dewan perwakilan rakyat republik indonesia … · informatika telah mewajibkan setiap pengguna...

51
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Direktur Utama PT. Telkomsel, Direktur Utama PT. Indosat, Tbk., dan Direktur Utama PT. XL Axiata, Tbk. Hari, Tanggal : Senin, 19 Maret 2018 Pukul : 13.40 WIB – 17.47 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Meutya Viada Hafid., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Pembahasan mengenai registrasi dan pengamanan data konsumen. Anggota yang Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Meutya Viada Hafid. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN 6. Dr. TB. Hasanuddin, S.E., M.M. 7. Ir. Rudianto Tjen 8. Dr. Effendi MS Simbolon, M.I.Pol. 9. Andreas Hugo Pareira 10. Junico BP Siahaan 11. Jimmy Demianus Ijie FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 12. Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si. 13. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E. 14. Bambang Atmanto Wiyogo 15. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 16. A.A. Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H. FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 17. H. Ahmad Muzani 18. Martin Hutabarat 19. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 20. Rachel Maryam Sayidina

Upload: vuongdung

Post on 19-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang

:

2017-2018

Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan

Informatika dan Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Direktur Utama PT. Telkomsel, Direktur Utama PT. Indosat, Tbk., dan Direktur Utama PT. XL Axiata, Tbk.

Hari, Tanggal : Senin, 19 Maret 2018 Pukul : 13.40 WIB – 17.47 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Meutya Viada Hafid., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1,

Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Pembahasan mengenai registrasi dan pengamanan data konsumen. Anggota yang Hadir : PIMPINAN:

1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Meutya Viada Hafid. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN)

ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN 6. Dr. TB. Hasanuddin, S.E., M.M. 7. Ir. Rudianto Tjen 8. Dr. Effendi MS Simbolon, M.I.Pol. 9. Andreas Hugo Pareira 10. Junico BP Siahaan 11. Jimmy Demianus Ijie

FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 12. Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si. 13. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E. 14. Bambang Atmanto Wiyogo 15. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. 16. A.A. Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H.

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 17. H. Ahmad Muzani 18. Martin Hutabarat 19. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 20. Rachel Maryam Sayidina

2

21. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi., M.Si., M.Sc. 22. Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si. 23. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc.

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 24. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 25. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.BA 26. H. Darizal Basir. 27. Ir. Hari Kartana, M.M. 28. KRMT Roy Suryo Notodiprojo

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 29. Ir. Alimin Abdullah 30. Budi Youyastri 31. H.M. Syafrudin, S.T., M.M.

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 32. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 33. Arvin Hakim Thoha

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 34. Dr. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 35. Moh. Arwani Thomafi 36. Hj. Kartika Yudhisti, B.Eng., M.Sc. 37. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM) 38. Prananda Surya Paloh 39. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra

FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 40. Ir. Nurdin Tampubolon, M.M. 41. Mohamad Arief Suditomo, S.H., M.A.

Anggota yang Izin : 1. Charles Honoris (F-PDI Perjuangan) 2. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. (F-PDI Perjuangan) 3. Djenri Alting Keintjem. (F-PDI Perjuangan) 4. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. (F-PG) 5. Venny Devianti, S.Sos. (F-PG) 6. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. (F-PAN) 7. Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. (F-PKB) 8. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. (F-PKS) 9. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. (F-PKS) 10. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. (F-NASDEM)

Undangan

: 1. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara S.Stat. M.BA.

2. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, R. Niken Widiastuti.

3. Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Dr. Ir. Ismail MT.

3

4. President Director PT. Telkomsel, Ririek Adriansyah. 5. Director of Sales, Sukardi Silalahi. 6. Direktur Independen PT. XL Axiata, Tbk., Yessie D.

Yosetya. 7. Vice President Regulatory & Government Relation PT. XL

Axiata, Tbk., Marwan O Baasir. 8. Direktur Utama PT. Indosat, Tbk., Joy Wahjudi. 9. Group Head Regulatory and Government PT. Indosat,

Tbk., Fajar Aji Suryawan. beserta jajaran.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Rapat Kerja Komisi I DPR RI hari ini dengan Menteri Kominfo dan RDPU Komisi I DPR RI dengan Dirut PT. Telkomsel, PT. Indosat, dan PT. XL AXIATA.

Selamat datang kami ucapkan kepada Menkominfo, Dirut PT. Telkomsel, Dirut PT. Indosat, dan Dirut PT. XL AXIATA beserta seluruh jajaran yang hadir dalam Rapat Komisi I DPR RI pada hari ini, Senin 19 Maret 2018. Mungkin saya perkenalkan dahulu ya karena kita tidak sering bertemu atau jarang bertemu dengan teman-teman. Kalau Bapak Menteri dan jajaran saya rasa sudah biasa, saya tidak akan kenalkan lagi satu per satu. Tapi dari kiri ke kanan Bapak Fajar Aziz Suryawan Group Head Regulatory and Government Indosat, kemudian sebelahnya Bapak Joy Wahyudi Direktur Utama Indosat. Di sebelah Bapak Joy adalah Bapak Marwan Basir Group Head Regulatory and Government Relation dari XL AXIATA. Disampingnya Bapak Yessie DPR RI Yosetya mewakili Dirut PT. XL AXIATA yaitu Direktur Teknologi. Ibu Dirut berhalangan hadir karena alasan kesehatan. Disampingnya Bapak Sukardi Silalahi Direktur Sales Telkomsel. Disamping Bapak Sukardi Bapak Ririek Ardianyah Direktur Utama PT. Telkomsel. Bapak dan Ibu sekalian, Berdasarkan informasi dari Sekretariat, saat ini Komisi I DPR RI telah memenuhi kuota kuorum. Dan sebelum rapat kita mulai saya dan Pimpinan perlu menanyakan kesepakatan terlebih dahulu dari kita, apakah rapat ini akan dilakukan dengan sifat terbuka atau tertutup. Berhubung antusiasme yang luar biasa dari masyarakat maupun pers yang kemarin sudah menyatakan ingin mengikuti rapat ini. Dari Pimpinan kami sarankan rapat ini dilakukan terbuka. Bagaimana Bapak Menteri? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Terbuka Ibu. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, rapat kita buka dengan sifat terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.40 WIB)

Bapak dan ibu sekalian, Rapat hari ini kita laksanakan dalam rangka membahas registrasi dan pengamanan data konsumen. Kita ketahui bersama bahwa Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mewajibkan setiap pengguna kartu prabayar untuk melakukan registrasi

4

terhitung sejak 31 Oktober 2017 dan berakhir pada 28 Februari 2018 untuk melakukan registrasi pengguna wajib menggunakan Nomor Induk Kependudukan dan Nomor Kartu Keluarga. Persyaratan ini memunculkan pro kontra di masyarakat, mengingat dua data tersebut merupakan data pribadi dan memunculkan kekhawatiran di masyarakat bahwa ada potensi penyalahgunaan data tersebut. Mengingnat saat ini jumlah pengguna telekomunikasi belum banyak melakukan registrasi dan pentinnya terhadap perlindungan data pribadi, maka dalam salah satu kesimpulan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo pada tanggal 28 November 2017, yaitu:

“Komisi I DPR RI mendorong Kemkominfo untuk meningkatkan sosialisasi secara intensif terkait dengan registrasi kartu prabayar sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang valid. Terkait dengan hal tersebut Komisi I DPR RI meminta kepada Kemkominfo untuk memastikan perlindungan data pribadi pelanggan”.

Sejalan dengan itu Komisi I DPR RI juga telah melakukan kunjungan kerja ketiga operator, yaitu ke Telkomsel, PT. Indosat dan juga PT. XL AXIATA pada 12 Februari 2018 dengan tujuan meninjau system pengamanan data pelanggan. Dan selanjutnya ini berkelanjutan karena ini isu yang sangat penting. Selanjutnya pada hari ini kita melaksanakan Rapat Kerja dengan Menkominfo dan RDPU dengan Dirut PT. Telkomsel, PT. Indosat dan PT. XL AXIATA untuk mendengarkan penjelasan lebih lanjut terkait evaluasi registrasi dan juga potensi atau antisipasi pengamanan data konsumen yang telah dilakukan.

Kesempatan pertama tentu saya berikan kepada Menteri Kominfo Bapak Rudiantara untuk menjelaskan.

Silakan.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Yang kami hormati dalam Raker siang hari ini Bapak dan Ibu Pimpinan Komisi I DPR RI serta Ibu dan Bapak Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat, Yang terhormat Bapak-bapak dari operator maupun dari Kominfo. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua, Om swasti astu, Namo budaya. Saya juga mengucapkan selamat hari Nyepi kepada yang merayakan pada hari Sabtu yang lalu tahun Saka 1940. Ibu dan Bapak yang kami hormati, Perkenan mungkin tidak akan lama hanya ada sekitar 4 slide yang kami sampaikan mengenai update dari proses registrasi prabayar. Bisa minta bantuan slidenya. Ibu dan Bapak sekalian, Inilah proses secara umum dari registrasi prabayar. Itu kita lihat yang merah, registrasi dengan NIK dan nomor Kartu Keluarga oleh pelanggan. Ini masuk ke operator masuk ke sentralnya operator. Kemudian operator meneruskan ke Dukcapil untuk melakukan apa? Untuk melakukan validasi apakah NIK dan KK tersebut valid atau tidak. Jadi database mengenai kartu keluarga, NIK dan isinya ada 17 field itu databasenya ada di Dukcapil ini contohnya KK, ini isinya kosong, ini tidak seperti kalau kita googling di dunia maya. Kemudian setelah itu kalau ini ternyata valid nanti Dukcapil mengirimkan kembali kepada operator, operator memberikan notifikasi kepada pelanggan bahwa registrasinya sudah berhasil dan datanya adalah valid. Ini proses secara umum dan hitungannya sangat cepat. Hitungannya adalah detik.

5

Sekarang yang ramai di koran bocor data di Kominfo, tidak ada yang bocor di Kominfo. Guyon saya mengatakan bahwa memang kayak ban mobil bocor ada anginnya keluar, Kominfo kan tidak ada anginnya. Ini bisa digambarkan disini, bahwa databasenya tetap di Dukcapil semua. Jadi kalau NIK saya, KK saya ada 17 field, nama, alamat, tanggal lahir dan lain sebagainya tetap ada di Dukcapil. Kominfo itu hanya memonitor saja jumlah pelanggan yang melakukan registrasi berdasarkan informasi yang diberikan, disiapkan oleh Dukcapil. Kominfo tidak menyimpan sama sekali data tentang kependudukan.

Jadi inilah flow secara umum dari proses registasi, jadi dia katakan kebocoran data saya katakan kepada teman-teman bocornya dimana. Ini secara umum.

Kemudian slide yang berikutnya, sampai sekarang berapa sih ini sampai dengan 13 Maret yang sudah direkonsiliasi. Ini totalnya kalau berdasarkan catatan operator ada 304 juta kurang lebih. Kalau berdasarkan dari proses validasi oleh Dukcapil 350 juta. Apa yang menyebabkan perbedaan dan ini mungkin terjadi dan ini biasa terjadi. Karena apa? Nomor 1 NIK itu digunakan untuk meregistrasi beberapa SIM. Istilah teknisnya MSISPN jadi saya pakai 1 NIK satu keluarga tetapi jumlah kartu yang saya daftarkan banyak. Jadi catatan di Dukcapil dia hanya melakukan satu kali, tapi kalau dioperator ada beberapa kali karena nomornya ada beberapa di registrasi. Itu yang menyebabkan berbeda kemungkinanya.

Dan yang kedua, 1 NIK dan 1 nomor SIM card itu diregistrasi lebih dari satu kali. Artinya, saya Rudiantara nomor saya 1, 2, 3, 4, saya registrasi tapi saya rag-ragu ini saya sudah tercatat atau belum ya, walaupun saya sudah menerima notifikasi dari operator, saya register lagi. Nah, di Dukcapil itukan dicatatnya saya melakukan registrasi dua kali, tetapi di operator dicatatnya satu karena nomor teleponnya itu lagi. Itu kemungkinan yang kedua.

Yang ketiga, satu nomor SIM card diregistrasi lebih dari satu kali dengan NIK yang berbeda. Artinya, satu SIM card itu NIK dan KK-nya berbeda-beda ada 3 misalkan. Ada NIK, KK satu dan kemudian KK dua dan KK tiga, tapi nomornya hanya satu. Itu bisa mungkin terjadi.

Nah, juga proses validasi tercatat Dukcapil akan tetapi tidak tercatat di operator seluler ini bisa saja terjadi. Nah, inilah status sampai dengan saat ini, karenanya saya selalu sampaikan bahwa tunggu nanti rekonsiliasi terakhir pembersihan data dan lain sebagainya. Karena ini adalah proses validasi yang mengunakan database atau basis Dukcapil yang paling besar dari semua kerjasama yang dilakukan oleh Dukcapil. Dukcapil itu juga melakukan kerjasama untuk BPJS. Kalau kita mau mencontoh BPJS, validasi dari NIK dan KK juga menggunakan validasi ke Dukcapil, tapikan tidak sebesar pelanggan seluler. Nah, ini sepertinya yang paling besar.

Kalau kita menjadi nasabah bank untuk rekening itu juga dilakukan validasi ke database milik Dukcapil akan tetapi jumlah pemegang rekening di Indonesia inikan tidak lebih dari 100 juta. Jadi saya punya rekening di bank A, bank B, bank c, tapi nasabahnya hanya satu, ini tidak lebih dari 100 juta. Jadi ini memang yang paling besar, jadi kita terus proses.

Waktunya adalah sekarang setelah lewat kemarin 28 Februari 2018, pelanggan dikurangi pelayanannya yaitu tidak bisa menelpon dan tidak bisa kirim SMS. Namun SMS untuk registrasi 4444 masih bisa dilakukan, karena tujuannya adalah untuk melakukan registrasi. Diberikan waktu nanti sampai dengan akhir Maret nanti masih tidak bisa dikurangi lagi layanannya tidak bisa meneriam telepon dan tidak bisa menerima SMS tapi tetap bisa registrasi melalui SMS. Khusus SMS registrasi dia live terus, sampai nanti terakhir dikurangi lagi adalah paket internetnya. Setelah itu adalah blok total, itu jadi dua minggu bulan April dan 1 Mei setelah itu rekonsiliasi mudah-mudahan pertengahan Mei kita punya data yang lebih berkualitas.

Jadi disini kalau dikatakan Telkomsel 144 juta itu yang tercatat di Telkomsel. Indosat 99 juta itu yang tercatat di Indosat. Ini yang tercatat masing-masing tercatat di operator sehingga total jumlahnya 304 juta. Nah, kalau yang disebelah kanannya yang dicatat di Dukcapil jumlah hits yang melakukan registrasi prabayar, dilakukan validasi di Dukcapil angkanya beda. Nanti mungkin bisa dikonformasi oleh teman-teman operator mengenai angka-angka ini.

Kemudian berikutnya, ini perlindungannya seperti apa sih? Data nanti takut berseliweran dan lain sebagainya. Ada beberapa undang-undang yang melindungi data pelanggan atas penjaminan kerahasiaan atau tidak disalahgunakannya informasi atau data milik masyarakat. Antara lain, di Undang-Undang ITE itu yang Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 35 ini saya bacakan “setiap orang dengan sengaja dan/atau tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik

6

dan/atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik”. Pasal 51 ayat (1) “setiap orang yang menenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun dan/atau denda paling banyak 12 miliar atas penyalahgunaan data ini”.

Kemudian juga tentang Undang-Undang bisa mengacu kepada Undang-Undang Sisminduk tahun 2013 itu Pasal 95 “setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan data kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 Ayat (3) dan data pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 Ayat (1) A, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak 25 juta rupiah”. Jadi disini sudah masuk pada penegakan hukum.

Kemudian data pelanggan juga setahu kami, kami kan bicara dengan operator terus menerus bagaimana kita menjaga kepercayaan dari masyarakat. Operator itu hubungan tadikan boleh slide sebelumnya, antara yang ini seperti huruf x ini dengan Dukcapil ini istilah teknisnya menggunakan vitual private network. Jadi secara fisik juga lebih secure. Itu yang point 2 dari halaman 4 tadi.

Dukcapil itu mampu memonitor mendeteksi basis data vendor oleh pihak lain selaku pengguna sesuai perjanjian antara Dukcapil dengan pengguna. Jadi Dukcapil itu dengan pengguna dalam hal ini pengguna inikan operator dan Kominfo. Itu mampu melakukan monitoring, kalau perjanjiannya hanya boleh akses data apa, kalau ada yang menggunakannya lain itu Dukcapil bisa mengetahui. Jadi proteksinya banyak. Dan setahu kami Telkomsel, Indosat maupun XL AXIATA telah memperoleh sertifikasi ISO 27001 itu standar tentang manajemen keamanan informasi. Artinya, dari sisi aturan dari sisi fisik itu dijaga sedemikian rupa, tetapi kalau terjadi penyalahgunaan itu adalah masuk ke ranah penegakan hukum. Upaya pencegahan dan penyalahgunaan ini masyarakat nomor 1 dapat melakukan Pengecekan.

Kami selalu sampaikan silakan cek lagi, masing-masing operator mempunyai vitur cek, apakah nomor saya sudah diregistrasi, apakah NIK saya diregistrasi. Saya punya nomor katakanlah 1, 2, 3, 4, saya punya NIK kan harusnya NIK saya dengan nomor saya matching, akan tetapi ternyata diperileh loh NIK saya ada nomor yang lain. Itu yang bersangkutan bisa minta ke operator nanti dibuktikan bahwa ini KK saya dan yang lain matikan. Berarti ada yang menyalahgunakan dan menggunakan NIK KK saya. Dan itu operator menyediakan layanan tersebut melalui vitur cek tadi.

Nah, kami juga menghimbau kepada masyarakat untuk hati-hati menjaga data pribadi agar tidak diberikan kepada orang yang tidak berhak, termasuk ketika bantuan pihak lain untuk registrasi kartu prabayar.

Ibu dan Bapak sekalian, Ini sebetulnya registrasi prabayar ini juga memberikan dimensi kepada kita betapa pentingnya legislasi atau Undang-Undang yang berkaitan dengan perlindungan data pribadi, Indonesia belum memiliki. Mudah-mudahan kita bisa segera bisa memiliki Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Kementerian Kominfo juga mengingatkan kembali bahwa setiap orang termasuk gerai atau outlet, Kominfo tidak mengatut tatanan bisnis antara operator dengan system distribusinya. Kominfo mengatur sampai dengan operator, karena bisnis biarkan urusannya operator, mereka berkompetisi baik dari sisi layanan, dari sisi produk, dari sisi harga, dari sisi cara distribusi kita biarkan kepada teman-teman operator untuk membuat strateginya masing-masing. Kami mengingatkan ke setiap orang termasuk gerai atau outlet dilarang keras registrasi dengan menggunakan NIK dan nomor KK milik orang lain tanpa hak merupakan pelanggaran aturan sebagaimana tadi saya sampaikan. Jadi ada Undang-Undang ITE, ada Undang-Undang Sisminduk, kemudian ada Undang-Undang Telekomunikasi Pasal 42 Ayat (1) dan Pasal 57. Undang-undangnya sudah agak lama tetapi masih tetap standing, ancaman pidananya 2 tahun atau denda 200 juta. Kemudian yang terakhir juga bisa kena KUHP Pasal 362 tentang Pencurian dengan ancaman penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak 900 juta rupiah.

7

Ibu dan Bapak sekalian, Barangkali ini yang ingin kami sampaikan setidaknya sebagai pembuka gambaran secara umum bagaimana kebijakan registrasi kartu prabayar di Indonesia. Terima kasih banyak Ibu dan Bapak sekalian. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Om santi, santi om. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, terima kasih Bapak Menteri Komunikasi dan Informatika. Jadi highlight-nya tadi di awal sudah disampaikan tidak ada kebocoran. Ini versi Menkominfo, nanti mungkin ada pendalaman dari Bapak dan Ibu Anggota terkait dengan masukan-masukan yang juga diterima oleh Komisi I DPR RI. Berikutnya kita ingin dengarkan dari masing-masing operator, mungkin mulai dengan Bapak Ririek sebagai Dirut PT. Telkomsel terkait evaluasi dan juga pengamanan di masing-masing operator. Silakan. PRESIDENT DIRECTOR PT. TELKOMSEL (RIRIEK ADRIANSYAH): Terima kasih Ibu Pimpinan. Yang terhormat Ibu Pimpinan beserta jajaran Pimpinan, Yang terhormat para Anggota Komisi I DPR RI, Bapak Menteri beserta jajaran yang terhormat. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jadi menambahkan apa yang disampaikan oleh Bapak Menteri tadi, jadi kami sudah mulai melakukan sosialisasi baik melalui SMS, web, maupun berbagai channel lain, pendekatan fisik mulai 19 Oktober 2017. Dan kemudian untuk lebih menarik lagi bagi pelanggan kami juga memberikan bonus, terakhir kami berikan bonus 150 menit sehingga kita harapkan itu akan menjadi pemanis bagi para pelanggan untuk bisa untuk mau melakukan registrasi. Lanjut, ini beberapa yang sudah kami lakukan menambahkan apa yang sudah disampaikan oleh Bapak Menteri. Kami mulai SMS 19 Oktober dan juga info sosialisasi melalui web maupun aplikasi mulai 31 Oktober dan kami juga mulai memberikan bonus tertentu mulai tanggal 4 November 2017 dan kemudian pendekatan per area dan maupun outbond call pada tanggal 1 Februari. Selain itu untuk memperluas jangkauan sosialisasi kami juga melakukan iklan di TV dan kami lakukan 19 Februari kemudian terakhir mulai 11 Maret. Sama seperti yang disampaikan Bapak Menteri tadi, inilah proses registrasi pelanggan prabayar Telkomsel. Jadi ada dua acara sebenarnya, ada yang layanan mandiri melalui SMS, website, maupun layanan melalui non mandiri dimana pelanggan bisa datang ke Grapari, baik Grapari yang sifatnya fisik maupun mobile Grapari. Nah, pada dasarnya adalah pelanggan masukkan NIK dan KK kemudian dikirim ke Dukcapil untuk validasi. Setelah divalidasi maka kemudian operator hanya menyimpan NIK dan KK pelanggan tersebut tanpa menyimpan informasi yang lainnya. Lanjut, seperti yang disampaikan Bapak Menteri tadi. Konfigurasi dan juga bagaimana kami menjaga keamanan informasi, kami sudah memenuhi dan mendapatkan sertifikasi ISO 27001 dan sebelah kanan itu adalah sebenarnya konfigurasi kira-kira yang intinya adalah bahwa standart keamanan informasi tersebut sudah mendapatkan sertifikasi dari pihak yang berwenang. Lanjut, kemudian ini berbagai keluhan yang banyak dikeluhkan oleh para pelanggan yaitu tidak bisa registrasi, kemudian kami membantu untuk melakukan pengecekan dan kemudian pengecekan status registrasi untuk bisa melalui web maupun melalui UMB di 444.

