desentralisasi dan otonomi daerah di indonesia

70

Click here to load reader

Upload: dadang-solihin

Post on 17-Jun-2015

4.388 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Page 2: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 2

Page 3: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 3

Page 4: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Materi

dadang-solihin.blogspot.com 4

Amanat Konstitusi

Perspektif Teori

Perspektif Kebijakan

Perspektif Praktek

Page 5: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 5

Otonomi Daerah di Indonesia

Teori

Praktek

Kebijakan

1 2 3

4

Praktek

Teori Kebijakan

Praktek

Teori

Kebijakan PraktekTeori

Page 6: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 6

Page 7: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Pasal 18 UUD

7

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.

5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

dadang-solihin.blogspot.com

Page 8: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 8

1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18A UUDHubungan wewenang

Hubungan keuangan

Page 9: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 9

1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang.

2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 18B UUDDaerah Khusus

Masyarakat Tradisional

Page 10: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 10

Page 11: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 11

Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan

Teori pemisahan kekuasaan (separation of power) oleh Montesquieu. Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi

legislatif, eksekutif, dan judikatif.

Konsep pembagian kekuasaan (distribution of power atau division of power). Kekuasaan negara dibagikan secara vertikal dalam hubungan

‘atas-bawah’. Biasa digunakan dalam mekanisme pembagian kekuasaan

antara pemerintah federal dan negara bagian.

Page 12: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 12

Alasan Dianutnya Desentralisasi(The Liang Gie, 1968)

Dari sudut politik:• Untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang

akhirnya dapat menimbulkan tirani;• Untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam

mempergunakan hak-hak demokrasi;Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan: Efisiensi• Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat,

pengurusannya diserahkan kepada daerah. • Hal-hal yang lebih tepat di tangan pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat.Dari sudut kultural:• Supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan kepada kekhususan

suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya;

Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi:• Pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu

pembangunan tersebut.

Page 13: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

14 Manfaat Otonomi Daerah(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)

13

1. Perencanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan masyarakat di daerah yang bersifat heterogen.

2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat terstruktur dari pemerintah pusat.

3. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik.

4. Desentralisasi akan mengakibatkan terjadinya "penetrasi" yang lebih baik dari Pemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang terpencil atau sangat jauh dari pusat, di mana seringkali rencana pemerintah tidak dipahami oleh masyarakat setempat atau dihambat oleh elite lokal, dan di mana dukungan terhadap program pemerintah sangat terbatas.

5. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik, etnis, keagamaan di dalam perencanaan pembangunan yang kemudian dapat memperluas kesamaan dalam mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah.

6. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga privat dan masyarakat di Daerah untuk meningkatkan kapasitas teknis dan managerial.

7. Dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan di Pusat dengan tidak lagi pejabat puncak di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu dapat diserahkan kepada pejabat Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com

Page 14: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

14 Manfaat Otonomi Daerah(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)

14

8. Dapat menyediakan struktur di mana berbagai departemen di pusat dapat dikoordinasi secara efektif bersama dengan pejabat Daerah dan sejumlah NGOs di berbagai Daerah. Propinsi, Kabupaten, dan Kota dapat menyediakan basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah.

9. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan guna melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program.

10.Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh elite lokal, yang seringkali tidak simpatik dengan program pembangunan nasional dan tidak sensitif terhadap kebutuhan kalangan miskin di pedesaan.

11.Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yang lainnya.

12.Memungkinkan pemimpin di Daerah menetapkan pelayanan dan fasilitas secara efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek pembangunan dengan lebih baik dari pada yang dilakukan oleh pejabat di Pusat.

13.Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional dengan memberikan peluang kepada berbagai kelompok masyarakat di Daerah untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan kebijaksanaan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan kepentingan mereka di dalam memelihara sistem politik.

14.Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di tingkat lokal dengan biaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban pemerintah Pusat karena sudah diserahkan kepada Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com

Page 15: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 15

Mengapa Otonomi Daerah?1. Indonesia masih belum memungkinkan menganut federasi.

