diagram di atas merupakan contoh dari bank yang dimiliki ... · diagram di atas merupakan contoh...

39
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005 Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. Adapun pengendali dari pengendali pada diagram di atas adalah PT A, dan Pengendali Akhir. Berdasarkan hal tersebut maka Pengendali Akhir, PT. A, dan PT. A1 ditetapkan sebagai pengendali Bank sehingga merupakan Pihak Terkait dengan Bank. Pengendali Akhir BANK > 10% saham Pengendali Bank PT. A1 PT. A > 10% saham > 10% saham 1

Upload: vuanh

Post on 06-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh

PT A1. Adapun pengendali dari pengendali pada diagram di atas adalah PT A,

dan Pengendali Akhir. Berdasarkan hal tersebut maka Pengendali Akhir, PT. A,

dan PT. A1 ditetapkan sebagai pengendali Bank sehingga merupakan Pihak

Terkait dengan Bank.

Pengendali Akhir

BANK

> 10% saham

Pengendali Bank

PT. A1

PT. A

> 10% saham

> 10% saham

1

Page 2: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pada Diagram di atas merupakan contoh pengendalian Bank yang dilakukan

melalui kepemilikan saham secara bersama-sama oleh PT A1 dan PT.A.

Pengendali dari PT. A1 adalah PT. A2 dan Pengendali Akhir. Sementara itu,

pengendali dari PT. A adalah Pengendali Akhir. Berdasarkan hal tersebut, maka

Pengendali Akhir, PT.A, PT.A1, dan PT.A2 ditetapkan sebagai pengendali Bank

sehingga merupakan Pihak Terkait dengan Bank.

Pengendali Akhir

BANK

> 10% saham

Pengendali Bank secara Bersama-sama

PT. A2PT. A

7% saham

3% saham

> 10% saham > 10% saham

PT. A1

1

Page 3: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pada Diagram di atas, PT. B1 merupakan perusahaan/badan yang dikendalikan

Bank. PT. B dan Ultimate Subsidary juga merupakan perusahaan yang berada

dibawah pengendalian Bank melalui PT. B1 secara berjenjang. Berdasarkan hal

tersebut, Ultimate Subsidary, PT. B, dan PT. B1 merupakan Pihak Terkait

dengan Bank.

Perusahaan yang Dikendalikan Bank

BANK

Pengendali Akhir

> 10% saham

PTPT

7% saham

3% saham

> 10% saham

> 10% saham

PT. B1

PT. B

Ultimate Subsidary

> 10% Saham

> 10% Saham

> 10% Saham

1

Page 4: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pada Diagram di atas, contoh dari pengendali lain dari perusahaan/badan yang

dibawah pengendalian Bank adalah PT. C dan Ultimate C. PT C memiliki 10%

(sepuluh perseratus) atau lebih saham PT. B1 yang merupakan perusahaan

dibawah pengendalian Bank. Sementara itu, Ultimate C adalah Pengendali dari

PT. C. Oleh karena itu PT. C dan Ultimate C merupakan pihak terkait.

Pengendali Lain

BANK

Pengendali Akhir

> 10% h

7% saham

3% saham

> 10% > 10%

PT. B1

> 10% Saham

PT B

Ultimate Subsidary

> 10% Saham

> 10% Saham

PT. C

> 10% Saham

Ultimate C

> 10% Saham

1

Page 5: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pada diagram tersebut di atas dapat dilihat bahwa pihak-pihak yang ditetapkan

sebagai pengendali Bank, yaitu Pengendali Akhir dan PT. A. PT A, memiliki

25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih saham PT. D1.2. dan PT. D1.3.

Sementara itu pengendali akhir memiliki 10% (sepuluh perseratus) saham PT. D1

dan kepemilikan saham tersebut merupakan porsi terbesar. Dengan demikian PT.

D1, PT. D1.2, dan PT. D1.3, ditetapkan pula sebagai Pihak Terkait dengan Bank.

Sementara itu, pengendali lain dari anak perusahaan Bank (PT.B1) adalah PT. C.

Dalam hal ini PT.C memiliki 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih saham

masing-masing PT. D2 dan PT. D2.1. Dengan demikian, PT. D2 dan PT. D2.1

ditetapkan sebagai Pihak Terkait dengan Bank.

Perusahaan Afiliasi

PT C

PT. B1

BANK

PT. D2

PT. D2.1

Pengendali Akhir

PT. A> 10% saham

PT. A2

7% saham

3% saham

> 10% saham > 10% saham

PT. A1

PT D1 2

PT D1 3

PT. D1

PT B

Ultimate Subsidary

> 10% Saham

> 10% Saham

> 10% Saham > 10% Saham

> 25% Saham

> 25% Saham

> 25% Saham

> 25% Saham

> 10% Saham dan merupakan porsi terbesar

1

Page 6: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Selain itu keluarga dari pengendali perorangan juga merupakan Pihak Terkait

dengan Bank. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang

dimiliki oleh keluarga pengendali perorangan tersebut juga merupakan Pihak

Terkait.

2

Page 7: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pada Diagram di atas, Bank beserta Pihak Terkait dengan Bank (PT. D1.3 dan

PT. B1) secara kumulatif memiliki lebih dari 10% (sepuluh perseratus) saham

pada Manajer Investasi yang mengelola portfolio Kontrak Investasi Kolektif RD.

