detergen filter

8
DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2005, penduduk Indonesia mencapai 218.868.791 penduduk. Perkembangan populasi penduduk ini sejalan dengan bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat dan aktivitas lainnya. Akibatnya, akan bertambah pula limbah yang dihasilkan. Limbah memberikan dampak negatif terhadap sumber daya alam dan lingkungan, yang nantinya akan menurunkan kualitas lingkungan seperti pencemaran tanah, air, dan udara jika limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu. Limbah dihasilkan dari kegiatan industri, hotel, rumah sakit dan rumah tangga. Bentuk limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Menurut Sugiharto (1987), air limbah adalah kotoran yang berasal dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya. Bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu dan memengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri. Rumah tangga menghasilkan 3 limbah yakni black water, clear water, dan grey water. Sisa detergen, limbah dari dapur, dan limbah bekas mandi dikenal dengan nama greywater atau limbah nonkakus. Pemakaian bahan pembersih sintesis yang dikenal dengan detergen makin marak di masyarakat luas. Dalam detergen mengandung surfaktan, baik bersifat kationik, anionik maupun non-ionik. Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik seperti Lynear Alkyl Benzene Sulfinat dan Alkyl Benzene Sulfonat yang memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Umumnya, orang membuang limbah greywater langsung ke selokan atau tempat pembuangan lainnya, tanpa diolah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai yang menjadi tempat bermuaranya selokan menjadi tercemar, warnanya menjadi coklat, dan mengeluarkan bau busuk. Selain bisa menyebabkan ikan-ikan mati, zat-zat polutan yang terkandung di dalam limbah grey water juga bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain. Greywater tidak dapat dibuang ke septic tank karena kandungan detergen dapat membunuh bakteri pengurai yang ada pada septic tank. Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan eceng gondok). Limbah detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan

Upload: arifabdi36

Post on 24-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

    Latar Belakang Masalah

    Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat

    pesat. Pada tahun 2005, penduduk Indonesia mencapai 218.868.791 penduduk. Perkembangan

    populasi penduduk ini sejalan dengan bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat dan aktivitas

    lainnya. Akibatnya, akan bertambah pula limbah yang dihasilkan. Limbah memberikan dampak

    negatif terhadap sumber daya alam dan lingkungan, yang nantinya akan menurunkan kualitas

    lingkungan seperti pencemaran tanah, air, dan udara jika limbah tersebut tidak diolah terlebih

    dahulu. Limbah dihasilkan dari kegiatan industri, hotel, rumah sakit dan rumah tangga. Bentuk

    limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair.

    Menurut Sugiharto (1987), air limbah adalah kotoran yang berasal dari masyarakat dan

    rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya.

    Bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat menimbulkan dampak yang

    merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu dan memengaruhi kehidupan

    masyarakat itu sendiri.

    Rumah tangga menghasilkan 3 limbah yakni black water, clear water, dan grey water. Sisa

    detergen, limbah dari dapur, dan limbah bekas mandi dikenal dengan nama greywater atau limbah

    nonkakus. Pemakaian bahan pembersih sintesis yang dikenal dengan detergen makin marak di

    masyarakat luas. Dalam detergen mengandung surfaktan, baik bersifat kationik, anionik maupun

    non-ionik. Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik seperti

    Lynear Alkyl Benzene Sulfinat dan Alkyl Benzene Sulfonat yang memiliki rantai kimia yang sulit

    didegradasi (diuraikan) alam.

    Umumnya, orang membuang limbah greywater langsung ke selokan atau tempat

    pembuangan lainnya, tanpa diolah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai yang menjadi tempat

    bermuaranya selokan menjadi tercemar, warnanya menjadi coklat, dan mengeluarkan bau busuk.

    Selain bisa menyebabkan ikan-ikan mati, zat-zat polutan yang terkandung di dalam limbah grey

    water juga bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain.

    Greywater tidak dapat dibuang ke septic tank karena kandungan detergen dapat membunuh

    bakteri pengurai yang ada pada septic tank. Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah

    deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan eceng

    gondok). Limbah detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan

  • pertumbuhan ganggang dan eceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar

    matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan

    unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem air akan

    terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri. Sebagai contoh saja lingkungan tempat

    pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga membuang limbah detergennya

    melalui saluran selokan dan di penghujung saluran selokan terdapat eceng gondok kepadatan

    populasi yang sangat pesat.

