model pendeteksian fraudulent financial...

178
MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MENGGUNAKAN ANALISIS FRAUD PENTAGON SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ahmad Al Badrus NIM. 1113082000014 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: phungnhan

Post on 13-Aug-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

MENGGUNAKAN ANALISIS FRAUD PENTAGON

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ahmad Al Badrus

NIM. 1113082000014

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

ii

1

Page 3: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

iii

2

Page 4: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

iv

3

Page 5: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

v

4

Page 6: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama lengkap : Ahmad Al Badrus

2. Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 22 Januari 1995

3. Alamat : Jl. Raden Fatah, Kp. Parung Serab, Gg. –

Masjid 2 RT. 001 RW. 08 Sudimara

Selatan, No. 11 Ciledug-Tangerang

4. Telepon : 08973274818

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Sudimara 04 Ciledug Tahun 2001-2007

2. MTS Al-Islamiyah Ciledug Tahun 2007-2010

3. SMAN 13 Tangerang Tahun 2010-2013

4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Pelatihan Microsoft Excel oleh LiSEnSi & Microsoft User Group

Indonesia di UIN Jakarta tahun 2015.

2. Pelatihan iLearn@america: Grammar and Punctuation, UC Irvine oleh

@america di UIN Jakarta tahun 2016.

3. Pelatihan Audit "Forensic Audit to Enhance Accountability in the

Public Sector" di Universitas Indonesia tahun 2016.

4. Pelatihan "Working with Financial Statement" oleh PT Pelabuhan

Indonesia III (PERSERO) di PPM Management tahun 2016.

5. Workshop Aplikasi Akuntansi Zahir oleh HMJ Akuntansi di UIN

Jakarta tahun 2016.

6. Pelatihan Penelitian oleh FReSH UIN Jakarta di UIN Jakarta tahun

2016.

Page 7: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

vii

7. Pelatihan Volunteer dalam Volunteer Camp oleh Masyarakat Relawan

Indonesia-Aksi Cepat Tanggap tahun 2016.

IV. PENGHARGAAN

1. National Audit Competition ATV di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia sebagai Semifinalist tahun 2015 & 2015.

2. Awardee Full Scholarship Bank Indonesia tahun 2015-2017.

V. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Galeri Investasi UIN Jakarta sebagai Kepala Divisi Pengembangan

Sumber Daya Mahasiswa periode 2015-2016.

2. Generasi Baru Indonesia (Gen-BI) UIN Jakarta sebagai staf divisi

pendidikan periode 2015-2016.

3. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid UIN Jakarta sebagai Staf

Humed (Humas dan Media) periode 2015-2016.

4. Masyarakat Relawan Indonesia-Aksi Cepat Tanggap (MRI-ACT)

sebagai Koordinator Wilayah (KoorWil) UIN Jakarta periode 2016-

sekarang.

5. Tax Center UIN Jakarta sebagai Ketua Umum periode 2016-2017.

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Abdul Murod

2. Ibu : Aliyah

3. Alamat : Jl. Raden Fatah, Kp. Parung Serab, Gg.-

Masjid 2 RT. 001 RW. 08 Sudimara

Selatan, No. 11 Ciledug-Tangerang

Page 8: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

viii

DETECTING MODEL FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT USED

FRAUD PENTAGON ANALYSIS

ABSTRACT

This study aimed to create detecting model fraudulent financial statement

on public companies in Indonesia. This study examined fraud pentagon theory

with financial targets, external pressure, ineffective monitoring, rationalization,

capability/competence, and arrogance as independent variable on its ability in

detecting fraudulent financial statement as dependent variable. This study used

fraud companies sample that faced sanction and cases by Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) that related on OJK’s rules no. VIII G. 7 and IX. E. 2 in 2011 to 2015. The

sample was consisted from 26 fraud companies and 26 non-fraud companies. This

study used purposive sampling with judgment sampling technique, while data

processing methods were Wilcoxon Signed-Rank Test, Logistic Regression

Analysis, and Discriminant Analysis with Cross-validation Method.

This study showed that financial targets, ineffective monitoring, and

rationalization passed from Wilcoxon Signed-Rank Test. Then, in the logistic

regression analysis, ineffective monitoring could detected fraudulent financial

statement. Further, in the discriminant analysis (cross-validation method),

ineffective monitoring could be reasonably in construct detecting model

fraudulent financial statement with overall classification (59,6%), and successly

on predicting fraud and non-fraud companies with repectively, fraud (43,1%) and

non-fraud (76,2%).

Keywords: fraudulent financial statement, fraud pentagon, financial targets,

external pressure, ineffective monitoring, rationalization,

capability/competence, arrogance

Page 9: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

ix

MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

MENGGUNAKAN ANALISIS FRAUD PENTAGON

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dalam pendeteksian

fraudulent financial statement pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini

menguji teori fraud pentagon dengan financial targets, external pressure,

ineffective monitoring, rationalization, capability/competence, dan arrogance

sebagai variabel independen terhadap kemampuan mendeteksi fraudulent

financial statement sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan

sampel perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) terkait dengan peraturan OJK VIII G. 7 dan IX. E. 2 pada tahun 2011-2015.

Sampel perusahaan terdiri dari 26 perusahaan fraud dan 26 perusahaan non-fraud.

Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan teknik judgment

sampling, sedangkan metode pengolahan data menggunakan wilcoxon signed-

rank test, analisis regresi logistik, dan analisis diskriminan dengan cross-

validation method.

Penelitian ini menunjukkan bahwa financial targets, ineffective

monitoring, dan rationalization lolos dalam wilcoxon signed-rank test. Kemudian,

dalam analisis regresi logistik, ineffective monitoring mampu mendeteksi

fraudulent financial statement. Selanjutnya, dalam analisis diskriminan (cross-

validation method), ineffective monitoring dianggap layak dalam membentuk

model pendeteksian fraudulent financial statement dengan overall classification

sebesar 59,6% dan sukses dalam memprediksi perusahaan fraud dan non-fraud

yaitu sebesar, fraud (43,1%) dan non-fraud (76,2%).

Kata kunci: fraudulent financial statement, fraud pentagon, financial targets,

external pressure, ineffective monitoring, rationalization,

capability/competence, arrogance

Page 10: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Model Pendeteksian Fraudulent Financial Statement Menggunakan

Analisis Fraud Pentagon”. Kemudian, tak lupa shalawat dan salam penulis

haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Penyusunan skripsi ini

dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna meraih gelar Sarjana

Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat dan do’a yang tak henti-

hentinya kepada penulis.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yessi Fitri, M.Si., Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA, selaku Wakil Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yulianti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama proses

penulisan skripsi ini.

6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama proses perkuliahan.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah sabar mengajari penulis dan berbagi ilmunya kepada

penulis.

8. Seluruh kakak kandung penulis, yaitu Sri Sukanti, Siti Nursaleha, dan

Hisbul Wahid yang telah memberikan semangat dan terus memotivasi

penulis dalam perjalanan menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

xi

9. Seluruh staf karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis selama menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

10. Teman-teman Akuntansi angkatan 2013 yang telah memberikan semangat

dan motivasi dalam menyelesaikan proses perkuliahan.

11. Teman-teman organisasi, yaitu anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Galeri Investasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tax Center UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, MRI UIN Jakarta, dan Generasi Baru Indonesia

(Gen-BI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikut membantu proses

kedewasaan penulis, serta membagi pengalaman dan semangatnya kepada

penulis.

12. Teman-teman dan pihak-pihak lain di luar yang telah disebutkan di atas

yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini dan memberikan

semangat serta motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Jakarta, 31 Mei 2017

Ahmad Al Badrus

Page 12: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................ 15

C. Tujuan dan Manfaat ................................................................................ 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................18

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ........................... 18

1. Teori Keagenan ( Agency Theory ) .................................................. 18

2. Pendeteksian Fraud ......................................................................... 19

3. Fraud (Kecurangan) ........................................................................ 31

4. Jenis Fraud ...................................................................................... 33

5. Fraudulent Financial Statements ..................................................... 38

6. Fraud Triangle Theory .................................................................... 42

Page 13: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

xiii

7. Fraud Diamond Theory ................................................................... 53

8. Fraud Pentagon Theory ................................................................... 58

9. Peraturan OJK .................................................................................. 60

B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 62

C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 72

D. Hipotesis ................................................................................................. 73

1. Financial Targets dan Fraudulent Financial Statement .................. 73

2. External Pressure dan Fraudulent Financial Statement ................. 74

3. Ineffective Monitoring dan Fraudulent Financial Statement .......... 74

4. Rationalization dan Fraudulent Financial Statement ...................... 75

5. Capability/competence dan Fraudulent Financial Statement ......... 76

6. Arrogance dan Fraudulent Financial Statement ............................. 78

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................79

A. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 79

B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 80

C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 81

D. Metode Analisis Data .............................................................................. 82

1. Wilcoxon Signed-Rank Test ............................................................ 82

2. Analisis Regresi Logistik ................................................................. 83

3. Analisis Diskriminan (Cross-validation Method) ............................ 87

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................................... 88

1. Variabel Dependen .......................................................................... 88

2. Variabel Independen ........................................................................ 90

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................97

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 97

1. Deskripsi Objek Penelitian .............................................................. 97

2. Deskripsi Sampel Penelitian .......................................................... 100

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 102

1. Wilcoxon Signed-Rank Test (Sales dan Asset) ............................... 102

2. Wilcoxon Signed-Rank Test Variabel ............................................ 104

Page 14: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

xiv

3. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik ............................................... 110

4. Hasil Uji Analisis Diskriminan (Cross-validation Method) .......... 117

C. Pembahasan........................................................................................... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................128

A. Kesimpulan ........................................................................................... 128

B. Saran ..................................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................130

Page 15: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya ................................................. 63

Tabel 3.1 Operasional Variabel ..................................................................... 96

Tabel 4.1 Daftar Industri terkena Sanksi dan Kasus OJK 2011-2015 ........... 98

Tabel 4.2 Perbandingan Asset dan Sales Perusahaan fraud & non-fraud ... 101

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Sampel ....................................................... 103

Tabel 4.4 Hasil Wilcoxon Signed-Rank Test (asset dan net sales) ............. 104

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Variabel .................................................... 105

Tabel 4.6 Hasil Wilcoxon Signed-Rank Test Variabel Independen ............. 106

Tabel 4.7 Hasil Identifikasi Data ................................................................ 111

Tabel 4.8 Hasil Data yang Diproses ........................................................... 111

Tabel 4.9 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow ............................................... 112

Tabel 4.10 Hasil Uji Keseluruhan Model (Block Number = 0) .................... 113

Tabel 4.11 Hasil Uji Keseluruhan Model (Block Number = 1) .................... 114

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 115

Tabel 4.13 Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi ................................... 117

Tabel 4.14 Model Fraudulent Financial Statement ..................................... 118

Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) – ineffective monitoring .. 119

Tabel 4.16 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow – ineffective monitoring ......... 119

Tabel 4.17 Hasil Uji Analisis Diskriminan .................................................. 119

Tabel 4.18 Perbandingan Hasil Analisis Diskriminan .................................. 127

Page 16: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kategori Risiko Fraud-Frekuensi.................................................... 4

Gambar 1.2 Kategori Risiko Fraud-Median Loss ............................................... 4

Gambar 1.3 Organisasi Fraud-Frekuensi & Median Loss .................................. 8

Gambar 2.1 Fraud Tree .................................................................................... 34

Gambar 2.2 Fraud Triangle Theory .................................................................. 53

Gambar 2.3 Fraud Diamond Theory ................................................................. 57

Gambar 2.4 Fraud Pentagon Theory ................................................................ 59

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 72

Page 17: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kertas Kerja (worksheet) Penelitian ............................................ 136

Lampiran 2: Output Hasil Pengujian Data ....................................................... 144

Lampiran 3: Surat Penelitian ............................................................................ 157

Page 18: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di
Page 19: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perusahaan sebagai sebuah lembaga profesional yang didirikan oleh

seorang pemilik atau pemodal sudah tentu mempunyai banyak kompleksitas

kegiatan dan risiko bisnis yang besar. Salah satu risiko bisnis yang harus

ditanggung oleh para pemodal atau pemilik, dan juga harus dihadapi oleh

manajemen adalah risiko fraud. Fraud adalah salah satu kejahatan yang

mengagetkan dan mengacaukan dunia (Vasiu, et., al., 2003:971). Risiko fraud

sudah menjadi skandal utama seperti penyakit menular yang menjangkit hampir

seluruh perusahaan di dunia. Penelitian mengindikasikan bahwa organisasi swasta

dan publik mempunyai pengalaman menjadi korban dari perilaku fraud

(Ruankaew, 2016:474). Semua perusahaan/organisasi berpotensi menjadi

korban/sasaran dari fraud (Purba, 2015:3). Dari adanya fraud, perusahaan juga

bisa mengalami kerugian besar, bukan hanya kerugian keuangan, namun juga

kerugian penurunan nama baik perusahaan. Fraud dapat mengurangi nama baik

atau reputasi perusahaan atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan bisnisnya (Priantara, 2013:211).

Fraud merupakan sebuah risiko bisnis yang harus ditanggung oleh

perusahaan akibat dari aktivitas bisnis-nya, tergantung dari ukuran perusahaan

tersebut. Tidak ada satupun perusahaan/organisasi yang kebal terhadap fraud

(Purba, 2015:3). Organisasi yang berbeda ukuran cenderung mempunyai

perbedaan risiko fraud (ACFE, 2016:4). Menurut informasi yang dikeluarkan

Page 20: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

2

oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), 2016 dalam laporannya

yang berjudul “Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse”,

dilaporkan bahwa organisasi-organisasi di dunia merugi 5 persen dari

pendapatannya dalam tahun berjalan sebagai hasil adanya fraud. Fakta tersebut

didapat dari kegiatan penelitian ACFE tehadap 114 negara-negara berbeda di

seluruh dunia yang diinvestigasi dari Januari 2014 sampai Oktober 2015, yaitu

United States, Sub-Saharan Africa, Asia-Pacific, Latin America & the Carribean,

Western Europe, Eastern Europe & Western/Central Asia, Southern Asia, Canada,

dan Middle East & North Africa, yang hasilnya didapat 2410 kasus fraud. Total

kerugian yang terjadi dari kasus-kasus fraud dari penelitian ACFE tersebut

melampaui $6.3 billion, dengan rata-rata kerugian per kasus yaitu $2.7 million

(ACFE, 2016:4).

Fraud sudah menjadi masalah serius yang harus segera diselesaikan.

Fraud merupakan masalah organisasi yang dapat menyebar dan mempengaruhi

organisasi lintas industri dan lintas waktu tanpa memperhatikan besar kecilnya

organisasi (Purba, 2015:23). Kegagalan menerapkan upaya pembersihan fraud

yang tepat dapat menyebabkan kebangkrutan organisasi (Purba, 2015:23). Fraud

bukan-lah sebuah fenomena baru (Awang, et., al., 2015:457). Kasus fraud dalam

dunia usaha sudah banyak yang terungkap dan mengakibatkan kerugian bagi

banyak pihak, dan yang paling populer di dunia, yaitu kasus Enron dan

WorldCom (Suyanto, 2009:118).

Fraud merupakan suatu fenomena yang tidak bisa diukur dari penampilan

luar perusahaan. Dengan sangat alaminya, fraud tidak bisa secara akurat diteliti

Page 21: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

3

atau diukur, fraud secara umum tersembunyi (Awang, et., al, 2015:456). Kasus

skandal terbesar tahun 2015 bisa menjadi contoh. Kasus tersebut menarik salah

satu perusahaan kelas dunia yang mempunyai nama baik di kalangan investor

maupun stakeholder lainnya, yaitu Thosiba Corporation. Kasus ini menarik bagi

banyak pihak, khususnya para investor, akan praktik creative accounting yang

diterapkan oleh Toshiba Corporation. Pasalnya, sebelum peristiwa ini terjadi,

Toshiba Corporation belum pernah mengalami skandal fraudulent financial

statement dan selalu mendapatkan opini wajar dari auditor eksternal yaitu

Ernst&Young. Toshiba Corporation dalam skandal ini menggelumbungkan laba

usaha sebesar ¥151,8 milliar (setara dengan Rp15,85 trilliun) sejak 2008 hingga

2014. Praktik penggelembungan harta itu diungkap oleh regulator keamanan

Jepang. Skandal ini melibatkan CEO perusahaan yang menerapkan adanya

“tantangan” atas target laba yang tinggi atas setiap unit bisnisnya, sehingga

manajer pada tingkat unit bisnis mengalami pressure yang cukup kuat, dan tidak

bisa dielakkan lagi skandal ini. Lucunya, target laba yang tinggi ini, tidak sesuai

dengan situasi usaha dari Toshiba Corporation pada saat itu dan juga keadaan

ekonomi aktual yang sedang mengalami krisis (Independent Investigation

Committe, 2015).

Fraud dalam beberapa literatur akuntansi digambarkan menjadi tiga

bagian besar. Seperti yang dijelaskan oleh Tuanakotta (2012:197), occupational

fraud digambarkan dalam bentuk fraud tree yang mempunyai tiga cabang yaitu,

kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement), penyalahgunaan

Page 22: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

4

86,7%

33,4%

7,6%

85,4%

36,8%

9,0%

83,5%

35,4%

9,6%

Asset

Missappropriation

Corruption Financial statement

fraud

Per

sen

tase

Ka

sus

Tipe Kecurangan

201220142016

aset (asset misappropriation), dan korupsi (corruption). Setiap cabang dari fraud

memiliki cabang lainnya yang digambarkan dalam Tuanakotta (2012:197).

Sumber: Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), 2016

Dalam gambar 1.1. laporan ACFE, 2016 menjelaskan bahwa dari tiga tipe fraud

dalam fraud tree terdapat tipe fraud dengan frekuensi kasus terbesar yang terjadi

di 114 negara di dunia yang menjadi objek penelitian untuk tahun 2016, yaitu

asset missappropriation dengan 83.5%. Kemudian, secara berturut-turut kedua

dan ketiga, yaitu corruption 35.4%, dan fraudulent financial statement 9.6%.

Gambar 1.1

Kategori Risiko Fraud - Frekuensi

$120.000

$250.000

$1.000.000

$130.000

$200.000

$1.000.000

$125.000

$200.000

$975,000

Asset Missappropriation

Corruption

Financial StatementFraud

Median Loss

Tip

e F

rau

d

2016 2014 2012

Gambar 1.2

Kategori Risiko Fraud - Median Loss

Sumber: Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), 2016

Page 23: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

5

Hasil berbeda dijelaskan pada gambar 1.2. laporan ACFE, 2016 berdasarkan

median loss-nya. Kerugian atas tiga tipe fraud terbesar atas 114 negara di dunia

terjadi pada tipe fraudulent financial statement dengan $975.000. Kemudian,

diikuti berturut-turut untuk posisi kedua dan ketiga, yaitu corruption sebesar

$200.000 dan asset missappropriation $125.000.

Dari fakta di atas bisa didapat kesimpulan bahwa fraudulent financial

statement merupakan tipe fraud yang merugikan bagi pihak perusahaan, karena

melibatkan kerugian yang cukup besar jumlahnya bagi perusahaan. Hal ini perlu

mendapat perhatian serius, dikarenakan fraudulent financial statement ini banyak

dilakukan oleh profesional yang mempunyai capability, sehingga kasus fraudulent

financial statement ini lebih sulit untuk diungkap. Banyak orang mengasosiasikan

fraud dengan white collar crime, karena fraud dan white collar crime dilakukan

oleh orang terdidik, terpandang, dan memiliki jabatan (Priantara, 2013:5). Posisi

atau fungsi seseorang dalam perusahaan boleh jadi memberikan keleluasaan bagi

seseorang untuk memanfaatkan sebuah peluang fraud, yang tidak bisa dilakukan

oleh yang lain (Wolfe dan Hermanson, 2004:39).

Pencegahan dan pendeteksian fraud mutlak diperlukan dalam

meminimalisasi dampak fraud yang akan terjadi pada perusahaan. Namun,

pendeteksian fraud masih sulit dikarenakan kekurangan pendefinisian yang dapat

diterima dan yang masuk akal, terbatasnya metode audit, dan keterdesakan biaya

(Spathis, 2002 dan Hogan, et., al, 2008). Dalam profesi auditor, pendeteksian

fraud pada laporan keuangan sudah menjadi tuntutan tugas yang meningkat

(Huang, et, al, 2016). Dalam bukunya, Karyono (2013:5) menjelaskan bahwa

Page 24: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

6

fraud mempunyai tiga aksioma dasar, yaitu tersembunyi, bukti sebalik, dan jenis-

jenis fraud. Pada aksioma pertama, fraud itu tersembunyi dan pelaku berusaha

untuk menutupi perbuatannya. Inilah yang menjadi kesulitan dalam pendeteksian

fraud, karena sifatnya fraud yang tersembunyi.

Kemudian, karena sifatnya yang tersembunyi, mendeteksi fraud dalam

manajemen merupakan sesuatu tugas yang sulit jika menggunakan prosedur audit

tradisional dan terdapat beberapa alasan (Huang, et., al, 2016). Pertama,

kekurangan pengetahuan yang dibutuhkan mengenai karakteristik pengelolaan

yang sesuai atas fraud. Kedua, manipulasi kecurangan dari data akuntansi itu

sangat jarang, sebagian besar auditor kurang mempunyai pengalaman yang cukup

dan latar belakang yang dibutuhkan untuk mendeteksi fraud dalam cara yang

efektif. Terakhir, manajer bisa secara sengaja mencoba menipu auditor. Saat

mengetahui keterbatasan dari sebuah audit, keuangan, dan akuntansi, manajer

sudah memastikan bahwa prosedur-prosedur audit tradisional dan berstandar

tidak akan cukup untuk mendeteksi fraud (Huang, et., al, 2016).

Fraudulent financial statement merupakan kesalahan yang disengaja atas

pengungkapan laporan keuangan yang dibuat untuk membohongi pengguna

laporan keuangan dimana dampaknya menyebabkan laporan keuangan tidak

ditampilkan dalam hal yang material, sesuai dengan GAAP (SAS No. 99,

2002:1722). Laporan keuangan merupakan unsur terpenting dalam kejahatan

fraudulent financial statement. Secara normatif, laporan keuangan hendaknya bisa

memberikan informasi yang berguna bagi para calon investor dan kreditor

maupun yang sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat keputusan

Page 25: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

7

investasi, pemberian kredit, dan keputusan-keputusan lain yang serupa secara

rasional. Kemudian, pelaporan keuangan hendaknya memberikan informasi

mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode tersebut (Riahi &

Belkaoui, 2011:233-234). Namun dalam praktiknya, fraudulent financial

statement dapat memalsukan laporan keuangan yang meliputi manipulasi

komponen-komponen seperti, melebihkan aset, penjualan dan laba, atau

merendahkan kewajiban, beban, atau kerugian (Dalnial, et., al, 2014:18).

Fraudulent financial statement dapat menyebabkan kerusakan pada level

perusahaan, lembaga, dan organisasi lainnya. Fraud dapat mendatangkan

malapetaka yang tidak terbayangkan–tanpa memandang ukuran atau jenis usaha/

organisasi–bisa terjadi di segala tempat dan tingkatan, mulai dari tingkat

administrasi/tata usaha sampai ke tingkat pimpinan/direksi (Purba, 2015:3).

Fraudulent financial statement juga bukan lagi hal yang baru dalam dunia

akuntansi dan sudah menjadi konsep terbuka yang dipraktikan dalam sebuah

perusahaan. Fraud adalah konsep hukum yang luas dan auditor tidak membuat

ketentuan hukum apakah fraud telah terjadi (SAS No.99, 2002:1721).

Semua perusahaan bisa menjadi korban dari fraud (Purba, 2015:3). Fraud

bisa terjadi di perusahaan besar, kecil, swasta, negeri, maupun organisasi non-

profit. Namun, banyak perusahaan/organisasi tidak menyadari atau meremehkan

ancaman/bahaya dari fraud yang dapat terjadi setiap saat (Purba, 2015:3). Sebuah

penelitian dari ACFE tahun 2016 bisa menjelaskan hal ini. Penelitian ini

menggambarkan bahwa fraud sudah terjadi di banyak level organisasi, seperti

perusahaan swasta, perusahaan publik, pemerintahan, not-for-profit, dan lain-nya.

Page 26: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

8

37,7% 28,6%

18,7% 10,1%

5,0%

$180.000 $178.000

$109.000

$100.000 $92.000

Private Company Public Company Government Not-for-Profit other

Sumber: Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), 2016

Fakta dalam penelitian ACFE yang ditunjukan dalam gambar 1.3 di atas

menjelaskan bahwa perusahaan swasta mempunyai signifikansi kasus yang lebih

banyak di antara tipe organisasi lainnya pada tahun 2016 yaitu sebesar 37.7%. Di

bawahnya yaitu perusahaan publik sebesar 28.6%, pemerintahan 18.7%, not-for-

profit 10.1%, dan lainnya 5%. Kemudian, untuk besarnya median loss, perusahaan

swasta $180.000, perusahaan publik $178.000, pemerintahan $109.000, not-for-

profit $100.000, dan lainnya $92.000.

Fakta penelitian ACFE (2016) tersebut menarik perhatian penelitian ini

dalam membangun perumusan masalah. Di mana, pada perusahaan publik

terdapat jumlah kasus yang cukup banyak dalam persentasenya, dan median-loss

yang cukup besar pula, bahkan hampir sebanding dengan perusahaan swasta yang

memiliki kasus fraud lebih banyak. Secara normatif, seharusnya perusahaan

publik akan lebih transparan dan akuntabel dalam mengungkapkan laporan

% : frekuensi

$ : median loss

Gambar 1.3

Organisasi Fraud - Frekuensi dan Median Loss

Page 27: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

9

keuangan-nya sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para investor dan

stakeholders lainnya. Namun, pada kenyataannya perusahaan publik yang

seharusnya memberikan informasi yang transparan dan akuntabel kepada pihak

luar, terkadang masih menyembunyikan fakta dan informasi yang memiliki

pengaruh buruk terhadap reputasi perusahaan mereka (Sukirman dan Sari,

2013:202).

Perusahaan publik di Indonesia dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya

sudah diatur dan diawasi khusus oleh lembaga independen, yang disebut Otoritas

Jasa Keuangan (OJK). OJK sendiri sudah mengeluarkan beberapa peraturan atas

penyajian laporan keuangan, seperti peraturan no. IX.E.2 tentang ketentuan

mengenai Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama dan

peraturan no. VIII.G.7 mengenai Penyajian dan Pengungkapan Laporan

Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan no. IX.E.2 diperlukan

dalam rangka memberikan kemudahan bagi emiten atau perusahaan publik dalam

memperoleh akses pendanaan yang termasuk dalam kriteria transaksi material

dengan tetap memperhatikan perlindungan kepada investor (Bapepam-LK, 2011).

Sedangkan, peraturan no. VIII.G.7 dipandang perlu dikarenakan faktor perubahan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dalam rangka program

konvergensi PSAK ke International Financial Reporting Standard (IFRS) serta

guna memberikan kepastian hukum bagi emiten dan perusahaan publik dalam

penyajian dan pengungkapan laporan keuangan (Bapepam-LK, 2012).

Fraud memang suatu gejala yang tidak mudah untuk dihilangkan, bahkan

sudah menjadi penyakit serius pada perusahaan. Fraud adalah salah satu

Page 28: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

10

kejahatan yang mengagetkan dan mengacaukan dunia (Vasiu, et., al., 2003:971).

Fraud juga merupakan suatu ketidakberesan yang harus segera dibereskan, karena

bisa menjadi virus bagi yang lain. Fraud meliputi sebuah ketidakberesan dan

tindakan ilegal yang dikarakteristikan dengan penipuan yang disengaja (Auditor

of Public Accounts, 2011). Fraud bisa terjadi karena adanya tindakan yang

disengaja dari pelaku, dan tindakan itu tidak dapat dibenarkan. Fraud adalah

sebuah tindakan disengaja dalam sebuah kecurangan material dalam laporan

keuangan yang menjadi subjek audit (SAS No. 99, 2002:1721).

Perusahaan hanya dapat meminimalisasi fraud, tidak untuk

menghilangkan, dikarenakan faktor penyebab dari fraud itu ada berbagai macam

dan kompleks, seperti yang dijelaskan Tuanakotta (2012:197) dalam fraud tree.

