deteksi fraudulent financial reporting dengan teori fraud ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/artikel...

19
DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD PENTAGON PADA SEKTOR KEUANGAN DI INDONESIA ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana Program Studi Akuntansi Oleh : LINTANG KUSUMA WARDHANI 2014310636 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2018

Upload: phungnhan

Post on 31-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN

TEORI FRAUD PENTAGON PADA SEKTOR KEUANGAN

DI INDONESIA

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

Program Pendidikan Sarjana

Program Studi Akuntansi

Oleh :

LINTANG KUSUMA WARDHANI

2014310636

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2018

Page 2: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

Scanned by

Page 3: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

1

DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUDPENTAGON PADA SEKTOR KEUANGAN DI INDONESIA

Lintang Kusuma WardhaniSTIE Perbanas Surabaya

Email: [email protected]

ABSTRACT

This study aimed to examine the elements of fraud in fraud pentagon theory againstindications of fraudulent financial reporting on financial sector in Indonesia at 2012-2016.Fraud pentagon model is a further development of classical fraud triangle theory and frauddiamond theory. It include financial stability, ineffective monitoring, change in auditors,change of directors, and the frequent number of CEO’s name. The indication of fraudulentfinancial reporting that proxied by financial restatements serve as dependent variable.Sample were selected using purposive sampling method from 263 listed companies inIndonesia Stock Exchange in the financial sector during year period 2012-2016, resulted in215 firm-observation. Data analysis was conducted using the logistic regression method. Theresults of this study show that financial stability and the frequent number of CEO’s name aresignificant in detecting the occurrence of fraudulent financial reporting. These significantvariables represents two important elements in a pentagon fraud Crowe’s theory, namelypressure and arrogance.

Key words : Fraud, Fraud Pentagon, Fraudulent Financial Reporting, Financial SectorFraud.

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan sebuahteropong bagi para pengguna informasikeuangan untuk melihat bagaimanakondisi keuangan sebuah perusahaan.Laporan keuangan dijadikan sebagai salahsatu bentuk alat komunikasi pada tiapperusahaan mengenai informasi maupundata keuangan atau aktivitas operasionalperusahaan kepada para penggunainformasi keuangan, baik penggunainternal maupun eksternal-nya. Perusahaandapat menunjukkan peningkatan eksistensidan merefleksikan keberhasilan kinerjamereka dalam kurun waktu tertentumelalui pelaporan keuangan, namunterkadang hasil kinerja yang tertuangdalam laporan keuangan lebih bertujuanuntuk mendapatkan kesan yang baik dariberbagai pihak. Semakin laporan keuangan

perusahaan terlihat cantik maka penggunaakan menganggap kinerja perusahaantersebut semakin baik. Tekanan, dorongan,maupun motivasi untuk selalu terlihat baikoleh berbagai pihak sering memaksaperusahaan untuk melakukan manipulasi dibagian – bagian tertentu, sehingga padaakhirnya menyajikan informasi yang tidaksemestinya dan tentunya akan merugikanbanyak pihak. Kecurangan – kecuranganyang dilakukan perusahaan untukmemanipulasi laporan keuangan seringdisebut dengan fraud, dan praktikkecurangan laporan keuangan itu tersendirilebih dikenal dengan fraudulent financialreporting.

Pada praktiknya fraud tidak hanyaterjadi di perusahaan sektor manufakturdan pertambangan saja. Banyakperusahaan sektor keuangan yang jugamengalaminya. Berdasarkan survei yang

Page 4: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

2

dilakukan oleh Association of CertifiedFraud Examiner (ACFE) pada 114 negaradi seluruh dunia dengan 2.410 kasus frauddi tahun 2016, menunjukkan fakta bahwasektor keuangan justru merupakan sektoryang terbanyak mengalami kasus frauddibanding sektor – sektor yang lain.

Hal ini turut dibuktikan jugadengan maraknya kasus fraud dalam

bidang keuangan yang terjadi di Indonesia.Kasus yang cukup populer dan terkenal dimasyarakat ialah kasus fraud yang terjadipada tahun 2015 yang mengemukakanbahwa PT Andalan Artha Advisindo(AAA) Sekuritas, yang merupakanperusahaan dalam sektor keuangan inimembuka lembaran baru praktikkecurangan di pasar modal. Penemuankasus transaksi Reverse Repo suratberharga sebesar Rp.262.000.000.000 diBank BPD Maluku dan pembelian ReverseRepo di Bank Antar Daerah (Anda)sebesar Rp.146.000.000.000 dan$1.250.000 melalui AAA sekuritas. Sanksiadminsitratif juga diberikan kepadaDireksi dan Komisaris PT.Andalan ArthaAdvisindo (AAA) Sekuritas yang terbuktimelakukan pelanggaran pada kasus repo

obligasi dengan PT Bank Antar Daerah(Anda) dan Bank Maluku, karena terbuktiikut melakukan dan mengetahuikecurangan dalam laporan perusahaannya.PT. AAA Sekuritas tidak mencatakantransaksi Repo Obligasi dengan BankAntar Derah (Bank Anda) dalam matauang dollar AS baik dalam LaporanKeuangan Tahunan maupun LaporanModal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD)

setidak-tidaknya untuk periode 7 Agustus2014 sampai dengan 26 November 2014dan mencatat transaksi Repo obligasi(dalam mata uang Rupiah) dengan BankAnda dan Bank Maluku dalam LaporanKeuangan Tahunan tahun 2010 sampaidengan 2013 dan laporan MKBD PT.AAA Sekuritas dari tanggal 1 September2014 sampai dengan 2 Desember 2014bukan sesuai Utang Repo (Kompas, 2015).

Elemen-elemen dalam Crowe’sfraud pentagon theory ini tidak dapatbegitu saja diteliti sehingga membutuhkanproksi variabel. Proksi yang dapatdigunakan untuk penelitian ini antara lainPressure yang diproksikan denganfinancial stability; Opportunity yangdiproksikan dengan ineffective monitoring;Rationalization yang diproksikan dengan

Gambar 1Industry of Victim Organizations

Sumber: Association of Certified Fraud Examiner (2016)

Page 5: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

3

change in auditor; Capability yangdiproksikan dengan pergantian direksiperusahaan; dan Arrogance yangdiproksikan dengan frequent number ofCEO’s name. Kelima faktor tersebutdiindikasikan dapat menjadi pemicuterjadinya peningkatan fraud, terutamapada beberapa tahun terakhir. Keinginanperusahaan agar kegiatan operasionalperusahaan terjamin kesinambungannya(going concern) dengan selalu terlihat baikmenyebabkan perusahaan terkadangmengambil jalan pintas (illegal) yaitudengan melakukan fraud.

Berdasarkan latar belakangsebelumnya, penelitian ini dilakukan untukmelakukan pengujian yang lebihmendalam dan lebih spesifik mengenaikemampuan Crowe’s fraud pentagontheory yang telah dikemukakan, karenahasil yang diperoleh pada penelitian-penelitian sebelumnya pun tidak konsisten,sampel dan metode perhitungan fraudulentfinancial reporting yang berbeda.Penelitian sebelumnya mengenai fraudmasih didominasi oleh model fraudtriangle dan fraud diamond. Masih sedikitpenelitian yang dilakukan untuk mengupaskasus ini menggunakan Crowe’s fraudpentagon theory, juga penelitian inidifokuskan untuk melanjutkan danmembandingkan hasil dari penelitiansebelumnya yang sudah dilakukan olehChyntia Tessa G dan Puji Harto danpenelitian dari Merissa Yeasiarin dan IstiRahayu pada 2016.

