diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ...repo.stikesperintis.ac.id/758/1/skripsi...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN PEMPEK NASI DENGAN PENAMBAHAN DAUN
BAYAM DAN IKAN GABUS SEBAGAI ALTERNATIF CEMILAN
UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Gizi
OLEH :
SERLY USMAYANTI
NIM : 1513211035
PROGRAM STUDI S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Serly Usmayanti
Nim : 1513211035
Tempat Tanggal Lahir : Pariaman, 27 Mei 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Usman
Nama Ibu : Suryati, S.Pd
Email : [email protected]
Alamat : Bungo Tanjung, Sungai Rotan Kecamatan Pariaman
Timur
Riwayat Pendidikan
1. SDN 01 Bungo Tanjung : Tamatan tahun 2009
2. SMPN 5 Pariaman : Tamatan tahun 2012
3. SMAN 5 Padusunan Pariaman : Tamatan tahun 2015
4. S1 Gizi STIKes Perintis Padang : Tamatan tahun 2019
Kegiatan PBL
1. PBL (Table manner) di Novotel Bukittinggi
2. PBL di PT. Aerofood ACS Garuda Indonesia Jakarta
3. PBL di PT. Yakult Sukabumi
4. PBL di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
5. PBL di Poltekkes Kemenkes Denpasar Bali
6. PBL di Hotel Grand Inna Muara Padang dan Hotel Pangeran Beach
Padang
7. PBL di PT. Anugerah Agung Citratama Padang
8. PKL di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Solok
9. PMPKL di Jorong Padang Jopang Nagari VII Koto Talago Payakumbuh
PROGRAM STUDI S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
Skripsi, Agustus 2019
Serly Usmayanti
Pengembangan Pempek Nasi dengan Penambahan Daun Bayam dan Ikan
Gabus sebagai Cemilan Alternatif Untuk Mengatasi Anemia.
VII + 65 halaman + 6 tabel + 18 gambar + 5 lampiran
ABSTRAK
Anemia kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting diseluruh dunia terutama
di negara berkembang termasuk indonesia. Konsumsi zat besi dari makanan
sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan
dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang
rendah absorbsi zat besinya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
penambahan daun bayam dan ikan gabus terhadap mutu organoleptik zat gizi
makro dan kadar Fe pempek nasi.
Penelitian ini ditulis dengan menggunakan uji statistik normalitas dengan
data Anova, apabila data tidak normal diuji menggunakan uji Kruskall wallis. jika
terdapat perbedaan perlakuan, dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range
Test. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian dan
Teknik Lingkungan UNAND.
Hasil pengamatan subjek menggunakan uji organoleptik didapatkan rata-
rata kesukaan panelis terhadap warna, rasa, aroma, tekstur yaitu perlakuan B
penambahan daun bayam 100 g. Kadar Fe tertinggi pada perlakuan D yaitu
17,9%, kadar protein 1.20%, kadar abu 1,36%, kadar air 50,1%, kadar lemak
1,68%, kadar karbohidrat 55,4%.
Diharapkan kepada masyarakat yang menyukai makanan cepat saji seperti
pempek, untuk menambahkan sedikit bayam dan ikan gabus kedalam pembuatan
pempek, penambahan bayam adalah salah satu alternatif untuk mengolah sayuran
sebagai cemilan bergizi.
Daftar bacaan : 2003 - 2018
Kata Kunci : Pempek nasi, bayam, ikan gabus, kadar Fe, anemia.
NUTRITIONAL S1 STUDY PROGRAM
HIGH SCHOOL OF HEALTH Pioneering SCIENCE
Thesis, August 2019
Serly Usmayanti
Development of Pempek Rice by Addition of Spinach Leaf and Cork Fish as
Alternative Snacks to Overcome Anemia.
VII + 65 pages + 6 tables + 18 pictures + 5 attachments
ABSTRACT
Iron deficiency anemia is a form of nutritional disorders which is an
important public health problem throughout the world, especially in developing
countries including Indonesia. Consumption of iron from food is often lower than
two-thirds of the adequacy of the recommended consumption of iron and the
composition of the diet consumed is classified as a type of food that is low in iron
absorption. The purpose of this study was to determine the effect of the addition
of spinach leaves and cork fish on the organoleptic quality of macro nutrients and
Fe content of rice pempek.
This research was written using a statistical test of normality with Anova
data, if abnormal data were tested using the Kruskall wallis test. if there are
treatment differences, proceed with the Duncan New Multiple Range Test. The
study was conducted at the Laboratory of the Faculty of Agricultural Technology
and Environmental Engineering UNAND.
The results of observation of the subjects using organoleptic tests obtained
an average of panelists' preference for color, taste, aroma, texture, namely
treatment B addition of 100 g of spinach leaves. The highest Fe content in
treatment D was 17.9%, protein content 1.20%, ash content 1.36%, moisture
content 50.1%, fat content 1.68%, carbohydrate content 55.4%.
It is expected that people who like fast food such as pempek, to add a little
spinach and cork fish to make pempek, the addition of spinach is one alternative
to process vegetables as nutritious snacks.
Reading list: 2003 - 2018
Keywords: Pempek nasi, spinach, cork fish, Fe content, anemia.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pengembangan Pempek Nasi dengan Penambahan
Daun Bayam dan ikan gabus sebagai Alternatif Cemilan untuk Pencegahan
Anemia”.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Bapak Yendrizal jafri, S.Kp. M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis
Sumbar.
2. Ibu Widia Dara, MP selaku Ka. Prodi S1 Gizi STIKes Perintis Sumbar.
3. Ibu Erina Masri SKM,M.Biomed selaku pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk, pengarahan dan memberi masukan dengan penuh
kesabaran serta motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dezi Ilham, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu serta pemikiran dalam memberikan petunjuk dan
pengarahan maupun saran dan dorongan sehingga peneliti menyelesaikan
proposal.
5. Ibu Widia Dara, MP selaku penguji, yang telah memberikan kritik dan
saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
6. Bapak dan Ibu dosen Prodi S1 Gizi STIKes Perintis Sumbar yang telah
memberikan bekal ilmu kepada peneliti.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi S1 Gizi STIKes Perintis Sumbar yang telah
banyak memberikan masukan dan semangat yang sangat berguna dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sekalipun peneliti telah mencurahkan segenap pemikiran, tenaga dan
waktu agar tulisan ini menjadi lebih baik, peneliti menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu peneliti dengan senang hati
menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya, pada-Nya jualah kita berserah diri semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca dan terutama bagi penulis sendiri.
Amin.
Padang, September 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... . vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teoritis .................................................................................... 5
2.1.1 Pempek........................................................................................ 5
2.1.2 Bahan-bahan Pempek................................................................. 6
2.1.3 Kandungan Zat Gizi Nasi ......................................................... 10
2.1.4 Manfaat Nasi .............................................................................. 10
2.2 Zat Besi Fe ............................................................................................ 11
2.2.1 Manfaat Zat Besi (Fe) ................................................................ 12
2.3 Bayam .................................................................................................... 13
2.3.1 Kandungan gizi dalam bayam ................................................... 15
2.3.2 Manfaat Daun Bayam ................................................................ 16
2.4 Ikan Gabus ............................................................................................ 17
2.4.1 Kandungan Zat Gizi Ikan Gabus ............................................... 18
2.4.2 Manfaat Ikan Gabus .................................................................... 18
2.5 Pengujian Organoleptik ........................................................................ 18
2.4.1 Panelis ......................................................................................... 20
2.4.2 Persiapan Pengujian Organoleptik ............................................ 20
2.5 Sumber Fe ............................................................................................. 22
2.6 Penelitian Terkait .................................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 27
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................ 27
3.4 Bahan dan Alat ..................................................................................... 28
3.4.1 Bahan ........................................................................................... 28
3.4.2 Alat .............................................................................................. 29
3.5 Prosedur Pembuatan Pempek Nasi ...................................................... 31
3.6 Pengujian Organoleptik ......................................................................... 32
3.7 Analisa Zat Gizi Makro dan Kadar Fe ................................................. 33
3.8 Pengolahan Fe ....................................................................................... 37
3.9 Pengolahan Data .................................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Uji Organoleptik ......................................................................... 40
4.1.1 Warna .......................................................................................... 40
4.1.2 Rasa ............................................................................................. 41
4.1.3 Aroma ......................................................................................... 42
4.1.4 Tekstur ........................................................................................ 43
4.1.5 Penilaian Organoleptik Pempek Nasi ....................................... 44
4.2 Hasil Uji Mutu Hedonik ....................................................................... 45
4.2.1 Mutu Warna ................................................................................ 45
4.2.2 Mutu Rasa .................................................................................. 45
4.2.3 Mutu Aroma .............................................................................. 47
4.2.4 Mutu Tekstur ............................................................................. 48
4.3 Uji Proksimat ........................................................................................ 49
4.3.1 Analisa Kadar Protein ............................................................... 49
4.3.2 Analisa Kadar Abu .................................................................... 50
4.3.3 Analisa Kadar Air ..................................................................... 50
4.3.4 Analisa Kadar Lemak ............................................................... 52
4.3.5 Analisa Kadar Karbohidrat ....................................................... 52
4.4 Kadar Fe Pempek Nasi dengan Penambahan Daun Bayam dan Ikan
Gabus ..................................................................................................... 53
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Uji dan Organoleptik ............................................................................ 54
5.1.2 Uji Organoleptik ........................................................................ 54
5.2 Uji Zat Gizi Makro ............................................................................... 56
5.3 Kadar Fe ................................................................................................ 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 63
6.2 Saran ...................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Pempek (dalam 100 gram bahan yang dapat
dimakan ............................................................................................. 6
Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi pada Tepung Tapioka ...................................... 7
Tabel 2.3 Komponen Nasi per 100 gram ......................................................... 10
Tabel 2.4 Kandungan Zat Gizi Daun Bayam dalam 100 gram ...................... 15
Tabel 2.5 Kandungan Zat Gizi Ikan Gabus dalam 100 gram ........................ 18
Tabel 3.1 Perlakuan Penambahan Daun Bayam dan Ikan gabus dalam
Pembuatan Pempek Nasi ................................................................ 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Nasi ....................................................................................................... 9
Gambar 2.2 Bayam ................................................................................................... 14
Gambar 2.3 Ikan Gabus .......................................................................................... 17
Gambar 4.1 Prosedur pembuatan Pempek nasi dengan penambahan daun bayam
dan ikan gabus .......................................................................................................... 32
Gambar 4.1 Nilai Rata-rata kesukaan panelis terhadap warna ........................... 40
Gambar 4.2 Nilai Rata-rata kesukaan panelis terhadap rasa .............................. 41
Gambar 4.3 Nilai Rata-rata kesukaan panelis terhadap aroma .......................... 42
Gambar 4.4 Nilai Rata-rata kesukaan panelis terhadap tekstur .......................... 43
Gambar 4.5 Rata-rata uji kesukaan terhadap pempek nasi ................................. 44
Gambar 4.6 Nilai Rata-rata uji mutu warna ........................................................ 45
Gambar 4.7 Nilai Rata-rata uji mutu rasa ............................................................ 46
Gambar 4.8 Nilai Rata-rata uji mutu aroma ........................................................ 47
Gambar 4.9 Nilai Rata-rata uji mutu tekstur ....................................................... 48
Gambar 4.10 Nilai kadar protein pada pempek .................................................... 49
Gambar 4.11 Nilai kadar abu pada pempek .......................................................... 50
Gambar 4.12 Nilai kadar air pada pempek ............................................................ 51
Gambar 4.13 Nilai kadar lemak pada pempek ...................................................... 52
Gambar 4.14 Nilai kadar karbohidrat pada pempek ............................................. 52
Gambar 4.15 Nilai kadar Fe pada pempek ............................................................ 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Formulir Uji Organoleptik
Lampiran 2 : Formulir Uji Hedonik
Lampiran 3 : Formulir Uji Mutu Hedonik
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Anemia kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting diseluruh dunia terutama
di negara berkembang termasuk indonesia. Konsumsi zat besi dari makanan
sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan
dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang
rendah absorbsi zat besinya (Rasmaliah 2004).
Di negara berkembang terdapat 370 juta wanita yang menderita anemia,
pada ibu hamil (51%) di bandingkan pada wanita yang tidak hamil (41%).
Prevalensi anemia pada ibu hamil menunjukkan angka bervariasi dari 31% di
Amerka Selatan,64% di Asia Selatan,58%Asia Tenggara, 10%-30% Eropa, 88%
di India, kurang dari 40% di Cina (Gibney at all, 2009). Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia diseluruh dunia.
