deskripsi sistem agribisnis mangga di jatim

79
1 OPTIMALISASI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DALAM RANGKA MEMENUHI EKSPOR NON-MIGAS JAWA TIMUR Bahan kajian MK Metode Pengembangan Wilayah PMPSLP PPSUB DESEMBER 2011 Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno I. SENTRA PRODUKSI MANGGA DI JAWA TIMUR Berdasarkan hasil-hasil penelitian mengenai komoditi mangga di Jawa Timur, ternyata potensi mangga di Jawa Timur didominasi oleh varietas arumanis, manalagi, golek dan gadung gincu. Buah mangga selain dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar (fresh) dapat juga diolah menjadi berbagai bentuk produk olahan seperti Juice, manisan mangga, asinan dan produk olahan lainnya. Daya tarik komersial buah mangga segar dapat dillhat dari bentuk, ukuran, wama kulit, aroma, rasa dan daging buah. Beberapa wilayah di Jawa Timur yang merupakan sentra produksi komoditas mangga adalah Kabupaten Kediri, Ponorogo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Ngawi, dan Sumenep. Untuk mengetahul besarnya produksi dan produktivitas di masing-masing wilayah tersebut, dikemukakan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Nilai Produksi dan Produktivitas Komoditas Mangga No Lokasi Produksi Produkitivita s Keterangan (ton) (kg / pohon) 1. Pemkot 19.814 160,700 Produktivitas Pasuruan Tertinggi. 2. Kediri 118,866 97,850 Produksi tertinggi 3. Ponorogo 107,948 135,230 4. Probolinggo 43,193 44,080 5. Sidoarjo 41,511 132,430

Upload: hoanganh

Post on 25-Jan-2017

259 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

1

OPTIMALISASI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DALAM RANGKA MEMENUHI EKSPOR NON-MIGAS JAWA

TIMUR

Bahan kajian MK Metode Pengembangan Wilayah PMPSLP PPSUB DESEMBER 2011

Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno

I. SENTRA PRODUKSI MANGGA DI JAWA TIMUR

Berdasarkan hasil-hasil penelitian mengenai komoditi mangga di Jawa Timur, ternyata potensi mangga di Jawa Timur didominasi oleh varietas arumanis, manalagi, golek dan gadung gincu. Buah mangga selain dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar (fresh) dapat juga diolah menjadi berbagai bentuk produk olahan seperti Juice, manisan mangga, asinan dan produk olahan lainnya. Daya tarik komersial buah mangga segar dapat dillhat dari bentuk, ukuran, wama kulit, aroma, rasa dan daging buah.

Beberapa wilayah di Jawa Timur yang merupakan sentra produksi komoditas mangga adalah Kabupaten Kediri, Ponorogo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Ngawi, dan Sumenep. Untuk mengetahul besarnya produksi dan produktivitas di masing-masing wilayah tersebut, dikemukakan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai Produksi dan Produktivitas Komoditas Mangga

No Lokasi Produksi Produkitivitas Keterangan(ton) (kg / pohon)

1. Pemkot 19.814 160,700 ProduktivitasPasuruan Tertinggi.

2. Kediri 118,866 97,850 Produksitertinggi

3. Ponorogo 107,948 135,2304. Probolinggo 43,193 44,0805. Sidoarjo 41,511 132,4306. Sumenep 34,670 101,9607. Ngawi 20.379 141,220

Keterangan: Diolah dari berbagai sumber data, 2000/2001.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber di daerah-daerah, ternyata buah mangga yang terdapat di masing-masing daerah banyak yang bukan hasil dari daerah yang bersangkutan. Misalnya di wilayah Probolinggo, buah mangga yang ada di daerah tersebut bukanlah seluruhnya berasal dari Probolinggo, melainkan dari Bondowoso atau Situbondo yang masuk ke wilayah ini dan sebaliknya.

Page 2: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

2

Sebagai salah satu komoditas unggulan di Jawa Timur, hampir di setiap wilayah banyak dijumpai tanaman mangga, baik yang diusahakan secara kornersial atau memenuhl kebuttihan konstimen maupun yang diusahakan secara sub sistem atau hanya memenuhi kebutuhan keluarga, selain itu terbukti bahwa kornoditas mangga mempakan kornoditas buah-buahan yang banyak diminati konsumen, baik dari kalangan menengah kebawah maupun kalangan atas. Kualitas mangga yang dihasilkan juga akan berpengaruh terhadap permintaan konsumen akan produk. tersebut.

Wilayah-wilayah yang menjadi sentra produksi mangga di Jawa Timur, antara lain Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Tuban, Lamongan, Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Kediri, Pemkot Kediri, Pernkot Pasuruan, Probolinggo, Pemkot Probolinggo, Banyuwangi, Parnekasan, Sampang, dan Sumenep. Adapun nilai Location Quotion (LQ) dari masing-masing daerah tersebut disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Wilayah-Wilayab Basis untuk Komoditas Mangga di Jawa Timur

No Lokasi Nilai LQ Keterangan1. Gresik 2,102. Sidoarjo 3,563. Mojokerto 1,474. Tuban 1,755. Lamongan 1,356. Madiun 2,247. Magetan 1,508. Ngawi 2,019. Ponorogo 2,80

10. Kediri 1,6011. Kota Kediri 2,1412. Kota Pasuruan 3,73 Batas tertinggi13. Probolinggo 2,5614. Kota Probolinggo 3,2615. Situbondo 2,7616. Pamekasan 1,5517. Sampang 2,5718. Sumenep 1,62

Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka yang menjadi sentra produksi utama dari komoditas mangga adalah Kota Pasuruan dengan nilai LQ 3,73. Dengan adanya daerah -daerah yang rnemiliki nilai LQ >1 ini artinya mangga yang dihasilkan di wilayah tersebut memiliki potensi untuk dipasarkan ke daerah lain.

Umumnya usahatani mangga belum dikelola secara intensif, akan tetapi lebih bersifat sebagai usaha sampingan. Sehingga sering dijumpai di masyarakat, tanaman mangga tumbuh secara alamiah dan tanpa perawatan

Page 3: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

3

di pekarangan /tegal. Hal ini disebabkan oleh sifat tanaman mangga yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi.

II. SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JAWA TIMUR

2.1. Pendahuluan

Beberapa permasalahan agribisnis mangga di Jawa Timur yang dapat diidentifikasikan selama ini adalah:(a). Volume ekspor buah mangga selama ini mengalami fluktuasi yang

sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah potensial demand pasar luar negeri dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan pascapanen; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan produksi buah.

(b). Sebagian besar tanaman mangga ditanam penduduk di lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansial, ekonomi, maupun sosial.

(c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup besar, sulit terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan agribisnis mangga, perlu dikaji model pengelolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan, pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.

2.2. Potensi Produksi Mangga

Perkembangan produksi mangga di Jawa Timur semenjak tahun 1985 menunjukkan peningkatan (Tabel 2.1). Tiga jenis mangga yang dominan adalah Arumanis, Gadung dan Manalagi (Tabel 2.2)

Page 4: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

4

Tabel 2.1. Perkembangan Produksi Mangga di Jawa Timur

Tahun Produksi Perkembangan (ton) (% /th) 1985 186.250 - 1986 207.600 11.46 1987 284.850 37.21 1988 306.225 7.50 1989 452.500 47.77 1990 611.250 35.08 1995 …… 15.50 2000 …… 10.40

Sumber: Diolah dari laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur dan SUMBER lainnya.

Tabel 2.2. Produksi Mangga di Jawa Timur, rata-rata 1990-2000

Jenis Mangga Produksi Persen (ton) (%) Arumanis 216.994 35.50 Golek 92.290 15.10 Manalagi 132.641 21.70 Jenis lain 169.316 27.70Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Jawa Timur, dan sumber-sumber lainnya.

2.3. Wilayah Agroekologi mangga

Tanaman mangga sangat cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai bulan kering sekitar tiga bulan (tipe iklim yang sesuai B2, C dan D), ia cukup tahan kekeringan. Di daerah yang beriklim basah tanaman mangga sering mengalami ganggua seperti kerontokan bunga, gangguan penyakit Gleosporium dan penggerek buah. Di daerah iklim kering diperlukan persyaratan bahwa kedalaman air tanah tidak boleh lebih dari 200 cm. Tanaman ini kurang sesuai untuk daerah dataran tinggi (>1000 m dpl). Periode kering sebelum dan sewaktu pembungaan sangat diperlukan untuk keberhasilan pembuahan, sedangkan cuaca berawan dan banyak hujan pada saat pohon berbunga dapat mengganggu perkawinan bunga dan mengakibatkan kerontokan. Karakteristik tanah yang sesuai adalah gembur dan tekstur lempung berpasir, dan solumnya cukup dalam.

Tiga macam faktor agroekologi utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mangga adalah ketinggian tempat, pola

Page 5: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

5

hujan sepanjang tahun, dan solum tanah. Sedangkan faktor-faktor agroekologi lain yang dapat membatasi produktivitas tanaman mangga adalah (i) salinitas tanah yang tinggi, (ii) muka air tanah yang terlalu dangkal, (iii) tekstur tanah liat berat, (iv) drainase tanah yang jelek/daerah genangan/banjir, (v) faktor khusus. Hasil evaluasi rekonaisans di Jawa Timur diabstraksikan dalam Tabel 2.3.

Secara general, wilayah pengembangan mangga di Jawa Timur dapat dijelaskan seperti berikut.(1). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim basah (400-

1000 m dpl, CH = > 2000 mm/tahun)Daerah ini kurang sesuai bagi tanaman mangga, faktor pembatasnya adalah curah hujan yang berlebihan. Pada saat tanaman mangga menghendaki periode kering ternyata masih turun hujan. Oleh karena itu kasus yang sering terjadi ialah kerontokan bunga dan bakal buah.

(2). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim agak basah (400- 1000 m dpl, CH = 1000 - 2000 mm/tahun) Sebaran wilayah ini di Jawa Timur sangat luas dengan kondisi agroe-kologi sangat beragam. Keadaan ini memungkinkan berbagai jenis mangga tumbuh dan berkembang dengan baik. Kendala yang mungkin dihadapi adalah solum tanah yang tipis, tekstur liat berat atau berpasir.

(3). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim kering (0-400 m dpl, CH = < 1000 mm/tahun)

Wilayah pengembangan ini hanya sesuai bagi tanaman mangga yang tahan terhadap kekeringan, yaitu jenis-jenis lokal yang mempunyai perakaran sangat dalam dan luas, penetrasinya kuat dan umumnya mempunyai tajuk yang daunnya kecil-kecil. Kendala yang lazim adalah cekaman air tanah yang mengakibatkan kegagalan fruitset.

Page 6: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

6

Tabel 2.3. Klasifikasi lahan bagi pengembangan mangga di Jawa Timur (Soemarno dkk, 1991/92)

N Development zones Altitude Tipe Solum Possible constraint*) o (Symbols) ( m dpl iklim (cm) 1. A1R1S1 (Sesuai) 0-400 C2-C3 > 100 k1; k2 k3 k4 k5 2. A1R1S2 (Sesuai) 0-400 C2-C3 60-100 k1; k2 k3 k4 k53. A1R1S3 (Kurang sesuai) 0-400 C2-C3 < 60 k1; k2 k3 k4 k54. A1R2S1 (Kurang sesuai) 0-400 D > 100 k1; k2 k3 k4 k55. A1R2S2 (Kurang sesuai) 0-400 D 60-100 k1; k2 k3 k4 k56. A1R3S1 (Kurang sesuai) 0-400 B; E > 100 k1; k2 k3 k4 k57. A1R3S2 (Kurang sesuai) 0-400 B; E 60-100 k1; k2 k3 k4 k58 . A2R1S1 (Sesuai) 400-1000 C2-C3 > 100 k1; k2 k3 k4 k59 . A2R1S2 (Sesuai) 400-1000 C2-C3 60-100 k1; k2 k3 k4 k510 A2R1S3 (Cukup sesuai) 400-1000 C2-C3 < 60 k1; k2 k3 k4 k511 A2R2S1 (Cukup sesuai) 400-1000 D > 100 k1; k2 k3 k4 k512 A2R2S2 (Cukup sesuai) 400-1000 D 60-100 k1 ;k2 k3 k4 k513 A2R2S3 (Kurang sesuai) 400-1000 D < 60 k1; k2 k3 k4 k514 A2R3S1 (Kurang sesuai) 400-1000 B; E > 100 k1; k2 k3 k4 k515 A2R3S2 (Kurang sesuai) 400-1000 B; E 60-100 k1; k2 k3 k4 k516 A3R2S3 (Tidak sesuai) >1000 D < 60 k1; k2 k3 k4 k5

Keterangan : *) Kendala yang mungkin ada; k1 = salinitas yang tinggi; k2 = kedalaman muka air tanah < 50 cm; k3 = tekstur tanah liat berat; k4 = drainase buruk/daerah genangan/banjir; k5 = kekeringan; k6 = kondisi iklim (suhu dan kelembaban udara) ; k7 = curah hujan berlebihan.

