desain layout upi 2012

55
LAPORAN AKHIR DESAIN LAYOUT UNIT PENGOLAHAN IKAN BALAI BESAR PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN HASIL PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN JAKARTA 2012

Upload: putry-ulfha

Post on 18-Jan-2016

1.010 views

Category:

Documents


138 download

DESCRIPTION

sdsaf;lalgjdjgjflhfdhfdf

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR

DESAIN LAYOUT UNIT PENGOLAHAN IKAN

BALAI BESAR PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN HASIL PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

HASIL PERIKANAN

JAKARTA

2012

ii

LAPORAN AKHIR

DESAIN LAYOUT UNIT PENGOLAHAN IKAN

Pengarah Teknis : Ir. Harinto Wibowo,M.Si

Pembimbing Teknis : Sutimantoro, A.Pi, MM

Koordinator : Suwarti, A.Pi MM

Ketua Tim : M. Aditia Candra Dewa, ST

Anggota : Suwarti, A.Pi, MM

Darmadi

Sugiran

Ir. Endang Mindarwati, M.Si

Karso

Markam

Sutimantoro, A.Pi, MM

Junaedi Abdillah, ST

Harun, SSt.Pi. MP. (PH)

BALAI BESAR PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN HASIL PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

HASIL PERIKANAN

JAKARTA

2012

iii

LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN LAYOUT UNIT PENGOLAHAN IKAN

Koordinator,

Ir. Tri Purwadi, M.Si

NIP. 19600410 198603 1 005

Ketua Tim,

M. Aditia Candra Dewa, ST

NIP. 19810321 201012 1 003

Mengetahui :

Pengarah Teknis,

Kepala BBP2HP,

Ir. Harinto Wibowo,M.Si

NIP. 19560513 197812 1 001

Penanggungjawab Teknis,

Kabid Teknologi Pengolahan

Hasil Perikanan,

Sutimantoro, A.Pi, MM

NIP.19590720 198503 1 001

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas berkah, rahmat dan ridho-Nya atas

selesainya penyusunan laporan kegiatan Inovasi Desain Layout Unit Pengolahan

Ikan Tahun 2012 dibiayai oleh Anggaran Kegiatan Balai Besar Pengembangan

dan Pengendalian Hasil Perikanan Tahun Anggaran 2012. Laporan kegiatan ini

merupakan gambaran dari proses kegiatan yang dilakukan mulai dari tahap

perencanaan kegiatan sampai dengan hasil yang didapat.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala BBP2HP sebagai

pengarah teknis, Kepala Bidang Pengolahan BBP2HP sebagai pembimbing teknis

dan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Bidang Pengolahan sebagai koordinator

serta tim kerja yang telah bekerja keras melaksanakan kegiatan hingga menyusun

laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu

saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan

ini, akhirnya semoga laporan kegiatan ini bermanfaat bagi para pembaca,

khususnya yang berkecimpung dalam pasca panen hasil perikanan.

Jakarta, Januari 2013

Pelaksana

v

RINGKASAN

Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah Pembangunan

Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk

Kesejahteraan Masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan melaksanakan

kegiatan untuk mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara

berkelanjutan, meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan,

serta memperluas akses pasar domestik dan Internasional.

Untuk mendukung program industrialisasi diperlukan perencanaan yang

baik untuk menghasilkan desain layout UPI yang baik dari segi penanganan dan

pengolahan hasil perikanan,melalui modernisasi sistem produksi dan manajemen

bahan baku yang baik, yang memperhatikan higenitas, kapasitas, kualitas dan

kemudahan perawatan dalam operasionalisasinya.

Desain layout UPI yang akan dikembangkan pada kegiatan Balai Besar

Pengembangan dan pengendalian hasil perikanan pada bidang pengolahan pada

Tahun Anggaran 2012 bertujuan untuk mendapatkan desain layout Unit

Pengolahan Ikan yang Ideal dan Standard sehingga dapat diterapkan pada UPI di

seluruh Indonesia yaitu UPI Fillet Ikan, UPI Fishjelly Product, UPI Pemindangan.

Dari kegiatan ini dihasilkan 3 ragam desain layout Unit Pengolahan Ikan

untuk pengolahan fillet ikan, pemindangan dan fish jelly product ikan dengan

kapasitas kapasitas 1-3 ton/hari yang Ideal dan standard sehingga dapat

diterapkan pada UPI skala UMKM di seluruh Indonesia. Diharapkan dengan

inovasi desain layout UPI yang matang yang sesuai kapasitas dan jenis

olahannya, serta modernisasi sistem produksi dan bahan baku, diharapkan misi

KKP untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan dan kelautan

dapat tercapai. Perlunya penyebaran inovasi desain layout Unit Pengolahan ikan

kepada masyarakat pelaku usaha/UMKM dan diterapkan pada UPI di seluruh

Indonesia. Perlu masukan yang konstruktif dari berbagai stakeholder, untuk

penyempurnaan desain layout yang berkelanjutan.

vi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ...........................................................................

HALAMAN TIM PELAKSANA ..........................................................

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................

RINGKASAN ...................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................

DAFTAR GAMBAR .........................................................................

DAFTAR TABEL .............................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .....................................................................

1.2. Tujuan...................................................................................

1.3. Sasaran................................................................................

1.4. Keluaran ..............................................................................

1.5. Dampak ...............................................................................

1.6. WaktudanTempat.................................................................

1.6.1. Waktu..........................................................................

1.6.2. Tempat........................................................................

2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................

2.1. Tata Letak (Lay out) dan Alur Produksi...............................

2.1.1. Pengertian Tata Letak Pabrik………………..…..….....

2.1.2. Kepentingan strategis keputusan tata letak………..…

2.1.3. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak……

2.1.4. Prinsip Dasar Dalam Perencanaan Tata Letak UPI….

2.2. Detail Khusus Pada Unit Pengolahan Ikan..........................

2.3. Lokasi....................................................................................

2.4. Desain....................................................................................

2.4.1. Sistem Lingkungan Bangunan ..................................

3. METODOLOGI.............................................................................

3.1. Bahan dan Peralatan ...........................................................

3.2. Metode Pelaksanaan............................................................

1

1

2

3

3

3

3

3

3

4

4

4

5

5

6

7

9

9

9

12

12

12

vii

3.3. Langkah-Langkah Perencanaan Tata Letak ...............................

3.4. Langkah dalam perencanan.......................................................

4. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................

4.1. Hasil Identifikasi Desain Layout Unit Pengolahan Ikan..............

4.1.1. Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Jawa

Timur......................................................................................

4.1.2. Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Banten

4.1.3. Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Jawa

Barat.....................................................................................

4.1.4. Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Jawa

Tengah................................................................................

4.2 Pembahasan...............................................................................

4.2.1 UPI Fillet Ikan Patin..........................................................

4.2.2 UPI Pemindangan...........................................................

4.2.3 UPI Fish Jelly Product.....................................................

4.3 Detail Umum...............................................................................

5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................

5.1 Kesimpulan................................................................................

5.2 Saran.........................................................................................

6 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

7 LAMPIRAN ......................................................................................

13

14

15

15

15

19

20

22

25

25

33

37

38

40

40

40

41

42

viii

DAFTAR GAMBAR

Daftar gambar halaman

Gambar 1. Alur proses dasar pada suatu alir proses

Gambar 2. Tata letak proses UPI CV Risky Bersama Sejahtera

Gambar 3. Lay Out UPI Filet Ikan Patin

Gambar 4. Alur Proses Fillet Patin

Gambar 5. Denah lay out unit pengolah ikan (Fillet Ikan Patin)

Gambar 6. Meja untuk proses bleeding

Gambar 7. Meja untuk proses pemfilletan

Gambar 8. Ikan hasil proses trimming

Gambar 9. Meja untuk proses trimming

Gambar 10. Foto Maket Unit Pengolahan Ikan Fillet Patin

Gambar 11. UPI Pindang Ikan

Gambar 12. Diagram alur proses ikan pindang

Gambar 13. Lay Out Unit Pengolahan Ikan Pindang

Gambar 14. Desain tungku untuk proses pemindangan

Gambar 15. Desain UPI Fish Jelly Produk

7

21

25

27

28

29

30

30

31

32

33

34

36

37

37

ix

DAFTAR TABEL

Daftar tabel halaman

Tabel 1. Kebutuhan minimum untuk kamar mandi/cuci pekerja

11

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah Pembangunan

Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk

Kesejahteraan Masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan melaksanakan

kegiatan untuk memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi,

mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan,

meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan, serta

memperluas akses pasar domestik dan Internasional.

Usaha meningkatan produktifitas dan daya saing berbasis pengetahuan

dan memperluas akses pasar domestik dan internasional, maka diperlukan

standar mutu produksi hasil perikanan, yang sangat dipengaruhi oleh kualitas

sarana dan prasarana pengolahan hasil perikanan.dimana higienis menjadi kunci

dasar keamanan dan kualitas makanan, yang halur diterapkan mulai dari

penangkapan (harvesting), pengolahan (processing) sampai dengan distribusinya.