• Harus mempersiapkan UUD baru untuk sebuah Negara Federasi Indonesia

• Harus menetapkan mekanisme "Checks and Balances" antara Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif yang mencakup Pemerintah Nasional serta Propinsi atau Negara Bagian.

• Setiap propinsi atau negara bagian harus memiliki semacam "Konstitusi Negara Bagian ".

• Dll.

Page 16: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 16

2. Pilihan otonomi luas merupakan pilihan yang sangat strategis dalam rangka memelihara nation state (negara bangsa).• Mengembalikan "Hak-Hak Dasar" masyarakat di Daerah

dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik lokal.

• Memberikan supervisi agar Daerah tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari kepentingan nasional.

• Daerah yang kuat di dalam membangun masyarakatnya, mereka dengan sendirinya akan mendukung Negara Kesatuan, dan tidak ada alasan bagi mereka untuk mendukung gerakan separatisme.

Page 17: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 17

3. Sentralisasi telah terbukti gagal mengatasi krisis nasional.• Tugas Pemerintah tidak lagi mengurus dan memikirkan masalah-

masalah Daerah, diserahkan saja sepenuhnya kepada Daerah.• Ketika sumber daya kekuasaan sepenuhnya dikontrol oleh

Presiden, ternyata sama sekali tidak mampu menghadapi krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997.

4. Untuk memantapkan kehidupan demokrasi di masa-masa yang akan datang• Demokrasi tanpa ada penguatan politik lokal akan menjadi sangat

rapuh.• Politik tidak seharusnya menjadi dominasi orang-orang di Jakarta

saja.

Page 18: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 18

5. Aspek keadilan• Desentralisasi/otonomi daerah akan mencegah terjadinya

kepincangan di dalam menguasai sumber daya yang dimiliki dalam sebuah negara.

• Kebijakan desentralisasi/otonomi daerah diberlakukan untuk menghentikan segala bentuk kebijakan yang mengalienasikan kepentingan masyarakat setempat yang berkaitan dengan penguasaan sumber daya alam.

Page 19: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 19

Page 20: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 20

Tujuan Otonomi Daerah Mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat. Meningkatkan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah

dalam sistem NKRI.Sumber: UU 32/2004 (Penjelasan Umum)

Page 21: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 21

Sasaran Otoda1. Tercapainya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-

undangan pusat dan daerah. 2. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah; 3. Terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif, efisien,

dan akuntabel; 4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur

pemerintah daerah yang profesional dan kompeten; 5. Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara

transparan, akuntabel, dan profesional; dan 6. Tertatanya daerah otonom baru.

Sumber: RPJM 2004-2009

Page 22: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 22

Pembagian Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintah:1. Politik Luar Negeri.2. Pertahanan.3. Keamanan.4. Yustisi.5. Moneter dan Fiskal Nasional.6. Agama.

Urusan Pemerintahan Daerah:• Menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Page 23: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 23

Beberapa PengertianPrinsip otonomi seluas-luasnya:• Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua

urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah.

Asas otonomi:• Pelaksanaan urusan pemerintahan secara langsung oleh

pemerintahan daerah itu sendiri,

Asas tugas pembantuan:• Penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota

dan desa,• Penugasan dari pemerintah kabupaten/kota ke desa.

Page 24: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 24

Kriteria Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

1. Kriteria Eksternalitas• Pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan

mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.

• Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila regional menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

2. Kriteria Akuntabilitas• Pertimbangan bahwa yang menangani sesuatu bagian urusan adalah

tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut.

3. Kriteria Efisiensi • Pertimbangan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan)

untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan.

Page 25: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 25

Hubungan antar Pemerintahan

Antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah• Hubungan dalam bidang keuangan • Hubungan dalam bidang pelayanan umum • Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya

Antar Pemerintahan Daerah• Hubungan dalam bidang keuangan• Hubungan dalam bidang pelayanan umum• Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya

Page 26: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Arah Kebijakan Pembentukan DOB

Pembentukan daerah secara umum adalah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat melalui:• Peningkatan Pelayanan kepada Masyarakat; • Percepatan Pertumbuhan Kehidupan Demokrasi; • Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Perekonomian Daerah; • Percepatan Pengelolaan Potensi Daerah; • Peningkatan Keamanan dan Ketertiban; • Peningkatan Hubungan yang Serasi antara Pusat dan Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com 26

Page 27: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 27

Page 28: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 28

Kewenangan yang Tumpang Tindih• Pelaksanaan otonomi daerah masih kental

diwarnai oleh kewenangan yang tumpang tindih antar institusi pemerintahan dan aturan yang berlaku, baik antara aturan yang lebih tinggi atau aturan yang lebih rendah.