Oleh karena itu, penelitian ini perluditeliti kembali dan penting untukdilakukan dan dianalisis pada penelitianyang akan datang, karena masih maraknyakasus fraudulent financial reporting diIndonesia terutama pada sektor keuangan,dan oleh karena itu penelitian ini diberijudul : “Deteksi Fraudulent FinancialReporting Dengan Teori FraudPentagon Pada Sektor Keuangan diIndonesia”.

RERANGKA TEORITIS YANGDIPAKAI DAN HIPOTESIS

Fraudulent Financial Reporting(Kecurangan Laporan Keuangan)Romanus Wilopo (2014:267), berpendapatbahwa kecurangan laporan keuanganadalah salah saji yang disengaja ataskondisi keuangan perusahaan yangdilakukan melalui salah saji atau kelalaianyang disengaja atas sejumlahpengungkapan pada laporan keuanganuntuk mengelabuhi pengguna laporankeuangan tersebut. Lazimnya kecuranganlaporan keuangan ini dilakukan dengancara memperbesar (overstate) aktiva,penjualan, dan laba, serta memperkecil(understate) hutang, biaya, dan kerugian.

Menurut Wells (2011) dalamMerissa (2016), menyatakan bahwakecurangan laporan keuangan mencakupbeberapa modus, antara lain: (1)Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasicatatan keuangan financial record,dokumen pendukung atau transaksi bisnis.(2) Penghilangan yang disengaja atasperistiwa, transaksi, akun, atau informasisignifikan lainnya sebagai sumber daripenyajian laporan keuangan. (3) Penerapanyang salah dan disengaja terhadap prinsipakuntansi, kebijakan, dan prosedur yangdigunakan untuk mengukur, mengakui,melaporkan, dan mengungkapkanperistiwa ekonomi dan transaksi bisnis. (4)Penghilangan yang disengaja terhadapinformasi yang seharusnya disajikan dandiungkapkan menyangkut prinsip dankebijakan akuntansi yang digunakan dalammembuat laporan keuangan.

Teori Fraud TriangleTeori fraud triangle merupakan teoripertama yang mampu menjelaskanelemen-elemen penyebab terjadinya fraud.Teori ini dikemukakan oleh Cressey pada1953. Elemen fraud triangle terdiri daritekanan (pressure), kesempatan(opportunity), rasionalisasi(rationalization).

Page 6: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

4

Teori Fraud DiamondMenurut Wolfe dan Hermanson, penipuanatau kecurangan tidak mungkin terjaditanpa orang yang memiliki kemampuanyang tepat untuk melaksanakan penipuanatau kecurangan tersebut. Kemampuanyang dimaksud adalah sifat individumelakukan penipuan, yang mendorongmereka untuk mencari kesempatan danmemanfaatkannya. Peluang menjadi aksesmasuk untuk melakukan fraud, tekanandan rasionalisasi dapat menarik seseoranguntuk melakukan fraud, tetapi orangtersebut agar dapat melakukan taktik frauddengan tepat dan mendapatkan keuntunganyang semaksimal mungkin.

Teori Fraud PentagonTeori terbarukan yang mengupas lebihmendalam mengenai faktor – faktorpemicu fraud adalah teori fraud pentagon(Crowe’s fraud pentagon theory). Teori inidikemukakan oleh Crowe Howarth pada2011. Teori fraud pentagon merupakanperluasan dari teori fraud triangle yangsebelumnya dikemukakan oleh Cressey,dalam teori ini menambahkan dua elemenfraud lainnya yaitu kompetensi(competence) dan arogansi (arrogance).

Kompetensi (competence) yangdipaparkan dalam teori fraud pentagonmemiliki makna yang serupa dengankapabilitas/kemampuan (capability) yangsebelumnya dijelaskan dalam teori frauddiamond oleh Wolfe dan Hermanson pada2014. Crowe (2011), mendefinisikankompetensi/kapabilitas merupakan“Kemampuan karyawan untukmengabaikan kontrol internal,mengembangkan strategi penyembunyian,dan mengontrol situasi sosial untukkeuntungan pribadinya”. Croweberpendapat, bahwa arogansi adalah sikapsuperioritas atas hak yang dimiliki danmerasa bahwa kontrol internal ataukebijakan perusahaan tidak berlaku untukdirinya (Crowe, 2011). BerdasarkanGambar 2.1 dijelaskan bahwa pada teoriCrowe’s Fraud Pentagon terdapat 5

elemen yaitu; Pressure, Opportunity,Rationalization, Capability/Competence,Arrogance.

Pressure atau TekananTekanan adalah kondisi yang mendorongseseorang melakukan fraud. Tekanan bisaterjadi karena berbagai faktor misalnyakarena gaya hidup dan tuntutan ekonomi.Tekanan paling sering datang dari adanyatekanan kebutuhan keuangan. Kebutuhanini seringkali dianggap kebutuhan yangtidak dapat dibagi dengan orang lain untukbersama-sama menyelesaikannya sehinggaharus diselesaikan secara tersembunyi danpada akhirnya menyebabkan terjadinyakecurangan. Menurut SAS No.99, terdapatempat jenis kondisi yang umum terjadipada tekanan yang dapat mengakibatkankecurangan, yaitu financial stability,external pressure, personal financial need,dan financial targets.

Financial stability adalah keadaanyang menggambarkan kondisi keuanganperusahaan dalam kondisi stabil. Contohfaktor risiko: perusahaan mungkinmemanipulasi laba ketika stabilitaskeuangan atau profitabilitasnya terancamoleh kondisi ekonomi.

Opportunity atau PeluangPeluang adalah kondisi yang memberikankemungkinan seseorang untuk berbuatsesuatu. Dalam fraud pentagon, peluangyang dimaksud adalah suatu kesempatanatau kemungkinan seseorang melakukanfraud. Penyebab terjadinya peluangmisalnya karena lemahnya pengawasandan lemahnya pengendalian internal,ketidakefektifan pengawasan manajemen,atau penyalahgunaan posisi atau otoritas.Peluang dapat terjadi kapan saja sehinggamemerlukan pengawasan dari strukturorganisasi mulai dari atas. Organisasiharus membangun adanya proses, prosedurdan pengendalian yang bermanfaat danmenempatkan karyawan dalam posisitertentu agar mereka tidak dapatmelakukan kecurangan dan efektif dalammendeteksi kecurangan seperti yang

Page 7: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

5

tertuang dalam SAS No.99. Hal yangtercantum dalam SAS No.99 menyebutkanbahwa peluang pada fraudulent financialreporting dapat terjadi pada tiga kategorikondisi, yaitu nature of industry,ineffective monitoring, dan organizationalstructure.

Ineffective monitoring adalah keadaandimana perusahaan tidak memiliki unitpengawas yang efektif memantau kinerjaperusahaan. Contoh faktor risiko: adanyadominasi manajemen oleh satu orang ataukelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi,tidak efektifnya pengawasan dewan direksidan komite audit atas proses pelaporankeuangan dan pengendalian internal dansejenisnya.