Masyarakat Indonesia khususnya wanita kurang mengkonsumsi sumber
makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap (heme
iron). Bahan besi yang tinggi terapi diserap sehingga dibutuhkan jumlah makanan
yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada wanita cenderung ibu hamil
yang meningkat (Provetawati dan Asfuah, 2009). Keadaan ini menyebabkan sel
eritrosit mikrositosis dan hipokromia secara progresif (Idris, dkk, 2008). Anemia
bisa dicegah atau diatasi maka dengan cara mengkonsumsi makanan kaya zat besi
seperti Konsumsi sayuran hijau salah satunya Bayam. Pada wanita remaja saat
haid itu dianjurkan untuk menkonsumsi sayuran hijau seperti Bayam, agar
tergantinya sel darah merah yang telah hilang.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Departemen
Kesehatan RI tahun 2013 ditemukan bahwa rata-rata 93,5 % penduduk Indonesia
berumur ≥ 10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur. Provinsi Sumatera Barat ±
98% berada diurutan empat tertinggi penduduk memiliki prilaku kurang konsumsi
buah dan sayur. Hal ini salah satunya disebabkan oleh berkembangnya penyakit
anemia pada remaja. Berkembangnya zaman manusia di tuntut lebih praktis dan
lebih efisien sebagai terjadi perubahan dalam hal konsumsi pangan. Konsumsi
pangan dalam bentuk instan khususnya fast food telah mendominasi pola makan
dan gaya hidup manusia. Hal ini menyebabkan penurunan konsumsi dalam bentuk
sayuran. Konsumsi fast food mulai menjadi kebiasaan dimasyarakat karena jenis
makanan tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Salah satu
produk makanan siap saji yang populer beredar di masyarakat adalah pempek
nasi.
Pempek memiliki cita rasa khas dan banyak disukai masyarakat. Memilki
nilai ekonomi dan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi utama pada pempek
adalah protein, lemak, dan karbohidrat yang di peroleh dari ikan dan tepung
tapioka. Kandungan gizi lainnya berupa vitamin dan mineral (Made 2013). Salah
satu jenis pempek yang mudah dibuat adalah pempek nasi. Pempek nasi memiliki
kekurangan yaitu rendahnya kandungan gizi mikro salah satunya Fe. Oleh karena
itu berkaitan dengan rendahnya konsumsi sayur di masyarakat, dan bayam mudah
didapatkan memiliki tinggi kandungan gizi. Maka perlu ada inovasi dalam
pembuatan pempek nasi dengan penambahan daun bayam.
Penyerapan pada Fe lebih optimal bila dibantu oleh zat lain seperti zat gizi
pada protein, untuk itu dengan penggunaan Ikan Gabus, yang mempunyai
kandungan protein yang tinggi (17%), kandungan lemak yang rendah (1%)
sehinga cocok untuk dibuat pempek yang kenyal dan enak. Menurut (Suprayitno,
2006 )Protein ikan gabus mencapai 25,1% sedangkan 6,224% dari protein tersebut
berupa albumin. Jumlah ini sangat tinggi dibanding protein hewan lainnya. Selain
itu kadar lemak ikan gabus lebih rendah dibandingkan dengan jenis ikan lain
seperti ikan tongkol memiliki 24,4% dan lele 11,2% lemak.
Hal ini diharapkan dapat menjadi alternatif cemilan untuk masyarakat dan
meningkatkan asupan Fe sehingga dapat mencegah anemia. Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh penambahan daun bayam menjadi pempek
nasi sebagai salah satu pangan cemilan untuk mencegah anemia pada wanita
remaja dan dewasa.
I.2 Rumusan masalah
Apakah ada pengaruh penambahan daun bayam terhadap mutu
organoleptik zat gizi makro dan kadar Fe pempek Nasi?
I.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk Mengetahui pengaruh penambahan daun bayam dan ikan gabus
terhadap mutu organoleptik zat gizi makro dan kadar Fe pempek nasi.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Diketahui formulasi pempek nasi terbaik dengan penambahan daun
bayam dan ikan gabus.
2. Diketahui rata-rata daya terima panelis terhadap uji organoleptik
(warna, aroma, rasa, dan tekstur)
3. Diketahui pengaruh penambahan daun bayam dengan ikan gabus pada
pempek nasi terhadap kandungan Zat gizi makro seperti Karbohidrat,
Lemak, Protein, Air, Abu dan Fe.
1.4 Manfaat penelitian
1. Menambah wawasan bagi penulis dalam menerapkan, mengembangkan
ilmu yang didapat selama penelitian terutama di bidang ilmu teknologi
pangan. Untuk mengetahui pengaruh formulasi pasta daun bayam dengan
ikan gabus terhadap pengujian organoleptik dan kandunga gizi pempek
nasi.
2. Bagi masyarakat sebagai bahan acuan informasi bahwa daun bayam
dengan ikan gabus juga dapat ditambahkan kedalam adonan pempek nasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teoritis
2.1.1 Pempek
Pempek adalah makanan khas palembang yang dibuat dari ikan dan sagu.
Penyajian pempek di temani saus berwarna hitam kecoklatan yang disebut cuka
atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, lalu
ditambah gula merah, cabai rawit tumbuk, bawang putih, asam jawa, ebi dan
garam. Cuko adalah teman makan pempek yang setia, dibuat pedas untuk
menambah nafsu makan. Ada juga cuko manis bagi yang tidak menyukai pedas
(Amanda, 2010).
Pempek dapat dibuat dari berbagai formula adonan pada pembuatan
pempek merupakan perbandingan banyaknya tapioka dan daging ikan. Setiap
formula adonan untuk mendapatkan hasil komposisi dan karakteristik pempek
yang berbeda akan memberikan karakteristik pengeringan berbeda pula.
Pempek nasi adalah makanan tradisional yang ideal memiliki tekstur
kenyal dan gurih. Nasi yang tidak habis di dalam magicom bisa digunakan untuk
pembuatan pempek sebagai bahan pengganti dari tepung ikan gabus atau tenggiri.
Tabel 2.1 Zat Gizi pempek (dalam 100 gram bahan yang dapat di makan)
Kandungan Gizi Komposisi
Protein 4,2 %
Lemak 1,4 %
Karbohidrat 31,6 %
Kadar Air 0,2 %
Kadar Abu 1,2 %
Kalsium 156 kal
Fosfor 55 mg
Besi 33 mg
Vitamin B 0,03 mg
Sumber :Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004)
2.1.2 Bahan pembuat pempek
1.Tapioka
Tepung tapioka adalah salah satu hasil olahan dari ubi kayu. Tepung
tapioka umunya berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi
singkong (Razif, 2006 : Astawan, 2009). Kandungan nutrisi pada tepung tapioka
dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 kandungan nutrisi pada tepung tapioka
Komposisi Jumlah
Kalori (per 100 gr) 363
Karbohidrat (%) 882
Kadar air(%) 9.0
Lemak (%) 0.5
Protein(%) 1.1
Ca (mg/100 gr) 84
P (mg/100 gr) 125
Fe (mg/100 gr) 1.0
Vitamin B1 (mg 100 gr) 0.4
Vitamin C (mg/100 gr) 0
Sumber : (Soermano 2007)
Standar Nasional Indonesia (SNI), nilai Ph tepung tapioka tidak
dipersyaratkan. Namun demikian,beberapa institusi mensyaratkan nilai Ph untuk
mengetahui mutu tepung tapioka berkaitan dengan pengolahan. Salah satu proses
pengolahan tepung tapioka yang berkaitan dengan Ph adalah pada proses
pembentukan pasta (Rahman, 2007). Pemerintah menetapkan syarat mutu tapioka
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI No. 01-3451-1994 dapat dilihat tabel 2.2)
2.Garam
Garam adalah mineral diet terdiri dari natrium klorida yang sangat
penting. Rasa garam adalah salah satu dasar, dan garam adalah bumbu makanan
paling populer. Garam juga merupakan pengawet penting. Garam untuk konsumsi
manusia di produksi dalam bentuk yang berbeda, garam dimurnikan (seperti
garam laut), garam halus (tabel garam), dan garam beryodium. Garam ini adalah
kristal padat, putih, merah muda pucat atau cahaya berwarna abu-abu, biasanya
diperoleh dari laut air (Shee, 2010).
3. Ikan Gabus
Jenis ikan yang digunakan untuk pembuatan pempek bervariasi, seperti
jenis ikan sungai, yakni ikan gabus (Channa stiata), beberapa jenis ikan laut,
seperti ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan parang-parang (Chirocentrus
dorab), dan ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus), (Kesuma, 2008). Ikan
dan produk perikanan sebagian besar mengandung 90 unsur alami proporsi yang
lebih besar dari tubuh mereka terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan
sulfur selain enam unsur, yaitu klasium, magnesium, fosfor, natrium, kalium dan
klorin. Sebagian besar dari unsur-unsur yang terdeteksi pada ikan dan kerang pasti
menyediakan makro penting dan elemen untuk diet manusia. Daging ikan
dianggap sebagai sumber kalsium dan fosfor khususnya, tetapi juga besi, tembaga
dan selenium. Dan ikan air asin memiliki kandungan tinggi yodium (Bakhiet et
al, 2013).
4.Air
Air berfungsi sebagai pengikat garam dan membantu proses gelatinisasi
saat adonan dikukus. Dengan adanya air, maka unsur kimia dalam bahan akan
bereaksi dan dengan proses pengadukan akan tercampur sehingga menjadi
homogen (Winarno, 2008).
5.Nasi
Beras merupakan tanaman sereal yang paling penting dan makanan pokok
lebih dari setengah populasi dunia ini menyediakan 20% dari pasokan energi
makanan di dunia sebagai sumber utama makanan berkarbohidrat, berat
memainkan peran penting dalam penyediaan energi dan nutrisi (FAO, 2004 dalam
Yusuf, 2005).
Beras adalah sumber energi yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi
namun proteinnya rendah. Kandungan gizi beras per 100 gram bahan adalah 360
kkal energi, 6,6gr protein, 0,58gr lemak, dan 79,34gr karbohidrat. Beras putih
merupakan bahan pokok sebagian besar masyarakat indonesia. Penelitian
menunjukan bahwa peningkatan konsumsi beras putih berkaitan dengan
peningkatan resiko diabetes tipe 2 (Larasati, 2013).
Beras terdiri dari beberapa komponen meliputi karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral dan komponen lainnya.besar masing-masing komponen
dipengaruhi oleh varietas, lingkungan budidaya dan metode analisa yang
dilakukan (Riwan kusmiadi,2004 dalam Susilowati,2010).
Gambar 2.1 Nasi Sumber : id.m.wikipedia.org
2.1.3 Kandungan Zat Gizi Nasi
Tabel 2.3 Komponen Nasi per 100 gram
Komponen Komposisi
Kalori (kal) 360
Protein (g) 6.80
Lemak (g) 0.70
Karbohidrat (g) 78.90
Kalsium (mg) 6.00
Fosfor (mg) 140
Zat besi 0.80
Vitamin A (mg) 0.00
Vitamin B1 (mg) 0.12
Vitamin C (mg) 0.00
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan (Departemen
Kesehatan, 2005)
Dari tabel diatas tampak bahwa kandungan utama beras adalah 78.90 per
100 gram. beras giling yang kadar zat besinya cukup 0,80 gram , memungkinkan
nasi untuk dikonsumsi baik. Dengan kandungan kalori yang cukup tinggi (360
mg/100 gram).
2.1.4 Manfaat Nasi
Nasi putih utuh memiliki serat yang lebih rendah jika dibandingkan nasi
yang dimasak dari beras campuran (biji-bijian utuh). Pada nasi yang dimasak dari
beras campuran, takaran saji nasi putih bercampur dengan biji-bijian dari jenis
lain, sehingga terdapat lebih banyak serat dan lebih sedikit karbohidrat. Semua
nutrisi dari beras campuran akan memberikan manfaat yang berbeda-berbeda bagi
tubuh seperti :
1. Meningkatkan jumlah bakteri baik yang akan melindungi dinding usus.
2. Menjaga berat badan tubuh sebagai bagian dari diet dan gaya hidup
sehat.
3. Membuat merasa kenyang lebih lama sehingga turut mengendalikan
selera makan/ngemil.
4. Mengurangi risiko berkembangnya kanker pada saluran pencernaan.
2.2 Zat Besi (fe)
Zat besi (fe) adalah mineral makro, selama zat tersebut terdapat dalam
jumlah yang relativ kecil didalam tubuh. Mineral tersebut memainkan peranan
yang sangat penting dalam kesehatan dan gizi, sementara itu kekurangan gizi yang
disebabkan kekurangan besi sering terjadi. Mineral tersebut dalam darah dan sel
dalam tubuh. Kebanyakan zat besi dalam sel darah merah merupakan bagian dari
hemoglobin dan pigmen sel merah. Mineral tersebut sebagai pembawa oksigen
yang diperlukan sel dan karbohidrat dari sel paru-paru. Besi juga diperlukan
melepas tenaga dalam tubuh. Kebutuhan akan zat besi meningkat selama masa
pertumbuhan, selama datang bulan atau waktu lain ketika darah hilang dan selama
hamil dan menyusui.
Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari
hem dan non hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya
anatar 5-10% tetapi penyerapannya hanya 5%. Makanan hewani seperti daging,
ikan, dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem dan mempunyai
ketersediaan biologic tinggi. Zat besi yang berasal dari hem merupakan HB. Zat
besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian,
kacang-kacangan dan buah-buahan mempunyai ketersediaan biologic sedang, dan
sebagian besar sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti
bayam mempunyai ketersediaan biologi rendah. Sumber besi ialah makanan
hewani seperti, sereal tumbuk, kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah.
2.2.1 Manfaat Zat Besi (fe)
Zat besi sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena jika kekurangan zat besi
maka tubuh akan terasa lemah dan juga kurang semangat. Oleh karena itu
beberapa manfaat zat besi untuk kesehatan tubuh manusia :
1. Membawa oksigen keseluruh tubuh, membangtu mengalirkan oksigen
keseluruh tubuh sehingga dapat didistribusikan dengan maksimal sehingga
nantinya semua organ tubuh dapat berfungsi sebagai mana mestinya dan
juga secara maksimal.
