desain & layout · 2020. 7. 15. · desain & layout majalah oif umsu redaksi : jl. denai,...

28

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium
Page 2: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : [email protected]

Fb : Observatorium Ilmu Falak UMSU Website : www.oif.umsu.ac.id

Penasehat Ahli : Agussani (Rektor UMSU)

Badan Pembina : Nawir Yuslem

Gunawan

Sulidar

Muhammad Qorib

Pimpinan Umum : Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar

Dewan Redaksi : Marataon Ritonga

Hariyadi Putraga

Abu Yazid Raisal

Khairul Bariah Ritonga

Nova Anggraini

Riskiyan Hadi

Leo Hermawan

Dimas Praslisetyo

Editor : Nanda Dyani Amila

Desain & Layout : Muhammad Hidayat

Majalah OIF UMSU menerima kiriman tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan maksimal 5000

karakter dikirim via email disertai alamat lengkap, no. Telp/hp. Semua naskah masuk menjadi

milik Majalah OIF UMSU dan tidak dikembalikan.

Susunan Redaksi

Daftar Isi :

OIF UMSU Memotret Semesta Demi Iman

dan Peradaban

Hujan Meteor Quadrantid_1

Komet 289p/ Blanpain Akan Kunjungi Bumi Sepanjang Januari 2020_ 3

Bulan Sebagai Penunjuk Waktu Bagi Kehidupan Manusia _ 5

Rubu‟ Handmade : Cara Pembuatan Rubu‟ Al-Mujayyab Sederhana_ 7

Kisah Spiral Di Alam Semesta “Si Bima Sakti”_9

Perkembangan Mizwala Di Indonesia_ 11

Konsepsi Tata Surya Klasikantara Geosentris Dan Heliosentris_13

Wawancara Tokoh _ 15 Gerhana Bulan Penumbra_ 17

Study Banding Bareng Tim Planetarium Ke Jakarta Dan Bandung_ 19

OIF UMSU Adakan Pengamatan Gerhana Matahari Bersama Masyarakat_ 23

Page 3: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

JUMADIL AWAL

Jumadil Awal (Arab: Jumadā al-Awwal) adalah bulan ke-5 dalam Kalender Islam. Jumād dalam bahasa Arab berarti „beku‟, karena ketika itu keadaan begitu dingin

sehingga air sampai membeku.

Beberapa peristiwa penting di bulan Rabiul Awal: 1. Pada tanggal 8 Jumadil Awal Sayyidina Ali –karrama

Allāhu wajhah– dilahirkan. 2. Terjadinya perang Jamal.

Jumadil Akhir 1441 H Ijtima’ : Sabtu, 25 Januari 2020 Jam 04:42 WIB

Tinggi Hilal (di Medan) : +05°:15':42" 1 Jumadil Akhir : Ahad, 26 Januari 2020

Sumber: Al-Qazwainy, ‘Ajā’ib al-Makhlūqāt wa Gharā’ib al-Maujūdāt, Tahkik:

Muhammad bin Yusuf al-Qadhi (Cairo: Maktabah ats-Tsaqāfah ad-Dīniyyah, t.t.)

T A J U K

“ Semua hal astronomis baru pada Copernicus hakikatnya dapat ditemukan dalam aliran

Al-Thusi dan murid-muridnya di Observatorium Maragha”

( S.H.Nasr)

UMSU Unggul, Cerdas, Terpercaya

Page 4: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Gambar 1 : Tempat keterlihatan hujan Meteor Quadrantid

(Sumber: skyandtelescope.com)

M

S A J I A N UTAMA

Hujan Meteor Quadrantid

meteor ini dapat menghasilkan hingga 40 meteor/jam. Hujan meteor ini terlihat

datang dari rasi Bootes. Pada tanggal 4 Januari, rasi bintang Bootes akan terbit pukul

02.09 WIB.

Ini merupakan waktu yang tepat untuk menyaksikan hujan meteor tersebut. Ditambah lagi ulan pada saat itu berada pada fase kuartir pertama sudah terbenam

ketika tengah malam. Dengan begitu pengamatan hujan meteor akan lebih mudah

karena tidak terganggu dengan cahaya bulan. Namun, untuk memudahkan pengamatan lokasi harus jauh dari polusi cahaya yang diakibatkan oleh cahaya lampu kota. Tempat yang dapat dijadikan lokasi ideal adalah gunung atau pantai yang jauh dari perkotaan.

