detoksifikasi narkoba

13
Detoksifikasi terapinarkoba.com - Mengobati ketergantungan Narkoba bukan hanya di lakukan detoksifikasi yaitu membuang racun narkoba dalam darah, namun harus mengobati berbagai komplikasi yang timbul akibat narkoba. disinilah peran seorang TERAPISuntuk mampu mengobati secara keseluruhan. Jika hanya detoksifikasi kemudian urusan narkoba beres / sembuh tuntas tentunya tidak perlu lagi ada BNN dan narkoba ndak perlu di takuti. hehehehe Membersihkan racun sabu narkoba dalam darah kerennya di sebut Detoksifikasi dapat melalui serangkaian cara tersebut di bawah ini dan merupakan metode pengobatan narkoba umumnya: Minum air putih yang banyak Olah raga biar berkeringat jangan lupa kalo pas olah raga bawa minuman air putih. Makan yang cukup bergizi dan makan buah2 an segar Hindari ES dan makanan berlemak tinggi serta Narkoba Minum jamu pahit seperti kunir jahe temu ireng, Madu juga bisa (tidak harus propolis, kemahalan) BerTAUBAT, berDOA , dan kalo belum sembuh juga BEROBAT , kami siap bantu.

Upload: nurul-ummi-lathifah

Post on 24-Apr-2015

64 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhdjahdj

TRANSCRIPT

Page 1: Detoksifikasi Narkoba

Detoksifikasi

terapinarkoba.com - Mengobati ketergantungan Narkoba bukan hanya di lakukan

detoksifikasi yaitu membuang racun narkoba dalam darah, namun harus mengobati berbagai

komplikasi yang timbul akibat narkoba. disinilah peran seorang TERAPISuntuk mampu

mengobati secara keseluruhan.

Jika hanya detoksifikasi kemudian urusan narkoba beres / sembuh tuntas tentunya tidak perlu

lagi ada BNN dan narkoba ndak perlu di takuti. hehehehe

Membersihkan racun sabu narkoba dalam darah kerennya di sebut Detoksifikasi dapat

melalui serangkaian cara tersebut di bawah ini dan merupakan metode pengobatan narkoba

umumnya:

Minum air putih yang banyak

Olah raga biar berkeringat jangan lupa kalo pas olah raga bawa minuman air putih.

Makan yang cukup bergizi dan makan buah2 an segar

Hindari ES dan makanan berlemak tinggi serta Narkoba

Minum jamu pahit seperti kunir jahe temu ireng, Madu juga bisa (tidak harus propolis,

kemahalan)

BerTAUBAT, berDOA , dan kalo belum sembuh juga BEROBAT , kami siap bantu.

Dampak Narkoba

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan

akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan

fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-

organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

Page 2: Detoksifikasi Narkoba

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang

dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak

kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

Dampak Fisik:

Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan

kesadaran, kerusakan syaraf tepi

Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot

jantung, gangguan peredaran darah

Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim

Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran

bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan

hati dan sulit tidur

Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan

fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual

Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan

periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara

bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga

saat ini belum ada obatnya

Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi

narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan

kematian

Dampak Psikis:

Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

Page 3: Detoksifikasi Narkoba

Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

Dampak Sosial:

Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

Merepotkan dan menjadi beban keluarga

Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan

rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada

waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi

(bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial

seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

Efek Narkoba

Salah satu akibat narkotika adalah mempengaruhi kerja otak. Pemakaian narkoba sangat

mempengaruhi kerja otak yang berfungsi sebagai pusat kendali tubuh dan mempengaruhi

seluruh fungsi tubuh. Karena bekerja pada otak, narkoba mengubah suasana perasaan, cara

berpikir, kesadaran dan perilaku pemakainya. Itulah sebabnya narkoba disebut zat psikoaktif.

Menurut Laurensius Daniel Agen, SKM, Dosen Akper Darma Insan Pontianak, ada beberapa

macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang menghambat kerja otak, disebut

depresansia, sehingga kesadaran menurun dan timbul kantuk. Contoh golongan ini adalah

opioida yang di masyarakat awan dikenal dengan candu, morfin, heroin dan petidin.