Sebelum membuat suatu usaha untuk mengurangi fraud dan mengelola risiko

secara proaktif, penting untuk organisasi bisnis dalam mengidentifikasi faktor-

faktor yang menyebabkan perilaku fraud dengan memahami siapa fraudsters dan

mengapa fraud dilakukan (Ruankaew, 2013:1). Beberapa teori sudah menjelaskan

sebab-sebab fraud dan ada dua teori yang sering dikutip sebagian besar peneliti,

yaitu fraud triangle theory dan fraud diamond theory (Abdullahi dan Mansor,

2015:38 dan Dorminey, et., al, 2012:556). Cressey pada tahun 1953

menghipotesiskan terjadinya fraud dengan fraud triangle theory, dengan tiga

kriteria yang harus ditampilkan, yaitu perceived pressure, perceived opportunity,

dan rationalization (Skousen, et., al, 2009:54). Sebagian besar pressure

melibatkan sebuah financial need, walaupun non-financial pressure seperti

kebutuhan hasil laporan yang lebih baik dari pada penampilan aktual, frustasi atas

Page 29: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

11

kerja, atau bahkan tantangan untuk mengacaukan sistem, juga bisa memotivasi

fraud (Albrecht, et., al., 2008:3). Pressure dari masalah financial non-shareable

membuat motivasi kejahatan (Dorminey, et., al, 2012:563).

Financial pressure mempunyai sebuah dampak besar pada motivasi

pegawai dan pembangun sebagian besar tipe pressure (Abdullahi, Mansor, dan

Nuhu, 2015:32). Menurut SAS No. 99, ada empat tipe umum pressure yang

memimpin fraudulent financial statement, yaitu financial stability, external

pressure, situasi keuangan pribadi manager, dan financial targets. Lebih lanjut,

Skousen, et., al. (2009:59) menyatakan bahwa external pressure bersumber dari

kemampuan untuk memenuhi persyaratan pertukaran, melunasi hutang, atau

memenuhi perjanjian hutang. Sedangkan, financial targets digunakan untuk

mengungkapkan kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, peningkatan

upah, dan lain-lain. Summers dan Sweeney (1998:136) melaporkan bahwa

financial targets secara signifikan membedakan antara perusahaan fraud dan non-

fraud.

Elemen kedua dari fraud triangle theory, yaitu opportunity. Opportunity

terjadi karena ineffective control atau sistem kelola yang mengijinkan seorang

individu untuk melakukan organisasional fraud. Dalam bidang akuntansi, ini

dinamakan sebagai kelemahan internal control (Abdullahi, et., al, 2015:33).

Kemudian, elemen ketiga dari fraud triangle theory, yaitu rationalization.

Skousen, et., al (2009:66) mengatakan bahwa rationalization merupakan elemen

fraud yang ketiga dan paling sulit diukur. Rationalization berkenaan dengan

pembenaran atas perilaku tidak etis, yang merupakan suatu hal berbeda dari pada

Page 30: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

12

aktivitas kriminal (Abdullahi, et., al, 2015:33). Dalam penelitian Skousen, et., al

(2009:66-67), rationalization diukur dengan menggunakan audit report, total

accrual divided by total assets, dan audit change.

Dalam meningkatkan pendeteksian fraud, Wolfe dan Hermanson (2004)

menyatakan konsep fraud diamond dengan ditambahkannya aspek capability yang

merupakan pengembangan dari fraud triangle theory. Wolfe dan Hermanson

(2004:38) mengungkapkan bahwa fraud tidak akan terjadi tanpa keberadaan orang

yang tepat dengan kemampuan yang tepat. Elemen capability dalam pendeteksian

fraud dipertimbangkan, karena fraud pasti akan melibatkan orang yang

mempunyai capability dalam melakukan fraud.

Kemudian, Horwath (2011) menyatakan bahwa pada lingkungan saat ini,

fraud triangle theory dapat diperluas menjadi fraud pentagon theory (Horwath,

2011:1), dimana faktor competence dan arrogance dari karyawan menjadi faktor

yang mendukung fraud bisa terjadi. Competence merupakan sebuah elemen

peluang yang meliputi kemampuan individu untuk mengendalikan internal

control dan mengendalikan situasinya untuk keuntungan-nya sendiri. Sedangkan

arrogance merupakan perilaku superioritas dan keserakahan dari pelaku kejahatan

yang mempercayai bahwa kebijakan perusahaan dan prosedur tidak diterapkan

kepadanya (Horwath, 2011:1).

Penelitian yang berkaitan dengan fraudulent financial statement sudah

dilakukan beberapa tahun belakangan dan menjadi referensi dalam melakukan

penelitian ini. Penelitian yang berkaitan dengan financial targets sebagai variabel

independen dengan proksi Return on Assets (ROA) terdapat pada penelitian

Page 31: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

13

Huang, et., al (2016); Yesiariani dan Rahayu (2016); Lin, et., al (2015);

Firmanaya dan Syafruddin (2014); dan Suyanto (2009) yang menemukan

pengaruh signifikan financial targets terhadap deteksi fraudulent financial

statement.

Kemudian, Penelitian yang berkaitan dengan external pressure dengan

proksi leverage terhadap deteksi fraudulent financial statement dilakukan oleh

Yesiariani dan Rahayu (2016); Huang, et., al (2016); Tessa dan Harto (2016); Lin,

et, al (2015); dan Dalnial, et., al (2014) yang menemukan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara external pressure yang diproksikan dengan

leverage terhadap deteksi fraudulent financial statement. Selain itu, Penelitian

yang berkaitan dengan ineffective monitoring dengan proksi proporsi komisaris

independen dalam dewan komisaris pengaruhnya terhadap fraud dilakukan oleh

Prabowo (2014), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

positif antara komisaris independen dalam sebuah perusahaan terhadap fraud,

dalam penelitian ini direpresentasikan sebagai manajemen laba.

Selanjutnya, terdapat penelitian yang berkaitan dengan rationalization dan

capability dalam pendeteksian fraudulent financial statement. Penelitian yang

berkaitan dengan rationalization terhadap deteksi fraudulent financial statement

yaitu penelitian Sukirman dan Sari (2013), yang mengemukakan bahwa audit

report sebagai proksi rationalization mempunyai kemampuan dalam membentuk

model untuk memprediksi fraudulent financial statement dalam sebuah

perusahaan. Kemudian, penelitian yang berkaitan dengan capability/competence

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Abdullahi, et., al (2016). Abdullahi, et., al

Page 32: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

14

(2016) dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan yang signifikan positif

dari adanya capability/competence untuk kemungkinan melakukan fraud.

Kemudian, variabel terakhir dari fraud pentagon theory, yaitu arrogance.

Dalam penelitian Tessa dan Harto (2016) dikemukakan bahwa arrogance dengan

proksi frekuensi jumlah foto CEO yang terpampang dalam laporan tahunan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendektesian fraudulent financial

statement. Tessa dan Harto (2016) mengemukakan bahwa semakin banyak jumlah

foto CEO yang terpampang dalam sebuah laporan tahunan perusahaan dapat

mengindikasikan tingginya tingkat arrogance CEO dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin mengungkapkan kembali

variabel-variabel yang sudah dijelaskan oleh penelitian sebelumnya terhadap

kemampuannya dalam mendeteksi fraudulent financial statement dalam

perusahaan melalui analisis fraud pentagon theory. Penelitian ini menarik dan

memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang juga menggunakan

analisis fraud pentagon theory dalam pendeteksian fraudulent financial statement

pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Tessa dan

Harto, 2016). Berikut merupakan hal yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya:

1. Penelitian ini menggunakan data penelitian yang lebih panjang yaitu lima

tahun dari tahun 2011-2015, yang memungkinkan akan adanya temuan-

temuan baru dan lebih meyakinkan atas pendeteksian fraudulent financial

statement.

Page 33: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

15

2. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan publik yang tersebar pada

seluruh sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga

bisa menggambarkan secara keseluruhan permasalahan penelitian ini pada

perusahaan-perusahaan go public yang ada di Indonesia.

3. Penggunaan data riil perusahaan publik terdaftar di BEI yang terkena

sanksi dan kasus OJK pada tahun 2011-2015.

Penelitian ini penting untuk diteliti, karena laporan keuangan merupakan

alat komunikasi perusahaan dan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada

seluruh stakeholder terkait, yang seharusnya memberikan informasi yang berguna

bagi stakeholder, seperti investor dan kreditor. Laporan keuangan hendaknya bisa

memberikan informasi yang berguna bagi para calon investor dan kreditor

maupun yang sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat investasi,

kredit, dan keputusan-keputusan lain yang serupa secara rasional (Riahi &

Belkaoui, 2011: 233-234).

Atas dasar latar belakang tersebut, penelitian ini berjudul “Model

Pendeteksian Fraudulent Financial Statement Menggunakan Analisis Fraud

Pentagon.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah financial targets dapat mendeteksi fraudulent financial statement

pada perusahaan publik di Indonesia?

Page 34: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

16

2. Apakah external pressure dapat mendeteksi fraudulent financial statement

pada perusahaan publik di Indonesia?

3. Apakah ineffective monitoring dapat mendeteksi fraudulent financial

statement pada perusahaan publik di Indonesia?

4. Apakah rationalization dapat mendeteksi fraudulent financial statement

pada perusahaan publik di Indonesia?

5. Apakah capability/competence dapat mendeteksi fraudulent financial

statement pada perusahaan publik di Indonesia?

6. Apakah arrogance dapat mendeteksi fraudulent financial statement pada

perusahaan publik di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Menguji secara statistik dan menganalisis financial targets, external

pressure, ineffective monitoring, rationalization, capability/competence, dan

arrogance dalam kemampuannya mendeteksi fraudulent financial statement

pada perusahaan publik di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat di bidang

akademik maupun praktik, sebagai berikut:

Page 35: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

17

a. Bagi Akademisi

1) Memberikan pengetahuan tentang pendeteksian fraudulent financial

statement menggunakan analisis fraud pentagon.

2) Memberikan sumber referensi terbaru penelitian analisis fraud

pentagon dalam pendeteksian fraudulent financial statement pada

perusahaan publik di Indonesia.

3) Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan

penelitian selanjutnya.

b. Bagi Entitas

1) Dapat memberikan informasi pencegahan atas kemungkinan

fraudulent financial statement yang akan terjadi pada perusahaan.

2) Dapat memberikan informasi deteksi sebagai bahan pendeteksian

fraudulent financial statement pada perusahaan.

c. Bagi Praktisi

1) Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam

mengaudit suatu perusahaan.

2) Memberikan referensi rasio atau komponen analisis yang dapat

digunakan untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan.

Page 36: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil

Teori utama (grand theory) yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

agency theory. Agency theory digunakan dikarenakan dalam kasus fraud terdapat

hubungan yang erat antara prinsipal dan agen yang memiliki kepentingan berbeda.

1. Teori Keagenan ( Agency Theory )

Teori keagenan sebagai sebuah kontrak satu atau lebih orang yaitu

prinsipal menggunakan orang lain (agen) untuk menyediakan beberapa jasa

untuk kepentingan mereka (prinsipal) yang meliputi mendelegasikan

beberapa hak pembuatan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling,

1976:5). Prinsipal menganggap bahwa agen dapat melakukan hal yang terbaik

untuk kepentingan prinsipal. Namun pada kenyataannya, kedua belah pihak

memiliki hubungan untuk memaksimalkan kepuasannya masing-masing,

disinilah kenapa prinsipal mempunyai alasan untuk tidak selalu percaya

bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal (Jensen dan

Meckling, 1976:5). Eisenhardt (1989:57) menyatakan bahwa teori keagenan

adalah sesuatu hal yang penting, namun masih merupakan teori kontroversial.

Untuk mengatasi adanya tindakan agen yang dapat merugikan

prinsipal, prinsipal akan mengeluarkan biaya untuk mengawasi aktivitas agen.

Prinsipal akan membayar agen dengan mengeluarkan biaya perikatan agar

agen tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan prinsipal atau dengan

Page 37: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

19

memberikan kompensasi jika agen sudah mengambil tindakan yang sesuai

(Jensen dan Meckling, 1976:5).

Dalam pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori keagenan

dapat berjalan dengan baik, apabila agen dapat menggunakan posisinya

sebagai pembuat keputusan untuk hal-hal yang bisa menguntungkan prinsipal

sebagai pemilik modal. Namun dalam menjalankan fungsinya, agen akan

dihadapkan pada permasalahan perbedaan kepentingan, di mana prinsipal

akan mengeluarkan biaya dalam melakukan pengawasan akan fungsi agen

tersebut.

Agen yang memiliki banyak informasi akan memiliki banyak

kesempatan untuk menyembunyikan beberapa informasi dari prinsipal.

Eisenhardt (1989:58) menambahkan bahwa masalah risk sharing muncul

ketika prinsipal dan agen mempunyai sikap yang berbeda terhadap risiko. Hal

inilah yang akan membawa agen (manajemen) ke dalam praktik kecurangan.

Agen (manajemen) akan mengupayakan mendapatkan bonus sebesar-

besarnya dari pihak prinsipal dengan berbagai cara, dalam catatan bahwa

praktik ini tidak didukung oleh pengendalian yang baik.

2. Pendeteksian Fraud

Deteksi fraud digunakan dalam melihat adanya suatu penyimpangan

dalam sebuah perusahaan yang bisa menimbulkan adanya kerugian dalam

sebuah perusahaan. Deteksi fraud adalah suatu tindakan untuk mengetahui

bahwa fraud terjadi, siapa perilaku, siapa korbannya, dan apa penyebabnya.

Page 38: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

20

Kunci pada pendeteksian fraud adalah untuk dapat melihat adanya kesalahan

dan ketidakberesan (Karyono, 2013:91).

Fraud pada hakekatnya tersembunyi dan pelakunya pada umumnya

juga akan menyembunyikan jejaknya (Karyono, 2013:91). Oleh karena itu

dibutuhkan adanya pencegahan dan pendeteksian dari adanya fraud tersebut.

Namun, dikarenakan fraud merupakan gejala yang dipengaruhi oleh berbagai

macam sumber, maka tindakan pendeteksian fraud tidak dapat digeneralisir

ke semua fraud (Priantara, 2013:211).

Dalam pendeteksian fraud perlu kiranya pemahaman yang baik

terhadap jenis-jenis fraud yang mungkin timbul di dalam perusahaan

(Priantara, 2013:211). Dalam pendeteksian fraud, perlu memahami gejala-

gejala apa saja yang dapat menyebabkan fraud. Gejala-gejala atau tanda-

tanda terjadinya fraud dapat ditunjukan dari individu pelaku, dari organisasi,

dan dari luar organisasi (Priantara, 2013:211). Karakteristik yang bersifat

kondisi atau situasi tertentu, perilaku atau kondisi seseorang tersebut

dinamakan red flag, symptom, atau fraud indicators.

Pendeteksian fraud menurut Karyono (2013:91) yaitu dengan

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Identifikasi gejala dan dengan identifikasi bendera merah (red flags)

b. Pendeteksian fraud dengan critical point of auditing dan analisis kepekaan

(job sensitivity analysis)

Adapun dalam penjelasannya, Karyono (2013:93) menyebutkan bahwa

critical point of auditing adalah teknik pendeteksian fraud melalui audit atas

Page 39: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

21

catatan akuntansi yang mengarah pada gejala atau kemungkinan terjadinya.

Teknik analisis kepekaan adalah teknik pendeteksian fraud didasarkan pada

analisis dengan memandang pelaku potensial. Analisisnya ditujukan pada

posisi tertentu apakah ada peluang tindakan fraud dan apa saja yang dapat

dilakukan.

Priantara (2013:212) menjelaskan bahwa terdapat teknik-teknik dalam

mendeteksi fraud, yaitu:

a. Prosedur analitis

Standar auditing seksi 56 menyatakan prosedur analitis adalah evaluasi

dari informasi keuangan yang didapat auditor dari menganalisis hubungan

data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis ini dipakai dalam

keseluruhan proses audit untuk tiga tujuan utama, yaitu:

1) Premiminary analytic procedures. Prosedur analitis digunakan untuk

mendapatkan pemahaman tentang perusahaan dan untuk memberikan

perhatian kepada auditor terhadap area yang berisiko tinggi (termasuk

risiko fraud) pada saat perencanaan audit.

2) Subtantive analytic procedures. Prosedur analitis yang digunakan

sebagai metode untuk mendapatkan bukti audit dengan mengevaluasi

saldo akun.

3) Final analytic procedures. Prosedur analitis yang digunakan untuk

mendapat kesimpulan audit dari keseluruhan hasil audit dan penyajian

laporan keuangan.

Page 40: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

22

Teknik prosedur analitis dalam mendeteksi fraud adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan data perusahaan versus data perusahaan antarperiode

a) Analisa horizontal yaitu perbandingan antara periode saat ini

dengan periode sebelumnya (tahun lalu atau bulan lalu).

b) Analisa vertikal yang mengkalkulasi setiap baris item laporan

keuangan sebagai persentase dari baris item yang lain.

2) Perbandingan data perusahaan (realisasi) versus anggaran atau

proyeksi perusahaan.

3) Perbandingan data perusahaan versus industri atau perusahaan

sejenis.

4) Perbandingan data finansial perusahaan versus data operasionalnya.

5) Perbandingan data perusahaan (realisasi) versus hasil kalkulasi

auditor.

6) Analisis rasio keuangan seperti:

a) Rasio likuiditas: current ratio, working capital ratio, accounts

receivable turnover, inventory turnover, dan acid test ratio.

b) Rasio solvabilitas: total debt to total equity dan total debt to

total assets.

c) Rasio profitabilitas: return on assets, return on investment,

economic value added, market value added, gross margin ratio,

operating margin ratio,dan profit margin ratio.

Page 41: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

23

b. Analisis data dengan bantuan teknologi (continuous monitoring/auditing)

Teknik analisis data dengan menggunakan teknologi dapat dilakukan

antara lain untuk:

1) Menghitung parametrik statistik (rata-rata, standar deviasi, nilai

terendah dan tertinggi) untuk mengidentifikasi transaksi yang janggal

(outlier) yang dapat mengidentifikasi adanya fraud.

2) Mengklasifikasi untuk menentukan pola dan asosiasi di antara grup

elemen data.

3) Menstratifikasi nilai numerik untuk mengidentifikasi nilai yang tidak

biasa/lazim (unusual) sangat berlebih atau kurang (exceedingly high

or low).

4) Analisis digital menggunakan hukum benford untuk mengidentifikasi

secara statistik kejadian yang tidak diinginkan dari digit-digit yang

spesifik pada data yang acak.

5) Menggabungkan (joining) sumber data yang berbeda untuk mencari

pencocokan nilai yang tidak tepat di antara sistem yang terpisah,

seperti nama, alamat, dan nomor rekening.

6) Pengujian duplikat untuk mengidentifikasi duplikasi yang sederhana

atau kompleks dari transaksi bisnis seperti pembayaran, penggajian,

dan laporan klaim biaya.

7) Gap testing untuk mengidentifikasi angka/nomor yang hilang pada

data yang berurutan (sequential data) sebagai indikator seseorang

Page 42: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

24

mencoba menyembunyikan transaksi yang fraud (fraudulent

transactions).

8) Penjumlahan (summing dan totaling) nilai numerik untuk mengecek

nilai total kontrol (control totals) yang mungkin dipalsukan.

9) Memvalidasi tanggal perekaman data (entry dates) untuk mencari

posting atau waktu-waktu perekaman data yang tidak tepat dan

mencurigakan.

c. Penggunaan Hukum Benford (Benford’s Law)

Benford’s law atau hukum benford adalah hukum yang dapat

memperkirakan frekuensi kemunculan sebuah angka dalam serangkaian

data numerik. Analisa benford’s law dipergunakan untuk menunjukkan

adanya kemungkinan atau indikasi potensial awal terjadinya fraud

berdasarkan perhitungan statistik, dan juga harus diketahui bahwa adanya

anomali dalam populasi data tidak selalu disebabkan oleh fraud. Jika kita

dapat simpulkan bahwa analisa benford’s law merupakan pendeteksian

awal untuk terjadinya fraud terhadap angka-angka yang mencurigakan

dan kemudian hari berdasarkan analisa tersebut, dilakukan pemeriksaan

yang lebih mendalam terhadap angka-angka yang dicurigai tersebut.

Supaya benford’s law dapat diterapkan secara efektif, angka-angka dalam

satu populasi harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

1) Tidak ada batas bawah angka tertentu.

Page 43: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

25

2) Lebih banyak nilai/angka-angka yang kecil daripada yang besar

(misalnya lebih banyak satuan, puluhan, dan ratusan daripada ratusan,

ribuan, atau puluhan juta).

3) Berasal dari transaksi yang mirip/serupa (misalnya, data jumlah

pembelian per konsumen di bulan tertentu).

4) Angka tersebut menunjukkan besaran atau dalam metode penelitian

disebut sekala rasio.

5) Angka tersebut tidak berada maksimum atau minimum (di antara

angka tertentu).

d. Penggunaan data mining dan data analytics

Data mining adalah proses untuk menggali nilai tambah dari informasi

yang selama ini tidak diketahui secara manual dari suatu database dengan

melakukan penggalian pola data, tren, dan anomali dengan untuk

memanipulasi data menjadi informasi yang lebih berharga yang diperoleh

dengan cara mengekstraksi dan mengenali pola yang penting atau menarik

dari data yang terdapat dalam database. Perangkat lunak yang andal,

database yang benar, serta kreativitas investigasi membuka peluang besar

untuk mengungkap fraud dan pelakunya.

Data mining memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Automated prediction of trends and behaviors. Data mining

memproses pencarian informasi yang diprediksi secara otomatis

dalam database yang besar.

Page 44: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

26

2) Automated discovery of previously unknown patterns. Data mining

akan menyapu database dan mengidentifikasi pola-pola yang hilang

yang tidak diketahui sebelumnya, dalam satu langkah saja. Pada

tindak pidana pencucian uang, perangkat lunak data mining dengan

cepat mengungkap perubahan pola pendanaan terorisme, dari pola

yang sudah dikenal ke pola yang baru.

Melakukan data mining memerlukan perangkat lunak untuk menganalisis

hubungan dan pola dalam transaksi yang disimpan secara elektronis

melalui user queries. Umumnya, perangkat lunak mencari hubungan

sebagai berikut:

1) Classes, data digunakan untuk menentukan adanya suatu atau

beberapa kelompok yang mempunyai karakteristik tertentu.

2) Clusters, data dikelompokkan menurut hubungan yang logis atau

preferensi tertentu.

3) Associations, untuk menunjukkan adanya asosiasi atau hubungan.

4) Sequential patterns, untuk mengantisipasi perilaku atau trend.

e. Penggunaan teknik pemeriksaan pajak

Teknik audit pajak dapat digunakan dalam mendeteksi fraud. Teknik audit

pajak yang digunakan untuk mendeteksi fraud antara lain:

1) Net worth method

Net worth method adalah metode perbandingan kekayaan bersih untuk

menghitung jumlah pendapatan yang tidak dilaporkan seseorang.

Kekayaan bersih seseorang pada akhir tahun didapat dari nilai aset

Page 45: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

27

total dikurangi nilai total liabilitasnya. Dalam mendeteksi fraud,

metode ini dapat digunakan untuk membandingkan pendapatan yang

dia terima dengan akumulasi kekayaan yang dimilikinya, jika

kekayaan yang dimilikinya di atas pendapatan yang diterimanya, kita

dapat berprasangka terjadi ketidakwajaran pola hidup dan sumber

penghasilan sehingga perlu menyelidiki darimana asal kekayaan

lainnya tersebut, dan jika asal kekayaannya tersebut tidak dapat

dijelaskan, kita dapat mendeteksi indikasi adanya fraud dari orang

tersebut.

2) Metode transaksi bank

Metode ini menganalisis transaksi debit dan kredit di bank melalui

semua rekening koran untuk menghitug jumlah pendapatan yang tidak

dilaporkan seseorang. Untuk mendeteksi fraud, teknis ini digunakan

untuk membandingkan jumlah pendapatan yang seharusnya diterima

oleh seseorang dengan jumlah setoran yang ia lakukan atau yang

disetor oleh pihak lain ke rekeningnya. Jika adanya perbedaan yang

signifikan dalam jumlah setoran di banknya dengan jumlah

pendapatan yang diterima, maka penyelidikan lebih lanjut terhadap

asal-usul setoran tersebut akan dilakukan. Dalam menggunakan

teknik ini, harus diperhatikan tidak hanya sisi kredit, tetapi juga harus

melihat sisi debitnya seperti pembatalan cek.

Page 46: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

28

3) Metode sumber dan penggunaan dana

Metode ini mengasumsikan jumlah sumber dana akan sama dengan

jumlah penggunaan dana. Jika sumber dana lebih kecil dari

penggunaan dana berarti ada sejumlah penghasilan yang tidak

dilaporkan. Dalam mendeteksi fraud, metode ini dapat digunakan

dengan menghitung sumber dana dari seseorang dan menjabarkan apa

saja penggunaan dana, jika penggunaan dana lebih besar dari pada

sumber dana, diselidiki lebih lanjut asal sumber dana yang lain

tersebut yang tidak dimasukkan dalam perhitungan dan jika sumber

dana tersebut tidak jelas, dapat mendeteksi indikasi adanya fraud

yang dilakukan oleh orang tersebut.

4) Metode pengeluaran (expenditure method)

Expenditure method dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk adanya

indikasi fraud. Expenditure method lebih cocok untuk individual yang

tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai gaya hidup

pengeluaran-pengeluaran besar (mewah). Formula untk menghitung

pendapata ilegal dengan expenditure method, yakni:

Pendapatan ilegal = total pengeluaran – penghasilan dari sumber

legal

Expenditure method digunakan apabila kondisi-kondisi berikut sangat

kuat atau dominan:

a) Tersangka kelihatannya tidak membeli aset seperti rumah, tanah,

saham, perhiasan, mobil, atau kapal mewah.

Page 47: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

29

b) Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya di luar

kemampuan penghasilannya.

Expenditure method adalah derivasi dari net worth method. Namun,

perlakukan terhadap aset dan liabilitasnya berbeda. Dalam net worth

method, penyidik akan mencantumkan saldo akhir kas dan bank.

Dalam expenditure method, hanya perubahannya yang diambil.

f. Penggunaan analisis perilaku (behavior analysis)

Tidak semua modus fraud dapat dideteksi dengan menggunakan

pendeteksian yang diarahkan oleh data finansial dan dokumen. Fraud

seperti penyuapan, pungutan liar, kolusi, atau kickback terjadi karena

secara konsisten pengendalian dan tata kelola yang dirancang dan

diimplemantasi ternyata dielakkan atau diabaikan. Konsep perilaku dan

faktor kualitatif dibutuhkan oleh seorang auditor untuk melihat “tabir” data

baik informasi yang dapat dianalisis di data ataupun informasi yang tidak

tersedia di data. Ada dua pendekatan pada penggunaan analisis perilaku

untuk mendeteksi indikasi fraud, sebagai berikut:

1) Gaya hidup mewah (extravaganza lifestyle)

Profesi fraud examiner sangat menganggap penting analisis

perilaku ini dan merupakan bagian dari pendeteksian dan investigasi

fraud. Analisis perilaku ini jika diterapkan secara konsisten dan

proaktif dapat menjadi alat untuk pencegahan.

Fraud jenis ini dapat dicegah lebih cepat jika know your

employer dan analisis perilaku dipahami dan dilaksanakan dengan:

Page 48: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

30

a) Memperhatikan perubahan signifikan pada gaya hidup atau

penampilannya.

b) Memamerkan kenyataannya kepada rekan kerja, termasuk

memamerkan adalah menceritakan kekayaannya.

Gaya hidup mewah akan mendorong atau menyebabkan himpitan atau

tekanan finansial karena menjalani gaya hidup mewah berarti orang

harus memiliki penghasilan yang dapat membiayai gaya hidup itu.

Bagi orang dengan jenis pekerjaan rendah, fraud untuk gaya hidup

mewah ini dipicu oleh kebutuhan (need). Namun, untuk orang yang

memiliki jabatan dan latar belakang keluarga mampu serta memiliki

pendidikan yang baik dimana penyakit gaya hidup mewah melekat

padanya, maka fraud yang dilakukannya bersifat serakah (greedy).