Rationalization atau RasionalisasiRationalization atau Rasionalisasi adalahsuatu alasan yang dapat membenarkanperbuatan yang salah. Biasanya seseorangtersebut pada awalnya tidak inginmelakukan fraud namun pada akhirnyamelakukan fraud. Contoh faktor risiko:jika CEO atau manajer puncak lainnyasangat tidak peduli pada proses pelaporankeuangan, seperti terus mengeluarkanprakiraan yang terlalu optimistik,pelaporan keuangan yang curang lebihmungkin terjadi (Skousen et al. 2009).Menurut SAS No.99, rasionalisasi padaperusahaan dapat diiukur dengan sikluspergantian auditor, opini audit yangdidapat perusahaan tersebut serta keadaantotal akrual dibagi dengan total aktiva.

Changes in auditor (pergantianauditor) yang memiliki pengertian suatubentuk pergantian atau rotasi pada auditoruntuk mengaudit client perusahaannya.Pemerintah memiliki kebijakanbahwasannya sebuah KAP hanyadiperbolehkan untuk mengauditperusahaan yang sama sebanyak 5-6 kaliberturut-turut. Pergantian auditor biasanyadilakukan perusahaan sebagai langkahuntuk mengurangi kemungkinanpendeteksian kecurangan oleh pihakauditor dan juga pergantian auditordigunakan perusahaan sebagai bentuk

untuk menghilangkan jejak fraud (fraudtrail) yang ditemukan oleh auditorsebelumnya.

Capability atau KemampuanCapability atau kemampuan yaitu tentangseberapa besar seseorang itu memilikikemampuan untuk melakukan fraud didalam perusahaan. Terdapat suatu kondisikemampuan yang dapat memicu terjadinyafraud, yaitu Pergantian direksi perusahaanyang diindikasikan mampu menyebabkanstress period yang berdampak padasemakin terbukanya peluang untukmelakukan fraud. Pergantian direksi dapatmenjadi suatu upaya perusahaan untukmemperbaiki kinerja direksi sebelumnyadengan melakukan perubahan susunandireksi ataupun perekrutan direksi baruyang dianggap lebih berkompeten. Hal inilah yang biasanya dianggap mampudijadikan kesempatan oleh beberapa pihakuntuk membuktikan kemampuannya untukmelakukan fraud.

Arrogance atau ArogansiTingkat arogansi atau keangkuhan adalahsuatu kondisi dimana sikap arogansi padapihak manajemen yang tidakmengindahkan kontrol internal apapunkarena status dan posisi yang dimiliki.Menurut Crowe (2011) dalam Yusof dkk(2015), sebuah studi oleh Committee ofSponsoring Organizations of the TreadwayCommission (COSO) telah menemukanbahwa 70% dari penipu memiliki profilyang menggabungkan tekanan denganarogansi atau keserakahan dan 89% darikasus penipuan yang terlibat adalah CEO.Crowe juga menunjukkan bahwa ada limaunsur arogansi dari perspektif CEO, yaitu:

(1) Ego besar – CEO dipandangsebagai ‘selebriti’ daripadapengusaha;

(2) Mereka dapat menghindarikontrol internal dan tidakterjebak;

(3) Mereka memiliki bully-sikap;(4) Merekka berlatih dengan gaya

manajemen otokratis; dan

Page 8: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

6

(5) Mereka takut akan kehilanganposisi atau status mereka.

Unsur arogansi ini dirasa dapatberkembang menjadi arogansi ekstrimfaktor keangkuhan, yang menyembunyikandampak negatif bawahannya yang dapatmenghancurkan karir atau bahkanperusahaan yang sedang mereka pimpin.Terdapat indicator pada arogansi yangdapat menimbulkan terjadinya fraud, yakniCEO duality, politisi yang jugamempunyai jabatan sebagai CEO, danFrequent number of CEO’s picture.

Pengaruh pressure terhadap fraudulentfinancial reportingAdanya tekanan dapat membuat seseorangmelakukan kecurangan. Tekanan dapatberasal dari berbagai macam aspek, sepertituntutan ekonomi atau bahkan gaya hidup.Tekanan yang paling sering menjadipenyebab terjadinya kecurangan ialahtekanan akan tuntuan atau keadaanekonomi. Keadaan ekonomi yangmendesak inilah yang sering menyebabkanseseorang bertindak curang demimemenuhi kebutuhannya tersebut.

Keadaan ekonomi yang tidak stabildi suatu perusahaan ataupun organisasiakan membuat para manajer menghadapisuatu pressure untuk melakukan tindakanfraudulent financial reporting. Perusahaanakan berusaha untuk meningkatkan namabaik perusahaan salah satunya denganmemanipulasi informasi kekayaan asetyang dimilikinya. Tekanan yang dihadapipara manajer karena adanyaketidakstabilan keadaan ekonomi diperusahaan dan melakukan manipulasiterhadap informasi kekayaan asset,menjadikan proksi pada variabel Pressureyaitu Financial stability atau stabilitaskeuangan.

Berdasarkan pada SAS No. 99menjelaskan ketika stabilitas keuangan(financial stability) terancam oleh keadaanekonomi, industri, dan situasi entitas yangsedang beroperasi, manajer menghadapitekanan untuk melakukan fraudulentfinancial reporting (Skousen, et.al., 2009).

Stabilitas keuangan perusahaan diukurberdasarkan jumlah pertambahan total asetdari tahun ke tahun.

Banyaknya total aset yang dimilikiperusahaan menjadi daya tarik tersendiribagi para investor, kreditor, maupun parapemegang keputusan yang lain. Ketikatotal aset yang dimiliki perusahaan cukupbanyak, perusahaan dianggap mampumemberikan return maksimal bagi parainvestor. Namun sebaliknya, apabila totalaset mengalami penurunan atau bahkannegatif dapat membuat para investor,kreditor maupun para pemegang keputusanmenjadi tidak tertarik, karena kondisiperusahaan dianggap tidak stabil,perusahaan dianggap tidak mampuberoperasi dengan baik, dan tidakmenguntungkan.

Pengaruh opportunity terhadapfraudulent financial reportingOpportunity atau peluang merupakanfaktor yang paling mendasari terjadinyakecurangan. Peluang ini dapat munculkapan saja, sehingga pengawasan dankontrol internal perusahaan sangatdiperlukan untuk mengantisipasikemungkinan adanya peluang seseorangmelakukan kecurangan. Seseorang yangtanpa tekanan sekalipun dapat melakukankecurangan dengan adanya peluang ini,meskipun pada awalnya tidak ada niatuntuk melakukannya. Penyebab terjadinyapeluang misalnya karena lemahnyapengawasan dan lemahnya pengendalianinternal, ketidakefektifan pengawasanmanajemen, atau penyalahgunaan posisiatau otoritas.

Ketidakefektifan pengawasanmanajemen atau ineffective monitoringmenjadi salah satu penyebab terbesarterjadinya fraud di dalam laporankeuangan. Ineffective monitoringmerupakan kondisi dimana tidak adanyakeefektifan sistem pengawasan internalyang dimiliki perusahaan. Hal tersebutdapat terjadi karena adanya dominasimanajemen oleh satu orang atau kelompokkecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak

Page 9: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

7

efektifnya pengawasan dewan direksi dankomite audit atas proses pelaporankeuangan dan pengendalian internal dansejenisnya (SAS No.99).

Pengaruh rationalization terhadapfraudulent financial reportingRationalization atau rasionalisasimerupakan salah satu factor di manapelaku kecurangan mencari-caripembenaran atas tindakannya. Pelakufraud ini pada umumnya menganggapbahwa tindakan yang ia lakukanmerupakan tindakan yang benar danmemang haknya, sehingga apa yang ialakukan bukanlah suatu tindak kecurangan.Anggapan-anggapan yang menjadi alasaninilah yang kerap kali sulit untukdiidentifikasi.

