dian narhand

Upload: davidkrisnanda

Post on 05-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

PERANG SALIB DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYAPENDAHULUANPerang Salib adalah merupakan satu sejarah yang tidak dapat dilupakan oleh agama-agama Samawi yang pernah hidup dan berkembang di dunia ini, sebab perang ini berjalan dalam waktu yang cukup lama, memakan korban yang cukup banyak, menghabiskan dana yang tidak terhitungkan, mendatangkan kerugian yang tak dapat dinilai dengan uang dan bahkan mengakibatkan dampak yang negatif dan destruktif bagi hubungan ummat beragama, namun demikian tak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya Perang Salib telah membawa perubahan peradaban yang signifikan khususnya bagi peradaban Barat yang nota bene beragama Kristen.Namun demikian perang salib ini adalah merupakan peristiwa bersejarah yang tidak bisa dilupakan begitu saja dan bahkan perang salib ini adalah merupakan salah satu bentuk rangkaian interaksi sosial ummat manusia di abad pertengahan dalam rangka membangun peradaban modern. Charles H. Haskin menyatakan bahwa, Zaman pertengahan adalah merupakan sejarah yang penting dan kompleks. Dalam kurun waktu seribu tahun, saling berinteraksilah berbagai suku, institusi dan kebudayaan. Semuanya itu merupakan suatu proses perkembangan sejarah yang menjadi basis dari peradaban modern.Perang Salib adalah merupakan sebuah peristiwa sejarah yang dialami ummat manusia dan bahkan tidak dapat dilupakan oleh siapapun yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan ummat manusia. Para ahli menyebutkan bahwa ada tiga teori tentang sejarah, yaitu :1. Teori Siklus. Teori ini menyebutkan bahwa perkembangan sejarah berjalan secara melingkar yang berjalan antara zaman keemasan dan kehancuran. Dengan demikian teori ini menganggap bahwa pengulangan masa lalu pada masa kini atau masa depan adalah merupakan sesuatu yang lumrah.2. Teori Linier. Teori ini menganggap bahwa pengulangan sejarah tidak pernah terjadi. Proseses sejarah berjalan lurus mengikuti babak baru yang tidak pernah dikenal pada masa lalu.3. Teori Gabungan. Teori ini menggabungkan kedua teori tersebut di atas, yaitu menyatakan bahwa pengulangan sejarah akan terulang, namun bukan dalam bentuk yang sama.Berdasarkan teori ketiga tersebut di atas, terdapat beberapa unsur-unsur utama yang melekat pada setiap babakan sejarah, yaitu sebab, proses dan dampak yang ditimbulannya. Oleh karena itulah maka tulisan ini akan menggambarkan Perang Salib sebagai sebuah proses interaksi yang meliputi sebab-sebab, mekanisme dan dampak yang ditimbulkannya.