Berdasarkan hal tersebut, maka penanaman dana pada Kontrak Investasi Kolektif

RD dan atau Penyediaan Dana kepada Manajer Investasi Kontrak Investasi

Kolektif RD ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait.

BANK

PT. B1

PT. C

PT B

Ultimate Subsidary

> 10% Saham

> 10% Saham

> 10% Saham > 10% Saham

PT. D2

PT. D2.1

> 25% Saham

> 25% Saham

PT. D1.3

Pengendali Akhir

PT A

> 10% saham

PT A2

7% saham

3% saham

> 10% saham > 10% saham

PT A1

PT. D1.2

PT. D1

> 25% Saham

> 25% Saham

> 25% Saham

Manajer Investasi

Kontrak Investasi Kolektif RD

4%

5%

5%

Kontrak Investasi Kolektif

1

Page 8: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pada Diagram diatas, Bank memberikan Kredit masing-masing kepada Peminjam

1, Peminjam 2, dan Peminjam 3.

Dapat dilihat pada diagram tersebut Peminjam 1, dan Peminjam 2 dikendalikan

oleh 1 (satu) pihak yang sama, yaitu Pengendali. Pengendali memiliki masing-

masing 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih pada Peminjam 1 dan

Peminjam 2, sehingga Peminjam 1 dan Peminjam 2 digolongkan kedalam 1

(satu) kelompok Peminjam. Peminjam 3 dalam diagram tersebut dikendalikan

oleh pengendali yang sama dengan pengendali Peminjam 1 dan Peminjam 2.

Pengendali

Peminjam 3

> 25% saham

Peminjam-Peminjam dalam Satu Pengendalian

Peminjam 1Peminjam 2

5% saham

10% saham

> 25% saham > 25% saham

PT. A1

BANK Pemegang

Saham Lain Dengan Porsi Kepemilikan

Masing-masing < dari 15%

saham

85% saham

Kredit 1

Kredit 2

Kredit 3

1

Page 9: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pengendalian terhadap Peminjam 3 oleh Pengendali dilakukan secara berjenjang

melalui Peminjam 1 dan Peminjam 2 dengan kepemilikan saham sebesar 15%

(lima belas perseratus) dan porsi kepemilikan ini adalah porsi terbesar. Dengan

demikian, Peminjam 1, Peminjam 2, dan Peminjam 3 digolongkan kedalam 1

(satu) kelompok Peminjam dan BMPK untuk keseluruhan kelompok Peminjam

tersebut tidak boleh melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank.

2

Page 10: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pejabat Eksekutif PT D1.3 duduk sebagai Direktur di perusahaan A, sehingga

perusahaan A menjadi Pihak Terkait.

Salah satu Komisaris Bank memiliki lebih dari 25% saham di perusahaan B,

sehingga perusahaan B menjadi Pihak Terkait. Kepemilikan Komisaris Bank

pada perusahaan B dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagaimana

dijelaskan dalam Pasal 8 ayat (3) PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, antara lain melalui atau bersama-

sama dengan keluarga.

Komisaris PT. C merupakan istri dari Direktur Bank. Oleh karena itu PT. C

merupakan Pihak Terkait.

BANK

PT. B1

PT. C

PT B

Ultimate Subsidary

> 10% Saham

> 10% Saham

> 10% Saham > 10% Saham

PT. D2

PT. D2.1

> 25% Saham

> 25% Saham

PT. D1.3

Pengendali Akhir

PT A

> 10% saham

PT A2

7% saham

3% saham

> 10% saham > 10% saham

PT A1

PT. D1.2

PT. D1

> 25% Saham

> 25% Saham

> 25% Saham

Perusahaan A

Hubungan Kepengurusan

Perusahaan B

>25% Saham

PT. C

1

Page 11: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 9 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Perhitungan BMPK Peminjam Bukan Pihak Terkait

Bank A memberikan fasilitas kredit kepada 3 debitur sebagai berikut:

1. debitur 1 dengan baki debet sejumlah Rp22.000.000.000,00 (dua puluh dua

miliar rupiah);

2. debitur 2 dengan baki debet sejumlah Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar

rupiah);

3. debitur 3 dengan baki debet sejumlah Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar

rupiah).

Masing-masing debitur 1, debitur 2, dan debitur 3 mempunyai hubungan

pengendalian sehingga ketiganya digolongkan kedalam 1 (satu) kelompok

Peminjam yaitu kelompok Peminjam 123. Modal Bank A adalah sebesar

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank

Umum menetapkan bahwa Penyediaan Dana Bank untuk debitur 1, debitur 2, dan

debitur 3 ditetapkan masing-masing paling tinggi 20% (dua puluh perseratus)

dari modal Bank yaitu sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

Sementara itu, Penyediaan Dana Bank untuk kelompok Peminjam 123 ditetapkan

paling tinggi 25% (dua puluh lima perseratus dari modal Bank yaitu sebesar

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

Berdasarkan hal tersebut terdapat 2 (dua) pelanggaran ketentuan BMPK dari

Penyediaan Dana yang dilakukan Bank A sebagai berikut:

A. Pelanggaran untuk Penyediaan Dana kepada debitur 1 sebesar {(22 miliar/100

miliar) x 100%} – 20% = 2%; dan

B. Pelanggaran untuk Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam 123 sebesar

[{(22 miliar+3 miliar+3 miliar)/100 miliar} x 100%] – 25% = 3%.