Anggaran • Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran

telah bergeser ke arah apa yang disebut dengan anggaran partisipatif.

• Dalam prakteknya, keinginan masyarakat akan selalu bertabrakan dengan kepentingan elit, sehingga dalam penetapan anggaran belanja daerah, lebih cenderung mencerminkan kepentingan elit daripada keinginan masyarakat.

Page 29: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 29

Elit Lokal• Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit

lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai momentum untuk mencapai kepentingan politiknya, dengan cara memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan, seperti “putra daerah” dalam pemilihan kepala daerah.

Politik Identitas Diri• Menguatnya politik identitas diri selama

pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong satu daerah berusaha melepaskan diri dari induknya yang sebelumnya menyatu.

• Otonomi daerah dibayang-bayangi oleh potensi konflik horisontal yang bernuansa etnis.

Page 30: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 30

Orientasi Kekuasaan• Otonomi daerah masih menjadi isu

pergeseran kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif.

• Langkah-langkah desentralisasi belumlah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.

• Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diharapkan menjadi pintu masuk bagi demokratisasi politik, sosial dan ekonomi di tingkat lokal, mengandung banyak peluang bagi proses peminggiran kepentingan rakyat dan menguntungkan kepentingan elit lokal.

Page 31: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 31

Dimana Posisi Otoda?

Visi Otoda

Strategi Otoda

Kinerja Otoda

Page 32: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 32

Dimana Posisi Otoda?

Sasaran Otoda

Strategi Otoda

Kinerja Otoda

Page 33: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 33

Permasalahan Otonomi Daerah1. Penyelenggaraan otonomi daerah oleh Pemerintah Pusat selama

ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi sehingga proses desentralisasi menjadi tersumbat.

2. Kuatnya kebijakan sentralisasi membuat semakin tingginya ketergantungan daerah-daerah kepada pusat yang nyaris mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat pemerintahan di daerah.

3. Adanya kesenjangan yang lebar antara daerah dan pusat dan antar-daerah sendiri dalam kepemilikan sumber daya alam, sumber daya budaya, infrastruktur ekonomi, dan tingkat kualitas sumber daya manusia.

4. Adanya kepentingan melekat pada berbagai pihak yang menghambat penyelenggaraan otonomi daerah.

Sumber: Tap MPR No. IV/MPR/2000

Page 34: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 34

Permasalahan Otonomi Daerah . . .

1. Belum Jelasnya Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

2. Berbedanya Persepsi Para Pelaku Pembangunan terhadap Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

3. Masih Rendahnya Kerjasama antar Pemerintah Daerah.4. Belum Terbentuknya Kelembagaan Pemerintah Daerah yang

Efektif dan Efisien.5. Terbatasnya dan Rendahnya Kapasitas Aparatur Pemerintah

Daerah.6. Masih Terbatasnya Kapasitas Keuangan Daerah.7. Pembentukan Daerah Otonom Baru (Pemekaran Wilayah) yang

Masih Belum Sesuai dengan Tujuannya. Sumber: RPJM 2004-2009

Page 35: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 35

Urusan Pemerintahan• Terjadi tumpang tindih antar tingkatan pemerintahan dalam

pelaksanaan urusan pemerintahan, karena belum sinkronnya antara UU Otoda dengan UU Sektor.

• Terjadi tarik menarik urusan, khususnya urusan yang mempunyai potensi pendapatan (revenue).

• Adanya gejala keengganan dari K/L untuk mendesentralisasikan urusan secara penuh karena kekhawatiran daerah belum mampu melaksanakan urusan tsb secara optimal.