Program industrialisasi ini diharap bisa meningkatkan produksi hasil

perikanan di dalam negeri, dimana target produksi perikanan 2012 sebesar 13.8

juta ton. Angka itu terdiri dari :perikanan tngkap sebanyak 5.4 juta ton dan

perikanan budidaya 8.4 juta ton. Perubahan lingkungan strategis perikanan dan

kelautan sangat cepat, tapi sistem produksi perikanan kurang berkembang bahkan

kurang standard. Untuk itu diperlukan kebijakan strategis untuk merumuskan

konsep industrialisasi perikanan nasionalserta perencanaan yang baik untuk

menghasilkan desain layout UPI yang baik dari segi penanganan dan pengolahan

hasil perikanan,melalui modernisasi sistem produksi dan manajemen bahan baku

yang baik, yang memperhatikan higenitas, kapasitas, kualitas dan kemudahan

perawatan dalam operasionalisasinya.

Unit Pengolahan Ikan (UPI) halus memenuhi standard, baik dari sisi

hygiene (Pre Requisite Programs) melalui SSOP (StandardSanitation Operating

Procedure), GhdP (Good Handling Practices), GMP (Good

ManufacturingPractices) untuk menerapkanHACCP (Hazard Analysis and Critical

Control Points) , dan GDP (Good Distribution Practices).

2

Desain layout UPI yang akan dikembangkan pada kegiatan Balai Besar

Pengembangan dan pengendalian hasil perikanan pada bidang pengolahan pada

Tahun Anggaran 2012 adalah:

1. UPI Fillet Ikan

2. UPI Fishjelly Product (bakso)

3. UPI Pemindangan

Dengan desain layout UPI yang matang yang sesuai kapasitas dan jenis

olahannya, serta modernisasi sistem produksi dan bahan baku, diharapkan misi

KKP untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan dan kelautan

dapat tercapai.

Indonesia mempunyai potensi sumber daya kelautan yang sangat besar.

sehingga peranan Unit Pengolahan ikan sangatlah penting, dari identifikasi awal,

ada beberapa masalah yang umum terjadi padaUnit Pengolahan Ikan,antara lain

sebagai berikut :

a. Belum adanya Standarisasi Unit Pengolahan Ikan yang sesuai antara

kapasitas danfasilitas serta alur produksi pengolahan.

b. Belum diterapkannya standarisasi Persyaratan bangunan dan

peralatandan modernisasi sistem produksi dan bahan baku.

c. Belum diterapkannya standarisasi hygiene (Pre Requisite Programs),

SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure), GHdP (Good Handling

Practices), GMP (Good ManufacturingPractices) dan GDP (Good

Distribution Practices) dari UPI yang sudah ada dan beroperasi.

d. Diperlukan Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran

Ikanpada operasionalisasi UPI untuk menjagakualitas hasil olahan.

1.2 Tujuan

Mendapatkan desain layout Unit Pengolahan Ikan yang Ideal dan Standard

sehingga dapat diterapkan pada UPI di seluruh Indonesia.

3

1.3 Sasaran

Tersedianya desain layout Unit Pengolahan Ikan skala UMKM yang Ideal

dan sesuai dengan Standar.

1.4 Keluaran

Terciptanya 3 ragam desain layout Unit Pengolahan Ikan skala UMKM

untuk pengolahan Fillet ikan, Fishjelly product (bakso), dan Pemindangan.

1.5 Dampak

Terwujudnya standar baku minimum untuk desain layout Unit Pengolahan

Ikan skala UMKM untuk pengolahan Fishjelly product, Fillet dan Pemindangan

sesuai dengan kapasitasnya.

1.6 Waktu dan Tempat

1.6.1 Waktu

Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan

Desember 2012

1.6.2 Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai berikut :

- Identifikasi dan inventarisasi data : Banten, Jawa Barat, JawaTengah

- Uji terap dan preferensi : diulas oleh nara sumber pengolahan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tata Letak (Lay out) dan Alur Produksi

Tata Letak (Lay out) unit pengolahan ikan adalah susunan penempatan

sarana produksi pengolahan ikan. Tata letak unit pengolahan ikan yang baik

diartikan sebagai penyusunan atau penempatan yang teratur dari semua sarana

produksi hasil perikanan, sarana produksi pengolahan mencakup bahan-bahan dan

alat-alat/mesin yang digunakan dalam proses produksi, termasuk tempat

penerimaan/penyimpanan bahan dan pengiriman/penyimpanan produk yang

bertujuan untuk mencapai alur proses produksi pengolahan hasil perikanan yang

efektif dan efisien termasuk didalamnya alur bahan sampai hasil, serta pergerakan

alat/mesin dan karyawan.

Terdapat dua pola penataletakan unit usaha berbentuk pabrik yakni

penetaletakan atas dasar proses (disebut process lay out) dan penataletakan atas

dasar alur (disebut flow/line lay out).

2.1.1 Pengertian Tata Letak Pabrik :

a. Menurut Elwood S. Buffa1

“Plant lay out is the integrating phase of the design of production system. The

basic objective of lay out is to develop a product system that meet requirement

of capacity and quality in the most economic way”. Dalam bahasa Indonesia,

“Plant Layout adalah suatu fase yang menyeluruh daripada desain system

produksi. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan system produksi

yang diperlukan baik dalam kapasitas maupun kualitas dengan cara yang

menguntungkan”

b. Menurut Sritomo Wignjosoebroto2

“Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas–

fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan

1 Buffa, Elwood S, 1996, Binarupa Aksara, Manajemen Operasi Produksi Modern alih bahasa

Agus Maulana 2 Wignjosoebroto, Sritomo, 2009, TataLetak Pabrik Dan Pemindahan Bahan

5

tersebut akan memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau

fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakanmaterial,

penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun

permanen, personil pekerja dan sebagainya”.

2.1.2 Kepentingan strategis keputusan tata letak

Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi

sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis

karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses

fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra

perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai sebuah

strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.

Semua kasus desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana

untukdapat mencapai :

Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.

Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.

Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.

Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak

tersebut akan perlu diubah).

2.1.3 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak3

Tata letak yang baik akan dapat memberikan keuntungan–keuntungan dalam

sistem produksi, yaitu :

1. Menaikkan output produksi.

Suatu tata letak yang baik akan memberikan keluaran (output) yang lebih besar

atau lebih sedikit, man hours yang lebih kecil, dan/atau mengurangi jam kerja

mesin (machine hours).

2. Mengurangi waktu tunggu (delay).

Pengaturan tata letak yang terkoordinir dan terencana baik akan dapat

mengurangi waktu tunggu (delay) yang berlebihan.

3 Wignjosoebroto, Sritomo, 2009, TataLetak Pabrik Dan Pemindahan Bahan

6

3. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling).

Proses perencanaan dan perancangan tata letak pabrik akan lebih menekankan

desainnya pada usaha–usaha mengurangi aktivitas–aktivitas pemindahan bahan

pada saat proses produksi berlangsung.

4. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service.

Perencanaan tata letak yang optimal akan mengatasi masalah pemborosan

pemakaian ruangan yang disebabkan jalan lintas, material yang menumpuk, jarak

antara mesin–mesin yang berlebihan, dan lain–lain semuanya akan menambah

area yang dibutuhkan untuk pabrik.

5. Pendaya guna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja,

dan/atau fasilitas produksi lainnya.

Faktor–faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja, dan lain–lain adalah erat

kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang terencana baik akan

banyak membantu pendayagunaan elemen–elemen produksi secara lebih efektif

dan lebih efisien.

2.1.4 Prinsip Dasar Dalam Perencanaan Tata Letak UPI 4

Berdasarkan tujuan, keuntungan dan aspek dasar dalam tata letak pabrik yang

terencana dengan baik, dapat disimpulkan 6 prinsip dasar sebagai berikut :

1. Prinsip Integrasi Secara Total.

Tata letak pabrik merupakan integrasi secara total dari seluruh elemen produksi

yang menjadi satu unit operasi yang lebih besar.

2. Prinsip Perpindahan jarak Yang Minimal.

Dalam proses pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi berikutnya,

waktu dapat dihemat dengan mengurangi jarak perpindahan tersebut.

3. Prinsip Aliran Dari Suatu Proses Kerja.

Aliran kerja yang baik adalah aliran konstan dengan minimum interupsi,

kesimpangsiuran, dan kemacetan dalam proses produksi.

4 Wignjosoebroto, Sritomo, 2009, TataLetak Pabrik Dan Pemindahan Bahan

7

4. Prinsip Pemanfaatan Ruangan.

Pengaturan ruangan yang akan dipakai ssecara optimum dengan

memanfaatkan tiga dimensi ruang (cubic space).