engawali tahun 2020, bumi akan disambut dengan fenomena astronomi yaitu hujan Meteor Quadrantid. Hujan meteor dapat diamati dari tanggal 12 Desember hingga tanggal 12 Januari. Puncak hujan meteor akan terjadi pada

tanggal 3 malam hingga tanggal 4 pagi. Ketika memasuki puncak, hujan

Oleh : Abu Yazid Raisal

Jan 2020 | 1

Page 5: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 2

S A J I A N UTAMA

Gambar 2 : Animasi hujan meteor (Sumber: nypost.com)

Hujan Meteor Quadrantid ditemukan pertama kali pada tahun 2003. Meskipun asal usulnya baru diketahui pada tahun 2003, hujan Meteor Quadrantid pertama

kali diamati pada tanggal 2 Januari 1825 oleh Antonio Brucalassi yang berasal dari

Italia. Selain Antonio, ada beberapa orang yang dilaporkan pernah melihat kehadiran hujan Meteor Quadrantid seperti Louis Francois Wartmann tanggal 2 Januari 1835 dan M. Reynier pada tanggal 2 Januari 1838. Kedua orang itu berasal

dari negara Swiss.

Hujan meteor lain dinamakan sesuai dengan tempat keterlihatannya seperti hujan Meteor Leonid yang terlihat muncul dari rasi bintang Leo atau hujan Meteor Geminid yang terlihat muncul dari rasi bintang Gemini, sementara hujan Meteor Quadrantid terlihat datang dari rasi Bootes. Nama Quadrantid diambil dari nama

rasi bintang yang sudah tidak digunakan lagi yaitu rasi bintang Quadran Muralis. Saat pertama kali diamati, hujan Meteor Quadrantid terlihat muncul dari rasi bintang kuno tersebut. Rasi bintang ini bisa ditemukan di peta bintang awal abad ke-19 di antara rasi Draco, Hercules dan Bootes. Saat ini rasi bintang Quadran

Muralis dianggap sebagai bagian dari rasi bintang Bootes.

Diyakini Quadrantid berasal dari debu yang ditinggalkan oleh asteroid yang disebut 2003 EH1. Hujan Meteor Quadrantid terjadi saat bumi melintasi puing-puing asteroid 2003 EH1 yang hancur 500 tahun lalu. Peter Jenniskens dari NASA adalah

orang yang pertama kali mengetahui asal usul hujar meteor tersebut. Ia

menemukan asal usul tersebut pada tahun 2003. Hasil penemuan itu memperlihatkan perpotongan orbit bumi yang tegak lurus dengan orbit 2003 EH 1.

Perpotongan orbit yang tegak lurus tersebut menyebabkan bumi bergerak cepat ketika melewati puing-puing asteroid 2003 EH1. Dampaknya, aktivitas maksimum

Quadrantid juga jadi sangat singkat, hanya beberapa jam. Selain asteroid 2003 EH1, diduga hujan Meteor Quadrantid juga memiliki keterkaitan dengan komet

96P/Machholtz. Meteor Quadrantid akan terlihat melesat pada langit dengan kecepatan 41 km/detik.

Sebelum melakukan pengamatan hujan Meteor Quadrantid, ada baiknya

untuk menyesuaikan mata terlebih dahulu. Caranya adalah dengan menatap langit selama 20 menit sebelum hujan meteor tiba. Hal ini dilakukan agar mata dapat

menyesuaikan dengan langit malam sehingga lebih mudah untuk melihat hujan Meteor Quadrantid.

Page 6: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 3

S A J I A N UTAMA

Komet 289P/ Blanpain Akan Kunjungi

Bumi Sepanjang Januari 2020

Gambar : Perkiraan Lintasan Komet 289P/Blanpain (Sumber : aerith.net)

Komet merupakan sebuah benda seperti es di dalam sistem tata surya. Saat melintasi

mendekati matahari, ia akan menghangat dan melepaskan gas dan debu. Pelepasan gas ini akan

memperlihatkan atmosfer atau coma, dan terkadang juga menghasilkan ekor. Fenomena ini

dikarenakan efek radiasi matahari dan angin matahari terhadap nucleus komet.