SEBABTERJADINYAAda satu kenyataan sejarah yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun juga, bahwa setiap berdirinya sebuah kerajaan Islam dimana sajapun tempatnya, maka pastilah orang-orang Kristen ataupun penganut agama yang lainnya diberikan keleluasaan untuk menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan benar. Bukan hanya itu para ummat beragama yang non Islam tersebut diberikan juga peluang untuk memegang berbagai jabatan dalam pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dimana-mana kerajaan Islam berdiri, atau ummat Islamnya mayoritas dalam suatu negeri, maka ummat beragama lainnya memiliki kebebasan yang sangat luas untuk menjalankan ajaran agamanya dan bahkan memegang tampuk pemerintahan.Berbeda halnya dengan kerajaan-kerajaan lainnya ataupun mayoritas penduduknya beragama Kristen ataupun non Islam, maka ummat Islam hampir tidak memiliki kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan benar, apalagi untuk memegang tampuk pemerintahan. Yang terakhir ini menjadi sesuatu yang mustahil untuk diberikan. Hampir pada semua negara yang penduduknya mayoritas ummat Kristen, maka ummat Islamnya akan menjadi masyarakat yang terpinggirkan, kalau bukan disebut sebagai masyarakat kelas dua. Hal ini sebagaimana terlihat dari beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti di Philifina dan lain sebagainya.Kebebasan yang diberikan oleh ummat Islam terhadap orang Kristen ini sering dimanfaatkan oleh ummat Kristen untuk melakukan tindakan sebaliknya. Hal inilah yang terjadi ketika Jerusalem dan Syria di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah dari Mesir. Penguasa Mesir mendorong perniagaan dan perdagangan Kristen. Akan tetapi sebagaimana disebutkan oleh Ajid Thohir dalam bukunya, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Segala keistimewaan dan toleransi yang diberikan ummat Islam tersebut tidak menentramkan hati orang Kristen yang menganggap bahwa kehadiran orang Islam di Yerusalem sebagai suatu hal yang tidak disukai. Dan hal inilah sesungguhnya yang menjadi penyebab utama terjadinya perang salib.Amir K. Ali dalam bukunya, Study of Islamic History, sebagaimana dikutif oleh Ajid Thohir menyebutkan bahwa yang menjadi penyebab-penyebab terjadinya perang salib itu adalah sebagai berikut :1. Perang salib terjadi karena adanya konflik lama antara Timur dengan Barat, dalam hal ini antara orang Islam dengan orang-orang Kristen, untuk saling menguasai. Pemunculan Islam yang cepat menimbulkan suatu goncangan bagi seluruh Eropa Kristen sehingga pada abad XI pasukan orang Kristen Barat diarahkan untuk melawan Islam.2. Pelaksanaan ziarah orang Kristen di Jerusalem semakin bergairah pada abad XI dibanding dengan waktu-waktu sebelumnya. Karena Jerusalem dan Palestina berada di bawah kekuasaan Turki, tidak jarang para Jamaah Kristen mendapat perlakuan yang tidak baik dan dirampok. Informasi mengenai perlakuan demikian cenderung berkembang dan secara berlebihan sehingga menimbulkan reaksi keras orang Kristen di seluruh dunia. W. gomery Watt menyatakan penyebab perang Salib ini didorong oleh praktek ziarah keagamaan. Khususnya ke tanah suci, yaitu Jerusalem.3. Pada masa itu, Eropa Kristen ditandai oleh kekacauan feodalisme. Raja dan Pangeran terlibat perang satu sama lain. Sehubungan dengan itu, orang Kristen dengan dukungan Paus berusaha memanfaatkan semangat perang internal agama menjadi perang antar agama. Dalam hal ini semangat perang orang Kristen disalurkan untuk memerangi orang Islam.Namun demikian Dr. Badri Yatim, MA. menyebutkan bahwa terjadinya Perang Salib adalah disebabkan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan yang dikenal dengan peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis dan Armenia.Peristiwa besar ini menurutnya menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap ummat Islam. Yang kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian ini bertambah setelah Dinasti Saljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Menurutnya penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi ummat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan ini dirasakan sangat menyulitkan bagi mereka. Oleh karena itu maka untuk memudahkan dan memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada ummat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci.Sementara itu Dr. Yusuf Qordhowi menyatakan bahwa Perang Salib adalah perang yang dilakukan oleh orang Eropa dengan dorongan para Paus dan pemuka agama Eropa seperti Petrus Nesk. Mereka datang memerangi Timur Islam dengan beberapa alasan. Luarnya agama tetapi dalamnya adalah penjajahan. Oleh karena itulah maka para sejarawan muslim menyebut peperangan tersebut dengan nama Perang Bangsa Eropa. Sebagai isyarat bahwa peperangan tersebut adalah penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa untuk memerangi negeri-negeri Islam, serta merampas dan menguasainya.Namun demikian bangsa Eropa menyebut peperangan tersebut dengan nama Perang Salib, karena mereka menggunakan salib dalam peperangan tersebut sebagai tanda. Mereka mengklaim bahwa kedatangan mereka adalah untuk menyelamatkan Kuburan Al-Masih dari tangan ummat Islam. Padahal kuburan, gereja-gereja, dan hal-hal lainnya yang dianggap suci oleh ummat Nasrani dijaga dan dipelihara dengan baik oleh kaum muslimin. Tempat-tempat tersebut tidak pernah diganggu, sebab orang yang melakukan hal tersebut berhak mendapatkan hukuman dari khalifah dan mendapat cercaan orang banyak. Islam memandang bahwa menjaga tempat-tempat suci Al-Masih dan ummat Nasrani adalah termasuk dalam perjanjian dengan Ahli Dzimmah. Memenuhi perjanjian tersebut adalah termasuk kewajiban yang harus dilakukan oleh ummat Islam, baik pemimpin maupun rakyatnya.PRIODISASIPERANGSALIBPerang Salib yang terjadi dengan latar belakang sebagaimana tersebut di atas berlangsung dalam beberapa priode. Para ahli sejarah berbeda pendapat dalam menetapkan priodisasi dari Perang Salib ini. Dr. Yusuf Qardhowi menyatakan bahwa Perang Salib itu berlangsung sembilan priode atau sembilan kali. Berbeda dengan ini, Dr. Badri Yatim, MA. menyatakan bahwa Perang Salib itu berlangsung selama tiga priode. Pendapat Badri Yatim ini senada dengan Philip K. Hitti yang menyatakan bahwa Perang Salib itu berlangsung selama tiga priode, yaitu pertama, masa penaklukan yang berjalan sampai dengan tahun 1144 M. Masa kedua, masa timbulnya reaksi Islam terhadap penaklukan itu, ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan dan berakhir pada 1291 M. Sedangkan Ajid Thohir dengan mengutip pendapat Amir K. Ali, berpendapat bahwa Perang Salib itu berlangsung selama delapan priode. Sebagai berikut :1. Perang Salib IPada musim semi tahun 1095 M., 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bahemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan Kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai rajanya. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis pada tanggal 15 Juli 1099 M dan mendirikan kerajaan LatinIIIdengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka pada tahun 1104 M, Tripoli pada tahun 1109 M dan kota Tyre pada tahun 1124 M. Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV dengan rajanya adalah Raymond. Dari pihak Islam, Imanuddin Zangi (1123-1146 M) memainkan peran penting dalam sejarah Perang Salib. Zangi berhasil membebaskan Aleppo dan Hammah dari tangan tentara Salib. Penaklukan terbesar dari Zangi adalah merebut Edessa (salah satu kota keuskupan yang paling mulia) bagi orang Kristen.2. Perang Salib IIJatuhnya Edessa menimbulkan berbagai ketegangan di seluruh Eropa. Hal ini menyebabkan munculnya Perang Salib II (1147-1149 M) di bawah pimpinan Raja Jerman, ConradIIIdan Raja Perancis, LouisVII. Namun kekuatan gabungan militer ini tidak membuahkan hasil. Bahkan akhirnya, Sultan Salahuddin mampu menguasai kembali Damaskus, Jerusalem dan Acre (Pos utama tentara Kristen).3. Perang SalibIIIKegagalan di atas membangkitkan protes orang Kristen. Selanjutnya, Kaisar Frederick Barbarossa dari Jerman, Raja Philip Augustus dari Perancis dan Raja Richard I dari Inggris menyusun kembali tentara gabungan untuk menyerang Jerusalem. Setelah berperang selama tiga tahun (1189-1192 M), akhirnya tentara Kristen mengajukan perdamaian. Dasar perjanjian tersebut antara lain bahwa daerah pesisir akan menjadi milik orang-orang latin, daerah pedalaman menjadi milik orang-orang muslim, dan bahwa rakyat dari kedua belah pihak boleh saling memasuki wilayah tanpa diganggu.4. Perang Salib IVDua tahun setelah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi wafat, Perang Salib keempat dibuka kembali atas anjuran Paus ColestineIII. Pada tahun 1195 M, tentara Salib merebut Sycilia dan Beirut. Akan tetapi Aadil (Anak Shalahuddin) berhasil mengalahkan tentara Salib. Selanjutnya diadakan gencatan senjata selama tiga tahun.