Pembenaran yang dilakukan olehpelaku fraud biasanya adalah denganmenghilangkan bukti yang sebelumnyatelah ditemukan oleh auditor lama, akantetapi dengan melakukan perubahan ataupergantian auditor dapat menghilangkanbukti-bukti yang sudah ditemukan.Variabel rationalization akan dirasa sangatakurat pembuktiannya pada kasusfraudulent financial reporting apabilamenggunakan proksi change in auditor.

Changes in auditor adalahpergantian auditor yang mana perusahaanmelakukan pergantian auditor supayamengurangi pendeteksian kecurangan olehauditor lama. Change in auditor ataupergantian auditor yang digunakanperusahaan dapat dianggap sebagai suatubentuk untuk menghilangkan bukti ataujejak fraud (fraud trail) yang ditemukanoleh auditor sebelumnya. Kecenderungantersebut mendorong perusahaan untukmengganti auditor independennya gunamenutupi kecurangan yang terdapat dalamperusahaan.

Pengaruh capability terhadap fraudulentfinancial reportingCapability atau kemampuan artinya upayaseseorang dalam melakukan tindakkecurangan demi tercapainya tujuan

tertentu. Adapun sifat-sifat yang dijelaskanWolfe dan Hermanson (2004) terkaitelemen kemampuan (capability) dalamtindakan pelaku kecurangan yaitucapability seperti: position/function,confidence/ego, coercion skills, effectivelying dan immunity to stress. Berdasarkansifat-sifat yang dikemukakan Wolfe danHermanson (2004) tersebut, maka posisiCEO, direksi maupun kepala divisi lainnyamenjadi yang paling sesuai dengankarakteristik tersebut. Posisi CEO, direksi,maupun kepala divisi lainnya dapatmenjadi factor penentu terjadinyakecurangan, dengan memanfaatkanposisinya yang dapat memengaruhi oranglain guna memperlancar tindakankecurangannya.

Pergantian direksi perusahaan yaitupergantian atau seberapa besar tingkatpergantian direksi dalam perusahaan dapatmenyebabkan fraud atau tidak. Wolfe danHermanson berpendapat, bahwa perubahandireksi mampu menyebabkan stress periodyang berdampak pada semakin terbukanyapeluang untuk melakukan fraud (Wolfedan Hermanson, 2004). Pergantian direksidapat menjadi suatu upaya perusahaanuntuk memperbaiki kinerja direksisebelumnya dengan melakukan perubahansusunan direksi ataupun perekrutan direksibaru yang dianggap lebih berkompeten.Namun disisi lain, pergantian direksidianggap dapat mengurangi efektivitasdalam kinerja karena memerlukan waktuyang lebih untuk beradaptasi denganbudaya direksi baru. Oleh karena itu, akandilakukan investigasi lebih lanjut apakahbenar pergantian direksi mampu menjadiindikator terjadi fraudulent financialreporting di perusahaan. Pergantian direksipada penelitian ini dimaksudkan apabilaperusahaan melakukan pergantian padajajaran direksi (direktur utama dan wakildirektur) dalam periode penelitian.

Pengaruh arrogance terhadapfraudulent financial reportingTingkat arogansi atau keangkuhan adalahsuatu kondisi dimana sikap arogansi pada

Page 10: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

8

pihak manajemen yang tidakmengindahkan kontrol internal apapunkarena status dan posisi yang dimiliki.Menurut Skousen et.al., (2009) ketuadewan memegang posisi manajerial CEOatau presiden sebagai proksi dari elemenarogansi. Sebagian CEO menggunakansikap arogansinya untuk mendapatkankeuntungannya, CEO juga menggunakantingkat arogansinya untuk ditunjukkankepada semua orang bahwa dirinya sangatberpengaruh di sebuah perusahaan.Sehingga CEO beranggapan bahwapengawasan yang dilakukan olehperusahaan tidak berlaku bagi dirinya,anggapan inilah yang sering terjadi dandapat menimbulkan terjadinya kecurangandalam memanipulasi laporan keuangansebuah perusahaan.

Terdapat indikator pada arogansiyang dapat menimbulkan terjadinya fraud,yakni frequent number of CEO’s name.

Frequent number of CEO’s name adalahjumlah nama CEO yang terdaftar dalamsuatu perusahaan dengan menampilkannama serta jabatan yang dipaparkan secaraberulang-ulang dalam laporan keuangandan tahunan perusahaan. Seorang CEOcenderung lebih ingin menunjukkan kepublik tentang kekuasaan dan karir yangdimilikinya di dalam perusahaan. Haltersebut dilakukan karena mereka tidakingin kehilangan status atau posisi yangdimiliki dalam lingkup manajemenperusahaan (atau merasa tidak dianggap).

Kerangka pemikiran yangmendasari penelitian ini dapatdigambarkan sebagai berikut:

METODE PENELITIAN

Klasifikasi SampelPopulasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan sektor keuangan yangtercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)selama periode 2012-2016. Populasitersebut dipilih karena perusahaan

keuangan yang memiliki data, rincian dankomponen seluruh biaya yang lengkap danjuga perusahaan yang bergerak pada sektorkeuangan yang merupakan sektorperusahaan terbesar yang menyebabkanterjadinya kasus fraudulent financialreporting, sehingga memudahkan penelitiuntuk mengobservasi data maupunkasusnya di penelitian yang akan datang.

Pressure (X1)

Opportunity (X2)

Rationalization (X3) Fraudulent Financial

Reporting (Y)

Capability/competence (X4)

Arrogance (X5)

Gambar 2Kerangka Pemikiran

Page 11: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

9

Teknik pengambilan sampel dalampenelitian ini menggunakan metodepurposive sampling, dengan menggunakankriteria pengambilan sampel: (1)Perusahaan sektor keuangan dan yangsudah go public atau terdaftar di BursaEfek Indonesia (BEI) selama periode2012 – 2016, (2) Perusahaanmempublikasikan laporan keuangantahunan yang telah diaudit dalam websiteperusahaan atau website BEI selamaperiode 2012 – 2016 yang dinyatakandalam mata uang Rupiah (Rp), (3)Perusahaan tidak delisting selama periode2012 – 2016, (3) Data mengenai data-datayang berkaitan dengan variabel penelitiantersedia dengan lengkap (data secarakeseluruhan tersedia pada publikasi selamaperiode 2012 – 2016).

Dari 263 perusahaan sektorkeuangan yang tercatat selama lima tahundi Bursa Efek Indonesia (BEI), makadiperoleh 215 total perusahaan yangdigunakan dalam penelitian ini sebagaisampel penelitian.

Data PenelitianJenis data yang digunakan

dalam penelitian ialah data kuantitatifkarena berdasarkan sifatnya data iniberbentuk angka. Sedangkan dari caramemperolehnya, data yang digunakanialah data sekunder atau dengan kata laindata tidak diambil langsung dariperusahaan, melainkan diambil darilaporan keuangan maupun tahunanperusahaan dan terindeksi di Bursa EfekIndonesia pada tahun 2012-2016. Dalammenentukan perusahaan mana saja yangmasuk ke dalam sektor keuangan, penelitimelihat pada situs sahamok.com.