8

Kemudian untuk penyalahgunan NIK dan NOKK pelanggan bisa menunjukkan identitas aslinya, kemudian nomor yang mereka merasa tidak atau bukan punya dia kita bisa melakukan pemblokiran. Khusus pelanggan yang 1 NIK akan mendaftarkan lebih dari 3 nomor, maka kami hanya bisa layani di dalam outlet kami atau di Grapari. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku mulai 1 Maret kemarin kita sudah melakukan pemblokiran secara bertahap, yaitu pemblokiran untuk out going dan sampai saat ini kami sudah memblokir kira-kira ada 13 juta nomor yang kami blokir. Beberapa diantaranya mereka malah justru kemudian melakukan pendaftaran. Jadi kami blokir dan kami informasi, karena meskipun diblokir mereka masih tetap bisa melakukan SMS ke 444. Lanjut, yang terakhir ini aspirasi kami bahwa Telkomsel mendukung sepenuhnya program Pemerintah atas registrasi kartu prabayar, karena kami yakin program tersebut akan mencegah tindakan penipuan, terorisme maupun kejahatan internet serta untuk keamanan dan kenyamanan pelanggan dalam melakukan komunikasi. Telkomsel berharap bahwa registrasi kartu prabayar ini dapat diterapkan sesuai dengan regulasi sesuai dengan tujuan program Pemerintah dalam registrasi kartu prabayar bisa tercapai. Kami berharap adanya pengawasan yang menyeluruh terhadap proses registrasi kartu prabayar ini sehingga tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan hoax, melakukan pelanggaran-pelanggaran dilapangan karena kelemahan system dan proses. Kira-kira itu yang bisa kami sampaikan. Terima kasih Ibu Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Pak Ririek Dirut PT. Telkomsel. Berikutnya Dirut Indosat Bapak Joy Wahyudi kami persilakan. DIREKTUR UTAMA PT. INDOSAT, TBK. (JOY WAHJUDI): Terima kasih Ibu Pimpinan. Selamat siang Bapak dan Ibu Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI, Bapak Menteri dan jajarannya. Serta rekan-rekan operator. Kurang lebih presentasinya kayaknya hampir sama saja, semua hampir dari kita bertiga melakukan hal yang kurang lebih sama. Jadi mungkin saya mulai cepat saja, bahwa memang dasar daripada kita melaksanakan registrasi ini kita mengikuti adanya dasar hukum dari Peraturan Menteri Kominfo Nomor 12 Tahun 2016. Tentunya ini bagian daripada program Pemerintah yang kami dukung untuk menekan salah satunya tujuannya untuk menekan kejahatan yang selama ini dimanfaatkan dalam layanan telekomunikasi yang sering terjadi sampai dengan saat ini. Dengan pemanfaatan NIK dan NOKK yang sudah divalidasi oleh Dukcapil, maka pelaksanaan registrasi kami harapkan juga akan meningkatkan penggunaan data kependudukan yang lebih akurat dan lebih tertib dalam administrasi, sehingga dapat mendukung banyak program bukan hanya program dari operator telekomunikasi akan tetapi juga secara total industry di Indonesia. Berikutnya, pelaksanaanya kurang lebih sama kita menggunakan channel-channel yang kita miliki, SMS, web, galeri kita, call center dan juga tentunya mitra kita yang bermitra dan berpartner dengan Indosat Oredoo. Prosesnya tadi sudah dijelaskan juga oleh Bapak Menteri, kami dalam hal ini sebagai provider hanya membawa data yang datang kepada kami dan divalidasikan database Dukcapil dan itu yang akhirnya kalau memang tervalidasi akhirnya kita akan aktifkan kartu-kartu tersebut. Berikutnya, secara sosialisasi sama juga seperti tadi yang dikatakan oleh Bapak Ririek kita menggunakan semua channel yang ada, kita ada SMS kurang lebih 3 juta per hari sejak

9

Oktober program ini dimulai, program digital kita, twitter, facebook kita lakukan hampir setiap hari untuk mengedukasi pelanggan kami untuk melakukan registrasi yang benar dan proper. Berikutnya, ditambah juga tentu standar yang kami miliki kami juga menggunakan website kami, landing page registrasi, lembar tagihan, aplikasi my M3 yang dimiliki untuk pelanggan-pelanggan kami. Berikutnya lagi, pelaksanaanya sudah dijalankan dari tanggal 31 Oktober sampai sekarang per 28 Februari sejak itu sampai sekarang kita sudah posisi sampai hari ini kita sudah ngeblock sekitar 11,6 juta pelanggan yang belum melakukan registrasi dengan baik. Tentunya kita mengikuti aturan yang diberikan bahwa yang diblock adalah out going saat ini, Dibulan keduanya kita akan melakukan blocking coming dan melakukan block data di akhir April 2018. Berikutnya lagi tentunya pengamanan data kita sudah lakukan seperti yang tadi disampaikan Bapak Menteri. Secara fisik dilokasi pusat data kita di techno Park Serpong ada di dalam lokasi tersebut secara fisik dan juga pengamanan, bahwa memang semua kita sudah tersertifikasi ISO 27001. Next, mungkin ini terakhir slide saya bahwa registrasi pelanggan telekomunikasi merupakan program Pemerintah bersama. Dan kami Indosat Oredoo sangat mendukung daripada program tersebut. Memang harus diakui bahwa apa yang sudah dicapai hari ini mungkin tidak 100% perfect tetapi ini merupakan sesuatu yang mungkin menurut kami cukup signifikan, karena dari yang sebelumnya kami tidak memiliki data yang dapat divalidasi selama 10 tahun terakhir ini. Karena upaya mengenai registrasi itu sudah dimulai jauh-jauh hari ya. Tapi di hari ini kita bisa memiliki database yang sudah tervalidasi. Sekarang masalah pembersihannya bagaimana kita untuk next berikutnya. Terus terang saja kami dari Indosat melihat ini suatu achievement yang sangat membanggakan saat ini, walaupun memang belum 100% ideal. Dan tentunya kita harapkan dengan kerjasama ini next stepnya apa yang harus bisa kita lakukan supaya database yang kita miliki sekarang ini bisa jauh lebih bersih dan lebih baik lagi. Dan kami akan terus menginformasikan bahwa kesuksesan daripada pelaksanaan program registrasi ini tentunya di akhir titik akan membutuhkan dukungan dari semua pihak. Bukan hanya daripada kami semua yang berjalan disini akan tetapi bantuan-bantuan dari Bapak dan Ibu yang ada dalam Komisi I DPR RI ini. Saya rasa kurang lebih itu saja dari saya. Terima kasih untuk waktu yang diberikan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Joy Wahyudi dari Indosat. Kita lanjut saja silakan Ibu Yessie dari XL AXIATA. DIREKTUR TEKNOLOGI PT. XL AXIATA (YESSIE D. YOSETYA): Yang terhormat Pimpinan Rapat juga Anggota Komisi I DPR RI, Bapak Menteri beserta jajarannya, Dan juga para Pimpinan operator dan jajarannya. Izinkan saya memaparkan kurang lebih sekitar 7-8 slide yang juga kurang lebih sama yang kami paparkan pada saat dilakukannya kunjungan kerja ke tempat kami. Jadi saya mulai dengan slide pertama, dimana saya mau menyampaikan bahwa XL telah turut membangun jaringan infrastruktur di wilayah Indonesia. Dan saat ini focus kami adalah membangun jaringan infrastruktur di luar Jawa, dan juga di wilayah pelosok. Per akhir tahun 2017 jumlah BTS kami sudah lebih dari 100 ribu dan kami punya komitmen untuk terus melakukan investasi dengan belanja modal kurang lebih 7 triliun. Lanjut, ke slide berikutnya. Bahwa XL juga mengikuti kewajiban registrasi pelanggan sesuai dengan yang ditentukan oleh regulasi dengan memasukkan NIK dan NOKK yang divalidasi oleh Dukcapil. Dan untuk menjalankan peraturan ini, XL telah menjalin kerjasama perjanjian kerjasama dengan Dukcapil Kemendagri dan juga seperti yang dipaparkan oleh rekan

10

Telkomsel dan Indosat bahwa kami juga sudaah melalui sertififikasi keamanan data, standar ISO 27001. Slide berikutnya, memberikan ilustrasi bagaimana cara pelanggan bisa melakukan registrasi di XL. Jadi ini akan berlaku baik pelanggan baru maupun pelanggan lama. Dan registrasi bisa dilakukan secara mandiri, jadi dimana pelanggan bisa melakukan registrasi sendiri ataupun registrasi dengan bantuan melalui semua touch point atau channel yang kami punya. Kemudian proses ini akan divalidasi langsung terhubung pada Dukcapil, apabila berhasil akan diberikan notifikasi. Apabila tidak berhasil juga akan diberikan notifikasi. Slide berikutnya, seperti juga dipaparkan oleh Telkomsel dan Indosat, bahwa komunikasi terus dilakukan dan khususnya komunikasi yang sangat intensif dan kami menggunakan semua channel komunikasi mulai dari gerai XL center dan juga para outlet kami. Kemudian menggunakan media komunikasi di XL Axiata baik media sosial, twitter, dan seterusnya. Kami juga melakukan broadcast SMS untuk mengingatkan pelanggan yang belum melakukan registrasi. Kami juga melakukan first call driver, jadi apabila pelanggan belum registrasi kami akan mengalihkan panggilan pertamanya kepada call center kami untuk dibantu registrasinya. Kami juga melakukan pelaksanaan event-event sosialisasi dan juga kami memberikan formulir khusus bagi warga negara asing yang akan melakukan registrasi untuk menggunakan layanan XL. Slide berikutnya, kami juga memberikan kemudahan ataupun keuntungan dalam melakukan registrasi. Jadi gimik-gimik kami lakukan untuk pelanggan mempunyai intensi untuk melakukan registrasi, baik menggunakan agradis kuota juga banyak hadiah. Dimana mereka apabila melakukan registrasi mereka akan mendapatkan extra point atau extra kuota. Slide berikutnya, jumlah pelanggan yang terdaftar sampai saat ini periode data dari 11 Oktober 2017 sampai 12 Maret 2018 berdasarkan data Dukcapil sudah 42,5 juta pelanggan yang berhasil melakukan registrasi. Sampai saat ini kami sudah melakukan pemblokiran untuk pelanggan yang belum melakukan registrasi sekitar 9,6 juta pelanggan. Dan ini masih kami akan terus lakukan sesuai dengan time line yang diberikan oleh regulatory. Dan slide terakhir, hanya memperlihatkan bahwa sertifikasi ISO 27001 yang sudah kami capai menjamin bahwa kami sudah mempunyai standar operating procedure untuk melakukan pengamanan data. Dan tentunya kedepan XL AXIATA terus mendukung program registrasi pra bayar ini sesuai dengan ketentuan Pemerintah. Terima kasih Bapak Pimpinan. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Ibu Yessie. Saya rasa sudah lengkap ya 3 operator sama Bapak Menteri sendiri. Kami minta waktu mungkin untuk pendalaman Pak, karena bagaimana pun bakunya system pasti ada kelemahan, ini yang akan kita gali karena ini menyangkut masyarakat. Apalagi Februari akhir-akhir ini banyak sekali di Medsos dan lain-lain masyarakat mengeluh mungkin ada kebocoran, karena ada satu nomor yang dipakai untuk berapa puluh NIK. Oleh karena itu, kita serahkan kepada Anggota Komisi I DPR RI. Pertama Bapak Junico, kemudian nanti cadangannya Bapak Elnino. Silakan Bapak Nico. F-PDIP (JUNICO BP SIAHAAN): Terima kasih Ketua. Rekan-rekan Komisi I DPR RI, Bapak Menteri, rekan-rekan operator yang sudah hadir pada undangan acara hari ini. Kami ucapkan terima kasih karena berkenan hadir dan segera melakukan rapat berhubungan dengan isu yang beredar di masyarakat. Seperti kita ketahui sebelum tanggal 28 Februari kemarin berakhir, kita sudah mendengar banyak sekali permasalahan-permasalahan.

11

Tetapi tadi seperti kalau kita dengar apa yang disampaikan Bapak Menteri, sepertinya tidak ada permasalahan sama sekali sehingga kita perlu sama-sama mencari tahu, karena menurut saya permasalahan yang ada dilapangan ini saya tidak tahu berasal dari mana, tetapi ternyata memang ada kebocoran. Artinya, dimana kebocoran itu kita harus cari tahu sama-sama bahwa ternyata operator juga menyatakan tadi secara clear, satu bahwa ini tidak sempurna dari Indosat tadi menyatakan seperti itu. Kita minta masukannya supaya menyempurnakan kedepannya seperti apa. Yang kedua, tadi memang sudah disampaikan ada payung hukum tetapi karena ini adalah data-data yang menurut saya cukup penting dan ini banyak sekali keperluan-keperluan di bidang administrasi menggunakan data-data ini, apakah tidak perlu lagi payung hukum yang lain yang lebih bisa melindungi data-data pelanggan. Karena dilapangan ada satu NIK dan KK yang bisa mendaftarkan sekian puluh nomor, teman-teman operator mengatakan kami bantu untuk memblokir. Artinya, ada pintu masuk kesana. Pertanyaannya dari mana, kan begitu data-data ini bisa tercecer di berbagai tempat di sosial media. Dan kemudian kepada operator kira-kira apa tanggungjawabnya respon terhadap Undang-Undang ITE tadi yang mengatakan bahwa ini ada tindakan pidananya, ada pelanggaran-pelanggarannya, dan ada jelas hukumannya apa yang sudah dilakukan apakah sudah ada pelaporan. Itu kalau system di operator sudah bagus tapi toh bocor apakah tidak mungkin ini dealer-dealer, distributor-distributor. Kalau itu yang terjadi apa tindakan para operator melakukan pelaporan atau membiarkan saja, karena mereka adalah distributor besar anda, dan anda tidak ingin ini menjadi permasalahan hubungan jadi buruk dengan dealer atau sudah ada yang secara jelas dilaksanakan sebagai bentuk respon dari Undang-Undang ITE di Pasal 35. Dan kalau saya lihat operator sudah banyak melakukan sosialisasi. Mungkin Bapak Menteri Kominfo juga banyak dan lebih giat lagi ini sebagai penutup dari saya, sosialisasi karena yang merasa perlu untuk ini selain operator juga Pemerintah juga. Jadi kita tidak boleh kalah banyak sosialisasi dibanding para operator yang sudah banyak sekali mencoba untuk melakukan sosialisasi. Dari saya sekian, terima kasih Ketua. KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Bapak Junico. Selanjutnya Bapak Elnino ya, kemudian selanjutnya Bapak Andreas. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Terima kasih Pimpinan. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Menteri dan jajaran, para Pimpinan Operator Seluler dan jajaran yang kami hormati, Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat. Terima kasih telah hadir dalam acara rapat ini. Saya Elnino dari Gorontalo Fraksi Gerindra. Kami ingin bertanya dan juga memberikan beberapa tanggapan. Yang pertama adalah sebetulnya data nomor HP itu Dukcapil dapat tidak. Data nomor HP yang tadinya Dukcapil tidak punya menjadi punya itu dulu, itukan sekarang ini. Yang kedua, kalau operator inikan sudah ISO, apakah Dukcapil ISO apa ora iso. Yang ketiga adalah sebetulnya kami ini dulu tahun 2015 telah menyarankan agar registrasi pra bayar ini harus dilaksanakan segera. Dari tahun 2015 karena apa? Menghindari illegal marketing, menghindari unarticle marketing yang masuk ke HP kita masing-masing entah siapa yang ngasih nomor kita ke mereka. Juga menghindari penggunaan seluler di republik ini oleh kalangan yang tidak bertanggungjawab, para penjahat dan juga teroris dan lain-lain. Itu dulu kami sarankan dan harus disiapkan dengan benar. Baru dibikin akhir tahun 2017 dan tahun ini adalah tahun politik

12

menjadi wajar jika diluar sana ada yang bertanya atau mempertanyakan. Kalau data nomor HP seluler seluruh rakyat Indonesia diperoleh oleh saya misalnya sebagai seorang politisi saya bisa menjadi Capres Pak. Saya bisa mengirim pesan kepada siapa saja melalui WA, melalui line, melalui apa saja datanya ada di saya kok. Nah, siapa yang bisa menjamin data nomor HP ini tidak bocor kemana-mana. Kalau yang sudah ISO bisa menjamin dan sudah terbukti kita tidak pernah dapat nomor HP dari operator yang kasih nomor HP sama kita, orang yang tidak kita kenal. Tapi Dukcapil sudah ISO apa ora iso? Jangan-jangan datanya ini nanti saya bisa minta, saya Dapil Gorontalo saya minta nomor HP orang Gorontalo dong. Siapa yang jamin ini, apakah Menkominfo Bapak Rudiantara yang menjamin ini sementara Dukcapil bukan di bawah kementeriannya. Belum kalau digunakan untuk marketing, kalau saya seorang marketer saya dapat datanya ini yang luar biasa big data yang luar biasa sekali, saya bisa sehebat facebook untuk mempengaruhi seluruh rakyat Indonesia. Kalau operator saya tidak masalah Pak, sudah terbukti mereka bisa menjaga datanya. Dukcapil mestinya ada disini, dan mereka harus nyatakan bertangggungjawab jika ada nomor HP rakyat yang dipakai untuk kampanye Caleg maupun Capres tertentu. Itu berarti datanya sudah bocor, itu berarti ada tindak kriminal, itu berarti ada kecurangan. Kalau mau ya sudah datanya kita kasih semuanya, kepada Caleg yang perlu, kepada Capres yang perlu, tapi itukan akan menjadi sama dengan yang lalu lagi. Seluruh rakyat akan menerima lagi kampanye-kampanye, iklan-iklan yang tidak perlu. Sampai sekarang ini nomor HP saya, nomor yang tidak pernah saya pakai nelpon saja hanya untuk data terima SMS terus, mulai dari iklan sekuritas sampai dengan iklan yang via pijit-pijit ada, sampai obat kuat ada. Saya tidak perlu obat ini, kenapa saya mesti terima SMS ini. Kalau saya tidak mau sama Capres tertentu kenapa saya harus terima SMS dari dia atau dari timnya. Dan karena itu kami merekomendasikan dalam rapat ini kasih kesimpulan satu. Kebetulan Undang-Undang Telekomunikasi ini sudah bisa dibilang kadaluarsa. Undang-Undang Telekomunikasi yang berkaitan denan teknologi dibikin tahun 1999 sekarang 2018 sudah 19 tahun tidak pernah direvisi. Komisi I DPR RI harus ini segera bikin revisi Undang-Undang Telekomunikasi atau bikin Undang-Undang Telekomunikasi yang baru untuk menjadi landasan hukum yang pasti dan lebih detail penjabarannya dan menjadi landasan hukum bagi Kominfo untuk melalukan registrasi ini. Dalam arti bahwa seluruh registrasi ini kita lakukan setelah undang-undang yang baru ada atau revisi undang-undangnya selesai. Jangan mendadak begini, tiba-tiba saja Bapak Menteri perintah operator dan seterusnya langsung registrasi, benar sih secara ideal maksudnya ada. Tapi ada resiko yang luar biasa ketika tahun ini sudah ada tahun marketing dicampur dengan tahun politik, jadinya tahun marketing politik. Ini akan berbahaya bagi orang-orang yang tidak mampu mengakses data itu. Harus diatasi dulu ini Pak, kalau tidak ya kita tidak tahu apa yang terjadi nanti. Ibu dan Bapak sekalian yang saya hormati, Ini bukan tidak suka, kita setuju ini ada memang harus ada registrasi. Tetapi harus benar-benar hati-hati dan disesuaikan dengan konteks yang sudah ada. Yang kedua Bapak dan Ibu sekalian Bapak Menteri, mengenai tadi pertanyaan kepada operator. Ini kalau complain atau mengecek NIK-nya dipakai untuk berapa nomor itukan bisa. Persoalannya adalah ada berapa persen orang yang mengecek NIK-nya untuk dipakai berapa nomor. Orang yang mau report saja di Medsos, mau di report spam itu males dia, karena repot tidak mau report. Karena menurut dia ngeklik saja repot apalagi kalau sampai mengecek pencet-pencet berapa kali gitu. Lalu apa yang harus dilakukan kalau ada orang yang NIK-nya sudah dipakai berulang-ulang atau oleh beberapa nomor yang dia tidak tahu tetapi dia tidak pernah mengecek. Terima kasih Pimpinan. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