5. Perang Salib VPerang Salib lima (1201 M) terjadi di bawah pimpinan InnocentIII. Pada perang Salib lima ini tentara Salib berhasil menguasai Konstantinopel.6. Perang Salib VIPerang Salib enam berlangsung pada tahun 1216 M, pasukan Salib terdesak oleh tentara Islam. Akhirnya terjadi perjanjian perdamaian di antara kedua belah pihak.7. Perang SalibVIIPerang Salib tujuh dimulai pada tahun 1238 M, pasukan Kristen di bawah pimpinan Gregory IX berusaha merebut kembali Jerusalem, akan tetapi digagalkan oleh Abu Nasar Daud.8. Perang SalibVIIIPerang Salib delapan terjadi pada tahun 1244 M di bawah pimpinan Louis IX dari Perancis. Pada perang inipun Louis mengalami kegagalan.Adapun tokoh-tokoh ataupun Panglima Perang Islam dalam Perang Salib yang berlangsung sebagaimana tersebut di atas secara ringkas dapat digambarkan adalah Imaduddin Az-Zanki dari Turki yang memulai jihad melawan pasukan Salib, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Nuruddin Muhammad yang bergelar Asy-Syahid, dan setelah itu dilanjutkan oleh muridnya Shalahuddin Yusuf bin Ayub atau yang lebih terkenal dengan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi yang di dunia Barat dikenal dengan Sultan Saladin. Di tangan Salahuddin inilah puncak kemenangan ummat Islam melawan tentara Salib, termasuk membebaskan Palestina setelah sembilan puluh tahun di bawah kerajaan tentara Salib. Selain itu di Mesirpun, peperangan melawan bangsa Eropa terus berlanjut, yang terkenal adalah peperangan Al-Manshuroh yang menyebabkan ditawannya Raja Perancis, Louis IX. Para panglima perang Mamalik di Mesir dan Syam terus menerus selalu berhasil menghalau pasukan Salib, hingga akhirnya mereka semua bisa diusir dan tidak tersisa sedikitpun di negeri Islam.Penjelasan tersebut di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya pasukan Salib hampir tidak pernah berhasil menguasai dunia Islam kecuali hanya sementara. Hal itupun sebagaimana diungkapkan oleh W. Montgomery Watt, tingkat keberhasilan yang diraih itu adalah lebih disebabkan oleh perpecahan di kalangan kaum muslimin sendiri. Perpecahan itu terjadi di seluruh wilayah, karena para pemmpin mereka saling baku hantam satu sama lain.DAMPAKPERANGSALIBApabila diperhatikan dampak daripada Perang Salib itu adalah lebih banyak menguntungkan dunia Barat apalagi dibandingkan dengan dunia Timur khususnya ummat Islam. Ummat Islam tidak melihat arti penting apapun dalam peristiwa Perang Salib itu. Pengaruh dari Perang Salib itu hanya sedikit seperti ornamen-ornamen gereja berpengaruh terhadap seni gaya bangunan masjid sebagaimana terlihat pada masjid An-Nashr di Kairo. Secara umum bagi ummat Islam sebagaimana disebutkan oleh Yusuf Qardhowi, Perang Salib adalah merupakan fitnah bagi ummat Islam. Sedangkan bagi orang Kristen yang dalam hal ini dunia Barat, bisa disebut sebuah rahmat sebab dengan Perang Salib ini telah membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan dunia Barat pada umumnya. Dan bahkan Perang Salib ini mengantarkan renaissance di Perancis.Perang Salib telah menimbulkan dampak-dampak penting dalam sejarah perkembangan dunia karena telah membawa Eropa ke dalam kontak langsung dengan dunia Islam yang telah lebih dahulu maju dan berperadaban, sementara Eropa / Barat berada dalam abad kegelapan. Melalui inilah hubungan antara Barat dengan Timur terjalin. Kemajuan orang Tumur yang progresif dan maju pada saat itu menjadi daya dorong yang besar bagi pertumbuhan intelektual Eropa / Barat. Hal itu memerankan bagian yang penting bagi timbulnya renaissance di Eropa.Dampak positif yang ditimbulkan oleh adanya Perang Salib itu bagi dunia Barat dapat dilihat dalam kenyataan berikut ini :1. Secara kultural, pasukan Perang Salib di Timur menjumpai beberapa aspek yang menarik dari kehidupan Islam. Ketika pasukan tersebut kembali ke tempat asal mereka, mereka berusaha untuk menirunya. Sejumlah terjemahan bahasa Arab ke bahasa Latin dikerjakan di wilayah-wilayah di mana Perang Salib berlangsung.2. Gagasan Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung pada ditemukannya Benua Amerika oleh Colombus dan ditemukannya rute perjalanan laut ke India dengan mengelilingi Tanjung Harapan (Cape of Good Hope). Akibatnya orang Barat menyadari bahwa selain adanya negara-negara Islam dan Barat, ada juga negara-negara lain yang bukan negara Islam dan bukan negara Barat.Adapun dampak positif lainnya bagi dunia barat dengan adanya Perang Salib adalah menambah keuntungan Eropa di lapangan perniagaan dan perdagangan. Sebagai hasil dari Prang Salib, orang Eropa dapat mempelajari dan memodifikasi serta mengaplikasaikan beberapa temuan penting yang telah dihasilkan oleh orang-orang Islam pada masa sebelumnya. Hal ini lebih banyak terutama berkaitan dengan masalah-masalah seni, industri, perdagangan dan pertanian.Dalam bidang seni, gaya-gaya bangunan dan cara berpakaian Timur mempengaruhi seni gaya bangunan dan berpakaian orang Barat. Demikian pula halnya dalam bidang agrikultur, banyak pasukan Perang Salib yang terbiasa dengan produk agrikultur Timur, dan yang terpenting adalah gula; karena gula telah menjadi makanan termewah di Barat. Hal ini berkaitan dengan pembentukan pasar Eropa baru untuk produk-produk agrikultur Timur. Orang-orang Barat mulai menyadari kebutuhan akan barang-barang Timur. Karena kepentingan ini, berkembanglah perdagangan antara Timur dan Barat.Bersama-sama dengan keperluan transportasi para peziarah dan pasukan Perang Salib telah merangsang kegiatan maritim dan perdagangan internasional. Aplikasi kompas terjadi pada kegiatan maritim saat itu, yang sekalipun jarum magnetik ditemukan orang Cina, namun penemuan jarum navigasi mulai dikembangkan oleh Islam.Melihat kenyataan-kenyataan tersebut di atas, maka sesungguhnya dunia Barat berhutang budi pada ummat Islam, hanya saja utang budi ini tidak pernah diakui oleh dunia Barat secara terbuka kepada ummat Islam. Sikap ini berbeda dengan sikap ummat Islam yang secara terbuka dari dulu mengakui bahwa filsafat dipinjam dari Yunani, matematika dipinjam dari India, kimia dipinjam dari Cina, dan seterusnya. Itu semua diakui tanpa ada halangan sama sekali.Ketidak mauan mengakui utang ini pada ummat Islam menurut Max Dimont, sebagaimana disebutkan oleh Nur Cholis Madjid, orang Barat menderita narcisime, artinya mereka mengagumi diri sendiri, dan kurang memiliki kesediaan untuk mengakui utang budinya kepada bangsa-bangsa lain. Mereka hanya mengatakan, bahwa yang mereka dapatkan itu adalah warisan dari Yunani dan Romawi. Padahal sesungguhnya dalam kajian yang lebih objektif dan luas, utang orang Barat kepada Islam luas biasa besarnya.KESIMPULAN1. Perang Salib adalah perang yang diprakarsai dan dilakukan oleh orang-orang Kristen terhadap orang Islam yang berlangsung sebanyak delapan priode yang dimulai sejak tahun 1095 sampai dengan 1244 M.2. Perang Salib terjadi dilatar belakangi oleh berbagai faktor, antara lain adalah disebabkan adanya konflik lama antara Timur dengan Barat, dalam hal ini antara orang Islam dengan orang-orang Kristen; Pelaksanaan ziarah orang Kristen di Jerusalem yang semakin bergairah dan terkadang mendapat rintangan dari penduduk lokal; dan mengalihkan semangat perang internal agama menjadi perang antar agama. Dalam hal ini semangat perang orang Kristen disalurkan untuk memerangi orang Islam.3. Perang Salib telah mendorong orang Eropa / Barat untuk melakukan renaissance di Eropa, untuk selanjutnya membangun dunia Eropa / Barat sesuai dengan apa yang mereka lihat dan pelajari di dunia Islam. Eropa / Barat banyak berutang budi pada dunia Islam dalam hal peradaban dan ilmu pengetahuan.P E N U T U PDemikianlah makalah ini kami sampaikan sebagai pengantar awal bagi kita untuk berdiskusi lebih lanjut, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam rangka mengantarkan kita untuk mengetahui lebih jauh dan secara mendalam tentang Perang Salib yang terkenal itu.***

