difusi-osmosis dan penyerapan zat

26
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ‘DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT’ Oleh: Kelompok V JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: ramsi-widya-pujiarti

Post on 04-Aug-2015

784 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

‘DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT’

Oleh:

Kelompok V

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

Page 2: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

Oleh:

Kelompok V

Yogyakarta, 19 September 2012

Anggota:

Nama NIM Tanda Tangan

Mega Cahaya Lintang Timur 11308141005

Uslifatul Jannah 11308141014

Ramsi Widya Pujiarti 11308141022

Aris Satriyo Nugroho 11308141031

Diserahkan pada tanggal 25 September 2012, jam 13.00 WIB

Mengetahui:

Dosen Pembimbing / Asisten Praktikum

(.............................................................)

Page 3: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

Kegiatan 1

‘DAPATKAH AIR BER-OSMOSIS MENEMBUS MEMBRAN SEL JARINGAN

TUMBUHAN’

I. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan percobaan dapat:

1. Menemukan fakta mengenai gejala difusi-osmosis.

2. Mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi.

3. Menunjukkan arah gerakan air pada peristiwa difusi-osmosis.

4. Mendeskripsikan pengertian difusi dan osmosis.

II. Kajian Pustaka

Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air

menyusun 60-90% dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman

berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jenis spesies tumbuhan

tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan

perdu. Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %,

tumbuhan hidrofik 85-98 % dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara

100-300 %.

Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat

jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi

oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat

diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis

(tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan

permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan

naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil

bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah

segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau

mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir dari

apoplast ke vakuola Pada berlangsungnya proses fotosintesis, terjadi berbagai

Page 4: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

proses yang sangat komplek, mulai dari pengambilan air dan mineral tanah,

penangkapan cahaya matahari, penyerapan gas-gas, sintesis glukosa dan

energi, hingga pengedaran hasil fotosintesis. Tumbuhan mengambil air dan

mineral tanah dalam bentuk terlarut dalam air tanah, untuk menyerapnya, zat-

zat tersebut harus menembus dinding selektif permeabel. Dinding sel tebal

namun banyak terdapat pori-pori atau ruang-ruang dan mudah dilalui larutan

tanah dan gas-gas, sehingga tidak menimbulkan masalah untuk penyerapan.

Sebaliknya, membran sel yang lipo-protein, hanya memiliki pori yang lembut

dan bermuatan, sehingga tidak setiap zat dengan mudah melewatinya.

Permeabilitas membran terhadap ion-ion adalah paling rendah. Dengan kata

lain, ion-ion sulit menembus membran, maka penyerapannya pun paling sulit.

Terkait dengan penyerapan zat ini,

1. Difusi

Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat

dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang

berkonsentrasi rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi

keseimbangan dinamis. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula

pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain

adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling

sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk

perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid

atau fluida.

Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga

mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui

saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by

chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion).

Difusi melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul

yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam

lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran

secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak

seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan

organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran sel juga sangat

permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O.

Page 5: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion

tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel.

Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan

diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih

kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.

Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam

amino, glukosa, dan beberapa garam–garam mineral , tidak dapat

menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein

pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane. Proses

masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi

difasilitasi, yaitu pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang melibatkan

protein pembawa atau protein transforter. Protein transporter tergolong

protein transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion

atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion

memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu

molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk

mentransfer glukosa ke dalam sel.

2. Osmosis

Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul

zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju

larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau

membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di dalam suatu

bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu

bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua

Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa

sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan

oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang

berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan

glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. Jadi,

pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi

menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput

selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi

Page 6: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan

hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan

larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat

di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel

dikatakan sebagai larutan hipotonis

Dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah:

a. Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel.

b. Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.

Contoh:

1. Masuk dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan

merupakan proses osmosis. Air dalam tanah memiliki kandungan

solvent lebih besar (hypotonic) dibanding dalam pembuluh,

sehingga air masuk menuju xylem/sel tanaman.

2. Jika sel tanaman diletakkan dalam kondisi hypertonic (solut tinggi

atau solvent rendah), maka sel akan menyusut (ter-plasmolisis)

karena cairan sel keluar menuju larutan hypertonic.

3. Air laut adalah hypertonic bagi sel tubuh manusia, sehingga

minum air laut justru menyebabkan dehidrasi.

4. Kentang yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami

penyusutan.

