deskripsi wilayah kabupaten gunungkidul
TRANSCRIPT
DESKRIPSI WILAYAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
1. Geografis
Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di
Provinsi DIY, beribukota di Wonosari dan terletak 39 km sebelah tenggara Kota
Yogyakarta. Terletak pada daerah perbukitan dan pegunungan, secara geografis terletak
antara 1107º46’LS - 8º09’LS dan 110º21’BT - 110º50’BT. Lahan di Kabupaten Gunung
Kidul mempunyai tingkat kemiringan bervariasi, 18,19% diantaranya merupakan daerah
datar dengan tingkat kemiringan 0°-2°, sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan
antara 15°-40° sebesar 39,54% dan untuk kemiringan lebih dari lebih dari 40° sebesar
15,95%. Berdasarkan topografi, jenis batuan, jenis tanah, ketinggian, dan keadaan
hidrologi/sumber air, wilayah Kabupaten Gunung Kidul terbagi menjadi tiga zona
wilayah sebagai berikut:
a. Zona utara atau zone Batur Agung, meliputi wilayah Kecamatan Patuk, Gedangsari,
Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong Utara.
b. Zona tengah atau zona Ledok Wonosari atau Cekungan Wonosari, meliputi wilayah
Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong Tengah, dan Semanu bagian
utara.
c. Zona selatan atau zona Gunung Seribu, meliputi wilayah Kecamatan Purwosari,
Panggang, Saptosari, Paliyan, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Giri Subo, Semanu
Selatan dan Ponjong Selatan.
2. Kondisi Alam
a. Geomorfologi
Topografi wilayah Kabupaten Gunung Kidul didominasi oleh daerah kawasan
perbukitan. Pada kawasan perbukitan tersebut banyak terdapat goa-goa alam dan
sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi struktur lahan yang demikian
maka sebagian besar kawasan Kabupaten Gunung Kidul merupakan kawasan karst.
Kawasan tersebut saat ini sedang diupayakan pelestariannya sesuai dengan daya
dukung lingkungannya dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan
karst yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
b. Hidrologi
Di Kabupaten Gunung Kidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS)
permukaan, yaitu DAS Opak-Oya dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS
tersebut terdiri dari beberapa SubDAS yang berfungsi untuk mengairi areal
pertanian. Selain itu juga terdapat DAS bawah permukaan, yaitu DAS Bribin. Air
pemukaan (sungai dan mata air) banyak dijumpai di Gunung Kidul wilayah utara dan
tengah. Di wilayah tengah beberapa tempat memiliki air tanah yang cukup dangkal
dan dimanfaatkan untuk sumur ladang. Wilayah selatan Gunung Kidul merupakan
kawasan karst yang jarang ditemukan air permukaan. Di wilayah ini dijumpai sungai
bawah tanah seperti Bribin, Ngobaran, dan Seropan, serta ditemukan telaga musiman
yang multiguna bagi penduduk sekitar.
c. Iklim
Berdasarkan letak astronomisnya, Kabupaten Gunung Kidul berada di daerah
sekitar equator, sehingga secara klimatologi beriklim tropis dengan suhu harian rata-
rata 27,7°C, rentang suhu terendah 23,2°C dan tertinggi 32,4°C memiliki dua musim,
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan agak basah dan mempunyai
karakter 3 bulan kering dan 7 bulan basah. Wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian
utara merupakan wilayah curah hujan yang paling tinggi dibanding wilayah tengah
dan selatan, sedangkan wilayah Gunung Kidul bagian selatan mempunyai awal hujan
paling akhir. Kelembaban nisbi berkisar antara 80%- 85% yang dipengaruhi oleh
musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga Maret, dan
kelembaban terendah terjadi pada bulan September.