2. Membantu pembentukan hemoglobin (mencegah anemia), membantu
untuk pembentukan hemoglobin, karena zat besi tersebut mampu
memberikan warna merah tua yang terdapat pada sel darah merah
sehingga nantinya produksi hemoglobin akan meningkat dan kebutuhan
tubuh akan hemoglobin tersebut akan terpenuhi dengan baik.
3. Pengatur suhu tubuh, suhu badan tetap terkendali dengan baik selain itu
juga membantu untuk meningkatkan fungsi dari otot karena oksigen yang
disuplai dengan zat besi dapat disampaikan dengan baik dan maksimal.
4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Sistem Imun), membantu untuk
mencegah resiko terkena dari berbagai macam penyakit.
5. Membantu sistem syaraf, mengolah dan mengirim sinyal syaraf sehingga
nantinya fungsi dari otak dan juga syaraf akan bekerja secara maksimal.
6. Membantu fungsi otot, suplay oksigen dalam darah dapat membantu fungsi
otot dalam tubuh manusia agar leboh sempurna serta untuk membuang
radikal bebas dalam otot.
7. Membantu fungsi otak, suplai oksigen oleh zat besi juga dapat membantu
agar fungsi otak dapat berjalan normal.
8. Membantu Metabolisme, pembentukan enzim oleh zat besi sangat
berperan penting dalam memenuhi zat besi.
9. Membantu Pembentukan enzim, seperti myoglobin,cytochrome dan
katalase dibentuk dengan bantuan zat besi.
10. Mencegah dan Menyembuhkan anemia, membantu dan mengembalikan
dengan cepat sel darah merah secara drastis.
2.3 Bayam
Bayam (Amaranthus spp.) merupakan sayuran yang banyak mengandung
vitamin dan mineral, dapat tumbuh sepanjang tahun pada ketinggian sampai
dengan 1000 mdpl. Dengan pengairan secukupnya (Bobihoe & Edi, 2010).
Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik, bayam adalah tanaman
sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus, kata “maranth” dalam
bahasa yunani berarti “everlasting” (abadi). Tanaman bayam pada mulanya hanya
digunakan sebagai tanaman hias, namun dalam masa perkembangan selanjutnya
tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, menurut
Supriatna (2007). Bayam adalah salah satu sayuran yang paling bergizi. Bayam
bermanfaat mencegah berbagai penyakit karena melindungi dan memperkuat
tubuh melalui berbagai cara, menurut Sellby (2010).
Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial mudah
diperoleh di setiap pasar, baik pasar tradsional maupun pasar swalayan.
Umumnya tanaman bayam dikonsumsi bagian daun dan batangnya. Ada juga
yang memanfaatkan biji atau akarnya sebagai tepung, obat, bahan kecantikan, dan
lain-lain. Menurut Bandini & Aziz, (2004) ciri dan jenis bayam yang enak untuk
diamkan ialah daunnya besar, bulat, dan empuk. Sedangkan bayam yang berdaun
besar, tipis diolah campur tepung untuk rempeyek.
Gambar 2.2 Daun Bayam
Batang bayam banyak mengandung air (herbaceous), tumbuh tinggi diatas
permukaan tanah. Daun bayam umumnya berbentuk bulat telur dengan ujung
agak runcing dan urat-urat daunnya jelas.
2.3.1 Kandungan Gizi Daun Bayam
Tabel 2.4 Kandungan Zat Gizi Daun Bayam dalam 100 gram
Komponen Gizi Bayam Hijau Bayam Merah
Energi 36 kcal 51 kcal
Protein 3,5 gram 4,6 gram
Lemak 0,5 gram 0,6 gram
Karbohidrat 6,5 gram 10,0 gram
Kalsium 267 mg 368 mg
Fosfor 67 mg 111 mg
Zat Besi 39 mg 2,2 mg
Vitamin A 0,090 mg 5,800 mg
Vitamin B1 0,08 mg 0,80 mg
Vitamin C 80 mg 80 mg
Air 86,9 mg 86,0 gram
Bagian dapat dimakan 71 % 71%
Sumber : Daftar komposisi Bahan Makanan, Depkes 2008
Kandungan zat besi pada bayam berfungsi untuk pembentukan sel darah
merah dalam tubuh sehingga mengurangi resiko kurang darah. Zat besi juga
berperan dalam produksi hemoglobin dan menyokong sistem kekebalan tubuh.
Kandungan gizi kaya akan nutrisi pada bayam dapat menurunkan kolesterol, gula
darah, menurunkan tekanan darah, dan melancarkan peredaran darah serta dapat
mencegah kanker usus, diabetes dan gagal ginjal.
2.3.2 Manfaat Daun Bayam
Sayur bayam adalah memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
Menkonsumsi bayam yang masa inkubasinya terlalu lama juga tidak baik untuk
kesehatan karena dapat menyebabkan toksin dalam tubuh. Mengkonsumsi bayam
dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat yang besar. Ditinjau dari
kandungan gizinya, bayam merupakan jenis sayuran hijau yang banyak
manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan, terutama bagi anak-anak dan
para ibu yang sedang hamil.
Sayur bayam memiliki khasiat untuk mencegah hilangnya penglihatan
akibat usia yang menua (macular degeneration), katarak, penyakit kanker, tekanan
darah tinggi dan bayi lahir cacat. Juga sebagai sumber folate, dapat membantu
mencegah penyakit jantung dan bayi lahir cacat. Tanaman bayam juga merupakan
tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat tradisional berkhasiat yang dengan
dapat diramu sendiri. Menurut Warnadunia, (2010) beberapa di negara
berkembang tanaman bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena
berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun dalam pelayanan
kesehatan masyarakat.
2.4 Ikan Gabus
Ikan gabus (Ophiocepholus striatus) tergolong ikan air tawar yang bersifat
karnivora dengan ciri-ciri fisik memiliki bentuk tubuh jampir bulat, panjang dan
semakin ke belakang berbentuk compressed. Bagian punggung cembung, perut
rata dan kepala pipih seperti ular (head snake). Warna tubuh pada bagian
punggung hijau kehitaman dan bagian perut bewarna krem atau putih. Sirip ikan
gabus tidak memiliki jari-jari yang keras, mempunyai sirip punggung dan sirip
anak yang panjang dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, siripdada
lebar dengan ujung membulat (rounded) (Djuhanda 2008). Morfologi ikan gabus
disajikan pada gambar.
Gambar 2.3 ikan gabus.
Ikan gabus diperoleh dari penangkapan di perairan umum, yang salah
satunya jenis ikan air tawar yang mempunyai potensi tinggi terutama jika ditinjau
dari sudut pandang pangan dan gizi (Suprayitno 2003). Salah satu ikan potensial
di Indonesia adalah ikan gabus yang memiliki kandungan gizi dan albumin yang
cukup tinggi dari pada ikan yang lain. menurut Suprayitno (2003), bahwa ikan
gabus sangat kaya akan albumin, salah satu jenis protein penting. Zat yang
diperlukan tubuh manusia setiap hari, ikan tersebut memiliki protein yang sangat
tinggi , ikan ini merupakan sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah
albumin) dan luka. Baik luka pasca operasi maupun luka bakar. Dalam tubuh
manusia, albumin salah satu fraksi protein dsintesis oleh hati kira-kira 100-200
mikrogram/g jaringan hati setiap hari.
Sifat daging ikan yang seperti ini tidak ditemukan pada semua ikan
sehingga sulit mencari pengganti sumber protein pengganti dalam pembuatan
pempek. Proses dalam pembuatan pempek, bagian dari daging ikan gabus akan
digunakan kemudian digiling. Ikan gabus memiliki keunggulan yaitu 70% protein,
21% albumin, asam amino yang lengkap, mikronutrien zink, selenium dan besi
(Anita 2014). Ikan gabus mengandung kadar lemak sebesar 4%. Lemak yang
terkandung dalam ikan umumnya adalah asam lemak tak jenuh. Asam lemak ini
dapat membantu proses tumbuh kembang otak (kecerdasan), perkembangan indra
penglihatan, dan sistem kekebalan tubuh (Panagan dkk. 2011).
2.4.1 Kandungan zat gizi ikan gabus
Tabel 2.5 kandungan zat gizi Ikan Gabus dalam 100 gram
No Zat Gizi Satuan Kadar
1 Energi Kkal 80
2 Air Gr 79,6
3 Protein Gr 16,2
4 Karbohidrat Gr 2,6
5 Lemak Gr 0,5
6 Kalsium Mg 170
7 Fosfor Mg 139
8 Besi Mg 0,1
9 Natrium Mg 65
10 Kalium Mg 254
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2008
2.4.2 Manfaat Ikan Gabus
Salah satu kelompok ikan yang sangat berperan penting dalam kehidupan
sehari-hari. Karena ikan ini merupakan sumber protein hewani yang sangat tinggi,
terutama sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka.
Baik luka pascaoperasi maupun luka bakar (Suprayitno, 2006).
2.5 Pengujian Organoleptik
Organoleptik yaitu penilaian dan mengamati tekstur, warna, bentuk,
aroma, rasa dari suatu makanan, minuman, maupun obat-obatan (Nasiru, 2014).
Organoleptik merupakan pengujian berdasarkan pada proses pengindraan.
Pengindraan artinya suatu proses fisio psikologis, yaitu kesadaran pengenalan alat
indra terhadap sifat benda karena adanya rangsangan terhadap alat indra dari
benda itu. Kesadaran kesan dan sikap kepada rangsangan adalah reaksi dari
psikologis atau reaksi subjektif. Disebut penilaian subjektif karena hasil penilaian
ditentukan oleh pelaku yang melakukan penilaian (Agusman, 2013). Skala
pengujian 1 sampai 5 yaitu: 5=sangat suka, 4=suka, 3=agak suka, 2=tidak suka,
1=sangat tidak suka.
Uji organoleptik yang dilakukan terhadap pempek daun bayam adalah :
1. Warna
Berbagai perlakuan seperti pengolahan dan pemasakan, dimana
adanya zat warna dalam bahan pangan yang peka terhadap panas.
2. Rasa
Menurut pusat pembinaan rasa adalah tanggapan indera terhadap
rangsangan saraf sperti rasa manis, pahit dan asam. Rasa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsistensi, dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain.
3. Aroma
Suatu produk dapat dihasilkan dari bahan dasar. Untuk menghasilkan
pempek yang baik, bahan yang digunakan harus benar-benar bersih dan bagus
karena sangat berpengaruh terhadap Aroma.
4. Tekstur
Tekstur dapat diamati dari segi fisik dan bentuk suatu produk.
2.5.1 Panelis
Menurut Soekarto (2012) ada 6 macam panel yang biasa digunakan dalam
pengujian organoleptik, yaitu sebagai berikut :
1. Panel perorangan
Panelis perorangan mempunyai kepekan yang sangat tinggi dan mampu
mengenali penyimpanan rasa yang paling kecil sekalipun.
2. Panel terbatas
Panelis ini terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai pengetahuan dan
pengalaman tentang cara penilaian organoleptik.
3. Panel terlatih
Panelis terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan yang
kurang tinggi dari panelis terbatas, pemilihannya perlu seleksi dan dilatih.
4. Panel agak terlatih
Panelis ini terdiri dari 15-35 orang dengan mengetahui sifat-sifat
sensorik Yang akan dinilai melalui pelatihan dan penjelasan, yang termasuk
panelis ini adalah mahasiswa.
5. Panel tidak terlatih
Terdiri dari 25 orang awan yang dapat dipilih berdasarkan jenis
kelamin, Suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan. Panel tidak terlatih
hanya diperbolehkan Menilai siaft-sifat organoleptik yang sederhana seperti
sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Untuk itu
panel tidak terlatih biasanya terdiri orang dewasa dengan komposisi pria
dengan panelis wanita.
6. Panel konsumen
Anggota panel konsumen ada 30-1000 orang. Pengujiannnya mengenai
uji Kesukaan (preference test) dan dilakukan sebelum pengujian dasar.
Dengan pengujian Ini dapat diketahui tingkat penerimaankonsumen.
2.5.2 Persiapan Pengujian Organoleptik
1. Persiapan panelis
Sebelum pengujian dilaksanakan, para panelis harus diharapkan datang
pada waktunya. Jika sudah datang, pengujian harus dilaksanakan sehingga tidak
menurunkan antusiasme panelis yang dapat melibatkan menurunnya tingkat
keandalan.
2. Persiapan peralatan dan sarana
Peralatan untuk melaksanakan pengujian organoleptik perlu direncanakan
dengan teliti, jangan ketika pengujian sedang berlangsung ada perlengkapan yang
kurang sehingga terpaksa pengujian terputus.
3. Penjelasan (intruksi)
Disini dikumpulkan calin panelis dan diberikan penjelasan dan informasi
tentang pengujian organoleptik. Penjelasan harus jelas dan singkat serta mudah
dipahami.
2.6 Sumber Fe
Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari
hem dan non hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya
antara 5-10% tetapi penyerapannya hanya 5%. Zat besi non hem terdapat dalam
pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-
buahan (Wirakusumah,1999). Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam
merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan
Hb.
a. Sumber Zat Besi Hewani
1. Telur
Telur baik dikonsumsi sebagai menu sarapan pagi yang kaya akan mineral
dan vitamin B. Namun zat besi dalam telur baik untuk awal pembentukan
hemoglobin pada pagi hari.