2) Perilaku yang tidak lazim (unusual behavior)

Ada banyak perilaku yang tidak lazim yang diidentifikasi dapat

memicu adanya fraud. Beberapa perilaku yang tidak lazim seperti

bekerja keras sampai dengan melewati jam dan hari kerja, tidak atau

hanya sedikit mengambil cuti, kecanduan judi, penggunaan narkotika

dan zat terlarang, terlibat selingkuh dan skandal seks termasuk gemar

hiburan malam, dan terbelit utang terutama utang konsumer dengan

bunga tinggi. Biasanya perilaku yang tidak lazim akan muncul apabila

rekan kerja, supervisor, atau auditor mampu mengidentifikasi adanya

red flag dan red flag tersebut ditelusuri sehingga perilaku merasa

khawatir atas penelusuran tersebut.

Page 49: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

31

g. Penggunaan Surveillance

Surveillance merupakan alat yang efektif untuk menindaklanjuti

red flag yang dijumpai pada analisis data dan dokumen serta analisis

perilaku dan gaya hidup. Surveillance umumnya dilaksanakan pada

investigasi, namun surveillance bisa juga dipakai untuk mendeteksi fraud

dan menindaklanjuti rad flag sebelum investigasi mendalam. Terdapat

dua cara surveillance yaitu non-electronic surveillance dan electronic

surveillance.

Electronic surveillance merujuk penggunaan alat elektronik untuk

mencari, mengumpulkan, dan merekam informasi yang dilaksanakan

dengan alat penyadap, alat perekam suara, alat pendengar, alat perekam

gambar, untuk mendengar atau melihat perbuatan, pembicaraan, dan

untuk mendapat informasi lainnya. Termasuk electronic surveillance

adalah melakukan continuous auditing dan data mining yang ketat

terhadap suatu red flag dan pola kejanggalan untuk mendapatkan

pemetaan dugaan kasus, membuka data terekam pada email, PABX, dan

sarana elektronik lainnya di tempat kerja. Sedangkan non-electronic

surveillance adalah surveillance yang dilakukan dengan panca indera

tanpa bantuan alat elektronik.

3. Fraud (Kecurangan)

Terdapat banyak definisi dari fraud. ACFE (2016:5) menjelaskan

bahwa occupational fraud merupakan penggunaan jabatan seseorang untuk

kekayaan pribadi melalui penyalahgunaan yang disengaja atau

Page 50: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

32

penyalahgunaan sumber daya organisasi atau aset-aset. Purba (2015:2)

mengemukakan bahwa fraud adalah setiap perbuatan tidak jujur

(penyalahgunaan kedudukan/jabatan atau penyimpangan) yang bertujuan

mengambil uang (atau harta atau sumber daya orang lain/organisasi) melalui

akal bulus, tipu muslihat, penipuan, kelicikan, penghilangan, kecurangan,

saran yang salah, penyembunyian, atau cara-cara lainnya yang dilakukan

dengan sengaja oleh seseorang, yang mengakibatkan kerugian organisasi atau

orang lain dan/atau menguntungkan pelaku. Fraud dapat dilihat juga sebagai

kekeliruan, penyimpangan atau kelalaian atas sebuah kebenaran untuk tujuan

memanipulasi laporan keuangan untuk merugikan perusahaan atau organisasi,

yang juga mencakup penggelapan, pencurian, atau upaya apapun untuk

mencuri atau melawan hukum, penyalahgunaan atau kerusakan aset dari suatu

organisasi (penyelewengan aset) (Abdullahi, 2015:31).

Fraud juga bisa diartikan sebagai pencurian berdasarkan pasal 362

KUHP, pemerasan dan pengancaman berdasarkan pasal 368 KUHP,

penggelapan berdasarkan pasal 372 KUHP, perbuatan curang berdasarkan

pasal 378 KUHP, merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit

berdasarkan pasal 396 KUHP, dan meghancurkan atau merusakkan barang

berdasarakan pasal 406 KUHP, yang kesemuanya itu merupakan perbuatan

melawan hukum (Tuanakotta, 2012).

Dalam pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa fraud

merupakan perbuatan melawan hukum melalui praktik yang berupaya

memperdaya pihak lain, menipu atau membohongi, mengambil atau

Page 51: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

33

menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain atau perusahaan

untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri dan kelompok.

Dalam Karyono (2013:5), Association of Certified Fraud Examiners

(ACFE) manual edisi ketiga menjelaskan bahwa ada tiga aksioma/batasan

fraud, sebagai berikut:

a. Tersembunyi; kecurangan ini dilakukan secara sembunyi dan berusaha

untuk menutupi perbuatannya.

b. Bukti sebalik; untuk membuktikan bahwa kecurangan tersebut terjadi,

harus diusahakan bahwa kecurangan tersebut tidak terjadi, demikian pula

sebaliknya.

c. Jenis-jenis fraud. Fraud menurut jenisnya terdiri dari intern fraud dan

system control fraud:

1) Intern fraud terjadi secara alamiah yang melekat dalam setiap bentuk

kegiatan, di mana seseorang dimungkinkan untuk melakukan fraud.

2) System control fraud terjadi karena lemahnya sistem pengendalian

internal dan biasanya pelaku mempunyai pengetahuan tentang

bagaimana suatu sistem pengendalian internal bekerja.

4. Jenis Fraud

Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik

di Amerika Serikat (Association of Certified Fraud Examiner, disingkat

ACFE) menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud tree atau pohon

kecurangan dan pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam

hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya (Tuanakotta, 2012:197).

Page 52: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

34

Berikut merupakan fraud tree (ACFE, 2016:11):

Gambar 2.1

Fraud Tree

Page 53: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

35

Gambar fraud tree di atas terdiri dari tiga cabang utama, yakni corruption, asset

misappropriation, dan fraudulent statements. Masing-masing induk cabang akan

dibahas sebagai berikut:

a. Corruption

Corruption dalam fraud tree yang digambarkan sebelumnya terdiri

dari empat cabang penting, yaitu conflict of interest, bribery, illegal

gratuities,dan economic extortion. Di Indonesia, korupsi sering disebut dan

dihubungkan dengan praktik lainnya seperti kolusi dan nepotisme. Korupsi

adalah perbuatan seseorang yang memangku jabatan dan kewenangan yang

melawan hukum dan ketentuan serta prosedur secara salah dengan

memanfaatkan posisi atau kedudukan, kewenangan atau karakter yang

melekat pada kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan langsung untuk

dirinya sendiri atau tidak langsung melalui keluarga atau kerabat atau orang

lain, bertentangan dengan tugas dan hak orang lain (Priantara, 2013:139).

Dari fraud tree, korupsi dapat didefinisikan sebagai penyalahgunaan

wewenang atau konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapaan

(bribery), penerimaan tidak sah/ illegal, gratifikasi dan pemerasan secara

ekonomi.

Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai

dalam berbagai bentuk di antaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat

(penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau

rekanan lembaga-lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun

(Tuanakotta, 2012:196). Dari adanya conflict of interest, maka akan muncul

Page 54: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

36

tindakan bribery atau penyuapan yang dilakukan pihak-pihak yang

mempunyai kepentingan tersebut. Kemudian, terkadang menimbulkan illegal

gratuities untuk memuluskan kecurangan tersebut, dan tidak jarang adanya

tindakan mengancam yang dilakukan oleh individu atau kelompok, apabila

keinginannya tidak dikabulkan.

Keempat elemen corruption di atas berkaitan erat satu dengan yang

lain dan mengakibatkan kerugian yang besar jika kejadian-kejadian di atas

terjadi secara terus-menerus di suatu negara tanpa ada pencegahan dan

auditor yang mampu mendeteksi praktik korupsi tersebut.

b. Asset Misappropriation

Asset misappropriation atau pengambilan aset secara ilegal dalam

bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun dalam istilah hukum, mengambil

aset secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan seseorang

yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut

menggelapkan (Tuanakotta, 2012:199).

Asset misappropiation meliputi pencurian pada aset perusahaan

dimana pengaruh dari pencurian itu menyebabkan laporan keuangan tidak

ditampilkan, dalam hal-hal yang material, sesuai dengan Generally Accepted

Accounting Principles (GAAP) (SAS No. 99, 2002:1722). Pada cash

misappropriation, tindakan fraud bisa dilakukan pada saat uang tersebut

belum masuk ke perusahaan (skimming). Selain itu, jika uang tersebut sudah

masuk, fraud yang bisa dilakukan ialah dengan mencuri atau pencurian

(larceny). Arus uang yang sudah terekam atau masuk ke dalam sistem, maka

Page 55: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

37

penjarahan ini disebut fraudulent disbursements yang lebih dekat dengan

istilah penggelapan (Tuanakotta, 2012:199).

Selanjutnya pada non-cash misappropriation tindakan yang dapat

terjadi adalah pencurian inventory (larceny) dan penyalahgunaan jabatan

menggunakan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi (misuse)

(Tuanakotta, 2012:203). Tindakan-tindakan di atas merupakan tindakan yang

dilakukan oleh pihak yang sudah memahami kondisi perusahaan. Perbuatan

ini bisa dilakukan oleh pihak yang mempunyai otoritas terhadap aset yang

digelapkan, namun tidak menutup kemugkinan dilakukan oleh orang lain di

luar pihak yang mempunyai otoritas tersebut.

c. Fraudulent Financial Statements

Fraudulent Financial statement merupakan kesalahan yang

disengaja atas pengungkapan laporan keuangan yang dibuat untuk

membohongi pengguna laporan keuangan dimana dampaknya menyebabkan

laporan keuangan tidak ditampilkan dalam hal yang material, sesuai dengan

GAAP (SAS No. 99, 2002:1722). Fraud yang berkenaan dengan penyajian

laporan keuangan, sangat menjadi perhatian auditor, masyarakat atau para

LSM/NGO, namun tidak menjadi perhatian akuntan forensik (Tuanakotta,

2012:203).

Fraud ini berupa salah saji/missatement (baik overstatements

maupun understatements) yang terdiri dari dua ranting cabang yaitu financial

dan non-financial. Pada financial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa

penyajian aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset

Page 56: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

38

/revenue overstatements) atau penyajian yang lebih rendah dari yang

sebenarnya (Asset/revenue understatements). Sedangkan untuk non-financial

fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyampaian laporan non-keuangan

yang menyesatkan, laporan yang lebih bagus dari yang sebenarnya atau

pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan yang biasanya laporan tersebut

digunakan untuk keperluan intern maupun ekstern perusahaan (Tuanakotta,

2012:203). Tindakan fraudulent financial statement ini dapat merugikan

banyak pihak atau pengguna laporan keuangan, dikarenakan fungsi laporan

keuangan itu sendiri yang sangat luas bagi perusahaan, kreditor, investor, dan

pengguna laporan keuangan yang lain untuk sebuah pengambilan keputusan.

5. Fraudulent Financial Statements

Pelaporan keuangan yang curang menurut Arens, et., al. (2008:430)

adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja

dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan. Kebanyakan kasus

kecurangan pelaporan keuangan melibatkan upaya melebihsajikan, entah

melebihsajikan aktiva dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan

beban, perusahaan juga sengaja merendahsajikan laba (Arens, et., al.,

2008:430). Menurut Priantara (2013), fraudulent financial reporting yang

bertujuan untuk mengelabui investor dan kreditur dilakukan dengan cara

meninggikan nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta sebaliknya

merendahkan nilai liabilitas dan pembebanan ongkos operasional dan biaya

produksi.

Page 57: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

39

Selain itu menurut Purba (2015:12), terdapat beberapa alasan

mengapa manajemen melakukan fraud atas laporan keuangan, antara lain

untuk:

a. Meningkatkan kinerjanya di mata stakeholders yang meminta

pertanggungjawabannya.

b. Menutupi ketidakmampuan manajemen dalam menghasilkan target/laba

yang dibebankan kepadanya.

c. Memperoleh bonus karena adanya kenaikan kinerja

perusahaan/organisasi/unitnya.

d. Menghilangkan persepsi negatif pengguna laporan dan pasar.

e. Memperoleh keuntungan melalui penjualan saham atau dividen

perusahaan/organisasi yang lebih tinggi.

f. Membayar jumlah pajak yang lebih kecil.

g. Memperoleh kredit atau sumber pembiayaan lainnya yang lebih

menguntungkan.

Priantara (2013:90) menjelaskan teknik financial number game yang biasa

digunakan oleh manajemen untuk memperindah laporan keuangan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Aggressive Accounting: Pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang

bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi (higher current earnings),

terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum atau tidak.

Page 58: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

40

b. Earnings Management: Manipulasi laba secara aktif untuk suatu target

yang sudah ditentukan sebelumnya untuk suatu proyeksi keuangan yang

sudah dibuat, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten dengan

arus kas dan tren laba yang tidak fluktuatif dan lebih berkelanjutan

(smoother, more sustainable earnings stream).

c. Income Smoothing: Suatu bentuk earnings management yang didesain

untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara untuk

mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan sedang

membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja keuangan

sedang menurun.

d. Fraudulent Financial Reporting: Penyajian keliru (misstatement) yang

disengaja atau penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau

pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk

memperdayai pengguna laporan keuangan.

e. Creative Accounting: Setiap langkah yang digunakan untuk memainkan

angka-angka laporan keuangan, yang mencakup aggressive accounting,

fraudulent financial reporting, income smoothing, dan earnings

management.

SAS No. 99 (2002:1722) menyebutkan bahwa fraudulent financial statement

dapat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Manipulasi, pemalsuan, dan pengubahan data akuntansi atau dokumen-

dokumen pendukung dari penyediaan laporan keuangan.

Page 59: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

41

b. Kesalahan pencatatan yang disengaja dari kejadian, transaksi, atau

informasi signifikan lainnya atas laporan keuangan.

c. Kesalahan yang disengaja atas penggunaan prinsip akuntansi atas jumlah,

klasifikasi, cara penyampaian, atau pengungkapan.

Rezaee (2002:4) menyebutkan bahwa fraudulent financial statement dapat

berkaitan dengan beberapa skema berikut, yaitu:

a. Pemalsuan, pengubahan atau manipulasi dari catatan keuangan, dokumen

pendukung atau transaksi bisnis.

b. Kesalahan pencatatan material yang disengaja, penghapusan, atau

kesalahan presentasi dari kejadian, transaksi, akun, atau informasi

signifikan lainnya yang merupakan sumber informasi pembuatan laporan

keuangan.

c. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan,

dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan,

dan mengungkapkan kejadian ekonomis dan transaksi bisnis.

d. Penghilangan secara sengaja dari pengungkapan atau penyajian

pengungkapan yang tidak memadai berkaitan dengan standar, prinsip,

praktek akuntansi dan informasi keuangan yang berhubungan.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa fraudulent financial

statement merupakan perbuatan yang disengaja atas pengubahan data

akuntansi dengan tujuan menipu dan mengelabui para pengguna laporan

keuangan untuk kepentingan pribadi pihak yang melakukan kecurangan

dengan melakukan penyajian yang tidak memadai atas informasi keuangan

Page 60: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

42

yang berstandar sehingga tidak dapat menghasilkan keputusan yang tepat dari

pihak stakeholders yang berkepentingan.

6. Fraud Triangle Theory

Fraud triangle merupakan tiga indikator fraud yang memengaruhi

terjadinya fraud. Konsep dari fraud triangle telah diperkenalkan dalam

Statement of Auditing Standard (SAS) No. 99 dari American Institute of

Certified Public Accountant (AICPA) yang disebutkan contoh dan faktor-faktor

risiko fraud. SAS No.99 telah mengkaitkan faktor risiko fraud dengan segitiga

fraud yang dikemukakan oleh Cressey (1953). Cressey (1953) menyimpulkan

bahwa fraud secara umum mempunyai tiga kriteria yang harus ditampilkan,

yaitu pressure, opportunity, dan rationalization. Ketiga elemen tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pressure

Pressure menjadi salah satu alasan bagi manajemen dan pegawai

lainnya dalam melakukan fraud. Pressure datang dalam berbagai bentuk,

keuangan maupun non-keuangan. Pressure datang dari kebutuhan

keuangan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakan kepada orang lain

(Tuanakotta, 2012:207). Sebagian besar pressure melibatkan sebuah

financial need, walaupun non-financial pressure seperti kebutuhan hasil

laporan yang lebih baik dari pada penampilan aktual, frustasi atas kerja,

atau bahkan tantangan untuk mengacaukan sistem, juga bisa memotivasi

fraud (Albrecht, et., al., 2008:3 dan Dorminey, 2012:558).

Page 61: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

43

Pressure dapat terjadi dikarenakan adanya tujuan yang tidak

realistik dari pihak manajemen kepada pegawainya atau pemilik kepada

manajemen. Tujuan yang tidak realistik dan deadline dapat menyebabkan

tekanan kepada pegawai untuk melakukan fraudulent financial statement

(Auditor of Public Accounts, 2011). SAS No. 99, 2002 menyebutkan

bahwa terdapat empat hal yang menjadi indikator dari adanya pressure,

yaitu financial stability, excessive pressure, personal financial needs, dan

financial targets. Berikut dapat dijelaskan keempat indikator tersebut:

1) Financial stability or profitability (stabilitas dan profitabilitas

keuangan) terancam oleh kondisi ekonomi, industri atau keadaan

operasi entitas, seperti (atau seperti diindikasikan oleh): (SAS No.99,

2002:1749)

a) Ketatnya kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan

penurunan margin.

b) Tingginya kerentanan terhadap perubahan yang pesat, seperti

perubahan dalam teknologi, keusangan produk, atau tingkat

bunga.

c) Penurunan signifikan dalam permintaan pelanggan dan

peningkatan kegagalan bisnis, baik dalam industri maupun

ekonomi secara keseluruhan.

d) Kerugian operasi menjadi ancaman terjadinya kebangkrutan,

penyitaan, atau pengambilalihan dengan menggunakan tekanan

dalam waktu dekat.

Page 62: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

44

e) Arus kas negatif operasi yang berulang atau ketidakmampuan

untuk menghasilkan arus kas dari operasi sementara entitas

masih melaporkan laba dan pertumbuhan laba.

f) Pertumbuhan profitabilitas yang pesat atau tidak biasa, terutama

ketika dibandingkan dengan entitas lain dalam industri yang

sama.

g) Kebijakan akuntansi atau peraturan perundang-undangan yang

baru.

2) Excessive pressure (tekanan yang eksesif) terhadap manajemen

untuk memenuhi ketentuan atau ekspektasi pihak ketiga yang

disebabkan oleh hal-hal berikut ini: (SAS No. 99, 2002:1749)

a) Ekspektasi tingkat profitabilitas atau tren dari analisis investasi,

investor institusional, kreditur signifikan, atau pihak eksternal

lainnya (terutama ekspektasi yang terlalu agresif atau tidak

realistis), termasuk ekspektasi yang diciptakan oleh manajemen

dalam, sebagai contoh, pesan yang disampaikan dalam siaran

pers atau laporan tahunan yang terlalu optimis.

b) Kebutuhan untuk memperoleh pembiayaan utang atau ekuitas

tambahan untuk tetap kompetitif, termasuk pembiayaan untuk

riset dan pengembangan atau pengeluaran modal yang besar.

c) Kemampuan marginal untuk memenuhi ketentuan di pasar

modal atau ketentuan pembayaran kembali utang atau ketentuan

perjanjian utang.

Page 63: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

45

d) Efek yang terlihat atau nyata dari melaporkan kinerja keuangan

yang buruk atas transaksi yang belum terealisasikan yang

signifikan, seperti penggabungan bisnis atau penandatanganan

kontrak.

3) Informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa situasi keuangan

personal manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata

kelola terancam oleh kinerja keuangan entitas, yang disebabkan oleh

adanya hal-hal sebagai berikut: (SAS No.99, 2002:1750)

a) Kepentingan keuangan yang signifikan dalam entitas.

b) Bagian yang signifikan dari kompensasi mereka (sebagai

contoh, bonus, opsi saham, dan pengaturan earn-out) tergantung

dari pencapaian target yang agresif atas harga saham, hasil

operasi, posisi keuangan, atau arus kas.

c) Jaminan personal atas utang entitas.

4) Terdapat tekanan yang eksesif terhadap manajemen atau personel

operasi untuk memenuhi target keuangan yang ditetapkan oleh

pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, termasuk target

insentif penjual atau profitabilitas (SAS No.99, 2002:1750).

Dari keempat indikator di atas dapat dilihat bahwa pressure bukan

hanya terkait dengan masalah individu saja namun juga terkait perusahaan

serta kebijakan dan peraturan pemerintah. Terkait individu bisa

diidentifikasi melalui adanya pemberian bonus kepada karyawan atas

suatu target tertentu. Terkait perusahaan bisa dilihat dari kemampuan

Page 64: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

46

marjinal untuk memenuhi ketentuan di pasar modal. Kemudian dari

adanya kebijakan dan peraturan pemerintah tentang pajak atau yang

lainnya juga dapat mempengaruhi adanya fraud di perusahaan berdasarkan

kriteria SAS No. 99 (2002) atas pressure.

b. Peluang (Opportunity)

Pegawai mempunyai peluang jika mereka mempunyai akses

terhadap aset dan informasi yang memungkinkan mereka untuk

menyembunyikan aktivitas fraud mereka (Auditor of Public Accounts,

2011). Peluang dapat terjadi karena adanya persepsi bahwa lemahnya

pengendalian saat ini, dan kemungkinan untuk tertangkap itu jauh

(Dorminey, 2012:558). Dalam konsep peluang ini, fraud bisa dilakukan

oleh orang-orang yang memiliki jabatan atau posisi penting dalam

perusahaan dan memungkinkannya untuk melakukan fraud.

Dalam SAS No.99 (2002) terdapat empat kondisi yang

menyebabkan terjadinya fraud, yaitu nature of industry, ineffective

monitoring, complex organizational structure, dan internal control.

Masing-masing indikator akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Nature of industry (lingkungan industri) menyediakan peluang untuk

kecurangan laporan keuangan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai

berikut: (SAS No.99, 2002:1750)

a) Transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi yang tidak

dilakukan dalam kondisi dan ketentuan bisnis normal atau dengan

entitas yang berelasi yang tidak diaudit atau diaudit oleh KAP lain.

Page 65: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

47

b) Kondisi atau kemampuan keuangan yang kuat untuk mendominasi

suatu sektor industri tertentu yang memungkinkan entitas untuk

mendikte kondisi atau ketentuan kepada pemasok atau pelanggan,

yang dapat mengakibatkan transaksi yang tidak semestinya atau

transaksi yang tidak dilakukan dengan pihak yang tidak berelasi.

c) Aset, liabilitas, pendapatan atau biaya yang didasarkan pada

estimasi signifikan yang melibatkan pertimbangan subjektif atau

ketidakpastian yang sulit untuk mendukung hasil yang disajikan.

d) Transaksi yang signifikan, tidak bisa atau mengandung

kompleksitas yang tinggi, terutama yang terjadi menjelang akhir

periode pelaporan, yang menimbulkan pertanyaan sulit tentang

“substansi melebihi bentuk”.

e) Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan di lintas batas

internasional dalam yurisdiksi yang memiliki perbedaan

lingkungan dan budaya bisnis.

f) Rekening bank, atau anak perusahaan atau kantor cabang yang

signifikan di yurisdiksi yang merupakan tax-haven yang tampaknya

tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas.

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya

fraudulent financial statement dalam nature of industry berkaitan dengan

lingkungan bisnis dari perusahaan itu dan operasional bisnis tersebut serta

hubungannya dengan pihak-pihak yang berelasi dengan perusahaan.

Page 66: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

48

Keadaan-keadaan seperti di atas memungkinkan adanya fraud dalam

perusahaan.

2) Ineffective monitoring (pemantauan tidak efektif) oleh manajemen sebagai

akibat dari hal-hal berikut: (SAS No.99, 2002:1751)

a) Dominasi manajemen oleh seseorang atau suatu kelompok kecil

(dalam bisnis yang tidak dikelola oleh pemilik) tanpa disertai oleh

pengendalian pengganti.

b) Pengawasan yang tidak efektif oleh pihak yang bertanggung jawab

atas tata kelola terhadap proses pelaporan keuangan dan pengendalian

intern tidak efektif.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang yang

berasal dari ineffective monitoring lebih berkaitan dengan kurang

efektifnya pengawasan dan pengendalian internal dalam perusahaan.

3) Organizational structure (struktur organisasi) yang kompleks, dibuktikan

dengan adanya hal-hal sebagai berikut: (SAS No.99, 2002:1751)

a) Kesulitan dalam menentukan organisasi atau individu yang memiliki

kepentingan pengendalian dalam entitas.

b) Stuktur organisasi yang terlalu kompleks yang melibatkan entitas

hukum atau garis wewenang manajerial yang tidak biasa.

c) Tingkat perputaran yang tinggi dari manajemen senior, penasihat

hukum, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang

yang berasal dari organizational structure lebih berkaitan dengan

Page 67: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

49

kompleksitas dan ketidakstabilan entitas dalam mengendalikan

kepentingan entitas sehingga menyebabkan pengendalian terhadap entitas

yang kurang memadai.

4) Internal control (pengendalian internal) yang kurang baik yang

diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut: (SAS No.99, 2002:1751)

a) Pemantauan pengendalian yang tidak memadai, termasuk

pengendalian otomatis dan pengendalian terhadap pelaporan

keuangan interim (jika pelaporan eksternal disyaratkan).

b) Tingkat perputaran yang tinggi atau akuntansi yang tidak efektif

dari staf akuntansi, audit internal, atau teknologi informasi.

c) Sistem akuntansi dan sistem informasi yang tidak efektif, termasuk

situasi yang melibatkan defisiensi pengendalian internal yang

signifikan.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya

peluang yang berasal dari internal control lebih berkaitan dengan adanya

internal control yang kurang memadai dari aspek kepegawaian, dan

teknologi informasi, sistem informasi, serta aspek-aspek lain yang

melibatkan defisiensi pengendalian internal yang signifikan.

c. Rationalization

Rasionalisasi terjadi ketika seorang pegawai membenarkan

mengapa mereka melakukan fraud (Auditor of Public Accounts, 2011).

Fraud muncul ketika seseorang mulai membenarkan apa yang mereka

lakukan menurut hukum itu salah. Seseorang membenarkan kesalahan

Page 68: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

50

mereka dikarenakan untuk tetap nyaman dalam melakukan suatu tindakan

salah secara terus-menerus. Pencuri mencari suatu pembenaran kegiatan

kecurangan sebelum melakukan kecurangan pertamanya (Dorminey, et.,

al, 2012:558). SAS No. 99 (2002) menyebutkan bahwa auditor harus sadar

terhadap keberadaaan fraudulent financial statement dari aspek

rationalization ini dalam mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan

material yang muncul dari fraudulent financial reporting. SAS No. 99

(2002) mencontohkan bahwa auditor harus sadar akan informasi-informasi

berikut yang mengindikasikan faktor risiko.

1) Komunikasi, implementasi, dukungan atau penegakan nilai atau

standar etika entitas oleh manajemen, atau komunikasi nilai atau

standar etika yang tidak semestinya, yang tidak efektif.

2) Partisipasi atau campur tangan yang eksesif dari manajemen yang

tidak membawahi aspek keuangan dalam pemilihan kebijakan

akuntansi atau penentuan estimasi signifikan.

3) Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran terhadap peraturan

perundangan-undangan tentang pasar modal, atau tuntutan terhadap

entitas, manajemen senior, atau pihak yang bertanggung jawab atas

tata kelola yang dicurigai terlibat dalam kecurangan atau pelanggaran

terhadap peraturan perundangan-undangan.

4) Kepentingan manajemen yang eksesif dalam menjaga atau

meningkatkan harga saham atau tren laba entitas.

Page 69: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

51

5) Praktik manajemen dalam memberikan komitmen kepada analis,

kreditur, dan pihak ketiga lainnya untuk mencapai perkiraan yang

agresif atau tidak realistis.

6) Kegagalan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat

untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan.

7) Kepentingan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat

untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan.

8) Usaha yang berulang dari manajemen untuk membenarkan suatu

transaksi atau perlakuan akuntansi yang tidak signifikan atau tidak

tepat dengan menggunakan alasan materialitas.