1

Page 12: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 10 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Diagram di atas merupakan contoh dari transaksi pengambilalihan tagihan dalam

rangka anjak piutang dan pembelian kredit.

Untuk pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang atau pembelian

kredit dengan persyaratan tanpa janji untuk dibeli kembal-i (without recourse),

yang dimaksud dengan debitur adalah pihak yang berkewajiban untuk melunasi

piutang yang dialihkan;

Without Recourse KreditKreditKreditKredit Kredit Kredit Kredit Kredit (Piutang)(Piutang)(Piutang)(Piutang)

HutangHutangHutangHutang

Bank Bank Bank Bank (pembeli)(pembeli)(pembeli)(pembeli) PenjualPenjualPenjualPenjual

Tagihan/KreditTagihan/KreditTagihan/KreditTagihan/Kredit Pihak yang wajibPihak yang wajibPihak yang wajibPihak yang wajib

MembayaMembayaMembayaMembayarrrr piutang/kreditpiutang/kreditpiutang/kreditpiutang/kredit

KreditKreditKreditKredit Kredit Kredit Kredit Kredit (Piutang)(Piutang)(Piutang)(Piutang)

HutangHutangHutangHutang

Bank Bank Bank Bank (pembeli)(pembeli)(pembeli)(pembeli) PenjualPenjualPenjualPenjual

Tagihan/KreditTagihan/KreditTagihan/KreditTagihan/Kredit Pihak yang wajibPihak yang wajibPihak yang wajibPihak yang wajib

MembayarMembayarMembayarMembayar piutang/kreditpiutang/kreditpiutang/kreditpiutang/kredit

With Recourse

BMPK

BMPK

Pembelian Tagihan/Kredit

Page 13: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 10 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Untuk pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang atau pembelian

kredit dengan persyaratan janji untuk membeli kembali (with recourse), yang

dimaksud dengan debitur adalah pihak yang menjual atau mengalihkan

tagihan/kredit.

1

Page 14: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Pembelian Surat Berharga secara repo bagi Bank B (reverse party), ditetapkan

sebagai Penyediaan dana terhadap pemilik Surat Berharga yang dijual secara

repo (repo party), yakni terhadap Bank A. Sementara itu, bagi Bank A (repo

party), Surat Berharga yang direpokan diperhitungkan sebagai penyediaan dana

kepada penerbit Surat Berharga (issuer).

Transaksi Repo

TagihanTagihanTagihanTagihan RepoRepoRepoRepo

SSBSSBSSBSSB HutangHutangHutangHutang

Bank BBank BBank BBank B (Reverse Party)(Reverse Party)(Reverse Party)(Reverse Party) Bank ABank ABank ABank A

(Repo Party)(Repo Party)(Repo Party)(Repo Party) Penerbit SSBPenerbit SSBPenerbit SSBPenerbit SSB

(issuer)(issuer)(issuer)(issuer)

Repo

BMPK Reverse Party

BMPK Repo Party

2

Page 15: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Penjelasan Diagram di atas adalah sebagai berikut.

1. Bank A mengadakan perjanjian pinjam meminjam dengan debitur (reference

entity) dan mencatatnya sebagai kredit.

2. Bank A, sebagai kreditur asal, kemudian menjual portofolio pinjaman yang

dimilikinya kepada special purpose vehicle (SPV) dengan memenuhi kondisi

true sale. Sebagai contoh, total portofolio pinjaman yang dijual adalah

sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) yang terdiri dari:

a. pinjaman kepada PT. Kredit, dengan jumlah sebesar Rp10.000.000,00

(sepuluh juta rupiah);

Transaksi Efek Beragun Aset

SSBSSBSSBSSB (EBA)(EBA)(EBA)(EBA)

AssetAssetAssetAsset PiutangPiutangPiutangPiutang

Bank BBank BBank BBank B (Investor)(Investor)(Investor)(Investor)

SPVSPVSPVSPV (Pene(Pene(Pene(Penerbit)rbit)rbit)rbit)

Bank ABank ABank ABank A (Kreditur Asal)(Kreditur Asal)(Kreditur Asal)(Kreditur Asal)

HutangHutangHutangHutang

Reference EntityReference EntityReference EntityReference Entity (debitur)(debitur)(debitur)(debitur)

True Sale Non Redemption

Pinjam Meminjam

Efek BeragunEfek BeragunEfek BeragunEfek Beragun AssetAssetAssetAsset

BMPK

Buy

2. 3.

4. PembayaranPembayaranPembayaranPembayaran

(Pass(Pass(Pass(Pass----Through) &Through) &Through) &Through) &

1

Page 16: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

b. pinjaman kepada PT. Risiko, dengan jumlah sebesar Rp6.000.000,00

(enam juta rupiah); dan

Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

c. pinjaman kepada PT Manajemen, dengan jumlah sebesar

Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).

3. Atas portofolio pinjaman yang dibeli, SPV menerbitkan efek beragun aset

senilai Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah). Persyaratan dari efek

beragun aset tersebut adalah pass-through dan non-redemption.

4. Bank B membeli efek beragun aset yang diterbitkan SPV sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Pembelian efek beragun aset oleh Bank B yang bersifat pass-through dan non-

redemption sebagaimana digambarkan diatas, ditetapkan sebagai Penyediaan

Dana kepada masing-masing PT. Kredit, PT. Risiko, dan PT Manajemen.