Data yang dikumpulkan penelitidiperoleh dari berbagai sumber sepertisitus Bursa Efek Indonesia untukmemperoleh laporan keuangan dantahunan dari perusahaan, dan IndonesiaCapital Market Directory untuk mencaridata yang tidak tersedia pada laporankeuangan maupun tahunan. Setelahpengumpulan data maka peneliti

menggunakan metode dokumentasiseperti menyeleksi dan mempelajari data-data dari berbagai sumber tersebutsebelum nantinya data tersebut diolah.

Variabel PenelitianVariabel penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini meliputivariabel dependen yaitu fraudulentfinancial reporting dan variabelindependen terdiri dari pressure,opportunity, rationalization, capability,dan arrogance.

Definisi Operasional VariabelFraudulent Financial Reporting

Fraudulent financial reportingatau kecurangan laporan keuangan adalahsalah saji yang dilakukan secara sengajayang bertujuan untuk mengecoh parapengguna laporan keuangan serta parapemangku kepentingan perusahaan. Olehkarena itu, variabel dependen dalampenelitian ini adalah denganmenggunakan penyajian kembali laporankeuangan (restatement) sebagai proksikecurangan pelaporan keuangan(fraudulent financial reporting). Salaveidan Moore (2005) berpendapat, bahwafinancial statement restatement ataupenyajian kembali laporan keuangan dapatmemberikan sinyal atau tanda terhadapadanya kecurangan pelaporan keuangan.

Penyajian kembali laporankeuangan diukur dengan menggunakanvariabel dummy, dimana kode 1 untukmenunjukkan perusahaan yang melakukanpenyajian kembali laporan keuangan, dan0 jika sebaliknya.

PressureVariabel pressure diproksikan

dengan Financial Stability (StabilitasKeuangan) yang diyakini dapatmenyebabkan terjadinya fraudulentfinancial reporting. Financial Stabilityatau stabilitas keuangan adalah suatukeadaan yang menyatakan bahwakeuangan perusahaan adalah stabil. Asetdapat digunakan sebagai dasar penilaian

Page 12: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

10

dalam melihat kestabilan keuanganperusahaan. Oleh sebab itu, proksi variabelfinancial stability dalam penelitian inimenggunakan total asset atau ACHANGEyang dihitung dengan rumus sebagaiberikut:

ACHANGE =

OpportunityOpportunity yang diproksikan degan

variabel ineffective monitoring diyakinidapat digunakan untuk mendeteksifraudulent financial reporting. Ineffectivemonitoring merupakan keadaan ketikaperusahaan tidak memiliki unit pengawasyang efektif memantau kinerja perusahaansehingga akan memicu adanya fraud.Ineffective monitoring diproksikan denganBDOUT. BDOUT dapat dihitung denganrumus:

BDOUT =

RationalizationPada penelitian ini ada satu jenis

dari rationalization yaitu changes inauditor (pergantian auditor). Change inauditor adalah pergantian auditor yangmana perusahaan melakukan pergantianauditor supaya mengurangi pendeteksiankecurangan oleh auditor lama. Changes inauditor atau ∆CPA dihitung denganmenggunakan variabel dummy, apabilaterdapat pergantian Kantor Akuntan Publikselama periode 2012-2016 maka diberikode 1, sebaliknya akan diberi kode 0.

CapabilityCapability atau kemampuan yaitu

seberapa besar seseorang itu melakukanfraud di dalam perusahaan. Variabelcapability diproksikan dengan pergantiandewan direksi atau DCHANGE.Pergantian direksi perusahaan dihitungdengan variabel dummy, kode 1 jikaterdapat pergantian direksi dalamperusahaan selama periode penelitian, dan

akan diberikakn kode 0 jika tidak terjadipergantian direksi selama periodepenelitian.

ArroganceArrogance atau arogansi yang

diproksikan dengan variabel frequentnumber of CEO’s name adalah jumlahnama CEO yang terdaftar pada laporankeuangan dan tahunan perusahaan.Semakin banyak nama CEO yang terdaftardalam sebuah laporan tahunan perusahaandapat merepresentasikan semakin tinggipula tingkat arogansi atau superioritas.Cara perhitungan pada variabel ini adalahdengan menggunakan total nama CEOyang terpampang dalam sebuah laporantahunan dan keuangan perusahaan.

Alat AnalisisUntuk menguji hubungan antara

pressure, opportunity, rationalization,capability, dan arrogance terhadapfraudulent financial reporting untukperusahaan sektor keuangan yang tercatatdi Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 digunakan model regresi linearberganda

Alasan dipilihnya model regresilinear berganda karena untuk mengujipengaruh beberapa variabel bebas terhadaosatu variabel terikat. Untuk mengetahuihubungan tersebut, maka berikut adalahpersamaan regresinya:

FFR=ß0+ß1ACHANGE+ß2BDOUT+ß3CPA+ß4DCHANGE+ß5CEONAME+ε

Keterangan:

FFR : variabel dummy pengukuranrestatement laporan keuanganβ0 : koefisien regresiβ1,2,3,4,5 : koefisien regresi masing-masingproksiACHANGE : rasio atau presentaseperubahan total aktivaBDOUT : rasio atau presentase dewankomisaris

Page 13: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

11

CPA : pergantian auditor independenDCHANGE : pergantian jajaran direksiperusahaanCEONAME : jumlah nama CEO yangterdapat dalam laporan keuanganε : error

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Analisis deskriptif adalah analisisyang menggambarkan variabel-variabelyang digunakan dalam suatu penelitian.Informasi yang diperoleh dari analisisdeskriptif merupakan penafsiran darikualitas data yaitu jenis-jenis variabel yangdigunakan penelitian. Selain itu, analisisini berisikan tentang ringkasan statistikyaitu mean atau rata-rata, standar deviasi,nilai maximum data atau nilai tertinggi dannilai minimum atau nilai terendah data.Tabel 1 berikut adalah hasil uji deskriptif:

Penelitian ini mengkategorikanperusahaan mengalami fraudulentfinancial reporting jika mengalamifinancial statement restatement ataupenyajian kembali laporan keuangan, jikaperusahaan mengalami restatement akandiberi kode 1 dan jika perusahaan tidakmengalami restatement akan diberi kode 0.Sebanyak 215 sampel yang diambil daripenelitian ini dalam periode 2012 hingga

2016 pada sektor keuangan yang terdaftardalam Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1 menunjukkan hasildistribusi frekuensi sampel penelitianselama tahun 2012 hingga 2016. Suatudata yang tersebar jika hasil pengukuranpenelitian memiliki simpangan baku(standard deviation) yang kecil makaartinya adalah sebagian besar data akanberkumpul pada nilai tengahnya. Begitujuga sebaliknya, jika simpangan baku datayang tersebar itu besar maka artinya adalahdata pengamatan jauh dari nilai tengahnya(keberagaman data yang besar). Padapenelitian ini, fraudulent financialreporting memiliki simpangan baku daritotal sampel yang digunakan sebesar 0,487.Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata,dapat dilihat bahwa simpangan baku lebihbesar daripada mean. Hal ini menunjukkanbahwa simpangan baku yang dimilikifraudulent financial reporting

termasuk dalam kategori besar atau tinggi,artinya adalah sebagian besar data tidakberkumpul pada nilai tengahnya sehinggadata fraudulent financial reporting dalampenelitian ini bersifat heterogen.