    Selain merusak lingkungan alam, efek buruk detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari

    para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan

    manusia. Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah detergen berpotensi

    sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian detergen akan

    menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan chlor akan membentuk senyawa

    chlorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan chlor sangat mungkin terjadi pada

    pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung chlor)

    sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.

    Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman

    dilingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). Alkyl Benzene Sulfonat

    dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini

    dikategorikan sebagai non-biodegradable.

    Dalam pengolahan limbah konvensional, Alkyl Benzene Sulfonat tidak dapat terurai, sekitar

    50% bahan aktif Alkyl Benzene Sulfonat lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem

    pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas

    air. Linear Alkyl Benzene Sulfonat mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat

    dikatakan ramah lingkungan. Linear Alkyl Benzene Sulfonat mempunyai gugus alkil lurus/ tidak

    bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.

    Linear Alkyl Benzene Sulfonat relatif mudah didegradasi secara biologi dibanding Alkyl

    Benzene Sulfonat. Linear Alkyl Benzene Sulfonat bisa terdegradasi sampai 90 persen. Akan tetapi

    prosesnya sangat lambat, karena dalam memecah bagian ujung rantai kimianya khususnya ikatan

    o-mega harus diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian,

    alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai Linear Alkyl Benzene Sulfonat. Itu pun

    hanya sampai 50 persen.

    Detergen yang mengandung Alkyl Benzene Sulfonat tidak menguntungkan karena ternyata

    sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada

  • spektrumya. Dengan tidak terurainya secara biologi, detergen yang mengandung Alkyl Benzene

    Sulfonat, lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh Alkyl Benzene Sulfonat akan dipenuhi oleh

    busa, menurunkan tegangan permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid,

    pengemulsian minyak, pemusnahan bakteri yang berguna dan penyumbatan pada pori pori media

    filtrasi.

    Kerugian lain dari penggunaan detergen adalah terjadinya proses eutrofikasi di perairan. Ini

    terjadi karena penggunaan detergen dengan kandungan fosfat tinggi. Eutrofikasi menimbulkan

    pertumbuahan tak terkendali bagi eceng gondok dan menyebabkan pendangkalan sungai.

    Sebaliknya detergen dengan rendah fosfat beresiko menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik.

    Karena diketahui lebih bersifat alkalis. Tingkat keasamannya (pH) antara 10 12.

    Karena itu, diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen dan

    diharapkan mampu menyerap senyawa kimia yang ada di dalam detergen. detergen Filter

    merupakan alat yang diharapakan mampu menyerap senyawa kimia berbahaya dalam detergen.

    detergen filter menggunakan ijuk, arang tempurung kelapa, pasir, dan batu zeolit. Bahan-bahan

    yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan mudah karena tersedia dialam. Bahkan, bahan-bahan

    tersebut ada yang tergolong sampah yaitu ijuk dan tempurung kelapa.

    Konsep Desain detergen Filter

    detergen filter menggunakan 2 alat yang dikombinasikan. Pengombinasian ini diharapkan mampu

    menambah daya serap alat terhadap grey water. Berikut konsep desain detergen filter:

  • SISTEM MULTI ABSORBSI

    Bagian 1

    Bagian 2

    Bagian 3

    krankran

    Ket : a l i ran grey water

    grey water masuk ke alat

    grey water keluar dari alat

    GAMBAR BAGIAN 1 DAN BAGIAN 3

    1 meter

    0,75 meter

    0,5 meter

  • Keterangan:

    Bagian 1:

    Grey water dimasukkan kedalam alat. Sesuai dengan hukum gravitasi, alat ini akan otomatis menyaring

    grey water. Hasil saringan pada bagian 1 di alirkan menuju bagian 2.

    Bagian 2 :

    Grey water sekunder dialirkan menuju pipa. Pada alat ini diterapkan hukum gravitasi dan

    kontragravitasi. Kotoran yang ada pada limbah air detergen akan mengendap pada pipa paling bawah.

    Untuk membuangnya, kita membuka kran yang ada disamping kanan dan kiri. Hasil saringan kemudian

    dialirkan lagi menuju bagian 3.

    Bagian 3:

    Pada bagian ini merupakan tahap akhir absorbsi senyawa dan kotoran yang terdapat pada grey water.

    Hasil saringan dialirkan menuju tempat pembuangan air/ sungai.