Banyak misteri yang mengelilingi komet ini, yang pernah menghilang saat penemuannya

pada November tahun 1819 oleh Jean Jaques Blanpain, saat ia mengamati komet yang tidak

memiliki ekor dan memiliki nucleus yang sangat kecil dan hilang dari pengamatan di Januari tahun

1820. Di kala itu diperkirakan magnitude absolutnya berada pada kisaran 8,5 mag. Saat komet ini

menghilang, diperkirakan komet tersebut akan kembali dalam 5 tahun lagi, namun benda langit es

ini tidak kembali muncul.

Nasib komet 289P/Blanpain menjadi sedikit lebih jelas saat ilmuwan menemukan asteroid WY25

pada tahun 2003 yang mengikuti orbit komet yang telah lama menghilang ini. Asteroid ini

meninggalkan jejak es, debu dan gas yang terlihat saat komet menguap mendekati matahari. Hal

ini mengindikasikan bahwa batu angkasa tersebut merupakan bagian dari komet atau bahkan

komet itu sendiri saat telah banyak melepaskan debu komet. Setiap kali bumi melintasi jalur es

yang ditinggalkan komet ini, hujan meteor Phoenicid muncul menghiasi langit malam. Dikarenakan

komet juga mengelilingi matahari, maka hujan meteor yang dibawanya pun akan terjadi pada

waktu yang sama setiap tahunnya.

Oleh : Hariyadi Putraga

Page 7: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

S A J I A N UTAMA

Gambar : Komet 289P/Blanpain yang ditemukan kembali tahun 2003 (Sumber : arxicer.moonhats.com)

S A J I A N UTAMA

Jan 2020 | 4

Di tahun 2010, ilmuwan Jepang melakukan perhitungan untuk memperkirakan hujan meteor

Phoenicid yang akan terjadi pada tahun 2014. Pengamatan langit malam pun menunjukkan

beberapa hujan meteor. Perkiraan lintasan komet dan keberadaan hujan meteor tersebut sesuai

dan mengkonfirmasi hubungan antara komet 289P/ Blanpain dan hujan meteor Phoenicid.

Diperkirakan kembali, Komet 289P/Blanpain akan membawa hujan meteor Pheonocid di akhir

Desember hingga Januari. Setelah analisis, ditemukan pula bahwa komet 289P/ Blanpain telah

kehilangan lebih dari 90% jumlah meteor awalnya.

Komet ini sendiri cukup redup, namun saat komet-komet 289P/Blanpain memasuki posisi

perihelionnya di akhir Desember dan melintas dekat bumi, ia akan terlihat lebih terang. Dalam

perhitungannya, jika jarak komet-komet 289P/ Blanpain saat perihelion bernilai lebih kecil dari 1

AU, komet ini akan meredup saat mendekati bumi dikarenakan posisinya memasuki posisi antara

matahari dan bumi, sehingga diperkirakan komet-komet 289P/Blanpain akan memiliki nilai

kecerahan hingga 18 mag saja.

Pada tanggal 10-11 Januari 2020, komet 289P/ Blanpain akan berada pada jarak 0,09 AU

dari bumi atau sekitar 13,4 juta KM yang membuatnya mudah untuk diamati di bumi belahan utara.

Komet-komet 289P/ Blanpain berada dalam kecerahan 17,63 Mag. Pada tanggal 13 dan 14 Januari

2020, komet 289P/ Blanpain akan berada dekat dengan klaster bintang di Rasi Cassiopeia yang

memberikan kesempatan baik untuk mengambil fotonya. Bersamaan dengan itu, perkiraan

kenaikan intensitas hujan meteor Phoenicid juga akan terjadi sehingga menjadi kesempatan

pasangan yang sangat baik dalam melakukan pengamatan komet ini.

Page 8: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Orionids

Aktif sejak 23 September hingga 27 september.

Orionids

Aktif sejak 23 September hingga 27 september.

Jan 2020 | 5

K h a z a n a h

Bulan Sebagai Penunjuk Waktu Bagi

Kehidupan Manusia

Oleh : Marataon Ritonga

Firman Allah dalam Q.S Yunus: 5, yang artinya “Dialah yang menjadikan

matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-

tempat persinggahannya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan

(waktu)”.