5. Prinsip Kepuasan dan Keselamatan Kerja.

Suasana kerja menjadi menyenangkan dan memuaskan sehingga dapat

meningkatkan moral karyawan.

6. Prinsip Fleksibilitas.

Tata letak direncanakan fleksibel maka penyesuaian kembali dapat dilakukan

dengan lebih cepat dan murah.

Gambar 1. Alur proses dasar pada suatu alir proses

2.2. Detail Khusus Pada Unit Pengolahan Ikan.

1. Lantai

Menggunakan material yang tidak menyerap air, tidak menyimpan kotoran

dan mudah dibersihkan.

8

Material yang biasa dipakai adalah keramik dengan pemasangan nat setipis

mungkin. Lebih baik menggunakan keramik rectified. Pada grade yang lebih

tinggi menggunakan Floorhardenenr dengan finishing epoxy.

2. Dinding

Dilapisi dengan lapisan yang mudah diberdihkan setinggi minimal 160cm.

Pertemuan lantai dan dinding tidak boleh sudut tajam, harus dibuat

lengkungan atau diisi dengan keramik miring, untuk menghindari kotoran

tersimpan di sudut ruangan.

3. Saluran Air

Menggunakan saluran air terbuka, dengan tutup grill yang mudah diangkat

dan dibersihkan. Pada dasar saluran, berbentuk lengkung, akan sangat baik

menggunakan pipa PVC yang dibelah. Sehingga tidak ada rembesan air ke

bangunan.

4. Langit-langit

Menggunakan material yang tidak mudah rapuh, sehingga tidak

mengkontaminasi produk olahan.

5. Penghawaan

Menggunakan penghawaan mekanik, dengan cara menyedot udara panas

dari dalam ruangan menggunakan hood. Sehingga diruangan terjaga

suhunya sesuai kebutuhan.

6. Pencahayaan

Ruang workshop harus cukup terang untuk mengolah, agar bisa diminimalisir

kesalahan proses/perlakuan pada pengolahan.

7. Sumber Air Bersih

Dalam pengolahan menggunakan air bersih yang didapatkan dari tanah dan

mata air dengan perlakuan proses pengendapan. Waste Water Treatment

dilakukan secara sederhana dengan bak-bak resapan di tanah langsung.

Yang kemudian air sisanya dibuang ke saluran umum.

9

2.3. Lokasi 5

Dalam suatu perencanaan penempatan Unit Pengolah Ikan baru yang pokok

adalah pemilihan lokasi yang secara kritis, yang berujung pada keberhasilan atau

tidaknya. Pertimbangan penting yang harus diperhatikan untuk mengevaluasi

pemilihan suatu lokasi :

a. Suplay bahan Baku.

b. Suplay pekerja.

c. Suplay pelayanan penunjang ( listrik, air, pembuangan sampah).

d. Pembuangan effluents, offal (isi perut) dll.

e. Potensi pemasaran di masyarakat.

f. Faktor negative terhadap kepentingan umum (bau, suara, dll).

g. Biaya pengembangan lahan (pembersihan, perataan, pembangunan).

h. Kemungkinan untuk pengembangan lanjutan.

i. Aksesibilitas kepada, jalan, jalur kereta dan pelabuhan perikanan.

2.4 Desain

Pada tahap desain, sangat penting untuk menggambarkan diagram alir

sekuensial operasional, rencana dan usulan peralatan, kebutuhan sarana penunjang

(air, listrik, penyemprotan, pembuangan limbah).Yang sangat membantu dala

perencanaan untuk mencapai kinerja yang total. Pembuatan model/ maket juga bisa

sangat berguna dalam perencanaan tata letak (layout).

2.4.1 Sistem Lingkungan Bangunan6

Faktor dalam sistem lingkungan bangunan yang perlu dipertimbangkan dalam

membentuk kondisi UPI yang baik:

a. Sistem penghawaan (ventilation)

Untuk area dengan penghawaan standar, diperlukan udara 5 ltr/det/org

sbg standar pergantian udara diperlukan untuk menjaga kenyamanan pekerja.

5 http://www.fao.org/docrep/w0495e/w0495E06.htm

6 Neufert, Ernst, Data Arsitek 2002, erlangga jakarta, alih bahasa Sunarto Tjahjadi

10

Untuk area khusus yang membutuhkan pergantian udara dalam ukuran tertentu

seperti cold storage, laboratorium, ruang masak panas, ruang mesin.

b. Sistem pencahayaan alami dan buatan

Pencahayaan alami sebagai pilihan terbaik untuk mengurangi pemakaian

elemen penerangan buatan, dengan bukaan di atap maksimum 20%, akan

membantu penerangan bias/diffuse dalam ruang kerja. Namun untuk lokasi

gudang dengan material karton tidak disarankan pencahayaan dari atas, karena

dapat memudarkan warna karton.sebaiknya pencahayaan alami dilakukan

secara tidak langsung (indirect) dari sisi samping.

c. Sistem pengendalian kebakaran

Salah satu prasyarat pada area industri yaitu pengendalian bahaya

kebakaran. Dilakukan dengan cara: memperkirakan dan membatasi

penyebaran api di dalam dan diluar bangunan dengan membuat ruang

pembatas kedap api, melengkapi dengan peralatan deteksi dini dan pemadam

kebakaran, memilih material bangunan, dan dalam kejadian kebakaran, siap

jalur evakuasi serta pelatihan kesiapan pekerja.

Untuk bangunan yang besar dan tinggi , untuk area luasan tertentu pada

atapnya disiapkan lubang ventilasi yang menjadi jalur asap dan mengeluarkan

panas. Sebagai usaha menahan penyebaran api, sebelum Petugas Pemadam

kebakaran menyemprot dengan branwir, air hidran, busa atau gas CO.

Perencanaan pengendalian kebakaran harus melibatkan pemilik , pengguna

dan Pegawai ahli pemadam kebakaran. Untuk area dengan resiko kebakaran

tinggi, direncanakan di tempat yang mudah dicapai untuk mempermudah

deteksi dan lokalisir bahaya kebakaran.

d. Perancangan tempat kerja / workspace

Rancangan tempat kerja merupakan dasar penting untuk memperoleh

tingkatan produktifitas setinggi tingginya.

11

Ergonomi adalah ilmu tentang hubungan antara manusia dengan mesin dan

gerakan kerja yang sebaiknya sehingga dapat menghindarkan timbulnya

kelelahan dan mempertinggi keamanan kerja.

Penanganan secara mekanis meliputi peralatan pengangkat sederhana,

sistem hidrolik, dan manipulator keseimbangan yang dapat menggantikan

tenaga maniusia, sampai conveyor, bangku kerja bahkan otomatisasi robotika.

Organisasi kerja adalah pengelompokan pekerja sesuai tugasnya. Yang

mempengaruhi sistem alur produksi, sistem komunikasi dan perintah, serta

keluwesan produktivitas.

Lingkungan adalah kebutuhan positif pada suatu ruang unit pengolahan yaitu

suhu ruang yang sesuai dengan kegiatan kerja, pencahayaan .

e. Peralatan sanitari

Tabel 1. Kebutuhan minimum untuk kamar mandi/cuci pekerja

No Jumlah

KM/cuci/ urinoir

Untuk Jumlah orang

Keterangan

1. 1 20 Pekerja melakukan pekerjaan bersih

2. 1 10 Pekerja melakukan pekerjaan kotor

3. 1 5 Pekerja yang menangani zat kimia dan zat beracun

f. Pergudangan dan bongkar muat

Ada dua pilihan yaitu ditinggikan menyesuaikan kendaraan pengangkut,

atau setinggi tanah, pemilihannya disesuaikan dengan jenis kegiatan yang

dilakukan pada UPI tersebut. Ruang bongkar muat dipisahkan antara barang

masuk dan barang keluar.

Pada umumnya, untuk UPI besar, bahan baku lebih efisien dibongkar dari

sisi kendaraan pengangkut, sedangkan barang jadi dan peti kemas lebih

mudah dimuatkan ke kendaraan dari sisi belakang. Perlengkapan yang sering

digunakan adalah trolly, prosotan / papan bidang miring, dongkrak silang, dan

lifter.

12

III. METODOLOGI

3.1 Bahan dan Peralatan

1) Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam desain layout UPI meliputi :

Bahan baku : kertas kerja/tracing.

Bahan pembantu : atk, bahan alat gambar, tinta printer.

Bahan tambahan : data internet, software desain

2) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Desain Layout Unit Pengolahan

Ikan antara lain Komputer, printer, alat gambar, alat ukur jarak laser, kamera

dan lain-lain.