2. Daging Sapi
Dalam 100 gram daging sampi mengandung 2.8mg zat besi. Selain itu di
dalam 100 gram 21kkal dan 14 gram lemak. Daging sapi bisa mempercepat
penumpukan lemak, jika dikonsumsi setiap hari dan berisiko menyebabkan
obesitas.
3. Seafood
Seperti ikan, tiram, dan sarden selain memiliki rasa yang enak, juga
mengandumg protein yang tinggi. Seafood kaya akan zat besi dan mineral
lainnya yang penting untuk pertumbuhan kadar hemoglobin di dalam darah.
Seafood cocok dionsumsi setiap hari.
4. Daging Unggas
Seperti ayam, bebek, sebagai alternatif sumber protein penggantgi
daging merah. Karena danging unggas kaya akan zat tembaga, salah satu
mieneral yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi sel darah merah
dengan mengkonsumsi 100 gram daging ayam maka terpenuhinya 7%
kebutuhan terhadap vitamin B12.
a. Sumber zat Besi dari Sayuran
1. Brokoli
Mengandung zat besi dan asam folat yang bermanfaat untuk
mengurangi resiko kekurangan sel darah merah atau anemia.
2. Bayam
Termasuk mengandung nilai zat gizi yang banyak salah satunya
zat besi. Di dalam 100 gram bayam mengandung 3,5 mg zat besi.
3. Jagung
Mengandung banyak zat besi dan zat lainnya adalah vitamin A dan C.
b. Sumber zat besi dari buah-buahan
1. Buah Naga
Berwarna merah memiliki rasa yang manis dan kandungan air
tinggi yang menyegarkan bagi tubuh. Dan juga mengandung zat besi,
fosfor dan kalsium yang meningkatkan kadar hemoglobin di dalam
darah.
2. Jeruk
Selain banyak mengandung vitamin C, jeruk juga mengandung zat
besi yang baik untuk pembentukan hemoglobin dalam tubuh.
3. Bit Hijau
Terkandung banyak zat besi yang baik untuk membantu proses
pembentukan darah. Selain itu mengandung vitamin A dan B3.
2.7 Penelitian Terkait
No Nama Tahun Judul Hasil
1. Yoedy As,
Rodiana
Nopianti
2015 Pemanfaatan surimi
Ikan Nila
(Oreochromis
niloticus) dengan
penambahan Tepung
Rumput Laut
(Kappaphycus
alvarezii) sebagai
Bahan Baku Pempek
Formulasi pempek
dengan rasio surimi
dan tapioka 2.2.
merupakan perlakuan
terbaik berdasarkan
parameter kimia
(kadar Air
56,38%,kadar Abu
1,68%, kadar lemak
0,35%, kadar protein
1,83%,kadar
karbohidrat by
differens 39,75%).
Dan sensoris
(penampakan 4,8,
warna 4,76, tekstur
4,48, aroma 3,68 dan
rasa 4,24).
2.
Endang
Lismawarni
2017 Diversifikasi
Pengolahan Berbahan
Baku Nasi dan
Tepung Ikan Sepat
Siam (Trichogaster
pectoralis)
Pempek nasi yang
direkomendasikan
adalah pada perlakuan
S1 dengan
penambahan Tepung
Ikan sepat siam 2,5%
dan Teoung tapioka
7,5% berdasar
parameter terhadap
tingkat penerimaan
konsumen dan
perlakuan S3 dengan
penambahan Tepung
ikan sepat siam 7,5%
dan Tepung tapioka
2,5%, berdasarkan
parameter terhadap
nilai protein yang
diinginkan.
3 Imam rozali
jamil
2016 Pengaruh penambahan
bengkuang terhadap
mutu organoleptik dan
kandungan serat
pempek ikan gabus.
Penambahan
bengkuang rata-rata
kesukaan terhadap uji
organoleptik lebih
tinggi pada perlakuan
B (penambahan
bengkuang 20 gr).
Kadar serat pempek
lebih tinggi
dibandingkan pempek
tanpa penambahan
bengkuang. Semakin
banyak penambahan
bengkuang pada
pempek ikan gabus
maka semakin tinggi
kadar seratnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan perlakuan
penambahan daun bayam dengan ikan gabus dengan masing-masing perlakuan
yaitu, 100 gr, 125 gr,150 per 200 gr tepung tapioka dalam pembuatan pempek nasi
daun bayam.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Pembuatan produk dan uji organoleptik dilaksanakan di Laboratorium
GIZI STIKes Perintis Padang dan Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian dan
Teknik Lingkungan UNAND. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2019.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 1 kontrol.
Perlakuan diberikan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Perlakuan penambahan Daun Bayam dalam Pembuatan Pempek
Nasi
Perlakuan Nasi Tepung Tapioka Ikan
Gabus
Daun
Bayam
A 500 gr 200 gr - -
B 500 gr 200 gr 100 100 gr
C 500 gr 200 gr 100 125 gr
D 500 gr 200 gr 100 150 gr
Sumber : Penelitian Pendahuluan
3.4 Bahan dan Alat
3.4.1 Bahan
Bayam yang digunakan adalah bayam putih (Amaranthus tricolor L),
memiliki daun yang masih utuh dan daun bayam yang masih terlihat hijau.
Bayam yang akan digunakan diperoleh langsung dari pedagang sayur, dengan
jumlah 375 gram untuk 2 x ulangan pembuatan pempek nasi daun bayam.
Tepung tapioka yang tidak kusam , tidak berbau apek, lembab, sehingga
pempek nasi yang dihasilkan warnanya lebih kelihatan putih bersih, aroma yang
sedap dan rasa yang enak serta teksturnya padat dan agak kenyal.
Nasi yang sudah matang dan didinginkan selama 2 menit, bewarna putih
agar pempek nasi kelihatan lebih higeinis. Dengan jumlah 500 gram untuk 2 x
ulangan pembuatan pempek nasi. Selanjutnya Bawang Putih, Minyak Goreng
yang digunakan minyak kelapa sawit, dan terakhir Garam halus beryodium.
Ikan gabus yang digunakan adalah ikan gabus yang masih segar dengan
ciri tubuh bulat memanjang, sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat
diujungnya. Sisi ata tubuh, dari kepala hingga ekor berwarna gelap, hitam
kecoklatan atau kehijauan, sisi bawah putih, sisi samping bercoret-coret tebal agak
kabur. Sisi mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.
Bahan Uji Kadar Fe :
Standard Fe 1000 ppm S (Fe(NO3)3), HNO3 pekat 65% p.a, HCIO4
60% p.a, asam klorida 3 N (merek), asam nitrat pekat (65%) (Merck), asam nitrat
0,15 N (Merck), hidrogen peroksida (Merck). Larutan NaOH 1 N, air suling,
Bahan Uji Molisch :
Asam sulfat( H2SO4).
Bahan Uji Kjedhal :
Asam sulfat 𝐻2𝑆𝑂4, Kalium sulfat (𝐾2𝑆𝑂4), Raksa oksida (HgO) Larutan
natrium hidroksida-natrium triosulfat (NaOH − Na2S2O3), Larutan asam berat
(H3BO3) jenuh. Larutan asam klorida (HCl) 0,02N, Larutan indikator metal merah
indikator metil blue. Tabung reaksi, rak tabung, penjepit tabung reaksi, gelas ukur.
Bahan larutan sampel kadar Fe :
Standar titrisol, Nitrat pekat, dan beberapa tetes hidrogen peroksida, 10 ml
asam klorida.
3.4.2 Alat
Pada pembuatan pempek nasi ini menggunakan pisau, timbangan,
blender, baskom, sendok penggorengan, wajan, telenan, batu giling, baskom,
piring dan kompor gas. Dan alat yang di gunakan untuk uji organoleptik adalah
piring.
Penangas kaki tiga, penjepit, bunsen, gelas arloji, spatula, spektrofotometri
UV- VIS, tabung reaksi, dispenser, pengocok tabung, neraca analitik, tabung
digestion dan blok digestion.
Gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, beaker glass, tabung reaksi, pipet
tetes, pipet volume, pipet ukur, karet hisap, labu semprot, ayakan, pisau cutter,
aluminium voil, spatel, dan kertas perkamen.
Pemanas kjeldahl yang dihubungkan dengan pengisap uap aspirator labu
kjedldahl, alat destilasi, erlenmeyer, buret 50ml, neraca analitik. Kertas timbang,
gelas kimia, labu ukur, kertas saring, kondensor, labu lemak, soxhlet dan hexane
(pelarut lemak). Cawan, oven, dan desikator. Cawan krus, oven, desikator,
timbangan,dan cawan porselen.
3.5 Prosedur Pembuatan pempek nasi
Gambar Prosedur Pembuatan Pempek Nasi 3.1
Cuci daun
bayam dengan
bersih sebelum
dipotong,
diblender dan
ditambahkan
sedikit air.
Nasi yang
telah matang
dan di giling.
Masukkan
ke dalam
adonan
sesuai
perlakuan,
ditambahkan
sedikit air
dan garam
sesuai
perlakuan.
Adonan di cetak dengan berat 40 gr
Goreng adonan pempek
DaunBayam Nasi Tepung
Tapioka
Campur semua bahan yang telah di
haluskan kecuali pada kontrol (Ikan
Gabus, daun bayam, garam, bawang
putih, dan sedikit air. dan diaduk
sampai merata.
Buat 4 adonan pempek yang di tambahkan daun
bayam 500 : 0, 500 : 100, dan 500 : 125, 500 : 150
Pempek nasi dengan
penambahan daun baya dan
ikan gabus siap disajikan.
Ikan
Gabus
Bersihkan ikan
gabus, giloing
daging ikan
dengan es
batu
tambahkan
garam.
3.6 Pengujian Organoleptik
Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan (preferensi)
panelis terhadap formula pempek. Metode yang digunakan adalah uji hedonik
dengan atribut yang dinilai adalah keseluruhan produk (overall). Skor yang
digunakan pada uji hedonik ini adalah 1 sampai 5.
1 = tidak suka
2 = kurang suka
3 = agak suka
4 = suka
5 = sangat suka
Panelis yang digunakan dalam penelitian ini agak terlatih sering dilakukan,
karena tidak memerlukan panelis yang memiliki kepekaan yang tinggi, tetapi
hanya memerlukan latihan yang intensif, dan dapat menggunakan mahasiswa.
Panelis yang digunakan dengan jumlah 20 orang. Kriteria panelis yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Panelis Mahasiswa Gizi STIKes Perintis yang sudah lulus mata kuliah
Ilmu Teknologi Pangan (ITP) dan pengawasan Mutu Makanan (PMM)
2. Memahami metode penilaian organoleptik
3. Bersedia dan mempunyai waktu untuk melakukan uji organoleptik.
3.7Analisa Zat Gizi Makro dan Fe
1. Kadar Air (AOAC, 2005)
Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat sampel sebelum dan
sesudah dikeringkan. Dengan analisis kadar air yaitu :
a. Cawan kosong yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu dalam
oven selama 15 menit atau sampai berat tetap, kemudian didinginkan dalam
desikator selama 30 menit dan ditimbang. Sampel sebanyak 2 gram ditimbang dan
diletakkan dalam cawan kemudian dipanaskan dalam oven selama 5-6 jam pada
suhu 105-110 ºC. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator dan setelah
ditimbang kembali. Persentase kadar air menggunakan basis basah dengan rumus
sebagai berikut :
(%) Kadar Air = 𝐵−𝐶
𝐵−𝐴 X 100
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat (sampel + cawan) sebelum dikeringkan (g)
C = Berat (sampel + cawan) sesudah dikeringkan (g)
2. Kadar Abu (AOAC, 2005)
Prinsip analisa kadar abu adalah pembakaran senyawa organik sehingga residu
anorganik yang disebut abu. Prosedur analisis kadar abu adalah :
a. Cawan yang akan digunakan di oven terlebih dahulu selam 30 menit pada
suhu 100-105 ºC, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan
uap air dan ditimbang (A).
b. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dalam cawan yang sudah dikeringkan
(B) kemudian dibakar diatas nyala pembakar sampai tidak berasap dan dilanjutkan
dengan pengabuan di dalam tahur bersuhu 550-600ºC selama 2-3 jam.
c. Setelah sampel bewarna putih, cawan porselin ditutup dan diambil dengan
penjepit lalu dimasukkan ke dalam oven selama kurang lebih 15 menit.
d. Sampel yang didapat didinginkan di dalam desikator selama kurang lebih
30 menit kemudian ditimbang.
e. Kadar abu pada sampel ditentukan berat senyawa organik yang menguap.
f. Perhitungan persentase kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini :
(%) Kadar Abu = 𝐶−𝐴
𝐵−𝐴 X 100
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat awal (sampel + cawan) (g)
C = Berat (sampel + cawan) setelah dilabukan dan didinginkan (g)
3. Kadar Protein (AOAC, 2005)
Prinsip analisis kadar protein adalah proses pembebasan nitrogen dari
protein dalam bahan menggunakan asam sulfat dengan pemansan. Penentuan total
nitrogen dan kadar protein menggunakan metode makro kjedahl. Prosedur analisis
kadar protein dan total nitrogen adalah :
a. Sampel 2 gram dimasukkan ke dalam tabung kjedahl 30 ml, + 1,9 gram
K2SO4 mg HgO dan 2,5 𝐻2𝑆𝑂4
b. Sampel didestruksi sampai cairan menjadi jernih kemudian didinginkan.
