dewi sartika

10
Definisi Kepemimpinan, Pemimpin, dan Gaya Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu (Achmad Suyuti, 2001). Sedangkan pengertian Pemimpin (Leader) menurut ensklopedia Administrasi adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan- tujuan tertentu. Setiap pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29). Terdapat beberapa jenis gaya kepemimpinan seperti, gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, permisif, situasional, transformasional, dan lain-lain. Diantara beberapa gaya kepemimpinan tersebut, gaya kepemimpinan yang akan di analisis lebih jauh dalam karya ilmiah ini adalah gaya kepemimpinan transformasional. Hal ini disebebakan, gaya kepemimpinan transformasional dinilai paling cocok untuk menggambarkan kepemimpinan Raden Dewi Sartika. Gaya kepemimpinan transformasional Burns (1978) dalam Aan Komariah dan Cepi Triatna (2006;77) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya “para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih

Upload: yds

Post on 21-Nov-2015

277 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

DEWI SARTIKA

TRANSCRIPT

Definisi Kepemimpinan, Pemimpin, dan Gaya Kepemimpinan.Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu (Achmad Suyuti, 2001). Sedangkan pengertian Pemimpin (Leader) menurut ensklopedia Administrasi adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu. Setiap pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29). Terdapat beberapa jenis gaya kepemimpinan seperti, gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, permisif, situasional, transformasional, dan lain-lain. Diantara beberapa gaya kepemimpinan tersebut, gaya kepemimpinan yang akan di analisis lebih jauh dalam karya ilmiah ini adalah gaya kepemimpinan transformasional. Hal ini disebebakan, gaya kepemimpinan transformasional dinilai paling cocok untuk menggambarkan kepemimpinan Raden Dewi Sartika.

Gaya kepemimpinan transformasionalBurns (1978) dalam Aan Komariah dan Cepi Triatna (2006;77) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin adalah yang sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap staf dan meyerukan cita-citanya yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi, seperti misalnya keserakahan, kecemburuan, atau kebencian. Karakteristik pemimpin trasformasional, menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna (2006;78) adalah sebagai berikut : A. Pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tetapi di masa datang. Dan oleh karena itu pemimpin ini dapat dikatakan pemimpin visioner. B. Pemimpin sebagai agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional karena ia berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.

Menurut Bass dan Aviola (1994) dalam Aan Komariah dan Cepi Triatna (2006;79) terdapat empat dimensi dalam penerapan kadar kepemimpinan transformasional dengan konsep 4I, yaitu : A. Idialized influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya diri (trust) dari orang yang dipimpinnya. B. Inspirational motivation, Pemimpin transformasional berperilaku dengan tujuan untuk member motivasi dengan inspirasi terhadap orangorang disekitarnya.C. Intellectual stimulation, yaitu pemimpin yang mempraktikkan inovasi-inovasi. Sikap dan perilaku kepemimpinannya didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkembang dan secara intelektual ia mampu menterjemahkannya dalam bentuk kinerja yang produktif. D. Individualized consideration, yaitu pemimpin merefleksikan dirinya sebagai seorang yang penuh perhatian dalam mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan, ide, harapan-harapan, dan segala masukan yang diberikan staf.

Mengacu pada pendapat tersebut, kepemimpinan transformasional dapat dipandang secara makro dan mikro. Jika dipandang secara mikro, kepemimpinan transformasional merupakan proses mempengaruhi antar individu dalam organisasi, sementara secara makro kepemimpinan transformasional merupakan proses memobilisasi kekuatan untuk mengubah sistem sosial dan mereformasi kelembagaan (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006;80).