Page 4: Detoksifikasi Narkoba

Kemudian obat penenang atau obat tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo,

Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.

Namun ada pula narkoba yang memacu kerja otak, disebut stimulansia,sehingga timbul rasa

segar dan semangat, percaya diri meningkat, hubungan dengan orang lain menjadi akrab.

Akan tetapi menyebabkan tidak bisa tidur, gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan

darah meningkat. Contohnya adalah amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan nikotin yang

terdapat dalam tembakau. Ada pula narkoba yang menyebabkan khayal, disebut

halusinogenika. Contoh LSD. Ganja menimbulkan berbagai pengaruh, seperti berubahnya

persepsi waktu dan ruang, serta meningkatnya daya khayal, sehingga ganja dapat

digolongkan sebagai halusinogenika.

Agen mengatakan, dalam sel otak terdapat bermacam-macam zat kimia yang disebut

neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan sel saraf yang satu dengan sel saraf

lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter itu mirip dengan beberapa jenis

narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat

mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu

atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang paling berperan dalam terjadinya

ketergantungan adalah dopamin.

Bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan adalah sistem limbus.

Hipotalamus adalah bagian dari sistem limbus, sebagai pusat kenikmatan. Jika narkoba

masuk ke dalam tubuh, dengan cara ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka narkoba

mengubah susunan biokimiawi neurotransmitter pada sistem limbus. Karena ada asupan

narkoba dari luar, produksi dalam tubuh terhenti atau terganggu, sehingga ia akan selalu

membutuhkan narkoba dari luar.

“Yang terjadi pada ketergantungan adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat

kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan orang itu. Jika merasa

Page 5: Detoksifikasi Narkoba

nyaman, otak mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan akan memberikan kesan

menyenangkan. Jika memakai narkoba lagi, orang kembali merasa nikmat seolah-olah

kebutuhan batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari

sebagai prioritas sebab menyenangkan. Akibatnya, otak membuat program salah, seolah-olah

orang itu memerlukannya sebagai kebutuhan pokok. Terjadi kecanduan atau

ketergantungan,” kata dia.

Pada ketergantungan, orang harus senantiasa memakai narkoba, jika tidak, timbul gejala

putus zat, jika pemakaiannya dihentikan atau jumlahnya dikurangi. Gejalanya bergantung

jenis narkoba yang digunakan. Gejala putus opioida (heroin) mirip orang sakit flu berat, yaitu

hidung berair, keluar air mata, bulu badan berdiri, nyeri otot, mual, muntah, diare, dan sulit

tidur.

Narkoba juga mengganggu fungsi organ-organ tubuh lain, seperti jantung, paru-paru, hati dan

sistem reproduksi, sehingga dapat timbul berbagai penyakit. Contoh: opioida menyebabkan

sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi. Jika memakai jarum suntik bergantian

berisiko tertular virus hepatitis B/C (penyakit radang hati). Juga berisiko tertular HIV/AIDS

yang menurunkan kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi, dan dapat

menyebabkan kematian. Ganja menyebabkan hilangnya minat, daya ingat terganggu,

gangguan jiwa, bingung, depresi, serta menurunnya kesuburan. Sedangkan kokain dapat

menyebabkan tulang sekat hidung menipis atau berlubang, hilangnya memori, gangguan

jiwa, kerja jantung meningkat, dan serangan jantung.

Jadi, perasaan nikmat, rasa nyaman, tenang atau rasa gembira yang dicari mula-mula oleh

pemakai narkoba, harus dibayar sangat mahal oleh dampak buruknya. Seperti

ketergantungan, kerusakan berbagai organ tubuh, berbagai macam penyakit, rusaknya

hubungan dengan keluarga dan teman-teman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan,

rusaknya kehidupan moral, putus sekolah, pengangguran, serta hancurnya masa depan

dirinya.

