diagnosis ruptur ginjal
TRANSCRIPT
DIAGNOSIS
VI.1. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat bervariasi tergantung
pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain yang menyertainya. Pada
trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas
berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.
Derajat cedera pada ginjal tidak selalu berbanding lurus denganparah tidaknya hematuria
yang terjadi; hematuria makroskopik dapat terjadi pada trauma ginjal yang ringan dan hanya
hematuria ringan pada trauma mayor. Pada trauma mayor atau rupture pedikel sering kali
pasien dating dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang
makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani
pemeriksaan IVP karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak
membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup banyak. Untuk itu harus
segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan perdarahan.
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:
a. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas dengan
disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu
b. Hematuria
c. Fraktur costa bawah (T8-12) atau fraktur prosessus spinosus vertebra
d. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
e. Cedera deselarasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas
VI.2. GAMBARAN RADIOLOGI
Adapun indikasi untuk dilakukan pemeriksaan radiologi adalah
apabila ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
- Luka tembus dengan hematuria
- Trauma tumpul dengan hematuria dan hipotensi
- Hematuria mikroskopik dengan peritoneal lavage (+)
- Trauma tumpul yang berhubungan dengan perlukaan ginjal
(kontusio/hematoma di daerah pinggang, fraktur costa bagian bawah,
dan fraktur vertebra thoracolumbal)
A. Foto Konvensional
Pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU) mungkin akan berguna pada kasus ruptur ginjal.
Gambaran yang terlihat adalah pembengkakan pada ginjal,kontras yang ekstravasasi keluar,
tampakan massa perdarahan juga bisa terlihat, serta tampak kelainan ekskresi jika
dibandingkan dengan ginjal sebelah. Apabila terdapat dugaan jumlah produksi urin yang
sedikit, IVU dapat menemukan letak kelainan dan mengestimasi jumlah kehilangan cairan
tersebut. Namun, walaupun IVU sangat mudah dan banyak digunakan, harus diingat bahwa
IVU memberikan ekspose radiasi yang cukup tinggi sehingga harus dipertimbangkan jika
ingin dilakukan pada anak-anak. IVU juga harus diperhatikan pemakaiannya pada orang-
orang dengan gangguan fungsi ginjal, neuropati, dan alergi yang mungkin akan sangat
berbahaya jika menerima ekspose radiasi.
B. Ultrasonografi (USG)
Tingkat keparahan pada trauma ginjal sangat beraneka ragam, oleh karena itu terdapat
kemungkinan terdeteksi dengan USG. Ada keadaan dimana ruptur ginjal disebabkan oleh
trauma langsung, sehingga akan didapatkan darah dan/atau urin yang mengalami ekstravasasi
ke perinephric space. Cairan-cairan tersebutlah yang akan diidentifikasi oleh ultrasound. Jika
terdapat urin maupun hematoma yang banyak dapat dilakukan drainase secara percutaneus.
Penggunaan USG Doppler berwarna juga dapat sangat berguna untuk mendiagnosis ruptur
ginjal. Pada pemeriksaan USG Doppler, akan terlihat seperti semburan (jet effect) pada
bagian sisi ginjal yang ruptur ketika ada sedikit kompresi oleh urinoma.
C. CT-Scan
Sejauh ini CT-Scan adalah modalitas yang paling baik untuk melihat gambaran ruptur ginjal
karena informasi yang diberikan berkaitan dengan morfologi dan fungsional ginjal bisa
didapatkan dalam satu kali pemeriksaan saja. Pada pasien dengan trauma abdomen,
pemeriksaan CT-scan lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan luas perlukaan
dan juga lebih bermanfaat untuk melihat organ retroperitoneum, khususnya ginjal. Gambaran
yang mungkin didapatkan pada ruptur ginjal adalah memar atau kontusi ginjal, umunya
muncul sebagai gambaran zona focal yang kurang penyangatannya karena ekskresi tubular
yang terganggu sementara. Jika terdapat Hematoma intrarenal akan muncul sebagai area yang
termarginasi sangat tipis tanpa penyangatan. Untuk Hematoma subscapular biasanya
memperlihatkan bentuk lentikular sesuai dengan displacement yang terjadi pada korteks
renalis. Jika terdapat perdarahan minor, sisa pendarahan ekstrarenal akan tertahan pada
perirenal space dan meluas ke kompartemen-kompartemen retroperitoneal yang saling
berdekatan. Laserasi ginjal akan terlihat sebagai sebuah garis atau bentuk irisan (wedge-
shape) yang hipodens. “Shattered kidney” adalah laserasi mengelilingi ginjal menghasilkan
multiple fragmen.
D. MRI
Sebenarnya CT-scan adalah modalitas utama untuk menilai kasus hematuria pada trauma
abdomen akut. Walaupun hasil penelitian pada binatang membuktikan bahwa MRI
mempunyai keakuratan yang sama bahkan lebih dibandingkan CT-scan, peralatan MRI ini
kurang tersedia dimana-mana, serta membutuhkan waktu yang lebih lama. Seperti halnya
CT-scan, pada MRI juga dapat terlihat ekstravasasi kontras, bahkan mampu membedakan
hematoma perirenal dan intrarenal.
VI.3. LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah urinalisis. Pada pemeriksaan ini
diperhatikan kekeruhan, warna, pH urin, protein, glukosa dan sel-sel. Hematuria makroskopik
atau mikroskopik seringkali ditemukan pada pemeriksaan ini. Jika hematuria tidak ada, maka
dapat disarankan pemeriksaan mikroskopik. Meskipun secara umum terdapat derajat
hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah dilaporkan juga
kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak disertai hematuria. Akan tetapi harus
diingat kalau kepercayaan dari pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis
trauma ginjal masih didapatkan kesulitan.