13

KETUA RAPAT (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Ini nama Elnino hanya satu susah. Silakan Bapak Andreas Paraira, kemudian berikutnya nanti Bapak Roy Suryo. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Terima kasih Pimpinan. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua. Yang saya hormati Pimpinan Komisi I DPR RI, seluruh Anggota Komisi I DPR RI, Bapak Menteri, para Direktur Utama Telkomsel, Indosat Oredoo dan XL AXIATA, serta seluruh jajaran Kementerian Kominfo yang saya hormati. Pertama-tama saya secara pribadi maupun kita di bangsa ini juga perlu memberikan apresiasi kepada suatu keberhasilan yang dilakukan oleh para operator untuk bisa mendata seluruh paling tidak sampai saat ini jumlah yang cukup fantastic 300 juta lebih nomor seluler yang dipergunakan di republik ini. Kemudian kita semua memahami betul bahwa pendataan ini adalah keinginan kita bersama untuk melakukan pengamanan terhadap lalu lintas komunikasi yang menggunakan data seluler ini dengan berbagai macam eksesnya yang sudah kita rasakan selama ini. Memang persoalannya adalah bagaimana juga kita menggamankan data pribadi dari si pengguna ini. Nah, ini saya kira persoalannya ada disini. Tadi meskipun Bapak Menteri sudah menjelaskan secara detail tetapi toh kita merasakan atau melihat bahwa masih ada celah-celah di mana hal yang sangat penting yaitu menyangkut pengamanan dari data ini. Siapa yang harus memberikan jaminan kalau ini sampai terjadi kebocoran. Saiapa yang bertanggungjawab terhadap kebocoran data ini. Saya kira ini satu wilayah yang masih kosong meskipun tadi Bapak Menteri sudah menyampaikan tapi ini wilayah yang saya kira kita sadari betul ini masih kosong. Kalau sampai terjadi pasti akan saling lempar bola, Bapak Menteri akan mengatakan bukan di kami dan operator mengatakan kami hanya simpan, kami hanya kumpulkan. Kami waktu itu berkunjung ke Telkomsel dan kami melihat betul bahwa ini dari system ini paling tidak secara orang awam seperti saya merasa ini aman. Tapi siapa yang bisa menjamin kalau ada yang datang dan meminta ke Telkomsel misalnya karena dia punya otoritas, kemudian dia menyebarkan. Nah, inikan persoalan yang kita tanya atau yang menjadi wacana selama ini atau debat selama ini. Kemudian juga tadi Bapak Menteri mengatakan bahwa semua data terakhir itu ada di Dukcapil untuk memverifikasi dan kemudian mengamankan dalam tanda petik. Nah, oleh karena itu saya kira lebih pas kalau kita bicara bagaimana mencari jalan keluar. Artinya, bagaimana ini kedepan untuk jangka panjang kita mengantisipasi supaya tidak terjadi penyalahgunaan atau kebocoran kemudian penyalahgunaan. Kemudian siapa yang harus bertanggungjawab, yang bertanggungjawab pasti adalah negara. Negara harus menjamin tapi bagaimana bentuk jaminan daripada negara terhadap pengamanan data pribadi ini. Saya kira sampai sekarang kita harus mengakui bahwa kita belum punya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Inikan satu hal, dulu kita bicara Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Begitu semangat kita memperjuangkan lahirnya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Salah satu pengecualian di dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik adalah perlu adanya perlindungan terhadap data pribadi (Individual Privacy Right) yang harus menjadi pengimbang terhadap keterbukaan itu. Disini kita banyak bicara keterbukaan tapi harus ada aspek pengimbangan terhadap keterbukaan itu, yaitu perlindungan terhadap individu, perlindungan terhadap pribadi orang per orang yang seperti tadi dikatakan oleh saudara Elnino meskipun dia tidak ingin jadi Capres tapi kalau ada kesempatan pasti mau juga. Nah, intinya adalah perlu adanya perlinduangan terhadap siapa saja yang menyerahkan data pribadinya kepada operator dan negara wajib untuk

14

memberikan perlindungan. Bukan Pemerintah saya tidak bicara soal Pemerintah, Pemerintah bisa berganti dari waktu ke waktu tetapi adalah kewajiban negara untuk memberikan perlindungan dan jaminan terhadap keamanan data pribadi. Kalau ini terjadi kebocoran atau penjualan data pribadi saya kira akan menjadi awal daripada bencana di republik ini kalau terjadi kebocoran tersebut. Saya kira ini point yang perlu kita bicarakan adalah solusi. Saya menawarkan secepatnya kita mempunyai Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Bapak Andreas. Saya rasa tadi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi, berarti tidak hanya dari Kemkominfo tetapi dari Komisi I DPR RI juga banyak yang mendukung. Nanti kita bicarakan diluar forum ini. Berikutnya Bapak Roy Suryo. Silakan Bapak Roy. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Terima kasih Ibu Meutya. Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat, Bapak Menkominfo Bapak Rudiantara, Bapak Ririek, Ibu Yessie, Pak Joy dan seluruh jajaran dari 3 operator yang ada. Saya akan langsung saja pada beberapa point. Saya boleh minta ditayangkan paparannya Bapak Menkominfo halaman 3 status registrasi prabayar yang berhasil yang jumlah Telkomsel sekian, Indosat sekian. Bapak Menteri dengan segala hormat, meskipun seara pribadi saya mungkin bisa memahami, menerima bahwa ini ada perbedaan data. Tetapi mohon dipahami perasaan masyarakat kalau data ini ada banyak rekan-rekan media disini, kemudian tersebar di masyarakat dan mereka menghitung jumlah ketidakcocokan data ini ada 45.928.580 jadi jumlah ketidak sesuaian antara angka di kanan dan angka di kiri itu adalah 45.928.000. Secara system Bapak Menteri, saya bisa mengerti kalau itu mungkin ada double hit. Nah, hari ini mungkin bisa diputuskan atau mungkin bisa ditentukan bahwa memang berarti system yang kemarin digunakan kurang rapi atau kurang cerdas sistemnya. Harusnya kalau misalnya ada satu NIK yang sudah diinput sebelumnya kemudian NIK yang lain ada orang yang menginput muncullah pemberitahuan nomor ini sudah digunakan. Itu namanya IT, itu namanya teknologi bukan kemudian orang mendaftar masuk kayak Indonesian Idol saja. Tapi disini 45 juta ini dengan segala hormat ini angka terlalu besar dan dengan segala hormat juga kepada Ibu Yessie dari XL AXIATA terbesar penyimpangannya ada di XL 20% dari angkanya, 51 juta dikurangi 41 juta itu 10 juta sekian itu 20% sendiri, Telkomsel nomor 2 Pak Ririek 13%, Indosat Oredoo nomor 3 sebesar 9,7. Artinya, ini ada satu kesalahan system saya harus mengatakan demikian. Kurang rapinya system, ini tolong diperbaiki jangan sampai ini terjadi lagi. Saya mengusulkan solusi ini Pak Menteri dan teman-teman Komisi I DPR RI. Saya setuju dengan tadi Bapak Nico dan Bapak Elnino menyampaikan repot kita pelanggan prabayar yang sudah daftar kemudian harus mengecek lagi, meskipun melalui website. Sekarang Bapak Menteri buat aturan kepada operator, operator wajib melakukan ricek kepada pelanggan berdasarkan nomor yang mereka sudah report. Jadi mereka dapat, anda Roy Suryo mendaftar dengan nomor misalnya 08112811 itu nomor saya semua. Nah, Bapak Menteri itu usul konkrit sehingga kalau ada orang terima ini bukan nomor saya dia langsung complain. Saya teman-teman yang terhormat dan juga media, saya memang tidak menyalahkan menteri, tidak menyalahkan operator, bahwa ada nomor NIK dan nomor KK

15

yang bocor. Karena apa? Kita di Google saja ini satu contoh, bukan hanya KK, anak ini anak Jakarta Pusat alamatnya di Kampung Pulo anak kelahiran tahun 1984, tidak hanya KK-nya tetapi KTP-nya juga discan juga, cerdas sekali anak ini. Jadi NIK-nya muncul dan KK-nya juga muncul, setiap orang kan bisa gunakan ini, mau dipakai bisa saja. Oleh orang lain bisa dipakai kalau tidak ada system tadi. Kecuali Bapak Menteri bikin aturan kepada operator nomor tadi itu kemudian tidak boleh double entry, itu baru solusi. Jadi artinya, secara teknis ini bisa dihindari penyimpangan 45 juta sekian ini kalau ada mekanisme IT yang ada. Yang kedua, saya secara khusus ingin minta jawaban dari Bapak Joy, karena ini viral kasusnya di Indosat dengan segala hormat saya kepada teman-teman di Indosat. Yang kasus orang mendaftar 50 nomor itu bagaimana ceritanya. Seseorang bisa daftar 50 nomor itu yang melakukan orang itu, kalau orang itu yang terjadi umumkan, atau robot di Indosat. Karena mungkin ada pembicaraan di masyarakat operator guna mengejar banyak dia bantu masyarakat kita ikut daftarkan saja. Nah, dengan ikut mendaftarkan itu pelanggan otomatis tidak daftar sendiri, dibantu operator. Perbantuan ini salah sebenarnya justru melanggar. Jadi ini secara khusus mohon maaf, harus tanya kepada Indosat karena kasusnya ini ada di Indosat tidak di operator yang lain. Yang ketiga saya balik kepada Bapak Menteri lagi, Bapak Menteri ini harus segera di-clear-kan karena kita tidak ingin tadi Bapak Adreas sudah mengatakan kita juga harus bantu Pemerintah. Tidak ingin antara lembaga di Pemerintah ini juga saling serang malah memanfaatkan hal ini. Saya sudah baca surat dari Ombudsman Bapak Menteri, jadi Ombudsman menggugat kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika mengenai kasus ini. Mungkin jawabannya tidak bisa disampaikan bocor gak ke kami kok. Tapikan ada caranya Bapak Menteri. Yang terakhir, saya ingin sampaikan juga saya ingin mendukung apa yang tadi disampaikan oleh teman-teman rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi itu. Memang betul itu belum masuk di daftar prioritas program legislasi nasional, tetapi karena kita juga melihat urgency dari ini ditunggu oleh masyarakat, maka ini ditunggu sekali. Jadi Bapak Menkominfo, teman-teman dari operator mohon maaf kalau saya harus terbuka apa adanya memang ini yang ditunggu oleh masyarakat. Jadi yang ditunggu oleh masyarakat itu bukan penolakan dari Bapak Menteri, ini bukan bocor di kami, operator bilang ini kami ISO sekian, kalau ora iso yo ojo ngono, bukan itu tetapi solusinya. Jadi tadi solusinya kalau bisa kita tawarkan adalah satu double cek tadi dan perbaiki mekanisme supaya tidak ada 45.928.580 nomor yang tidak jelas karena tidak sama antara NIK yang ada di Dukcapil dan ada di operator. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Bapak Roy Suryo. Berikutnya Bapak Arief Suditomo, bersiap-siap Bapak Sukamta. F-HANURA (MOHAMAD ARIEF SUDITOMO, S.H., M.A.): Terima kasih Ibu Pimpinan. Bapak Menteri dan seluruh jajarannya, serta rekan-rekan dari Telkomsel, Indosat dan XL AXIATA. Saya ucapkan selamat datang di Komisi I DPR RI. Satu hal yang ingin saya garis bawahi lebih kepada semacam konformasi saja yang kami perlukan. Kurang lebih datang dari pihak Pemerintah, dengan adanya beberapa pertanyaan dari rekan-rekan saya tadi saya hanya ingin bertanya apa yang akan terjadi, apa yang dilakukan oleh Pemerintah apabila memang ada orang yang sebenarnya pemilik NIK tersebut secara sah, tetapi ada pihak yang mendaftarkan terlebih dahulu dengan nomor telepon yang sebenarnya bukan nomor telepon dia lalu apa yang akan terjadi. Kurang lebih eksistensi apa yang akan dilakukan

16

oleh rekan-rekan Telko dalam hal ini. Dan karena bagi saya NIK seseorang itukan seharusnya private tetapi ada beberapa pihak yang menyebar luaskan karena ketidaktahuan atau memang ada niat buruk. Itu memang sudah nyata terjadi dan kurang lebih apa yang akan terjadi, apa yang menjadi komitmen Pemerintah atas hal tersebut. Sampai hari ini saya masih menerima berbagai macam unarticle atau intrution of privacy dari berbagai macam organisasi, berbagai macam pihak, berbagai macam brand, jasa yang masih sampai ke HP saja melalui SMS dan juga panggilan. Dalam situasi ini kalau melihat ada beberapa pasal yang sebelumnya sudah bisa menjaring ke mereka, bolehkah di share kepada kami apa yang pada dasarnya Pemerintah sudah laksanakan terhadap pihak-pihak ini. Apakah yang sudah terjadi pada orang-orang yang pada dasarnya sudah melakukan intrution of privacy kepada kita semua, karena sangat tidak nyaman. Sedang berada di dalam berbagai macam situasi rapat, tiba-tiba ditelepon oleh orang-orang yang menawarkan produk dan jasa tertentu itu sangat tidak nyaman dan itu terjadi pada kita semua setiap hari. Dan kalau misalnya sudah bisa dishare kepada kami, apa-apa saja deterent effect yang sudah dilakukan oleh Pemerintah untuk menghambat ini semua untuk bisa dilaksanakan tolong di share kepada kami, kepada teman-teman media agar orang-orang yang menikmati data-data illegal dengan cara-cara yang illegal dan melakukan intrution of privacy ini bisa kita segera tangani. Kurang lebih itu saja Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Bapak Sukamta silakan, bersiap-siap Bapak Budi Youyastri. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Terima kasih Pimpinan. Bapak Menteri dan jajarannya yang terhormat, Yang terhormat Bapak Direktur Operator Seluler, Rekan-rekan Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat. Soal data pribadi itu privacy right ya, itu hak pribadi yang harus dijamin oleh negara. Dan warga negara itu punya hak dilindungi haknya oleh negara mestinya. Ini ada kebijakan negara yang menyebabkan terlanggarkan privacy right tersebut. Dan dari angka ini ada 45 juta dari 304 juta para pendaftar yang tanda kutib ditenggarai terlanggar privacy rightnya. Tadi dijelaskan oleh paparan Bapak Menteri, beberapa peluang yang tadi sudah disampaikan di halaman 3 tadi yang sudah disampaikan beberapa peluang ada 4 peluang munculnya itu. Tadi Bapak Roy Suryo sudah memberikan contoh ada satu tindakan yang secara disengaja mungkin karena ketidaktahuannya menyebabkan haknya dia expose. Kalau itu, itukan namanya hak dia, terserah saja yang bersangkutan dia expose. Tapi berapa orang kira-kira yang secara sengaja atau tidak sengaja berbuat kebodohan seperti itu. Kalau kita Google tadi sumbernya Bapak Roy Suryo kan Google itu tidak sampai 1 juta loh orang yang membocorkan data pribadinya tidak sampai 1 juta Pak, sementara data yang ada disini sampai 45 juta. Artinya, peran tanda kutib kebodohan itu kalau toh ada mungkin sangat minor. Pertanyaan selanjutnya ini peran siapa. Sejak awal Komisi I DPR RI mayoritas Anggota Fraksi ini menyetujui kebijakan ini untuk digulirkan tetapi kita ingin saya berkali-kali menekankan di rapat saya kira mungkin Bapak Menteri masih ingat betapa kita bertanya, kita minta jaminan supaya perlindungan data pribadi itu diutamakan. Sebab, kita tahu registrasi ini penting untuk perkembangan dunia digital kita. E-commerce tidak akan bisa berkembang tanpa ada data pribadi yang valid, tetapi e-commerce tidak akan mungkin berkembang kalau tidak ada perlindungan data pribadi yang memadai dan tidak ada keamanan data pribadi. Nah, ini ada fakta sampai seperti ini 45 juta itu besar. Pertanyaan berikutnya ini tanggungjawab siapa Pak. Ini yang jelas kebijakan Pemerintah pengelola negara. Kan harus ada

17

yang bertanggungjawab ini, 45 juta dari 304 juta itu 18% itu kalau margin of error itukan paling 5%. Jadi ini bisa menjadi sebuah skandal besar yang tidak cukup dijelaskan hanya dengan SOP dan ISO Pak. Pertanyaan berikutnya kan, setelah data masuk dengan SOP yang dijelaskan tadi, apa yang dilakukan oleh para pengelola yang ikut punya akses terhadap data ini. Apa yang dilakukan kepada pengelola data, apa SOP kepada pengelola data, kepada yang memegang data, kepada perusahaannya sendiri. Nah, apakah ada jaminan tidak bocor disitu. Saya kasihan masyarakat, masyarakat ini sudah diancam-ancam, anda harus daftar, kalau tidak daftar diblokir. Kalau yang tidak daftar itu paling punya niat jahat, yang tidak daftar paling teroris, paling yang punya niat ini dan itu. Tapi ketika mereka menuruti perintah Negara ternyata tidak dijamin datanya. Dan kemudian para pengelola mewajibkan ini banyak yang mengatakan prosedur kami sudah baik. Menurut saya bukan begini caranya kita mengelola negara kan. Jadi kalau ada sebuah kebocoran sebesar ini menurut saya harus ada yang bertanggungjawab. Saya tidak mengatakan Bapak Menteri yang bertanggungjawab, tapi siapa pun ini harus ada penanggungjawabnya. Jangan sampai menjadi sebuah skandal yang muter-muter, fakta besar ini kemudian dibiarkan hilang itu salahnya rakyat sendiri kenapa lalai melindungi datanya sendiri. Itu menurut saya konyol, tidak boleh negara itu selalu menyalahkan rakyat walaupun rakyat ini tidak bisa membela diri dengan baik. Dan itulah sebabnya di dalam negara demokrasi ada DPR RI, DPR RI ini ditunjuk oleh negara diberikan kekuasaan untuk mengurangi kekuasaan eksekutif untuk membela rakyat. Dan disinilah saya sebagai wakil rakyat meminta kepada Bapak-bapak semua yang terkait dengan pengelolaan ini untuk ikut bertanggungjawab Pak. Mungkin itu ada di Dukcapil, kami inikan hanya mengkroscek data. Dukcapil itu bagian daripada Pemerintah Pak, saya kira karena ini persoalannya terkait dengan pendaftaran, mak sudah sewajarnya siapa pun yang terlibat di dalam proses pendaftaran ini mencari tahu siapanya. Dukcapil katakan banyak pertanyaan di masyarakat melalui media maupun langsung mereka bertanya bagaimana pengelolaan data kami di Dukcapil Pak. Apakah server kami aman, server kami ada di mana sih, server pengelolaan data ini ada dimana, ini di Indonesia atau diluar Indonesia. Kemudian server ini buatan Indonesia atau buatan bukan Indonesia. Pengelola server ini sudah diverifikasi, dilitsus atau belum dilitsus dalam kesetiaannya kepada negara. Nah, siapa yang sekali lagi bertanggungjawab ini ada peluang-peluang tapi apakah dengan adanya angka sampai 45 juta ini Bapak Menteri dan jajarannya, para pengelola dan jajarannya, apakah sudah melakukan penelusuran dimana bocornya, siapa sumber masalahnya, siapa yang bertanggungjawab dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi kebocoran-kebocoran ini. Saya tidak berharap untuk menyalahkan kepada rakyat lagi, bahwa itu salahnya rakyat yang tidak hati-hati dengan datanya sendiri. Sekali lagi tadi Bapak Roy Suryo sudah membuktikan ada yang ceroboh tapi yang ceroboh sedikit sekali. Saya menduga kalau rujukannya Google tidak sampai 1 juta orang yang ceroboh mengexpose datanya begitu. Oke, mungkin ada institusi-institusi, kalau itu berangkat dari institusi lain pengguna data oleh negara terus apa tindakan berikutnya. Tadi pertanyaan Bapak Arief itu benar, harus dipertajam. Jadi kalau ada seorang warga negara yang dirugikan karena datanya yang paling private itu terexpose gara-gara tindakan registrasi ini mereka harus mengadu kepada siapa, siapa pelindungnya Pak. Siapa pelindung mereka ini, harus mengadu kepada siapa, dan saya kira itu nanti salah satu persoalan perlindungan data pribadi kita. Kalau saya atau warga negara yang lain di daratan, ketika mendapatkan masalah bisa mengadu kepada Polisi. Tapi di dunia maya begini, kalau mereka mendapatkan abuse saya tidak suka dikirimi iklan-iklan, diteleponin setiap saat, saya harus mengadu kepada Bapak Menteri Kominfo, mengadu kepada Polisi, mengadu kepada operator atau mengadu kepada siapa. Ini adalah rentetan turunan dari bocornya data-data seperti ini. Nah, jadi Bapak dan Ibu jangan sampai salah di dalam memahami bahwa seolah-olah bukan kita tidak setuju dengan policy ini. Sejak awal kita sudah wanti-wanti tentang perlindungan data pribadi, karena kita tahu bahwa ini rentan. Kita memberikan data secara massif kepada operator, kepada sebuah pihak bahwa disitu sudah ada ISO, sudah ada apa, tapi sejak awal kita ingin ada jaminan. Menurut aturan perundang-undangan akan ada pidana disitu tapi kepada