Analisis gaya kepemimpinan transformasional Raden Dewi SartikaRaden Dewi Sartikan adalah seorang pemimpin semasa hidupnya. Kepemimpinannya tidak hanya sebatas sebagai kepala Sekolah Kautamaan Istri, namun juga sebagai pemimpin para perempuan Indonesia dalam gerakan emansipasi wanita, yaitu gerakan perubahan yang bertujuan agar perempuan bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan pria dalam menempuh pendidikan dan agar perempuan mendapatkan tempat yang sejajar dengan laki-laki di masyarakat. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Raden Dewi Sartika adalah gaya kepemimpinan transformasional. Hal ini dibuktikan dengan karakteristik pemimpin transformasional yang dimiliki oleh Raden Dewi Sartika dan penerapan 4 dimensi kepemimpinan transformasional dalam ruang lingkup kepemimpinannya.Karakteristik kepemimpinan transformasional yang dimiliki oleh Raden Dewi Sartika adalah Visioner, dan katalisator. Raden Dewi Sartika adalah seorang visioner, cita-citanya untuk memajukan pendidikan kaum wanita dan memperjuangkan keseteraaan yang sama antara wanita dan pria telah ada sejak Ia masih kecil, seiring waktu visi itu terus diperjuangkannya, hingga akhirnya Visi itu menjadi tujuan yang ingin diraih bersama oleh para guru dan murid di Sekola Kautamaan Istri. Selanjutnya sebagai agen perubahan yang bertindak sebagai katalisator, Raden Dewi Sartika selalu memberikan teladan guru-guru dan murid-murid di Sekola Kautaman Istri. Perilaku yang bisa diteladani darinya diantaranya yaitu, disiplin, pemberani, pantang menyerah, tegas, lincah, sigap, gesit, perhatian, bijaksana, menjaga perasaan orang lain, rajin, dan tidak mudah terpengaruh. Selain itu Ia juga selalu berusaha memotivasi guru-guru dan murid-murid di Sekola Kautaman Istri dengan cara memberikan perhatian dan ceramah-ceramah mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum wanita agar medapat tempat yang sejajar dengan kaum pria di masyarakat.Penerapan 4 dimensi kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh Raden Dewi Sartika dapat terlihat dalam :A. Idialized influence, Raden Dewi Sartika bertindak sebagai model atau teladan bagi para guru dan murid di Sekola Kautaman Istri. Ia sangat menekankan nilai-nilai kedisiplinan, kesopanan dan tata karma. Dalam menerapkan nilai-nilai tersebut Ia tidak hanya menceramahi guru-guru dan murid-murid melainkan Ia juga mencontohkannya. Setiap hari ia berangkat ke sekolah dan tiba sebelum pelajaran dimulai. Semua pekerjaan di sekolah dilakukan dengan gesit, lincah dan cepat. Ia juga sangat sopan dalam berbicara dan berpakaian, sehari-hari Ia memakai pakaian berupa kain panjang dan kemben, kebaya Sunda, selendang dan sandal selop,B. Inspirational motivation, Perjalanan hidup dan cita-cita Raden Dewi Sartika telah menjadi kisah-kisah yang menginspirasi dan memotivasi kaum wanita pada jaman itu. Ia menyampaikan kisahnya melalui wejangan-wejangan yang bijaksana. Wejangan tersebut kemudian menginspirasi dan memotivasi para wanita untuk memperjuangkan pendidikan dan kedudukan yang sejajar dengan para pria di masyarakat.C. Intellectual stimulation, Raden Dewi Sartika adalah pemimpin yang berwawasan luas dan selalu menerapkan inovasi-inovasi. Hal ini terlihat dari perbaikan kurikulum Sekolah Kautaman Istri yang semakin baik dan mengikuti perubahan zaman dari taun ke taun. Ia juga terbuka untuk hal-hal yang baru, terutama hal-hal yang positif dan dapat diterapkan seperti pelajaran-pelajaran baru yang hanya ada di Sekolah Kautamaan Istri dan tidak terdapat di Sekolah lain.D. Individualized consideration, Raden Dewi Sartika adalah seorang pemimpin yang sangat perhatian dan memikirkan kepentingan orang lain. Hal ini terlihat sejak Ia kecil, dimana sewaktu kecil Ia banyak menghabiskan waktu untuk merenungi nasib kaum perempuan di sekitarnya, seperti teman-temannya yang tidak bisa baca-tulis, uwaknya yang pasrah di poligami, Ibunya yang tidak bekerja karena tidak punya keahlian, dan perempuan-perempuan lain yang harus tunduk pada hukum adat serta perjodohan. Selanjutnya perhatiannya juga ditunjukan dalam kesehariannya di sekolah, Raden Dewi Sartika sangat peduli dan perhatian kepada murid-murid di Sakola Kautamaan Istri, hal itu terlihat dengan seringnya ia datang ke kelas-kelas untuk memeriksa murid yang hadir dan memberikan wejangan kepada murid-murid. Bahkan, setelah jam istirahat pun beliau selalu kembali datang ke kelas-kelas, untuk memeriksa jika ada murid yang datang telat ke kelas setelah jam istirahat.

