transformasi sustainability reporting menuju integrated

34
Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 1 Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya Akuntabilitas dalam Corporate Governance. Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated Reporting (IR) sebagai Cerminan Semakin Luasnya Akuntabilitas dalam Corporate Governance Oleh: Daeng M. Nazier & Indah Umiyati (Dosen Tetap STIE Sutaatmadja Subang) Abstrak Dalam kerangka stakeholder theory, perusahaan melalui mekanisme corporate governance diharapkan dapat menjaga akuntabilitasnya selain kepada shareholder juga kepada pada stakeholder lainnya. Perusahaan mulai menyadari kebutuhan untuk mengkombinasikan semua aspek dalam sustainability reporting dan laporan keuangan kedalam sebuah laporan tunggal, yang kemudian disebut dengan istilah integrated reporting <IR>. Tulisan ini mencoba untuk mengkaji transformasi sustainability reporting menjadi <IR>, dukungan dan kritik atas aplikasi <IR> oleh perusahaan sebagai cerminan akuntabilitas, penelitian mengenai aplikasi <IR> oleh perusahaan serta sejauhmana aplikasi <IR> oleh perusahaan di Indonesia. Transformasi Sustainability Report menuju <IR> membutuhkan kerangka berfikir yang terintegrasi sehingga menghasilkan <IR> yang

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 1

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

Transformasi Sustainability Reporting Menuju

Integrated Reporting (IR) sebagai Cerminan

Semakin Luasnya Akuntabilitas dalam

Corporate Governance

Oleh:

Daeng M. Nazier & Indah Umiyati

(Dosen Tetap STIE Sutaatmadja Subang)

Abstrak

Dalam kerangka stakeholder theory, perusahaan melalui

mekanisme corporate governance diharapkan dapat

menjaga akuntabilitasnya selain kepada shareholder juga

kepada pada stakeholder lainnya. Perusahaan mulai

menyadari kebutuhan untuk mengkombinasikan semua

aspek dalam sustainability reporting dan laporan

keuangan kedalam sebuah laporan tunggal, yang

kemudian disebut dengan istilah integrated reporting

<IR>. Tulisan ini mencoba untuk mengkaji transformasi

sustainability reporting menjadi <IR>, dukungan dan

kritik atas aplikasi <IR> oleh perusahaan sebagai

cerminan akuntabilitas, penelitian mengenai aplikasi

<IR> oleh perusahaan serta sejauhmana aplikasi <IR>

oleh perusahaan di Indonesia. Transformasi Sustainability

Report menuju <IR> membutuhkan kerangka berfikir

yang terintegrasi sehingga menghasilkan <IR> yang

Page 2: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

2 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

sebenarnya bukan hanya sekedar window dressing dan

laporan kombinasi. Disamping manfaat yang dirasakan

oleh perusahaan yang mengaplikasikan <IR>, terdapat

beberapa kritik atas kerangka <IR> yang masih dalam

tahap perkembangan. Hal ini memberi ruang kepada pada

akademisi untuk mengkaji lebih lanjut mengenai tradeoff

antara manfaat dan biaya dari aplikasi <IR> oleh

perusahaan serta mengkaji pengembangan kerangka <IR>

yang benar-benar efektif mencerminkan integrasi

informasi keuangan dengan strategi berbasis

sustainability dari perusahaan. Penerapan <IR> di

Indonesia masih memerlukan usaha keras baik dari pihak

internal perusahaan maupun eksternal perusahaan dan

masih cenderung merupakan tambahan biaya dengan

manfaat yang belum pasti karena pasar modal di

Indonesia belum efektif dan efisien.

Abstract

Within the framework of stakeholder theory, companies

through corporate governance mechanisms are expected

to maintain accountability either to the shareholders and

the other stakeholders. The company began to realize the

need to combine all aspects of sustainability reporting

and financial reports into a single report, which is then

referred to as integrated reporting <IR>. This paper

attempts to examine the transformation of sustainability

reporting towards <IR>, support and criticism of

application of <IR> by the company as a reflection of

accountability, research on application of <IR> by the

company as well as the extent of application of <IR> by

company in Indonesia. Transformation from

Page 3: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 3

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

Sustainability Report towards <IR> requires an

integrated framework of thinking resulting in real <IR>,

which is not just window dressing and the combination

report. In addition to the benefits perceived by companies

that apply <IR>, there is some criticism of the framework

<IR> that is still in the developmental stage. This gives

space for academics to study more about the tradeoff

between the benefits and costs of application of <IR> by

the company as well as assessing the development of

framework of <IR> that are really effective to reflect the

integration between financial information and

sustainability-based strategy of the company. Application

<IR> in Indonesia still requires great effort from both

internal and external of corporation and still tend to be

additional costs with uncertain benefits for the capital

market in Indonesia has not been effective and efficient.

1. Pendahuluan

Dalam kerangka stakeholder theory, perusahaan

melalui mekanisme corporate governance diharapkan

dapat menjaga akuntabilitasnya selain kepada

shareholder juga kepada pada stakeholder lainnya.

Stakeholder yang berbeda-beda (seperti: karyawan,

pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah) memiliki

kepentingan yang berbeda dari segi ekonomi, lingkungan

dan sosial dalam menilai kesuksesan sebuah perusahaan.

Harapan stakeholder kepada perusahaan semakin

berkembang tidak hanya dalam profit namun juga laporan

kepada stakeholder terkait dengan informasi yang

Page 4: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

4 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

diperlukan dilakukan untuk mencapai komunikasi yang

efektif. Sehingga laporan perusahaan harus berisi

informasi yang relevan dan terintegrasi bagi semua

stakeholder (Hindley and Buys, 2012).

