diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan...

57
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENGETAHUAN METAKOGNITIF SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun Oleh : Siti Nurul Ilmiyyah Laili 1113016200029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) TERHADAP PENGETAHUAN

METAKOGNITIF SISWA PADA MATERI HIDROLISIS

GARAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh :

Siti Nurul Ilmiyyah Laili

1113016200029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

i

Page 3: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

LEI卜IBAR PENGESAHAN

Skripsi bettlldllI Pengaruh Ⅳlodcl PF・θみlCtt Bα∫じ〃 Z″αF″;ng(PBL)Terlladap

lPengetallllan lⅣletakЮ gllitif Siswa Pada lPIateri Hidrolisis Garanl disustin olch

Siti Nurul llmiyyah Laili Nolllor indLよ Mahasiswa ll13016200029, dittllkan

kepada Faktlltas 1llllll Tarbiyall dan lKcgLil‐ tian,UIN Syarif llidayatullah Jakalta dan

tclah dillyatakan tulus dalaIIl〔 ヵian lMIunaqasFふ pada 28 Nove■ lbcr 2019 di had〔lpan

dcwan pcngtti KttClla ttu,pcnlllis berhtt lllclllperobh gclar Sattana sI(S Pd)dalalll

bidang Pendidikalll Killtia

Jaktatta_28]ゞ ovclmber 2019

Parritia IJ-jian Munaqasah

T'anggal Tanda Tangan

Ketlla Panitia

Burhanudin Milallla3 M.Pd,

NIP.19770201200801 1011

Pcllgu]lI

Nalltta SarideЦ Fl.)1,Si

NIP 19841021 200912 2 004

PengtLii II

Tollill Feronika,lRI.IPd

NIP 197690107 200_h~01 1 007

zZ/ r ' 2e24

12/tr"嗜

Mengetaluri,Dekan Fakultas Ilmu Tarbi-l,ah dan Kegrutmn

rin

103191998032001

ii

Page 4: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

iii

Page 5: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

ABSTRAK

Siti Nurul Ilmiyyah Laili. NIM.1113016200029. Pengaruh Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Terhadap Pengetahuan Metakognitif Siswa

pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Salah satu pengetahuan yang harus dikembangkan oleh peserta didik pada

kurikulum 2013 adalah pengetahuan metakognitif. Hasil riset menyatakan bahwa

rendahnya pengetahuan metakognitif siswa dikalangan peserta didik. Hal ini

disebabkan oleh pembelajaran yang hanya menekankan aspek pengetahuan

kognitifnya saja. Selain itu, siswa belum terbiasa dalam proses pemecahan

masalah untuk mengembangkan pengetahuan metakognitif peserta didik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembalajaran Problem

Based Learning (PBL) terhadap pengetahuan metakognitif siswa pada materi

hidrolisis garam. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai 13 Mei

2017 di SMA Negeri 87 Jakarta. Pada penelitian ini, menggunakan metode

penelitian quasi eksperiment dengan desain penelitian pre and posttest design.

Pengambilan sampel dilakukan dengan tenik purposive sampling. Sampel yang

digunakan yaitu kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan XI MIA 1 sebagai

kelas kontrol. Sampel pada setiap kelas kontrol dan eksperimen masing-masing

berjumlah 36 siswa. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes

pengetahuan metakognitif. Analisis data menggunakan SPSS 22 diperoleh bahwa

sig.(2-tailed) < 0.05 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan

bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

terhadap pengetahuan metakognitif siswa pada materi hidrolisis garam.

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Pengetahuan Metakognitif, Hidrolisis Garam

iv

Page 6: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

ABSTRACT

Siti Nurul Ilmiyyah Laili. NIM.1113016200029. The Effect of Problem Based

Learning Model (PBL) toward Students’ Metacognitive Knowledge on Material

Salt Hydrolysis. Skripsi. Chemical Education Departement. Faculty of Tarbiyah

and Teachers’ Training Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

One of the knowledge that should be evolved in the 2013 curriculum is students

metacognitive knowledge. Some research is founded students metacognitive

knowledge still low in learners at school. Students metacognitive knowledge is

low because the learning only focus cognitive knowledge. In addition, students not

habit in problem solving for explored metacognitive knowledge. The purpose of

this study was to determine the effect Problem Based Learning (PBL) on students

metacognitive knowledge on the salt hydrolysis. This research was conducted on

28 April to 13 May 2017 at SMA Negeri 87 Jakarta. In this study, using quasi

experimental research method with nonequivanlent control group design

research. Sampling is done by purposive sampling. The sample in this research is

class XI MIA 2 as experiment class and XI MIA 1 as control class. The samples

in each control and experiment class were 36 students. Data retrieval using an

instrument of metacognitive knowledge test. Data analysis using SPSS 22 found that

sig. (2-tailed) <0.05 which means H0 is rejected and H1 accepted. This shows that

there is an effect of Problem Based Learning model (PBL) to the students

metacognitive knowledge on salt hydrolysis material.

Keywords: Problem Based Learning (PBL), Metacognitive Knowledge, Salt

Hydrolysis

v

Page 7: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

Bismillahirrohmaanirrohim,

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT. karena dengan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Pengetahuan

Metakognitif Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam”. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi, penulis mendapatkan bimbingan, dorongan,

bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanuddin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, dorongan, arahan, waktu, ilmu, dan motivasi kepada

penulis dalam penyusunan skipsi ini.

3. Dewi Murniati, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, dorongan, arahan, waktu, ilmu, dan motivasi kepada penulis

dalam penyusunan skipsi ini.

4. Tonih Feronika, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, dorongan, arahan, waktu, ilmu, dan motivasi kepada

penulis dalam selama proses perkuliahan.

5. Dr. Ir. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku validator instrumen yang telah

memberikan arahan selama proses validasi.

vi

Page 8: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

6. Buchori Muslim, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan

arahan selama proses validasi.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis.

8. Hj. Patra Patiah, M. Biomed, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 87 Jakarta

yang telah memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.

9. Debbi Tjakradirana, S.Pd., selaku guru mata pelajaran studi kimia SMA

Negeri 87 Jakarta yang telah memberikan izin dan membantu penulis selama

melaksanakan penelitian

10. Ayahandaku tercinta H. Raden Jajang Ismadi dan Ibunda tersayang Hj.

Patsiah yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi dan melimpahkan

kasih sayang serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis

dalam penyelesaian perkuliahan

11. Tetehku tersayang Teh Empat yang selalu mendukung dan memberikan

motivasi dari awal perkuliahan sampai akhir masa studi Adik-adikku

tersayang Astri Hamidatul Asma dan Muhammad Anas Suryana yang selalu

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

12. Sahabat teristimewa Murni Arifah, S.Pd selaku sahabat satu program studi,

satu kelas, satu bimbingan, dan satu kosan yang telah membantu, mendukung,

memotivasi, mengispirasi dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan

masa studi.

13. Sahabat tersabar Nur Hasanah yang tidak pernah marah dalam menghadapi

penulis dalam perkuliahan.

14. Teman-teman seperjuangan PPKT SMA Negeri 87 Jakarta (Rizka, Au, Ayu,

Oddi, Nadia). Terima kasih atas bantuannya selama penulis melakukan

penelitian.

15. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia angkatan 2013 yang selalu

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama ini.

16. Teman-teman bimbingan Bapak Burhan dan Ibu Dewi yang selalu

memberikan motivasi.

vii

Page 9: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

17. Sahabat terbaik (Nadia, Neni, Indah, Anggra, dan Sarah) yang telah

menemani penulis saat suka maupun duka dari awal SMA hingga akhir

kuliah.

18. Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI MIA

2 yang telah memberikan banyak pengalaman dan pelajaran berupa

tantangan, keceriaan, kebahagian, suka dan duka selama pelaksanaan proses

belajar mengajar dalam kegiatan penelitian

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas

semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun mengenai

isi skripsi sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan penulisan di masa

yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yng

membaca dan membutuhkannya.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis

viii

Page 10: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................. .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ......................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

ABSTRACT ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI.............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................... 4

C. Pembatasan Masalah......................................................... 4

D. Rumusan Masalah............................................................. 5

E. Tujuan Penelitian .............................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS........... 6

A. Deskripsi Teoritik ............................................................. 6

1. Problem Based Learning (PBL) ................................ 6

a. Pengertian PBL................................................... 6

b. Karakteristik PBL................................................ 8

c. Prinsip-prinsip PBL ............................................ 8

ix

Page 11: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

d. Langkah-langkah PBL........................................ 10

e. Kelebihan dan Kekurangan PBL ........................ 12

2. Metakognitif .............................................................. 13

3. Komponen Metakognitif ........................................... 15

4. Pengetahuan Metakognitif ......................................... 16

5. Pengetahuan Metakognitif dalam Pembelajaran ....... 18

6. Hidrolisis Garam ....................................................... 19

B. Penelitian Relevan ........................................................... 22

C. Kerangka Berpikir ............................................................ 24

D. Hipotesis Penelitian .......................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................... 27

B. Metode dan Desain Penelitian .......................................... 27

C. Prosedur Penelitian .......................................................... 28

D. Populasi dan Sampel......................................................... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 31

F. Instrumen Penelitian ......................................................... 32

G. Validasi Instrumen............................................................ 33

H. Teknik Analisis Data ........................................................ 33

I. Hipotesis Statistik ............................................................. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 36

A. Hasil Penelitian .................................................................

36

1. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ......................................................

