lahan untuk jalan tol.

c) Pekerjaan adalah perubahan mata pencaharian yang akan

dikerjakan oleh responden di lokasi pemukiman atau tempat

tinggal yang baru untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga

pada saat penelitian dilakukan yang diukur dengan skala

ordinal.

2) Aspek sosial

a) Lokasi tempat tinggal yaitu rencana pindah lokasi rumah yang

akan ditempati responden yang terkena pembebasan jalan tol.

Lokasi tempat tinggal diukur dengan skala ordinal yaitu:

(1) Tidak pindah/tidak tahu/bingung

(2) Pindah ke desa lain

(3) Pindah ke kota

3) Aspek psikologis

a) Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan

terancam sebagai tanggapan terhadap pembebasan lahan

pembangunan jalan tol. Kecemasan diukur dengan skala

ordinal yaitu:

(1) Tidak cemas jika mata pencaharian dan masa depan

keluarga responden tidak terganggu akibat pembebasan

lahan.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

(2) Cemas jika mata pencaharian dan masa depan keluarga

responden terganggu akibat pembebasan lahan.

(3) Sangat cemas jika responden kehilangan mata pencaharian

akibat pembebasan lahan yang mengakibatkan masa depan

keluarganya menjadi terganggu.

b) Perasaan tidak nyaman (resah) adalah kondisi jiwa responden

dalam keadaan was-was terhadap penawaran harga ganti rugi

pembebasan lahan untuk jalan tol yang tidak sesuai dengan

keinginannya. Perasaan tidak nyaman (resah) diukur dengan

skala ordinal yaitu:

(1) Tidak resah jika harga ganti rugi pembebasan lahan lebih

dari nilai obyek pajak (NJOP) dan harga pasar.

(2) Biasa saja jika harga ganti rugi pembebasan jalan tol sesuai

dengan dengan nilai jual obyek pajak (NJOP).

(3) Resah jika harga ganti rugi pembebasan lahan tidak sesuai

dengan nilai jual obyek pajak (NJOP)/harga ganti rugi

rendah.

c) Stres adalah beban psikologis yang dirasakan responden akibat

adanya pembebasan lahan untuk jalan tol yang berpengaruh

terhadap perubahan pekerjaan.

(1) Tidak stres jika pekerjaan responden tidak mengalami

perubahan akibat jalan tol.

(2) Biasa saja jika responden masih dapat bekerja sesuai

dengan keahlian atau kemampuannya.

(3) Stres jika responden menjadi tidak memiliki pekerjaan

bekerja/menganggur.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2. Pengukuran Variabel

a. Aspek Ekonomi No Variabel Indikator Kriteria Skor 1.

Pendapatan Tinggi Sedang Rendah

> Rp 2.500.000 Rp 500.000 – Rp

2.500.000 < Rp 500.000

3 2 1

2. Kekayaan 1. Harta bergerak

Jenis ternak a. Sapi

≥ 2 ekor 1 ekor Tidak punya sapi

3 2 1

b. Kambing

≥ 2 ekor 1 ekor Tidak punya kambing

3 2 1

c. Unggas

≥ 5 ekor 1 – 4 ekor Tidak punya

3 2 1

2.Harta tidak bergerak

a. Bahan bangunan - Dinding

Beton Kayu Bambu

3 2 1

- Atap Asbes Genteng Jerami kering

3 2 1

- Lantai

Keramik / Tegel Semen Tanah

3 2 1

b. Alat transportasi - Mobil

Punya mobil ≥ 2 Punya mobil 1 Tidak punya mobil

3 2 1

- Motor

Punya motor ≥ 2 Punya motor 1 Tidak punya motor

3 2 1

- Sepeda

Punya sepeda ≥ 2 Punya sepeda 1 Tidak punya sepeda

3 2 1

c. Alat pertanian - Traktor

Punya traktor ≥ 2 Punya traktor 1 Tidak punya traktor

3 2 1

- Penggiling padi Punya penggiling padi ≥ 2 Punya penggiling padi 1 Tidak punya penggiling

padi

3 2 1

- Semprotan pestisida

Punya semprotan ≥ 2 Punya semprotan 1 Tidak punya semprotan

3 2 1

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

- Pompa air Punya pompa air ≥ 2 Punya pompa air 1 Tidak punya pompa air

3 2 1

- Cangkul

Punya cangkul ≥ 2 Punya cangkul Tidak punya cangkul

3 2 1

d. Barang elektronik - Mesin cuci

Punya mesin cuci ≥ 2 Punya mesin cuci 1 Tidak punya mesin cuci

3 2 1

- Lemari es (kulkas) Punya lemari es ≥ 2 Punya lemari es 1 Tidak punya lemari es

3 2 1

- Komputer Punya komputer ≥ 2 Punya komputer 1 Tidak punya komputer

3 2 1

- Televisi Punya televisi ≥ 2 Punya televisi 1 Tidak punya televisi

3 2 1

- Radio Punya radio ≥ 2 Punya radio 1 Tidak punya radio

3 2 1

- Setrika Punya setrika ≥ 2 Punya setrika 1 Tidak punya setrika

3 2 1

3. Pekerjaan Petani Pemilik lahan dan

disewakan Pemilik lahan dan

penggarap Tidak punya lahan

3

2

1

Non Petani PNS/pensiunan Pengusaha/wiraswasta Buruh bangunan

3 2 1

4. Luas lahan Luas Sedang Sempit

> 0,5 Ha 0,25 – 0,5 Ha < 0,25 Ha

3 2 1

b. Aspek sosial

No Variabel

Indikator Kriteria Skor

1.

Interaksi sosial/ Kekerabatan

Sering Jarang Tidak pernah

Sering ( >2 kali dalam sehari)

Jarang( 1-2 kali dalam sehari)

Tidak pernah

3

2

1 2. Pindah tempat

tinggal/rumah Terkena jalan tol

Pindah ke kota Pindah ke desa lain Tidakpindah/tidak

tahu/bingung

3 2 1

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3. Penerimaan terhadap adat istiadat

Tinggi Sedang Rendah

Menerima dan melaksanakan

Menerima tapi tidak melaksanakan

Tidak menerima dan tidak melaksanakan

3

2

1

c. Aspek Psikologis

No Variabel Indikator Kriteria Skor

1.

Kecemasan - Kehilangan mata pencaharian

Khawatir Biasa saja/tidak khawatir Tidak tahu

3 2 1

- Masa depan keluarga Khawatir Biasa saja/tidak khawatir Tidak tahu

3 2 1

2. Perasaan tidak nyaman (resah)

- Gant rugi pembebasan lahan

Lebih dari nilai jual objek pajak (NJOP) harga pasar

Sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP)

Tidak sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP)/harga jual rendah

3 2 1

3. Stres - Perubahan pekerjaan Pekerjaan baru/berbeda dari sebelumnnya

Pekerjaan tidak berubah/sama dengan sebelumnya

Tidak bekerja

3 2 1

- Uang ganti rugi digunakan untuk keperluan

Investasi Ditabung di bank/ koperasi

desa/lembaga keuangan lain Dibelikan kebutuhan pokok

rumah tangga

3 2 1

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode Penelitian ini yaitu mendeskripsikan dan menganalisis tentang

keadaan obyek penelitian yaitu petani dan bukan petani (non petani). Menurut

Nazir (1988) metode deskriptif kuantitatif adalah suatu metode dalam meneliti

status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kilas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan metode penelitian

ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena

yang diamati.

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

survai. Teknik survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang

pokok. Data yang diperoleh digunakan untuk prediksi atau meramalkan

kejadian tertentu di masa yang akan datang (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling). Menurut

Singarimbun dan Effendi (1995), cara pengambilan sampel dengan memilih

daerah penelitian berdasarkan ciri-ciri atau alasan yang dipandang mempunyai

hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini memilih lokasi di

Desa Denggungan Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Desa

Denggungan dipilih sebagai lokasi penelitian karena desa ini merupakan desa

yang akan menjadi titik temu (titik nol) 3 ruas jalan tol (Solo-Semarang, Solo-

Ngawi, dan Solo-Jogja). Di desa ini ada 148 bidang/petak sawah dan

pekarangan terkena pembebasan proyek jalan tol Solo-Ngawi.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

C. Metode Penentuan Populasi dan Sample

Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang lahan pertaniannya

terkena pembebasan jalan tol. Latar belakang pekerjaan masyarakat Desa

Denggungan yaitu petani dan non petani. Petani merupakan responden yang

mengolah usahatani dimana curahan waktu mereka untuk bertani kurang lebih

7 jam sehari. Responden bukan petani yaitu responden yang bekerja di luar

usahatani seperti berdagang, buruh bangunan, pegawai swasta, pegawai negeri

sipil. Teknik pengambilan sampel yaitu sampel acak kelompok proporsional

(cluster proportional random sampling) berdasarkan jenis pekerjaan. Menurut

Narbuko dan Achmadi (2004), pengambilan sampel secara acak kelompok

proporsional adalah cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi

dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi. Rumus untuk

mengambil sampel secara proporsional yaitu;

Dimana ;

ni : Jumlah sampel dari masing- masing responden

nk : Jumlah responden

N : Jumlah seluruh (total) responden yang akan dijadikan sampel

n : Jumlah sampel yang diambil

Tabel 1. Jenis pekerjaan masyarakat Desa Denggungan yang terkena proyek jalan tol Solo -Ngawi

Jenis Pekerjaan ∑ (orang) Sampel (orang)

Petani 36 17

Non Petani 71 33

Total 107 50

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

D. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data berasal dari data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus. Data primer berupa

wawancara langsung dengan responden dan kuesioner. Data sekunder adalah

berasal dari dokumentasi-dokumentasi instansi pemerintah seperti dinas

pertanian, Badan Pertanahan Negara (BPN), Dinas Pekerjaan Umum (DPU),

Badan Pusat Statistik (BPS), Kecamatan Banyudono dan Kelurahan

Denggungan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara

dan pengamatan (observasi).

a. Wawancara (interview), melakukan wawancara dengan responden secara

langsung dengan bantuan alat/kuesioner dan alat perekam (recording).

b. Pengamatan (observasi), mengamati dan mencatat aktifitas dan

peristiwa/gejala-gejala yang terjadi di lapangan/lokasi penelitian.

c. Dokumentasi yaitu melakukan dokumentasi dengan menggunakan

kamera/ponsel berupa foto-foto aktifitas di lapangan/lokasi penelitian.

F. Metode Analisis Data

Untuk menguji ada tidaknya perbedaan dampak ekonomi, sosial dan

psikologis antara petani dan bukan petani digunakan metode analisis Chi

Square dari program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi

12. Menurut Nisfianoor (2009), hasil perhitungan Chi Square dikatakan

signifikan jika taraf signifikansi (p) hitung lebih kecil dari taraf signifikansi

(p) tabel (p hitung < p tabel), dan sebaliknya jika (p) tabel lebih besar dari (p)

hitung maka dikatakan tidak signifikan. Sedangkan menurut Sugiyono

(2001), hasil perhitungan Chi Square dikatakan signifikan jika harga Chi

Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel dengan memperhatikan

derajat kesalahan (df) dan taraf signifikansi (p) dan sebaliknya.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Kriteria uji:

1) Apabila Chi Square hitung > Chi Square tabel maka Ho ditolak berarti

ada perbedaan dampak sosial ekonomi yang signifikan antara petani dan

bukan petani di Desa Denggungan akibat dari pembangunan jalan tol Solo-

Ngawi.