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan untuk 3 ragam kegiatan ini yaitu :

1) Desain layout UPI Fillet Ikan Patin

2) Desain Layout UPI Pemindangan

3) Desain layout UPI Fish Jelly Product

Secara umum metode pelaksanaan dalam penyusunan rencana desain layout

Unit Pengolah ikan adalah :

identifikasi dan verifikasi

Studi literature (SNI, buku acuan)

desain awal/draft

pembahasan internal

desain final

penyusunan laporan

13

identifikasi dan verifikasi kepada daerah daerah yang mempunyai potensi

besar terutama akan bahan baku dan ragam yang berkembang di daerah itu

Studi literature (SNI, buku acuan) menngali data data terkait dari Peraturan,

Standar nasional Indonesia, Buku acuan dan data teknis acuan

Desain awal/draft yaitu kegiatan mendesain UPI dalam tahap awal, untuk

kemudian dibahas bersama tim atau pihak yang kompeten

Pembahasan internal dilakukan bersama anggota tim dan nara sumber yang

kompeten

Desain final disusun dengan mengacu pada hasil pembahasan internal

Penyusunan laporan berupa laporan kegiatan akhir dan gambar hasil desain

3.3 Langkah-Langkah Perencanaan Tata Letak

Tata letak produksi berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan

pengaturan letak dari pada mesin-mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-

orangyang bekerja di tiap-tiap stasiun kerja yang ada.

Pengaturan semua fasilitas produksi direncanakan secara matang sehingga

diperoleh :

1. Transportasi yang minimum dari proses pemindahan bahan

2. Meminimumkan gerakan balik yang tidak perlu

3. Pemakaian area yang minimum

4. Pola aliran produksi yang terbaik

5. Keseimbangan penggunaan luas area yang dimiliki

6. Keseimbangan dalam lintasan area perakitan

7. Kemungkinan dan fleksibilitas untuk menghadapi ekspansi di masa mendatang.

3.4 Langkah dalam perencanan :

a. Analisa Produk

Menganalisa macam dan jumlah produk yang harus dibuat menggunakan

pertimbangan kelayakan teknis dan ekonomis.

14

b. Analisa Proses

Menganalisa macam dan urutan proses pengerjaan produksi yang telah

ditetapkan untuk dibuat.

c. Sigi dan Analisa Pasar

Mengidentifikasi macam dan jumlah produk yang dibutuhkan oleh

konsumen.untuk menentukan kapasitas produksi yang terkait banyaknya mesin

dan fasilitas produksi.

d. Analisa Macam dan Jumlah Mesin/Equipment dan Luas Area yang

Dibutuhkan

Dengan memperhatikan volume produk yang akan dibuat, waktu standard, jam

kerja dan efisiensi mesin maka jumlah mesin dan fasilitas yang diperlukan (juga

operator) dapat dihitung.

e. Pengembangan Alterantif Tata Letak

Sebelum menentukan tata letak terbaik yang harus dipilih, terlebih dahulu

dilakukan pengembangan alternative.

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Desain Layout Unit Pengolahan Ikan

Identifikasi dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Jawa Timur,

Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.

4.1.1. Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Jawa Timur, pada

tanggal 6-9 Juni 2012 oleh Suwarti, A.Pi. MM nomor tugas

IK.350/BB.IV.1861/VI/2012

Secara nasional Jawa Timur adalah merupakan pemasok pangan yang

terbatas sehingga kegiatan pertanian merupakan lapangan usaha yang sangat

menentukan dalam struktur perekonomian Jawa Timur. Sektor lapangan usaha

lainnya yang juga potensial adalah perdagangan, hotel, restoran , serta sektor

industri pengolahan. Struktur kontribusi lapangan usaha yang demikian ini

menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Timur sudah menampakkan

perkembangan kearah kemantapan, yaitu perkembangan industri dan jasa yang di

dukung oleh pertanian yang tangguh. Kemampuan perekonomian Jawa Timur yang

seperti diuraikan diatas pada hakekatnya memberikan implikasi adanya potensi

perkembangan dan pengembangan yang dapat dipacu lebih pesat pada masa -

masa mendatang, khususnya usaha di sektor perikanan melihat potensi yang cukup

besar.

Berdasarkan data produksi ikan Jawa Timur berfluktuasi.Selama periode 2004-

2006 terindikasi kenaikan dan selama 2006-2008 terjadi penurunan di tahun 2007

dan peningkatan di tahun 2008.

Pada bidang perikanan usaha kecil menengah (UKM) mengolah ikan secara

sederhana yang di lakukan seperti pendinginan, pembekuan, pengasinan,

pengasapan, perebusan dan pemasakan. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar

menggunakan peralatan modern, seperti misalnya industri untuk pengalengan ikan

tuna dan udang. Pada saat ini terdapat 13 perusahaan sedang dan besar yang

beroperasi di bisnis pengalengan ikan di Jawa Timur, 74 perusahaan

pengasinan/pengeringan, 32 perusahaan pembekuan ikan, 62 perusahaan

pemindangan ikan dan 6 perusahaan yang bergerak di bidang pemrosesan dan

16

pengawetan lainnya termasuk produksi pakan ternak dari ikan (fishmeal) dan minyak

ikan.

Maka seiring dengan potensi yang di miliki oleh propinsi Jawa Timur, dengan

banyaknya perusahaan yang bergerak di pidang perikanan, maka Balai Besar

Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan pada kegiatan anggaran tahun

2012 melakukan kegiatan membuat desain lay out UPI fillt ikan ,fish jelly product dan

pemindangan. Melalui kegiatan ini maka dilakukan identifikasi dan invetarisasi

perusahan yang melakukan proses pengolahan tersebut.

Beberapa perusahaan yang di lakukan identifikasi dan verifikasi adalah

sebagai berikut:

1. PT Alam Jaya

PT Alam Jaya melakukan proses Fillet ikan Patin , kakap, kerapu dan jenis

ikan lain, produksi rata-rata perhari sebanyak 10 ton dengan jumlah karyawan

sebanyak 200 orang adapun alur proses yang di lakukan adalah

Bahan baku Ikan masuk kedalan ruang penerimaan.

Di lakukan sortasi ukuran dan mutu, dalam ruang sortasi, pencucian.

Di lakukan penyiangan, pencucian, pembuangan sisik,pemfilettan,

perapihan, penimbangan dan pembungkusan dalam plastic, proses

tersebut di lakukan dalam satu ruangan namun dalam meja yang berbeda

dengan arah memanjang.

Ikan yang telah di bungkus di masukan dalan wadah untuk di masukan

kedalam ruang pembekuan secara individual.

Ikan yang telah beku tersebut di lakukan penimbangan dan di pak dalam

ruangan penimbangan yang menjadi satu dengan ruang penggepakan

primer dan di masukan kedalam ruang penyimpanan beku sampai

menunggu produk tersebut akan di ekspor.

Ruang pengepakan produk yang akan di ekspor yang ruangannya

berdekatan dengan coutainer.

17

2. PT Lousiana Far East

Perusahaan tersebut melakukan proses pengolahan value added dengan

bahan baku ikan maupun udang adapun alur proses adalah sebagai berikut:

Bahan baku Ikan masuk kedalam ruang penerimaan.

Ikan dilakukan pencucian, pensortasi atau di pisahkan sesuai dengan

tingkatan mutunya.

Pencucian, kulit di hilangkan, pencucian, di lakukan pengecekan dan di

blok dilakukan dalam ruangan yang sama hanya di pisahkan meja.

Dilakukan pembekuan dan disimpan dalam ruang penyimpanan beku.

Bahan baku siap untuk proses value added. Adapun proses selanjutnya

tergantung jenis olahannya dengan ruangan yang berbeda antara lain

breaded calamarie finger, breaded shrimp finger, breaded calamarie ball,

Breaded shrimp ball, Breaded fish ball dan crispy ball.

3. PT Mega Marine Pride

Perusahaan tersebut melakukan proses pengolahan value added dengan

bahan baku crab adapun alur proses adalah sebagai berikut:

Bahan baku crab beku, disortasi, dibersihkan pemotongan, dibersihkan,

pembersihan kulit, pengecekan terakhir, pencampuran dan penimbangan

di lakukan dalam satu ruang hanya dibedakan masing-masing meja proses

tidak terjadinya kontaminasi silang.

Daging crab tersebut dilakukan proses lanjutan antara lain frozen low cost

crab cake dan frozen crab with sundried tomato,masing-masing proses di

lakukan sesuai dengan alur proses.

Produk di simpan beku, pengepakan dalam inner carton dimasukan dalam

master carton, pengepakan dan pelabelan.