36

2. Data Hasil Ketercapaian Indikator Pengetahuan

Metakognitif ..............................................................

37

3. Hasil Analisis Data .................................................... 40

4. Hasil Lembar Observasi ............................................ 42

x

Page 12: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

B. Pembahasan ....................................................................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN HASIL................................................ 55

A. Kesimpulan .......................................................................

55

B. Saran ................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 56

LAMPIRAN............................................................................................... 61

xi

Page 13: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah .................................... 10

Tabel 3.1

Desain Penelitian ......................................................................

27

Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data .......................................................

31

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ...............................................................................

Persentase Ketercapaian Indikator Pengetahuan Metakognitif

Hasil Pretest .............................................................................

Persentase Ketercapaian Indikator Pengetahuan Metakognitif

Hasil Posttest............................................................................

36

37

37

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Pengetahuan

Metakognitif ............................................................................

Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Pengetahuan

Metakognitf ..............................................................................

40

41

Tabel 4.6

Uji Hipotesis Data Posttest Pengetahuan Metakognitif ...........

42

xii

Page 14: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Komponen Metakognisi............................................. 15

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir ...............................................................

25

Gambar 3.1

Alur Penelitian .....................................................................

30

Gambar 4.1

Grafik Perbedaan Persentase Indikator Pengetahuan

Metakognitif ........................................................................

38

Gambar 4.2

Grafik Ketercapaian Indikator Pengetahuan Deklaratif ......

39

Gambar 4.3

Grafik Ketercapaian Indikator Pengetahuan Prosedural .....

39

Gambar 4.4

Grafik Ketercapaian Indikator Pengetahuan Kondisional ...

40

xiii

Page 15: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis KD dan Indikator ................................................... 61

Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen ......................................................... 63

Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol ............................................................... 83

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa .......................................................... 103

Lampiran 5 Lembar Observasi.............................................................. 117

Lampiran 6 Kisi-kisi Tes Pengetahuan Metakognitif Siswa................. 138

Lampiran 7 Instrumen Tes Pengetahuan Metakognitif Siswa ............. 163

Lampiran 8 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran .......................... 173

Lampiran 9 Hasil Validasi Siswa .......................................................... 190

Lampiran 10 Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ........... 198

Lampiran 11 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen .......... 199

Lampiran 12 Hasil SPSS Data PretestKelas Kontrol dan Eksperimen .. 200

Lampiran 13 Hasil SPSS Data PosttestKelas Kontrol dan Eksperimen . 201

Lampiran 14 Persentase Ketercapaian Indikator Pengetahuan Metakognitif

Pretest Pada Kelas Kontrol ................................................ 202

Lampiran 15 Persentase Ketercapaian Indikator Pengetahuan Metakognitif

Pretest Pada Kelas Eksperimen .......................................... 203

Lampiran 16 Persentase Ketercapaian Indikator Pengetahuan Metakognitif

Posttest Pada Kelas Kontrol ............................................... 204

Lampiran 17 Persentase Ketercapaian Indikator Pengetahuan Metakognitif

Posttest Pada Kelas Eksperimen ........................................ 205

Lampiran 18 Hasil SPSS Uji Normalitas ................................................. 206

Lampiran 19 Hasil SPSS Uji Homogenitas ............................................. 207

Lampiran 20 Hasil SPSS Uji Hipotesis.................................................... 208

xiv

Page 16: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

Lampiran 21 Lembar Jawaban Siswa ..................................................... 209

Lampiran 22 Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1 ................. 215

Lampiran 23 Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 2 ................. 216

Lampiran 24 Surat Permohonan Izin Validasi ......................................... 217

Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi ..................... 218

Lampiran 26 Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................... 219

Lampiran 27 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................. 220

Lampiran 28 Lembar Uji Referensi ......................................................... 221

Lampiran 29 Dokumentasi Penelitian ...................................................... 231

xv

Page 17: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

pemahaman dengan menggunakan metode-metode tertentu (Syah, 2013, p.

10). Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia diharapkan mampu

mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia yaitu Kurikulum 2013

sebagai pedoman dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu

kemampuan siswa yang dituntut pada Kurikulum 2013 adalah pengetahuan

metakognif siswa. Menurut Permendikbud No. 20 tahun 2016 mengenai

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) bahwa siswa didik harus memiliki

pengetahuan metakognitif. Untuk mempelajari pengetahuan metakognitif,

siswa harus memiliki pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan

mengenai diri sendiri. Selain itu, Permendikbud No. 24 tahun 2016

mengenai kompetensi inti nomor 3 kelas XI Sekolah Menengah Atas

menyatakan bahwa siswa dapat memahami, menerapkan dan menganalisis

pengetahuan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahu mengenai ilmu

pengetahuan.

Metakognisi memiliki peranan penting dalam pembelajaran.

Menurut Muhali (2013) pentingnya metakognisi dalam belajar dan berpikir

yaitu dapat mengatur dan mengontrol proses kognitif seseorang sehingga

pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, menurut Rahman

(2016) metakognisi memiliki potensi dalam meningkatkan pembelajaran

yang bermakna. Penelitian yang dilakukan oleh Hoseinzadeh & Shoghi

(2013) mengatakan bahwa pengetahuan metakognitif memiliki hasil yang

positif dan signifikan terhadap prestasi akademik siswa. penerapan

pengetahuan metakognitif perlu dilakukan dalam proses pembelajaran hal

ini disebabkan dapat meningkatkan kinerja akademik siswa. Berdasarkan

1

Page 18: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2 2

pemaparan para ahli di atas mengatakan bahwa metakognisi sangat penting

dalam pembelajaran.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Herlanti (2015) bahwa siswa di

SMAN dan MAN di Kota Bogor dan Jakarta Selatan memiliki pengetahuan

metakognitif yang sangat rendah. Setiap sekolah memperoleh rerata kurang

dari 20% dari nilai maksimum 100%. Hal ini disebabkan oleh pendekatan

pembelajaran yang digunakan belum maksimal dalam meningkatkan potensi

siswa. Selain itu, penggunaan pendekatan pembelajaran belum melatih siswa

dalam mengatur diri sendiri dalam proses pembelajarannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggo (2010) pemberian dan

penggunaan masalah secara kontekstual dapat membuat siswa lebih

tertantang dalam mengoptimalkan proses kognisi dan metakognisinya.

Aktivitas metakognisi dapat terlaksana dalam proses pembelajaran sehingga

masalah dapat dipecahkan. Aktivitas metakognisi tersebut dapat

dilaksanakan ketika siswa dapat memecahkan masalah dengan relatif lebih

bervariasi. Pentingnya metakognisi dalam proses pembelajaran dan

penyelesaian masalah kimia hal ini disebabkan metakognisi merupakan

kunci dalam memahami pembelajaran kimia agar lebih bermakna dan tahan

lama (Cooper & Sandi-Urena, 2009).

Untuk mendukung dan meningkatkan kemampuan siswa dalam

pembelajaran, guru dapat melakukan pengukuran kemampuan pengetahuan

metakognitif siswa. Pada kelas kimia, guru perlu menggunakan instrumen

yang tepat dan memenuhi syarat dalam mengukur kemampuan metakognitif

siswa (Rompayom, Tambunchong, Wongyounoi, & Dechsri, 2010).

Dalam proses pemecahan masalah diperlukan suatu model

pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus utama

pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL). Menurut Hmelo, Gotterer, dan Bransford (dalam

Tosun & Senocak, 2013) menyatakan bahwa dalam memecahkan masalah

perlu menggunakan PBL, informasi yang dipelajari dengan cara ini adalah

informasi fungsional dan termasuk proses metakognitif.

Page 19: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

3 3

Menurut Lynda Weee (dalam Amir, 2009, p.13) penggunaan model

PBL dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatur diri (self

directed), bekerja sama dalam kelompok, berpikir secara metakognitif,

meningkatkan kecakapan dalam menggali informasi dalam kehidupan

sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Downing (2010) menyimpulkan

bahwa dengan penerapan model pembelajaran PBL terjadi perubahan yang

signifikan terhadap kemampuan dan pengetahuan metakognitif peserta

didik.

Pengetahuan metakognitif memiliki tiga komponen yaitu

pengetahuan deklatif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan

kondisional (Rompayom et al., 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Simanjuntak (2012) pengetahuan metakognitif dapat

ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran PBL. Dalam

meningkatkan pengetahuan deklaratif dapat dilakukan dengan mengarahkan

siswa untuk memahami apa yang diketahui dan tidak diketahui dalam proses

penyelesaian masalah. Selain itu, siswa dituntut untuk mengaitkan dan

menghubungankan konsep baru yang telah dipelajari dengan pengetahuan

yang telah mereka miliki. Siswa dapat meningkatkan pengetahuan

prosedural dengan melakukan eksperimen, siswa harus memahami

bagaimana strategi dan langkah-langkah dalam pemecahan masalah.