Perhatian terhadap dampak dari aktivitas bisnis

terhadap lingkungan dan sosial telah mendorong

perusahaan untuk mulai mempublikasilan laporan yang

memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan

terkait lingkungan dan sosial (Hahn and Kuhnen, 2013).

Laporan ini mempunyai sebutan yang berbeda-beda

misalnya: corporate citizenship report, environmental

report dan sustainability report (Roth, 2014). Walaupun

biasanya aspek lingkungan dan sosial termasuk ke dalam

laporan tahunan perusahaan kepada para pemegang

sahamnya, namun laporan keuangan dan laporan kinerja

lingkungan dan sosial masih merupakan dua laporan yang

terpisah. Tren sekarang, perusahaan mulai menyadari

kebutuhan untuk mengkombinasikan semua aspek dalam

sustainability reporting dan laporan keuangan kedalam

sebuah laporan tunggal, yang kemudian disebut dengan

istilah integrated reporting <IR> (Roth, 2014).

<IR> yang mulai berkembang sejak tahun 2010

dan dikuatkan dengan kerangka yang dikeluarkan oleh

International Integrated Reporting Council (IIRC) pada

Desember 2013 cukup menarik untuk dikaji. Oleh karena

itu, tulisan ini mencoba untuk mengkaji transformasi

sustainability reporting menjadi <IR>, dukungan dan

Page 5: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 5

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

kritik atas aplikasi <IR> oleh perusahaan sebagai

cerminan akuntabilitas, penelitian mengenai aplikasi

<IR> oleh perusahaan serta sejauhmana aplikasi <IR>

oleh perusahaan di Indonesia.

2. Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran

2.1. Stakeholders Theory

Berdasarkan stakeholder theory perusahaan

harus menciptakan kekayaan untuk semua stakeholders,

hal ini berbeda dengan model keuangan tradisional yang

mencipakan nilai hanya untuk agent dan principle

(pemegang saham). Teori ini menyatakan kesepakatan

antara perusahaan dengan masyarakat, yang mengijinkan

perusahaan untuk mengkonsumsi sumberdaya alam,

manusia dan sumberdaya lain untuk menghasilkan barang

dan jasa dan menghasilkan limbah (dengan cara yang

dapat mempertahankan keberlangsungan masyarakat dan

lingkungan) sehingga pada saat yang sama harus

menciptakan kekayaan juga bagi semua stakeholders dan

pihak lain yang berkepentingan. Proposisi utama dari

stakeholders theory adalah perusahaan dapat bertahan

tergantung pada keberhasilan dari manajemen perusahaan

untuk menjaga hubungan dengan pada stakeholdernya,

yang kemudian membutuhkan informasi terkait ekonomi,

sosial, dan lingkungan yang terpengaruh oleh kinerja

Page 6: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

6 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

perusahaan, apabila perusahaan terus menerus

menggunakan sumber dayanya atau dampak terhadap

kinerja apabila perusahaan tidak lagi menggunakan

sumberdaya tersebut.

2.2. Corporate Governance

Corporate governance memiliki peranan penting

dalam organisasi, setiap bisnis memerlukan sebuah badan

pengelola yang menjamin perusahaan tersebut berjalan

dalam arah yang baik dan benar. Pentingnya corporate

governance meningkat pada awal abad ke 20 setelah

berbagai peristiwa fraud yang terjadi di perusahaan,

kesalahan pengelolaan manajerial dan kasus pelanggaran

hukum yang menyebabkan kerugian besar dari kekayaan

pada pemegang saham.

Corporate Governance didefinisikan sebagai

proses dan prosedur yang menjadi acuan bagi untuk

mengarahkan dan mengendalikan organisasi (Krechovska

and Procazkova, 2014 dari Cadbury Report). Corporate

governance mencakup aktifitas dari governing body

(dewan komisaris dan direksi) dan hubungannya dengan

pemegang saham, manajer dan pihak eksternal seperti

auditor, regulator dan stakeholder perusahaan lainnya.

Stuktur corporate governance mendistibusikan secara

spesifik hak dan kewajiban diantara berbagai pihak dalam

organisasi (seperti dewan komisaris, direksi, pemegang

saham dan stakeholders) dan membuat aturan dan

Page 7: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 7

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

prosedur untuk pengambilan keputusan. OECD

(Organisation for Economic Cooperation and

Development) menyatakan bahwa corporate governance

merupakan salah satu elemen utama dalam meningkatkan

efisiensi ekonomi perusahaan dan pertumbuhan serta

meningkatkan kepercayaan investor. Prinsip corporate

governance menurut OECD mencakup transparansi,

akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kesetaraan.

2.3. Akuntabilitas

Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip

corporate governance dapat didefinisikan sebagai

kewajiban untuk menyediakan akun atau rekening untuk

setiap tindakan yang harus dipertanggungjawabkan,

konsep utama dari akuntabilitas mencakup: kepada siapa

perusahaan bertanggungjawab dan untuk apa perusahaan

bertangungjawab (Zyl, 2013).

Sebagai salah satu prinsip dari konsep good

corporate governance Kaihatu (2006) mendefinisikan

akuntabilitas sebagai sebuah kejelasan fungsi, struktur,

sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan

sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif. Penerapan konsep ini semata-mata untuk

meningkatkan kinerja perusahaan melalui supervisi atau

pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas

Page 8: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

8 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya,

berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

2.4. Sustainability Reporting

Sustainability adalah konsep yang abstrak yang

maknanya tergantung pada individunya, dimana individu

yang berbeda akan mempunyai makna yang berbeda.

Sustainability bisa diartikan evaluasi terhadap aktifitas

suatu entitas terkait dengan dampaknya terhadap generasi

di masa datang juga stakeholders sekarang (Roth, 2014).