Sementara itu, Penyediaan Dana yang diperhitungkan kedalam BMPK untuk

masing-masing PT. Kredit, PT. Risiko, dan PT Manajemen ditetapkan sebesar:

A. PT. Kredit = (Rp10 juta/Rp20 juta) x harga beli efek beragun aset, yaitu

Rp.10 juta = Rp 5 juta;

B. PT. Risiko = (Rp6 juta/Rp20 juta) x harga beli efek beragun aset, yaitu Rp.10

juta = Rp 3 juta;

C. PT. Manajemen = (Rp4 juta/Rp20 juta) x harga beli efek beragun aset, yaitu

Rp.10 juta = Rp 2 juta.

1

Page 17: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 13 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Transaksi Reksadana

Bank membeli Surat Berharga berupa reksadana terbuka (open-end mutual funds)

dengan harga beli sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

Aset/instrumen yang mendasari sertifikat reksadana tersebut terdiri dari obligasi

PT.A sebesar 60% dan obligasi PT.B sebesar 40% dari nilai aset reksadana

tersebut. Sebagaimana diketahui reksadana terbuka ini tidak memenuhi

persyaratan non-redemption dimana investor dapat mencairkan surat reksadana

tersebut kepada manajer investasi sebelum jatuh tempo. Berdasarkan hal tersebut,

maka BMPK atas pembelian Surat Berharga reksadana terbuka tersebut

ditetapkan kepada:

1. Manajer investasi reksadana, dengan nilai sebesar harga beli, yaitu sebesar

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); dan

2. PT.A dan PT. B , yang masing-masing dihitung secara proporsional terhadap

harga beli reksadana tersebut, yaitu:

a. Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) x 60% = Rp12.000.000,00

(dua belas juta rupiah), untuk eksposur kepada PT.A; dan

b. Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) x 40% = Rp8.000.000,00

(delapan juta rupiah), untuk eksposur kepada PT.B.

2

Page 18: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Credit Default Swap

Protection Seller

Protection Buyer

Reference Asset

Pembayaran apabila terjadi credit event

Premi

1

Page 19: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 15 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Total Return Swap

Protection Seller

Protection Buyer

Reference Asset

Coupon Pembayaran yang telah disepakati + Kompensasi kerugian nilai dari reference asset

Coupon + Margin tertentu

1

Page 20: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 16 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure

Bank A melakukan transaksi interest rate swap 3 (tiga) tahun dengan perusahaan

B pada tanggal 1 Maret 2005. Berdasarkan kontrak/perjanjian interest rate swap

tersebut, perusahaan B akan membayar kepada Bank A bunga LIBOR 6 bulan

berdasarkan nilai nosional sebesar Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Sementara itu, atas pembayaran yang diterima dari Perusahaan B, Bank A

melakukan pembayaran kepada perusahaan B bunga sebesar 5% per-annum

berdasarkan nilai nosional yang sama sampai dengan akhir periode transaksi.

Ditetapkan pula dalam kontrak bahwa pertukaran pembayaran bunga tersebut

dilakukan setiap 6 (enam) bulan selama periode transaksi. Potential Future

Credit Exposure yang dihitung Bank sebagai penerima bunga mengambang

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai nosional = Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);

2. Jangka waktu sampai dengan waktu penyesuaian tingkat bunga (interest rate

adjustment) = 6 bulan. Berdasarkan tabel faktor konversi diatas, persentase

konversi yang digunakan untuk transaksi dengan jangka waktu < 1 (satu)

tahun (jangka waktu penyesuaian tingkat bunga) adalah 0%. Namun demikian

karena jangka waktu kontrak/perjanjian transaksi interest rate swap adalah

selama 3 (tiga) tahun, maka persentase konversi yang digunakan adalah

sebesar 0.5%;

3. Potential Future Credit Exposure = Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

x 0.5% = Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

1

Page 21: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 16 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Apabila dalam transaksi diatas counterparty Bank A juga merupakan Bank lain,

maka Bank lain tersebut juga memperhitungkan Potential Future Credit

Exposure sebagai berikut:

4. Nilai nosional = Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);

5. Untuk penerimaan suku bunga tetap sebagaimana diatas tidak ada

penyesuaian tingkat bunga (interest rate adjustment). Dengan demikian,

jangka waktu kontrak/perjanjian transaksi interest rate swap tersebut adalah

selama 3 (tiga) tahun. Berdasarkan tabel faktor konversi diatas, persentase

konversi yang digunakan untuk jangka waktu kontrak/perjanjian transaksi

berdasarkan suku bunga untuk jangka waktu > 1 – 5 tahun adalah sebesar

0.5%.

6. Potential Future Credit Exposure bagi Bank adalah sebesar

Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) x 0.5% = Rp5.000.000,00 (lima juta

rupiah)

Penetapan Potential Future Credit Exposure dalam kaitannya dengan

Pelanggaran BMPK hanya dilakukan pada awal Penyediaan Dana.

1

Page 22: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 17 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure untuk Transaksi yang

Dilengkapi Perjanjian Saling Hapus

Pada tanggal 1 Februari Bank A melakukan transaksi forward dengan Bank B

sebagai berikut:

1. Bank A membeli USD 600,000 (enam ratus ribu dollar) forward 6 bulan

dengan kurs USD/IDR Rp9,325;

2. Bank A membeli USD 400,000 (empat ratus ribu dollar) forward 6 bulan

dengan kurs USD/IDR Rp9,350;

3. Bank A menjual USD 350,000 (tiga ratus lima puluh ribu dollar) forward 6

bulan dengan kurs USD/IDR Rp9,400.

