diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan untuk...
TRANSCRIPT
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KAUM
MARGINAL DENGAN LATAR BELAKANG STATUS SOSIO
EKONOMI YANG RENDAH
(STUDI KASUS: DI YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Rani Tussadiah
NIM: 11140150000072
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KAUM MARGINAL
DENGAN LATAR BELAKANG STATUS SOSIO EKONOMI YANG RENDAH
(STUDI KASUS: DI YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Rani Tussadiah
NIM. 11140150000072
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Zaharah, M.Ed Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si
NIP. 197201152014112002 NIDN. 2022028704
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Penerapan Pendidikan Karakter Pada Siswa Kaum Marginal Dengan Latar
Belakang Status Sosio Ekonomi Yang Rendah (Studi Kasus: di Yayasan Bina Insan Mandiri
Depok)” Disusun oleh Rani Tussadiah, NIM. 11140150000072, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 27 Agustus 2018
Yang Mengesahkan,
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Zaharah, M.Ed Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si
NIP. 197201152014112002 NIDN. 2022028704
i
ABSTRAK
Rani Tussadiah, Penerapan Pendidikan Karakter Pada Siswa Kaum
Marginal Dengan Latar Belakang Status Sosio Ekonomi Yang Rendah (Studi
Kasus: di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok). Skripsi Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui pendidikan karakter yang
diterapkan pada siswa kaum marginal dengan latar belakang status sosial ekonomi
yang rendah di Yayasan Bina Insan Mandiri. (2) Mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengauhi penerapan pendidikan karakter pada siswa kaum
marginal dengan latar belakang status sosial ekonomi yang rendah di Yayasan
Bina Insan Mandiri. (3) Mengetahui kendala dan upaya apa saja yang dilakukan
Yayasan Bina Insan Mandiri dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter
kepada siswa kaum marginal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Pada observasi, dilaksanakan untuk memperoleh
data mengenai kondisi objek yang diteliti melihat dan mengamati beberapa
kegiatan di Yayasan Bina Insan Mandiri. Wawancara dilakukan dengan
pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti kemudian peneliti mengambil
dokumentasi melalui dokumen-dokumen internal dan eksternal di Yayasan Bina
Insan Mandiri.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pendidikan karakter pada
siswa kaum marginal di Yayasan Bina Insan Mandiri telah melakukan penerapan
18 nilai-nilai karakter berupa kegiatan-kegiatan di sekolah. Dalam penerapan
pendidikan karakter terdapat faktor yang mempengaruhi pengaruh penerapan
pendidikan karakter yaitu faktor dari dalam maupun dari luar. Kendala atau
hambatan saat menerapkan pendidikan karakter dikarenakan dari lingkungan
keluarga, kurangnya fasilitas-fasilitas untuk penyandang disable, kurang
pahamnya siswa membagi waktu antara sekolah dan bekerja. Dalam upaya
menangani kendala dalam penerapan pendidikan karakter perlu adanya
pendekatan, pembinaan, dan memberikan contoh dari nilai-nilai yang terdapat
dalam pendidikan karakter.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Kaum Marginal
ii
ABSTRACK
Rani Tussadiah, The Implementation of Character Education for Students in
The Marginal with Background of The Low Socio-economic Status (Case
Study: at Bina Insan Mandiri Foundation). Thesis Department of Social
Sciences, Faculty of Tarbiyah and Educational Sciences, UIN Syarif
Hidayatullah.
The objectives of this research are: (1) To find out the character education
applied to students of the marginal with background of the low socio-economic
status at Bina Insan Mandiri Foundation. (2) Knowing what factors affect the
implementation of character education to students of the marginal with
background of the low socio-economic status at Bina Insan Mandiri Foundation.
(3) Knowing what obstacles and efforts are made by Bina Insan Mandiri
Foundation in applying the values of character education to the marginal
students.
The method that has been used in this research is qualitative method. Data
collection techniques used in this study are observation, interviews, and
documentation. In observation, it was carried out to obtain data regarding the
condition of the object under study seeing and observing several activities at Bina
Insan Mandiri Foundation. Interviews were conducted with questions provided by
researchers and researchers took documentation through internal and external
documents at Bina Insan Mandiri Foundation.
The results showed that the implementation of character education to
students of the marginal at Bina Insan Mandiri Foundation had implemented 18
character values in the form of school activities. In the implementation of
character education there are factors that effect the implementation of character
education, such as internal and external factors. Constraints or obstacles when
implementing character education due to family environment, lack of facilities for
disabled people, lack of understanding of students dividing time between school
and work. In an effort to deal with the obstacles in the implementation of
character education, there needs to be an approach, coaching, and provide an
examples of the values contained in character education.
Keywords: Character Education, The Marginal
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT, karena segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan
jahiliyah menuju jalan yang terang benderang dengan Agama Islam yang
dibawanya menjadi penyelamat dan mengantarkan pemeluknya menuju
kedamaian di dunia maupun di akhirat.
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Bapak Drs. H. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Ibu Tri Harjawati, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir.
4. Ibu Zaharah, M.Ed., dan Bapak Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si., selaku Dosen
Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
terus membantu dalam membimbing sampai selesainya penulisan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut
ilmu di bangku perkuliahan, Khususnya di Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
6. Muchlis Ridha dan Suwarni, orang tua yang penulis cintai tidak pernah henti
membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu siap dikala penulis kesulitan.
iv
7. Kakak dan Adik yang penulis sayangi, Hauria dan Salsabila Nadhifah yang
selalu setia membantu baik berupa moril ataupun materil dalam penulisan
skripsi ini.
8. Terima kasih kepada ketua yayasan, ketua koordinator dan seluruh pengajar
Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), Depok atas izin penelitian yang telah
diberikan serta segala informasi dan masukan selama penelitian. Terima kasih
untuk seluruh siswa dan siswi SMP YABIM yang telah berpartisipasi.
9. Terima kasih sahabat-sahabat hebat ku, Neni Anjarwati, sahabat BALON:
Yayu, Yunita, Aulia, Chairunnisa, Vivi, Zahra, Lutviana, Silvia, Nia, Wardah,
Zefi, dan Agung, sahabat kelas konsentrasi sosiologi, atas dukungan,
semangat dan doa yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan karena apabila bukan karena Allah
SWT penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memerlukan kritik dan saran
dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
serta bagi masyarakat.
Jakarta, 27 Agustus 2018
Penulis
Rani Tussadiah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8
D. Rumusan Masalah................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR ....................... 10
A. Pendidikan Karakter ......................................................................... 10
1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................ 10
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ............................... 12
3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter.................................. 14
4. Prinsip Pendidikan Karakter ................................................. 16
5. Pendekatan Pendidikan Karakter .......................................... 16
6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan
vi
karakter .................................................................................. 18
7. Cara-Cara Menanamkan Pedidikan Karakter ............................. 20
B. Kaum Marginal .............................................................................. 21
1. Pengertian Kaum Marginal ................................................... 21
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya kaum Marginal .. 22
3. Kelompok Kaum Marginal ................................................... 23
C. Penelitian yang Relevan .................................................................... 25
D. Kerangka Berfikir.............................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30
A. Tempat dan Waktu ............................................................................ 30
B. Metode Penelitian.............................................................................. 32
C. Subjek Penelitian ............................................................................... 33
D. Sumber Data ...................................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34
F. Rencana Pengujian Keabsahan Data ................................................. 36
G. Teknik Analisis dan Pengolahan Data .............................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 38
A. Profil Yayasan Bina Insan Mandiri ................................................... 38
1. Sejarah singkat berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri ...... 38
2. Identitas Yayasan Bina Insan Mandiri ....................................... 44
3. Visi dan Misi ........................................................................... 44
4. Tujuan Pelayanan Yayasan Bina Insan Mandiri ................... 45
5. Keadaan Relawan dan Tutor ..................................................... 46
6. Program Kerja PKBM YABIM Depok ...................................... 47
7. Sarana dan Prasarana ............................................................... 49
8. Struktur Kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri .................... 50
B. Deskripsi dan Analisis Data .............................................................. 51
1. Penerapan Pendidikan Karakter ................................................ 52
2. Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Pendidikan Karakter ...... 63
3. Kendala dan Upaya Dalam Menerapkan Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter Pada Siswa Kaum Marginal ........................................ 65
vii
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 72
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 73
A. Kesimpulan ....................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter....................................... 14
Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan .............................................................. 25
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan .......................................................................... 31
Tabel 3.2 Penarikan Sempel Penelitian ....................................................... 33
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara .................................................. 35
Tabel 4.1 Kegiatan dan Penerapan Nilai-nilai karakter .............................. 61
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..................................................................... 29
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 30
Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri ................ 50
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi .............................................................
Lampiran 2 Transkip Wawancara ..............................................................
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara .............................................
Lampiran 4 Lembar Observasi ...................................................................
Lampiran 5 Dokumentasi ...........................................................................
Lampiran 6 Biodata Penulis .......................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, dan
untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan
yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa
memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.
Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga
negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga
mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat
madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang
telah diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Negara dalam hal ini diwakili oleh pemerintah,
memiliki kewajiban untuk melaksanakan pendidikan dasar. Negara wajib
untuk mengupayakan secara penuh pemenuhan hak anak atas pendidikan
yang wajib dan cuma-cuma. Namun, pada kenyataannya pendidikan di
Indonesia sekarang ini lebih cenderung dirasakan oleh lapisan masyarakat
kelas menengah dan lapisan masyarakat atas. Hal ini sangat amat
memprihatinkan mengingat pemerintah sudah mencanangkan program
wajib belajar Sembilan tahun bagi sekolah negeri secara gratis, namun
masih saja ada masyarakat yang tidak mempergunakan kesempatan
tersebut. Permasalahan ini mungkin terjadi diakibatkan kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai esensi pendidikan, dukungan dan
kondisi dari lingkungan sekitar, serta keadaan ekonomi keluarga yang
rendah.
Permasalahan ini biasanya dirasakan dari masyarakat golongan bawah
atau masyarakat pra-sejahtera atau yang lebih dikenal sebagai masyarakat
marjinal. Masyarakat marjinal merupakan kelompok masyarakat yang
hidup dibawah standar kemiskinan. Mereka adalah golongan masyarakat
2
yang terpinggirkan atau yang dikucilkan dari lingkungan mereka sendiri.
Menurut Paulo Freire, Kaum marjinal dibedakan dua kelompok yang
jarang mendapat perhatian dalam hal pendidikan. Pertama, penyandang
cacat, yaitu yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang
memadai dan pendidikannya dibedakan dengan kaum “normal” yang
menjadikan kaum cacat menjadi terasing dari lingkungan sosial, tereklusi
dari sistem sosial orang-orang normal. Kedua, anak-anak jalanan, kaum
miskin yang sudah terbiasa dengan kekerasan. Dapat kita perhatikan
banyak anak-anak yang putus sekolah dan memilih untuk bekerja demi
menyambung kehidupannya, seperti menjadi pengamen jalanan.
Dukungan yang kurang dari lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi
seseorang tidak dapat menempuh pendidikan. Bahkan ada angkatan usia
kerja yang seharusnya sudah dapat memperoleh pekerjaan di tempat kerja
yang layak, namun karena jenjang pendidikan yang diperolehnya rendah
sehingga tidak dapat memperoleh itu semua, seperti menjadi asisten rumah
tangga, supir angkot, tukang ojeg, dan sebagainya. Hal ini butuh perhatian
khusus bagi pemerintah ataupun instansi atau lembaga swasta, dan bahkan
masyarakat sendiri untuk menangani permasalahan ini. Salah satu bentuk
pendidikan alternatif yang mungkin dapat dilaksanakan bagi mereka
melalui pendidikan non-formal.
Pendidikan non-formal diselenggarakan oleh warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti,
penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non-formal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim,
serta satuan pendidikan yang sejenis.
3
Dalam ajaran Islam, pembentukan karakter dengan nilai agama dan
norma bangsa sangat penting, karena antara akhlak dan karakter
merupakan satu kesatuan yang kukuh seperti pohon dan yang menjadi
inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad SAW.
Pilar-pilar pembentukan karakter Islam bersumber pada Al-Quran, Sunnah
atau hadis, dan keteladanan Nabi Muhammad SAW.7 Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Ahzab: 2
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah bagimu,
(yaitu) bagi orang yag mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Jika di dalam Al-Qur’an terdapat kisah para nabi atau orang-orang
yang durhaka, maka tujuannya adalah untuk membina moral. Orang-orang
yang baik seperti para nabi selalu berada dalam kemenangan. Sebaliknya,
orang-orang yang jahat selalu berada dalam kebencian Tuhan dan akhir
perjuangannya berada dalam kerugian. Hal ini dapat ditarik pelajaran agar
manusia memiliki sikap yang baik agar mendapat kasih sayang Tuhan dan
menjauhi perbuatan yang buruk agar tidak dibenci Tuhan.1 Hal yang
paling penting dalam pendidikan karakter adalah kesadaran untuk
memahami apa yang dilakukannya adalah hal yang terbaik. Untuk semakin
menguatkan kesadaran untuk memahami ini, dibutuhkan contoh atau suri
teladan yang baik dari para pendidik dan orang-orang yang terlibat dalam
dunia pendidikan.2 Kementerian Pendidikan Nasional di Indonesia telah
1 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 212. 2 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz, 2011), h. 19
4
memberlakukan program penerapan pendidikan karakter, hal ini
dikarenakan sebagai bentuk perbaikan moral dan karakter bangsa di
Indonesia. Program tersebut dirumuskan kedalam 18 nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa yang diterapkan dalam mata pelajaran,
ekstrakurikuler, dan kegiatan sehari-hari. Dengan diterapkannya
pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang
Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter saat ini bukan hal baru dalam pendidikan di
Indonesia. Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi
pekerti (karakter), pikiran (intellect) dan tumbuh anak. Ketiganya tidak
boleh dipisahkan, agar anak dapat tumbuh dengan sempurna. Jadi menurut
Ki Hajar Dewantara, pendidikan karakter merupakan bagian penting yang
tidak boleh dipisahkan dalam isi pendidikan kita. Di masa lalu juga pernah
ada pelajaran budi pekerti. Mata pelajaran Agama dan PPKn sebenarnya
juga bertujuan untuk menumbuh kembangkan karakter. Gambaran di atas
menunjukan bahwa sebenarnya pendidikan karakter sudah memiliki
landasan, baik secara filosofi maupun aturan formal. Oleh karena itu,
program utama Kemdiknas tentang Pendidikan Karakter lebih tepat
disebut “Pengarusutamaan Pendidikan Karakter”. Artinya, selama ini
sebenarnya sudah ada pendidikan karakter, tetapi kurang mendapat
perhatian, dan oleh karenanya kini diberikan penekanan.3
Menurut Thomas Lickona dalam buku Pendidikan Karakter
mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk
membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang
3Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h.vii.
5
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras,
dan sebagainya.4 Hal ini, pendidikan karakter saat ini sangat penting untuk
diterapkan, karena berhubungan dengan banyaknya prilaku yang tidak
berkarakter yang dilakukan oleh masyarakat sekarang ini. Contohnya
tawuran antar pelajar, munculnya “geng motor”, pergaulan bebas dan
penggunaan narkoba. Hal yang memicu perilaku yang tidak berkarakter
tersebut mungkin dikarenakan adanya kesenjangan ekonomi-sosial-politik,
tindakan KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme), serta ketidak adilan hukum
sehingga perilaku tidak berkarakter pun timbul. Hal ini sangat
memprihatikan bagi bangsa Indonesia, karena ini menunjukkan kelemahan
dan kerapuhan karakter yang dimiliki bangsa ini. Oleh karena itu
dibutuhkan peran dari berbagai sektor, tidak hanya dari pemerintah,
melainkan lembaga pendidikan baik negeri atau swasta, dan masyarakat
sekitar yang perlu mengoptimalkan pendidikan karakter di Indonesia.
Pendidikan karakter yang diharapkan dapat dikembangkan kepada
peserta didik dalam hal ini, membangun karakter peserta didik mengarah
pada pengertian tentang mengembangkan peserta didik agar memiliki
kepribadian, perilaku, sifat, tabiat dan watak baik atau mulia. Karakter
yang demikian ini mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi,
dan kecakapan yang memenuhi standar nilai dan norma yang dijunjung
tinggi dan dipatuhi. Peserta didik yang memiliki karakter mulia memiliki
pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai
seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan
inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar,
berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati
janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia,
bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin,
antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis,
4 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2012), h.23.
6
hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri,
produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib.
Di samping itu, individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang
terbaik atau unggul dan mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya
tersebut. Mereka dapat merealisasikan perkembangan positif sebagai
individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Peserta didik
yang berkarakter baik atau unggul selalu berusaha melakukan hal-hal yang
terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara
serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya (perasaannya).5
Dapat dilihat dari pendidikan karakter sejak zaman dahulu hingga
sekarang, zaman dahulu pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan karakter merupakan bagian penting yang tidak boleh
dipisahkan dalam isi pendidikan kita. Di masa lalu juga pernah ada
pelajaran budi pekerti. Terlihat dari mata pelajaran Agama dan PPKn
sebenarnya juga bertujuan untuk menumbuh kembangkan karakter.
Namun, pendidikan karakter saat ini kurang mendapat perhatian, dan oleh
karenanya kini diberikan penekanan kedepannya. Harapan pendidikan
karakter saat ini dapat dikembangkan kepada peserta didik dalam
membangun karakter peserta didik mengarah pada pengertian tentang
mengembangkan peserta didik agar memiliki karakter yang mulia. Seperti
pendidikan karakter yang di terapkan oleh sekolah di Yayasan Bina Insan
Mandiri (YABIM), Depok, Jawa Barat. Di mana secara umum siswa yang
bersekolah di yayasan ini adalah siswa dengan latar belakang status sosio
ekonomi yang rendah. YABIM merupakan sekolah gratis yang terletak di
belakang terminal Depok, sekolah ini diperuntukkan bagi anak-anak
dhuafa di sekitar terminal Depok. YABIM memiliki tujuan memberikan
5 Suyitno Imam, “Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan
Kearifan Lokal”, Jurnal Pendidikan Karakter Tahun II No 1, FBS Universitas Negeri Malang,
2012, h. 3-4
7
pendidikan dan pembinaan kaum marginal seperti anak jalanan,
pengamen, pengasong, pemulung, yatim dan dhuafa. Diharapkan dengan
adanya sekolah yang didirikan YABIM ini dapat menarik minat masyaakat
untuk dapat melanjutkan pendidikan mereka. Yayasan Bina Insan Mandiri
(YABIM) disini diharapkan dapat menerapkan pendidikan karakter sama
seperti halnya yang diterapkan pada sekolah formal pada umumnya.
Apalagi Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) yang menangani
masyarakat marginal dimana warga belajarnya berasal dari lapisan
masyarakat kelas bawah, dan mengetahui ada tidaknya hubungan
pendidikan karakter yang di terapkan di Yayasan Bina Insan Mandiri
(YABIM) terhadap siswa kaum marginal ini. Dengan adanya pendidikan
karakter tidak hanya dilaksanakan di sekolah fomal saja, melainkan perlu
dilaksanakan oleh semua instasi dan seluruh lapisan masyarakat khususnya
pendidikan bagi masyarakat marjinal, dapat memperbaiki moral serta
akhlak mereka pada setiap kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Salah
satunya sekolah dalam bentuk pendidikan non formal yaitu Yayasan Bina
Insan Mandiri (YABIM) yang didalamnya terdapat siswa dan siswi dari
kaum marginal. Berdasarkan uraian masalah di atas, penulis tertarik untuk
meneliti permasalahan tersebut ke dalam penelitian yang berjudul
“Penerapan Pendidikan Karakter Pada Siswa Kaum Maginal dengan Latar
Belakang Status Sosio Ekonomi yang Rendah (Studi Kasus di Yayasan
Bina Insan Mandiri Depok)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Latar belakang siswa belajar yang berasal dari masyarakat marginal.
2. Masih kurangnya penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi
masyarakat marginal khususnya bagi siswa yang belajar di Yayasan
Bina Insan Mandiri (YABIM)
8
3. Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter di Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) belum maksimal,
khususnya dalam penyampaian pesan atau nasihat kepada warga
belajar.
4. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan Bina Insan Mandiri
(YABIM) masih belum berjalan optimal.
C. Pembatasan Masalah
Dalam uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian yang
berfokus pada Penerapan Pendidikan Karakter pada Siswa Kaum Marginal
dengan Latar Belakang Status Sosio Ekonomi yang Rendah (Studi Kasus
di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu:
Bagaimana penerapan pendidikan karakter yang diterapkan pada
siswa kaum marginal dengan latar belakang status sosio ekonomi yang
rendah di Yayasan Bina Insan Mandiri?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki
tujuan yaitu:
Mengetahui pendidikan karakter yang diterapkan pada siswa kaum
marginal dengan latar belakang status sosio ekonomi yang rendah di
Yayasan Bina Insan Mandiri.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan bagi dunia
9
pekerjaan sosial, khususnya yang berfokus pada bidang pendidikan
yang menerapkan pendidikan bagi masyarakat marjinal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan dan kebijakan bagi
pemerintah dalam mendirikan sekolah dengan menerapkan
pendidikan karakter.
b. Bagi yayasan, sebagai bahan masukan bagi Yayasan Bina
Insan Mandiri dan pihak terkait dalam menerapkan
pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal.
c. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Bina Insan
Mandiri bagi masyarakat marjinal dan dapat memberikan
kontribusi pengembangan khazanah ilmu.
d. Bagi penulis, memberikan motivasi untuk penulis untuk
belajar lebih banyak serta dapat memperoleh pengalaman
langsung dalam penerapan pendidikan karakter bagi
masyarakat marjinal di Yayasan Bina Insan Mandiri.
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
PENDIDIKAN KARAKTER & SISWA KAUM MARGINAL
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Sebelum membahas mengenai pendidikan karakter, ada baiknya
kita harus memahami terdahulu definisi dari pendidikan. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.1 Pendidikan menurut kamus besar bahasa
Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.2 Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
diketahui pengertian pendidikan adalah proses manusia untuk
mengembangkan potensi dirinya dengan cara melatih, membimbing, dan
memandu manusia agar menjadi manusia yang sejati.
Setelah mengetahui definisi dari pendidikan, selanjutnya akan
dijelaskan mengenai karakter. Definisi mengenai karakter banyak
diungkapkan oleh para ahli. Menurut Wynne mengemukakan bahwa
karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai)
dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam
tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, seseorang yang
1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2 Muhibin Syah, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru” , (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 10.
11
bepeilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dinyatakan sebagai orang
yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan
suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter
baik/mulia.3
Pengertian lain karakter merupakan perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
karma, budaya, dan adat istiadat.4 Berdasarkan uraian pengertian dari
karakter dapat diketahui bahwa karakter yaitu suatu nilai-nilai kebaikan
yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan norma
agama, hukum, tata krama, budaya dan istiadat.
Setelah kita mengetahui definisi dari karakter dapat dengan mudah
kita mendefinisikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter di sekolah
juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah.