4. UPI Pemindangan Tulungagung

Pada pengolahan pindang di desa Mergayu Kecamatan Bandung

Kabupaten Tulung Agung, para pengolah pindang di desa tersebut proses

pengolahan pindang air garam adapun proses pengolahannya adalah sebagai

berikut:

18

Bahan baku yang di gunakan pada saat identifikasi mengunakan ikan

sarden dalam kondisi masih segar dimana ikan masih ada yang dalam

kondisi beku tanpa mengunakan wadah, ikan langsung di lantai yang kotor

dan tertumpuk dalam

Ikan di lakukan pencucian langsung di susun dalam keranjang bamboo

yang ada di lantai tanpa alas, dimana masing masing keranjang terdiri dari

2 ekor

Keranjang yang telah berisi ikan langsung di lakukan pengepakan yaitu di

susun 2 pada masing-masing lapisan terdapat 6 keranjang lebar ,

kemudian di lakukan pengikatan sebanyak 8 kerajang panjang

Penyiapkan air perebusan yang sudah mengandung garam dalam bak

perebusan, tunggu sampai mendidih, ukuran bak dengan lebar 80 cm,

panjang 175 cm dan tinggi 30 cm yang terbuat dari seng Perebusan

dengan mengunakan kayu bakar,

ikan yang sudah tersusun di masukan kedalam air garam yang sudah

mendidih dan di beri pemberat agar ikan terendam seluruhnya, lama

perebuusan kurang lebih selama 20 menit atau sampai ikan di anggap

masak dengan terjadinya perubahan warna pada permukaan ikan.

Ikan di angkat dan di letakan di lantai yang kotor tersebut agar air rebusan

tiris tidak ada saluran pembuangan air di mana air tergenang yang

berdekatan dengan produk.

Tempat penyimpanan keranjang, tempat kayu bakar dan garam menjadi

satu ruangan yang terbuka kemungkinan binatang pengerat dapat mudah

masuk

Hasil survey adalah sebagai berikut :

Setelah di lakukan identifikasi dan verifikasi ke unit pengolah ikan (UPI)

maka untuk UPI modern ini sudah menerapkan sanitasi dan hygiene secara

baik dan benar dengan menerapkan konsep HACCP dengan baik, karena

merupakan salah satu sarat apabila perusahaan tersebut akan melakukan

ekspor.

19

Pada UPI sekala UMKM ini masih perlu pembenahan yang cukup serius

mengingat masih jauh dari memadai tidak ada ruangan yang terpisah

anatar ruang pemasakan penyimpanan dan pengepakan serta ruang bahan

bakar.

Sanitasi dan hygiene masih sangat jauh dan cenderung kotor tidak layak

unuk suatu unit pengolah ikan, dimana produknya akan di konsumsi

manusia.

4.1.2. Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Banten, pada tanggal 25-28 Juli 2012 oleh M. Aditia Candra Dewa, ST nomor tugas TU.420/BB.IV.2359/VII /2012

1. UPI Fega Marine Cultura

Survey dilakukan ke Perusahaan pengolahan ikan di kota Tangerang

dengan Unit pengolahan ikan yang sudah terstandarisasi internasional yaitu

Cook & Thurber USA, dan BRC Eropa dan standarisasi Nasional dengan SKP

no.175/36/SKP/BK/VI/2011 serta HACCP no.361.a/SM/HACCP/PS/6/11.

Terimakasih kepada Bp. Syafril Bustaman, Kepala Pabrik dan Produksi PT

Fega Marikultura. Perusahaan ini mengolah fillet kakap putih, proses yang

dilakukan adalah :

Pekerja masuk dengan aturan persiapan yang berstandar. Setelah berganti

pakaian, mengenakan sepatu kerja, kemudian masuk ke ruang sanitasi untuk

mencuci kaki, mencuci tangan dan desinfektan serta mengeakan sarung

tangan karet.

Proses ikan, dimulai dari persiapan, yaitu, pencairan(thawing) untuk produk

raw yang masih beku, dilanjutkan dengan gutting, scaling, dan pencucian

yang dilakukan di ruang terpisah

Proses fillet dilakukan pada 2 lajur, dilanjutkan dengan trimming, produk fillet

kakap tidak dikupas kulitnya.

Setelah trimming, dilanjjutkan dnegan deboning, kemudian dicuci lagi dan

penimbangan untuk sortasi berdasarkan beratnya.

Pembekuan dilakukan sesuai dengan batch sortasi , fillet yang mempunyai

ukuran berat satuan seragam, dibekukan bersamaan dalam satu batch

20

menggunakan Individual Quick Freezing, setelah dibekukan cepat, kemudian

di glazing

Proses selanjutnya adalah pengemasan menggunakan kantong satuan, yang

kemudian disatukan dalam kardus dengan berat kemasan karton 10kg

Disimpan beku di ruang cold storage untuk kemudian didistriusikan

Penyebaran produknya adalah untuk pasar Eropa, amerika dan Horeca lokal.

Dilengkapi dengan fasilitras treatment air bersih dan fasilitas treatment air

limbah.

2. Pemindangan Rizky Cisadane Bp. AA.Rifai

Di perusahaan pengolah pindang milik Poklah Rizki Cisadane (A.A Rifai)

di kota Tangerang. Yang pada tahun 2011 memenangkan UPI Pemindangan

paling bersih di provinsi Banten, mempunyai kapasitas produksi 800 kg - 1 ton

per hari. Terimakasih kepada Bp. Agus dan Bp. Sulardi , Penyuluh perikanan

(PPTK) Kota. Tangerang yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini.

Hasil survey adalah sebagai berikut :

UPI PT Fega marikultura, sudah baik sebagai contoh UPI Fillet ikan

segar dan ikan beku. UPI pemindangan Rizki Cisadane (A.A Rifai) sudah

cukup bersih untuk dijadikan contoh pemindangan

4.1.3 Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Jawa Barat, pada

tanggal 1-3 Oktober2012 oleh M. Aditia Candra Dewa, ST nomor

tugas TU TU.420 / BB.IV.2972 / IX/2012

Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan

samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km.

Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang

sangat besar. Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai

yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan

air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga

21

listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air

tawar.

Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat, terletak di kaki

gunung Gede dan gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m diatas

permukaan laut.Batas wilayah Kabupaten Sukabumi 40 % berbatasan dengan

lautan. Panjang Pantai 117 Km, Produksi ikan di perairan laut Kabupaten

Sukabumi, Jawa Barat mencapai 6.035 ton.

Survey dilakukan ke Perusahaan Pengolahan Ikan Di Kabupaten Sukabumi.

Bersama dengan petugas dari dinas Perikanan dan kelautan kab Sukabumi, Ibu

Rikha Tababaka, petugas melakukan survey UPI ke CV Rizky Bersama Jaya.

Terimakasih atas ijin survey kepada Bapak Yudhi, pimpinan VC Rizky Bersama

Sejahtera.

Gambar 2. Tata letak proses UPI CV Risky Bersama Sejahtera

Alur dasar proses pengolahan Fish Jelly produk pada workshop:

1. Raw material/ bahan baku.

2. Pelumatan daging ikan

3. Pembuatan adonan

4. Pencetakan

5. Pemasakan, rebus , kukus dan goreng

6. Pendinginan dengan kipas

7. Pembekuan dengan freezeer standing

8. Pengepakan

22

9. Pengepakan sekunder/ karton

10. Pembekuan freezer

11. Distribusi

Hasil survey adalah sebagai berikut :

UPI CV Risky Bersama Sejahtera, sudah cukup baik sebagai contoh UPI pengolah

Fish Jelly Produk, dengan alur sederhana dapat diterapkan di UPI di masyarakat.

Sudah di standarisasi oleh KKP dengan diterbitkannya SKP dan mendapat sertifikasi

Halal dari MUI Jawa Barat.

4.1.4 Identifikasi desain layout unit pengolahan ikan di Jawa Tengah,

pada tanggal 9-11 Oktober 2012 oleh Junaedi Abdillah, ST.nomor

tugas TU 420/BB.IV/2966/X/2012 tanggal 09 Oktober 2012.

Jawa Tengah adalah sebuah provinsiIndonesia yang terletak di bagian

tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di

sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah

selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas

wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa

Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan

perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.

Pembangunan kelautan dan perikanan di Jawa Tengah merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari pencapaian visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah. Usaha kelautan dan perikanan harus dapat menjadi sumber pendapatan,

sumber penghidupan dan sumber kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan.

Pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Jawa Tengah pada tahun

2010 telah menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Berdasarkan atas data

statistik menunjukkan bahwa total volume produksi kelautan dan perikanan pada

tahun 2010 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 9,03% per tahun, dari

358.311,90 ton pada tahun 2009 meningkat menjadi 390.658,25 ton pada tahun

2010.

Pada tahun 2011 dan 2012, Dinlutan Provinsi Jawa Tengah dalam upaya

akselerasi program prioritas pencapaian sasaran produksi akan memfokuskan

pada upaya pengembangan kawasan minapolitan, pengembangan pakan murah,

23

peningkatan konsumsi makan ikan. Selain itu pemberian dukungan terhadap

pengembangan produk benih melalui pengembangan broodstock center,

pemberdayaan usaha perikanan tangkap skala kecil, dukungan pengelolaan dan

pemasaran melalui pengembangan klaster pengolahan dan sentra

pemasaran, pengembangan sistem kerja dan pengelolaan, serta pengembangan

sarana prasarana 9 Pelabuhan Perikanan Pantai.

