dewan perwakilan daerah republik indonesia ... filerisalah sidang paripurna ke-12 ... jadi ini satu...
TRANSCRIPT
Nomor: RISALAHDPD/SIPUR-12/IV/2018
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
SIDANG PARIPURNA KE-12
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG 2017-2018
I. KETERANGAN
1. Hari : Senin
2. Tanggal : 23 April 2018
3. Waktu : 14.22 WIB – 19.45 WIB
4. Tempat : R. Rapat Nusantara V
5. Pimpinan Sidang : 1. DR (HC) Oesman Sapta (Ketua DPD RI)
2. Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. Nono Sampono, M.Si.
(Wakil Ketua DPD RI)
3. Prof. Dr. Ir. Hj. Darmayanti Lubis (Wakil Ketua DPD RI)
6. Acara : 1. Laporan Pelaksanaan Tugas Alat Kelengkapan;
2. Pengesahan Keputusan DPD RI;
3. Pidato Penutupan Pada Akhir Masa Sidang IV Tahun
Sidang 2017-2018.
7. Hadir : Orang
8. Tidak hadir
: Orang
1 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
II. JALANNYA SIDANG:
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Dimohon untuk berdiri dan bersama-sama kita menyanyikan lagu Indonesia Raya.
PEMBICARA: PADUAN SUARA DAN PESERTA SIDANG
Hiduplah Indonesia raya…
Indonesia tanah airku.
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri.
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku.
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru.
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku.
Hiduplah negeriku.
Bangsaku Rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya.
Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negeriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
SIDANG DIBUKA PUKUL 14.22 WIB
2 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih. Hadirin dipersilakan duduk kembali.
Berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal, sampai
saat ini telah hadir 67 orang Anggota DPD yang telah menandatangani daftar hadir. Artinya,
sudah memenuhi kuorum. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Sidang Paripurna ke-
12 Dewan Perwakilan Daerah ini kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETOK 1X
Sidang Dewan yang mulia, pada Sidang Paripurna ini, kami sampaikan telah hadir
bersama kita pengurus dan para anggota Paguyuban Tenaga Honorer Nusantara (Pagar
Nusantara). Tolong berdiri, tolong berdiri. Silakan, terima kasih duduk kembali. Kita perlu
mengapresiasi kehadiran Pagar Nusantara sebagai bagian dari konstituen DPD RI untuk
mengikuti Sidang Paripurna DPD RI sebagai salah satu agenda strategis kenegaraan. Kami
berharap kehadiran para stakeholder ini makin menambah semangat kerja seluruh Anggota
DPD RI dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat dan daerah. Selain itu, kita juga
kehadiran staf sekretariat kantor DPD dari Provinsi Jawa Tengah. Ini teman-teman kita yang
membantu kita di Jawa Tengah yang diinisiasi oleh para Anggota DPD RI Jawa Tengah. Hal
ini positif dilakukan untuk memberikan gambaran pengetahuan umum pelaksanaan sidang
rapat bagi staf kantor di daerah. Jadi ini satu contoh yang positif mungkin bisa diikuti dari yang
lainnya biar yang di daerah juga ikut bersemangat. Sesuai dengan jadwal acara Sidang
Paripurna hari ini mempunyai tiga agenda pokok, yaitu:
1. Laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan,
2. Pengesahan keputusan DPD RI,
3. Pidato penutupan pada akhir Masa Sidang IV Tahun Sidang 2017–2018.
Selanjutnya kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas Alat
Kelengkapan DPD dan pengesahan keputusan DPD. Pada sidang paripurna ini, kita akan
mengesahkan RUU usul inisiatif DPD RI dan Peraturan DPD RI. Untuk itu, dipersilakan
kepada PPUU untuk menyampaikan laporan hasil harmonisasi RUU dan pelaksanaan tugas
yang telah dilaksanakan. PPUU dipersilakan. Pak Nofi ya.
PEMBICARA: H. NOFI CANDRA, S.E. (WAKIL KETUA PPUU DPD RI)
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swastiastu.
Yang sama-sama kita hormati Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, yang sama-sama kita hormati Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, Sesjen beserta dengan staf, hadirin yang berbahagia.
Pertama, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga sidang paripurna pada siang
hari ini dapat kita laksanakan. Sesuai dengan agenda sidang paripurna hari ini, izinkan kami
atas nama Anggota dan Pimpinan PPUU menyampaikan pelaksanaan tugas PPUU pada akhir
Masa Sidang IV Tahun Sidang 2017-2018.
3 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
Izin, Ketua. Sidang Paripurna yang mulia, selama Masa Sidang IV Tahun Sidang 2017–
2018, PPUU telah melaksanakan beberapa program dan kegiatan sebagai berikut.
1. Penyusunan RUU tentang Hak atas Tanah Adat dalam bentuk kegiatan dengan bersama
beberapa pakar hukum agraria dan hukum adat. Dalam kegiatan tersebut, kami
memperoleh banyak sekali masukan dan catatan penting, antara lain:
a. Tanah yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat merupakan salah satu bagian
dari objek yang dilekatkan mengenai hak-hak konstitusional sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 18B Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena
hak konstitusional tersebut, maka tergambarlah bahwa dalam aturan hukum suatu
negara, paling tidak ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. kesadaran atau keyakinan anggota-anggota masyarakat terhadap hukum dalam
makna nilai-nilai keadilan;
2. politik hukum penguasa bersifat progresif, antipasif terhadap perkembangan
ke depan dan berwawasan nasional.
b. Ambiguitas hukum positif terhadap hukum adat pertanahan tampak dalam tiga hal:
1. secara eksplisit mengakui eksistensi hak komunal masyarakat hukum adat atas
tanah;
2. pengakuan terhadap hak-hak individu tentang terjadinya hak milik, hak jual
beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, dan perbuatan lain
yang bermaksud memindahkan hak milik;
3. mengakui dan tidak mengakui hak-hak komunal masyarakat adat.
c. Ambiguitas tersebut di atas memerlukan keputusan tentang posisi dan eksistensi
hukum adat pertanahan menyangkut kepastian tentang hak-hak komunal, hak-hak
perorangan, peralihan atas tanah adat, yang didasari atas hak-hak tersebut dan lain-
lain, perlindungan, pengakuan, dan penghormatan atas tanah adat yang belum
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Harmonisasi pembulatan dan pemantapan konsepsi terhadap RUU tentang Pengakuan
dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat sebagai usul inisiatif dari Komite I. Pada
tanggal 18 April 2018, PPUU dan Komite I telah melakukan rapat gabungan dalam
rangka harmonisasi RUU tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat.
Hasil dari harmonisasi tersebut telah disepakati beberapa substansi perubahan dalam
draf RUU, antara lain:
a. judul RUU diubah menjadi RUU tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat
karena apabila menggunakan kata pengakuan, maka diperlukan kriteria yang jelas
yang dapat membuat RUU ini tidak menjadi aplikatif. Dengan dihapusnya kata
pengakuan dalam judul, maka perlu dilakukan beberapa penyesuaian lainya dalam
batang tubuh;
b. perlu penjelasan lebih lanjut dalam penjelasan umum mengenai pendefinisian
masyarakat adat yang terdiri dari masyarakat hukum adat dan masyarakat
tradisional yang menjadi subjek hukum dalam RUU ini;
c. dalam rapat gabungan telah dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi dengan
undang-undang terkait lainnya, di antaranya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Hal ini untuk mengakomodir Pasal 109 Undang-Undang tentang
Desa yang dicabut dengan RUU ini, sekaligus menyesuaikan dengan kondisi
empiris.
d. terkait lembaga penyelesaian sengketa yang diatur dalam RUU ini, frasa peradilan
perlu dihapus. Hal ini dikarenakan pada fakta empiris yang akan menyulitkan
masyarakat adat yang di dalam sistem adatnya tidak memiliki lembaga peradilan
khusus sebagai lembaga penyelesaian sengketa dan pelanggaran adat.
4 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
e. terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual Tradisional, perlu disesuaikan dengan
RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional yang
pernah diusulkan oleh DPD RI, sehingga ada kesamaan politik hukum mengenai
Hak Kekayaan Intelektual Tradisional.
f. terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah daerah, perlu diperjelas mengenai
kewenangan masing-masing tingkat pemerintah daerah, mengingat pemerintah
daerah dapat berupa pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah
kota sehingga tidak terjadi pencampuran wewenang. Tugas pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten, dan pemerintah kota tersebut perlu disinkronkan dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2104 tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan
harmonisasi tersebut, dalam sidang paripurna kali ini, RUU tentang Perlindungan
Hak Masyarakat Adat dari Komite I dapat disahkan menjadi RUU dari DPD RI.
3. Masukan PPUU terkait dengan perubahan Peraturan DPD RI Nomor 4 Tahun 2017
tentang Tata Tertib adalah:
a. Pengaturan penambahan Pimpinan DPD.
Materi muatan ini perlu diatur tata cara dan mekanismenya dalam norma perubahan
atas Peraturan DPD Nomor 4 Tahun 2017 tentang Tata Tertib, dan di ketentuan
peralihan harus ada mekanisme pemilihan tambahan wakil ketua yang hanya
diperlukan untuk sisa periode masa jabatan DPD saat ini. Ketentuan yang diubah
dalam norma pasal atau ayat adalah:
a. Pasal 47 Tatib 4/2017 mengenai komposisi Pimpinan DPD, dan
b. Pasal 50 Tatib 4/2017 mengenai tata cara pemilihan Pimpinan DPD,
c. menambahkan ketentuan peralihan untuk mengatur pemilihan satu tambahan
unsur wakil ketua, khusus periode masa jabatan Anggota DPD saat ini.
b. Pengaturan kewenangan tambahan DPD terkait dengan pemantauan dan evaluasi
perda dan ranperda. Materi muatan ini hanya disebutkan saja dalam wewenang
DPD sebagaimana ada dalam Pasal 5 Ayat (1) Pertatib No. 4 Tahun 2017.
Kemudian ditambah ayat yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut, pengaturan
pemantauan dan evaluasi ranperda dan perda dalam peraturan DPD tersendiri. Hal
ini dengan pertimbangan:
a. pengaturan pemantauan dan evaluasi ranperda dan perda dalam peraturan DPD
memerlukan koordinasi lintas lembaga negara, yaitu Kemendagri,
Kemenkumham, pemda, dan Mahkamah Agung,
b. ketersediaan waktu yang sangat sedikit apabila dirumuskan saat ini,
c. belum adanya konsep yang ideal untuk melaksanakan pemantauan dan
evaluasi ranperda dan perda, termasuk ruang lingkup perdanya, yakni Qanun,
perdais, dan perdasus.
c. Mengenai kemandirian keuangan DPD, soal wewenang anggaran ini secara prinsip
tidak berpengaruh banyak sehingga hanya memerlukan perubahan redaksional saja
dari Tatib 4/2017.
4. Selain harmonisasi dengan Komite I, PPUU juga melakukan harmonisasi dengan Badan
Kehormatan terkait perubahan atas Peraturan DPD tentang Kode Etik. Beberapa poin
penting yang telah disepakati, antara lain:
a. penggunaan asas harus disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan peraturan perundang-undangan sehingga Pancasila
tidak dimasukkan dalam kategori asas,
b. dalam konteks menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas Anggota
DPD, setidaknya dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan, terutama terkait
ruang lingkup penegakan kode etik, citra lembaga, dan etika pelaksanaan fungsi,
tugas, dan wewenang DPD,
5 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
c. perlunya menormakan kewajiban untuk mengundangkan dalam berita negara
setiap peraturan DPD yang telah disahkan dan wajib dinormakan dalam ketentuan
penutup,
d. penyatuan dalam satu rumpun secara sistematis dimulai dari kepribadian, etika dan
perilaku, tanggung jawab, integritas, dan disiplin dalam satu bab tersendiri.
Berdasarkan harmonisasi tersebut, dalam sidang paripurna kali ini, peraturan DPD
tentang Kode Etik DPD RI dapat disahkan dan menjadi pedoman bagi seluruh Anggota
DPD RI dalam menjalankan tugas konstitusionalnya.
Sidang Paripurna yang mulia, demikianlah laporan pelaksanaan tugas PPUU yang
dapat kami sampaikan pada sidang paripurna hari ini. Atas perhatian Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima Kasih Senator Nofi Chandra yang sudah membacakan laporan dari PPUU.
Selanjutnya, dipersilakan kepada Komite I untuk menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugasnya. Komite I, oh Ketua sendiri. Pakai bawa pasukan tadi soalnya.
PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillah alhamdulillah.
Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.
Yang kami hormati Pimpinan DPD, yang saya hormati rekan rekan Anggota DPD RI,
Sekretaris Jenderal beserta jajarannya, hadirin sekalian, undangan, media massa.
Pertama-tama, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Mahakuasa
yang atas kuasa-Nya kita semua dapat hadir dalam Sidang Paripurna Dewan Perwakilan
Daerah pada hari ini dalam keadaan sehat walafiat. Salawat dan salam mari senantiasa kita
sanjungkan kepada Baginda Muhammad SAW yang tentu kita semua berharap ada pencerahan
di dalam kehidupan kita di dunia sampai akhir nanti.