(4). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim agak basah (0-400 m dpl, CH = 1000-2000 mm/tahun)Wilayah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat produksi mangga. Kondisi agroklimat umumnya sesuai bagi pertumbuhan dan produksi mangga. Periode kering cukup panjang bagi periodisasi pertumbuhan tanaman mangga. Kendala yang mungkin dihadapi adalah muka air tanah yang terlalu dangkal, drainase yang jelek atau genangan air, dan tekstur tanah liat berat.

2.4. Pusat produksi mangga

Tanaman mangga di Jawa Timur tersebar pada hampir seluruh wilayah. Daerah-daerah sentra produksi aktual mangga di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 2.4.

Page 7: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

7

Tabel 2.4. Daerah Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur

Kabupaten Produksi buah (ton) Kultivar: Arumanis Golek Lainnya1. Pasuruan 44.436 27.025 29.143 2. Probolinggo 28.895 2.565 9.620 3. Kediri 4.962 8.575 24.850 4. Lumajang 7.040 4.128 13.760 5. Jombang 17.940 1.331 5.4306. Gresik 7.524 1964 9.6427. Mojokerto 7.434 1.127 8.2708. Ponorogo 7.560 975 7.515 Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Propinsi Jawa Timur, dan sumber-sumber lainnya 1995-2000.

2.5. Keragaan Sistem Agribisnis Mangga

2.5.1. Usahatani

Tanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan pekarangan secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas pengusahaan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam Tabel 2.5.

Page 8: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

8

Tabel 2.5. Estimasi Persentase Usahatani Tanaman Mangga Berdasarkan Sistem Pengusahaannya

Farming systems % luasan1. Mangga diusahakan pada lahan pekarangan 90 - 952. Mangga diusahakan pada lahan tegal dan tumpangsari dengan tanaman pangan ± 5.03. Mangga diusahakan pada lahan tegal secara monokultur ± 1.0

Sumber: Soemarno dkk., 2001.

Tanaman mangga di lahan pekarangan penduduk tidak mendapatkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman berumur tua dan ditanam dari biji.

2.5.2. Produktivitas manggaJumlah tanaman mangga dan produksinya di daerah sentra produksi

Probolinggo disajikan dalam Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Jumlah Tanaman dan Produksi Buah Mangga di Kabupaten Probolinggo dan sekitarnya, 2000/2001.

Kultivar Jumlah pohon mangga: Produksi Productif Muda Total buah (kw)Gadung 95.527 55.520 151.047 137.085Manalagi 44.735 33.149 77.884 58.357Golek 20.950 23.986 44.936 35.803Madu 7.229 18.303 25.532 7.898Jenis lain 45.972 63.932 109.904 142.372Jumlah 214.413 204.890 419.303 381.515

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dan sumber primer, 2000/2001.

Page 9: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

9

2.5.3. Usahatani mangga rakyat

Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani sbb:

1. Rata-rata jumlah pohon 3-5 pohon2. Lahan yang digunakan Lahan pekarangan3. Jarak tanam Tidak beraturan4. Sistim penanaman Sebagian besar berasal dari Cangkokan5. Jenis mangga yang Arumanis (gadung) dan banyak diusahakan Manalagi6. Pemangkasan Umumnya dilakukan pada waktu tanaman umur 1-3 tahun7. Pemupukan Umumnya dilakukan pada waktu tanaman umur 1-2 tahun8.Pemberantasan hama dan penyakit Jarang dilakukan

2.5.4. Sistem Pemasaran

Buah mangga pada umumnya dikonsumsikan dalam bentuk segar, kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1986). Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

a. Saluran Pemasaran. Buah mangga yang dihasilkan di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya dipasarkan di dalam wilayah Kabu-paten dan sebagian dikirim ke luar wilayah.

b. Cara PemasaranPenjualan buah mangga pada umumnya dilakukan melalui tiga cara,

yakni tebasan, ijon dan kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal ijon dan kontrak, penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.

c. Marjin pemasaran Marjin pemasaran mangga di Kabupaten Probolinggo sebagaimana

Tabel untuk pemasaran sampai luar Probolinggo (ke Jakarta) . Market Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 45% .

2.5.5. Agroteknologi mangga

Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga (Pasuruan dan Probolinggo) kurang menerapkan teknologi budidaya mangga. Terutama para petani yang menanam mangga di pekarangan dapat

Page 10: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

10

dikatakan belum melakukan usaha kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh dikatakan melakukan budidaya apa adanya.

2.6. Kebun Teknologi Mangga

2.6.1. Pendahuluan

Kebun teknologi mangga Cukur Gondang terletak di desa Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Luas areal seluruhnya kurang lebih 11 Ha. Jenis tanahnya termasuk komplek latosol dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Rataan curah hujan tahunan 1100 mm, dengan suhu udara rata-rata 31 oC. Kedalaman air tanah dapat mencapai sekitar 1,5 m di bawah permukaan tanah.

Tanaman uatamanya adalah mangga yang merupakan tanaman koleksi. Pada umumnya tanaman ini sudah tua ( ditanam tahun 1941). Adapun tanaman lainnya adalah koleksi pisang, tanaman pekarangan, tanaman buah-buahan aneka warna. Koleksi mangga terdiri dari 197 jenis yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan luar negeri. Pada bulan juni 1981 yang baru lalu ditambah 6 jenis mangga baru asal Pakistan.

2.6.2. Beberapa kultivar penting

1. Kultivar Manalagi

Asal-usul:1. Pasuruhan Kebun Pohjentrek No.69, Kebun Cukur Gondang I/61-62.2. Bangil, Kebun Pohjentrek No. 83, Kebun Cukur Gondang I/ 73/743. Rumah Bupati di Situbondo, Kebun Pohjentrek No. 241, Kebun Cukur

Gondang II/ 179/180.Sifat-sifat buahnya merupakan perpaduan antara Kultivar Golek

dengan Arumanis. Kebanyakan tanaman yang berasal dari biji buahnya kurang enak karena rasanya masam dan berserat. Tinggi pohon mencapai 7.5 m, tajuk pohon bulat bergaris tengah 12.5 m. Percabangan sedang, berdaun jarang sampai sedang, berbuah teratur berontokan buah sedikit. Letak daun menggantung, permukaan berombak berbentuk jorong, tidak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun bulat, panjang 28 cm, lebarnya 7.2 cm. Malai bunga berukuran 34 x 21 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai mulai hijau muda kemerah-merahan. Berat buah 560 gram, berukuran 16 x 8.2 x 7.3 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring, pangkal buah runcing, sedikit berleher, pucuk buay bulat, tidak atau sedikit berlekuk, berparuh jelas. Kulit buah tebal, halus, berlilin, bintik-bintik jarang berwarna hijau keputihan, timbul titik-titik coklat di tengahnya. Warna masak, pangkal buah kuning, pucuk buah hijau, daging buah tebal, lunak, warna masak kuning, berserat halus sekali, air buah sedang, beraroma

Page 11: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

11

harum, rasanya manis segar. Bijinya kecil, berukuran 14 X 4,6 X 2 cm, sebagian biji berserat pendek.

Produksi buah: Rata-rata berat buah/ pohon/th: Manalagi 69 : 36,48 kg. 1946 - 1967.Manalagi 83 : 23,82 kg. 1944 - 1967.Manalagi 241: 22,64 kg.(1947-1967) dan 15,1 kg. 1976-1980.

2. Kultivar Lalijiwo

Asal-usul: Kebun Cukur Gondang I/115-116.Tinggi pohon mencapai 9-11 m, tajuk pohon jorong ke atas bergaris

tengah 13,5 - 15 m. Percabangannya sedang, berdaun sedang, berbuah jarang, rontokan buah banyak. Letak daun mendatar, permukaan keriput, berbentuk jorong, lipatan datar, pucuk daun runcing, dasar daun runcing, panjang 23 - 24 cm, lebar 4-5 cm. Produksi rata-rata berat buah/pohon/tahun Lalijiwo 1991 : 71,3 kg. 1975 - 1980.

3. Kultivar Arumanis

Asal-usul : 1. Pilang, Probolinggo. Kebun Poh Jentrik No. 1, Kebun Cukur Gondang I/1-

2.2. Paiton, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No. 135, Kebun Cukur Gondang

1/97-88.3. Muka Klenteng Kota Probolinggo, Kebun Poh Jentrik No. 143, Kebun

Cukur Gondang I/95-96.4. Kebunsari Kulon, Kanegaran, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No.151,Kebun

Cukur Gondang I/103-104

Nama Arumanis sama dengan "Gadung", hal ini disebabkan karena kedua jenis tanaman tersebut mempunyai karakteristik yang sama, di antaranya bentuk dan warna buahnya yang tergantung pada kesuburan tanamannya. Tinggi Pohon mencapai 9,2 m, tajuk pohon piramida tumpul bergaris tengah mencapai 11,8 m. Percabangan sedang, berdaun tebal, berbuah sedang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daun mendatar, permukaan daun berombak berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun runcing, dasar daun tumpul, panjang 20,3 cm lebar 6,4 cm. Malai bunga 44,8 X 30,2 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bungan kuning, tangkai malai hijau keunguan. Berat buah 450 gram, berukuran 15.1 x 7.8 x 5.5 cm berbentuk jorong, letak tangkai di tengah, pangkal buah bulat dan miring, lekukan dangkal atau tidak ada, pucuk buah runcing, berparuh sedikit. kulit buah tipis, halus, berlilin bintik-bintik agak jarang berwarna putih kehijauan. Warna buah masak pangkal buah hijau kuning kecoklatan sampai merah keunguan, pucuk buah hijau. Daging buah tebal, warna masak kuning berserat halus, air buah banyak, beraruma harum rasanya manis.Bijinya tipis berukuran 13,75 x 4,25 x 1,9 cm, sebagian biji berserat pendek.

Page 12: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

12

Produksi rata-rata berat buah/pohon pada 1944 - 1967 :Aromanis 1 : 41.96 kg.Aromanis 135 : 46.75 kg.Aromanis 143 : 54.71 kg.Aromanis 151 : 28.04 kg.Aromanis 205 : 38.54 kg.Aromanis 21 : 50.64 kg.

Dari angka produksi diatas Aromanis 143 dan Gadung 21 kiranya perlu mendapatkan prioritas dalam pembibitan karena kemampuan produksinya yang tinggi dibandingkan dengan lain-lain.

4. Kultivar Santog

Asal-usul : Kebun Cukur Gondang I/75/76.Tinggi pohon mencapai 12 - 12.5 m, tajuk pohon jorong kesamping,

bergaris tengah 13,5 m. Percabangan jarang, berdaun jarang, berbuah jarang, kerontokan buah banyak. Daun letaknya mendatar, permukaan keriput berbentuk jorong, lipatan datar, pucuk daun tumpul, dasar daun tumpul, panjang 27 - 29 cm, lebar 6 - 7 cm. Malai bunga (tidak teramati). Berat buah 180 gram, berukuran 7 X 18 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring, pangkal buah bulat, sedikit melekuk dan miring, sedikit berparuh. Kulit buah halus, berlilin, bintik-bintik rapat dan jelas berwarna hijau muda. Warna masak : pangkal buah hijau muda. Daging buah tebal, kenyal, warna masak kuning, pucuk buah hijau tua, berserat banyak, air buah sedang, beraruma sedang, rasanya masam. Bijinya kecil berukuran 8 x 2.5 x 1.5 cm, sebagian biji berserat pendek.