III. Metode praktikum

a. Tempat dan Waktu Praktikum

Tempat praktikum : Laboratorium Biokimia

Waktu praktikum : Selasa, 18 September 2012

Page 7: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

b. Alat dan Bahan

Alat :

1) Pelubang gabus

2) Cawan petri

3) Pisau tajam

4) Pipa kaca

berskala

5) Tissue

6) Karet penyumbat

7) Penggaris

Bahan :

1) Kentang

2) Larutan gula sukrosa ( 0%, 25%, 50%, dan 100% )

c. Prosedur

IV. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil

Variabel kontrol : larutan sukrosa 50%

Setelah selesai, mengganti larutan gula pada sumuran ke-2 dengan 1 ml larutan gula 25% dan 100% secara bergantian

Mengamati perbedaan tingi larutan tiap 5 menit selama 3 kali

Memasukkan 1 ml larutan gula 0% pada sumuran 2

Menutup lubang sumuran 1 dengan karet penyumbat yang telah diberi pipa kaca berskala

Memasukkan 1 ml larutan gula sukrosa 50% pada sumuran 1

Membuat dua sumuran dengan kedalaman 2 cm dengan menggunakan pelubang gabus

Memotong tepi salah satu bagian hingga permukaan rata.

Page 8: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

PercobaanKonsentras

i

Tinggi

Awal

Pertambahan Panjang setelah

5 menit 10 menit 15 menit

I 0% 4,8 cm 0,7 cm 0,5 cm 0,5 cm

II 25% 6 cm 1 cm 0 0,2 cm

III 100% 6,3 cm 0,2 cm 0,4 cm 0,3 cm

Keterangan:

= Naik

= Tetap

= Turun

b. Pembahasan

Pada praktikum kali ini tentang ‘Dapatkah air ber-osmosis

menembus sel jaringan tumbuhan?’ dilakukan secara bertahap dan

memerlukan waktu yang cukup lama. Masing-masing percobaan

memerlukan waktu kurang lebih selama 15 menit ditambah dengan

pembuatan sumuran pada kentang. Sehingga dibutuhkan 2 buah kentang

untuk efisiensi waktu.

Pada semua percobaan, kita mengisinya dengan larutan sukrosa

50% sebagai variable kontrolnya pada salah satu sumuran. Sumuran

tersebut tidak sampai tembus pada bagian dasarnya, karena bagian dasar

inilah yang berperan sebagai membran dalam percobaan ini. Kemudian

ditutup dengan karet penyumbat yang ada pipa kaca berskala yang

nantinya bisa juga di sebut sebagai osmometer.

Pada percobaan 1, setelah salah satu sumuran diberi larutan

sukrosa 50%, salah satu sumuran lagi diberi larutan 0% sebagai

pembanding yang nantinya akan menunjukkan apakah peristiwa yang

terjadi pada membrane kentang merupakan peristiwa difusi atau osmosis.

Setelah 5 menit dapat diketahui tinggi larutan sukrosa pada pipa

kaca berskala yang awalnya memiliki tinggi 4,8 cm, kemudian mengalami

penambahan tinggi sebesar 0,7 cm. Pegukuran dilakukan dengan

menggunakan penggaris karena skala pada pipa kaca kurang jelas.

Kemudian setelah 10 menit tingginya mengalami penambahan lagi yaitu

Page 9: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

sebesar 0,5 cm. Setelah 15 menit tingginya juga mengalami penambahan

sebesar 0.5 cm. Sehingga tinggi akhirnya menjadi 6,5 cm.

Berdasarkan hal tersebut penambahan tinggi pada pipa berskala

melalui membrane kentang merupakan peristiwa osmosis karena terjadi

perpindahan air dari daerah dengan potensial air tinggi ke daerah

potensial air rendah. Potensial air ini dapat ditunjukkan dengan kadar

kepekatan larutan sukrosa. Larutan sukrosa dengan kadar 50% memiliki

kadar gula yang lebih tinggi atau dengan kata lain memiliki potensial air

yang rendah. Sedangkan larutan sukrosa 0% memiliki kadar gula yang

rendah, dengan kata lain memiliki potensial air yang tinggi. Sehingga air

akan mengalir melalui membrane semi permeable yang dalam percobaan

kali ini adalah kentang, dari daerah dengan potensial air tinggi (larutan

sukrosa 0%) ke daerah dengan potensial air rendah (larutan sukrosa 0%).