2) Apabila Chi Square hitung ≤ Chi Square tabel maka Ho diterima berarti

tidak terdapat perbedaan dampak sosial ekonomi yang signifikan antara

petani dan bukan petani di Desa Denggungan akibat dari pembangunan

jalan tol Solo-Ngawi.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Wilayah

1. Letak Geografis

Desa Denggungan memiliki luas wilayah sebesar 211,4825 Hektar.

Dukuh yang ada di desa ini berjumlah 11 buah, Rukun Kampung

berjumlah 3 buah dan Rukun Tetangga berjumlah 11 buah. Jarak Desa

Denggungan dengan kota Kecamatan Banyudono yaitu sejauh 3 kilometer.

Secara administrasi batas-batas wilayah Desa Denggungan adalah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak

Sebelah Selatan : Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu

Sebelah Barat : Desa Bangak, Kecamatan Banyudono

Sebelah Timur : Desa Bolon, Kecamatan Colomadu

2. Keadaan Iklim dan Topografi

Desa Denggungan mempunyai ketinggian kurang lebih 150 meter

dari permukaan air laut (mdpl). Sungai-sungai mengalir ke sebelah timur

dan sebagian digunakan untuk pengairan. Desa Denggungan memiliki

keadaan iklim panas, curah hujan 2.437 milimeter (mm) dan jumlah hari

hujan 126 hari hujan (hh).

3. Penggunaan Lahan dan Pengairan

Penggunaan lahan di Desa Denggungan yaitu tanah sawah dan tanah

kering. Tanah sawah dengan luas 87,66 hektar dan tanah kering seluas

124,15 hektar.

Tabel 2. Penggunaan Tanah di Desa Denggungan No. Penggunaan Tanah Luas (Ha) Prosentase (%) 1. Tanah sawah

- Irigasi setengah teknis 87,34

41,3

2. Tanah Kering - Pekarangan/Bangunan - Tegal/Kebun

56,97 63,18

26,9 29,9

3. Lainnya 4,00 1,9 Jumlah 211,49 100

Sumber : Kecamatan Banyudono Dalam Angka Tahun 2008

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Penggunaan tanah sawah dengan irigasi setengah teknis lebih

banyak diusahakan oleh masyarakat Desa Denggungan dengan luas

87,3400 hektar (41,3 persen). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa

sebagian besar masyarakat Desa Denggungan menggunakan tanahnya

untuk budidaya padi. Pengairan sawah berasal dari saluran-saluran

setengah teknis yang berada di sekitar lahan. Tanah kering yang ada di

Desa Denggungan digunakan sebagai pekarangan, bangunan, kebun dan

tegal luasnya sama besar. Untuk tanah kering yang digunakan sebagai

bangunan dan pekarangan seluas 56,97 hekar (26,9%). Tegal dan kebun

yang ada di Desa Denggungan seluas 56,97 hektar (26,9%).

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Keadaan penduduk di Desa Denggungan dapat dilihat berdasarkan

penggolongan umur. Umur ini dibedakan menjadi 3 yaitu umur tidak

produktif, umur produktif dan umur yang sudah tidak produktif. Dengan

melihat ketiga kategori umur tersebut maka keadaan penduduk di Desa

Denggungan akan terlihat dengan jelas. Adapun distribusi penduduk di

Desa Denggungan berdasarkan pengelompokkan umur dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Denggungan 2008

Sumber: Kecamatan Banyudono Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi penduduk berdasarkan

umur di Desa Denggungan pada tahun 2008 yaitu mayoritas jumlah

penduduk di Desa Denggungan berada pada usia produktif sebanyak 1760

orang (65%). Banyaknya jumlah penduduk yang produktif menjadi potensi

bagi desa terutama untuk menunjang perekonomian di desa. Jumlah

No Umur (tahun) Distribusi ∑ (Jiwa) Prosentase (%)

1. 2. 3.

0 – 1415 – 59

> 60

6991760 247

25,8 65 9,2

Jumlah 2706 100,00

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

penduduk produktif ini mampu untuk menopang perekonomian usia

penduduk yang tidak produktif yaitu sebesar 9,25% dan 25,8%. Distribusi

penduduk berdasarkan umur juga dapat digunakan untuk mengetahui

besarnya angka beban tanggungan (ABT). Perhitungan besarnya akan

beban tanggungan yaitu dengan perbandingan antara jumlah penduduk

kelompok usia tidak produktif dengan jumlah penduduk usia produktif.

Menurut Rusli (1994) untuk mengetahui perbandingan kelompok usia

tidak produktif dengan usia produktif dapat di rumuskan sebagai berikut:

ABT = 100)5915(

)60()140( xtahunP

tahunPtahunP−

>+−

= 1001760

247699x

+

= 54

Hasil perhitungan menunjukkan angka beban tanggungan (ABT)

Desa Denggungan adalah 54. Hal ini berarti setiap 100 orang penduduk

berusia produktif menanggung penduduk usia tidak produktif sebesar 54

orang. Jumlah usia tidak produktif yang cukup besar ini membuat angka

beban tanggungan di Desa Denggungan cukup tinggi. Tingginya ABT

yang ada di Desa Denggungan akan berdampak pada terhambatnya

pertumbuhan ekonomi desa. Hal tersebut dikarenakan penghasilan ataupun

pendapatan penduduk yang produktif digunakan untuk menanggung

kebutuhan penduduk yang tidak produktif. Untuk menekan jumlah ABT

agar tidak semakin besar bisa dilakukan dengan program keluarga

berencana.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk suatu wilayah dapat dilihat berdasarkan jenis

kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui pebandingan

jumlah jenis kelamin yang ada di Desa Denggungan dapat dilihat pada

tabel 4.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Denggungan Tahun 2008

No Umur (tahun) Distribusi

∑ (Jiwa) Prosentase (%) 1. 2.

Laki-laki Perempuan

1360 1446

48,5 51,5

Jumlah 2806 100,00 Sumber: Kecamatan Banyudono Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 4. menunjukkan bahwa Desa Denggungan memiliki jumlah

perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Jumlah

perempuan yaitu 1446 orang (51,5%) sedangkan laki-laki 1360 orang

(48,5%). Jumlah jenis kelamin yang ada di Desa Denggungan ini bisa

digunakan untuk mengetahui rasio jenis kelamin (sex ratio). Rasio jenis

kelamin dirumuskan sebagai berikut:

SR = 100xperempuanpendudukJumlah

lakilakipendudukJumlah −

= 10014461360 x

= 94,1

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rasio jenis kelamin (SR)

adalah 94,1. Hal ini menunjukkan dari tiap 100 penduduk perempuan

terdapat 94 orang penduduk laki-laki. Dengan demikian untuk Desa

Denggungan tidak akan terjadi kekurangan tenaga kerja, baik untuk laki-

laki dan perempuan.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk diberbagai daerah sangat

beranekaragam dikarenakan oleh berbagai faktor seperti keadaan alam,

dan kondisi geografis. Dari sini dapat dilihat bahwa ada kecenderungan

suatu penduduk dalam memilih jenis pekerjaannya berdasarkan faktor

lingkungannya.Untuk mata pencaharian di Desa Denggungan dapat di

lihat pada tabel 5.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Denggungan Tahun 2008

No Mata Pencaharian Distribusi ∑ (Jiwa) Prosentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya

279 34 0

116 425 122 116 321 20 934

11,8 1,5 0

4,9 17,9 5,2 4,9 13,6 0,8 39,4

Jumlah 2367 100,00 Sumber: Kecamatan Banyudono Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 5. mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Denggungan

pada sektor pertanian (lainnya) dengan prosentase sebesar 17,9 persen.

Pertanian lainnya ini adalah pertanian yang dilakukan di pekarangan

seperti jarak pagar, mangga, rambutan, nangka, jambu. Hal ini dilakukan

sebagai upaya untuk penghijauan lingkungan. Penduduk memilih bekerja

di sektor pertanian karena kondisi lingkungan di Desa Denggungan sangat

mendukung terutama kondisi tanahnya yang sangat subur untuk pertanian.

Jenis pertanian yang diusahakan oleh penduduk Desa Denggungan yaitu

pertanian tanaman pangan sebanyak 279 orang (11,8%). Tanaman pangan

tersebut yaitu padi, jagung, palawija. Penduduk yang memilih mata

pencaharian di bidang jasa sebanyak 321 orang (13,6%). Penduduk yang

bekerja di bidang jasa karena lokasi rumah mereka berdekatan dengan

jalan raya. Jenis usaha jasa yang ada di Desa Denggungan seperti

fotocopy, persewaan mobil dan persewaan kuda.

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan benih-

benih manusia yang bermutu. Dengan pendidikan, lahir pemimpin-

pemimpin yang mampu membawa perubahan di berbagai bidang

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kehidupan. Dengan demikian tiap orang perlu untuk mengenyam

pendidikan agar benih-benih itu tetap terus tumbuh tanpa henti. Untuk

mengetahui tingkat pendidikan penduduk yang ada di Desa Denggungan

dapat di lihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Denggungan Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Distribusi ∑ (Jiwa) Prosentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tidak/Belum Tamat SD SD SLTP SLTA DI/DII Akademi PT/D IV

959 667 499 412 6 12 42

36,9 25,7 19,2 15,9 0,2 0,5 1,6

Jumlah 2597 100,00 Sumber : Kecamatan Banyudono Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 6. menunjukkan tingkat pendidikan penduduk Desa

Denggungan pada tahun 2008 sebagian besar tidak/belum tamat Sekolah

dasar (SD) sebanyak 959 orang (36,9%). Sedangkan pendidikan D1/DII

hanya sebesar 0,2 persen. Besarnya pendidikan penduduk yang tidak atau

belum tamat SD dikarenakan orang tuanya tidak mampu untuk membiayai

sekolah anaknya. Mereka memilih mengajak anak-anaknya untuk

membantu bekerja di sawah. Jika dilihat dari tingkat pendidikan,

kemungkinan ada penduduk yang buta aksara atau tidak dapat membaca.

Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Desa Denggungan akan

berdampak pada lambatnya perkembangan desa. Kondisi ini karena

pendidikan yang rendah cenderung sulit untuk menerima perubahan dan

inovasi-inovasi. Namun, untuk antisipasinya diperlukan sebuah pendidikan

non formal seperti pelatihan-pelatihan. Semisal pelatihan tentang baca tulis

untuk memberantas buta aksara dan pelatihan-pelatihan praktis dalam

pekerjaan. Pengembangan potensi lain bisa lewat organisasi yang

berfungsi sebagai wadah penduduk untuk belajar dan bekerjasama.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dengan demikian, walaupun pendidikan formal jauh tertinggal tetapi

tergantikan oleh pendidikan non formal agar penduduk menjadi lebih maju

sesuai dengan tuntutan jaman.

C. Keadaan Pertanian

Pertanian merupakan pendukung perekonomian di Desa Denggungan.

Sektor pertanian masih dianggap sumber utama pendapatan penduduk di desa.

Hal ini dapat terlihat dari banyaknya penduduk di Desa Denggungan yang

bergantung pada sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan

rumah tangganya. Komoditas pertanian yang sangat beragam mampu menjadi

peluang untuk menciptkan pertanian yang menguntungkan. Meskipun untuk

membudidayakan jenis-jenis komoditas tidak terlepas dari kondisi lahan.