Produksi Rata-rata berat buah/pohon/tahun Santog 89 : 70.40 kg selama periode 1976 -1980.

5. Kultivar Golek

Asal-usul :1. Sebani, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 31, Kebun Cukur Gondang

I/27-28.2. Kili, Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 33 Kebun Cukur

Gondang I/29-30.3. Randukuning, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No.35, Kebun Cukur Gondang

I/31-32.4. Bayeman, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.133, Kebun Cukur Gondang

I/85-865. Sukabumi, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.177, Kebun Cukur Gondang

I/129-130.6. Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.195, Kebun Cukur Gondang

I/147-1487. Kebun Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 229, Kebun Cukur

Gondang I/169-170.

Page 13: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

13

8. Kelian, Bangkalan, Kebun Pohjentrek No.255, Kebun Cukur Gondang II/189-190.

Tinggi pohon mencapai 8.7 m, tajuk pohon bulat bergaris tengah mencapai 13.5 m. Percabangan sedang, berdaun jarang, berbuah jarang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daun tegak, permukaan berombak, berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun tumpul, panjang 24.8 cm, lebar 5.6 cm. Malai bunga 32.6 X 21.4 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai malai hijau muda. Berat buah 512 gram, berukuran 16.7 X 7.9 X 6.2 cm, berbentuk panjang, letak tangkai ditengah, pangkal buah runcing, tidak berlekuk, tidak berparuh, kulit buah agak tebal, halus berlilin, bintik-bintik sedang, berwarna putih kehijauan. Buah yang masak pangkalnya kuning, pucuknya hijau muda. Daging buah tebal lunak, warna masak kuning halus, air buah sedang, beraroma agak harum, rasanya manis, apabila terlalu masak rasanya tidak enak lagi. Bijinya medium, berukuran 14.5 X 4.2 X 2.8 cm, sebagian biji berserat pendek.

Rata-rata berat buah/pohon/tahun selama 1944 - 1967:Golek 31 : 52.34 kg (disebar-luaskan) Golek 33 : 32.86 kg.Golek 35 : 30.51 kg.Golek 133 : 23.78 kg.Golek 177 : 26.69 kg.Golek 29 : 52.45 kg. 1976 - 1980.Golek 195 : 25.59 kg.Golek 229 : 22.22 kg (disebar-luaskan)Golek 255 : 13.06 kg.

6. Kultivar Madu

Asal-usul1. Wangkal, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.65, Kebun Cukur Gondang

I/57-58.2. Kebuncendi, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.67, Kebun Cukur Gondang

I/59-60.3. Rumah Bupati Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.131, Kebun Cukur

Gondang I/83-84.4. Tongas, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.139, Kebun Cukur Gondang

I/91-92.5. Karang anyar, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.179, Kebun Cukur

Gondang I/131-132.6. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 225,Kebun Cukur Gondang

I/No.167-168.7. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.233, Kebun Cukur Gondang

I/ 172-173.8. Pohjentrek Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.311, Kebun Cukur Gondang

II/219-220.

Page 14: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

14

Tinggi pohon mencapai 10,1 m, tajuk pohon Jorong ke atas bergaris tengah mencapai 12,8 m. Percabangan sedang, berdaun sedang, berbuah jarang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daunnya tegak, permukaan berombak, berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun tumpul, panjang 22,6 cm, lebar 5,7 cm. Malai bunga 22.8 X 27 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai malai hijau keunguan. Berat buah 370 gram, berukuran 10.4 X 6.9 X 5.6 cm, berbentuk jorong, letak tangkai agak miring, pangkal buah bulat, pucuk buah bulat, tidak belekuk, tidak berparuh. Kulit buah sedang, halus berli lin, bintik-bintik sedang, berwarna putih kehijauan.Daging buah tebal lunak, warna masak kuning berserat, sedikit dan agak kasar, air buah sedang, beraroma harum, rasanya manis. Bijinya sedang, berukuran 9.1 X 4.9 X 2.4 cm, sebagian biji berserat pendek.

Produksi :Rata-rata berat buah/pohon/tahun :Madu 65 : 30.25 kg. 1944 - 1968.Madu 67 : 28.83 kg. 1946 - 1968.Madu 131: 33.49 kg. 1944 - 1968 (Disebar-luaskan) Madu 139: 6.46 kg. 1944 - 1968.Madu 179: 30.72 kg. 1944 - 1968.Madu 225: 20.34 kg. 1944 - 1980.Madu 233: 11.59 kg. 1944 - 1968.Madu 311: 45.15 kg. 1948 - 1968.Madu 255: 31.5 kg. 1976 - 1980.

Page 15: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

15

2.6.3. Irama pertumbuhan tanaman

1. Waktu terbentuknya daun muda (pupus/flush)

Pupus terbentuk 1-2 bulan setelah musim kering, kemudian 2-4 minggu kemudian segera akan tumbuh bunga, tergantung dari kultivar.

2. Periode pembungaan

Kuncuk bunga akan tumbuh dam membuka pada musim kemarau (periode kering) . Namun demikian bunga dapat juga tumbuh mada musim hujan tetapi hal ini sering kali menyebabkan gagalnya penyerbukan bunga sehingga berpengaruh pula terhadap calon buah. Dari hasil observasi ternyata pembungaan terjadi pada musim kering, yakni pada bulan 5-8 (Mei-Agustus). Akan tetapi bunga terbanyak tumbuh pada bulan 7-8. Pada bulan 4 sering juga terjadi pembungaan namun bunga yang tumbuh pada bulan ini sedikit sekali dan banyak yang gugur akibat hujan yang terjadi pada bulan itu (Tabel 2.7).

Tabel 2.7. Rata-rata waktu terbentuknya bunga dari beberapa jenis tanaman mangga

No. Macam Varietas Rata-rata bulan terbentuknya bunga1 Manalagi 241 4 - 92 Lalijiwo 91 6 - 83 Arumanis 205 7 - 104 Santog 89 7 - 105 Kepodang 45 5 - 86 Golek 229 6 - 87 Madu 225 5 - 108 Cuncung 201 7 - 10

Sumber: Sukindar, 1997.

3. Periode pembuahan

Pembuahan terjadi apabila keadaan lingkungan memenuhi syarat. Dalam hal ini salah satu faktor yang dapat membantu terjadinya pembuahan adalah serangga. Dari hasil observasi buah terbentuk pada 3-4 minggu setelah pembungaan (Tabel 2.8).

Page 16: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

16

Tabel 2.8. Rata-rata waktu pembuahan dari beberapa jenis tanaman mangga

No. Macam Varietas Rata-rata bulan mulai berbuah

1 Manalagi 241 5 - 92 Lacijiwo 91 6 - 83 Arumanis 205 7 - 104 Santog 89 7 - 105 Golek 229 6 - 86 Madu 225 5 - 107 Cuncung 201 7 - 10

Sumber: Sukindar, 1997.

2.6.4. Saat panen.

Pada umumnya buah segera dapat dipanen setelah tanaman berumur 3-4 bulan dari saat berbunga. Adapun cara pemetikan buah yang biasa dilakukan petani adalah dengan bambu yang dianyam (dibentuk) sedemikian rupa, sehingga apabila bambu ditarik maka buah akan langsung dapat masuk kedalam anyaman tersebut. Masa panen mangga disjaikan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Rata-rata saat penen dari beberapa jenis tanaman mangga

No. Macam Varietas Saat panen bulan ke:1 Manalagi 241 7 - 112 Lacijiwo 91 9 - 103 Arumanis 205 10 - 124 Santog 89 10 - 125 Kepodang 45 8 - 116 Golek 229 9 - 107 Madu 225 8 - 128 Nanas 175 9 - 119 Penci 427 9 - 1210 Cuncung 201 10 - 12

Sumber: Sukindar, 1997.

2.6.5. ProduksiProduksi tanaman buah-buahan fluktuasinya besar sekali dari tahun

ketahun. Menurut Kusumo (1975) berat buah perpohon berkisar antara 2,58 - 84,20 kg, sedang berat buah perbiji diantara 110-800 g. Dari hasil observasi dapat dilihat, bahwa rata-rata produksi selama 5 tahun berkisar antara 2.1-129.4 kg/pohon/tahun. Hal ini sangat terganung dari macam varietas tanaman mangga

Page 17: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

17

Tabel 2.10. Produksi beberapa verietas tanaman mangga

No. Macam Varietas Rata-rata produksi (kg/ph)

1 Manalagi 241 15.102 Lacijiwo 91 71.303 Arumanis 205 37.904 Santog 89 70.405 Kepodang 45 129.456 Golek 229 51.457 Madu 225 31.508 Nanas 175 2.109 Penci 427 13.6510 Cuncung 201 41.40

Sumber: Sukindar, 1997.

2.7. Beberapa Ciri Agribisnis Mangga di Jawa Timur

Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai kondisi agro ekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif.

2.7.1. Tingkat Kelayakan Sistem Usahatani Mangga

(a). Usahatani mangga, baik yang dilakukan di lahan pe-karangan dan kebun campuran maupun di kebun-kebun monokultur, dengan jarak tanam 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m secara sosial-ekonomi dan ekologi layak untuk dikembangkan di daerah dengan ketinggian 0-1000 m dpl dengan tipe iklim C2 dan C3. Kondisi daerah seperti ini tersebar di wilayah Kabupaten Kediri, Jombang, Ngawi, Nganjuk, Madiun, Tuban, Pasuruan, Probolinggo, Malang dan sekitarnya.

(b). Sistem usahatani mangga di Jawa Timur secara sosio-teknologi juga layak untuk dikembangkan karena pada saat sekarang penduduk telah menguasai agroteknologi budidaya mangga yang telah memenuhi syarat minimal. Infrastruktur penyuluhan teknologi budidaya mangga juga memungkinkan untuk melakukan transfer IPTEK yang lebih baik untuk mengintensifkan usahatani mangga. Demikian juga respon penduduk terhadap komoditi ini sangat baik mengingat peluang pasarnya cukup besar. Beberapa pusat pengembangan teknologi mangga, baik milik pemerintah maupun suasta, telah mulai merintis dan

Page 18: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

18

mengembangkan agroteknologi mangga yang dapat disebarkan kepada masyarakat sekitarnya.

2.7.2. Potensi Produksi Mangga di Jawa Timur.

(a). Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai kondisi agroekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif; sedangkan pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl produktivitas tanaman mangga mulai menurun terutama kalau di daerah yang banyak hujan.

(b). Rata-rata produksi buah mangga di Jawa Timur pada sa-at sekarang relatif masih rendah dibandingkan dengan potensi produksi (potensi genetik) yang mungkin dapat dicapai. Hal ini karena sebagian besar mangga milik penduduk adalah pohon mangga tua yang produktivitasnya sudah menurun, sedangkan tanaman mangga hasil peremajaan masih belum mencapai tingkat produksi yang optimal. Selain itu, sebagian besar pemilik mangga tidak melakukan pemeliharaan secara intensif, seperti pemupukan, pemangkasan dan pengaturan tajuk, manipulasi pembungaan dan pembuahan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Kontribusi kebun-kebun mangga komersial terhadap produksi regional masih sangat rendah.

(c). Jenis (varietas) pohon mangga produktif yang ada sekarang sangat beragam, sehingga buah mangga yang dipasarkan juga beragam. Sebagian besar jenis mangga ini kualitas buahnya kurang bagus, namun cukup baik untuk digunakan sebagai batang bawah. Usaha peremajaan tanaman mangga penduduk sebagian besar telah memilih jenis Gadung, Arummanis atau Manalagi. Sebagai akibat dari keragaman jenis tersebut maka irregular-bearing tampak jelas dan fluktuasi produksi dari tahun ke tahun tampak jelas.

(d). Rataan produksi mangga Arummanis di Pasuruan (kebun mangga monokultur dengan tingkat intensifikasi medium) mulai umur 5 - 20 tahun sekitar 10-11 ton/ha/tahun. Sedangkan untuk mangga Manalagi di Probolinggo sekitar 7.5-8.0 ton/ha/tahun.