Pengetahuan kondisional dapat dikembangkan melalui pemahaman peserta

didik untuk mengetahui ketepatan dan kesesuaian penggunaan strategi dalam

melakukan proses pemecahan masalah.

Hidrolisis garam merupakan salah satu bagian dari ilmu kimia yang

mempelajari tentang reaksi anion atau kation suatu garam atau keduanya

dengan air. Hidrolisis garam dapat mempengaruhi pH suatu larutan (Chang,

2004, p.116). Menurut Permendikbud No. 24 tahun 2016 mengenai

kompetensi pengetahuan yang harus dicapai siswa pada materi hidrolisis

garam yaitu menganalisis kesetimbangan ion dalam larutan garam dan

menghubungkan pH-nya. Menurut Desriyanti & Lazulva (2016) materi

hidrolisis garam merupakan materi yang terdapat konsep aplikatif dalam

Page 20: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

4 4

kehidupan sehari-hari. Materi ini merupakan penggabungan konsep dan

perhitungan matematika, sehingga diperlukan cara berpikir dan analisis yang

tinggi untuk mengaitkan antara konsep dan perhitungan tersebut.

Sesuai dengan kompetensi pengetahuan, materi hidrolisis garam

menuntut siswa untuk dapat menganalisis dan menghubungkan antara

konsep dan perhitungan. Agar materi tersebut lebih mudah dipahami, proses

pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran PBL dengan

menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai fokus utama

pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti dan

Joshua (2015) penggunaan model PBL efektif dalam meningkatkan

akademik siswa dalam materi hidrolisis garam.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Pengetahuan Metakognitif Siswa pada Materi Hidrolisis Garam”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Rendahnya pengetahuan metakognitif siswa berdasarkan hasil riset.

2. Pembelajaran di sekolah belum mendukung dan melatih siswa dalam

mengatur diri sendiri untuk berpikir secara metakognitif.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, penelitian ini dibatasi berdasarkan :

1. Model Pembelajaran yang digunakan yaitu Problem Based Learning

(PBL)

2. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, prosedural,

kondisional.

3. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hidrolisis

garam.

Page 21: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

5 5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh model

Problem Based Learning (PBL) terhadap pengetahuan metakognitif siswa

pada materi hidrolisis garam?”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem

Based Learning (PBL) terhadap pengetahuan metakognitif siswa pada

materi hidrolisis garam.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah bagi:

1. Guru, dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran dalam

meningkatkan pengetahuan metakognitif siswa.

2. Peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga dalam

mengajar dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan siswa, perkembangan zaman, dan tuntutam kurukulum saat

ini.

Page 22: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian PBL

Model PBL merupakan suatu model yang dikembangkan

sekitar tahun 1970-an di McMaster University di Canada. Model ini

menggunakan materi pembelajaran dengan pemberian masalah

(Amir, 2009, p.21). Model pembelajaran berbasis masalah

merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada

banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik,

yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari

permasalahan yang nyata (Trianto, 209, p.90).

PBL memfasilitasi siswa dalam pemecahan masalah (Hmelo-

Silver, 2004). Menurut Boud dan Feletti (dalam Rusman, 2012,

p.230) model PBL adalah suatu inovasi yang paling signifikan dalam

pendidikan. Menurut Margetson (dalam Rusman, 2012, p.230)

kurikulum PBL dapat meningkatkan perkembangan belajar siswa,

menerapkan pola pikir yang terbuka, kritis dan aktif. Selain itu, PBL

dapat memfasilitasi keterampilan pemecahan masalah, komunikasi

dan berkelompok.

Dalam proses pembelajaran PBL, peran guru yaitu mencari

permasalahan yang bersifat autentik dalam kehidupan sehari-hari,

memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung kegiatan pembelajaran

langsung meningkatkan kemandirian dan percaya diri dalam belajar

(Arends, 20, p.369). Menurut Ackay (2009) untuk memperoleh

solusi atas permasalahan yang terjadi pada dunia nyata dapat

menggunakan model PBL. Hal ini disebabkan model PBL

menantang siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok untuk

6

Page 23: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

7 7

mengembangkan keterampilannya sehingga menjadi siswa yang

mandiri dalam memecahkan masalah.

Menurut Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2009, p.21).

model PBL adalah proses pembelajaran yang merancang siswa untuk

mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir

dalam proses pemecahan masalah dan memiliki strategi belajar

sendiri serta memiliki kecakapan berpartispasi dalam tim.

Menurut Dutch (dalam Amir, 2009, p.21) PBL adalah suatu

metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk

belajar” mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang nyata

secara bekerja sama dalam kelompok. Masalah yang digunakan

untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis dan

inisiatif siswa dalam pembelajaran. PBL mempersiapkan siswa

untuk berpikir kritis dan analitis serta menggunakan sumber

pembelajaran yang sesuai

Model pembebelajaran PBL didesain untuk membantu siswa

untuk membangun pengetahuannya, memecahkan masalah,

mengasah intelektualitas, belajar menjadi dewasa melalui

pengalaman nyata atau suatu simulasi serta menjadi pembelajar

yang mandiri. (Arends, 2007, p.381-382)

Jadi, berdasarkan beberapa definisi PBL di atas dapat

disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran

yang menggunakan masalah nyata sebagai dalam kehidupan sehari-

hari. Masalah yang digunakan sebagai fokus utama pembelajaran

sehingga siswa dapat mengembangkan proses berpikir dalam

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi melalui penyelidikan

sehingga memunculkan pengetahuan yang baru. Proses

pembelajaran ini dilakukan secara berkelompok untuk melakukan

proses pemecahan masalah.

Page 24: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

8 8

b. Karakteristik PBL

Menurut Tan (dalam Amir, 2009, p.22) mengungkapkan

karakteristik model PBL sebagai berikut :

1) Permasalahan menjadi poin awal dalam belajar.

2) Permasalahan yang digunakan adalah masalah yang ada didunia

nyata dan tidak terstruktur.

3) Permasalahan yang membutuhkan perspektif ganda.

4) Permasalahan yang menantang siswa untuk mendapatkan

pembelajaran yang baru dalam ranah belajar.

5) Belajar mandiri dalam menyelesaikan permasalahan.

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang bervariasi dan

penggunaan sumber pengetahuan yang beragam dan evaluasi

sumber informasi.

7) Pembelajaran yang kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Siswa bekerja secara bersama-sama dalam kelompok kecil

untuk berinteraksi dalam pembelajaran.

Jadi, PBL memiliki beberapa karakteristik, yaitu pemberian

masalah, dorongan pemecahan masalah, dan interaksi kolaboratif

antar siswa dan antara siswa dengan guru.

c. Prinsip-prinsip PBL

Menurut Graaff dan Kolmos (2003) terdapat tujuh prinsip

model PBL, yaitu :

1) Model PBL menggunakan masalah sebagai awal mula dalam

pembelajaran. Jenis masalah tergantung pokok tertentu.

Biasanya masalah yang disajikan berdasarkan dengan

kehidupan nyata, kemudian dipilih berdasarkan kriteria

pendidikan. Pentingnya masalah yang digunakan karena dapat

menentukan arah dan tujuan pembelajaran.

2) Prinsip kedua, proses pembelajaran diarahkan pada self direct

learning yaitu belajar mandiri. Dalam beberapa kasus siswa

Page 25: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

9 9

menentukan sendiri rumusan masalah pada proses pembelajaran,

namun guru bisa juga mendefiniskan masalah dan siswa

menggunakanya sebagai starting point atau titik awal untuk

melanjutkan proses pembelajaran.

3) Prinsip ketiga, experience learning atau pembelajaran

pengalaman juga merupakan bagian yang penting dalam proses

PBL dimana siswa dapat membangun sendiri pengalaman

ketertarikannya terhadap objek yang ditemukannya. Hal ini

dapat menghubungkan masalah pada pengalaman siswa

sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam memberikan

pendapat dan memahami pengetahuan awal yang telah dibentuk

sebelumnya.

4) Prinsip keempat, proses pembelajaran PBL melibatkan aktivitas

penelitian, pembuatan keputusan dan penulisan. Hal ini dapat

memotivasi dan menguntungkan siswa untuk memperoleh

pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna.

5) Prinsip kelima, pembelajaran antar disiplin atau intre

disciplanary learning berhubungan dengan orientasi masalah

dan proses arahan siswa dimana solusi dari masalah tersebut

dapat diperpanjang sampai pada subjek dan metode tradisional.

Prinsip ini sangat penting untuk mengorganisir pengajaran ,

sehingga yang dilakukan guru tidak hanya mempertimbangkan

tujuan dalam rencana pembelajaran, tetapi juga

mempertimbangkan masalah atau situasi nyata

6) Prinsip keenam, latihan keteladanan sangat diperhatikan dengan

memastikan bahwa manfaat yang diperoleh oleh siswa adalah

tujuan secara objektif. Ini adalah sebuah prinsip utama, dimana

siswa harus mendapatkan pemahaman yang lebih kompleks

pada masalah yang telah dipilih. Namun, ada risiko yang melekat

pada PBL bahwa subjek dan gambaran yang cukup luas tidak

disediakan. Pada siswa harus memperoleh kemampuan

Page 26: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1010 1010

untuk mentransfer pengetahuan, teori, dan metode dari

pembelajaran sebelumnya menuju area belajar yang baru.