Akuntansi dan laporan untuk sustainability

perusahaan berasal dari praktik akuntansi tradisional

dimana akuntansi manajemen terlibat dalam praktek

internal organisasi yang membantu pengelolaan sebuah

organisasi dan pelaporan keuangan memberikan dimensi

keuangan dari kinerja sebuah organisasi. Sejalan dengan

praktik tradisional tersebut, akuntansi dan pelaporan

sustainability mencakup komponen internal yang

mengharuskan pengelolaan atas permasalahan

sustainability dan elemen pelaporan eksternal yang biasa

disebut sustainability reporting (Lodhia dan Hess, 2014).

Salah satu pendekatan dari sustainability

reporting adalah konsep triple bottom line yaitu dampak

aktifitas perusahaan terhadap aspek lingkungan, sosial

dan ekonomi. Pendekatan ini mengembangkan praktek

pelaporan organisasi. Yang mulanya bersifat tradisional,

dimana laporan tahunan hanya berfokus utama pada

Page 9: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 9

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

pengukuran kinerja dari aspek keuangan, dengan konsep

triple bottom line, perusahaan juga melaporakan

pengukuran non keuangan mengenai dampak aktivitasnya

terhadap lingkungan dan masyarakat.

Laporan tahunan sebaiknya tidak hanya terbatas

pada sudut pandang keuangan dari sebuah bisnis, tetapi

juga analisis dari dari aspek lingkungan dan sosial sangat

penting diungkapkan, untuk memahami perkembangan

organisasi, kinerja dan posisinya (Dumitru, et al., 2013).

Organisasi internasional yang mengusulkan konsep

Sustainability Report adalah Global Reporting Initiative

(GRI) melalui kerangka yang disajikan dalam G3 dan

G3.1 Guideline, yang kemudiaan diperbaharui dengan G4

Guideline. G4 terdiri dari Reporting Principles and

Standard Disclosure yang menjelaskan apa yang harus

dilaporkan dan Implementation Manual yang

menjelaskan mengenai bagaimana cara melaporkan

informasi terkait Sustainability Report (Hrebicek,et al.,

2014).

Namun sustainability report yang terpisah dari

laporan keuangan cenderung window dressing bukan

merupakan hal substantif dilakukan perusahaan sehingga

tidak mempengaruhi keputusan alokasi sumberdaya

perusahaan (Eccles, 2012)

2.5. Integrated Reporting

Page 10: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

10 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Intergrated Reporting <IR> dikembangkan

dalam praktek pelaporan keuangan dan ESG

(Environmental, Social and Governance) sebagai alat

bagi perusahaan untuk secara strategis mengelola operasi,

merk dan reputasinya terhadap stakeholders dan

mempersiapkan dengan lebih baik untuk mengelola

berbagai resiko yang mungkin timbul dalam

keberlangsungan bisnis jangka panjang (King, 2010).

<IR> adalah pembuatan laporan tunggal yang

menyediakan informasi yang memadai bagi stakeholders

mengenai resiko, peluang dan strategi yang berhubungan

dengan kondisi sosial, lingkungan, ekonomi dan

keuangan dari organisasi, sehingga bisa membuat

stakeholder bisa menilai kemampuan organisasi dalam

menciptakan dan mempertahankan nilai dalam jangka

pendek, menengah dan jangka panjang (Leuner, 2012).

<IR> adalah sebuah laporan yang menyajikan

informasi mengenai semua aspek perusahaan termasuk

keuangan, lingkungan, sosial dan aspek lain yang penting

menurut manajemen untuk disampaikan kepada

stakeholders (Roth, 2014). <IR> merupakan hasil dari

cara berfikir dari manajemen perusahaan yang

terintegrasi, oleh karena itu untuk menghasilkan <IR>

komisaris, direksi dan manajemen perusahaan harus

terlibat dalam dalam strategi, pengelolaan dan

pengambilan keputusan dalam penggunaan sumberdaya

perusahaan dan menganalisis hubungan dan saling

ketergantungan diantara sumber daya yang dimiliki

Page 11: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 11

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

perusahaan yang mempunyai dampak yang cukup besar

terhadap kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai

dari waktu ke waktu (Roberts, 2013).

Visi dari pembuatan <IR> menurut International

Integrated Reporting Council (IIRC) adalah menyajikan

informasi mengenai strategi organisasi, governance,

kinerja dan potensi perusahaan secara bersama-sama

yang menggambarkan sisi komersial, sosial dan

lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Laporan tersebut menyajikan presentasi yang jelas dan

ringkas mengenai bagaimana perusahaan tersebut bisa

bernilai sekarang dan dimasa datang. <IR>

menggabungkan elemen penting dari informasi yang

sekarang dilaporkan secara terpisah (keuangan, pendapat

manajemen, governance dan remunerasi serta

sustainability) secara komprehensif dan yang lebih

penting bisa menunjukkan hubungan diantara semua

elemen tersebut dan menjelaskan bagaimana elemen

tersebut bisa mempengaruhi kemampuan organisasi untuk

menciptakan dan mempertahankan nilai dalam jangka

pendek, menengah dan panjang (IIRC, 2011).