2.7.3. Sistem Pemasaran Buah Mangga di Jawa Timur

(a). Lembaga pemasaran buah mangga segar yang ada sekarang tampaknya telah terbentuk sejak lama, mulai dari tingkat pedagang pengumpul desa hingga pedagang pengumpul di kota-kota besar dan pedagang pengecer. Pada tingkat petani produsen ternyata mekanisme penetapan harga juah didominasi oleh para penebas/pedagang desa yang membeli buah mangga dengan cara tebasan kontan atau ijon.

(b). Saluran pemasaran buah mangga segar di Jawa Timur se-cara umum adalah: Petani ----> pedagang/penebas ----> pedagang penyalur

Page 19: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

19

di kota besar (Surabaya/ Jakarta/Bandung) ----> pengecer lokal ----> Konsumen.

(c). Penerapan fungsi-fungsi pascapanen dan manajemen pe-masaran buah mangga sepenuhnya dilakukan oleh para pedagang, terutama pedagang pengumpul tingkat desa atau kecamatan. Produsen jarang sekali melakukan fungsi pasca panen buah mangga. Hal ini yang dianggap sebagai penyebab rendahnya marjin pemasaran yang diterima petani mangga (rata-rata kurang dari 50%).

(d). Volume pemasaran buah mangga segar Jawa Timur masih didominasi oleh segmen pasar domestik Jawa Timur, dan beberapa kota besar di Jateng, Jabar dan DKI Jakarta. Perdagangan antar pulau masih terbatas ke beberapa kota di Kalimantan. Sedangkan volume ekspor buah mangga masih relatif sangat kecil dibandingkan dengan total volume buah mangga yang dipasarkan.

2.7.4. Penanganan pascapanen dan pengolahan buah mangga

Penanganan pascapanen buah mangga masih terbatas kepada upaya-upaya untuk menyeragamkan proses pematangan dan upaya-upaya untuk menangguhkan proses pematangan buah secara sederhana. Aktivitas ini umumnya dilakukan oleh pedagang dalam rangka untuk meningkatkan kualitas buah atau untuk memperluas jangkauan pasar buah mangga segar.

Page 20: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

20

III. AGROTEKNOLOGI MANGGA

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengembangan sistem agribisnis mangga di Jawa Timur dapat ditempuh dengan mengintegrasikan (secara fungsional) aktivitas kebun mangga monokultur komersial dengan kebun mangga rakyat (di pekarangan dan kebun campuran) dan pusat-pusat inovasi agroteknologi mangga. Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan sistem agribisnis mangga di Jawa Timur, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan pembibitan; (2). Teknologi off-season; (3). Teknologi penghambatan pematangan buah mangga; (4). Pengembangan pusat informasi mangga ; (5). Teknologi pengolahan buah mangga.

3.1. Teknologi Budidaya Mangga (Mangifera indica)

1. Syarat tumbuh tanaman: ketinggian tempat < 400 m dpl dengan curah hujan 800-1000 mm setahun dengan tipe iklim (Schmidt & Ferguson) C, D, E dan musim kemarau yang tegas.

2. Bibit tanaman: berasal dari okulasi atau grafting dengan menggunakan batang bawah ejenis madu dan podang. Kultivar batang atas yang disarankan adalah Arumanis 143, Gurih 163, Golek 41 dan Manalagi 69.

3. Penanaman bibit: (a). Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm, tanah lapisan

atas sedalam 30-40 cm dipisahkan dengan lapisan bawah.(b). Jarak tanam 6x6m - 8x8 m, tanah lapisan atas dicampur dengan

rabuk organik, pupuk dasar, dan Furadan 8-10 gram.(c).Bibit grafting atau okulasi ditanam pada lubang tanam yang disiapkan

1/2 - 1 bulan sebelumnya.(d). Bibit grafting (hasil sambungan dini) siap ditanam pada umur 6-7

bulan, sedangkan bibit okulasi umur 12 bulan. (e). Penanamanm bibit dilakukan pada awal musim hujan

Page 21: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

21

4. Pemeliharaan tanaman:

(a). Pemupukan dapat dilakukan dengan dosis seperti di bawah ini.

Umur (th)

ZA TSP KCl Rabukkandang

Keterangan

0 50 25 25 2 Sebulan setelah tanam1 200 100 100 2 separuh pada Desember-Januari

dan sisanya Juni-Juli;Semua rabuk kandang pada bulan Desember -Januari

2-3 500-1000

250-500

250-500

2-3 sda

4-5 1000-2000

500-1000

500-1000

2-3 sda

6-10 2000-3000

1000-1500

1000-1500

3-4 sda

>10 3000-4000

1500-2000

1500-2000

3-4 sda

Sumber: SP2UK-P2LK Jatim, 1991.

(b). Tanah di sekitar tanaman dibersihkan dan digemburkan, pada musim kemarau ditutup dengan mulsa

(c). Batang utama dipangkas setinggi 70-75 cm, cabang yang tumbuh dipelihara 3-4 arah, pemangkasan dilakukan sampai tahun ke dua setelah tanam dan dilakukan pada awal musim hujan.

(d). Tanaman yang berasal dari grafting atau okulasi akan berproduksi pada umur 3-4 tahun.

(e). Untuk memacu pembungaan mangga yang lebih awal, digunakan Cultar dengan dosis 2.5 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 3- 4 tahun dan 10 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 5-10 tahun. Aplikasi dilakukan pada bulan April-Mei.

5. Pemangkasan tanamanPemangkasan tanaman pada awal pertumbuhannya dilakukan untuk

membentuk tajuk. Hal-hal penting yang harus diperhatikan sbb:(a). Pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan, sebulan setelah

pemupukan(b). Pemangkasan dilakukan tepat pada ruas atau buku tanaman, sekitar

50-60 cm di atas permukaan tanah(c). Dipilih 3-4 cabang dari cabang-cabang yang tumbuh setelah

pemangkasan(d). Cabang yang dipilih adalah yang sehat, bagus, tersebar di sekeliling

batang pokok, dan tidak saling berdekatan

Page 22: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

22

(e). Pemangkasan ke dua dilakukan pada cabang-cabang yang diper-tahankan tumbuh setelah pemangkasan pertama, dan dilaksanakan pada awal musim penghujan tahun berikutnya setelah dilakukan pemupukan

(f). Pemangkasan ke dua jaraknya 25-30 cm dari pangkal cabang, tepat pada mata/ruas/buku yang menghadap ke luar.

(g). Setelah tajuk terbentuk pada awal musim hujan berikutnya, perlu dilakukan pemangkasan lagi untuk menyempurnakan bentuk tajuk.

6. Hama dan penyakit tanaman(a). Wereng mangga atau Sikada, dikendalikan dengan Gusadrin 2 ml

per liter air(b). Penggerek batang dan buah, dikendalikan dengan Azodrin atau

Guzadrin 5-25 ml diinjeksi melalui batang atau disemprotkan dengan dosis 2-5 ml per liter air.

(c). Lalat buah, dikendalikan dengan metil eugenol 1-2 ml + mono krotophos.(d). Antraknose, dikendalikan dengan Benlate, Dithane M-45.

7. Panen buah dan pascapanen

Pemetikan buah dilakukan setelah terjadi perubahan warna kulit buah, pada umur 89-101 hari setelah penyerbukan atau ditandai bila antara 3-5 cm tangkai buah dan pangkal buah dipetik sudah tidak mengeluarkan getah. Untuk memperlambat pematangan buah dilakukan pelapisan lilin.

Page 23: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

23

3.2. REKAYASA TEKNOLOGI TEPAT GUNA PERMANGGA-AN

1. TEKNOLOGI PRA-PANEN BUAH: Budidaya Tanaman & Kebun Mangga

2. TEKNOLOG PANEN BUAH :FRUIT CALENDERVISUAL INDICATOR BUAH SIAP-PANEN

3. TEKNOLOGI PASCA-PANEN BUAH:Pengemasan buahPengepakan buah

4. TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH MANGGA:Diversifikasi Produk olahan buahPohon industri buah mangga

5. KEBUN TEKNOLOGI MANGGAWARINTEKSIM-PASAR

Page 24: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

24

FAKTOR PENENTU KUALITAS BUAH SEGAR MANGGA GADUNG SUPER:

BIBIT / BENIH: 40%

AGROTEKNOLOGI PRAPANEN: 25 %

AGROTEKNOLOGI PANEN: 30 %

TEKNOLOGI PASCA-PANEN: 5 %

RELATIVE SHARE

KONTROL KUALITAS

Page 25: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

25

FRUITSET = PEMBENTUKAN BUAH MANGGA

BUNGA SEMPURNA BUNGA JANTAN

POLLEN

BAKAL BUAH SEMPURNA

PENYERBUKAN SEMPURNA

GAGAL

FRUITSET

KUALITAS BUAH

3-4 BULAN

PANEN BUAHKUALITAS BAGUS

BUNGA RONTOK

GAGAL

BUAH RONTOK

GANGGUAN

BUAH INFERIOR

Page 26: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

26

KEGAGALAN PENYERBUKAN disebabkan oleh:

1. Kepala putik tidak siap (belum masak), cacat, dan/ atau kedalu-warsa2. Pollen = tepungsari kualitasnya jelek, disebabkan oleh:

Suhu udara terlalu tinggi > 40oCKelembaban Udara terlalu kering Suhu udara terlalu rendah, < 15oC

3. Cuaca buruk: Hujan lebat, Angin topan/badai.

4. Bunga betina sakit atau rusak

5. Bunga diserang hama/penyakit, seperti serangga malam atau ulat.

IV. OPTIMALISASI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JAWA TIMUR

4.1. Latar Belakang

Dalam tatanan ekonomi daerah, sektor pertanian hingga saat ini masih memegang peranan yang sangat penting dalam menyediakan pendapatan daerah dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk masih menggantungkan mata-pencahariannya pada sektor ini. Oleh karenanya pembangunan sektor pertanian yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat landasan untuk pembangunan pada tahap berikutnya perlu dilakukan terus.

Tingkat keberhasilan pembangunan pertanian yang ditandai dengan meningkatnya produktivitas masih dihantui oleh adanya berbagai tantangan dan peluang. Dengan demikian di samping untuk melestarikan produktivitas, pembangunan pertanian juga harus ditujukan untuk perbaikan gizi masyarakat dan peningkatan kegiatan-kegiatan agribisnis yang dapat diakses langsung oleh masyarakat. Dengan arah seperti ini, sasaran peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja, melalui peningkatan “sektor basis” akan dapat segera terwujud. Bertitik tolak dari pertimbangan seperti di atas, maka pemerintah akhir-akhir ini mulai menaruh perhatian yang sangat besar untuk mengembangkan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang diharapkan dapat merangsang kegiatan agribisnis dan mangarah pada komoditi sektor “basis”, seperi komoditas mangga, yang selama ini dianggap mempunyai potensi pemasaraan dan distribusi ke luar daerah.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh sistem agribisnis komoditas mangga di wilayah sentra Produksi Jawa Timut yang dapat diidentifikasikan selama ini adalah:(a). Volume perdagangan buah mangga ke luar daerah selama ini

mengalami fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah kendala-kendala kualitas

Page 27: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

27

(terutama tentang tingginya ragam jenis/varietas yang ada dan umumnya mempunyai kualitas buah yang inferior); keadaan teknik penanganan pascapanen (pengemasan dan pengepakan buah segar) untuk perdagangan jarak jauh; serta kendala-kendala diversifikasi produk olahan buah mangga.

(b). Selama ini tanaman mangga masih banyak (sekitar 70% dari total populasi) ditanam penduduk pada lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansiil, ekonomi, maupun sosial.

(c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup besar, sulit terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan agribisnis mangga, perlu dikaji model penge lolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan, pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.