Pengelolaan di maksud adalah bagaimana pendidikan karakter di
rencanakan, dilaksanakan dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan
pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan ini diantaranya
meliputi nilai-nilai yang perlu ditanamkan agar memiliki pribadi yang
baik.
Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen: kesadaran,
pemahaman, kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan , maupun masyarakat dan bangsa secara
keseluruhan, sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan
kodratnya.5 Menurut Dony Kusuma, pendidikan karakter merupakan
dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri
3 Mulyasa, “Manajemen Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),h. 3.
4 Heri Gunawan, “Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi", (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 3-4. 5 Mulyasa, “Manajemen Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),h. 7.
12
manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan
diposisi aktif, stabil dalam diri individu. 6 Definisi lain yang berkaitan
dengan pendidikan karakter menurut Buchori mengemukakan bahwa
pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan
nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara efektif, dan akhirnya
pengamalan nilai secara nyata. 7 Dalam hubungannya dengan pendidikan,
pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik
buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.8
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas, dapat kita ketahui
bahwa pendidikan karakter adalah usaha menanamkan nilai-nilai karakter
yang perlu ditanamkan agar memiliki pribadi yang baik dalam rangka
membina kepribadian generasi muda.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Adapun tujuan pendidikan karakter ini betujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap
satuan pendidikan. 9 oleh karena itu, melalui pendidikan karakter ini
peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menerapkan nilai-nilai
karakter sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
fungsi pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pendidikan
karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berprilaku baik (2) memperkuat dan membangun
6 Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”(Jakarta : Kencana, 2011), h. 19.
7 Mulyasa, “Manajemen Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 8-9.
8 Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehi, “Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa”, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2013), h. 42. 9 Mulyasa, “Manajemen Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 9.
13
perilaku bangsa yang multikultur (3) meningkatkan peradaban bangsa
yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan
melalui berbagai media yang mencakup keluarga satuan pendidikan,
masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintahan, dunia usaha, dan
media massa. Pada tataran yang lebih luas pendidikan karakter nantinya
diharapkan menjadi budaya sekolah sebagai berikut.
a. Pembentukan dan pengembangan potensi.
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan
potensi manusia atau warga negara indonesia agar berpikiran baik,
berhati baik, dan berprilaku baik sesuai denganfalsafah hidup
Pancasila.
b. Perbaikan dan Penguatan.
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan
warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju,
mandiri, dan sejahtera.
c. Penyaring.
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya
bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang
positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia
agar menjadi bangsa yang bermartabat.10
Dari fungsi dan tujuan diatas dapat diketahui bahwa pendidikan
karakter ini memiliki peran yang sangat penting untuk menanamkan
kepribadian yang mandiri, meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menerapkan nilai-nilai karakter sehingga
terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu untuk mencapai
tujuan tersebut dan berfungsi secara maksimal diperlukan peran dari
10
Euis Puspitasari, “Pendekatan Pendidikan Karakter”, Jurnal Edueksos Vol III No 2,
IAIN Syekh Nujati Cirebon, 2014, h. 46-47
14
berbagai pihak, tidak hanya guru melainkan semua pihak yang terlibat di
dalamnya.
3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
Mulai tahun pelajaran 2011, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia mengumumkan kepada seluruh tingkat pendidikan di Indonesia
harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Ada 18 nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan karakter bangsa, seperti terlihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
NO. Nilai
Karakter
Uraian
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adala
proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi,
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
15
Tabel 2.1 (Lanjutan)
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin
tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah
air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar
membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan manfaat bagi dirinya.
16. Peduli
lingkungan
Sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung
jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, karakter dimulai dalam sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.11
Berdasarkan nilai-nilai karakter diatas, maka dapat diketahui
bahwa dalam dunia pendidikan kita perlu menanamkan 18 nilai karakter
11 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif,
(Jakarta:Esensi, 2012), h. 5-8.
16
tersebut. Oleh karena itu, sangat penting bagi pendidikan saat ini untuk
menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik agar menciptakan
generasi muda yang memiliki karakter yang lebih baik.
4. Prinsip Pendidikan Karakter
Penjelasan di atas mengarahkan bahwa pendidikan karakter harus
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. Pertama, mempromosikan
nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. Kedua, mengidentifikasi
karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan
perilaku. Ketiga, menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan
efektif untuk membangun karakter. Keempat, menciptakan komunitas
sekolah yang mempunyai kepedulian. Kelima, memberi kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik. Keenam, memiliki
cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu
untuk sukses. Ketujuh, mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para
siswa. Kedelapan, memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas
moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia
pada nilai dasar yang sama. Kesembilan, memfungsikan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
Kesepuluh, mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan
siswa.12
5. Pendekatan Pendidikan Karakter
Pendekatan yang efektif yang harus diterapkan untuk keberhasilan
proses pendidikan karakter dipengaruhi oleh ketepatan seorang guru dalam
memilih dan mengaplikasikan pendekatan dalam penanaman nilai-nilai
karakter dapat menggunakan delapan pendekatan untuk mengajarkan
pendidikan karakter yaitu Pertama, evocation adalah pendekatan yang
memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada peserta didik untuk
12
Binti Maunah, “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian
Holistik Siswa”, Jurnal, IAIN Tulungagung. h. 93
17
secara bebas mengekpresikan respons afektifnya terhadaap stimulus yang
diterimanya. Kedua, inculcation adalah pendekatan agar peserta didik
menerima stimulus yang diarahkan menuju kondisi siap. Ketiga, Moral
Reasoning, yaitu pendekatan agar terjadi transaksi intelektual talksonomik
tinggi dalam mencari permasalahan suatu masalah. Keempat, Value
Clarification, yaitu pendekatan melalui stimulus terarah agar siswa diajak
mencari kejelasan isi pesan keharusan nilai moral. Kelima, Value Analysis,
yaitu pendekatan agar siswa dirangsang untuk melakukan analisis nilai
moral. Keenam, Moral Awareness, yaitu pendekatan agar siswa menerima
stimulus dan dibangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu. Ketujuh,
Commitment Approach, yaitu pendekatan pada siswa sejak awal diajak
menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan nilai.
Kedelapan, Union Approach, yaitu pendekatan agar peserta didik
diarahkan untuk melaksanakan secara riil dalam suatu kehidupan.13
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa agar pendidikan
karakter dapat berjalan dengan efektif maka diperlukan adanya
pendekatan-pendekatan yang dijelaskan diatas. Pendidikan karakter dapat
diterapkan tidak hanya pada dilingkungan sekolah saja, melainkan pada
lingkungan keluarga dan masyarakat agar peserta didik dapat terarahkan
untuk melaksanakan dalam kehidupan.
Dengan pendekatan tersebut dapat dilakukan strategi penerapan
pendidikan karakter dimulai dengan pengajaran makna nilai-nilai, setelah
diajarkan nilai tersebut ditanamkan melalui pembiasan dalam kehidupan
sehai-hari, kemudian nilai-nilai ditumbuhkan dengan penguatan oleh orang
tua atau guru dalam kegiatan anak yang memuat nilai-nilai tersebut.
Setelah ditanamkan dan di tumbuhkan, nilai tersebut dikembangkan
melalui nilai-nilai diri dengan keteladanan oang-orang dilingkungan
sekitarnya dan kemudian dimantapkan dengan melakukan pengontrolan,
jika yang dilakukan sesuai dengan nilai yang sudah dikembngkan maka
anak pelu mendapatkan penghargaan dan tahap penguatan, jika perilaku
13
Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”(Jakarta : Kencana, 2011), h. 206-214.
18
yang dilakukaan menyimpang maka pelu diberi hukuman atau pembinaan
dan kembali pada tahap pengajaran nilai-nilai.14
6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia
dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang
(dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa
manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting
berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya
tingkah laku antara lain adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa
suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam alquran diterangkan yang
artinya Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang
yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Kalimat yang dimaksud untuk naluri berjodoh ini pada kata-kata
ini :
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak".
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua
kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang
tuanya.
14 Ayu Nur Azizah, “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Terlantar di
Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2014, h. 32
19
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk
mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan
penciptanya.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga
menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia,
apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya,
itu dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
Wirotsah (keturunan) adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari
pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak
merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu
mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan
udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya,
seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. Milieu ada 2 macam:
a. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan
alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa
oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang
badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya
tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa
badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas
tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
b. Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah
sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan
20
akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.
Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi
akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan
terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru
disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang
dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra
kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud
kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.15
7. Cara-Cara Menanamkan Pedidikan Karakter
Menurut Mulyana empat langkah dasar yang dapat dilakukan untuk
mengenalkan karakter pada anak, yaitu dengan:
1. Mengetahui yang baik (knowing the good).
Mengenalkan nilai karakter yang ingin tumbuh dalam diri
anak dimulai dengan mengenalkan apa nilai yang baik tersebut.
Kegiatan ini bisa dilakukan melalui bercerita dan dialog yang
dipandu oleh pendidik. Misalnya untuk tema tanaman, pendidik
dapat mengajukan pertanyaan terbuka tentang karakter yang
bertanggung jawab dalam memelihara tanaman. Contoh pertanyaan
pendidik, ”Bagaimana cara kita bertanggung jawab terhadap
tanaman?”. Setiap anak dapat memberi jawaban yang berbeda.
Semua pendapat anak dihargai karena itu mencerminkan
pemahaman peserta didik.
2. Mengerti mengapa nilai itu baik (reasoning the good)
Anak perlu mengetahui mengapa dia harus berbuat baik.
Misalnya kenapa anak harus bertanggung jawab dalam memelihara
tanaman, apa akibatnya kalau anak tidak bertanggung jawab dalam
memelihara tanaman. Jadi anak tidak hanya menghafal kebaikan
tetapi juga tahu alasannya. Membangunpenghayatan anak dengan
melibatkan emosinya untuk menyadari pentingnya menerapkan
nilai karakter (bertanggung jawab).
15
Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”(Jakarta : Kencana, 2011), h. 177-183.
21
3. Merasakan yang baik (feeling the good)
Agar anak mencintai kebaikan, pendidik membiasakan anak
senang dengan kebaikan tersebut, dengan cara merasakan bahwa
kebaikan tersebut membuatnya merasa senang. Misalnya pendidik
berkata pada anak-anak, “Jika kita sedang haus kepanasan, terus
ada yang memberi minum, bagaimana rasanya?” biarkan anak
menjawab sesuai dengan pikirannya masing-masing.
4. Melakukan yang baik (acting the good)
Puncak dari tahap pendidikan karakter adalah memberi
kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan kebaikan.
Pendidik dapat berkata: ”Pohon ini sedang kehausan, apa yang bisa
kita lakukan?”. Dalam hal ini peserta didik diminta untuk
menceritakan kegiatan dan perasaannya setelah melakukan
kegiatan. Pendidik dapat memberikan penguatan dan pujian serta
sentuhan kasih sayang terhadap apa yang direfleksikan anak,
misalnya dengan mengatakan, “Terimakasih, sudah menyiram
tanaman.” Jika anak terbiasa melakukan keempat metode di atas
(knowing, reasoning, feeling, dan acting the egood) maka lama
kelamaan karakter anak akan terbentuk.16
B. Kaum Marginal
1. Pengertian Kaum Marginal
Kaum marginal disini sama saja dengan masyarakat miskin atau
pinggiran yang hidup dibawah garis kemiskinan. Istilah marginal setara
dengan kata marginal dalam Bahasa Inggris yang berasal dari kata margin
yang berarti batas atau pinggiran. Masyarakat marginal dapat diartikan
sebagai suatu kelompok masyarakat yang berada pada posisi pinggiran.
Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut masyarakat marginal
adalah minoritas, miskin, atau kelompok proletariat. Kelompok
16 Nuraeni, “Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Paedagogy No.2,
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram, 2014, h. 6-7.
22
terpinggirkan dapat diartikan pula sebagai orang-orang dari sektor
informal yang mayoritas tidak memiliki akses ke kekuasaan dan memiliki
pengaruh kecil dalam pembangunan serta mengalami satu atau lebih
dimensi penyingkiran, diskriminasi, atau eksploitasi dalam kehidupan,
sosial, ekonomi dan politik kota.17
Dari definisi diatas mengenai kaum
marginal dapat diketahui bahwa kaum marginal adalah kelompok
masyarakat yang berada pada digaris kemiskinan yang tersingkirkan akibat
tidak berdayaannya didalam kehidupan yang semestinya.
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Adanya Kaum Marginal
a. Penyandang Cacat
Penyandang cacat yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan
yang memadai dan pendidikannya dibedakan dengan kaum “normal”
yang menjadikan kaum cacat menjadi terasing dari lingkungan sosial,
tereklusi dari sistem sosial orang-orang normal.18
Karena penyandang cacat tidak memiliki tubuh yang normal
layaknya manusia lain, perbedaan tersebut menjadikan penyandang
cacat ini dijauhkan oleh orang-orang normal. Ketidaksamaan ini yang
mengakibatkan orang yang memiliki tubuh tidak normal diasingkan
oleh lingkungan tempat tinggal orang tersebut.
b. Kaum Miskin
Orang miskin di daerah perkotaan hidup di kawasan pemukiman
yang memiliki berbagai fasilitas tetapi tanpa akses yang memadai
untuk dapat menikmatinya. Mereka termasuk dalam kelompok
masyarakat marginal, kalangan masyarakat yang akhirnya terasing dan
tersingkir akibat ketidakberdayaan mereka untuk mengakses
kebutuhan-kebutuhan hidup dengan layak.19
17
Widiastuti dalam Rizki NisaSetyowati, Skripsi: Pendidikan Anak Di Masyarakat
Marginal Kampung Pajeksan Kota Yogyakarta, (2016), h. 27-28. 18
Widiastuti dalam Rizki NisaSetyowati, Skripsi: Pendidikan Anak Di Masyarakat
Marginal Kampung Pajeksan Kota Yogyakarta, (2016), h. 29. 19
Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, Esti Hayu Purnama Ningsih, “Konsep Diri
Perempuan Marginal”, Jurnal Psikologi No.1, Universitas Gadjah Mada, 2002, h. 48.
23
Ketidakmampuan seseorang dalam hal materil (keuangan)
menjadikan kebutuhan sehari-hari terbatas. Kalangan ini tidak dapat
menikmati akses atau fasilitas yang ada karena ketidakmampuannya
dalam hal materil untuk mendapatkan berbagai fasilitas yang ada.
3. Kelompok Kaum Marginal
Berdasarkan dua pembagian tersebut, dapat disimpulkan
kelompok-kelompok yang tergolong sebagai masyarakat marginal adalah:
a. Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima adalah orang-orang yang berdagang di trotoar
atau tepi jalan raya. Bobo menyebutkan pedagang kaki lima memiliki
tiga peran penting, yaitu sebagai penyedia kebutuhan pokok
masyarakat kurang mampu dengan harga terjangkau, sebagai penyerap
tenaga kerja dan angkatan kerja terutama tenaga kerja kurang atau
tidak terdidik, dan sebagai pengecer produk yang merupakan ujung
tombak pemasaran.
b. Komunitas Jalanan
Komunitas Jalanan adalah sekelompok masyarakat yang hidup
menggunkan semua fasilitas jalanan untuk hidup, seperti tidur, mencari
uang, dan berhubungan dengan sesama temannya. Komunitas jalanan
ini tinggal berkelompok yang anggotanya saling membantu satu sama
lainnya dalam urusan makan, bermain, dan mencari uang. Komunitas
jalanan ini pada umumnya memiliki ikatan yang sangat kuat dan
solidaritas kelompok yang tinggi, tetapi hubungan dengan kelompok
lain sangat rapuh karena komunitas ini mudah saja berkelahi atau
tersinggung, seperti dalam perebutan tempat mencari uang. Contoh
komunitas jalanan seperti anak jalanan dan anak punk.
c. Pemulung
Pemulung adalah seorang individu atau sekelompok orang yang
melakukan aktivitas memungut atau mengumpulkan barang-barang
bekas (sampah) yang dapat dimanfatkan (daur ulang) atau dijual
24
kembali dengan ketentuan untuk mendapatkan nilai ekonomis. Adapun
karakteristik pemulung adalah bekerja mengumpulkan barang-barang
bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang telah di
bongkar, sebagian pemulung lainnya berputar-putar mengais barang
bekas dari tumpukan tumpukan sampah.20
d. Pemukim Liar
Pemungkim liar adalah tempat di sebuah kawasan dengan tingkat
kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh
masyarakat miskin dan tempat yang tidak mendapatkan izin dari
pemerintah untuk menempati tempat tersebut. Pemukim liar secara
fisik memiliki kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti kotor,
tercemar, lembab dan lain-lain.
e. Komunitas Difable
Difable (different ability) adalah orang-orang dengan kemampuan
berbeda yang disebabkan kondisi bawaan sejak lahir atau kecelakaan.
Jumlah penyandang difable di masyarakat lebih sedikit dibandingkan
kelompok lainnya sehingga sering hak-hak para penyandang difable
kurang terjamin misalnya fasilitas-fasilitas umum seperti transportasi
publik dan toilet umum yang belum menyediakan fasilitas khusus
untuk para penyandang difable.
f. Komunitas Waria
Waria merupakan istilah untuk orang-orang yang memiliki
kecendurungan orientasi jenis kelamin yang berbeda dengan fisiknya
sehingga perilakunya cenderung berbeda dengan penampilan fisiknya.
Hal inilah yang membuat para waria mengalami perlakuan yang tidak
diinginkan dari lingkungan sekitanya dan sering mengalami
marginalisasi.
20 Arlim Adam dan Sam’un Mukramin “Eksistensi Pemulung Sebagai Profesi Di TPA
Sampah Tamangapa Kota Makassar” Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer No. 2, 2014, h.
28.
25
g. Kelompok Agama Minoritas
Kelompok agama minoritas adalah orang-orang yang tidak
menganut agama yang dianut mayoritas orang disekitarnya atau aliran
agama mayoritas dengan jumlah penganut sedikit. Hal inilah yang
menyebabkan kelompok agama minoritas sering kesulitan
mengekspresikan keyakinan atau kepercayaan secara bebas.21
C. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitin yang
memiliki relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis, seperti terlihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan
No. Penulis Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Ayu Nur
Azizah,
Jurusan
Manajemen
Pendidikan,
Fakultas
Ilmu
Tarbiyah &
Keguruan,
UIN
Jakarta,
2014).
Implementasi
Pendidikan
Karakter
Bangsa bagi
Anak
Terlantar di
Panti Asuhan
Nurul Qur’an
Bekasi
Dari penelitian
tersebut diperoleh
bahwa 18 nilai
karakter bangsa
telah diterapkan
melalui berbagai
kegiatan sehari-hari
yang dilakukan oleh
anak.
Pengimplementasia
n nilai-nilai tersebut
tidak hanya
pengajaran saja,
tetapi langsung
diterapkan oleh
anak asuh.
Meskipun
Dalam
penelitian ini
sama-sama
meneliti
pendidikan
karakter
pada anak
menggunaka
n 18 nilai
karakter.
Penelitian
Ayu Nur
Azizah
membahas
pendidikan
karakter
bagi anak
terlantar
dipanti
asuhan
Nurul
Qur’an
Bekasi,
sedangkan
penelitian
21
Rizki NisaSetyowati, Pendidikan Anak Di Masyarakat Marginal Kampung Pajeksan
Kota Yogyakarta, Skripsi pada (Universitas Negeri Yogyakarta), 2016, h. 30-31.
26
Tabel 2.2 (Lanjutan)
mengalami banyak
kendala dalam
pelaksanaannya,
namun pendidikan
karakter budaya
bangsa di panti
asuhan menjadi
efektif karena
langsung
dilaksanakan di
bawah pengawasan
Pembina, guru, dan
senior di panti
asuhan.
saya
membahas
pendidikan
karakter
pada siswa
kaum
marginal di
yayasan
Bina Insan
Mandiri
2. Agus
Setiawan,
Departement
of Sociology
Faculty of
Social and
Politics
University of
Riau
Anak Putus
Sekolah Pada
Masyarakat
Marginal di
Perkotaan (studi
terhadap
masyarakat di
Kelurahan
Meranti Pandak
Kecamatan
Rumbai Pesisir
Kota
Pekanbaru)
Dari penelitian
tersebut diperoleh
bahwa a) Faktor
penyebab anak
putus sekolah di
kelurahan Meranti
Pandak adalah
karena faktor
motivasi dari dalam
diri anak itu sendiri
untuk sekolah
40,90% yang
menjadi faktor
dominan, faktor
ekonomi keluarga
31,83% dan faktor
lingkungan teman
bermain 27,27% b)
Aktifitas anak putus
sekolah di
Kelurahan Meranti
Pandak adalah
Dalam
penelitian
ini sama-
sama
meneliti
mengenai
pendidikan
masyarakat
marginal
Penelitian
Agus
Setiawan
hanya
membahas
anak-anak
yang putus
sekolah
pada
masyarakat
marginal
sedangkan
penelitian
saya
membahas
penerapan
pendidikan
karakter
kepada
siswa kaum
maginal.
27
Tabel 2.2 (Lanjutan)
. bekerja dengan
persentase 45,5%
yang menjadi
Aktifitas dominan,
membantu orangtua
36,3 % dan
pengangguran
18,2%. c) Persepsi
orang tua terhadap
pendidikan anaknya
mayoritas kurang
baik dengan
persentase 54,5%.
Karena latar
belakang pendidikan
orangtua yang
mayoritas rendah,
orangtua kurang
memperhatikan
pendidikan anaknya
dan menganggap
anaknya bekerja
lebih baik dari pada
sekolah tapi tidak
cukup biaya.
3. Diah Yuniadi
(11100115000
0095, Jurusan
Pendidikan
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
Fakultas Ilmu
Tarbiyah &
Keguruan,
UIN Jakarta,
Implementasi
Pendidikan
Karakter Dalam
Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
Dari penelitian
tersebut diperoleh
bahwa penerapan
pendidikan karakter
bagi masyarakat
marjinal di Yayasan
Nara Kreatif
berhasil dilakukan
dengan adanya
kedekatan, serta
interaksi dan
Dalam
penelitian
ini sama-
sama
meneliti
mengenai
pendidikan
karakter
pada anak.
Penelitian
Diah
Yuniadi
membahas
pendidikan
karakter
dalam
belajar Ilmu
pengetahuan
sosial
28
Tabel 2.2 (Lanjutan)
2016) komunikasi yang
terjalin dengan
warga belajar.
Selain itu,
membangun
kerjasama
dengan orangtua
dan pihak
yayasan agar
penerapan
pendidikan
karakter ini
dapat berjalan
dengan efektif
sedangkan
saya
membahas
tentang
penerapan
pendidikan
karakter
pada semua
pelajaran.
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut.
Dapat diketahui bahwa nilai-nilai pendidikan karakter tidak mudah diterapkan
terutama bagi kaum marginal. Karena masih kurangnya penerapan nilai-nilai
pendidikan karakter bagi kaum marginal khususnya bagi siswa kaum
marginal, pendekatan dalam penerapan nilai-nilai pendidikan karakter belum
maksimal, khususnya dalam penyampaian pesan atau nasihat kepada siswa
yang belajar. Melihat bagaimana penerapan pendidikan karakter pada siswa di
Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM).