Jenis-jenis komoditas pertanian yang diusahakan oleh penduduk di Desa

Denggungan diantaranya terlihat pada tabel 7.

Tabel 7. Luas dan Produksi Tanaman Utama di Desa Denggungan Tahun 2008 No Komoditas Luas Panen (Ha) Rata-rata

produksi Per Ha (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

1 2 3 4

Padi Jagung Ubi kayu Kacang Tanah

157 56 5 9

69,3 69,1

184,0 13,7

1088 387 92

12,4

Sumber : Kecamatan Banyudono Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 7, komoditas pertanian yang paling banyak di produksi oleh

penduduk Desa Denggungan adalah padi. Luas panen produksi padi yaitu

sebesar 157 hektar dengan total produksi 1088 ton. Jenis komoditas lain yang

diminati oleh penduduk yaitu komoditas jagung dengan luas panen 56 hektar

dan total produksi 387 ton. Banyaknya komoditas padi dan jagung yang di

produksi oleh penduduk menunjukkan Desa Denggungan sebagai penghasil

terbesar kedua komoditas tersebut.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Perekonomian wilayah dapat dengan cepat tumbuh jika ada sarana dan

prasarana penunjang yang cukup memadai. Sarana dan prasarana ini tidak bisa

berdiri sendiri tanpa peran serta dari penduduk. Salah satu peran serta

penduduk untuk memajukan sarana dan prasarana ekonomi yaitu berupa

terjadinya proses pertukaran atau transaksi ekonomi yang terus-menerus.

Adapun sarana perekonomian yang ada di Desa Denggungan dapat kita lihat

pada tabel 8.

Tabel 8. Sarana Perekonomian di Desa Denggungan Tahun 2008 No Sarana Perekonomian ∑

1 2

Toko/Warung/Kios

Restoran/Rumah Makan/Kedai

8

2

Sumber : Kecamatan Banyudono Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 8. menunjukkan sarana perekonomian yang tersedia di Desa

Denggungan yaitu toko/warung/kios sebanyak 8 buah. Jumlah

toko/warung/kios yang banyak menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk

di Desa Denggungan memiliki usaha yang berkonsentrasi pada pemenuhan

kebutuhan harian. Di samping itu, sarana perekonomian lain yang ada di Desa

Denggungan yaitu restoran/rumah makan/kedai yang berjumlah 2 buah.

Adanya restoran/rumah makan/kedai ini untuk menunjang kebutuhan

penduduk dalam kebutuhan konsumsi sehari-hari. Penduduk yang tidak ingin

repot masak bisa makan di rumah makan yang tersedia tersebut.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik responden

1. Umur

Umur merupakan usia responden yang kemudian dikategorikan

menjadi dua yaitu umur produktif (15-59 tahun) dan umur tidak produktif

(lebih dari 60 tahun). Kategori kelompok umur ini sebagai ukuran dalam

mengetahui jumlah angkatan kerja responden yang ada di masyarakat.

Angkatan kerja yang memadai bisa menunjang kebutuhan tenaga kerja di

sektor pertanian dan di luar sektor pertanian. Oleh karena itu, banyaknya

responden yang produktif merupakan potensi Desa Denggungan. Hal ini

dikarenakan kelompok umur produktif akan mampu memberikan

kontribusi bagi kemajuan ekonomi di wilayahnya. Untuk mengetahui

kategori umur responden yang ada di Desa Denggungan dapat dilihat pada

tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 9 menunjukkan mayoritas responden di Desa Denggungan

termasuk dalam kategori produktif yaitu sebanyak 38 orang (76%).

Banyaknya responden produktif di Desa Denggungan terutama bekerja di

luar sektor pertanian. Mereka bekerja sebagai pedagang, buruh bangunan,

karyawan swasta dan pegawai negeri sipil. Responden bekerja sebagai

karyawan di perusahaan swasta yang lokasinya berada di perkotaan.

Mereka menggunakan sepeda motor untuk menempuh ke lokasi tempat

kerjanya. Responden lain yang bekerja di luar pertanian yaitu bekerja

sebagai pegawai negeri sipil. Lokasi pekerjaan mereka berada di Kota

No Umur (tahun) Kategori Distribusi ∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2.

15-59 > 60

Produktif Tidak produktif

38 12

76 24

Jumlah 50 100

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

41

Boyolali. Lokasi kantor yang cukup jauh membuat responden ini

menggunakan sepeda motor agar sampai ke tempat kerja. Begitu juga

dengan responden yang bekerja sebagai buruh bangunan dan peternak.

Responden yang bekerja sebagai buruh bangunan biasanya tidak menentu

karena pekerjaan untuk membangun rumah tidak selalu ada setiap waktu.

Hal yang mereka lakukan ketika tidak ada pekerjaan membangun rumah

yaitu menggarap sawahnya. Akan tetapi, jika ada pekerjaan untuk

membangun rumah, lahan pertaniannya di sewakan kepada orang. Hal ini

mereka lakukan terus-menerus untuk menghidupi keluarganya.

Responden yang tergolong produktif ada juga yang memiliki usaha

beternak ayam petelur. Mereka memiliki kandang ayam berada di halaman

belakang dan depan rumahnya. Ayam petelur yang dipelihara oleh

responden cukup banyak yaitu sekitar 1000-an ekor. Untuk saat ini, telur

yang dihasilkan ayam peliharaannya hampir setiap hari bertelur sehingga

responden panen telur ayam. Hasil telur ayam biasanya dijual langsung

kepada pembeli yang datang ke rumahnya. Harga 1 butir telur ayam

kampung di jual seharga 1000 rupiah.

Responden di Desa Denggungan yang masuk dalam kategori tidak

produktif sebanyak 12 orang (24%). Responden ini bekerja sebagai petani

pemilik, penggarap dan buruh tani. Petani yang memiliki lahan lebih

memilih menyewakan lahannya untuk digarap orang lain. Hal ini

dikarenakan faktor usia responden yang terbilang cukup tua. Oleh karena

itu, sebagian besar responden memutuskan untuk tidak lagi menggarap

lahannya sendiri. Mereka hanya bertindak sebagai pemantau pertanian dan

saling berbagi pengalaman kepada petani lainnya. Responden yang bekerja

sebagai buruh tani untuk saat ini masih tetap bertani. Usia yang sudah tua

tidak membuat pupus semangat kerja responden ini. Mereka melakukan

pekerjaan ini demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Responden yang masih aktif bertani dan yang sudah tidak bertani sering

bertemu dalam acara pertemuan warga. Di pertemuan itu biasanya mereka

saling bercerita tentang pekerjaannya dan perkembangan informasi terkini.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

42

Informasi terkini yang dibahas dalam pertemuan itu mengenai adanya

jalan tol yang akan melintasi Desa Denggungan.

2. Pendidikan

Pendidikan yang ada di Desa Denggungan digolongkan menjadi 3

yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal.

Pada dasarnya pendidikan tidak hanya diperoleh dibangku sekolah saja

akan tetapi pendidikan dapat terjadi dimana saja, di jalan, di rumah dan

dimanapun. Pendidikan formal dipilih dalam penelitian ini dikarenakan

pendidikan ini lebih mudah diukur dibandingkan dengan pendidikan non

formal maupun informal. Pendidikan formal memiliki jenjang/tingkat,

dimana semakin tinggi tingkatan pendidikan berarti orang yang menempuh

pendidikan akan memiliki pengetahuan yang tinggi. Oleh karena itu, untuk

mengetahui tingkat pendidikan formal respoden di Desa Denggungan

dapat di lihat pada tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No

Tingkat Pendidikan

Kategori

Skor Distribusi

∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3. 4. 5.

Perguruan Tinggi (PT) SMA/SMK SMP SD Tidak Sekolah

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

5 8 3

27 7

10 16 6 54 14

Jumlah 50 100

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 10 menunjukkan pendidikan formal responden sebagian besar

termasuk dalam kategori rendah yaitu pada tingkat pendidikan Sekolah

Dasar (SD) sebanyak 27 orang (54%). Banyaknya jumlah responden yang

tingkat pendidikannya rendah dikarenakan tidak adanya keinginan orang

tua untuk melanjutkan sekolah anaknya ke tingkat pendidikan yang lebih

tinggi. Hal ini juga disebabkan oleh tidak adanya dana yang mencukupi

untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

43

tersebut membuat responden lebih memilih untuk membantu pekerjaan

orang tuanya yang berprofesi sebagai petani.

Jumlah respoden yang tingkat pendidikannya hingga sekolah

menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak

8 orang (16%). Responden yang melanjutkan sekolah hingga ke tingkat

pendidikan SMA/SMK dikarenakan ada keinginan orang tua agar anaknya

bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan lebih baik dari orang tuanya.

Jumlah responden yang tingkat pendidikannya sampai ke perguruan tinggi

sebanyak 5 orang (10%). Responden yang pendidikannya sampai

perguruan tinggi dikarenakan orang tua memiliki keinginan agar anaknya

menjadi sarjana. Hal ini juga didukung oleh dana yang cukup untuk biaya

sekolah.

Banyaknya tingkat pendidikan formal responden yang masuk dalam

kategori rendah menjadi sebuah tantangan bagi Desa Denggungan di masa

kini dan mendatang. Dalam hal ini responden yang pendidikannya masih

rendah memerlukan adanya pendidikan untuk dapat mengembangkan diri

dan lingkungannya. Tingkat pendidikan yang rendah diperkirakan akan

sulit untuk menerima perubahan di tengah kemajuan jaman yang serba

cepat. Untuk mengatasi rendahnya pendidikan formal dapat ditempuh

melalui pendidikan non formal ataupun informal. Hal ini sebagai cara

untuk menghapuskan ketertinggalan dan mencegah meningkatnya jumlah

buta aksara.

Gambar 2. Pendidikan agama untuk anak-anak di masjid At- Taqwa

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

44

3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga di Desa Denggungan yang tinggal dalam

satu atap/rumah cukup beragam antara satu rumah dengan yang lain.

Untuk anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak sering disebut

dengan keluarga inti. Sebaliknya jika dalam anggota keluarga terdiri dari

ayah, ibu dan anak, nenek, kakek, keponakan, cucu, cicit dan seterusnya

maka disebut keluarga besar. Jumlah anggota keluarga yang ada di Desa

Denggungan ada yang termasuk ke dalam keluarga inti ataupun keluarga

besar. Informasi mengenai jumlah anggota keluarga di Desa Denggungan

dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga responden

yang tinggal bersama dalam satu rumah di Desa Denggungan termasuk

dalam kategori sedang sebanyak 43 orang (86%). Berbagai faktor yang

membuat jumlah anggota keluarga responden dalam kategori sedang yaitu

karena responden telah melaksanakan program keluarga berencana (KB)

dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa program KB di Desa

Denggungan cukup berhasil untuk menekan pertambahan jumlah

penduduk secara umum. Disamping itu, responden yang jumlah anggota

keluarganya sedang karena mereka memilih untuk tinggal sendiri bersama

keluarga dan terpisah dari orang tuanya.