Ketiga transaksi tersebut dilengkapi dengan perjanjian saling hapus dimana

pembayaran pada saat jatuh waktu akan dilakukan berdasarkan eksposur bersih.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perhitungan Potential Future Credit

Exposure dilakukan sebagai berikut:

A. Eksposur bersih untuk ketiga transaksi ini dihitung berdasarkan jumlah

nosional tagihan Bank A setelah dikurangi kewajiban kepada Bank B sebagai

berikut:

USD 600,000 x 9,325 = Rp5.595.000.000,00

USD 400,000 x 9,350 = Rp3.740.000.000,00

(USD 350,000 x 9,340) = (Rp3.269.000.000,00) +

Rp6.066.000.000,00,

2

Page 23: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 17 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

B. Eksposur kotor untuk transaksi ini dihitung berdasarkan jumlah nosional

tagihan Bank A tanpa dikurangi kewajiban kepada Bank B sebagai berikut:

USD 600,000 x 9,325 = Rp5.595.000.000,00

USD 400,000 x 9,350 = Rp3.740.000.000,00 +

Rp9.335.000.000,00

C. A gross untuk ketiga transaksi ini dihitung berdasarkan eksposur kotor transaksi

dikalikan dengan persentase konversi sebagaimana ditetapkan di table matriks

konversi diatas, yang dalam hal ini adalah sebesar 1% yaitu persentase

konversi untuk transaksi dengan insturmen dasar valuta asing yang berjangka

waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. Dengan demikian A gross adalah sebesar

Rp5.595.000.000,00 x 1% = Rp55.950.000,00

Rp3.740.000.000,00 x 1% = Rp37.400.000,00 +

Rp93.350.000,00

D. NGR untuk ketiga transaksi ini adalah Rp6.066.000.000,00/

Rp9.335.000.000,00 atau 0,65

E. A net = [(0,4 x Rp93.350.000,00) + (0,6 x 0,65 x Rp93.350.000,00) atau

Rp73.736.000,00

1

Page 24: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 18 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Perhitungan BMPK Penyediaan Dana yang Dijamin Prime Bank

Berikut adalah contoh Penyediaan Dana pada Bank X yang dijamin Prime Bank

dengan data-data sebagai berikut:

1. Bank X memiliki Modal sebesar Rp1,500,000,00 juta.

2. Bank X memberikan Penyediaan Dana kepada:

a. PT.A, dalam bentuk Kredit sebesar Rp50.000 juta;

b. PT.B, dalam bentuk Surat Berharga sebesar Rp1.000.000 juta;

c. Bank C, dalam bentuk Penempatan jangka panjang sebesar Rp800.000

juta;

d. Bank Afiliasi dalam bentuk Penempatan di luar negeri sebesar

Rp700.000 juta; dan

e. PT. D, dalam bentuk Surat Berharga sebesar Rp200.000 juta.

PT.A, PT.B, Bank C, Bank Afiliasi dan PT. D adalah Pihak Terkait dengan

Bank X. Bank Afiliasi memenuhi kategori Prime Bank.

Total Penyediaan Dana Bank X adalah sebesar Rp2.750.000 juta

3. Bank X menerima SBLC sebesar Rp1.800.000,00 dari Bank Z yang

merupakan Prime Bank masing-masing sebesar Rp900.000,00 juta untuk

Penyediaan Dana kepada PT.B dan PT.C

4. Total Penyediaan Dana yang diperkenankan sesuai PBI Nomor 7/3/PBI/2005

tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum adalah sebesar 10%

(sepuluh perseratus) dari Modal Bank X, yaitu sebesar Rp.150.000.juta.

Untuk menentukan apakah dalam Penyediaan Dana Bank X terdapat

Pelanggaran/Pelampauan BMPK maka digunakan rumus sebagai berikut:

2

1

Page 25: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 18 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

“Pelanggaran/Pelampauan BMPK = Jumlah Penyediaan Dana –

(Penempatan yang tidak diperhitungkan + SBLC yang

diperhitungkan + BMPK)”.

5. Penempatan yang tidak diperhitungkan adalah Penempatan kepada Prime

Bank, dalam hal ini adalah Bank Afiliasi, sebesar maksimum Modal Bank X

yaitu sebesar Rp1.500.000 juta. Sementara itu, Penempatan pada Bank

Afiliasi adalah sebesar Rp700.000 juta

6. SBLC yang diperhitungkan untuk Pihak Terkait adalah paling tinggi 90%

(sembilan puluh perseratus) dari Modal Bank X yaitu sebesar Rp1.350.000

juta untuk setiap Peminjam atau secara keseluruhan Penyediaan Dana kepada

Pihak Terkait. Berkaitan dengan hal tersebut, apabila kita melihat SBLC yang

diterima untuk masing-masing PT. B dan Bank C sebesar Rp900.000 juta,

maka keseluruhan SBLC ini dapat digunakan untuk masing-masing exposure

PT. B dan Bank C. Namun apabila kita melihat SBLC untuk total Pihak

Terkait, maka terdapat kelebihan SBLC yaitu sebesar Rp1.800.000 juta (total

SBLC yang diterima) - Rp1.350.000 juta (SBLC yang dapat diperhitungkan

untuk BMPK keseluruhan Pihak Terkait), atau sebesar Rp450.000 juta.