Yayasan Bina Insan Mandiri merupakan tempat dimana para siswa belajar
(khususnya kaum marjinal) dapat memperoleh pendidikan ataupun merasakan
kegiatan-kegiatan yang sama seperti sekolah formal pada umumnya. Yayasan
Bina Insan Mandiri diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter secara maksimal disetiap kegiatan yang dilakukan agar para siswa
yang belajar mengetahui bahwa setiap kegiatan dapat diambil manfaatnya dan
mereka dapat mengaplikasikan manfaat yang mereka peroleh dalam
29
kehidupan sehari-hari. Bagan kerangka berfikir, seperti terlihat pada Gambar
2.1
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Penerapan Pendidikan
Karakter
Pendekatan Pendidikan
Karakter:
1. Evocation
2. Inculcation
3. Moral Reasoning
4. Value Clarification
5. Value Analysis
6. Moral Awareness
7. Commitment Approach
8. Union Approach
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter:
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komunikatif
14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung Jawab
Agar Siswa Kaum Marginal Memiliki Pribadi yang Baik
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Bina Insan Mandiri beralamat
di Jalan. Margonda Raya No. 58 Kota Depok, seperti terlihat pada Gambar
3.1
Gambar 3.1
Lokasi Penelitian
31
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama bulan Oktober 2017 s/d
Agustus 2018, seperti terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian
B. Metode Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati,
dan melihat bagaimana penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat
marjinal di Yayasan Bina Insan Mandiri. Dengan demikian penelitian ini
dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam
mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam penelitian ini,
sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan, memahami dan
No. Kegiatan Oktober
2017
November
2017
Desember
2017
Februari 2018 Maret 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Pengajuan
Judul
2. Penyusunan
proposal
Bab I, II,
dan III
3. Seminar
Proposal
4. Revisi
5. Penyusunan
bab I
6. Penyusunan
bab II
No. Kegiatan April
2018
Mei 2018 Juni 2018 Juli 2018 Agustus
2018
7. Penyusunan
bab II
8. Penyusunan
bab III
9. Penyusunan
bab IV dan
bab V
32
memaknai penerapan pendidikan karakter pada siswa kaum marginal dengan
latar belakang status sosio ekonomi yang rendah.
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
melalui pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen. Metodologi
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.
Berdasakan pada kajian teori dan kerangka berfikir yang telah
dipaparkan di atas, untuk mendapatkan data yang akan mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan, maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah
penelitian kualitatif deskriptif analisis.
Tahapan-tahap penelitan ini dibagi menjadi yaitu:
a. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan
studi pendahuluan.
b. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai menentukan sumber
data, yaitu buku-buku dan sumber referensi lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan di teliti. Pada tahap ini diakhiri dengan
pengumpulan data dengan menggunakan metode obsevasi, wawancara,
kuesioner dan dokumentasi.
c. Analisis dan penyajian data, yaitu menganalisis dan ditarik suatu
kesimpulan.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan, dalam hal
ini subjek penelitian bisa berupa lembaga, yaitu Yayasan Bina Insan Mandiri-
Depok yang diwawancarai. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
warga sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Sedangkan objek
penelitiannya, meliputi kegiatan belajar siswa dan siswi SMP Yayasan Bina
Insan Mandiri-Depok.
33
Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik
purposive sampling, teknik pengambilan sampel ini merupakan teknik
pegambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa, sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti. Penarikan Sampel
penelitian seperti terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Penarikan Sampel Penelitian
No. Status Jumlah
1. Ketua Yayasan 1
2. Kepala Sekolah 1
3. Pengajar 4
4. Siswa/ Siswi 20
TOTAL 26
D. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung, seperti
hasil wawancara peneliti dengan narasumber, sementara data sekunder
merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang ada. Seperti
dokumentasi yakni foto-foto para informan, rekaman suara hasil wawancara
dengan para narasumber dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini penulis
mengambil data primer dan sekunder berdasarkan kriteria yaitu informan di
Yayasan Bina Insan Mandiri.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dikonsolidasikan:
34
1. Observasi
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung. Menurut Gordon E Mills, Observasi adalah sebuah
kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat
serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan
tertentu, serta mengungkap apa yang ada di balik munculnya perilaku dan
landasan suatu sistem tersebut.1
Dalam observasi disini, peneliti hanya sebagai pengamat yang tidak
mengikuti secara penuh seluruh kegiatan yang dilakukan siswa terkait
penerapan pendidikan karakter pada kaum marjinal dengan latar belakang
status sosial ekonomi yang rendah di Yayasan Bina Insan Mandiri. Observasi
dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai kondisi objek yang diteliti,
melihat dan mengamati beberapa kegiatan yang berlangsung di Yayasan Bina
Insan Mandiri terkait penerapan nilai-nilai pendidikan karakter. Penulis
melakukan observasi untuk mengikuti kegiatan keseharian beberapa siswa
belajar yang berasal dari kaum marjinal dalam penerapan pendidikan
karakter.
2. Wawancara
Menurut Gorden, wawancara merupakan percakapan antara dua
orang di mana salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan
informasi untuk suatu tujuan tertentu.2 Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh bentuk bentuk informasi tertentu. Peneliti mewawancarai ketua
yayasan kepala sekolah, dan pengajar sebagai responden, serta siswa sebagai
informan untuk memperkuat jawaban mengenai penerapan pendidikan
karakter bagi siswa yang berasal dari kaum marjinal dalam seluruh kegiatan
1 Haris Herdiansyah, “Wawancara, Observasi, dan Focus Groups Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif ” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.131 2 Haris Herdiansyah, “Wawancara, Observasi, dan Focus Groups Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif ” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 29
35
yang dilaksanakan di Yayasan Bina Insan Mandiri. kisi-kisi instrument
wawancara seperti terlihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara
No. ASPEK MASALAH SUB ASPEK MASALAH
1. Pendidikan Karakter 1) Penerapan pendidikan karakter
2) Nilai-nilai pendidikan karakter
2. Yayasan Bina Insan
Mandiri
1) Pelaksanaan pendidikan karakter
2) Kendala dan upaya menerapkan nilai-nilai
pendidikan karakter kepada siswa kaum
marginal.
3) Saran atau masukan bagi Yayasan Bina
Insan Mandiri agar penerapan pendidikan
karakter berlangsung efektif.
3. Siswa kaum marginal 1) Siswa menerapkan pendidikan karakter
dalam kehidupan sehari-hari
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini adalah pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara.3 Dalam dokumentasi
peneliti dapat member bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan
penelitian.
F. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan teknik yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong, dalam
Metodologi Penelitian Kualitatif yaitu Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
3 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, “Metodelogi Penelitian Sosial” (Jakarta:Bumi
Aksara, 2008), h. 69.
36
lainnya.4 Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan
jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara
2. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti bagian HRD, R&D, kepala
madrasah, koordinator mata pelajaran, guru, dan juga staf jika
penelitiannya disebuah madrasah/sekolah.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
4. Membandingkan hasil temuan dengan teori.5
Jadi, triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.
Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck
temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber,
metode, atau teori.6
G. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif
adalah model analisis. Langkah-langkah yang dipergunakan dalam model ini
antara lain: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan yaitu:
4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 330. 5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 331. 6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 332
37
a. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang
terkait dengan pertanyaan atau tujuan penelitian.
b. Reduksi
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yakni dari observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah
mengadakan reduksi data. Langkah ini berkait erat dengan proses
menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan dan
mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian.
Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung. Langkah ini
dilakukan sebelum data benar-benar dikumpulkan. Peneliti sudah
megetahui data-data apa saja yang dilakukan terkait penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data atau kumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang
mudah dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang
menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian.
d. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau verikfikasi merupakan langkah
selanjutnya. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif. Artinya
analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama
tersebut. Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi yang terkait dengan penelitian direduksi untuk dipilih mana
yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan
pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan,
pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Yayasan Bina Insan Mandiri
1. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri
Sekolah ini berada di daerah terminal, sudah tentu sejuta hiruk
pikuk aktivitas didalamnya, tapi siapa yang menyangka kalau salah
satu di daerah terminal kita masih bisa merajut impian, seperti
Terminal Depok ini bila menelusuri akan menemukan sebuah masjid
dan di dekat situ terdapat sebuah sekolah yang gratis untuk siapa saja
tanpa batasan usia ataupun status, tapi memang tidak seperti sekolah
pada umumnya yang harus memakai seragam. Sekolah Master atau
Sekolah Masjid Terminal bermetamorfosis pada tahun 2013 menjadi
Sekolah Master Indonesia (SMI), ini adalah sekolah gratis yang
didirikan pada tahun 2000 tepatnya 28 Oktober 2000 akan tetapi
pembelajaran baru bisa berjalan sekitar tahun 2002, sekolah gratis
yang di peruntukkan untuk siapa saja yang tidak mampu (namanya
juga sekolah gratis) untuk melanjutkan sekolah atau proses belajarnya,
bersama para tutor yang dengan sukarela menyiapkan waktu, tenaga
dan pikiran nya. Di tengah keterbatasan sarana dan pra-sarana embrio
Sekolah Master Indonesia (SMI) mampu menunjukkan kepada kita
semua bahwa kemiskinan tidak dapat menghambat cita - cita mereka.
Menurut ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, Berawal dari
keprihatinan itu lah saya bersama teman-teman remaja
Masjid menggagas, menginisiasi adanya pendidikan alternatif
bagi masyarakat marginal, kita dulu fokus dilima kelas
teranak. anak jalanan, anak-anak kebutuhan khusus, anak
cacat, anak-anak yang berhadapan hukum, dan anak-anak
terlantar. Jadi yang kita fikirkan bagaimana mereka bisa
mendapatkan akses layanan pendidikan, itu yang melatar
belakangi. Jadi berangkat dari sebuah keprihatinan itu lah
master ini berdiri, master ini ada.1
1 Hasil wawancara dengan ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, Nurrohim, pada hari
Selasa, 17 Juli 2018.
39
Persoalan pendidikan bagi anak jalanan memang bukan perkara
mudah, apalagi masalah ekonomi memang sangat erat melilit sebagian
besar masyarakat di Indonesia. Keperdulian dan keberpihakan SMI
pada komunitas anak-anak jalanan dan kaum marginal, mulai dari
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menegah. Pendidikan
yang katanya gratis saat ini melalui dana BOS, BOP, dan lain lainnya
itu tetap saja terasa mahal bagi mereka, karena pungutan untuk buku,
seragam, dan iuran masih kita jumpai. Sekolah Master Indonesia
(SMI) adalah bentuk keperdulian, di Kawasan Terminal Depok
terselenggara proses belajar mulai jenjang PAUD hingga Perguruan
Tinggi berasal dari pengamen, pengasong,dan lain lainnya bahkan
lulusannya pun dapat melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) seperti UI, UNJ, UNDIP, UNSUD dan UIN, dan Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) seperti STAI Al Qudwah, LP3I, STIAMI,
Univ.Trianandra, dan lain lain, bahkan Beasiswa Pendidikan ke Luar
Negeri seperti : Newcastle (Afrika Selatan), Madinah, Kairo (Mesir).
Setiap tahunnya jumlah warga belajar terus bertambah meskipun
berulang kali disampaikan biaya pendidikan di sekolah lain gratis,
namun tetap saja warga miskin atau masyarakat ini lebih berminat
belajar di Sekolah Master Indonesia di karenakan bebas biaya 100%
dan suasana kekeluargaan terbangun dalam mengembangkan
pembelajaran di SMI. Walau dengan keterbatasan fasilitas tapi
semangat warga belajar itu tetap tinggi berupaya secara mandiri
mereka mengembangkan potensi atau bakat dan cita citanya dengan
optimis. Sekolah Master Indonesia (SMI) Berlokasi di Kawasan
Strategis Kotamadya Depok tepat di tengah tengah antara Terminal
Terpadu Depok, Stasiun Kereta Depok Baru, dan Pasar Kemirimuka,
ketiganya menjadi konsentrasi bisnis kota Depok.
Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) memperluas unit- unit
usaha untuk menyokong kemandirian sehingga mereka memilki
aktifitas lebih baik dibandingkan mengamen bahkan kriminalitas,
40
meningkatkan pelayanan kesehatan, sosial seperti Program DKPS,
Advokasi kesehatan, Nikah masal, Penyuluhan penyuluhan,
melakukan kemitraan-kemitraan dengan lembaga yang memiliki
kepedulian dalam mengentaskan kemiskinan dan kesehatan seperti
Pemerintah, Universitas , LSM dan melakukan bimbingan mental dan
spiritual kepada para musthik dengan kategori Fakir, Miskin, Mu’allaf
serta sebagai pelaksana kegiatan dan program dalam pengelolaan
Sekolah Master Indonesia (SMI) mempunyai tanggung jawab moral
dalam mendukung kebijakan pengembangan Pendidikan Anak
Indonesia yang tidak terlayani oleh negara dari latar belakang orang
tua mereka menjadi urban tanpa identitas dan domisili tetap yang saat
ini telah berada di beberapa daerah seperti Bandung, Cianjur, Bekasi,
Jonggol, Bogor, Tegal, Pulo Gadung dan Lenteng Agung. Dengan
melihat kemampuan, pengalaman dan track record YABIM sejak
tahun 2002 yang baik dalam program pendidikan, sosial, kesehatan,
advokasi, ekonomi dan peningkatan kualitas SDM diharapkan dapat
membantu peningkatan dan pengembangan pendidikan melalui
program pengembangan minat dan bakat warga belajar di Kawasan
Terminal Terpadu Depok – Jawa Barat..
Sekolah Master Indonesia (SMI) berawal menyelenggarakan
PKBM Bina Insan Mandiri yang menyelenggarakan pendidikan
kesetaraan Paket A, B, C dan kursus serta pelatihan bagi masyarakat
marginal (pengamen, pengasong, anak jalanan, yatim dan dhu'afa)
telah melayani masyarakat dalam mencerdaskan anak bangsa. Dengan
motivasi yang kuat untuk membentuk masyarakat yang cerdas,
mandiri, kreatif dan berbudi pekerti yang luhur PKBM Bina Insan
Mandiri memberikan pendidikan Gratis bagi para dhu'afa melalui
pendidikan kesetaraan. Paket ini disebut KEJAR Paket A (yang
kemudian disambung dengan Paket B); Istilah KEJAR merupakan
akronim dari Kelompok Belajar atau Bekerja dan Belajar, yang dapat
pula diartikan sebagai upaya “mengejar” ketinggalan. Paket belajar ini
41
merupakan bahan belajar fungsional, yaitu yang langsung mempunyai
kegunaan dalam kehidupan sehari-hari karena materi pelajaran diambil
dari lingkungan.
Sejarah awal berdirinya PAUD-SBB (Semai Bunga Bangsa)
Bina Insan Mandiri dari kegiatan anak-anak yang belajar mengaji
setiap sore hari di Masjid Al Muttaqin Terminal Depok. Sesuai dengan
kebutuhan dan situasi anak usia dini yang aktif ketika itu dari
komunitas anak anak supir angkot, para pengamen, para pengasong,
dan sebagainya berkeinginan putra putrinya untuk menindak lanjuti
kegiatan tidak sekedar belajar mengaji namun anak-anak yang akan
memasuki jenjang sekolah dasar mulai di buka kelas pagi yang
dinamakan PAUD (Pendidikan AnakUsia Dini) pada tahun 2005. kelas
ini di buka untuk anak-anak dari keluarga menengah ke bawah (tidak
mampu). Dengan bertambahnya jumlah anak-anak di PAUD, para
relawan meminta untuk dibuatkan kelas yang layak untuk belajar di
selasar masjid dengan waktu belajar yang bergantian dengan SMP dan
relawan di PAUD pertama kali adalah relawan yang benar-benar ikhlas
(tidak di bayar).
Berlatar kepedulian dan visi yang di bangun Sekolah Master
guna menciptakan sekolah bagi mereka yang tidak terlayani dalam hal
pendidikan, pada tahun 2004 di rilislah paket A setara SD. Suatu
langkah yang sangat mulia dengan respon tinggi dari masyarakat di
kawasan terminal dengan jumlah siswa mencapai 50 orang lebih.
Meskipun saat itu masih minim akan sumber daya tutor namun tidak
menyurutkan langkah dari program ini, kini sudah 4 nahkoda
kepemimpinan yang mengendalikan paket A dengan jumlah warga
belajar yang terus bertambah setiap tahunnya di tambah jumlah sumber
daya tutor yang memadai. Salah satu rantai yang akan membantu
keberhasilan dalam proses belajar.
Pada Tahun 2002 YABIM mendirikan SMP Master (Terbuka
dan Paket) dan SD (Paket) dengan dibuka kelas 4,5 dan 6. SMP Master
42
awalnya ada dua yaitu SMP Bina Mulya yang diketuai oleh Pak
Nurohim dan SMP Alatas yang diketuai oleh Pak Purnomo yang
kemudian pak Purnomo digantikan oleh Pak Mustamiin. Kemudian
Kedua SMP itu kini menjelma menjadi SMP Master.
Paket C (setara SMA) berdiri dan diresmikan pada tahun 2005
oleh Dinas Pendidikan Kota Depok bertempat di terminal Depok. Pada
perkembangannya pada tahun 2007 berdiri SMA Terbuka dan
diresmikan dengan peletakkan batu pertama di SMAN 5 Depok oleh
bapak wakil walikota Depok bapak Yuyun Wira Saputra.
Melihat latar belakang warga belajar Sekolah Master Indonesia
(SMI) mayoritas berasal dari keluarga yang belum beruntung seperti
dalam membentuk rumah tangga dan karakter anak anaknya,
kemiskinan dan kesulitan hidup, kekerasan dalam rumah tangga,
eksploitasi anak, akan berpengaruh negatif pada perkembangan jiwa
dan kepribadian anak. Seyogyanya keluarga adalah tempat pertama
dan utama dimana seorang anak didik dan dibesarkan, keluarga
sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan
kehidupan kepada anak, dan mengembangkan potensi dan kemampuan
dengan dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik.
Kurangnya kebersamaan dan interaksi antara orang tua dan anak
berdampak pada tingkat perkembangan pada anak, keluarga broken
home, orang tua yang otoriter, cenderung menghasilkan anak yang
bermasalah yang nantinya mereka akan mencari eksistensi jati dirinya
dengan turun ke jalan, tawuran, narkoba, kriminalitas, pergaulan bebas,
dan lain sebagainya. Kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat
stress yang tinggi dalam keluarga, perilaku kekerasan khususnya
kepada anak baik kekerasan fisik dan mental, di telantarkan, sehingga
akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas perkembangan jiwa dan
kepribadian anak. Pengertian “warga belajar hebat SMI” meliputi
mereka yang :
43
a. Tinggal kelas karena lambat belajar
b. Mengganggu lingkungan dengan anak berhadapan dengan hukum.
c. Pasangan suami-isteri yang masih berusia sekolah, terutama ibu-
ibu belia
d. Korban penyalah gunaan obat terlarang atau minuman keras
e. Korban trauma dalam keluarga karena perceraian orangtua,
kekerasan, atau Terlantar (gelandangan)
f. Menderita karena masalah kesehatan, ekonomi, etnis atau
kebudayaan
g. Putus sekolah karena berbagai sebab (ijazah tertahan, tidak ada
identitas, dll)
h. Belum pernah mengikuti program pendidikan sebelumnya.
Belum termasuk dalam kategori warga belajar hebat SMI ini
adalah mereka yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental seperti
tunarungu, tunadaksa, tunawicara, tunaganda. Program pembelajaran
bagi warga belajar seperti ini memang sulit, kalau boleh dikatakan
tidak mungkin untuk mengikuti standar atau berbasis pada sekolah
regular/ konvensional. Mereka itu memerlukan program pembelajaran
yang bersifat fungsional bagi kehidupan mereka di masyarakat, dan
yang bobotnya dinilai oleh masyarakat.
Sekolah Master Indonesia (SMI) memainkan peranan yang
sangat penting dalam mempersiapkan generasi menghadapi era yang
penuh dengan tantangan dan harus mampu menyelenggarakan proses
pembekalan pengetahuan, penanaman nilai, pembentukan sikap
(karakter), pengembangan bakat (ketrampilan), menumbuhkan potensi
akal, jasmani, ruhani yang optimal, seimbang dan sesuai dengan
tuntutan zaman. Pembelajaran adalah proses “memanusiakan” manusia
dengan pendidikan manusia baru dapat menjalankan fungsi dan misi
yang sejati.2
2 Data Sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri
44
2. Identitas Yayasan Bina Insan Mandiri
Sekolah Master atau YABIM (Yayasan Bina Insan Mandiri) adalah
yayasan independen yang bergerak dibidang pendidikan, sosial,
dakwah, ekonomi, kerakyatan serta pemberdayaan sosial bagi anak
jalanan dan dhuafa yang terletak di kawasan strategis Kota Depok.
Tepat ditengah-tengah antara terminal, ITC Depok, Stasiun kereta api
Depok Baru, dan pasar kemirimuka yang menjadi konsentrasi pusat
bisnis Kota Depok, sehingga banyak warga yang berharap mendapakan
rezeki dengan berbagai aktivitas baik mereka yang berdagang, sopir
angkot, pedagang asongan, pengamen, pemulung, dsb.
Nama Yayasan : Yayasan Bina Insan Mandiri (biasa disebut
dengan sebutan sekolah MASTER)
Alamat : Jl. Margonda Raya No. 58 Terminal
Terpadu Kota Depok Jawa Barat
Indonesia.
No. Telepon : (021) 92612047
Akta Notaris : Dwi Priharyanto SH,
Nomor 2 Tanggal 25 Februari 2005
3. Visi dan Misi
Dalam menjalankan pendidikan dan pemberdayaan sekolah di
Yayasan Bina Insan Mandiri memiliki visi dan misi yang dijadikan
pedoman dalam pencapaian yang diinginkan.
Visi:
Menjadikan sekolah unggulan di Indonesia bagi masyarakat
marginal dalam rangka melahirkan dan menumbuhkan insan yang
cerdas, kreatif, mandiri, dan budi pekerti serta memiliki daya guna
tinggi.
Misi:
1. Melahirkan dan mengembangkan fasilitator pembelajaran yang
memiliki integritas, dedikasi dan kompeten dengan mendasarkan
45
kepada pola-pola pengajaran mengasuh dan membimbing bagi
warga belajar.
2. Mengembangkan dan mewujudkan kurikulum dan modul-modul
pembelajaran yang berbasis kepada kemandirian, kemanusian dan
mengembangkan kreativitas serta inovasi baik bagi warga belajar
maupun fasilitator pembelajaran.
3. Menumbuhkan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi
perkembangannya partisipasi warga belajar dan fasilitator
pembelajaran serta rasa aman, nyaman, dan menyenangkan.