Pimpinan, Bapak/Ibu sekalian, pada Masa Sidang IV ini, Komite I telah berhasil
menyelesaikan penyusunan RUU tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat yang
sebagaimana juga disampaikan oleh PPUU, sehingga pada kesempatan Sidang Paripurna ke-
12 pada hari ini, Komite I menyampaikan naskah akademik dan draf Rancangan Undang-
Undang tentang Perlindungan Hak Masyarakat adat untuk dimintakan pengesahan. Penting
untuk kami sampaikan bahwa RUU ini sangat strategis untuk segera disahkan sebagai
rancangan undang-undang usul inisiatif DPD dengan mempertimbangkan telah
disampaikannya RUU tentang Masyarakat Hukum Adat hasil rumusan DPD RI kepada
pemerintah.
Adapun pelaksanaan tugas Komite I terkait fungsi legislasi dan memberikan pandangan
dan terkait fungsi pengawasan serta pelaksanaan undang-undang, masih berproses melanjutkan
program yang dilakukan pada Masa Sidang III. Penyusunan pandangan dimaksud dilakukan
draf RUU tentang Perubahan Undang-Undang V Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
dan penyusunan pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan Undang-Undang No.6 Tahun
6 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
2014 tentang Desa dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala
Daerah sehubungan dengan pelaksanaan pilkada serentak Juni 2018. Di samping itu, Komite I
juga masih melanjutkan pengawasan terhadap pelaksanaan program reforma agraria yang
ditargetkan selesai pada Masa Sidang V Tahun 2017-2018.
Secara rinci pelaksanaan tugas Komite 1 pada Masa Sidang IV Tahun 2017-2018
sebagai berikut.
1. Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat. Saya kira
mutatis mutandis dengan apa yang dilaporkan oleh Panitia Perancang Undang Undang,
Saya tidak akan mempublikasi, tetapi bahwa perlu kami laporkan mengingat waktu
yang kita miliki dalam Masa Sidang IV ini sangat terbatas. Terima kasih, Pimpinan
PPUU dan Anggota PPUU, tadi jam 9 pagi, Ketua, Ketua Sidang, Wakil Ketua DPD
RI yang saya hormati, bahwa tadi jam 9 sampai jam 12 ada harmonisasi di PPUU terkait
dengan Undang-Undang mengenai Perlindungan Hak Masyarakat Adat. Sehingga, baru
tadi jam 12 kita menyelesaikan proses yang diatur dalam tata tertib untuk melengkapi,
memyempurnakan, baik mengenai tata cara ataupun substansi yang ada berkaitan
dengan RUU tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat. Tadi Wakil Ketua Pak Nofi
juga sampaikan yang karena itu saya ingin sampaikan secara substantif.
Pertama adalah ada empat arah utama:
1) Undang undang tersebut, satu, tetap berpedoman pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.
2) Memfokuskan kepada pengaturan objek masyarakat adat, yaitu hak-hak yang
melekat pada masyarakat adat. Fokus ini penting karena peraturan perundang-
undangan mengenai masyarakat adat selama ini lebih cenderung menitikberatkan
pada sisi subjek masyarakat adat, khususnya pengaturan mengenai kriteria yang
dapat disebut sebagai masyarakat adat dan mekanisme pengakuannya.
3) Komitmen ketiga terhadap ini adalah memerhatikan mekanisme perlindungan,
utamanya terhadap hak masyarakat adat yang bersifat publik dan yang bersifat
privat yang membutuhkan mekanisme perlindungan yang berbeda.
4) Mengoptimalkan kelembagaan yang ada tanpa membentuk lembaga baru, yakni
melalui menteri koordinator yang membidangi urusan pemerintahan di bidang
perlindungan hak masyarakat adat dengan mengkoordinasikan seluruh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan hak
masyarakat adat.
RUU ini terdiri dari 10 bab dan 40 pasal yang secara umum memuat 1 ruang
lingkup. Isinya adalah hak masyarakat adat, kemajuan hak masyarakat adat,
kelembagaan hak masyarakat adat, partisipasi masyarakat adat, pengawasan dan
pendanaan. Lalu yang kedua adalah hak masyarakat adat, baik yang berkaitan dengan
hak atas identitas budaya, hak atas penyelenggaraan pemerintahan, hak untuk
menyelenggarakan sengketa adat, sengketa internal masyarakat adat, penyelesaian
antarmasyarakat adat, penyelesaian masyarakat adat dengan pihak lain, pelaksanaan
hasil penyelesaian sengketa adat, hak ulayat, atau di dalam diskusi disebut sebagai hak
wilayah adat dan hak atas tanah, kemudian penggunaan dan pemanfaatan, kemudian
hak atas kekayaan intelektual tradisional, selanjutnya diatur juga mengenai atas
spiritualitas dan atas pendidikan masyarakat adat.
Ibu dan Bapak sekalian pemilihan mengenai atas spiritualitas itu memerlukan
penajaman yang sifatnya serius. Pertama bahwa mengalir dari apa yang menjadi
keputusan MK dalam konteks agama dan kepercayaan, maka ruang itu yang oleh
Komite I didalami agar kita tidak membenturkan antara kepentingan agama dan
kepentingan kepercayaan. Karena itu, formula yang masuk di dalam Komite I yang
kemudian kita juga harmonisasikan dengan PPUU itu adalah ada hak atas spiritualitas,
7 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
ada atas religiusitas, ada hak atas tata nilai yang berkembang yang kemudian secara
keseluruhan kita Komite I berdasar masukan dari tenaga ahli pada masing masing, baik
dari Komite I atau PPUU, kita memilih sebuah substansi yang diharapkan bisa menjadi
mediasi terhadap agama dan kepercayaan. Karena itu, yang diatur di dalam undang-
undang ini adalah hak atas spiritualitas. Jadi tidak ada rumusan agama, tidak ada
rumusan kepercayaan.
Kemudian, yang kedua adalah mengenai pemajuan hak masyarakat adat itu
mengatur mengenai pelestarian hak masyarakat, adat pemberdayaan masyarakat adat,
pengembangan hak masyarakat adat, dan pemanfaatan hak masyarakat adat.
Kemudian empat mengenai kelembagaan, dalam bab ini diatur mengenai
pemerintahan pusat, peran pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah dalam
menyeleggarakan perlindungan hak masyarakat adat. Di samping itu, diatur pula
mengenai sistem informasi, kemudian partisipasi masyarakat, kemudian pengawasan,
dan terakhir juga diatur mengenai pendanaan.
Dalam kesempatan ini, DPD melalui Komite I menginisiasi penyusunan RUU
ini yang diharapkan sebagai realisasi lebih konkret dari amanat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Utamanya adalah tiga pasal: pertama adalah
Pasal 18B Ayat (2), lalu Pasal 281 Ayat (3), dan Pasal 32 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 45.
RUU hasil inisiasi DPD diharapkan mampu mewadahi semua pengaturan
mengenai masyarakat adat secara relatif lengkap dan responsif guna menjamin
masyarakat adat dapat menunjukan eksistensinya dalam era baru kehidupan bernegara
yang lebih nyaman dalam naungan hukum Indonesia yang menjunjung tinggi
kemanusiaan yang beradil dan beradab dan berkeadilan sosial. Karena itu, setelah
Komite I melakukan serangkaian kegiatan penyusunan RUU dan telah dilakukan
harmonisasi, sinkronisasi, dan pemantapan konsepsi oleh PPUU, maka Komite I
dengan ini menyampaikan naskah akademik dan draf Rancangan Undang Undang
tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat dalam Sidang Paripurna ke-12 untuk dapat
disahkan sebagai rancangan undang undang usul inisiatif DPD RI.
2. Pandangan terhadap RUU Perubahan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014. Pimpinan
dan Anggota sekalian, singkatnya adalah kami masih perlu mendalami karena
positioning dengan perwakilan daerah, mohon maaf, informasi yang didapatkan bahwa
positioning DPR terhadap rancangan undang-undang ini, ini juga belum diapresiasi
secara penuh di dalam proses pembahasan di DPR, baik di tingkat 1, utamanya di
tingkat 1, apalagi di tingkat 2-nya. Karena itu, Komite I menargetkan dapat disahkan
pada Masa Sidang V Tahun 2017-2018.
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Ibu dan Bapak sekalian, pertama undang undang dengan berbagai regulasi yang ada
yang dilahirkan oleh pemerintah, baik mengenai peraturan pemerintah, peraturan
menteri, dan lain lain itu sangat dinamis. Saya kira Ibu dan Bapak sekalian yang
terhormat ketika ke daerah, salah satu feedback yang didapatkan adalah sering gonta-
gantinya atau sering tambahnya mengenai peraturan yang berkaitan dengan ini
sehingga belum sempat melakukan suatu proses realisasi, sudah ada peraturan-
peraturan lagi yang menurut kami ada beberapa aturan yang memang berhimpitan.
Bukan berhimpitan, berhadapan dengan Undang-Undang Desa. Ambil contoh misalnya
adalah Permendes No. 4 Tahun 2017 tentang Prioritas Pembangunan Desa. Ada empat:
1) yang berkaitan BUMdes; 2) adalah kegiatan desa Prukades; 3) kemudian
pembangunan embung; 4) kemudian fasilitas olahraga. Ini kalau kita menghadapkan
pada Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, saya kira berhadapan dengan
asas mengenai subsidiaritas di mana urusan desa harusnya secara profesional menjadi
8 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
urusan desa itu sendiri. Sehingga datangnya perintah, datangnya instruksi itu akan
mengganggu proses musyawarah desa yang ada di masing masing desa. Oleh karena
itu sekalian, dinamika seperti itu mengharuskan kami untuk lebih lagi menajami lagi.
Terakhir kemarin kita ada dialog regional di Kotamobagu untuk memastikan
positioning pemerintah di dalam mengimplementasikan Undang-Undang No. 6 Tahun
2014 tersebut. Karena itu, sudah barang pasti mohon kepada sidang bahwa kami akan
melanjutkan dan akan melaporkan pada Masa Sidang V Tahun Sidang 2017-2018.
4. Pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan pemilihan kepala daerah 2018. Yang saya
kira, pertama adalah pilkada serentak ini diikuti 171 daerah. Kemudian tahapan sudah
dilakukan, tahapan persiapan pemilihan gubernur, bupati, walikota. Kemudian yang
kedua adalah tahapan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota pada aspek
penyelenggaraan. Kemudian dalam rangka melakukan pengawasan atas pelaksanaan
Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 tersebut, Komite I telah melakukan berbagai
kegiatan dalam rangka memperkuat materi atau substansi pengawasan.
Sebagai laporan pelengkap bahwa pada paripurna khusus yang lalu sudah dilantik
beberapa Anggota DPD sebagai pengganti antar waktu terhadap teman-teman Bapak/Ibu yang
menyalonkan Anggota DPD, mulai dari Lampung, Kalimantan Tengah, kemudian Sulawesi
Tenggara, kemudian satu lagi Sulawesi Selatan. Saya kira itu sudah jalan, tinggal kita
mendoakan kepada Pak Jajuli, kepada Pak Mawardi, kepada Bu Muliati, kemudian kepada satu
lagi adalah Pak Azis Qahhar. Semoga teman-teman kita, sahabat-sahabat kita berhasil dalam
rangka ikut pilkada pada Juni 2018 yang akan datang.
Maka dari itu, yang kedua adalah pengawasan ini kita sudah lakukan secara internal
Komite I. Pimpinan dan Anggota sekalian, pilkada serentak 2015 itu menghadirkan seluruh
Anggota DPD di daerah pemilihan. Kedua kemarin, saya kira komite-komite juga melakukan
yang sama sesuai dengan proporsinya sehingga ada kerja-kerja komite yang juga dibarengi
dengan pilkada. Karena itu untuk 2018, kami dari Komite I ya sudah barang pasti hanya
memberikan pertimbangan kepada Pimpinan dan Ibu/Bapak sekalian, sekiranya diperlukan
secara keseluruhan lembaga DPD, kami siapkan secara materi. Materi ya, materi-materi
berkaitan dengan materi penyelenggaraan.
Yang berkaitan dengan lain-lain, saya kira itu menjadi kewenangan alat kelengkapan
masing masing.
Demikian Bapak/Ibu sekalian, Pimpinan yang saya hormati, laporan pelaksanaan tugas
Komite I pada Masa Sidang IV Tahun 2017–2018. Semoga hasil yang dicapai ini, khususnya
Komite I menjadi sumbangsih untuk kemajuan Indonesia ke depan. Dan atas perhatian
Pimpinan dan seluruh Anggota DPD RI, kami ucapkan terima kasih.
Pada akhirnya, jika ada yang kurang berkenan sebagai Pimpinan Komite I, saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
(WAKIL KETUA DPD RI)
Waalaikumsalam.
Terima kasih Ketua Komite I, senator Ahmad Muqowam.
Sidang Dewan yang mulia setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan
Komite I, apakah kita dapat menyetujui Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPD RI
tentang Perlindungan Hak Masyarakat Adat?
9 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
PEMBICARA: ANGGOTA DPD RI
Setuju.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
(WAKIL KETUA DPD RI)
Setuju, terima kasih.
KETOK 2X
Ini ada permintaan dari Ketua BK, Pimpinan Ketua Komite II, apakah boleh
mendahului di depan karena ada kegiatan dan, boleh.
PEMBICARA: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (KETUA KOMITE II
DPD RI)
Silakan Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
(WAKIL KETUA DPD RI)
Boleh, Pimpinan Komite II, oh iya terima kasih. Katanya sesama bus kota dilarang
saling mendahului. Silakan Ketua BK.
PEMBICARA: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (KETUA KOMITE II
DPD RI)
Kita kalau BK yang minta tidak bisa nolak Pimpinan.
PEMBICARA: MERVIN SADIPUN KOMBER (KETUA BK DPD RI)
Terima kasih Pimpinan.