Jumlah anggota keluarga yang termasuk dalam kategori besar

sebanyak 8 orang (12%). Responden ini sudah berkeluarga namun mereka

tetap tinggal bersama dengan orang tuanya. Responden memilih untuk

tinggal bersama dengan orang tuanya dikarenakan mereka ingin

No Jumlah keluarga (orang)

Kategori Skor Distribusi

∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

> 5 2 – 5 < 1

Besar Sedang Kecil

3 2 1

6 43 1

12 86 2

Jumlah 50 100

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

45

meneruskan pekerjaan orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Pilihan

ini merupakan keinginan pribadi responden yang memang sudah lama

membantu pekerjaan orang tuanya dalam bertani. Responden ini

merasakan bahwa dari hasil pertaniannya masih dapat untuk memenuhi

kebutuhan keluarga besarnya. Responden ini juga memiliki kedekatan

dengan lingkungannya karena mereka sejak lahir hingga tumbuh dewasa

ada di Desa ini. Hal ini yang membuat mereka merasa lebih nyaman

dengan desa kelahiran dan pekerjaannya. Mereka lebih memilih untuk

tetap tinggal di desa ini bersama keluarga dan orang tuanya. Sementara itu,

responden yang bekerja di luar pertanian memilih tetap tinggal bersama

dengan orang tuanya dikarenakan lokasi tempat bekerja tidak jauh dari

tempat tinggalnya.

4. Luas Lahan

Lahan merupakan aset yang sangat berharga bagi responden untuk

mengusahakan usahatani. Lahan yang luas tentunya akan membuat

usahatani yang dikerjakan pun semakin besar. Maka dari itu, luas lahan

yang dimiliki responden merupakan indikator untuk mendapatkan hasil

pertanian yang besar dan melimpah. Hasil pertanian yang besar akan

membawa dampak pada tingginya pendapatan responden. Namun

demikian tidak semua responden memiliki lahan yang cukup luas. Mereka

hanya menggarap pertanian di lahan yang luasnya terbatas. Di lahan yang

terbatas itu tentunya juga akan berpengaruh pada tingkat hasil

pertaniannya yang mungkin terbatas juga. Untuk selanjutnya pendapatan

petani yang menggarap di lahan terbatas ini hanya memperoleh

pendapatan yang sedikit.

Luas lahan yang dimiliki oleh responden untuk usaha tani sangat

bervariatif. Luas lahan ini dibedakan menjadi 3 yaitu lahan dalam kategori

sempit (< 0 25 hekar), lahan dalam kategori sedang (0,25 - 0,5 hektar) dan

lahan dalam kategori luas (> 0,5 hektar). Untuk mengetahui luas lahan

yang dimiliki oleh responden di Desa Denggungan dapat dilihat pada

tabel 12.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

46

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 12 menunjukkan bahwa mayoritas responden di Desa

Denggungan memiliki luas lahan dalam kategori sempit (kurang dari 0,25

hektar) sebanyak 48 orang (96%). Yang menyebabkan sempitnya luas

lahan milik responden yaitu karena adanya pembagian warisan di

keluarganya. Pembagian warisan ini berupa pembagian lahan pertanian

yang pada awalnya lahannya cukup luas namun setelah dibagi-bagi kepada

ahli waris luas lahannya menjadi sempit. Di luas lahan yang sempit ini

responden tetap mengusahakan usahataninya. Usahatani yang mereka

lakukan yaitu dengan menanam tanaman pangan seperti padi dan palawija.

Hal ini dikarenakan di lahan tersebut memang sangat produktif sehingga

cocok ditanami dengan tanaman padi dan palawija. Dari pembagian

warisan itu, tidak semua lahan milik responden digunakan untuk pertanian.

Namun sebagian lahan itu dibangun untuk rumah sehingga jarak rumah itu

dengan lahan tidak terlampau jauh. Responden hanya cukup berjalan kaki

untuk menuju lahan pertaniannya.

Responden yang memiliki luas lahan dalam kategori sedang

sebanyak 2 orang (4%). Luas lahan ini dimiliki oleh responden yang dari

bekerja di luar sektor pertanian. Mereka memilih membeli tanah tersebut

sebagai investasi di masa yang akan datang dimana harga jual lahan dari

tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan. Untuk saat ini, lahan itu di

sewakan kepada orang dengan harga sewa sekitar Rp 2.000.000/tahun

dengan luas 1 petak. Hal ini menjadi sumber pendapatan tambahan bagi

responden di luar pekerjaan utamanya.

No Luas lahan (hektar)

Kategori Skor Distribusi

∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

> 0,5 0,25-0,5 < 0,25

Luas Sedang Sempit

3 2 1

0 2 48

0 4 96

Jumlah 50 100

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

47

5. Pendapatan

Pendapatan merupakan penghasilan yang diperoleh responden dari

usahatani dalam 1 musim tanam ataupun dari luar pertanian. Pendapatan

respoden dari hasil pertanian dalam 1 musim tanam tidak selalu stabil. Hal

ini dikarenakan usahatani memiliki resiko yang cukup besar dibandingkan

dengan usaha lainnya. Resiko itu berupa kegagalan panen yang

menyebabkan responden mengalami kerugian. Di sisi lain yang

mempengaruhi pendapatan responden di usahatani yaitu harga jual hasil

produksi yang berubah-ubah karena permainan pasar. Satu sisi jika hasil

panen baik maka harga jualnya menjadi tinggi namun sebaliknya jika

hasilnya kurang baik harga jualnya menjadi rendah.

Pendapatan responden lainnya berasal dari luar usaha tani.

Pendapatan dari pekerjaan di luar usahatani cenderung stabil dengan

resiko yang kecil. Hal ini dikarenakan responden bekerja tetap di suatu

perusahaan/pabrik yang memberikan gaji tiap bulannya dengan nominal

yang sama. Imbas kerugian yang dialami dari pabrik/perusahaan tidak

berpengaruh langsung kepada nominal pendapatan responden yang bekerja

di perusahaan itu. Dari Masing-masing jenis pekerjaan responden tentunya

dapat dilihat juga tingkat pendapatan yang dimiliki oleh responden. Oleh

karena itu, untuk mengetahui tingkat pendapatan responden Desa

Denggungan dapat di lihat pada tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Sumber : Analisis Data Primer 2010

No Tingkat Pendapatan (dalam rupiah)

Kategori Skor Distribusi

∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

> 2.500.000 500.000 – 2.500.000

< 500.000

Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

5 37 8

10 74 16

Jumlah 50 100

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

48

Tabel 13 menunjukkan jumlah pendapatan responden di Desa

Denggungan mayoritas dalam kategori sedang yaitu sebanyak 37 orang

(74%). Pendapatan responden itu berasal dari usaha tani dan luar usaha

tani. Pekerjaan utama responden yang termasuk memiliki pendapatan

dalam kategori sedang yaitu petani, karyawan swasta, buruh bangunan

dan pensiunan. Pendapatan responden dari pekerjaan itu rata-rata

Rp 500.000 - Rp 2.500.000. Disamping pekerjaan utama tersebut,

responden juga memiliki pekerjaan sampingan yang mereka kerjakan

untuk menambah pendapatan. Pekerjaan sampingan yang dikerjakan oleh

responden seperti berdagang. Mereka berdagang di depan rumah dengan

membuka warung dimana dagangan yang di jual yaitu jenis kebutuhan

sehari-hari seperti makanan ringan, sabun, sampoo dan lain-lain.

Pendapatan responden yang yang masuk dalam kategori tinggi

sebanyak 5 orang (10%). Responden yang memiliki pendapatan ini

bekerja di luar usahatani. Jenis pekerjaan respoden seperti pegawai negeri

sipil (PNS) dan wiraswasta (ternak). Responden yang bekerja sebagai

PNS memiliki pendapatan perbulan Rp 3.000.000, sedangkan responden

yang berwiraswasta sebagai peternak ayam petelur pendapatan

perbulannya sampai Rp 5.000.000. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang

utama, mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan (di luar pekerjaan

utama).

Gambar 3. Warung milik responden yang berada di depan rumah responden.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

49

Pendapatan responden yang termasuk dalam kategori rendah

sebanyak 8 orang (16%). Pendapatan ini diperoleh dari usahatani dengan

laus lahan yang sempit. Pekerjaan utama responden ini adalah sebagai

buruh tani. Mereka bekerja mengolah lahan pertanian, mencangkul,

memupuk, memanen dengan menerima bayaran/upah dengan hitungan

waktu pengerjaannya. Untuk pekerjaan membasmi gulma (tanaman

penggangu) yang ada di lahan dengan waktu selama 5 jam upah yang

mereka memperoleh sebesar Rp 20.000.

6. Kekayaan

Kekayaan merupakan sejumlah material yang dimiliki oleh

responden. Material yang dimiliki responden terbagi menjadi beberapa

yaitu harta/benda bergerak dan harta/benda tidak bergerak. Kekayaan

dalam wujud harta bergerak seperti hewan ternak. Untuk kekayaan dalam

wujud harta tidak bergerak seperti rumah, mobil, alat-alat elektronik.

Kekayan yang dimiliki oleh responden di Desa Denggungan menentukan

suatu status sosialnya. Status sosial ini membuat responden menjadi

terpandang di masyarakat. Adapun tingkat kekayaan responden di Desa

Denggungan di kategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Gambar 4. Petani sedang membasmi gulma padi. 

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

50

Untuk mengetahui status sosial responden di Desa Denggungan dapat

diketahui pada tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kekayaan

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 14 Tingkat kekayaan responden di Desa Denggungan

mayoritas dalam kategori sedang sebanyak 49 orang (98%). Responden

yang memiliki kekayaan ini dikarenakan mereka sudah rata-rata memiliki

materi bergerak seperti hewan ternak (sapi, ayam dan kambing). Hewan

ternak tersebut dipelihara di kandang yang lokasinya dekat dengan rumah

responden. Ternak yang dipelihara responden sebagian hasilnya untuk di

konsumsi sendiri dan lainnya untuk di jual. Menurut responden perkiraan

harga jual untuk ayam dengan jumlah 10 ekor yaitu Rp 350.000. Untuk

harga jual kambing sebanyak 4 ekor diperkirakan Rp 1.500.000.

Sedangkan untuk harga jual sapi seperti yang diperkirakan oleh responden

yaitu untuk 1 ekor sapi dijual seharga Rp 6.000.000. Menurut responden

hasil penjualan hewan ternak itu biasanya digunakan untuk membeli

kebutuhan pokok rumah tangga. Di samping hasil penjualan ternak

digunakan untuk konsumsi dan biaya sekolah anak, ada responden yang

memilih untuk menabung.

Jenis kekayaan harga tidak bergerak yang dimiliki responden seperti

rumah, sepeda motor, onthel, televisi, mesin cuci, komputer, radio.

Bangunan rumah responden sebagian besar sudah tembok, lantainya tegel

dan atapnya menggunakan genteng. Di dalam rumah responden sudah

dilengkapi dengan televisi, radio yang berada di ruang tamu. Menurut

responden mereka membeli televisi dengan harga Rp 300.000 dan untuk

No Tingkat Kekayaan Kategori Skor Distribusi

∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

>50 25 – 50

< 25

Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

1 49 0

2 98 0

Jumlah 50 100

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

51

radio seharga Rp 80.000. Responden rata-rata sudah memiliki setrika

untuk menghaluskan pakaian. Mereka mengakui membeli setrika itu

dengan harga Rp 150.000. Responden yang memiliki sepeda motor

dibelinya dengan harga Rp 10.000.000 sedangkan sepeda (onthel)

dibelinya dengan harga Rp 200.000.