18

siapa rakyat mengadu? Kepada Polisi, kepada Bapak Menteri, kepada operator atau kepada siapa. Agar undang-undang itu bisa diterapkan kepada siapa pun yang bertanggungjawab. Nah, jangan sampai kalau urusan-urusan yang bernilai pidana tetapi massif sampai pengguna yang jumlahnya sedemikian besar ini tidak terselesaikan jangan merembet kemana-mana. Karena kalau soal-soal yang begini ini tidak bisa selesai nanti bisa merembet ke politis dan tentu kita tidak ingin di tahun politik begini bertambah gaduh urusannya dengan urusan-urusan yang berangkat dari kebijakan yang awalnya baik. Tapi kemudian menjadi tidak bagus karena ternyata banyak lubang-lubang yang membuat bisa terlanggarnya privacy right dalam jumlah yang sangat massif seperti ini. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, berikutnya Bapak Budi Youyastri, bersiap-siap Bapak Bobby Rizaldi. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan terima kasih. Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat, Bapak Menteri Kominfo dan jajarannya, Yang sudah hadir para Pimpinan Operator Seluler. Nomor satu Pimpinan, Bapak Menteri, apakah ada kebocoran data pelanggan? Ada, pasti ada dan sudah ada. Buktinya apa Pak Budi? Nomor saya berlangganan, XL maupun Telkomsel karena saya sudah berhenti langganan Indosat 6 tahun yang lalu. Selalu mendapatkan tawaran iklan yang tidak perlu, gadai STNK, BPKB dan macam-macam. Dari mana itu datangnya? Yang jelas ada kecoboran. Siapa yang melakukan kebocoran? Pak Menteri pasti bilang tidak tahu dan operator bilang saya tidak tanggungjawab Bapak Budi. Lalu siapa? Kebocoran ini jelas ada di depan mata. Semua yang hadir diruangan ini HP-nya pasti terima. Itu fakta bahwa rakyat kita tidak dilindungi oleh negara kita. Yang kedua, pertanyaan saya kepada Bapak Menteri. Bapak Menteri sudah bikin regulasi bahwa pendaftaran nomor baru harus melakukan registrasi NIK dan NOKK. Saya sudah sampaikan di rapat kita Raker dengan Bapak Menteri kira-kira 6 bulan yang lalu, saya lupa. Ini nomor HP saya, nomornya ada dua, 081380488198 dan 082113373497, keduanya tidak teregistrasi. Saya beli di gerai Grapari, ketika saya beli di Grapari Semanggi saya minta yang penjual, bukan Grapari yang menjual tapi numpang di Grapari. “Pak, saya mau beli paket internet bulanan”, “ini Pak ada”, “oke, tolong pasangkan dan tolong diregistrasi”, “tidak perlu registrasi Pak, dia sudah teregristrasi dengan sendirinya”. Saya kan termasuk yang mengusulkan setiap nomor baru diregistrasi. Di depan saya dia mengatakan begitu penjualnya, saya marah dan saya suruh panggil penanggungjawab Graparinya, pokoknya saya tidak mau tahu dan saya mau beli nomor ini tolong didaftarkan bagaimana caranya dan dia bilang tidak bisa diregistrasi. Sama supervisornya diregistrasi yang satu. Kira-kira 1,5 bulan atau 2 bulan yang lalu saya beli lagi paket tidak pakai registrasi juga tetap, padahal saya sudah sampaikan kepada Bapak Menteri, Pak Menteri kok bisa ada kejadian seperti ini. Berulang lagi dan saya yakin kita datang ini bareng-bareng ke penjual paket internetnya, kenapa saya ngomong Telkomsel Bapak Ririek, bukan saya sentimen dengan Telkomsel karena saya percaya sama Telkomsel jaringannya lebih baik daripada yang lain, karena saya butuh ke Ciamis, Pangandaran, kalau dengan XL Jakarta-Bandung pasti top. Sama dan saya yakin kita sekarang bareng jalan menemukan kasus yang sama, kok bisa kejadian seperti ini. Saya tidak tahu dan buat saya something wrong dengan regulasinya, yang lalu masalah, yang baru begitu caranya. Yang ketiga pertanyaan saya Bapak Menteri tentang data Dukcapil. Data Dukcapil itu yang memiliki adalah Kemendagri. Bapak Menteri sudah buat regulasinya dengan bagus dan saya dukung 100%. Dan jika ada rakyat Indonesia mempertanyakan kebijakan Bapak Menteri, saya Budi Youyastri Anggota Komisi I DPR RI mendukung penuh. Kenapa? Karena kita sudah

19

harus menyelesaikan masa jahiliyah kita di dunia telekomunikasi. Sudah harus selesai masa negara kita ada 250 juta nomor HPnya 340 juta, bagaimana itu ceritanya, tidak masuk di akal, berarti anak bayi juga punya nomor HP. Something wrong dengan dunia telekomunikasi kita dan saya dukung. Jadi kalau ada netizen marah, saya Budi Youyastri ikut bertanggungjawab mendukung. Tujuannya adalah kita sebagai satu bangsa yang beradab harus memiliki penghargaan terhadap diri kita sendiri. Dalam konteks dengan Dirjen Dukcapil, kenapa operator melakukan perjanjian kerjasama dengan Dukcapil. Itu pertanyaannya dan dasar hukumnya apa itu, undang-undangnya undang-undang mana. Kalau tadinya jujur buat saya harusnya Bapak Menteri yang berkoordinasi dengan Ditjen Dukcapil, melalui Bapaklah Dukcapil itu memberikan datanya. Menurut saya begitu. Apakah ukuran simple saja mana lebih pintar, lebih jago teman-teman Kemkominfo atau orang Kemendagri mengurusi data. Ngurusin kependudukan mereka jago, mengurusi administrasi kependudukan mereka jago, urusan data siapa yang lebih jago. Siapa yang kuliahnya, belajarnya bertahun-tahun ngurusin data, ngurusin akses, ngurusin infrastruktur, orang Kemendagri atau orang Kemkominfo. Aneh begitu, saya sih bilang apakah orang sana lebih pintar, ya jelas lebih pintar teman-teman Kemenkominfo daripada orang Kemendagri, sudah pasti. Di sana kuliahnya IPDN, disini kuliahnya di UGM, ITB, sudah pasti berbeda cara belajar dan cara mainsetnya ngurusin data bukan ngurusin administrasi kependudukan mereka pasti lebih jago. Jadi dasarnya apa ini dengan perjanjian kerjasama operator dengan Kemendagri di Dukcapil. Pertanyaan satu, satu saja Bapak Menteri, saya Anggota DPR RI minta log dari semua pendaftaran yang dilakukan semua operator ke Dukcapil, log-nya tolong dibuka, periksa satu per satu. Saya usul Pimpinan, kita memandatkan kepada Kemkominfo untuk membuka log-nya. Bapak Menteri punya organ siapa yang bisa disuruh untuk bisa membuka log-nya, sehingga ketahuan log-nya berarti harus ketahuan juga nanti IP-nya dimana itu dibukanya, berapa kali dia melakukan, benar tidak satu IP melakukan regisrasi 50 kali. Jadi omongan tadi pertanyaan yang ditanyakan Bapak Roy Suryo hanya bisa dikonfirmasi dengan log, benar tidak orang itu, IP-nya benar melakukan hal yang sama di tempat itu juga. By technology pasti bisa ketahuan. Yang keempat, saya titip pertanyaan kepada operator yang bertiga. Bapak punya definisi tidak yang disebut dengan data pribadi sama data publik. Telkomsel punya tidak, XL punya tidak, Indosat punya tidak, semua operator punya tidak. Buat bangsa Indonesia standar data pribadi dengan standarnya orang Amerika pasti beda, dengan orang Eropa juga beda. Buat saya pribadi sebagai Anggota DPR RI nomor HP saya tidak suka di-open, kalau soal kapan saya lahir boleh-boleh saja, tapi kalau orang Amerika mungkin tidak suka tanggal lahirnya dibuka. Jadi saya minta apakah Telkomsel sudah mendefinisikan mana yang disebut data pribadi, saya ingin tanya. Ini pertanyaan saya kepada para operator bertiga. Sudah punya bikin standar tidak, kalau tidak punya standar dijamin pasti bocor. Kalau Bapak punya standar berarti Bapak tahu apa yang harus dijaga simple. Yang kelima pertanyaan juga kepada operator dari laporan tadi kalau saya berbeda pandangan dengan Bapak Roy Suryo. Begitu besar defiasinya antara nomor yang ada dengan yang meregistrasi berarti semakin valid dia. Semakin pendek jaraknya pasti ada kekeliruan didalamnya. Saya berbalik terbalik melihatnya, kenapa? Sudah pasti bodong isinya. Saya paling demen keliling di tukang jualan HP di Roxy, jualan kartu prabayar dimana-mana, karena Pimpinan dan Bapak Menteri salah satu yang paling senang saya pakai itu adalah nomor smartfren bendwitch-nya cepat. Jadi kalau buat kampanye 5 tahun yang lalu saya beli banyak-banyak, bisa ada 500 buah kali, kesana saya kelilingnya jadi saya tahu isinya bodong. Kemudian masih ada atau tidak? Wallahu’alam sudah dibagi-bagi. Jadi semakin besar jarak antara yang didaftar sama yang meregistrasi berarti kemungkinan semakin benar, semakin kecil itu pasti ada pemaksaan. Ada yang melakukan boosting di internal manajemennya perusahaan telekomunikasi. Saya memandang begitu, benar atau salah saya tidak bisa dibuktikan kecuali kita buka log. Log antara operator dengan Dukcapil, kalau Dirjen Dukcapil tidak mau kasih data lognya berarti dugaannya Bapak Elnino ada benar

20

mungkin. Bisa jadi bahwa Dukcapil bisa buat Pilpres kan datanya. Saya mah simple saja melihatnya. Dan terakhir dengan jadi yang pertanyaan saya terakhir adalah kepada operator. Berapa yang mendaftar dan berapa yang tidak mendaftar datanya konkrit tolong diberikan kepada kami. Demikian Pimpinan, mudah-mudahan usulan pikiran saya bisa dijadikan diskusi kita terhadap hal ini. Dan Bapak Menteri sudah membuatkan entah surat edaran tentang registrasi ulang ini kita dukung dan kita dukung lanjut langkah berikutnya. Langkah berikutnya adalah melakukan audit terhadap data yang sudah terkumpul. Masing-masing operator sudah disinkronkan direkapitulasi siapa yang melakukan tidak mungkin operator disuruh. Satu-satunya mungkin yang melakukan adalah Pemerintah melakukan rekapitulasi. Dan saya kalau boleh usul Bapak Menteri, satu warga negara kita punya dua nomor sajalah di negara ini. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Bapak Budi Youyastri. Berikutnya Bapak Bobby Rizaldi. F-PG (BOBBY ADHITYO RIZALDI, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E.): Terima kasih Ibu Ketua. Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat, Bapak Menteri beserta jajaran dan juga Bapak dan Ibu dari penyelenggara operator seluler yang telah hadir dan jajarannya. Saya langsung saja Bapak Menteri, tadi sudah banyak disampaikan oleh teman-teman saya. Bahwa ada beberapa kasus di masyarakat ini akhirnya bukan hanya meresahkan akan tetapi banyak menimbulkan polemik yang menurut saya kalau tidak segera diantisipasi ini bisa kurang baik untuk penyelenggara negara. Sebenarnya registrasi ini hal yang lumrah, di Singapura itu saja gampang sekali Cuma mungkin tidak pakai SMS hanya discan paspor atau dari outlet itu sudah mudah sekali. Yang kami inginkan dari pihak Pemerintah juga penyelenggara operator. Saya mengusulkan untuk dibentuk saja tim evaluasi atau monitoring atau tim investigasi antara Kominfo beserta operator dan juga mungkin Kepolisian Republik Indonesia. Kenapa? Karena saya tidak menginginkan adanya polemik ini yang nanti hanya bisa diselesaikan dengan ada Undang-Undang baru. Kita tidak punya Undang-Undang Privasi Data, kita tidak punya infrastruktur, kita tidak punya ini. Kenapa? Karena menurut kami Undang-Undang ITE itu kualitasnya sudah oke, kenapa? Satu, penggunaan tanpa izin disitu sudah diatur, lantas perlindungan oleh penyelenggara system sudah diatur, lantas perlindungan dari akses dan intervensi illegal sudah diatur. Dan disitu disebutkan juga penggunaan tanpa izin ada, lantas di Pasal 15 juga jelas disitu penyelenggara wajib untuk memberitahu kiranya ada kebocoran data oleh konsumennya. Jadi hal-hal ini sebenarnya dari sisi legislasi menurut saya sudah sangat cukup. Kalau kita nanti masuk ke Undang-Undang Privasi Data yang mana masalah proses registrasi prabayar ini ditunggu penyelesaiannya setelah ada undang-undang ini saya rasa terlalu lama. Karena undang-undang ini akan mengatur lebih luas lagi, ada jejak rekam kredit, ada medical record yang mau digunakan perusahaan mau terima karyawan, dia bisa mengakses ini lain lagi. Sedangkan dalam hal registrasi telepon prabayar saya ingin Pemerintah beserta operator dan juga Polisi kalau perlu demi untuk memastikan bahwa hal-hal yang tadi disampaikan bahwa contoh ada kasus penggandaan sampai 50 nomor oleh namanya Aninda Indrastiwi itu yang tadi disebutkan misalnya di Indosat. Lantas yang dipolemikkan setelah registrasi muncul di website, itu semua kan bisa ditelusuri siapa pemilik domainnya, bagaimana dia mendapatkan. Kalau perlu menggunakan infrastuktur aparatur negara kita. Jadi jangan sampai juga niat yang baik ini tidak bisa ditindaklanjuti, tidak bisa melangkah maju, sehingga menjadi polemik yang tidak produktif. Kenapa saya bilang tidak produktif?

21

Barusan ada masukan dari asosiasi para peretail operator yang jual simcard, KNCI namanya. Dia mengatakan dengan hanya register 3 orang per satu NIK mereka sudah tidak bisa makan lagi Pak. Ada 55 juta penjual simcard di Indonesia. Nah, kalau kita masalah registrasi ini saja tidak bisa kita selesaikan dengan cepat Pak, bagaimana kita mau mengatur bahwa satu orang itu boleh punya berapa nomor. Lantas zonasinya bagaimana, regionalnya. Nah, hal-hal tersebut ini akan masih panjang, sehingga saya minta tim ini nanti bisa memberikan identifikasi. Oke, kebocoran ini sudah pasti bukan disini tetapi dari sini. Kalau dari sini kita bisa melakukan apa, penyelenggaranya, operatornya atau individu lain yang ini sudah bisa kita kenakan tindak pidananya. Kan jelas tindak pidananya itu ada di Pasal 46. Dan lantas ini juga sudah diatur juga di PP PSTE, sehingga nantinya pengaturan-pengaturan atau regulasi mengenai prabayar ini kita bisa nanti lebih advance lagi bagaimana nanti keamanan data itu bisa lebih terjamin dan bagaimana perkembangan penggunaan seluler ini bisa menjadi produktif. Karena kalau sekarang ini tidak jadi Pak, tidak selesai. Satu, nanti polemik itu tadi sudah ada dari organisasi peritel kita tidak bisa makan kalau Cuma 3 NIK, tapi kita mau 20 NIK satu nomor nanti keamanannya masih belum bisa. Jadi maju mundur terus kita Pak, inikan sama saja bahwa kita tidak bisa mengendorse kebijakan-kebijakan yang baik Pak, karena terlalu banyak polemik di masyarakat yang sebenarnya menurut saya itu bisa diselesaikan. Karena perangkat legislasinya saya rasa sudah sangat cukup, regulasinya saya rasa Permen Kominfo 20 Tahun 2016 yang banyak dikatakan plus minusnya saya rasa juga sudah cukup, tinggal bagaimana ini diimplementasikan. Pengimplementasikan registrasi dan juga regulasi ini saya rasa bisa mengevaluasi, mengidentifikasi dan akhirnya kita sampaikan kepada masyarakat tidak perlu lagi ada kekhawatiran, tidak perlu lagi ada ketakutan bahwa ini akan disalahgunakan atau ada kebocoran atau yang paling berbahaya bisa mengintervensi kehidupan privasi masyarakat di ranah publik. Saya sekali lagi ingin merangkum, saya mengusulkan bahwa perlu dibuat suatu tim yang terkoordinasi bukan hanya di sektor telekomunikasi saja diantara Pemerintah dengan operator akan tetapi juga melibatkan Kepolisian Republik Indonesia Pak. Karena disitu jelas ada pasal pidananya, sehingga jelas kalau bocornya ini dimana misalnya di website ya buru yang di website. Masyarakat pun juga terlindungi sebenarnya, dia punya hak untuk menggugat bilamana data pribadinya itu bisa diakses secara illegal. Dan juga mereka mungkin masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk bisa menelusuri dimana saya bocornya. Saya rasa dengan hal-hal yang mungkin oleh negara dianggap kasusistis ini bisa segera diklarifikasi, sehingga nantinya kebijakan-kebijakan publik kita ini selalu bisa dipertanggungjawabkan dan juga bisa berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih. Berikutnya Bapak Hari Kartana, bersiap-siap Bapak Tamliha. F-PD (Ir. HARI KARTANA, M.M.): Terima kasih Ibu Ketua. Bapak Menteri yang kami hormati dan rekan-rekan operator. Untuk Bapak Menteri, saya kira sudah merupakan teman lama semasa saya tugas di Indosat. Bapak Ririek semasa kami di Telkom. Kalau yang Indosat ini baru Pak, salam kenal juga. Saya sedikit saja yang akan disampaikan, karena semua sudah tercover tadi oleh kawan-kawan lainnya. Mungkin harapan kami perlu dicermati dan dicatat sebaik mungkin. Nah, ini juga Bapak Menteri itu kalau masalah kebocoran mungkin jangan secepat itu mengatakan kayak ban bocor Pak. Kenyataannya juga kami memperoleh satu beberapa inputan memang ada kebocoran. Ini contohnya ditemukan juga ya, jadi selain operator seluler ada juga operator lain atau perusahaan lain yang dapat mengetahui data-data itu Pak. Nanti kalau Bapak

22

perlu datanya kami kasihkan, tetapi tidak disini. Tapi itu jelas satu fakta Pak Menteri, karena banyak kebocoran dan juga seperti apa yang disampaikan kawan-kawan. Nah, mengenai itu juga kalau sampai perusahaan di luar operator seluler itu juga mengetahui kami kira ini jelas sudah melanggar daripada Permen Nomor 12 Tahun 2016 itu. Dimana operator seluler harusnya merahasiakan data pelanggan kecuali diminta oleh pihak berwenang Pak. Itu ada Pak Menteri, jadi jangan sampai kayak ban bocor, memang kenyataannya ada apa yang disampaikan oleh kawan-kawan juga. Kemudian tadi masalah kaitannya dengan Dukcapil dan segala macam antara operator saya kira mungkin ada kelamahan. Saya tidak mau menasehati, saya kira anda lebih tahu caranya ini nyatanya memang kelihatannya tidak ada integrasi baik antara pihak seluler dengan pihak Dukcapil. Itu salah-salah nanti di tahun politik ini, itu bisa disalah tafsirkan. Sebetulnya tujuannya baik akan tetapi ditafsirkan oleh pihak lain ini ada apa, sehingga ada ketidaksinkronan antara apa yang disampaikan oleh operator dan data yang ada di Dukcapil itu. Ini sangat kaitannya dengan masalah politik, karena ini tahun-tahun lagi agak panas, jadi harus betul-betul dilakukan koordinasi yang baik. Mungkin nanti dilibatkan juga pihak Mendagri, saya tidak mau menasehati lagi, itu kira-kira ada Mendagri, ada Kominfo, dan ada operator. Kemudian kelihatannya yang sangat-sangat penting itu harus adanya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi itu kayaknya tidak bisa ditawar lagi itu bisa mengcover segala masalah yang sekarang muncul dipermukaan. Undang-Undang itu terwujud itu mudah-mudahan agak lebih tenang di masyarakat. Itu kelihatannya harus mulai dipikirkan Bapak Menteri. Juga pertanyaan kami tentunya dengan masalah pendaftaran. Tadinya kalau saya pikir pendaftaran itu hanya untuk para pengguna yang baru, tapi ternyata juga dikenakan dengan para pengguna telepon prabayar yang lama. Itu juga akan sedikit menjadikan tanda tanya, tapi sekarang sudah berjalan tidak apa-apa. Tapi cukup kiranya kalau bisa dipikirkan juga, kalau tadi arahnya untuk yang baru-baru saya kira tidak mempersulit paling tinggal berapa. Tapi kalau dihubungkan dengan yang lama inilah jadi muncul segala macam problema-problema ini. Demikian yang dapat kami sampaikan Bapak Menteri dan rekan-rekan yang lainnya. Ibu Ketua terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Bapak Hari. Berikutnya Bapak Tamliha. F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.S.): Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih Pimpinan. Rekan-rekan Anggota Komisi I DPR RI yang terhormat, Bapak Menteri dan jajarannya yang saya hormati. Kalau saya menyimak dari kawan-kawan sebelumnya yang paling mengkhawatirkan ini dan dari isu politik Pak. Saya tidak mengerti apakah Fraksi Partai Demokrat itu berpengalaman menggunakan data seperti ini atau tidak, tapi saya juga ingin menyampaikan kekhawatiran saya bahwa tidak ada jaminan bahwa data-data ini bocor ke pihak manapun termasuk dengan Komisi I DPR RI. Komisi I DPR RI meminta data Bapak tidak kasih, Bapak bisa disandera menurut Undang-Undang MD3 yang baru. Belum lagi kalau seandainya beranikah misalnya Telkomsel menolak permintaan Menteri BUMN untuk meminta data diberikan kepada partai-partai tertentu. Terobosan yang Bapak bikin itu sudah sangat bagus, tapi bagaimana merahasiakan. Di Indonesia ini tidak bocor, bocor sendiri Pak. Saya beberapa kali kunjungan ke Arab Saudi, saya beli kartu disana supaya lebih murah, tidak bisa telepon pakai WA. Jadi saya melihat disini orang asing bisa tidak dia menggunakan handphone kita kemudian pakai WA. Mudah sekali menjelang Pemilihan Umum, untuk digunakan kepentingan-kepentingan misalnya politik

23

uang. Misalnya di Kementerian Sosial, ada 15,5 juta orang miskin. Jika ada yang ingin memanfaatkan 15,5 juta itu untuk kepentingan Pemilu itu tidak sedikit Pak. Mereka menyampaikan program-program kepada orang-orang miskin ini setelah mereka melakukan kompilasi dengan NIK yang tercantum di dalam data Bapak-bapak sekalian. Saya meyakini misalnya mohon maaf Pilkada Jawa Timur, Ibu Khofifah Indarparawangsa itu Menteri Sosial Pak. Dia sudah tahu dimana saja tempat orang miskin itu berada. Bisa saja itu digunakan oleh dia yang mungkin sebelum dia berhenti jadi menteri, dia sudah input data-data itu untuk Jawa Timur misalnya. Apalagi BPS, angka kemiskinan itu berbeda antara Kementerian Sosial dengan BPS. BPS itu orang miskin itu 28,2 juta orang di Indonesia sampai akhir tahun 2017 yang lalu. Ditambah dengan data yang masuk kesini, alamatnya sama, mudahkan Pak, mengirim pesan-pesan kepada mereka yang 28,2 juta orang itu. Nah, oleh karena itu saya menyarankan agar Komisi I DPR RI itu membentuk Panja untuk benar-benar bertugas untuk mengawasi mekanisme ini. Nah, kalau saya melihat kebocoran-kebocoran itu saya menyarankan untuk dilakukan moratorium saja terhadap kegiatan ini. Penting Pak, stabilitas ketika jaman Bapak Soeharto berkuasa itukan ada trilogy pembangunan. Stabilitas keamanan, pertumbuhan ekonomi, yang ketiga adalah pemerataan. Jadi menurut saya Kementerian Komunikasi dan Informatika ini bisa benar-benar menyiapkan perangkap-perangkap atau aturan-aturan turunan dari Undang-Undang ITE yang kita bikin kemarin, agar punya justifikasi untuk melakukan tindakan yang semacam ini. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada Bapak dan Ibu Pimpinan Komisi I DPR RI untuk membentuk Panja saja. Dan untuk sementara dilakukan moratorium dulu karena menghindari kebocoran-kebocoran yang kawan-kawan sampaikan. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, terima kasih seluruh pertanyaan Anggota semua sudah disampaikan. Ada sedikit tambahan dari Bapak Asril katanya. Silakan Bapak Asril. F-GERINDRA/WAKIL KETUA KOMISI I DPR RI (ASRIL HAMZAH TANJUNG, S.IP.): Terima kasih Pimpinan. Bapak Menteri dan teman-teman dari operator. Saya tidak bertanya Pak Menteri, hanya saran saja untuk memperkuat tadi. Dari beberapa teman-teman termasuk Bapak Bobby, Bapak Tamliha juga, saya sangat mendukung saran dari Bapak Ririek. Memang sebaiknya bukan hanya menerima meringankan tugas sebaiknya dibentuk tim pengawas Pak. Tim Pengawas ini apakah sifatnya Ad Hoc atau nanti tetap kita lihat perkembangannya. Kalau dilihatnya terlambat ya sudah terlambat, harusnya sebelum, selama dan sesudah. Jadi memang sangat perlu ini Tim Pengawas ini yang mungkin isinya orang-orangnya dari wakil Pemerintah ada, dari wakil masyarakat ada. Dan ini kita betul-betul bersih nanti, ini bertanya kepada siapa Tim Pengawas lah, apakah nanti pegeluaran dana itu soal nanti itu bisa diatur. Jadi kita mengarah kesana Pemerintah agar membentuk Tim Pengawas agar tidak lagi tuduh-tuduhan dari kebocoran ini, seperti yang saya katakan tadi sebaik apapun system pasti ada kelemahan dan ada kebocorannya. Tapi kalau kita bentuk semacam Tim Pengawas yang independen nanti dari unsur masyarakat, unsur Pemerintah, unsur keamanan mungkin, ini akan membantu juga Menkominfo Bapak Menteri sendiri dan teman-teman kita dari seluler. Jadi kalau ada apa-apa mereka lah yang bisa ditanya oleh masyarakat, seperti tadi Bapak Budi juga ini privasi pribadi atau privasi untuk public ini. Jadi kita sangat berharap itu.