Berdasarkan hasil identifikasi dan verifikasi dapat dilaporkan sebagai berikut :

1. PT Indomina Cipta Agung

PT Indomina Cipta Agung Terletak di Kawasan Industri Wijaya Kusuma

Kec. Tugu Kota Semarang, Memproduksi aneka olahan fish jelly product seperti

Bakso Ikan, Tempura, Naget dan Sisik Ikan, Kaki Naga, dll. Gedung pabrik

relatif baru dan dengan lahan yang kurang lebih 2 hektar dan baru

dipergunakan setengahnya untuk pembangunan gedung sehingga cukup luas

dan baik. Untuk desain dan lay outnya sudah baik dan dilengkapi dengan

peralatan produksi yang canggih dan modern sehingga dalam satu hari bisa

memproduksi kurang lebih 20 Ton produk olahan.

Secara keseluruhan gedung sangat bersih dengan ruang produksi

menggunakan lantai granit/marmer sehingga sangat kuat dalam menopang

beban berat semisal mesin produksi dan alat angkut forklift. Dengan sistem

produksi yang modern sehingga sangat efisien dan maksimal dalam produksi,

dinding dalam pabrik yang menggunakan panel sehingga mudah bongkar

pasang jika terjadi perubahan lokasi.

Pabrik ini sudah dilengkapi lorong pengunjung yang dindingnya dipasang

kaca sehingga jika ada kunjungan tamu baik dari perwakilan customer, supplier

maupun dari pihak pemerintah dalam hal ini Dinas kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Tengah. Pengunjung dengan bebas dapat melihat proses

produksi dari vahan baku sampai barang jadi semua terlihat transparan tanpa

harus memakai peralatan masker dan lain-lain karena tidak ada kontaminasi

dari luar sebab ada sekat antara ruang produksi dan lorong pengunjung.

Instalasi pengolahan limbah dikelola oleh Kawasan Wijayakusuma sehingga

aman dan bersih dan tidak mengganggu/mencemari lingkungan.

24

Dari segi kemasan produk sudah sangat baik dan modern serta daerah

pemarasan di Jawa Tengah di Pasar Tradisional serta Pasar Retail Modern.

Pabrik kedua indomina yang berada di Kabupaten Rembang sedang dalam

proses pembangunan yang rencanannya dibuat untuk UPI Surimi dan UPI Fillet

Ikan. Sebagai pelengkap data Layout PT Indomina Cipta Agung juga

dilampirkan sebagai data pendukung.

2. UD Zaki Putra Sejahtera

UD Zaki Putra Sejahtera merupakan usaha kelompok yang berlokasi di

Pelabuhan Ikan Juwana Pati.Usaha yang dilakukan adalah usaha pengolahan

Pindang Ikan. Dengan bahan baku rata-rata 2-3 Ton /hari ikan pindang.

Peralatan yang digunakan berupa wajan besar dan masih menggunakan kayu

bakar dimana pengolahannya masih sangat sederhana. Pindang ikan

dipasarkan ke sekitar kabupaten Banjarnegara, Purwokerto, Cilacap dan sekitar

Pati.

Produk belum ada kemasan yang baik dan masih menggunakan

keranjang ruangan relatif luas dan atap tinggi sehingga tidak terlalu panas,

namun masih menyatu antara pintu masuk bahan baku dan pintu keluar barang

jadi. Secara keseluruhan ruangan sudah baik, namun masih berdinding kayu

sehingga memang sangat tradisional.Ruangan dengan luas 20x16x4 Meter

belum dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah.Limbah dibuang

langsung ke sungai.

3. Pengembangan Sentra Pengolahan Pindang

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini diwakili oleh Dinas

Kelautan Perikanan Provinsi Jawa Tengah melakukan pembangunan

Pengembangan sentra pengolahan pindang yang terletak di Kabupaten Pati.

Pembangunan sudah mencapai 80% dan secara desain dan layout sudah baik

dan memenuhi standar yang ada sehingga diharapkan bisa dijadikan

percontohan sentra pengolahan pindang yang modern dan baik.

25

Hasil survey adalah sebagai berikut :

UPI Fishjelly dalam hal ini PT Indomina sudah baik dan dapat dijadikan

referensi untuk kegiatan desain layout UPI.

UPI Pemindangan masih jauh dari yang diharapkan, karena masih

menggunakan proses dan tempat yang tradisional.

Untuk pemindangan Pemprov Provinsi Jawa Tengah sedang membangun

sentra pengolahan pindang yang diharapkan bisa dijadikan percontohan bagi

pemindang tradisional.

4.2 Pembahasan

4.2.1 UPI Fillet Ikan Patin

Gambar 3. Lay Out UPI Filet Ikan Patin

Fillet Ikan Patin :

Fillet ikan adalah daging ikan tanpa sisik dan tulang (kadang-kadang juga

tanpa kulit) diambil dari kedua sisi badan ikan, kadang-kadang kedua potongan

saling bergandengan yang dikenal dengan nama butterfly fillet (Moeljanto, 1992).

Menurut Suparno (1993b), fillet ikan adalah bagian daging ikan yang diperoleh

dengan penyayatan ikan utuh sepanjang tulang belakang dimulai dari kepala

26

hingga mendekati ekor. Tulang belakang dari tulang rusuk yang membatasi

badan dengan rongga perut tidak terpotong pada waktu penyayatan. Belum ada

SNI fillet patin, namun dapat mengadopsi pada SNI 6161.1-2011 Fillet ikan ekor

kuning beku dan SNI 01-4103.1-2006 fillet nila (tilapia sp) beku. Setelah

melakukan identifikasi pada beberapa UPI fillet, maka didapatkan gambaran

untuk pembuatan Desainlayout UPI Fillet patin.

UPI Fillet Patin mempunyai spesifikasi khusus yang harus diperhatikan

yakni spesifikasi ikan patin sendiri yang mempunyai kulit tipis dan licin berlendir,

morfologi ikan patin berupa tube dengan susunan tulang nya, jenis- jenis patin,

yang mempunyai spesifikasi daging berbeda, begitu pula dengan perlakuan patin

sebelum di fillet, yaitu, melakukan pemberokan untuk mengurangi bau tanah

kolam, mengurangi lendir kulit, dan mempertahankan patin tetap hidup supaya

bisa dilakukan proses bleeding untuk mengeluarkan darah dari dagingnya.

Kapasitas UPI fillet patin dipengaruhi oleh :

1. Luasan Lahan Yang Tersedia,

2. Jenis Dan Ukuran Peralatan Yang Dipakai

3. Jumlah Tenaga Kerja

4. Modal Kerja,

5. Sistem Produksi

Untuk mempermudah proses pembuatan desain, ditentukan kapasitas UPI

yang dipakai adalah kapasitas produksi 1-3 ton/hari, dengan asumsi bahwa,

kapasitas ini adalah kapasitas pada UMKM.

27

Diagram Alir Proses Fillet Patin

Penerimaan bahan baku

Penimbangan I

Sortasi I

Bleeding/pengeluaran darah

Pencucian I

Fillet

Skinning / pengupas kulit

Trimming / perapihan+pembersihan

Leaching/ pencucian II

Weighing /Penimbangan

Sortasi II

Pembekuan cepat

Pengemasan

Pendeteksi logam

Penyimpanan beku

Distribusi

Penerimaan

kemasan

dan label

Gambar 4. Alur Proses Fillet Patin

28

Gambar 5. Denah lay out unit pengolah ikan (Fillet Ikan Patin)

Dari diagram alir diatas, dapat disederhanakan menjadi beberapa jenis

kegiatan dasar :

1) Persiapan

Dimulai dari penerimaan bahan baku, dimana ikan patin dalam kondisi hidup

yang dipanen dari kolam dimasukkan pada bak pemberokan, yaitu bak dengan

air yang mengalir, yang bertujuan untuk mempertahankasn ikan tetap hidup,

membersihkan lendir dan kotoran yang masih menempel pada ikan sehingga

tidak terjadi daging ikan yang bau tanah/lumpur, memuasakan ikan sementara.

2) Proses Kotor

Pada proses awal ini, ikan patin yang masih hidup, dilakukan proses

pengeluaran darah (bleeding) yang dilakukan dengan memutus saluran darah di

bagian bawah antara perut dan kepala, yang merupakan saluran darah dari

jantung ikan patin. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan darah

dari daging ikan patin yang akan di fillet. Pada proses bleeding, dilakukan pada

29

alat berupa meja yang di desain khusus untuk menampung ikan yang masih

hidup, dan dilakukan proses bleeding.