Terima kasih Pimpinan komite 2 masalahnya kondisi lagi kurang fit. Laporan
pelaksanaan tugas Badan Kehormatan DPD RI dalam Sidang Paripurna ke-12 Masa Sidang IV
Tahun Sidang 2017 2018 hari Senin tanggal 23 April 2018.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Namo Buddhaya.
Pimpinan DPD yang kami hormati, Pimpinan Alat Kelengkapan, serta rekan-rekan
Anggota DPD RI dari seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
kami hormati, terutama kami sampaikan selamat datang bagi teman-teman anggota yang baru
dilantik kemarin, Saudara Plt. Sesjen dan hadirin yang berbahagia. Pada Sidang Paripurna yang
ke-12 ini, Badan Kehormatan akan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Masa Sidang IV
Tahun Sidang 2017-2018.
Hadirin yang berbahagia, pada Masa Sidang IV ini, Badan Kehormatan telah
menyelesaikan rancangan Peraturan DPD RI tentang Kode Etik. Selama penyelesaian
rancangan peraturan DPD ini tentang kode etik, Badan Kehormatan telah melakukan
10 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
pembahasan mendalam dengan tenaga ahli serta melakukan FGD di beberapa tempat untuk
medapatkan masukan-masukan yang komprehensif. Selanjutnya hasil rancangan Peraturan
DPD RI tentang Kode Etik ini telah dilakukan harmonisasi bersama PPUU sebagaimana yang
tadi sampaikan oleh Pimpinan PPUU semalam kita lakukan harmonisasi dan dengan
mengucapkan puji dan sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami atas nama pimpinan dan
anggota Badan Kehormatan menyerahkan kepada sidang paripurna hasil rancangan Peraturan
DPD RI tentang Kode Etik untuk ditetapkan menjadi Peraturan DPD RI. Kami berharap
Bapak/Ibu sudah mendapatkannya sedikit tentang kode etik. Saya pikir kami akan
menambahkan beberapa hal, baik mengikuti apa yang disampaikan dalam beberapa kali FGD
maupun masukan dari finalisasi dan harmonisasi semalam, kita berusaha untuk membuat kode
etik yang bisa mengakomodir kondisi-kondisi kekinian kita dan semoga Bapak/Ibu bisa
membacanya, kami harus memperjelas soal kategori hadir sehingga memudahkan teman-teman
di Pimpinan Alat Kelengkapan lalu kemudian kami membagi, ada sanksi ringan, sedang, dan
berat. Jadi dulunya itu ada jomplang antara dari ringan kalau dia bukan dari alat kelengkapan
langsung dia tiba-tiba pemberhentian sementara. Sekarang ada sanksi sedang yang akan
dijalani oleh seseorang apabila melanggar ketentuan yang ada. Jadi Bapak/Ibu bisa
membacanya dan kira-kira itu beberapa hal yang kami sampaikan termasuk bagaimana
hubungan antara personal kita dan kemudian komunikasi dengan alat kelengkapan lainya,
semua sudah kami dimasukkan dalam Kode Etik tersebut.
Hadirin yang berbahagia, selain melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan DPD
tentang Kode Etik, Anggota DPD RI seiring dengan terbentuknya Peraturan DPD Nomor 5
Tahun 2017 tentang Tata Beracara Badan Kehormatan, maka BK telah menindaklanjuti segala
bentuk temuan dan pengaduan dari masyarakat terkait dugaan pelanggaran tata tertib dan kode
etik Anggota DPD RI yang masuk kepada Badan Kehormatan dan terkait hal-hal tersebut masih
dalam proses untuk ditindaklanjuti, sebentar setelah keputusan kode etik maka sidang
berikutnya kami akan masuk pada sidang-sidang etik.
Hadirin yang berbahagia, sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Kehormatan dalam
menjaga harkat dan martabat lembaga terkait kedisiplinan maka Badan Kehormatan akan
memformulasikan reward and punishment terkait tingkat kehadiran Anggota DPD RI dalam
rapat sidang di setiap alat kelengkapan yang bekerja sama dengan alat kelengkapan masing-
masing. Kami berharap Pimpinan alat kelengkapan bisa bekerja sama terkait hal ini. Hal ini
kami lakukan untuk menjaga kedisiplinan Anggota dimana rapat atau sidang merupakan
sebuah jembatan bagi kepentingan konsituen dan Daerah yang diamanatkan kepada Anggota
DPD RI.
Pimpinan mohon izin, pada kesempatan ini kami akan memberikan apresiasi yang
tinggi kepada Bapak-bapak yang saya sebut nama kalau ada dalam ruangan ini kami mohon
untuk berdiri.
1. Ibu Hj. Daryati Uteng S, S.E., M.M.
2. Drs. H.A Hudarni Rani, S.H.
3. Ir. H. Ayi Hambali, M.M.
4. G. K. R. Koes Indriyah
5. Drs. H. Akhmad Muqowam
6. KH. Muslihuddin Abdurrasyid, Lc., M. Pd.i
7. Ir. Stefanus B.A.N. Liow
8. Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, M. Sc.
9. Ir. Abdul Jabbar Toba. “Silakan berdiri”
10. Drs. Ade Khali.
Dan saya sendiri.
11 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
Atas tingkat kedisiplinan yang sangat tinggi, jadi Bapak-bapak yang saya sebut tadi ini
tingkat kehadiran mereka 100 persen. Bapak/Ibu, Bapak/Ibu, Bapak/Ibu. Atas tingkat
kedisiplinan yang sangat tinggi dalam rapat alat kelengkapan pada masa sidang ke-3 Tahun
Sidang 2017-2018 dan kami juga menghimbau kepada Anggota yang masih kurang
kehadirannya dalam rapat agar lebih meningkatkan kehadirannya dalam rapat dikarenakan hal
tersebut sudah menjadi kewajiban kita bersama. Jadi tingkat kehadirannya 90 sampai 100
persen pasti kami sampaikan dalam Paripurna ini, ya kecuali. Bapak/Ibu sekalian kami juga
telah bentuk Tim Etik atas temuan Anggota yang tingkat kehadirannya rendah dan kami
berharap pada sidang ke depan dapat dilakukan sidang Etik terhadap tingkat kehadiran Anggota
yang rendah dimaksud, sudah ada di sini.
Pimpinan yang terhormat, akhirnya kami sampaikan selamat mendaftar bagi Bapak/Ibu
yang akan melanjutkan perjuangan di Lembaga tercinta ini dan bagi Bapak/Ibu yang akan
berproses di DPR RI selamat berproses di Partai, semoga kita semua diberikan kekuatan dan
anugerah sehingga 1 Oktober 2019 bersama-sama dilantik untuk melanjutkan pengabdian bagi
Bangsa dan Negara.
PEMBICARA: ANGGOTA DPD RI
Ketua BK ke mana?
PEMBICARA: MERVIN SADIPUN KOMBER (KETUA BK DPD RI)
Demikian yang dapat kami sampaikan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera.
Shalom.
Om shanti shanti shanti om.
Namo Buddhaya
Pimpinan Badan Kehormatan, Ketua Mervin Sadipun Komber, Wakil Ketua Hendri
Zaenudin, Wakil ketua Oni suwarman, A.Md., Sekaligus saya minta Wakil Ketua berdua ke
depan untuk bersama-sama kita menyerahkan Kode Etik ini, terima kasih.
PEMBICARA : Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
Sidang yang mulia, setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan BK apakah
kita dapat menyetujui Peraturan DPD RI tentang Kode Etik DPD RI, setuju. Terima kasih.
KETOK 2X
Selanjutnya dipersilakan kepada Pimpinan Komite II untuk menyampaikan laporan.
PEMBICARA: AJI MUHAMMAD MIRZA WARDANA, S.T. (KETUA KOMITE II
DPD RI)
Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Namo Buddhaya.
Yang terhormat Pimpinan DPD RI, dan para Pimpinan Alat Kelengkapan DPD RI
beserta para Anggota DPD RI yang terhormat, Sekretaris Jenderal DPD RI beserta jajaranya
12 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
dan para rekan media yang hadir, serta para hadirin sekalian yang berbahagia. Pertama-tama
marilah kita panjatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai macam kenikmatan, terutama kenikmatan iman, sehat sehingga dalam kesempatan ini
kita dapat bertatap muka serta bersilahturahmi dalam acara Sidang Paripurna DPD RI yang ke-
12 dalam keadaan sehat wal afiat.
Pada kesempatan ini izinkan kami mewakili Komite II untuk dapat menyampaikan
secara singkat mengenai poin-poin penting dari laporan perkembangan pelaksanaan tugas
Komite II pada masa Sidang IV ini. Terkait dengan penyusunan rancangan undang-undang
usul inisiatif Komite II DPD RI saat ini tengah menyusun Rancangan Undang-undang usul
inisiatif yaitu Rancangan Undang-Undang Kedaulatan Pangan dan pada kesempatan ini akan
kami sampaikan konsep usul prakarsa Rancangan Undang-undang Kedaulatan Pangan serta
progres penyusunan Rancangan Undang-undang tersebut yakni, Pertama, Rancangan undang-
undang tentang Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan hak atas
pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem
pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, artinya kedaulatan pangan sangat
menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Substansi
dalam Rancangan Undang-Undang Kedaulatan Pangan disusun dengan menerjemahkan lebih
lanjut tentang konteks Pasal 28a dan Pasal 28c Undang-Undang Dasar 1945 dalam hal
bagaimana negara memberikan jaminan bagi pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk
memenuhi kebutuhan pangannya melalui kedaulatan pangan. Adapun progress sampai dengan
saat ini tim ahli dengan dibantu legal drafter dan staf ahli Komite II, sedang melakukan
penyusunan draf awal naskah akademik dan draf Rancangan Undang-Undang Kedaulatan
Pangan.
Kemudian yang kedua, Rancangan Undang-Undang tentang Pelestarian dan
Pemanfaatan Sumber Daya Genetik. Tidak berbeda dengan tahapan penyusunan Rancangan
Undang-Undang sebelumnya tentang Kedaulatan Pangan, saat ini dalam tahap penerbitan SK
tim ahli, maka selanjutnya tim ahli dapat melakukan penyusunan draf naskah akademik dan
draf rancangan undang-undang.
Perlu kami sampaikan pada Masa Sidang IV ini Komite II juga telah menyelesaikan
pengawasan atas pelaksanaan tiga undang-undang, yaitu pengawasan atas pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dan kedua pengawasan atas
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan yang
ketiga pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian.
Beberapa poin penting dalam penyusunan hasil pengawasan atas pelaksanaan ketiga
undang-undang tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang
Energi. Berdasarkan pembahasan hasil pengawasan maka DPD RI merumuskan dua
rekomendasi yakni bidang Regulasi dan Non Regulasi, atas hasil pengawasan
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi sebagai berikut:
A. Rekomendasi bidang Regulasi
1. DPD RI mendesak Pemerintah agar segera mengimplementasikan Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
secara efektif.
2. DPD RI mendesak pemerintah daerah untuk segera merancang perencanaan
energi daerah melalui rencana umum energi daerah atau RUED sehingga
kebutuhan terhadap energi dapat tersedia dengan baik dan terukur.
3. DPD RI mendesak terbitnya aturan turunan yang diamanatkan didalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, yaitu pertama
13 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
Peraturan Pemerintah tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Energi, kedua
Peraturan Pemerintah tentang Pengusahaan Energi, ketiga Peraturan Daerah
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Energi, keempat Peraturan Daerah
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Energi, kelima Peraturan Daerah
tentang Rencana Umum Energi Daerah atau RUED, keenam Peraturan
Pemerintah mengenai Pendanaan, Penelitian, dan Pengembangan Energi
Baru dan Energi Terbarukan.
Kemudian DPD RI juga mendesak agar pemerintah segera melakukan
pembahasan secara tripartit antara Pemerintah, DPR, dan DPD mengenai
Rancangan Undang-undang Energi Terbarukan yang diusulkan oleh DPD RI
yang saat ini telah diserahkan kepada DPR RI.
B. Rekomendasi Bidang Nonregulasi
1. DPD RI mendesak Kementerian SDM dan Dewan Energi Nasional
mengintensifkan aksitensi bagi daerah dalam rangka penyusunan RUED.
2. DPD RI mendesak Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri
agar memberlakukan skema insentif dan disinsentif dalam penyusunan
RUED Provinsi ataupun RUED Kabupaten/Kota. Misalnya insentif
penambahan dak bidang energi bagi pemerintah daerah yang telah
menyelesaikan penyusunan RUED atau sebaliknya.
3. DPD RI mendesak agar pemerintah sedapat mungkin mempertahankan
stabilitas harga BBM dan energi lainnya, dengan tetap memperhatikan
faktor keekonomian serta juga daya beli masyarakat.
4. DPD RI mendesak sinkronisasi antara insentif fiskal dan nonfiskal dalam
hal pengembangan energi terbarukan agar beban investor atas biaya
investasi dalam pengembangan energi terbarukan bisa berkurang secara riil.
5. DPD RI mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan
pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan untuk penyediaan tenaga
listrik dengan memperhatikan harga tenaga listrik yang berdasarkan prinsip
usaha yang sehat.
6. DPD RI mendesak PLN untuk meningkatkan distribusi listrik PLN hingga
kewilayah yang belum terjangkau listrik atau yang dalam hal ini yang kita
kenal dengan 3T.