4. Mengembangkan laboratorium penelitian dan pengembangan
model pendidikan bagi masyarakat marginal yang berkualitas.
5. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan
manajemen pendidikan yang handal.
6. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak diseluruh
tingkatan dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan.
7. Melakukan advokasi kebijakan untuk mendukung pemenuhan hak-
hak dan kepentingan warga belajar dan masyarakat.
8. Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi untuk
mendukung manajemen pendidikan, proses pembelajaran, dan
pelayanan informasi sekolah Master kepada yang membutuhkan.
4. Tujuan Pelayanan Yayasan Bina Insan Mandiri
1. Sekolah Master Indonesia (SMI) memiliki tujuan menjadikan
manusia berakhlak mulia dan amar ma’ruf nahi mungkar dengan
usaha kesadaran secara aktif untuk membentuk kebiasaan baik.
2. Hakikat pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi “good
and smart” (cerdas dan bijak).
3. Sekolah Master Indonesia (SMI) yang memfokuskan bagaimana
membangkitkan rasa empati, etika moral, dan pelayanan sosial
dapat menciptakan masyarakat sekolah yang lebih peduli dan
mandiri serta tidak hanya dapat membuat warga belajar menjadi
pintar tetapi membangun akhlak mulia.
46
5. Keadaan Relawan dan Tutor
Menurut Nurrohim selaku ketua yayasan merekrut pengajar di
Yayasan Bina Insan Mandiri.
“Kebanyakan dari relawan mahasiswa program-program
pengabdian masyarakat kampus dan mahasiswa, dosen, dan
sebagainya terus juga ada beberapa program CSAR gerakan
sosial dari perusahaan-perusahaan yang mengutus guru-guru
profesional sebagai guru tamu disini dan untuk menjadi
relawan inti kita mengkader dari para alumni kita yang kita
beasiswain, nanti mereka stay disini, mereka belajar dan
mengajar. Jadi dari rekrutmen dari orang dalem, masyarakat
yang peduli, kita kerjasama dengan perguruan- perguruan
tinggi dengan kementrian dan dinas-dinas terkait yang
berkaitan dengan program kesejahteraan sosial anak, mereka
duduk bareng disini, kita menyelesaikan sama-sama problem
bagaimana pendidikan untuk anak-anak kita supaya kedepan
lebih baik lagi. Nah itu yang saya rekrut. Jadi mulai program
pengabdian masyarakat, dari mulai perguruan tinggi yang
sifatnya sekolah tinggi khusus maupun kaya UI, UIN, UNJ itu
banyak disini kita rekrut sebagai guru, atau sebagai relawan”3
Berdasarkan wawancara tersebut guru atau relawan di Yayasan
Bina Insan Mandiri terbagi menjadi tiga diantaranya sebagai berikut:
1. Guru Karir
Guru karir adalah mereka yang direkrut YABIM sebagai pengajar
tetap. Ada standard kualifikasi yaitu minimal berpredikat sebagai
sarjana.
2. Guru Bina
Guru Bina adalah guru-guru yang ditugaskan oleh Dinas
Pendidikan Kota Depok untuk memberikan pengajaran di YABIM.
Mereka adalah guru-guru yang berasal dari beberapa sekolahan
negeri di Depok. Guru-guru ini didatangkan untuk melakukan
sinkronisasi kurikulum.
3. Alumni
Sejak menjadi siswa, guru dan pengurus YABIM menekankan
pentingnya membantu sesama. Dengan keterikatan tersebut,
3 Hasil wawancara dengan ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, Nurrohim, pada hari
Selasa, 17 Juli 2018.
47
banyak dari alumni YABIM yang setelah menamatkan sekolah
menjadi guru di YABIM.
4. Guru Tamu
Untuk menunjang keterampilan siswa, banyak dikembangkan
berbagai macam kegiatan terutama kewirausahaan. Guna
memompa motivasi siswa, sering kali pengurus mendatangkan
guru-guru tamu yang adalah orang-orang sukses yang latar
belakangnya tidak jauh seperti mereka.
6. Program Kerja PKBM YABIM Depok
Adapun program kerja PKBM Yabim depok untuk mencapai visi
dan misinya, yakni sebagai berikut:
1. Program Akademis
Program ini merupakan program sekolah layaknya sekolah umum
biasa dimana siswa didik kami dapat belajar sama seperti anak-anak
lain yang walaupun dengan keterbatasan yang ada. Program ini
merupakan pendidikan kesetaraan yang bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan Luar Sekolah (PLS). program akademis ini bertujuan untuk
mempersiapkan siswa didik kami agar dapat melanjutkan kejenjang
perguruan tinggi. Program akademis dibagi sesuai batasan usia
menjadi sebagai berikut :
a. Paud (Pendidikan Usia Dini)
Pendidikan usia Dini merupakan wadah yang strategis
dalam pembinaan anak yang berumur 0 sampai 5 th. Teori
psikologi perkembangan menerangkan bahwa pendidikan yang
ditanamkan pada usia dini akan mempengaruhi kepribadian anak
pada usia selanjutnya, kesalahan mendidik anak pada usia dini
menyebabkan timbulnya benih kepribadian yang negative.
Kehadiran PAUD di terminal Depok yang dikelola oleh
YABIM bertujuan untuk membantu para orang tua murid yang
memiliki keterbatasan ekonomi dan pengetahuan cara mendidik
anak sehingga kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai akhlakul
48
karimah dapat terealisasikan dengan baik.Walhasil anak akan
tumbuh dan berkembang sebagaimana dicita-citakan oleh orang
tuannya. Sampai sat ini jumlah seluruh PAUD ada 120 santri.
b. Sekolah Dasar Persamaan Paket A
Kondisi perekonomian yang belum membaik menyebabkan
masih banyaknya orang tua yang mengalami kesulitan untuk
menyekolahkan tidak terkecuali untuk menyekolahkan anaknya ke
sekolah dasar (SD).Banyaknya anak–anak jalanan yang berusia
Sekolah Dasar berada disekitar trotoar dan lampu merah Adalah
salah satu akibat dari mahalnya biaya sekolah dasar dan dengan
keterbatasan yang ada YABIM berusaha memberikan fasilitas
kepada mereka untuk belajar dalam program Sekolah Dasar sampai
saat ini program tersebut mendapatkan respon yang positif dari
masyarakat lemah. Program Sekolah Dasar ini memiliki siswa
berjumlah 138 siswa dan siswi.
c. Kejar PAket B Setara SMP dan SLTP Terbuka
SLTP diselenggarakan oleh YABIM sebagai tindak lanjut
dari jenjang dasar bertujuan memberikan bekal pengetehuan serta
keterampilan bagi siswa SLTP sehingga pola pikir siswa menjadi
positif dan siap menyongsong masa depan dengan bekal
keterampilan yang ia miliki. Jumlah seluruh siswa yang mengikuti
program SLTP sebanyak 348 siswa yang terdiri dari anak jalanan,
pengamen, pengasong dan masyarakat yang tidak mampu.
d. Kejar Paket C Setara SMU
Kejar paket C merupakan suatu program yang dirancang
untuk meninggkatkan pola pikir dan kualitas bagi para siswa yang
kebingungan ketika harus memilih antara dunia usaha ditengah
keterbatasan yang ada. Program ini juga mempersiapkan para siswa
didik untuk menempuh jenjang perguruan tinggi sesuai minat dan
kemampuan mereka khusus dalam segi akademis. Jumlah seluruh
siswa sampai saat ini mencapai 289 siswa.
49
2. Pelatihan Wirausaha
Program kelas kewiraswastaan ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi jiwa berwirausaha pada siswa didik
yang memang tidak minat dalam bidang akademis. Program ini
akan memberikan motivasi-motivasi berwirausaha serta
pelatihan-pelatihan bisnis sehingga dapat mengembangkan
potensi san memunculkan jiwa pengusaha yang mampu
menciptakan lapangan kerja, melihat, menggali dan
mengembangkan potensi daerahnya.
3. Kursus
Kursus komputer diselenggarakan untuk memberikan
skill kepada binaan sehingga menjadi bekal di kemudian hari.
Pelatihan yang diberikan adalaah windows bagi dunia kerja,
seperti Word, Excel, power point dan desaign grafis. Kursus
Menjahit Pengoperasian mesin jahit, mendesain /merancang tata
busana sebagai bekal bagi para warga belajar agar dapat mandiri
di kemudian hari.
4. Sanggar Seni
Program khusus bidang seni ini merupakan sarana bagi
siswa didik kami yang pada dasarnya memiliki bakat dalam
bidang kesenian baik itu berupa seni musik, seni pahat, dan
berbagai keterampilan artistik yang dapat dikembangkan.4
7. Sarana dan Prasarana
Terkait dengan fasilitas pendukung yang tersedia di sekolah
MASTER, maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas
penunjang berbagai kegiatan yang berlangsung, maka sarana dan
prasarana yang disediakan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu:
1. Ruang Kelas
2. Ruang Tutor PKBM
3. Ruang Komputer
4 Data Sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri
50
4. Ruang Kamar Mandi
5. Masjid
6. Perpustakaan
8. Struktur Kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri
Bagan struktur kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri, seperti
terlihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri
KETUA
NUROKHIM
SEKRETARIS
WILDAN ROBBANI
BENDAHARA
PRAYUDO
PROGRAM
MUSTAMI
PEMBINA
EKWANTO
SD/ PAKET A
LIANTI
SMP/ PAKET B
MUH. NATSIR
SMA/ PAKET C
SRI LESTARI
TBM
FAHRUROZI
LAB SKIL
RAQIB BAYNI
WARGA
BELAJAR
KEMITRAAN
ARDIAN
51
B. Deskripsi dan Analisis Data
Dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,
pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan beberapa metode
yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan kuesioner sederhana.
Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat membantu penulis dalam
mengetahui kondisi yang ada di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok,
khususnya pada penerapan pendidikan karakter bagi siswa dan siswi kaum
marginal yang melakukan kegiatan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.
Melalui kegiatan observasi, penulis melakukan pengamatan yang
bertujuan mengetahui keadaan pengurus, pengajar, dan siswa dan kegiatan
yang berlangsung di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.
Diketahui bahwa pihak Yayasan Bina Insan Mandiri memperkenalkan
sekolah ini kepada siswa. Data diambil dari 20 siswa yang bersekolah di
SMP Yayasan Bina Insan Mandiri yang menjawab sekolah Yayasan Bina
Insan Mandiri memperkenalkan sekolah kepada siswa sebanyak 19 orang
dan sisanya menjawab tidak diperkenalkan oleh Yayasan Bina Insan
Mandiri. Maka dari itu ada siswa yang masuk ke sekolah Yayasan Bina
Insan Mandiri atas kemauan sendiri sebanyak 19 orang, sedangkan siswa
yang sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri atas keinginan dari luar
misalnya dari keinginan orang tua yang ingin sekolahkan anaknya di sini
sebanyak 1 orang. Dari data yang didapatkan penulis mengetahui waktu
lamanya siswa yang bersekolah di SMP Yayasan Bina Insan Mandiri
selama setahun sebanyak 7 orang, selama dua tahun sebanyak 5 orang,
selama tiga tahun sebanyak 3 orang, dan selama lebih dari tiga tahun
sebanyak 5 orang.
Pada saat wawancara dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk
menggali informasi langsung dari ketua yayasan, koordinator, pengajar,
siswa dan siswi. Wawancara dilaksanakan terkait dengan semua kegiatan
dalam yang berlangsung di Yayasan Bina Insan Madiri Depok khususnya
di SMP Master yang berkaitan dengan penerapan pendidikan karakter,
52
faktor pendukung, kendala-kendala yang dihadapi dan upaya yang harus
dilakukan.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dengan wawancara, observasi,
dan dokumentasi, diharapkan dapat mengungkapkan bagaimana penerapan
pendidikan karakter pada siswa dan siswi kaum marginal khususnya di
Yayasan Bina Insan Mandiri Depok khususnya di SMP Master. Bentuk
pertanyaan dan jawaban dari setiap narasumber yang telah dilakukan
analisis dituangkan dalam bentuk deskripsi sebagai berikut.
1. Penerapan Pendidikan Karakter
Pada tahun pelajaran 2011, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia mengumumkan kepada seluruh tingkat
pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter.
Ada 18 nilai-nilai karakter yang harus di terapkan di sekolah. Maka
menurut ketua Yayasan Bina Insan Mandiri
“Dimana kami sekolah yang berbasis masyarakat, berbasis
karakter dan interprener. Jadi “PKBM” namanya (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Insani Mandiri). Jadi
dikelola berbagai unsur orang-orang yang punya kepedulian
di bidang pendidikan, Karena kita yakin dengan pendidikan
ini akan memutus rantai-rantai kemiskinan itu sendiri.” 5
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan sekolah di
Yayasan Bina Insan Mandiri menurut ketua yayasan menggunakan
pendidikan berbasis masyarakat, berbasis karakter, dan berbasis
interprener. Karena dari pendidikan ini akan memperbaiki keadaan
kemiskinan yang saat ini terjadi.
Dalam kegiatan yang telah dilakukan di Yayasan Bina Insan
Mandiri berdasarkan observasi lapangan dan menganalisis jawaban
yang telah diberikan oleh bebeapa narasumber, mulai dari ketua
yayasan, koordinator sekolah, pengajar ternyata pendidikan karakter
yang berlangsung di Yayasan Bina Insan Mandiri melalui beberapa
5 Hasil wawancara dengan ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, Nurrohim, pada hari
Selasa, 17 Juli 2018.
53
kegiatan yang dilangsungkan.6 Berikut merupakan penerapan nilai-
nilai pendidikan karakter bangsa di Yayasan Bina Insan Mandiri.
1) Religius
Dalam deskripsi pada nilai karakter religius adalah Sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses
mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Dari hasil wawancara menurut ketua Koordinator SMP
bahwa:
“Secara umum ada dua program pendidikannya yang
dilaksanakan di SMP khususnya SMP Master, program
keagamaan dan program pelajaran umum. Jadi setiap
mereka sekolah itu, setiap harinya dibagi menjadi dua sesi
pelajaran. 7.30-9.15 kegiatan pelajaran keagamaan,
kemudian nanti masuk lagi dari 10.00-11.45 baru belajar
yang umum itu full. Kalau yang khusus agama islam setiap
hari awal dia masuk sekolah sampai sesi perpindahan jam
dari jam 7.30-9.15 di bina sholat dhuha, zuhur berjamaah,
doa bersama, dzikir, dan surat hafalan juz 30, hafalan surat
pilihan, terus baca Al-Qur’an dan mentoring keagamaan
pengajaran ta’qofah keislaman. Pengajaran yang bersifat
nilainya baik yang berkarakter baik.” 7
Terlihat dari hasil wawancara dan observasi bahwa di
sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri menerapkan nilai religius
dari pendidikan karakter seperti sebelum di mulainya pelajaran
umum setiap hari siswa dan siswi wajib mengikuti pelajaran
keagamaan di setiap pagi seperti mengaji, sholat berjama’ah
6 Hasil observasi kegiatan sehai-hari oleh peneliti 16 Juli-28 Juli 2018
7 Hasil wawancara dengan Koordinator SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, M. Natsir Al.
Ghifari, pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
54
dhuha, doa bersama, dzikir, hafalan juz 30, hafalan surat pilihan,
terus baca Al-Qur’an.
2) Jujur
Dalam deskripsi dari nilai kejujuran adalah Perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Kegiatan yang menunjukan perilaku jujur di sekolah Yayasan
Bina Insan Mandiri dengan adanya pembagian jadwal piket pada
setiap murid setiap harinya. Jadwal piket ini yang membentuk
nilai kejujuran pada siswa dan siswi di sekolah, dengan adanya
jadwal piket siswa diuji kejujurannya melaksanakan piket tersebut
atau tidak, karena kegiatan piket ini dilaksanakan butuh adanya
kesadaran bukan hanya sekedar kewajiban.
3) Toleransi
Dalan deskripsi dari nilai toleransi adalah Sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya. Di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri siswa dan siswi
di sekolah memiliki perbedaan di setiap warga belajarnya seperti
perbedaan agama, etnis, suku, pekerjaan orang tua, sikap dan
perilaku setiap siswa dan siswi berbeda-beda, namun siswa dan
siswi di Yayasan Bina Insan Mandiri tetap saling menghormati
walaupun terdapat perbedaan. Pembentukan nilai toleransi dalam
pendidikan karakter di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri di
terapkan oleh tutor atau pengajar, walaupun memiliki murid yang
berbeda-beda tutor atau pengajar tetap memperlakukan dengan
sama.
4) Disiplin
Dalam deskripsi dari nilai disiplin adalah Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan. Di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri sudah di
55
tanamkan kepada siswa dan siswinya dalam hal kedisiplinan
seperti masuk sekolah tepat waktu pada pukul 07.30, pulang
sekolah pukul 11.45, di wajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan di
sekolah sesuai jadwal, selalu mamatuhi tata tertib di sekolah.
Karena sudah adanya jadwal-jadwal kegiatan di sekolah
diharapkan siswa disiplin dalam mengatur waktunya.
5) Kerja Keras
Dalam deskripsi dari nilai kerja keras adalah Perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya. Upaya dalam pembentukan nilai kerja keras
dalam pendidikan karakter siswa selalu bersungguh-sungguh
dalam belajar, menerapkan siswa tidak putus asa dalam belajar,
siswa selalu bertekad agar prestasi di sekolah meningkat. terlihat
pada saat observasi aktivitas belajar siswa bersungguh-sungguh
dalam belajar, memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Hal
ini membuktikan siswa kerja keras dalam belajar.
6) Kreatif
Dalam deskripsi dari nilai kreatif adalah berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki. Dalam hasil wawancara koordiator
SMP Yayasan Bina Insan Mandiri mengatakan bahwa “Ekskul di
SMP yang sudah berjalan ada silat, beasiswa futsal, pelatihan
futsal, da merajut, music, baik musik religi, maupun musik yang
umum, yang religi itu misalnya marawis, hadroh, kalau music
yang umum kaya gitar, biola“ Pembentukan kreatifitas di sekolah
Yayasan Bina Insan Mandiri seperti adanya kelas kemandirian
merajut, teater, souvenir, bermusik. Kegiatan tersebut dapat
mengembangkan kreatifitas siswa di Yayasan Bina Insan Mandiri.
56
7) Mandiri
Dalam deskripsi dari nilai mandiri adalah sikap dan
perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas. Siswa dan siswi di sekolah Yayasan
Bina Insan Mandiri ini lebih banyak mempersiapkan siswa dan
siswi untuk memiliki mental yang mandiri. Menurut pengajar atau
tutor mengatakan bahwa:
“Kalau kita lihat kondisi anak-anak pun kebanyakan dari
mereka ini kan anak-anak dari broken home, bahkan ada
yang ga punya orang tua, jadi mental yang kita bangun
adalah mental-mental bagaimana dia bisa bersaing
kedepannya, itu sudah terbukti dengan cara anak-anak SMP
SD sudah berani jualan. Salah satunya jualan mungkin di
sini ada temen-temen kita yang jualan ice cream. ada yang
jualan pangsit, dan lain-lain. Itu sudah mempersiapkan
mereka kedepannya mau jadi apa. Dan kalau misalnya
mereka memutuskan kedepannya ingin lebih jauh, ingin
kuliah meraih mimpinya kita bisa juga mengarahkan
mereka kesemacam pengembangan-pengembangan diri
yang ada di sekolah ini.”8
Terlihat dari hasil wawancara dan observasi siswa siswi di
sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri bahwa pembentukan nilai
mandiri disini siswa mampu menghasilkan uang jajan sendiri, dan
dapat membantu orang lain selain dirinya seperti seorang tua dari
hasil berjualan tersebut.
8) Demokratis
Dalam deskripsi dari nilai demokratis adalah cara berpikir,
bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain. Pembentukan nilai demokrasi di dalam
pendidikan karakter di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri
seperti dalam pembentukan ketua kelas, pengajar atau tutor selalu
membicarakan terlebih dahulu kepada siswa dan siswi dalam
pemilihan ketua kelas secara terbuka. Hal ini merupakan suatu
8 Hasil wawancara dengan Pengajar SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, Abdullah Azzam,
pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
57
pembentukan nilai demokratis dalam pendidikan karakter karena
siswa harus mampu berfikir, bersikap dan bertindak hak sesuai
hak dan kewajiban untuk memilih pemimpin yang sesuai kriteria
pemimpin yang baik.
9) Rasa Ingin Tahu
Dalam deskripsi dari nilai rasa ingin tahu adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Kegiatan untuk membentuk nilai rasa ingin tahu di Yayasan Bina
Insan yaitu adanya lab. Komputer siswa dapat belajar mencari
tahu bahan-bahan belajar dari internet dan siswa dapat belajar dari
perpustakaan karena perpustakaan merupakan tempat mencari
informasi melalui buku-buku bacaan yang sudah di sediakan di
Yayasan Bina Insan Mandiri.
10) Semangat Kebangsaan
Dalam deskripsi dari nilai semangat kebangsaan adalah cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya. Dari hasil wawancara pengajar atau tutor Bu Nur,
mengatakan bahwa “Cara ibu memberikan kesempatan kepada
anak kalau untuk kebaikan mereka semangat kok, ada acara
gotong –royong mereka bagus, ada acara 17 agustus mereka turun
tangan dan bergabung semangat panitianya dan anak-anak
bersatu.”Terlihat dari hasil wawancara diatas pembentukan
pendidikan karakter dalam semangat kebangsaan di Sekolah
Yayasan Bina Insan Mandiri seperti diadakan kegiatan peringatan
hari nasional yaitu 17 agustus.
11) Cinta Tanah Air
Dalam deskripsi dari nilai cinta tanah air adalah cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
58
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Pembentukan yang selalu ada di setiap sekolah maupu di Yayasan
Bina Insan Mandiri yaitu selalu menggunakan bahasa Indonesia
yang baik, selalu menggunakan produk dalam negeri seperti
memakai batik pada setiap hari kamis.
12) Menghargai Prestasi
Dalam deskripsi dari nilai menghargai prestasi adalah sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain. Dalam pembentukan nilai
karakter ini di Sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri setiap salah
satu siswa telah mendapatkan prestasi akan diberikan penghargaan
agar memotivasi siswa yang lain untuk bisa meraih prestasi.
13) Bersahabat/komunikatif
Dalam deskripsi dari nilai bersahabat/komunikatif adalah
tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain. Hasil wawancara koordinator
SMP Yayasan Bina Insan Mandiri.