Page 12: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

12 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Gambar 1. Proses Penciptaan Nilai Perusahaan dalam Kerangka <IR>

Sumber : IIRC 2013

Page 13: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 13

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

Pada Desember 2013 IIRC mengeluarkan

kerangka <IR> versi pertama yang bisa dijadikan acuan

bagi perusahaan yang akan mengadopsi <IR> secara

sukarela. Kerangka tersebut mencoba menyeimbangkan

anatara fleksibilitas dan batasan-batasan yang ditetapkan

(Busco, et al., 2014). IIRC menyatakan bahwa <IR>

menganut principles based yang memberikan fleksibilitas

kepada perusahaan untuk mendeskripsikan keunikan

masing-masing sesuai dengan elemen yang dibutuhkan

untuk diungkapkan dalam <IR>. IIRC juga menyatakan

bahwa penciptaan nilai oleh perusahaan tidak hanya oleh

organisasi perusahaan tetapi juga dipengaruhi lingkungan

eksternal, melalui hubungan antar elemen dan tergantung

pada sumberdaya yang yang tersedia. IIRC memberikan

petunjuk bahwa <IR> harus mencakup beberapa hal

seperti:

a. Fokus pada strategi dan orientasi masa depan.

b. Hubungan antar Informasi.

c. Tanggapan Stakeholder.

d. Material dan ringkas.

e. Reliabel dan lengkap.

f. Konsisten dan bisa dibandingkan.

Elemen yang terkandung dalam <IR> menurut

panduan IIRC adalah :

a. Deskripsi organisasi dan lingkungan eksternal.

b. Governance.

c. Peluang dan Resiko.

Page 14: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

14 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

d. Strategi dan alokasi sumber daya.

e. Model bisnis

f. Kinerja

g. Pandangan untuk masa yang akan datang.

Gambar 2. Elemen-elemen yang harus

dipersiapkan dalam membuat <IR>

Sumber: Devi (2014)

Kerangka yang diberikan oleh IIRC terkait

dengan <IR>, bahwa laporan tersebut harus

menggambarkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan

dan hubungan antar sumber daya tersebut. Sumber daya

tersebut mencakup:

Page 15: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 15

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

1. Financial: dana yang tersedia untuk digunakan dalam

produksi barang dan jasa, termasuk dana yang

diperoleh melalui utang, modal atau yang berasal dari

aktfitas operasi.

2. Manufactured: objek fisik manufaktur yang tersedia

untuk digunakan dalam memproduksi barang dan jasa

termasuk didalamnya gedung, peralatan dan

infrastruktur.

3. Intellectual: asset tak berwujud berupa pengetahuan

dari organisasi termasuk asset intelektual, system,

prosedur dan reputasi.

4. Human: sumber daya manusia termasuk kompetensi,

kemampuan, pengalaman dan motivasi untuk

berinovasi.

5. Social and Relationship: institusi dan hubungan

didalam dan antar komunitas dan stakeholder

termasuk norma, nilai-nilai, perilaku, kepercayaan

dan izin dari masyarakat untuk organisasi melakukan

operasinya.

6. Natural: sumberdaya alam yang bisa dan tidak bisa

diperbaharui, sumber daya yang mendukung

tersedianya barang dan jasa di masa lalu, sekarang

dan masa yang akan datang (seperti: udara, air, tanah,

mineral, hutan, keanekaragaman hayati dan

ekosistem).

Page 16: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

16 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

3. Metode dan Pendekatan

Tulisan ini menggunakan pendekatan literatur

review dengan mengkaji tulisan baik berupa penelitian

kuantitatif maupun analisis kualitatif dari berbagi sumber

seprti jurnal ilmiah dan majalah dari tahun 2010 s.d.

2014. Hal ini untuk memenuhi tujuan yang dimaksud

yaitu mengetahui:

1. Transformasi sustainability reporting menjadi <IR>,

2. Dukungan dan kritik atas aplikasi <IR> oleh

perusahaan sebagai cerminan akuntabilitas,

3. Penelitian mengenai aplikasi <IR> oleh perusahaan,

serta

4. Sejauhmana aplikasi <IR> oleh perusahaan di

Indonesia.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Transformasi Sustainability Reporting menuju

Integrated Reporting <IR>

Perkembangan awal untuk melaporkan

permasalahan lingkungan dan sosial memisahkan antara

pelaporan keuangan dan pelaporan sosial (sustainability

report). Pemisahan penyajian informasi keuangan dengan

sustainability report tidak menggambarkan hubungan

ketergantungan yang signifikan antara tatakelola

organisasi dan strategi serta hasil keuangan dan non

keuangan (James, 2012).

Page 17: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 17

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

Sustainability report yang terpisah dari laporan

keuangan cenderung hanya berupa formalitas tidak

bersifat substantif sehingga tidak mempengaruhi

keputusan alokasi sumber daya perusahaan (Eccles,

2012). Apabila perusahaan memang secara substantif

memiliki sudut pandang bahwa mengelola lingkungan,

sosial dan tatakelola adalah cara utama dalam

menciptakan nilai perusahaan maka <IR> adalah salah

satu cara mengkomunikasikannya.

Pemisahan antara pelaporan keuangan dengan

ESG (environmental, social and governance) akan

membuat analisis pemikiran yang terpisah antara manajer

dan stakeholder (Roth, 2014). Namun kemudian fokus

pendekatan berkembang untuk menintegrasikan semua

informasi termasuk informasi keuangan dan non

keuangan ke dalam sebuah laporan yang dikenal dengan

Intergrated Reporting <IR>. Modal financial, social and

relationship dan natural yang tergambar dalam <IR>

konsisten dengan konsep triple bottom line yang

mencakup keuangan, sosial dan lingkungan.

Untuk membuat sustainability report terintegrasi

membutuhkan kerangka berfikir yang komprehensif dari

perusahaan (Robert, 2013). Dalam mengintegrasikan data

dan informasi dalam perusahaan dibutuhkan bantuan

system informasi, beberapa yang bisa digunakan

diantaranya Enterprise Resource Planning (ERP),

Page 18: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

18 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

penggunaan kertas kerja elektronik dan aplikasi cloud

data server (Robinson, 2014).