    Hasil Penelitian

    Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa alat detergen Filter dapat digunakan

    sebagai media penyaring air dan peminimal senyawa LAS (Linear Alkilbenzen sulfonat) dan ABS

    (Alkil Benzen sulfonat) pada detergen sehingga tidak membahayakan biota air.

    Berdasarkan penelitian diperoleh data perbedaan kadar keasaman (pH) detergen sebelum

    dengan sesudah disaring menggunakan alat MSLDF. Data penelitian disajikan dalam tabel 2

  • sebagai berikut :

    Tabel 2. Kadar pH detergen sesudah dan sebelum disaring

    Detergen Ph

    Sebelum 9,6

    Sesudah 7,7

    Dari tabel tersebut terlihat bahwa limbah air detergen yang telah disaring memiliki pH yang

    tidak begitu membahayakan lingkungan.

    Selain penelitian secara kimiawi, kami juga melakukan pengamatan secara visual dengan

    melihat tingkat kejernihan air limbah detergen rumah tangga yang dihasilkan dan

    membandingkannya dengan air limbah deteregen rumah tangga sebelum disaring. Berikut kami

    sajikan foto air limbah detergen rumah tangga sebelum dan sesudah disaring menggunakan

    detergen filter:

    Gambar 2. Air limbah detergen rumah tangga sebelum dan sesudah disaring

    Dari gambar, dapat kita lihat bahwa limbah detergen sebelum disaring memiliki warna yang

    keruh. Sedangkan limbah detergen yang telah disaring memiliki warna yang jernih. Sehingga dapat

    dikatakan bahwa fisik limbah detergen hasil saringan lebih baik dibandingkan limbah detergen

    sebelum disaring.

    Pada penelitian ini, kami ujikan penggunaan limbah air detergen sebelum dan sesudah

    disaring terhadap lamanya ketahanan hidup ikan. Hasil pengamatan kami sajikan dalam bentuk

    tabel sebagai berikut.

    Tabel 3. Ketahanan hidup ikan pada limbah air detergen

  • Detergen Waktu

    Sebelum 5 hari

    Sesudah Lebih dari 1 minggu

    Dari tabel terlihat bahwa detergen sebelum disaring menggunakan detergen filter

    merupakan limbah yang berbahaya karena ikan yang diuji cobakan pada limbah detergen tersebut

    tidak dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan ikan pada detergen yang telah disaring

    menggunakan detergen filter.

    Pembahasan

    Masalah lingkungan yang dihadapi dewasa ini pada dasarnya adalah masalah ekologi

    manusia. Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu

    kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Jika hal ini tidak segera diatasi pada

    akhirnya berdampak kepada terganggunya kesejahteraan manusia.

    Kerusakan lingkungan yang terjadi dikarenakan eksplorasi sumber daya alam untuk

    memenuhi kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Kerusakan

    lingkungan ini telah mengganggu proses alam, sehingga banyak fungsi ekologi alam terganggu.

    Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia

    menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup

    biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata,

    dan tingginya angka kematian bayi.

    Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia yang

    meninggalkan limbah rumah tangga. Oleh karena itu, penerapan detergen filter pada detergen

    memberikan keuntungan baik bagi manusia maupun bagi lingkungan.

    Keuntungan bagi manusia yaitu bisa memperoleh air bersih serta negara tidak mengalami

    kerugian. Sedangkan keuntungan bagi lingkungan yaitu tidak membunuh biota air, tidak terjadi

    eutrofikasi yang tentunya akan mengearah pada perbaikan ekosistem air. Hal ini dikarenakan

    senyawa kimia berbahaya dapat diminimalkan.

    detergen filter dapat dibuat dalam skala rumah tangga dikarenakan biaya pembuatannya yang

    relative murah dan bahan-bahan yang dibutuhkan mudah didapatkan. detergen filter merupakan

    alat penyaring yang berfungsi untuk menyaring material berukuran >2mm, membunuh kuman,

  • meminimalkan senyawa LAS dan ABS, menghilangkan bau, dan menjernihkan warna.

    Hasil dari saringan ini yaitu air yang bersih. Selain aman bila dialirkan menuju ekosistem air,

    hasil saringan ini dapat digunakan untuk keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK). Untuk keperluan

    konsumsi belum dapat digunakan dikarenakan belum di uji secara klinis. Akan tetapi, detergen

    hasil saringan lebih aman bila dialirkan menuju lingkungan karena memiliki pH yang netral

    sehingga ekosistem air tidak akan terganggu.