KesimpulanRaden Dewi Sartika adalah seorang pahlawan emansipasi wanita di Indonesia. Ia adalah seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional yang berjasa memimpin para wanita Indonesia dalam gerakan perubahan menuju pendidikan tinggi dan kesetaraan kedudukan antara kaum pria dan wanita di masyarakat.Raden Dewi Sartika telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang diwariskan oleh Ayahnya, yang merupakan seorang patih pada jamannya. Selain itu, sifat kepemimpinannya pun di perkuat oleh pendidikan dan lingkungan. Hal ini terlihat dari kepribadian Raden Dewi Sartika yang sangat rajin, suka kepada segala sesuatu yang baru, Gerak-geriknya lincah, sigap, berani. Bicaranya pun lugas dengan tutur kata yang tegas dan terkadang bernada keras.Pada masa dewasa, Raden Dewi Sartika menjelma menjadi seorang pemimpin yang sangat berwibawa sehingga semua guru dan murid-murid segan dan patuh kepada beliau. Setiap hari ia berangkat ke sekolah dan tiba sebelum pelajaran dimulai. Semua pekerjaan di sekolah dilakukan dengan gesit, lincah dan cepat. Setelah lonceng berbunyi, dengan memakai pakaian berupa kain panjang dan kemben, kebaya Sunda, selendang dan sandal selop, beliau segera beraktifitas. Setelah murid-murid masuk ke kelas, ia berkeliling kelas untuk memonitor seluruh proses belajar mengajar di Sakola Kautamaan Istri.Kebijaksanaannya dapat terlihat dari kesehariannya yang tidak pernah menghukum murid-murid ketika ada yang melakukan kesalahan, paling-paling beliau memberi wejangan-wejangan di depan kelas. Jika beliau marah pada seorang murid, beliau tidak memarahi murid yang bersangkutan, tetapi beliau memarahi semua murid dengan wejangan-wejangan sampai murid-murid tidak tahu kepada siapa sebenarnya beliau marah. Tetapi apabila beliau betul-betul marah kepada salah satu murid yang melakukan pekerjaan yang salah, maka beliau memanggil murid itu ke kantor dan disanalah murid itu diberi banyak wejangan, dan murid itu harus berjanji untuk tidak mengulang lagi kesalahannya itu. Apabila ia sedang memberi wejangan kepada murid-muridnya, baik di depan kelas maupun di kantor, tangan kiri beliau selalu ke belakang dan tangan kanan di depan, serta telunjuk tangan kanannya selalu menunjuk ke atas.Dalam kesehariannya di sekolah, Raden Dewi Sartika sangat peduli dan perhatian kepada murid-murid di Sakola Kautamaan Istri, hal itu terlihat dengan seringnya ia datang ke kelas-kelas untuk memeriksa murid yang hadir dan memberikan wejangan kepada murid-murid. Bahkan, setelah jam istirahat pun beliau selalu kembali datang ke kelas-kelas, untuk memeriksa jika ada murid yang datang telat ke kelas setelah jam istirahat.Gaya kepemimpinan transformasional Raden Dewi Sartika adalah teladan bagi Saya dalam kegiatan berorganisasi. Saya berharap dengan mengikuti kegiatan organisasi di Organisasi OSIS SMA Al-Azhar maka Saya dapat memiliki kesempatan untuk menerapkan gaya kepemimpinan tersebut dalam rangka membantu mensukseskan visi dan misi serta menjalankan tujuan Organisasi OSIS SMA Al-Azhar. Selain itu Saya berharap Organisasi OSIS SMA Al-Azhar dapat menjadi sarana bagi Saya untuk belajar lebih banyak mengenai pengetahuan dan keahlian dalam memimpin dan bekerja sama dalam suatu organisasi.