Untuk responden petani memiliki berbagai jenis harga bergerak

berupa alat-alat pertanian seperti cangkul, semprotan pestisida, dan pompa

air. Menurut responden, harga cangkul yang mereka punya dibeli seharga

Rp 60.000. Semprotan pestisida yang berfungsi untuk menyemprot hama

penyakit tanaman, petani membelinya dengan harga Rp 350.000. Pompa

air yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian di beli dengan harga

Rp 1.000.000. Mereka termasuk petani yang mandiri karena responden

telah memiliki alat-alat pertanian yang digunakan untuk bertani.

Responden yang memiliki tingkat kekayaan pada kategori tinggi

hanya ada 1 orang (2%). Responden ini memiliki kekayaan harga bergerak

dan harta tidak bergerak sama seperti responden yang tingkat kekayaannya

sedang. Hanya saja, responden ini memiliki harta bergerak berupa mobil

dan hewan ternak berupa ayam petelur sebanyak 1.000 ekor. Selain itu

mereka memiliki kendaraan motor yang jumlahnya lebih dari 1 buah. Alat

elektronik yang dimilikinya juga lebih dari 1 buah seperti televisi, radio,

komputer, setrika.

Gambar 5. Sepeda (onthel) milik responden di Desa Denggungan

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

52

7. Interaksi Sosial/Kekerabatan

Manusia sejak lahir di dunia telah di anugerahi tuhan sebagai insan

sosial. Insan sosial berarti memerlukan interaksi/hubungan dengan orang

lain di lingkungannya. Dalam hal ini intensitas yang terjadi pada

responden dengan orang lain disekitarnya dapat di ukur dengan waktu

yaitu hanya sebentar, sedang, dan lama. Peristiwa terjadinya intensitas ini

biasanya belangsung pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari.

Intensitas responden yang kerap terjadi terus-menerus berdampak pada

tingginya ikatan sosial di antara responden dengan lingkungannya. Hal ini

tentunya melahirkan semangat kekeluargaan dan kebersamaan dalam

bermasyarakat. Kebersamaan dan kekeluargaan ini menjadi sebuah modal

sosial yang sangat berperan dalam mewujudkan kehidupan bermasyarakat

Desa Denggungan yang kondusif. Untuk itu, intensitas hubungan

responden di Desa Denggungan dalam berinteraksi dengan masyarakat

dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Interaksi Sosial Dengan Tetangga dan Masyarakat

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang termasuk

dalam kategori sering berinteraksi dengan tetangga/masyarakat sebanyak

47 orang (94%). Tingginya tingkat responden berinteraksi dengan

tetangganya dikarenakan mereka bertemu saat bekerja di sawah yaitu pada

pagi hari dan siang hari. Menurut responden, topik pembicaraan yang

sering dibicarakan ketika bertemu dengan tentangga yaitu mengenai

pertanian, pekerjaan, keluarga dan masyarakat di lingkungannya. Topik

No Interaksi sosial dengan tetangga/masyarakat

Kategori Skor Distribusi

∑ (orang)

Prosentase (%)

1 2 3.

> 2 kali dalam 1 hari 1 – 2 kali dalam 1 hari

0 kali dalam 1 hari

Sering Kadang-kandang Tidak pernah

3 2 1

47 3 0

94 6 0

Jumlah 50 100

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

53

pembicaraan yang sering dibicarakan yaitu berhubungan dengan pertanian

yang merupakan pekerjaannya. Selain bertemu di sawah, responden juga

berinterksi dengan warganya ketika di masjid pada waktu shalat. Hal ini

karena di dukung oleh lokasi masjid yang berada di tengah pemukiman

penduduk. Tingginya tingkat interaksi responden dengan tetangga dan

masyaraktnya menunjukkan bahwa masyarakat Desa Denggungan

memiliki sikap kekeluargaan dan kebersamaan yang erat.

Responden yang termasuk dalam kategori kadang-kadang

berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sebanyak 3 orang (6%).

Beberapa hal yang membuat responden kadang-kadang berinteraksi

dengan tetangganya karena kesibukan pekerjaan. Hal ini dikarenakan

responden ini bekerja di luar sektor pertanian (bukan petani). Akan tetapi

mereka masih sempat berinteraksi dengan tetangganya hanya pada malam

hari selepas pulang kerja. Menurut responden, topik pembicaraan yang

yang sering dibahas yaitu mengenai pekerjaan dan masyarakat Desa

Denggungan.

8. Penerimaan Responden Terhadap Adat Istiadat

Adat istiadat merupakan bagian dari peninggalan budaya.

Pengertian adat istiadat dalam kamus antropologi yaitu suatu aturan yang

sudah menetap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu

kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam

kehidupan sosial. Dalam hal ini adat istiadat menjadi sesuatu hal yang

berkaitan langsung dengan kehidupan responden di lingkungannya.

Bentuk penerimaan terhadap adat istiadat dapat dilihat dari keikutsertaan

mereka dalam setiap kegiatan. Untuk adat istiadat yang ada di Desa

Denggungan yaitu bersih desa. Kegiatan bersih desa berupa kerja bakti

untuk membersihkan lingkungan desa. Oleh karena itu, untuk mengetahui

penerimaan responden terhadap adat istiadat yang ada di Desa

Denggungan dapat dilihat pada tabel 16.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

54

Tabel 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Penerimaan Responden Terhadap Adat Istiadat

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 16 menunjukkan bahwa mayoritas responden Desa

Denggungan pada kategori tinggi dalam menerima dan melaksanakan adat

istiadat bersih desa sebanyak 48 orang (96%). Hal ini dikarenakan mereka

masih merasakan manfaat dari adat-istiadat bersih desa. Menurut

responden, pelaksanaan adat-istiadat bersih desa yaitu bulan agustus atau

dalam kalender Jawa bertepatan dengan bulan Ruwah. Kegiatan bersih

desa yang dilakukan responden yaitu membersihkan seluruh lingkungan

desa, termasuk membersihkan saluran air irigasi, sungai, makam dan jalan

desa. Bersih desa ini sudah berlangsung cukup lama di Desa Denggungan.

Menurut responden, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian mereka

terhadap kondisi lingkungan desa sehingga lingkungan desa tetap terjaga

dengan baik sampai sekarang. Mereka menjalankan adat-istiadat ini secara

sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun.

Jumlah responden yang masih menerima adat istiadat bersih desa

namun tidak melaksanakannya sebanyak 2 orang (4%). Responden ini

tidak melaksanakan bersih desa karena terbentur dengan kesibukan

pekerjaan. Menurut responden, mereka belum merasakan manfaat secara

langsung jika mengikuti kegiatan bersih desa. Hal ini bertolak belakang

dengan responden yang masih menerima dan melaksanakan bersih desa.

Jika responden ini suatu saat punya waktu melaksanakan kegiatan bersih

desa. Perbedaan persepsi mengenai manfaat dari mengikuti kegiatan bersih

No Penerimaan responden terhadap Adat Istiadat

Kategori Skor Distribusi

∑ (orang)

Prosentase (%)

1.

2. 3.

Menerima dan melaksanakan Menerima tapi tak melaksanakan Tidak menerima & tidak melaksanakan

Tinggi

Sedang

Rendah

3 2 1

48 2 0

96 4 0

Jumlah 50 100

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

55

desa suatu saat bisa menjadi seragam. Hal ini bisa terjadi jika seluruh

responden telah melaksanakan kegiatan bersih desa tersebut.

B. Dampak Pembangunan Jalan Tol Terhadap Responden Dilihat Pada

Aspek Ekonomi, Sosial dan Psikologis.

1. Aspek Ekonomi

a) Pendapatan

Pendapatan yaitu sejumlah penghasilan yang diperoleh oleh

responden yang berasal dari usahatani dalam 1 musim tanam dan luar

pertanian. Pendapatan yang diperoleh responden tidak selalu sama atau

konstan, akan tetapi mengalami beberapa perubahan pendapatan.

Perubahan ini bisa dikarenakan adanya unsur kesengajaan maupun

ketidaksengajaan dari internal ataupun eksternal responden. Potensi

kehilangan pendapatan yang diderita responden disebabkan oleh

pembebasan lahan pertanian untuk dijadikan jalan tol Solo – Ngawi.

Responden yang sebagian besar pendapatannya berasal dari

lahan pertanian tentunya akan mengalami kehilangan pendapatan yang

signifikan. Hal ini terjadi karena lahan garapan mereka menjadi

berkurang akibat terkena pembebasan lahan tersebut. Hilanganya

pendapatan bisa dilihat dari perbedaan antara pendapatan awal

sebelum pembebasan lahan dengan pendapatan sesudah pembebasan

lahan pertanian. Untuk mengetahui potensi kehilangan pendapatan

responden di Desa Denggungan antara sebelum dan sesudah

pembebasan lahan dapat di lihat pada tabel 17.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

56

Tabel 17. Aspek Ekonomi Perbandingan Rata-Rata Pendapatan Petani Dan Bukan Petani Sebelum dan Sesudah Pembebasan Lahan Untuk Jalan Tol.

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2010

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan responden

mengalami perubahan akibat pembebasan lahan pertanian untuk

dijadikan jalan tol. Pendapatan rata-rata petani sebelum pembebasan

lahan sebesar Rp 2.244.384 sedangkan pendapatan rata-rata sesudah

pembebasan lahan sebesar Rp 1.797.475. Dengan menggunakan

T- Test dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa

t = 3,230 dan tingkat signifikansi (α= 0,005). Hal ini berarti menerima

hipotesis Hi dimana terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan

rata-rata petani sebelum pembebasan lahan dengan pendapatan rata-

rata petani sesudah pembebasan lahan. Potensi hilangnya pendapatan

rata-rata petani sebelum dan sesudah pembebasan lahan yaitu sebesar

Rp 451.907.

Pendapatan rata-rata responden bukan petani sebelum

pembebasan lahan yaitu sebesar Rp 790.909 sedangkan pendapatan

rata-rata sesudah pembebasan lahan menjadi sebesar Rp 615.611.

Dengan menggunakan T-Test dengan tingkat kepercayaan 95%

diperoleh hasil bahwa t = 3,175 dan tingkat signifikansi (α= 0,003).

Hal ini berarti menerima hipotesis Hi dimana terdapat perbedaan yang

signifikan pendapatan rata-rata responden bukan petani sebelum

pembebasan lahan dengan pendapatan rata-rata bukan petani sesudah

pembebasan lahan. Potensi hilangnya pendapatan rata-rata bukan

Rata-rata pendapatan Responden

Sebelum pembebasan lahan

Sesudah pembebasan lahan

Rata-rata pendapatan responden yang

hilang

Nominal (rupiah) (%) Nominal

(rupiah) (%) Nominal (rupiah)

(%)

Petani

2.244.382 73,94 1.797.475 74,48

451.907

72,06

Bukan petani 790.909 26,06 615.611 25,52 175.297 27,94Jumlah 3.035.291 100 2.413.086 100 627.024 100

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

57

petani sebelum dan sesudah pembebasan lahan yaitu sebesar

Rp 175.297.

Pendapatan total rata-rata responden sebelum pembebasan lahan

sebesar Rp 3.035.291 dan sesudah terkena pembebasan lahan

pendapatan total rata-rata responden menjadi Rp 2.413.086. Dengan

demikian total rata-rata pendapatan responden yang hilang (potensi

kehilangan) yaitu sebesar Rp 627.024. Oleh karena itu, dengan

hilangnya lahan pertanian responden akibat pembebasan lahan telah

berpengaruh terhadap hilangnya pendapatan responden.

b) Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan mata pencaharian yang dipilih dan

dikerjakan oleh respoden untuk memperoleh penghasilan. Jenis

pekerjaan responden seperti sebagai petani dan bukan petani.