9) Hubungan yang tegang atau canggung antara manajemen dengan

auditor pengganti atau auditor pendahulu, seperti yang ditunjukkan

oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Seringnya terjadi perbedaan pendapat dengan auditor pengganti

atau auditor pendahulu atas aspek akuntansi, audit, atau pelaporan

keuangan.

b. Permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, seperti

pembatasan waktu yang tidak realistis mengenai penyelesaian

audit atau penerbitan laporan auditor.

c. Pembatasan akses auditor secara tidak tepat terhadap pihak atau

informasi atau kemampuan untuk berkomuniksi secara efektif

kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

Page 70: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

52

d. Perilaku manajemen yang dominan dalam berhubungan dengan

auditor, terutama yang melibatkan usaha untuk mempengaruhi

ruang lingkup pekerjaan auditor, atau pemilihan atau

keberlanjutan personel yang ditugaskan atau yang diajak

berkonsultasi dalam perikatan audit.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya fraudulent

financial statement yang berasal dari rationalization berkaitan dengan

adanya hubungan yang tidak baik antara manajemen dan auditor, juga

adanya suatu kegagalan manajemen dalam mengelola keuangan

perusahaan, serta perilaku manajemen laba yang ada dalam perusahaan.

Ketiga faktor diatas merupakan elemen pembentuk dari perilaku

kecurangan yang terjadi dalam suatu kasus fraud yang sering disebut

sebagai fraud triangle. Dari ketiga elemen di atas, elemen yang paling

sulit untuk diukur adalah rationalization (Skousen, et., al., 2009:66).

Untuk memproteksi organisasi, manajemen memerlukan kewaspadaan

dalam mengurangi peluang-peluang fraud. Proses-proses, prosedur, dan

pengendalian seharusnya ditempatkan atau digunakan, jadi pegawai-

pegawai tidak memiliki kemampuan untuk melakukan fraud (Auditor of

Public Accounts, 2011). Adapun skema dari fraud triangle dapat

digambarkan sebagai berikut: gambar 2.2

Page 71: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

53

7. Fraud Diamond Theory

Fraud diamond merupakan elemen tambahan dari fraud triangle,

dimana elemen ini diharapkan dapat menambah pencegahan dan pendeteksian

fraud. Fraud triangle dapat diperbesar peningkatan dalam pencegahan dan

pendeteksian fraud dengan mempertimbangkan elemen keempat (Wolfe dan

Hermanson, 2004:38). Maksud dari elemen keempat di sana merupakan

individual’s capability. Wolfe dan Hermanson, 2004 berpendapat bahwa sifat

dan kemampuan seseorang yang memiliki peran utama dalam sebuah

organisasi dapat menghadirkan adanya fraud, di luar dari tiga elemen dalam

fraud triangle.

Fraud tidak akan terjadi tanpa adanya seseorang yang memiliki

kemampuan untuk mengenali peluang. Banyak Fraud, khususnya dari triliunan

dollar, tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat

(Wolfe dan Hermanson, 2004:38). Menurut fraud diamond, terdapat empat

Rationalization

Opportunity

Pressure

Gambar 2.2

Fraud Triangle

Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (Tuanakotta, 2012)

Page 72: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

54

elemen yang menyebabkan fraud yaitu pressure, opportunity, rationalization,

dan capability. Penelitian-penelitian sebelumnya sudah menjelaskan

bagaimana fraud triangle terjadi, yaitu ketika seseorang mempunyai sebuah

pressure untuk melakukan fraud, kelemahan pengendalian atau pengawasan

menyediakan sebuah opportunity untuk seseorang melakukan fraud, dan

seseorang yang memiliki rationalize terhadap perilaku fraud (Wolfe dan

Hermanson, 2004:38).

Dalam fraud diamond, konsep ini mempertimbangkan kemampuan

individu untuk menjadi orang yang tepat dalam melakukan fraud. Capability

mempunyai beberapa komponen di dalamnya, yang mendukung adanya fraud,

yaitu position, intelligence, ego, coercion, deceit, and stress (Wolfe and

Hermanson 2004:40). Yang dapat diartikan, posisi, kecerdasan, ego,

keterpaksaan, ketidakjujuran, dan tekanan merupakan elemen-elemen yang

mendukung dari faktor capability/competence. Adapun masing-masing dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Position/function

Posisi yang dimiliki seseorang dapat membuatnya lebih mudah dalam

melakukan fraud. Posisi dan peran yang dimiliki oleh pegawai bisa

menjadi jalannya untuk membuat peluang fraud yang tidak tersedia pada

yang lain (Wolfe dan Hermanson, 2004:39). ACFE (2016:50)

mengemukakan bahwa 43.8% kasus fraud di dunia terjadi pada posisi

employee, 40.8% terjadi pada posisi manager, dan 13.5% terjadi pada

posisi owner/executive. Dari data di atas, kerugian terbesar terjadi bila

Page 73: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

55

kasus fraud dilakukan oleh owner/executive dengan median loss $400.000,

manager $147.000, dan employee $100.000. Wolfe dan Hermanson,

2004:39 mengatakan bahwa seorang CEO atau kepala divisi mempunyai

otoritas potensial untuk melakukan fraud ketika adanya pengambilan

persetujuan kontrak, dengan mempengaruhi waktu pengakuan pendapatan

dan beban.

b. Intelligence/creativity

Orang yang tepat dalam sebuah fraud adalah yang cukup pintar untuk

memahami dan memanfaatkan kelemahan pengendalian internal dan

menggunakan akses posisi, fungsi, dan otorisasi untuk keuntungan besar

bagi dirinya (Wolfe dan Hermanson, 2004:40). Fraudster dengan

intelligence yang tinggi akan mudah dalam melakukan fraud. Intelligent,

pengalaman, dan orang-orang yang kreatif dengan pemahaman

pengendalian yang baik, mudah melakukan banyak kecurangan terbesar

saat ini (Abdullohi dan Mansor, 2015:42).

c. Ego

Orang yang mempunyai ego yang kuat dan kepercayaan diri yang besar

bahwa dia tidak akan dapat dideteksi apabila melakukan fraud, atau orang

yang percaya bahwa dirinya akan dengan mudah keluar dari permasalahan

yang terjadi kepadanya, bisa memotivasi dirinya dalam melakukan fraud

bagi keuntungan pribadinya (Wolfe dan Hermanson, 2004:40). Abdullohi

dan Mansor (2015:42) juga menyebutkan bahwa aspek motivasi yang

diterapkan dari beberapa tipe fraud adalah ego/power.

Page 74: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

56

d. Coercion

Seorang fraudster yang sukses adalah yang mampu memaksa

lainnya untuk melakukan fraud (Wolfe dan Hermanson, 2004:40). Seorang

yang memiliki sikap keras dan dapat mempengaruhi orang lain akan lebih

mudah dalam melakukan fraud. Seseorang dengan keperibadian persuasif

yang kuat akan bisa mempercayakan orang lain untuk menemaninya dalam

melakukan fraud (Abdullohi dan Mansor, 2015:43). Kemudian dalam

penelitian Wolfe dan Hermanson, 2004:40 mengemukakan bahwa tipe

kepribadian yang umum di antara penipu adalah “pengganggu” yang

“membuat permintaan yang tidak biasa dan signifikan dari orang-orang

yang bekerja untuknya, meningkatkan rasa takut kepada dirinya daripada

rasa hormat, dan akibatnya menghindari tunduk pada peraturan yang

berlaku”.

e. Deceit

Penipu sukses harus berbohong secara efektif dan konsisten (Wolfe dan

Hermanson, 2004:40). Dalam fraud, orang-orang dengan kriteria tidak

jujur akan lebih nyaman dalam melakukan fraud dengan segala

kemampuannya dan trik liciknya. Wolfe dan Hermanson, 2004:40 juga

menyatakan bahwa, untuk menghindari deteksi fraud, seseorang fraudster

harus terlihat meyakinkan di mata auditor, investor, dan lainnya.

Kemudian, fraudster juga harus memiliki kemampuan untuk berbohong

dan konsisten.

Page 75: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

57

f. Stress

Dan satu hal lainnya yang menjadi komponen capability yaitu

stress. Stres akan pekerjaan dapat meningkatkan tindakan-tindakan negatif

seperti fraud. Untuk itu setiap pegawai harus bisa mengendalikan stres

agar terhindar dari tindakan fraud. Individu harus bisa menahan stres

seperti dalam melakukan tindakan kecurangan dan menjaganya agar stres

yang ekstrem bisa disembunyikan (Rudewicz, 2011:2). Gambar 2.3.

fraud diamond

Sumber: Fraud Diamond Theory oleh Wolfe dan Hermanson (2004:38)

Yesiariani dan Rahayu (2016) dan Tessa dan Harto (2016)

mengungkapkan bahwa fraud bisa terjadi karena adanya pergantian jajaran

direksi. Pergantian jajaran direksi dalam fraud diamond theory bisa dijadikan

sebagai proksi (Yesiariani dan Rahayu, 2016 dan Tessa dan Harto, 2016).

Pergantian jajaran direksi merupakan penyerahan wewenang dari direksi lama

kepada direksi baru. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja manajemen

sebelumnya. Namun, perubahan direksi dapat menimbulkan stress period

dalam suatu perusahaan karena membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja

Opportunity Incentive

Rationalization Capability

Gambar 2.3

Fraud Diamond

Page 76: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

58

awal tidak maksimal. Kondisi ini memberikan peluang kepada individu untuk

memperoleh keuntungan dari situasi tersebut.

8. Fraud Pentagon Theory

Fraud pentagon theory merupakan perkembangan dari teori fraud

triangle theory. Dalam fraud pentagon theory ini ditambahkan dua variabel

penting lainnya di luar dari tiga variabel penting di fraud triangle theory, yaitu

competence dan arrogance. Fraud triangle theory bisa dikembangkan lebih

luas menjadi fraud pentagon theory, dimana kompetensi pegawai dan arogansi

menjadi faktor yang diperhitungkan dalam tiga kondisi umum yang telah hadir

sebelumnya ketika fraud terjadi.

Konsep dari capability dan competence secara umum sama

definisinya, dalam fraud diamond (Wolfe dan Hermanson, 2004) dan Crowe’s

Fraud Pentagon Model (Horwath, 2011). Competence merupakan perluasan

pada elemen dari opportunity yang meliputi kemampuan individu untuk

mengesampingkan pengendalian internal dan untuk mengendalikan secara

sosial situasi tersebut untuk keuntungan pribadinya. Sedangkan arrogance

merupakan perilaku superioritas dan hak atau keserakahan pada pelaku

kejahatan yang mempercayai bahwa kebijakan perusahaan dan prosedur tidak

diterapkan kepadanya (Horwath, 2011:1).

Horwath (2011) mengemukakan bahwa ada lima elemen dari

arrogance dari perspektif CEO, sebagai berikut (Yusof, et., al, 2015:130):

1. Ego besar – CEO terlihat seperti selebriti daripada seorang pengusaha.

2. Mereka menganggap pengendalian internal tidak berlaku untuk dirinya.

Page 77: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

59

3. Memiliki karakteristik perilaku pengganggu.

4. Memiliki kebiasaan memimpin secara otoriter.

5. Memiliki ketakutan akan kehilangan posisi atau status.

Yusof, et., al, 2015:133 mengemukakan bahwa jumlah foto CEO dalam

laporan tahunan perusahaan bisa menjadi salah satu proksi penting dalam

mengukur arrogance. Gagasan tersebut diperkenalkan melalui pengamatan

terhadap laporan tahunan dan penekanan peran CEO sebagai karakter utama

dalam perusahaan. Kemudian, Tessa dan Harto, 2016:19 mendukung

penelitian Yusof, et., al, 2015, dengan menyatakan bahwa semakin banyak

jumlah foto CEO yang terpampang pada sebuah laporan tahunan dapat

mengindikasikan tingginya tingkat arogansi CEO dalam perusahaan tersebut.

Arrogance bisa berdampak buruk kepada perusahaan dan seseorang,

karena bisa menghancurkan karir atau perusahaan tersebut (Horwath, 2011).

Berikut elemen-elemen penting dari fraud pentagon theory. Gambar 2.4.

fraud pentagon

Sumber: Fraud Pentagon Theory oleh Crowe Horwath (2011:1)

Gambar 2.4.

Fraud Pentagon

Page 78: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

60

9. Peraturan OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan

dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan (UU RI, 2011). Sektor jasa keuangan yang dimaksud

disini yaitu sektor Perbankan, Pasar Modal, sektor Perasuransian, Dana

Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (UU

RI, 2011). Dalam menjalankan tugasnya, OJK memiliki peraturan yang

sebelumnya dibuat oleh Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan). Berikut adalah peraturan yang dimiliki OJK yang

mengatur tentang pelanggaran yang berkaitan dengan penyajian laporan

keuangan dan transaksi material entitas yang digunakan dalam penentuan

sampel penelitian ini:

a. Peraturan Nomor VIII. G. 7

Peraturan ini mengatur tentang Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana dimuat

dalam Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-554/BL/2010 dan

kemudian disempurnakan dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor:

KEP-347/BL/2012 yang mulai berlaku sejak tanggal 25 Juni 2012.

Peraturan Nomor VIII. G. 7 memberikan pedoman mengenai struktur, isi,

dan persyaratan dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

sebagaimana standar yang telah diatur, yaitu Standar Akuntansi Keuangan

(SAK), yang harus disampaikan oleh emiten atau perusahaan publik, baik

kepada masyarakat maupun Bapepam dan LK atau OJK.

Page 79: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

61

Laporan keuangan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan

no. VIII.G.7 terdiri dari, laporan posisi keuangan pada akhir periode,

laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas

selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan

keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang

disajikan saat emiten atau perusahaan publik menerapkan suatu kebijakan

akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos

laporan keuangan atau ketika emiten atau perusahaan publik

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannnya.

Adapun pelanggaran yang terkait dengan peraturan VIII.G.7, yaitu:

1. Kesalahan penyajian laporan keuangan.

2. Pelanggaran atas pengakuan akun, seperti akun persediaan.

3. Kesalahan pengungkapan akun, seperti modal saham dan laporan arus

kas.

b. Peraturan Nomor IX. E. 2

Peraturan ini mengatur mengenai Transaksi Material dan

Perubahan Kegiatan Usaha Utama sebagaimana dimuat dalam Keputusan

Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-413/BL/2009 dan kemudian

disempurnakan dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-

614/BL/2011 yang mulai berlaku sejak tanggal 28 November 2011.

Dalam peraturan no. IX.E.2 tersebut menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan transaksi material adalah setiap pernyataan dalam badan

usaha, proyek, dan/atau kegiatan usaha tertentu; pembelian, penjualan,

Page 80: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

62

pengalihan, tukar menukar aset atau segmen usaha; sewa menyewa aset;

pinjam meminjam dana; menjaminkan aset; dan/atau memberikan jaminan

perusahaan dengan nilai 20% (dua puluh persen) atau lebih dari ekuitas

perusahaan, yang dilakukan dalam satu kali atau dalam suatu rangkaian

transaksi untuk suatu tujuan atau kegiatan tertentu. Kemudian, perusahaan

yang melakukan transaksi material sebagaimana yang disebutkan di atas

tersebut wajib melaporkan informasi tentang transaksi material tersebut

kepada Bapepam dan LK atau OJK.

Adapun yang dimaksud dengan perubahan kegiatan usaha utama

dalam peraturan no. IX.E.2, yaitu perubahan kegiatan usaha sebagaimana

yang tercantum dalam anggaran dasar perusahaan dan telah dijalankan,

dimana perubahan kegiatan usaha itu dikhawatirkan akan mempengaruhi

kelangsungan usaha perusahaan.

Adapun pelanggaran yang terkait dengan peraturan IX.E.2, yaitu:

1. Tidak melakukan keterbukaan informasi atas transaksi material atas

pemberian pinjaman dan pembelian, serta tidak terdapat pendapat

kewajaran atas pembelian tersebut.

2. Belum memperoleh persetujuan RUPS atas transaksi pembelian

obligasi dan saham yang sifatnya material.

B. Penelitian Sebelumnya

Berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam

penelitian ini. Tabel 2.1

Page 81: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

63

Tabel 2. 1

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Rabi’u Abdullahi,

Noorhayati Mansor,

Mohammed Isa Kida,

dan NuraShu’aibu

Safi (2016)

An Empirical

Analysis on the

Influence of

Social

Conditioning

and Capability

toward

Financial

Fraud in Kano

State Public

Sectors

- Mengidentifikasi

faktor-faktor yang

mempengaruhi adanya

fraud dalam keuangan

- Penggunaan variable

capability sebagai

variabel independen

- Jenis penelitian yaitu

kuantitatif

- Penggunaan metode

pendekatan exploratory

- Penggunaan instrumen

kuesioner

- Sampel penelitian

merupakan sektor

pemerintahan di

Nigeria

- Penggunaan variabel

social conditioning

sebagai variabel

independen

- Penggunaan analisis

regresi berganda

Penelitian ini mengungkapkan bahwa

social conditioning dan capability

mempunyai pengaruh positif dan

signifikan di Pegawai Negeri Sipil Kano

untuk melakukan fraud dengan p-values

statistik untuk masing-masing dari dua

variabel tersebut adalah 0.000.

2 Shaio Yan Huang,

Chi-Chen Lin, An-An

Chiu, dan David C.

Yen (2016)

Fraud

detection using

fraud triangle

risk factors

- Mengidentifikasi

faktor-faktor financial

statement fraud

- Penelitian kuantitatif

Menggunakan varibel

pressure, opportunity,

dan rationalization

- Menggunakan proksi

- Penggunaan pendekatan

Lawshe’s untuk memilih

faktor-faktor penting,

dimana item-item

dengan nilai CVR

(content validity ratio)

yang belum sesuai

kriteria harus dieliminasi

Hasil dari AHP menunjukkan bahwa

dimensi yang paling penting adalah

pressure dan sedikitnya satu adalah

rationalization. Top 5 pengukuran

penting adalah poor performance, need

for external financing, financial distress,

insufficient board oversight, dan

competition. Hasil ini menyediakan -

Page 82: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

64

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

ROA (Return on Assets)

dan debt to equity ratio

- Model AHP (Analytic

Hierarchy Process)

untuk menentukan

ranking dari faktor-

faktor fraud

- Expert’s quessionaire

untuk rangking faktor-

faktor penting

manfaat yang signifikan kepada auditor

dan manajer dalam meningkatkan

efisiensi dari pendeteksian fraud dan

evaluasi kritis.

3 Chi-Chen Lin, An-An

Chiu, Shaio Yan

Huang, dan David C.

Yen (2015)

Detecting the

Financial

Statement

Fraud: The

Analysis of

Differences

Between Data

Mining

Techniques

and Experts’

Judgment

- Penelitian kuantitatif

- Penggunaan rasio

analisis seperti ROA

(Return on Asset) dan

debt to equity

- Menggunakan variabel

fraud, yaitu pressure,

opportunity, dan

rationalization

- Meneliti financial -

statement fraud dalam

perusahaan publik

- Menentukan rangking

faktor-faktor fraud

- Menggunakan metode

kuesioner dalam

pengumpulan data

- Data penelitian dari

1998-2010 yang

diterbitkan oleh

Taiwan Securities and

Futures Bureau

ANNs dan CART model mempunyai

tingkat keakuratan lebih tinggi dalam

mendeteksi fraud dibandingkan model

regresi logistik. ANNs dan CART model

berturut-turut mempunyai tingkat

signifikan dalam training dan testing

sampel, yaitu 91,2% (ANNs) & 90,4%

(CART), dan 92,8% (ANNs) & 90,3%

(CART). Sedangkan model regresi

logistik mempunyai tingkat keakuratan

83,7% untuk training sample dan 88,5%

untuk testing sample.

Page 83: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

65

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

- Menggunakan sampel

data fraud dari

lembaga jasa keuangan

- Penggunaan model

analisis regresi logistik

- Penggunaan model

analisis CART

(Classification and

Regression Trees) dan

ANNs (Artificial

Neural Network)

- Penggunakan model

analisis AHP (Analytic

Hierarchy Process)

sebagai pembanding

4 Hawariah Dalnial,

Amrizah

Kamaluddin,

Zuraidah Mohd

Sanusi, and Khairun

Syafiza Khairuddin

(2014)

Detecting

Fraudulent

Financial

Reporting

through

Financial

Statement

Analysis

- Melakukan penelitian

kuantitatif dan sumber

sekunder dari

perusahaan publik

- Menggunakan rasio

keuangan untuk

mendeteksi fraudulent

financial reporting

- Menggunakan data

perusahaan fraud dari

lembaga keuangan.

- Perusahaan publik

yang terdaftar pada

Bursa Malaysia

- Sampel perusahaan

yaitu dari tahun 2000-

2011

- Penggunaan model

regresi berganda

- Variabel independen

asset composition,

liquidity, dan capital

Hasil dari penelitian ini mengindikasikan

bahwa beberapa rasio keuangan seperti

total debt to total asset, dan receivable to

revenue ditemukan manjadi predictor

signifikan untuk mendeteksi fraudulent

financial reporting. Ini merefleksikan

bahwa rasio keuangan bisa membantu

dalam mendeteksi fraudulent financial reporting.

Page 84: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

66

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

- Matching process

dalam menentukan

perusahaan non-fraud

turnover dan variabel

size sebagai control

variable

5 Christopher J.

Skousen, Kevin R.

Smith, dan Charlotte

J. Wright (2009)

Detecting and

Predicting

Financial

Statement

Fraud: The

Effectiveness

of The Fraud

Triangle and

SAS No.99

- Mengidentifikasi

faktor-faktor deteksi

financial statement

fraud

- Penggunaan variabel

pressure, opportunity,

dan rationalization

- Penggunaan proksi

ROA, leverage, opini

audit, dan proporsi

komisaris independen

- Penggunaan regresi

logistik dan analisis

diskriminan (cross-

validation method)

- Matching process

dalam memilih

perusahaan non-fraud ,

yaitu terdiri dari

waktu, industri dan

- Data penelitian dari

tahun 1992-2001

- Indikator financial

stability, personal-

financial need, nature

of industry, dan

organizational

structure

- Proksi Gross Profit

Margin, Sales

Changes, asset

change, CATA, Sales

per Account

Receivable, Sales per

Total Assets,

FINANCE, FREEC,

OSHIP, dan 5% OWN

Penelitian ini menemukan bahwa

pertumbuhan aset, kebutuhan kas yang

meningkat, dan pembiayaan eksternal

secara positif mempengaruhi fraud.

Kepemilikan internal vs eksternal atas

saham dan pengendalian dari kepala

direktur juga meningkatkan kejadian

fraudulent financial statement.

Penambahan jumlah anggota komite

audit yang independen secara negatif

berhubungan dengan terjadinya fraud.

Pengujian juga mengindikasikan bahwa

variabel yang signifikan juga

berpengaruh terhadap prediksi dari

sampel perusahaan dalam kelompok

fraud dan non-fraud. Model secara akurat

dapat memprediksi fraud secara overall

yaitu sebesar 70 – 73 persen.

Page 85: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

67

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

6 Chyntia Tessa G. dan

Puji Harto (2016)

Fraudulent

Financial

Reporting:

Pengujian

Teori Fraud

Pentagon Pada

Sektor

Keuangan dan

Perbankan di

Indonesia

ukuran perusahaan

yang sama

- Penelitian kuantitatif

dan bersumber dari

Bursa Efek Indonesia

- Menguji elemen faktor

risiko fraud pentagon

- Menggunakan model

regresi logistik dalam

analisis fraud

- Menggunakan proksi

ROA (pressure),

leverage (pressure),

rasio dewan komisaris

independen,

pergantian direksi

(capability), dan

frekuensi jumlah foto

CEO (arrogance)

- Sampel perusahaan

dari tahun 2012-2014

- Sampel sektor

keuangan dan

perbankan di

Indonesia

- Menggunakan

indikator financial

stability (pressure),

institusional

ownership (pressure),

kualitas auditor

eksternal

(opportunity), changes

in auditor

(rationalization)

- Kriteria restatement

LK sebagai dasar

pengenaan fraud

Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa financial stability, external

pressure, dan frekuensi jumlah foto CEO

signifikan dalam mendeteksi keterjadian

fraudulent financial reporting. Variabel

signifikan itu mempresentasikan dua

elemen penting dalam sebuah teori

crowe’s fraud pentagon, yang bernama

pressure dan arrogance.

7 Merissa Yesiariani

dan Isti Rahayu

(2016)

Analisis Fraud

Diamond

Dalam

Mendeteksi

- Menggunakan sampel

perusahaan publik di

Indonesia

- Menguji hubungan

- Sampel perusahaan

merupakan perusahaan

yang tergabung dalam

indeks LQ-45

Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel external pressure dan

rationalization memberikan pengaruh

yang signifikan positif dan variabel -

Page 86: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

68

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Financial

Statement

Fraud

(Studi Empiris

Pada

Perusahaan

LQ-45 Yang

Terdaftar Di

Bursa Efek

Indonesia

Tahun 2010 -

2014)

variabel pressure,

opportunity,

rationalization, dan

capability terhadap

fraud on financial

reports

- Penggunaan proksi

ROA (pressure),

leverage (pressure),

proporsi komisaris

independen

(opportunity) dan

pergantian direksi

(capability)

- Sampel perusahaan

dari tahun 2010-2014

- Penggunaan indikator

financial stability-

(pressure), personal

financial need

(pressure), nature of

industry (opportunity),

change in auditor

(rationalization), dan

TATA

(rationalization)

- Penggunaan model

regresi linier berganda

financial stability, financial targets,

change of auditors, personal financial

need, nature of industry, ineffective

monitoring, dan capability tidak

berdampak pada fraud on financial

report.

8 Fira Firmanaya dan

Muchammad

Syafruddin (2014)

Analisis

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Kecurangan

Laporan

Keuangan

(Studi Empiris

pada

- Penelitian kuantitatif

dan bersumber dari

website Bursa Efek

Indonesia

- Menguji variabel

pressure, opportunity,

dan rationalization

- Analisis regresi

logistik

- Data penelitian yaitu

tahun 2008-2011

- Penggunaan proksi

rasio perputaran

modal, transaksi pihak

istimewa, ukuran

perusahaan audit, rasio

persediaan/total aset,

pergantian auditor, dan

Varibel profitabilitas mempunyai

pengaruh yang negatif terhadap

kemungkinan fraudulent financial

statement. Sedangkan variabel leverage,

rasio perputaran modal, transaksi pihak

istimewa, ukuran perusahaan audit, rasio

persediaan/total aset, pergantian auditor,

opini audit, dan kemampuan going

concern tidak mempunyai pengaruh yang

Page 87: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

69

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Perusahaan

Non Keuangan

yang Terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia

Tahun 2008-

2011)

- Penggunaan proksi

leverage (pressure)

dan opini audit

(rationalization)

- Penggunaan Peraturan

Bapepam No. VIII. G.

7 sebagai dasar

pengenaan fraud

kemampuan going

concern

- Perusahaan keuangan

tidak dimasukan dalam

sampel penelitian

signifikan terhadap fraudulent financial

statement.

9 Danuharja Arvin

Prabowo (2014)

Pengaruh

Komisaris

Independen,

Independensi

Komite Audit,

Ukuran dan

Jumlah

Pertemuan

Komite Audit

terhadap

Manajemen

Laba (Studi

Kasus pada

Perusahaan

- Penelitian merupakan

penelitian kuantitatif

- Data yang digunakan

yaitu data sekunder

- Penentuan sampel

yaitu purposive

sampling

- Variabel independen

yaitu independensi

komisaris

- Variabel dependen

yang mendeskripsikan

fraud dalam penelitian

ini yaitu manajemen

laba

- Penggunaan variabel

independen & ukuran

komite audit dan

jumlah pertemuan

komite audit

- Penggunaan analisis

regresi linier berganda

- Populasi dalam

penelitian ini terbatas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

komisaris independen, independensi

komite audit, ukuran, dan jumlah

pertemuan komite audit secara simultan

berpengaruh terhadap manajemen laba

pada perusahaan manufaktur di BEI.

Variabel ukuran dan jumlah pertemuan

komite audit tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba pada perusahaan

manufaktur di BEI. Sedangkan variabel

komisaris independensi dan independensi

komite audit secara parsial berpengaruh

terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur di BEI.