Page 6: Detoksifikasi Narkoba

Akibat lain menurut dia adalah terancam disfungsi seksual. Dalam hal ini narkoba

mengakibatkan kecanduan yang sulit diatasi karena adanya withdrawal syndrome yang

dikenal sebagai “sakauw”. Belakangan ini penyalahgunaannya semakin luas di kalangan

masyarakat, baik muda maupun tua. Banyak alasan dikemukakan. Dari sebagai gaya hidup,

dibujuk orang lain agar tergantung dan penjadi kemudian pelanggan tetap, sebagai pelarian

dari masalah, dan belakangan popular anggapan narkoba bisa meningkatkan fungsi seksual.

Anggapan itu tidak terbukti, sebaliknya dapat merusak fungsi seksual dan organ tubuh yang

lain.

Ada beberapa golongan Narkoba; narkotika (opiat, candu), halusinogenik (ganja atau

mariyuana), stimulan (ecstasy, shabu-shabu), depresan (obat penenang). Masing-masing

memiliki efek sendiri-sendiri terhadap penggunanya.

Opiat yang menghasilkan heroin atau putauw membuat perasaan pengguna seperti melayang,

enak atau senang luar biasa (euforia). Ganja atau mariyuana (kelompok halusinogenik)

akibatkan timbulnya halusinasi, sebagai pengguna tampak senang berkhayal. 40 – 60%

pengguna melaporkan efek samping yang tidak menyenangkan seperti muntah, sakit kepala,

tremor, otot terasa lemah, bingung, cemas, ingin bunuh diri dan lain-lain. Sementara zat

stimulant (ecstasy, shabu-shabu), zat terkandung di dalamnya merangsang susunan syaraf

pusat dan menimbulkan rangsangan fisik dan psikis. Pengguna ecstasy bersemangat tinggi,

selalu gembira, ingin bergerak terus, sampai tak ingin tidur dan makan.

Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan gangguan fisik dan psikis. Semua tergantung jenis

narkoba yang dipakai, cara penggunaan dan lamanya penggunaan. Gangguan itu yang terjadi

antara lain; kerusakan otak, gangguan hati, ginjal, lambung, paru/pernafasan, jantung dan

pembuluh darah, penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik yang dipakai bergantian,

kelumpuhan otot, gangguan neurologis, kehamilan, kelainan hormon, dan kanker.

Page 7: Detoksifikasi Narkoba

Sementara gangguan psikisnya adalah; sikap yang apatis, euforia, emosi labil, depresi,

kecurigaan yang tanpa dasar, kehilangan kontrol perilaku sampai mengalami sakit jiwa.

Akibat fisik dan psikis adalah kurang bisa berhubungan sosial dengan orang lain, merugikan

orang lain, contoh: perkelahian, kecelakaan lalu lintas.

Narkoba, kata Agen, juga mengganggu fungsi seksual reproduksi. Heroin, walaupun

menimbulkan euforia, tetapi berpengaruh buruk bagi fungsi seksual. Pada pria bisa

menurunkan kadar hormon testosteron, menurunnya dorongan seks, disfungsi ereksi dan

hambatan ejakulasi. Pada wanita menurunnya dorongan seksual, kegagalan orgasme,

terhambatnya menstruasi, gangguan kesuburan, mengecilnya payudara dan keluarnya cairan

dari payudara.

Sedangkan Mariyuana selain menimbukan halusinasi berakibat buruk pula bagi fungsi

seksual.Pada pria, bisa membuat ukuran testis atau buah pelir mengecil. Menurunnya kadar

hormon testosteron, pembesaran payudara pria, dorongan seksual menurun, disfungsi ereksi,

gangguan pada sperma. Sementara pada wanita bias mengakibatkan gangguan pada sel telur,

hambatan menjadi hamil/ terhambatnya proses kelahiran, dorongan seksual menurun.