Referensi :Aan Komariah dan Cepi Triatna. 2006. Visionary Leadership; Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:Bumi Aksara.Baihaqi, Muhammad Fauzan.2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerjadan Kinerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening.Semarang :Universitas Diponegoro.Skripsi. [Online]Tersedia : http://eprints.undip.ac.id/29440/1/Skripsi010.pdf

Raden Dewi Sartika adalah seorang pahlawan emansipasi wanita di Indonesia. Ia adalah seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional yang berjasa memimpin para wanita Indonesia dalam gerakan perubahan menuju pendidikan tinggi dan kesetaraan kedudukan antara kaum pria dan wanita di masyarakat. Sejak kecil kegigihan Raden Dewi Sartika untuk meraih kemajuan telah terlihat. Ia menunjukkan bakat sebagai seorang pendidik. Pada tahun 1902, Raden Dewi Sartika merintis pendidikan kaum perempuan. Awalnya ia mendirikan sekolah di belakang rumah ibunya di Bandung. Ia mengajar dihadapan anggota keluarga perempuannya mengenai keterampilan merenda, memasak, menjahit, membaca dan menulis. Akhirnya sekolah khusus untuk kalangan perempuan pribumi pertama di Hindia Belanda didirikan pada 16 Januari 1904. Sekolah Khusus Perempuan atau Sakola Istri menempati gedung pendopo kabupaten Bandung. Kemudian, pada tahun 1906 Raden Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata. Setelah itu, pada September 1929, dalam acara peringatan 25 tahun berdirinya Sekolah Keutamaan Istri,yang sekaligus dirubah namanya menjadi Sakola Raden Dewi, Raden Dewi Sartika mendapat penghargaan dari Pemerintah Kerajaan Hindia-Belanda berupa Bintang Jasa. Namun, kejayaan sekolah perempuan tidak berlangsung lama. Jepang menghancurkan sekolah ini dengan mengubah nama bahkan kurikulum, sehingga jumlah murid berkurang drastis. Dan, pada 11 September 1947, Raden Dewi Sartika meninggal dunia di Tasikmalaya. Setelah itu, atas jasa-jasa beliau pemerintah Republik Indonesia (RI) pada 1 Desember 1966 menganugrahkan kepada Raden Dewi Sartika gelar Pahlawan Nasional. Oleh karena itu gaya kepemimpinan transformasional Raden Dewi Sartika adalah teladan bagi Saya dalam kegiatan berorganisasi. Saya berharap dengan mengikuti kegiatan organisasi di Organisasi OSIS SMA Al-Azhar maka Saya dapat memiliki kesempatan untuk menerapkan gaya kepemimpinan tersebut dalam rangka membantu mensukseskan visi dan misi serta menjalankan tujuan Organisasi OSIS SMA Al-Azhar. Selain itu Saya berharap Organisasi OSIS SMA Al-Azhar dapat menjadi sarana Saya untuk belajar lebih banyak mengenai pengetahuan dan keahlian dalam memimpin dan bekerja sama dalam suatu organisasi