Page 88: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

70

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Manufaktur

yang Terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia

2010-2012)

di sektor manufaktur

- Sampel perusahaan

yaitu dalam periode

2010-2012

10 Sukirman dan Maylia

Pramono Sari (2013)

Model Deteksi

Kecurangan

Berbasis Fraud

Triangle

- Data yang digunakan

yaitu perusahaan

publik di Indonesia

- Menguji variabel

pressure, opportunity,

dan rationalization

- Perusahaan yang

melakukan

pelanggaran aturan

Bapepam LK

digunakan sebagai

dasar

Pengenaan fraud

- Penggunaan proksi

leverage, ROA, dan

audit report

- Penggunaan model

analisis regresi logistik

- Data penelitian yaitu

dari tahun 2006-2010

- Penggunaan indikator

stabilitas finansial dan

kebutuhan financial

personal dalam

variabel pressure;

karakteristik industri

dan struktur organisasi

pada variabel

opportunity

- Penggunaan proksi

perubahan auditor

eksternal pada variabel

rationalization

Hasil dari penelitian dari empat hipotesis

yang diajukan, hanya satu variabel yang

membentuk model karena memiliki nilai

signifikansi di bawah 0.05.

Interpretasinya adalah bahwa lebih tinggi

audit report (rationalization), akan

membuat organisasi terdorong

melakukan fraud lebih tinggi. Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa hipotesis keempat diterima karena

audit report mempunyai kemampuan

dalam membentuk model untuk

memprediksi fraud dalam sebuah

perusahaan. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini tidak dapat

digunakan dalam membentuk model.

Page 89: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

71

Tabel 2.1 (lanjutan)

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

11 Suyanto (2009) Fraudulent

Financial

Statement:

Evidence from

Statement on

Auditing

Standards No.

99

- Mengidentifikasi

faktor-faktor risiko

fraud dalam

memprediksi

kemungkinan financial

statement fraud

- Penggunaan variabel

pressure, opportunity,

dan rationalization

- Penggunaan proksi

leverage (pressure)

dan audit report

(rationalization)

- Sampel perusahaan

publik

- Menggunakan analisis

regresi logistik

- Menggunakan analisis

diskriminan untuk

membangun model

prediksi fraud

- Sampel perusahaan

dipilih pada tahun

2001-2006

- Penggunaan proksi

Capital Turnover

(pressure); Related

Party Transaction

(opportunity); Big 4

(opportunity);

Inventory/Total Assets

(opportunity); Auditor

Change

(rationalization), dan

Going Concern

(rationalization)

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa

faktor risiko fraud yang memiliki

hubungan signifikan dengan

kemungkinan terjadinya fraud.

Konsisten dengan penelitian

sebelumnya, pressure yang diwakili oleh

profitability; opportunity yang diwakili

oleh inventory/total assets (INVTA),

related party transaction (RPTRANS),

dan Big 4 secara signifikan berhubungan

dengan financial reporting frauds. Dan

tidak ada variabel rationalization yang

secara statistik relevan terhadap model.

Secara overall, model fraud memiliki

tingkat keakurasian yaitu 67.1%. Model

secara benar mengklasifikasikan

perusahaan non-fraud yaitu 77% dan

perusahaan fraud sebesar 51%.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Page 90: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

72

C. Kerangka Berpikir

Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Perusahaan terdaftar di BEI

patuh pada peraturan OJK

(non-fraud firm)

Perusahaan terdaftar di BEI

terkena sanksi dan kasus atas

peraturan OJK (fraud firm)

Basis teori:

Agency Theory & Fraud Pentagon Theory

Rationalization

Capability/competence

Fraudulent

financial

statement

Metode Analisis

Analisis Regresi Logistik

Analisis Diskriminan

Arrogance

Pressure

Financial targets

External pressure

Opportunity

Ineffective monitoring

Wilcoxon Signed-Rank Test

Gambar 2.5

Kerangka Pemikiran

Page 91: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

73

D. Hipotesis

1. Financial Targets dan Fraudulent Financial Statement

Financial targets sering diidentikan dengan target jangka pendek dalam

organisasi untuk mendapatkan laba dalam jumlah tertentu. Dalam beberapa

kasus, financial targets boleh jadi mempengaruhi seorang pegawai dalam

melakukan fraud. Financial targets dapat membuat tekanan yang tidak

semestinya yang membuat pegawai dapat melakukan fraud untuk kesuksesan

mereka (SAS No. 99, 2002:1757). Summers dan Sweeney (1998:136)

menjelaskan bahwa ROA sebagai proksi financial targets secara signifikan

membedakan antara perusahaan fraud dan non-fraud. Financial target

biasanya menggunakan proksi ROA sebagai ukuran kinerja operasi yang

digunakan untuk mengindikasikan seberapa efisien aset dibangun (Skousen,

et., al, 2009:62). Penelitian Skousen, et., al. (2009) memperlihatkan bahwa

tidak ada pengaruh yang signifikan antara financial targets dengan fraudulent

financial statement. Namun, penelitian Huang, et., al (2016); Yesiariani dan

Rahayu (2016); Lin, et., al (2015); Firmanaya dan Syafruddin (2014); dan

Suyanto (2009) mengungkapkan bahwa ROA sebagai proksi dari financial

targets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap fraud. Berdasarkan

uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Lanjutan..

Page 92: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

74

H1 : financial targets dapat mendeteksi fraudulent financial statement

2. External Pressure dan Fraudulent Financial Statement

Perusahaan sering mengalami suatu tekanan dari pihak eksternal. Salah satu

tekanan yang sering dialami manajemen perusahaan adalah kebutuhan untuk

mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap

kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau

modal (Skousen et al., 2009:60). Beneish (1997:283) menyatakan bahwa

dorongan untuk melanggar GAAP meningkat dengan leverage jika manajer

berusaha untuk mendapatkan akses biaya yang lebih murah untuk modal atau

kemungkinan penghindaran pelanggaran perjanjian utang. Yesiariani dan

Rahayu (2016) menyebutkan bahwa perusahaan yang tidak mempunyai

kemampuan dalam mengembalikan hutangnya menjadi sebuah tekanan bagi

manajemen untuk melakukan manipulasi. Dalam penelitian sebelumnya

terdapat adanya pengaruh yang signifikan antara leverage dengan deteksi

fraudulent financial statement. Yesiariani dan Rahayu (2016); Tessa dan

Harto (2016); dan Dalnial, et., al (2014) telah menemukan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara external pressure yang diproksikan dengan

leverage terhadap deteksi fraudulent financial statement. Berdasarkan uraian

tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2 : external pressure dapat mendeteksi fraudulent financial statement

3. Ineffective Monitoring dan Fraudulent Financial Statement

SAS No. 99 (2002:1722) menyatakan bahwa pengawasan yang tidak efektif

oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola proses pelaporan keuangan

Page 93: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

75

dan pengendalian intern yang tidak efektif dapat memotivasi adanya fraud.

Fraud dapat dikurangi dengan adanya pengendalian internal yang baik, salah

satunya melalui dewan komisaris independen. Komisaris independen dalam

hal ini merupakan komisaris yang tidak memiliki hubungan bisnis

(kontraktual) ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham mayoritas

dan dewan direksi baik secara langsung maupun tidak langsung (Prabowo,

2014). Secara langsung keberadaan komisaris independen menjadi penting,

karena di dalam praktek pelaporan keuangan sering ditemukan transaksi yang

mengandung benturan kepentingan dan mengabaikan kepentingan pemegang

saham publik (pemegang saham minoritas), serta stakeholders lainnya

(Prabowo, 2014). Dalam penelitian yang berkaitan dengan ineffective

monitoring dengan proksi proporsi komisaris independen dalam dewan

komisaris dan pengaruhnya terhadap fraud dilakukan oleh Prabowo (2014).

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

positif antara komisaris independen dalam sebuah perusahaan terhadap

manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

H3 : innefective monitoring dapat mendeteksi fraudulent financial

statement

4. Rationalization dan Fraudulent Financial Statement

Rationalization mengijinkan pemerintah, manajemen, dan pegawai untuk

melakukan fraudulent financial statement, seperti yang disebutkan dalam SAS

No. 99 (2002:1751). Auditor harus sadar akan bahaya dengan rationalization

Page 94: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

76

ini, dikarenakan sifatnya yang sulit untuk diketahui. Skousen, et., al (2009:66)

mengatakan bahwa rationalization adalah variabel yang sangat sulit untuk

diukur. Skousen, et., al (2009:66-67) menjelaskan bahwa rationalization dapat

diukur dengan menggunakan audit report, total accrual divided by total

assets, dan audit change. Dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara rationalization dengan fraudulent

financial statement (Fimanaya dan Syafruddin, 2014 dan Skousen, et., al,

2009 ). Namun, dalam penelitian lain disebutkan bahwa audit report sebagai

proksi dari rationalization mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

fraudulent financial statement (Sukirman dan Sari, 2013). Lebih lanjut,

Sukirman dan Sari (2013:220) menyebutkan bahwa audit report terbukti

mempunyai kemampuan dalam membentuk model untuk memprediksi fraud

pada perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

H4 : rationalization dapat mendeteksi fraudulent financial statement

5. Capability/competence dan Fraudulent Financial Statement

Fraud dapat muncul dikarenakan terdapat kemampuan seorang

individu yang mempunyai peran penting dalam perusahaan untuk melakukan

fraud. Individual capability adalah sifat dan kemampuan pribadi yang

mempunyai peran penting, di mana fraud bisa terjadi dengan didukung

hadirnya tiga elemen lain (fraud triangle) (Wolfe dan Hermanson, 2004:38).

Capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari seseorang itu

melakukan fraud di lingkungan perusahaan. Ada banyak komponen dari

Page 95: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

77

Capability antara lain : Position/Function, Brains, Confidence/Ego,

CoercionSkills, Effective Lying dan Immunity to stress. Dalam penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan capability yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Abdullahi, et., al (2016), mengemukakan bahwa adanya hubungan yang

signifikan positif dari adanya capability untuk melakukan fraud.

Dalam penelitian ini akan menggunakan pergantian jajaran direksi

sebagai proksi dari capability/competence. Pergantian jajaran direksi pada

umumnya sarat dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu

yang memicu munculnya conflict of interest. Wolfe dan Hermanson (2004)

mengemukakan bahwa perubahan direksi mampu menyebabkan stress period

yang berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud.

Pergantian jajaran direksi tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.

Pergantian jajaran direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk

memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan

susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih

berkompeten dari direksi sebelumnya (Tessa dan Harto, 2016:10). Sementara

disisi lain, pergantian direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk

menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan

perusahaan serta perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu

adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal (Tessa dan Harto, 2016:10).

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis berikut:

H5 : capability/competence dapat mendeteksi fraudulent financial

statement

Page 96: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

78

6. Arrogance dan Fraudulent Financial Statement

Arrogance merupakan sebuah tingkah laku superioritas dan keserakahan yang

ada pada seseorang yang percaya bahwa internal control tidak diterapkan

untuk dirinya (Horwath, 2011:1). Sikap arrogance biasanya lebih ditujukan

kepada seorang yang memiliki jabatan tinggi dalam sebuah perusahaan.

Sebuah penelitian dari Tessa dan Harto (2016) mengemukakan bahwa seorang

CEO cenderung lebih ingin menunjukkan kepada semua orang akan status dan

posisi yang dimilikinya dalam perusahaan karena mereka tidak ingin

kehilangan status atau posisi tersebut. Dalam penelitian Tessa dan Harto

(2016) juga didapat hasil penelitian tentang pengaruh dari arrogance terhadap

pendeteksian fraudulent financial statement. Dimana dikemukakan bahwa

variabel arrogance dengan proksi jumlah foto CEO yang terdapat dalam

sebuah laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian

fraudulent financial statement. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H6 : arrogance dapat mendeteksi fraudulent financial statement

Page 97: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

79

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional

digunakan untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah

(Sekaran, 2011:165). Kemudian, penelitian ini bertujuan untuk melakukan

pengujian hipotesis atas variabel. Dimana pengujian hipotesis biasanya

menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok

atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran,

2011:162). Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menganalisis fraud

pentagon indicators berkaitan dengan kemampuannya dalam mendeteksi

fraudulent financial statement.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas

variabel dependen dan variabel independen. Varibel dependen dalam penelitian

ini, yaitu fraudulent financial statement, sedangkan variabel independen yang

digunakan adalah fraud pentagon indicators, yang terdiri dari financial targets

dan external pressure (pressure), ineffective monitoring (opportunity),

rationalization, capability/competence, dan arrogance. Kemudian, populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada seluruh

sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015.

Page 98: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

80

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan publik yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI), dan terkena sanksi dan kasus OJK. Adapun tahun

yang digunakan pada sampel penelitian adalah tahun 2011-2015, dengan tujuan

untuk memperoleh keterbaruan data yang digunakan dan rentang waktu data yang

lebih luas. Data sampel tersebut didapat melalui sumber data sekunder.

Metode pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling dengan teknik judgement sampling. Pemilihan metode

purposive sampling dengan teknik judgement sampling ini didasarkan pada

pemilihan subjek yang sebagian besar berada pada tempat yang menguntungkan

atau dalam posisi terbaik untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan (Sekaran

dan Bougie, 2013:252). Metode pemilihan sampel ini dibatasi untuk data spesifik

yang dapat menghasilkan informasi yang diinginkan (Sekaran dan Bougie,

2013:252).

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel

adalah sebagai berikut :

1. Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan terkena sanksi dan kasus OJK tahun 2011-2015.

2. Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang melanggar peraturan

OJK nomor IX.E.2 dan VIII.G.7.

3. Sampel perusahaan non-fraud merupakan perusahaan yang tidak memiliki

indikasi adanya fraud, serta jumlah net sales dan asset yang sebanding atau

hampir sama dengan perusahaan fraud pada tahun 2011-2015 pada sub sektor

Page 99: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

81

industri yang sama berdasarkan struktur kode 2 digit pada JASICA (Jakarta

Stock Industrial Classification).

4. Sampel perusahaan fraud dan non-fraud menerbitkan laporan tahunan

lengkap dan laporan keuangan audited selama periode 2011-2015.

5. Perusahaan tidak delisting selama periode 2011-2015.

6. Perusahaan fraud dan non-fraud konsisten selama 2011-2015 berada pada

satu sub sektor industri yang sama.

7. Laporan audited dari perusahaan fraud dan non-fraud periode 2011-2015

dapat diakses dan didownload dalam website www.idx.co.id dan website

resmi perusahaan.

C. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Berikut merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini (Sarwono, 2006:127):

1. Pencarian secara manual

Dalam melakukan pengumpulan data secara manual. Penelitian ini

menggunakan data internal yang dapat diambil dari sumber informasi yang

berasal dari data base khusus dan data base umum (Sarwono, 2006:127).

Dalam penelitian ini diambil data dari sumber data base khusus Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) terkait perusahaan yang terkena sanksi dan kasus yang

berkaitan dengan peraturan OJK nomor IX. E. 2 dan VIII. G. 7 periode 2011-

2015. Data base khusus sendiri merupakan sumber informasi yang

dirahasiakan dan tidak disediakan untuk umum (Sarwono, 2006:127).

Page 100: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

82

2. Pencarian secara online

Penelitian ini menggunakan data-data yang berasal dari data base yang

dikelola oleh sejumlah perusahaan jasa yang menyediakan informasi dan data

untuk kepentingan bisnis maupun non-bisnis (Sarwono, 2006:128). Data base

online yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bersumber dari website

Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bisa diakses oleh siapapun dan website

perusahaan yang bersangkutan.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan program komputer SPSS ver. 22. Kemudian,

metode analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik

dan analisis diskriminan. Penelitian ini juga menggunakan wilcoxon signed-rank

test, di mana wilcoxon signed-rank test ini digunakan untuk membandingkan dua

sampel berpasangan dengan skala interval tapi tidak terdistribusi normal (Uyanto,

2009:311). Berikut penjabaran analisis dalam penelitian ini:

1. Wilcoxon Signed-Rank Test

Wilcoxon signed-rank test merupakan uji statistika nonparametrik. Wilcoxon

signed-rank test digunakan untuk membandingkan dua sampel berpasangan

dengan skala interval tapi tidak terdistribusi normal (Uyanto, 2009:311).

Dengan demikian untuk melihat data tidak terdistribusi normal, maka

diperlukan uji statistik kolmogorov-smirnov. Wilcoxon signed-rank test

merupakan alternatif dari uji t dua sampel berpasangan (paired-samples t-

test). Uji ini digunakan untuk menguji ukuran perusahaan fraud dengan non-

fraud (sales dan asset) apakah memiliki kesamaan atau tidak, dan menguji

Page 101: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

83

variabel independen. Variabel yang lolos uji yaitu yang mempunyai

signifikansi (p < 0,05).

2. Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik disebut juga regresi biner, karena variabel tergantung yang

diprediksi merupakan variabel biner atau kategoris (Sarwono, 2013:18).

Regresi logistik menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat

diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghazali, 2013:333). Analisis regresi

logistik dalam penelitian ini digunakan, karena asumsi multivariate normal

distribution tidak dapat dipenuhi dan variabel bebas merupakan campuran

antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik) (Ghazali,

2013:333). Dalam analisis regresi logistik ini terdapat beberapa analisis untuk

menjelaskan hasil pengujian, diantaranya:

a. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan hosmer dan

lemeshow’s goodness of fit test. Hosmer dan lemeshow’s goodness of fit

test digunakan untuk mengukur apakah probabilitas yang diprediksi

sesuai dengan probabilitas yang diobservasi (Widarjono, 2015:117).

Hosmer and lemeshow’s goodness of fit test menguji hipotesis nol bahwa

data empiris cocok atau sesuai dengan model (Ghazali, 2013:341). Jika

nilai hosmer and lemeshow’s goodness of fit Test lebih besar dari 0.05,

maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat

diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghazali, 2013:341).

Page 102: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

84

Adapun hipotesis yang digunakan dalam menilai kelayakan model

regresi, sebagai berikut: (Sarwono, 2013:158)

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang

diprediksi dan yang diamati (fit dengan data)

H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang diprediksi dan

yang diamati (tidak fit dengan data)

Adapun dasar keputusan yang dibuat, sebagai berikut:

1) Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima

2) Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak

b. Menilai Kelayakan Model Regresi Keseluruhan

Kelayakan model regresi secara keseluruhan dapat dinilai dengan

menggunakan nilai log likelihood. Log of the likelihood merupakan

ukuran kebaikan garis regresi logistik di dalam metode maximum

likelihood sebagaimana jumlah residual kuadrat di dalam garis regresi

linier (Widarjono, 2015:112). Untuk mengukur kebaikan dari estimasi di

dalam regresi logistik biasanya nilai -2 dikalikan dengan log of the

likelihood (-2LogL) (Widarjono, 2015:112). Statistik -2LogL dapat juga

digunakan untuk menemukan jika variabel bebas ditambahkan ke dalam

model apakah secara signifikan memperbaiki model fit (Ghazali,

2013:341). Nilai minimum dari -2LogL sebesar 0. Jika nilai -2LogL ini

0, maka model adalah sempurna karena jika likelihood = 1 maka -2LogL

harus sama dengan 0 (Widarjono, 2015:112). Dengan demikian, semakin

Page 103: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

85

kecil nilai -2LogL maka semakin baik model dan sebaliknya semakin

besar nilai -2LogL semakin kurang baik model (Widarjono, 2015:112).

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) di dalam regresi logistik mengukur proporsi

varian di dalam variabel independen yang dijelaskan oleh variabel

independen (Widarjono, 2015:112). Namun, dikarenakan koefisien

determinasi (R2) sebagai ukuran kebaikan regresi adalah ukuran yang

kurang baik di dalam regresi logistik, tidak seperti dalam regresi linier

(Widarjono, 2015:112-113). Dengan demikian, Koefisien determinasi

(R2) dalam regresi logistik disebut dengan ukuran yang palsu (Pseudo

R2), yang digunakan sebagai ukuran kebaikan garis regresi di dalam

regresi logistik. (Widarjono, 2015:113). Ada dua ukuran Pseudo R2 yang

bisa digunakan, yaitu:

1) Cox and Snell R2

Formula dari Cox and Snell R2 adalah :

RCR2 - [

(0)

( )]

2

n

2) Nagelkerke R2

Formula dari Nagelkerke R2 adalah :

RN2

RCR

- (0) 2n

Dimana L(0) adalah likelihood model hanya dengan konstanta dan L(B)

adalah model yang diestimasi dan n adalah jumlah observasi. Ukuran

statistika ini sama dengan koefisien determinasi R2 di mana semakin

Page 104: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

86

besar nilainya semakin baik garis regresi logistik yang kita miliki

(Widarjono, 2015:113) .

d. Uji Signifikansi Koefisien Regresi

Uji signifikansi koefisien regresi dalam model regresi logistik sama

dengan uji signifikansi menggunakan uji t pada model regresi linier

berganda (Widarjono, 2015:114). Uji signifikansi model logit ini

menggunakan uji statistika wald (Widarjono, 2015:114). Dari uji

statistika wald ini bisa diketahui apakah variabel independen dapat

mempengaruhi variabel dependen (Widarjono, 2015:114). Sebagaimana

uji statistika t dalam model regresi, maka jika probabilitas chi square (x2)

lebih kecil dari tingkat signifikansi (α = 5%), maka hasilnya signifikan,

dan sebaliknya jika chi square (x2) lebih besar dari tingkat signifikansi (α

= 5%), maka hasilnya tidak signifikan (Widarjono, 2015:114). Variabel

independen yang memiliki hasil yang signifikan, maka layak digunakan

untuk membentuk model pendeteksian fraudulent financial statement dan

bisa diuji ke tahap analisis diskriminan.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik diatas, maka dapat terbentuk

persamaan dari model regresi logistik sebagai berikut: (Skousen, et., al,

2009)

FRAUDi = ß0 + ß1ROAi + ß2LEVi + ß3BDOUTi + ß4AUDREPORTi +

ß5DCHANGEi + ß6CEOPICi + εi

Keterangan :

FRAUD : Fraudulent Financial Statement

Page 105: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

87

ß0 : Konstanta

β ,2,… : Koefisien Variabel

ROA : Financial Target (Return on Asset)

LEV : External Pressure (Leverage)

BDOUT : Ineffective Monitoring (Proporsi Komisaris Independen)

AUDREPORT : Rationalization (Opini Audit)

DCHANGE : Capability (Pergantian dan Perubahan Jajaran Direksi)

CEOPIC : Arrogance (Frequent Number of CEO Picture)

Εi : eror

3. Analisis Diskriminan (Cross-validation Method)

Dalam menguji model pendeteksian fraudulent financial statement, penelitian

ini menggunakan analisis diskriminan dengan metode cross-validation.

Dalam menguji model pendeteksian fraudulent financial statement, penelitian

ini menggunakan hasil uji signifikansi model pendeteksian fraudulent

financial statement dari analisis regresi logistik. Variabel signifikan dari

analsisis regresi logistik bisa digunakan untuk memprediksi aktivitas fraud

(skousen, et., al, 2009:70). Cross validation digunakan untuk menguji model

yang bersangkutan dalam menentukan prediksi atas klasifikasi dari model

perusahaan sampel fraud dan non fraud (Skousen et., al, 2009:70). Metode

cross-validation sangat efektif dalam menyajikan sebuah estimasi yang tidak

bias dari tingkat misklasifikasi model (Hair, et., al, 1995 dalam Skousen, et.,

al, 2009).

Page 106: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

88

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel

dependen penelitian ini meliputi fraudulent financial statement dan variabel

independen yaitu fraud pentagon dengan enam variabel, yaitu financial targets,

external pressure, ineffective monitoring, rationalization, capability/competence,

dan arrogance.

1. Variabel Dependen

Fraudulent Financial Statement merupakan kesalahan yang

disengaja atas pengungkapan laporan keuangan yang dibuat untuk

membohongi pengguna laporan keuangan dimana dampaknya menyebabkan

laporan keuangan tidak ditampilkan dalam hal yang material, sesuai dengan

GAAP (SAS No. 99, 2002:1.722). Kemudian, SAS No. 99 (2002:1.721) juga

menyebutkan bahwa fraud adalah sebuah perbuatan disengaja yang

menghasilkan sebuah salah saji material dalam laporan keuangan yang

menjadi subjek audit.

Pada dasarnya laporan keuangan adalah media komunikasi

manajemen dengan pengguna laporan keuangan terhadap kinerja dan kondisi

keuangan perusahaan, namun salah saji material yang diakibatkan oleh

adanya fraudulent financial statement mengakibatkan sebuah asimetri

informasi laporan keuangan sehingga bisa mengelabui pengguna laporan

keuangan itu sendiri. Laporan keuangan hendaknya bisa memberikan

informasi yang berguna bagi para calon investor dan kreditor maupun yang

sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat investasi, kredit, dan

Page 107: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

89

keputusan-keputusan lain yang serupa secara rasional (Riahi & Belkaoui,

2011:233). Kemudian, pelaporan keuangan hendaknya memberikan informasi

mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode tersebut (Riahi &

Belkaoui, 2011:234).

Dalam SAS No. 99 (2002:1.722), salah saji yang muncul dari

kecurangan laporan keuangan bisa berupa manipulasi, pemalsuan, perubahan

dari catatan laporan keuangan, kesalahan pengungkapan atas kejadian tertentu

dalam laporan keuangan, kelalaian yang disengaja atas transaksi tertentu

laporan keuangan, dan kesalahan pengaplikasian yang disengaja atas prinsip

pengakuan sejumlah saldo. Dalam penelitian ini, skala nominal digunakan

untuk kemungkinan terjadinya fraudulent financial statement, yaitu

perusahaan yang melakukan fraud bernilai = 1, dan perusahaan yang tidak

melakukan fraud bernilai = 0 (Fimanaya dan Syafruddin, 2014). Kasus fraud

dalam penelitian ini dikaitkan dengan peraturan OJK nomor IX.E.2 tentang

transaksi material dan perubahan kegiatan usaha utama. Adapun transaksi

material yang dimaksud, seperti transaksi pinjam meminjam dan pembelian

yang harus mendapatkan persetujuan RUPS dan dilaporkan ke OJK.

Sedangkan perubahan kegiatan usaha utama yang dimaksud di sini adalah

yang mengakibatkan keraguan akan kelangsungan usaha perusahaan. Adapun

peraturan OJK no. VIII.G.7 tentang penyajian dan pengungkapan laporan

keuangan, di mana emiten atau perusahaan publik diharuskan mengikuti

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia dalam

menyajikan dan mengungkapkan laporan keuangan perusahaan.

Page 108: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

90

2. Variabel Independen

a. Financial targets

Financial targets merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan

oleh stakeholders kepada manajemen dalam tahun berjalan. Return on

Assets (ROA) adalah sebuah ukuran kinerja operasi yang secara luas

digunakan untuk mengindikasikan seberapa efisien aset yang dibangun

(Skousen, el., al., 2009:62). Financial targets dapat memberikan financial

pressure kepada manajemen dikarenakan adanya kepentingan dari pihak

manajemen atas bonus dari pemilik dan manajemen juga ingin dilihat baik

kinerja keuangannya oleh pemilik atau stakeholder lainnya.

Summers dan Sweeney (1998:136) melaporkan bahwa financial

targets secara signifikan membedakan antara perusahaan fraud dan non-

fraud. ROA sering digunakan dalam mengungkapkan kinerja manajer dan

dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lainnya (Skousen, et., al,

2009:62). Yesiariani dan Rahayu (2016) dan Skousen, et., al (2009) dalam

melakukan penelitian pengaruh financial targets terhadap pendeteksian

fraudulent financial statement menggunakan ROA sebagai proksi

pengukuran financial targets. Berdasarkan latar belakang di atas,

penelitian ini menggunakan ROA sebagai rasio untuk mengukur variabel

financial targets. Rumus rasio Return on Asset (ROA): (Harmono,

2014:110)

aba ersih Setelah Pajak

Total Asset

Page 109: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

91

b. External Pressure

Skousen, et, al (2009:60) menyatakan bahwa external pressure

bersumber dari kemampuan untuk memenuhi persyaratan pertukaran,

melunasi hutang, atau memenuhi perjanjian hutang. Tekanan bisa terjadi

karena adanya kondisi dimana manajemen mempunyai kepentingan

kepada kreditor atas pinjaman sejumlah tertentu sehingga menyebabkan

manajemen berusaha untuk memanipulasi laporan keuangannya agar

terlihat baik. External pressure bisa datang dari tekanan financial dan non-

financial (Kassem dan Higson, 2012:193).

Yesiariani dan Rahayu (2016); Tessa dan Harto (2016); lin, et, al

(2015); dan Dalnial, et., al (2014) sudah menemukan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara external pressure yang diproksikan

dengan leverage terhadap deteksi fraudulent financial statement.