Ecstasy sendiri sifat stimulannya membuat pengguna terus bersemangat tinggi, gembira,

ingin gerak terus. Meskipun menimbulkan pengaruh merangsang, tetapi tidak timbulkan efek

positif bagi fungsi seksual. Ecstasy meningkatkan pelepasan neurotransmitter dopamin di

dalam otak, yang kemudian merangsang perilaku seksual dan bisa mengakibatkan hilangnya

kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual. Pengguna jadi berani melakukan hubungan

seks tanpa pikirkan resiko yang mungkin terjadi.

Sementara Depresan atau obat penenang dapat pula berakibat buruk terhadap fungsi seksual.

Penggunaan barbiturat menyebabkan gangguan metabolisme testosteron dan estrogen. Pada

pria bisa menurunkan dorongan seksual dan disfungsi ereksi. Pada wanita mengakibarkan

gangguan menstruasi, dorongan seksual menurun dan sukar mencapai orgasme.

Page 8: Detoksifikasi Narkoba

Oleh sebab itu lah, Agen mengingatkan agar generasi muda menjauhi narkoba. Jangan sekali

pun mencoba jika tak ingin terjerumus lebih dalam. ”Banyak hal positif yang bisa kita buat.

Narkoba akan membunuh penggunanya pelan-pelan,” tegas dia. Andreas 

Metrotvnews.com, Jakarta: Menghilangkan ketergantungan narkoba dari para pecandu

bukanlah hal mudah. Dibutuhkan berbagai tahapan dari mulai detoksifikasi hingga terapi

psikologi agar sang pecandu dapat memulai kembali kehidupannya.

Berdasarkan data dari rumah sakit ketergantungan obat (RSKO) Cibubur, Jakarta Timur,

mayoritas pasien pengguna narkoba adalah pria. Dari 60 pasien yang dirawat hanya 5 di

antara mereka yang berjenis kelamin wanita.

Dari total 29 ribu 286 kunjungan pasien per tahun 2011, mayoritas pasien di rumah sakit

ketergantungan obat ini adalah pecandu narkoba jenis putau.

Adapun, rentang usia pengguna narkoba yang mendapatkan perawatan maupun rehabilitasi

dimulai dari usia 18 tahun dan paling banyak pada usia 25 sampai 30 tahun.

Walaupun RSKO memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menampung pasien pecandu

narkoba namun kesadaran pecandu narkoba untuk mendapatkan pertolongan dan bersih dari

zat adiktif adalah faktor yang paling menentukan

Terdapat beberapa tahapan bagi seorang pecandu di RSKO untuk tidak hanya lepas dari

ketergantungan obat-obatan terlarang namun juga menata kembali kehidupan mereka dan

kembali produktif di masyarakat.

Tahapan pertama adalah detoksifikasi alamiah. Zat-zat adiktif hilang dari tubuh dalam jangka

waktu 7 sampai 14 hari. Pada masa itu, pasien akan mengalami sakaw atau rasa sakit karena

tubuh menuntut zat adiktif yang biasanya diterima. 

Jika pada masa ini pasien kembali menggunakan narkoba maka efeknya hanya untuk

menghilangkan rasa sakit akibat ketagihan tidak terasa kenikmatan seperti awal mula

Page 9: Detoksifikasi Narkoba

menggunakannya. Karenanya, membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan memperparah

kecanduan.

Selain detoksifikasi alamiah,juga ada rapid detoksifikasi. Pecandu akan disuntikan obat

antiopiat untuk mempercepat pembersihan zat-zat adiktif dari dalam tubuh. Selain itu juga

diberi anastesi atau obat bius agar sakit yang dirasa lebih tertahankan oleh pasien.

Setelah tahapan tersebut, barulah masuk pada rehabilitasi yang dapat memakan waktu hingga

3 bulan agar pasien bisa menahan keinginan untuk kembali menggunakan narkoba.

Setelah masa rehabilitasi berakhir, secara berkala mantan pecandu kembali ke RSKO untuk

memastikan diri mereka tetap bersih dari narkoba. (OL-11)