7) Prinsip ketujuh, pembelajaran berbasis kelompok, dimana

sebagian besar proses pembelajaran terjadi dalam kelompok atau

tim. Kompetensi pribadi siswa menjadi berkembang sehingga

siswa belajar untuk menemani proses kerjasama kelompok

dalam semua tahapan.

d. Langkah-langkah PBL

Tahapan pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari

lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan

siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan

analisis hasil kerja siswa.

Tabel 2.1. Tahapan Pengajaran PBL

Tahapan Guru

Tahap 1 Orientasi siswa

terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

maslah logistik yang

dibutuhkan, memotivasi

siswa agar terlibat pada

aktivitas masalah yang

dipilihnya.

Tahap 2 Mengorganisir siswa

untuk belajar

Guru membantu

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubung

dengan masalah tersebut.

Tahap 3 Membimbing

penyelidikan

Guru mendorong untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai, melaksanakan

Page 27: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1111 1111

individual dan

kelompok

eksperimen, untuk

mendapatkan kelompok

penjelasan dan pemecahan

masalahnya.

Tahap 4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil

karya

Guru membantu siswa

merencanakan dan

menyiapkan yang sesuai

seperti laporan, video serta

membantu siswa berbagi

tugas dengan temannya

Tahap 5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa

melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan

proses-proses yang dapat

digunakan dalam

pemecahan masalah

(Arends, 2007, p.394)

Menurut Amir (2009, p.24-26) dalam menjalankan PBL

pengajar harus siap dengan segala perangkat yang dibutuhkan. Selain

itu, siswa harus sudah memahami proses PBL dengan membentuk

kelompok-kelompok kecil. Berikut ini terdapat 7 tahapan dalam

proses PBL.

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep. Setiap anggota harus

memahami istilah dan konsep dalam suatu permasalahan.

2) Merumuskan masalah. Setiap anggota harus menjelaskan

hubungan yang terjadi diantara fenomena itu.

3) Menganalisis masalah. Setiap anggota dapat mengeluarkan

pengetahuan yang berkaitan dengan masalah. Mendiskusikan

informasi yang tercantum pada masalah dan informasi yang

terdapat dalam pikiran anggota. Selain itu, anggota juga dapat

Page 28: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1212 1212

mencurahkan gagasan dan menjelaskan hipotesis yang terkait

dengan masalah.

4) Menata gagasan dan menganalisis secara detail dan sistematis.

Melihat keterkaitan gagasan yang sudah dianalisis kemudian

diklasifikasikan antara gagasan yang menunjang dan

bertentangan.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran. Setiap anggota

merumuskan tujuan pembelajaran, mengetahui pengetahuan

yang masih kurang dan belum jelas, dan mengaitkan tujuan

pembelajaran dengan analisis masalah yang dibuat.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang berbeda. Setiap

anggota secara mandiri mencari informasi tambahan dari sumber

lain yang relevan. Siswa harus dapat memilih, meringkas sumber

pembelajaran yang didapat, menulis sumber, dan membuat

laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu.

7) Menggabungkan dan menguji informasi baru serta membuat

laporan. Berdasarkan laporan yang telah dipresentasikan, setiap

kelompok akan mendapatkan informasi baru kemudian anggota

yang mendengar laporan harus mengkritisi laporan yang

disajikan.

e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Edward de Bono (dalam Amir, 2009. p.29)

mengemukakan bahwa PBL memberi peluang untuk siswa dalam

membangun kecakapan hidup, siswa dapat membiasakan diri

mengatur dirinya, berpikir metakognitif, dan berkomunikasi.

Menurut Amir (2010, p.27-29) kelebihan model PBL adalah

sebagai berikut :

1) Mengingat dan memahami materi ajar karena pengetahuan yang

didapatkan dekat dengan praktiknya.

Page 29: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1313 1313

2) Memfokuskan pengetahuan yang relevan.

3) Mendorong dan meningkatkan kemampuan berpikir.

4) Membangun kerja sama, kepemimpinan, keterampilan sosial

dalam kelompok, dan memahami perannya dalam kelompok, serta

menerima pandangan orang lain.

5) Membangun kecakapan belajar dan mengembangkan

kemampuan untuk belajar.

6) Memotivasi dan mengembangkan minat siswa.

Kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah :

1) Realistis dengan kehidupan siswa

2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

3) Memupuk sifat inquiry

4) Retensi konsep menjadi kuat

5) Memupuk kemampuan problem solving

Kekurangan pembelajaran berbasis masalah adalah :

1) Persiapan pembelajaran yang kompleks

2) Sulitnya mencari problem yang sesuai

3) Sering terjadi miskonsepsi

4) Mmbutuhkan waktu yang cukup untuk proses penyelidikan

Trianto, 2010, p.96-97)

2. Metakognitif

Menurut Veenman (2006) metakognisi merupakan suatu

pengetahuan tentang pengaturan aktivitas kognitif dalam proses

pembelajaran. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan metakognisi,

yaitu :

a) Keyakinan metakognitif.

b) Kesadaran metakognitif.

c) Pengalaman metakognitif. d)

Pengetahuan metakognitif. e)

Keterampilan metakognitif.

Page 30: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1414 1414

f)

g)

Keterampilan eksekutif.

Keterampilan tingkat tinggi.

h)

i)

Penilaian pembelajaran.

Teori pikiran.

j)

k)

Metamemory.

Metacomponen.

l)

m)

Pemantauan pemahaman.

Strategi pembelajaran.

n)

o)

Strategi heuristik.

Pengaturan diri.

Metakognisi mengacu dalam proses pengontrolan dan

pemantauan kognisi. Meta artinya melebihi dan kognisi artinya

mengetahui. Jadi, metakognisi tidak hanya mengetahui tetapi juga

melebihi pemahaman mengenai apa seseorang ketahui (Shetty, 2014).

Metakognisi merupakan kesadaran seseorang mengenai proses berpikir

dan bagaimana dia mampu mengontrol proses pemikirannya (Jayapraba

& Kanmani, 2013).

Metakognisi menurut Matlin (dalam Amin & Sukestiyono, 2015)

pengetahuan dan kesadaran mengenai proses kognitif atau berpikir

seseorang. Menurut Hunt (dalam Ikwut & Owo, 2015) metakognitif

secara harpiah yaitu “berpikir bagaimana berpikir” atau “kognitif

tentang kognitif”. Metakognitif sangat dibutuhkan dalam aktifitas

kognitif untuk memecahkan masalah, bagaimana siswa belajar dan

terlibat dalam pemecahan masalah. Jadi, metakognitif adalah suatu cara

berpikir dalam diri seseorang bagaimana menyelesaikan proses

penyelesaian masalah.

Page 31: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1515 1515

3. Komponen Metakognitif

Cooper & Sandi-urena (2009) membagi metakognitif menjadi

dua komponen yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

Metakognisi

Pengetahuan Kognisi

(Pengetahuan Metakognitif)

Regulasi Kognisi

(Keterampilan Metakognitif)

Pengetahuan

Deklaratif

Pengetahuan

Kondisional

Perencanaan Perencanaan

Pengetahuan

Prosedural

Evaluasi

Gambar 2.1 Teori Komponen Metakognisi

Ada dua komponen utama dari teori komponen metakognisi yang

dikemukakan oleh Cooper dan Sandi Urena tersebut, yaitu pengetahuan

kognisi dan regulasi kognisi. Pengetahuan kognisi atau dikenal dengan

pengetahuan metakognitif menggambarkan kesadaran seseorang

mengenai kognisinya yang terbagi ke dalam tiga aspek pengetahuan,

yaitu pengetahuan deklaratif (mengetahui tentang sesuatu hal),

pengetahuan prosedural (mengetahui tentang bagaimana melakukan

sesuatu hal), dan pengetahuan kondisional (mengetahui mengapa

melakukan sesuatu hal). Regulasi kognisi atau biasa disebut

keterampilan metakognitif mengarahkan aktivitas dan tindakan yang

dilakukan untuk mengontrol kognisinya sendiri. Keterampilan

Page 32: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1616 1616

metakognitif dibagi menjadi tiga aspek, yaitu perencanaan, pemantauan

dan evaluasi. Selain itu, Brown (dalam Jayapraba & Kanmani, 2013)

juga mengemukakan bahwa pengetahuan tentang kognisi yaitu suatu

aktivitas yang mengikutsertakan kesadaran refleksi dalam kemampuan

dan aktivitas kognisi. Pengaturan kognisi merupakan aktivitas mengenai

mekanisme pengaturan diri selama berjalannya proses pembelajaran.

Jadi, dalam penelitian ini peneliti terfokus pada salah satu bagian atau

komponen metakognisi, yaitu pengetahuan metakognisi.