4.2. Dukungan untuk Integrated Reporting <IR>

sebagai Cerminan Akuntabilitas Perusahaan

Dalam mengambarkan akuntabiltas perusahaan

kepada stakeholdernya, <IR> dapat mempengaruhi cara

perusahaan menambah dan mengkomunikasikan nilai

perusahaan dalam jangka pendek dan panjang dengan

menunjukkan bagaimana perusahaan berinteraksi dengan

sosial, lingkungan dan investor di sekitarnya yang bisa

berdampak pada penciptaan nilai perusahaan (Leuner,

2012; Marcy and Burkholder, 2013). Selain itu, <IR>

dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk

mendorong kemampuannya dalam menciptakan nilai bagi

pemegang saham dalam jangka panjang, meningkatkan

ketertarikan investor luar negeri dan menciptakan

masyarakat yang berkelanjutan di negara tempat

perusahaan beroperasi (Armbester and Clay, 2011; Hicks,

2014)

<IR> dapat bermanfaat baik bagi pihak internal

maupun eksternal perusahaan (James, 2012, Beal, 2014).

Bagi internal perusahaan manfaat <IR> adalah sebagai

berikut:

1. Membantu pemilik, manajer dan karyawan dalam

mengembangkan dan mendukung strategi untuk

Page 19: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 19

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

penggunaan sumber daya secara efisien dalam jangka

pendek dan panjang.

2. Meningkatkan kepuasan dan komitmen karyawan.

3. Meningkatkan dan mempertahankan produk dan jasa

yang dihasilkan.

Bagi pihak eksternal seperti investor, kreditor

dan pemerintah <IR> dapat menyediakan informasi yang

relevan bagi pengambilan keputusan karena dalam <IR>

informasi keuangan dihubungkan dengan kemapuan

perusahaan untuk menciptakan nilai dalam jangka

panjang.

<IR> adalah peluang bagi perusahaan untuk

melakukan komunikasi dan mengimplementasikan

strategi berkelanjutan yang artinya perusahaan

menciptakan nilai bagi pemegang saham dalam jangka

panjang serta memberikan kontribusi bagi masyarakat

(Eccles, 2012). Manfaat dari <IR> menurut berdasarkan

survey yang dilakukan Fellow (2012) adalah:

1. Memberi pemahaman yang lebih baik mengenai

bagaimana perusahaan menciptakan nilai dari waktu

ke waktu.

2. Komunikasi dengan pihak eksternal yang lebih

konsisten.

3. Memungkinkan analisis yang bermanfaat untuk masa

yang akan datang.

4. Bermanfaat bagi perusahaan.

Page 20: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

20 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Manfaat yang bisa diperoleh organisasi dengan

menerbitkan <IR> menurut Roth (2014) bisa dibagi

kedalam tiga dimensi manfaat yaitu dari segi komunikasi,

manajemen resiko dan biaya. Manfaat dari segi

komunikasi dengan dibuatnya <IR> adalah:

1. Informasi yang dilaporkan lebih sesuai dengan

kebutuhan investor.

2. Informasi non keuangan yang lebih akurat untuk

penyedia data.

3. Kesepakatan yang lebih besar dengan investor dan

stakeholder lainnya.

4. Pengembangan bahasa informasi yang sama.

5. Kolaborasi yang lebih kuat diantara fungsi yang

berbeda dalam organisasi,

6. Kejelasan mengenai hubungan dan komitmen antara

berbagai fungsi dalam organisasi

7. Pelaporan internal dan eksternal yang lebih konsisten

dan efisien.

Manfaat <IR> dari segi manajemen resiko

adalah:

1. Kepercayaan yang tinggi dari pemegang saham

utama.

2. Meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi

dan mengelola resiko.

3. Reputasi resiko yang rendah.

Manfaat <IR> dari segi biaya adalah:

1. Keputusan alokasi sumberdaya yang lebih baik.

Page 21: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 21

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

2. Identifikasi peluang yang lebih baik untuk efisieni

operasional, diferensiasi merk dan inovasi.

3. Cost of capital yang lebih rendah karena disclosure

yang lebih baik.

Pada perkembangannya <IR> dianggap sebagai

respon atas permintaan pasar terhadap peluang bisnis

perusahaan, dimana bisnis dan investor dari lebih 25

negara telah menjadi pionir dalam pengembangan konsep

<IR> oleh IIRC dan memberikan kontribusi bagi

pengembangan kerangka <IR> (Roberts, 2014).

Perusahaan yang terlibat dalam pilot project <IR>

tersebut memperoleh manfaat berupa meningkatnya

analisis professional untuk investasi (Polson, 2014).

4.3. Kritik atas Integrated Reporting <IR> sebagai

Cerminan Akuntabilitas Perusahaan

Ketika cara berfikir yang tidak terintegrasi tidak

diaplikasikan dalam organisasi tidak mungkin untuk

menghasilkan <IR> yang sebenarnya dan yang dihasilkan

adalah laporan kombinasi yang cenderung window

dressing untuk terlihat seperti <IR> (Watson, 2013).

<IR> dalam aplikasinya dapat menimbulkan beberapa

permasalahan (Roth: 2014), seperti:

1. Perusahaan perlu mengidentifikasi informasi yang

relevan dan signifikan untuk setiap tujuan strategis.

2. Karyawan membutuhkan pendidikan dan pelatihan

mengenai <IR>.

Page 22: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

22 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

3. Data yang diperlukan untuk membuat <IR> berasal

dari banyak sumber yang berbeda.

4. Perusahaan yang belum membuat sustainability report

sebelumnya memerlukan usaha yang besar ketika

akan mencoba membuat <IR> seperti pendidikan,

pelatihan, system dan informasi yang digunakan

untuk menintegrasikan berbagai data yang diperlukan.