Kelebihan sebesar Rp450.000 juta ini tidak dapat digunakan untuk menjamin

Penyediaan Dana kepada PT.A dan PT. D, termasuk kelebihan eksposur

BMPK kelompok.

7. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka Pelanggaran/Pelampauan BMPK

adalah sebesar:

Page 26: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 18 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

a. Jumlah Penyediaan Dana Rp2.750.000 juta

b. Penempatan Yang Tidak

Diperhitungkan

(Rp700.000 juta)

c. SBLC Yang Diperhitungkan (Rp1.350.000 juta)

d. BMPK (Rp.150.000.juta)

Pelanggaran/Pelampauan BMPK Rp550.000 juta

Mekanisme dan rumus perhitungan dalam contoh Penyediaan Dana Bank X

sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 7 berlaku pula untuk

Penyediaan Dana kepada Peminjam dan kelompok Peminjam yang bukan

merupakan Pihak Terkait dengan Bank serta Penyediaan Dana yang dijamin oleh

lembaga pembangunan multilateral.

2

Page 27: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 19 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Penyediaan Dana Kepada Anak Perusahaan

Bank ABC melakukan Penyertaan Modal sebesar 100% saham pada Bank DEF

(Rp35 miliar) dan 75% saham pada Bank GHI (Rp45 miliar atau 75% dari Rp60

miliar). Neraca individu dari ketiga perusahaan dalam setelah dilakukan

Penyertaan Modal tersebut adalah sebagai berikut:

Bank ABC Bank DEF Bank GHI

ASET Kas Saldo pada bank sentral Saldo pada bank lain Obligasi pemerintah Pinjaman kepada nasabah Piutang kepada bank terkait Penyertaan pada bank lain Aktiva lain-lain

50200 400 650

1,500100

8020

45

- 225 440

1,350 300

- -

40100300610900

--

50

3,000 2,360 2,000KEWAJIBAN Simpanan nasabah Pinjaman dari bank lain Hutang pada bank terkait Modal saham

2,40050

300 200

-

2,200 100

35

1,300600

-60

(Rp1 = Rp1.000.000.000,00)

3

Page 28: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Bank ABC Bank DEF Bank GHI

Cadangan 50 25 40

3,000 2,360 2,000

Lampiran 19 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Berdasarkan PBI BMPK, maka jumlah maksimum Penyediaan Dana yang dapat

dilakukan Bank ABC kepada masing-masing Bank DEF dan Bank GHI adalah

10% (sepuluh perseratus) dari Modal Bank ABC atau sebesar Rp25 miliar. Hal

ini karena dengan kepemilikan 100% (seratus perseratus) pada Bank DEF dan

75% (tujuh puluh lima perseratus) pada Bank GHI menyebabkan baik Bank DEF

maupun Bank GHI termasuk sebagai Pihak Terkait dengan Bank ABC. Dengan

demikian dengan melakukan Penyertaan sebesar masing-masing Rp35 miliar dan

Rp45 miliar Bank ABC telah melanggar BMPK.

1

Page 29: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Penyediaan BMPK secara Konsolidasi

Bank ABC Bank DEF Bank GHI Eliminasi Konsolidasi

ASET Kas Saldo pada bank sentral Saldo pada bank lain Obligasi pemerintah Pinjaman kpd nasabah Piutang pada Bank DEF

Piutang pada Bank ABC

Penyertaan pd Bank lain

Aktiva lain-lain

50200400650

1,500100

80

20

45-

225440

1,350

300

-

40

100 300 610 900

50

(100) (300)

(80)

135300925

1,7003,750

---

70

3,000 2,360 2,000 (480) 6,880

KEWAJIBAN Simpanan nasabah Pinjaman dari bank Hutang pada DEF

Hutang pada ABC

Minority Interest

Modal saham Modal Saham DEF

2,40050

300

200

-2,200

100

35

1,300

600 -

(300) (100)

25*

(35)

3,7002,850

--

25200

-

2

Page 30: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Bank ABC Bank DEF Bank GHI Eliminasi Konsolidasi Modal Saham GHI Cadangan 50 25

60 40

(60)* (10)*

-

105

3,000 2,360 2,000 (480) 6,880

* Eliminasi yang dilakukan berdasarkan 75% pangsa saham dan cadangan Bank ABC pada Bank GHI

Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Penyertaan Modal Bank ABC sebesar Rp80 miliar dapat dikecualikan dari

ketentuan BMPK antara lain sepanjang Bank dan investee bersedia memberikan

komitmen secara tertulis kepada Bank Indonesia untuk menerapkan pengawasan

Bank dan investee secara individual maupun secara konsolidasi. Penerapan

Pengawasan secara konsolidasi dapat digambarkan dalam ilustrasi yang

menggambarkan proses neraca yang terkonsolidasi untuk Grup ABC. Aset dan

kewajiban intra-grup telah eliminasi. Akun baru–minority interest–dibuat untuk

mencerminkan 25% aset bersih Bank GHI yang tidak dimiliki oleh Bank ABC.