4. Pengetahuan Metakognitif

Flavel (dalam Murti, 2011) mengemukakan bahwa pengetahuan

metakognitif mengacu pada kesadaran dan pemahaman yang sangat

detail mengenai proses dan hasil pemikiran yang dimiliki oleh seseorang.

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan mengenai kognisi

seseorang tentang kemampuan, strategi kerja, dan pengaturan diri

bagaimana menggunakan kemampuan dan strategi yang tepat dalam

pembelajaran (Danial, 2010)

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan tentang

kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan menggunakannya dalam

mempelajari pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks, kontekstual

dan kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar,

bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional (Permendikbud No

20 Tahun 2016).

Pengetahuan metakognitif menyadarkan siswa akan kelebihan dan

kekurangannya dalam belajar. Ketika siswa mengetahui kesalahannya,

mereka sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk

memperbaikinya (Muhali, 2013)

Menurut Schraw (dalam Rompayom dkk, 2010) terdapat tiga jenis

pengetahuan metakognitif: yaitu pengetahuan deklaratif (pengetahuan

tentang diri sendiri sebagai pelajar dan apa faktor pengaruh kinerja

Page 33: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1717 1717

seseorang), pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang melakukan

hal-hal yang direpresentasikan sebagai heuristik dan strategi), dan

pengetahuan kondisional (mengetahui kapan dan mengapa

menggunakan deklaratif dan pengetahuan prosedural).

Penjelasan mengenai jenis-jenis pengetahuan metakognitif adalah

sebagai berikut:

a. Pengetahuan Deklaratif

Pengetahuan yang mengacu pada pengetahuan peserta didik

yang mengenai informasi atau sumber yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tugas-tugas yang diberikan :

1) Tujuan dari tugas yang telah diberikan.

2) Langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah

tersebut.

3) Hal yang berkaitan dengan tugas yang diberikan.

b. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan yang mengacu kepada pengetahuan berdasarkan

pendapat atau keyakinan tentang diri sendiri terhadap tugas yang

diberikan. Sebuah persepsi diri sendiri tentang bagaimana

melakukan sesuatu hal untuk memperoleh pengetahuan yang relevan

c. Pengetahuan Kondisional

Pengetahuan yang mengacu pada kapan strategi tersebut

digunakan untuk memecahkan masalah. Pengetahuan ini siswa dapat

menggunakan kemampuan yang spesifik seperti teknik dan metode

tertentu.

Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan yang mungkin dimiliki

seseorang mengenai kognisi (knowing what). Pengetahuan prosedural,

yaitu pengetahuan seseorang mengenai proses kognitif yang dimilikinya

dan dampaknya terhadap performa (knowing how). Epistemological

knowing lebih abstrak dari komponen meta-knowing dan ada pada

Page 34: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1818 1818

pemahaman individu yang lebih luas mengenai bagaimana seseorang

menjadi tahu pengetahuan (Murti, 2011).

Jadi, pengetahuan metakognitif adalah bagian dari metakognisi yaitu

proses berpikir dan belajar dari diri sendiri mengenai penyelesaian dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan stategi atau langkah-langkah

dan pembahaman yang tepat kapan pengetahuan tersebut digunakan

dengan melibakan aspek pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural,

dan pengetahuan kondisional.

5. Penerapan Pengetahuan Metakognitif dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, pengetahuan metakognitif

mengaktifkan bagaimana siswa mengatur dirinya untuk belajar dan

memproses informasi. Adanya keterkaitan antara pengetahuan

metakognitif dengan proses pembelajaran, yaitu siswa dapat mengontrol

proses pembelajarannya sendiri, mulai dari tahap perencanaan, memilih

strategi dan langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan

permasalahan. Selain itu, siswa dapat memonitor kemajuan dalam

belajar dan mengoreksi jika terjadi kesalahan dalam memahami konsep,

serta menganalisis keefektifan strategi yang dipilih (Iskandar, 2014)

Menurut Pintrich (dalam Indarini, Sadano, dan Onato 2013)

penerapan pengetahuan metakognitif bisa dimulai dari sebuah diskusi,

guru menanyakan beberapa pertanyaan, mendengarkan jawaban dan

berbicara dengan siswa. Adanya kegiatan diskusi membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan metakognitif. Hal tersebut akan menghasilkan

sebuah proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Siswa tidak

hanya memahami materi pelajaran saja tetapi juga berkaitan dengan

pencapaian tujuan pendidikan, yaitu siswa dapa menggunakan

pengetahuan metakognitifnya dalam situasi lain.

Siswa yang memiliki pengetahuan metakognitif, dapat

menyelesaikan pemecahan masalah dengan baik. Siswa dapat

mengetahui informasi yang tepat berdasarkan soal yang diberikan,

Page 35: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

1919 1919

menyusun langkah-langkah atau strategi yang dalam penyelesaian,

mengetahui kapan strategi tersebut digunakan. Pengetahuan

metakognitif yang dimiliki oleh siswa memuat siswa lebih terlatih dan

terbiasa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Siswa

dapat berpikir secara sistematis, analitik, dan efisien dalam penyelesaian

soal mengenai pembelajaran sehari-hari (Indriani, Suharto, dan

Kurniati, 2015)

6. Hidrolisis Garam

Hidrolisis garam merupakan salah satu bagian dari ilmu kimia yang

mempelajari tentang reaksi anion atau kation suatu garam atau keduanya

dengan air, dimana garam tersebut merupakan suatu elektrolit kuat yang

terurai sempurna dalam air (Chang, 2004, p.116).

Garam adalah senyawa ionik yang terbentuk dari reaksi sempurna

asam dan basa. Hidrolisis garam menggambarkan reaksi anion atau

kation garam, atau kedua-duanya dengan air. Untuk memahami larutan

garam, diperlukan analisis mengenai ion-ion garam yang berpengaruh

terhadap pH larutan.

a. Garam-garam Terhidrolisis Total

Larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah,

baik kation dan anionnya akan mengalami hidrolisis. Keasamaan

larutan bergantung pada kekuatan relatif asam lemah dan basa

lemah. Sifat asam-basa larutan ini dapat didasarkan pada acuan

berikut :

Kb > Ka : Jika Kb anion lebih besar dari Ka kation maka

larutan bersifat basa, karena anion terhidrolisis lebih kuat dari

pada kation.

Kb < Ka : Jika Kb anion lebih kecil dari Ka kation maka

larutan bersifat asam, karena kation terhidrolisis lebih kuat

dari pada anion.

Kb = Ka : Jika Kb sama dengan Ka. Larutan bersifat netral.

Page 36: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2020 2020

(

b. Garam-garam Terhidrolisis Sebagian

1) Hidrolisis Kation

Kation garam mempengaruhi pH suatu larutan, maka kation

ini merupakan asam lemah. Namun, tidak semua kation

merupakan asam. Perhatikan contoh pelarutan garam

ammonium klorida (NH4Cl) dalam air :

NH4Cl(s) H2O NH4

+(aq) + Cl-

aq)

NH4Cl akan membentuk larutan garam yang bersifat asam

(garam asam) dengan pH sekitar 5 jika dilarutkan dalam air.

Sifat asam terjadi karena ion-ion ammonium dalam air

mengalami reaksi hidrolisis menghasilkan ion H3O+ atau ion

H+.

NH4+

(aq) + H2O(l) ⇄ NH3(aq) + H3O+

(aq)

NH4+

(aq) ⇄ NH3(aq) + H+(aq)

Contoh di atas menunjukkan fenomena penting sebagai

berikut :

Hidrolisis kation menghasilkan H+ atau H3O+

Kation-kation asam konjugat dari molekul basa

cenderung sebagai asam lemah.

Larutan garam yang mengandung kation-kation asam

konjugat dari molekul basa dan anion-anion basa

konjugat dari asam kuat akan bersifat asam.

Dalam air, anion-anion basa konjugat dari asam kuat

tidak mengalami hidrolisis. Karena hanya kation saja yang

terhidrolisis, maka hidrolisis garam asam disebut sebagai

hidrolisis sebagian. Kation-kation yang bukan asam konjugat

dari molekul molekul basa adalah asam yang sangat lemah

tidak mempengaruhi harga pH larutan, misalnya kation dari

golongan IA dan golongan IIA kecuali Be2+.

Page 37: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2121 2121

(

(

2) Hidrolisis Anion

Dalam air, basa yang sangat lemah tidak mengalami

hidrolisis. Oleh karena itu, pH larutan tidak terpengaruh basa

konjugat lemah. Jadi, pada umumnya anion dari asam kuat

merupakan basa sangat lemah yang tidak berpengaruh

terhadap pH larutan. Perhatikan contoh pelarutan garam

CH3COONa dengan air :

CH3COONa(s) H2O CH3COO-

aq) + Na+(aq)

Selanjutnya, ion CH3COO- mengalami reaksi hidrolisis

sebagai berikut :

CH3COO+(aq) + H2O(l) ⇄ CH3COOH(aq) + OH-

aq)

Contoh di atas menunjukkan fenomena :

Hidrolisis anion menghasilkan ion OH-.