7. DPD RI mendesak pendekatan berbeda bagi daerah-daerah yang memiliki
keterbatasan dalam mengakses jaringan listrik dalam rangka mencapai
target rasio elektrifikasi 100 persen, misal dengan mengoptimalkan sumber
energi lokal seperti pembangunan pembangkit listrik mikro hidro atau
pembangkit listrik tenaga angin di sebuah pulau yang terpisah dari pulau
utama, hal ini bertujuan untuk mengurangi beban APBN dari biaya
pengolahan pembangkit yang tidak berdasarkan sumber energi lokal.
8. DPD RI mendesak percepatan progam pembangkit listrik 35.000 megawatt
agar ketersediaan pasokan listrik di masa mendatang bisa tercukupi.
9. DPD RI mendesak pengawasan ketat terhadap LPG 3 kg agar tepat sasaran
dan tepat guna. Kemudian dalam jangka panjang diharapkan pemerintah
bisa membangun instalasi pipa gas yang bisa menghantarkan gas ke dalam
rumah tangga.
10. DPD RI mendesak pemerintah terkait dengan pengembangan energi
terbarukan agar investor melibatkan masyarakat sekitar sumber energi
terbarukan yang akan dikelola untuk menghindari konflik atas tanah yang
14 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
dimiliki masyarakat setempat disekitar sumber energi terbarukan.
Contohnya terkait tanah adat atau hak ulayat.
2. Kemudian pengawasan yang kedua atas pelaksanaan Undang-undang Nomor 22
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berdasarkan pembahasan hasil
pengawasan, maka DPD RI merumuskan dua rekomendasi sebagaimana yang tadi
terkait bidang regulasi dan nonregulasi atas hasil pengawasan Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, sebagai berikut.
A. Rekomendasi Bidang Regulasi
1. DPD RI mendorong perancangan dan penerbitan peraturan undang-undang
yang belum dibentuk berdasarkan amanat pembentukan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan ketersediaan minyak dan gas bumi nasional.
2. DPD RI mendesak pemerintah untuk memperbaharui Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada
pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi, karena aturan ini sudah
tidak mengikuti perkembangan kebutuhan yang ada sehingga perlu direvisi.
3. DPD RI merekomendasikan revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi agar memprioritaskan kebutuhan dalam
negeri untuk mencapai ketahanan minyak dan gas bumi yang
pemanfaatannya maksimal bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan
dan merata sampai pada pelosok Indonesia.
4. DPD RI merekomendasikan revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi agar mengakomodasi energi
nonkonvensional, seperti shale oil, shale gas, coal-bed methane, dan thight
sand gas sebagai upaya diversifikasi untuk mendukung ketahanan energi
nasional.
B. Rekomendasi Bidang Nonregulasi
1. DPD RI mendorong upaya penemuan cadangan migas baru di daerah,
terutama di daerah Indonesia bagian timur untuk mendukung ketahanan
energi nasional. Pemerintah daerah memberikan pertimbangan untuk
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, baik di dalam penetapan
wilayah usaha dari wilayah yang memiliki potensi maupun terkait rencana
pengembangan lapangan migas. Pelaksanaan konsultasi dengan pemerintah
daerah dilakukan dengan gubernur yang memimpin penyelenggaraan
pemerintah daerah sesuai undang-undang pemerintah daerah.
2. DPD RI mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah terkait
kegiatan usaha di tiga blok gas bumi terbesar di Indonesia. Blok East
Natuna, Blok Masela, dan Blok IDD sehingga diharapkan meningkatkan
kontribusi gas di dalam bauran energi nasional dan mencegah impor gas di
masa yang akan datang.
3. DPD RI mendesak penyelesaian pipanisasi untuk menghubungkan blok gas
Natuna ke jaringan gas nasional untuk segera menjamin ketersediaan gas
murah bagi kebutuhan rumah tangga dan industri domestik.
4. DPD RI mendorong peran pemerintah daerah dalam pembentukan Badan
Usaha Milik Daerah, pengelolaan partisipating interest wilayah kerja
migas. Badan Usaha Milik Daerah diharapkan dapat mengumpulkan
kekuatan modal yang cukup, artinya tanpa meminjam pada kontraktor
15 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
sehingga usaha migas dapat memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan
devisa daerah dalam bentuk pembagian deviden kegiatan usaha migas.
5. DPD RI mendorong BPH Migas untuk mengoptimalkan upaya
pembentukan subpenyalur bahan bakar minyak atau BBM di setiap desa
berdasarkan peraturan BPH Migas Nomor 6 Tahun 2015 tentang Penyaluran
Jenis Bahan Bakar Tertentu dan Jenis Bahan Bakar Khusus, penugasan pada
daerah yang belum dapat penyalurnya yang akan memberikan dan
menjamin ketersediaan BBM bagi masyarakat di desa yang masih belum
terjangkau layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
6. DPD RI mendorong agar setiap badan usaha atau bentuk usaha tetap yang
diberi wewenang melakukan kegiatan usaha ekporasi dan eksploitasi untuk
dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar melalui
berbagai program corporate social responsibility atau CSR guna
pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Saya rasa ada salah satu yang terlewat ini, satu rekomendasi yang kita
ingin segera dilakukan agar pemerintah, terakhir, diminta untuk segera
melakukan investigasi, segera menyelesaikan investigasi terkait kebocoran
minyak di perairan Balikpapan Kalimantan Timur.
3. Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian. Berdasarkan pembahasan hasil pengawasan maka DPD RI
merumuskan 2 rekomendasi, yakni bidang regulasi dan nonregulasi atas hasil
pengawasan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian sebagai
berikut.
A. Rekomendasi Bidang Regulasi
1. DPD RI mendesak pemerintah segera mengeluarkan aturan turunan yang
belum dibuat sesuai amanat Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian seperti Undang-Undang tentang Lembaga Pembiayaan
Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
2. DPD RI mendesak pemerintah yaitu DPD RI mendesak Kementerian
Perindustrian untuk segera menyelesaikan rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Perwilayahan Industri yang diamanatkan Pasal 14 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindutrian. Salah satunya adalah mengenai
pengembangan sentra industri kecil dan menengah di setiap kabupaten/kota
dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi rakyat.
3. DPD RI mendesak pemerintah untuk segera mengeluarkan ketentuan
mengenai pengaturan yang bersifat teknis bidang industri tertentu sesuai
yang diamanatkan Pasal 6 Ayat (2) tentang Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang Perindustrian.
4. DPD RI mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan peraturan
daerah terkait rencana pembangunan industri provinsi, kabupaten/kota
sesuai Pasal 10 Ayat (4) dan Pasal 11 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang Perindustrian, dan
5. DPD RI mendesak pemerintah untuk segera mengeluarkan ketentuan
mengenai lembaga pembiayaan pembangunan industri sesuai amanat Pasal
48 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
16 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
B. Kemudian rekomendasi bidang nonregulasi terkait perindustrian DPD RI;
1. DPD RI mendesak Kementerian Perindustrian untuk mempercepat
pembangunan sektor industri dan penyelesaian pembangunannya terutama
pada kawasan industri di luar Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua,
Sumatera guna terciptanya pemerataan di seluruh wilayah Indonesia.
2. DPD RI mendesak Kementerian Perindustrian untuk mempercepat
penyelesaian kawasan industri digital, e-commerce, dan start up dalam
peningkatan daya saing Indonesia di pasar internasional.
3. DPD RI mendorong penguatan terhadap fungsi komite ekonomi dan
industri nasional atau KEIN. Komite ini diharapkan dapat meningkatkan
koordinasi dalam pembangunan industri dalam mewujudkan kegiatan
industri yang saling bersinergi menuju penguatan struktural perekonomian
nasional.
4. DPD RI mendesak peningkatan kerjasama lintas lembaga terutama
Kementerian Perindustrian dengan lembaga lainnya seperti Kementerian
Pariwisata, Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Standar Nasional, pemerintah daerah dan pengelola kawasan industri
dalam pembangunan dan pengembangan kawasan industri dan kawasan
ekonomi khusus.
5. DPD RI mendesak Kementerian Perindustrian dan Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi melakukan peningkatan keahlian tenaga kerja
melalui pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja lokal, pendidikan vokasi,
dengan memberikan bantuan kredit lunak dalam pembiayaannya agar
menghasilkan tenaga kerja yang berkeahlian dan bersertifikasi.
6. DPD RI mendesak Kementerian Perindustrian melakukan peningkatan
pelayanan kemudahan berinvestasi di dalam kawasan industri, baik melalui
pemberian insentif fiskal atau fasilitas pada kepabean maupun kemudahan
insentif nonfiskal berupa fasilitas perizinan, penetapan objek vital nasional
Indonesia dan program kemudahan investasi langsung konstruksi atau
KILK.
7. DPD RI mendesak Kementerian Perindustrian untuk berkoordinasi
terhadap seluruh stakeholder dalam penyediaan infrastruktur kawasan
industri, terutama fasilitas pendukung pembangunan kawasan industri,
sarana transportasi, ketersediaan gas, ketersediaan listrik, ketersediaan air,
sarana pengolahan limbah, pengelolaan lahan dan tata ruang serta
pengelolaan yang berstandar nasional Indonesia.
8. DPD RI mendesak Kementerian Perindustrian untuk segera memberikan
kepastian hukum yang konsisten dalam mengimplementasi kebijakan yang
berkaitan dengan pengembangan sektor industri, salah satunya mengenai
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang penetapan peraturan pemerintah
pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 mengenai Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi undang-undang.
9. DPD RI mendesak Kementerian Perindustrian untuk memperkuat
implementasi pengembangan sektor industri melalui sistem pengelolaan
berkala dan evaluasi terhadap kawasan industry, dan
10. DPD RI mendesak pemerintah agar dalam pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dilakukan dengan seksama
dalam rangka mengupayakan penyelamatan sektor industri dari gejala de-
industrialisasi di Indonesia.
17 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
Pimpinan DPD RI, Pimpinan Alat Kelengkapan DPD RI, para Anggota DPD RI,
Sekretariat DPD RI dan rekan media, serta hadirin sekalian, sebelum menutup laporan
perkembangan Komite II DPD RI, kami mohon kepada sidang paripurna yang mulia untuk
dapat mengesahkan 3 hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang yaitu pengawasan
atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, pengawasan atas
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, dan
pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Demikian laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite II pada Sidang Paripurna
ke-12 Masa Sidang IV Tahun Sidang 2017-2018 yang dapat kami sampaikan pada kesempatan
yang berbahagia ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
Atas nama Komite II, Ketua Parlindungan Purba, Wakil Ketua I Kadek Arimbawa,
Wakil Ketua Aji Muhammad Mirza Wardana.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih senator Aji Mirza Wardana, S.T.
Sidang Dewan yang mulia, setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan
Komite II, apakah kita dapat menyetujui:
1. Hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi,
2. Hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi,
dan
3. Hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan UU. No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian.
PEMBICARA: ANGGOTA DPD RI
Setuju.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
(WAKIL KETUA DPD RI)
Setuju, terima kasih.
KETOK 1X
Selanjutnya kami persilakan kepada Komite III untuk menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugasnya.
18 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
PEMBICARA: FAHIRA IDRIS, S.E., M.H. (KETUA KOMITE III DPD RI)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kepada yang saya hormati, pimpinan DPD RI, yang saya hormati sahabat-sahabat
Pimpinan Alat Kelengkapan DPD RI, yang saya hormati sahabat-sahabat Anggota DPD RI
yang sebentar lagi juga akan kembali ke DPD RI dan juga akan ke “kakak” kita DPR RI mudah-
mudahan semuanya terpilih, amin, dan juga kepada Pak Sesjen beserta jajaran dan yang hadir
disini sahabat-sahabat tenaga honorer dari Pagar Nusantara selamat datang. Pada sidang
paripurna yang mulia ini, perkenankanlah kami menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugas Komite III DPD RI.
Salah satunya pada tanggal 21 Maret lalu, DPD RI melaksanakan rapat kerja dengan
Kemenpan RB, hasil kerja sama dengan Komite I dan juga BAP. Adapun kesimpulannya
adalah DPD RI mendorong pelaksanaan program tahun 2018 untuk melaksanakan Undang-
Undang ASN secara optimal dengan segera menyelesaikan peraturan pelaksanaan Undang-
Undang ASN dalam rangka membangun ASN yang memiliki integritas, profesional, netral,
dan bebas dari intervensi publik. Yang kedua, DPD RI menyepakati dan menyetujui kebijakan
Menpan RB dalam mencarikan solusi tenaga honorer kategori 2 yang tidak lulus seleksi pada
tahun 2013 yang berkeadilan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang ketiga,
DPD RI akan mengawal pemerintah, dalam hal ini Kementerian PAN RB, untuk mengambil
langkah sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk memastikan dan mengkonfirmasi
penyelesaian validasi data honorer K2 yang tidak lulus seleksi tahun 2013 sesuai usulan awal
dari kementerian dari pemerintah daerah untuk diangkat menjadi CPNS.
Sebagai tindak lanjut, maka DPD RI akan melakukan konsolidasi dengan jajaran
kementerian atau lembaga terkait utamanya dengan Kementerian Keuangan, Bappenas, dan
pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Selanjutnya, DPD RI dan
Kemenpan RB sepakat bahwa sebelum dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang No. 5
Tahun 2014 tentang ASN, maka DPD RI meminta pemerintah untuk menyelesaikan seluruh
peraturan pelaksanaan yang diamanatkan Undang-undang ASN terutama penyelesaian
Peraturan Pemerintah tentang Pegawai Negeri dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Kemudian
DPD RI dan pemerintah juga sepakat bahwa terhadap pemikiran adanya perubahan Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang ASN tidak mengesampingkan peran PPPK sebelum
terpenuhinya PNS di daerah sesuai dengan kompetensi serta tidak menghapus lembaga pra
ASN dalam rangka menjaga sistem merit serta mendorong reformasi birokrasi secara
konsisten.