Responden memilih bekerja sebagai petani karena di desanya tersedia

potensi alam yang sangat cocok untuk usaha tani. usaha tani yang

diupayakan oleh responden yaitu padi dan palawija. Responden

menggunakan hasil dari pertanian ini untuk mencukupi kebutuhan

keluarganya. Responden yang memilih bekerja di luar sektor pertanian

(bukan petani) seperti menjadi guru, pedagang dan pegawai negeri

sipil.

Dengan adanya pembangunan jalan tol yang membebaskan lahan

dan pemukiman responden di Desa Denggungan tentunya akan

membawa pengaruh pada pekerjaan responden. Perubahan pekerjaan

itu mungkin saja terjadi pada saat sesudah pembebasan lahan.

Perubahan pekerjaan tersebut dapat terlihat melalui perbandingan

pekerjaan responden sebelum pembebasan lahan dan setelah

pembebasan lahan. Untuk mengetahui perubahan jenis pekerjaan

responden di Desa Dengggungan dapat dilihat pada tabel 18.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

58

Tabel 18. Aspek Ekonomi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden Sebelum dan Sesudah Pembebasan Lahan Jalan Tol

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 18 menunjukkan bahwa terjadi perubahan jenis pekerjaan

responden sebelum dan sesudah pembebasan lahan untuk

pembangunan jalan tol. Pekerjaan responden sebelum pembebasan

lahan yang bekerja sebagai petani sebanyak 17 orang (34%) dan

sesudah pembebasan lahan menjadi menjadi sebanyak 11 orang

(22%). Hal itu terjadi karena petani kehilangan lahan untuk bertani

sehingga memilih mereka memilih untuk bekerja di luar pertanian.

Mereka yang memilih untuk bekerja di luar pertanian karena ingin

mencoba pekerjaan lain seperti berdagang dan berternak. Modal untuk

usaha tersebut mereka peroleh dari biaya ganti rugi lahan pertanian

yang terkena jalan tol. Menurut responden, mereka yang bekerja di

luar sektor pertanian tersebut sampai memperoleh hasil yang

memuaskan. Jika hasil dari luar sektor pertanian cukup menjanjikan

maka mereka akan bekerja selamanya di pekerjaan yang baru itu.

Responden yang tetap memilih bekerja di sektor pertanian

dikarenakan mereka tidak bisa bekerja di luar sektor pertanian.

Menurut responden, mereka hanya mampu bekerja sebagai petani saja

karena menurutnya hanya itu yang ia bisa lakukan. Mereka

beranggapan bahwa tidak punya skill (keterampilan) untuk mencoba

bekerja di luar sektor pertanian. Luas lahan yang tersisa akibat terkena

jalan tol akan tetap mereka usahakan untuk pertanian. Untuk petani

Jenis Pekerjaan

Sebelum pembebasan lahan

Sesudah pembebasan lahan

Jumlah Responden

Prosentase (%)

Jumlah Responden

Prosentase (%)

Petani 17 34 11 22

Bukan petani 33 66 39 78

Jumlah 50 100 50 100

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

59

yang lahan pertaniannya terkena jalan tol seluruhnya, mereka akan

membeli lahan baru di lokasi lain. Pemilihan lahan yang baru tersebut

disesuaikan untuk keperluan pertanian yang cocok unatuk budidaya

tanaman padi dan palawija.

Responden yang bekerja di luar sektor pertanian sebelum

pembebasan lahan sebanyak 33 orang (66%) dan sesudah pembebasan

lahan menjadi sebanyak 39 orang (78%). Jumlah responden menjadi

bertambah karena ada tambahan dari petani yang berganti pekerjaan

ke luar sektor pertanian. Untuk responden yang bekerja di luar sektor

pertanian tidak berpengaruh terhadap pekerjaannya sehingga

pekerjaan mereka sama dengan sebelumnya. Hal ini karena pekerjaan

di luar sektor pertanian tidak terpengaruh langsung akibat terjadinya

pembebasan lahan untuk jalan tol. Menurut responden, pekerjaan

mereka akan tetap sama dengan sebelumnya karena pekerjaannya

berada di tengah kota sehingga tidak terpengaruh oleh pembebasan

lahan. Disamping itu, mereka sudah merasa nyaman dengan

pekerjaannya saat ini sehingga tidak akan berganti ke pekerjaan lain.

c) Luas Lahan

Lahan yang dimiliki oleh responden digunakan untuk keperluan

sawah, pekarangan dan tegalan. Responden menggunakan lahan

tersebut untuk memperoleh penghasilan dengan membudidayakan

tanaman pangan di sawah seperti padi. Untuk di pekarangan dan

tegalan ditanami dengan palawija seperti jagung, pisang, singkong,

ubi, nangka dan kacang. Responden yang bekerja sebagai petani

sepenuhnya bergantung pada penghasilan dari usahatani tersebut.

Selain itu, bagi responden yang bekerja di luar sektor pertanian (bukan

petani) penghasilan yang diperoleh dari pekarangan menjadi

penghasilan tambahan. Adanya pembebasan lahan tol mengakibatkan

luas lahan yang dimiliki responden mengalami perubahan. Perubahan

luas lahan responden dapat terlihat pada sebelum pembebasan lahan

dengan luas lahan sesudah terjadinya pembebasan jalan tol. Untuk

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

60

mengetahui perubahan luas lahan sebelum dan sesudah pembebasan

lahan tol dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Aspek Ekonomi Berdasarkan Perbandingan Luas Responden Sebelum dan Sesudah Pembebasan Lahan Jalan Tol.

Rata-rata luas lahan responden (dalam m²)

Sebelum pembebasan lahan

(m²)

Sesudah pembebasan lahan

(m²)

Luas lahan yang hilang (m²)

A b c a b c a b c

Petani 445 29 117 203 0 64 242 29 53

Bukan Petani 244 146 299 45 36 135

199

110

164

Total 689 175 416 248 36 199

441

139

217

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Keterangan: a. Sawah b. Pekarangan c. Tegalan

Tabel 19 menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan sebelum dan

sesudah pembebasan jalan tol mengalami perubahan. Perubahan luas

lahan itu terjadi pada luas lahan sawah, pekarangan dan tegalan. Petani

yang memiliki sawah garapan ataupun disewakan dengan luas rata-rata

sebelum pembebasan lahan yaitu 445 meter dan sesudah pembebasan

lahan berkurang menjadi 203 meter. Hal ini mengakibatkan usahatani

padi responden menjadi berkurang karena responden menyesuaikan

dengan luas sawah sesudah pembebasan lahan. Begitu juga dengan

luas pekarangan yang berkurang dari 29 meter sebelum pembebasan

lahan dan sesudah pembebasan lahan tidak ada lagi pekarangan yang

tersisa. Hal ini menyebabkan penghasilan petani dari pekarangan

menjadi berkurang karena mereka sudah tidak memiliki pekarangan

lagi untuk ditanami tanaman palawija. Untuk luas tegalan sebelum

pembebasan lahan yaitu 117 meter dan sesudah pembebasan lahan luas

tegalan menjadi 64 meter. Hal ini menyebabkan penghasilan petani

dari hasil tegalan pun ikut berkurang. Potensi hilangnya rata-rata luas

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

61

lahan sawah milik petani di Desa Denggungan yaitu 242 meter,

pekarangan menjadi 29 meter dan tegalan sisa 53 meter.

Responden yang bekerja di luar pertanian (bukan petani)

mengalami kondisi yang sama dengan petani yaitu berkurangnya luas

lahan akibat pembebasan lahan tol seperti sawah, pekarangan dan

tegalan. Luas sawah sebelum pembebasan lahan yaitu 244 meter

menjadi seluas 45 meter sesudah pembebasan lahan untuk jalan tol.

Hal ini menyebabkan penghasilan responden dari sawah yang

disewakan kepada petani menjadi berkurang karena luas lahan sawah

miliknya menjadi sempit. Pekarangan dan tegalan yang selama ini

memberikan penghasilan tambahan bagi responden juga mengalami

penyusutan. Luas pekarangan sebelum pembebasan lahan yaitu 146

meter menjadi 36 meter sesudah pembebasan lahan. Untuk luas tegalan

sebelum pembebasan lahan yaitu 299 meter menjadi 135 meter

sesudah pembebasan lahan untuk jalan tol. Potensi hilangnya rata-rata

luas lahan sawah milik bukan petani di Desa Denggungan yaitu 199

meter, pada pekarangan menjadi 100 meter dan tegalan menjadi 164

meter.

2. Aspek Sosial

a) Rencana Pindah Tempat Tinggal/Rumah

Rumah memiliki 3 fungsi jika dilihat dari sudut pandang fisik,

sosial dan ekonomi. Fungsi rumah dari sudut pandang fisik adalah

tempat untuk berlindung dari segala keadaan seperti panas, hujan dan

dingin. Orang yang memiliki rumah akan terlindung dari keadaan

tersebut. Fungsi rumah dari sudut pandang sosial yaitu rumah bukan

hanya untuk tempat berlindung, melainkan sebagai tempat pergaulan

sosial keluarga. Di tempat inilah kehangatan sebuah arti keluarga

dapat telihat dengan jelas. Fungsi rumah dari sudut pandang ekonomi

yaitu berkaitan dengan jarak dengan sumber ekonomi. Rumah di

pedesaan biasanya berjarak dekat dengan lahan pertanian. Rumah

memiliki hubungan yang signifikan dalam keberlangsungan usahatani.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

62

Di samping itu, ada juga rumah yang digunakan untuk berdagang

dengan membuka warung. Pembangunan jalan tol di Desa

Denggungan membuat rumah milik responden tergusur. Tergusurnya

rumah responden berdampak pada hilangnya fungsi-fungsi rumah

tersebut. Kondisi ini membuat responden yang rumahnya terkena jalan

tol untuk memilih tetap bertahan atau pindah ke tempat lain. Untuk

lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 20.

Tabel 20. Aspek Sosial Responden Berdasarkan Rencana Pindah Tempat Tinggal/Rumah

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 20 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang

termasuk dalam kategori rendah sebanyak 42 orang (84%) dimana

mereka tidak pindah rumah meskipun sebagian rumahnya terkena jalan

tol. Responden ini juga mengatakan bingung karena tidak tahu harus

pindah rumah kemana. Mereka belum bisa memutuskan lokasi pindah

rumah karena belum ada dana yang tesedia. Untuk saat ini mereka

memilih untuk menunggu kepastian terkait soal dana ganti rugi.

Disamping itu keputusan responden untuk tidak pindah karena mereka

masih memiliki keterikatan hubungan sosial, fisik dan ekonomi dengan

tempat tinggal/rumah. Pilihan responden seperti ini merupakan realitas

bahwa rumah masih memiliki kekuatan sosial, ekonomi dan budaya

sehingga tetap dipertahankan.

Responden yang memutuskan untuk pindah rumah ke desa lain

sebanyak 5 orang (10%). Keputusan responden untuk pindah ke desa

lain karena mereka tidak ingin jauh dari Desa Denggungan. Responden

No Rencana pindah Tempat tinggal/rumah

Kategori

Skor

Distribusi

∑(orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

Pindah ke kota Pindah ke desa lain Tidak pindah/tidak tahu/bingung

Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

3 5 42

6 10 84

Jumlah 50 100

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

63

masih ingin menjaga hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat

Desa Denggungan. Disamping itu, mereka juga masih ingin bekerja di

sekitar Desa Denggungan.