Cheney (2013) mempertanyakan apakah <IR>

bisa memberikan manfaat dan nilai bagi stakeholder dan

organisasi yang membuatnya. Bahkan Flower (2014)

memberikan kritik yang cukup keras bagi kerangka <IR>

yang dikembangkan oleh IIRC, Flower (2014)

menyatakan bahwa IIRC telah gagal dalam beberapa hal

sebagai berikut:

a. IIRC menyatakan bahwa <IR> adalah single report,

menurut Flower (2014) justru <IR> bukan laporan

utama dari perusahaan bahkan menjadi laporan ekstra

disamping laporan keuangan konvensional dan

sustainability report sehingga hal ini malah

membingungkan, mengacaukan dan membuat

perpecahan konsep.

b. <IR> tidak mencakup konsep sustainability.

c. <IR> tidak mencakup bentuk komprehensif dari

dampak aktifitas perusahaan terhadap stakeholders.

d. <IR> yang diusulkan oleh IIRC hanya tidak banyak

bermanfaat bagi keuangan perusahaan yang

membuatnya.

Page 23: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 23

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

Thomson (2014) juga menyampaikan kritik

terhadap <IR> yang memberi jalan bagi perusahaan yang

unsustainable menjadi terlihat sustainable. Tren

penggunaan <IR> sebagai sumber pengambilan

keputusan utama pun belum terbukti. Rensburg dan

Botha (2014) menunjukkan bahwa hanya sedikit

stakeholder yang menggunakan <IR> sebagai sumber

utama informasi keuangan dan investasi dalam

pengambilan keputusan, mereka masih menggunakan

laporan keuangan tahunan sebagai sumber utama

informasi dalam pengambilan keputusan. Tantangan

dalam penyajian <IR> juga salah satunya menemukan

format yang mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai

level pendidikan, tidak hanya mudah dipahami oleh

pembaca yang mempunyai latar belakang pendidikan

yang tinggi (Resnburg dan Botha, 2014).

4.4. Penelitian Mengenai Aplikasi Integrated

Reporting <IR>

Tren Integrated Reporting <IR> yang baru

berkembang sejak tahun 2010 belum menghasilkan

banyak penelitian terkait dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan <IR> di perusahaan. Namun

pada dasarnya <IR> adalah pengintegrasian laporan

keuangan dengan sustainability reporting. Hahn dan

Kuhnen (2013) merangkum beberapa hal yang

mempengaruhi aplikasi dari sustainability report

Page 24: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

24 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

perusahaan yang dibagi menjadi faktor internal yaitu

ukuran dan kinerja keuangan perusahaan (yang diukur

dengan berbagai proksi misalnya total asset, profitabilitas

dan leverage) serta faktor eksternal yang terdiri dari

corporate visibility (yang digambarkan dengan tekanan

media, posisi dari supply chain dan aspek yang berkaitan

dengan merk), kelompok industri, asal negara dan hukum

yang berlaku.

Beberapa penelitian dilakukan untuk melihat

faktor eksternal perusahaan dalam konteks negara

terhadap aplikasi <IR>. Aceituon et al. (2013)

membuktikan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan

kepada 750 perusahaan internasional dari tahun 2008 –

2010 menunjukkan bahwa perusahaan yang berlokasi di

negara civil law dan dengan indeks penegakan hukum

yang tinggi cenderung lebih cepat mengadopsi dan

mempublikasikan <IR> dalam jangkauan yang luas.

Namun, tingkat pengungkapan <IR> lebih tinggi pada

negara common law dibandingkan dengan negara civil

law (Tiron dan Dragu, 2014). Dragu and Tudor (2013)

menemukan bahwa faktor politik (civil law political

system), budaya (responsibility index) dan ekonomi

(gross national income per capita) mempengaruhi

penerbitan <IR> oleh perusahaan. Sanchez, et al. (2013)

menemukan bahwa perusahaan yang berlokasi pada

masyarakat dengan nilai kolektivisme (saling

ketergantungan antar manusia) dan feminisme

Page 25: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 25

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

(kesetaraan gender) yang tinggi merupakan pelopor dari

integrasi informasi dalam laporan kepada stakeholders.

Selain beberapa faktor tadi, implementasi

teknologi juga akan membantu dalam implementasi <IR>

(Devi, 2014). Salah satunya adalah penggunaan bahasa

pelaporan XBRL (eXtensible Business Reporting

Language) dapat digunakan sebagai teknologi yang

dijadikan standar pengungkapan informasi secara digital

(Monterio, 2013).

Hrebicek, et al. (2014) memberikan sebuah

model ekonomi terkait dengan kinerja dan pelaporan

sustainability perusahaan yang meliputi indikator

lingkungan (yang mengukur dampak lingkungan terhadap

sumberdaya), indikator sosial (kesehatan dan keamanan,

hak asasi manusia, perilaku etik, dsb.), indicator

corporate governance (berhubungan dengan efisiensi,

struktur dan tanggung jawab dari governance) dan nilai

ekonomi perusahaan. Semua aspek tersebut

dikombinasikan ke dalam metode Sustainable Value

Added, Economic Value Added dan Data Envelopment

Analysis.