Page 36: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 36

Kelembagaan Daerah• Adanya kecenderungan daerah untuk menerapkan struktur gemuk

akibat tekanan birokrasi dan politisi• Adanya nomenklatur struktur yang berbeda-beda sehingga

menyulitkan kordinasi dan pembinaan• Struktur yg gemuk membutuhkan PNS yg banyak sehingga untuk

gaji dan insentif PNS menelan sebagian besar alokasi APBD dibandingkan untuk pelayanan publik.

• Struktur organisasi yang ada belum sepenuhnya mengakomodasikan fungsi pelayanan publik yaitu penyediaan pelayanan dasar dan pengembangan potensi unggulan daerah.

Page 37: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 37

Kepegawaian• Banyak Pemda mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi

rendah dan kekurangan PNS dengan kompetensi yg memadai.• Adanya gejala pengedepanan “Putera Asli Daerah” untuk

menduduki jabatan-jabatan strategis dengan mengabaikan kompetensi/profesionalisme.

• Adanya gejala politisasi PNS (terutama dalam event Pilkada). • Tidak terdapat kejelasan dalam career planning dan career

development akibat tidak adanya manpower planning di daerah.• Penilaian kinerja yang sudah obselete (out of date); tidak ada

reward atau punishment terkait dengan kinerja.• Kesejahteraan yg belum memadai sehingga PNS cenderung

mencari penghasilan tambahan dan tidak fokus pada tugas pokok.

Page 38: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 38

Keuangan Daerah

1. Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial Insufficiency).

2. Overhead cost pemda yang tinggi. 3. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan

APBD. 4. Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi

dan tugas pembantuan. 5. Kurangnya manajemen aset Pemda.6. Masih lemahnya kebijakan investasi di daerah

Page 39: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 39

Perwakilan1. Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD.2. Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD.3. Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir.4. Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan

perundangan.5. Kurangnya kompetensi anggota DPRD dan lemahnya networking.

Page 40: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

dadang-solihin.blogspot.com 40

Pelayanan Publik1. Masih rendahnya kualitas pelayanan2. Masih besarnya peranan Pemda dalam penyediaan pelayanan.3. Tidak jelasnya standar pelayanan.4. Rendahnya akuntabilitas pelayanan.

Page 41: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Daerah Otonom Baru• Pada tahun 2000: 80% daerah otonomi baru telah gagal dalam

upaya mensejahterakan rakyat. Kebijakan pemekaran daerah justru memunculkan beragam persoalan baru antara lain pecahnya konflik horizontal, meluasnya praktek korupsi hingga bertambahnya beban keuangan negara. Kecenderungan semacam ini jika dibiarkan akan kontraproduktif terhadap ide awal pemekaran.

• Hanya 22,80% daerah otonomi baru yang mengalami perkembangan yang baik. Sisanya, 77,80% daerah pemekaran belum menunjukkan ketidaksiapannya untuk menjadi daerah otonom dan mandiri.

dadang-solihin.blogspot.com 41

1/3

Page 42: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Daerah Otonom Baru• Hasil evaluasi terhadap 205 DOB yang meliputi 7 Provinsi, 164

Kabupaten dan 34 Kota dari Faktor Good Governance, Pelayanan Publik, Daya Saing Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat, secara umum menunjukkan Pemda baru hasil pemekaran belum sepenuhnya berjalan secara efektif. Bahkan kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing daerah masih rendah.

• Masih banyak kendala bagi DOB untuk meningkatkan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Perbaikan Kualitas Pelayanan Publik, Perbaikan Tata Pemerintahan, dan Peningkatan Daya Saing.

dadang-solihin.blogspot.com 42

2/3

Page 43: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Daerah Otonom BaruImplikasi penambahan daerah otonom baru, antara lain: • Mengurangi kesempatan daerah lama untuk mendapat kenaikan

dana perimbangan (DAU, DAK, DBH); • Kenaikan jumlah belanja gaji PNSD juga mengalami peningkatan

secara fluktuatif;• Kenaikan anggaran instansi vertikal untuk kantor baru di daerah

otonom baru;• Menambah jumlah daerah tertinggal akibat semakin semakin

terbaginya sumber pendapatan daerah, baik daerah induk maupun daerah otonom baru;

dadang-solihin.blogspot.com 43

3/3

Page 44: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

44dadang-solihin.blogspot.com

Page 45: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

45dadang-solihin.blogspot.com

Page 46: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Page 47: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Materi• Latar Belakang • Maksud dan Tujuan• Metodologi Kajian• Kerangka Kajian• Temuan dan Rekomendasi• Kesimpulan