Anion (basa konjugat) dari asam lemah adalah basa

kuat dan dapat berpengaruh terhadap pH larutan.

Anion ini (basa konjugat) dalam air cenderung

membentuk larutan basa.

Dalam air, kation-kation dari basa kuat tidak mengalami

hidrolisis. Anion dari asam kuat (misalnya Cl-) tidak

terhidrolisis, sehingga keberadaanya dalam larutan tidak

berpengaruh pada pH larutan.

c. Garam-garam Tidak Terhidrolisis

Garam-garam yang mengandung ion logam alkali atau

alkali tanah (Kecuali Be2+ dan Mg2+) dan basa konjugat dari

asam kuat (misalnya ion Cl-, Br-, NO3-) tidak mengalami

hidrolisis. Akibatnya, pH larutan garam-garam yang

mengandung ion-ion seperti yang disebutkan diatass adalah

sama dengan 7 atau bersifat netral. Sebagai contoh, jika NaNO3

dilarutkan dalam air maka yang terjadi adalah :

Page 38: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2222 2222

Na+ + H2O → tidak terjadi reaksi

NO3- + H2O → tidak terjadi reaksi

d. Prediksi Sifat Asan-Basa Larutan garam

Dalam menentukan apakah suatu garam berpengaruh terhadap

pH larutan dapat diketahui setiap ion yang terkandung dalam

larutan. Ada empat kemungkinan sifat larutan berdasarkan ion-

ion yang terkandung dalam larutan :

Jika tidak ada kation maupun anion yang berpengaruh

terhadap pH larutan, maka larutan bersifat netral.

Jika hanya kation yang berpengaruh terhadap pH larutan, maka

larutan bersifat asam.

Jika hanya anion yang berpengaruh terhadap pH larutan, maka

larutan bersifat basa.

Jika larutan mengandung anion asam lemah dan kation basa

lemah, pH larutan ditentukan oleh kekuatan relatif asam dan

basa yang didasarkan pada nilai Ka dan Kb ion-ion.

(Watoni, 2014, p. 259 - 270)

B. PENELITIAN RELEVAN

Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut :

1. Downing (2010) dengan judul “Problem Based Learning and

Metacognition”. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan penerapan

model pembelajaran PBL terjadi perubahan yang signifikan terhadap

kemampuan metakognitif peserta didik.

2. Tosun & Senocak (2013) dengan judul “The Effects of Problem-Based

Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistry

of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds”.

Hasilnya menunjukkan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran PBL efektif dalam mengembangkan level kesadaran

Page 39: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2323 2323

metakognisi siswa dan PBL juga efektif dalam meningkatkan sikap

positif siswa dalam pembelajaran kimia.

3. Herlanti (2015) dengan judul “Kesadaran Metakognitif dan

Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik Sekolah Menengah Atas

Dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar Kelulusan Pada

Kurikulum 2013”. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa di SMAN dan

MAN di Kota Bogor dan Jakarta Selatan memiliki pengetahuan

metakognitif yang sangat rendah. Setiap sekolah memperoleh rerata

kurang dari 20% dari nilai maksimum 100%. Hal ini disebabkan oleh

pendekatan pembelajaran yang digunakan belum maksimal dalam

meningkatkan potensi siswa.

4. Hoseinzadeh & Shoughi (2013) dengan judul “The Role of

Metacognition Knowledge Component In Achievement Of High School

Male Students”. Hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan

metakognitif memiliki hasil yang positif dan signifikan terhadap prestasi

akademik siswa. Penerapan pengetahuan metakognitif perlu dilakukan

dalam proses pembelajaran hal ini disebabkan dapat meningkatkan

kinerja akademik siswa.

5. Anggo (2010) dengan judul “Pelibatan Metakognisi Dalam Pemecahan

Masalah Matematika”. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian dan

penggunaan masalah secara kontekstual dapat membuat siswa lebih

tertantang dalam mengoptimalkan proses kognisi dan metakognisinya.

Aktivitas metakognisi dapat terlaksana dalam proses pembelajaran

sehingga masalah dapat dipecahkan.

6. Nugrahaningsih (2012) dengan judul “Metakognisi Siswa SMA Kelas

Akselerasi Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”. Hasilnya

menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut dibagi atas dua kelompok

yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk kelompok atas, dapat

berpikir metakognitif sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan

sistematis, dapat merencanakan dengan baik, dapat menghubungkan

yang diketahui dengan yang ditanyakan. Sedang siswa

Page 40: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2424 2424

kelompok rendah, menyelesaikan masalah dengan cara prosedural saja,

tidak menyadari mengapa harus melakukan langkah-langkah yang

demikian. Siswa kelompok bawah ini memiliki self efficacy yang

rendah. Siswa yakin dirinya mampu, namun tidak menyadari kalau

pengetahuannya kurang lengkap dan tidak mengetahui dengan tepat

kapan menerapkan rumus itu, sehingga dengan yakin dan mantap

melakukan langkah-langkah penyelesaian dan yakin kalau langkah-

langkah yang dilakukan sudah benar, padahal penerapannya salah.

7. Rompayom, Tambunchong, Wongyounoi & Dechsri, (2010) dengan

judul “The Development of Metacognitive Inventory to Measure

Students ’ Metacognitive Knowledge Related to Chemical Bonding

Conceptions”. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam melakukan

penelitian, instrumen yang digunakan harus memenuhi syarat untuk

mengukur kemampuan metakognitif. Selain itu, kemampuan

metakognisi yang telah dimiliki oleh siswa dapat membantu guru

mengetahui seberapa efektif pembelajaran yang diajarkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa.

C. KERANGKA BERFIKIR

Belajar merupakan sesuatu proses yang dilakukan manusia dalam

interaksi aktif dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu perubahan

tingkah laku yang diharapkan relatif menetap, dan membekas dalam diri

siswa. Dalam proses pembelajaran biasanya guru menggunakan metode

ceramah yang pembelajarannya bersifat monoton sehingga sehingga

membuat siswa menjadi pasif yang kemudian membuat pengetahuannya

berhenti pada mengingat dan menghapal saja hal itu membuat proses

pembelajaran tersebut menjadi kurang bermakna. Dengan model

pembelajaran Problem Based Learning dimana pembelajaran tersebut

menggunakan permasalahan yang nyata sehingga diharapkan dapat

membangun pengetahuan dan pemahaman konsep serta pemecahan

masalah atas suatu permasalahan yang disajikan sehingga siswa bisa

Page 41: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2525 2525

berpikir secara metakognitif. Dalam penyelesaian masalah tersebut

menggunakan strategi yang berasal dari pengetahuan metakognitif siswa.

Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini

dapat meningkatkan pengetahuan metakognitif siswa

Pengetahuan metakognitif siswa masih rendah, sebab dalam pembelajaran kimia hanya

menekankan aspek kognitif saja, belum melatih pengetahuan metakognitif siswa.

Diterapkan model pembelajaran problem based learning (PBL) menggunakan indikator

pengetahuan metakognitif siswa.

Model Problem Based

Learning (tahapan)

Indikator

pengetahuan

metakognitif

siswa

Orientasi siswa terhadap

masalah

Mengorganisir siswa untuk

belajar

Membimbing penyelidikan

individual dan kelompok

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Dapat

meningkatkan

pemahaman

serta

kemampuan

pemecahan

masalah dan

berfikir secara

metakognitif

dalam

penyeleisain

masalah

tersebut

1.Pengetahuan

deklaratif

2. Pengetahuan

prosedural

3. Pengetahuan

kondisional

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Meningkatkan

Pengetahuan

Metakognitif SIswa

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Page 42: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2626 2626

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir, maka

dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat pengaruh

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap

pengetahuan metakognitif siswa pada materi hidrolisis garam

Page 43: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta yang berlokasi di

Jalan Mawar II Rempoa, Bintaro, Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan

pada semester genap, yaitu pada tanggal 28 April sampai dengan 13 Mei

2017.

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

eksperimental design atau metode eksperimen semu. Eksperimen semu

merupakan suatu metode penelitian yang memiliki kelompok kontrol,

tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar

yang mempengaruhi jalannya eksperimen. (Sugiono, 2015, p.77).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Design.

Pada desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Pada awal pembelajaran diberi pretest yang sama untuk

kedua kelas tersebut. Untuk kelas eksperimen diberi perlakuan khusus

kemudia pada akhir pembelajaran diberikan posttest untuk mengetahui

perbedaan hasil pada kedua kelas tersebut. (Creswell, 2012, p.310).

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas

Kontrol

Pretestt

Tidak Ada

Perlakuan

Khusus

Posttest

Kelas

Eksperimen

Pretestt Ada Perlakuan

Khusus

Posttest

27

Page 44: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2828 2828

Pada penelitian ini, kelas eksperimen diberi perlakuan model

pembelajaran PBL sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan model

pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah dan tanya

jawab.