24

Ini saja mungkin dari saya Bapak Menteri, diharapkan Pemerintah membentuk Tim Pengawas yang isinya seperti tadi ada unsur Pemerintah, ada unsur masyarakat, sehingga betul-betul ini. Saya terima kasih dari para operator yang sudah menyampaikan paparan itu, terutama dari Telkomsel tadi karena beliau yang terbesar kalau tidak salah. Ini saja mungkin dari kami Pak, mudah-mudahan ini bisa nanti untuk mengatasi masalah ini. Karena memang ini sangat viral di masyarakat Pak, seperti Bapak Budi tadi pasti ada kebocoran kalau tidak, tidak akan ramai orang. Mungkin ini saja saya kembalikan Pimpinan. Silakan Ibu Meutya. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Bapak Asril.

…. (Rekaman Terputus) ….

(RAPAT DISKORS PUKUL 15.35 WIB) Ya mungkin sambil jalan menunggu teman-teman yang lain yang masih shalat kita sudah bisa mulai ya.

Skors saya cabut.

(SKORS DICABUT PUKUL 16.06 WIB)

Pak Menteri akan mengawali untuk menjawab pertanyaan dari Bapak-Ibu yang terhormat Anggota Komisi I DPR RI.

Silakan Pak. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Terima kasih Ibu Pimpinan. Ibu dan Bapak Anggota Komisi I DPR RI, Pimpinan Komisi I DPR RI.

Saya kan coba merespon atas Pertanyaan ataupun concern yang diangkat oleh Anggota Komisi I DPR RI.

Pak Nico, sosialisasi betul. Kami mencatat sudah ada kurang lebih 40 sosialisasi sebetulnya dilakukan oleh teman-teman Kominfo beserta AKSI, beserta operator maupun beserta Dukcapil dari mulai bulan September 2017 sampai terakhir bulan Maret kemarin.

Kemudian apa tindakan operator terhadap kanal distribusi mau diapakan kalau misalkan ada yang melakukan registrasinya tidak benar. Prinsipnya Pemerintah tidak akan masuk ke ranah tata niaga, karena Pemerintah melihat itu adalah salah satu cara kompetisi yang diberikan kepada masyarakat. Ada barangkali operator yang fokusnya membangun gerai. Ada operator yang fokusnya adalah kepada pihak ketiga, biarkan saja yang penting masyarakat bisa mendapatkan harga yang lebih baik, maupun dari sisi layanan juga yang lebih baik. Bahwa ada ketidaksempurnaan, saya juga melihat mungkin banyak yang harus kita sempurnakan tadi Pak Nico, terutama yang kaitannya dengan rekonsiliasi antara Dukcapil dengan operator.

Bisa ditayangkan slide yang tadi tolong slide yang halaman sebelumnya. Nah, ini kalau kita lihat memang angka yang berbeda itu adalah antara ini dengan ini, rekonsiliasi antara Dukcapil dengan operator karena tadi kok orang masih bisa melakukan registrasi tercatat hitsnya di Dukcapil tetapi dengan nomor yang sama di operator. Jadi seharusnya itu tidak bisa lagi nanti kami coba cek bagaimana secara teknis. Pak Roy terima kasih banyak masukannya karena ini sebetulnya bisnis proses dan bisa memanfaatkan teknologi untuk menghilangkan potensi yang menjadikan tidak terjadinya rekonsiliasi.

25

Pak Elnino, ini apakah Dukcapil mencatat MISDN? ini sebetulnya begini Dukcapil itukan mempunyai database kependudukan. Ini dimanfaatkan tidak hanya untuk registrasi prabayar, sepengetahuan saya ada puluhan organisasi lain yang bekerja sama dengan Dukcapil untuk memanfaatkan database Dukcapil untuk melakukan validasi. Contohnya adalah BPJS, BPJS juga kalau kepesertaan BPJS itu konfirmasinya validasi daripada peserta BPJS itu menggunakan database Dukcapil. Jadi konsep hampir sama dengan yang dilakukan registrasi prabayar.

Juga untuk perbankan kalau membuka rekening di bank kan kita berikan KTP-nya mereka melakukan validasi banknya, itu juga kepada Dukcapil. Ada berapa bank yang bekerja sama dengan Dukcapil. Apakah Dukcapil menerapkan ISO? Saya belum mengetahui secara persis IS-nya tapi saya yakin Dukcapil juga karena tunduk kepada Undang-Undang Sisminduk pasti melakukan yang terbaik untuk menyelenggarakan, mengoperasikan database dari kependudukan.

Regulasi baru dibuat 2017, Pak Elnino sebetulnya Peraturan Menterinya tahun 2016 bulan Agustus Pak Elnino, tapi memang saat itu sosialisnya cukup panjang. Selain itu ekosistem Pak, jadi registrasi prabayar inikan idenya dimulai tahun 2005, waktu saya masih operator. Tapi kan pada saat itu kemana mengeceknya? Sampai di tengah-tengah dilakukan pakai fotocopy KTP, ini fotokopi KTP bertebaran di mana-mana, akhirnya kan memang tidak bisa valid. Nah, validitasnya ini kesiapannya secara ekosistem termasuk Dukcapil memang baru siap tahun 2017. Jadi walaupun Peraturan Menterinya itu bulan Agustus 2016, tapi pelaksanaannya setelah sosialisasi maupun kesiapan ekosistem baru dimulai akhir Oktober 2017. Jadi itu bukan tiba-tiba.

Kemudian revisi Undang-Undang Telekomunikasi sebagai landasan hukum registrasi prabayar. Secara umum memang Undang-Undang Telekomunikasi juga harus banyak yang diperbaiki tapi kalau kita perbaiki dulu baru registrasi prabayar kita ini mungkin akan lama sama juga Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi apakah Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi dulu ada baru registrasi prabayar. Kami berposisi ya memang belum sempurna tapi kita lakukan, karena kalau kita tidak lakukan, kalau kami tidak lakukan justru di tahun pesta demokrasi ini tidak ada kepastian dan ini kita tidak bisa mengontrol sama sekali itu. Istilahnya bagi kami lebih baik ada yang bisa kita lakukan sekarang walaupun belum sempurna nanti kita sempurnakan.

Apa yang terjadi terhadap pelanggan yang NIK-nya dimanfaatkan oleh orang lain. Ini sekaligus juga menjawab beberapa pertanyaan dari Bapak-bapak sekalian, kami sudah koordinasi dengan Polri, karena penegakan hukum itu dilakukan oleh Polri. Dan kami koordinasinya Polri dan tentunya prosedurnya, tahapannya, tata caranya adalah mengikuti tatacara yang berkaitan dengan penegakan hukum di Polri. Inikan mengenai misalkan sanksinya di Undang-Undang ITE sampai dengan 6 tahun dan dendanya sampai dengan 2 miliar sudah ada, tinggal bagaimana penegakan hukumnya. Pak Andreas. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.):

Izin Pimpinan, pendalaman Pimpinan. Pak Menteri, maaf memotong. Yang pertama itu adalah bahwa walaupun Pak Menteri

yakin Dukcapil itu bekerja sesuai Undang-Undang, tetapi tidak ada jaminan bahwa data nomor HP itu ada akan masuk ke kantong orang. Yang kedua adalah bahwa kalau memang biasanya ada BPJS, ada bank bekerja sama dengan Dukcapil itu adalah data Dukcapil dipakai untuk konfirmasi data yang ada di perusahaan-perusahaan itu.

Yang menjadi persoalan di sini adalah ketika data milik pperator masuk kepada Dukcapil, yaitu data nomor HP-nya gitu kan masuk situ. Nah, sebenarnya itu yang menjadi kekhawatiran kita. Kalau memang nomor HP itu hanya dimiliki operator kita enggak masalah, tapi ketika dikirim ke sana nomor HP-nya untuk mengkonfirmasi KTP-nya seperti yang digambarkan oleh di flow chart ini, inikan masuk ke Dukcapil, NIK, Nomor KK dan nomor HP kalau digambarnya Telkomsel. Sehingga Dukcapil menjadi punya data nomor HP itu.

Nah yang ketiga adalah mengenai orang mengkonfirmasi NIK. Sebenarnya gini nanti operator juga bisa memberikan penjelasan. Ada NIK saya dipakai oleh orang lain, lalu yang melapor itu, yang mereport itu bukan saya, yang mereport dia, sehingga saya yang asli ini yang

26

Elnino asli, yang punya NIK malah diblokir nomor saya dari pada nomor yang orang itu yang Elnino palsu, begitu loh. Nah, bagaimana mengkonfirmasi ini, apakah orang yang report pertama kali yang dianggap sebagai yang asli.

Jadi sebenarnya itu Pimpinan. Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Baik, Pak Elnino. Mengenai siapa yang menjamin di Dukcapil tentunya saya tidak bisa sepenuhnya

menjamin gitu di Dukcapil. Tapi hanya keyakinan saya terhadap Dukcapil, masa sama-sama Pemerintah tidak percaya kan gitu. Kemudian kedua mengenai tadi mekanisme fitur check, kalau misalkan Pak Elnino registrasi ada orang menggunakan misalkan tidak sah punya Pak Elnino kemudian juga registrasi kan 2. Kemudian Pak Elnino juga bisa datang ke operator membawa bukti bahwa ini yang benar gitu loh. Justru di sana nanti bisa diproses penegakan hukumnya Pak. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.):

Inilah Pimpinan maksud saya, ini akan menjadi sangat repot. 250 juta orang memiliki 350 juta nomor. Di report nomor NIK saya, di report oleh Elnino palsu begitu yang mengunakan NIK saya. Lalu, saya harus datang ke operator itu kan repot amat gitu kan. Saya yang jadi korban kok saya lagi yang datang. Ini jadi gimana ini kalau misalnya ada begitu banyak ratusan juta orang ini menjadi persoalan yang seperti itu.

Terima kasih Pimpinan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Boleh kami teruskan Ibu. Pak Elnino, kami catat Pak, tapi kalau 300 juta sih enggak Pak. Kemudian Pak Andreas, siapa harus memberikan jaminan kerahasiaan. Sejauh itu di

Kominfo kami jamin kerahasiaannya, oleh karena ini kembali ke gambar ini. Di Kominfo itu tidak ada data NIK, jadi pelanggan melakukan registrasi melalui operator kemudian validasi ke Dukcapil. Tidak ada data NIK, Kartu Keluarga yang ke Kominfo, tidak ada data MISDN atau nomor ponsel tidak ada yang kepada Kominfo. Kominfo itu hanya setiap hari mangakses informasi dari Dukcapil, bertanya ke Dukcapil. “Wahai Dukcapil hari ini berapa ya registrasi?” kurang lebih itu, jadi betul-betul hanya data ringkasan berapa yang melakukan registrasi.

Jadi kalaupun misalkan bocor datanya ya data yang jumlahnya saja barangkali yang bisa keluar gitu. Dan itukan praktis data publik karena memang itu setiap hari dirilis oleh Kominfo ada di situsnya Kominfo. Kami menyampaikannya secara terbuka kepada publik gitu loh. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.):

Pimpinan, boleh mendalami sedikit. Pak Menteri, kalau melihat alur dan mendengar penjelasan Pak Menteri tadi berartikan

sebetulnya Pak Menteri ingin mengatakan bahwa Kominfo tidak mungkin membocorkan. Jadi kebocoran hanya di 2 titik, 1 Dukcapil dan 1 operator. Kira-kira kalau saya tegaskan gitu ya.

Nah, pertanyaannya kalau tadi Pak Menteri juga mengatakan sesama penyelenggara negara saya harus berprasangka baik pada Dukcapil dong. Berarti Pak Menteri ingin mengatakan ini operator. Saya membahasakan saja secara eksplisit. Pertanyaannya kan kembali kepada pertanyaan saya tadi ini soal pertanggung jawabannya, karena operator tidak bisa mengatakan dengan SOP dan ISO. Harus ada sebuah proses di mana rakyat ini harus dijawab pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalahnya. Sebab, persoalan ini sekali lagi persoalan privacy right yang memang bisa menjadi sangat serius.

Kalau untuk urusan-urusan yang simple, urusan tawaran obat kuatlah, urusan apa itu,

27

menurut saya itu very simple, paling itu disturbing mengganggu saja. Tapi untuk urusan-urusan yang lebih serius, misalnya ada bom meledak dan itu ditemukan mobile phone atas nama NIK dan KK yang terdaftar di saat operator, padahal itu palsu atau hasil penggandaan untuk kriminal-kriminal yang konsekuensinya besar. Nah, yang begini kan serius Pak. Jadi ini bukan persoalan datanya, bukan soal yang ringan-ringan saja, karena kebiasaan di Indonesia kan teroris di mana saja KTP-nya ada d lokasi. Nanti nomor HP dan SIM cardnya bisa jadi barang bukti.

Jadi ini persoalan yang sangat serius implikasinya. Oleh karena itu, dari penjelasan Pak Menteri ini harus ada langkah yang serius juga menurut saya.

Terima kasih Pimpinan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Terima kasih Bapak Sukamta. Saya tidak mengatakan kemungkinan bocornya di Dukcapil atau di operator Pak. Betul

Pak, tapi ini maksud saya definisi bocor, definisi bocor itu ada sekumpulan data informasi yang mengenai pelanggan. Kemudian apakah sengaja atau tidak sengaja itu dikeluarkan, di discloselah untuk tujuan tertentu.

Saya yakin kalau Dukcapil enggak mungkinlah itu, Dukcapil kan mengelola datanya itu subject kepada Undang-Undang Sisminduk gitu loh. Dan juga saya yakin teman-teman operator juga tidak pernah mempunyai niat setidaknya untuk melakukan pembocoran data pelangganya, karena di situ ada Undang-Undang Telekomunikasi maupun sebagai penyelenggara sistem elektronik yang ada sanksi hukumnya.

Begini, kan di Indonesia ini Undang-Undang ada, sanksi hukum ada, tapi orang melakukan tindakan kejahatan pasti ada. Tapi bukan berarti otomatis melakukan tindakan kejahatan itu Pak. Jadi pengertiannya begitu Pak Sukamta. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Pimpinan, setengah menit.

Jadi gini Pak Menteri, yang sudah terbukti selama ini bisa menjaga datanya itu operator, Dukcapil itu tidak. Sementara pengalaman Dukcapil adalah dimintai data bukan dikasih data gitu. Nah, artinya daripada ini data nomor HP itu ada Dukcapil dan saya bisa dapat, mendingan data Dukcapil kasih operator baru divalidasi disana.

Terima kasih Pimpinan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Baik Pak Elnino, terima kasih banyak. Saya selesaikan Pak Andreas mengenai Undang-Undang PDP, terima kasih banyak

atas dukungannya. Jadi saya makin confidence mengenai Undang-Undang PDP ini setelah teman-teman Komisi I DPR RI juga banyak yang mendukungnya.

Bapak Roy untuk memperbaiki sistem validasi antar Dukcapil dan operator akan kami lakukan. Jangan sampai di Dukcapil dicatat sebagai hits, di operator hanya melihat dari sisi nomor ponsel saja. Terima kasih banyak masukannya. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Sedikit Bapak Menteri tambahan. Bagaimanapun juga selain itu Pak Menteri, mohon masyarakat tidak lagi dibebani atau diberikan tugas tambahan ketika dia harus ngecheck lagi, baik itu ke website. Jadi aktifnya itu adalah dari sisi operator, apakah mungkin dikeluarkan satu mungkin Juklak atau Juknis atau mungkin tidak selevel Permen, tetapi operator memberikan report kepada kita.

Saya mungkin sedikit tidak apa-apa berbeda pendapat dengan Bapak elnino, memang kita harus repot. Andai kata nomor kita dipakai ya kita repot daripada seperti Pak Kamta tadi tahu-tahu kita diberikan nomor, tahu-tahu kemudian nomor itu dipakai oleh teroris. Mending dari

28

awal kita diberi tahu. Terus terang Pak Menteri, saya pun dulu pernah oleh satu operator diberi tahu nomor

handphone yang terdaftar dulu, iseng-iseng saja saya minta ada tidak dulu waktu yang daftar awal itu? Ada, Roy Suryo, Jalan Magelang-Jogja. Kalau orang daftar pakai nama Roy Suryo dulu banyak tapi saya tidak bisa menyalahkan, mungkin saja kan ada tapi begitu Roy Suryo Jalan Magelang-Jogya saya harus curiga dong itu mungkin enggak ada orang lain juga. Saya minta karena momornya acak aduk, dulu sudah didaftar sebelum pakai kayak gini.

Jadi maksud saya memang harus ada mekanisme itu, jadi mohon nanti mungkin ada dalam satu kesepakatan gitu ya, selain perbaikan teknis kroscek itu tadi. Karena 45.928.580 itu sekali lagi ini angka yang sangat-sangat besar 13% dari jumlah pelanggan.

Terima kasih. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Terima kasih Pak Roy. Ini untuk peningkatan pelayanan ke masyarakat, ini sebetulnya pertanyaan PakR Roy

nomor 2 tadi saya sudah bicara paling tidak yang paling banyak bersedia katanya untuk meningkat jadi notifikasi diberikan ya.

Kemudian surat Ombudsman ini mohon maaf saya malah belum tahu, kalau boleh nanti di Japri Pak. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Siap, jadi teman-teman sudah banyak mendapat jadi ada dari Ombudsman itu yang kemudian sudah mempersoalkan ini. Jadi nanti dari pada gaduh jadi Pemerintah sendiri mending selesaikanlah dengan cepat gitu. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Terima kasih. Kemudian kembali RUU PDP terima kasih atas dukungannya. Kemudian Pak Arief, ini sama proses yang tidak etis semacam intrution of privacy. Nah,

ini juga bagian dari pada yang menurut saya harus kita tata Pak, kita benahi karena ini bukan hanya terjadi dilayanan seluler Pak. Ini juga terjadi kalau kita menggunakan internet, browsing, dulukan perah ramai Pak. Kalau saya browsing ke situs berita tertentu tiba-tiba top up dari operatornya, tapi sekarang kan sudah hilang gitu. Nah, itu melibatkan abdi juga soalnya sama operator, operator yang penyelenggara jasa internet.

Tapi menurut saya memang harusnya enggak boleh dan sekarang kalau yang namanya seperti mama minta pulsa, kemudian layanan tawaran kredit itu sementara teman-teman BRTI yang menampung semuanya nanti difasilitasi oleh BRTI. Biasanya karena prabayar inikan baru, sebelumnya itu dicatat paling ditanya, di-follow up tapi tidak tahu ini siapa di mereka gitu. Nah, nantikan dengan selesainya registrasi prabayar itu akan mempercepat proses untuk tahunya di mana Pak. Jadi kalau perlu penindakan hukum ya itu bisa ditindak lanjuti sesegera mungkin Pak Arief. Tapi outletnya sementara ini bisa kepada operator, bisa ke BRTI, BRTI kan tempat aduan siapa pun dari masyarakat. F-HANURA (MOHAMAD ARIEF SUDITOMO, S.H., M.A.):

Izin Pimpinan. Pak Menteri, bagi saya alangkah baiknya apabila sebelum proses ini selesai, ada 1 atau

2 pihak yang masuk penjara dulu. Biar mereka tahu bahwa hal-hal yang mereka lakukan yang ujung-ujungnya adalah pelanggaran privacy terhadap orang individual di Indonesia atau kalau itupun ada terkait sama Telko akan ada deteren efek yang pas buat mereka, sehingga ada masuk penjara dulu. Karena ujung-ujungnya ini adalah sebuah pelanggaran terhadap hak pribadi seseorang.