Jumlah responden yang memilih untuk pindah ke kota sebanyak

3 orang (6 %). Keputusan untuk pindah ke dari Desa Denggungan/ ke

kota karena responden ingin lokasi rumahnya berada dekat dengan

tempat kerja. Disamping itu, rumah responden ini juga terkena

pembebasan lahan tol seluruhnya sehingga mau tidak mau mereka

memutuskan akan pindah rumah. Menurut responden, keputusan untuk

pindah dari desa ini sebenarnya cukup berat karena sebenarnya tempat

tinggal disini cukup nyaman dan jauh dari kebisingan.

Gambar 6. Rumah milik responden yang terkena jalan tol. 

Gambar 7. Patok jalan tol yang berada di belakang rumah milik responden. 

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

64

3. Aspek Psikologis

a) Kecemasan

Kecemasan merupakan kondisi psikologis yang dipengaruhi oleh

beberapa sebab seperti ketakutan, adanya pertentangan, ancaman dan

kebutuhan yang tidak kunjung terpenuhi. Kecemasan yang yang

dihadapi oleh responden karena adanya pembebasan lahan untuk jalan

tol. Pembangunan jalan tol ini akan membebaskan lahan pertanian dan

rumah milik responden di Desa Denggungan. Adanya pembebasan ini

membuat responden merasa takut/khawatir mengenai masa depannya,

nasib keluarga dan kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, untuk

mengetahui tingkat kecemasan responden di Desa Denggungan yang

terkena jalan tol dapat di lihat pada tabel 21.

Tabel 21. Aspek Psikologis Responden Berdasarkan Kecemasan

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 21 menunjukkan mayoritas responden berada di kategori

tinggi sebanyak 48 orang (96%). Hal ini berarti responden sangat

cemas karena adanya pembangunan jalan tol yang melintasi Desa

Denggungan. Responden ini khawatir/takut dengan masa depannya

dan keluarga. Menurut responden, mereka juga merasa takut

kehilangan mata pencaharian/pekerjaan karena lahan pertanian yang

biasa mereka mereka gunakan untuk bekerja harus hilang terkena jalan

tol. Mereka merasa khawatir terhadap masa depan keluarganya karena

takut tidak mampu untuk membiaya sekolah anak. Hal tersebut karena

selama ini responden membiayai sekolah anaknya dari hasil usaha tani.

Jumlah responden yang merasa cemas sebanyak 2 orang (4%).

Responden ini merasa cemas karena rumah mereka harus pindah dari

No Tingkat Kecemasan

Kategori Skor Distribusi

∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

Sangat Cemas Cemas Tidak cemas

Tinggi Sedang

Rendah

3 2 1

48 2 0

96 4 0

Jumlah 50 100

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

65

Desa Denggungan. Mereka sebenarnya tidak ingin pindah dari Desa

Denggungan karena sudah sejak kecil mereka berada di desa ini.

Perasaan cemas yang dirasakan oleh responden belum tentu akan

berkurang meskipun mereka pindah ke wilayah lain. Hal tersebut

karena butuh waktu yang cukup lama untuk mengurangi rasa cemas.

Kemungkinan rasa cemas baru bisa hilang jika responden menemukan

lingkungan tempat tinggal yang hampir sama/mirip dengan tempat

tinggal di Desa Denggungan.

b) Perasaan Tidak Nyaman (resah)

Resah atau perasaan tidak nyaman terjadi apabila keinginan

ataupun harapan responden terhadap sesuatu yang diinginkan tetapi

keinginan itu berbeda dengan kenyataannya. Dengan kata lain,

keresahan berarti suatu sikap ketidakpuasan responden dalam

menerima kenyataan yang berbeda dengan harapannya. Keresahan

yang dialami oleh responden di Desa Denggungan dapat terlihat pada

proses penawaran biaya ganti rugi lahan yang nominalnya masih jauh

dari harapan responden. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat

keresahan responden di Desa Denggungan terkait tentang

pembangunan jalan tol dapat terlihat pada tabel 22.

Tabel 22. Aspek Psikologis Responden Berdasarkan Tingkat Resah/Tidak Nyaman.

 

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Tabel 22 menunjukkan mayoritas responden yang sebanyak 40

orang (80%) di Desa Denggungan resah/tidak nyaman berkaitan

dengan pembangunan jalan tol. Salah satu penyebab responden merasa

tidak nyaman terhadap pembangunan jalan tol karena adanya

No Tingkat resah/tidak nyaman

Kategori Skor Distribusi ∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

Resah Biasa saja Tidak Resah

Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

40 1 9

80 2

18

Jumlah 50 100

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

66

perbedaan biaya ganti rugi yang ditawarkan oleh pemerintah dengan

biaya ganti rugi yang diharapkan responden. Responden berharap

bahwa harga ganti rugi lebih besar dari nilai jual obyek pajak (NJOP),

akan tetapi pada kenyataannya harga ganti rugi yang ditawarkan sangat

berbeda. Harga ganti rugi yang ditawarkan oleh pemerintah untuk jenis

tanah sawah dihargai sebesar Rp 100.000/meter sedangkan responden

berharap harga ganti rugi sawahnya sebesar Rp 300.000/meter.

Menurut responden, harga ganti rugi yang ditawarkan pemerintah

terlalu rendah sehingga responden menolak untuk melepas lahannya.

“harga ganti rugi yang ditawarkan terlalu rendah, padahal harga-

harga tanah/sawah di desa lain sudah naik/mahal, lalu jika tanah ini

hanya diganti seharga Rp 100.000/meter lalu kita bisa berbuat

apa?”kata salah satu responden yang lahannya terkena pembebasan

jalan tol.

Responden yang merasa tidak resah akibat pembangunan jalan

tol sebanyak 9 orang (18%). Responden ini hanya sedikit merasakan

resah karena mereka tidak begitu mempersoalkan harga ganti rugi

sawah yang ditawarkan oleh pemerintah. Mereka cenderung menerima

harga ganti rugi tersebut sesuai yang ditawarkan pemerintah. Mereka

lebih terbuka dan tidak memiliki keinginan atau harapan dari ganti rugi

sawah yang melebihi NJOP. Responden yang merasakan biasa saja

dalam menghadapi proses ganti rugi yang sedang terjadi. Responden

ini lebih bersikap netral dan cenderung menerima segala apapun yang

akan terjadi.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

67

Gambar 8. Patok jalan tol di tengah sawah

c) Stres

Fenomena stres terjadi akibat adanya tekanan-tekanan yang

melebihi ambang batas kewajaran dalam diri manusia. Tekanan

tersebut datang dari dalam dirinya maupun luar dirinya. Untuk

mengantisipasi terjadinya stres diperlukan tindakan mawas diri dan

senantiasa beristirahat. Stres yang akan dan sedang dialami oleh

responden di Desa Denggungan berupa pengaruh dari pembangunan

jalan tol. Responden yang mengalami stres terkait pembangunan jalan

tol cukup beragam. Responden tersebut ada yang merasa stres, biasa

saja dan bahkan tidak stres. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat

stres yang dialami responden di Desa Denggungan dapat di lihat pada

tabel 23.

Tabel 23. Aspek Psikologis Responden Berdasarkan Tingkat Stres

Sumber : Analisis Data Primer 2010

No Tingkat Stres Kategori Skor Distribusi

∑ (orang) Prosentase (%)

1. 2. 3.

Stres Biasa saja Tidak Stres

Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

32 18 0

64 36 0

Jumlah 50 100

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

68

Tabel 23 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 32

orang (64%) di Desa Denggungan mengalami stres karena adanya

pembangunan jalan tol di desanya. Responden yang mengalami stres

dikarenakan pekerjaannya terganggu dan kurang siap untuk menerima

perubahan yang terjadi di kehidupannya. Hal ini karena selama ini

responden senantiasa hidup dalam rutinitas harian yang lebih nyaman

sehingga ketika ada jalan tol rutinitas harian mereka menjadi

terganggu.

Responden yang menyikapi pembangunan jalan tol dengan biasa

saja sebanyak 18 orang (36%). Responden yang bersikap biasa saja

terhadap pembangunan jalan tol karena kehidupan harian mereka tidak

terpengaruh oleh pembebasan lahan tol. Responden lebih bersikap

legowo terhadap situasi yang sedang terjadi. Mereka menerima segala

konsekuensi yang terjadi pada dirinya dengan ikhlas dan tenang.

C. Analisis Perbedaan Dampak Sosial, Ekonomi dan Psikologis

Pembangunan Jalan Tol Terhadap Petani dan Bukan Petani di Desa

Denggungan.

Pengendalian dampak ekonomi, sosial dan psikologis merupakan cara

yang diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan negatif yang akan tejadi

ketika pelaksanaan pembangunan jalan tol. Oleh karena itu, analisis dampak

sosial pembangunan jalan tol bertujuan untuk mengetahui perkiraan/ramalan

yang akan terjadi pada seseorang/kelompok/masyarakat yang terkena

pembangunan jalan tol. Adapun analisis dampak sosial yang dilakukan pada

penelitian ini yaitu mengkaji beberapa variabel diantaranya: kondisi ekonomi,

kondisi sosial dan kondisi psikologis. Alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan yang dialami oleh responden (petani dan

bukan petani) akibat pembangunan jalan tol yaitu menggunakan analisis Chi

Square (X²). Perhitungan analisis ini menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) versi 12.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

69

1. Dampak Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi Terhadap

Responden

Adapun analisis dampak ekonomi pembangunan jalan tol terhadap

petani dan bukan petani dapat dilihat pada tabel 24.

Tabel 24. Analisis Chi Square Dampak Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Terhadap Respoden

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Diketahui nilai Chi Square kondisi ekonomi adalah 0,300, df = 1 dan

tingkat signifikansi/asymp.Sig (p) = 0,584 Dengan df = 1 dan p = 5%

dihasilkan bahwa Chi Square hitung lebih kecil dari chi square tabel

(0,300 < 3,481). Hasil perhitungan tersebut menerima hipotesis nol (Ho)

dimana tidak ada perbedaan dampak ekonomi pembangunan jalan tol

Solo-Ngawi terhadap petani dengan bukan petani.

Pembebasan lahan pertanian yang digunakan untuk pembangunan

jalan tol membawa dampak ekonomi terhadap responden baik petani

maupun bukan petani. Dari tabel 24 diketahui bahwa petani yang

mengalami dampak ekonomi pembangunan jalan tol sebanyak 10 orang

sedangkan petani yang tidak terkena dampak ekonomi sebanyak 7 orang.

Dampak ekonomi yang dirasakan oleh petani berupa hilangnya pendapatan

yang diperoleh dari usahatani. Hal ini karena selama ini petani bergantung

pada hasil usahatani sehingga adanya pembebasan lahan pertanian milik

mereka telah membawa dampak langsung pada berkurangnya pendapatan.