Nilai financial stability pada Tabel 1ini menunjukkan bahwa dari total sampelyaitu sebanyak 215 sampel yang diambildari periode 2012 hingga 2016 padaperusahaan sektor keuangan yang tercatat

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FFR 215 0 1 ,38 ,487

ACHANGE 215 -,84720 ,95137 ,0897422 ,21646772

BDOUT 215 ,00000 ,75000 ,4327907 ,12473634

CPA 215 0 1 ,02 ,135

DCHANGE 215 0 1 ,44 ,497

CEONAME 215 2 6 3,38 1,189

Valid N (listwise) 215

Tabel 1Hasil Analisis Deskriptif

Page 14: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

12

di Bursa Efek Indonesia diperoleh nilaimaksimum, nilai sebesar 0.95137 atausenilai 95.3%. Berdasar dari sisi nilaiminimum dari financial stability(ACHANGE) sebesar -0.84720 atausenilai -84.7%, berarti hal tersebut sesuaidengan pernyataan Chyntia & Puji (2012)yang menyatakan bahwa financial stabilityyang bernilai negatif dapat menjadiperingatan atau sinyal bagi perusahaanakan terjadinya fraudulent financialreporting. Nilai rata-rata dari financialstability adalah sebesar 0,0897422 atausenilai 8.97% sedangkan nilai standardeviasinya 0,21646772 atau senilai 21.6%.

Nilai rata-rata dari variabelineffective monitoring atau BDOUTadalah sebesar 0,4327907 yang didapatdari 215 sampel pada periode pengamatan2012-2016. Sedangkan untuk nilai standardeviasinya berada pada angka 0,12473634,dan nilai standar deviasi ini lebih kecildari nilai rata-ratanya dengan selisihsebesar 0,30805436. Hal ini menunjukkanbahwa simpangan baku yang dimiliki olehvariabel ineffective monitoring termasukdalam kategori rendah atau kecil, artinyaadalah besar data akan berkumpul padanilai tengahnya sehingga data variabelineffective monitoring dalam penelitian inibersifat homogen.

Nilai dari variabel change in auditorpada penelitian ini memiliki simpanganbaku dari total sampel yang digunakansebesar 0,135 dengan nilai rata-rata 0,02.Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata,dapat dilihat bahwa simpangan baku lebihbesar daripada mean. Hal ini menunjukkanbahwa simpangan baku yang dimilikichange in auditor termasuk dalam kategoribesar atau tinggi, artinya adalah sebagianbesar data tidak berkumpul pada titiktengahnya sehingga data change in auditordalam penelitian ini bersifat heterogen.

Variabel pergantian direksiperusahaan pada penelitian ini memilikisimpangan baku dari total sampel yang

digunakan sebesar 0,497. Jikadibandingkan dengan nilai rata-rata, dapatdilihat bahwa simpangan baku lebih besardaripada mean. Hal ini menunjukkanbahwa simpangan baku yang dimilikivariabel pergantian direksi perusahaandalam kategori tinggi atau besar, artinyaadalah sebagian besar data tidakberkumpul pada titik tengahnya sehinggadata change in auditor dalam penelitian inibersifat heterogen. Hasil ini dibuktikanbahwa untuk perusahaan yang melakukanpergantian direksi perusahaan, hanya 94data sampel yang tertera atau senilai43,7%. Sedangkan pada perusahaan yangtidak melakukan pergantian auditor jauhlebih banyak jumlahnya, yakni sebanyak121 data sampel atau sebanyak 56,3%.

Berdasarkan Tabel 1 terdapat 215data sampel yang dianalisis denganperiode tahun 2012 hingga 2016.Berdasarkan Tabel 1, nilai terendah darivariabel frequent number of CEO’s namesebesar 2 yang bermaksud bahwa jumlahnama CEO yang ada dalam perusahaantersebut berjumlah 2 orang CEO ataudewan komisaris. Disisi lain, nilaimaksimum dalam variabel ini adalahsebesar 6 yang juga merepresentasikanjumlah CEO yang ada dalam perusahaan,semakin tinggi jumlah CEO yang dideteksimenggunakan nama, maka semakin tinggipula hak superioritas atau arogansi dalamdiri CEO tersebut, sehingga disinyilardapat menimbulkan konflik agensi antarapihak agen dan prinsipal perusahaan, sertadapat menyebabkan kecurangan padalaporan keuangan.

Frequent number of CEO’s namepada penelitian ini memiliki simpanganbaku dari total sampel yang digunakansebesar 1,189. Sedangkan untuk meandalam variabel ini memiliki nilai sebesar3,38. Hal ini menunjukkan bahwasimpangan baku yang dimiliki frequentnumber of CEO’s name termasuk dalamkategori rendah atau kecil, artinya adalahbesar data akan berkumpul pada nilaitengahnya sehingga data frequent number

Page 15: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

13

of CEO’s name dalam penelitian inibersifat homogen.

Hasil Analisis dan Pembahasan

Berdasarkan analisis yangtelah dilakukan, terlihat bahwa konstanta(ß0) sebesar -1,297 yang artinya adalah jikaterjadi peningkatan satu satuan pada variabelbebas yaitu financial stability, ineffectivemonitoring, change in auditor, pergantiandireksi perusahaan, dan frequent number ofCEO’s name, maka kemungkinan penurunanterjadinya fraudulent financial reporting padaperusahaan hanya sebesar 1,297. Kemudiankoefisien regresi yang dimiliki variabelfinancial stability sebesar -1,623 yang artinyaadalah jika terjadi peningkatan satu satuanpada variabel financial stability makakemungkinan penurunan terjadinya

fraudulent financial reporting padaperusahaan hanya sebesar 1,623, denganasumsi bahwa variabel lainnya tetap. Lalukoefisien regresi yang dimiliki variabelineffective monitoring sebesar -0,093 yangartinya adalah jika terjadi peningkatan satusatuan pada variabel ineffective monitoringmaka kemungkinan penurunan terjadinyafraudulent financial reporting padaperusahaan sebesar 0,093, dengan asumsibahwa variabel lainnya tetap.

Berbeda halnya denganvariabel change in auditor, koefisienregresi yang dimiliki change in auditorsebesar 0,416 yang artinya adalah jika

terjadi peningkatan terjadinya fraudulentfinancial reporting pada perusahaansebesar 0,416, dengan asumsi bahwavariabel lainnya tetap. Lalu koefisien

regresi yang dimiliki variabel pergantiandireksi perusahaan sebesar -0,269 yangartinya adalah jika terjadi peningkatan satusatuan pada variabel pergantian direksiperusahaan maka kemungkinan penurunanterjadinya fraudulent financial reportingpada perusahaan hanya sebesar 0,269,dengan asumsi bahwa variabel lainnyatetap. Serta jika dengan asumsi bahwavariabel lainnya tetap, koefisien regresiyang dimiliki variabel frequent number ofCEO’s name sebesar 0,318 yang artinyaadalah jika terjadi peningkatan satu satuanpada variabel frequent number of CEO’sname maka kemungkinan terjadinyafraudulent financial reporting padaperusahaan sebesar 0,318.

Pengaruh Pressure terhadap FraudulentFinancial Reporting

Hasil dari pengujian menggunakananalisis regresi logistik menunjukkanbahwa variabel pressure yang diproksikandengan financial stability memilikipengaruh yang signifikan negatif dalammendeteksi fraudulent financial reportingdengan tingkat signifikansi 0,035 danmemiliki koefisien B yaitu -1,623. Darihasil tersebut, dapat disimpulkan bahwapressure memiliki pengaruh signifikan

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a ACHANGE -1,623 ,769 4,448 1 ,035 ,197

BDOUT -,093 1,257 ,005 1 ,941 ,911

CPA ,416 1,052 ,156 1 ,693 1,516

DCHANGE -,269 ,314 ,732 1 ,392 ,764

CEONAME ,318 ,129 6,089 1 ,014 1,375

Constant -1,297 ,746 3,023 1 ,082 ,273

a. Variable(s) entered on step 1: ACHANGE, BDOUT, CPA, DCHANGE, CEONAME.