Selanjutnya adapun program kegiatan Komite III yang menjadi prioritas adalah yang
pertama penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang perlindungan pasien, yang kedua
penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adapun RUU tersebut akan ditargetkan selesai pada masa
sidang berikutnya. Selanjutnya mengenai penyusunan pandangan DPD RI terhadap Rancangan
Undang-Undang tentang Kebidanan, adapun garis besar substansi materi pandangan DPD atas
RUU tersebut adalah pembentukan Undang-Undang tentang Kebidanan memiliki irisan
dengan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya, seperti Undang-Undang No. 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan.
Salah satu irisan tersebut antara lain tampak dalam norma yang mengatur ketika bidan
dalam keadaan darurat dalam rangka pertolongan pertama maka dapat melakukan tindakan di
luar kewenangannya. Pasal tersebut harus disertai dengan ketentuan penutup yang menegaskan
bahwa pasal-pasal di dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran sepanjang bertentangan
dengan Pasal 56 Ayat (1) undang-undang ini maka tidak berlaku, dengan begitu potensi bidan
19 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
dikriminalisasi bisa dihindari. Yang kedua, ketentuan mengenai pendayagunaan bidan yang
dirumuskan dalam RUU Kebidanan belum dapat mengatasi permasalahan distribusi dan mutasi
bidan. Yang ketiga pengaturan konsil kebidanan hendaknya diatur lebih terperinci seperti
berlaku pada konsil kedokteran. Yang keempat, pengaturan mengenai kuota nasional sebagai
jawaban yang ditawarkan RUU Kebidanan, dalam upaya pengendalian mutu lulusan
pendidikan kebidanan masih kurang memadai dalam memenuhi kualitas pendidikan
kebidanan, sebab ketentuan tersebut tidak mengaitkan kuota penerimaan mahasiswa dengan
akreditasi program studi. Di dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, akreditasi program
studi merupakan salah satu indikator untuk menjamin mutu lembaga pendidikan tinggi, hal ini
selaras dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Dengan
demikian di dalam RUU Kebidanan seharusnya ada ketentuan yang mengaitkan antara kuota
dengan akreditasi program studi. Apabila akreditasi program studi belum memadai maka dapat
berpengaruh terhadap kuota penerimaan mahasiswa hal ini memerlukan penegasan sebagai
bentuk keberpihakan pada mutu layanan bidan dimasyarakat. Yang kelima, perlu adanya
kebijakan afirmatif bagi kesejahteraan bidan yang bekerja di daerah tertinggal, pedalaman dan
kepulauan dengan mencantumkan mengenai tunjangan khusus dan fasilitas perumahan serta
transportasi untuk bidan yang berada di DPTK.
Terakhir, pembinaan dan pengawasan bidan oleh pemerintah pusat dan daerah
merupakan hal esensial di dalam memastikan mutu layanan bidan, salah satu bentuk pembinaan
dan pengawasan dilakukan melalui pengendalian dengan instrumen surat izin praktik bidan,
namun tanpa disertai sanksi administrasi maka sulit mendorong bidan profesional. Oleh karena
itu, perlu dibuat bab khusus tentang sanksi adminitrasi, mulai dari sanksi ringan, teguran,
sampai sanksi berat pencabutan izin khususnya apabila bidan melanggar ketentuan pasal
tentang kewajiban bidan dalam RUU Kebidanan.
Sehubungan dengan selesainya penyusunan pandangan terhadap RUU tentang
Kebidanan melalui sidang paripurna yang mulia ini, Komite III DPD RI meminta kepada
Pimpinan dan seluruh Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang terhormat untuk dapat
memutuskan dan mengesahkan hasil pandangan DPD RI terhadap RUU tentang Kebidanan
sebagai produk DPD RI dan selanjutnya disampaikan kepada DPD RI. Dengan demikian
laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI kali ini sudah selesai,
perkenankan kami mengucapkan sekali lagi terima kasih kepada pimpinan beserta seluruh
anggota dan juga sahabat-sahabat dari Pagar Nusantara. Pokoknya Pagar Nusantara tidak usah
khawatir, DPD RI selalu bersama Pagar Nusantara. Yang penting nanti saya minta tolong
kepada seluruh teman-teman Pagar Nusantara di seluruh wilayah Indonesia, di mana ada
sahabat-sahabat anggota DPD RI yang mau maju, mohon dukungannya, setuju? Tetap
semangat ya, terima kasih banyak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Komite III, Ketua Fahira Idris, Wakil Ketua dr. Delis Julkarson Hehi, Wakil Ketua
Bapak Abdul Aziz.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Ibu Fahira Idris, Ketua Komite III yang sudah membacakan laporannya.
Sidang dewan yang mulia, setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan Komite III,
apakah kita dapat menyetujui pandangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-undang
Kebidanan?
PEMBICARA: ANGGOTA DPD RI
Setuju.
20 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Setuju, terima kasih
KETOK 2X
Selanjutnya dipersilakan kepada Komite IV untuk menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan.
PEMBICARA: SISKA MARLENI, S.E., M.Si. (WAKIL KETUA KOMITE IV DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat petang.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI pada sidang paripurna ke-12 masa
sidang IV Tahun Sidang 2017-2018 DPD RI, Senin, 23 April 2018. Yang kami hormati
pimpinan DPD RI, yang kami hormati dan kami banggakan, rekan-rekan Anggota DPD RI,
Sekretaris Jenderal beserta jajaran, rekan-rekan media, hadirin yang terhormat. Puji dan syukur
kehadirat Tuhan YME, karena dengan limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga pada hari
ini kita dapat bersama-sama menghadiri Sidang Paripurna ke-12 Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia, atas nama Pimpinan dan atas nama Anggota Komite IV DPD RI kami juga
menyampaikan terima kasih, atas kesempatan yang diberikan untuk menyampaikan laporan
kerja Komite IV DPD RI pada masa sidang ini. Selanjutnya sebagaimana yang sudah
teragendakan, bahwa pada kesempatan Rapat Sidang Paripurna ini menyampaikan laporan
kegiatan Komite IV dalam dua agenda yang pertama yaitu hasil pengawasan atas pelaksanaan
Undang-Undang 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan juga yang kedua perkembangan
pembahasan materi yang lainnya.
Hadirin yang kami hormati, hasil pengawasan pelaksanaan Undang-Undang 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah telah melalui beberapa mekanisme. Yang pertama diawali
dengan penyerapan aspirasi di daerah yang dilakukan oleh seluruh masing-masing Anggota
Komite IV pada masa bekerja di daerah pemilihan sejak 19 Februari hingga 21 Maret 2018.
Lalu kami juga melakukan kegiatan rapat dengar pendapat dengan Asosiasi Bank Syariah
Indonesia (Asbisindo), lalu juga dengan Asosiasi Bank Daerah (Asbanda), dengan seluruh
jajaran Direksi Bank Muamalat.
Dengan seluruh jajaran Direksi Bank Muamalat, Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia, lalu juga dengan masyarakat ekonomi syariah dan juga melakukan RDPU dengan
pakar dan juga dari pihak Otoritas Jasa Keuangan dan diakhiri dengan finalisasi hasil
pengawasan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada tanggal 27
Maret 2018. Hadirin yang kami hormati ada beberapa hal yang menjadi catatan atau
permasalahan yang juga bisa dibaca sebagai suatu bentuk ketidaksesuaian antara pelaksanaan
Undang-Undang No. 21 dengan beberapa undang-undang dan juga peraturan yang lainya.
Secara lengkap pasal dan per-ayatnya tentunya saya sudah disampaikan dalam laporan
nanti akan diserahkan tetapi saya akan membacakan secara umum mengenai permasalahan atau
ketidaksesuaian yang dimaksud. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah ada permasalahan dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, maaf Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2009 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Di mana ketidaksesuaian itu
mengakibat adanya bahwa tabungan investasi, deposito, investasi dan bentuk lainnya pada unit
usaha syariah dan badan usaha syariah tidak dijamin oleh LPS.
21 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
Lalu yang kedua Undang-Undang No. 21 tentang Perbankan Syariah dengan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan ditemukan bahwa pengaturan
pembinaan dan pengawasan Unit Usaha Syariah atau UUS dan Badan Usaha Syariah atau BUS
yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan sudah dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Selanjutnya Undang 21 Tahun 2008 juga ada ketidaksesuaian dengan Undang-undang, maaf
dengan peraturan Bank Indonesia tepatnya Nomor 11 Tahun 2009 tentang Unit Usaha Syariah
yang mewajibkan kepada UUS atau Unit Usaha Syariah menjadi Badan Usaha Syariah paling
lambat Juli 2023 sangat sulit untuk dilaksanakan karena dirasa belum siap, selanjutnya bahwa
materi MPF Bank Syariah pada Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah tidak dapat disamakan dengan MPENG pada Bank Konvesional karena memiliki
karakter yang berbeda dan pembayaran yang berbeda. Yang kedua, setelah permasalahan pada
Undang-undang 21 kami juga menemukan permasalan berkaitan dengan spin off Usaha Unit
Syariah Bank Pembangunan Daerah menjadi Bank Usaha, Bank Unit maaf Bank Unit Syariah.
Temuannya adalah bahwa kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti
terkendala oleh permodalan Bank Pembangunan Daerah. Hal ini menjadi penyebab tidak
terlaksananya proses spin off UUS menjadi BUS serta rendahnya daya saing BUS Bank
Pebangunan Daerah.
Yang ketiga berkaitan dengan literasi perbankan syariah indeks literasi perbankan
keseluruhan nasional pada tahun 2016 sebesar 32 % dengan indeks literasi perbankan syariah
secara nasional 6.63 % lebih kecil dibanding indeks literasi perbankan keseluruhan secara
nasional. Yang keempat penempatan dana haji pada bank syariah dan yang kelima hasil
pengawasan adalah berkaitan dengan permasalahan permodalan bank syariah.
Berdasarkan hasil permasalahan tersebut, ada beberapa hal yang direkomendasikan
bahwa DPD RI merekomendasikan kepada DPR RI sebagai berikut. Permasalahan yang
berkaitan dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah yang
pertama DPD RI mendorong DPR RI untuk bersama-sama melakukan perubahan pada
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, terutama pada Pasal 19,
50, 51, 52, 53, dan 56 dan 68. Selain itu, pengaturan pada pasal-pasal yang mengatur tentang
kredit dan pembayaran perlu diperjelas. Yang kedua DPD RI merekomendasikan kepada Bank
Indonesia untuk mengubah Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/14/PBI Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah terutama
pada batas waktu pemisahan atau spin off UUS menjadi BUS.
Dua, spin off UUS DPD menjadi BUS DPD mendorong pemerintah pusat serta
pemerintah daerah sebagai pemilik Bank Pembangunan Daerah untuk melaksanakan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 68 dengan opsi:
1. Konversi dari BPD konvesional menjadi BPD syariah.
2. Legal spin off atau spin off aset antara 2,5 sampai dengan 3 triliun.
3. Legal spin off atau konversi aset di bawah 2,5 triliun, atau
4. Opsinya adalah penggabungan atau merger UUS pada Bank Pembangunan Daerah di
setiap daerah menjadi BUS BPD atau BUS Bank Pembangunan Daerah Indonesia
sebagai Bank Umum Syariah BPD Indonesia.
Tiga literasi Perbankan Syariah DPD RI mendorong Pemerintah Asosiasi Bank Syariah
Indonesia atau Asbisindo, Masyarakat Ekonomi Syariah atau MES untuk meningkatkan
integrasi perbankan syariah melalui penyelenggaan festival ekonomi dan juga perbankan
syariah. Lalu yang kedua, peningkatan peran BPRS dalam pengelolaan dana masyarakat dalam
meningkatkan literasi perbankan syariah, lalu yang ketiga memasukan materi tentang
perbankan syariah pada kurikulum sekolah dan yang keempat pendidikan jurusan perbankan
syariah atau ekonomi syariah di perguruan tinggi, yang keempat penempatan dana haji pada
bank syariah. DPD RI pertama mendorong BPKH untuk meningkatkan porsi penempatan di
deposito syariah dan juga atau penyertaan langsung atau investasi langsung pada bank Umum
22 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
Syariah Nasional dan unit usaha syariah Bank Pembangunan Daerah. Yang kedua, DPD RI
mendorong BPKH untuk meningkatkan kerjasama dan peran serta BPD dalam menerima dan
mengelola dana jemaah haji Indonesia. Yang terakhir yang kelima, berkaitan dengan
permasalahan permodalan Bank Indonesia, Bank Muamalat DPD RI mendorong pemerintah
untuk ikut serta, ikut serta membenahi permodalan pada Bank Muamalat Indonesia.
Hadirin yang kami hormati, pada Sidang Paripurna ini kami sampaikan hasil
pengawasan ini untuk dapat diambil putusan sebagai Keputusan DPD RI tentang hasil
pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Sedangkan materi lain yang berkaitan dengan fungsi pertimbangan dan
fungsi anggaran DPD RI, Komite IV DPD juga memberikan baru saja menyelesaikan tentang
pemilihan calon anggota BPK sebagaimana telah dilaporkan dalam diambil putusannya pada
Sidang Paripurna Luar Biasa DPD RI pada tanggal 3 April 2018 yang lalu.