Pada percobaan kedua, larutan sukrosa 50% yang merupakan

vaeriabel control tetap dimasukkan dalam salah satu sumuran yang diberi

pipa kaca berskala. Kemudian salah satu sumuran diberi atau diisi dengan

larutan sukrosa 25%.

Tinggi awal larutan sukrosa 50% pada pipa kaca berskala adalah 6

cm. Setelah 5 menit, tinggi larutan bertambah 1 cm, setalah 10 menit

tinggi air pada pipa berskala tidak mengalami perubahan. Sedangkan

setelah 15 menit tingginya kembali mengalami perubahan sebanyak 0,2

cm.

Dengan demikian pada percobaan yang kedua ini juga merupakan

peristiwa osmosis. Seperti pada percobaan pertama, air mengalir melalui

membrane semi permeable dari potensial air tinggi ( larutan sukrosa 25%)

ke darerah dengan potensial air rendah ( larutan sukrosa 50% ). Hal ini

dikarenakan larutan sukrosa 25% memiliki tingkat keenceran yang lebih

rendah, sehingga potensial airnya lebih tinggi dibandingkan dengan

larutan sukrosa 50%.

Pada percobaan ketiga, setelah sumuran pertama diisi larutan

sukrosa 50% dan diberi karet sumbat dengan pipa berskala, kemudian

sumuran kedua diisi larutan sukrosa 100%. Setelah 5 menit, dari tinggi

larutan sukrosa 50% mengalami penambahan tinggi sebesar 0,2 cm.

Setelah 10 menit larutan mengalami penambahan tinggi sebesar 0,4 cm.

Page 10: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

Dan setelah 15 menit, air bertambah lagi sebesar 0,3 cm. Seharusnya

tinggi larutan sukrosa 50% pada pipa berskala menunjukkan penurunan,

karena larutan sukrosa 100% memiliki potensial air yang lebih tinggi

daripada larutan sukrosa 50%.

Kesalahan pada percobaan ini dapat dikarenakan karena sumuran

yang diberi sumbat dengan pipa kaca berskala bocor. Padahal

seharusnya sumuran ditutup rapat dengan sumbat. Kebocoran dapat

disebabkan sumuran terlalu besar.

Pada percobaan kegiatan 1 ini terjadi perbedaan kecepatan

masuknya air ke dalam sumuran yang berisi larutan gula dengan

konsentrasi yang berbeda karena konsentrasi larutan gula yang ada di

dalam sel (kentang) akan mempengaruhi aliran pelarut (air) dari larutan

yang hipotonis (konsentrasi pelarut atau airnya tinggi) yang masuk ke

dalam larutan hipertonis (konsentrasi pelarut atauairnya rendah). Semakin

besar konsentrasi larutan gula yang berada di dalam sel (kentang), maka

akan semakin cepat pula aliran masuknya air (pelarut) ke dalam lubang

yang berisi larutan gula.

V. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Pada percobaan kegiatan 1, merupakan peristiwa osmosis, yaitu

perpindahan air dari daerah dengan potensial air tinggi menuju daerah

dengan potensial air rendah melalui membrane semi permeable.

b. Saran

Pada percobaan tentang ‘Dapatkah air ber-osmosis menembus sel

jaringan tumbuhan?’, seharusnya kentang yang diberikan lebih dari 2,

mungkin 3. Dua kentang digunakan untuk melakukan kegiatan 1, dan

yang satu lagi digunakan untuk melakukan praktikum kegiatan 2. Selain

itu, gelas ukur yang disediakan untuk menganbil larutan sukrosa juga

kurang, sehingga harus mengantri dan menambah waktu.

VI. Diskusi

Page 11: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

1. Apakah potensial air 1 mol larutan garam ( NaCl ) sama dengan 1 mol

larutan Glukosa ?

Jawab :

Tidak, karena tekanan osmosis π mempunyai persamaan yaitu π=

n.M.R.T. Sehingga besarnya tekanan osmosisnya NaCl tidak sama

dengan larutan glukosa. Nilai n antara NaCl dan glukosa itu berbeda,

tergantung dari banyaknya ion yangterdapat pada senyawa tersebut.

Larutan NaCl mempunyai jumlah ion (n) sebanyak 2, sedangkan larutan

gula tidak memiliki ion (n). Sehingga tekanan osmosis larutan garam

(NaCl) lebih besar daripada larutan glukosa. Hal ini menyebabkan

potensial air di antara kedua larutan berbeda.

2. Apakah laju difusi air dari jaringan kentang dipengaruhi oleh jenis larutan

perendamnya ?