Tabel 2Hasil Analisis Regresi Logistik

Page 16: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

14

dalam mendeteksi fraudulent financialreporting dan H1 dapat diterima. Inimenunjukkan bahwa variabel financialstability akan membantu dalampendeteksian fraudulent financialreporting, apabila stabilitas perekonomianperusahaan kurang baik maka tingkatfraudulent financial reporting akanmeningkat. Financial stability berpengaruhnegatif terhadap fraudulent financialreporting, artinya setiap kenaikan satusatuan financial stability akan diikutipenurunan fraudulent financial reportingsebesar 1,623 satuan. Hasil ini sesuaidengan teori yang mengemukakan bahwaketika stabilitas keuangan perusahaan naik,maka perusahaan tidak mungkin akanmemanipulasi laba.

Pengaruh Opportunity terhadapFraudulent Financial Reporting

Apabila dianalisis kembalipenyebab variabel ineffective monitoringtidak berpengaruh terhadap fraudulentfinancial reporting, ternyata hal inidimungkinkan bahwa penempatan ataupenambahan anggota dewan komisarisindependen yang digunakan sebagaiprosedur analitis untuk membantupengukuran dalam ineffective monitoringhanya sekedar digunakan untuk memenuhiketentuan formal dari Bursa EfekIndonesia yang mewajibkan adanyakomisaris independen sekurang-kurangnya30% dari jumlah komisaris yang ada,sementara pemegang saham mayoritas(pengendali/founders) masih memegangperanan penting, sehingga kinerja dewantidak meningkat bahkan menurun.

Pengaruh Rationalization terhadapFraudulent Financial Reporting

Jika dianalisis kembali penyebabvariabel change in auditor tidakberpengaruh terhadap fraudulent financialreporting, ternyata hal tersebut dapatterjadi ketika perusahaan sampel yangmelakukan pergantian auditor, bukandisebabkan perusahaan ingin mengurangikemungkinan pendeteksian kecurangan

laporan keuangan oleh auditor lama, tetapilebih dikarenakan perusahaan inginmentaati Peraturan Menteri KeuanganRepublik Indonesia Nomor17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1 yangmenyatakan bahwa pemberian jasa auditumum atas laporan keuangan dari suatuentitas dapat dilakukan paling lama untukenam tahun buku berturut-turut oleh KAPyang sama dan tiga tahun berturut-turrutoleh auditor yang sama kepada satu klienyang sama.

Pengaruh Capability terhadapFraudulent Financial Reporting

Jika dianalisis kembali penyebabmengapa variabel pergantian direksiperusahaan tidak berpengaruh terhadapfraudulent financial reporting adalah halini dapat terjadi apabila pemangkukepentingan tertinggi di perusahaan benar-benar menginginkan adanya perbaikankinerja perusahaan dengan cara merekrutdireksi yang dianggap lebih berkompetendaripada direksi sebelumnya (Wolfe danHermanson, 2009). Hasil penelitian iniakan berbeda apabila pergantian direksidilakukan hanya untuk menutupikecurangan yang dilakukan oleh direksisebelumnya. Hasil penelitian ini sejaladengan Chyntia (2016), Septia (2015),Dwi (2014), serta Mark yang menyatakanbahwa variabel capability yangdiproksikan dengan pergantian direksiperusahaan berpengaruh tidak signifikanterhadap fraudulent financial reporting.

Pengaruh Arrogance terhadapFraudulent Financial Reporting

Hasil dari pengujian menggunakananalisis regresi logistik menunjukkanbahwa variabel arrogance yangdiproksikan dengan frequent number ofCEO’s name berpengaruh signifikanterhadap pendeteksian fraudulent financialreporting dengan tingkat signifikansi lebihkecil dari 0,05 yakni 0,014 dan memlikinilai koefisien B yaitu 0,318. Dari hasiltersebut, dapat disimpulkan bahwavariabel arrogance yang diproksikan

Page 17: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

15

dengan dengan frequent number of CEO’sname memiliki pengaruh yang signifikandalam mendeteksi fraudulent financialreporting dan H5 diterima. Inimenunjukkan bahwa variabel frequentnumber of CEO’s name dapat membantudalam proses pendeteksian fraudulentfinancial reporting. Frequent number ofCEO’s name berpengaruh positif terhadapfraudulent financial reporting, artinyasetiap penurunan satu satuan frequentnumber of CEO’s name akan diikutikenaikan fraudulent financial reportingsebesar 0,318 satuan.

KESIMPULAN, KETERBATASANDAN SARANBerdasarkan hasil pengujian hipotesis,dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:(1) Hasil pengujian hipotesis pertama (H1)menunjukkan bahwa Pressure yangdiproksikan dengan financial stabilitymemiliki pengaruh yang signifikanterhadap fraudulent financial reporting.Sehingga dapat disimpulkan bahwaperhitungan financial stability sudahmampu menjadi alat analisis yang baikdalam menilai saham dan dapat digunakanuntuk mendeteksi adanya fenomenakecurangan dalam perusahaan. (2) Hasilpengujian hipotesis kedua (H2)membuktikan bahwa pengukuran variabelopportunity yang diproksikan denganineffective monitoring tidak berpengaruhterhadap fraudulent financial reporting.Hal tersebut menunjukkan bahwaineffective monitoring sebagai alatpengukuran dari variabel opportunitybelum bisa menjadi alat yang baik dalammendeteksi adanya perilaku kecurangandalam laporan keuangan perusahaan. (3)Pengujian hipotesis ketiga (H3)menunjukkan bahwa pengukuran variabelrationalization yang diproksikan denganchange in auditor tidak berpengaruhsecara signifikan terhadap fraudulentfinancial reporting. Hal tersebutmenunjukkan bahwa change in auditorsebagai alat pengukuran dari variabelrationalization belum bisa menjadi alat

yang baik dalam mendeteksi adanyaperilaku kecurangan dalam laporankeuangan perusahaan. (4) Pengujianhipotesis keempat (H4) membuktikanbahwa pengukuran variabelcapability/competence yang diproksikandengan pergantian direksi perusahaan tidakberpengaruh secara signifikan terhadapfraudulent financial reporting. Haltersebut menunjukkan bahwa pergantiandireksi perusahaan sebagai alatpengukuran dari variabelcapability/competence belum bisa menjadialat yang baik dalam mendeteksi adanyaperilaku kecurangan dalam laporankeuangan perusahaan. (5) Pengujianhipotesis kelima (H5) membuktikan bahwapengukuran variabel arrogance yangdiproksikan dengan frequent number ofCEO’s name berpengaruh secarasignifikan terhadap fraudulent financialreporting. Hal tersebut menunjukkanbahwa frequent number of CEO’s namesebagai alat pengukuran dari variabelarrogance sudah bisa menjadi alat yangbaik dalam mendeteksi adanya perilakukecurangan dalam laporan keuanganperusahaan.