Wantimpres 47

Page 48: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Latar Belakang• Pembentukan Daerah Otonomi Baru (Pemekaran Daerah) bertujuan:

– Membentuk pemerintahan daerah yang mandiri dan otonom (UU 32/2004)

– Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (PP 78/2007).• Secara teoritik:

– Pemekaran daerah merupakan bagian dari proses penataan daerah dan territorial reform atau administrative reform.

– Penataan daerah merupakan manajemen pemekaran, penggabungan dan hirarki unit pemerintahah daerah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan politik dan administrasi pemerintahan (management of the size, shape, and hierarchy of local government units for the purpose of achieving political and administrative goals).

48Wantimpres

1/2

Page 49: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Latar Belakang• Dalam kurun waktu 2000-2010 telah

terjadi pemekaran daerah secara massif, yang tidak pernah terjadi pada era-era sebelumnya.

• Saat ini Indonesia memiliki 530 daerah otonom, terdiri atas 33 provinsi, 398 kabupaten, 93 kota, 5 kota administratif, dan 1 kabupaten administratif.

• Selama 1999-2009, terbentuk 205 daerah otonom baru dari berbagai tingkatan, atau bertambah lebih dari 63 % dibandingkan dengan jumlah daerah otonom di akhir masa orde baru.

49Wantimpres

2/2

Page 50: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Maksud dan TujuanMaksud Kajian:• Mengkaji dan menganalisis regulasi dan aturan perundangan-

undangan tentang kebijakan Penataan Daerah• Mengkaji dan menganalisis implementasi dan penerapan

Penataan Daerah dari aspek Pelayanan Publik, Ekonomi dan Keuangan, Manajemen Pemerintahan Daerah, Perencanaan Pembangunan, Politik dan Demokrasi, serta Aspek Strategis Nasional.

Tujuan Kajian: • Merumuskan Saran dan Masukan kepada Bapak Presiden RI

melalui Anggota Dewan Pertimbangan Presiden BidangPembangunan dan Otonomi Daerah tentang Kebijakan Penataan Daerah di Indonesia, terutama pemekaran danpenggabungan daerah.

50Wantimpres

Page 51: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Metodologi dan Lokasi Kajian• Tinjauan peraturan perundang-undangan dan literatur terkait

penataan daerah• Analisis terhadap kajian terdahulu• Diskusi dan rapat terbatas dengan tim ahli• Kunjungan ke 6 daerah terpilih:

1. Provinsi Gorontalo2. Provinsi Kepulauan Riau3. Kota Cimahi4. Kota Batu5. Kabupaten Lombok Utara6. Kabupaten Kubu Raya

51Wantimpres

Page 52: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Kerangka Kajian

52Wantimpres

Kebijakan Penataan Daerah

Pelayanan Publik Ekonomi dan Keuangan Manajemen Pemerintahan Daerah

Kesejahteraan Rakyat dan Keutuhan NKRI

Perencanaan Pembangunan Strategis NasionalPolitik dan Demokrasi

Analisis Aspek-AspekAnalisis Aspek-Aspek

Page 53: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Wantimpres 53

Page 54: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Masih terdapat kebutuhan/ permintaan untuk pemekarandaerah otonom baru, baikpada tingkat daerah provinsimaupun kabupaten/kota.

Desain Besar PenataanDaerah (DESERTADA) perlusegera ditetapkan dalamregulasi yang jelas.

Perlu penegasanpembentukan daerah otonombaru yang disesuaikandengan kemampuankeuangan negara.

54Wantimpres

1. Permintaan pemekaran daerah akan terus meningkat.

Page 55: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Proses pembentukan daerahotonom baru selama ini, terdapat 2 jalur mekanisme pengusulan yaitumelalui pemerintah dan DPR.