Jawab :

Iya, karena jenis larutan perendam akan mempunyai viskositas atau

tingkat kekentalan zat yang berbeda. Hal ini akan mempengaruhi

kecepatan difusi-osmosis. Jenis larutan tersebut akan menentukan

apakah larutan yang mengalir kental ataukah encer.

3. Apa yang akan terjadi bila jaringan kentang ditempatkan pada larutan

dengan potensial osmotiknya lebih rendah dari potensial osmotic cairan

jaringannya ?

Jawab :

Larutan yang berada di dalam kentang akan berkurang ( akan mengalami

dehidras ), karena air (pelarut) yang berada di dalam kentang akan

mengalir keluar menuju ke potensial larutannya lebih rendah. Hal ini jika

berlangsung terus-menerus akan menimbulkan pelarut atau air dari

larutan yang berada di dalam kentang lama-kelamaan akan habis.

VII. Daftar Pustaka

Girindra, Aisyah. 1986. Biokomia 1. Jakarta : Gramedia.

Harbon, J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan Terbitan Kedua. Bandung : ITB.

Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Bandung : ITB

Page 12: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

http://kireidwi.blog.friendster.com/2008/09/mekanisme-difusi-dan-osmosis-

dalam-sel. Diambil pada Sabtu, 22 September 2012 jam 16 : 35

Kegiatan 2

‘MENGUKUR POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN’

I. Tujuan Praktikum

Mengetahui nilai potensial air pada umbi kentang.

II. Kajian Pustaka

Perubahan energi bebas setelah ada tambahan suatu besaran

(khususnya gram bobot molekul) disebut potensial kimia, yang merupakan

energi bebas per mol bahan. Potensial kimia tidak tergantung pada banyaknya

bahan. Sedangkan potensial air merupakan potensial kimia dalam suatu

system atau bagian system, dinyatakan dalam suatu tekanan dan

dibandingkan dengan potensial kimia air murni, pada tekanan atmosfer dan

suhu serta ketinggian yang sama, dan potensial kimia air murni ditentukan

sama dengan nol. Potensial air biasa dilambangkan dengan huruf Yunani (Ψ)

atau dibaca psi. Jika potensial air lebih tinggi di satu bagian dari system dan

tidak ada penghalang permeable yang menghalangi difusi air, maka air akan

bergerak dari daerah yang berpotensial tinggi ke daerah yang berpotensial

rendah. Proses spontan tersebut menyebabkan energy dilepas ke sekitar, dan

energy bebas system tersebut menurun. Energy yang dilepas kesekitar

mempunyai potensi untuk melakukan kerja, misalnya air mengalir secara

osmotic ke bagian atas batang dalam fenomena yang dikenal sebagai tekanan

akar. (Salisbury dan Ross, 1995)

Jika air murni berada di satu sisi membran dan larutan disisi lainnya,

maka potensial air akan lebih rendah daripada potensial air- air murni.

Potensial air suatu larutan pada tekanan atmosfer bernilai negatif. Potensial

air- air murni yang mendapat tekanan dari luar yang lebih besar dari pada

tekanan atmosfer, bernilai positif. Potensial air larutan yang mendapat tekanan

dapat bernilai negatif apabila potensial osmotic lebih negatif dari pada tekanan

yang positif, dapat bernilai nol apabila tekanan sama dengan potensial osmotic

Page 13: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

tetapi dengan tanda yang berlawanan, atau dapat bernilai positif apabila

tekanan lebih positif dari pada potensial osmotik yang negatif.

Dalam pengukuran potenisal air dapat dilakukan dengan berbagai

metode, salah satunya menggunakan metode volume-jaringan. Sample

jaringan yang diinginkan dimasukkan kedalam seri larutan dengan ragam

kosensentrasi yang diketahui. Linarut terbaik untuk pengukuran adalah yang

tidak mudah melintasi membrane atau yang tidak merusak jaringan. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume jaringan,

artinya, tidak ada air yang masuk jaringan atau yang hilang. Ini menandakan

bahwa larutan dan jaringan sejak semula berada dalam kesetimbangan yang

sama. (Salisbury dan Ross, 1995).

Beberapa faktor yang yang biasanya menghasilkan gradien potensial

kimia atau gradien potensial air dalam system tumbuhan adalah konsentrasi

atau aktifitas, karena partikel berdifusi dari tempat yang beraktifitas tinggi ke

tempat yang beraktifitas rendah. Suhu, tekanan, efek linarut terhadap potensial

kimia pelarut, dan matriks atau permukaan yang bermuatan, seperti

permukaan partikel tanah liat di tanah, protein atau polisakarida dinding sel.