Perang Padri

1. Sebab Umum1. Adanya pertentangan paham antara golongan Wahabi yang ingin memurnikan ajaran agama islam dengan para golongan Tasawuf yang terdiri dari kaum bangsawan dan pemangku adat2. Ada kebiasaan buruk yang disahkan oleh kaum adat seperti minum minuman keras, menyabung ayam, berjudi, merokok, dll.3. Adanya pertentangan antara hukum adat dengan hukum di agama Islam. Yaitu diantaranya pada hukum adat menganut sistem kekerabatan Matrilineal sedangkan di Islam Patrilineal.4. Terjadi perebutan pengaruh antara kaum adat dengan ulama.5. Adanya campur tangan bangsa barat dalam perebutan kekuasaan tersebut yaitu Inggris dan Belanda.2. Sebab KhususPertemuan antara kaum adat dengan ulama untuk menyelesaikan semua persoalan selama ini di Koto Tangah. Karena usaha itu tidak berhasil, kaum adat di serang oleh kaum ulama kemudian kaum adat meminta bantuan kepada Belanda di Padang pada tahun 1821.

C. Jalan Perang Padri1. Perang Padri Gelombang PertamaPerang Padri terjdi di kota Lawas, kemudian berkembang di daerah lainnya seperti Alahan Panjang. Pada peperangan tersebut, kaum Padri di pimpin oleh Datuk Bandaro bertempur melawan kaum Adat yang di pimpin oleh Datuk Sati. Setelah Datuk Bandaro meninggal dunia, pucuk pimpinan di pegang oleh Malim Basa (Tuaku Imam Bonjol) dan di bantu oleh Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk. Keterlibatan BelandaKarena terdesak dalam peperangan, pada 21 Februari 1821 kaum Adat meminta bantuan Belanda di Padang, dengan kompensasi penyerahan beberapa wilayah darek (pedalaman Minangkabau). Perjanjian ini dihadiri juga oleh sisa keluarga dinasti Kerajaan Pagaruyung di bawah pimpinan Sultan Tangkal Alam Bagagar yang kemudian diangkat pemerintah Hindia-Belanda sebagai Regent Tanah Datar.Keterlibatan Belanda dalam perang karena "diundang" oleh kaum Adat, dan campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang. Serangan ini berhasil memukul mundur Kaum Padri keluar dari Pagaruyung. Dan Belanda membangun benteng di Batusangkar dengan nama Fort van der Capellen, Sedangkan Kaum Padri menyusun kekuatan dan bertahan di Lintau.Pada 13 April 1823, Belanda mencoba menyerang Lintau, namun Kaum Padri dengan gigih melakukan perlawanan, sehingga pada tanggal 16 April 1823 Belanda terpaksa kembali Batusangkar.2. Genjatan SenjataPerlawanan yang dilakukan oleh Kaum Padri cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk menundukkannya. Oleh sebab itu Belanda melalui Residen di Padang mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat "Perjanjian Masang" pada tahun 15 November 1825. Hal ini dimaklumi karena disaat bersamaan Batavia juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di Eropa dan Jawa seperti Perang Diponegoro.Selama periode gencatan senjata, Tuanku Imam Bonjol mencoba memulihkan kekuatan dan juga mencoba merangkul Kaum Adat. Sehingga akhirnya muncul suatu kompromi yang dikenal dengan nama Plakat Puncak Pato di Tabek Patah (termasuk daerah kabupaten Tanah Datar sekarang) yang mewujudkan konsensus Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah (Adat berdasarkan Agama, Agama berdasarkan Kitabullah (Al-Qur'an)).3. Perang Padri Gelombang KeduaSetelah berakhirnya perang Diponegoro dan pulihnya kekuatan Belanda di Jawa, pemerintah Hindia-Belanda kembali mencoba untuk menundukan Kaum Padri, hal ini sangat didasari oleh keinginan kuat untuk penguasaan penanaman kopi yang sedang meluas di kawasan darek. Sampai abad ke 19, komoditas perdagangan kopi merupakan salah satu produk andalan Belanda di Eropa.Selanjut untuk melemahkan kekuatan lawan, Belanda mulai dengan menyerang nagari Pandai Sikek sekaligus melanggar perjanjian yang telah dibuat sebelumnya, kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang mampu memproduksi mesiu dan senjata api. Dan kemudian untuk memperkuat kedudukannya, Belanda membangun benteng di Bukittinggi yang dikenal dengan nama Fort de Kock.Diawal bulan Agustus 1831, Lintau berhasil ditaklukkan sehingga dengan demikian Luhak Tanah Datar dan Luhak Limo Puluah berhasil ditaklukkan.Kaum Padri terus melakukan konsolidasi dan berkubu Kamang, namun seluruh kekuatan Kaum Padri di Luhak Agam diakhirnya pun terpaksa mundur ke Bonjol setelah jatuhnya Kamang di akhir tahun 1832.4. Perlawanan BersamaNamun, sejak awal 1833 perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Padri melawan Belanda, kedua pihak telah bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Diujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau itu sendiri.Menyadari hal itu, kini Belanda bukan hanya menghadapi Kaum Padri saja, tetapi secarah keseluruhan masyarakat Minangkabau. Maka Belanda pada tahun 1833, mengeluarkan pengumuman yang disebut Plakat Panjang berisi sebuah pernyataan bahwa kedatangan Belanda ke Minangkabau tidaklah bermaksud untuk menguasai negeri ini, mereka hanya datang untuk berdagang dan menjaga keamanan, penduduk Minangkabau akan tetap diperintah oleh para penghulu adat mereka dan tidak pula diharuskan membayar pajak. Dan karena usaha Belanda untuk menjaga keamanan, mencegah terjadinya "perang antar-nagari", membuat jalan-jalan, membuka sekolah, dan sebagainya memerlukan biaya, maka penduduk diwajibkan menanam kopi dan menjualnya ke Belanda.Ketika Kolonel Elout melakukan berbagai serangan terhadap Kaum Padri tahun 1831-1832, dia memperoleh tambahan kekuatan dari pasukan Sentot Ali Basya salah seorang panglima pasukan Pangeran Diponegoro yang telah membelot, masuk dinas Pemerintah Belanda setelah usai perang di Jawa. Namun Elout berpendapat kehadirannya justru menimbulkan masalah di Sumatera, dengan dokumen-dokumen resmi yang membuktikan kesalahan Sentot Ali Basya yang telah melakukan persekongkolan dengan kaum Padri. Sehingga kemudian Elout mengirim Sentot dan legiunnya kembali ke Jawa. Di Jawa, Sentot tidak berhasil menghilangkan kecurigaan Belanda terhadap dirinya. Dan akhirnya Belanda juga tidak ingin dia tetap berada di Jawa dan mengirimnya kembali ke Sumatera. Namun dalam