4.2. Tujuan

(1). Ikut menggerakkan roda perekonomian daerah Jawa Timur pada tingkat akar rumput (grass - roots), khususnya yang melibatkan secara langsung masyarakat dengan segenap sumberdayanya untuk mengelola agribisnis buah Mangga

(2). Membantu memperlancar sistem produksi, nilai tambah dan distribusi hasil buah mangga serta hasil-hasil olahannya, melalui perancangan dan upaya penerapan teknologi tepat guna inovatif

(3). Mengembangkan kewirausahaan di kalangan masyarakat untuk berwawasan sebagai pengusaha mikro dan/atau pengusaha kecil yang terkait dengan pengelolaan agribisnis komoditas mangga

(4). Menggalang sinergisme antara masyarakat , kelembagaan tradisional yang ada, perguruan tinggi dan PEMDA guna menggerakkan roda perekonomian masyarakat dengan melibatkan kelompok-kelompok masyarakat (Receiving System Groups) secara langsung dengan segala sumberdayanya untuk mengembangkan agribisnis komoditas mangga .

4.3. Pokok-pokok Sistem Agribisnis Mangga

4.3.1. Sistem PengusahaanTanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan pekarangan

secara sambilan. Tanaman mangga di lahan pekarangan umumnya tidak mendapatkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman telah berumur tua dan dahulu ditanam dari biji. Dalam keadaan seperti ini sifat

Page 28: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

28

irregular-bearing sangat menonjol , kualitas hasil panen dan waktu panen sangat beragam.

4.3.2. Produktivitas Tanaman Mangga Jumlah tanaman mangga dan produksinya di daerah sentra produksi

Dolopo disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 . Estimasi Jumlah Tanaman dan Produksi Mangga

Kultivar Jumlah tanaman mangga Produksi Dewasa Muda Total buah (q)Gadung 95.527 55.520 151.047 137.085Manalagi 44.735 33.149 77.884 58.357 Golek 20.950 23.986 44.936 35.803Madu 7.229 18.303 25.532 7.898 Jenis lain 45.972 63.932 109.904 142.372

Sumber: Diolah dari berbagai sumber data.

4.3.3. Sistem usahatani mangga rakyat

Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Sistem Usahatani Mangga Yang Dilakukan Petani

Rata-rata kondisi riil1. Rata-rata jumlah pohon / RTP

3 - 10 pohon

2. Lahan yang digunakan Lahan pekarangan3. Jarak tanam Tidak beraturan4. Sistim penanaman bibit Sebagian besar berasal dari cangkokan5. Jenis mangga yang banyak diusahakan

Arumanis (gadung): umur < 10 tahun Mangga Jawa: tanaman tua > 15 tahun

6. Pemangkasan Umumnya dilakukan pada waktu tanaman umur 1-3 tahun7. Pemupukan Umumnya dilakukan pada waktu tanaman umur 1-2 tahun8. Pemberantasan hama dan penyakit

Jarang dilakukan

Source: Diolah dari Data Primer , 2000.

Page 29: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

29

4.3.4. Pemasaran buah

Buah segar mangga pada umumnya dipasarkan dalam bentuk buah segar, kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan. Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan luar daerah sentra produksi.

a. Saluran Pemasaran Buah mangga yang dihasilkan di sentra mangga Jawa Timur Bagian

Barat, sebagian kecil dipasarkan di dalam wilayah dan sebagian besar dikirim ke luar wilayah. Saluran pemasaran buah mangga tersebut dapat diabstraksikan sbb:

Petani Pedagang 15-20% Pengecer MANGGA Dolopo di Madiun

20-30% 50 - 65%

Pedagang dalam Propinsi Pedagang luar Propinsi Jawa Timur: Jawa Timur: - Surabaya - Jakarta , Bandung - Malang - Bali - Kediri - Semarang, Solo

b. Metode Pemasaran Penjualan buah mangga dari petani kepada pedagang pengumpul

biasnaya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon atau kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal cara ijon dan kontrak, mekanisme penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.

c. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran mangga dari Kabupaten Madiun ke luar daerah (ke

Jakarta dan Bandung) disajikan dalam Tabel 4.4. Market Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 40-45%.

4.3.5. Agro-Technologi Mangga

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan, diperoleh informasi tentang agro-teknologi mangga seperti yang diabstraksikan dalam Tabel 7. Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga (Pasuruan dan Probolinggo) kurang menerapkan teknologi budidaya mangga. Terutama para petani yang menanam mangga di pekarangan dapat dikatakan belum melakukan usaha kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh dikatakan melakukan budidaya apa adanya.

Page 30: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

30

Tabel 4.4. Pemasaran Mangga ke luar wilayah Sentra Produksi

Aktivitas Nilai Pangsa relatif (Rp/100 buah) (%)1. Petani Harga jual 14.280 44.702. Pedagang pengumpul a. Harga beli 14.280 44.70 b. Biaya - Panen 714 2.23

- Sortasi 460 1.44- Packing 1.285 4.02- Transport lokal 250 0.78

- Kuli angkut 860 2.69- Transport keluar

daerah (Jakarta) 5.732 17.94 Total 9.301 29.12

c. Harga jual 31.945 100 d. Keuntungan 8.355 26.15

Keterangan: Berpedoman harga tahun dasar 1998/99.

4.4. Kelayakan sistem agribisnis mangga

4.4.1. Prospek pengembangan mangga

Keberhasilan pengembangan mangga di wilayah Jawa Timur menghadapi beberapa faktor:

(a). Suplai bahan pangan Pengembangan tanaman mangga haruslah diarahkan pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan lahan-lahan kritis). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Dinas Pertanian Cabang Kabupaten yang menggelarkan "gerakan mangganisasi", yaitu menanam tanaman mangga pada setiap jengkal lahan yang kosong.

(b). Pengelolaan lahan kritis Lahan-lahan kritis di wilayah Kabupaten Madiun sampai saat ini masih

memerlukan penanganan yang lebih serius, terutama yang berada di kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan ini mendorong adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program penghijauan. Jenis tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Page 31: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

31

(c). Respon Penduduk/Petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon petani untuk menanam

mangga pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebuun, dan lahan-lahan terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini pemerintah daerah telah mengarahkan bantuan pembangunan desa untuk pengadaan bibit mangga yang baik.

(d). Peningkatan intensitas penggunaan lahanIntensitas penggunaan lahan kering masih sangat rendah yakni satu sampai dua kali setahun (tanam yang kedua kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang- kadang gagal dipanen karena mengalami kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak menghasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan tidur "Sleeping Land". Dengan demikian penanaman mangga pada lahan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivi-tasnya.

(e). Peningkatan Pendapatan Petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman mangga memberikan sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa apabila pengembangan mangga diarahkan pada lahan-lahan petani tersebut diharakan dapat meningkatkan pendapatan petani.

4.4.2. Aspek Sosio-teknologiPenguasaan agroteknologi mangga oleh penduduk pada umumnya

sudah menguasai syarat minimal, akan tetapi untuk menuju kepada usahatani yang lebih intensif masih diperlukan tambahan informasi teknologi inovatif. Teknologi bibit dan pembibitan, pena naman dan perawatan tanaman, serta fungsi pascapanen sederhana telah dikuasai penduduk.

4.4.3. Ketersediaan Input Produksi Ketersediaan sarana produksi untuk pengembangan mangga yang

terpenting adalah bibit yang kualitasnya baik. Potensi bibit mangga di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan permintaan pasar. Dalam rangka penyediaan bibit mangga, peranan masyarakat dalam usahatani pembibitan mangga dipandang perlu dilibatkan, karena usahataninya cukup efisien dan meningkatkan pendapatan petani (Tabel 4.5).

Page 32: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

32

Tabel 4.5 . Analisis Usaha pembibitan volume 1500 batang bibit

Bahan : a. Sewa Tanah 0.15 Ha Rp. 150.000 b. Benih 2000 x Rp. 10 Rp. 20.000 c. Pupuk I 10 Kg x Rp. 170.- Rp. 1.700 II 30 Kg x Rp. 170.- Rp. 5.100 d. Tali Plastik Rp. 1.000 e. Kranjang 2000 x Rp. 50.- Rp. 100.000 f. Entris 2000 x Rp. 15 Rp. 30.000 Rp. 307.800

Tenaga_Kerja : a. Pengolahan Tanah: - Bajak 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000 - Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 35.000b. Penanaman: - Ajir & tanam 12.5 HKSP x Rp.2.000. Rp. 25.000 c. Pengairan: - Penyiraman 25 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 50.000 - Pengairan 24 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 48.000d. Penyiangan 18 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 36.000 e. Pemupukan 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000 f. Penyambungan 1500 x Rp. 100 Rp. 150.000 g. Pemanenan & Pembungkusan 50 HKSP x Rp. 2.000

Rp. 100.000

Rp. 484.000Produksi : 1500 bibit x Rp. 1.250 Rp.1.875.000Total biaya: Rp.307.800 + Rp. 484.000 Rp. 791.800 Pendapatan : Rp.1.083.200

Sumber: Berpedoman harga tahun dasar 1998/99 Olahan hasil observasi lapangan, 2000/2001

4.4.4. Aspek Finansial

a. Tingkat profit Usahatani mangga apabila akan dikembangkan secara kormersial

dalam bentuk ke-bun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu dievaluasi keuntungannya. Perkiraan biaya investasi dan keuntungan usahatani mangga monokultur disajikan dalam Tabel 4.6 dan 4.7.

Page 33: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

33

Tabel 4.6. Biaya Investasi Awal Usahatani Mangga (Hasil Estimasi)

Uraian Satuan Volume Nilai (Rp) 1. Sewa tanah Ha 1 200.000 2. Sarana pengairan Buah 2 400.000 (pembuatan sumur) (@ Rp.

200.000 )

3. Sarana produksi: a. Bibit batang 175 218.750b. Pengolahan tanah HKSP 11 22.000 c. Penanaman HKSP 20 40.000 d. Pengairan HKSP 8 16.000e. Pupuk dan rabuk unit 175 43.750 Sub Total 340.500 Total of initial invesment 940.500

*) Berpedoman harga tahun dasar 1998/99.

Ramalan produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi tanaman mangga 30-35 tahun pada tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk mem perhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya mangga yang tidak bisa dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian, gangguan hama-penyakit dan lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama 30 tahun diperoleh informasi bahwa tanaman mangga baru mendatangkan keuntungan setelah umur 5 tahun. Sedangkan apabila modalnya berasal dari kredit akan dapat terlunasi pada tahun ke-10. Besarnya keuntungan mangga pada "discount rate" 18 persen per tahun dengan "Net Present Value" (NPV) sekitar Rp.4.000.000,- sedangkan besarnya "Internal Rate of Return" (IRR) sekitar 32.75 persen. Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara finansial usahatani kebun mangga secara monokultur sangat menguntungkan.

4.5. Teknologi Inovatif Tepat Guna

Komoditi buah segar mangga dan produk olahannya mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi produk unggulan yang mampu bersaing dengan buah-buah sejenis dari daerah lain dan produk eks-impor. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh komoditi mangga ini adalah “quality control” untuk mendapatkan kualitas buah segar yang tinggi dan seragam sesuai dengan pasar. Untuk buah Mangga adalah Arumanis/Gadung Grade A Kualitas 1, Mangga Manalagi adalah Grade 1, dan untuk mangga Golek adalah Kualitas 1.

Page 34: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

34

Tabel 4.7. Analisis Keuntungan Usahatani kebun mangga (untuk setiap Hektar kebun Mangga)

Keterangan Keadaan1. Umur mulai berproduksi 4 tahun 2. Umur impas permodalan 10 tahun 3. Net Present Value (NPV) dengan DF = 18 % Rp. 4.060.000 4. Internal Rate of Return (IRR) 32.75 % 5. Nilai Break Event Point (BEP) a. Produksi 152 buah / pohon b. Harga Rp. 32.5 / buah

*) Harga menggunakan tahun dasar 1998/99

Dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas buah mangga ini diperlukan upaya-upaya pemberdayaan petani produsen melalui penerapan teknologi tepat guna dalam aspek:

1. Teknologi Pra-panen , yang berkenaan dengan AGROTEKNOLOGI INOVATIF pembibitan dan penanaman bibit, perawatan tanaman dan pembentukan tajuk tanaman, penanganan pembungaan dan pembuahan, serta perawatan buah.