Lalu juga bahwa rekomendasi DPD terhadap rencana kerja pemerintah tahun 2019
materi ini terkait dengan anggaran fungsi,fungsi anggaran DPD dalam pembahasan RKP 2018,
dan juga dalam kaitan ini kami dengan Komite Panitia Anggaran DPD RI Komite IV dan juga
tim anggaran Komite I,II dan III melakukan RDP dengan Badan Pusat Statistik dan juga dengan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau BAPENAS pada 27 Maret 2018. Dan fungsi
legislasi Komite IV yang masih dalam proses pembahasan adalah berkaitan dengan usul
inisiatif terhadap dua RUU yaitu RUU Pengurusan Piutang Negara dan Daerah dan juga RUU
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
Materi RKP 2019 dan usul inisiatif RUU akan dilaksanakan pembahasannya pada masa
sidang mendatang. Hadirin yang kami hormati akhirnya dengan tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada Pimpinan, kepada sekretariat, kepada staf ahli, dan juga rekan-rekan media
yang telah membantu kami Komite IV melaksanakan tugas pada masa sidang ini dan tentunya
semuanya kita berharap bahwa ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan bangsa. Dan
pada akhir pembacaan laporan kerja Komite IV ini, izinkan saya juga mengucapkan selamat
menjalankan ibadah suci Ramadhan 1439 H kepada rekan-rekan yang melaksanakan dan juga
selamat melaksanakan bekerja di daerah pemilihan.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warrohmatullaahi wa barrokaatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
Jakarta, 23 April 2018 Ketua Komite IV … (tidak jelas, red.) Bapak Drs. Ajiep
Padindang, Wakil Ketua Bapak H, Ayi Hambali, dan saya Siska Marleni.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Ibu Siska Marleni.
Sidang Dewan yang Mulia setelah kita bersama-sama mendengarkan laporan Pimpinan
Komite IV apakah kita dapat menyetujui hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah? Setuju?
PEMBICARA: ANGGOTA DPD RI
Setuju.
23 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
KETOK 2X
Terima kasih.
Selanjutnya dipersilahkan kepada Pimpinan BAP untuk menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan.
PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (KETUA BAP)
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang kami hormati Saudara Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
beserta Pimpinan Sidang Paripurna, Saudara-saudara, Rekan-rekan Pimpinan Alat
Kelengkapan dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia serta para pejabat
eselon I sampai eselon IV dengan Karyawan yang kami hormati dalam kesetjenan, yang sangat
kami senangi, Adik-adik serta Saudara-saudara yang hadir sebagai mewakili daerah yang hadir
di Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ini memberikan pertanda bahwa magnet dan
elektron antara Adik-adik dengan DPD makin hari makin terasa kuatnya.
Para wartawan hadirin-hadirat yang berbahagia Badan Akuntabilitas Publik Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia sesuai dengan undang-undang dan tata tertib telah hadir
dan menyenangkan masyarakat di mana kehadiran BAP sebagai wajah yang menyenangkan
bagi seluruh masyarakat dengan sensitif dan cepat dan tanggap sesuai dengan undang-undang
dan tata tertib telah menindaklanjuti hasil laporan dan aspirasi dari masyarakat sehingga
masyarakat merasa kehadiran DPD betul-betul merupakan menyatu dengan dirinya, menyatu
dengan perasaannya dan harapannya. Oleh karena itu, BAP dari hari ke hari dan waktu ke
waktu meningkat laporan aspirasi dari masyarakat dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
kehadiran BAP betul-betul merupakan wajah DPD terdepan di tengah-tengah masyarakat dan
merupakan suatu niat dan harapan masyarakat terhadap Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin-hadirat yang kami hormati ternyata masyarakat sangat
mengharapkan kedekatan hati dan kedekatan badan kedekatan perasaan kepada masyarakat
sehingga BAP apa yang disampaikan oleh masyarakat telah menindak lanjuti dengan 3E 1T
kita serap dengan senang kita selesaikan dengan sesuai dengan permasalahanya dan kita
tuntaskan sehingga harapan masyarakat serap sampaikan dan selesaikan serta tuntaskan inilah
sebenarnya menjadi harapan masyarakat kepada Dewan Perwakilan Daerah sebagai wakilnya
yang formal yang berada di Negara Republik Indonesia ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini kami akan sampaikan pertama,
mohon untuk mendapatkan keputusan dari Dewan dari Paripurna, yang kedua dapat kiranya
dipahami tentang eksistensi BAP dari dulu sekarang dan ke depan. Pertama sesuai dengan tugas
yang dibebankan kepada BAP menindaklanjuti hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan
Keuangan kita telah melakukan berbagai RDP-RDP di BAP ada dua Rapat Dengar Pendapat
dan Rapat Dengan Penyelesaian. Jadi dua RDP yang dilakukan dengan istilah RDP, Rapat
Dengar Pendapat dan Rapat Dengan Penyelesaian kedua-duanya secara akumulasi telah kita
lakukan baik dengan Pemerintah Daerah, Kabupaten/Kota serta Provinsi, insya Allah mudah-
mudahan dengan adanya pertemuan yang kita lakukan baik dengan BPK, BPKP dan
Pemerintah Daerah nampak meningkat terhadap tata kelola keuangan dari Pemerintah Daerah
sehingga tidak ada lagi alasan oleh pemerintah pusat untuk tidak memberikan kepercayaan
24 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
kepada Pemerintah Daerah terhadap hak daerah yang memang menjadi perjuangan kita dari
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Bapak dan Ibu yang kami hormati setelah kami melakukan pertemuan dengan
Pemerintah Daerah dan kita tindak lanjuti aspirasinya dan kita juga melakukan RDP di tingkat
pusat baik dengar rapat konsultasi dengan BPK RI, baik dengan kementerian terkait maupun
dengan para inspektorat serta juga dengan BPKP, insya Allah telah mendapatkan suatu
tanggapan yang sangat baik sehingga kita memberikan rekomendasi-rekomendasi baik
terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi maupun bagaimana
satuan pemeriksa internal dari Inspektorat untuk dapat meningkatkan eksistensi dalam
meningkatkan fungsi kepengawasannya terhadap tata kelola keuangan.
Insya Allah semua rekomendasi kita setelah kita mendapatkan pertemuan dengan baik
sehingga Pemerintah Daerah memberikan komitmen satu bulan, ada dua bulan untuk
menyelesaikan dan pengembalian terhadap kerugian-kerugian negara yang dilakukan baik
sengaja maupun tidak sengaja, baik bersifat administratif maupun bersifat lainya. Komitmen
inilah yang menjadi suatu kebanggan bagi kita bahwa daerah mempunyai komitmen untuk
mengembalikan kerugian negara sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku sehingga
peranan BPKP kita harapkan dapat menjadi suatu hasil yang lebih baik.
Oleh karena itu, dari rincian rekomendasi BAP DPD RI atas penindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK Semester I tahun 2017 sebagai mana terlampir dan melalui Sidang Paripurna
ini BAP berharap agar dapat disetujui menjadi keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, sehingga merupakan suatu keputusan yang mengikat dan dapat ditindaklanjuti
secara formal oleh lembaga, baik lembaga negara maupun lembaga-lembaga struktural yang
memiliki kewajiban untuk itu. Kedua, tindak lanjut pengaduan dan laporan masyarakat
sebagaimana kami sampaikan tadi bahwa, laporan masyarakat terhadap eksistensi Dewan
Perwakilan Daerah sebagai BAP wajah terdepan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, karena harapan bukan harapan
masyarakat sesungguhnya, adalah dekatnya kita dengan masyarakat dan tahunya apa yang
dirasakan dan tahu apa yang diharapkan dan apa yang menjadi harapan dari masyarakat untuk
penyelesaian. Insya Allah BAP telah melakukan pendekatan-pendekatan yang sangat efektif
dengan melakukan pertemuan antara masyarakat dengan pemerintah daerah, antara masyarakat
dengan perusahaan, antara masyarakat dengan badan-badan yang memerlukan penyelesaian,
BAP tidak mencari siapa yang salah, tetapi bagaimana duduk permasalahan yang dapat kita
lakukan secara efektif dan secara efisien. Sehingga demikian kesadaran kita bahwa, negara ini
tidak akan ada tanpa adanya rakyat, adanya rakyat adanya DPD, adanya rakyat adanya
pemerintah, adanya rakyat adanya Presiden, adanya rakyat adanya perusahaan. Oleh karena itu
kata kuncinya rakyat adalah kata kunci dalam Negara Republik Indonesia ini, oleh karena itu
denyut jantung harapan rakyat menjadi denyut jantung dari BAP untuk dapat diselesaikan
secara efektif dan efisien. Insya Allah, mudah-mudahan dengan apa yang kita lakukan
Sengketa antara yayasan sekolah, sengketa antara purnawirawan TNI Angkatan Laut
dan PT. Ciputra Graha Prima di Kelurahan Lidah Kulon, Kecamatan Karang Pilang, Kota
Surabaya khusus untuk tindak lanjut permasalahan ini, turut juga dihadiri oleh pimpinan kita
yang terhormat langsung dihadiri oleh Bapak Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia Bapak Nono Sampono. Oleh karena itu, BAP bukan hanya hadir sebagai alat
kelengkapan tersendiri, tapi juga menjadi perhatian oleh Dewan Perwakilan Daerah dalam hal
ini langsung dihadiri oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah. Iya, Bapak dan Ibu,
permasalahan-permasalahan lingkungan terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi di PT. Pertamina, di Kabupaten Lebong Bengkulu, sengketa lahan antara PT. PG
Tolangohula Gorontalo dengan warga masyarakat Kecamatan Wonosari, permasalahan
tuntutan masyarakat Adat Dayak atas tanah adat ulayat di Desa Sukaramai, sengketa lahan
warga masyarakat Kelurahan Rejosri, Kecamatan Kolonia, Kota Medan, permasalahan
25 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
eksekusi lahan di Tanjung Sari, Kecamatan Luhu, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi
Tengah, permasalahan legalitas perhimpunan pemilih penghuni Satuan Rumah Susun Graha
Cempaka Mas Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, juga
permasalahan-permasalahan masyarakat yang terkait dengan tanah yang dihuni oleh
masyarakat dengan PT. KAI.
Bapak dan Ibu yang kami hormati, masalah KAI telah kami lakukan RDP dan RDPU
dengan para ahli dan juga dengan para orang-orang yang ahli dibidang hukum tata negara,
hukum pertanahan, sehingga dengan demikian Bapak dan Ibu yang kami hormati, hasil dari
RDP tersebut permasalahan sengketa lahan yang melibatkan PT. KAI ini bersumber dari
permasalahan ground card, maka pada masa sidang ini BAP telah mengundang sejumlah pakar
hukum, pakar pertanahan, pakar hukum tata negara untuk membahas secara lebih rinci
mengenai permasalahan ground card, yang dapat disimpulkan bahwa ground card bukan tanda
bukti hak, ground card hanya tanda bukti fisik sama halnya dengan surat ukur atau gambar
situasi, sertifikat hak pakai atas nama departemen sekarang Kementerian Perhubungan Sekiu
PJKA tidak dapat dijadikan dasar bagi kepemilikan tanah oleh PT. KAI,, karena secara hukum
masih memiliki, masih dimiliki oleh departemen sekarang Kementerian Perhubungan. Dengan
demikian ketentuan-ketentuan dalam proses pengembalian hak dan lain terhadap barang yang
tidak bergerak milik negara pada PT. Kereta Api Indonesia Persero tunduk pada prinsip
perbendaharaan negara. Oleh karena itu, para staf ahli dan para tenaga-tenaga ahli memberikan
saran kepada BAP agar dilakukan,
1. Penelitian investigasi secara konkret terlihat itu secara asli yang berada di Negeri
Belanda.
2. Bagaimana implementasi ground card di negara-negara yang pernah dijajah oleh
Belanda, disarankan kepada BAP, bukan untuk melakukan SR, tapi melakukan
investigasi dan melihat secara konkret implementasi ground card itu di negara-negara
yang pernah dijajah oleh Belanda dan aslinya bagaimana berada di Negeri Belanda.
Demikian Bapak Pimpinan dan Saudara-saudara, bukan BAP minta SR tapi diminta
dan ditugaskan oleh staf ahli untuk mengecek kebenaran dari ground card tersebut. Bapak dan
Ibu, Bapak Pimpinan yang kami muliakan, dan Hadirin-hadirat yang berbahagia, demikian
banyaknya pengaduan-pengaduan lakukan, sehingga dengan demikian tidak terserap oleh
waktu dan tidak tercukup oleh anggaran, karena bagaimanapun BAP hadir adalah karena
Dewan Perwakilan Daerah Rapublik Indonesia. Demikian yang dapat kami sampaikan secara
lengkap, nanti akan kami sampaikan kepada pimpinan. Pertama untuk diminta keputusan
Paripurna terhadap tugas BAP untuk menindaklanjuti hasil temuan BPK. Yang kedua agar
dapatnya dijadikan suatu bahan pertimbangan oleh pimpinan untuk mengadakan rapat
pimpinan, serta rapat-rapat tindak lanjut lainnya terhadap eksistensi BAP yang memang
menurut Komite IV sekarang adalah money follow program, bukan money function tapi money
follow program. Oleh karena itu program-program yang lakukan oleh BAP betul-betul dapat
dipertanggungjawabkan sehingga demikian money follow program menjadi suatu indikator
oleh PURT dan oleh pimpinan terhadap BAP.