perjalanan ke sana, Sentot diturunkan dan ditahan di Bengkulu dimana dia ditinggal sampai mati sebagai orang buangan. Sedangkan pasukannya dibubarkan dan kemudian direkrut kembali menjadi tentara Belanda.Demikian juga dengan Yang Dipertuan Alam Minangkabau Sultan Tangkal Alam Bagagar, raja terakhir Kerajaan Pagaruyung, juga ditangkap oleh pasukan Kolonel Elout di Batusangkar atas tuduhan pengkhianatan pada tanggal 2 Mei 1833. Selanjutnya Sultan Tangkal Alam Bagagar dibuang ke Batavia (Jakarta sekarang), dan akhirnya dimakamkan di pekuburan Mangga Dua.Timbulnya perlawanan serentak dari seluruh rakyat Minangkabau, sebagai realisasi ikrar bersama, memaksa Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pergi ke Padang pada tanggal 23 Agustus 1833, untuk melihat dari dekat tentang jalannya operasi militer yang dilakukan oleh pasukan Belanda. Sesampainya di Padang, ia melakukan perundingan dengan Jenderal Riesz dan Kolonel Elout untuk segera menaklukkan benteng Bonjol, yang dijadikan pusat meriam besar pasukan Padri, Riesz dan Elout menerangkan bahwa belum datang saatnya yang baik untuk mengadakan serangan umum terhadap benteng Bonjol, karena kesetiaan penduduk Agam masih disangsikan, dan mereka sangat mungkin kelak menyerang pasukan Belanda dari belakang. Tetapi Jenderal Van den Bosch bersikeras untuk segera menaklukkan benteng Bonjol, dan paling lambat tanggal 10 September 1833 Bonjol harus jatuh. Kedua opsir tersebut meminta tangguh enam hari lagi, sehingga jatuhnya Bonjol diharapkan pada tanggal 16 September 1833.Taktik serangan gerilya yang diterapkan kaum Padri, berhasil memperlambat gerak laju serangan Belanda ke benteng Bonjol, bahkan juga hampir semua perlengkapan perang pasukan Belanda seperti meriam dan perbekalan semuanya dapat dirampas. Pasukan Belanda hanya dapat membawa senjata dan pakaian yang melekat di tangan dan badannya. Sehingga akhirnya pada tanggal 21 September 1833, Van den Bosch membuat laporan bahwa penyerangan ke Bonjol gagal dan sedang diusahakan untuk konsolidasi guna penyerangan selanjutnya.Dan dapat dikatakan selama tahun 1834 tidak ada usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh pasukan Belanda untuk menaklukkan Bonjol, kecuali pertempuran kecil-kecilan untuk membersihkan daerah-daerah yang dekat dengan pusat pertahanan dan benteng Belanda. Selain itu pembuatan jalan dan jembatan, yang mengarah ke jurusan Bonjol terus dilakukan dengan giat, dengan mengerahkan ribuan tenaga kerja paksa. Pembuatan jalan dan jembatan itu dipersiapkan untuk memudahkan mobilitas pasukan Belanda dalam gerakannya menaklukan Bonjol.5. Serangan ke BonjolBaru pada tanggal 16 April 1835, pasukan Belanda memutuskan untuk mengadakan serangan besar-besaran untuk menaklukkan Bonjol dan sekitarnya. Operasi militer dimulai pada tanggal 21 April 1835, dimana pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Kolonel Bauer yang kemudian memecah pasukannya menjadi dua bahagian yang bergerak masing-masing dari Matur dan Bamban, kemudian bersama bergerak menuju Masang. Pasukan ini mesti menyeberangi sungai yang saat itu lagi banjir, dan terus masuk menyelusup ke dalam hutan rimba; mendaki gunung dan menuruni lembah; guna membuka jalur baru menuju Bonjol.Dan pada tanggal 23 April 1835 gerakan pasukan Belanda ini telah berhasil mencapai tepi Batang Ganting, dan kemudian terus menyeberanginya dan berkumpul di Batusari. Dari sini hanya ada satu jalan sempit menuju Sipisang, daerah yang masih dikuasai oleh Kaum Padri. Sesampainya di Sipisang, pecah pertempuran sengit antara pasukan Belanda dengan kaum Padri selama tiga hari tiga malam pertempuran berlangsung tanpa henti, sampai korban di kedua belah pihak banyak yang berjatuhan. Namun dengan kekuatan yang jauh tak sebanding, pasukan Kaum Padri terpaksa mengundurkan diri ke hutan-hutan rimba sekitarnya. Jatuhnya daerah Sipisang ini meningkatkan moralitas pasukan Belanda, dan kemudian daerah ini dijadikan sebagai kubu pertahanan sambil menunggu pembuatan jembatan menuju Bonjol.Namun pergerakan laju pasukan Belanda menuju Bonjol masih sangat lamban, hampir sebulan waktu yang diperlukan untuk dapat mendekati daerah Alahan Panjang. Dan sebagai front terdepan dari Alahan Panjang adalah daerah Padang Lawas, yang secara penuh masih dikuasai oleh Kaum Padri. Pada tanggal 8 Juni 1835 pasukan Belanda yang mencoba maju ke Padang Lawas sehingga kembali pecah pertempuran sengit dan pasukan Belanda akhirnya dapat menguasai daerah ini.Selanjutnya pada tanggal 11 Juni 1835 pasukan Belanda kembali bergerak menuju sebelah timur Batang Alahan Panjang dan membuat kubu pertahanan disana, sedangkan pasukan Kaum Padri tetap bersiaga di seberangnya.Dan pada tengah malam tanggal 16 Juni 1835 pasukan Belanda berhasil mendekati Bonjol dalam jarak kira-kira hanya 250 langkah dari Bonjol dan kemudian mencoba membuat kubu pertahanan disana. Selanjutnya dengan menggunakan houwitser, mortir dan meriam besar, menembaki benteng Bonjol. Namun Kaum Padri tidak tinggal diam yang kemudian membalas dengan menembakan juga meriam-meriam dari bukit Tajadi. Karena posisi yang kurang menguntungkan, pasukan Belanda banyak menjadi korban.Dan selanjutnya pada tanggal 17 Juni 1835 datang lagi bantuan tambahan pasukan sebanyak 2000 orang lagi yang dikirim oleh Residen Francis di Padang. Kemudian pada tanggal 21 Juni 1835, dengan kekuatan yang besar pasukan Belanda memulai gerakan maju menuju sasaran akhir yaitu Benteng Bonjol.6. Pengepungan BonjolMelihat kokohnya benteng Bonjol, pasukan Belanda mencoba melakukan blokade terhadap Bonjol, dengan tujuan untuk melumpuhkan suplai bahan makanan dan senjata pasukan Padri. Blokade yang dilakukan ini, ternyata tidak efektif, karena justru benteng-benteng pertahanan pasukan Belanda dan bahan perbekalannya yang banyak diserang oleh pasukan Kaum Padri secara gerilya. Dan disaat bersamaan seluruh pasukan Kaum Padri mulai berdatangan dari daerah-daerah yang telah ditaklukkan pasukan Belanda, yaitu dari berbagai negeri