29

Terima kasih. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Terima kasih Pak. Ini kami catatan nanti kami cek terutama dengan penegak hukum Pak. Pak Sukamta, ini pengutamaan jaminan kerahasiaan data, terus apakah sudah dilakukan

penelusuran atas selisih 45 juta. Kami coba melakukan rekonsiliasi data ini dari mana, sekarang masih prosesnya berlanjut. Izinkan kami menyelesaikan sampai perkiraan pertengahan Mei Pak, karena sekarang batasnya terakhir kemarin 28 Februari. Kemudian yang belum registrasi tidak bisa menelepon dan tidak bisa kirim SMS, tapi SMS registrasinya masih bisa sampai dengan akhir Maret Pak. Setelah itu kalau masih belum registrasi juga, tidak bisa nerima telepon, tidak bisa menerima SMS, tidak bisa menelepon dan tidak bisa mengirim SMS, tapi registrasi SMS masih bisa, datanya masih bisa. Setelah itu 2 minggu lagi sama sampai dengan internet, setelah itu baru tidak boleh di blok, kami akan lakukan istilanya cleansing pembersihan rekonsiliasi semua. Jadi izinkan untuk memberikan waktu kepada kami untuk melakukan rekonsiliasi sampai dengan pertengahan Mei Pak. Dan saya sampaikan juga saya akui bahwa data yang sekarang ini boleh dikatakan datanya adalah data interim.

Kepada siapa masyarakat harus mengadu? Karena kami ada BRTI bisa juga ke operator kalau merasa dirugikan oleh operator nanti operator bisa dengan BRTI, nanti kita bicarakan kalau memang itu harus di tindaklanjuti dengan penegakan hukum kami akan lakukan proses tindakan penegakan hukum sebagaimana yang saya sampaikan kami sudah bicara dengan pihak kepolisian pada minggu yang lalu.

Pak Budi Youyastri, ini ada kebocoran saya bukannya mau ngotot Pak, tapi memang ya bisa saja terjadi dalam artian, tetapi kalau menurut hemat kami yang tadi itu bukan kebocoran. Dengan tadi husnuzon kepada Dukcapil, juga kepada operator rasanya mereka kan juga subject kepada aturan. Jadi tidak akan secara sengaja membocorkan atau apa. Namun, bisa saja terjadi apa pun bisa terjadi kan dari sisi teknis itu Pak.

Terus kasus pre registrasi ini yang Pak Budi sampaikan tidak perlu lagi registrasi karena nomornya mungkin nanti bisa yang 0813 dan 0821 bisa menyampaikan informasi yang terjadi seperti apa.

Dasar hukum kerja sama Dukcapil dengan operator ini sama Pak. Jadi Dukcapil itukan bekerja sama dengan BPJS, dengan perbankan dan lain sebagainya, statusnya sama dengan Dukcapil bekerja sama dengan operator. Karena nanti itu masing-masing operator barangkali mempunyai setelah registrasi prabayar ini selesai, mempunyai keinginan yang berbeda-beda untuk mengemban produk misalkan. Operator A inginnya kerja sama dengan Dukcapil caranya seperti apa, operator B beda lagi caranya. Tapi yang penting registrasi prabayarnya itu standar dan harus sudah selesai dulu Pak. Buka log registrasi di Dukcapil insya Allah nanti kami bisa sampaikan Pak. Jadi contohnya selisih itu Pak, karena apa, dari mana dan sebagainya.

Kemudian bedanya data pribadi dan data publik. Ini saya baca di Undang-Undang Sisminduk. Di kita kan data pribadi seolah-olah harus diproteksi betul data, tapi kalau data Sisminduk ini Pasal 1 Angka 1, administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan pemanfaatan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan, serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Jadi sebetulnya kalau dari sisi Dukcapil itu sumber datanya itu memang digunakan untuk pelayanan publik. Database yang dikelola itu memang untuk pelayanan publik sedangkan kita kan arahnya adalah perlindungan data pribadi. Jadi seolah-olah akan ada cris-cros.

Kemudian untuk melakukan audit operator ya nanti kami silakan kepada teman operator. Saya tidak keberatan untuk melakukan masing-masing melakukan audit. Sebenarnya bukan audit istilahnya tapi rekonsiliasi antara data Dukcapil dengan masin-masing operator dengan cara proses registrasi yang valid gitu loh.

Pak Bobby, tim evaluasi libatkan Kepolisian tadi sudah saya sampaikan.

30

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, boleh Pimpinan. Jadi menurut saya audit dan rekonsiliasi yang disebut Pak Menteri itu adalah sebenarnya Budi Youyastri itu punya nomor HP di operator Telkomsel berapa saja, yang ada di Indosat berapa, yang di XL berapa, itu kan tidak mungkin masing-masing mau urunan ngasih, jadi hanya Kominfo yang bisa rekap. Begitu rekapnya ada dibroadcast balik, “Bapak nomor ini dengan NIK ini, nomor segini anda memiliki 5 nomor, 1, 2, 3, 4, 5”. Jadi harus ada dibalik direkap, rekap itu hanya mungkin dilakukan diperintahkan oleh Menteri, kalau operator pasti ngumpetin masing-masing Pak.

Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Ya Pak, kami catat ini sama seperti ini Pak Roy Suryo notifikasi disampaikan kembali kepada pelanggan, hanya ini jumlahnya berapa dari operator yang berbeda. Bisa kan teman-teman ya? Oke. Kemudian Pak Bobby tadi tim evaluasi libatkan Kepolisian tadi saya sampaikan minggu lalu kami sudah mulai bicara dan sudah mulai ada yang diproses, yaitu terserah teman-teman Kepolisian yang biasa melakukan proses penyelidikan atau penyidikan.

Kemudian yang kedua, sejauh mana Kominfo masuk ketataniaga. Nah, ini distribusi ini bagi Kominfo, Kominfo tidak ingin masuk ke sana Pak, karena ini masalah komersial antara operator dengan jaringan distribusinya. Apakah ada yang mau fokusnya kepada outlet saja, tapi kalau jaringannya banyak outlet semua juga kau punya sendiri repot juga kan bangunnya. Ada yang fokusnya barangkali kepada pihak ketiga ya silakan saja berkompetisi, yang penting apa layanannya lebih baik dan harganya makin terjangkau. Jadi kami tidak ingin masuk ketataniaga.

Yang penting apapun yang terjadi tanggungjawab ya operator Pak. Kalau misalkan kami yang masuk ke tata niaga ini harus berapa layer hanya boleh dan lain sebagainya nanti yang tanggungjawab Kominfo Pak. Ini biarkan saja operator yang bertanggungjawab dan biarkan operator nanti berkompetisi Pak. F-PG (BOBBY ADHITYO RIZALDI, S.E. Ak., M.B.A., C.F.E.):

Maaf Pimpinan, Penajaman pendalaman. Kiranya kalau bisa di sampaikan bahwa dalam pengaturan registrasi ini tiap masyarakat

per satu NIK itu apakah sudah final maksimal hanya boleh punya 3 nomor telpon teregister per operator atau seluruh nomor itu yang kiranya supaya bisa disampaikan agar para peretail ini mengetahui berapa besar pangsa yang masih bisa tumbuh.

Terima kasih. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Terima kasih Bapak Bobby. Memang awalnya kami memikirkan hanya 3, tetapi secara bisnis operator itu punya hak

banyak. Artinya, kalau ada 1 orang punya 10 ponsel, 10 simcard ya boleh-boleh saja karena untuk bisnis mungkin. Nah, hanya sekarang bagaimana kita menata tanggungjawabnya. Nah, kalau saya sih selama operator tanggungjawab silakan toh tanggungjawabnya operator.

Kami memang sengaja dorong yang mempunyai simcard 10 registrasinya jangan sendiri datang ke gerai, karena operator juga akan senang. Kalau ada tiba-tiba Rudi datang bawa 10 simcard dipakai apa? Dipakai bisnis, ini pelanggan corporate saya sebetulnya itu. Jadi ada manfaatnya juga datang kalau misalkan 10 atau 50 enggak ada masalah. Cuma kan kalau misalkan ratusan ribu ya keterlaluan kalau ada yang kayak gitu kan.

31

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, boleh Pimpinan. Jadi Pak Menteri, konsen kita itukan tidak peduli dengan bisnisnya. Pak Menteri, tadi

menyatakan tanggungjawabnya ada dioperator, itu dinyatakan di dalam Permen Bapak atau tidak itu saya minta ketegasan.

Yang kedua begini Pak Menteri, kita konsen adalah datanya itu terjamin di setiap layer tata niaga yang dimiliki operator. Bagaimana meyakinkannya kalau jadi pernyataan Bapak Menteri benar jika ada kebocoran di layer outlet, maka yang bersalah adalah direksi perusahaan operator tersebut, final.

Terima kasih.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Betul Pak, ini saya minta bantuan dibuka Permennya Pasal berapa, memang tanggungjawabnya di operator Pak. Jadi prinsipnya bagi kami, saya justru dorong operator mau punya pelanggan, 1 pelangan yang 50, 100 malah senang kalau saya jadi operator itukan pelanggan koorporasi, tapi tanggungjawabnya tetap di operator, karena kami tidak masuk ke ini. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Artinya jika outlet melakukan pelanggaran pidana yang dikenakan pidana adalah Dirut dari masing-masing operator. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Ini sedang dicari kalau tidak nanti saya sampaikan terpisah mengenai klausul di Permen mengenai registrasi prabayar. Tapi intinya adalah tanggungjawabnya operator ya. Kalau di atas 3 itu kami dorong sebetulnya ke gerai, kalau 3 kan masih oke lah, karena kalau kita acu kepada laporan dunia tentang antara jumlah simcard. Yang beredar prabayar dan pengguna itu rasionya kurang lebih 0,67. Jadi kalau yang teregistrasi SIM card itu 100, itu sebetulnya riil usernya ada 67 itu ada dilaporannya tahun 2017 Ericsson Mobility. Jadi di global kurang lebih 67% dari yang didaftar kepelanggan itu 67% yang riilnya gitu.

Kemudian Bapak Hari Kartana, ini ada data bocor mungkin saya tidak perlu ulangi lagi. Ini tidak ada integrasi antara operator dan Dukcapil tadi saya sampaikan bahwa itu yang akan kita lakukan rekonsiliasi antara Dukcapil dengan operator sehingga angkanya tidak lagi selisih yang besar. Tetapi bukan berarti seperti Mas Budi katakan didekat-deketin tapi setelah rekonsiliasi betul.

Kemudian Undang-Undang PDP, terima kasih dukungannya. Dan keempat, sama tadi pertanyaan Mas Budi adalah reregistrasi kepada pelanggan yang sudah menggunakan lama.

Pak Tamliha, ini juga tidak ada jaminan data bocor juga sudah saya sampaikan. Kemudian juga usul moratorium registrasi, kala moratorium registrasi kalau menurut saya malah jadi susah nanti gitu loh. Bahwa tidak sempurna atau belum sempurna kami akui, tapi kalau kita tunda lagi ini malah kita akan mohon maaf nanti akan menurut kami lebih apa namanya lebih tidak terkontrol Pak.

Pak Asril, bentuk tim pengawas dipimpin government incorporate pihak independent, kami catat Pak, kami nanti bicarakan dengan operator untuk melihat ini Pak.

Terima kasih. Ibu Pimpinan, mungkin itu jawaban saya atas 11 yang menyampaikan pendapatnya,

pendalaman atas presentasi yang kami lakukan bersama dengan teman operator. Terima kasih banyak Ibu.

32

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Baik, terima kasih. Kita dengarkan dari operator mungkin dimulai dari Telkomsel, kemudian Indosat dan XL. Silakan.

PRESIDENT DIRECTOR PT. TELKOMSEL (RIRIEK ADRIANSYAH):

Terima kasih Ibu Pimpinan. Tadi sebagian besar mungkin sudah disampaikan oleh Bapak Menteri. Mungkin yang

terkait dengan operator pertama adalah pertanyaan bahwa apaka ada SOP untuk data pelanggan. Kami di operator dan saya yakin di semua operator kami memiliki SOP standarisasi bagaimana melindungi data pelanggan tersebut. Jadi kalaupun misalnya tadi Pak Tamliha menyampaikan kalau ada permintaan dari Kementerian BUMN misanya meminta data pelanggan itu kami juga tidak bisa penuhi Pak. Kami akan tolak karena itu tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Nah, kemudian yang kasus tadi di Grapari di Semanggi. Memang proses itu ada licement, ada improvement. Jadi beberapa bulan yang lalu itu memang itu masih mungkin terjadi, tapi kemudian mulai 21 Februari kemarin kita sudah perbaiki, sehingga hal itu tidak mungkin dilakukan lagi. Namun demikian bisa saja ada pihak-pihak tertentu, outlet misalnya yang kemudian mereka katakanlah nakal dengan menggunakan data atau NIK pihak-pihak lain yang kemudian yang digunakan itu yang akan mengakibatkan bisa mengaktivasi meskipun bukan dari pembelinya datanya. Itu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Dan itu kalau sampai kita kenali kita akan lakukan peringatan dan penindakan.

Kemudian kalau saya lihat data kebocoran itu memang ada 2 mungkin, yang pertama data yang tadi NIK atau NOKK-nya itu digunakan secara tidak sah gitu ya, yang ini sudah dijawab oleh Bapak Menteri. Ada satu lagi sebenarnya kenapa kok kita itu masih sering menerima SMS iklan itu. Nah sebenarnya data itu, itu bisa juga terjadi bukan karena kebocoran dari Dukcapil, maupun Kominfo, maupun dari para operator, tetapi terjadi cross selling. Jadi misalnya ada aplikasi kartu kredit ternyata di antara para juga saling menukarkan, sehingga data kita, nomor telepon itu dimiliki oleh pihak lain yang kemudian menggunakannya untuk menawarkan sesuatu kepada kita. Itu juga bisa terjadi.

Menurut saya kuncinya adalah sebenarnya sosialisasi bagaimana perlindungan data pribadi ini dan apa konsekuensinya kalau menggunakan data pribadi secara tidak sah. Mungkin itu saja saya rasa tambahan Ibu Pimpinan.

Terima kasih.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Silakan Bapak Budi kemudian Bapak Elnino. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, pertanyaan saya ada 2 nomor ini Pak Dirut Telkomsel. Saya mendaftar, saya beli nomor padanannya Telkomsel ternyata ada registrasinya Juli 2017 di Grapari, saya belinya di Grapari, tapi Graparinya bilang itu vendor di depan. Mana pula aku tahu dia bukan di depan Grapari di dalam Grapari. Dia belum keluar edaran Menteri tapi keputusan untuk melakukan registrasi ulang rasanya sudah lama, bukan baru tapi sudah lama, saya minta diregistrasi ini nomornya ada, HP-nya ada, didaftarkan oleh Grapari, supervisornya. Saya cek tadi 444 nomornya tetap tidak terregister. Bingung saya, jadi nomor ini bentar lagi mati atau tidak, tidak tahu saya. Itu kejadiannya Juli 2017 dan sudah saya sampaikan kepada Pak Menteri, tidak ada

33

follow up-nya bagaimana dan kabarnya begitu. Nah, ini saya beli lagi nomor paket yang sama karena internetnya bagus. Yang saya beli yang 100 ribu perbulan entah apa namanya tetap tidak diregistrasi, Telkomsel itu. Ini nomornya nomor baru, buat saya nomor baru, kartunya masih di lakban, kok bisa kejadian begitu. Jadi Pak Menteri, Pak Menteri mengatakan tanggungjawabnya operator. Ini Telkomsel tidak bertanggungjawab ini, yang Juli tidak diregister, 2 bulan lalu tetap tidak diregistrasi. Alasannya, “Pak, ini sudah diregistrasi”, aku dengernya sudah diregistrasi itu maksudnya apa sih. Saya beli baru kok sudah diregistrasi, karena saya buru-buru pakai saya internetnya jalan. Ini penjelasannya bagaimana Pak Ririek, saya nunggu ini. PRESIDENT DIRECTOR PT. TELKOMSEL (RIRIEK ADRIANSYAH):

Terima kasih Pak Budi. Jadi memang kita memperketat registrasi itu dimulai setelah terbitnya Permen, Permen

itukan Oktober Pak. Nah, terus kemudian long the way, kita memang perketat itu dan termasuk karena sebelumnya kerjasama kita dengan dealer.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, maaf Pimpinan. Bapak Menteri sudah bilang urusan tata niaga enggak urusannya operator. Saya tidak

mau tahu Bapak yang tanggungjawab. Kan tadi saya tegaskan Bapak Menteri, Pak Menteri siapa yang bertanggungjawab, tata niaganya atau operatornya? Bapak Menteri bilang operator kan. Jadi kalau anda bilang tata niaga distributor anda menurut saya enggak relevan di dalam ruangan ini. Kalau Anda mau bicara begitu oke kita belah satu-satu Pimpinan, berarti kita perpanjang saja rapatnya, aku pengen tahu tata niaganya, penjualan kartu perdananya Telkomsel, tolong seperti apa, dibuka sekarang. Saya pengen tahu jadinya. Terserah kalau anda mau buka, mau menyalahkan outlet, fine kita rapat sampai jam 4 pagi. Tapi kalau anda mau tanggungjawab ya jawab pertanyaan saya. Ini bukti ini dua nomor ini, dan saya masih pakai dan saya masih butuh. Sepanjang yang saya pahami belum dilarang. Saya usul dua nomor saja tapi belum dilarang kan, karena saya pernah punya nomor itu mungkin sudah 1000 kali nomornya, karena saya hobi nyobain satu operator bagus enggak internetnya, sejak sudah 10 tahun yang lalu.

Saya mau tanya Bapak Menteri, Permennya keluarnya bulan apa Bapak Menteri? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Permen itu dikeluarkan, sebenarnya Permen pertama 2005 Pak, terus karena memang kita ekosistemnya enggak bisa gitu, keinginan ada tapi enggak bisa cara itu enggak ketemu sama sekali. 2016 Agusus dikeluarkan Permen lagi, tetapi memang ekosistem belum siap juga termasuk Dukcapilnya. Itu yang mohon maaf, mungkin tadi Juli ini registrasinya masih lama di registrasi banyak-banyak tapi dijualnya, sisanya mungkin baru terakhir-terakhir ini sudah ini. Tapi sejak Oktober 31 itu kan revisi dari Permen tahun 2016 bulan Agustus. Sejak saat itu sih saya yakin teman-teman operator sudah lebih disiplin.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, Pak Menteri penjelasannya berartikan Oktober 2017. Yang ini nomor saya belum 2 bulan, berarti kira-kira awal Januari atau akhir Desember saya beli, sudah keluar itu Permennya Pak. Sama kejadiannya yang ini lebih parah lagi, saya enggak bisa paksa untuk registrasi dan itu yang menjual “sudah Pak, sudah diregistrasi tinggal pakai saja”, saya lagi main game pakai ah gitu jalan.

34

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Itu mungkin mohon maaf, harus dicek dilapangan tapi perkiraan kami itu sebelum 31 Oktober 2017 kan registrasi sudah ada, hanya proses yang menggunakan Dukcapilnya baru 31 Oktober. Ini sudah registrasi masih ada di outlet. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, saya usul Pimpinan, biar pasti kita habis rapat keliling ke Ambasador sama Roxy bareng-bareng, periksain semua penjual disana.

Terima kasih. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.):

Pimpinan.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Silakan Bapak Elnino.

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.):

Saya mau kasih contoh kasus untuk tiga-tiganya ini operator yang ada. Nomor saya ini nomor pascabayar bukan prabayar. Tapi ini tidak pernah saya registrasi kemanapun gitu, hanya saya pakai online untuk segala macam Medsos. Anehnya nomor ini tidak pernah saya pakai nelpon istri saya juga tidak, segala macam tidak, tapi saya SMS iklan-iklan itu. Nah, itu bocornya dari mana ya. Nomor saya kok mereka tahu, apa mereka spekulasi saja begitu ada nomor ini sekian itu kan. Ini ada iklan pasang TV, ada iklan judi bola, ada iklan ini dan itu, ini mereka tahu nomor saya dari mana, istri saya tidak punya nomor ini. Artinya bocor di istri saya juga tidak mungkin. Itu yang pertama.

Yang kedua, bayangkan kalau iklan seperti ini Pak, menangkan bonus 300% sepak bola dari nilai taruhan dengan tembak pemenang. Bayangkan kalau saya punya data dari Dukcapil bunyi iklannya jadi begini “Pak Elnino tinggal ditamnah nama saja”. Saya pikir ini pasti dari kawan saya. Itu yang kalau saya pakai untuk kampanye seabrek-abrek suara saya di Gorontalo kalau saya punya data itu. Ini yang saya kuatirkan. Di Capres ataupun di Caleg sama berbahaya. Dan semua orang di sini pasti melek ini bagaimana cara main di situ. Tinggal contentnya doang kita dapat datanya, big datanya, nomor SMS-nya, nomor HP-nya, nomor WA-nya, nama facebook, wassalam. Dan itu sangat murah, enggak perlu money politic, cukup 1 SMS Rp100.

Content is the message, content is the king, kan gitu. Nah, kalau saya dapat datanya Pak, Bapak tidak bisa jamin Dukcapil besok saya datang Dukcapil, kan Bapak tidak bisa jamin, hanya meyakini, tidak mungkinlah, Pemerintah kita gitu loh, apa sih yang enggak bisa dapat. Paling yang datang Anggota DPR ini banyak kali Anggota DPR RI-nya.

Inilah Pak, yang saya bilang jangan sampai ada penyalahgunaan baik marketing hal-hal yang negatif maupun dipakai untuk kepentingan politik di tahun politik ini sensitif. Kalau mau fair ya sudahlah semua cara kasih saja, kan cuma saja nanti orang itu juga malas juga, marah dia nanti kalau semua Caleg di SMS kepada dia kan.