Terima kasih, mohon maaf jika terdapat kesalahan kami atas nama anggota BAP dan
Pimpinan BAP mengucapkan maaf dan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
26 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Ketua BAP Bapak Abdul Ghafar Usman. Sidang dewan yang mulia,
setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan BAP, apakah kita dapat menyetujui
rekomendasi atas penindaklanjutan laporan hasil pemeriksaan BPK RI Semester I 2017?
PEMBICARA: ANGGOTA DPD RI
Setuju.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih.
KETOK 2X
Selanjutnya kita akan mendengarkan laporan perkembangan alat kelengkapan
berikutnya yaitu, PURT silakan.
PEMBICARA: H. SUDIRMAN (WAKIL KETUA PURT DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera bagi kita semua
Om swasiastu.
Yang terhormat, Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang kami
hormati rekan-rekan senator Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang
saya hormati Kesekjenan bersama jajarannya. Alhamdu lillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur
mari sama-sama kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sampai dengan
pada hari ini telah dapat kita sama-sama menghadiri Sidang Paripurna ke-12 DPD RI,
berdasarkan Pasal 96 dan Pasal 97 Peraturan DPD RI Nomor 4 Tahun 2017 tentang Tata Tertib
DPD RI, disebutkan bahwa tugas PURT adalah membantu Pimpinan DPD RI antara lain, dalam
menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPD RI dan merencanakan menyusun kebijakan
anggaran DPD RI, serta melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan masalah
kerumahtanggaan DPD RI yang ditugaskan oleh Pimpinan DPD RI berdasarkan hasil rapat
Panitia Musyawarah. Dalam rangkaian pelaksanaan tugas tersebut, izin Pak Ketua kalau bisa
laporan ini tertutup.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Sidang dewan yang mulia, mengingat laporan PURT ini masalah internal, oleh karena
itu, iya, atau angkanya tidak usah dibaca, ini saja,
PEMBICARA: H. SUDIRMAN (WAKIL KETUA PURT DPD RI)
Baik kalau begitu.
27 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Oke, iya, Bapak-bapak, bapak ibu, enggak apa-apa duduk, tidak, iya, iya.
PEMBICARA: H. SUDIRMAN (WAKIL KETUA PURT DPD RI)
Maka demikian, dengan demikian untuk itu, maka kami akan menyerahkan langsung
kepada ketua dan tentu ini sudah dibagikan kepada setiap anggota. Akhir kata daripada saya
mewakili PURT mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua
Om shanti shanti shanti om.
Jakarta 23 April 2018, Panitia Urusan Rumah Tangga Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia, Ketua Dr. Nono Sampono, Wakil Ketua Drs. H. A. Budiono, Wakil Ketua
Matheus Stefi, Wakil Ketua Sudirman.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Sudirman, sudah menyampaikan laporan dari PURT, berikutnya
dipersilakan Pansus Tatib.
PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD
RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore, salam sejahtera untuk kita sekalian.
Om swastiastu.
Yang saya hormati Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Pimpinan
Sidang yang saya hormati bapak, ibu Anggota DPD RI yang masih setia sampai saat ini di
ruangan, hadirin yang berbahagia. Perkenalkan saya selaku ketua Pansus mewakili sesama
pimpinan dan anggota Pansus lainnya, menyampaikan laporan sebagai berikut, tapi ini saya
tidak bacakan lengkap jumlahnya 14 halaman, saya tadinya pikir disajikan dilayar, bapak, ibu
sekalian yang saya hormati, tentu saja kami awali dengan rasa syukur kepada Allah Subhanahu
Wata’ala Tuhan Yang Mahakuasa.
Kami sebagai Pansus telah selesai melaksanakan tugas, kami sebut sebagai tugas tahap
pertama, karena pada Panmus yang lalu, kami diberikan tugas tambahan untuk masih
melakukan RDPU dengan Pemerintah, maupun dengan pakar, tetapi karena Anggota Pansus
susah kuorum, maka dan juga komunikasi dengan pihak pemerintah belum efektif, maka kami
hanya sempat melakukan tambahan RDPU yaitu dengan Bapak Prof. Mahfud MD dan Bapak
Prof. Yusril dan jawaban tertulis atau pandangan tertulis Prof. Mahfud juga sudah di tangan
Pansus.
Sidang Paripurna yang kami muliakan, tugas yang diberikan kepada kami, dasarnya
adalah keputusan DPD RI, menindaklanjuti perubahan Undang-Undang MD3, Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, DPRD yang terkait dengan tugas
dan wewenang DPD. Bahan yang digunakan Pansus di dalam melaksanakan tugasnya yaitu,
kajian Badan Kehormatan, Pandangan dari berbagai pakar dan pemangku kepentingan melalui
RDP dan RDPU, kami undang Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, Prof. Dr. La Ode Husen, Prof.
Jimly Asshidiqie, Asosiasi DPRD Kabupaten Kota dan Pemerintah Provinsi di Sumatera
28 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
Selatan, Prof. Yusril Mahendra, Prof. Mahfud MD, masukan tertulis dari BPKK, masukan
tertulis dari beberapa anggota telah kami juga terima, dan hasil-hasil pembahasannya adalah
sebagaimana yang telah kami sampaikan, 2 kali kalau tidak salah ingat, tertulis kepada seluruh
anggota yang terhormat, bahkan pada Sidang Paripurna yang lalu, kami sudah secara formal
menjelaskan di forum ini, bagian dari sosialisasi kepada seluruh anggota dan alhamdulillah
sejak kami sampaikan dalam sosialisasi yang lalu itu, ternyata tidak ada satupun anggota yang
menyampaikan pandangan tertulis, ya, kalau ngobrol-ngobrol ada beberapa tetap secara tertulis
tidak ada yang menyampaikan. Sebenarnya kami asumsikan bahwa ini sudah diterima semua
oleh, sudah dipahami, diterima dan dimaklumi oleh seluruh Anggota DPD RI, oleh karena itu
kami mengantarkan substansinya.
1. Yang pertama adalah implementasi dari penambahan Pimpinan DPD RI, penambahan
Pimpinan DPD RI implementasinya yang disepakati dalam Pansus yaitu, perubahan
pengaturan wilayah, jika pada Peraturan DPD Nomor 4 Tahun 2017, wilayah dibagi
menjadi 3 yaitu, wilayah barat, wilayah tengah, dan wilayah timur untuk
mengkonstruksikan dengan penambahan Pimpinan DPD, maka dalam kesepakatan
kami di Pansus, merumuskan pengaturan wilayah menjadi 2 yaitu, wilayah timur yang
meliputi; Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Itu untuk wilayah timur
jumlahnya 17 provinsi dan wilayah barat provinsi yang saya tidak sebutkan tadi, tapi
sudah ada semua tertulis disini. Kemudian selanjutnya adalah, Pansus menyepakati
konstruksi pembagiannya secara bulat dan berimplementasi pada tata cara pemilihan
DPD sebagai berikut: Pemilihan Pimpinan DPD dilakukan dari dan oleh anggota dalam
Sidang Paripurna dipimpin oleh pimpinan sementara, ini untuk keseluruhan
maksudnya, pemilihan Pimpinan DPD dilakukan dengan prinsip mendahulukan
musyawarah untuk mufakat, keterwakilan wilayah dan memperhatikan keterwakilan
perempuan dalam hal tidak mufakat anggota memilih 4 nama calon pimpinan DPD dari
bakal calon pimpinan mencerminkan keseimbangan wilayah, selanjutnya masing-
masing wilayah memilih paling banyak 5 orang anggota untuk menjadi bakal calon
Pimpinan DPD, selanjutnya anggota memilih 2 dari 4 calon pimpinan dari masing-
masing wilayah, calon pimpinan DPD yang memperoleh suara terbanyak pertama dan
kedua pada masing-masing wilayah ditetapkan sebagai calon pimpinan DPD terpilih,
dan seterusnya ini hampir sama dengan Tatib yang lalu sebenarnya mekanismenya.
Selanjutnya ini terkait dengan pemilihan pimpinan DPD, diatur lebih lanjut nanti di
peraturan peralihan, tapi nanti kami sampaikan.
2. Substansi ke-2 ialah pemantauan dan evaluasi rancangan perda dan peraturan daerah,
saya pikir bapak, ibu sekalian, pada saat sosialisasi lalu kami memang tekankan sekali
ini untuk dipahami bersama, kami asumsikan sudah dipahami secara bersama, karena
itu saya tidak usah bacakan panjang laporannya, prinsipnya adalah, kami sudah
difungsikan pemantauan, kami sudah difungsikan evaluasi, kita sudah buat mekanisme
kerjanya, antara lain; terbentuknya suatu lembaga di DPD kedepan, mulai tahun sidang
kedepan yaitu, Panitia Urusan Legislasi Daerah atau PULD, ini pemantauan evaluasi
rancangan Perda dan Perda secara khusus telah diberikan bahan pertimbangan hukum
oleh Prof. Mahfud MD dan secara norma aturan, sudah sejalan dengan yang kami susun
atau yang kita susun di Pansus, bahkan pandangan tertulis beliau itu memperkuat
rumusan yang kita sudah susun di draft Tatib ini.
3. Penguatan kelompok Anggota DPD di MPR, diatur dalam BAB tersendiri, yaitu,
kedudukan DPD di MPR untuk memperkuat dan memperjelas kedudukan DPD di
MPR.
29 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
a. Kelompok Anggota DPD di MPR, Pimpinan Kelompok DPD di MPR
berjumlah 20 orang, terdiri atas 1 orang ketua, 7 orang wakil ketua, 1 orang
sekertaris, 7 orang wakil sekertaris, 1 orang bendahara dan 3 orang wakil
bendahara.
b. Pimpinan kelompok Anggota DPD di MPR akan merepresentasikan DPD
sebagai kelompok DPD dalam tugas-tugas sebagai anggota badan-badan di
MPR. Pimpinan MPR dari unsur DPD, mekanisme pemilihan Calon Pimpinan
MPR dari unsur DPD, ini juga sudah diatur dalam Tatib.
c. Tugas-tugas BPKK dikembalikan kepada kelompok DPD di MPR.
d. Kelompok menyusun Permen kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
4. Substansi ke-4. Kemandirian anggaran, terkait dengan kemandirian anggaran ini, kami
merumuskan sesuai dengan amanat Undang-Undang MD3 yang baru, tidak ada yang
terlalu berubah dari Tatib yang lama, hanya kami pertegas kewenangan itu.
Kemudian berikutnya adalah ketentuan peralihan ini yang saya kira perlu dicermati
betul-betul. Ketentuan peralihan ini:
a. Mengatur Pimpinan DPD yang sedang menjabat tetap melaksanakan tugasnya sampai
berakhirnya periode masa jabatan DPD RI 2014-2019.
b. Mengatur pengisian jabatan Wakil Ketua III untuk periode keanggotaan 2014-2019
paling lama dilaksanakan pada akhir masa sidang tahun sidang 2017-2018. Pada akhir
masa sidang ke-5 ketika kami rumuskan di Yogya disepakati, disinkronkan dengan
PPUU dan juga dengan Tim BK rumusannya itu pada Juni akhir karena Mei-Juni adalah
masa sidang ke-5, Juni atau Juli, Mei, Juni, Juli.
c. Mengatur pembentukan, dan susunan keanggotaan Panitia Urusan Legislasi Daerah
ditetapkan paling lama pada akhir masa sidang ke-5 tahun sidang 2017-2018.
d. Mengatur Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan tetap melaksanakan tugas
sampai berakhirnya tahun sidang 2017-2018, dengan demikian pada tahun sidang 2018-
2019 BPKK dinyatakan tidak ada lagi.
e. Untuk penambahan satu unsur pimpinan pada komite, karena ini mensinergikan dengan
seluruh pimpinan yang ada. Satu unsur pimpinan pada Komite, PPUU, BK, BAP, dan
BKSP mulai berlaku pada awal tahun sidang 2018-2019.
f. Terkait dengan tata cara pengisian Wakil Ketua khusus untuk periode masa jabatan ini
Pansus setelah melalui perdebatan yang panjang, belum mampu menyamakan persepsi
secara bulat sehingga merumuskan tiga alternatif yang kami bawa kepada forum
Paripurna untuk diputuskan secara bersama. Alternatif pertama masing-masing wilayah
menetapkan paling banyak 3 orang calon, calon unsur pimpinan DPD. Dua, unsur calon
pimpinan DPD dalam rapat wilayah. Tiga unsur calon pimpinan DPD dimasing-masing
wilayah dipilih melalui Sidang Paripurna untuk menetapkan satu unsur Pimpinan DPD
sebagaimana sebagai wakil Ketua III, itu alternatif pertama. Alternatif dua wilayah
yang sudah terwakili alokasi unsur Pimpinan DPD tidak dapat mencalonkan lagi.