di Minangkabau dan sekitarnya. Semua bertekad bulat untuk mempertahankan markas besar Bonjol sampai titik darah penghabisan, hidup mulia atau mati syahid.Usaha untuk melakukan serangan ofensif terhadap Bonjol baru dilakukan kembali setelah bala bantuan tentara yang terdiri dari pasukan Bugis datang, maka pada pertengahan Agustus 1835 penyerangan mulai dilakukan terhadap kubu-kubu pertahanan Kaum Padri yang berada di bukit Tajadi, dan pasukan Bugis ini berada pada bagian depan pasukan Belanda dalam merebut satu persatu kubu-kubu pertahanan strategis Kaum Padri yang berada disekitar bukit Tajadi. Namun sampai awal September 1835, pasukan Belanda belum berhasil menguasai bukit tajadi malah pada tanggal 5 September 1835, Kaum Padri keluar dari kubu pertahanannya menyerbu ke luar benteng menghancurkan kubu-kubu pertahahan musuh yang dibuat sekitar bukit Tajadi. Dan setelah serangan dilakukan, pasukan Kaum Padri segera kembali masuk ke dalam benteng Bonjol.Pada tanggal 9 September 1835, pasukan Belanda mencoba menyerang dari arah Luhak Limo Puluah dan Padang Bubus, namun hasilnya gagal, bahkan banyak menyebabkan kerugian pada pasukan Belanda. Dan Letnan Kolonel Bauer, salah seorang komandan pasukan Belanda menderita sakit, dan terpaksa dikirim ke Bukittinggi dan kemudian digantikan oleh Mayor Prager.Blokade yang berlarut-larut dan keberanian Kaum Padri, membangkitkan semangat keberanian rakyat sekitarnya untuk memberontak dan menyerang pasukan Belanda, sehingga pada tanggal 11 Desember 1835 rakyat desa Alahan Mati dan Simpang mengangkat senjata dan menyerang kubu-kubu pertahanan Belanda. Pasukan Belanda kewalahan mengatasi perlawanan ini, baru setelah datang bantuan dari serdadu-serdadu Madura yang berdinas pada pasukan Belanda, perlawanan ini dapat diatasi.Hampir setahun mengepung Bonjol, pada tanggal 3 Desember 1836, pasukan Belanda kembali melakukan serangan besar-besaran terhadap benteng Bonjol, sebagai usaha terakhir untuk penaklukkan Bonjol. Serangan dahsyat ini mampu menjebol sebagian benteng Bonjol, sehingga pasukan Belanda dapat masuk menyerbu dan berhasil membunuh beberapa keluarga Tuanku Imam Bonjol. Tetapi dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi Kaum Padri kembali berhasil memporak-porandakan musuh sehingga Belanda terusir dan terpaksa kembali keluar dari benteng dengan meninggalkan banyak sekali korban jiwa di masing-masing pihak.Kegagalan penaklukkan ini benar-benar memukul kebijaksanaan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia yang waktu itu telah dipegang oleh Dominique Jacques de Eerens kemudian mengirimkan seorang panglima perangnya yang bernama Mayor Jenderal Cochius untuk memimpin langsung serangan besar-besaran ke benteng Bonjol untuk kesekian kalinya.Selanjutnya Belanda dengan intensif mengepung Bonjol dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837) yang dipimpin oleh jenderal dan para perwira Belanda, dan pasukan gabungan Belanda yang sebagian besar terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon. Dimana terdapat 148 perwira Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi, termasuk didalamnya Sumenapsche hulptroepen hieronder begrepen (pasukan pembantu Sumenap alias Madura). Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda tersebut diantaranya adalah Mayor Jendral Cochius, Letnan Kolonel Bauer, Mayor Sous, Mayor Prager, Kapten MacLean, Letnan Satu Van der Tak, Pembantu Letnan Satu Steinmetz dan seterusnya, dan ada juga nama Inlandsche (pribumi) seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant Prawiro di Logo, Karto Wongso Wiro Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, dan Merto Poero.Dari Batavia didatangkan terus tambahan kekuatan tentara Belanda, dimana pada tanggal 20 Juli 1837 tiba dengan Kapal Perle di Padang, Kapitein Sinninghe, dan sejumlah orang Eropa dan Afrika, yang terdiri dari 1 sergeant, 4 korporaals dan 112 flankeurs yang merupakan serdadu dari Afrika yang direkrut oleh Belanda di benua itu, kini negara Ghana dan Mali. Mereka juga disebut dengan Sepoys dan berdinas dalam tentara Belanda.Serangan yang bergelombang serta bertubi-tubi dan hujan peluru dari pasukan artileri yang bersenjatakan meriam-meriam besar, selama kurang lebih 6 bulan lamanya, serta pasukan infantri dan kavaleri yang terus berdatangan. Akhirnya pada tanggal tanggal 15 Agustus 1837, bukit Tajadi jatuh, dan pada tanggal 16 Agustus 1837 benteng Bonjol secara keseluruhan dapat ditaklukkan. Namun Tuanku Imam Bonjol dapat mengundurkan diri keluar dari benteng dengan didampingi oleh beberapa pengikutnya terus menuju daerah Marapak.7. PerundinganDalam pelarian dan persembunyiannya, Tuanku Imam Bonjol terus mencoba mengadakan konsolidasi terhadap seluruh pasukannya yang telah bercerai-berai dan lemah, namun karena telah lebih 3 tahun bertempur melawan Belanda secara terus menerus, ternyata hanya sedikit saja yang tinggal dan masih siap untuk bertempur kembali.Dalam kondisi seperti ini, tiba-tiba datang surat tawaran dari Residen Francis di Padang untuk mengajak berunding. Kemudian Tuanku Imam Bonjol menyatakan kesediaannya melakukan perundingan. Perundingan itu dikatakan tidak boleh lebih dari 14 hari lamanya. Selama 14 hari berkibar bendera putih dan gencatan senjata berlaku. Tuanku Imam Bonjol diminta untuk datang ke Palupuh tempat perundingan tanpa membawa senjata. Tapi hal itu cuma jebakan Belanda untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol, peristiwa itu terjadi di bulan Oktober 1837 dan kemudian Tuanku Imam Bonjol dalam kondisi sakit langsung dibawa ke Bukittinggi kemudian terus dibawa ke Padang, untuk selanjutnya diasingkan. Dan pada tanggal 23 Januari 1838 dipindahkan ke Cianjur, dan dan pada akhir tahun 1838, ia kembali dipindahkan ke Ambon. Dan tanggal 19 Januari 1839 Tuanku Imam Bonjol kembali dipindahkan ke Menado. Dan di daerah inilah pada tanggal 8 November 1864, setelah menjalani masa pembuangan selama 27 tahun lamanya, Tuanku Imam Bonjol menemui ajalnya.