<IR> yang masih dalam tahap perkembangan,

memberikan potensi perubahan cara berfikir perusahaan

menuju integrasi yang lebih baik antara tindakan atas

dasar sustainability dan dampaknya terhadap perencanaan

dan pembuatan keputusan strategis (Adams, 2014). Hal

ini memberikan peluang kepada pada akademisi untuk

Page 26: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

26 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

terlibat dalam proses tersebut dan memberikan kontribusi

dalam pengembangan bentuk baru dalam akuntansi untuk

menjamin potensi tersebut bisa tercapai. Adams (2014)

menyatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan

akademisi terkait dengan pengembangan kerangka <IR>:

a. Proses dalam menentukan tingkat materialitas dan

mengidentifikasi resiko yang akan diungkapan dalam

<IR>.

b. Mengembangkan konsep komunikasi unternal dan

cara berfikir yang terintegrasi.

c. Faktor-faktor yang memperngaruhi adopsi awal <IR>

termasuk faktor kualitatif seperti misalnya peranan

dari kepemimpinan/gaya kepemimpinan.

d. Bagaimana cara mengubahn system, proses dan

pengambilan keputusan internal ketika akan

mengadopsi <IR>.

e. Akuntansi untuk menyajikan capital yang harus

diungkapkan dalam <IR>.

f. Peranan konsep multiple capitals dalam

mengidentifikasi resiko dan peluang.

g. Implikasi dari adopsi awal <IR> untuk sustainability

management dan praktek pelaporan.

h. Peranan dan adopsi awal <IR> pada sektor publik dan

nirlaba.

i. Bagaimana faktor politik mempengaruhi adopsi <IR>

serta hubungannya dengan kerangka pelaporan yang

lain, peraturan pasar modal dan negara.

Page 27: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 27

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

j. Dampak dari <IR> dalam pengambilan keputusan dan

outcome yang dihasilkan.

k. Analisis atas respon dari berbagai pihak terhadap

<IR>

l. Pendekatan dalam menjamin <IR>.

4.5. Aplikasi Integrated Reporting <IR> di Indonesia

Hingga Saat Ini

Banyak perusahaan telah mengumpulkan data

lingkungan dan sosial, namun perusahaan tersebut belum

mengintegrasikannya dengan data keuangan ke dalam

satu laporan. Survey terhadap perusahaan Fortune 500

pada tahun 2013 menunjukkan hanya 1,4% yang

membuat <IR> namun 499 diantaranya telah melakukan

pengungkapan sustainability pada laporan tahunannya.

Dalam kondisi ini masih dibutuhkan usaha yang keras

untuk mewujudkan aplikasi komprehensif pembuatan

<IR> di perusahaan Fortune 500 (Actuino, 2013).

Jika dibandingkan dengan di Indonesia hingga

akhir tahun 2013 hanya 50 perusahaan dari >500

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

membuat laporan sosial dan lingkungan dengan

menggunakan kerangka GRI (Sulaiman, 2013).

Berdasarkan kondisi ini tentu saja Indonesia

membutuhkan usaha yang keras baik dari internal

perusahaan maupun pihak eksternal seperti regulator

apabila ingin mengaplikasikan <IR>.

Page 28: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

28 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Apabila dikaitkan dengan hasil penelitian

menganai aplikasi <IR> yang menunjukkan bahwa

negara yang secara sukarela mengadopsi <IR> adalah

negara dengan tingkat penegakan hukum yang kuat, maka

Indonesia mau tidak mau harus membuat peraturan yang

mengatur perusahaan untuk mengaplikasikan <IR>.

Karena apabila tidak didorong oleh peraturan, akan sulit

untuk bisa menerapkan <IR> secara menyeluruh.

Manfaat <IR> hanya akan dirasakan jika

diterapkan di negara-negara dengan pasar modal yang

telah efektif dan efisienm dimana keputusan investasi

murni berdasarkan informasi yang ada dalam laporan

keuangan. Apabila <IR> diterapkan di Indonesia

kemungkinan menjadi tidak efektif, cenderung

memerlukan tambahan biaya dengan manfaat yang belum

pasti (Akuntan Indonesia, 2014).

5. Simpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan diatas mengenai

aplikasi <IR> dapat diambil beberapa kesimpulan dan

rekomendasi sebagai berikut:

1. Transformasi Sustainability Report menuju <IR>

membutuhkan kerangka berfikir yang terintegrasi

sehingga menghasilkan <IR> yang sebenarnya bukan

hanya sekedar window dressing dan laporan

kombinasi.

Page 29: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 29

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

2. Disamping manfaat yang dirasakan oleh perusahaan

yang mengaplikasikan <IR>, terdapat beberapa kritik

atas kerangka <IR> yang masih dalam tahap

perkembangan. Hal ini memberi ruang kepada pada

akademisi untuk mengkaji lebih lanjut mengenai

tradeoff antara manfaat dan biaya dari aplikasi <IR>

oleh perusahaan.

3. Para akademisi juja mengambil peran untuk mengkaji

pengembangan kerangka <IR> yang benar-benar

efektif mencerminkan integrasi informasi keuangan

dengan strategi berbasis sustainability dari

perusahaan.

4. Penerapan <IR> di Indonesia masih memerlukan

usaha keras baik dari pihak internal perusahaan

maupun eksternal perusahaan.

5. Penerapan <IR> di Indonesia masih cenderung

merupakan tambahan biaya dengan manfaat yang

belum pasti karena pasar modal di Indonesia belum

efektif dan efisien.

Page 30: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

30 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Daftar Pustaka

Aceituno, J.V.F, Ariza, L. R. and Sanchez, I. M.

G, (2013), Is Integrated Reporting Determined by A

Country Legal System? An Exploratory Study, Journal of

Cleaner Production, 44, 45-55.