“Koordinator masing-masing seperti lewat pelajaran
kemasteran tadi dengan menghadirkan banyak tamu juga
tidak harus dia juga menyampaikan, tergantung kebutuhan
kita misalnya, anak-anak kita ini harus mengetahui tentang
cara bermedia sosial yang yang baik. Nah kita hadirkan
orang-orang yang memang pemerhati media sosial yang
memang punya kecerdasan atau kemampuan dalam bidang
tersebut yang kita sampaikan.”9
Menurut tutor atau pengajar bahwa “Misalnya acara dalam
seminggu sekali ada perkumpulan dengan guru dan kita
memberikan motivasi ataupun Tanya jawab yang membuat
mereka itu keluar dari masalahnya. Ada juga kita panggil
pembicara-pembicara di luar master, entah itu dari
9 Hasil wawancara dengan Koordinator SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, M. Natsir Al.
Ghifari, pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
59
pembicara motivasi atau pembicara spiritual dengan datang
berbicara di dalam sini.”10
Dari ungkapan tersebut siswa yang ikut berpartisipasi
dalam acara penyuluhan motivator yang didapat dari 20 data
siswa, hasil data kuesioner peneliti sebanyak 18 orang mengikuti
acara penyuluhan motivator tersebut dan selebihnya tidak
mengikuti penyuluhan motivator. Dengan adanya orang yang
yang ahli di dalam bidangnya tersebut bisa menumbuhkan minat
siswa dan mengetahui cara bermedia sosial yang baik. Selain itu
siswa selalu menerapkan saling menghargai sesama teman dan
menghormati pengajar atau tutor saat berbicara atau sopan dalam
berbicara dengan pengajar/tutor.
14) Cinta Damai
Dalam deskripsi dari nilai cinta damai adalah sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya. Pembentukan nilai cinta
damai yang di bentuk pada siswa siswi di Sekolah Yayasan Bina
Insan Mandiri yang di terapkan di sekolah seperti pada hasil
wawancara tutor atau pengajar Yayasan Bina Insan Mandiri
mengatakan:
“Kalau ada anak berantem biasanya dihukum dengan
gurunya, kalau disini ada anak berantem kita lerai lalu kita
nasehatin satu persatu, kita mendamaikan mereka lebih
kearah nasihat mendamaikan.”11
Terlihat pada wawancara tersebut menjelaskan bahwa pihak
sekolah menerapkapkan nilai cinta damai pada setiap siswa atau
siswi di Yayasan Bina Insan Mandiri jika ada perselisihan antar
10
Hasil wawancara dengan Pengajar SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, Abdullah
Azzam, pada hari Selasa, 17 Juli 2018. 11
Hasil wawancara dengan Pengajar atau Tutor Yayasan Bina Insan Mandiri, Siti
Kholiah, pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
60
siswa atau siswi pengajar atau tutor kan memberikan nasihat dan
mendamaikannya.
15) Gemar Membaca
Dalam deskripsi dari nilai gemar membaca adalah
kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan manfaat bagi dirinya. Pembentukan nilai gemar
membaca ini sudah disediakannya perpustakaan dan pameran
buku bacaan di sekolah. Karena perpustakaan belum terlalu
lengkap dan tempat perpustakan yang masih kecil, siswa harus
bergantian untuk masuk ke perpustakaan. Selain perpustakaan
siswa juga di wajibkan membaca Al-Quran setiap pagi sebelum
masuk pada mata pelajaran umum.
16) Peduli Lingkungan
Dalam deskripsi dari nilai peduli lingkungan adalah sikap
dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan lingkungan
alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Pembentukan
nilai peduli lingkungan pada pendidikan karakter adanya kegiatan
kerja bakti, piket kelas yang sudah di bagi jadwalnya setiap murid,
adanya tempat sampah agar siswa dan siswi tidak membuang
sampah sembarangan, mendaur ulang sampah yang masih bisa
digunakan dengan adanya kegiatan seperti ini setiap hari akan
menanamkan sikap peduli lingkungan bagi semua siswa di
sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri.
17) Peduli Sosial
Dalam deskripsi dari nilai peduli sosial adalah sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan. Dari hasil wawancara tutor atau
pengajar di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri,
61
“Disini teman-temanya baik-baik sampai ngebelain ngamen
untuk membantu temannya yang lagi kesusahan.”12
Bahwa siswa dan siswi di sekolah Yayasan Bina Insan
Mandiri sudah menerapkan sikap tolong menolong, peduli terhadap
teman yang sedang membutuhkan.
18) Tanggung Jawab
Dalam deskripsi dari nilai tanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, karakter dimulai dalam sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Sikap tanggung jawab yang di
terapakan di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri seperti
kegiatan piket di kelas merupakan tanggung jawab setiap anak
untuk melaksanakan membersihkan kelas, dan pengajar diberi
tanggung jawab untuk mengawasi, melindungi siswa dan siswi di
sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri.
Tabel 4.1
Kegiatan dan Penerapan Nilai-nilai Karakter
di Yayasan Bina Insan Mandiri
Lanjutan Tabel 4.2
12
Hasil wawancara dengan Pengajar atau Tutor Yayasan Bina Insan Mandiri, Siti Nur,
pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
NO. NILAI
KARAKTER
KEGIATAN
1. Religius Mengaji, sholat berjama’ah dhuha, doa
bersama, dzikir, hafalan juz 30, hafalan
surat pilihan, terus baca Al-Qur’an.
2. Jujur Melaksanakan Piket Kelas
3. Toleransi Saling menghormati perbedaan agama,
suku, etnis, pekerjaan orang tua.
4. Disiplin Masuk sekolah pukul 07.30, pulang
sekolah pukul 11.45, di wajibkan
mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah
sesuai jadwal, selalu mamatuhi tata tertib
di sekolah.
62
D
5. Kerja Keras Aktivitas belajar siswa bersungguh-
sungguh dalam belajar, memperhatikan
guru saat menjelaskan materi
6. Kreatif Adanya kelas kemandirian merajut, teater,
souvenir, bermusik.
7. Mandiri Siswa mampu menghasilkan uang jajan
sendiri, dan dapat membantu orang lain
selain dirinya seperti seorang tua dari hasil
berjualan di sekolah.
8. Demokratis Saat pembentukan ketua kelas, ketua OSIS
9. Rasa Ingin Tahu Mencari bahan-bahan belajar dai internet
menggunakan lab komputer dan membaca
buku bacaan di perpustakaan.
10. Semangat
Kebangsaan
Mengikuti kegiatan 17 Agustus
11. Cinta Tanah Air Menggunakan bahasa Indonesia yang baik,
selalu menggunakan produk dalam negeri
seperti memakai batik pada setiap hari
kamis.
12. Menghargai
Prestasi
Sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri
setiap salah satu siswa telah mendapatkan
prestasi akan diberikan penghargaan agar
memotivasi siswa yang lain untuk bisa
meraih prestasi.
13. Bersahabat/
komunikatif
Mengikuti acara penyuluhan motivator,
membiasakan berbicara yang sopan saat
berbicara dengan tutor atau guru di
sekolah.
14. Cinta Damai Tutor atau guru di sekolah menerapkapkan
nilai cinta damai pada setiap siswa atau
siswi di Yayasan Bina Insan Mandiri jika
ada perselisihan antar siswa atau siswi
pengajar atau tutor kan memberikan
nasihat dan mendamaikannya.
15. Gemar Membaca Kegiatan siswa membaca buku di
perpustakaan dan mengadakan pameran
buku.
16. Pedulu
Lingkungan
Kegiatan kerja bakti, piket kelas yang
sudah di bagi jadwalnya setiap murid,
adanya tempat sampah agar siswa dan
siswi tidak membuang sampah
sembarangan, mendaur ulang sampah.
17. Peduli Sosial Menerapkan sikap tolong menolong, peduli
terhadap teman yang sedang membutuhkan
18. Tanggung Jawab Kegiatan piket di kelas merupakan
tanggung jawab setiap anak untuk
melaksanakan membersihkan kelas, dan
pengajar diberi tanggung jawab untuk
mengawasi, melindungi siswa dan siswi di
sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri.
63
Dalam 18 nilai-nilai pendidikan karakter bangsa diatas, yang
diterapkan di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri dapat diketahui
bahwa pentingnya menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter pada
mereka yang berasal dari masyarakat marginal yang dalam
pembentukan karakter untuk mereka yang sangat minim.
2. Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Pendidikan Karakter
Dalam setiap program pendidikan memiliki faktor yang
mempengaruhi suatu keberhasilan dalam pelaksanaannya, contohnya
pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter yang diterapkan di
Sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri pastinya ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya.
a. Faktor Pendidikan Karakter dari Orang Tua (Keturunan)
Menurut Koordinator SMP Yayasan Bina Insan Mandiri,
menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter
dari orang tuanya sendiri.
“Kalau dipisah sebenarnya ada dua kategori siswanya. Ada
yang murni beraktivitas di jalan tanpa ada sentuhan tangan
orang tua dia sudah mandiri tetapi dia beraktivitas full
waktunya di jalan. Ada juga yang masi memiliki orang
yang lengkap tapi aktif berkegiatan di jalan. Baik itu
berdagang, mengasong, mengamen, dan ada juga tidak
dijalan (murni anak rumahan). Nah kalau yang anak
rumahan yang paling ya kita pegang. Yang kita kasih
motivasi itu dan pemahaman ke orang tuanya juga. Dan
kalau orang tuanya itu kendor mengawal pendidikan
anaknya. Otomatis anaknya kendor juga.”13
Dari pernyataan diatas didukung dari teori dari buku
Zubaedi yaitu faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter yaitu
“Wirotsah (keturunan) adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari
pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi
anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya.14
Kadang-
kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang
13
Hasil wawancara dengan Koordinator SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, M. Natsir Al.
Ghifari, pada hari Selasa, 17 Juli 2018. 14
Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”(Jakarta : Kencana, 2011), h. 181.
64
tuanya.” Berdasarkan pernyataan tersebut, faktor yang
mempengaruhi penerapan pendidikan karakter yaitu dikarenakan
latar belakang dari orang tua yang minimnya penerapan pendidikan
karakter di rumah.
b. Faktor Pendidikan Karakter dari Lingkungan
Selain pernyataan tersebut faktor yang mempengaruhi
penerapan pendidikan karakter bisa di dapat dari kegiatan-kegiatan
tertentu. Dari hasil wawancara tutor atau pengajar menjelaskan:
“Kalau dari yayasan memang memiliki beberapa orang-
orang luar biasa yang bisa membantu kita dalam
membangun karakter, misalnya acara dalam seminggu
sekali ada perkumpulan dengan guru dan kita memberikan
motivasi ataupun Tanya jawab yang membuat mereka itu
keluar dari masalahnya. Ada juga kita panggil pembicara-
pembicara di luar master, entah itu dari pembicara motivasi
atau pembicara spiritual dengan datang berbicara di dalam
sini”15
Penerapan pendidikan karakter bisa didapat dengan
diadakannya acara-acara yang membangun pendidikan karakter,
dengan memanggil pembicara-pembicara dari luar sekolah untuk
mempengaruhi fikiran, sifat dan tingkah laku yang baik yang
terdapat pada 18 nilai-nilai pendidikan karakter.
Dari pernyataan diatas didukung dari teori Zubaedi yaitu
faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter yaitu lingkungan
pergaulan adalah manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia
lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu,
dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan
tingkah laku.16
Melihat berbagai faktor yang melatarbelakangi penerapan
pendidikan karakter itu sendiri, maka di Yayasan Bina Insan Mandiri
memberikan berbagai kegiatan yang diselenggarakan secara rutin
15
Hasil wawancara dengan Pengajar SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, Abdullah
Azzam, pada hari Selasa, 17 Juli 2018. 16
Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”(Jakarta : Kencana, 2011), h. 183.
65
atau hanya di hari-hari tertentu seperti yang sudah dijelaskan pada
penerapan 18 nilai-nilai pendidikan karakter diatas. Kegiatan ini
bermaksud agar memberikan pengalaman yang bermanfaat dalam
membentuk karakter yang baik bagi siswa dan siswi di Sekolah
Yayasan Bina Insan Mandiri.
3. Kendala dan Upaya dalam Menerapan Nilai-nilai Pendidikan
Karakter Pada Siswa Kaum Marginal
a. Kendala dalam Menerapan Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Pada Siswa Kaum Marginal
Pada penerapan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa
kaum marginal di Yayasan Bina Insan Mandiri pasti terdapat
kendala atau hambatan saat menerapkan pendidikan karakter ini.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa narasumber, terdapat
beberapa kendala saat penerapan pendidikan karakter. Hal ini
dijelaskan oleh ketua Yayasan Bina Insan Mandiri bahwa:
“Lahirnya sebuah kepemimpinan orang baik, pola asuh
itu lahirnya dari rumah. Jadi karena dari rumahnya tidak
terbentuk, keluarganya bermasalah, ibunya mama toyib
bapaknya bang toyib ya agak kendalanya disitu. Jadi
karakternya ini apa ya, dewasa-dewasa mini sebernarnya,
terus dia apa ya, cara pola asuhnya ini yang keliru.” 17
Berdasarkan ungkapan tersebut bahwasanya kendala
dalam penerapan pendidikan karakter ini adalah pertama dari
pola asuh orang tua terhadap anak di rumah, jika perilaku atau
sikap orang tua kurang baik maka anak otomatis akan mengikuti
lingkungan keluarganya yang kurang baik. Oleh karena itu
Yayasan Bina Insan Mandiri memberikan arahan kepada orang
tua agar ikut kerjasama dalam penerapan pendidikan karakter ini.
Menurut hasil penelitian terdahulu, hal itu sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Diah Yuniardi tentang
17
Hasil wawancara dengan ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, Nurrohim, pada hari
Selasa, 17 Juli 2018.
66
Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Maka dalam mengatasi hambatan
dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dengan pihak
sekolah dan masyarakat sekitar dalam mengawasi perilaku siswa
agar mencegah siswa dalam melakukan hal yang tidak
diharapkan.18
Kendala lainnya diungkapkan oleh tutor atau pengajar di
Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu
“Kalau di sini karena beragam, ada beberapa anak-anak
yang memang memiliki fisik yang lemah, ada juga
mereka yang terikat dengan pekerjaan, juga karena ada
lagi beberapa anak dalam seminggu itu cuma bisa masuk
4 hari atau 3 kali, kenapa? "karena saya kerja gini-gini",
jadi kalo misalnya kita punya acara yang sampai harus
seminggu ke depan jadi mereka menerima secara tidak
lengkap karena mereka ada yang kerja dan ada kendala di
biaya karena rumahnya jauh di Bogor, Bekasi, Jakarta.
Itulah kendala-kendala mereka yang kebanyakan karena
ekonomi mereka.”19
Berdasarkan ungkapan dari narasumber, kendala dalam
menerapkan pendidikan karakter tersebut dikarenakan siswa yang
memliliki fisik yang lemah seperti siswa yang penyandang
difable. Difable (different ability) adalah orang-orang dengan
kemampuan berbeda yang disebabkan kondisi bawaan sejak lahir
atau kecelakaan. Jumlah penyandang difable di masyarakat lebih
sedikit dibandingkan kelompok lainnya sehingga sering hak-hak
para penyandang difable.20
Siswa-siswi ini membutuhkan
perhatian khusus dari tutor atau pengajar karena masih kurangnya
fasilititas-fasilitas untuk para penyandang difable ini.
18
Diah Yuniardi, Skripsi: Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMPPGRI 1 Ciputat, (Jakarta: UIN Jakarta, 2015), h. 77. 19
Hasil wawancara dengan Pengajar SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, Abdullah
Azzam, pada hari Selasa, 17 Juli 2018. 20
Rizki NisaSetyowati, Pendidikan Anak Di Masyarakat Marginal Kampung Pajeksan
Kota Yogyakarta, Skripsi pada (Universitas Negeri Yogyakarta), 2016, h. 30
67
Menurut hasil penelitian terdahulu, hal itu sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nur Azizah tentang
Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar
di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi. Sarana dan prasarana
yang terbatas. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
menghambat atau kurang maksimal proses yang terjadi.21
Selain itu narasumber juga menjelaskan kendala dalam
penerapan pendidikan karakter dikarenakan adanya pekerjaan
yang terikat kepada siswa dan siswi kaum marginal, seperti yang
diketahui pekerjaan kaum marginal yaitu pedagang asongan,
pemulung, ngamen. Hal ini dapat mengganggu proses penerapan
pendidikan karakter seperti acara-acara yang diadakan Yayasan
Bina Insan Mandiri dalam waktu panjang tetapi siswa tidak dapat
mengikut secara lengkap dikarenakan adanya pekerjaan dan
kendala dibiaya transportasi karena jarak dari rumah ke sekolah
lumayan jauh.
Berdasarkan dari beberapa pernyataan diatas dapat
diketahui bahwa kendala dalam penerapan pendidikan karakter
dikarenakan lingkungan keluarga, pola asuh orang tua yang salah
oleh karena itu perlunya kerjasama antara pihak Yayasan Bina
Insan Mandiri dengan orang tua siswa. Selain kendala dari orang
tua siswa, kendala dalam penerapan pendidikan karakter
dikarenakan kurangnya fasilitas-fasilitas untuk para penyandang
disable, kurang pahamnya siswa dalam membagi waktu antara
sekolah dan bekerja. Dengan mengidentifikasi beberapa kendala
yang dihadapi dalam penerapan nilai-nilai pendidikan karakter
ini, diharapkan dapat ditemukan solusi dan upaya pemecahan
dari kendala-kendala yang dihadapi, agar penerapan pendidikan
21
Ayu Nur Azizah, Skripsi: Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak
Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014),
h. 62
68
karakter dapat berjalan secara maksimal. Upaya pemecahannya
akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
b. Upaya dalam Menerapan Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Pada Siswa Kaum Marginal
Pendidikan karakter pada siswa kaum marginal yang
sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri saat ini menghadapi
kendala-kendala dalam melaksanakan penerapan pendidikan
karakter. Pemasalahan di dalam kendala-kendala penerapan
pendidikan karakter dapat ditemukan beberapa upaya atau solusi
untuk memecahkan permasalah tersebut. Dengan adanya upaya
pemecahan yang dihadapi, penerapan nilai-nilai pendidikan
karakter dapat berjalan secara maksimal.
Menurut pendapat ketua Yayasan Bina Insan Mandiri
berpendapat upaya dalam menangani permasalahan penerapan
pendidikan karakter yaitu:
“Jadi sebagai relawan kita mau bersahabat dengan anak-
anak itu sendiri, kita sebagai yang bisa memberikan
motivasi inspirasi dan bisa menggali potensi anak itu
sendiri. Jadi pendekatannya pertemanan, pendekatannya
kekeluargaan, dimana struktur keluarga mereka yang
sudah porak-poranda dia punya kepercayaan kembali,
dia punya kehidupan yang baru, punya keluarga yang
baru, jadi master ini selain sekolah juga menjadi rumah
kedua bagi mereka. Jadi pendekatan psikologis,
pendekatan sosial, itu yang harus di kedepankan. Jadi
intinya, dengan perhatian dan kasih sayang
perlindungan itu kuncinya.”22
Berdasarkan ungkapan ketua Yayasan Bina Insan Mandiri
tersebut, upaya dalam pemecahan permasalahan dari penerapan
nilai-nilai pendidikan karakter dengan cara pendekatan terhadap
siswa dan siswi kaum marginal. Di dalam pendekatan ini relawan
yang disebut tutor atau pengajar mampu menjadi sahabat atau
22
Hasil wawancara dengan ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, Nurrohim, pada hari
Selasa, 17 Juli 2018.
69
teman yang mampu berinteraksi dan menjalin kedekatan dengan
siswa. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai
karakter kepada siswa dan siswi menjadi lebih mudah, selain itu
tutor atau pengajar dapat memberikan perhatian, kasih sayang,
perlindungan, memotivasi, menginspirasi dan menggali potensi
siswa dalam pendekatan tersebut.
Menurut hasil penelitian terdahulu, hal itu sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nur Azizah tentang
Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar
di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi. Masa perkembangan
puberitas anak merupakan suatu hal yang wajar, maka untuk
meminimalisir kenakalan saat puberitas. Para guru, Pembina
melakukan pendekatan kepada anak-anak berkomunikasi agar
menjadi sahabat bagi anak, maka dengan pendekatan tersebut
anak merasa nyaman dengan lingkungan dipanti dan tidak
terpengaruh dengan kehidupan teman-temannya di luar panti.23
Menurut pendapat koordinator SMP Yayasan Bina Insan
Mandiri yakni:
“Kalau yang anak jalanannya itu biasanya akan dibina
terlebih dahulu, biasanya di divisi sosial di bawah
naungan yayasan langsung. Setelah mereka sudah bisa
hidup secar efektif normal, kadang-kadang anak-anak
jalanan itukan malam jadi siang, siang jadi malam dan
seharusnya dia belajar, dia ada di jalan. Sehingga
setelah dibina di divisi sosialnya memungkinkan dia
bisa normal ketika masuk kesekolah, misalnya dia bisa
bangun pagi, dia sudah bisa mandi. Jadi di bina dahulu
di divisi sosialnya, setelah di divisi sosial mengatakan
ini sudah layak masuk kelas.” 24
23
Ayu Nur Azizah, Skripsi: Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak
Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014),
h. 64 24
Hasil wawancara dengan Koordinator SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, M. Natsir Al.
Ghifari, pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
70
Berdasarkan pendapat narasumber diatas siswa kaum
marginal harus dibina terlebih dahulu agar siswa kaum marginal
ini terbiasa dengan dapat mengikuti proses belajar mengajar
disekolah semaksimal mungkin, dan pengajar dapat lebih mudah
menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut.
Menurut hasil penelitian terdahulu, hal itu sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Diah Yuniardi tentang
Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Karakter masyarakat yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak usia dini, karena usia dini merupakan
emas namun kritis untuk pembentukan karakter.25
Namun lain halnya yang diungkapkan oleh tutor atau
pengajar di Yayasan Bina Insan Mandiri:
“Kalau dari buku panduannya yang di kasih pak Rohim
caranya itu lebih ke diri kitanya, ke diri gurunya
bagaimana kita bisa memberikan contoh yang baik dulu
karena sebaik-baiknya pendidikan bukan dengan
omongan tapi lebih tepatnya itu menggunakan contoh
dan doa kata pak Rohim. Dan kita memang lebih
banyak memberikan contohnya aja.”26
Dilihat dari penyataan tersebut, bahwa upaya dalam
penerapan nilai-nilai pendidikan karakter tugas tutor atau
pengajar memberikan contoh nilai-nilai pendidikan karakter yang
baik dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar di sekolah
agar siswa mencontoh apa yang dicontohkan tutor atau pengajar,
karena biasanya apa yang siswa lihat begitu pula akan siswa tiru.
Upaya lain yang diungkapan tutor atau pengajar di
Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu:
25
Diah Yuniardi, Skripsi: Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMPPGRI 1 Ciputat, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h.
72. 26
Hasil wawancara dengan Pengajar SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, Abdullah
Azzam, pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
71
“Nilai-nilai dalam kegiatannya, nilai karakter itu kalau
misalnya kalau kita sendiri, kalau dari yayasan memang
memiliki beberapa orang-orang luar biasa yang bisa
membantu kita dalam membangun karakter, misalnya
acara dalam seminggu sekali ada perkumpulan dengan
guru dan kita memberikan motivasi ataupun Tanya
jawab yang membuat mereka itu keluar dari
masalahnya. Ada juga kita panggil pembicara-
pembicara di luar master, entah itu dari pembicara
motivasi atau pembicara spiritual dengan datang
berbicara di dalam sini.”27
Berdasarkan ungkapan narasumber tutor atau pengajar
Yayasan Bina Insan Mandiri yang menjelaskan upaya dalam
penerapan pendidikan karakter perlu diadakannya acara-acara
untuk membangun nilai-nilai karakter yang harus diterapkan
kepada siswa dan siswi kaum marginal di Yayasan Bina Insan
Mandiri seperti mendatangkan orang-orang luar biasa atau
motivator yang bisa memecahkan masalah-masalah dalam
pendidikan karakter atau memberikan pengetahuannya tentang
penerapan pendidikan karakter kepada seluruh warga sekolah.