C. Prosedur Penelitian

Terdapat 3 tahapan dalam prosedur penelitian, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menganalisis Kompetensi Ini (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

pada Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA kelas XI sesuai dengan

Kurikulum 2013. Melakukan studi pendahuluan melalui jurnal-

jurnal penelitian mengenai model PBL. Menganalisis pengetahuan

metakognitif siswa. Menentukan materi kimia yang sesuai dengan

model PBL, dan terpilihlah konsep hidrolisis garam sebagai materi

yang akan dilakukan penelitian.

b. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan indikator pembelajaran yang

disesuaikan dengan langkah-langkah kegiatan model PBL dengan

pengetahuan metakognitif. Membuat instrumen penelitian, yaitu

tes essay berupa soal pengetahuan metakognitif. Menyusun Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam mengimplementasikan

model PBL. Membuat lembar observasi keterlaksanaan model

pembelajaran PBL sebagai penunjang dalam penelitian.

c. Menguji validitas instrumen tes kepada para ahli.

d. Merevisi dan memperbaiki instrumen tes sesuai saran ahli.

e. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil uji coba dikonsultasikan

kembali dengan dosen pembimbing, apakah instrumen tersebut

sudah siap digunakan.

Page 45: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

2929 2929

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest berupa tes essay pengetahuan metakognif

sebelum pembelajaran dimulai baik pada kelas kontrol maupun

kelas eksperimen.

b. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui rata-rata

skor pretest. Kelas yang memiliki rata-rata skor pretest tertinggi

dijadikan kelas kontrol dan kelas yang memiliki rata-rata skor

pretest terendah dijadikan kelas eksperimen.

c. Menerapkan model PBL pada kelas eksperimen dan metode

pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

d. Memberikan posttest pengetahuan metakognitif diakhir pertemuan

pada pembelajaran hidrolisis garam dan mengumpulkan data.

3. Tahap Penyelesaian

a. Mengolah data hasil tes pengetahuan metakognitif.

b. Membahas dan menganalisis data hasil tes pengetahuan

metakognitif.

c. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

Adapun skema alur penelitian dalam penelitian ini terdapat pada

gambar 3.1

Page 46: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

3030 3030

Studi Pendahuluan

KI dan KD dalam

Kurikulum 2013

Variabel X : Problem

Based Learning Variabel Y : Pengetahuan

Metakognitif

Pembuatan RPP, Instrumen Penelitian, LKS, Lembar Obseevasi

Validasi Instrumen

Revisi Tahap 1.

Persiapan

Uji Coba Instrumen

Pemberian Pretest

Kelas Kontrol

Metode Ceramah

Kelas Eksperimen

Model PBL

Tahap 2.

Pelaksanaan

Pemberian Posttest

Analisis Data dan Pembahasan Tahap 3.

Penyelesaian

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Page 47: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

3131 3131

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, dapat berupa

manusia, benda, ataupun nilai (Arifin, 2011, p.215). Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA di SMA Negeri

87 Jakarta tahun ajaran 2016/2017.

2. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil dari bagian populasi yang akan diteliti

(Arifin, 2011, p.215). Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling yaitu suatu cara pengambilan sampel yang

berdasarkan pada pertimbangan atau tujuan tertentu (Arifin, 2011,

p.221). Kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIA 2

sebagai kelas eksperimen. Pertimbangan yang dilakukan dalam

pengambilan sampel ini didasarkan pada jumlah siswa yang sama,

penyesuaian mata pelajaran pada masing-masing kelas dan kemampuan

rata-rata siswa yang sama pada kedua kelas tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan

sebagai berikut:

Tabel. 3.2 Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis Data Instrumen Subjek Keterangan

1 Pengetahuan Metakognitif Siswa

Tes essay Siswa Diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah

proses pembelajaran di

kelas kontrol dan

eksperimen

2 Keterlaksanaan pembelajaran

dengan model

PBL

Lembar Observasi

Siswa Diisi oleh observer saat proses pembelajaran

berlangsung di kelas

eksperimen

Pada teknik pengumpulan data, menggunakan data utama dan data

penunjang yang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Data utama yang digunakan

Page 48: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

3232 3232

yaitu tes pengetahuan metakognitif siswa dengan mengadopsi teori sebagai

rujukan. Selain itu, data penunjang yang digunakan seperti LKS yang sesuai

dengan tahapan PBL dan lembar observasi keterlaksanaan model PBL

sebagai bukti bahwa penelitian ini telah dilaksanakan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat pengumpul data yang

dirancang dan dibuat untuk menghasilkan data empiris (Margono, 2013, p.

159).

1. Tes Pengetahuan Metakognitif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

pengetahuan metakognitif. Dalam penelitian ini, perlu menggunakan

instrumen yang tepat dan memenuhi syarat dalam mengukur

kemampuan metakognitif siswa (Rompayom, Tambunchong,

Wongyounoi, & Dechsri, 2010). Tes ini berupa soal essay sebanyak 8

soal dengan masing-masing soal terdiri dari 3 opsi pilihan yaitu meliputi

soal pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional yang telah

dikembangkan oleh Rompayom dkk di atas disebut Metacognitive

Inventory. Instrumen ini diberikan saat pretest dan posttest untuk

mengukur pengetahuan metakognitif siswa pada materi hidrolisis

garam. Kisi-kisi dari instrumen tes pengetahuan metakognitif siswa

dapat dilihat dalam lampiran.

2. Lembar Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

pengempulan data dengan jalan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional, baik pada

keadaan nyata atau situasi buatan dalam kondisi tertentu (Arifin, 2011,

p.231). Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui

keterlaksanaan model PBL selama proses pembelajaran. Kegiatan

tersebut dapat dilihat berdasarkan cara guru mengajar dan siswa belajar.

Page 49: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

3333 3333

Lembar observasi dinilai dengan cara meberikan skor 1 jika model

terlaksana dan memberikan skor 0 jika model tidak terlaksanakan.

G. Validasi Instrumen

Dalam penelitian diperlukan suatu instrumen yang memenuhi

persyaratan validitas dan reliabilitas.

1. Validitas (ketepatan/kesahihan)

Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur),

ketepatan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Arifin, 2011,

p.245). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

validitas isi yang dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai

dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. (Sudjana, 2014, p.13).

Dalam perhitungan uji validitas menggunakan bantuan software Anates

versi 4.0.

2. Reliabilitas (ketetapan/keajekan)

Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan.

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang

sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau

kesempatan yang berbeda. (Arifin, 2011, p.248). Dalam perhitungan uji

reliabilitas menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data

penelitian berupa angka-angka dan analsis menggunakan statitik (Sugiono,

2015, p.7). Sebelum data dianalisis akan terlebih dahulu dilakukan

pengujian awal, yaitu:

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Kolmogorov-Smirnov,

Page 50: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

3434 3434

dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 22.0. Menarik

kesimpulan dari output uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, dengan

ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai berikut (Kadir,

2015, p.143-156):

H0 : Distribusi populasi normal.

Jika probabilitas (p-value) > 0,05, H0 diterima.

H1 : Distribusi populasi tidak normal.

Jika probabilitas (p-value) ≤ 0,05, H0 ditolak.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui keragaman

varians data. Uji ini diilakukan pada skor pretest dan posttest.

Pengujain dilakukan dengan uji homogenitas Levene’s statistic

dengan bantuan software SPSS versi 22.0. Menarik kesimpulan dari

output uji homogenitas Levene’s statistic adalah dengan ketentuan

penerimaan atau penolakan H0 sebagai berikut (Kadir, 2015, p.159-

170):

H0 : Distribusi data mempunyai varians homogen.

Jika probabilitas (p-value) > 0,05, H0 diterima.

H1 : Distribusi data tidak homogen.

Jika probabilitas (p-value) ≤ 0,05, H0 ditolak.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada data postest digunakan untuk melihat apakah

terdapat pengaruh model pembelajaran PBL terhadap pengetahuan

metakognitif siswa. Dalam penelitian ini uji hipotesis menggunakan

software SPSS versi 22 dengan uji Independent Sample Test yang

bertujuan untuk menguji beda rata-rata dua kelompok dan untuk menguji

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Kadir, 2015,

p.302).

Jika p-value (Sig.2.tailed) ≤ 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika p-value (Sig.2.tailed) > 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak

Page 51: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

3535 3535

I. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis statistik ialah sebagai berikut:

H0 : μ1 = μ1

H1 : μ0 ≠ μ1

Pengujian dilakukan dengan mengajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) terhadap pengetahuan metakognitif siswa pada

materi hidrolisis garam.

H1 = Terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) terhadap pengetahuan metakognitif siswa pada materi

hidrolisis garam.

μ1 = Rata-rata pengetahuan metakognitif siswa pada kelas eksperimen

yang menggunakan model PBL pada materi hidrolisis garam.

μ2 = Rata-rata pengetahuan metakognitif siswa pada kelas kontrol yang

tidak menggunakan model PBL pada materi hidrolisis garam.

Page 52: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL)

memberikan pengaruh terhadap pengetahuan metakognitif siswa pada materi

hidrolisis garam. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji hipotesis dan

perbedaan persentase pada setiap indikator pengetahuan metakognitif siswa,

yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural serta pengetahuan

kondisional. Adanya pengaruh model PBL terhadap pengetahuan

metakognitif pada materi hidrolisis garam yaitu didasarkan pada langkah-

langkah pembelajaran yang digunakan dalam memecahkan masalah

sehingga mempengaruhi pengetahuan metakognitifnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

peneliti berikan antara lain:

1. Penggunaan model PBL dapat diterapkan dalam mata pelajaran lainnya

guna mengembangkan pengetahuan metakognitif siswa.