Penelitian Tessa dan Harto (2016) juga sudah membuktikan bahwa

semakin tinggi leverage maka akan terjadi kemungkinan yang lebih besar

untuk melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kredit melalui

kecurangan pelaporan keuangan.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan rasio

leverage (LEV) sebagai proksi dari variabel external pressure. Rasio

leverage ini diperoleh dari total liabilitas dibagi dengan total equity.

Rumus rasio leverage : (Karyono, 2013:117)

Total iabilitas

otal Equity

Page 110: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

92

c. Ineffective Monitoring

Dalam SAS No. 99 (2002:1751), ineffective monitoring dari

manajemen adalah hasil dari pengawasan yang tidak efektif atas proses

laporan keuangan dan sistem internal control. Pengawasan dalam sebuah

perusahaan adalah sesuatu hal yang penting untuk memastikan internal

control perusahaan sudah dijalankan dengan baik atau tidak. Untuk itu,

dalam Committe of Sponsoring Organization menjadikan aspek

monitoring sebagai salah satu model pengendaliannya.

Aspek pengendalian internal yang dapat dijalankan di perusahaan,

salah satunya yaitu dengan merekrut seorang komisaris independen.

Komisaris independen dalam hal ini merupakan komisaris yang tidak

memiliki hubungan bisnis (kontraktual) ataupun hubungan lainnya dengan

pemegang saham mayoritas dan dewan direksi baik secara langsung

maupun tidak langsung (Prabowo, 2014).

Secara langsung keberadaan komisaris independen menjadi

penting, karena di dalam praktek pelaporan keuangan sering ditemukan

transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan mengabaikan

kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta

stakeholders lainnya (Prabowo, 2014). Berdasarkan penelitian Prabowo

(2014) dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara

komisaris independen dalam sebuah perusahaan terhadap fraud (dalam hal

ini diproksikan sebagai manajemen laba). Berdasarkan hal tersebut,

Page 111: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

93

penelitian ini menggunakan proksi ineffective monitoring dengan

menggunakan rumus sebagai berikut: Tessa dan Harto (2016)

umlah ewan Komisaris ndependen

umlah Total ewan Komisaris

d. Rationalization

Rationalization adalah bagian ketiga dari fraud triangle dan hal

yang sangat sulit diukur (Skousen, et., al, 2009:66). Ada beberapa proksi

yang bisa digunakan dalam mengukur variabel rationalization ini, seperti

audit changes, audit report, dan TACC (Total Acrual/Total Assets)

(Skousen, et., al, 2009). Penelitian ini menggunakan proksi audit report

dalam mengukur variabel rationalization. Dalam beberapa penelitian

sebelumnya, proksi audit report untuk variabel rationalization ini tidak

dapat memberikan hasil yang signifikan atas pengaruhnya terhadap

fraudulent financial statement (Skousen, et., al, 2009 dan Fimanaya dan

Syafruddin, 2014). Namun dalam penelitian Sukirman dan Sari (2013)

menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara audit report

terhadap pendeteksian fraudulent financial statement.

Sukirman dan Sari (2013:220) mengemukakan bahwa semakin

tinggi nilai audit report, maka probabilitas perusahaan untuk melakukan

fraud juga semakin tinggi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini

menggunakan proksi audit report untuk mengukur variabel rationalization

terhadap pendeteksian fraudulent financial statement. Proksi audit report

diukur menggunakan variabel dummy seperti yang dijelaskan dalam

Skousen, et., al (2009), seperti berikut: AUDREPORT = variabel dummy

Page 112: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

94

untuk opini audit yaitu perusahaan yang mendapat unqualified opinion = 1,

dan modifikasi opini audit lainnya mendapat nilai = 0

e. Capability/competence

Capability/competence yang dimiliki seseorang dalam perusahaan

akan mempengaruhi kemungkinan seseorang melakukan fraud. Ruankaew

(2016:476) mengatakan bahwa posisi atau fungsi seseorang atas

perusahaan bisa jadi memberikan kemampuan untuk membuat atau

mengambil kesempatan untuk melakukan fraud yang tidak bisa dilakukan

oleh orang lain. Dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

capability/competence yaitu penelitian yang dilakukan oleh Abdullahi, et.,

al (2016), mengemukakan bahwa adanya hubungan yang signifikan positif

dari adanya capability/competence untuk melakukan fraud. Dalam

penelitiannya, Abdullahi, et., al (2016) menggunakan kuesioner sebagai

metode pendekatan dalam pengumpulan data.

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data

melalui sumber yang sudah ada dengan penggunaan pergantian dan

perubahan jajaran direksi sebagai proksi dari capability/competence.

Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa pergantian dan

perubahan jajaran direksi mampu menyebabkan stress period yang

berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud.

Pergantian dan perubahan jajaran direksi tidak selamanya berdampak baik

bagi perusahaan. Pergantian dan perubahan jajaran direksi bisa menjadi

suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya

Page 113: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

95

dengan melakukan perubahan susunan direksi ataupun perekrutan direksi

yang baru yang dianggap lebih berkompeten dari direksi sebelumnya

(Tessa dan Harto, 2016:10). Sementara disisi lain, pergantian direksi bisa

jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang

dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta perubahan

direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal

tidak maksimal (Tessa dan Harto, 2016:10). Berdasakan hal tersebut,

penelitian ini akan menggunakan proksi pergantian dan perubahan jajaran

direksi sebagai proksi, dimana DCHANGE = apabila terdapat pergantian

dan perubahan direksi perusahaan maka diberi kode 1, sebaliknya apabila

tidak terdapat pergantian dan perubahan direksi perusahaan maka diberi

kode 0 (Yesiariani dan Rahayu, 2016 dan Tessa dan Harto, 2016).

f. Arrogance

Arrogance merupakan sebuah tingkah laku superioritas dan

keserakahan yang ada pada seseorang yang percaya bahwa internal control

tidak diterapkan untuk dirinya (Horwath, 2011:1). Sikap arrogance

biasanya lebih ditujukan kepada seorang yang memiliki jabatan tinggi

dalam sebuah perusahaan. Sebuah penelitian dari Tessa dan Harto (2016)

mengemukakan bahwa seorang CEO cenderung lebih ingin menunjukkan

kepada semua orang akan status dan posisi yang dimilikinya dalam

perusahaan karena mereka tidak ingin kehilangan status atau posisi

tersebut.

Page 114: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

96

Dalam penelitian Tessa dan Harto (2016) juga didapat hasil

penelitian tentang pengaruh dari arrogance terhadap pendeteksian

fraudulent financial statement. Dimana dikemukakan bahwa variabel

arrogance dengan proksi jumlah foto CEO yang terdapat dalam sebuah

laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian fraudulent

financial statement. Berdasakan hal tersebut, penelitian ini menggunakan

proksi sebagai berikut: CEOPIC = total foto CEO yang terpampang

dalam sebuah laporan tahunan (Tessa dan Harto, 2016).

Tabel 3.1.

Operasional Variabel

No. Variabel Jenis

Variabel

Indikator Skala

1 Fraud (y)

(Firmanaya dan

Syafruddin, 2014)

Dependen FRAUD = perusahaan

fraud (1), dan perusahaan

non-fraud (0)

Nominal

2 Financial targets

(Harmono, 2014)

Independen ROA = Laba Bersih

Setelah Pajak / Total Asset

Rasio

3 External pressure

(Karyono, 2013)

Independen LEV = Total Liabilitas/

Total Equity

Rasio

4 Ineffective

monitoring (Tessa

dan Harto, 2016)

Independen

BDOUT = Jumlah Dewan

Komisaris Independen /

Jumlah Total Dewan

Komisaris

Rasio

5 Rationalization

(Skousen, et., al,

2009)

Independen AUDREPORT = unqualified opinion = 1,

dan modifikasi opini audit

lainnya mendapat nilai = 0

Nominal

6 Capability

(Yesiariani dan

Rahayu, 2016,

dan Tessa dan

Harto, 2016).

Independen DCHANGE = terdapat

pergantian dan perubahan

direksi perusahaan = 1, dan

tidak terdapat pergantian

dan perubahan direksi

perusahaan = 0.

Nominal

7 Arrogance (Tessa

dan Harto, 2016)

Independen CEOPIC= total foto CEO

yang terpampang dalam

sebuah laporan tahunan

Rasio

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Page 115: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

97

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan publik terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa

Keuangan (OJK). Perusahaan publik tersebut merupakan perusahaan yang

terdaftar dalam seluruh sektor industri di BEI pada tahun 2011-2015.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pencarian

secara manual dan secara online. Secara manual, penelitian ini mendapatkan

data perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus melalui permohonan

data secara langsung ke OJK. Adapun direktorat yang terkait permohonan

data sampel perusahaan fraud ini, yaitu Direktorat Penerapan Sanksi dan

Keberatan Pasar Modal OJK. Tahap pengumpulan data dilakukan pada

tanggal 3 Februari 2017. Selanjutnya data dikirim kepada peneliti melalui

email. Adapun pencarian secara online, penelitian menggunakan situs website

www.idx.co.id dan website resmi perusahaan masing-masing untuk

mengumpulkan data laporan tahunan dan laporan keuangan audited. Tabel

4.1. berikut ini menyajikan data yang diperoleh peneliti dalam proses

pengumpulan data.

Page 116: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

98

Tabel 4.1.

Daftar Industri Terkena Sanksi dan Kasus OJK 2011-2015

No. JASICA*

Code Industri Jumlah Percent

1 11 Crops 1 1,14%

2 13 Animal Husbandary 1 1,14%

3 14 Fishery 2 2,27%

4 21 Coal Mining 4 4,55%

5 22 Crude Petroleum and Natural Gas Production 1 1,14%

6 23 Metal And Mineral Mining 4 4,55%

7 32 Ceramics, Glass, Porcelain 1 1,14%

8 33 Metal And Allied Products 3 3,41%

9 34 Chemicals 2 2,27%

10 35 Plastics and Packaging 4 4,55%

11 36 Wood Industries 1 1,14%

12 38 Pulp and Paper 3 3,41%

13 43 Textile and Garment 2 2,27%

14 44 Footwear 1 1,14%

15 51 Food And Beverages 1 1,14%

16 61 Property and Real Estate 12 13,64%

17 71 Energy 2 2,27%

18 72 Toll Road, Airport, Harbor and Allied

Products 1 1,14%

19 73 Telecommunication 1 1,14%

20 74 Transportation 7 7,95%

21 75 Non-building Construction 1 1,14%

22 83 Securities Company 2 2,27%

23 89 Others/Finance 2 2,27%

24 91 Wholesale (Durable and Non-Durable Goods) 7 7,95%

25 93 Retail Trade 1 1,14%

26 94 Tourism, Restaurant and Hotel 5 5,68%

27 95 Advertising, Printing and Media 1 1,14%

28 96 Healthcare 1 1,14%

29 97 Computer and Services 2 2,27%

30 98 Investment Company 3 3,41%

31 99 Others/Trade, Services and Investment 1 1,14%

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Page 117: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

99

Tabel 4. 1. (lanjutan)

Daftar Industri Terkena Sanksi dan Kasus OJK 2011-2015

No. JASICA*

Code Industri Jumlah Percent

32 Securities Company (non-stock) 2 2,27%

33 Swasta 1 1,14%

34 Persero (non-stock) 1 1,14%

35 Lain-lain (tidak terdaftar di BEI) 4 4,55%

Total Perusahaan 88 100,00%

Listing equity atau modal di BEI 80

Perusahaan sanksi & kasus IX.E.2 dan

VIII.G.7 47

Perusahaan delisted (6)

Tidak konsisten sub sektor industri (4)

Perusahaan baru IPO di tengah periode

penelitian (2)

Laporan tahunan tidak lengkap dan laporan

keuangan tidak audited (9)

Sampel Perusahaan fraud 26

Sumber: Data sekunder yang diolah

*Jakarta Stock Industrial Classification

Penelitian ini mengambil 26 sampel perusahaan fraud dari jumlah 88

perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus oleh OJK tersebar di semua

sektor industri. Dari total 88 perusahaan fraud pada tahun 2011-2015, terdapat 80

perusahaan fraud yang listing equity atau modal nya di BEI. Kemudian dari 80

perusahaan tersebut didapat 47 perusahaan fraud yang sesuai dengan kriteria

sampel penelitian, yaitu melakukan pelanggaran peraturan OJK no. IX.E.2 dan

VIII.G.7. Selanjutnya, dari 47 perusahaan fraud harus dieliminasi kembali,

dikarenakan terdapat 6 perusahaan delisted, 4 perusahaan terdaftar pada sub sektor

industri yang tidak konsisten periode 2011-2015, terdapat 2 perusahaan yang

Initial Public Offerings (IPO) pada pertengahan periode penelitian, dan 9

Page 118: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

100

perusahaan yang melaporkan laporan tahunan dan laporan keuangan secara tidak

lengkap. Dengan demikian, sampel perusahaan yang sesuai digunakan dalam

penelitian ini, yaitu 26 sampel perusahaan fraud.

2. Deskripsi Sampel Penelitian

Dalam penilitian ini, sampel dipilih berdasarkan metode purposive

sampling dengan teknik judgment sampling. Perusahaan sampel fraud pada

penelitian ini sudah diketahui pada tabel 4.1 sejumlah 26 perusahaan. Dengan

demikian, penelitian ini membutuhkan perusahaan non-fraud sejumlah sama

besar, yaitu 26 perusahaan sebagai pembanding, sebagaimana yang ditunjukan

dalam Skousen, et., al. (2009). Dalam memilih perusaahan non-fraud, penelitian

ini melakukan perbandingan antara perusahaan fraud dan non-fraud. Sejalan

dengan penelitian Skousen, et., al. (2009); dan Suyanto (2009); dan Kaminski, et.,

al. (2004), penelitian ini melakukan perbandingan perusahaan fraud dan non-

fraud menggunakan tiga syarat, yaitu persyaratan tahun, industri, dan ukuran

perusahaan.

Penelitian ini mencocokan perusahaan fraud dan non-fraud dengan memiliki

persamaan sebagai berikut (Suyanto, 2009:127):

a. Tahun. Penelitian ini mengidentifikasi perusahaan non-fraud dalam periode

yang sama dengan terjadinya fraud dalam penelitian ini yaitu 2011-2015.

b. Industri. Perusahaan fraud dan non-fraud harus dalam satu industri yang sama.

Berdasarkan Suyanto (2009:127) perusahaan yang tergolong dalam industry

yang sama bisa dilihat dari SIC Code, dalam BEI disebut JASICA Code

(industry membership).

Page 119: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

101

c. Ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan ukuran net sales dan total

asset sebagai ukuran perusahaan. Berdasarkan Suyanto (2009:128), net sales

dan total asset bisa digunakan untuk mencocokan perusahaan fraud dan non-

fraud pada satu industri yang sama.

Berikut adalah data pembanding perusahaan fraud dan non-fraud yang

ditampilkan pada tabel 4.2.

Tabel 4. 2.

Perbandingan Asset dan Sales Perusahaan Fraud & Non-Fraud

Industri

Fraud Non-fraud

Asset Sales Asset Sales

Metal And Mineral Mining 11.551.621 5.304.600 14.037.279 5.803.601

Metal And Allied Products 2.380.552 3.273.572 1.320.000 1.732.000

Plastics and Packaging 202.890 220.739 357.414 385.094

Wood Industries 1.228.354 466.148 715.832 727.113

Pulp and Paper 3.498.064 1.969.772 10.826.251 5.248.636

Textile and Garment 1.882.292 1.078.786 992.941 929.409

Property and Real Estate 8.346.411 2.001.250 6.624.000 1.382.724

Energy 1.031.530 264.617 1.494.826 1.748.770

Transportation 837.536 732.396 2.190.041 795.454

Others/Finance 1.387.568 140.664 3.728.867 1.146.008

Wholesale (Durable and Non-

Durable Goods) 1.309.871 703.709 701.479 615.464

Advertising, Printing and Media 13.505.806 5.404.621 11.092.209 5.130.052

Computer and Services 4.525.661 10.490 375.608 234.850

Investment Company 18.366.355 4.700.439 6.925.546 4.315.734

Others/Trade, Services and

Investment 409.751 648.566 157.717 63.978

Sumber: Data sekunder yang diolah (dalam jutaan Rupiah)

Page 120: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

102

Data di atas terdiri dari 26 perusahaan fraud dan 26 perusahaan non-fraud

untuk menguji ukuran perusahaan apakah sama atau tidak. Lebih lanjut lagi, data

tersebut akan diuji dalam wilcoxon signed-rank test untuk menilai apakah sampel

perusahaan fraud dan non-fraud yang sudah ada telah memenuhi syarat yang

ketiga, yaitu ukuran perusahaan harus sama dari sisi asset dan sales–nya.

Kemudian, apabila data penelitian sudah memenuhi asumsi bahwa perusahaan

fraud dan non-fraud itu memiliki ukuran yang sama atau tidak berbeda, maka

akan dilanjutkan ke dalam analisis regresi logistik dan analisis diskriminan (cross-

validation method) untuk melihat keakuratan model pendeteksian fraudulent

financial statement.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Skousen, et., al. (2009). Adapun tahapan pengujian hipotesis

penelitian ini sebagai berikut:

1. Wilcoxon Signed-Rank Test (Sales dan Asset)

Analisis yang pertama sebelum menguji variabel independen adalah

menguji sampel perusahaan. Sebelumnya, untuk dapat dilanjutkan kepada

proses analisis selanjutnya, maka data sampel perusahaan harus diuji beda

untuk melihat kesamaan antara ukuran perusahaan fraud dan non-fraud.

Dengan demikian, penelitian ini menggunakan wilcoxon signed-rank test

untuk melihat kesamaan data ukuran perusahaan. Namun, sebelumnya

penelitian ini akan melakukan uji normalitas terlebih dahulu, sebagai berikut:

Page 121: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

103

Tabel 4. 3.

Uji Normalitas Sampel

Tabel 4.3 di atas menunjukkan nilai asymp. sig. (2-tailed) sebesar

0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal karena

nilai signifikansi di bawah 0,05 (p < 0,05). Dengan demikian, statistik non-

parametrik dapat digunakan untuk menguji sampel. Selanjutnya, penelitian

menggunakan wilcoxon signed-rank test atas 26 perusahaan fraud dan 26

perusahaan non-fraud berdasarkan ukuran net sales dan total asset untuk

melihat karakteristik ukuran perusahaan. Adapun hasilnya disajikan dalam

tabel 4.4, sebagai berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 260

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,49388180

Most Extreme Differences Absolute ,269

Positive ,238

Negative -,269

Test Statistic ,269

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

Sumber: Output SPSS

Page 122: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

104

Tabel 4. 4.

Wilcoxon Signed-Rank Test (Sales dan Asset)

Test Statisticsa

Sales Asset

Z -1,228b -,863

c

Asymp. Sig. (2-tailed) ,219 ,388

Sumber: Output SPSS

Tabel 4.4 menunjukkan hasil yang tidak signifikan wilcoxon signed-

rank test atas sales dan asset, masing-masing sebesar 0.219 dan 0.388.

Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

jumlah sales dan asset antara perusahaan fraud dan non-fraud, karena

memiliki nilai signifikansi di atas 0.05 atau (p > 0.05), atau dalam kata lain

perusahaan fraud dan non-fraud memiliki ukuran yang sama.

Hasil di atas menunjukan bahwa perusahaan fraud dan non-fraud

yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah sales dan asset

yang sama, sehingga sampel perusahaan layak digunakan dalam penelitian

ini.

2. Wilcoxon Signed-Rank Test Variabel

Setelah didapat hasil sebelumnya bahwa sampel dapat digunakan

lebih lanjut dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti menguji variabel

penelitian dengan menggunakan wilcoxon signed-rank test. Namun

sebelumnya variabel independen penelitian ini akan diuji normalitas terlebih

dahulu, sebagai berikut: tabel 4.5

Page 123: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

105

Tabel 4. 5.

Uji Normalitas Variabel

Tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal karena

nilai signifikansi berada di bawah 0,05, atau (p < 0,05). Dengan demikian,

statistik non-parametrik dapat digunakan untuk menguji variabel independen.

Selanjutnya, penelitian menggunakan wilcoxon signed-rank test atas 26

perusahaan fraud dan 26 perusahaan non-fraud berdasarkan variabel

independen untuk melihat apakah ada perbedaan antara perusahaan fraud dan

non-fraud. Adapun hasilnya disajikan dalam tabel 4.6, sebagai berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 260

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,48939159

Most Extreme Differences Absolute ,277

Positive ,277

Negative -,226

Test Statistic ,277

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

Sumber: Output SPSS

Page 124: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

106

Tabel 4. 6.

Wilcoxon Signed-Rank Test Variabel

Tabel 4.6 menunjukkan hasil signifikansi dari variabel independen

dengan menggunakan wilcoxon signed-rank test yaitu, ROA (0,018), LEV

(0,872), BDOUT (0,005), AUDREPORT (0,046), DCHANGE (0,166), dan

CEOPIC (0,560). Hasil ini menunjukkan bahwa ROA, BDOUT, dan

AUDREPORT berbeda secara signifikan antara perusahaan fraud dan non-

fraud, karena memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05 atau (p < 0,05).

Sedangkan LEV, DCHANGE, dan CEOPIC tidak memiliki perbedaan antara

perusahaan fraud dan non-fraud, karena memiliki nilai signifikansi di atas

0,05 atau (p > 0,05). Dengan demikian, ROA, BDOUT, dan AUDREPORT

bisa dilakukan pengujian lebih lanjut dalam analisis regresi logistik untuk

melihat kemampuan dalam mendeteksi fraudulent financial statement.

Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut terkait hasil Wilcoxon Signed-Rank

Test di atas:

a. Financial Targets (Return on Asset)

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dalam wilcoxon signed-rank test

menunjukkan nilai yang signifikan atas ROA, yaitu sebesar 0,018 atau p

< 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ROA berbeda antara perusahaan

fraud dengan perusahaan non-fraud. Hasil ini berarti bahwa kemampuan

Test Statisticsa

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

Z -2,369b -,161

b -2,797

c -2,000

b -1,386

c -,583

b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,018 ,872 ,005 ,046 ,166 ,560

Sumber: Output SPSS

Page 125: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

107

antara perusahaan fraud dan non-fraud berbeda dalam menghasilkan laba

perusahaan dari penggunaan asset yang dimiliki. ROA perusahaan non-

fraud cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan fraud

sebagaimana yang bisa dilihat dalam hasil pengujian ini. Karena nilai

ROA mempunyai nilai yang signifikan, maka ROA bisa diuji lebih lanjut

dengan menggunakan uji analisis regresi logistik.

b. External Pressure (Leverage)

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dalam wilcoxon signed-rank test

menunjukkan nilai yang tidak signifikan atas LEV, yaitu sebesar 0,872

atau p > 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa leverage tidak berbeda

antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hasil ini berarti

bahwa leverage perusahaan fraud dan non-fraud akan relatif sama dalam

ukuran perusahaan dan industri yang sama, karena perusahaan akan

sama-sama membutuhkan pinjaman dalam menambah dana operasional

perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan.

Firmanaya dan Syafruddin (2014:7) mengatakan bahwa peningkatan

penjualan menyebabkan laba meningkat dan tekanan bagi manajemen

menjadi turun, sehingga kecurangan minim terjadi. Karena nilai LEV

mempunyai nilai yang tidak signifikan, maka proksi ini tidak dapat diuji

lebih lanjut dengan analisis regresi logistik.

c. Ineffective Monitoring (Proporsi Komisaris Independen)

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dalam wilcoxon signed-rank test

menunjukkan nilai yang signifikan atas BDOUT, yaitu sebesar 0,005 atau

Page 126: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

108

p < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen

dalam struktur dewan komisaris berbeda antara perusahaan fraud dengan

perusahaan non-fraud. Hasil ini berarti bahwa kepatuhan perusahaan

non-fraud dan fraud atas peraturan OJK, dalam hal ini yaitu peraturan

Nomor 33/POJK.04/2014, di mana perusahaan publik diwajibkan

mempunyai komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah

dewan komisaris perusahaan perlu mendapat perhatian serius, karena

dalam hasil pengujian ini terlihat bahwa besarnya proporsi komisaris

independen lebih cenderung memiliki dampak dalam memotivasi adanya

fraudulent financial statement, atau dalam kata lain perusahaan fraud

memiliki proporsi komisaris independen yang lebih besar dibandingkan

dengan perusahaan non-fraud. Karena nilai BDOUT mempunyai nilai

yang signifikan, maka proksi ini dapat diuji lebih lanjut dengan analisis

regresi logistik.

d. Rationalization (Audit Report)

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dalam wilcoxon signed-rank test

menunjukan nilai yang signifikan atas AUDREPORT, yaitu sebesar

0,046 atau p < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa opini audit berbeda

antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hasil ini berarti

bahwa setiap perusahaan yang mendapat opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) dapat dikategorikan sebagai perusahaan non-fraud

dan perusahaan yang mendapat opini modifikasi lainnya dikategorikan

sebagai perusahaan fraud. Namun, karena nilai signifikansi tidak terlalu

Page 127: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

109

tinggi, maka perlu mendapat perhatian lebih lanjut atas opini tersebut,

apakah merupakan kebenaran yang absolut atau tidak. Karena nilai

AUDREPORT mempunyai nilai yang signifikan, maka proksi ini dapat

diuji lebih lanjut dalam analisis regresi logistik.

e. Capability/competence (Perubahan dan Pergantian Jajaran Direksi)

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dalam wilcoxon signed-rank test

menunjukkan nilai yang tidak signifikan atas DCHANGE, yaitu sebesar

0,166 atau p > 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa intensitas perubahan

dan pergantian dewan direksi tidak berbeda antara perusahaan fraud

dengan perusahaan non-fraud. Hal ini dikarenakan perubahan dan

pergantian jajaran direksi diperlukan oleh perusahaan dalam

memperbaiki kinerja manajemen. Yesiariani dan Rahayu (2016:20)

menyebutkan bahwa perusahaan melakukan pergantian direksi bukan

disebabkan karena perusahaan ingin menutupi kecurangan yang

dilakukan oleh direksi sebelumnya, tetapi pemangku kepentingan

tertinggi di perusahaan menginginkan adanya perbaikan kinerja

perusahaan dengan cara merekrut direksi yang dianggap lebih kompeten

daripada direksi sebelumnya. Karena nilai DCHANGE mempunyai nilai

yang tidak signifikan, maka proksi ini tidak bisa diuji lebih lanjut dengan

analisis regresi logistik.

f. Arrogance (Jumlah Foto CEO Terpampang dalam Laporan Tahunan)

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dalam wilcoxon signed-rank test

menunjukan nilai yang tidak signifikan atas CEOPIC, yaitu sebesar 0,560

Page 128: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

110

atau p > 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah foto CEO

terpampang dalam laporan tahunan tidak berbeda antara perusahaan

fraud dengan perusahaan non-fraud. Foto CEO dalam suatu laporan

tahunan terlihat dalam foto individual CEO, bersama dewan direksi

lainnya, dan terpampang dalam sebuah kegiatan. Ditemukannya foto

CEO dalam laporan tahunan menimbulkan sebuah anggapan bahwa CEO

mempunyai peran yang penting dalam perusahaan. Yusof, et., al

(2015:33) menyebutkan bahwa foto CEO yang terpampang dalam

laporan tahunan menekankan peran CEO sebagai karakter utama dalam

perusahaan. Karena nilai CEOPIC mempunyai nilai yang tidak

signifikan, maka proksi ini tidak bisa diuji lebih lanjut dengan analisis

regresi logistik.

3. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

regresi logistik dengan tipe binary logistic regression. Binary logistic

regression merupakan regresi logistik di mana variabel dependennya berupa

variabel dikotomi atau variabel biner (Uyanto, 2009:257). Analisis regresi

logistik dengan tipe binary logistic ini digunakan untuk menjelaskan apakah

variabel independen dapat mendeteksi adanya fraudulent financial statement.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Skousen, et., al (2009),

penelitian ini menampilkan analisis regresi logistik atas variabel independen

yang mempunyai nilai signifikansi wilcoxon signed-rank test yaitu signifikan

Page 129: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

111

< 0,05 atau (p < 0,05). Dengan demikian model regresi logistik dalam

penelitian ini, yaitu:

FRAUDi ß0 + β1ROAi + β2BDOUTi + ß3AUDREPORTi + εi

dikarenakan analisis regresi logistik penelitian ini menggunakan binary

logistic regression, maka data penelitian ini juga harus berbentuk kategori.

Kategori dalam penelitian ini yaitu Non-fraud = 0 dan Fraud = 1. Berikut

dijelaskan dalam tabel 4.7.

Tabel 4. 7.

Identifikasi Data

Kemudian, data yang diproses dalam penelitian ini juga harus

memenuhi syarat kelengkapan data dan tidak missing case. Hasil ini bisa

ditunjukan dalam tabel 4.8.

Tabel 4. 8.

Data yang diproses

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 260 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 260 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 260 100,0

Sumber: Output SPSS

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Non-Fraud 0

Fraud 1

Sumber: Output SPSS

Page 130: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

112

Dalam tabel di atas jumlah sampel pengamatan dalam penelitian ini yaitu 260

sampel pengamatan. Jumlah tersebut didapat dari jumlah perusahaan x

periode penelitian. Untuk sampel fraud : 26 x 5 = 130 dan sampel non-fraud :

26 x 5 = 130. Dengan demikian didapat 260 sampel pengamatan dari hasil

tambah sampel fraud dan non-fraud : 130 + 130 = 260 sampel pengamatan.

Adapun tahapan dalam pengujian dengan menggunakan analisis regresi

logistik bisa dijelaskan sebagai berikut: (Sarwono, 2013:158)

a. Hasil Uji Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan hosmer

and lemeshow’s goodness of fit test. Hosmer and lemeshow’s goodness of

fit test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai

dengan model (Ghazali, 2013:341). Tabel 4.9.

Tabel 4. 9.

Hosmer and Lemeshow Test

Hasil dari hosmer and lemeshow’s goodness of fit test

menunjukan nilai chi square sebesar 11,661 dengan df sebesar 8. Nilai

chi square ini tidak menunjukan nilai yang signifikan, yaitu sebesar

0,167 atau (p > 0,05) dalam probabilitas α 0,05. Karena nilai chi square

tidak signifikan, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model

mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model

dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Dengan demikian

Step Chi-square Df Sig.

1 11,661 8 ,167

Sumber: Output SPSS

Page 131: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

113

model dikatakan layak digunakan dalam mendeteksi fraudulent financial

statement pada perusahaan.

b. Hasil Uji Menilai Kelayakan Model Regresi Keseluruhan

Kelayakan model regresi secara keseluruhan dapat dinilai

dengan menggunakan nilai log likelihood. Untuk mengukur kebaikan dari

estimasi di dalam regresi logistik biasanya nilai -2 dikalikan dengan log

of the likelihood (-2LogL) (Widarjono, 2015:112). Tabel 4.10

menunjukkan hasil uji penilaian keseluruhan model (block number 0 :

beginning block).

Tabel 4. 10.

Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model

(Block Number 0: Beginning Block)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 360,437 ,000

Sumber: Output SPSS

Hasil uji atas -2 log likelihood pada block number 0: beginning block

yang ditampilkan dalam tabel 4.10 terlihat nilai -2LogL sebesar 360,437.

Nilai -2LogL ini signifikan dengan nilai sig. sebesar 0,000 (p < 0,05).

Hasil ini berarti model menolak hipotesis nol, yang berarti model hanya

dengan konstanta saja tidak fit dengan data. Kemudian nilai -2LogL

berikutnya (block number = 1) ditunjukan pada tabel 4.11 berikut ini:

Page 132: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

114

Tabel 4. 11.

Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model

(Block Number = 1)

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant ROA BDOUT AUDREPORT

Step 1 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

349,519

348,826

348,606

348,529

348,501

348,490

348,487

348,485

348,485

348,484

348,484

348,484

348,484

348,484

348,484

348,484

348,484

348,484

348,484

348,484

,943

2,026

3,070

4,085

5,091

6,093

7,093

8,094

9,094

10,094

11,094

12,094

13,094

14,094

15,094

16,094

17,094

18,094

19,094

20,094

-,340

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

-,344

2,736

2,882

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

2,883

-2,067

-3,207

-4,251

-5,266

-6,272

-7,274

-8,275

-9,275

-10,275

-11,275

-12,275

-13,275

-14,275

-15,275

-16,275

-17,275

-18,275

-19,275

-20,275

-21,275

Sumber: Output SPSS

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa nilai -2 Log Likelihood (-2LogL)

pada block number = 1 setelah dimasukkan variabel independen, yaitu

ROA, BDOUT, dan AUDREPORT menjadi 348,484. Seperti yang

ditunjukkan pada tabel 4.10 dan 4.11, nilai -2LogL awal (block number =

Page 133: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

115

0) sebesar 360,437 dan -2LogL berikutnya (block number = 1) sebesar

348,484. Hasil ini berarti bahwa terjadi penurunan atas nilai -2 LogL

sebesar 11,953. Terjadinya penurunan dari nilai -2 LogL ini

menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain yang

dihipotesiskan fit dengan data.

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dalam regresi logistik disebut dengan

ukuran yang palsu (Pseudo R2), yang digunakan sebagai ukuran kebaikan

garis regresi di dalam regresi logistik (Widarjono, 2015:113). Ada dua

ukuran Pseudo R2 yang bisa digunakan dalam regresi logistik, yaitu Cox

and Snell R2 dan Nagelkerke R

2.

Tabel 4. 12.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil uji atas nilai Cox & Snell R2 dan Nagelkerke R

2

diketahui bahwa masing-masing uji tersebut memiliki nilai yaitu sebesar

0,045 dan 0,060. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa

variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas

variabel independen adalah sebesar 6%. Hasil ini berarti bahwa terdapat

94% variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen lain di luar model penelitian, seperti financial stability

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 348,484a ,045 ,060

Sumber: Output SPSS

Page 134: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

116

(pressure), internal control (opportunity), dan total accrual to total asset

(rationalization).

d. Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi

Hasil dari uji signifikansi koefisien regresi dengan

menggunakan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa ROA dan

AUDREPORT tidak mampu dalam mendeteksi terjadinya fraudulent

financial statement, karena mempunyai nilai signifikansi (p > 0,05)

dalam probabilitas α 0,05, yaitu masing-masing sebesar ROA (0,753)

dan AUDREPORT (0,999). Dengan kata lain, hasil ini berarti menolak

hipotesis 1 dan 4.

Kemudian, hasil pengujian ini membuktikan bahwa BDOUT

dengan proporsi komisaris independen mampu mendeteksi terjadinya

fraudulent financial statement dalam perusahaan dengan nilai

signifikansi yaitu sebesar 0,017 atau (p < 0,05) dalam probabilitas α

0,05. Dengan demikian, karena hanya BDOUT yang mempunyai nilai

yang signifikan (p < 0,05), maka BDOUT dianggap layak untuk

membentuk model pendeteksian fraudulent financial statement lebih

lanjut. Tabel 4.13.

Page 135: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

117

Tabel 4. 13.

Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi

Dari hasil uji regresi logistik di atas, didapat sebuah persamaan model

pendeteksian fraudulent financial statement dengan BDOUT sebagai variabel

independen yang memiliki nilai signifikan (p < 0,05), sebagai berikut:

FRAUDi = ß0 + ß1BDOUTi + εi

FRAU i 20,094 + 2,883 OUTi + εi

Selanjutnya, hasil analisis regresi logistik tersebut akan diuji dengan

menggunakan analisis diskriminan dengan metode cross-validation untuk

melihat keakuratan model pendeteksian fraudulent financial statement dalam

penelitian ini.

4. Hasil Uji Analisis Diskriminan (croos-validation method)

Langkah selanjutnya dalam menilai keakuratan model pendeteksian

fraudulent financial statement, penelitian ini menggunakan analisis

diskriminan dengan metode cross-validation. Metode cross-validation sangat

efektif dalam menyajikan sebuah estimasi yang tidak bias dari tingkat

misklasifikasi model (Hair, et., al, 1995 dalam Skousen, et., al, 2009). Berikut

B S.E. Wald df Sig.

Step 1a ROA -,344 1,096 ,099 1 ,753

BDOUT 2,883 1,209 5,685 1 ,017

AUDREPORT -21,275 20073,467 ,000 1 ,999

Constant 20,094 20073,467 ,000 1 ,999

Sumber: Output SPSS

Page 136: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

118

persamaan model pendeteksian fraudulent financial statement yang

digunakan dalam uji analisis diskriminan cross-validation method:

FRAUDi = ß0 + ß1BDOUTi + ε

Model di atas dibangun karena secara statistik signifikan dalam

model regresi logistik dan memiliki model yang layak digunakan untuk

menilai keakuratan model pendeteksian fraudulent financial statement. Hasil

dari analisis regresi logistik secara parsial ditampilkan pada tabel 4.14 di

mana BDOUT memiliki nilai yang signifikan dalam model pendeteksian

fraudulent financial statement.

Tabel 4. 14.

Model Pendeteksian Fraudulent Financial Statement

Hasil analisis regresi logistik pada BDOUT di atas menghasilkan

nilai yang signifikan, yaitu sebesar 0,020 (p < 0,05). Hasil ini juga

menghasilkan nilai R2 sebesar 0,030 atau 3% dan nilai hosmer and

lemeshow’s goodness of fit test (chi squre = 8,960) yang tidak signifikan

sebesar 0,062 (p > 0,05), sebagaimana yang bisa dilihat pada tabel 4.15 dan

4.16. Dengan demikian, model pendeteksian fraudulent financial statement

dikatakan layak.

B S.E. Wald df Sig.

Step 1a BDOUT 2,802 1,202 5,437 1 ,020

Constant -1,125 ,497 5,129 1 ,024

Sumber: Output SPSS

Page 137: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

119

Tabel 4. 15.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 354,616a ,022 ,030

Sumber: Output SPSS

Tabel 4. 16.

Hasil Uji Hosmer and Lemeshow

Step Chi-square df Sig.

1 8,960 4 ,062

Sumber: Output SPSS

Mengacu pada penelitian Skousen, et., al (2009), penelitian ini

menggunakan analisis diskriminan dengan metode cross-validation dalam

menguji faktor risiko fraud yang bisa digunakan dalam membangun model

pendeteksian fraudulent financial statement. Berikut merupakan hasil

pengujian dari analisis diskriminan dengan menggunakan metode cross-

validation, sebagai berikut: tabel 4. 17.

Tabel 4. 17.

Analisis Diskriminan (Logit < 0,05)

firm Predicted Group Membership

Total Non-Fraud Fraud

Cross-validatedb Count Non-Fraud 99 31 130

Fraud 74 56 130

% Non-Fraud 76,2 23,8 59,6%

Fraud 56,9 43,1

Sumber: Output SPSS

Page 138: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

120

Hasil dari pengujian analisis diskriminan dengan menggunakan

metode cross validation di atas menunjukkan bahwa akurasi model

pendeteksian fraudulent financial statement secara keseluruhan adalah

sebesar 59,6% dengan tingkat misklasifikasi secara keseluruhan sebesar

40,4%. Jumlah akurasi model bisa dihitung dengan menggunakan rumus

berikut: (Ghazali, 2013)

99+56

260 00 59,6

Hasil ini juga menunjukkan bahwa secara akurat klasifikasi atas perusahaan

fraud sebesar 43,1% dan perusahaan non-fraud sebesar 76,2%.

C. Pembahasan

a. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik

1. Financial Targets dengan Fraudulent Financial Statement

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis regresi

logistik terhadap financial targets yang diproksikan dengan ROA

menunjukan bahwa financial targets tidak memiliki nilai yang signifikan

dalam pendeteksian fraudulent financial statement, dalam hal ini nilai

probabilitas signifikansi ROA, yaitu sebesar 0,753 atau (p > 0,05) dalam

probabilitas α 0,05. Meskipun hasil wilcoxon signed-rank test

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perusahaan fraud dan

non-fraud, tetapi saat diuji dengan analisis regresi logistik, ROA tidak

mampu mengidentifikasi fraud pada perusahaan. Dengan demikian, hasil

pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa financial targets yang

Page 139: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

121

diproksikan dengan ROA tidak mampu mendeteksi fraudulent financial

statement atau dalam kata lain menolak hipotesis 1 atau H1.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tessa dan

Harto (2016); Dalnial, et., al (2014); Sukirman dan Sari (2013); dan

Skousen, et., al (2009) yang menunjukan bahwa financial targets yang

ditunjukkan dengan proksi ROA tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap fraudulent financial statement, atau dalam kata lain tidak

mempunyai kemampuan dalam mendeteksi fraudulent financial

statement. Namun, hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan

oleh Huang, et., al (2016); Yesiariani dan Rahayu (2016); Lin, et., al

(2015); Firmanaya dan Syafruddin (2014); dan Suyanto (2009), dimana

financial targets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fraudulent

financial statement.

Return on Asset (ROA) merupakan sebuah ukuran dari kinerja

operasi perusahaan yang digunakan untuk mengidentifikasi seberapa

efisien penggunaan asset yang dimiliki (Skousen, et., al, 2009:62).

Ketidakmampuan ROA atau financial targets dalam mendeteksi

fraudulent financial statement, dikarenakan ROA tidak mampu dalam

membedakan perusahaan fraud dan non-fraud. Sebagaimana terlihat pada

penelitian Sukirman dan Sari (2013) dan Skousen, et., al (2009), di mana

ROA tidak mampu membedakan perusahaan fraud dan non-fraud.

Tiffani dan Marfuah (2015:122) mengemukakan bahwa tidak

berpengaruhnya ROA terhadap financial statement fraud juga disebabkan

Page 140: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

122

karena manajer menganggap bahwa besarnya target ROA masih dinilai

wajar dan bisa dicapai. Sehingga financial targets tidak memicu adanya

fraudulent financial statement oleh manajemen.

Financial targets memberikan motivasi dalam memperbaiki

kinerja manajemen untuk menghasilkan dampak yang positif terhadap

keputusan investor dan kreditor, serta stakeholders lainnya. Konsep

profitabilitas atau ROA di dalam teori keuangan sering digunakan

sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja

manajemen (Harmono, 2014:110). Apabila kinerja manajemen

perusahaan yang diukur menggunakan dimensi profitabilitas atau ROA

dalam kondisi baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap

keputusan investor dan kreditor (Harmono, 2014:110).

2. Ineffective Monitoring dengan Fraudulent Financial Statement

Ineffective monitoring dalam penelitian ini diproksikan sebagai

proporsi komisaris independen dalam sebuah struktur dewan komisaris di

perusahaan. Hasil uji signifikansi regresi logistik menunjukkan bahwa

BDOUT memiliki nilai yang signifikan sebesar 0,017 atau (p < 0,05)

dalam probabilitas α 0,05. Hasil ini juga didukung oleh hasil wilcoxon

signed-rank test yang menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu sebesar

0,005 atau (p < 0,05).

Hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa ineffective

monitoring yang diproksikan dengan BDOUT mampu mengidentifikasi

fraud pada perusahaan. Sehingga ineffective monitoring dalam penelitian

Page 141: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

123

ini dapat disimpulkan mampu mendeteksi fraudulent financial statement

atau dalam kata lain menerima hipotesis 3 atau H3.

Hasil ini mendukung penelitian Prabowo (2014) yang

menemukan pengaruh signifikan positif antara proporsi komisaris

independen dengan manajemen laba. Namun, hasil ini tidak mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Tessa dan Harto (2016) dan Yesiariani

dan Rahayu (2016) yang mengemukakan bahwa ineffective monitoring

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fraudulent financial

statement.

Keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan

merupakan suatu faktor yang signifikan dalam peningkatan pengawasan

operasional perusahaan (Yesiariani dan Rahayu, 2016:19). Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) berdasarkan peraturan Nomor 33/POJK.04/2014 sudah

mengatur bahwa dalam rangka meningkatkan penerapan prinsip tata

kelola perusahaan yang baik bagi emiten atau perusahaan publik perlu

adanya aturan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dari

Dewan Komisaris dan Direksi. Dalam peraturan tersebut dijelaskan

bahwa jumlah komisaris independen wajib paling kurang 30% (tiga

puluh persen) dari jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris. Namun,

berdasarkan hasil uji signifikansi regresi logistik bisa dilihat bahwa arah

dari adanya komisaris independen ini yaitu β = 2,883 sebagaimana yang

bisa dilihat pada tabel 4.13, yang berarti memiliki hubungan yang positif.

Page 142: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

124

Hasil signifikan positif atas BDOUT menunjukkan bahwa adanya

komisaris independen cenderung akan meningkatkan adanya potensi

kecurangan yang akan muncul, dimana saat tidak adanya koordinasi yang

baik antara komisaris independen dengan anggota komisaris perusahaan

yang lain. Prabowo (2014:97) mengungkapkan bahwa semakin besar

anggota dewan komisaris berasal dari luar perusahaan menyebabkan

masalah dalam koordinasi yang menyebabkan turunnya fungsi

pengawasan yang dapat mengganggu komisaris independen dalam

mengambil keputusan.

Kemudian, Gideon (2005:183) menambahkan bahwa kuatnya

kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas

menjadikan dewan komisaris tidak independen. Sehingga fungsi

pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan

komisaris menjadi tidak efektif.

3. Rationalization dengan Fraudulent Financial Statement

Rationalization dalam penelitian ini diproksikan dengan opini

audit. Hasil uji signifikansi regresi logistik menunjukan bahwa opini

audit memiliki nilai yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,999 atau (p >

0,05), dalam probabilitas α 0,05. Meskipun, hasil signifikansi

AUDREPORT pada wilcoxon signed-rank test menunjukkan hasil yang

signifikan, yaitu sebesar 0,046 atau (p < 0,05), tetapi saat diuji dengan

analisis regresi logistik, AUDREPORT tidak mampu mengidentifikasi

fraud pada perusahaan.

Page 143: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

125

Dengan demikian, hasil pengujian di atas dapat disimpulkan

bahwa rationalization yang diproksikan dengan AUDREPORT tidak

mampu mengidentifikasi fraud pada perusahaan. Sehingga

rationalization dalam penelitian ini disimpulkan tidak mampu

mendeteksi fraudulent financial statement atau dalam kata lain menolak

hipotesis 4 atau H4.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Firmanaya

dan Syafruddin (2014); Skousen, et., al (2009); dan Suyanto (2009) yang

menunjukkan bahwa rationalization dengan proksi opini audit tidak

dapat mendeteksi atau berpengaruh terhadap fraudulent financial

statement. Namun hasil ini tidak mendukung penelitian Sukirman dan

Sari (2013), dimana opini audit sebagai proksi dari rationalization

memiliki kekuatan dalam memprediksi apakah sebuah perusahaan

tergolong fraud atau non-fraud.

Hasil ini membuktikan bahwa rationalization merupakan variabel

yang sulit diukur dari model fraud sebagaimana yang dikemukakan

dalam Skousen, et., al. (2009:66). Ketidakmampuan AUDREPORT

dalam mengidentifikasi fraud pada penilitian ini dikarenakan adanya

penyimpangan yang terjadi pada laporan keuangan, namun tidak bisa

dideteksi oleh Auditor sehingga memengaruhi hasil opini audit. Widarti

(2015:242) menyebutkan bahwa tidak berpengaruh-nya AUDREPORT

terhadap kecurangan laporan keuangan disebabkan oleh tidak

terdeteksinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam laporan

Page 144: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

126

keuangan. Selanjutnya, Widarti (2015:242) menyatakan bahwa penyebab

tidak terdeteksinya penyimpangan tersebut mungkin disebabkan oleh

penggunaan basis akuntansi akrual yang dalam pelaksanaannya

diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan. Sehingga manajemen

dapat leluasa untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan

jumlah laba yang diinginkan dalam penggunaan dasar akrual.

b. Hasil Uji Analisis Diskriminan (cross-validation method)

Analisis diskriminan dalam penelitian ini digunakan dalam menguji

keakuratan model pendeteksian fraudulent financial statement. Dalam

penelitian ini digunakan hasil uji regresi logistik yang ditunjukkan dalam

tabel 4.14 atas uji atas ineffective monitoring terhadap fraudulent financial

statement. Di mana ineffective monitoring merupakan variabel yang sudah

lolos uji signifikansi analisis regresi logistik sebelumnya dan dianggap layak

digunakan dalam membentuk model pendeteksian fraudulent financial

statement.

Dari hasil analisis diskriminan ini didapat bahwa secara keseluruhan

keakuratan dari model pendeteksian fraudulent financial statement dalam

penelitian ini sebesar 59,6%. Kemudian dari keakuratan prediksi perusahaan

fraud dan non-fraud dalam penelitian ini yaitu masing-masing sebesar fraud

(43,1%) dan non-fraud (76,2%). Sebagai perbandingan, penelitian ini

menampilkan dua penelitian sebelumnya yang menggunakan cross-validation

method untuk mengidentifikasi keakuratan model fraud. Tabel 4.18 sebagai

berikut:

Page 145: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

127

Tabel 4.18

Analisis Diskriminan (Cross-validation Method)

Penelitian-penelitian sebelumnya

No Nama Peneliti dan

Tahun

Overall

classification

Fraud

classification

Non-fraud

classification

1 Badrus (2017) 59,6% 43,1% 76,2%

2 Suyanto (2009) 67,1% 51% 77%

3 Kaminski, et., al (2004) 43,9%-65,9% 1,8%-41,9% 84,2 – 90%

Sumber: Diolah dari penelitian terkait

Berdasarkan perbandingan dengan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya dalam tabel 4.18, hasil uji analisis diskriminan dengan cross-

validation method pada penelitian ini dapat diartikan memiliki keakuratan

model pendeteksian fraudulent financial statement yang baik serta mampu

memprediksi dengan tepat perusahaan yang tergolong fraud dan non-fraud.

Page 146: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

128

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan wilcoxon signed-rank test,

analisis regresi logistik dan analisis diskriminan (cross-validation method), maka

didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Financial targets tidak mampu mendeteksi fraudulent financial statement

pada perusahaan publik di Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Tessa dan Harto (2016); Dalnial, et., al (2014); Sukirman dan

Sari (2013); dan Skousen, et., al (2009).

2. Ineffective monitoring mampu mendeteksi fraudulent financial statement

pada perusahaan publik di Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Prabowo (2014).

3. Rationalization tidak mampu mendeteksi fraudulent financial statement

pada perusahaan publik di Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Firmanaya dan Syafruddin (2014); Skousen, et., al (2009);

dan Suyanto (2009).

4. Ineffective monitoring secara akurat mampu membentuk model pendeteksian

fraudulent financial statement dan secara tepat mampu memprediksi

perusahaan fraud dan non-fraud berdasarkan hasil analisis diskriminan dan

perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu Suyanto (2009) dan

Kaminski, et., al (2004).

Page 147: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

129

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, diharapkan penelitian selanjutnya bisa lebih baik lagi

dalam membentuk model pendeteksian fraudulent financial statement, dengan

memasukkan beberapa pertimbangan berikut:

1. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi-proksi lain atas

rasio keuangan maupun rasio non-keuangan untuk model fraud pentagon,

seperti: financial stability (pressure), internal control (opportunity), dan

total accrual to total asset (rationalization), agar mendapatkan hasil yang

lebih baik dan dapat membentuk model pendeteksian fraudulent financial

statement dengan lebih akurat.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel perusahaan dan

tahun pengamatan yang lebih lama, yaitu > 5 tahun.

3. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan sampel data dari sektor

lain, seperti sektor pemerintahan sebagai salah satu sektor yang paling

sering terjadi kecurangan dan mendapat perhatian besar dari masyarakat

Indonesia.

4. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan metode kualitatif untuk

beberapa variabel yang masih sulit diukur dengan menggunakan metode

kuantitatif, seperti untuk indikator rationalization dan capability.

Page 148: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

130

DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, R., & Mansor, N. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond

Theory. Understanding the Convergent and Divergent For Future

Research. International Journal of Academic Research in Accounting,

Finance and Management Sciences, 38-45.

Abdullahi, R., Mansor, N., & Nuhu, M. S. (2015). Fraud Triangle Theory and

Fraud Diamond Theory: Understanding the Convergent and Divergent for

Future Research. European Journal of Business and Management, 7.

Abdullahi, R., Mansor, N., Kida, M. I., & Safi, N. (2016). An Empirical Analysis

on the Influence of Social Conditioning and Capability toward Financial

Fraud in Kano State Public Sectors. Journal of Research in Humanities

and Social Sciences, 100-106.

Albrecht, W. S., Albrecht, C., & Albrecht, C. C. (2008). Current Trends in Fraud

and its Detection. Information Security Journal: A Global Perspective, 2-

12.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). (2002). Statement of

Auditing Standards No. 99.

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance:

Pendekatan Terintegrasi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Association of Certified Fraud Examiners. (2016). Report to the Nations on

Occupational Fraud and Abuse. Association of Certified Fraud

Examiners.

Auditor of Public Accounts. (2011). The Fraud Triangle. Virginia SEC Semper

Tyrannis.

Awang, Y., Ismail, S., & Abdul Rahman, A. (2015). Inclination Towards Fraud

Among the Participants in Financial Reporting Process. International

Conference on Accounting Studies (ICAS) 2015. Johor: International

Conference on Accounting Studies (ICAS).

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (2011). Salinan

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Nomor: KEP-614/BL/2011. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik

Indonesia.

Page 149: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

131

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (2012). Salinan

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Nomor: KEP-347/BL/2012. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik

Indonesia.

Beneish, M. D. (1997). Detecting GAAP Violation: Implications for Assessing

Earnings Management among Firms with Extreme Financial

Performance. Journal of Accounting and Public Policy, 271-309.

Boediono, G. S. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan

Analisis Jalur. SNA VIII Solo, 172-194.

Corwe Horwath. (2010). llA Practice Guide: Fraud and Internal Audit.

Crowe Horwath. (2011). Article on Fraud.

Dalnial, H., Kamaluddin , A., Sanusi, Z. M., & Khairuddin, K. S. (2014).

Detecting Fraudulent Financial Reporting through Financial Statement

Analysis. Journal of Advanced Management Science, 2, 17-22.

Dorminey, J., Fleming , S., Kranacher, M.-J., & Riley, R. (2012). The Evolution of

Fraud Theory. American Accounting Association: Issues in Accounting

Education, 555-579.

Eisenhardt , K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. Academy

of Management Review, 14, 57-74.

Firmanaya, F., & Syafruddin, M. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada

Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2008-2011). Diponegoro Journal of Accounting, 3, 1-11.

Ghazali, I. (2013). Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update

PLS Regresi Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harmono. (2014). Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecard

Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Hogan, C. E., Rezaee, Z., Riley, R. A., & Kelury, U. K. (2008). Financial

Statement Fraud: Insights form the Academic Literature. Auditing: A

Journal of Practice & Theory, 231-252.

Huang , S. Y., Lin, C.-C., Chiu, A.-A., & Yen, D. C. (2016). Fraud Detection

Using Fraud Triangle Risk Factors. Springer Science.

Page 150: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

132

Independent Investigation Committe. (2015). Investigation Report For Toshiba

Corporation: Summary Version. Independent Investigation Committe For

ToshibaCorporation.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial

Economics.

Kaminski, K. A., Wetzel, T. S., & Guan, L. (2004). Can Financial Ratios Detect

Fraudulent Financial Reporting? Emerald Insight: Manajerial Auditing

Journal, 15-28.

Karyono. (2013). Forensic Audit. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Kassem, R., & Higson, A. (2012). The New Fraud Triangle . Journal of Emerging

Trends in Economics and Management Sciences, 191-195.

Lin, C.-C., Chiu, A.-A., Huang, S. Y., & Yen, D. C. (2015). Detecting The

Financial Statement Fraud: The Analysis of the Differences Between Data

Mining Techniques and Expert's Judgment. Elsevier: Knowledge-based

Systems.

Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau

Perusahaan Publik.

Prabowo, D. A. (2014). Pengaruh Komisaris Independen, Independensi Komite

Audit, Ukuran dan Jumlah Pertemuan Komite Audit Terhadap Manajemen

Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia 2010 – 2012). Accounting Analysis Journal.

Priantara, D. (2013). Fraud Auditing & Investigation. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Purba, B. P. (2015). Fraud dan Korupsi: Pencegahan, Pendeteksian, dan

Pemberantasannya. Jakarta Timur: Lestari Kiranatama.

Rezaee, Z. (2002). Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New

York: John Wiley & Sons, Inc.

Riahi, A., & Belkaoui. (2011). Accounting Theory edisi 5. Jakarta: Salemba

Empat.