(Salisbury dan Ross, 1995).

Untuk menghitung perubahan berat yang terjadi digunakan rumus:

% perubahan berat = berat akhir – berat mula-mula/Berat mula –

mula X 100%.

Sedangkan untuk menghitung nilai potensial osmotiknya digunakan

rumus:

                    

           Ψs =MiRT

Dimana : 

M = molaritas dari larutan sukrosa

I = konstanta ionisasi , untuk sukrosa = 1

R = konstanta gas (0,0831 bar / derajat)

T = suhu absolute = ( C + 273 )

Page 14: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

III. Metode Praktikum

a. Tempat dan Waktu Praktikum

Tempat praktikum : Laboratorium Biokimia

Waktu praktikum : Selasa, 18 September 2012

b. Alat dan Bahan

Alat :

1) Pelubang gabus

2) Cawan petri

3) Pisau tajam

4) Kertas

5) Timbangan

analyize balance

6) Penggaris

Bahan :

1) Kentang

2) Larutan sukrosa 2 ml ( 0,0; 0,4; 1,6 )

c. Prosedur

Menimbang kembali silinder umbi kentang dengan timbangan analysize balance

Menunggu selama 20 menit

Memasukkan larutan sukrosa 20 ml ke dalam masing-masing cawan petri dengan konsentrasi 0,0; 0,4; dan 1,6 secara berurutan

Memasukkan masing-masing 3 buah silinder umbi kentang ke dalam cawan petri

Menimbang ke-9 silinder umbi kentang dengan menggunakan timbangan analysize balance

Membuat silinder umbi kentang sebanyak 9 buah dengan menggunakan pelubang gabus, panjang masing-masing 3 cm

Page 15: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

IV. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil

Kentang

0,0 M 0,4 M 1,6 M

Sebelu

mSesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. 0,57 gr 0,69 gr 0,58 gr 0,674 gr 0,57 gr 0,65 gr

2. 0,57 gr 0,65 gr 0,59 gr 0,684 gr 0,57 gr 0,666 gr

3. 0,59 gr 0,67 gr 0,55 gr 0,668 gr 0,56 gr 0,646 gr

Rerata 0,567 gr 0,67 gr 0,573 gr 0,668 gr 0,567 gr 0,645 gr

b. Analisis Data

Rumus menghitung perubahan berat :

% perubahan berat = berat akhir – berat mula-mula/Berat mula –

mula X 100%.

                      

1. Dengan konsentrasi 0,0 M

Pada kentang 1

% perubahan berat = 0,69 - 0,57 / 0,57 X 100%

= 21,052 %

Pada kentang 2

% perubahan berat = 0,65 – 0,57 / 0,57 X 100%

= 14,63 %

Pada kentang 3

% perubahan berat = 0,67 – 0,59 / 0,59 X 100%

= 13,55 %

Page 16: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

2. Dengan konsentrasi 0,4 M

Pada kentang 1

% perubahan berat = 0,674 – 0,58 / 0,58 X 100%

= 16, 207%

Pada kentang 2

% perubahan berat = 0,685 - 0,59 / 0,59 X 100%

= 10 %

Pada kentang 3

% perubahan berat = 0,688 – 0,55 / 0,55 X 100 %

= 25,09 %

3. Dengan konsentrasi 1,6 M

Pada kentang 1

% perubahan berat = 0,65 – 0,57 / 0,57 X 100 %

= 14,03 %

Pada kentang 2

% perubahan berat = 0,666 – 0,57 / 0,57 X 100%

= 16,84 %

Pada kentang 3

% perubahan berat = 0,646 – 0,56 / 0,56 X 100%

= 15,36 %

Rumus menghitung potensial osmotic sukrosa :

                               Ψs =MiRT

Dimana : 

M = molaritas dari larutan sukrosa

I = konstanta ionisasi , untuk sukrosa = 1

R = konstanta gas (0,0831 bar / derajat)

T = suhu absolute = ( C + 273 )