Isi labu dituangkan ke dalam destilasi, labu dibilas sebanyak 5-6 kali dengan
aquades (20ml). Air bilasan juga di masukkan ke dalam alat destilasi dan
ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 20 ml.
c. Cairan dalam ujung tabung kodensor ditampung dengan erlenmeyer 125
ml, berisi larutan 5 ml 𝐻3𝐵𝑂3 dan 3 tetes indikator (campuran metil merah 0,2 %
dalam alkohol dan metil biru 0,2% dalam alkohol dengan perbandingan 2:1) yang
ada di bawah kondensor.
d. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 ml destilasi yang
bercampur dengan 𝐻3𝐵𝑂3 dan indikator dalam erlenmeyer. Destilat dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Hal
yang sama juga dilakukan terhadap blanko.
e. Kadar protein dihitung berdasarkan kadar N dalam bahan dengan
dikalikan faktor konversi.
(%) N = (ml HCl)x (N HCl)𝑥(14,008)
𝑚𝑔 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100
Protein = % N x Faktor konversi (6,25)
4. Kadar Lemak (AOAC, 2005)
Prinsip analisa kadar lemak adalah ekstraksi yaitu pemisahan lemak dari
contoh dengan cara mensirkulasikan pelarut kedalam sampel, sehingga senyawa-
senyawa lain tidak dapat larut dalam pelarut tersebut. Prosedur analisis kadar
lemak adalah :
a. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring
dan diletakan pada alat ekstrasi soxhlet yang di pasang diatas kondensor serta labu
lemak dibawahnya.
b. Cairan dalam ujung tabung kodensor ditampung dengan erlenmeyer 125
ml berisi larutan 5 ml H3BO3 dan 3 tetes indikator (campuran metil merah 0,2%
dalam alkohol dan metil biru 0,2 % dalam alkohol dengan perbandingan 2:1) yang
ada dibawah kondensor.
c. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 ml destilat yang
bercampur dengan H3BO3 dan indikator dalam erlenmeyer. Destilat dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Hal
yang sama juga dilakukan terhadap blanko.
d. Kadar protein dihitung berdasarkan kadar N dalam bahan dengan
dikalikan faktor konversi.
(%)Kadar Lemak = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 (𝑔)−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑔)𝑥100
5. Kadar Karbohidrat
Analisa karbohidrat dilakukan dengan menggunakan metode by
difference, yaitu hasil pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar
protein dan kadar lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor
pengurangannya. Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi
lainnya. Analisis karbohidrat dapat dihitung dengan rumus:
% Karbohidrat = 100 –(% air + % abu + % protein + % lemak).
e. Standart larutan besi (II) disiapkan dengan cara yang sama (a-d)
Intensitas warna sampel uji dan standart diukur dengan spektrofotometri
UV – VIS pada panjang gelombang 515 nm.
f. Persamaan kurva standart dihitung dan absorban sampel diplotkan
pada persamaan kurva standart.
g. Kadar zat besi dihitung.
3.8 Pengolahan Fe
Fe diukur langsung dari ekstrak contoh menggunakan SSA dengan deret
standar masing-masing sebagai pembanding. Data diolah berdasarkan data yang
diperoleh dari pemeriksaan organoleptik dan pengukuran larutan standar Fe.
Sehingga Fe dalam sampel dapat dihitung dengan rumus.
Cs = 𝐶 𝑋 𝑉 𝑋 𝐹𝑝
𝑊 𝑥 100
Keterangan :
Cs = Kadar Fe dalam Sampel (mg/g)
C = Konsentrasi larutan sampel (µg/ml)
V = Volume Larutan Sampel (ml)
Fp = Faktor Pengenceran Sampel
W = Berat Sampel (g).
Bahan larutan sampel kadar Fe :
Nitrat pekat, dan beberapa tetes hidrogen peroksida, 10 ml asam klorida.
Teknik pengumpulan data :
1. Data primer
Pengambilan data primer yang meliputi mutu hedonik kandungan
Fe pada pempek nasi.
Metode pengumpulan data :
1. Data yang didapatkan dengan melakukan uji protein, karbohidrat, lemak,
kadar abu, kadar air pada pempek nasi.
2. Data yang digunakan dengan melakukan uji organoleptik dengan
melakukan uji aroma, tekstur, warna, dengan uji kesukaan panelis.
Cara kerja :
Ditimbang 0,5 g contoh tanah halus <0, 5 mm dalam tabung digest,
ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a dan 0, 5 ml asam perklorat p.a, didiamkan satu
malam. Esoknya dipanaskan suhu 100ºC selama 1 jam 30 menit, kemudian sushu
ditingkatkan menjadi 150ºC selama 2 jam 30 menit (sampai uap kuning habis, bila
masih ada uap kuning waktu pemanasan ditambah lagi), setelah uap kuning habis
suhu ditingkatkan menjadi 170ºC selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan
menjadi 200ºC selama 1 jam (hingga terbentuk uap putih). Destruksi selesai
dengan terbentuknya endapan putih atau sisa larutan jernih sekitar 0,5 ml. Ekstrak
didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion menjadi 25 ml, lalu
dikocok hingga homogen, biarkan semalam. Menggunakan ekstrak jernih pada
unsur mikro Fe.
3.9 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian hedonik dianalisa berdasarkan
tingkat kesukaan mutu hedonik untuk tekstur, warna, aroma dan rasa. Hasil uji
kesukaan mutu hedonik disajikan dalam bentuk tabel untuk dihitung nilai rata-rata
dan dilakukan uji normalitas kemudian dianalisa menggunakan uji Anova
(Analysis of Varians) satu arah jika data berdistribusi normal, sedangkan apabila
data tidak normal maka menggunakan statistik non parametrik yaitu uji Kruskall
wallis. Dan jika terdapat perbedaan perlakuan, dilanjutkan dengan uji Duncan
New Multiple Range Test (DNMRT) dilakukan pada uji mutu rasa dan aroma.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui rasa, tekstur,
warna, dan aroma dari mpek-mpek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan
gabus. Untuk mendapatkan hasil dari uji organoleptik diperlukan panelis pada
penelitian ini, jumlah panelis yang terlatih terdiri dari 25 orang mahasiswa Gizi
STIKes Perintis.
4.1.1 Warna
Hasil uji organoleptik terhadap pempek nasi dengan penambahan daun
bayam dan ikan gabus dengan empat perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik
terhadap warna pempek nasi terlihat pada gambar 4.2 dibawah.
Gambar 4.2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap warna pempek nasi
2,36
2,88 2,6
2,32
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Nilai rata-rata kesukaan terhadap warna pempek nasi
daun bayam dengan ikan gabus
Series1
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus : 100grDaun bayam : 125gr
Ikan Gabus : 100gr
Daun bayam : 150gr
Ikan Gabus : 100gr
Nilai rata-rata kesukaan terhadap warna pempek nasi yang diberikan
panelis berkisar antara 2.36 – 2.32. warna yang paling disukai panelis adalah
pada perlakuan B pempek nasi penambahan daun bayam 100 gr dan ikan gabus
100 gr. Dari hasil uji anova diperoleh nilai p = 268 (p > 0,005), artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan kesukaan panelis terhadap warna pempek nasi dengan
penambahan daun bayam dan ikan gabus.
4.1.2 Rasa
Hasil uji organoleptik terhadap pempek nasi dengan penambahan daun
bayam dan ikan gabus dengan empat perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik
terhadap rasa pempek nasi terlihat pada gambar 4.4 dibawah.
Gambar 4.4 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap rasa pempek nasi
Nilai rata-rata terhadap rasa pempek nasi yang diberikan panelis berkisar
2,36 – 2,32. Rasa yang paling disukai panelis adalah perlakuan B (2,88) dengan
penambahan daun bayam 100 gr dan ikan gabus 100 gr dengan warna agak
kehijauan. Dari hasil uji anova diperoleh nilai p = 268(p > 0,05) artinya tidak ada
2,36
2,882,6
2,32
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Nilai rata-rata kesukaan terhadap rasa pempek nasi daun
bayam dengan ikan gabus
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus : 100grDaun bayam :125gr
Ikan Gabus : 100gr
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus :100gr
terdapat perbedaan yang signifikan kesukaan panelis terhadap rasa pempek nasi
dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus.
4.1.3 Aroma
Hasil uji organoleptik terhadap pempek nasi dengan penambahan dun
bayam dan ikan gabus dengan empat perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik
terhadap aroma pempek nasi terlihat pada gambar 4.3 dibawah.
Gambar 4.3 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap aroma pempek nasi
Nilai rata-rata terhadap aroma pempek nasi yang diberikan panelis berkisar
2,96 – 3,08. Aroma yang paling disukai panelis adalah pada perlakuan B pempek
nasi dengan penambahan daun bayam 100 gr dan ikan gabus 100 gr. Hasil uji
anova diperoleh nilai p = 781 (p > 0,05), artinya tidak ada terdapat perbedaan
yang signifikan kesukaan panelis terhadap aroma pempek nasi dengan
penambahan daun bayam dan ikan gabus.
2,96
3,48
3,2
3,08
2.7
2.8
2.9
3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
Nilai rata-rata kesukaan terhadap aroma pempek nasi
daun bayam dengan ikan gabus
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100grDaun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus :100gr
4.1.4 Tekstur
Hasil uji organoleptik terhadap pempek nasi dengan penambahan daun
bayam dan ikan gabus dengan empat perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik
terhadap tekstur pempek nasi terlihat pada gambar 4.1 dibawah.
Gambar 4.1 nilai rata-rata kesukaan tekstur panelis terhadap pempek nasi
Nilai rata-rata tarhadap tekstur pempek nasi yang diberikan panelis
berkisar 3,12 – 3,08. Tekstur yang paling disukai panelis adalah pada perlakuan B
penambahan daun bayam 100 gr dan 100 gr ikan gabus. Hasil uji anova diperoleh
nilai p = 696 (p > 0,005), artinya tidak ada terdapat perbedaan yang signifikan
kesukaan panelis terhadap tekstur pempek nasi dengan penambahan daun bayam
dan ikan gabus.
3,12
3,4
3,16
3,08
2.9
3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Nilai rata-rata kesukaan terhadap tekstur pempek nasi
daun bayam dengan ikan gabus
A B C D
Daun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100gr
Daun bayam :125gr
Ikan Gabus :100gDaun bayam :150gr
Ikan Gabus :100gr
4.1.5 Penilaian Organoleptik Pempek Nasi Dengan Penambahan Daun
Bayam Dan Ikan Gabus
Pengaruh penambahan daun bayam dan ikan gabus dapat di lihat pada
gambar di bawah ini :
Gambar 4.5 Rata-rata uji kesukaan terhadap pempek nasi
Pada gambar dengan kode A tanpa penambahan daun bayam dan ikan
gabus. Grafik dengan kode sampel B penambahan daun bayam 100 gr dan ikan
gabus 100 gr. Gambar dengan kode sampel C penambahan daun bayam 125 gr
dan ikan gabus 100 gr. Gambar dengan kode sampel D penambahan daun bayam
150 gr dan ikan gabus 100 gr.
Berdasarkan gambark diatas dapat dilihat bahwa perlakuan B penambahan
100 gr daun bayam memiliki rata-rata kesukaan terhadap uji organoleptik lebih
tinggi dibanding perlakuan A dengan tanpa penambahan daun bayam, perlakuan
C dengan penambahan daun bayam 125 gr, dan perlakuan D dengan penambahan
daun bayam 150 gr. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan daun bayam dengan
2.36 2.36
2.963.12
2.88 2.88
3.48 3.4
2.6 2.6
3.2 3.16
2.32 2.32
3.08 3.08
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
perlakuan a perlakuanb perlakuan c perlakuan d
penambahan daun bayam 100 gr perlakuan B lebih disukai oleh panelis, dimana
rasa, tekstur, warna dan aroma lebih disukai panelis di bandingkan dengan
perlakuan A, C dan D.
4.2 Hasil Uji Mutu Hedonik
4.2.1 Mutu Warna
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap uji mutu hedonik pada warna
pempek nasi dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.6 rata-rata uji mutu warna terhadap pempek nasi
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa perlakuan D penambahan
150 gr daun bayam memiliki rata-rata terhadap uji mutu hedonik lebih tinggi
dibanding perlakuan A dengan tanpa penambahan daun bayam, perlakuan B
dengan penambahan daun bayam 100 gr, dan perlakuan C dengan penambahan
daun bayam 125 gr. Hal ini menunjukan bahwa pembuatan pempek nasi dengan
penambahan daun bayam dan ikan gabus 150 gr perlakuan D memiliki warna
agak kehijauan pada pempek nasi dibandingkan perlakuan A, B, dan C.
3,44%
3,32%3,36%
3,68%
3.10%
3.20%
3.30%
3.40%
3.50%
3.60%
3.70%
3.80%
Persentase warna pempek nasi dengan penambahan daun
bayam dan ikan gabus
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0 Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100gr
Daun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus :100gr
4.2.2 Mutu Rasa
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap uji mutu rasa pada pempek
nasi daun bayam dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.7 rata-rata uji mutu rasa terhadap pempek nasi
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa perlakuan C dan D dengan
penambahan daun bayam 125 gr dan 150 gr memiliki rata-rata terhadap uji mutu
hedonik lebih tinggi dibanding perlakuan A dan B dengan tanpa penambahan
daun bayam dan 100 gr. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan pempek nasi
dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus 125 gr dan 150 gr yang memiliki
rasa biasa pada pempek nasi dibanding perlakuan A dan B.
3,56%
3,60%
3,68% 3,68%
3.50%3.52%3.54%3.56%3.58%3.60%3.62%3.64%3.66%3.68%3.70%
Persentase rasa pempek nasi dengan penambahan
daun bayam dan ikan gabus
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100gr
Daun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus :100gr
4.2.3 Mutu Aroma
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap uji mutu hedonik pada aroma
pempek nasi dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.8 Rata-rata uji mutu aroma terhadap mpek mpek nasi
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa perlakuan D penambahan
daun bayam 150 gr daun bayam memiliki rata-rata terhadap uji mutu hedonik
lebih tinggi dibanding perlakuan A tanpa penambahan daun bayam, perlakuan B
dengan penambahan daun bayam 100 gr, dan perlakuan C dengan penambahan
daun bayam 125 gr. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan pempek nasi dengan
penambahan daun bayam dan ikan gabus perlakuan D memiliki aroma harum
pada pempek nasi dibandingkan perlakuan A, B dan C.
4.2.4 Mutu Tekstur
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap uji mutu hedonik pada
tekstur pempek nasi dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
3,08%3,0%
3,12%
3,40%
2.80%
2.90%
3.00%
3.10%
3.20%
3.30%
3.40%
3.50%
Persentase aroma pempek nasi dengan penambahan
daun bayam dan ikan gabus
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0 Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100grDaun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus :100gr
Gambar 4.6 Rata-rata uji mutu tekstur terhadap pempek nasi
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa perlakuan B penambahan
100 gr daun bayam memiliki rata-rata terhadap uji mutu hedonik lebih tinggi
dibanding perlakuan A tanpa penambahan daun bayam, perlakuan C dengan
penambahan 125 gr dan perlakuan D dengan penambahan daun bayam 150 gr.
Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan pempek nasi dengan penambahan daun
bayam 125 gr perlakuan B memiliki tekstur agak tidak renyah dibandingkan
perlakuan A, C, dan D.
3,08%
3,36%
3,12%
3,28%
2.90%
2.95%
3.00%
3.05%
3.10%
3.15%
3.20%
3.25%
3.30%
3.35%
3.40%
Persentase tekstur pempek nasi dengan penambahan
daun bayam dan ikan gabus
A B C D
Daun bayam :0
Ikan Gabus :0 Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100grDaun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus : 100gr
4.3 Uji Zat Gizi Makro
4.3.1 Analisa kadar protein
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap kadar protein pada pempek
nasi dapat di lihat pada gambar dibawah ini :
Grafik 4.10 nilai rata-rata kadar protein pada pempek
Berdasarkan hasil uji proksimat didapatkan bahwa kadar protein yang
terkandung dalam pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada sampel C dengan protein 1,20% dan terendah pada sampel A
0,59%.
0.59%
1.19% 1.20%
0.96%
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
A B C D
Daun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus : 100gr
4.3.2 Analisa kadar Abu
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap kadar abu pada pempek nasi
dapat di lihat pada gambar dibawah ini :
Grafik 4.11 Nilai rata-rata kadar abu pada pempek nasi
Berdasarkan hasil uji proksimat didapatkan bahwa kadar abu yang
terkandung dalam pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada sampel B dengan kadar abu 1,36% dan terendah pada sampel D
yaitu 0,92%.
1.17%1.36%
1.06%0.92%
00.0020.0040.0060.008
0.010.0120.0140.016
A B C D
Daun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus : 100gr
4.3.3 Analisa Kadar Air
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap kadar air pada pempek nasi
dapat di lihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.12 nilai rata-rata kadar air pada pempek
Berdasarkan hasil uji proksimat didapatkan bahwa kadar air yang
terkandung dalam pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada sampel B yaitu 51% dan yang terendah pada sampel A dan D 49%.
4.3.4 Analisa Kadar Lemak
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap kadar lemak pada pempek
nasi dapat di lihat pada gambar dibawah ini :
49%
51%
50%
49%
0.48
0.485
0.49
0.495
0.5
0.505
0.51
0.515
A B C D
Daun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100gr
Daun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam :150gr
Ikan Gabus : 100gr
Gambar 4.13 Nilai rata-rata kadar lemak pada pempek nasi
Berdasarkan hasil uji proksimat didapatkan bahwa kadar lemak yang
terkandung dalam pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada sampel B yaitu 1,68% dan yang terendah pada sampel D 1,42%.
4.3.5 Analisa Kadar Karbohidrat
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap kadar karbohidrat pada
pempek nasi dapat di lihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.14 nilai rata-rata kadar karbohidrat pada pempek nasi
1.43%
1.68%
1.51%
1.42%
0.01250.013
0.01350.014
0.01450.015
0.01550.016
0.01650.017
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0
Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100grDaun bayam :125gr
Ikan Gabus :100g
Daun bayam:150gr
Ikan Gabus :100gr
47.76%
55.42%
46.09% 46.57%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
A B C DDaun bayam :0
Ikan Gabus :0Daun bayam :100gr
Ikan Gabus :100grDaun bayam :125gr
Ikan Gabus :100gDaun bayam:150gr
Ikan Gabus :100gr
Berdasarkan hasil uji proksimat didapatkan bahwa kadar karbohidrat yang
terkandung dalam pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada sampel B yaitu 55,42% dan yang terendah pada sampel D 46,57%.
4.4 Kadar Fe pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus
Pengaruh penambahan daun bayam terhadap kadar Fe pada pempek nasi
dapat di lihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.15 Nilai rata-rata kadar Fe pada pempek nasi
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kadar Fe pempek nasi
dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus tertinggi pada perlakuan D1
(penambahan daun bayam 150 gr) dengan nilai 17,9. Artinya semakin tinggi
penambahan daun bayam pada pempek semakin tinggi pula kandungan zat gizi Fe
yang terkandung dalam perlakuan tersebut.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
A B C D
8.88
13.7
15.8
17.9
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Uji dan mutu Organoleptik
5.1.2 Uji Organoleptik
Berdasarkan uji organoleptik menunjukkan bahwa sampel yang terbaik
terlihat pada perlakuan B dengan penambahan daun bayam : ikan gabus
(100 : 100 gr). Dengan empat indikator yang meliputi warna, rasa, aroma, dan
tekstur.
1. Warna
Warna memiliki peran penting dalam penampilan makanan, dan salah satu
faktor yang menetukan mutu dan secara viasual warna tampil lebih dahulu dan
kadang-kadang sangat menentukan, sehingga warna dijadikan atribut organoleptik
yang penting dalam suatu bahan pangan (Winarno,2008). Warna dan rupa
merupakan keadaan keseluruhan dari suatu makanan secara visual yang
menyebabkan panelis tertarik dan suka pada produk.
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan B(100 g ikan gabus
: 100 g daun bayam) merupakan perlakuan yang paling disukai oleh panelis. dari
empat perlakuan didapatkan warna pempek yang terbaik yaitu kehijauan
mendekati hijau. Warna bayam yang dominan diduga menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat kesukaan, bahkan selama penggorengan semakin
banyak penambahan daun bayam warna pempek dihasilkan hijau kecoklatan.
Berdasarkan penelitian Elsa, 2017 formulasi bayam yang lebih besar
menyebabkan warna nugget bertambah gelap.
2. Rasa
Rasa dari Suatu makanan merupakan gabungan dari berbagai macam rasa
bahan-bahan yang digunakan dalam makanan tersebut (Nurhidayati, 2011). Citra
rasa makanan merupakan salah satu faktor penentu bahan makanan. Rasa yang
enak dan menarik akan diminati, disukai oleh konsumen.
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rasa pempek yang disukai oleh
panelis adalah perlakuan B (100 g daun bayam : 100 g ikan gabus). Dari empat
perlakuan didapatkan rasa pempek yang terbaik rasa agak pahit mendekati rasa
biasa dilihat dari rata-rata perlakuan B. Rasa gurih yang dihasilkan dari pempek
nasi daun bayam dan ikan gabus berasal dari garam yang merupakan sifat
kelarutan yang mudah larut dalam air. Berdasarkan penelitian Elsa, 2017 sedikit
pahit menyebabkan rasa asli nugget dan membuat panelis kurang menyukai rasa
nugget jika dilakukan penambahan daun bayam dan brokoli.
3. Aroma
Aroma merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu. Winarno
(2008), aroma khas dan menarik dapat membuat makanan lebih disukai oleh
konsumen sehingga perlu diperhatikan dalam pengolahan suatu bahan makanan.
Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau tersebut bersifat volatile (menguap),
sedikit larut dalam air dan lemak.
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa aroma pempek yang disukai
oleh panelis adalah perlakuan B (100 g daun bayam : 100 g ikan gabus). Dari
empat perlakuan didapatkan aroma pempek yang terbaik yaitu aroma agak pahit
mendekati harum dilihat dari rata-rata perlakuan B. Sedangkan hasil penelitian
Elsa, 2017 aroma khas nugget tertutupi oleh aroma daun bayam dan brokoli
sehingga mempengaruhi tingkat kesukaan panelis.
4. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai sifat suatu bahan pangan yang dapat diamati
oleh mata , kulit, dan otot-otot dalam mulut. Tekstur merupakan gambaran
mengenai atribut bahan makanan yang dihasilkan melalui kombinasi sifat-sifat
fisik dan kimia, diterima secara luas oleh sentuhan, penglihatan dan pendengaran
(Lewis MJ, 2011).
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tekstur pempek yang disukai
oleh panelis adalah perlakuan B (100 g daun bayam : 100 g ikan gabus) dengan
nilai rata-rata 3,4. Dari empat perlakuan didapatkan tekstur pempek yang terbaik
tekstur agak tidak renyah mendekati netral. Sesuai dengan pernyataan dari
Endang, 2016 penambahan tepung ikan sepat siam mengakibatkan nilai tekstur
menurun diakibatkan tekstur menjadi lebih keras dan liat sehingga menurunkan
nilai penerimaan tekstur panelis.
5.2 Uji zat gizi makro
Berdasarkan hasil laboratorium dapat dilihat hasil kandungan zat gizi
makro dalam pempek nasi dengan penambahan daun bayam.
1. Kadar protein
Protein merupakan suatu zat yang amat penting bagi tubuh karena zat ini
disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Hasil analisis kadar
protein pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus dapat dilihat pada grafik
10. Protein yang terkandung dalam pempek ini dipengaruhi oleh kadar protein
ikan gabus dan daun bayam yang rendah, karena semakin banyak penambahan
daun bayam terhadap pempek nasi semakin rendah kadar proteinnya. Kadar
protein pempek nasi daun bayam dan ikan gabus tertinggi pada perlakuan C (daun
bayam 125 g : ikan gabus 100 g) dengan rerata kadar 1,20%, dan yang paling
rendah pada perlakuan A (daun bayam 0 g : 0 g ikan gabus) dengan rerata 0,59%.
Rendahnya kandungan protein pada bahan baku yang digunakan yaitu nasi
memiliki kadar protein 6,80 (DKBM, 2005), protein daun bayam 3,5 g (DKBM,
Depkes 2008) dan protein ikan gabus 16,2 g (TKPI, 2008)). Hal ini menyebabkan
semakin banyak formulasi pada pempek nasi maka semakin rendah kadar
proteinnya.
Perlakuan C (penambahan daun bayam 125 g : ikan gabus 100 g)
menghasilkan satu pempek nasi 100 g memiliki protein sebanyak 1,20% artinya
pempek C mengandung protein 60,5 g kebutuhan protein secara umum usia 19-29
tahun 60,2 g/hari, belum memenuhi nilai (tabel AKG, 2013), karna kebutuhan
protein normal yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Implikasi pada produk
pempek nasi daun bayam dengan kadar protein yang rendah disebabkan karena
penambahan daun bayam 125 : 100 g ikan gabus baik untuk dikonsumsi.
2. Kadar abu
Kadar abu merupakan residu organik dari proses pembakaran atau
oksidasi komponen organik bahan pangan. Hasil analisis kadar abu pada pempek
nasi daun bayam dan ikan gabus dapat dilihat pada gambar 11. Kadar abu yang
terkandung dalam pempek ini dipengaruhi oleh jumlah pempek nasi 1,2% dengan
semakin banyak penambahan daun bayam dan ikan gabus semakin rendah kadar
abu yang dihasilkan.
Hasil penelitian kadar abu pempek nasi daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada perlakuan B (daun bayam 100 g dan ikan gabus 100 g) dengan
rerata 1,36% dan pyang paling rendah 0,92%, hal ini menunjukkan bahwa
semakin banyak perlakuan daun bayam dan ikan gabus pada produk pempek
semakin sedikit, sehingga dapat dikatakan bahwa kadar abu sesuai dengan DKRI,
2004 yaitu kadar abu 1,2%. Kandungan kadar abu pada pempek nasi semakin
menurun seiring bertambahnya formulasi daun bayam dan ikan gabus, hal ini
mungkin disebabkan karena pempek menyumbangkan kadar abu lebih tinggi
dibanding daun bayam dan ikan gabus. Pempek memiliki kadar abu sebesar 1,2%
( DKRI, 2004).
3. Kadar air
Hasil analisis kadar air pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus
dapat dilihat pada grafik 12. Kadar air yang terkandung dalam pempek ini
dipengaruhi oleh jumlah daun bayam dan ikan gabus, semakin tinggi penambahan
daun bayam dan ikan gabus semakin rendah kandungan air didalam pempek. Hal
ini sejalan dengan penelitian (Endang, 2016) yang menyatakan bahwa semakin
tinggi konsentrasi daun bayam dan ikan gabus ditambahkan, maka semakin
sedikit air yang terkandung pada pempek nasi. proses penggorengan yang
dilakukan juga dapat mengurangi kadar air pada bahan, karena iar pada bahan
akan berubah menjadi uap air sehingga minyak akan menempati ruang yang
ditinggalkan air.
Hasil analisa kadar air pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada perlakuan B (51,1%) dengan penambahan daun bayam 100 g dan
ikan gabus 100 g dan yang paling rendah pada perlakuan A dan D ( daun bayam 0
g : ikan gabus 0 g) dan ( daun bayam 150 g : ikan gabus 100 g). Hal ini sesuai
dengan SNI 01-3451-1994 kadar air tepung tapioka lebih tinggi yaitu 15% (Anova
dan Kamsina, 2012).
Implikasi terhadap produk, jumlah kadar air mempengaruhi tekstur pada
pempek menjadi liat, dengan warna mendekati kehijauan, aroma yang mendekati
pahit, dan menimbulkan rasa gurih yang berasal dari garam bersifat mudah larut
dalam air. hal ini menyebabkan produk pada pempek nasi bersifat mudah rusak
dengan kadar air yang tinggi , dan tidak baik dikonsumsi melebih dari satu hari.
4. Kadar lemak
Kadar lemak adalah salah satu komponen utama yang terdapat dalam
bahan pangan selain karbohidrat dan protein, oleh karena itu peranan lemak dalam
menentukan karakteristik bahan pangan cukup besar. Hasil analisis kadar lemak
pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus dapat dilihat pada grafik 13. Kadar
lemak yang terkandung dalam pempek nasi daun bayam dan ikan gabus, semakin
tinggi daun bayam pada pempek nasi semakin rendah kadar lemak yang
terkandung dalam pempek nasi daun bayam dan ikan gabus.
Kadar lemak tertinggi pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus
tertinggi pada perlakuan B (100 g daun byam : 100 g ikan gabus) dengan rerata
1,68% dan yang terendah perlakuan D (125 G daun bayam : 100 g ikan gabus)
dengan rerata 1,42%. Rendahnya kandungan lemak yang dihasilkan disebabkan
oleh kandungan lemak dari bahan baku nasi 0,70 g (Soemarno, 2007) dan tepung
tapioka 0,5 g (DKBM Depkes, 2005) kadar lemak daun bayam 0,5 g (DKBM
Depkes, 2008) dan ikan gabus sebanyak 0,5 g (TKPI, 2008).
Perlakuan C (penambahan daun bayam 125 g : ikan gabus 100 g)
menghasilkan satu pempek nasi 100 g memiliki lemak 1,68% artinya pempek C
mengandung lemak sebanyak 75,6 g kebutuhan lemak usia tahun untuk 19-29
tahun 75,6 g/hari belum memenuhi nilai (tabel AKG, 2013), karna kebutuhan
lemak perhari mencapai 10-25% dari kebutuhan energi total. Implikasi terhadap
produk pempek nasi dengan kadar lemak cair sebagai penghantar panas yang
menimbulkan penambah rasa gurih terhadap pempek, pada aroma, warna dan
tekstur yang khas dari pempek nasi daun bayam. lemak pada pempek nasi baik
dikonsumsi karena tidak melebihi dari kebutuhan asupan perharinya.
5. Kadar Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama yang terdapat dalam
makanan. Karbohidrat mempunyai peran penting dalam menentukan karakteristik
bahan makanan misalnya warna, rasa, aroma dan tekstur. Hasil analisis kadar
karbohidrat pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus dapat dilihat pada
grafik 14. Karbohidrat yang terkandung dalam pempek ini dipengaruhi oleh kadar
karbohidrat daun bayam dan ikan gabus.
Kadar karbohidrat pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus tertinggi
pada perlakuan B ( daun bayam 100 g : ikan gabus 100 g) dengan rerata 55,42%.
Dan yang paling rendah perlakuan D ( daun bayam 150 g dan ikan gabus 100 g)
dengan rerata 46,06%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar karbohidrat pada ikan
gabus 2,6 g (TKPI, 2008) dan kadar karbohidrat daun bayam 6,5 g ( DKBM,
Depkes, 2008).
Perlakuan B (penambahan daun bayam 100 g : ikan gabus 100 g)
menghasilkan satu pempek nasi 100 g memiliki karbohidrat 55,42% artinya
pempek B mengandung karbohidrat sebanyak 375 g kebutuhan karbohidrat secara
umum usia 19-29 tahun sebanyak 375 g/hari (tabel AKG, 2013), kebutuhan
karbohidrat perhari 60-75% dari kebutuhan energi total.
5.3 kadar Fe
Berdasarkan hasil laboratorium diketahui bahwa kadar Fe pempek nasi
tertinggi pada perlakuan D (penambahan daun bayam 150 gr dan ikan gabus 100
gr), Dapat dilihat pada grafik 15. Setiap penambahan bayam dan ikan gabus akan
menyebabkan peningkatan kadar Fe pada pempek nasi. Semakin banyak
penambahan daun bayam terhadap pempek nasi maka semakin banyak kandungan
zat Fe didalam pempek nasi.
Didalam daun tanaman bayam terdapat cukup banyak kandungan protein,
mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. zat
besi merupakan komponen penting penyusun beberapa jenis enzim dalam tubuh
seperti myoglobin, cytochrome dan katalase. Dari segi organoleptik berdasarkan
hasil tingkat kesukaan panelis, pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan
ikan gabus pada perlakuan B (penambahan daun bayam 100 gr dan ikan gabus
100 gr) juga lebih disukai panelis dari segi warna dan aromanya.
Sayuran banyak mempunyai kandungan gizi berupa vitamin dan mineral
yang sangat tinggi. Kandungan mineral yang sangat banyak dalam bayam adalah
zat besi (39 mg). Ikan gabus juga mengandung zat besi yang baik untuk tubuh,
tiap 100 g ikan gabus terdapat 0,1 g zat besi. Manfaat ikan gabus bagi tubuh yaitu
protein hewani yang sangat tinggi, terutama sumber albumin bagi penderita
hipoalbumin (rendah albumin) dan luka. Baik luka pasca operasi maupun luka
bakar. Anak laki-laki dikhitan selalu dianjurkan mengkonsumsi ikan jenis itu agar
penyembuhan lebih cepat (Suprayitno, 2006).
Kadar Fe pada pempek nasi daun bayam dan ikan gabus tertinggi pada
perlakuan D (150 g daun bayam : 100 g ikan gabus) dengan rerata kadar Fe 17,9
dan yang paling rendah pada perlakuan A ( 0 g daun bayam dan 0 g ikan gabus)
dengan rerata 8,88. hal ini menunjukkan bahwa kadar Fe telah memenuhi syarat
(Depkes RI, 2004) menyatakan kadar Fe untuk pempek 33 mg. Tingginya
kandungan Fe yang dihasilkan disebabkan oleh kandungan Fe dari bahan
penambahan daun bayam 39 mg (DKBM Depkes, 2008) dan ikan Gabus 0,1 mg
(TKPI, 2008).
Perlakuan D (penambahan daun bayam 150 g : ikan gabus 100 g)
menghasilkan satu pempek nasi 100 g memiliki Fe 13 mg artinya pempek D
sudah dapat memenuhi kebutuhan Fe pada orang dewasa (tabel AKG, 2013).
Implikasi terhadap produk pempek mengandung Fe dengan penambahan
daun bayam sebanyak 150 g, perbedaan warna yang disebabkan adanya perbedaan
jumlah bayam yang digunakan. Bayam sendiri memberikan klorofil yaitu zat
warna alami hijau yang terdapat pada daun (Refika, 2012). Semakin pekat cairan
maka akan memberikan efek warna lebih gelap. Dan juga mempengaruhi aroma
pada dasarnya bayam memiliki bau yang khas (langu) dimana jika dicampurkan
pada olahan makanan seperti pempek nasi akan sangat terasa sehingga secara
keseluruhan aroma bayam pada pempek nasi. dari hasil observasi dan uji inderawi
menunujukan bahwa rasa terbaik pempek pada penambahan daun bayam adalah
pempek terasa gurih karena menggunakan garam, dengan kriteria sampel D.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji organoleptik, mutu hedonik dan kadar Fe yang dilakukan
terhadap pempek nasi dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas pempek dengan penambahan daun bayam dan ikan gabus pada
formulasi terbaik didapat pada perlakuan B dengan penambahan daun bayam
dan 100 gr.
2. Daya terima panelis terhadap uji organoleptik (warna, rasa, aroma dan
tekstur) :
a. Daya terima panelis terhadap warna pempek nasi yang ditambahkan daun
bayam dan ikan gabus adalah pada perlakuan D yaitu dengan penambahan
daun bayam 150 gr.
b. Daya terima panelis terhadap rasa pempek nasi yang ditambahkan daun
bayam dan ikan gabus adalah pada perlakuan C dan D yaitu dengan
penambahan daun bayam 125 dan 150 gr.
c. Daya terima panelis terhadap aroma pempek nasi yang ditambahkan daun
bayam dan ikan gabus adalah pada perlakuan D yaitu dengan penambahan
daun bayam 150 gr.
d. Daya terima panelis terhadap tekstur pempek nasi yang ditambahkan daun
bayam dan ikan gabus adalah pada perlakuan B yaitu dengan penambahan
daun bayam 100 gr.
3. A. Pengaruh penambahan daun bayam dan ikan gabus terhadap mutu (warna,
rasa, aroma dan tekstur) :
a. Tidak ada pengaruh penambahan daun bayam dan ikan gabus pada
pempek nasi terhadap warna.
b. Adanya pengaruh penambahan daun bayam dan ikan gabus pada pempek
nasi terhadap rasa.
c. Adanya pengaruh penambahan daun bayam dan ikan gabus pada pempek
nasi terhadap aroma.
d. Tidak ada pengaruh penambahan daun bayam dan ikan gabus pada
pempek nasi terhadap tekstur.
B. a. Kadar protein lebih tinggi terdapat pada perlakuan C (1,20%) yaitu
dengan penambahan daun bayam 125 gr. mengandung protein 60,5 g
kebutuhan protein secara umum usia 19-29 tahun 60,2 g/hari, belum
memenuhi nilai (tabel AKG, 2013)
b. Kadar abu lebih tinggi terdapat pada perlakuan B (1,36%) dengan
penambahan daun bayam 100 gr.
c. Kadar air lebih tinggi pada perlakuan B (51,1%) dengan penambahan
daun bayam 100 gr.
d. Kadar lemak lebih tinggi pada perlakuan B (1,68%) dengan penambahan
daun bayam 100 gr. mengandung lemak sebanyak 75,6 g kebutuhan lemak
usia tahun untuk 19-29 tahun 75,6 g/hari belum memenuhi kebutuhan nilai
(tabel AKG, 2013).
e. Kadar karbohidrat (penambahan daun bayam 100 g : ikan gabus 100 g)
menghasilkan satu pempek nasi 100 g memiliki karbohidrat 55,42%
mengandung karbohidrat sebanyak 375 g kebutuhan karbohidrat secara
umum usia 19-29 tahun sebanyak 375 g/hari memenuhi kebutuhan (tabel
AKG, 2013).
F. Kadar Fe pada perlakuan D (17,9%) dengan penambahan daun bayam
100 gr , sedangkan pada perlakuan A dengan tanpa penambahan daun
bayam dan ikan gabus didapat kandungan Fe sebesar 8,88%.
6.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca, dalam pembuatan pempek :
1. Dapat menambahkan bahan lain khususnya daun bayam sesuai takaran,
akan mampu menyeimbangkan rasa, aroma dan tekstur pada pempek itu
sendiri, disamping daun bayam juga memiliki kandungan Fe yang cukup
tinggi.
2. Kepada masyarakat yang menyukai makanan cepat saji seperti pempek,
untuk menambahkan sedikit bayam dan ikan gabus kedalam pembuatan
pempek, bagi masyarakat yang tidak menyukai sayuran, penambahan
bayam adalah salah satu alternatif untuk mengolah sayur-sayuran sebagai
cemilan bergizi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, S dan Nuyah. 2004. Kandungan Protein Pempek Produksi Sumatera
Selatan. BPPI Sumsel, Palembang.
Astawan, M. 2010.. Pangan Fungsional untuk Kesehatan yang Optimal.
http://Masnafood.com. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014
Anonim. 2008. Wikipedia Indonesia.www. wikipedia.org/wiki/htm. Diakses tgl
27/12/2011.
Amanda, Rica. 2010. Analisis Efisiensi Teknis Bidang Pendidikan dalam
Implementasi Model Kota Layak Anak. Skripsi Universitas Diponegoro
Semarang.
Agusman. 2013. Pengujian Organoleptik. Teknologi Pangan Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang
Badan Standardisasi Nasional (BSN) 2013. SNI 01-3451-1994 Tapioka.
http://sisni.bsn.go.id /index.php?/sni_main/sni/detail_sni/3857.
Bandini, Y dan Nurudin A.2004.Bayam. Jakarta. Penebar Swadaya.
D NOVITASARI -2018 .Beras dan Tepung Beras-repo unpas IPB.
Daftar Komposisi Bahan Makanan, Komponen Zat Gizi Beras Giling per 100
gram. Depkes 2005
Departemen, Kesehatan Republik Indonesia 2004
Edi, S., dan J. Bobihoe. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Jambi. 54 hal.
Hidayat, A. 2007. Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah. Jakarta:
Salemba medika
Kusmiadi, Riwan. Varietas Beras dengan Komposisi Kimiawi Zat
Penyusunnya.http//:www.ubb.ac.idmenulengkap.phpjudul=Varietas%20B
eras%20dengan%20Komposisi%20Kimiawi%20Zat%20Penyusunnya&&
nomorurut_artikel=136. Diakses pada tanggat 15 november 2011.
Krismaputri, M.E, dkk. 2013. “Kadar Vitamin A, Zat Besi (Fe) dan Kesukaan
Nugget Ayam yang Disubtitusi dengan Hati Ayam Broiler”. Animal
Agriculture Jornal. Vol. 2 (1): 288- 294.
Larasati, A.S. 2013. Analisis Kandungan Zat Gizi Makro dan Indeks Glikemik
Snack Bar Beras Warna Sebagai Makanan Selingan Penderita Nefropatik
Diabetik. Universitas Diponegoro, Semarang.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nasiru, A., Muhammad, B. F., Abdullahi, Z., 2014, Effect of Cooking Time
and Potash Concetration on Organoleptic Properties of Red and White
Meat. Journal of Food Technology 9 (4): 199-123 © Medwell Journal
Porters, S. The British Dietetic Association (2016). Wholegrains. Whelan, C.
Healthlin (2017). Brown Rice VS. White Rice.
Soermano 2007, kandungan nutrisi pada Tepung Tapioka . Akses tanggal 25
November 2018. Padang
Selby, A. (2010) Makanan berkhasiat. Yogyakarta: Penerbit Esensi.
Soekarto, dkk. 2012 : 42. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan
Hasil Pertanian. Jakarta : Bharata Karya Aksara
Widowati, 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: ANDI.
Yana Y, manfaat brokoli bagi kesehatan. Akses dari manfaat.co.id/manfaat-
brokoli.
Djuhanda, 2008. Dunia ikan. Armico, Bandung.190 hlm
Suprayitno, Eddy , 2003. Potensi serum Albumin dari ikan gabus.
http://www.gatra.com/artikel.ph4p.
Nurhidayati, 2011. E-Book pertanian organik. Malang. Program studi
Agroteknologi, jurusan budidaya pertanian.
Lampiran I
Formulir UJI HEDONIK (KESUKAAN)
Tanggal :
Nama Panelis :
Jenis contoh : Pengembangan pempek nasi dengan penambahan daun bayam
dengan ikan gabus sebagai alternatif cemilan untuk pencegahan
anemia.
Instruksi : Pada kolom kode sampel berikan penilaian anda dengan cara
memasukkan nomor (lihat keterangan yang ada di bawah tabel).
berdasarkan tingkat kesukaan.
Indikator Kode Sampel
277 (A) 260 (B) 275 (C) 279 (D)
Warna
Tekstur
Aroma
Rasa
Keterangan :
1. = Tidak suka
2. = Kurang suka
3. = Agak suka
4. = Suka
5. = Sangat suka
LAMPIRAN II
Formulir MUTU HEDONIK
Tanggal :
Nama Panelis :
Nama Produk : Pempek Nasi
Petunjuk : Dihadapan anda tersaji 4 sampel produk. Anda diminta untuk memberikan penilaian terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, serta penerimaan secara keseluruhan. 1. Cicipi sampel yang disediakan satu per satu. 2. Berikan penilaian dengan tanda checklist pada pernyataan yang sesuai penilaian anda. 3. Anda TIDAK BOLEH MEMBANDINGKAN sampel.
Deskripsi Kode Sampel
277 260 275 279
Rasa
Pahit
Agak Pahit
Biasa
Gurih
Sangat Gurih
Tekstur
Tidak renyah
Agak tidak
renyah
Netral
Agak renyah
Renyah
Warna
Coklat
Kecoklatan
Kehijauan
Hijau
Putih
Aroma
Sangat pahit
Pahit
Agak pahit
Harum
Sangat harum
A. Uji Hedonik terhadap pempek
1. Uji kesukaan terhadap
Warna pempek
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
sampel
1 25 2.3600 1.15036 .23007 1.8852 2.8348 1.00 4.00
sampel
2 25 2.8800 1.20139 .24028 2.3841 3.3759 1.00 4.00
sampel
3 25 2.6000 1.15470 .23094 2.1234 3.0766 1.00 5.00
sampel
4 25 2.3200 .94516 .18903 1.9299 2.7101 1.00 4.00
Total 100 2.5400 1.12295 .11229 2.3172 2.7628 1.00 5.00
Test of Homogeneity of Variances
uji kesukaan terhadap warna pempek pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.451 3 96 .233
Homogeneous Subsets
uji kesukaan terhadap warna
pempek pempek
Duncan
Sampel N
Subset for alpha =
0.05
1
sampel 4 25 2.3200
sampel 1 25 2.3600
sampel 3 25 2.6000
sampel 2 25 2.8800
Sig. .109
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
ANOVA
uji kesukaan terhadap warna pempek
pempek
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.000 3 1.667 1.335 .268
Within Groups 119.840 96 1.248
Total 124.840 99
Oneway
2. Uji kesukaan terhadap rasa
pempek
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
sampel 1 25 3.5600 .65064 .13013 3.2914 3.8286 3.00 5.00
sampel 2 25 3.6000 .81650 .16330 3.2630 3.9370 1.00 5.00
sampel 3 25 3.6800 .69041 .13808 3.3950 3.9650 2.00 5.00
sampel 4 25 3.6800 .80208 .16042 3.3489 4.0111 2.00 5.00
Total 100 3.6300 .73382 .07338 3.4844 3.7756 1.00 5.00
Uji Kesukaan terhadap rasa pempek pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.421 3 96 .738
ANOVA
Uji kesukaan terhadap rasa pempek
pempek
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .270 3 .090 .163 .921
Within Groups 53.040 96 .552
Total 53.310 99
Homogeneous Subsets
uji kesukaan terhadap rasa pempek
pempek
Duncan
sampel N
Subset for alpha =
0.05
1
sampel 1 25 3.5600
sampel 2 25 3.6000
sampel 3 25 3.6800
sampel 4 25 3.6800
Sig. .610
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
3. uji kesukaan terhadap
aroma pempek pempek
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
sampel 1 25 2.9600 1.17189 .23438 2.4763 3.4437 1.00 5.00
sampel 2 25 3.4800 1.04563 .20913 3.0484 3.9116 1.00 5.00
sampel 3 25 3.2000 1.04083 .20817 2.7704 3.6296 1.00 5.00
sampel 4 25 3.0800 1.03763 .20753 2.6517 3.5083 1.00 5.00
Total 100 3.1800 1.07666 .10767 2.9664 3.3936 1.00 5.00
Test of Homogeneity of Variances
uji kesukaan terhadap aroma pempek pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.362 3 96 .781
ANOVA
uji kesukaan terhadap aroma mpek mpek
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.720 3 1.240 1.072 .365
Within Groups 111.040 96 1.157
Total 114.760 99
Homogeneous Subsets
uji kesukaan terhadap aroma
pempek pempek
Duncan
sampel N
Subset for alpha =
0.05
1
sampel 1 25 2.9600
sampel 4 25 3.0800
sampel 3 25 3.2000
sampel 2 25 3.4800
Sig. .123
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
4. uji kesukaan terhadap
tekstur pempek
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
sampel 1 25 3.1200 1.16619 .23324 2.6386 3.6014 1.00 5.00
sampel 2 25 3.4000 1.00000 .20000 2.9872 3.8128 1.00 5.00
sampel 3 25 3.1200 1.05357 .21071 2.6851 3.5549 1.00 5.00
sampel 4 25 3.0800 1.03763 .20753 2.6517 3.5083 1.00 5.00
Total 100 3.1800 1.05773 .10577 2.9701 3.3899 1.00 5.00
Test of Homogeneity of Variances
uji kesukaan terhadap tekstur pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.338 3 96 .798
ANOVA
uji kesukaan terhadap tekstur pempek
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.640 3 .547 .481 .696
Within Groups 109.120 96 1.137
Total 110.760 99
B. Uji Mutu terhadap warna pempek
Kruskal-Wallis Test
1. Uji mutu hedonik terhadap warna pempek
Ranks
kode sampel N Mean Rank
uji mutu hedonik terhadap
warna pempek pempek
sampel 1 25 55.52
sampel 2 25 46.04
sampel 3 25 44.46
sampel 4 25 55.98
Total 100
Test Statisticsa,b
uji mutu hedonik
terhadap warna
pempek
Chi-Square 3.673
Df 3
Asymp. Sig. .299
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kode sampel
2. Uji mutu terhadap rasa pempek
Test of Homogeneity of Variances
uji mutu hedonik terhadap rasa pempek
pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.421 3 96 .738
ANOVA
uji mutu hedonik terhadap rasa
pempek
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .270 3 .090 .163 .921
Within Groups 53.040 96 .552
Total 53.310 99
uji mutu hedonik terhadap rasa
pempek
Duncan
Sampel N
Subset for alpha =
0.05
1
sampel 1 25 3.5600
sampel 2 25 3.6000
sampel 3 25 3.6800
sampel 4 25 3.6800
Sig. .610
Oneway
[DataSet0]
uji mutu hedonik terhadap
rasa pempek
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
sampel
1 25 2.3600 1.15036 .23007 1.8852 2.8348 1.00 4.00
sampel
2 25 2.8800 1.20139 .24028 2.3841 3.3759 1.00 4.00
sampel
3 25 2.6000 1.15470 .23094 2.1234 3.0766 1.00 5.00
sampel
4 25 2.3200 .94516 .18903 1.9299 2.7101 1.00 4.00
Total 100 2.5400 1.12295 .11229 2.3172 2.7628 1.00 5.00
Test of Homogeneity of Variances
uji mutu hedonik terhadap rasa pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.451 3 96 .233
ANOVA
uji mutu hedonik terhadap rasa
pempek
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.000 3 1.667 1.335 .268
Within Groups 119.840 96 1.248
Total 124.840 99
uji mutu hedonik
terhadap rasa pempek
Duncan
kode
sampel N
Subset for
alpha = 0.05
1
sampel 4 25 2.3200
sampel 1 25 2.3600
sampel 3 25 2.6000
sampel 2 25 2.8800
Sig. .109
3. Uji mutu terhadap aroma pempek
uji mutu hedonik terhadap
aroma mpek mpek
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
sampel
1 25 3.0800 1.07703 .21541 2.6354 3.5246 1.00 5.00
sampel
2 25 3.0000 .95743 .19149 2.6048 3.3952 1.00 5.00
sampel
3 25 3.1200 1.05357 .21071 2.6851 3.5549 1.00 5.00
sampel
4 25 3.4000 1.15470 .23094 2.9234 3.8766 1.00 5.00
Total 100 3.1500 1.05768 .10577 2.9401 3.3599 1.00 5.00
Test of Homogeneity of Variances
uji mutu hedonik terhadap aroma pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.725 3 96 .540
ANOVA
uji mutu hedonik terhadap aroma
pempek
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.270 3 .757 .670 .573
Within Groups 108.480 96 1.130
Total 110.750 99
uji mutu hedonik terhadap aroma
pempek
Duncan
Sampel N
Subset for alpha =
0.05
1
sampel 2 25 3.0000
sampel 1 25 3.0800
sampel 3 25 3.1200
sampel 4 25 3.4000
Sig. .231
4. Uji mutu terhadap tekstur pempek
uji mutu hedonik terhadap
tekstur pempek
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
sampel
1 25 3.0800 1.03763 .20753 2.6517 3.5083 1.00 5.00
sampel
2 25 3.3600 .95219 .19044 2.9670 3.7530 1.00 5.00
sampel
3 25 3.1200 1.05357 .21071 2.6851 3.5549 1.00 5.00
sampel
4 25 3.2800 1.13725 .22745 2.8106 3.7494 1.00 5.00
Total 100 3.2100 1.03763 .10376 3.0041 3.4159 1.00 5.00
Test of Homogeneity of Variances
uji mutu hedonik terhadap tekstur pempek
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.441 3 96 .724
ANOVA
uji mutu hedonik terhadap tekstur
pempek
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.310 3 .437 .398 .755
Within Groups 105.280 96 1.097
Total 106.590 99
uji mutu hedonik terhadap tekstur
pempek
Duncan
Sampel N
Subset for alpha =
0.05
1
sampel 1 25 3.0800
sampel 3 25 3.1200
sampel 4 25 3.2800
sampel 2 25 3.3600
Sig. .397
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Lampiran V
DOKUMENTASI PENELITIAN
A. Persiapan bahan
Ikan Gabus (bagian luar) (bagian dalam)
Daun Bayam Daun bayam setelah diblender
Nasi Tepung Tapioka
B. Hasil adonan setelah dimasak
Perlakuan B Perlakuan A
Perlakuan C Perlakuan D
C. Uji Organoleptik Pada Panelis (tekstur, warna, aroma, rasa)