D. Tokoh-tokoh Dalam Perang Padri1. Tuanku Imam Bonjol2. Tuanku Lintau3. Tuanku Nan Gapuk4. Tuanku Hitam5. Tuanku Nan Cerdik6. Tuanku Tambusay7. Tuanku Nan Renceh8. Tuanku Pasaman9. Tuanku Mansiangan10. Tuanku Pandai Sikek11. Tuanku Rao12. Tuanku Barumun13. Kolonel Stuers

E. Akhir Dari Perang PadriMeskipun pada tahun 1337, benteng Bonjol dapat dikuasai Belanda, dan Tuanku Imam Bonjol berhasil ditipu dan ditangkap, tetapi peperangan tersebut masih berlanjut sampai akhirnya benteng terakhir Kaum Padri, di Dalu-Dalu, di bawah pimpinan Tuanku Tambusai jatuh pada tahun 28 Desember 1838. Dan Tuanku Tambusai terpaksa mundur, dan bersama sisa-sisa pengikutnya pindah ke Semenanjung Malaya, dan akhirnya peperangan ini dianggap selesai dan kemudian Kerajaan Pagaruyung ditetapkan menjadi bagian dari pax neerlandica dan menyatakan wilayah Padangse Bovenlanden berada di bawah pengawasan Belanda.