Dampak ekonomi juga berpengaruh kepada pekerjaan petani. Hilangnya

lahan pertanian membuat sebagian petani beralih pekerjaan ke luar

pertanian (bukan petani). Mereka memilih untuk pindah pekerjaan karena

Perbandingan Dampak Ekonomi Responden

Jenis Pekerjaan Total Prosentase (%)

Petani Bukan petani

Tidak ada dampak Ada dampak

7

10

11

22

18

32

36

64

Jumlah 17 33 50 100

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

70

mereka ingin mencoba pekerjaan yang baru dengan berharap bahwa

pekerjaan itu membawa pada kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Dampak ekonomi juga dirasakan oleh responden yang bekerja di

luar sektor pertanian (bukan petani). Responden bukan petani yang terkena

dampak ekonomi sebanyak 22 orang sedangkan yang tidak terkena

dampak sebanyak 11 orang. Dampak ekonomi terhadap responden ini

berupa hilangnya pendapatan sebelum dan sesudah pembebasan lahan. Hal

itu karena pendapatan tambahan yang selama ini diperoleh responden dari

menyewakan lahan kepada petani penggarap menjadi hilang. Meskipun

demikian, mereka sudah berencana untuk membeli lahan di lokasi lain

yang akan di sewakan lagi kepada orang lain. Responden beranggapan

bahwa tanah merupakan jenis investasi yang bernilai tinggi sehingga

mereka memilih membeli lahan dan menyewakannya. Dampak ekonomi

tidak berpengaruh kepada jenis pekerjaan responden. Hal ini karena

pekerjaan mereka berada di tengah kota yang tidak memiliki pengaruh

langsung dari pembangunan jalan tol.

2. Dampak Sosial Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi Terhadap Responden

Adapun analisis dampak sosial pembangunan jalan tol terhadap

petani dan bukan petani dapat dilihat pada tabel 25.

Tabel 25. Analisis Chi Square Dampak Sosial Pembangunan Jalan Tol Terhadap Petani dan Bukan Petani.

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Diketahui nilai Chi Square kondisi sosial adalah 7,219, df = 1 dan

tingkat signifikansi atau asymp.Sig (p) = 0,007. Dengan df = 1 dan

p=5% dihasilkan bahwa Chi Square hitung besar dari Chi Square tabel

Dampak sosial Jenis Pekerjaan Total Prosentase (%) Petani Bukan petani

Tidak ada dampak Ada dampak

4

13

21

12

25

25

50

50

Jumlah 17 33 50

100

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

71

(7,219 > 3,481). Dengan demikian hipotesisnya yaitu menerima hipotesis

alternatif (Hi) yang menyatakan ada perbedaan dampak sosial yang

signifikan dari pembangunan jalan tol terhadap petani dan bukan petani.

Tabel 25 diketahui bahwa petani yang terkena dampak sosial

sebanyak 13 orang sedangkan petani yang tidak terkena dampak sebanyak

4 orang. Dampak sosial yang dirasakan responden yaitu mengenai

rumah/tempat tinggal mereka yang terkena jalan tol. Responden ini

bingung dan tidak tahu harus pindah rumah kemana karena mereka belum

memiliki dana untuk membeli ataupun membangun rumah di lokasi lain.

Untuk responden yang akan pindah rumah, lokasi yang mereka pilih

berada tidak jauh dari Desa Denggungan. Hal ini karena mereka masih

ingin berinteraksi dengan tetangga dan sanak keluarga yang masih tinggal

di Desa Denggungan. Disamping itu, mereka ingin tetap mengerjakan

usahatani yang lokasinya di sekitar Desa Denggungan.

Dampak sosial lainnya yang rasakan oleh petani yaitu dalam hal

interaksi sosial yang selama ini terjadi di Desa Denggungan. Interaksi

sosial responden dengan tetangganya sudah sangat dekat karena interaksi

ini sering terjadi setiap hari dari pagi, siang dan malam. Responden sering

berinteraksi dengan tentangga pada saat mereka bertemu di sawah.

Dengan hilangnya lahan pertanian yang terkena jalan tol sehingga

menimbulkan dampak pada kuantitas interaksi mereka. Dengan demikian,

jika interaksi mereka terganggu maka tingkat kekerabatan/kebersamaan

mereka yang telah terjalin cukup lama menjadi kian berkurang.

Responden bukan petani yang merasakan dampak sosial sebanyak

12 orang sedangkan responden yang tidak terkena dampak sosial sebanyak

21 orang. Responden merasakan terkena dampak sosial karena rumah

mereka terkena jalan tol. Hal ini yang membuat mereka memutuskan

untuk pindah ke lokasi yang berada dekat dengan tempat kerja. Mereka

yang tidak merasakan dampak sosial dikarenakan rumah mereka tidak

tidak terkena jalan tol. Oleh karena itu mereka akan tetap berada di Desa

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

72

Denggungan dan menjalankan aktifitas harian seperti biasa tanpa

terpengaruh oleh pembangunan jalan tol.

3. Dampak Psikologis Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi Terhadap

Responden

Adapun analisis dampak sosial pembangunan jalan terhadap petani

dan bukan petani dapat dilihat pada tabel 26.

Tabel 26. Analisis Chi Square Dampak Psikologis Pembangunan Jalan Tol Terhadap Responden

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Diketahui nilai Chi Square kondisi psikologis adalah 1,209, df =1

dan tingkat signifikansi/ asymp.Sig (p) = 0,272. Dengan df = 1 dan p= 5%

dihasilkan bahwa Chi Square hitung lebih kecil dari Chi Square tabel

(1,209 < 3,481). Dengan demikian hipotesisnya yaitu menerima Ho

dimana tidak ada perbedaan dampak psikologis yang signifikan dari

pembangunan jalan tol terhadap petani dan bukan petani. Hal tersebut

berarti responden petani dan bukan petani memiliki peluang yang sama

untuk terkena dampak psikologis.

Tabel 26 diketahui bahwa petani yang terkena dampak psikologis

dari pembangunan jalan tol sebanyak 10 orang sedangkan yang tidak

terkena dampak sebanyak 7 orang. Responden bukan petani yang terkena

dampak psikologis sebanyak 14 orang sedangkan yang tidak terkena

dampak sebanyak 19 orang. Responden mengalami dampak psikologis

dari pembangunan jalan tol seperti kecemasan, keresahan dan stres.

Kecemasan yang rasakan responden ini dikarenakan mereka khawatir

kehilangan mata pencaharian/pekerjaan yang selama ini menjadi pekerjaan

Dampak psikologis Jenis Pekerjaan Total Prosentase (%)

Petani Bukan petani

Tidak ada dampak Ada dampak

7

10

19

14

26

24

52

48

Jumlah 17

33

50 100

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

  

73

pokok untuk menghidupi keluarganya. Respoden merasakan resah

dikarenakan biaya ganti rugi lahan dan bangunan yang masih rendah atau

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sementara itu, responden yang

merasakan stres akibat adanya pembangunan jalan tol dikarenakan mereka

belum mengetahui/masih bingung dalam menentukan pekerjaan yang akan

datang.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan antara

lain:

1. Karakteristik masyarakat Desa Denggungan yang terkena pembangunan

jalan tol yaitu:

a. Mayoritas umur masyarakat Desa Denggungan tergolong dalam usia

produktif yaitu 15-65 tahun (76 persen).

b. Mayoritas pendidikan formal masyarakat Desa Denggungan tergolong

rendah yaitu pendidikan Sekolah Dasar (54 persen).

c. Jumlah anggota keluarga masyarakat Desa Denggungan tergolong

sedang dengan jumlah anggota keluarga antara 2-5 orang dalam satu

keluarga.

d. Mayoritas luas lahan yang dimiliki masyarakat di Desa Denggungan

tergolong sempit yaitu kurang dari 0,25 hektar.

e. Mayoritas pendapatan masyarakat Desa Denggungan tergolong

sedang yaitu antara Rp 500.000 – Rp 2.500.000.

f. Tingkat kekayaan masyarakat di Desa Denggungan tergolong sedang

dengan rata-rata kekayaan yang dimiliki masyarakat antara lain harta

bergerak dan harta tidak bergerak seperti rumah, kendaraan, barang

elektronik, lahan dan hewan ternak.

g. Interaksi sosial/kekerabatan yang terjadi di Desa Denggungan

tergolong tinggi.

h. Mayoritas masyarakat Desa Denggungan dalam penerimaan dan

pelaksanaan adat istiadat (bersih desa) termasuk dalam kategori

tinggi.

2. Dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo – Ngawi terhadap

masyarakat Desa Denggungan dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial dan

aspek psikologis adalah sebagai berikut:

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

a. Total pendapatan rata-rata masyarakat sebelum pembebasan lahan

Rp 3.035.291 dan sesudah pembebasan lahan menjadi Rp 2.413.086

dimana total rata-rata potensi kehilangan pendapatan masyarakat yaitu

Rp 627.024.

b. Jenis pekerjaan masyarakat di Desa Denggungan sebelum pembebasan

lahan yang bekerja sebagai petani berjumlah 17 orang berkurang

menjadi hanya 11 orang karena petani pindah pekerjaan ke luar sektor

pertanian seperti berdagang, buruh bangunan. Masyarakat di Desa

Denggungan sebelum pembebasan lahan yang bekerja di luar sektor

pertanian (bukan petani) berjumlah 33 orang bertambah menjadi

sebanyak 39 orang.

c. Total luas lahan rata-rata masyarakat yang digunakan untuk sawah

sebelum pembebasan lahan seluas 689 meter berkurang menjadi 248

meter dengan potensi rata-rata luas sawah yang hilang yaitu 442 meter.

Total luas rata-rata pekarangan sebelum pembebasan lahan yaitu 175

meter berkurang menjadi 36 meter dengan potensi rata-rata luas

pekarangan yang hilang yaitu 139 meter. Total luas rata-rata tegalan

sebelum pembebasan lahan yaitu 416 meter berkurang menjadi 199

meter dengan potensi rata-rata luas tegalan yang hilang yaitu 217

meter.

d. Mayoritas masyarakat Desa Denggungan masih bingung dalam

memutuskan untuk pindah rumah/tempat tinggal.

e. Tingkat kecemasan masyarakat di Desa Denggungan tergolong tinggi.

f. Tingkat keresahan masyarakat di Desa Denggungan termasuk kategori

tinggi.

g. Tingkat stres masyarakat di Desa Denggungan termasuk kategori

tinggi.

3. Perbedaan dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo – Ngawi

terhadap masyarakat Desa Denggungan adalah sebagai berikut:

a. Tidak ada perbedaan dampak ekonomi yang signifikan antara petani

dan bukan petani akibat dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Dampak...DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – NGAWI TERHADAP MASYARAKAT DESA DENGGUNGAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

b. Ada perbedaan dampak sosial yang signifikan antara petani dan bukan

petani akibat dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi.

c. Tidak ada perbedaan dampak psikologis yang signifikan antara petani

dan bukan petani akibat dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi.

B. Saran

1. Diperlukan pendidikan non formal/pelatihan-pelatihan bagi petani dan

bukan petani mengenai cara berwirausaha dan sosialisasi mengenai

dampak pembangunan jalan tol Solo-Ngawi berserta informasi tentang

proses ganti rugi.

2. Diperlukan perhatian dari pihak yang berkepentingan terhadap masyarakat

yang pekerjaan, pendapatan serta tempat tinggalnya hilang akibat

pembangunan jalan tol seperti memberikan rekomendasi lahan pertanian

dan rumah agar masyarakat bisa kembali bekerja sesuai dengan

keahliannya dan tinggal di tempat yang nyaman.

3. Diperlukan perhatian yang serius dari pihak yang berkepentingan terhadap

masyarakat Desa Denggungan akibat dari pembangunan jalan tol Solo-

Ngawi misalnya melalui program pendampingan-pendampingan/advokasi

mengenai dampak sosial maupun kepastian dan pelaksanaan ganti rugi

yang sesuai dengan aturan yang berlaku.