Ini sekarang ini, dulu saya bisa meng-SMS dengan Rp6 pakai Telkomsel bulan puasa keseribu orang setiap hari, hanya Rp6, tahun 2008-2009. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Jelang Pileg.

35

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Sekarang dibatasi karena dianggap spam, hanya bisa sekitar sampai 35 SMS dengan

bunyi yang sama. Kita sudah bikin scriptnya untuk bikin SMS yang bisa beda-beda isinya antara SMS A, B, C, D, yang berturut-turut itu beda dan tidak bisa dianggap spam. Inikan tinggal main algoritma, operator pakai algoritma apa kita bikin algoritma begini, selesai, yang penting kita dapat itu data.

Ini Pak yang sangat kita sangat kuatirkan. Kreativitas manusia di Indonesia ini luar biasa, kalau cuma aturan apalagi cuma teknis saja ya Allah narkoba saja masuk apalagi cuma yang begini. Narkoba saja masuk ratusan ton, apalagi cuma begini. Itu yang saya maksud ini harus kita jaga betul, rakyat kita setiap individu warga negara Republik Indonesia untuk melaksanakan yang ada diundang-undang dasar dipermukaan ditulis melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, bukan hanya dari ancaman fisik tapi juga dari ancaman opini dari luar negeri, konten asing yang tidak cocok dengan budaya kita dan segala macam hal-hal yang tidak baik. Itu harus terlindungi, anak-anak kita sudah pegang HP Pak. Kita membiarkan begitu saja, kita ini enggak bicara ini HP ini, kita nomor ini, bukan hanya bicara kita, kita bicara anak-anak kita.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Baik, terima kasih Pak Elnino. Silakan berikutnya kepada Indosat.

DIREKTUR UTAMA PT. INDOSAT, TBK. (JOY WAHJUDI):

Oke, terima kasih Ibu Pimpinan. Saya mungkin hanya menjawab langsung saja pertanyaan khusus dari Pak Roy Suryo.

Jadi kronologinya Pak, jadi ini memang ada kejadian di satu toko kecil lah, dimana toko kecil ini kayaknya didatangi Ibu Sri Sungatmi ini. Jadi yang melaporkan itu Pak Roy itu sebenarnya anaknya, anaknya yang memberikan KTP dengan KK-nya itu. Saya baru dapat info juga Ibu ini ternyata kerja di Dukcapil juga katanya, mungkin kebetulan. Ceritanya jadi kalau menurut saya Ibu ini, kebiasaan ini ya konsumen Indonesia itu kebiasaan memang selalu kita datang ke toko itu ya, tolong dong ini, tolong aktifkan, itu kebiasaan. Kalau saya ingat dulu jaman Blackberry itukan paling gampang itukan, datang ke toko tolong di change ID. Itu juga sebenarnya sama, data kita ada di toko dipegang sama mereka, tapi pada saat itu mungkin kita enggak terlalu meributkan hal itu. Kebiasaan ini mungkin juga menjadi proses edukasi yang mesti dilakukan juga oleh konsumen juga ya karena kita sekarang inikan dengan gampangnya memberikan kartu KTP asli difotocopy, KK-nya difotocopy. Disatu sisi juga ini edukasi juga untuk kepada toko, toko-toko kecil inikan banyak Pak, yang inikan usaha kecil juga.

Memang perubahan akan terjadi dengan proses ini, tapi yang penting kan mereka harus diedukasi juga bahwa sebenarnya ini bahaya loh, jangan melakukan ini. Karena kalau dilakukan seperti ini nantikan istilahnya bisa masuk ke jalur hukum juga, istilahnya mereka memalsukan. Kenapa mereka melakukan itu sampai 50 kali, karena memang konsumen di Indonesia kalau datang itu tidak mau pusing juga. Ini juga ada dua sisi yang mungkin harus dilihat juga ya, proses-proses edukasi baik dari sisi konsumen itu sendiri dan juga dari pemain-pemain pedagang kecil ini Pak, karena resiko dengan melakukan hal ini apa. Dan konsumen pun juga jangan main gampangnya saja, dari dulu sudah kebiasaan.

Menurut saya sih ini sudah kita langsung ambil action kemarin, jadi semua nomor kita block yang dia punya semua yang diluar itu Pak, jadi 49 nomor itu. Dan juga kita langsung bicara dengan Ibunya dan juga ditemani juga dari teman-teman teman dari Kominfo juga datang ke situ untuk ini menjadi percontohan juga, karena kita lihat inikan kita bisa edukasikan kedua belah pihak. Mudah-mudahan ini yang saya maksud dengan belum sempurna, tapi kita terus meningkatkan proses edukasinya terus berjalan, karena ini memang untuk kebaikan kita semua,

36

karena kalau benefitnya semua itu sudah akurat kan lebih banyak benefit yang bisa diraih, bukan hanya kita-kita dari operator tapi juga industry lain.

Saya rasa itu spesifik yang kepada Indosat, yang lainnya rasanya sudah cukup banyak dijawab oleh Bapak Menteri juga. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Pimpinan izin. Pak Joy, meskipun ini melanjutkan pertanyaan kepada Bapak, tapi mungkin saya ingin

minta gambaran, karena ini kebetulan mungkin yang melakukan seorang kios, gitu kan. Tapi adakah kemungkinan tindakan dari operate yang kemudian dalam rangka kejar target pelanggan melakukan itu, jaminan dari operator ada tidak kira-kira Bapak Joy.

DIREKTUR UTAMA PT. INDOSAT, TBK. (JOY WAHJUDI):

Kalau dari sisi operator sih dari tempat saya tidak ada melakukan itu sendiri, sudah pasti tidak ada Pak. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Kalau ada saya setuju pendapatnya Pak Arief ini, kayaknya karena lihat disparitas angka yang sedemikian besar, 45 juta itu kayanya mesti ada ini operator masuk, direksi operator masuk penjara, itu kira-kira Pak. DIREKTUR UTAMA PT. INDOSAT, TBK. (JOY WAHJUDI):

Kalau saya dari Indosat dan saya yakin juga teman-teman juga kita sih tahu aturannya Pak, jadi kita enggak mungkin pasti akan melakukan aktivasi sendiri dengan menggunakan KTP, dapat KTP dari mana gitu. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Mungkin aktifasi darimana, mungkin kalau gambaran kerja normal sih enggak, tapi kalau itu abnormal, kalau itu dikerjakan dengan teknologi, kalau itu dikerjakan dengan robot mungkin. Jadi saya minta Pimpinan ini kok saya melihat ada yang perlu dicatat atau perlu ditindaklanjuti ya di dalam case ini gitu, karena sekali lagi disparitas angkanya sangat besar. Mungkin perlu satu system nanti untuk mengejar ini, karena jangan sampai solanya publik menunggu apa hasil dari RDPU kali ini. Kalau kemudian hanya dicap oh iya nanti ada perbaikan, sepertinya nanti perlu ada tindaklanjuti Pimpinan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Terima kasih Pak Roy. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, pendalaman untuk barusan boleh?

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Silakan Bapak Budi.

37

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pertanyaan saya sama dengan Pak Rudiantara, tanggungjawab terhadap operasi keamanan data itu ada di operator kan Pak Menteri, bukan dikios kan. Oke, tetap sama outstandingnya, jadi Dirut Indosat anda enggak bisa mengatakan itu kesalahannya Ibu di dalam rapat ini. Di dalam internal Bapak atur sendiri.

Yang kedua, pertanyaan saya nomor itu miliknya yang mengeluarkan itu operator atau kios? Operator kan, sehingga tidak mungkin Bapak mengatakan itu pinter-pinternya saja si kios menjual. Yang memberikan kewenangan menjual siapa, nomor itu siapa yang mengeluarkan, Pak Menteri, Pak Dirjen, kios? Kan bukan, Bapak yang keluarkan. Jadi saya mengatakan tidak bisa Bapak buang badan begitu. Jadi kasus Ibu yang anda salahkan ini, satu Ibu ini, oke fine. Ada enggak yang lainnya.

Dan saya minta ini kita buka log-nya sama-sama Pimpinan, ada berapa nama yang sama, berapa NIK dan KK yang sama berulang-ulang mendaftarkan. Kita periksa satu per satu akan ketahuan masing-masing operator membuat peregister bodong berapa puluh juta.

Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Ya, terima kasih Bapak Budi. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.):

Pimpinan.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Silakan Bapak Sukamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.):

Pertanyaan saya tadi itu saya kira belum ada yang jawab oleh para operator terkait dengan pengelolaan data di operator. Jadikan walaupun dari diagramnya Pak Menteri Kominfo tadi panah-panah saja. Artinya, seolah-olah hanya lalu lintas saja, meneruskan proses registrasi itu, tapikan di operator itu ada disitu jadi hupnya pelangan melakukan registrasi mencontohkan nomor NIK. Pertanyaannya apakah ada data yang menyangkut di operator. Tetap saja operator punya data nama pelanggannya, nomor NIK-nya, KK-nya, nomor HP-nya ada. Nah, pengelolaanya bagaimana ini, managementnya bagaimana.

Nah, mungkin kah kebocoran itu mulai dari situ atau di situ. Bagaimana dengan orang-orang yang bertanggungjawab terhadap proses itu. Nah, ini yang belum ada penjelasan tadi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Dari Pak Joy sudah, tadi ada yang ditanggapi khusus dari Indosat atau, semua ya. Baik, XL Axiata silakan. DIREKTUR INDEPENDEN PT. XL AXIATA, TBK. (YESSIE D. YOSETYA): Baik, seperti tadi sudah disampaikan banyak oleh Bapak Menteri. Saya akan memaparkan sedikitnya 2 point saja. Yang pertama adalah kami sebagai operator pertanyaan terkait dengan siapa yang bisa meminta data. Jadi kami sebagai operator tunduk pada Undang-Undang Nomor 36 dan hanya memberikan data pada aparat penegak hukum. Jadi itu sudah diatur di sana dan saya yakin teman-teman operator juga melakukan apa hal ini.

Terus kemudian pertanyaan berikut terkait kerjasama dengan Dukcapil. Tentunya ini merupakan implementasi kerjasama dari Kominfo dan Kemendagri, dimana pemanfaatan data

38

harus dilakukan perjanjian oleh pihak yang memanfaatkan data tersebut. Jadi sama posisinya kami seperti partner Kemendagri lainnya, jadi bank, BPJS, instansi untuk leasing, kurang lebih 100 lembaga juga perlu memerlukan kerjasama tersebut. Nah, kemudian terkait dengan pelaporan dari masyarakat maka operator akan melaksanakan pemblokiran sesuai dengan tahapan yang ditentukan oleh regulasi dan Pemerintah. Dan dalam hal ini kami juga mencatat masukan dari Anggota Dewan, dimana mungkin bisa dilakukan bahwa lebih proaktif daripada menunggu pelaporan dari masyarakat.

Demikian Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Baik, terima kasih. Dengan demikian sudah semua menjawab dari operator dan juga Bapak Menkominfo

juga sudah menjawab. Kita cukup ya saya rasa, kita coba simpulkan terkait masukan Bapak dan Ibu.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, pertanyaan saya kepada 3 operator tidak dijawab. Saya ingin nanya tentang klasifikasi data, mana yang data pribadi dan mana data publik, tiap-tiap operator membuatnya tidak, karena ketiganya tidak menjawab berarti ketiganya tidak punya perhatian khusus terhadap pengamanan data pribadi pelanggannya.

Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Itu dijawab atau dimasukin kesimpulan? Ada yang ingin membela atas pernyataan tersebut.

DIREKTUR UTAMA PT. INDOSAT, TBK. (JOY WAHJUDI):

Saya coba menjawab juga. Jadi kalau secara policy di kami di Indosat Oredoo juga teman-teman yang lain. Kalau masalah data yang ada di kami, event sebelum kita mulai koleksi data NIK dan NOKK kita sudah punya data kan sebenarnya. Karena aturan main kita sebenarnya sudah jelas, tadi sesuai hukum Ibu Yessie sudah menjawab. Kita hanya memberikan data kita kalau diminta sama Polisi, diminta sama KPK, diminta oleh beberapa instansi lain, yang sudah sesuai dengan aturan hukumnya itu yang kita berikan. Diluar itu kita tidak memberikan data itu kepada siapa-siapa. Jadi memang privasi daripada data pelanggan yang kami semua miliki dari semua operator disini saya rasa kita menjaga itu.

Mudahan-mudahan itu bisa menjawab, kan sebenarnya data itu dari dulu kita sudah punya. Jadi bukan sesuatu yang baru hari ini karena ada tambahan masalah yang KTP sama KK ini. Tapi prinsinya tetap sama apapun yang kita miliki itu semua data privacy pelanggan kita dan tidak diberikan ke siapapun juga atau diperjualkan kepada siapapun juga.

Mungkin itu saja dari kami.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Baik, bagaimana Mas Budi sudah? F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pertanya saya mereka punya aturan internal enggak tentang klasifikasi data, mana yang data private dan mana data public, ketiganya tidak bisa menjawab. Artinya, ketiganya tidak tahu bagaimana melindungi data pribadi pelanggan.

Terima kasih.

39

PRESIDENT DIRECTOR PT. TELKOMSEL (RIRIEK ADRIANSYAH):

Mohoin izin Ibu Pimpinan.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Silakan Bapak Ririek.

PRESIDENT DIRECTOR PT. TELKOMSEL (RIRIEK ADRIANSYAH):

Jadi menambahkan dari apa yang disampaikan Pak Joy tadi, kami kalau di Telkomsel punya semacam aturan internal yang memang bagaimana kami mengelola dan melindungi data pelanggan itu. Jadi dengan menggunakan prinsip yang disampaikan oleh Bapak Joy tadi, jadi kami ada keputusan direksi untuk mengatur itu. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pertanyaan saya misalnya apakah nama itu data publik atau data pribadi. Apakah alamat itu data publik atau data pribadi. Apakah alamat itu data pribadi atau data publik dan seterusnya Bapak punya kebijakan tidak, kalau enggak punya berarti anda tidak tahu, mana yang penting yang menjadi kepentingan pribadi dan mana kepentingan publik itu. PRESIDENT DIRECTOR PT. TELKOMSEL (RIRIEK ADRIANSYAH):

Data yang Bapak sampaikan memang itu termasuk data private Pak, data pribadi yang harus dilindungi.

DIREKTUR UTAMA PT. INDOSAT, TBK. (JOY WAHJUDI):

Jadi mungkin kalau bisa saya tambahkan yang tadi, sebenarnya semua yang Bapak sebutkan semua data pribadi. Semua terkait dengan pelanggan kita itu pribadi. Data publik itu contohnya jumlah pelanggan itu kita disclosed. Jadi kalau yang sifatnya pribadi langsung ke pelanggan itu tidak diekspos. Saya tidak tahu mungkin ini menjawab atau tidak, tapi saya coba menjawab yang pertanyaan Bapak. F-PAN (BUDI YOUYASTRI):

Pimpinan, kenapa saya harus bertanya seperti ini. Artinya, kita punya rakyat Indonesia harus tahu bahwa ini operator tidak bisa membedakan mana data yang harus menjadi privatnya si pelanggan, mana yang tidak. Berbahaya buat keamanan kita semua jadi hati-hati semua pelanggan, rakyat Indonesia jangan menyerahkan data kecuali anda punya hitam diatas putih dengan operator masing-masing. Dan Pak Menteri, ini jadi konsen aku, operator tidak sadar dengan data pribadi dan ini sangat berbahaya untuk masa depan kita bersama-sama.

Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Silakan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Hanya menambahkan, sepengetahuan kami semua data yang berkaitan dengan pelanggan itu perlakuannya adalah tanda kutip data pribadi. Terkecuali dibutuhkan dalam proses penegakan hukum, dan itu pun diatur hanya siapa saja yang boleh mendapatkan informasi tentang data pelanggan.

40

Nah, yang kalau data publik itu adalah data agregat, karena teman-teman ini perusahaan publik ini mereka harus sampaikan tapi bukan data individu seperti tadi nama, alamat, tanggal lahir itu tidak, data agregat itu seperti jumlah pelanggan, rata-rata penggunaan dan lain sebagainya. Di Undang-Undang 36 tahun 1999 itu Pasal 42 itu ada Pak “Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi yang dikirim dan/atau diterima oleh pelanggan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan/atau jasa telekomunikasi yang diselenggarakan”, jadi semua data itu punya kewajiban untuk menjaga kerahasiaanya Pak.

Jadi saya melihatnya itu sebetulnya perlakuannya harus data pribadi. Jadi memang di kita belum ada definisi mengenai data, karena memang Undang-Undang Perlindungan Data Pribadinya saja baru kita mau proses. Jadi saya melihatnya kecuali yang diminta oleh penegak hukum atau berproses dalam konteks penegakan hukum. Seperti permintaan tertulis dari Jaksa Agung atau Kapolri untuk tindak pidana tertentu itu dikecualikan gitu. Permintaan penyidik untuk tindakpidana sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku ini sifatnya normatif itu, kecuali itu kalau yang lain enggak boleh Pak. Jadi betul-betul harus perlakuannya sebagai data pribadi Pak.

Terima kasih Pak.

F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Tambahan Pimpinan. Maksud kami begini Pak Menteri dan juga teman-teman operator. Memang sebelum ada

registrasi pelanggan yang bisa disinkronkan datanya, kebenarannya dengan data dari Dukcapil, mungkin masyarakat tidak perlu konsen karena pernah juga kita alami dulu dalam rangka kita melakukan membantu kepolisian membantu penyidikan kadang-kadang kalau itu nomrnya di private enggak bisa tahu siapa pemiliknya, paling kita tahu berdasarkan call data report information, itu tahu dia lokasi rumahnya dimana, sehingga kemudian misalnya kalau itu pelaku kejahatan kemudian baru dilihat lagi dia komunikasinya dengan jaringannya bagaimana.

Nah, konsen kami sekarang karena data ini sudah dikoneksikan dengan data masyarakat di Dukcapil ini yang jadi masalah, karena kalau terjadi kesalahan data, kalau terjadi tidak sinkron data ini yang dikawatirkan. Jadi menurut saya Pimpinan, ini enggak sederhana itu perlakuan data ini. Mungkin operator masih mindset-nya itu masih seperti prabayar apa prepaid sebelum ada registrasi pelanggan yang terkoneksi dengan data sahih di Dukcapil. Begitu di koneksi data Dukcapil kalau kemudian perlakuannya yang nanti bisa kecocokan dan muncullah angka yang miismatched yang 45 juta itu.

Jadi menurut saya ini masih ada something wrong-nya Pak Menteri dan teman-teman operator. Jadi ini harus ada penegasan itu, saya tidak tahu bahasanya apa ya Bapak Budi, ini menurut saya ini mainset-nya belum ketemu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Coba mungkin kita naikkan dulu draft kesimpulan dari situ mungkin bisa masukan-masukan kita telaah kembali.

Boleh ditayangkan. Saya akan bacakan draft kesimpulan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo

dan RDPU dengan operator telekomunikasi. Saya bacakan yang pertama dulu.

1. Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk melakukan pengawasan secara menyeluruh terkait proses registrasi kartu prabayar, sehingga tidak ada pihak yang dapat melakukan penyalahgunaan data pribadi pelanggan. Sejalan dengan itu Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah melalui Kemkominfo untuk memastikan siapa pihak yang bertanggungjawab terhadap keamanan data pribadi sebagai bentuk perlindungan negara terhadap warga negara. Ini mungkin bahasanya karena tadi masukannya sangat beragam. Pak Menteri bagaimana ini?

41

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Untuk sampai kalimat pertama setuju Ibu, hanya sejala dengan ini kalau bisa “mendesak Pemerintah melalui Kemkominfo untuk memastikan siapa pihak yang bertanggungjawab terhadap keamanan data pribadi sebagai…”, ini kalau boleh dibuat baru saja Ibu. Soalnya antara kalimat satu dengan kalimat duanya, saya bacanya agak confuse itu, secara substansi saya setuju.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Dua hal yang berbeda ya, coba turunkan dulu point itu. Kominfo bisa memastikan siapa yang bertanggungjawab terhadap keamanan data pribadi? Bisa ya. Bukankah memang penanggungjawabnya di Kominfo sudah. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Saya memahami semangatnya dan saya juga sepakat hanya barangkali kalimatnya kalau boleh nanti kita pending dulu, karena kalau Kominfo yang bertanggungjawab berarti Kominfo harus mengatur tata niaga dari operator. Padahal itu kita hindari tadi jangan sampai masa Kominfo mengatur tata niaga operator gitu. Kalau mungkin “melalui Kominfo untuk menata segagrasi pertanggungjawaban atas data”. Jadi segagrasi itu apa istilahnya ya, siapa tanggungjawab atas apa, jadi tidak semua tanggungjawabnya. Ya, artinya siapa bertanggungjawab atas apa. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Dalam setiap tahapan ada penanggungjawab. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.):

Betul, jadi siapa bertanggungjawab untuk apa gitu. Semangatnya begitu kan Ibu ya. Kami sepakat bahwa harus ada tanggungjawab tapi dimana tanggungjawab, siapa tanggungjawab, diproses mana bertanggungjawab gitu.

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.):

Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Ya, silakan.

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Sebenarnya sederhananya kalau bahasa kita yang di DPR ini kan cuma ingin nanya

sebenarnya siapa sih yang bertanggungjawab, begitu saja sih. Kalau misalnya dibikin kata-kata segregasi pun saya enggak mengerti. Maaf ya dari kampung, hanya bikinlah bahasa istilah yang bisa dimengerti oleh banyak orang. Intinya sih kita ingin Pak Menteri Kominfo mengatur supaya tanggungjawab-tanggungjawab itu jelas siapa. Nah, yang penting di sini di kalimat ini adalah kapan pengaturan oleh Kominfo itu selesai.