F. Kesimpulan Dari Perang PadriPeperangan ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat oleh dua kaum yang berada di satu etnis, karena itu perang ini disebut juga perang saudara (perang satu etnis). Perang ini terjadi dengan adanya campur tangan Belanda yang membantu kaum adat. Perang ini di bagi menjadi dua gelombang.Gelombang pertama (1821-1825), Kaum Padri melawan Kaum Adat yang di bantu oleh Belanda. Namun pada akhirnya Belanda menandatangani perjanjian damai karena bersamaan dengan Perang Diponegoro.Gelombang ke dua (1830-1837), Perang ini sudah berbeda ddeengan perang gelombang pertama. Perang ini di lakukan oleh Belanda melawan Kaum Padridan Kaum Adat.Kaum Padri dan Kaum Adat yang sebelumnya berbeda pendapat kini sudah memiliki persamaan pendapat. Mereka tahu bahwa mereka harus bersatu untuk melawan penjajah.Setelah itu, Kaum Padri melawan Belanda dengan kekuatan yang lebih, sehingga Belandapun kekurangan pasukan. Belanda meminta pasukan dari orang Eropa dan Afrika. Kubu Belanda dan Kaum Padri mendirikan benteng pertahanan di daerahnya masing-masing.Dan akhirnya Kaum Padripun dapat di kalahkan oleh Belanda, Tuanku Imam Bonjol di asingkan di Cianjur kemudian di pindahkan ke Minahasa hingga wafat dan di makamkan di Pineleng (dekat Kota Manado).

Sebab Umum dan Sebab Khusus Terjadi Perang Dunia Ke-2

Perang dunia Ke 2 ,itulah Suatu perang yg besar,namun sebelum perang dunia ke 2 terjadi sudah terlebih dahulu perang dunia Ke 1,dan lanjutan perang adalah perang dunia ke 2,nah namun saya tidak akan menjelaskan perang dunia ke 1,melainkan ke perang dunia ke 2, yaitu Sebab umum dan sebab khusus terjadinya perang dunia ke 2,begitu ulasannya..

A.Sebab Umum1). Lahirnya Negara-negara FasisApa itu Fasis,Fasis / fasisme adalah Paham yg menganut Kepentingan negara di atas segala-galanya. Paham fasis ini di anut oleh 3 negara pada masa itu yaitu ; Jeman,Italia,jepang

-Fasis Di jermanFasisme di jerman kita,kenal dengan partai NAZI,yg dikembangkan oleh Adolf Hitler (1919) ,Untuk menjadi negara besar,maka dilaksanakan "Lebensraum"

-Fasis Di italiafasis diitalia dikembangkan oleh Benito Mussolini ( 1922) ,dengan Melaksanakan Irredenta ( menyatukan Bangsa italia Yg belum merdeka )

-Fasis di Jepang,dikembangkan oleh kaisar hirohito Dan jendral Hideki Tojo ( perdana menteri ) dengan semangat Hakko I Chu ( dunia sebagai satu keluarga )

2).Adanya politik balas dendam Jerman , dengan tidak diakuinya perjanjian versailles pada perang duni ke 1

3)Adanya perlombaan Senjata-senjata negara maju

4)Kegagalan LBB ( liga bangsa-bangsa ) sekarang diubah menjadi PBB

5)adanya politik mencari kawan6),Adanya politik Ekspansi ke 3 negara Fasis itu

SELAIN AKIBAT SEBAB UMUM,PENYEBAB PERANG DUNIA KE 2 AKIBAT SEBAB KHUSUS

1) penyerbuan Jerman Terhadap Polandia Tanggal 1 september 19392) Penyerangan Jepang terhadap Pangkalan Armada Laut di pearl Habour,Hawaii,AMERIKA SERIKAT ( 7 desember 1941 )

17Diana natalia