2. Teknologi panen, panen selektif yang berpedoman pada “Kalender petik Buah” serta indikator visual yang berkaitan langsung dengan kualitas buah

3. Teknologi pasca-panen, terutama yang berkenaan dengan “pengemasan dan pengepakan” buah mangga dengan menggunakan keranjang bambu, peti kayu, atau kotak kerdus/karton yang dilengkapi dengan “guntingan kertas sayur” atau “kertas telur”.

Penggunaan sistem pengepakan dengan peti kayu atau kotak karton yang dilengkapi dengan “Kertas Telur” disarankan dengan kemasan seberat 30-35 kg dan kemasan 15-20 kg untuk buah mangga Grade A kualitas 1. Sistem ini seyogyanya untuk buah mangga yang akan dikirim menempuh jarak jauh.

Dalam hal penerapan teknologi perawatan tanaman hingga panen dapat diabstraksikan sbb:

Tanaman mangga secara alami dapat berbuah sekali dalam setahun. Tindakan pengelolaan selama satu siklus panen buah dengan menerapkan “AGROTEKNOLOGI INOVATIF” untuk menghasilkan buah Grade A dengan Kualitas No 1 adalah sbb:

Page 35: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

35

Panen

Pemupukan dan perawatan tajuk tanaman

Pemupukan Pengairan Circle weeding Pemangkasan tajuk

Pelengkungan cabang

Pestisida Zat tumbuh / Pecah kuncup daun/bunga hormon

Bunga - Fruitset

penjarangan pembungkusan Perkembangan Buah

Panen

Page 36: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

36

Teknik perawatan tanaman mangga secara inovatif harus berpedoman pada bagan di atas. Perawatan tanaman yang baik pada satu periode panen akan berpengaruh baik pula pada periode panen berikutnya. Demikian juga sebaliknya, pengelolaan tanaman yang jelek akan menurunkan produktivitas tanaman pada panenan berikutnya.

Teknologi pembibitan grafting untuk mendapatkan bibit unggul produktif:

Biji mangga Jawa Lokal Pohon induk terpilih

Perkecambahan biji Pecah kuncup daun

Bibit /tanaman muda : Sambung pucuk Tunas pucuk

Bibit Grafting di pesemaian Polybag systems

Bibit grafting hidup/siap tanam

Penanaman bibit di lahan : Pocket systems

Page 37: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

37

Teknologi penanganan pascapanen buah dapat diabstraksikan sbb:

Panen Buah Mangga: Indikator visual “buah tua”

Sortasi dan Gradasi: Grade A Kualitas 1

ke luar propinsi dalam kota/kabupaten

Penghambatan Percepatan / PenyeragamanProses pematangan Proses Pematangan (perlakuan CaCl2) (Perlakuan ether)

Teknologi TeknologiPengepakan Pengemasan /labelling- keranjang-peti kayu- kotak kardus Pengiriman / Pengangkutan/

Transportasi

Bongkar muatan

Pengemasan akhir & labelling

Penyajian pada market-gate: Kios buah / Swalayan/ Pasar buah/ Pengecer

Konsumen

IV.6. OPTIMALISASI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA: MODEL KLASTER dalam Kawasan Pengembangan

Model Klaster mengacu pada sejumlah usaha yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yang serupa yang berlokasi di suatu kawasan. Beberapa

Page 38: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

38

klaster ekonomi beroperasi sebagai rantai produksi yang terpadu secara horisontal, dengan tahapan produksi yang berbeda ditangani oleh sejumlah usaha lain yang lokasinya berdekatan satu sama lain. Klaster mencakup kegiatan mulai dari pra-panen sampai pasca-panen dan pemasaran, dan sering kali pula mencakup unit usaha lain yang tak berkaitan langsung, namun menyediakan layanan penclukung yang dibutuhkan oleh sebuah klaster.

Pengelompokkan kegiatan ekonomi pada suatu kawasan bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mendorong pengembangan usaha dan pertumbuhan ekonomi daerah, seperti di Pasuruan, Kediri, Ponorogo, Probolinggo, Sidoarjo, Sumenep dan Ngawi, sepanjang klaster ekonomi yang dipilih sesuai dan tepat bagi kondisi wilayah. Banyak klaster yang berhasil berkernbang baik dari waktu ke waktu berkat dukungan penuh Pemerintah Kabupaten / Kota dan Pernerintah Propinsi serta kebijakan yang menguntungkan mereka.

Cukup banyak manfaat klaster yang dirasakan baik oleh para pelaku usaha yang terkait langsung dengan klaster maupun masyarakat pada umunmya, yaitu :

1. Melakukan kegiatan bersarna untuk kegiatan riset dan promosi2. Meningkatkan kapasitas produsen melalui transfer pengetahuan,

keterampilan dan menarik tenaga kerja terampil untuk masuk ke dalam klaster

3. Mengangkat dan mendorong tumbuhnya kelompok pelobi yang progresif untuk meningkatkan posisi tawar, baik terhadap pasar maupun kebijakan

4. Menciptakan sebuah lingkungan yang kreatif yang mendorong tumbuhnya inovasi dan kerjasama

5. Memperluas jaringan dan meningkatkan akses terhadap sumber informasi

Klaster tidak dapat berdiri sendiri dan klaster tidak mungkin berkembang tanpa adanya dukungan yang cukup bagi klaster untuk dapat berkembang sehingga keberhasilan klaster dalam mendorong pertumbuhan ekonorni di suatu wilayah Kabupaten / Kota sangat tergantung pada ada tidaknya upaya lain yang mampu membuat klaster tersebut bekerja dengan baik.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, diantaranya

1. Memahami dan membangun kondisi dan peluang pasar melalui keunggulan kompetitif

2. Melakukan diversifikasi usaha dan industri Master3. Memberikan dukungan pada klaster melalui penyediaan infra

struktur dan fasilitas lain yang dibutuhkan.4. Memanfaatkan telmologi infonnasi dan komunikasi.

Page 39: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

39

Wilayah-wilayah yang menjadi sentra produksi mangga, agar menjadi komoditas unggulan sebaiknya menerapkan model klaster yang didukung dengan penyediaan in-fratruktur dan fasilitas-fasiltas yang lain, mengingat klaster komoditas mencakup semua kegiatan yaitu mulai dari pra-panen hingga pemasaran produk mangga. Klaster komoditas juga mencakup semua stakeholder yang berkaitan dengan komoditas tersebut dan berbagai hubungan yang ada diantara mereka, mulai dari petani / produsen, industri olahan , pedagang, eksportir, LSM, lernbaga riset dan lernbaga pernerintah. Selanjutnya keterkaitan antara perdesaan dan perkotaan menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan klaster karena perkotaan merupkan pasar bagi daerah perdesaan, untuk itu penting diadakan kerjasama antar daerah. Pemerintah Propinsi Jawa Timur seyogyanya melakukan pilot project melalui kerjasama dengan Pernerintah Kabupaten/Kota yang memiliki mangga unggulan varietas arumanis, manalagi, golek dan gadung gincu agar mampu mengisi permintaan ekspor.

4.6.1. Kawasan Agribisnis Mangga Milik Masyarakat (KAMM): Klaster Agribisnis Mangga

1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat perkebunan mangga dan olahan mangga, melalui KAMM Mangga (Kebun rakyat mangga)

2. Antisipasi KRISIS produk buah, akibat melimpahnya buah-buah impor3. Sistem Produksi dan Distribusi produk buah segar Indonesia:

- lemahnya posisi tawar petani mangga- Industri estate di Jawa sekala besar in-feasible- Produksi mangga pada lahan-lahan subur mengalami tekanan berat

dari komoditi lain- Sistem kemitraan petani mangga - pedagang mangga “kurang adil”- Biaya produksi relatif tinggi, terutama biaya angkutan

4. Industri hilir masih terbatas pada industri olahan tertentu.5. Luasnya kawasan lahan kritis yang potensial untuk dikembangkan

menjadi kebun-rakyat mangga

4.6.2. Tujuan

1. Memberdayakan ekonomi masyarakat perkebunan mangga rakyat melalui KAMM Mangga guna peningkatan daya saing produk buah mangga dari kawasan laon

2. Menginisiasi berkembangnya KAMM Mangga-Terpadu yang didukung oleh adanya techno-industrial cluster yang relevan

3. Pengembangan teknologi pengolahan diversivikasi produk agribisnis mangga: Buah mangga, olahan mangga, pupuk organik, silage pakan ternak

Page 40: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

40

4. Pengembangan kelembagaan Koperasi pengelola KAMM Mangga-terpadu

4.6.3. Keterkaitan Sistem Kelembagaan

MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI

DANA INVESTASI

POSYANTEK Teknol Koperasi KAMM-Mangga dana

Kebun KSP Mangga Teknologi & 100-500 ha SIM-Pasar Kebun-Rakyat 3-S

Industri Pengolahan Pohon-Industri MANGGA

Industri Industri Pupuk Organik Jasa Transport Pakan Ternak Promosi (sillages) Pemasaran

Page 41: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

41

KETERKAITAN ANTAR CLUSTER DALAM KAMM-MANGGA

Cluster ALSINTAN

KSP INDUSTRI Olahan Cluster PASAR KEBUN Kripik mangga produk Regional Mangga Mangga mangga 3-Strata Limbah olahan

- Pupuk - Pestisida Bahan - Herbisida penolong

Hujauan Cluster Cluster pakan Pemasaran & Agrokimia Transportasi

Pasar Industri Industri Cluster Nasional Silages Pupuk Kemas & Pakan Organik Packaging ternak

SISTEM PERBANKAN DAN ASURANSI

4.6.4. Evaluasi Kondisi Agribisnis Mangga

1. KEKUATAN:

Page 42: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

42

a. Ketersediaan bahan baku yang didukung oleh keungolahan manggan komparatif kualitas sumberdaya lahan dan agroklimat

b. Sifat unggul buah mangga untuk pasar regional dan nasionalc. Ketersediaan SDM dan masyarakat dengan etos kerja pantang

menyerahd. Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya

tinggi terhadap pengembangan Kebun-Rakyat Mangga e. Potensi pasar yang sangat besar

2. KELEMAHAN

a. Kesenjangan hasil LITBANG ke aplikasi komersial b. Lembaga pemasaran bertindak juga sebagai “lembaga eksklusif”c. Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku (cluster) agribisnis manggad. Produk hilir masih terbatas pada buah mangga segar.e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi

3. PELUANG

a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbukab. Diversifikasi produk-produk perkebunan mangga sangat potensialc. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster /pelaku

kegiatan agribisnis mangga (KAMM Mangga)d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi mangga

5. ANCAMANa. Hambatan-hambatan sistem distribusi buah mangga domestikb. Persaingan dengan produk buah imporc. Persaingan dengan komoditi non-mangga dalam penggunaan lahand. Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan buah mangga

6. Program Pengembangan

1. Pemberdayaan Koperasi Pengelola KAMM Mangga Terpadu di wilayah Dolopo, Kabupaten Madiun Jawa Timur

2. Pengembangan KAMM Mangga Terpadu dengan komponen utamanya:a. KSP (Kawasan Sentra Produksi) Kebun rakyat Mangga 3-Stratab. Cluster Industri Olahan Manggac. Cluster Industri Pupuk Organik Limbah kebun manggad. Cluster Industri Silages Pakan Ternak e. Cluster ALSINTAN Pendukungf. Cluster Agrokimiag. Cluster LITBANG, Kebun Teknologi dan Sistem Informasi Pasarh. Cluster Pengemasan dan Pengepakang. Cluster Transportasi dan Pemasaran

Page 43: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

43

3. Kajian Keungolahan manggan produk-produk hilir kebun mangga rakyat4. Sosialisasi dan Komersialisasi hasil-hasil kajian5. Implementasi sistem Quality Assurance (QA)

7. OUTCOME

1. Berkembangnya KAMM Mangga-terpadu dengan keterkaitan yang adil di antara cluster-cluster yang ada melalui pendekatan kawasan

2. Terbentuknya Koperasi pengelola KAMM Mangga yang mampu mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk-produk mangga

3. Berkembangnya industri pengolahan buah mangga sekala mini4. Meningkatnya citra dan keungolahan manggan produk mangga domestik

8. DAMPAK

1. Sinergi kelembagaan dan industri dalam “CLUSTER”2. Sinergi antar pelaku agribisnis/agroindustri dalam KAMM Mangga

terpadu3. Tumbuh-kembangnya semangat masyarakat untuk memproduksi

mangga4. Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan mangga5. Tumbuhnya semangat untuk melestarikan sumberdaya lahan kritis

4.6.5. SASARAN YANG INGIN DICAPAI

Tujuan utama dari pengembangan Kawasan Agribisnis Mangga ini khususnya adalah peningkatan pendapatan petani mangga di wilayah lahan kritis yang direncanakan menjadi sentra produksi komoditi mangga. Tujuan lainnya adalah meningkatkan kegiatan perekonomian pedesaan di sekitar sentra produksi mangga tersebut yang pada akhirnya diharapkan membawa perbaikan pada taraf hidup masyarakat sekitarnya.