Penerapan pengawasan secara konsolidasi dilakukan berdasarkan analisa

terhadap neraca individual Bank ABC, Bank DEF dan Bank GHI, maupun neraca

konsolidasi. Analisa individual maupun konsolidasi ini antara lain dapat

dicontohkan dengan perhitungan rasio modal berdasarkan bobot risiko dari Bank

ABC secara unconsolidated dan consolidated, menggunakan neraca dalam

ilustrasi sebagai berikut:

Unconsolidated Consolidated

A. Modal Saham 200 200 Cadangan 50 105 (-) penyertaan pada bank lain (80) -

1

Page 31: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Unconsolidated Consolidated Minority interest - 25 170 330

Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

B. Aset yang dibobot resiko Bobot

Risiko Aktiva Aktiva

Tertimbang Aktiva Aktiva

Tertimbang

Kas 0% 50 - 135 - Simpanan di Bank Sentral 0% 200 - 300 - Simpanan di Bank lain 20% 400 80 925 185 Obligasi Pemerintah 0% 650 - 1,700 - Pinjaman kepada nasabah 100% 1,500 1,500 3,750 3,750 Piutang kepada bank terkait 20% 100 20 - - Premises 100% 20 20 70 70

2,920 1,620 6,880 4,005

C. Rasio yang dibobot risiko

Dari sisi BMPK, penerapan pengawasan secara konsolidasi untuk eksposur yang

dimiliki masing-masing Bank dilakukan dengan menggunakan prinsip yang

serupa dengan perhitungan KPMM. Sebagai contoh PT. Z (bukan Pihak Terkait)

memiliki eksposur masing-masing dari Bank ABC dan Bank DEF sebesar Rp50

miliar dan Rp20 miliar. Perhitungan BMPK untuk PT.Z dilakukan masing-

masing untuk Bank ABC, Bank DEF, dan secara konsolidasi sebagai berikut:

Bank ABC Bank DEF Consolidated

%5.10100620,1

170 =× %2.8100005,4

330 =×

2

Page 32: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

A. Modal Saham 200 35 200 Cadangan 50 25 105 Minority interest - 25 250 60 330 B. Penyediaan Dana kepada PT Z 50 20 70 C. BMPK PT. Z 50/250 = 20% 20/60 = 33% 70/330 =21,21%

Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Sementara itu, untuk menentukan Pihak Terkait secara konsolidasi maka pihak-

pihak yang dikategorikan sebagai Pihak Terkait dari masing-masing Bank ABC,

Bank DEF, dan Bank GHI ditetapkan sebagai Pihak Terkait dalam perhitungan

BMPK secara konsolidasi dan jumlah keseluruhan eksposur untuk pihak-pihak

tersebut ditetapkan setinggi-tingginya sesuai dengan BMPK untuk Pihak Terkait.

Dalam PBI BMPK juga diatur bahwa Penyediaan Dana selain dari Penyertaan

Modal tetap merupakan komponen yang diperhitungkan dalam BMPK. Dalam

ilustrasi diatas ini dapat dicontohkan dengan pos “Piutang pada bank terkait”.

Dalam menghitung BMPK pos “Piutang pada bank terkait” ini yang digunakan

adalah jumlah gross sebelum dilakukan set-off.

3

Page 33: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 21 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Penyediaan Dana Kepada BUMN

BUMN A adalah BUMN yang bergerak di bidang pembangunan jalan tol.

BUMN A mempunyai 2 (dua) anak perusahaan yaitu PT. AP1 dan PT.2. BUMN

A dan anak perusahaannya (bukan Pihak Terkait) memperoleh Kredit dari Bank

X sebagai berikut:

1. BUMN A memperoleh kredit sebesar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

rupiah). Kredit yang diperoleh bertujuan untuk pembangunan kompleks

perkantoran BUMN A;

2. PT.AP1 memperoleh kredit sebesar Rp6.000.000.000,00 (enam miliar

rupiah); dan

3. PT.AP2 memperoleh kredit sebesar Rp4.000.000.000,00 (empat miliar

rupiah).

Penyediaan Dana yang diperhitungkan selain Penyediaan Dana secara langsung

kepada BUMN yang bersangkutan, maupun kepada kelompok BUMN tersebut.

Modal Bank X adalah sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

4

Page 34: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

BMPK Bank X kepada kelompok usaha BUMN A ditetapkan paling tinggi 25%

(dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank, yaitu sebesar Rp25.000.000.000,00

(dua puluh lima miliar rupiah). Dengan demikian Bank X masih dapat

memberikan Penyediaan Dana kepada kelompok usaha BUMN A sebesar

Rp25.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dikurangi dengan Penyediaan Dana

yang ada sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) =

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Lampiran 21 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Apabila BUMN A mengajukan permohonan kredit baru yang bertujuan untuk

pembangunan jalan tol, maka Penyediaan Dana baru yang dapat diberikan

kepada BUMN A harus dihitung secara kumulatif, yaitu berdasarkan eksposur

yang telah dimiliki Bank atas kelompok usaha BUMN A terhadap batasan 30%

(tiga puluh perseratus) sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 40 ayat (1) PBI

BMPK sebagai berikut:

A. Batas Maksimum Pemberian Kredit kepada BUMN untuk tujuan

pembangungan dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak = 30% (tiga

puluh perseratus) dari Modal Bank atau Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh

miliar).

B. Total eksposur kumulatif yang telah ada = Rp20.000.000.000,00 (dua puluh

miliar rupiah).

Penyediaan Dana baru yang dapat diberikan untuk pembangunan jalan tol =

Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar) - Rp20.000.000.000,00 (dua puluh

miliar rupiah) atau sebesar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). BMPK

ini lebih besar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dibandingkan apabila

kredit baru ini bukan untuk tujuan pembangungan dan mempengaruhi hajat hidup

1

Page 35: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

orang banyak sebagaimana dijelaskan di PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum.

Lampiran 22 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Pengelompokan Peminjam Dalam Beberapa Kelompok Peminjam

Sebagai contoh Bank FSI memiliki debitur yaitu kelompok Peminjam A yang

terdiri dari B, C, D, E, F, dan G, serta kelompok Peminjam W yang terdiri dari X,

A W

E

C

B

F Y Z

G

D

47%

39%

100% 50%

99%

53%

26%

64%

85% 55%

X

2

Page 36: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Y, Z, dan G. Adapun komposisi kepemilikan masing-masing kelompok

Peminjam A, dan kelompok Peminjam W, dapat dilihat pada Diagram di atas.

Bank FSI kemudian memberikan kredit pula kepada G, yang sebagaimana

digambarkan pada Diagram di atas dimiliki oleh E sebesar 26% dan Y sebesar

64%. E merupakan anggota kelompok Peminjam A sementara Y merupakan

anggota kelompok Peminjam W.

Lampiran 22 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam perhitungan BMPK eksposur yang

dimiliki Bank FSI atas G dihitung pula sebagai eksposur kepada kelompok

Peminjam A dan kelompok Pemijam W. Sebagai contoh apabila Modal Bank FSI

adalah sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), maka BMPK yang

diperhitungkan kepada masing-masing kelompok Peminjam A dan kelompok

Pemijam W adalah sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank

FSI, atau sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah). Apabila

Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam A adalah sebesar

Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) dan kepada kelompok Peminjam

W adalah sebesar Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah), maka

Penyediaan Dana yang diperkenankan kepada G harus mempertimbangkan

eksposur kepada kedua kelompok Peminjam sebagai berikut:

1. Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam A + Penyediaan Dana kepada

G < 25% dari Modal Bank, atau Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar

rupiah) + x < Rp25.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah); dan

1

Page 37: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

2. Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam W + Penyediaan Dana kepada

G < 25% dari Modal Bank, atau Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar

rupiah) + x < Rp25.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah),

dimana x adalah jumlah maksimum Penyediaan dana yang dapat diberikan

kepada G sehingga apabila x ini ditambahkan kepada eksposur masing-masing

kelompok Peminjam A dan kelompok Peminjam W tidak melebihi 25% (dua

puluh lima perseratus) dari Modal Bank FSI. Berdasarkan hal tersebut, maka

Penyediaan Dana maksimum yang dapat diberikan kepada G adalah sebesar

Lampiran 22 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan G ditetapkan sebagai anggota dari

masing-masing kelompok Peminjam A dan W.

Sebagaimana dijelaskan diatas, perhitungan eksposur Peminjam G dalam

kaitannya dengan menentukan jumlah eksposur dari masing-masing kelompok

Peminjam (A dan W) yang memiliki pengendalian terhadap Peminjam tidak

dihitung secara proporsional, kecuali apabila hubungan pengendalian disebabkan

semata-mata karena hubungan keuangan yang disebabkan oleh adanya

penjaminan.

2

Page 38: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

Lampiran 23 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Contoh Kelompok Peminjam Karena Terdapat Penjaminan

Bank BAS memberikan Penyediaan Dana kepada 3 debitur sebagai berikut:

1. PT. Trans, yaitu dalam bentuk Kredit sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah);

2. PT. Formasi, yaitu dalam bentuk Surat Berharga sebesar Rp250.000.000,00

(dua ratus lima puluh juta rupiah); dan

3. PT. Sama, yaitu dalam bentuk Kredit sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima

puluh juta rupiah).

Bank BAS menerima jaminan atas Kredit yang diberikan kepada PT. Sama

masing-masing dari PT. Trans sebesar 40% dan dari PT. Formasi sebesar 30%,

dari nilai Kredit yang diberikan kepada PT. Sama. Berdasarkan penjaminan yang

diberikan PT. Trans dan PT. Formasi, maka PT. Sama ditetapkan sebagai

anggota kelompok Peminjam dengan masing-masing PT. Trans dan PT. Formasi.

Adapun eksposur keseluruhan yang diperhitungkan dalam BMPK untuk masing-

3

Page 39: Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki ... · Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. ... PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang

masing kelompok Peminjam PT. Trans – PT. Sama dan PT Formasi – PT. Sama

adalah sebagai berikut:

PT. Trans – PT. Sama Nominal

PT. Trans Rp500.000.000,00

PT. Sama Rp150.000.000,00 x 60%

Total Rp590.000.000,00

Lampiran 23 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

PT. Formasi – PT. Sama Nominal

PT. Formasi Rp250.000.000,00

PT. Sama Rp150.000.000,00 x 40%

Total Rp310.000.000,00

Sebagaimana dicontohkan diatas, eksposur PT. Sama untuk masing-masing

kelompok Peminjam PT. Trans – PT. Sama dan PT Formasi – PT. Sama dihitung

secara proporsional berdasarkan porsi dari masing-masing penjamin kredit PT.

Sama. Hal ini dilakukan apabila hubungan pengendalian semata-mata disebabkan

karena adanya penjaminan dan jaminan yang diberikan berbentuk corporate

guarantee.

1