Dalam upaya menangani kendala dalam penerapan nilai-
nilai pendidikan karakter pada siswa dan siswi kaum marginal
sangat dibutuhkan peran dari berbagai pihak seperti tutor atau
pengajar. Tutor atau pengajar berperan sangat penting dalam
pendekatan kepada siswa dan siswi agar mudah menanamkan
penerapan nilai-nilai pendidikan karakter secara maksimal.
Selanjutnya upaya dalam menangani kendala dalam penerapan
pendidikan karakter siswa harus dibina terlebih dahulu agar lebih
mudah menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut.
Selain itu upaya penerapan pendidikan karakter perlunya tutor
atau pengajar memberikan contoh dari nilai-nilai baik yang
terdapat di pendidikan karakter agar siswa dapat mencontoh
27
Hasil wawancara dengan Pengajar SMP Yayasan Bina Insan Mandiri, Abdullah
Azzam, pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
72
nilai-nilai baik yang sudah ditanamkan oleh tutor atau pengajar di
Yayasan Bina Insan Mandiri dan mendatangkan pembicara-
pembicara untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya
pendidikan karakter di sekolah. Terbukti dari data kuesioner yang
peneliti berikan kepada siswa sebanyak 20 siswa mengakui sudah
mengerti tentang nilai-nilai baik dalam pendidikan karakter dan
sudah menerapkan pendidikan karakter yang didapatkan di
Yayasan Bina Insan Mandiri pada kehidupan sehari-hari dan
kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah Yayasan Bina Insan
Mandiri sesuai apa yang dibutuhkan siswa dan siswi kaum
marginal di SMP Yayasan Bina Insan Mandiri.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan di
lapangan saat penelitian. Adapun keterbatasan tersebut antara lain:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu sekolah di Yayasan Bina
Insan Mandiri. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada beberapa sekolah yang ada di Yayasan Bina Insan
Mandiri untuk mengetahui dan membandingkan bagaimana
penerapan pendidikan karakter disetiap tingkatan sekolah.
2. Penelitian ini hanya berfokus pada penerapan pendidikan yang
dilakukan oleh pihak sekolah untuk siswa dan siswi kaum marginal.
3. Sedikitnya jumlah guru di SMP Yayasan Bina Insan Mandiri sehingga
peneliti kurang mendapatkan informasi lebih luas tentang penerapan
pendidikan karakter di sekolah.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh
peneliti, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter pada
siswa kaum marginal dengan latar belakang status sosio ekonomi yang
rendah di Yayasan Bina Insan Mandiri sebagai berikut:
1. Penerapan pendidikan karakter di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri
melakukan penerapan berupa kegiatan-kegiatan, di dalam kegiatan
tersebut terdapat 18 nilai-nilai baik dalam pendidikan karakter.
Kegiatan ini bermaksud agar memberikan pengalaman yang
bermanfaat dalam membentuk karakter yang baik bagi siswa dan siswi
kaum marginal di Yayasan Bina Insan Mandiri.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pendidikan karakter pada
siswa dan siswi kaum marginal dikarenakan latar belakang dari orang
tua (keturunan) yang minim menerapkan pendidikan karakter kepada
anak, dan faktor yang dapat mempengaruhi penerapan pendidikan
karakter bisa didapat dari kegiatan-kegiatan di sekolah, dari kegiatan
yang di selenggarakan secara rutin atau hanya di hari-hari tertentu
dapat membentuk karakter yang baik bagi siswa dan siswi di Sekolah
Yayasan Bina Insan Mandiri.
3. Kendala dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa
kaum marginal. Pertama dari pola asuh orang tua terhadap anak di
rumah, jika perilaku atau sikap orang tua kurang baik maka anak
otomatis akan mengikuti lingkungan keluarganya yang kurang baik.
Kedua, kendala dalam menerapkan pendidikan karakter tersebut
dikarenakan siswa yang memliliki fisik yang lemah seperti siswa yang
penyandang difable. Ketiga, kurang pahamnya siswa dalam membagi
waktu antara sekolah dan bekerja. Pemasalahan di dalam kendala-
kendala penerapan pendidikan karakter dapat ditemukan beberapa
74
upaya atau solusi untuk memecahkan permasalah tersebut seperti
upaya dalam pemecahan permasalahan dari penerapan nilai-nilai
pendidikan karakter dengan cara pendekatan terhadap siswa dan siswi
kaum marginal. Adanya pembinaan agar siswa kaum marginal ini
terbiasa dengan dapat mengikuti proses belajar mengajar disekolah
semaksimal mungkin, agar pengajar dapat lebih mudah menerapkan
nilai-nilai pendidikan karakter tersebut. Upaya selanjutnya tutor atau
pengajar di sekolah mampu memberikan contoh dari nilai-nilai baik
yang terdapat di dalam pendidikan karakter agar siswa dapat
mencontoh nilai-nilai baik yang sudah ditanamkan oleh tutor atau
pengajar dan mendatangkan pembicara-pembicara untuk memberikan
pemahaman tentang pendidikan karakter di sekolah.
B. Saran
Berdasarkan dari penjelasan dan kesimpulan tersebut, maka penulis
memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk
kedepannya dalam penerapan pendidikan karakter di Yayasan Bina Insan
Mandiri sebagai berikut:
1. Bagi pihak yayasan menjalin kerjasama dengan orang tua siswa
terhadap pemahaman orang tua dalam pendidikan karakter terutama
di dalam lingkungan keluarga sehingga anak dapat memiliki karakter
yang baik.
2. Bagi sekolah mendatangkan pembicara-pembicara dari luar atau
dalam untuk memberikan pemahaman tentang pendidikan karakter di
sekolah.
3. Bagi semua pengajar atau tutor hendaknya mencerminkan nilai-nilai
karakter agar siswa dapat mencontoh dari nilai-nilai baik yang sudah
ditanamkan oleh pengajar atau tutor di sekolah.
4. Bagi pemerintah pentingnya diadakan pelatihan-pelatihan atau
seminar mengenai pendidikan karakter baik untuk kepala sekolah
maupun pengajar yang sangat berguna pada saat menerapkan
pendidikan karakter di sekolah.
75
DAFTAR PUSTAKA
Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan
Kemajuan Bangsa. Yogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2011.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta, 2012.
Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2015.
Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif.
Jakarta: Esensi, 2013.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Mulyasa.. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Nata, Abudin. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehi. Pendidikan Karakter Pendidikan
Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Syah, Muhibin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
76
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodelogi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta : Kencana, 2011.
SKRIPSI DAN JURNAL
Adam, Arlim dan Sam’un Mukramin. Eksistensi Pemulung Sebagai Profesi Di
TPA Sampah Tamangapa Kota Makassar. Jurnal Sosiologi, Dialektika
Kontemporer, No. 2, 2014.
Azizah, Ayu Nur. Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak
Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi. Skripsi. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
Imam, Suyito. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa
Berwawasan Kearifan Lokal. Jurnal: Universitas Negeri Malang, 2012.
Maunah, Binti. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan
Kepribadian Holistik Siswa”, Jurnal, IAIN Tulungagung.
Nuraeni, Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini. Jurnal Paedagogy, No.2,
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram, 2014.
Purwanti, Yanti Dewi. Koentjoro dan Esti Hayu Purnama Ningsih. Konsep Diri
Perempuan Marginal. Jurnal Psikologi: Universitas Gadjah Mada, 2002.
Puspitasari, Euis. Pendekatan Pendidikan Karakter”, Jurnal: Edueksos Vol III No
2, IAIN Syekh Nujati Cirebon, 2014.
Setyowati, Rizki Nisa. Pendidikan Anak Di Masyarakat Marginal Kampung
Pajeksan Kota Yogyakarta, Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2016.
Yuniardi, Diah. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMPPGRI 1 Ciputat. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
TRANSKIP WAWANCARA
Ketua Yayasan Yayasan Bina Insan Mandiri
Hari/Tanggal : Selasa/ 17 Juli 2018
Narasumber : Nurrohim
Waktu : 11.35
Tempat : Ruang Ketua Yayasan
Keterangan:
P : Peneliti
N : Nurrohim
P : Apa yang melatar belakangi berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri?
N : Jadi yang melatar belakangi berdirinya sekolah master Indonesia ini atau
yayasan Bina Insan Mandiri, pada saat itu depok ini kota yang baru
memisahkan diri dari Kabupaten Bogor, dan visi kotanya, Visi Misi adalah
Kota Pendidikan, Kota Perdagangan, Kota Jasa dan Kota Pemukiman yang
nuansanya Religi. Dan kita tahu bahwa di depok ini banyak Perguruan
Tinggi yang megah, Salah satunya adalah UI. tapi disisi lain, Kota yang
visinya adalah Kota Pendidikan, tempat Perguruan Tinggi bertebaran
disini. Tapi disisi lain, banyak anak-anak usia sekolah yang putus sekolah
dan gak bisa sekolah. Jadi berangkat dari keprihatinan itu lah saya bersama
teman-teman remaja Masjid menggagas, menginisiasi adanya pendidikan
alternatif bagi masyarakat marginal, kita dulu fokus dilima kelas teranak.
anak jalanan, anak-anak kebutuhan khusus, anak cacat, anak-anak yang
berhadapan hukum, dan anak-anak terlantar. Jadi yang kita fikirkan
bagaimana mereka bisa mendapatkan akses layanan pendidikan, itu yang
melatarbelakangi. Jadi berangkat dari sebuah keprihatinan itu lah master
ini berdiri, master ini ada.
P : Dikelola oleh siapa sajakah Yayasan Bina Insan Mandiri?
N : Swadaya masyarakat, jadi ketika mereka mempercayai. Mereka
berbondong-bondong memberikan kepercayaan kepada kita bagaimana dia
punya harapan, punya impian, tugas kita adalah mewujudkan impian
harapan itu dengan segala keterbatasan yang kita punya. Dan kami
menyadari secara keilmuan dan financial. Jadi kami mengajak untuk
mewujudkan impian, harapan itu. Kami menggandeng kesemua sektor ya.
Para praktisi, akademisi, perguruan tinggi, kalangan dunia usaha, dan
kalangan profesional. Untuk bersama-sama bergabung disekolah master.
Dimana kami berbasisnya sekolah yang berbasis masyarakat interprener,
berbasis karakter dan interprener. Jadi “PKBM” namanya (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat Bina Insani Mandiri). Jadi dikelola berbagai unsur
orang-orang yang punya kepedulian di bidang pendidikan, Karena kita
yakin dengan pendidikan ini akan memutus rantai-rantai kemiskinan itu
sendiri.
P : Kapan pelaksanaan pendidikan di Yayasan Bina Insan Mandiri mulai
berlangsung?
N : Kita memulai ditanggal 28 Oktober Tahun 2000, jadi kita awalnya hanya
SD, SMP, SD pun hanya kelas 4, 5, 6 dan SMP. Sekarang dari TK-
Perguruan Tinggi. Jadi kita ada hampir sekitar 2500 murid lah ya sekarang
ini dari TK- Perguruan Tingginya.
P : Dari manakah sumber dana yang di dapat untuk melaksanakan
pendidikan di Yayasan Bina Insan Mandiri?
N : Swadaya masyarakat. Awalnya dari kantong-kantong kita aja setelah
masyarakat tau mereka mensuport, mendukung kegiatan ini. selain juga
ada dana bantuan dari pemerintah juga ada tapi yang paling banyak dari
donasi atau dari program CSAR
P : CSA?
N : Ya, Cost Social Responsibelity, jadi semacam bantuan dari beberapa
perusahaan yang punya kepedulian di bidang pendidikan. Tapi yang paling
menjadi unggulan, yang paling menjadi andalan, itu sektor Real yang
dibangun oleh yayasan melalui dana wakaf produktif. jadi kita punya
pengembangan usaha karena disini kan selain pendidikan, advokasi,
kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Jadi kita punya badan amil zakat
sendiri, mengumpulkan dana ini nantinya dibuat bidang usaha dari mulai
kita bikin punya CV, PT, punya Travel Haji Umroh kita punya Peternakan
dan punya jasa kontruksi perdagangan umum juga. Jadi kita bergerak di
bidang bisnis itu, dari hasil bisnis-bisnis pengembangan yayasan untuk
membiayai operasional ini
P : Apa tujuan didirikannya Sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok?
N : Kita menjangkau yang tidak terjangkau, melayani yang tidak terlayani.
dari mulai usia anak-anak, sampai yang punya anak. dari urusan alam
rahim, sampai alam barza. Jadi kami memberikan layanan dimana mereka
orang-orang yang tidak tersentuh, tidak punya akses untuk pendidikan,
kesehatan, nah kita fasilitasi itu. Jadi keberadaan kita adalah untuk mereka.
Dari mulai urusan pendidikan, kesehatan, advokasi dan pemberdayaan
ekonomi.
P : Apa strategi untuk mengajak siswa-siswi agar mau mengikuti pendidikan
yang ada di Yayasan Bina Insan Mandiri?
N : Kita mau bersahabat dengan mereka, kita harus menjadi semacam abang-
abangannya, menjadi orang tua pengganti, dimana mereka sangat butuh
dengan perhatian, kasih sayang, dan perlindungan. Jadi master ini
pendekatannya sebagai rumah kedua, jadi mereka butuh tempat bernaung
yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan. Ketika mereka sudah
mendapatkan hal itu maka gak selalu sulit untuk mengajak mereka karena
fitrahnya mereka itu, sebagaimana anak-anak di kondisi, dalam kondisi
anak rumahan juga sama dia butuh sosok kehadiran seorang ayah, bunda,
om dan sebagainya. Jadi sebagai relawan kita mau bersahabat dengan
anak-anak itu sendiri, kita sebagai yang bisa memberikan motivasi
inspirasi dan bisa menggali potensi anak itu sendiri. Jadi pendekatannya
pertemanan, pendekatannya kekeluargaan, dimana struktur keluarga
mereka yang sudah porak-poranda dia punya kepercayaan kembali, dia
punya kehidupan yang baru, punya keluarga yang baru, jadi master ini
selain sekolah juga menjadi rumah kedua bagi mereka. Jadi pendekatan
psikologis, pendekatan sosial, itu yang harus di kedepankan. Jadi intinya,
dengan perhatian dan kasih sayang perlindungan itu kuncinya, nah yang
lebih paling inti nilai-nilai yang harus ditanamkan adalah nilai-nilai
keikhlasan tadi itu. Ikhlas dan doa bagaimana ketika kita punya rasa
empati perduli kita doakan mereka dengan keikhlasan kita, Insya Allah
energi positif itu kekuatan manajemen berkah itu akan hadir. Jadi itu yang
ruh nya disekolah master untuk mendekati masyarakat marginal dengan
kasih sayang, dan Rahmat tadi itu. Ikhlas dan doa itu yang menjadikan
master ini seperti ini.
P :Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
Yayasan Bina Insan Mandiri?
N : Selain mereka, anak-anak keluarga yang bermasalah, keluarga yang
kurang perhatian terhadap pendidikan. Dimana yang kita tahu ini adalah
hilirnya, hulunya adalah penguatan-penguatan keluarga. Jadi idealnya itu
kalau dalam pepatah Arab bilang “ Al-Umi Madrosatul Ula, Al-Baiytu
Madrosatul Ula” “Ibu, Rumah adalah sekolah yang pertama”. Jadi
lingkungan sekolah itu hanya semacam kaya yang bisa memberikan
edukasi atau apa ya, Amal Ma’ruf Nahi Mungkar itu lingkungannya itu
bagus. Sekolah itu harusnya seperti itu. Tapi, lahirnya sebuah
kepemimpinan orang baik, pola asuh itu lahirnya dari rumah. Jadi karena
dari rumahnya tidak terbentuk, keluarganya bermasalah, ibunya mama
toyib bapaknya bang toyib ya agak kendalanya disitu. Jadi karakternya ini
apa ya, dewasa-dewasa mini sebernarnya, terus dia apa ya, cara pola
asuhnya ini yang keliru. Nah itu jadi kita harus mereformasi semua,
merevolusi semua, karakter-karakter itu kita bentuk kembali dalam,
mangkanya tadi master ini sebagai rumah kedua yang menghadirkan
sosok-sosok teladan yang bisa, figur-figur ini yang bisa memberikan
contoh yang baik, jadi kendalanya mereka dari sisi pendidikan akhlak
paling dasar aja nol gitu, itu. Terus belom lagi, masalah dia tidak terdaftar
sebagai penduduk warga Negara Indonesia, mereka belum teregister,
mereka masih bodong. Jadi kendala untuk ujianya gitu kan terus belom
lagi, dukungan keluarga, lingkungan mereka yang sangat lemah
keperhatian terhadap pendidikannya kurang.
P : Apa yang melatar belakangi Yayasan Bina Insan Mandiri untuk lebih
merangkul kepada kelompok masyarakat marjinal?
N : Karena memang Sunahtullah-Nya begitu, jadi hukum alam-Nya kalau
kita mau bahagia, kita mau sukses, berikan kemudahan bagi mereka maka
Allah akan memberikan kemudahan kepada kita. Jadi itu nilai-nilai yang
menjadi sebuah keyakinan. barang siapa yang menyelamatkan satu
manusia dari jurang kehancuran dengan uluran tangan kita, washilah
prantara kita, anak itu menjadi baik, menjadi sholeh, maka nilai
kebaikannya itu melebihi bumi dan seisinya. Jadi ini sebuah nilai-nilai
keyakinan ibadah, keimanan sebenarnya yang melatarbelakangi, karena
memang Agama mengajarkan seperti itu. Jadi Nabi-nabi diutus ke bumi
ini “ Innama buistu liutammima makarimal akhlak” “ tidaklah aku diutus
ke bumi ini melainkan untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Jadi kita
ingin membangun peradaban manusia dari mulai masyarakat marginal
dengan akhlakul karimah, ingin mendidik generasi bangsa ini supaya
cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi pekerti. kita punya Visi satu keluarga
Miskin, satu Sarjana, satu Hafidz, dan Hafidzoh. Mangkanya saya
membangun Rumah-rumah Tahfidz, membangun pesantren-pesantren, dan
anak-anak ini kami beasiswain semua dari TK- Perguruan Tinggi bahkan
sampai kuliah sampai ke Luar Negeri. Kita ingin membangun peradaban
masa depan yang lebih baik melalui masyarakat marginal, karena dimana-
mana lahirnya sebuah gerakan revolusi, gerakan perubahan, gerakan-
gerakan kebangkitan umat, itu dari masyarakat seperti ini. Nah itu yang
kita ingin bagian dari agen perubahan dunia, agen perubahan masyarakat
marginal melalui berbasis karakter Al-Qur’an, melalui Al-Qur’an ,
karakter dan Interprenernya itu mulai dari sini. Jadi kalau tau miskin dia
sehat, kalau tau miskin dia pinter, kalau tau miskin dia punya daya saing
sehingga mereka produktif, tidak menjadi beban lingkungan, negara, dan
masyarakat,
P : Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Bina Insan
Mandiri dalam membina siswa dan siswi yang berasal dari masyarakat
marjinal?
N : Kita pendidikan, dari TK- Perguruan Tinggi, kita ada KBU (kelompok
belajar usaha), ada BLK ( balai latihan kerja), dan kita punya sektor-
sektor BLK- BLK semacam Workshop, semacam tempat permagangan
mereka kita membangun kemitraan dengan mitra-mitra kita sesuai
kemampuan, kapasitas dan potensi anak. Jadi kita arahkan sebagaimana
kemampuan mereka, bisanya apa, maunya apa, kan ada sekolah, disini ada
kelas Tahfdiz, kelas Bisnis, kelas apa namanya, Akademis gitu kan, kalau
yang Akademis nanti kita proyeksikan dia dapet Perguruan Tinggi favorit,
kalau dia memang kelas Bisnis nanti kita arahkan, kita magangkan ke para
pengusaha yang sudah menjadi mitra kita
P : Bagaimana bapak merekrut pengajar untuk bergabung di Yayasan Bina
Insan Mandiri?
N : Kebanyakan dari relawan mahasiswa program-program pengabdian
masyarakat kampus dan mahasiswa, dosen, dan sebagainya terus juga ada
beberapa program CSAR gerakan sosial dari perusahaan-perusahaan yang
mengutus guru-guru profesional sebagai guru tamu disini dan untuk
menjadi relawan inti kita mengkader dari para alumni kita yang kita
beasiswain, nanti mereka stay disini, mereka belajar dan mengajar. Jadi
dari recrutemen dari orang dalem, masyarakat yang peduli, kita kerjasama
dengan perguruan- perguruan tinggi dengan kementrian dan dinas-dinas
terkait yang berkaitan dengan program kesejahteraan sosial anak, mereka
duduk bareng disini, kita menyelesaikan sama-sama problem bagaimana
pendidikan untuk anak-anak kita supaya kedepan lebih baik lagi. Nah itu
yang saya recrute. Jadi mulai program pengabdian masyarakat, dari mulai
perguruan tinggi yang sifatnya sekolah tinggi khusus maupun kaya UI,
UIN, UNJ itu banyak disini kita recrute sebagai guru, atau sebagai
relawan.
Koordinator Sekolah SMP Yayasan Bina Insan Mandiri
Hari/Tanggal : Senin/ 16 Juli 2018
Narasumber : M. Natsir Al. Ghifari, S.Pd. I
Waktu : 10.15
Tempat : Ruang Guru SMP
Keterangan :
P : Peneliti
MN: M. Natsir Al. Ghifari, S.Pd. I
P : Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri?
MN : Secara umum, pelaksanaan pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri khususnya di tingkat SMP atau paket B sama dengan
pelaksanaan pendidikan disekolah-sekolah umum, yang sedeajat
SMP pada umumnya dengan kurikulum yang sama dengan cara
yang sama, jam dan waktu yang sama. Hanya saja pendidikan di
Yayasan Bina Insan Mandiri itu kurikulumnya masih bisa di bilang
kondisional sesuai dengan kebutuhan siswa dan kebutuhan guru
yang akan mengajar. Jadi fleksibel gitu ya, banyak sekali mata
pelajaran yang tidak ada seharusnya, tapi kita ada. Sesuai
tambahannya ada kewirausahan, bimbingan baca Al-Qur’an,
kemasteran, itu hasil dari katakanlah kreativitas atau modifikasi
kurikulum yang di lakukan oleh stakeholder pemangku atau
pengajar yang melakukan kegiatan pengajaran di Master khususnya
di SMP. Pokoknya normal sajalah, seperti sekolah biasa pada
umumnya.