Terdapat kecenderungan yang kuatbahwa proses pembentukan daerahotonom baru diproses melalui jalurpolitik yakni melalui mekanismepengusulan RUU oleh DPR.

Kondisi ini berimplikasi terhadapberbagai persyaratan pembentukandaerah otonom baru sebagaimanayang diatur dalam peraturanperundang-undangan terabaikan

DPR dan Pemerintah harusmengacu secara konsistenterhadap DESERTADA yang sudah ditetapkan.

Sebelum DESERTADA ditetapkan, DPR danPemerintah harusmelaksanakan Parameter tentang pemekaran daerahsebagaimana diatur dalamperaturan perundang-undangan yang ada (UU danPP-nya).

55Wantimpres

2. Jalur Mekanisme Pengusulan.

Page 56: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Parameter dan PembobotanPembentukan Daerah Otonom berdasarkan PP 78/2007 dalam kenyataanbelum mencerminkankebutuhan obyektif dari suatudaerah yang akandimekarkan.

Perlu peninjauan kembali paramater dan pembobotanpembentukan daerah otonom sebagaimana diatur dalamPP 78/2007

Parameter dan pembobotanini sebaiknya dimasukan didalam substansi materikebijakan DESERTADA.

56Wantimpres

3. Parameter dan Pembobotan

Page 57: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Adanya bagian desa ataukecamatan yang mempunyaiaspirasi untuk bergabungmasuk kewilayah daerahotonom kab/kota tetangga, baik dalam satu provinsimaupun antar provinsitetangga (kasus Sulteng-Gorontalo dan Bandung Barat-Cimahi)

Harus ada kejelasan tentangbatas wilayah daerahotonomi baru sebelumditetapkan sebagai daerahotonom baru.

57Wantimpres

4. Aspirasi Masyarakat Desa atau Kecamatan.

Page 58: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Terdapat permasalahanpenentuan batas wilayahpasca pemekaran daerahotonom provinsi dankabupaten /kota yang berimplikasi terhadapketidakefektifanpenyelenggaraanpemerintahan daerah otonombaru.

Harus ada kejelasan tentangbatas wilayah daerahotonomi baru sebelumditetapkan UU tentangpembentukan daerah otonombaru.

58Wantimpres

5. Masalah Batas Wilayah.

Page 59: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Terdapat permasalahanpengalihan aset pascapemekaran daerah otonomprovinsi dan kab/kota yang berimplikasi terhadapterganggunya sistempencatatan aset padapemerintah daerah otonombaru yang masih ditanganioleh daerah induk atau K/L.

Harus ada kejelasan tentangpenataan dan pengalihanaset sebelum dilakukanpemekaran daerah.

Harus segera disusunmanajemen aset daerah.

59Wantimpres

6. Pengalihan Aset.

Page 60: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Terdapat permasalahanpasca pemekaran daerahotonom baru terkaitpengalihan status SDM Aparatur (PNS) yang berasaldari daerah induk yang dialihkan kepada daerahotonom baru

Pembentukan daerahotonom perlumempertimbangkanketersediaan SDM Aparatur

Kebijakan manajemen SDM Aparatur sebaiknya diatursecara terpusat satu NIP oleh pemerintah pusatsehingga memudahkandistribusi kepegawaian padasetiap daerah otonom.

60Wantimpres

7. Pengalihan Aparatur.

Page 61: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Daerah otonomi baru masihmengandalkan sumberpembiayaanpenyelenggaraanpemerintahan dari alokasianggaran yang bersumberdari pemerintah pusat.

Rata2 PAD hanya 18,33% dari APBD.

Daerah otonom baru perlumemiliki kemampuanfinansial (PAD) minimal sebagai dasar pembentukandaerah otonom.

61Wantimpres

8. Ketergantungan Pembiayaan.

Page 62: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Sebagian besar daerahotonom baru dalampembentukan organisasipemerintah daerah masihmenggambarkan:- Sosok organisasi yang

cenderung membesar- Dengan kebutuhan jumlah

aparatur yang banyak- Dalam keterbatasan

belanja pegawai.