Ruankaew, T. (2013). The Fraud Factors. International Journal of Management

and Administrative Sciences (IJMAS), 1-5.

Page 151: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

133

Ruankaew, T. (2016). Beyond the Fraud Diamond. International Journal of

Business Management and Economic Research , 7, 474-476.

Rudewicz, F. (2011). The Fraud Diamond: Use of Investigative Due Diligence to

Identify the “Capability Element of Fraud”. CTTMA NEWSLETTER, pp.

1-13.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sarwono, J. (2013). Statistik Multivariat Aplikasi untuk Skripsi. Yogyakarta: CV

Andi.

Sekaran, U. (2011). Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business. United

Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2009). Detecting and Predicting

Financial Statement Fraud: the Effectiveness of the Fraud Triangle and

SAS No. 99. Corporate Governance and Firm Performance Journal , 13,

53-81.

Spathis, C. T. (2002). Detecting False Financial Statements Using Published

Data: Some Evidence from Greece. Emerald Insight: Managerial Auditing

Journal, 179-191.

Sukirman, S., & Sari, M. P. (2013). Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud

Triangle (Studi Kasus Pada Perusahaan Publik di Indonesia). Jurnal

Akuntansi & Auditing Universitas Negeri Semarang, 9, 199-225.

Summers, S. L., & Sweeney, J. T. (1998). Fraudulently Misstated Financial

Statements and Insider Trading: An Empirical Analysis. The Accounting

Review, 131-146.

Suyanto, S. (2009). Fraudulent Financial Statement Evidence From Statement on

Auditing Standard No. 99. Gadjah Mada International Journal of

Business, 11, 117-144.

Tessa, C., & Harto, P. (2016). Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori

Fraud Pentagon Pada Sektor Keuangan Dan Perbankan Di Indonesia.

Simposium Nasional Akuntansi XIX. Lampung: Simposium Nasional

Akuntasi XIX.

Page 152: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

134

Tiffani, L., & Marfuah. (2015). Deteksi Financial Statement Fraud Dengan

Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 112-125.

Tuanakotta, T. M. (2012). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi 2.

Jakarta: Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Vasiu, L., Warren, M., & Mackay, D. (2003). Defining Fraud: Issues for

Organizations from an Information Systems Perspective. 7th Pacific Asia

Conference on Information Systems, (pp. 971-979). Adelaide.

Widarjono, A. (2015). Analisis Multivariat Terapan Dengan Program SPSS,

AMOS, dan Smartplas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Widarti. (2015). Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Deteksi Kecurangan

Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 229-

244.

Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond: Considering the

Four Elements of Fraud. The CPA Journal.

Yesiariani, M., & Rahayu, I. (2016). Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi

Financial Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014). Simposium

Nasional Akuntansi XIX. Lampung: Simposium Nasional Akuntansi XIX.

Yusof, M., Khair, A., & Simon, J. (2015). Fraudulent Financial Reporting: An

Application of Fraud Models to Malaysian Public Listed Companies. The

Macrotheme review: A Multidisciplinary Journal of Global Macro Trends,

126-145.

Page 153: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

135

LAMPIRAN PENELITIAN

Page 154: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

136

Lampiran 1: Kertas Kerja (worksheet) Penelitian

Tahun 2011

Perusahaan fraud 2011

Fraud ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,027 1,740 0,333 1 0 2

2 0,127 0,411 0,333 1 0 8

3 -0,026 0,103 0,333 1 1 1

4 0,074 2,306 0,333 1 0 4

5 -0,616 7,451 0,500 1 1 0

6 0,029 2,168 0,400 1 0 2

7 -0,082 3,746 0,400 1 1 1

8 0,005 1,072 0,500 1 0 5

9 -0,103 1,631 0,500 1 0 0

10 0,028 0,339 0,333 1 0 1

11 -0,181 40,372 0,400 0 1 1

12 0,005 0,703 0,500 1 0 2

13 0,032 5,964 0,333 1 0 10

14 0,007 1,169 0,333 1 0 2

15 0,036 0,243 0,333 1 0 4

16 0,027 3,112 0,667 1 1 2

17 0,002 2,285 0,500 1 1 0

18 0,103 0,495 0,333 1 1 3

19 -0,019 3,545 0,500 1 1 4

20 0,093 1,087 0,333 1 0 2

21 0,105 0,307 0,000 1 0 0

22 0,045 0,941 0,714 1 1 3

23 0,020 0,594 0,333 1 0 1

24 -0,162 -2,055 0,500 1 1 3

25 -0,054 0,141 0,333 1 1 5

26 0,000 1,541 0,500 1 1 1

Perusahaan non-fraud 2011

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,050 1,081 0,333 1 0 3

2 0,138 0,369 0,222 1 1 2

3 0,021 1,065 0,400 1 0 1

4 0,084 0,213 0,333 1 0 2

5 0,041 1,836 0,333 1 0 0

6 -0,021 1,074 0,333 1 1 5

7 0,019 0,833 0,333 1 1 1

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Page 155: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

137

Perusahaan non-fraud 2011 (lanjutan)

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

8 0,050 2,295 0,250 1 1 3

9 0,040 0,833 0,333 1 1 0

10 0,011 2,478 0,333 1 0 1

11 0,006 4,025 0,500 1 1 2

12 0,029 3,646 0,333 1 1 3

13 0,000 2,667 0,500 1 1 5

14 0,033 1,182 0,333 1 0 2

15 0,014 0,360 0,500 1 0 0

16 0,091 0,682 0,375 1 1 9

17 0,030 0,137 0,333 1 0 2

18 0,128 0,287 0,400 1 1 6

19 0,024 3,518 0,400 1 0 2

20 0,123 0,470 0,500 1 1 0

21 0,086 1,354 0,500 1 1 2

22 0,079 0,549 0,375 1 1 2

23 0,074 0,509 0,333 1 0 2

24 0,109 2,725 0,333 1 0 0

25 0,136 0,123 0,333 1 1 3

26 0,027 2,462 0,429 1 1 1

Tahun 2012

Perusahaan fraud 2012

Fraud ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,001 2,087 0,333 1 0 2

2 0,152 0,536 0,333 1 0 5

3 0,049 0,041 0,333 1 0 1

4 0,067 2,019 0,333 1 1 4

5 0,036 6,328 0,500 1 0 0

6 0,007 2,201 0,400 1 0 2

7 -0,066 7,172 0,400 1 0 2

8 0,023 1,868 0,500 1 0 6

9 -0,085 1,107 0,333 1 1 3

10 0,013 0,324 0,333 1 0 2

11 -0,105

-

31,781 0,400 0 0 1

12 0,014 0,623 0,500 1 0 2

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Page 156: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

138

Perusahaan fraud 2012 (lanjutan)

Fraud ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

13 0,003 7,528 0,333 1 1 9

14 0,543 0,723 0,333 1 0 2

15 -0,003 0,363 0,333 0 1 3

16 0,078 3,396 0,667 1 0 1

17 0,099 2,309 0,500 1 0 0

18 0,101 0,294 0,375 1 1 5

19 -0,050 6,547 0,500 1 0 2

20 0,066 0,932 0,333 1 0 2

21 0,103 0,267 0,000 1 0 0

22 0,053 1,168 0,714 1 0 3

23 0,018 0,743 0,333 1 0 1

24 -0,040 0,041 0,500 1 1 2

25 0,214 0,132 0,333 1 0 5

26 -0,010 1,559 0,500 1 1 2

Perusahaan non-fraud 2012

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,067 1,011 0,333 1 0 4

2 0,029 0,355 0,300 1 0 3

3 0,024 1,135 0,400 1 0 1

4 0,075 0,172 0,333 1 1 3

5 0,027 1,875 0,333 1 0 0

6 -0,058 1,593 0,333 1 0 3

7 0,020 1,296 0,333 1 1 1

8 0,010 2,651 0,333 1 0 5

9 0,028 0,819 0,333 1 0 0

10 -0,013 2,839 0,333 1 0 1

11 -0,047 5,455 0,500 1 0 2

12 0,054 1,286 0,333 1 0 3

13 -0,023 3,684 0,500 1 0 5

14 0,030 1,232 0,333 1 0 4

15 0,030 0,296 1,000 1 0 0

16 0,084 0,634 0,375 1 1 3

17 0,019 0,563 0,333 1 0 2

18 0,197 0,228 0,400 1 0 4

19 0,022 3,743 0,400 1 0 7

20 0,052 0,428 0,500 1 1 0

21 0,039 0,568 0,333 1 0 2

22 0,088 0,591 0,375 1 0 4

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Page 157: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

139

Perusahaan non-fraud 2012 (lanjutan)

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

23 0,047 1,123 0,333 1 0 0

24 0,072 1,789 0,333 1 1 0

25 0,198 0,108 0,333 1 0 3

26 0,013 2,464 0,429 1 0 1

Tahun 2013

Perusahaan fraud 2013

Fraud ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 -0,044 2,654 0,333 1 1 1

2 0,019 0,709 0,333 1 1 18

3 -0,031 0,138 0,333 1 0 1

4 0,049 1,506 0,333 1 0 3

5 0,001 6,617 0,500 1 0 0

6 0,009 3,187 0,500 1 1 2

7 0,002 21,473 0,400 1 1 0

8 1,072 -6,863 0,500 1 1 7

9 0,195 0,292 0,333 1 0 5

10 0,027 0,000 0,333 1 1 2

11 -0,347 -3,530 0,333 0 0 2

12 -0,004 0,436 0,500 1 0 2

13 -0,051 15,462 0,333 1 0 5

14 -0,029 0,967 0,333 1 1 2

15 -0,077 0,443 0,333 1 1 3

16 0,042 3,995 0,667 1 0 2

17 0,109 0,138 0,500 1 0 0

18 0,106 0,374 0,375 1 1 3

19 0,254 1,662 0,500 1 1 1

20 0,089 0,704 0,333 1 0 2

21 0,128 0,352 0,333 1 1 0

22 0,051 1,210 0,750 1 1 3

23 -0,067 -3,559 0,333 1 1 1

24 0,016 0,021 0,500 1 1 2

25 -0,219 0,083 0,500 1 1 3

26 0,012 1,549 0,500 1 1 2

Page 158: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

140

Perusahaan non-fraud 2013

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,087 1,259 0,333 1 0 6

2 0,017 0,331 0,300 1 1 3

3 -0,014 1,354 0,400 1 0 1

4 0,078 0,137 0,333 1 0 3

5 -0,036 2,899 0,333 1 1 0

6 0,002 2,001 0,333 1 0 4

7 0,008 1,922 0,333 1 0 1

8 0,002 2,781 0,333 1 0 5

9 0,029 0,899 0,333 1 1 0

10 -0,016 2,406 0,500 1 0 0

11 -0,189 12,537 0,333 1 1 2

12 0,059 1,294 0,333 1 0 3

13 -0,008 4,260 0,600 1 1 3

14 -0,054 1,589 0,333 1 0 6

15 0,025 0,514 0,500 1 0 0

16 0,109 0,459 0,375 1 1 3

17 0,017 0,823 0,333 1 0 2

18 0,188 0,242 0,400 1 1 6

19 0,024 3,649 0,333 1 1 5

20 -0,029 0,553 0,600 1 1 0

21 0,025 0,630 0,333 1 1 4

22 0,129 0,683 0,375 1 1 3

23 0,010 2,606 0,333 1 0 2

24 0,081 1,128 0,333 1 0 0

25 0,211 0,097 0,333 1 0 3

26 0,010 2,253 0,429 1 0 1

Tahun 2014

Perusahaan fraud 2014

Fraud ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,016 2,453 0,400 1 1 1

2 -0,034 0,826 0,333 1 1 4

3 -0,013 0,918 0,333 1 1 2

4 0,044 1,562 0,333 1 1 4

5 0,002 6,190 0,500 1 0 0

6 0,001 4,234 0,500 1 0 2

7 -0,206 -8,071 0,400 1 0 0

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Page 159: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

141

Perusahaan fraud 2014 (lanjutan)

Fraud ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

8 0,013 -6,177 0,500 1 0 3

9 0,032 0,367 0,333 1 1 3

10 0,046 0,000 0,333 1 0 2

11 0,003 -3,380 0,333 1 0 2

12 -0,077 0,473 0,500 1 1 2

13 -0,013 5,314 0,333 1 0 9

14 0,194 0,636 0,333 1 0 2

15 -0,078 0,607 0,333 1 1 8

16 0,125 2,047 0,667 1 1 3

17 0,261 0,032 0,500 1 0 0

18 0,074 0,220 0,375 1 0 0

19 -0,512 1,129 0,500 1 0 4

20 0,061 0,588 0,333 1 0 2

21 0,136 0,216 0,333 1 0 0

22 0,083 1,148 0,667 1 1 4

23 -0,052 4,027 0,500 1 1 3

24 0,004 0,045 0,500 1 1 0

25 -0,013 0,991 0,500 1 0 3

26 0,005 1,590 0,500 1 1 2

Perusahaan non-fraud 2014

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,061 1,330 0,333 1 0 6

2 0,074 0,307 0,300 1 0 6

3 0,023 1,629 0,600 1 0 1

4 0,085 0,082 0,333 1 1 3

5 0,011 3,004 0,333 1 1 0

6 -0,056 2,574 0,333 1 1 4

7 0,013 2,003 0,333 1 0 1

8 -0,102 4,565 0,333 1 1 5

9 0,040 0,770 0,333 1 0 0

10 -0,018 3,486 0,500 1 1 1

11 0,029 8,706 0,333 1 0 3

12 0,067 1,074 0,333 1 0 4

13 -0,030 5,698 0,667 1 0 5

14 0,007 1,765 0,333 1 1 6

15 0,016 0,538 0,500 1 0 0

16 0,061 0,385 0,571 1 1 3

17 0,024 0,933 0,333 1 0 2

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Page 160: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

142

Perusahaan non-fraud 2014 (lanjutan)

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

18 0,138 0,448 0,400 1 1 12

19 0,024 3,805 0,333 1 0 3

20 0,132 0,291 0,500 1 1 2

21 0,045 1,730 0,333 1 1 6

22 0,142 0,530 0,375 1 0 6

23 -0,028 0,997 0,333 1 0 2

24 0,070 0,787 0,333 1 0 0

25 -0,039 0,050 0,333 1 0 4

26 0,008 1,910 0,429 1 1 1

Tahun 2015

Perusahaan fraud 2015

Fraud ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 -0,044 1,860 0,400 1 0 2

2 -0,047 0,657 0,333 1 1 4

3 0,107 1,793 0,500 1 1 2

4 0,056 1,380 0,333 1 0 4

5 0,002 5,962 0,500 1 0 0

6 -0,024 2,874 0,500 1 0 2

7 -0,084 -5,116 0,200 1 0 0

8 -0,187 -3,334 0,333 1 1 8

9 0,094 0,232 0,333 1 0 3

10 0,052 0,008 0,429 1 1 2

11 0,004 -4,934 0,500 1 0 5

12 0,096 0,554 0,500 1 0 2

13 -0,054 7,344 0,333 1 1 5

14 0,013 0,700 0,333 1 0 2

15 -0,031 0,818 0,333 1 0 4

16 0,178 1,187 0,667 1 0 3

17 0,010 0,011 0,500 1 0 0

18 0,105 0,137 0,375 1 1 0

19 -0,151 0,395 0,500 1 1 2

20 0,240 0,161 0,333 1 0 2

21 0,137 0,178 0,333 1 1 0

22 0,025 1,185 0,625 1 1 4

23 -0,133 10,480 0,500 1 0 4

24 0,072 0,044 0,500 1 1 0

25 -0,101 1,146 0,500 1 1 2

26 -0,008 1,668 0,500 1 1 3

Page 161: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

143

Perusahaan non-fraud 2015

Non-

Fraud

ROA LEV BDOUT AUDREPORT DCHANGE CEOPIC

1 0,066 1,141 0,333 1 0 6

2 0,022 0,248 0,300 1 0 9

3 -0,019 1,847 0,600 1 0 1

4 0,089 0,137 0,333 1 1 3

5 -0,030 3,931 0,333 1 0 0

6 -0,053 2,035 0,333 1 0 4

7 0,011 1,995 0,333 1 0 0

8 -0,038 5,855 0,333 1 0 5

9 0,007 0,741 0,333 1 0 0

10 0,033 3,447 0,500 1 1 1

11 -0,001 7,372 0,500 1 0 4

12 0,061 0,803 0,250 1 0 8

13 -0,094 8,331 0,667 1 1 6

14 0,005 1,641 0,333 1 0 2

15 -0,029 0,511 0,500 1 0 0

16 -0,033 0,356 0,400 1 0 3

17 0,002 0,915 0,333 1 0 2

18 0,088 0,513 0,400 1 0 11

19 0,022 3,356 0,333 1 0 2

20 0,028 0,261 0,500 1 0 3

21 -0,050 2,015 0,500 1 1 6

22 0,065 0,630 0,375 1 1 4

23 -0,035 0,856 0,333 1 0 2

24 0,053 0,520 0,333 1 0 0

25 -0,024 0,042 0,333 1 0 5

26 0,001 1,807 0,500 1 1 1

Page 162: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

144

Lampiran 2: Output Hasil Pengujian Data

1. Hasil Uji Normalitas Sampel (sales dan asset)

2. Hasil Wilcoxon Signed-Rank Test (sales dan asset)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 260

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,49388180

Most Extreme Differences Absolute ,269

Positive ,238

Negative -,269

Test Statistic ,269

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

Sumber: Output SPSS

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sales_nonfraud -

sales_fraud

Negative Ranks 56a 66,59 3729,00

Positive Ranks 74b 64,68 4786,00

Ties 0c

Total 130

asset_nonfraud -

asset_fraud

Negative Ranks 66d 70,14 4629,00

Positive Ranks 64e 60,72 3886,00

Ties 0f

Total 130

a. sales_nonfraud < sales_fraud

b. sales_nonfraud > sales_fraud

c. sales_nonfraud = sales_fraud

d. asset_nonfraud < asset_fraud

e. asset_nonfraud > asset_fraud

f. asset_nonfraud = asset_fraud

Page 163: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

145

Test Statisticsa

sales_nonfraud

- sales_fraud

asset_nonfraud

- asset_fraud

Z -1,228b -,863

c

Asymp. Sig. (2-tailed) ,219 ,388

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

c. Based on positive ranks.

3. Hasil Uji Normalitas Variabel Independen

4. Hasil Wilcoxon Signed-Rank Test Variabel

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

ROA_NonFraud –

ROA_Fraud

Negative Ranks 53a 61,09 3238,00

Positive Ranks 77b 68,53 5277,00

Ties 0c

Total 130

LEV_NonFraud –

LEV_Fraud

Negative Ranks 65d 64,43 4188,00

Positive Ranks 65e 66,57 4327,00

Ties 0f

Total 130

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 260

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,48939159

Most Extreme Differences Absolute ,277

Positive ,277

Negative -,226

Test Statistic ,277

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

Page 164: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

146

Hasil Wilcoxon Signed-Rank Test Variabel (lanjutan)

N Mean Rank Sum of Ranks

BDOUT_NonFraud –

BDOUT_Fraud

Negative Ranks 65g 50,24 3265,50

Positive Ranks 34h 49,54 1684,50

Ties 31i

Total 130

AUDREPORT_NonFraud –

AUDREPORT_Fraud

Negative Ranks 0j ,00 ,00

Positive Ranks 4k 2,50 10,00

Ties 126l

Total 130

DCHANGE_NonFraud –

DCHANGE_Fraud

Negative Ranks 37m 32,00 1184,00

Positive Ranks 26n 32,00 832,00

Ties 67o

Total 130

CEOPIC_NonFraud –

CEOPIC_Fraud

Negative Ranks 51p 50,04 2552,00

Positive Ranks 53q 54,87 2908,00

Ties 26r

Total 130

a. ROA_NonFraud < ROA_Fraud

b. ROA_NonFraud > ROA_Fraud

c. ROA_NonFraud = ROA_Fraud

d. LEV_NonFraud < LEV_Fraud

e. LEV_NonFraud > LEV_Fraud

f. LEV_NonFraud = LEV_Fraud

g. BDOUT_NonFraud < BDOUT_Fraud

h. BDOUT_NonFraud > BDOUT_Fraud

i. BDOUT_NonFraud = BDOUT_Fraud

j. AUDREPORT_NonFraud < AUDREPORT_Fraud

k. AUDREPORT_NonFraud > AUDREPORT_Fraud

l. AUDREPORT_NonFraud = AUDREPORT_Fraud

m. DCHANGE_NonFraud < AUDCHANGE_Fraud

n. DCHANGE_NonFraud > DCHANGE_Fraud

o. DCHANGE_NonFraud = DCHANGE_Fraud

p. CEOPIC_NonFraud < CEOPIC_Fraud

q. CEOPIC_NonFraud > CEOPIC_Fraud

r. CEOPIC_NonFraud = CEOPIC_Fraud

Page 165: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

147

Test Statisticsa

ROA_NonFraud

– ROA_Fraud

LEV_NonFraud –

LEV_Fraud

BDOUT_NonFraud

– BDOUT_Fraud

AUDREPORT_

NonFraud –

AUDREPORT_

Fraud

DCHANGE_Non

Fraud –

DCHANGE_Fra

ud

CEOPIC_Non

Fraud –

CEOPIC_Fra

ud

Z -2,369b -,161

b -2,797

c -2,000

b -1,386

c -,583

b

Asymp. Sig. (2-

tailed) ,018 ,872 ,005 ,046 ,166 ,560

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

c. Based on positive ranks.

5. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 260 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 260 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 260 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Non-Fraud 0

Fraud 1

Page 166: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

148

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 360,437 ,000

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 360,437

c. Estimation terminated at iteration number 1

because parameter estimates changed by less than

,001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

firm Percentage

Correct

Non-Fraud Fraud

Step 0 firm Non-Fraud 0 130 ,0

Fraud 0 130 100,0

Overall Percentage 50,0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant ,000 ,124 ,000 1 1,000 1,000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables ROA ,768 1 ,381

BDOUT 5,676 1 ,017

AUDREPORT 4,063 1 ,044

Overall Statistics 10,242 3 ,017

Page 167: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

149

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant ROA BDOUT AUDREPORT

Step 1 1 349,519 ,943 -,340 2,736 -2,067

2 348,826 2,026 -,344 2,882 -3,207

3 348,606 3,070 -,344 2,883 -4,251

4 348,529 4,085 -,344 2,883 -5,266

5 348,501 5,091 -,344 2,883 -6,272

6 348,490 6,093 -,344 2,883 -7,274

7 348,487 7,093 -,344 2,883 -8,275

8 348,485 8,094 -,344 2,883 -9,275

9 348,485 9,094 -,344 2,883 -10,275

10 348,484 10,094 -,344 2,883 -11,275

11 348,484 11,094 -,344 2,883 -12,275

12 348,484 12,094 -,344 2,883 -13,275

13 348,484 13,094 -,344 2,883 -14,275

14 348,484 14,094 -,344 2,883 -15,275

15 348,484 15,094 -,344 2,883 -16,275

16 348,484 16,094 -,344 2,883 -17,275

17 348,484 17,094 -,344 2,883 -18,275

18 348,484 18,094 -,344 2,883 -19,275

19 348,484 19,094 -,344 2,883 -20,275

20 348,484 20,094 -,344 2,883 -21,275

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 360,437

d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been

reached. Final solution cannot be found.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 11,952 3 ,008

Block 11,952 3 ,008

Model 11,952 3 ,008

Page 168: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

150

Block 1: Method = Enter

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 348,484a ,045 ,060

a. Estimation terminated at iteration number 20 because

maximum iterations has been reached. Final solution cannot

be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 11,661 8 ,167

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

firm = Non-fraud firm = fraud

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 11 15,510 15 10,490 26

2 18 14,580 8 11,420 26

3 17 14,500 9 11,500 26

4 18 14,452 8 11,548 26

5 13 14,352 13 11,648 26

6 16 13,892 10 12,108 26

7 12 12,652 14 13,348 26

8 8 11,367 18 14,633 26

9 9 11,235 17 14,765 26

10 8 7,458 18 18,542 26

Classification Tablea

Observed

Predicted

firm Percentage

Correct

Non-Fraud Fraud

Step 1 firm Non-Fraud 99 31 76,2

Fraud 69 61 46,9

Overall Percentage 61,5

a. The cut value is ,500

Page 169: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

151

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a ROA -,344 1,096 ,099 1 ,753 ,709 ,083 6,074

BDOUT 2,883 1,209 5,685 1 ,017 17,868 1,670 191,142

AUDREPORT -21,275 20073,467 ,000 1 ,999 ,000 ,000 .

Constant 20,094 20073,467 ,000 1 ,999 532922326,916

a. Variable(s) entered on step 1: ROA, BDOUT, AUDREPORT.

Correlation Matrix

Constant ROA BDOUT AUDREPORT

Step 1 Constant 1,000 ,000 ,000 -1,000

ROA ,000 1,000 ,071 ,000

BDOUT ,000 ,071 1,000 ,000

AUDREPORT -1,000 ,000 ,000 1,000

6. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik (ineffective monitoring)

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 260 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 260 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 260 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Non-Fraud 0

Fraud 1

Page 170: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

152

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 360,437 ,000

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 360,437

c. Estimation terminated at iteration number 1

because parameter estimates changed by less than

,001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

firm Percentage

Correct

o fraud fraud

Step 0 firm o fraud 0 130 ,0

fraud 0 130 100,0

Overall Percentage 50,0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant ,000 ,124 ,000 1 1,000 1,000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables bdout 5,676 1 ,017

Overall Statistics 5,676 1 ,017

Page 171: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

153

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant bdout

Step 1 1 354,629 -1,073 2,666

2 354,616 -1,125 2,802

3 354,616 -1,125 2,802

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 360,437

d. Estimation terminated at iteration number 3 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 5,821 1 ,016

Block 5,821 1 ,016

Model 5,821 1 ,016

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 354,616a ,022 ,030

a. Estimation terminated at iteration number 3 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 8,960 4 ,062

Page 172: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

154

Block 1: Method = Enter

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

firm = o fraud firm = fraud

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 7 6,262 3 3,738 10

2 73 71,190 57 58,810 130

3 19 16,745 14 16,255 33

4 4 2,405 1 2,595 5

5 19 27,611 45 36,389 64

6 8 5,787 10 12,213 18

Classification Tablea

Observed

Predicted

firm Percentage

Correct

o fraud fraud

Step 1 firm o fraud 99 31 76,2

fraud 74 56 43,1

Overall Percentage 59,6

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a BDOUT 2,802 1,202 5,437 1 ,020 16,485 1,563 173,820

Constant -1,125 ,497 5,129 1 ,024 ,325

a. Variable(s) entered on step 1: BDOUT.

Correlation Matrix

Constant BDOUT

Step 1 Constant 1,000 -,968

BDOUT -,968 1,000

Page 173: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

155

7. Hasil Uji Analisis Diskriminan (cross-validation method)

Analysis Case Processing Summary

Unweighted Cases N Percent

Valid 260 100,0

Excluded Missing or out-of-range

group codes 0 ,0

At least one missing

discriminating variable 0 ,0

Both missing or out-of-range

group codes and at least

one missing discriminating

variable

0 ,0

Total 0 ,0

Total 260 100,0

Group Statistics

firm

Valid N (listwise)

Unweighted Weighted

Non-fraud BDOUT 130 130,000

fraud BDOUT 130 130,000

Total BDOUT 260 260,000

Classification Statistics

Classification Processing Summary

Processed 260

Excluded Missing or out-of-range group

codes 0

At least one missing

discriminating variable 0

Used in Output 260

Page 174: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

156

Prior Probabilities for Groups

firm Prior

Cases Used in Analysis

Unweighted Weighted

Non-Fraud ,500 130 130,000

Fraud ,500 130 130,000

Total 1,000 260 260,000

Classification Resultsa,c

firm

Predicted Group Membership

Total

Non-Fraud Fraud

Original Count Non-Fraud 99 31 130

Fraud 74 56 130

% Non-Fraud 76,2 23,8 100,0

Fraud 56,9 43,1 100,0

Cross-validatedb Count Non-Fraud 99 31 130

Fraud 74 56 130

% Non-Fraud 76,2 23,8 100,0

Fraud 56,9 43,1 100,0

Page 175: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

157

Lampiran 3: Surat Penelitian

Page 176: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

158

Page 177: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

159

Page 178: MODEL PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41142/1/AHMAD AL... · fraudulent financial statement pada perusahaan publik di

160