Gambar 6. Meja untuk proses bleeding

Setelah bleeding, dilakukan pencucian pada bak pencucian, yang kemudian ikan

patin yang sudah siap di fillet, di masukkan ke dalam keranjang untuk dikirimkan

dengan meja transportasi berupa roller track menuju proses selanjutnya.

3) Proses Bersih

Dimulai dari poses fillet, yaitu pengambilan daging ikan patin mulai dari

punggung, dari belakang kelapa sampai ekordengan pisau fillet dengan tidak

memotong isi perut dengan tujuan memisahkan tulang ikan dari dagingnya.

Sisa ikan berupa kepala, tulang, dan ekor, dimasukkan pada keranjang offal

untuk diproses lagi terpisah. proses fillet ini dilakukan pada meja yang di desain

khusus untuk mempermudah pekerjaan fillet, yaitu berupa meja dengan bidang

yang cukup lebar, yang mempunyai saluran air untuk menyemprot daging dan

peralatan fillet dibuat berpasangan kiri dan kanan dengan roller track

diantaranya, untuk efisiensi ruang, dimana transportasi horizontal ikan

meminimalisir lalu lalang pekerja.

ikan hidup

jet spray ; membersihkan

darah ikan

saluran untuk pembuangan air semprotan pembersihan darah

conveyor belt, untuk bleeding ikan

30

Gambar 7. Meja untuk proses pemfilletan

Meja ini adalah meja yang modular, sehingga bisa disusun sesuai dengan jumlah

pekerja untuk proses fillet. Setelah proses fillet, dilakukan proses skinning atau

proses mengupas kulit ikan patin dengan alat pengupas kulit. Lalu dilanjutkan

dengan proses trimming yaitu perapihan daging ikan, dengan memotong bagian

fillet yang tidak rapi di pinggir-pinggir serta sekaligus menghilangkan lemak-

lemak yang menempel. Dengan menggunakan meja yang didesain khusus,

dengan mempertimbangkan by product, hasil perapihan masih bisa ditampung

dan dikumpulkan dengan grade yang sama.

Gambar 8. Ikan hasil proses trimming

roller track

meja fillet

jet spray

saluran air

31

Gambar 9. Meja untuk proses trimming

Setelah proses trimming, dilakukan pencucian dengan larutan STPP, untuk

menghasilkan fillet yang putih dan mempunyai tekstur yang lebih padat.

dilakukan dengan alat leaching. Setelah di leaching, fillet tersebut ditimbang

kembali untuk di kelompokkan sesuai dengan grade ukuran berat masing

masing.

4) Proses Beku

Sortasi yang dilakukan dengan penimbangan, menjadi pengelompokan batch

proses pembekuan, yang dilakukan dengan menggunakan IQF (Individual Quick

Freezing) equipment, yang membekukan daging pada cold contact plate, yang

membekukan daging secara cepat, sehingga menghasilkan lempengan fillet.

Untuk menjaga daging ini supaya tidak terjadi dehidrasi terus menerus, dilakukan

proses glazing, dengan mencelupkan lempengan fillet beku ke dalam bak air

dingin untuk melapisi lempengan daging ini.

5) Proses Pengepakan/Pengemasan

Lempengan beku fillet Ikan kemudian di kemas individual dan di seal untuk

kemudian di kemas menggunakan karton. Sebelum di masukkan ruang dingin

acrylic papan perapihan fillet

kolektor by product

keranjang fillet

32

cold storage, karton produk dilewatkan metal detector,untuk mengecek akhir

apakah ada logam yang tertinggal pada fillet dan kemasannya.

6) Penyimpanan dan Distribusi

Penyimpanan dilakukan pada cold strorage dengan suhu beku mencapai (minus)

- 28°C sampai (minus)- 40°C. tergantung spesifikasi produk yang ditetapkan.

Untuk proses penyimpanan, manggunakan pronsip FIFO yaitu first in first out,

yaitu barang yang disimpan lebih awal, secara sistematik akan dikeluarkan

terlebih dahulu sebelum produk lain yang masuk lebih belakangan., sehingga

tidak ada produk yang terlalu lama tersimpan.

Suatu Unit pengolahan ikan, harus memperhitungkan dilengkapi dengan Sistem

pendukung yang tidak dapat dilepaskan dari integrasi system pengolahan, yaitu :

sistem penanganan limbah, baik cair dan padatan, sistem penanganan air bersih,

sistem jalur transportasi, baik di lahan sendiri maupun di kawasan.

Pada kegiatan Desain layout UPI fillet Ikan Patin ini dilakukan dalam beberapa

tahap pembahasan, sehingga menghasilkan kosep desain layout yang

keemudian dibahas melalui fullboard meeting di bulan desember.

Selain gambar, kegiatan ini juga menghasilkan maket, yang digunakan untuk

sarana menjelasakan dan menyebarluaskan informasi mengenai Desain layout

unit pengolahan ikan fillet patin.

Gambar 10. Foto Maket Unit Pengolahan Ikan Fillet Patin

33

4.2.2 UPI Pemindangan

Gambar 11. UPI Pindang Ikan

Pindang merupakan ikan yang digarami dan dibumbui kemudian diasapi atau

direbus sampai kering agar dapat tahan lama. Pemindangan sudah lama menjadi

jenis olahan yang berkembang di jawa, namun kini olahan ini mulai berkembang

diseluruh Indonesia.

Pengolahan pindang yang konvensional, seringkali tidak dapat menjamin

kualitas ikan pindang yang dihasilkan. Dengan inovasi UPI, diharapkan akan ada

suatu standarisasi untuk pemngolahan ikan pindang, baik dari kualitas hasil,

maupun standar higienis yang harus diterapkan dalam setiap pengolahan hasil

perikanan dan kelautan.

SNI 2717.1:2009 Ikan pindang : spesifikasi

SNI 2717.2:2009 Ikan Pindang : persyaratan bahan baku

SNI 2717.3:2009 Ikan pindang :Penanganan dan pengolahan

34

Diagram Alir Proses Ikan Pindang

Pindang Air Garam

Penerimaan

Penyiangan

Pencucian

Perendaman dalam larutan

garam

Penyusunan

Perebusan

penyiraman

Pindang Garam

Penerimaan

Penyiangan

Pencucian

Penyusunan dan

penggaraman

Perebusan I

Perebusan II

pendinginan

Gambar 12. Diagram alur proses ikan pindang

Alur proses pada UPI Pemindangan

Pada pengolahan ikan pindang secara umum :

1. Penerimaan Bahan Baku

2. Penimbangan

3. Pencucian Dan Penyiangan

4. Penataan Ikan Pada Naya / Badeng

5. Penggaraman

6. Perebusan / Pemasakan

7. Penirisan Dan Pendinginan

8. Pengepakan

9. Check akhir

10. Distribusi

Pengolahan ikan pindang, muncul untuk mempertahankan umur simpan ikan,

sehingga nilai ekonomisnya tetap bertahan. Proses utamanya adalah kombinasi

perebusan dan pengaraman yang mematikan mikroba yang ada di dalam tubuh ikan.

35

Inovasi Unit Pengolahan Ikan Pindang, dimulai dari penerimaan bahan baku, bahan

baku yang datang, akan ditimbang dan dibersihkan dengan air, yang dilakukan

dengan ruang penerimaan bahan baku, untuk melokalisir areal kotor yang dapat

mengkontaminasi ruang proses bersih. Ruang ini adalah, ruang tertutup yang

dilengkapi dengan air mengalir untuk pemberihan awal dan dalam ruangannya juga

dilengkapi dengan pembasmi serangga.

Didalam ruang penerimaan bahan baku, dilakukan juga proses

penimbangan, ssehingga akan tercatat berat awal bahan baku. Pada kondisi stok

tertentu, ikan tidak semuanya diolah, oleh karenanya di ruang penerimaan bahan

baku, dilakukan penyortiran dan penyimpanan kembali ikan ke dalam cold storage,

untuk diolah pada batch selanjutnya.

Kemudian, ikan akan dibawa ke meja penyiangan dan pencucian, dimana di

meja ini, ikan yang akan diolah, dibersihkan dari kottoran yang menempel, serta

dilakukan penyiangan. Untuk bahan baku yang berupa block ikan, dicairkan dengan

disiran air mengalir di meja ini.

Setelah ikan bersih, ikan akan disusun kedalam wadah berupa naya, atau

basket, yangd digunakan untuk wadah saat ikan direbus. Penyusunan ikan pada

naya, (pada proses pindang garam) setiap lapisan ikan, selalu ditaburkan garam.

