diagnosis kerja dan pemeriksaan fisik leprae

3
Diagnosis Kerja Lepra Berdasarkan kasus pada pasien dijumpai hidung pelana; alis rambut yang rontok (madarosis); infiltrate yang difuse di muka; cuping telinga tampak menebal; kulit kering, bersisik, dan terdapat ulkus pada telapak kaki, dan penebalan pada saraf tepi berupa N. Auricularis magnus. Berdasarkan gambaran mikroskopis BTA, tampak gambaran globi. Pada penebalan saraf tepi dapat disertai dengan rasa nyeri dan juga dapat disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan fungsi saraf ini bias berupa: a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa. b. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (Parese) atau kelumpuhan (Paralise). c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak- retak. Rancangan Pemeriksaan Fisik Apabila kita ingin mendiagnosis penyakit lepra maka diperlukan tanda-tanda utama (cardinal sign) yaitu:

Upload: ria-afriani

Post on 01-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosis Kerja Dan Pemeriksaan Fisik Leprae

Diagnosis Kerja

Lepra

Berdasarkan kasus pada pasien dijumpai hidung pelana; alis rambut yang rontok

(madarosis); infiltrate yang difuse di muka; cuping telinga tampak menebal; kulit kering,

bersisik, dan terdapat ulkus pada telapak kaki, dan penebalan pada saraf tepi berupa N.

Auricularis magnus. Berdasarkan gambaran mikroskopis BTA, tampak gambaran globi.

Pada penebalan saraf tepi dapat disertai dengan rasa nyeri dan juga dapat disertai atau

tanpa gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis

saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan fungsi saraf ini bias berupa:

a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa.

b. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (Parese) atau kelumpuhan (Paralise).

c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak-retak.

Rancangan Pemeriksaan Fisik

Apabila kita ingin mendiagnosis penyakit lepra maka diperlukan tanda-tanda utama

(cardinal sign) yaitu:

1. Bagian kulit dengan hipopigmentasi atau eritematous dengan kehilangan sebagian

(hipestesi) atau seluruh (anastesi) dari perasaan kulit terhadap suhu, nyeri, dan sentuh.

2. Kerusakan (penebalan atau nyeri) dari saraf-saraf kutan atau perifer pada tempat-tempat

predileksi.

3. Kerokan kulit yang diambildengan teknik standard menunjukkan adanya kuman dengan

morfologi M. leprae yang khas.

  Pemeriksaan kulit harus diperiksa/ dipalpasi saraf tepi (n. ulnaris, radialis, aurikularis

magnus dan poplitea); mata (lagoftalmus); tulang (kontraktur atau absorbsi); dan rambut (alis

mata, kumis, dan pada lesi sendiri). Apakah terdapat pembesaran, konsistensi, dan nyeri atau

tidak. Hanya beberapa saraf superficial yang dapat dan perlu diperiksa. Pada kelainan saraf lebih

Page 2: Diagnosis Kerja Dan Pemeriksaan Fisik Leprae

terlokalisasi cenderung ke tipe tuberkuloid, sedang pada kelainan saraf bilateral dan

menyeluruh cenderung ke tipe lepromatosa.

Selain itu juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya berupa pemeriksaan anestesi

dengan jarum (rasa nyeri), kapas (rasa raba) atau air panas (suhu) dan tes keringat dengan pensil

tinta; pada kulit normal ada bekas tinta sedang pada lesi akan hilang.

Daftar pustaka:

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI.

2. World Health Organization. Microbiology of M. Leprae. Available at:

http://www.who.int/lep/microbiology/en/index.html. Accesssed July 17, 2011.