Penelitian ini mempunyaiketerbatasan (1) Banyak perusahaan yangmemiliki data ekstrem terkait perubahantotal asset dalam variabel financialstability dalam periode yang ditentukan,sehingga peneliti banyak menghapus dataperusahaan dari daftar sampel dikarenakandata ekstrem tersebut. (2) Kurangnyavariabel independen dalam penelitian yangseharusnya dapat digunakan untukmembantu pendeteksian fraudulentfinancial reporting, sehingga hasil ujikelayakan model regresi Nagelkerke Rsquare mempunyai nilai yang kecil dalampenelitian ini. (3) Proksi maupun proseduranalitis yang menggambarkan variabelopportunity, rationalization, dan capabilitydinilai kurang dapat digunakan sebagairepresentatif pada pendeteksian fraudulentfinancial reporting, karena data yangdihasilkan dari ketiga proksi serta prosedur

Page 18: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

16

analitis tersebut tidak berpengaruh padavariabel dependennya.

Berdasarkan kesimpulan danketerbatasan yang telah dipaparkan olehpeneliti, adapun saran yang dapatdipertimbangkan oleh peneliti selanjutnya,yaitu (1) Peneliti selanjutnya dapatmenggunakan prosedur analitis yang lainterkait proksi total perubahan asset dalamfinancial stability, mengingat padapenelitian saat ini variasi data sangat tinggidan tidak merata. (2) Pada penelitianselanjutnya, peneliti dapatmempertimbangkan untuk menggunakanvariabel–variabel independen yang lainseperti external pressure, financial target,institutional ownership, Kualitas auditoreksternal, dan frequent number of CEO’spicture, dan lain sebagainya. Penelitiselanjutnya dapat pula memperpanjangperiode penelitian, karena topik penelitianberkaitan dengan fraudulent financialreporting akan semakin bagus hasilnyaapabila diuji dengan periode yang lebihpanjang. (3) Pada penelitian selanjutnya,dapat menggunakan prosedur analitismaupun proksi yang lain yang dapatmendeteksi fraudulent financial reporting,seperti halnya proksi nature of industrydan organizational structure pada variabelopportunity. Proksi opini audit yangdidapat perusahaan dan keadaan akrualdibagi dengan total aktiva untuk variabelrationalization.

DAFTAR RUJUKANAbdullah, Samsul Nahar. 2004. “Board

Composition, CEO Duality andPerformance Among Malaysian ListedCompanies”. The InternationalJournal of Business in Society. Vol.4.Page. 47-61.

American Institute of Certified PublicAccountants, SAS No.99. 2002.Consideration of Fraud in a FinancialStatement Audit (source: SAS No.99;SAS No.113). AICPA. New York.

Anthony, R.N., and Vijay Govindarajan.2005. Management Control System:

Sistem Pengendalian Manajemen.Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.

Association of Certified Fraud Examiners.2016. Report to the nation onoccupatiobal fraud and abuse (2016global fraud study), diakses pada 17September 2017.

Beasley, Mark S.,.2011. “An EmpiricalAnalysis Of The Relation Between TheBoard Of Director Composition AndFinancial Statement Fraud”. THEACCOUNTING REVIEW. Vol. 71.No. 4. Page 443-465.

Chen, Suduan. 2016. “Detection OfFraudulent Financial Statement UsingBy The Hybrid Data MiningApproach”. Chen SpringerPlus.

Chyntia Tessa G dan Puji Harto. 2016.“Fraudulent Financial Reporting:Pengujian Teori Fraud Pentagon PadaSektor Keuangan dan Perbankan DiIndonesia”. Prosiding SimposiumNasional Akuntansi XIX Lampung.Universitas Lampung.

Dechow, P. M, Hutton, A. P, Kim, J H,and Sloan, R. G. 2012. “DetectingEarning Management: A NewApproach”. Journal of AccountingResearch. Vol. 50. Ed.2. Page. 275-334.

Desak Nyoman Sri Werastuti. 2015.“Analisis Prediksi Potensi ResikoFraudulent Financial StatementMelalui Personal Financial Need danAuditor Switching”. Jurnal IlmiahAkuntansi dan Bisnis. Vol. 10. No. 1.

Dunn, Paul. 2009. “The Impact Of InsiderPower On Fraudulent FinancialReporting”. Journal of Management.Page. 397–412.

Dwi Ratmono, Yuvita Avri D, AgusPurwanto. 2014. “Dapatkah TeoriFraud Triangle MenjelaskanKecurangan dalam LaporanKeuangan?”. Prosiding SimposiumAkuntansi XVII Mataram. UniversitasMataram.

Horwarth, Crowe. 2010. “Playing Offensein a High-risk Environment”.

Page 19: DETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING DENGAN TEORI FRAUD ...eprints.perbanas.ac.id/3516/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · internal maupun eksternal-nya. ... di seluruh dunia dengan 2.410 kasus

17

Horwarth, Crowe. 2012. “The MindBehind The Fraudsters Crime: KeyBehavioral and EnvironmentalElement”

Imam Ghozali. 2016. Aplikasi AnalisisMultivariate Dengan Program IBMSPSS 23. Edisi Kedelapan. Semarang:Badan Penerbit UniversitasDiponegoro.

Laila Tiffani dan Marfuah. 2015. “DeteksiFinancial Statement Fraud DenganAnalisis Fraud Triangle PadaPerusahaan Manufaktur YangTerdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.Prosiding Simposium NasionalAkuntansi XVIII Medan. UniversitasSumatera Utara.

Merissa Yesiarin dan Isti Rahayu. 2016.“Analisis Fraud Diamond DalamMendeteksi Financial StatementFraud”. Prosiding SimposiumNasional Akuntansi XIX Lampung.Universitas Lampung.

Romanus Wilopo. 2014. Etika ProfesiAkuntan: Kasus – Kasus di Indonesia.Surabaya : STIE Perbanas Press.

Selni Triponika Sari. 2016. “PengaruhFinancial Stability, External Pressure,Financial Targets, InnefectiveMonitoring, Rationalization padaFinancial Statement Fraud DenganPerspektif Fraud Triangle (StudiEmpiris Pada Perusahaan PerbankanPeriode 2012 – 2014 Yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia)”. JOMFekon. Vol. 3. No. 1.

Septia Ismah Hanifa dan Herry Laksito.2015. “Pengaruh Fraud IndicatorsTerhadap Fraudulent FinancialStatement: Studi Empiris PadaPerusahaan Yang Listed Di BursaEfek Indonesia (BEI) Tahun 2008 –2013”. DIPONEGORO JOURNAL OFACCOUNTING. Vol. 4. No. 4.Halaman. 1 – 15.

Skousen, C.cJ., K. R. Smith, dan C.J.Wright. 2009. “Detecting andPredecting Financial Statement Fraud:The Effectiveness of The FraudTriangle and SAS No.99.” Corporate

Governance and Firm PerformanceAdvances in Financial Economics.Vol. 13. Halaman. 53-81.

Warsidi dan Bambang Agus Pramuka(2007). “Evaluasi Kegunaan RasioKeuangan Dalam MemprediksiPerubahan Laba di Masa Yang AkanDatang”. Jurnal Akuntansi danManajemen. Vol.2. No.1.

Wolfe, David T and Dana R. Hermanson.2014. “The Fraud Diamond:Considering the Four Elements ofFraud”. CPA Journal. Vol. 74. No. 12.Halaman. 38-42.

Yusof, Mohamed. K., Ahmad Khair A.H.,dan Jon Simon. 2015. “FraudulentFinancial Repoting: An Application ofFraud Models to Malaysian PubicListed Companies”. The MacrothemeReview 4(3), Spring. University ofHull.