P : Bagaimanakah struktur pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri?
MN : Kalau struktur pendidikan di Yayasan ada ketua yayasan, wakil,
bendahara, sekertaris, ada divisi pendidikan, divisi ekonomi, divisi
kesehatan. Nah kita dibawah divisi pendidikan dimana jenjang dari
paud, SD, SMP, SMA sampai kepada beasiswa perguruan tinggi.
Nah itu masuk di divisi pendidikan, syarat umum seperti itu
struktur organisasi Yayasan Bina Insan Mandiri.
P : Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk
saat ini?
MN : Kalau bagian pengurusan di pendidikan, dari Paud, SD, SMP,
SMA diatasnya itu ada rifbank pendidikan, rifbank pendidikan itu
plus dia mengepalai atau koordinator divisi pendidikan. Nah baru
dia membawahi SD, TPSD, SMP, SMA. Setiap level misalkan
SMP ada koodinator, nah di bawahnya di pecah lagi ada
koodinator ada wakil koordinator, ada sekertaris, ada bendahara,
ada sumber daya tutornya kemudian bagian data. Ada bagian
kesiswaan, ada bagian pembinaan, jadi antara empat divisi itu.
Seperti itu kurang lebih struktur pendidikan.
P :Bagaimana infrastruktur pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri?”
MN :Secara penyediaan atau persedian infastruktur buat pendidikan di
SMP sendiri masih keterbatasan yang ditandai masih belajar di
Masjid. Oke sekilas mengenai infrastruktur itu tidak menjadi
hambatan ya. Jadi masih memungkinkan kegiatan yang sejalan
dengan memakai ruang-ruang yang ada, bisa di Masjid, bisa
numpang di Paud, ada ruangan yang tidak terpakai kita pakai di
situ.
P : Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
Yayasan Bina Insan Mandiri?
MN : Hambatannya mungkin dibagi menjadi tiga. Pertama, dari
infrastruktur yang tadi ditanyakan. Tentu kalau di anggap jadi
bagian hambatan bisa jadi karena pengkondisian pembelajaran
kurang kondusif. Misalnya ketika di gabung terlalu padat itu
menghambat juga kan. Sehingga gerah, panas. Itu dari
infrastrukturnya. Kita juga belum punya lab IPA misalnya. Tapi
lab. Komputer sudah ada. Dari segi pengajar hambatannya karena
ini relawan, statusnya relawan sangat rentan bongkar pasang, cepat
keluar masuk relawan pendidikan yang ingin mengajar, karena
relawan disini terdiri dari partisipasi pendidikan, guru murni,
mahasiswa dan ibu rumah tangga yang ingin mengajar tapi mereka
memanglingkan kuliah masuk katagori mahasiswa yaitu dari segi
pengajarannya. Walaupun kita lihat yang mengajar itu dengan
peraturan dia harus terikat dengan kita minimal 6 bulan. Dari segi
siswanya tantangan hambatannya masih dikatakan kompleks,
karena sama-sama kita tahu yang kita bina siswa-siswa ini dari
kaum marginal. Katakanlah ekonomi menengah kebawah,
tingkatan sosial menengah kebawah seperti itu. Dari upayanya
sangat dibutuhkan full untuk melakukan pengolahan atau
pembinaan yang dilakukan oleh guru-guru disini.
P : Berasal dari latar belakang apa sajakah warga belajar yang
mengikuti kegiatan di Yayasan Bina Insan Mandiri?
MN : Mayoritas siswanya dari ekonomi menengah kebawah dan kaum
urban yang berdomisili di sekitar Depok ataupun di luar Depok,
bisa di Bogor, seputar Jakarta yang berdekatan dengan Bogor,
berbatasan atau yang asli (yang tidak urban maksudnya atau warga
depok asli). Jadi tersebarlah di dekat wilayah sekolah master.
P : Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan
Bina Insan Mandiri dalam membina siswa dan siswi belajar yang
berasal dari masyarakat marjinal?
MN : Secara umum ada dua program pendidikannya yang dilaksanakan
di SMP khususnya SMP Master, program keagamaan dan program
pelajaran umum. Jadi setiap mereka sekolah itu, setiap harinya
dibagi menjadi dua sesi pelajaran. 7.30-9.15 kegiatan pelajaran
keagamaan, kemudian nanti masuk lagi dari 10.00-11.45 baru
belajar yang umum itu full, dari senin-jumat terus sabtunya di
pergunakan untuk khusus kelas ekstra kulikuler dan pengembangan
life skill dan kewirausahaan.
P : Biasanya ekstrakulikuler ada apa saja ya pak?
MN : Ekskul di SMP yang sudah berjalan ada silat, beasiswa futsal,
pelatihan futsal, da merajut, music, baik music religi, maupun
music yang umum, yang religi itu misalnya marawis, hadroh, kalau
music yang umum kaya gitar, biola. Ada juga latihan
kewirausahaan buat temen-temen yang ingin berwirausaha,
misalnya jual-jual. Nah itu masuk bagian pengolahan. Terus ada
teather, musikalisasi puisi, halaqoh keagamaan, tafsir, tafsin quran
dan lainnya.
P : Bagaimanakah cara menarik minat siswa dan siswi belajar agar
mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Bina
Insan Mandiri?
MN : Kalau dipisah sebenarnya ada dua kategori siswanya. Ada yang
murni beraktivitas di jalan tanpa ada sentuhan tangan orang tua dia
sudah mandiri tetapi dia beraktivitas full waktunya di jalan. Ada
juga yang masi memiliki orang yang lengkap tapi aktif berkegiatan
di jalan. Baik itu berdagang, mengasong, mengamen, dan ada juga
tidak dijalan (murni anak rumahan). Nah kalau yang anak rumahan
yang paling ya kita pegang. Yang kita kasih motivasi itu dan
pemahaman ke orang tuanya juga. Dan kalau orang tuanya itu
kendor mengawal pendidikan anaknya. Otomatis anaknya kendor
juga, sehingga pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada
pembagian rapot, ketika ada penyelenggaraan pertemuan dengan
orang tua kita akan member pemahaman supaya anaknya
dihantarkan sampai dia kelar sampai ujian SMP, terus ke anaknya
setiap harinya ya ga bosan-bosan untuk menguatkan semangatnya,
antusiasnya, optimismenya, supaya mereka bisa mengambil
manfaat dengan adanya sekolah ini, mereka diharapkan dapat
mengambil manfaat sebesar-besarnya. Untuk mengembangkan
bakat minatnya supaya mereka bisa melanjutkan kejenjang atau
level yang lebih tinggi lagi. Kalau yang anak jalanannya itu
biasanya akan dibina terlebih dahulu, biasanya di divisi sosial di
bawah naungan yayasan langsung. Setelah mereka sudah bisa
hidup secar efektif normal, kadang-kadang anak-anak jalanan
itukan malam jadi siang, siang jadi malam dan seharusnya dia
belajar, dia ada di jalan. Sehingga setelah dibina di divisi sosialnya
memungkinkan dia bisa normal ketika masuk kesekolah, misalnya
dia bisa bangun pagi, dia sudah bisa mandi. Nah baru nanti dari
divisi sosial akan melemparkan di divisi pendidikan, karena kita
tidak mau repot lagi mengurusi yang dari jalanan itu. Jadi di bina
dahulu di divisi sosialnya, setelah di divisi sosial mengatakan ini
sudah layak masuk kelas. Tetapi harus diperhatikan khusus supaya
dia dia diberikan kelonggaran, misalnya “dia ngantuk di kelas
yaudahlah dibiarin tidur mungkin dia kelelahan karena terlalu
malam dia ngamen misalnya. Sambil kita lakukan pendekatan
secara personal kepada siswa-siswa yang tadi itu katakan marginal.
P : Apakah sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri menerapkan
pendidikan karakter?
MN : Kalau nama karakter sih kita ga make gitukan, tetapi di dalam sesi
keagamaan itu katakanlah misalnya pendidikan karakter dia harus
cerdas, kreatif, berbudi pekerti, berdayaguna itu sudah menjadi
bagian budaya master. Jadi budaya master itu mengajarkan nilai
ada kurang lebih 6 nilai itu yang sudah menjadi tradisi dan harus
diketahui siswa-siswa yang masuk ke Yayasan Bina Insan Mandiri
baik dia dari tingkat Paud, SD, SMP, maupun SMA. Antara lain
kebersamaan, kepedulian, kelestarian, kebersihan lingkungan,
keharmonisan dll. Nah itu sudah menjadi bagian yang harus
diajakan disesi pelajaran kemasteran, jadi dinilai secara umum di
situ, baik yang non muslim maupun muslim, secara umum kita
ajarkan nilai itu di situ. Jadi pelajaran kemasteran namanya. Kalau
yang khusus agama islam setiap hari awal dia masuk sekolah
sampai sesi perpindahan jam dari jam 7.30-9.15 di bina sholat
dhuha, zuhur berjamaah, doa bersama, dzikir, dan surat hafalan juz
30, hafalan surat pilihan, terus baca Al-Qur’an dan mentoring
keagamaan pengajaran ta’qofah keislaman. Pengajaran yang
bersifat nilainya baik yang berkarakter baik.
P : Siapa sajakah yang bertanggung jawab atas proses pelaksanaan
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Bina Insan Mandiri?
MN : Pendidikan karakter itu secara tegas wewenangnya koordinator
yang membawahinya dan yang memastikan bahwa kegiatan belajar
mengajar itu berjalan dengan baik disetiap level itu. Jadi tugas
yang mengajarkan karakter itu di bebankan ke koordinator masing-
masing seperti lewat pelajaran kemasteran tadi dengan
menghadirkan banyak tamu juga tidak harus dia juga
menyampaikan, tergantung kebutuhan kita misalnya, anak-anak
kita ini harus mengetahui tentang cara bermedia sosial yang yang
baik. Nah kita hadirkan orang-orang yang memang pemerhati
media sosial yang memang punya kecerdasan atau kemampuan
dalam bidang tersebut yang kita sampaikan. Sedangkan anak kita
ini mau menghafal Al-Quran misalnya. Supaya mereka minat kita
hadirkan hafidz Quran untuk menyampaikan minat. Pemaparan
tema yang dibutuhkan tersebut, jadi tidak selalu koordinator yang
menyampaikan yang penting pesan karakternya atau nilai-nilai
kebaikan itu yang sesuai dengan visi misi master itu tersampaikan
tidak keluar dari itu. Lalu atau ketentuan yang sudah ditentukan
seperti itu.
Pengajar Yayasan Bina Insan Mandiri
Hari/Tanggal : Selasa/ 17 Juli 2018
Narasumber : Siti Nur
Waktu : 08.15
Tempat : Depan Ruang Guru
Keterangan:
P: Peneliti
ST: Siti Nur
P : Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri ?
SN : Pelaksanaan tuh beda-beda yah tekniknya kalau di SMP
pelaksanaannya biasanya murojaan, setelah morojaan kita bagi
bentuk perlevel, level 1 iqro, level 2 iqro, level tahsin itu putra
putrid di pisah tidak sama, gurunya pun di rolling ganti-ganti
misalnya hari ini bunda di level 1, besok lagi di tahsin.
P : Kurikulum apa yang saat ini diterapkan di Sekolah Yayasan Bina
Insan Mandiri?
SN : kurikulum yang diterapkan di yayasan ini kalau kuikulum sama
kali ya dengan yang lain karena kita jugakan nginduknya ke SMP
10 Terbuka sawangan jadi ya di sana, soal-soal ujian pun disana.
P : Menurut bapak/ibu apa faktor yang mempengaruhi Yayasan
Yayasan Bina Insan Mandiri menerapkan nilai-nilai karakter pada
setiap kegiatan yang diselenggarakan?
SN : penerapannya? Sesuai anak-anak terbentuknya nomor satu
akhlaknya deh terutamakan yang dari golongan seperti pemulung,
anak ART (Asisten Rumah Tangga) kan banyak disini hampir
semua kali ya, itu udah terbentuk karakternya dari yang ngamen.
Ya gapapa ngamen yang penting duitnya halal ya, semoga lebih
bisa terbentuk di sini. Dia bisa mengaji, sholat buat dirinya sendiri
jangan sampai dia jauh dari agama.
P :Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang
berlangsung di
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SN : gak langsung ya, kalau langsung kayanya berharap ya, kalau yang
langsung ya seperti ngaji aja kita ajarin,, tausiyah, kita kasih
masukan-masukan agama, cerita-cerita agama itu ajalah supaya
mereka tuh terbentuk akhlaknya lebih baik kasihan buat dirinya
sendiri nantinya.
P :Bagaimanakah metode dan pendekatan agar menarik minat siswa
dan siswi agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SN : kalau minat mahmereka minatnya banyak program apa aja
mereka ikut, ada acara semangat sih semangat. Dulu ada kegiatan
salon dan bunda ikut, waktu ada donatornya bunda ikut karena
pengen tahusalon tuh kaya apa, jadi tuh anak-anak lulusannya bisa
jadi potong rambut, ngelulur, meni pedi buda ikut. Nari juga ada
tapi sekarang udah engga, gurunya ada kesibukan di luar.
P : Bagaimanakah bapak/ibu mengenalkan nilai-nilai baik yang
terdapat di dalam pendidikan karakter? (seperti nilai: religious,
kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab).
SN : ya nomor 1 akhlaknya dulu, mengajinya kalau mengajinya udah
benar, sholatnya udah benar dia pasti menanamkan nilai baiknya
atau santun, nurut sama orang tua, sopan sama guru juga, sama
temen-temen juga bergaulnya bagus gitu.
P : Bagaimanakah cara bapak/ibu agar anak mengerti nilai-nilai baik
dalam pendidikan karakter?
SN : kalau kaya gitu gimana ya, ga semua ya, ga semua anak ya,
mungkin itu hidayah Allah juga sih kita banyak doa aja banyak
ngajar, supaya anak-anak mengerti dan menyadari gitu aja. Kalau
untuk segaligus semuanya engga ya, karena siswa-siswa ya kan
beda-beda karakternya, pendidikan di rumahnya juga bedakan,
lingkungan rumah juga beda.
P : Bagaimana cara bapak/ibu memberi kesempatan kepada anak
untuk melakukan kegiatan kebaikan dalam nilai yang terdapat di
dalam pendidikan karakter?
SN : Cara ibu memberikan kesempatan kepada anak kalau untuk
kebaikan mereka semangat kok, ada acara gotong –royong mereka
bagus, ada acara 17 agustus mereka turun tangan dan bergabung
semangat panitianya dan anak-anak bersatu.
P : Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan
karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SN : kendala yang dihadapi transport, kalau mereka ga punya
transport, mereka ga sekolah, untuk tiga hari seminggu tapi ada
juga yang bolos itu faktor lingkungan bermainya.
P : Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SN : kadang sesama teman mereka curhat, kalau dengan guru mereka
suka bilang baik-baik aja gitu, tetapi kalau sesame teman mereka
saling curhat, saling bantu. Disini teman-temanya baik-baik sampai
ngebelain ngamen untuk membantu temannya yang lagi kesusahan.
P : Bagaimanakah menurut bapak/ibu penerapan pendidikan karakter
yang dilaksanakan Yayasan Bina Insan Mandiri ? Apakah sudah
berjalan efektif atau belum?
SN : pendapat bunda sudah bagus daripada yang dulu, pertama bunda
dateng 2009 disini, makin kesini makin bagus.
P : Apa saran atau masukan bagi Yayasan Bina Insan Mandiri agar
penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif?
SN : supaya yayasan lebih memperhatikan pendidikannya mulai dari
paud, SD, SMP, SMA, Paket Malam, Paket B, Paket C.
mengkondisikan untuk tutornya dan siswa-siswanya juga, agar
terjalin kerjasama yang baik belajarnya antara guru dan siswanya.
Pengajar Yayasan Bina Insan Mandiri
Hari/Tanggal : Selasa/ 17 Juli 2018
Narasumber : Abdullah Azzam
Waktu : 10.10
Tempat : Masjid
Keterangan:
P: Peneliti
AA: Abdullah Azzam
P : Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri ?
AA : Pendidikan kararter di sekolah ini lebih banyak mempersiapkan
anak-anaknya untuk mental, mental-mental juara fighter karena
kalau kita lihat kondisi anak-anak pun kebanyakan dari mereka ini
kan anak-anak dari broken home, bahkan ada yang ga punya orang
tua, jadi mental yang kita bangun adalah mental-mental bagaimana
dia bisa bersaing kedepannya, itu sudah terbukti dengan cara anak-
anak SMP SD sudah berani jualan. Salah satunya jualan mungkin
di sini ada temen-temen kita yang jualan ice cream, ada yang
jualan pangsit, dan lain-lain. Itu sudah mempersiapkan mereka
kedepannya mau jadi apa. Dan kalau misalnya mereka
memutuskan kedepannya ingin lebih jauh, ingin kuliah meraih
mimpinya kita bisa juga mengarahkan mereka kesemacam
pengembangan-pengembangan diri yang ada di sekolah ini.
P : Kurikulum apa yang saat ini diterapkan di Sekolah Yayasan Bina
Insan Mandiri?
AA : Kurikulum sih kita lebih kenama kurikulumnya yang paling untuk
karakter itu kemasteran, kemasteran itu menyangkut tentang master
kita mengangkat kembali cerita awal berdirinya master itu seperti
apa dan disitulah kita kemasteran kelas bebas. Bebas berekspresi,
bebas berbicara, yang lebih diserahkannya ke kelas kemasteran
kalau kasus seperti ini.
P : Menurut bapak/ibu apa faktor yang mempengaruhi Yayasan
Yayasan Bina Insan Mandiri menerapkan nilai-nilai karakter pada
setiap kegiatan yang diselenggarakan?
AA : Nilai-nilai dalam kegiatannya, nilai karakter itu kalau misalnya
kalau kita sendiri, kalau dari yayasan memang memiliki beberapa
orang-orang luar biasa yang bisa membantu kita dalam
membangun karakter, misalnya acara dalam seminggu sekali ada
perkumpulan dengan guru dan kita memberikan motivasi ataupun
Tanya jawab yang membuat mereka itu keluar dari masalahnya.
Ada juga kita panggil pembicara-pembicara di luar master, entah
itu dari pembicara motivasi atau pembicara spiritual dengan datang
berbicara di dalam sini.
P :Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang
berlangsung di
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
AA : Pendidikan kita lebih tidak memaksa mereka untuk maju tapi kita
lebih banyak memberikan contoh seperti saya dan beberapa guru
disini, tutor-tutor yang tinggal disini, kita memiliki kegiatan
masing-masing. Seperti kalau saya pribadi megang advokasi, guru
SMP dan lembaga perlindungan anaknya dan kita hanya bmberikan
contoh-contoh yang nanti pada suatu saat mereka akan bertanya
“kenapa sih kakak kok sering naik ambulan, kenapa si kakak sering
gini-gini..” dan itu pun pertanyaan berlaku ke beberapa guru yang
lain, tutor-tutor lain, teman-teman yang lain. Dan saat itulah kita
memberikan jawabanya dan kalau mereka tertarik dengan apa yang
kita lakukan kita bisa ajak.
P :Bagaimanakah metode dan pendekatan agar menarik minat siswa
dan siswi agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
AA : Kalau untuk menarik siswa lebih ke seperti formal aja, tapi kalau
pakai cara pribadi buat anak-anak ini saya lebih membuat kita
nyaman dulu, membuat mereka tenang, dan mereka bisa berbagi
cerita, kadang saya memposisikan diri saya sebagai teman mereka
di luar jam sekolah. Jadi, ada waktu-waktu berbicara dan ngobrol
dengan mereka. Di situlah ketika kita mengumumkan sesuatu jadi
mereka sudah yakin bahwa seegala suatu yang kita sampikan itu
insyaAllah bermanfaat (seperti religious, kejujuran, toleransi).
P : Bagaimanakah bapak/ibu mengenalkan nilai-nilai baik yang
terdapat di dalam pendidikan karakter? (seperti nilai: religious,
kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab).
AA : Kalau mengenalkan nilai-nilai baik di sekolah itu kembali lagi
kediri kitanya ya dan memberikan nilai-nilai ya, seperti kita
memberikan pelatihan disetiap bulan insyaAllah ada dari pak
Rohim atau dari yang lainnya. Datemen-temen ke sini kita lebih
memberikan itu melalui materi kalau misalnya kita harus terjun ke
lapangan seperti beberapa temen-temen di sini memang ada
beberapa murid yang saya lihat mereka sudah berani, anak SMP
kadang ketika ada tugas membuat surat kepolosian atau surat ke
wali kota saya ajak mereka, saya kenalkan mereka juga dengan
kepolisian bahwa polisi itu tidak semenakutkan yang orang-orang
katakan, walikota tuh tidak Cuma buat orang-orang yang berada
aja. Jadi semacam memberikan contoh mengajak mereka jalan-
jalan ke tempat yang menurut mereka hal-hal yang kayanya kantor
polisi serem seperti itu.
P : Bagaimanakah cara bapak/ibu agar anak mengerti nilai-nilai baik
dalam pendidikan karakter?
AA : Kalau dari buku panduannya yang di kasih pak Rohim caranya itu
lebih ke diri kitanyam ke diri gurunya bagaimana kita bisa
memberikan contoh yang baik dulu karena sebaik-baiknya
pendidikan bukan dengan omongan tapi lebih tepatnya itu
menggunakan contoh dan doa kata pak Rohim. Dan kita memang
lebih banyak memberikan contohnya aja. Contoh-contoh ketika
masa pertama kali semacam seperti hari msc nanti ada beberapa
temen-temen yang dipanggil menjelaskan tugas dari setiap masing-
masing kita itu apa.
P : Bagaimana cara bapak/ibu memberi kesempatan kepada anak
untuk melakukan kegiatan kebaikan dalam nilai yang terdapat di
dalam pendidikan karakter?
AA : Oke kalau itu saya sendiri di sini juga membangun komunitas.
Komunitas suka baca dan menulis itu kita ngumpulnya di luar,
kadang-kadang dari temen-temen yang udah ikut gabung. Ini
karena rapat bagaimana kita bisa membuat acara di dalam sini.
Salah satu acara yang udah kita buat di dalam sini. Itu temen-temen
dongeng bahaya LGBT dan sebagainya. Temen-temen di sini pun
di dalam sini sudah banyak komunitas yang di bawa dari kampus-
kampus lain dan temen-temen ini bergabung di sini mereka
berkembang di dalam komunitas itu.
P : Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan
karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
AA : Kalau di sini karena beragam, ada beberapa anak-anak yang
memang memiliki fisik yang lemah, ada juga mereka yang terikat
dengan pekerjaan, juga karena ada lagi beberapa anak dalam
seminggu itu cuma bisa masuk 4 hari atau 3 kali, kenapa? "karena
saya kerja gini-gini", jadi kalo misalnya kita punya acara yang
sampai harus seminggu ke depan jadi mereka menerima secara
tidak lengkap karena mereka ada yang kerja dan ada kendala di
biaya karena rumahnya jauh di Bogor, Bekasi, Jakarta. Itulah
kendala-kendala mereka yang kebanyakan karena ekonomi mereka.
P : Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Bina Insan Mandiri ?
AA : Pemecahannya ya, ini yang agak sulit ya, pemecahan masalahnya
dari kendala mereka secara pribadi mengingatkan ke teman-teman,
ke teman-teman saya ini, saya bilang kalau kewajiban kalian ini
adalah belajar tapi ketika mereka tidak punya dana kita pun, saya,
tapi sekolah dan teman-teman lain membantu memfasilitasi teman-
teman yang mau ikut usaha jualan, lumayan untuk setiap harinya
bisa ikut. Itu kebanyakan dari mereka juga memulai usaha jualan
kerudung, makanan. disini pun kita membuka kelas buat jualan
online itu pun perbulannya mereka dapat itu bisa membantu solusi
buat mereka dan kebanyakan anak-anak ikut ke onlinenya, ke
online shopnya karena penghasila buat merekanya lumayan untuk
bulanannya.
P : Bagaimanakah menurut bapak/ibu penerapan pendidikan karakter
yang dilaksanakan Yayasan Bina Insan Mandiri ? Apakah sudah
berjalan efektif atau belum?
AA : Kalau saya bilang efektif belum ya, karena saya pun punya
beberapa agenda yang saya berikan kepada teman-teman yang
sudah siap atau komunitas saya. Saya memberikan 10 tugas dan itu
tugas yang bahkan tugas itu sunnah dan wajib di dalam agama
islam dan untuk ini karena kemungkinan kita kekurangannya
bimbingan atau pendamping dan saya memang tidak setiap saat ada
di master. Jadi kurang ada yang mengontrol mereka, kurang ada
yang mengontrol temen-temen ini untuk ngebantu nge backup
ketika saya lagi ga ada, jadi untuk berjalan atau tidaknya ada
beberapa anak-anak yang berhasil melewati itu tapi kalo ga ada
kontrol lagi ya lama- kelamaan mungkin juga mereka akan
mundur.
P : Apa saran atau masukan bagi Yayasan Bina Insan Mandiri agar
penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif?
AA : Sarannya buat yayasan itu untuk penerapan pendidikan
karakternya bisa efektif, mungkin lebih lakukan lebih tegas lagi,
lebih kuat lagi dan pantauannya lebih diperkuat karena dengan kita
bisa memantau anak-anak kita pun akan bangga ketika anak-anak
kita bisa bangkit
Pengajar Yayasan Bina Insan Mandiri
Hari/Tanggal : Selasa/ 17 Juli 2018
Narasumber : Siti Kholiah
Waktu : 11.00
Tempat : Masjid
Keterangan:
P: Peneliti
ST: Siti Kholiah
P : Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri ?
SK :Kalau untuk pelaksanaanya yang metode pembelajaran, diadakan
pendekatan. Kalau murid baru adanya oriemtasi siswa baru
diadakan 3 hari. Setelah selesai orientasi, masuk dan belajar.
P : Kurikulum apa yang saat ini diterapkan di Sekolah Yayasan Bina
Insan Mandiri?
SK : Kurikulum yang ada saat ini kurtilas, tetapi saya kurang tahu,
lupa. Karena saya kurang megang pelajaran umum.
P : Menurut bapak/ibu apa faktor yang mempengaruhi Yayasan
Yayasan Bina Insan Mandiri menerapkan nilai-nilai karakter pada
setiap kegiatan yang diselenggarakan?
SK : Pendidikan karakter itu, kalau saya itu biasanya seperti yang
dibicarakan ka Azzam tadi, pendekatan. Contoh pertama kalau
misalnya ada anak yang keterbelakangan mental (berkebutuhan
khusus) kita lebih pendekatan pribadi.
P :Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang
berlangsung di Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SK : Menerapkannya dengan cara membimbing dengan cara
memberitahu mereka diantara yang “boleh dan tidak boleh” “oh ini
gak boleh loh, ini harus seperti ini, ini harus seperti ini”, misalnya
yang tidak boleh hal-hal yang dilarang itu kita beritahu kepada
mereka. Misalnya yang halal dan haramnya. Jadi kita beritahu
mereka itu dengan cara pelan-pelan, baik-baik. Supaya mengerti
dan paham. Menerapkan tentang karakter biasanya dari sikap
mereka, kalau sikap mereka “arogan” kita harus berbicara pelan-
pelan, karena mereka itu biasanya backgroundnya itu dari anak
yang broken home banyak yang seperti itu. Jadi kita harus benar-
benar memberikan kasih sayang, lebih kepada pendekatannya,
menerapkannya dengan kasih sayang. “penuh dengan cinta dan
kasih sayang”
P :Bagaimanakah metode dan pendekatan agar menarik minat siswa
dan siswi agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SK : Agar supaya minat pertama itu kita bikin mereka nyaman dulu,
apa sih maunya dia, kita harus tahu dulu maunya seperti apa. Jadi
kita tidak langsung fokus ke teori-teori. Tujuan mereka ke sini mau
ngapain, kita harus tau juga, selain itu juga kita harus tau gimana
sih, maunya si anak ini. Nanti baru dari situ kita bisa melihat cara-
cara memberikan metode-metode pembelajaran itu, metode
pembelajaran misalnya sikap kita, saintifik, pengenalannya. Ya
untuk menerapkan sikap mereka kitakan harus bener-bener lembut,
supaya mereka tahu kita mencontohkan dulu bagaimana caranya
agar mereka itu engga seperti yang arogan-arogan.
P : Bagaimanakah bapak/ibu mengenalkan nilai-nilai baik yang
terdapat di dalam pendidikan karakter? (seperti nilai: religious,
kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab).
SK : Kalau untuk nilai-nilai baik dengan cara dalam pengenalan,
nasehat-nasehat supaya misalnya tentang nilai-nilai agama
diterapin. Antara yang boleh dan tidak boleh beritahu. Contoh anak
sedang pacaran iti tidak bagus “kamu masih kecil loh, ka, kamu
sekarang sekolah dulu, jangan pacaran dulu, boleh bacaran setelah
ada waktunya.” Contoh lagi seperti berantem “gak boleh berantem”
itu termasuk memberikan nilai-nilai baik juga ke anak-anak. Kalau
ada anak berantem biasanya dihukum dengan gurunya, kalau disini
ada anak berantem kita lerai lalu kita nasehatin satu persatu, kita
mendamaikan mereka lebih kearah nasihat mendamaikan.
P : Bagaimanakah cara bapak/ibu agar anak mengerti nilai-nilai baik
dalam pendidikan karakter?
SK : Dengan cara memberikan nasehat agar mereka paham kalau kita
sering nasehatin, kadang-kadang ada anak yang bandel kita susah
banget mengerti, gamau mengerti di bilangin tapi lama-lama
mengerti. Kita membicarakan tentang dunia akhirat “nanti kalau
kamu kaya gini nanti disana bagaimana? Dan seandainya kamu jadi
ibu kamu jadi ibu dan ibu jadi kamu, kalau kamu seperti itu kira-
kira kamu mau ga di gituin?” jadi kita harus menggambarkan diri
kita seperti mereka. Agar mereka bisa berfikir yang positif ketika
kita menyontohkan seperti itu.
P : Bagaimana cara bapak/ibu memberi kesempatan kepada anak
untuk melakukan kegiatan kebaikan dalam nilai yang terdapat di
dalam pendidikan karakter?
SK : Pertama diskusi dulu, mau ada orientasi dirapati dulu sebelum
anak sekolah masuk. Lalu mau mengadakan acara orientasi ada
yang sistemnya kaya sekolah lain dipukulin, adanya kekerasan. Di
sini tidak boleh, kalau di disini harus adanya persaudaraan. Jadi
nilai-nilai baiknya di situ. Terus kalau mau bikin acara sistemnya
di buat seperti game jangan terlalu berlebihan, kita harus menjaga
etika yang bermanfaat aja. Karena ini tempatnya di masjid tidak
boleh yang berlebihan. Jadi kita menerapkannya seperti itu.
P : Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan
karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SK : kalau kendalanya dari anaknya, kalau susah dibilangin. Kadang
kalau ada yang rumahnya jauh. Karena kendalanya keuangan
mereka, atau ga ada ongkos untuk transport, lalu karena hujan.
P : Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Bina Insan Mandiri ?
SK : solusinya untuk mendamaikan mereka pendekatan pribadi, contoh
siswa ada masalah dengan orang tua, orang tua marah besar dengan
anaknya gara-gara anaknya bergaul dengan salah satu teman di
sekolah yang kurang baik. Orang tua tersebut laporan ke saya
“bagaimana nih bunda nak saya seperti ini keluar malem terus,
berpakaian yang tidak pantas terus bergaulny bergadang terus
pulang pagi saya kan khawatir anak saya perempuan.” “gini aja
mamah jangan terlalu keras, kasih kepercayaan kepada meraka.”
Alhamdulillah sekarang sudah baikan lagi. Dan saya juga
memberikan pendekatan makan bareng, memberikan rasa aman
dan nyaman kepada mereka. Solusinya dengan cara pendekatan
seperti itu dengan pribadi masing-masing dan pribadi mereka. Satu
persatu saya Tanya “masalahnya apa”, solusinya mendamaikan
dengan cara pendekatan seperti itu. Dan akhirnya mereka sadar,
meminta maaf kepada orang tuanya, karena yang dibutuhkan
mereka itu kasih sayang, kalau kita sayang dengan mereka, merek
akan dekat dengan kita.
P : Bagaimanakah menurut bapak/ibu penerapan pendidikan karakter
yang dilaksanakan Yayasan Bina Insan Mandiri ? Apakah sudah
berjalan efektif atau belum?
SK : Menurutsaya sudah efektif, kadang kala masih ada yang bilang
masih belum, tetapi hampir 75% sudah efektif.
P : Apa saran atau masukan bagi Yayasan Bina Insan Mandiri agar
penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif?
SK : Saran saya dari yayasan ini agar supaya mereka berkembang lebih
banyak lagi. Cara-cara metode-metode dikembangin lagi supaya
anak-anak lebih megerti dan gampang memahaminya. Punya ide-
ide baru dan supaya anak-anak ini lebih sholeh, yang tadinya
arogan, tidak mau berubah, bahkan yang dulu seperti itu sekarang
sudah bercadar sudah berubah drastic 90%. Saran supaya ide-ide
agama di sini sangat dibutuhkan untuk anak-anak karena di sini
tempatnya berdampingan dengan luar (kehidupan terminal) identik
dengan minuman keras, pil ekstasi, bahkan ada yang meninggal.
Diharapkan saya semoga master lebih baik lagi, karena semakin
kesini semakin baik, 2010 sampai sekarang perkembangan itu
sudah drastis banget. Udah beda banget.
Pengajar Yayasan Bina Insan Mandiri
Hari/Tanggal : Selasa/ 17 Juli 2018
Narasumber : Tommy Pratama
Waktu : 12.35
Tempat : Depan Ruang Guru
Keterangan:
P: Peneliti
TP: Tommy Pratama
P : Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Bina Insan
Mandiri ?
TP : Pendidikannya ya beda daripada sekolah sekolah lainnya, kalau
sistemnya hampir sama. Kita kan ada sekolah terbuka ada sekolah
paket, ya kan? Nah, disisi itu kan kita buat baju paket itu bebas,
kalau untuk paket. Kalau untuk terbuka kita masih baju seragam
biasa, tapi kita kalau yang ga mampu masih bisa pakai baju bebas,
segitu kurang lebihnya.
P : Kurikulum apa yang saat ini diterapkan di Sekolah Yayasan Bina
Insan Mandiri?
TP : Kurikulum.. Kurikulum, kalau ga salah sekarang kurikulum 2013
deh
P : Menurut bapak/ibu apa faktor yang mempengaruhi Yayasan
Yayasan Bina Insan Mandiri menerapkan nilai-nilai karakter pada
setiap kegiatan yang diselenggarakan?
TP : Ya jadi kita kan anak anak jaman gitu ya kan, kita menerima
karakter, jadi bebas ya maksudnya ga terlalu formal kaya di
sekolahan lain gitu, jadi orang orang ga mampu ya kan apa apa kita
terima gitu, orang tua nya yang ya gitulah, bukan orang tua yang
perduli sama anaknya ya kita tampung.
P :Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang
berlangsung di
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
TP : Pendidikannya, karakternya, ya kita ada tadarusan, kalau dari pagi
SMP tadarusan kalau belum bisa baca Al-Qur’an. Kalau yang
sudah bisa baca Al-Qur’an ya kita lanjut gitu.
P :Bagaimanakah metode dan pendekatan agar menarik minat siswa
dan siswi agar mau mengikuti program/kegiatan yang dilaksanakan
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
TP : Kita melihat anak anak ini kan ga mampu kan, tapi punya bakat
ya kan? Yang terpendam gitu. Sedangkan di luar sekolah lain itu
dia mampu tapi pendidikannya pakai biaya gitu. Nah disitu kita
ngeliat karaker orang itu ada kemauan untuk giat belajar gitu dan
ada kemauan untuk kuliah di negeri gitu, kalah sama sekolah
sekolah lain gitu.
P : Bagaimanakah bapak/ibu mengenalkan nilai-nilai baik yang
terdapat di dalam pendidikan karakter? (seperti nilai: religious,
kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab).
TP : Kalau kita liat sih kita hanya punya aula ya setidaknya, ya jalan
satu satunya ya kita ngaji, itu moral yak an, terus kita puasa,
tahajud, itu sih yang dipendam di master itu masih sampai
sekarang.
P : Bagaimanakah cara bapak/ibu agar anak mengerti nilai-nilai baik
dalam pendidikan karakter?
TP : Dari agama, agama menilaikan tersendiri dari perbuatan agama,
yang hafidz jadi dia menyesuaikan pergaulan kita, lingkungan sini
emang keras sih, tapi pergaulan disini emang ya nilai agamanya
kurang juga gitu. Jadi berpedoman pada agama dulu gitu.
P :Bagaimana cara bapak/ibu memberi kesempatan kepada anak
untuk melakukan kegiatan kebaikan dalam nilai yang terdapat di
dalam pendidikan karakter?
TP : Kita ngeliat kelakuannya dulu gitu, dia bandel ga? Karakter dia
seperti itu, tapi dia mampu gitu untuk dari yang ga baik bisa jadi
yang baik, dan dia berprestasi diajang sekolahan gitu jam sekolah
master, dan diluar nah kita ikutin gitu.
P : Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan
karakter dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di
Yayasan Bina Insan Mandiri ?
TP : Kendala, kalau kendala ya jujur ya, kadang kadang orang disini
kan makan bareng bareng. Kan kendalanya tuh kelaparan mungkin
kali ya? Kelaparan, abis itu dia mau makan nyari apa, susah gitu.
Sedangkan susah kita diajak berfikir, kita ga makan dua hari satu
hari, tapi kita diajak mikir keras, ujian gitu harus mendapatkan
nilai keras. Itu yang menjadi tantangan untuk kita.
P : Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Bina Insan Mandiri ?
TP : Solusinya kita membentuk karakter setiap siswa supaya dia
terampil, supaya dia lolos dari zona nyamannya dia, dia supaya
bisa “Gua bisa loh, bisa bersaing sama yang diluar gitu diluar
Master. Lu punya orang tua lengkap, lu istilahnya di biayain tapi lu
segitu aja kepintaran kecerdasan lu. Jadi kalau ga gitu gua ga
makan, gua menjerit disini, tapi gua bisa berprestasi melawan
semua gitu, kehebatan yang pedoman agama semakin bisa sampe
sekarang”
P : Bagaimanakah menurut bapak/ibu penerapan pendidikan karakter
yang dilaksanakan Yayasan Bina Insan Mandiri ? Apakah sudah
berjalan efektif atau belum?
TP : Kalau efektif, InsyaAllah efektif. Cuma sedikit mungkin guru
gurunya ada yang keluar masu. Karena mungkin ga betah dengan
murid muridnya, terus ada juga mungkin karena biayanya. Tapi ini
guru gurunya sama anak anak nya harus ikhlas, ya ilmu ikhlas ini
sulit, ilmu ikhlas ini memang kuat.
P : Apa saran atau masukan bagi Yayasan Bina Insan Mandiri agar
penerapan pendidikan karakter berlangsung efektif?
TP : Harus ada pedoman contoh bagi yayasan supaya ada siswa yang
bisa lolos di universitas lain, maksudnya dia balik kesini dia
pedoman untuk kedepannya itu contoh buat yang lainnya biar
mengikuti jejak kakak kakak nay yang udah hebat sebelumnya.
LAMPIRAN 3
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA
No. ASPEK MASALAH SUB ASPEK MASALAH
1. Pendidikan Karakter Penerapan pendidikan karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter
2. Yayasan Bina Insan
Mandiri
1) Pelaksanaan pendidikan karakter
2) Kendala dan upaya menerapkan
nilai-nilai pendidikan karakter
kepada siswa kaum marginal.
3) Saran atau masukan bagi Yayasan
Bina Insan Mandiri agar penerapan
pendidikan karakter berlangsung
efektif.
3. Siswa Kaum Marginal 1) Siswa menerapkan pendidikan
karakter dalam kehidupan sehari-
hari
LAMPIRAN 4
LEMBAR OBSERVASI
1. Nama Sekolah : SMP YAYASAN BINA INSAN MANDIRI
2. Waktu : 10.00 WIB
3. Tanggal : 23 Juli 2018
No. ASPEK YANG DIAMATI KOMENTAR
I Kelas
1. Tempat duduk siswa
2. Tempat duduk guru
3. Kesediaan alat mengajar
4. Lantai kelas
Tidak ada kursi, hanya ada meja belajar
Tidak ada kursi guru dan meja guru
Cukup lengkap
Lantai kelas layak digunakan
II Ruang Guru
1. Privasi Ruang
2. Meja masing-masing guru
Ruang guru dan ruang kepala sekolah
dipakai bersamaan.
Pengajar menggunakan meja bersamaan
dengan guru lain.
III Ruang Kepala Sekolah
1. Privasi Ruang
2.Tempat duduk Kepala Sekolah
Kurang memiliki privasi karena ruang guru
dan ruang kepala sekolah dipakai
bersamaan.
Tidak ada tempat duduk kepala sekolah,
kursi kepala sekolah dipakai bersamaan
dengan pengajar lainnya.
IV Ruang TU
1. Komputer
2. ATK
Ada
Cukup memadai
V Perpustakaan
1. Buku-buku Buku-buku di perpustakaan masih terlihat
kurang tertata rapih, kurangnya rak-rak
buku. Dan buku-buku di perpustakaan
tidak telalu banyak.
VI Masjid
1. Keadaan Masjid Masjid layak di gunakan.
LEMBAR OBSERVASI
1. Nama Sekolah : SMP YAYASAN BINA INSAN MANDIRI
2. Waktu : 10.00 WIB
3. Tanggal : 23 Juli 2018
NO ASPEK YANG DIAMATI DESKRIPSI
I Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-masing
siswa Tidak ada kursi, hanya ada meja
belajar.
2. Kesiapan menerima pembelajaran Sebelum guru masuk siswa sudah siap
untuk belajar.
II Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru Siswa aktif menjawab pertanyaan saat
guru menanyakan materi yang
dibahan kemarin.
2. Mendengarkan penjelasan tentang
kompetensi yang hendak dicapai
Terdapat beberapa siswa yang kurang
fokus dalam belajar.
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memperhatikan penjelasan materi
pelajaran
Ya, siswa mempehatikan
2. Bertanya saat proses penjelasan
materi
Siswa aktif dalam bertanya
3. Interaksi antar siswa Ada beberapa siswa yang hanya diam
saja saat diberikan tugas diskusi antar
teman.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswa-
materi pelajaran
Ada beberapa Siswa yang masih
belum mengerti saat guru
menjelaskan, dan terlihat berdiam
diri, tetapi ada juga yang aktif
bertanya.
B. Pendekatan/Strategi Belajar
1. Keterlibatan dalam kegiatan
belajar
Semua terlihat, hanya saja ada siswa
yang kurang aktif dalam kegiatan
belajar.
2. Mengemukakan pendapat ketika
diberikan kesempatan
Ya, untuk anak yang aktif sudah baik,
tetapi siswa yang kurang aktif harus
selalu diperhatikan oleh guru.
3. Mencatat penjelasan yang
disampaikan guru
Hampir semua mencatat penjelasan
dari guru.
4. Mengikuti proses pembelajaran Ya, siswa menikmati proses kegiatan
belajar sekolah.
C. Pemanfaatan Media
Pembelajaran/Sumber Belajar
1. Interaksi antara siswa dan media
pembelajaran yang digunakan
guru
Masih kurang, karena keterbatasan
media pembelajaran membuat kurang
adanya interaksi.
2. Tertarik pada materi yang
disajikan dengan media
pembelajaran
Karena keterbatasan media
pembelajaran siswa lebih mudah
bosan dan mulai tidak fokus belajar.
3. Ketekunan dalam mempelajari
sumber belajar yang ditentukan
guru
Siswa semuanya tekun dalam belajar,
memperhatikan guru saat belajar,
tetapi ada saja yang tidak
memperhatikan karena sudah bosan.
D. Penilaian Proses
1. Mengerjakan tugas/latihan yang
diberikan guru
Saat guru menanyakan tugas atau
latihan, semua murid mengerjakan,
karena mengerjakan tugas adalah
tanggung jawab mereka.
2. Menjawab pertanyaan guru
dengan benar
Hanya sebagian saja
E. Penggunaan Bahasa
1. Mengemukakan pendapat Ya
2. Mengajukan pertanyaan Ya
IV PENUTUP
Keterlibatan dalam memberi
rangkuman/kesimpulan
Diakhir pelajaran guru selalu
memberi tahu kesimpulan pelajaran
hari ini misalnya. Murid aktif untuk
menambahkan kesimpulan dari setiap
anak.
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI
RUANG PKBM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI
RUANG KELAS
PERPUSTAKAAN
RUANG ADMINISTRASI YABIM
MASJID
KETUA YAYASAN
KOORDINATOR SMP
PENGAJAR
PENGAJAR
PENGISIAN KUESIONER PENELITIAN
KEGIATAN SETIAP PAGI (MUROJAAN, BACA AL-QURAN)
PROSES BELAJAR MENGAJAR
LAB. KOMPUTER
HADROH TRASHICK
DAUR ULANG
SIKAP TOLERANSI ANTAR AGAMA LAIN
PIKET KELAS
MASUK KELAS TEPAT WAKTU BERJUALAN
KERAJINAN TANGAN PEMILIHAN KETUA KELAS
ACARA 17 AGUSTUS MENGGUNAKAN PAKAIAN BATIK
PENYULUHAN MOTIVASI
PENGHARGAAN LOMBA DAUR ULANG
PAMERAN BUKU
LAMPIRAN 6
BIODATA PENULIS
Nama : Rani Tussadiah
TTL : Jakarta, 29 Juni 1996
Alamat : Jl. Mustika Ratu, Kec. Ciracas. Jakarta Timur
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
SDN Pekayon 01 Jakarta
SMPN 208 Jakarta
SMA Bina Dharma Jakarta
S1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta