diagnosis dan terapi ablasio retina

5
Diagnosis dan Terapi Ablasio Retina Oleh: Muhammad Hanifi (1106010641) Anamnesis Gejala-gejala yang ditemukan pada pasien dengan ablasio retina antara lain photopsia (sensasi kilatan cahaya) yang disertai dengan munculnya floaters pada lapang pandang pasien dan diikuti dengan hilangnya penglihatan pasien. Seiring berjalannya waktu, penglihatan pasien akan semakin berkurang hingga akhirnya pasien akan kehilangan seluruh penglihatannya. Photopsia pada pasien muncul akibat adanya stimulasi pada jaringan retina. Jaringan retina, selain dapat distimulasi oleh cahaya, juga dapat distimulasi oleh gangguan mekanis. Ketika jaringan retina dan vitreous humour mulai terlepas, jaringan retina akan terstimulasi akibat adanya gangguan mekanis dan menyebabkan pelepasan phospene. Stimulasi mekanik retina dan pelepasan phospene menyebabkan pasien melihat kilatan-kilatan cahaya. Selain kilatan cahaya, pasien yang mengalami ablasio retina mungkin juga akan melihat floaters. Floaters merupakan salah satu gejala yang sering muncul dan memiliki etiologi yang beragam. Karena itulah, diperlukan anamnesis yang mendalam untuk menentukan penyebab pastinya. Kemunculan floaters berukuran besar secara tiba-tiba di aksis tegah penglihatan dapat menandakan terlepasnya vitreous posterior (posterior vitreous detachment; PVD). Disamping itu, pasien juga mungkin melihat ratusan titik-titik hitam, yang menunjukkan adanya perdarahan vitreous pada mata pasien. Beberapa jam setelah kemunculan titik-titik hitam tersebut, pasien mungkin akan melihat struktur jaring-jaring (cobweb) yang muncul akibat membekunya darah di vitreous humor.

Upload: hanifisp45

Post on 16-Jan-2016

204 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Diagnosis Dan Terapi Ablasio Retina

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosis Dan Terapi Ablasio Retina

Diagnosis dan Terapi Ablasio Retina

Oleh: Muhammad Hanifi (1106010641)

Anamnesis

Gejala-gejala yang ditemukan pada pasien dengan ablasio retina antara lain photopsia (sensasi

kilatan cahaya) yang disertai dengan munculnya floaters pada lapang pandang pasien dan diikuti dengan

hilangnya penglihatan pasien. Seiring berjalannya waktu, penglihatan pasien akan semakin berkurang

hingga akhirnya pasien akan kehilangan seluruh penglihatannya.

Photopsia pada pasien muncul akibat adanya stimulasi pada jaringan retina. Jaringan retina,

selain dapat distimulasi oleh cahaya, juga dapat distimulasi oleh gangguan mekanis. Ketika jaringan

retina dan vitreous humour mulai terlepas, jaringan retina akan terstimulasi akibat adanya gangguan

mekanis dan menyebabkan pelepasan phospene. Stimulasi mekanik retina dan pelepasan phospene

menyebabkan pasien melihat kilatan-kilatan cahaya.

Selain kilatan cahaya, pasien yang mengalami ablasio retina mungkin juga akan melihat floaters.

Floaters merupakan salah satu gejala yang sering muncul dan memiliki etiologi yang beragam. Karena

itulah, diperlukan anamnesis yang mendalam untuk menentukan penyebab pastinya. Kemunculan

floaters berukuran besar secara tiba-tiba di aksis tegah penglihatan dapat menandakan terlepasnya

vitreous posterior (posterior vitreous detachment; PVD). Disamping itu, pasien juga mungkin melihat

ratusan titik-titik hitam, yang menunjukkan adanya perdarahan vitreous pada mata pasien. Beberapa

jam setelah kemunculan titik-titik hitam tersebut, pasien mungkin akan melihat struktur jaring-jaring

(cobweb) yang muncul akibat membekunya darah di vitreous humor.

Gambar 1. Ilustrasi floater ketika pasien melihat ke langit

Page 2: Diagnosis Dan Terapi Ablasio Retina

Photopsia dan floater merupakan dua gejala yang sering muncul. Meski demikian, kedua gejala

tersebut tidak dapat membantu menentukan lokasi ablasio retina yang terjadi. Defek lapang pandang, di

sisi lain, dapat membantu menentukan lokasi ablasio retina. Defek lapang pandang bagian atas,

misalnya, menunjukkan ablasio terjadi pada retina bagian bawah. Sebaliknya, defek lapang pandang

bagian bawah menunjukkan ablasio yang terjadi pada retina bagian atas.

Pada anamnesis juga perlu digali lebih lanjut mengenai riwayat penyakit sebelumnya (misalnya

uveitis, perdarahan vitreous, ambliopia, glaukoma, dan retinopati diabetik). Riwayat tersebut akan

membantu membedakan apakah gejala yang ditemukan pada pasien muncul akibat ablasio retina atau

akibat sebab lain.

Pemeriksaan Fisik

Pada pasien yang dicurigai mengalami ablasio retina, pertama perlu dilakukan pemeriksaan

tajam penglihatan dan melakukan koreksi kelainan refraktif yang terjadi. Berikutnya, perlu dilakukan

pemeriksaan lapang pandang (dengan kampimetri konfrontasi). Pemeriksaan lapang pandang nantinya

akan membantu menentukan lokasi anatomis ablasio retina yang terjadi. Selain itu, refleks pupil kedua

mata pada pasien juga perlu diperiksa. Pupil Marcus-Gunn akan menunjukkan adanya gangguan pada

jaras pupillomotor aferen pasien dan dapat terjadi akibat adanya ablasio retina.

Pasien dengan ablasio retina umumnya juga mengalami penurunan tekanan bola mata relatif.

Tekanan bola mata yang mengalami ablasio retina umumnya 1 – 4 mmHg lebih rendah dibandingkan

dengan tekanan bola mata kontralateral yang normal. Mengingat penurunan tekanan intraokular

merupakan salah satu gejala yang menunjukkan adanya ablasio retina, tekanan intraokular pasien juga

perlu diperiksa. Terdapat beberapa mekanisme yang telah diketahui berada dibalik penurunan tekanan

intraokular tersebut. Penurunan produksi aqueous humor dan perpindahan vitreous humor ke ruang

subretina merupakan dua mekanisme yang dikenal luas sebagai penyebab penurunan tekanan

intraokular pada pasien dengan ablasio retina.

Pemeriksaan fisik paling penting untuk mendiagnosis ablasio retina adalah funduskopi direk dan

indirek. Secara umum, funduskopi indirek merupakan pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan dengan

funduskopi direk. Alasannya, funduskopi indirek memiliki sudut pandang yang lebih luas dibanding

funduskopi direk, sehingga pemeriksaan retina bagian perifer lebih mudah dilakukan. Pada funduskopi,

ablasio akan tampak sebagai elevasi retina yang berwarna keabuan dan tampak berundulasi dibanding

area di kuadran lain yang normal.

Page 3: Diagnosis Dan Terapi Ablasio Retina

Gambar 2. Gambaran funduskopi yang ditemukan pada pasien dengan ablasio retina. Terdapat

gambaran lipatan berwarna keabuan pada retina bagian atas

Tatalaksana dan Terapi

Tatalaksana awal yang diberikan pada pasien ablasio retina di fasilitas layanan primer terutama

bertujuan untuk menghindari perburukan lebih lanjut dan mempersiapkan pasien untuk menjalani

operasi cito. Perlu diingat bahwa tidak semua pasein dengan ablasio retina memerlukan operasi cito.

Dilakukan atau tidaknya operasi cito nantinya akan tergantung pada keputusan yang dibuat oleh dokter

spesialis mata. Meski demikian, di layanan kesehatan primer pasien perlu dipersiapkan untuk menjalani

operasi cito, sehingga apabila nantinya operasi cito perlu dilakukan, pasien sudah siap. Beberapa hal

yang dapat dilakukan di fasilitas layanan kesehatan primer antara lain:

o Edukasi pasien untuk membatasi asupan makanan dan minuman

o Hindari penekanan langsung pada mata

o Batasi aktivitas fisik untuk sementara waktu

Setelah mendapat perawatan yang cukup di fasilitas layanan primer, pasien harus segera dirujuk

ke IGD. Di IGD pasien akan diperiksa secara menyeluruh dan tanda vital harus dijaga stabil untuk

mempersiapkan kemungkinan operasi retina. Pemeriksaan funduskopi juga perlu dilakukan di IGD,

terutama untuk menentukan apakah makula pasien masih melekat (macula-on) atau sudah terlepas

(macula-off) dari jaringan mata. Apabila makula masih melekat pada jaringan mata, pasien harus

sesegera mungkin dikonsultasikan pada dokter spesialis mata untuk menentukan apakah operasi cito

Page 4: Diagnosis Dan Terapi Ablasio Retina

perlu dilakukan untuk menyelamatkan penglihatan pasien. Disisi lain, operasi cito tidak akan

memberikan manfaat yang besar bagi pasien yang telah mengalami ablasi pada area makula.