2. Tahapan pembelajaran pada model PBL membutuhkan waktu yang

cukup lama, sehingga guru/peneliti lainnya dapat mengatur waktu

dengan baik agar proses pembelajaran berjalan maksimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian pada model

pembelajaran yang lain yang dapat meningkatkan pengetahuan

metakognitif siswa.

55

Page 53: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Feronika, T., & Bahriah, E. S. (2016). Pengembangan Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Hidrolisis Garam.

Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran IPA Pengembangan, 2(2), 197–

212.

Akçay, B. (2009). Problem-Based Learning in Science Education. Journal of

Turkish Science Education, 6(1), 26–36.

Amin, I., & Sukestiyarno. (2015). Analysis Metacognitive Skills on Learning

Mathematics In High School. International Journal of Education and Research

ISSN: 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online), 3(3), 213–222.

Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning :

Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan.

Jakarta : Kencana.

Anggo, M. (2010). Pelibatan Metakognisi Dalam Pemecahan Masalah Matematika.

Edumatica ISSN: 2088-2157, 01(01), 25–32.

Arends, Richald I. (2007). Learning to Teach (7th ed). New York : The McGraw-

Hill Companies.

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta :

Erlangga

Cooper, M., & Sandi-urena, S. (2009). Design and Validation of an Instrument To

Assess Metacognitive Skillfulness in Chemistry Problem Solving Design and

Validation of an Instrument To Assess. Journal of Chemical Education, 86(2),

240–245. https://doi.org/10.1021/ed086p240

Creswell, John W. (2012). Educational Research: planning, conducting , and

evaluating quantitative and qualitative research (4th ed). Garamond: TexTech

International.

Danial, M. (2010). Kesadaran Metakognisi, Keterampilan Metakognisi dan

Penguasaan Konsep Kimia Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17(3), 225–229.

Danial, M. (2010). Pengaruh Strategi PBL Terhadap Keterampilan Metakognisi dan

Respon Mahasiswa. Jurnal Chemica, 11(2), 1-10

56

Page 54: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

5757 5757

Desriyanti, R. & Lazulva. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning Pada

Pembelajaran Konsep Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa. Julnal Tadris Kimia, 1(2), 70-78

Downing, K. (2010). Problem-Based Learning and Metacognition. Asian Journal

on Education and Learning, 1(2), 75–96.

English, M. C., & Kitsantas, A. (2013). Supporting Student Self-Regulated Learning

in Problem- and Project-Based Learning. Interdisciplinary Journal of

Problem-Based Learning, 7(2), 129–150.

https://doi.org/https://doi.org/10.7771/1541-5015.1339

Graaff, E. DE, & Kolmos, A. (2003). Characteristics of Problem-Based Learning.

International Journal Engineering Education, 19(5), 657–662.

Haryani, S., Astiningsih, A. D., Supardi, K. I., & Kurniawan, C. (2017).

Construction of Metacognition Skills Through Students ` Worksheet with

Problem Based Learning Approaches. Proceeding of Chemistry Conferences,

2, 37–41.

Herlanti, Y. (2015). Kesadaran Metakognitif dan Pengetahuan Metakognitif Peserta

Didik Sekolah Menengah Atas Dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar

Kelulusan Pada Kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan, XXXIV(3), 357–

367.

Hmelo-Silver, C., E. (2004). Problem Based Learning : What and How Do Student

Learn?. Educational Psychology Review, 16(3),235-236.

Hoseinzadeh, D., & Shoghi, B. (2013). The Role of Metacognition Knowledge

Component In Achievement Of High School Male Students. Procedia - Social

and Behavioral Sciences, 84, 1031–1035.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.693

Indarini, E., Sadono, T., & Onate, M. E. (2013). Pengetahuan Metakognitif Untuk

Pendidik dan Peserta Didik. Satya Widya, 29(1), 40–46.

Indriani, N., Suharto, & Kurniati, D. (2015). Analisis Pengetahuan Metakognisi

Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis Polya Pokok

Bahasan Perbandingan Kelas VII di SMP Negeri 4 JEMBER. Artikel Ilmiah

Mahasiswa, 1(1), 1–6.

Iskandar, S. M. (2014). Pendekatan Keterampilan Metakognitif Dalam

Pembelajaran Sains di Kelas. ERUDIO ISSN: 2302-9021, 2(2), 13–20.

Page 55: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

5858 5858

Jayapraba, & Kanmani. (2013). Metacognitive Awareness In Science Classroom of

Higher Secondary Students. International Journal on New Trends in

Education and Their Implications ISSN 1309-6249, 4(3), 49–56.

Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan

program spss/Lisrel dalam Penelitian. .Jakarta : Rajawali Press.

Margono. (2013). Metodologi Penelitian dan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Milama, B., Damayanti, N., & Murniati, D. (2017). The Relationship Between Metacognitive Skills and Students Achievement Analyzed Using Problem Based Learning. Proceedings of the Asian Education Symposium

Muhali. (2013). Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam Pembelajaran

Kimia SMA. Jurnal Kependidikan Kimia “Hydrogen” ISSN: 2338-6480, 1(1),

1–7.

Murti, H. A. S. (2011). Metakognisi dan Theory of Mind ( ToM ). Jurnal Psikologi

Pitutu, I(2), 53–64.

Nugrahaningsih, T. K. (2012). Metakognisi Siswa Sma Kelas Akselerasi Dalam

Menyelesaikan Masalah Matematika. ISSN 0215-9511, 82(24), 37–50.

Nurjanah, A. I., Milama, B., & Fairusi, D. (2017). Student Metacognitive Level On

Solving Chemistr Problem P-ISSN: 2356-1416, E-ISSN: 2442-9848. Journal

of Education in Muslim Society, 4(1), 63–73.

Owo, W. J., & Ikwut, E. F. (2015). Relationship Between Metacognition , Attitude

And Academic Achievement Of Secondary School Chemistry Students In Port

Harcourt, Rivers State. IOSR Journal of Research & Method in Education

(IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X, 5(6), 6–12.

https://doi.org/10.9790/7388-05630612

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016. Standar Kompetensi

Lulusan. Jakarta : Penulis

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016. Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013. Jakarta : Penulis

Rahayu, P., & Azizah, U. (2012). Students ’ Metacognition Level Through Of

Implementation Of Problem Based Learning With Metacognitive Strategies

At SMAN 1 Manyar. Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454,

1(1), 164–173.

Rahman, F. U. (2016). Metacognitive Differences Among Secondary School

Teachers. Asian Journal of Management Sciences & Education, 5(1), 10–17.

Page 56: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

5959 5959

Rompayom, P., Tambunchong, C., Wongyounoi, S., & Dechsri, P. (2010). The

Development of Metacognitive Inventory to Measure Students ’ Metacognitive

Knowledge Related to Chemical Bonding Conceptions. Paper Presented at

International Association for Educational Assessment, 1–7.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Edisi ke-2. Jakarta : Rajawali Press.

Shetty, G. (2014). A Study of the Metacognition Levels of Student Teachers On

The Basis Of Their Learning Styles. IOSR Journal of Research & Method in

Education E-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X, 4(1), 43–51.

Simanjuntak, M. P. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pemecahan

Masalah Untuk Meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan, dan Perilaku

Metakognisi Mahasiswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651,

1(1), 1–7.

Sudjana. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Sugiono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

CV Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakara.

Cet, 18

Tosun, C., & Senocak, E. (2013). The Effects of Problem-Based Learning on

Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistry of Prospective

Teachers with Different Academic Backgrounds. Australian Journal of

Teacher Education, 38(3), 61–73.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14221/ajte.2013v38n3.2

Trianto. (2009). Mendisain Model Pembeljaran Inovatif-Progresif Edisi Pertama

Cetakan Ke-4. Jakarta : Prenada Media Group. p.90

Veenman, M., Hout-Wolters, B., & Afflerbach, P. (2006). Metacognition and

Learning : Conceptual And Methodological Considerations. Springer Science,

1, 3–14. https://doi.org/10.1007/s11409-006-6893-0

Watoni, A. H. (2014). Kimia : untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Yrama Widya.

Yasir, M., Susantini, E., & Isnawati. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa

(LKS) Berbasis Strategi Belajar Metakognitif Untuk Meningkatkan Hasil

Page 57: Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49750...Siswa-siswi SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya kelas XI MIA1 dan XI

6060

Belajar Siswa Pada Materi Pewarisan Sifat Manusia. Journal Unesa, 2(1), 77–

83.

Yustina, Syafii, W., & Apriliana, V. (2014). Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Dalam

Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Jurnal Biogenesis, 11(1), 61–

66.

Zaduqisty, E. (2010). Problem-Based Learning (Konsep Ideal Model Pembelajaran

untuk Peningkatan Prestasi Belajar dan Motivasi Berprestasi). Forum

Tarbiyah, 8(2), 181–191.