Penyusunan ikan ini dimaksudkan untuk menjaga agar ikan tidak tertekan oleh berat

ikan yang lain saat dilakukan proses pemindangan, sehingga ikan akan tetap utuh

sampai pengolahan selesai. Langkah selanjutnya adalah perebusan/pemasakan

pada alat pemindangan. Tungku pada Unit pengolahan ikan pindang yang dibuat,

mempunyai sisi control di luar ruang pengolahan, di dalam ruang pengolahan hanya

terdapat lubang api saja, serta diatas panci pemindangan dibuat hood / corong asap,

untuk menangkap asap yang mungkin keluar dari tungku dan disalurkan langsung

keluar.

36

Gambar 13. Lay Out Unit Pengolahan Ikan Pindang

Sistem tungku ini, didesain untuk meningkatkan higienitas ruang pengolahan

yang diharapkan meningkat pula produk olahannya. Ruang pengolahan hanya

digunakan untuk menngolah ikan dan bahan bahan penunjangnya, sehingga akan

tetap bersih. Kontrol tungku yang diletakkan di luar ruangan, dekat dengan area

penyimpanan bahan baku, dimaksudkan untuk memisahkan antara kegiatan yang

bersentuhan langsung dengan makanan/olahan dan jenis kegiatan yang menunjang,

dan tidak langsung bersentuhan dengan bahan makanan. Setelah direbus, ikan

ditiriskan dan didinginkan. yang dilakukan di rak. setelah dingin, makan ikan pindang

siap untuk dikemas, dan didistribusikan.

Pengemasan dilakukan dengan mesin vaccum, sehingga ikan pindang yang

dihasilkan, akan lebih tahan lama. Pada area penyimpanan sementara, bisa

disiapkan freezer untuk menyimpan ikan yang telah dikemas dalam plastic vaccum

dalam kondisi dingin. Dalam ruang pengolahan, sangat penting diperhatikan

mengenai kemiringan lantai, yang harus diatur untuk memudahkan dalam

pembersihan. Untuk pembersihannya, disarankan dilengkapi dengan mesin pompa

air berkompresi, sehingga, sisa sisa daging ikan maupun bahan yang menetes di

lantai akan terangkat.

37

Gambar 14. Desain tungku untuk proses pemindangan

4.2.3 UPI Fish Jelly Product

Gambar 15. Desain UPI Fish Jelly Produk

38

Fish Jelly Product

merupakan olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan utuh atau lumatan

daging ikan, yang mempunya bentuk dasar jel yang dicetak dalam berbagai

bentuk.

SNI 01-7266.3-2006

Bakso merupakan produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan

utuh atau lumatan daging ikan yangmengalami perlakuan sebagai berikut:

penerimaan, penyiangan, pencucian, pengambilandaging, penghancuran

daging, pencampuran, pembentukan, perebusan, pendinginan,sortasi,

penimbangan dan pengemasan, pembekuan dengan atau tanpa

penggelasan,pengepakan, pengemasan, syarat penandaan dan

penyimpanan.

Alur proses pada UPI Fish Jelly Product

Pada pengolahan fishjelly product (bakso, nugget, sosis, dll) secara umum

dibagi :

1. ruang bahan baku

2. ruang persiapan (preparation),

3. ruang proses dingin,

4. ruang proses panas / pemasakan

5. ruang penyiapan pengemasan

6. ruang penyimpanan

4.3 Detail umum

Detail umum yang diterapkan sebagai standar pada unit pengolahan ikan.

1. Dinding Ruang Proses

Dinding pada ruang proses, merupakan dinding dengan spesifikasi :

Mempunyai permukaan yang licin, tidak berporous, tidak banyak

lipatan yang menyimpan kotoran, mudah dibersihkan, tidak

menyimpan air.

39

Alternatif yang bisa digunakan : insulated wall panel, homogenous

tiles, vinyl.

2. Lantai Ruang Proses

Mempunyai permukaan licin, tidak bergelombang, tidak berporous,

mudah dibersihkan, tidak menyimpan air.

Alternatif material yang bisa digunakan ; floor hardener dengan

epoxy paint, homogenous tile.

3. Langit langit ruang proses

Tidak menyimpan debu, mudah dibersihkan

4. Saluran air

Mempunyai kemiringan minimal 2%, mempunyai bottom yang mudah

dibersihkan, terbuka dengan grill atas untuk memudahkan

pembersihan

Alternatif; u shape gutter

5. Kemiringan lantai

Kemiringan lantai minimal 2% atau cukup untuk mengalirkan genangan

air secara alami.

6. Ruang Sanitasi

Terdiri dari : foot bath, hand wash, dispenser sanitasi dan sarung

tangan.

menggunakan alat sanitasi, alat untuk membersihkan kaki dengan

kolam chlorin, hand wash berupa hand basin dengan kran air sensor

otomatis atau menggunakan kaki untuk operasional, dispenser

sanitasi diletakkan tidak jauh dari area hand wash, sebelum

mengenakan gloves/ sarung tangan karet untuk bekerja.

7. Ruang Ganti

ruang ganti pria dan wanita yang dilengkapi loker untuk menyimpan

barang barang pribadi pekerja

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Didapatkan 3 ragam desain layout Unit Pengolahan Ikan untuk

pengolahan fillet ikan, pemindangan dan fish jelly product ikan dengan

kapasitas kapasitas 1-3 ton/hari yang Ideal dan standard sehingga dapat

diterapkan pada UPI skala UMKM di seluruh Indonesia.

2. Diharapkan dengan inovasi desain layout UPI yang matang yang sesuai

kapasitas dan jenis olahannya, serta modernisasi sistem produksi dan

bahan baku, diharapkan misi KKP untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat perikanan dan kelautan dapat tercapai.

5.2 Saran

Perlunya penyebaran inovasi desain layout Unit Pengolahan ikan kepada

masyarakat pelaku usaha/UMKM dan diterapkan pada UPI di seluruh

Indonesia. Perlu masukan yang konstruktif dari berbagai stakeholder, untuk

penyempurnaan desain layout yang berkelanjutan.

41

VI. DAFTAR PUSTAKA

Buffa, Elwood S, 1996, Binarupa Aksara Manajemen operasi/produksi

modern / Elwood S. Buffa; alih bahasa Agus Maulana

Haming, Murdifin, S.E.,M.Si dan Nurnajamuddin,S.E.,M.M.,Manajemen

Produksi Modern (Operasi Manufaktur dan Jasa), Bumi Aksara

http://www.fao.org/DOCREP/003/P3407E/P3407E00.HTM

Wignjosoebroto, Sritomo, 2009, TataLetak Pabrik Dan Pemindahan Bahan

42

VII. LAMPIRAN

1. Survey UPI Pemindangan di Jawa Timur

Bahan baku masih dalam keadaan beku

Proses Proses penyusunan dalam naya, masih diletakkan di lantai

Tempat penyimpanan garam menjadi satu dengan peralatan

Tungku pemasakan dengan mengunakan kayu

bakar

untuk wadah di tempatkan dalam ruang yang terbuka

Petugas BBP2HP dengan

Dinas Kab Tulung Agung

ke tempat lokasi

pemindangan

2. Survey di PT Lousiana Far East, Jawa Timur

43

Tempat penerimaan bahan baku

Sortir bahan baku ikan

Proses penimbangan

Proses pencucian ikan

Proses pembekuan Pengepakan sebelum di

deteksi logam dan didistribusikan

3. Survey UPI di PT Indomina Provinsi Jawa Tengah

Petugas Dari BBP2HP didepan Kantor Dinas KP

Provinsi Semarang

Petugas Dari BBP2HP dikantor Dinas KP Provinsi

Semarang

Ruangan Penampungan produk PT Indomina

Jendela kaca untuk melihat ruang produksi

Dinding sekat dalam pabrik yang berupa panel

sehingga mudah bongkar pasang

Petugas PT Indomina dan DKP Prov Jateng

44

Area Loading / unloading

Tampak Samping Pabrik

Petugas PT Indomina, DKP Prov Jateng dan BBP2HP

Layout PT Indomina

Masterplant PT Indomina di Rembang

4. Survey Pemindangan di Jawa Tengah

Ruangan perebusan pindang

Ruangan proses pemindangan

Tempat air

Lantai pengolahan pindang

Tempat untuk menata ikan

Tempat penampungan pindang, dan keluar masuk

bahan baku/barang jadi

45

5. Survey UPI Fillet Ikan Patin di PT Fega Banten

Persiapan Sebelum Processing

Proses Scaling Proses Pemfilletan

Proses Trimming Proses Deboning Proses Washing

Proses Grading Proses Packaging Penyimpanan di Cold Storage

Instalasi treatment air bersih

Instalasi treatment air bersih

46

6. Survey UPI Pemindangan di Kota Tangerang, Banten

Poklah Rizki Cisadane Bahan baku pindang Proses Pencairan (thawing)

Pemisahan/grading Penyusunan dinaya Penggaraman

Proses pemindangan Tungku pemindangan Gudang bahan baku

Gudang Garam Gudang Besek Gudang Kayu Bakar