Diketahui  suhu penelitian merupakan suhu kamar : 27 derajat Celsius

Suhu absolute = 27 derajat Celsius + 237 = 264

Page 17: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

1. Potensial osmotic pada konsentrasi 0,0 M

Ψs = 0,0 X 1 X 0,0831 X 264

= 0 atm

2. Potensial osmotic pada konsentrasi 0,4 M

Ψs = 0,4 X 1 X 0,0831 X 264

= 8,775 atm

3. Potensial osmotic pada konsentrasi 1,6 M

Ψs = 1,6 X 1 X 0,0831X 264

= 35,10 atm

Grafik hubungan antara berat kentang ( Y ) dengan konsentrasi

larutan (X) :

0,0 M 0,4 M 1,6 M0

0.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

Grafik Hubungan Selisih Berat Kentang dengan Konsentrasi Larutan

c. Pembahasan

Pada pengamatan ini dilihat potensial air pada jarigan hidup umbi

kentang  untuk mengetahui pergerakan kimia air dalam tumbuhan

khususnya pada sel tumbuhan Umbi Kentang (Solanum tuberosum) yang

di rendam selama 20 menit, sehingga mengalami kelebihan dan

kekurangan cairan. Pergerakan air dan larutan sukrosa yang terjadi pada

umbi kentang dapat di jadikan sebagai acuan untuk mengetahui apakah

umbi kentang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air atau

larutan sukrosa.

Page 18: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

Berdasarkan table diatas maka kita melihat bahwa konsentrasi

larutan sukrosa 0,0 M, 0,4 M, dan 1,6 M mengalami variasi, dimana

semuanya memiliki nilai positif. Potensial osmotic larutan barnilai positif,

karena air pelarut dalam larutan umbi kentang melakukan kerja lebih dari

air murni. Jika tekanan pada larutan meningkat, maka kemampuan larutan

untuk melakukan kerja juga meningkat sehingga bobot berat umbi

kentangpun meningkat. Pada percobaan mangunakan larutan sukrosa,

larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,0; 0,4 dan 1,6 bernilai positif.

Berdasarkan hasil pengamatan atau tabel maka kita dapat

mengatakan bahwa praktikum dapat dilihat terdapat pertambahan berat

setelah ditambahkan dengan larutan sukrosa, pertambahan perubahan

berat yang terjadi sekitar 0,078 gr pada kontrasi larutan sukrosa 1,6 M;

0,095 gr pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M dan 0,103 gr pada

konsentrasi larutan sukrosa 0,0 M.

Pertambahan berat dikarnakan potensial  molekul air murni yang

melewati membrane lebih besar dari pada larutanpada jaringan hidup

umbi kentang sehingga menambah bobot berat umbi kentang proses ini

merupakan osmoregulasi yang terjadi pada umbi kentang.

V. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Karena nilai potensial air = Ψ = Ψp – Ψs ; dimana nilai p= 0,

sehingga nilai potensial air sama dengan potensial osmotiknya, yaitu pada

konsentrasi 0,0 M sebesar 0 atm, pada konsentrasi 0,4 M sebesar 8,775

atm dan pada konsentrasi 1,6 M sebesar 35,10 atm.

b. Saran

Pada praktikum kegiatan 2 ini, timbangan yang digunakan untuk

menimbang kentang kurang ( hanya 1 ). Padahal jumlah kelompok yang

ada lebih dari 5. Sehingga saat akan menggunakannya harus mengantri

dan untuk mengantri itu dibutuhkan waktu yang lama.

Page 19: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

VI. Diskusi

1. Berapakah potensial osmotic larutan Glukosa pada suhu yang percobaan

saudara ?

Jawab :

Potensial osmotic pada konsentrasi 0,0 M

Ψs = 0,0 X 1 X 0,0831 X 264

= 0 atm

Potensial osmotic pada konsentrasi 0,4 M

Ψs = 0,4 X 1 X 0,0831 X 264

= 8,775 atm

Potensial osmotic pada konsentrasi 1,6 M

Ψs = 1,6 X 1 X 0,0831X 264

= 35,10 atm

2. Apa yang akan terjadi bila jaringan kentang ditempatkan pada larutan

yang potensial osmotiknya lebih rendah dari potensial osmotic jaringannya

?

Jawab :

Larutan yang berada di dalam kentang akan berkurang ( akan mengalami

dehidras ), karena air (pelarut) yang berada di dalam kentang akan

mengalir keluar menuju ke potensial larutannya lebih rendah. Hal ini jika

berlangsung terus-menerus akan menimbulkan pelarut atau air dari

larutan yang berada di dalam kentang lama-kelamaan akan habis.

VII. Daftar Pustaka

Al, Suyitno.2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta : FMIPA

UNY

Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Bandung : ITB