3. Pemerintahan
Wilayah Kabupaten Gunung Kidul merupakan kabupaten terluas di Provinsi
DIY, yaitu 1.485.360 km² atau 46,63% dari seluruh wilayah Provinsi DIY, meliputi 18
kecamatan, 144 desa dan 1.431 dusun, 3114 RW, 7077 RT, dengan rincian jumlah
menurut kecamatan seperti terlihat dalam berikut:
Tabel 1. Jumlah Desa dan Dusun menurut Kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul
Sumber: Tesis Astuti Rahayu, 2008
4. Penduduk dan Industri
Jumlah penduduk di Kabupaten Gunung Kidul cenderung meningkat dari tahun
ke tahun. Pengukuran keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya dapat diukur
Human Development Index (HDI). Dilihat dari aspek yang menjadi indikator dalam
penghitungan IPM, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan penduduk, Kabupaten
Gunung Kidul menempati peringkat terendah di tingkat Provinsi DIY. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pembangunan di Kabupaten Gunung Kidul
secara kualitas belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan.
Penerapan teknologi di Kabupaten Gunung Kidul masih terbatas. Hal ini
disebabkan adanya kendala kualitas SDM dan biaya yang cukup tinggi. Di sektor
pertanian teknologi pertanian yang digunakan dengan pemilihan jenis bibit yang sesuai
dengan musim yang sedang berlaku, disebabkan keterbatasan persediaan air. Saat ini
sedang digalakkan penggunaan bibit unggul jenis Ciherang bantuan dari Departemen
Pertanian RI. Selain itu, dilakukan penerapan teknologi dan pemupukan berimbang serta
kecukupan air di musim tanam serta teknologi pasca panen juga diterapkan untuk
menjaga kualitas hasil panenan.
Di sektor lain seperti industri, pekerjaan finishing yang belum memenuhi
persyaratan yang ditentukan, seperti pada kerajinan kayu, mebel, perak, sebagian dijual
dalam kondisi setengah jadi. Dengan demikian, tidak mampu menambah nilai tambah
bagi perajin itu sendiri, yang berakibat lambatnya peningkatan kesejahteraan perajin.
Struktur perekonomian Kabupaten Gunung Kidul masih didominasi oleh sektor
pertanian. Hal ini tercermin dari dominannya sektor pertanian dalam menyerap tenaga
kerja yakni mencapai 61,87 persen pada tahun 2009. Disusul oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran menyerap tenaga kerja sebanyak 12,30 persen. Selanjutnya adalah
sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan masing-masing menyerap tenaga kerja
sebanyak 10,06 persen dan 3,38 persen.
Perubahan komposisi pekerja menurut sektoral ditandai oleh turunnya andil
sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2005, sektor pertanian mampu
menyerap 62,69 persen tenaga kerja. Selama lima tahun terakhir, daya serap tenaga kerja
semakin menurun hingga mencapai 61,87 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
memiliki kecenderungan yang semakin meningkat dalam menyerap tenaga kerja.
Sementara sektor industri dan jasa-jasa relatif stabil dalam menyerap tenaga kerja.
Kecenderungan tingginya mobilitas pekerja antar sektor sangat dipengaruhi oleh
kualitas pekerja dan faktor musiman. Ini terjadi pada pekerja yang memiliki ketrampilan
terbatas dengan status sebagai buruh atau pekerja lepas yang banyak terjadi di sektor
pertanian. Kelompok ini terdiri dari pekerja yang bisa berganti pekerjaan tergantung
permintaan tenaga kerja yang tersedia. Pekerja di sektor pertanian umumnya memiliki
mobilitas tinggi untuk berganti pekerjaan dan tergantung musim tanam komoditas
pertanian. Ketika musim kering, umumnya pekerja sektor pertanian melakukan mobilitas
kerja karena tidak mungkin mengandalkan dari hasil pertanian yang sebagian besar
diusahakan di lahan kering/tadah hujan. Berganti lapangan usaha lainnya atau berusaha
bekerja pada sektor informal di kota menjadi pilihan sambil menunggu musim tanam
kembali. Keterbatasan pilihan dan posisi tawar yang lemah mendorong mereka berusaha
untuk mendapatkan pekerjaan yang bersifat temporer yang umumnya banyak tersedia di
sektor informal.