Adams, C. A., (2014), The International

Integrated Reporting Council: A Call to Action, Critical

Perspective on Accounting, Article in Press, 1-6

Armbester, K and Clay, T (2011). Integrated

Reporting an Irreversible Tipping Point. Analysis. April

2011. 28-29

Beal, G., (2014), Pair of Studies Trumpet

Integrates Reporting, The Bottom Line, November 2014,

20

Busco, C., Frigo, M. L., Quattrone, P. dan

Riccaboni, A., (2014), Leading Practice in Integrated

Reporting, Strategic Finance, September 2014, 23-33

Cheney, G. A., (2013). Is Integrated Reporting

Worth or Extra Work?, Financial Executive, 29 (4), 83-

85.

Devi, R. U., (2014), Integrated Reporting – The

Future Phase of Corporate Reporting: An Analysis,

International Journal of Research in Social Science, 4(2),

393-409.

Page 31: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 31

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

Dragu, I. M. and Tudor, A. T. (2013) The

Integrated Reporting Initiative from an Institutional

Perspective: Emergent Factors, Procedia Social and

Behavioral Sciences, 92, 275 – 279.

Dumitru, M., Glavan, M. E., Gorgan, C., and

Dumitru, V. F., (2013), International Integrated Reporting

Framework: A Case Study in The Software Industry,

Annales Universitatis Apulensis Series Economica, 15(1),

24-39.

Eccles, R (2012). Get Ready: Mandated Integrated

Reporting is The Future of Corporate Reporting. MT

Sloan Management Review. March 2013. 1-5

Fellow, A (2012), Integrated Reporting Leads to

Better Business Understanding, Accounting Practice, 8

(25), 1026

Flower, J., (2013), The International Integrated

Reporting Council: A Story of Failure, Critical

Perspective of Accounting, Article in Press, 1-17

Hahn, R and Kuhnen, M (2013) Determinants of

sustainability Reporting: A Review of Results, Trend,

Theory and Opportunities in an Expanding Field of

Research, Journal of Cleaner Production, 59, 5-21.

Hicks, C., (2014), ‘Integrated Reporting’ Era

Begins, The Bottom Line, February 2014, 6

Page 32: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

32 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Hrebicek, J., Soukopova, J. and Trenz, O. (2014),

Current Trend of Economic Modelling of Sustainable

Corporate Performance and Reporting – Review and

Research Agenda, Procedia Economics and Finance, 12,

234-242.

James, M. L. (2012). Sustainability and Integrated

Reporting – Opportunities for Small and Midsize Entities.

Proceedings of The Academy of Entrepreneurship. 18 (2),

15-19.

Kaihatu, T.S., (2006), Good Corporate

Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan, 8 (1), 1-9.

King, M. (2010). International Integrated

Reporting Committee Forms, Business and The

Environment, September 2010, 6-8.

Krechovska, M dan Prochazkova, P. T. (2013),

Sustainability and its Integration into Corporate

Governance Focusing on Corporate Performance

Management and Reporting, Procedia Engineering, 69,

1144-1151

Leuner, J. B. (2012). Integrated Reporting Takes

Hold. Communication World. 29 (2). 33 – 34.

Lodhia, S. dan Hess, N., (2014), Sustainability

Accounting and Reporting in The Mining Industry:

Page 33: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 33

Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya

Akuntabilitas dalam Corporate Governance.

Current Literature and Directions for Future Research,

Journal of Cleaner Production, Article in Press, 1-8

Marcy, S and Burkholder, S, (2013), Financial

Reporting Advocate Group Issues Proposed Framework

for Integrated Reporting, Accounting Policy and Practice

Report, 9 (9), 344-345.

Monterio, B. J. (2013). Integrated Reporting and

the Potential Role of XBRL, Strategic Finance, June

2013, 62-65.

Polson, C., (2014), Pilot Reporting Project Gets

Positive Reviews, The Bottom Line, November 2014, 21

Rensburg, R dan Botha, E., (2014), Is Integrated

Reporting the Silver Bullet of Financial Communication?

A Stakeholder Perspective from South Africa, Public

Relation Review, 40, 144-152.

Roberts, L (2013). Integrated Reporting is

Changing How Companies Communicate with

Stakeholders. But This Process has Just Begun, With

New Benchmark Planned for Release in 2013.

Accountancy SA, Des/Jan 2013, 32.

Roberts, L., (2014), The New Integrated

Reporting Framework, Accountancy SA, March 2014, 28-

29.

Robinson, F. R., (2014), Integrated Sustainable

Reporting, Accountancy SA, February 2014, 30-31.

Page 34: Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated

34 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Roth, H. P. (2014). Is Integrated Reporting in the

Future?. The CPA Journal. March 2014. 62-67

Sanchez, I.M.G, Ariza, L, R and Aceituno, J. V. F.

(2013). The Cultural System and Integrated Reporting,

International Business Review, 22, 828-838.

Sulaiman, (2013), 34 Perusahaan Bersaing

Rebutkan Indonesia Sustainability Reporting Award,

www. Lampung. co

Thomson, I., (2014), ‘But Does Sustainability

Need Capitalism or an Integrated Report’ A Commentary

on ‘The International Integrated Reporting Council: A

Story of Failure’ by Flower J, Critical Perspective on

Accounting, Article in Press, 1-5

Tiron, A. T., (2014), From Sustainability to

Integrated Reporting – The Political Perspective of

Institutional Theory, Studia Universitatis Babes-Bolyai

Oeconomica, 59 (2), 20 -33.

Watson, A. (2013). Early Days Yet for Integrated

Reporting, But Excellent Examples Are Emerging.

Accountancy SA, Des/Jan 2013, 33.

Zyl, A. S. V., (2013). Sustainability and Integrated

Reporting In The South African Corporate Sector,

International Business and Economics Research Journal,

12 (8), 903-926.

_ _., (2014), Integrated Reporting, Benefit atau

Biaya?, Akuntan Indonesia, September 2014, 24-25.