Saya kira begitu Pimpinan, tinggal ditaruh tanggalnya saja. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Formulasinya misalnya begini, “Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah melalui

42

Kemkominfo untuk menata sistem pertanggungjawaban terhadap keamanan data pribadi”, saja gitu langsung. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO):

Saya setuju usulan Pimpinan, hanya kalimat segregasi ini sebaiknya disederhanakan, karena jawaban segregasi adalah pemisahan kelompok ras atau etnis secara paksa. Jadi ini seolah-olah Kominfo mau lepas tanggungjawab ini Pak Menteri, segregasi merupakan bentuk pelembagaan diskriminasi yang diterapkan dalam struktur ini, kamus besar bahasa Indonesia ini Pak Menteri. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Oke, sebagai bentuk perlindungan negara terhadap warganya tetap dimasukkan. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan. Sebetulnya kalau kita mau fair semuanya ini, memang tanggungjawab ini bisa bertingkat-tingkat. Tetapi ini yang menggulirkan program inikan Pemerintah, Kominfo dalam hal ini. Sehingga wajar kalau DPR RI minta tanggungjawabnya kepada Kominfo, bukan tanggungjawab kepada pihak siapa yang itu bukan mitra kita. Yang kita mintai pertanggungjawaban kan dulu waktu akan menggulirkan program itukan datang ke DPR RI akan menggulirkan program ini. Kita ingatkan bahwa sekarang terjadi kasus-kasus yang seperti ini, inikan wajar kalau kita minta pertanggungjawaban kepada Kominfo. Bahwa nanti distribusi tanggungjawab dimana itu persoalan teknis berikutnya. Kan kalau di tentara itukan tidak ada prajurit yang salah yang ada komandan yang salah kan. Tapi ini bukan untuk dalam rangka mencari siapa yang salah, bukan mencari kesalahan. Kita ingin menyelesaikan persoalan yang bermuara kepada terlanggarnya hak privasi warga yang sangat serius. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): System pertangungjawaban masuk disini, kita memang paling utama penanggung jawabnya adalah Kominfo tetapi kalau ada system penanggungjawaban mungkin nanti ranahnya bisa ke ranah hukum. Jadi yang terkena ranah hukumnya jelas kalau system pertanggungjawabannya jelas. Itu Mungkin Bapak Kamta. Tingkatan-tingkatannya itupun harus jelas siapa penanggungjawab sehingga jika ada hal-hal pelanggaran hukum karena data pribadi inikan dilindungi secara hukum itu jelas penanggungjawabnya siapa yang perlu diberikan tindak pidananya itu jatuh kesiapa. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Kalau yang nomor dua itu, itu untuk antisipasi kedepan, kita minta yang kemarin iniloh yang sudah terjadi ini sebetulnya tanggungjawab siapa. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Itu nanti di point 3. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Yang sudah terjadi ini, ini tanggungjawab siapa gitu loh.

43

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Iya, sepakat itu nanti di point 3 supaya kita dalami mungkin karena forum ini tidak cukup waktu untuk menyelesaikan. Izinkan saya ketok dulu point 1 dan point 2. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan. Saya nomor 2 itu sebenarnya ini Bahasa negative yang intinya sebenarnya kan kita menuntut Kemkominfo membuat regulasi tentang pengamanan data pribadi, pelanggan. Bapak yang membuat regulasi, Bapak pertama sudah membuat regulasi tentang registrasi ulang. Dan yang kedua adalah membuat regulasi tentang proses pengamanan data di operator. Apakah menyangkut tata niaga? Tidak Pak, tapi ada struktur mata rantai yang diciptakan oleh operator mau tidak mau harus dipakai. Disitu harus dibikin regulasinya setiap layernya. Kalau untuk Dukcapil tidak bisa, kalau Dukcapil beda lagi ceritanya. Ini karena kewenangannya Kemkominfo menjadi regulator dari operator. Jadi yang kita tuntut adalah Bapak Menteri untuk membuat regulasi tentang system pengamanan data pelanggan, itu yang kita minta. Tadikan Bahasa negatifnya, positifnya ya kita minta regulasinya lagi setelah membuat regulasi registrasi pra bayar, itu kita dukung. Yang kedua, sekarang regulasi tentang pengamanan datanya. Terima kasih. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Ibu, ini nomor 2 mengakomodasi Pak Budi. “Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah melalui Kemkominfo”, mendesak Kominfo saja langsung Ibu. “… untuk menata system pertanggungjawaban pengamanan data pelanggan yang dikelola oleh operator”. Jadi kita batasnya yang tadi Pak, bukan yang Dukcapil. “… sebagai betuk perlindungan negara terhadap warga negara”. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Clear ya. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Pimpinan. Saya juga ingin ada keamanan data yang pasti aman, nomor HP yang ada datanya di Dukcapil. Disini persoalannya, nanti yang ikut rapat disini akan aman semua ini, kalau ada yang bocor mereka bilang pasti bukan di kami, di Dukcapil itu. Nah, sementara ini sudah terlanjur, sudah bocor ini data. 300 juta nomor HP termasuk nomor yang dipegang sama anak-anak kita. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan. Saya sepakat dengan usulnya Bapak Elnino, tapi dalam konteks adalah kita harus mengundang rapat lagi dengan Dirjen Dukcapil atau Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan keterangan bagaimana prosesnya. Karena konon sebulan sebelum Februari itu data kembali, waktu kita Kunker itu saya datang ke XL yang didapat dari Dukcapil adalah nama dan alamat ada 8 field kalau tidak salah. Sekarang tidak dikasih lagi sama Dukcapil, ada apa. Saya ingin tahu dan ingin tanya sama Dirjen Dukcapil ada apa ini, kenapa sebelum Februari dikasih, setelah Februari tidak dikasih. Terima kasih.

44

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Konkritnya nanti disini Pimpinan adalah system pertanggungjawaban pengamanan data pelanggan langsung saja seperti tadi sebagai bentuk perlindungan jangan lagi ada yang dikelola oleh operator telekomunikasi, terus yang di Dukcapil siapa. Jadi itu saja tinggal dihapus saja itu yang dikelola oleh operator telekomunikasi itu dihapus selesai ini kesimpulan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Maksudnya begini Pak Elnino, kalau Kemkominfo dia membawahi ini, kalau Dukcapil mungkin Kementerian lain yang harus kita panggil. Jangan Bapak Menteri Kominfo nanti menegur Dukcapil, nanti ada rapat sendiri. Tapi intinya kita semua sepakat dengan semangat dari Bapak Elnino. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Kami mengerti Pimpinan, kalau begini kan bukan data operator yang dikasih ke Dukcapil, mestinya yang saya bilang tadi itu seperti Bank, BPJS, dan lain-lain yang bekerjasama dengan Dukcapil. Data Dukcapil yang dikasih ke operator, supaya operator bisa langsung validasi yang ada itu berdasarkan data Dukcapil. Yang menjadi masalah sekarang ini adalah yang ada sekarang sudah ada 300 juta nomor HP by name by address yang ada di Dukcapil, siapa yang mau tanggungjawab itu data. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Bukankah lebih berbahaya kalau Dukcapil kita berikan kewenangan untuk memberikan datanya ke operator tanpa izin orangnya. Itu lebih berbahaya Pak Elnino. Rapat sendiri nanti kita ya, karena itu kelihatannya panjang. Point 1 sama 2 ini kita ketok dulu.

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian point 3.

3. Komisi I DPR RI mendesak Menkominfo untuk membentuk Timwas, Tim Monitoring yang terdiri dari Kemkominfo, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Kementerian Dalam Negeri, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Operator Telekomunikasi dan pihak lain untuk mengawasi proses registrasi kartu pra bayar untuk menghindari adanya penyalahgunaan dan kebocoran data pribadi pelanggan.

F-PG (ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, S.H., M.Kn.): Pimpinan. Di point ini, inikan persoalan data dan penyalahgunaan NIK dan KK dari tadi ini yang dibahas ini terus terang saja tidak ada yang memuaskan dan tidak ada solusi. Saya berharap inikan tanggungjawab operator terhadap masyarakat. Harapan saya kalau bisa kita bentuk Panja saja disini di point 3 ini, biar konkrit ini barang. Saya dari Fraksi Partai Golkar mengusulkan untuk dibentuk Panja. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, lainnya apakah cukup di Timwas dan Tim Monitoring atau dalam bentuk Panja.

45

F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Izin Pimpinan. Atas nama Fraksi Partai Demokrat saya setuju dibentuk Panja. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Bapak Roy setuju. Silakan Bapak Sukamta. F-PKS (Dr. H. SUKAMTA, Ph.D.): Pimpinan. Kalau kita mendorong terbentuknya Timwas yang begini-begini dan seterusnya ini. Mungkin ini akan kemana-mana, justru persoalannya kan pertanyaan-pertanyaannya yang ada di Komisi I DPR RI itukan sebetulnya saya merasa belum mendapatkan jawaban yang cukup memadai. Apa yang dijawab oleh Bapak Menteri dan operator inikan sebetulnya harus disertai dengan bukti-bukti yang cukup, sehingga kita ini betul-betul tahu pertanyaan dasar ini kebocoran yang demikian besar ini ada apa tidak sih, kan belum terjawab. Kalau ada siapa sih yang bertanggungjawab belum ada jawaban yang tanda-tanda kesitu. Nah, menurut saya ini perlu ada pendalaman yang cukup serius, sehingga daripada yang 3 itu diserahkan sepenuhnya kesana lebih baik kita buat Panja saja sehingga kita yang melakukan pengawasan. Panja sebagai bagian dari tugas pengawasan DPR RI. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Pak Andreas silakan. F-PDIP (ANDREAS HUGO PAREIRA): Pimpinan. Point ke-3 itukan fungsi dari DPR RI, fungsi dari Komisi I DPR RI melakukan pengawasan. Kalau kita bikin rumusan seperti ini mungkin jadinya lucu. Kita menyerahkan fungsi pengawasan kepada Kominfo untuk mengawasinya dirinya sendiri apa yang mereka lakukan. Saya kira kalau memang bukan Panja tidak usah ada rumusan seperti ini. Karena toh rapat ini juga adalah bagian dari fungsi pengawasan, tapi kalau mau diperdalam kita bentuk Panja seperti tadi yang diusulkan oleh teman-teman yang lain. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Sudah 4 Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, kita sih tidak voting tapi tadi pandangan. Memang tadi saya coba komunikasi dengan Pimpinan yang lain, bentuk yang kita kenal untuk pendalaman memang Panja. Kita punya Timwas di intelijen tapi memang itu karena undang-undangnya menyebutkan bahwa bentuknya namanya Timwas. Jika ingin melakukan pendalaman memang bentuknya adalah Panja. Hanya saja Panja itu, biasanya itu di Rapat Internal tetapi ini karena termasuk juga kesimpulan rapat, karena tadi disampaikan beberapa Fraksi termasuk Bapak Tamliha yang pertama, maka mungkin sekretariat tolong dirumuskan bahasanya bagaimana. Dan mungkin sambil menunggu Bapak Menteri sepakat?

46

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Terima kasih Ibu dan Bapak sekalian. Pemerintah itu ingin governancenya bagus, jadi sebetulnya pendalaman atau apa bagi Pemerintah tidak menjadi masalah toh kita mencari sesuatu yang lebih baik. Hanya kalau misalkan saya tidak tahu mekanisme Panja, ini kapan selesainya karena inikan April, Mei itu sudah dapat. Tanpa atau dengan pendalaman kami jelas akan melakukan apa yang tadi saya sampaikan. Yang pertama bagaimana rekonsiliasi terjadi. Yang kedua bagaimana notifikasi kepada pelanggan harus ada, karena bagi kami masyarakat tidak bisa menunggu istilahnya aturan atau regulasi. Saya sih pendapatnya begitu, tapi kami pendalaman dengan senang hati. Terima kasih. F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.S.): Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Silakan Bapak Tamliha. F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.S.): Kalau memang Panja itu, memang kalau Panja belum tentu yang ada di ruangan ini masuk menjadi Panja, karena Panja itukan terbatas orangnya maksimal 20 orang saja. Menurut saya seperti pengalaman periode yang lalu terhadap masalah itu didapatkan di pleno ini saja. Jadi tidak perlu bikin Panja tapi Menterinya senantiasa diundang ke DPR RI, Bapak Rudiantara kan pasti meluangkan waktunya untuk DPR RI. Jadi sedikit mempersibuk Menteri saja di dalam kegiatan ini. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Tadi yang mengusulkan Panja, tapi ini sudah dirumuskan kita lihat dulu ya, karena Panja memang bisa sifatnya pendek Bapak Menteri bisa hanya 1-2 masa sidang, bisa juga panjang. Jadi kalau 1-2 masa sidang itu mungkin Mei juga sudah bisa. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan. Jadi tentang registrasi pra bayarnya kita tidak ada Panjanya Pak Menteri, itu jalan terus. Yang kita konsen adalah pengamanan data pelangganya, itu dua topik yang beda. Jadi itukan jalan terus saja tidak perlu menunggu Panja. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Akan membentuk Panja terkait perlindungan data pribadi. Begini ya Pak Menteri, disitu nanti kita juga bisa bahas masukan-masukan untuk Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Baik kita ketok. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Pimpinan.

47

Kalimatnya ini agak rancu Pimpinan, ini seakan-akan kita mau melindungi. Kita itu tugas kita adalah pengawasan, sehingga kalimatnya jangan begini. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Usul silakan. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.Si.): Kalimatnya itu menjadi “dalam rangka memastikan Pemerintah melakukan perlindungan terhadap data pribadi pelanggan itu Komisi I DPR RI membentuk Panja”. Terima kasih. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Lebih tepatnya negara Pimpinan, bukan Pemerintah. Yang bertugas meyakinkan itu adalah negara, artinya Pemerintah bekerja dan operator juga bekerja, kita juga kerja barengan. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, oke dalam hal ini mungkin kita sama-sama nanti Panja antara Pemerintah dan Komisi I DPR RI. Dan itu sifatnya lebih dari kita yang nanti banyak kerjanya ya. Mungkin negara kata yang bagus, jadi kebersamaanlah kita disini ya, termasuk operator juga bagian dari negara. Disebutkan tidak Panjanya, supaya nanti tidak liar nanti takutnya di Panja Registrasi, karena kalau Panja Registrasi tidak perlu disebutkan, justru masuknya Panja Perlindungan Data Pelanggan Seluler. Baik point 3 kita sepakati.

(RAPAT: SETUJU)

4. Komisi I DPR RI mendesak Menkominfo…. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Point 3 masih ada kesalahan ketik kurang ”g” pelanggan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Typo ya. Baik, terima kasih.

4. Komisi I DPR RI mendesak Menkominfo untuk meminta operator telekomunikasi memberitahukan kepada masyarakat terkait informasi penggunaan nomor induk kependudukan dan kartu keluarga yang digunakan pada proses registrasi nomor seluler kartu pra bayar.

F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Ini mekanisme tadi yang akan dilakukan notifikasi kepada masyarakat pelanggan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Usul kalimatnya “Komisi I DPR RI mendesak Menkominfo untuk meminta operator lain”, operator kan hadir disini.

48

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Oke, sepakat ya. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, satu adalah rekonsiliasi datanya dan kedua notifikasi, jadi ada dua. Jadi harus sekaligus dua-duanya. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Coba saran bahasanya. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Rekonsiliasinya kita serahkan kepada Bapak Menteri karena operator pasti diam-diaman tidak akan bagi data, dijamin. Yang kedua, notifikasinya dikerjakan bareng-bareng. Janganlah Pak Menteri, yang langganan XL dikasih XL saja, sudah sekaligus saja. Jadi Bapak Menteri, kita juga tahu dan kalau boleh kita juga tahu berapa satu orang, satu NIK punya nomornya. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Jadi bahasanya bagaimana Pak Budi. F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Kita mendesak Menkominfo untuk melakukan rekonsiliasi data pelanggan seluler, KK-nya kemudian mewajibkan operatornya untuk melakukan notifikasi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Oke, jadi kepada Menkominfo dulu untuk melakukan rekonsiliasi data pelanggan seluler dan meminta operator telekomunikasi untuk memberitahukan kepada masyarakat terkait informasi penggunaan nomor induk kependudukan dan kartu keluarga yang digunakannya pada proses registrasi nomor kartu pra bayar. Sepakat? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Untuk DPR RI mendesak Menkominfo untuk melakukan rekonsiliasi data pelanggan dan jangan meminta, yang satu didesak dan yang satu diminta. Dan operator untuk memberikan kepada masyarakat terkait informasi penggunaan nomor induk kependudukan dan kartu keluarga yang digunakan pada proses registrasi kartu prabayar. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Iya, karena mengacu kepada yang pertama. Hapus saja ya, oke. Baik, sepakat ya.

(RAPAT: SETUJU)

49

5. Komisi I DPR RI mendesak operator telekomunikasi untuk terus mengingatkan pelanggan yang belum melakukan registrasi serta memastikan tidak ada pihak-pihak yang memanfaatkan nomor NIK dan KK untuk melakukan….

F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Pimpinan, baca yang mana ini? KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Mohon maaf, saya bacakan.

5. Komisi I DPR RI mendesak Kemkominfo untuk mengoptimalkan sosialisasi secara lebih intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga data pribadi dan tidak memberikannya kepada pihak yang tidak berhak. Sepakat ya.

F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Saya kira ini sebelumnya sudah dilakukan, apakah masih perlu point ini Pimpinan. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Untuk selisih berapa puluh juta yang belum mendaftar. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Masih perlu ya, monggo. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Sebetulnya memang kami melakukan ini, masyarakat jangan sembarangan. Kalau di media sosial sudah jalan tapi ditulis lagi juga tidak apa-apa. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Karena belum 100% selesai, jadi masih berlangsung jadi kita ketok saja point 5 ini ya.

(RAPAT: SETUJU)

6. Komisi I DPR RI mendesak operator telekomunikasi untuk terus mengingatkan pelanggan yang belum melakukan registrasi serta memastikan bahwa tidak ada pihak-pihak yang memanfaatkan nomor NIK dan KK untuk melakukan aktivasi kartu perdana.

Sepakat?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Mungkin nomor 6 ini untuk mengaddress tadi Bapak Budi bahwa beli mau registrasi dibilang sudah registrasi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Cukup di Panja menurut saya Pak Budi ya, karena kalau begini jadi agak membingungkan ya.

50

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Setuju Ibu. F-PD (KRMT ROY SURYO NOTODIPROJO): Dihapus saja supaya nanti Panja juga masih ada point-point yang lebih detail lagi. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Oke, kita drop. Ada lagi masukan kalau tidak kita sudah kita ketok semua point-point yang berhasil dirangkum oleh kami di Pimpinan. Cukup ya? F-PAN (BUDI YOUYASTRI): Pimpinan, saya usul untuk menjadi kesimpulan rapat atau menjadi kesepakatan kita. Kita harus mengundang Dirjen Dukcapil dan Menteri Dalam Negeri untuk pertanyaan yang ini, itu harus menjadi kesepakatan. Saya ingin tahu kenapa sebelum Februari Dukcapil kasih data nama dan alamat, sesudah Februari tidak ngasih. Saya ingin klarifikasi dari Dirjen Dukcapil. Terima kasih. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, terima kasih Bapak Budi. Ini masuk dalam catatan ya, karena tidak mengikat dengan yang kita undang hari ini tapi lebih kepada kesepakatan kita nanti untuk mengundang Kemendagri. Jadi dengan catatannya juga kita ketok.

(RAPAT: SETUJU)

Baik, Bapak dan Ibu sebelum saya tutup, mungkin Bapak Menteri ada kalimat-kalimat terakhir sebelum pamit dari ruangan ini. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (RUDIANTARA S.STAT. M.BA.): Bukan kalimat terakhir Ibu, tapi kalimat penutup sidang. Ibu dan Bapak sekalian, Saya mengucapkan terima kasih atas kontribuasi dalam bentuk pertanyaan, dalam bentuk usulan dari Ibu dan Bapak sekalian. Kami melihatnya sesuatu hal yang positif. Mengapa registrasi prabayar ini sudah tertunda lama, kita hanya negara yang agak terbelakang bahkan di ASEAN perihal registrasi prabayar ini. Bahwa registrasi prabayar ini kita tidak bisa bandingkan dengan Singapura, yang Singapura itu orang harus datang ke gerai, ke outletnya operator. Dimana pun bisa dijangkau, di kita ini ada 17 ribu pulau ya, ada di pelosok negeri yang memang juga tidak bisa mudah seperti negara tetangga yang memang relative lebih kecil secara geografisnya. Saya rasa demikian, kami akan senantiasa meningkatkan kualitas dari data atau informasi yang diperoleh. Manfaatnya sangat banyak dengan registrasi prabayar, apakah itu masalah security, masalah kenyamanan pelanggan, dan terutama bagi operator Bapak dan Ibu sekalian. Operatornya itu harusnya mempunyai data informasi tentang pelanggan lahirnya dimana, ulang tahunnya, kemudian alamatnya dimana. Karena apa? Karena dalam mengembangkan produknya kedepan itu harus berdasarkan big data analitic, salah satunya dari

51

database pelanggan. Jadi ketidak sempurnaan atau belum sempurnanya ini kami catat semua untuk perbaikan.

Jadi saya ucapkan terima kasih kepada Ibu dan Bapak sekalian. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID): Baik, dari kami juga Bapak Menteri dan juga para operator seluler. Bahwa dengan begitu banyak catatan kami dalam kesimpulan tadi tapi sesungguhnya apa yang telah kita lakukan adalah milestone karena dari periode lalu juga telah kita perjuangkan untuk melakuakn registrasi Bapak Roy dan teman-teman yang periode lalu juga sudah hadir tapi tidak terlaksana. Jadi apapun catatan-catatan tadi ini progress, kami berterima kasih juga dengan para operator seluler dan juga Bapak Menteri dalam hal ini. Tapi dengan demikian kita perlu juga melakukan perbaikan-perbaikan, karenanya kita akan bertemu lagi insya allah untuk terus meyakinkan masyarakat kalau kita sering bertemu masyarakat juga semakin yakin, jadi tidak ada kekhawatiran terhadap data-data pribadinya ketika memberikannya kepada operator dan juga pihak Kemkominfo. Saya rasa kita sudahi disini, terima kasih sekali lagi mudah-mudahan rapat kita bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 17.47 WIB)

Jakarta, 19 Maret 2018

a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.I.P., M.Si. NIP. 19710106 199003 2 001