Sasaran pokok atau target yang ingin dicapai adalah : 1. Pengembangan atau pembangunan kebun-rakyat komoditi utama

mangga di wilayah KAMM dengan total areal sekitar 500-1000 ha.2. Penumbuhan dan peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan

pertanian meliputi : Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) mangga, Koperasi Petani Mangga, perusahaan/swasta, Balai Penyuluhan Informasi Pertanian (BIPP) dan FORKA (Forum Komunikasi Agribisnis Mangga).

3. Pembangunan perluasan dan perbaikan sarana dan prasarana di wilayah KAMM, khususnya pada lokasi-lokasi dimana sentra agribisnis komoditas mangga akan dibangun. Sarana prasarana tersebut meliputi antara lain :

Page 44: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

44

sistem pengairan dengan sumur gali, jalan desa/jalan kebun, pasar/kios desa dan pusat informasi agro-teknologi.

4. Perbaikan dan peningkatan fasilitas pengolahan dan sistem pemasaran tradisional.

A. Pengembangan Komoditas

Pembangunan Kebun ManggaGadung Klon 21 dan Arumanis Klon 143 ditetapkan sebagai kultivar

mangga yang akan ditanam pada lokasi Kawasan Agribisnis (KAMM) Mangga Mlarak-Sambit.

Target pembangunan kebun mangga/sentra produksi mangga pada tiga kecamatan terpilih adalah seluas 1000 Ha kebun rakyat; sebagian daer kebun rakyat ini sekarang telah ada dan sisanya dapat dilaksanakan dalam waktu mendatang.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengembangan sistem agribisnis mangga ditempuh dengan mengintegrasikan (secara fungsional) aktivitas kebun mangga monokultur komersial dengan kebun mangga rakyat (di pekarangan dan kebun campuran) dan pusat-pusat inovasi agroteknologi mangga (KAMM Mangga).

Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan KAMM mangga, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan pembibitan; (2). Teknologi off-season; (3). Teknologi penghambatan pematangan buah mangga; (4). Pengembangan pusat informasi mangga ; (5). Teknologi pengolahan buah mangga.

Page 45: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

45

KEBUN-RAKYAT MANGGA: 1 RTPLK = 0.5 ha kebun mangga

Tanm pagar : Pete, Sengon, Lamtoro gung, JATI

10 m Phn mangga

10 m

jalan kebun/teras kebun: Rumput gajah

tnm sela JAGUNG, KAC HIJAU

arah slope PAH/sumur batas lahan

Kandang ternak: Unit pengolah Kambing/ rabuk-kandang Sapi kereman

Page 46: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

46

Pola Pengembangan KawasanSebagaimana telah dikemukakan bahwa pada setiap UTPP terpilih

akan dikembangkan sentra produksi mangga seluas 400-500 ha (100 ha kebun inti dan 300-400 ha daerah dampak). Sekitar 5 Ha dari kebun inti tersebut dapat dikelola oleh Penyuluh Lapang (PL), merupakan kebun inti sekaligus berfungsi sebagai Demplot kebun mangga. Sedangkan selebihnya merupakan tanaman mangga yang dikelola petani mangga.

Tanaman Sela, dan Tanaman Pagar /PembatasPada areal KAMM di antara pohon mangga muda yang ditanam

dengan jarak 8 x 8 meter akan ditanam tanaman palawija jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cabai/lombok yang dapat dipanen setelah 3 - 4 bulan. Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara lain agar petani dapat memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan usahataninya sebelum tanaman mangga berproduksi. Salah satu dari kedua palawija tersebut akan ditanam secara bergilir hingga pohon mangga mencapai usia 5 tahun. Sedangkan tanaman pagar/pembatas dapat berupa jati, sengon, pete, kaliandra, lamtoro gung dan lainnya.

Kondisi FisikSetelah kurun waktu beberapa tahun, diharapkan tercipta sentra

produksi mangga milik petani di wilayah KAMM dengan kondisi sebagai berikut :

a. Terdapat kebun-rakyat inti dengan populasi tanaman sebanyak 100-200 pohon per hektar dengan jarak tanam 8 x 8 meter.

b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1 ha kebun mangga atau 50 - 75 pohon produktif.

c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan kebun) sepanjang 100 meter/Ha.d. Terdapat sumur gali atau PAH dua buah per/ha sebagai sumber air bersih.

B. Kelembagaan

Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) ManggaMengingat bahwa sasaran areal pengembangan agribisnis mangga

tersebar di wilayah Madiun, maka target penumbuhan kelompok tani sebagai lembaga inti pengembangan sentra agribisnis mangga dalam kurun waktu tersebut mencapai jumlah 50 KUBA. Target penumbuhan kelompok tani sebanyak 50 KUBA ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam skala/luasan 20 Ha kebun/pekarangan dapat dibentuk satu kelompok tani dan dapat bekerja secara efektif.

Satu KUBA mangga terdiri dari 20-30 RTPLK dengan setiap orang diharapkan menguasai lahan tegalan rataan seluas 0.5 Ha. Dalam 1 Ha lahan akan ditanami mangga sebanyak 250 pohon. Dengan demikian satu KUBA Mangga mempunyai tanaman sebanyak 2500-3125 pohon mangga.

Penumbuhan kelompok tani pada Sentra Agribisnis mangga seyogyanya didasarkan pada kedekatan hamparan dengan maksud

Page 47: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

47

mempermudah menghadapi masa panen dan pemasaran hasil. Karena penumbuhan kelompok tani berdasarkan kedekatan hamparan usahata-ninya, maka melalui pelatihan-pelatihan (sekolah lapang) dan dengan bimbingan Petugas Penyuluh Lapangan (PL II) petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani hamparan tersebut diharapkan mampu mandiri.

Pengembangan Koperasi Petani ManggaKoperasi dan Kios/Waserda adalah prasarana pelayanan yang akan

dikembangkan menjadi lembaga pemasaran. Pelayanan dimaksud berupa : - Penyediaan saprodi - Membantu menyediakan modal - Sebagai lembaga pemasaran - Investasi armada pengangkutanKoperasi diharapkan tumbuh dan keberadaannya dibutuhkan oleh

para petani baik dalam fungsinya sebagai lembaga yang menyediakan kebutuhan para petani maupun sebagai lembaga pemasaran bersama yang dapat memasarkan hasil produksi milik petani. Karena itu pengurus koperasi sedapat mungkin berasal dari para kontak tani (Ketua KUBA) dalam kelompok-kelompok tani dalam di wilayah kecamatan yang sama.

Dalam fungsinya sebagai lembaga pemasaran bersama, Kontak Tani Andalan (Ketua KUBA) sebagai pengurus kelompok tani serta sebagai pengurus Koperasi diharapkan mampu mengadakan rintisan kemitraan dengan pengusaha/swasta agar bersedia menampung hasil panen petani. Dengan demikian petani memperoleh kepastian pasar bagi produksinya.

Page 48: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

48

Kebun-rakyat 3-strata MANGGA seluas 200 ha

RTPLK-2 RTPLK-400 RTPLK-1 0.5 ha tegalan 0.5 ha tegalan 125 phn mangga 0.5 ha tegalan 125 ph mangga tnm sela 125 ph mangga tnm sela tnm sela

PPL 5 ha Tegalan 1250 phn mangga tnm sela

KUBA-1 KUBA-2 KUBA-... 25 RTPLK 25 RTPLK ....... 25 RTPLK 12.5 ha kebun 12.5 ha kebun .... ha kebun 3125 ph mangga .... ph mangga

KOPERASI PETANI MANGGA

Kebun Inti 200 ha, 50.000 pohon mangga Klon 21 Tanaman sela jagung, kedelai, kac tanah 200 ha

SUASTA PASAR BRI/BPD

Industri Olahan Pedagang KKPA, KUT

Petugas Penyuluh Lapangan (PL II) PL II merupakan tenaga penyuluh lapangan yang dalam

tugasnya sehari-hari berhubungan langsung/memberikan bimbingan

Page 49: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

49

langsung kepada kelompok-kelompok tani (KUBA). Dengan mempertimbangkan bahwa satu orang PL II mampu membina areal seluas ± 200-300 Ha atau ± 15 KUBA, maka pada lima Kecamatan lokasi sentra agribisnis mangga harus terdapat minimal 5 orang petugas PL II yang profesional dalam agribisnis mangga.

Diharapkan ke 5 orang PL II tersebut merupakan mediator antara Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai penyedia informasi yang dibutuhkan petani dengan kelompok-kelompok tani yang memanfaatkan informasi-informasi tersebut melalui program- program Sekolah Lapang (SL).

C. Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan

1. PengairanKetersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada

saat proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem Pengairan Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan (PAH) melalui pembangunan embung penampung air hujan. Idealnya, 2 buah sumur harus terdapat pada 1 ha kebun mangga. Dengan standard tersebut maka selama 5 tahun pembangunan Kebun Mangga (KAMM mangga) akan dibutuhkan sebanyak 2000 buah sumur gali atau 1000 buah embung air hujan untuk memenuhi kebutuhan air pada lokasi KAMM mangga seluas 1000 Ha.

Jasa Angkutan dan TransportasiPembangunan sarana/prasarana angkutan kondisi jalan di sekitar

sentra produksi mangga maupun dari sentra produksi ke jalan Kabupaten menentukan kecepatan penyaluran saprodi dan pengangkutan/pemasaran hasil produksi. Dengan meningkatnya kondisi jalan di sekitar sentra, diharapkan akan meningkatkan frekwensi lalulintas angkutan umum termasuk angkutan barang disekitar sentra produksi mangga yang pada akhirnya menumbuhkan dan meningkatkan kegiatan sektor sektor jasa yaitu jasa angkutan umum termasuk angkutan barang.

PasarPasar yang ada untuk tingkat wilayah desa/kecamatan telah cukup

memadai. Hal yang perlu ditingkatkan fasilitasnya adalah pasar di tingkat kabupaten. Untuk mengantisipasi melimpahnya mangga yang akan dipasarkan dalam bentuk buah segar, maka lembaga pemasarean di tingkat kabupaten perlu dilengkapi armada angkutan untuk mendistribusikan hasil produksi dari desa dan kecamatan.

Agro-TeknologiPetani mangga di Kabupaten Madiun pada saat ini umumnya masih

kurang menerapkan teknologi budidaya secara intensif maupun penanganan panen dan pasca panen. Dalam hal budidaya, tanaman belum mendapat

Page 50: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

50

perawatan dan pemupukan secara memadai. Dalam hal panen dan pasca panen tidak dilakukan perlakuan tertentu karena sebagian besar petani menjualnya dengan sistem tebasan.

Teknologi tepat guna yang diperlukan dan akan dilatihkan kepada para petani meliputi :

- Teknik penyiapan lahan- Pembibitan dan penanaman bibit- Budidaya- Panen- Pasca Panen (pengolahan skala kecil).

D. Pengolahan dan Pemasaran

Buah mangga dapat dijual dalam bentuk buah segar atau hasil olahannya. Upaya pengolahan untuk mendapatkan buah segar berkualitas tinggi meliputi :a. Pemeraman untuk menyeragamkan kematangan buah dengan

perlakuan fisiko-kimia.b. Penghambatan proses pematangan buah dengan perlakuan fisiko-

kimia.c. Gradingd. Packing/pengemasane. Kalender panen tanda setelah panen sesuai dengan tanggal dipetik.f. Buku harian pakan (untuk memonitor produksi pohon).