Perlu kebijakan yang mengatur parameter minimal:- besaran organisasi, - jumlah aparatur, dan- besaran anggaran untuk

belanja pegawaidaerah otonom baru yang diprakarsai oleh daerah indukdengan memberdayakansecara optimal aparatpemerintah dari daerah induk

62Wantimpres

9. Struktur Organisasi yang Besar.

Page 63: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Terdapat daerah otonombaru yang secara nyata tidakmemiliki kemampuansebagai daerah otonomdalam penyelenggaraanpemerintahan.

Untuk daerah otonom baruyang dinilai tidak mampumencapai parameter standar, harus secara konsistenditerapkan kebijakanpenggabungan kembalidengan daerah induk.

63Wantimpres

10. Rendahnya kemampuan daerah otonom baru.

Page 64: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Pembentukan daerahotonom baru yang marakdewasa ini juga dipicu olehadanya insentif fiskal yang diberikan oleh pemerintahpusat kepada daerah otonombaru.

Kebijakan insentif fiskaldiberikan setelah calondaerah otonom baru dinilaitelah mencapai kemampuanstandar sebagai daerahotonom berdasarkanparameter penilaiain fiskal.

Sebelum mencapaikemampuan standar, daerahtersebut difasilitasi anggarandari daerah induknya.

64Wantimpres

11. Insentif Fiskal.

Page 65: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Temuan dan Rekomendasi

Daerah otonom baru banyakyang kurang sesuai dengan standar penyelenggaraan pemerintah yang efektif. Hal ini disebabkan olehkurangnya pembinaan, pengawasan, supervisi, asistensi, dan evaluasi dari pemerintah pusat.

Perlu mengefektifkan pembinaan, pengawasan supervisi, asistensi, danevaluasi kepada daerah otonom baru yang dilakukan oleh pemerintah pusat.

Perlu tindak lanjut hasilMonev daerah otonom baruyang dilakukan pemerintahpusat.

65Wantimpres

12. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Pusat.

Page 66: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Kesimpulan

Belum adanya kebijakan nasional yang dirumuskan oleh Pemerintah dan DPR terkait dengan DESERTADA dalam bentuk Undang-Undang.

Pengaturan ini dimaksudkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembentukan daerah otonom yang secara komprehensif sebagaimana yang dihasilkan dalam kajian ini.

Wantimpres 66

1. Penegasan Kebijakan Moratorium Pemekaran Daerah.

Page 67: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Kesimpulan

a. Aspirasi Masyarakat (Bottom-up). Pembentukan daerah otonom baru merupakan aspirasi murni masyarakat sesuai dengan kondisi obyektif daerah dan menghindari pertimbangan yang bersifat politis.

b. Kepentingan Strategis Nasional (Top Down). Pembentukan daerah otonom baru merupakan kewenangan pemerintah dengan mempertimbangkan kepentingan strategis nasional dalam rangka penguatan NKRI dan percepatan pemerataan kesejahteraan masyarakat secara nasional.

Wantimpres 67

2. Pemekaran daerah pada dasarnya memadukan dua pendekatan

Page 68: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Kesimpulan

Sebelum pembentukan daerah otonom baru perlu melalui tahapan-tahapan persiapansuatu daerah yang bakal menjadi daerah otonom baru.

Kebijakan persiapan calon daerah otonom baru dimaksudkan untuk memberikan proses pembelajaran berpemerintahan bagi calon daerah otonom baru.

Wantimpres 68

3. Persiapan Calon Daerah Otonom Baru.

Page 69: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Kesimpulan

Perlu komitmen Pemerintah Pusat (DPR & Pemerintah) untuk melakukan tindakan kebijakan penggabungan daerah otonom baru yang berdasarkan hasil penilaian tidak memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah yang memiliki kemampuan berotonomi.

Perlu kebijakan insentif bagi daerah otonom yang terkena kebijakan penggabungan daerah otonom.

Wantimpres 69

4. Kebijakan Penggabungan Daerah.

Page 70: Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

70Wantimpres