Wilayah unsur Pimpinan DPD terpilih menetapkan paling banyak 3 orang calon unsur
Pimpinan DPD. Unsur calon pimpinan tersebut dipilih dalam rapat wilayah melalui
musyawarah untuk mufakat atau suara terbanyak, kalau tidak dapat mufakat. Unsur
calon Pimpinan DPD terpilih ditetapkan dalam Sidang Paripurna. Apabila lebih dari
satu orang calon Pimpinan DPD dilakukan dengan musyawarah dan mufakat atau
pemilihan dengan suara terbanyak. Unsur calon Pimpinan DPD terpilih untuk mengisi
jabatan Wakil Ketua III DPD itu alternatif dua dengan dua wilayah yaitu Wilayah
Indonesia Timur dan Wilayah Barat. Alternatif tiga setiap anggota berhak
mendaftarkan diri sebagai calon Wakil Ketua III DPD. Unsur calon pimpinan tersebut
harus didukung oleh paling sedikit 10 orang anggota yang berasal dari provinsi yang
30 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
berbeda, jadi, bukan pendekatan wilayah barat dan timur, ini yang alternatif tiga. Unsur
calon pimpinan tersebut berasal dari provinsi yang berbeda dengan Ketua DPD, Wakil
Ketua I dan Wakil Ketua II, ini untuk berkeadilan jangan nanti muncul unsur Pimpinan
DPD dari provinsi yang sama. Oleh karena itu kita tegaskan di sini unsur calon
Pimpinan tersebut berasal dari provinsi yang berbeda dengan kita DPD atau Wakil
Ketua I dengan Wakil Ketua II. Anggota memilih satu rencana Wakil Ketua III DPD
dalam hal suara terbanyak sama dilakukan khusus terhadap calon Wakil Ketua III yang
mendapatkan surat terbanyak yang sama tersebut. Calon Pimpinan DPD mendaftarkan
suara terbanyak ditetapkan, yang mendapatkan suara terbanyak ditetapkan sebagai
Wakil Ketua III DPD.
g. Mengatur masa peralihan untuk pengaturan pedoman dan pengaturan internal DPD
lainnya paling lama 3 bulan setelah disahkan Tatib ini. Materi-materi tersebut telah
lakukan harmonisasi pemberatan dan pemanfaatan konsepsi dengan PPUU
sebagaimana dilaporkan oleh Pimpinan PPUU juga dan telah dilakukan perubahan-
perubahan drafting sifatnya teknis tanpa mengubah substansi dalam bentuk
menyesuaikan rujukan pasal atau ayat. Membetulkan beberapa draft informal untuk
memperjelas maksud rumusan dan memperbaiki tata bahasa. Dalam pembahasan
harmonisasi pemberatan pemantapan konsepsi dengan PPUU juga dibahas apakah draft
dilakukan dalam pembentukan bahan atau penggantian tata tertib namun kami di Pansus
menetapkan dengan melihat mencermati perubahan substansi maka menetapkan bahwa
peraturan Nomor 4 Tahun 2017 tentang tata tertib harus diganti dengan tata tertib yang
baru. Hal ini sesuai atas sejalan dengan lampiran 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Peraturan Perundang-undangan.
Sidang Paripurna yang mulia sekali lagi catatan kami karena sebenarnya Panmus yang
lalu masih ada menugaskan kami untuk RDPU dan konsultasi, tapi itu belum dapat kami
lakukan karena keterbatasan ditingkat internal Anggota Pansus tapi kewajiban kami
sebagaimana juga amanah Panmus yang lalu dan tadi melaporkan perkembangan kegiatan
Pansus pada forum yang terhormat ini.
Demikianlah kami sampaikan terima kasih kepada Pimpinan DPD, Pimpinan Alat
Kelengkapan, dan seluruh Anggota DPD RI, Pimpinan Pansus serta seluruh anggota,
Sekretariat Jenderal, Staf Sekretariat Pansus kami ucapkan terima kasih semuanya, mohon
maaf jika terjadi kekurangan dan kelemahan selama kami memimpin Pansus ini.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om shanti shanti shanti om.
Pimpinan Pansus saya Ajiep Padindang, Wakil Ketua Gede Pasek Suardika, SH. MA.,
Wakil Ketua Fahira Idris, S.E., M.A.
Demikian, terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Ketua Pansus Tatib Senator Ajiep Padindang yang sudah menyampaikan
laporan perkembangan Pansus tentang Tatib.
Sidang Dewan yang mulia, sebelum menutup sidang paripurna ini dan kita kembali ke
daerah, kami meminta kepada seluruh anggota untuk lebih peka menyikapi berbagai kondisi
yang terjadi dalam kurun waktu terakhir di masyarakat. Kami meminta agar seluruh Anggota
31 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
DPD RI lebih memberikan perhatian terhadap gejolak sosial yang semakin meningkat
menjelang tahun politik.
Semakin dekatnya agenda pelaksanaan pilkada yang dilaksanakan di 17 provinsi, 39
kota, dan 115 kabupaten akan semakin membutuhkan sinergi seluruh stakeholder untuk
menjaga kelancaran dan terwujudnya pesta demokrasi yang menghasilkan pemimpin daerah
yang berintegritas. Dalam pelaksanaan pilkada serentak gelombang ketiga, DPD RI berharap
pemerintah mampu meningkatkan kualitas persiapannya. Dari hasil pengawasan pelaksanaan
pilkada serentak yang dilakukan pada tahun 2015 dan 2017 lalu, DPD RI memandang
pemerintah perlu meningkatkan kesiapan terkait validitas data pemilih tetap sebagai faktor
strategis yang dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pilkada. Hal ini tentu perlu segera
dipersiapkan pemerintah agar menghindari tumpang tindih data pemilu yang seringkali
menjadi celah kecurangan pelaksanaan pilkada. Di samping itu, pemerintah juga perlu
mempersiapkan pengamanan khususnya di wilayah rentan konflik. Selain itu dari hasil
pengawasan pelaksanaan pilkada, DPD RI memandang pemerintah dan pemerintah daerah,
harus mampu menjaga netralitas Aparatur Sipil Negara dari tahapan persiapan sampai dengan
tahapan pengumuman hasil pelaksanaan pilkada.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut, kami meminta agar seluruh Anggota DPD
RI dapat dalam pelaksanaan kegiatan di daerah kali ini dapat bersinergi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. DPD RI berharap kendala yang dihadapi pada pelaksanaan pilkada
serentak gelombang pertama dan kedua dapat diatasi dan tidak terulang lagi sehingga pilkada
kali ini dapat berlangsung sukses. Hal ini juga mengingatkan pelaksanaan pilkada serentak kali
ini dapat menjadi barometer kesiapan pemerintah menghadapi pemilu tahun 2019.
Pada pelaksanaan kegiatan kerja di daerah kali ini kami juga meminta seluruh anggota
memantau kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi bulan suci Ramadan. Stabilitas
harga dan pasokan bahan kebutuhan pokok masyarakat daerah menjadi perioritas yang perlu
dijaga. DPD RI mengapresiasi langkah pemerintah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir yang
cukup mampu menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan menjelang ramadhan. Selain itu
DPD RI juga mengafresiasi langkah pemerintah menambah waktu cuti lebaran yang
diharapkan dapat dimanfaatkan pemerintah daerah dalam meningkatkan perputaran ekonomi
di daerahnya. Sejalan dengan hal itu pada masa kerja kali ini kami minta kepada seluruh
anggota untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan inspatruktur vital di daerah. Kasus
kecelakaan pembangunan inspratrutur yang terjadi di daerah beberapa waktu ini, perlu juga
menjadi moreksi daerah, agar hal tersebut tidak mengganggu produktivitas ekonomi daerah
dalam meningkatkan daya akses serta daya saing masyarakat daerah.
Pada kesempatan ini kami juga mengimbau kepada seluruh Anggota DPD RI agar
memberikan perhatian terhadap dampak peraturan pemerintah, terkait tenaga kerja asing. DPD
RI tentu berharap peraturan pemerintah tersebut harus berpihak kepada tenaga kerja dalam
negeri dan penggunaan TKA tersebut dapat dimaksimalkan sebagai bagian proses transper
pengetahuan, karena tidak dapat dipungkiri dengan semakin gencarnya pembangunan yang
dilakukan, hal tersebut juga menjadikan Indonesia juga sebagai margin market bagi tenaga
kerja luar negeri. Kebutuhan investasi pembangunan yang meningkat tidak akan terlepas dari
kebutuhan tenaga kerja dengan skill khusus. Namun DPD RI mengingatkan kepada pemerintah
agar menghindari penggunaan TKA unskill karena akan semakin melemahkan daya saing
tenaga kerja dalam negeri.
Pemerintah juga perlu mempertimbangakan target waktu penggunaan TKA, agar tujuan
transfer knowledge yang dilakukan dapat secara tepat memacu peningkatan kualitas tenaga
kerja dalam negeri. Koni juga meminta agar pemerintah tidak mengurangi perhatian terhadap
tenaga kerja di luar negeri. Berbagai kasus penelantaran TKI dan terjeratnya TKI dalam kasus
hukum berat masih mendapat perhatian khusus untuk diselesaikan. Menangani hal tersebut
DPD RI secara khusus untuk meminta pemerintah untuk terus meningkatkan perlindungan
32 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
terhadap TKI di luar negeri. Di samping itu, DPD RI mengimbau agar pemerintah menyusun
program repatriasi tenaga kerja indonesia dari luar negeri, karena sebagai bangsa yang besar
kita tidak ingin kehilangan putra-putri terbaik bangsa yang justru merasa lebih dihargai pihak
asing dari pada tumpah darahnya sendiri.
Sidang dewan yang mulia, pada rapat ini Panmus tadi juga telah dicapai beberapa
kesepakatan yang perlu ditindaklanjuti oleh alat kelengkapan DPD RI pada masa sidang ke
depan. Sehubungan dengan masuknya surat presiden kepada pimpinan perihal penunjukan
wakil pemerintah dalam pembahasan beberapa RUU, maka rapat Panmus telah menunjuk
Komite II sebagai wakil DPD RI dalam pembahasan RUU tentang Masyarakat Hukum Adat.
Kami berharap masa kegiatan kali ini juga dapat dimanfaatkan untuk menyerap aspirasi
masyarakat daerah, demi memperkaya substansi materi kedua RUU tersebut. Selain itu,
pimpinan juga telah menerima surat dari pimpinan DPD RI perihal pengesahan RUU tentang
Sumber Daya Air dan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara pada Sidang Paripurna
DPR. Selain itu, pimpinan juga telah menerima surat dari pimpinan DPR RI perihal pengesahan
RUU tentang pengesahan persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Kerajaan Thailand tentang kerja sama di bidang pertahanan. Kami meminta agar seluruh
anggota DPD RI pada kegiatan di daerah kali ini ikut mensosialisasikan undang-undang
tersebut dan mengkaji dampak penerapan undang-undang terhadap kemajuan daerah.
Pada kesempatan ini, kami informasikan bahwa jadwal Masa Sidang V Tahun Sidang
2017-2018 akan berlangsung tanggal 21 Mei 2018 sampai dengan tanggal 15 Agustus 2018.
Sedangkan untuk pelaksanaan Sidang Paripurna ke-13 dengan agenda pembukaan Masa
Sidang V Tahun Sidang 2017-2018 dan laporan kegiatan Anggota DPD RI di daerah pemilihan
akan dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2018.
Sidang dewan yang mulia, sebelum menutup Sidang Paripurna kali ini, marilah kita
berdoa bersama agar dalam pelaksanaan tugas kita kedepan dapat berjalan dengan baik dan
lancar, serta mendapatkan ridho Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Berkenan dengan hal
tersebut, dimohon kesediaan Saudara Dr. Abdul Azis Kafia, S.Si., M.Si., Anggota DPD RI dari
Provinsi Jakarta untuk memandu doa.
PEMBICARA: Dr. ABDUL AZIS KAFIA, S.Si., M.Si. ( DKI JAKARTA)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mari sama-sama kita berdoa, doa akan saya pimpin dalam agama Islam. Bagi yang lain,
silakan menyesuaikan.
[BAHASA ARAB]
Allahuma Ya Allah, Ya Tuhan kami, ampunilah segala dosa dan khilaf kami dosa dan
khilaf kedua orang tua kami, dosa dan kesalahan para pemimpin bangsa kami dan dosa serta
kesalahan orang-orang yang telah mendahului kami dengan keimanan.
Allahuma Ya Allah, Ya Tuhan kami, berikanlah kami pelimpahan rahmat-Mu dan
jadikan kami orang-orang yang senantiasa saling memberkahi, saling merahmati, dan saling
memberikan manfaat untuk sesama karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk
sesama manusia, khairunnas anfauhum minas.
Allahuma Ya Allah, Ya Tuhan kami, berikanlah kami hidayah dan petunjuk dalam
menjalani setiap aktivitas, sehingga setiap perjalanan hidup kami, setiap aktivitas kami, setiap
tugas yang kami kerjakan senantiasa bernilai ibadah di sisi-Mu, Ya Rabb.
Allahuma Ya Allah Ya Tuhan kami, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar
adalah benar dan tunjukan kepada kami kekuatan untuk memperjuangkannya dan tunjukanlah
33 SIDANG PARIPURNA KE-12 DPD RI MS IV TS 2017-2018
SENIN, 23 APRIL 2018
kepada kami bahwa yang bathil adalah bathil, yang salah adalah salah, dan berikan kami
kekuatan untuk menjauhinya.
[BAHASA ARAB]
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (MARINIR) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Senator DR. Abdul Azis Kafia yang sudah memandu doa untuk kita
semua.
Sidang dewan yang mulia, demikianlah kita telah melalui seluruh agenda persidangan
hari ini. Selamat melaksanakan tugas di daerah pemilihan masing-masing, semoga Allah SWT
senantiasa melindungi kita semua. Akhirnya dengan mengucapkan alhamdulillah. Sidang
Paripurna ke-12 kami tutup.
Wabilahitaufik walhidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om shanti shanti shanti om.
Namo buddhaya.
SIDANG DITUTUP PUKUL 19.45 WIB