Gadung Klon 21 merupakan jenis mangga yang masih mempunyai prospek besar dijual sebagai buah segar. Namun demikian tetap perlu dilakukan antisipasi terjadinya fluktuasi harga atau turunnya harga mangga segar pada saat booming produksi/supply mangga. Pengolahan buah mangga menjadi produk olahan dapat berupa :

- Manisan/asinan mangga- Kripik Mangga- Selai dan sirup- Buah potong dalam kaleng atau juice manggaIndustri selai dan sirup dapat dilakukan sebagai home Industri dan

bahan bakunya cukup dipenuhi dari mangga yang bukan kualitas nomor 1. Untuk industri kripik, buah potong dalam kaleng atau juice mangga diperlukan pengolahan skala besar, dengan kebutuhan bahan baku (buah mangga) yang harus di supply secara kontinue. Paling sedikit dibutuhkan areal panen seluas 500 Ha untuk dapat memenuhi bahan baku mangga bagi industri tersebut.

4.6.6. Pokok-Pokok Rekomendasi

Page 51: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

51

(1). Sebagian besar wilayah sentra produksi Jawa Timur mempunyai kondisi agro ekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif.

(2). Usahatani mangga, baik yang dilakukan di lahan pekarangan dan kebun cam puran maupun di kebun-kebun monokultur, dengan jarak tanam 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m secara sosial-ekonomi dan ekologi layak untuk dikembangkan di daerah dengan ketinggian 0-1000 m dpl dengan tipe iklim C2 dan C3.

(3). Rata-rata produksi buah mangga di Wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada saat sekarang relatif masih rendah dibandingkan dengan potensi produksi (potensi genetik) yang mungkin dapat dicapai. Rendahnya tingkat “fruitset” (rata-rata kurang dari 40%) belum diupayakan ditingkatkan dengna manipulasi agrokimia atau manipulasi fisik / tajuk tanaman.

(4). Jenis (varietas) pohon mangga produktif yang ada sekarang sangat beragam, sehingga buah mangga yang dipasarkan juga beragam. Usaha peremajaan tanaman mangga rakyat sebagian besar telah memilih jenis Gadung / Arummanis , Manalagi atau Golek, tanaman mangga jenis unggul ini rata-rata masih di bawah 10 tahun.

(5). Lembaga pemasaran buah mangga segar yang ada sekarang tampaknya telah terbentuk sejak lama, mulai dari tingkat pedagang pengumpul desa hingga pedagang pengumpul di kota-kota besar dan pedagang pengecer. Pada tingkat petani produsen ternyata mekanisme penetapan harga juah didominasi oleh para penebas/pedagang desa yang membeli buah mangga dengan cara tebasan kontan atau ijon.

1. Saluran pemasaran buah mangga segar di wilayah sentra mangga Jawa Timur adalah: Petani ----> pedagang/penebas ----> pedagang penyalur di kota Madiun ----> pengecer lokal ----> Konsumen.

2. Saluran pemasaran buah mangga segar ke luar propinsi Jawa Timur secara umum adalah: Petani ----> pedagang/penebas desa ----> pedagang pengumpul Kecamatan ---------> Pedagang/Grosir di Jakarta/Bandung/Denpasar/Semarang ----> Pedagang pengecer lokal ----> Konsumen.

(6). Penerapan fungsi-fungsi pascapanen dan manajemen pemasaran buah mangga sepenuhnya dilakukan oleh para pedagang, terutama pedagang pengumpul tingkat desa atau kecamatan, yaitu meliputi pengepakan dengan keranjang , kotak karton , atau peti-peti kayu. Produsen jarang sekali melakukan fungsi pasca panen buah mangga. Hal ini yang dianggap sebagai penyebab rendahnya marjin pemasaran yang diterima petani mangga (rata-rata kurang dari 50%).

(7). Model Pengembangan Sistem Agribisnis Mangga yang dapat dikembangkan di sentra mangga, Jawa Timur harus didukung oleh lima subsistem yang saling berinteraksi secara fungsional, yaitu (1) pusat

Page 52: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

52

informasi mangga dan kebun bibit yang berfungsi sebagai kelembagaan transfer informasi teknologi inovatif, (2) Subsistem produksi: kebun mangga rakyat dan kebun mangga monokultur dengan pola kemitraan; (3) diversivikasi produk olahan dari buah mangga, (4) penanganan pascapanen buah segar (Pengemasan dan pengepakan), dan (5) promosi dan pemasaran produk-produk buah mangga.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, S. 1991. Pengaruh Beberapa macam Media terhadap Pertumbuhan

Tiga Varietas Batang Bawah Mangga dan Keberhasilan Sambungan Muda dengan Teknik Mini-Trees. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Aliudin. 1979. Masalah kerontokan buah pada mangga. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Unibraw.

Annisa. 1992. Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan mangga Gadung yang disambung pada lima varietas batang bawah mangga (Mangifera indica L.). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Unibraw, Malang.

Aravindakshan,M. dan J. Philip. 1980. Effect of varying doses of NPK on growth and vigour of mango during prebearing stage. South Indian Horticulture 28(3): 94-97

Arifin, M.S. 1986. Studi tentang Penggunaan Zat Penghambat Pertumbuhan pada Buah Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Astawa, I.N.G. 1985. Pengaruh beberapa wadah pembibitan dan pemupukan terhadap pertumbuhan berbagai jenis mangga sebagai bahan batang bawah. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Unibraw, Malang.

Bambang Tegopati, 1986. Penggunaan NAA untuk Mempercepat Tumbuhnya Bunga Mangga, Jurnal Hortikultura Nomor 17: 551-553.

Budhi, D.D. 1991. Pengaruh penyusuan terhadap tingkat keberhasilan dan pertumbuhan tiga varietas batang bawah mangga. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Unibraw, Malang.

Das, G.C. dan J. Panda. 1975. Study on the effect of B- nine (N-Dimethyl Amino Succinamic Acid) and Maleic Hydrazide on vegetative shoots of late occurrence in mango. Orissa Jour. of Hort. 4(1&2): 33-36.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 1987. Prospek dan Masalah Produksi Buah-Buahan di Jawa Timur (Makalah Kursus Singkat). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 1998-2001. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

Page 53: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

53

Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1986. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Hortikultura di Indonesia (Makalah Simposium). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

FAO. 1978. Agro-ecological Zone Project. Soil Resources Report No. 48. Rome.

Hanani, N., R. Dwi Astuti, Syafrial, S. Wijana, M. Dewani dan A. Affandie. 1991. Studi Pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur. Penelitian PHB I/1 DP4M DEPDIKBUD.

Handajani, S. 1979. Mencagah kerontokan buah mangga. Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura, Malang.

Hussein, M.A., dan K.E. Youssef. 1973. Physico-chemical Parameter as An Index of Optimum Maturity in Egyptian Mango Fruit, Mangifera indicaL. Hort. Dept., Univ. of Assiut, Assiut, Egypt.

Idiyah, S. 1987. Studi Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) di Balai Benih Induk Pohjentrek , Kebun Percobaan Kraton dan Kebun Percobaan Cukur-Gondang Pasuruan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Indiyah, S. 1988. Pengaruh tiga rarietas batang bawah dan saat penyambungan terhadap keberhasilan sambung dini tanaman mangga (Mangifera indica L.). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Unibraw, Malang.

Ingdrawati, M.L.A. 1989. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Lokal yang Berpotensi Sebagai Batang Bawah terhadap Keberhasilan Sambungan dengan Batang Atas Mangga Gadung. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Kuntari, Y.B. 1989. Pengaruh Letak Sambungan dan Waktu Defoliasi Batang Atas Terhadap Keberhasilan Grafting pada Mangga Batang Bawah Varietas Madu. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw.

Kusumaningsih, D. 1990. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Dormex terhadap Pemecahan Kuncup dan Pertumbuhan Tunas Lateral pada Bibit mangga Varietas Lokal. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw.

Kusumo, S. dan T. Suminto. 1971. Jenis-jenis Mangga yang Baik Untuk Buah Meja. Bulletin Tjahort. 5: 1-24.

Mujiono. 1988. Pengaruh Cara Penyambungan terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Beberapa Varietas Batang Atas Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Musrifah, S. 1991. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembibitan Buah Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Notodimedjo, S. 1983. Pengantar Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.

Page 54: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

54

Oetomo, T.K. 1987. Pengaruh Penggunaan Berbagai Dosis Herbisida Otyfluorfen Dalam Pengendalian Gulma dan Akibatnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Madu di Pesemaian. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Patel, B.M. dan R.S. Amin. 1981. Investigation Into the Best Period for Soft Wood Grafting of Mango in Situ South Indian Horticulture. 29(2):90-94.

Purbiati, T., Widodo, dan A. Supriyanto. 1986. Pengaruh Media dan Saat Penyambungan pada Pembibitan Mangga Secara Cepat. Sub Balai Penelitian Tanaman Hortikultura, Malang. Hortikultura No. 21: 84-92.

Purnomo, S. 1987. Strategi Pengelolaan Tanaman dan Perbaikan Hasil Mangga. Badan LITBANG Pertanian, Departemen pertanian, Jakarta.

Purushatham, K. dan B. Narasimhan. 1981. Depletion of Soil Moisture by Young Mango Trees With and Without Irrigation. South Indian Horticulture 29(1):68-69.

Purwati,S. 1987. Budidaya Tanaman Mangga dan Permasalahannya di Kabupaten Pasuruan. Laporan Praktek Kerja Lapang, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Rachim, F. 1988. Pengaruh KNO3 pada Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif mangga Varietas Gadung, Golek, dan Kopyor. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Rao, V.N.V., J.B.M.M.A. Khader. 1980. Effect of Pruning and Thinning of Young Shoot Clusters of Mango Vari eties. Indian Food Packer. 34(3):60-63.

Ryall, A.L. dan W.J. Lipton. 1983. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables. Volume I. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Santoso, R.D. 1987. Keberhasilan Umur Penyambungan Muda beberapa Varietas Batang Bawah dan Batang Atas Tanaman Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sentra, I.W. 1988. Pengelolaan Kebun bibit buah-buahan Bank Indonesia, Pasuruan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Soemarno, N. Hanani, S. Wijana dan M. Dewani. 1996. Penelitian Pengembangan Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur (Kasus Durian, Mangga dan Rambutan). Kerjasama Pusat Penelitian Unibraw dengan Bappeda Tingkat I Jawa Timur.

Soemarno, N. Hanani, W. Susinggih, dan M. Dewani. 1991. Penelitian Pengembangan Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur. Kerjasama antara Bappeda Tk I Jawa Timur dan Pusat Penelitian Universitas Brawijaya, Malang.

Soemarno, dkk. 2000/2001. Penelitian Pengembangan Agribisnis Mangga di Sentra produksi mangga di Jawa Timur bagian barat: Madiun-

Page 55: DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

55

Ponorogo-Magetan. Kerjasama antara BALITBANGDA dengan LPM Unibraw, Malang.

Suhadak, E. 1988. Pengaruh Zat Antioksida pada Kultur kalus Tanaman Mangga (Mangfera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sukindar. 1982. Observasi tanaman mangga (Mangifera indica L.) di Kebun Percobaan Cukur Gondang, Pasuruan. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Sumarno, S.Z. Nurchasanah dan H. Danoesastro. 1981. Usaha Mempercepat Perakaran "Turus Daun" Apel dan Mangga Dengan IBA. Fakultas Pertanian, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Sumiatun. 1989. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembentukan Buah Mangga. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sunaryono, H. 1981. Pengenalan Jenis Tanaman Buah- Buahan dan Bercocok Tanam Buah-Buahan Penting di Indonesia. Penerbit Sinar Baru. Bandung.

Supriyanto, A. 1985. Teknik Pembibitan Buah-buahan Secara Cepat. Sub Balai Penelitian Hortikultura Tlekung, Malang.

Tridasa, A.M. 1986. Pertumbuhan Periodik Mangga Varietas Golek, Manalagi, dan Gadung Pasuruan. Praktek Lapang, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.