Melalui penjelasan ayat di atas, bahwasanya Allah menjadikan matahari dan

bulan sebagai standar perhitungan waktu hari, bulan, dan tahun bagi kehidupan

manusia. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui posisi mereka, kapan dan

di mana.

(Foto: Sumber Tim OIF)

Pergantian malam dan siang sangat penting dalam menghitung waktu, baik

waktu ibadah yang bersifat harian, bulanan ataupun yang bersifat tahunan.

Pergantian itu disebabkan oleh perputaran Bumi dan Bulan. Pergantian siang dan

malam di Bumi ditetapkan oleh rotasi Bumi pada porosnya. Rotasi Bumi tersebut

membutuhkan waktu 24 jam dan dibagi untuk waktu malam dan siang, dengan

adanya sedikit perbedaan yang disebabkan oleh kemiringan poros rotasi atas

poros revolusi terhadap Matahari. Dikarenakan kemiringan tersebut menyebabkan

terjadinya pergantian musim dalam setahun yaitu, dingin, semi, panas dan

gugur.

Page 9: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Sept 2019 | 8

K h a z a n a h

Jan 2020 | 6

Ini menunjukkan Bulan selama dalam perputarannya mengelilingi Bumi, yang

menempuh jarak sepanjang 12 derajat dari 360 derajat orbitnya setiap hari. Bulan

tersebut terbit terlambat sekitar selama 49 menit dari hari sebelumnya. Jika Bulan

tidak pernah terbit terlambat, tentu Bulan akan selamanya tampak sebagai bulan

purnama sepanjang kehidupan manusia di permukaan Bumi ini.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Zaghlul An-Najjar, keterlambatan

terbitnya Bulan pada setiap hari menjadikan adanya tempat-tempat persinggahan

secara berurutan bagi Bulan. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya Bulan pada

malam pertama yang kelihatan hanyalah sedikit cahaya redup. Kemudian cahaya

Bulan tersebut bertambah sedikit demi sedikit setiap malam hingga pada saatnya

sampai kepada cahaya penuh sebagai bulan purnama pada hari ke-14 dan 15. Seteleh

mencapai pada fase purnama, maka cahaya Bulan tersebut akan menurun kembali

sampai kelihatan seperti tandan tua, kemudian cahaya Bulan tersebut tidak kelihatan

sama sekali.

Bulan selama dalam perjalanannya bersama Bumi mengelilingi Matahari dalam

setahun itu hanya melewati 12 rasi bintang, tempat persinggahan Bulan setiap hari

berada di antara rasi-rasi bintang tersebut.

Dengan memiliki tempat-tempat persinggahan bagi Bulan, maka akan

membantu manusia untuk lebih mudah menghitung waktu-waktu mereka dalam

hitungan hari, bulan, dan tahun dengan itu mereka pun bisa mengetahui bilangan

tahun. Dengan itu juga manusia dapat mengetahui akan waktu-waktu untuk

menjalankan ibadah.

Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Baqarah: 189 yang artinya “Mereka bertanya

kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, itu adalah petunjuk waktu

bagi manusia dan (ibadah) haji.” Penciptaan hilal atau Bulan tersebut merupakan

untuk mempermudah bagi manusia dalam mengetahui waktu-waktu ibadah yang akan

dikerjakan, seperti ibabah haji, zakat, ramadan, bahkan untuk mengetahui waktu

bercocok tanam dan untuk mencatat kelahiran seseorang/kematian seseorang serta

untuk mengetahui kapan waktu untuk berperang.

Wallahu a’lam

Page 10: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Sajian Khusus

Sajian Khusus

Rubu’ Handmade : cara pembuatan Rubu’

Al-Mujayyab sederhana

Oleh : Riskian Hadi

Rubu’ Al-Mujayyab Handmade, sumber : instrument OIF UMSU

Rubu’ Al-Mujayyab adalah salah satu instrumen klasik yang populer dikalangan

pakar Ilmu Falak (Astronomi) dan biasanya Rubu’ Al-Mujayyab dibuat dari bahan kayu,

perunggu, akrilik, dan kuningan. Rubu’ Al-Mujayyab terhitung sebagai instrumen

astronomi pertama yang muncul diperadaban manusia. Rubu’ Al-Mujayyab adalah alat

hitung berbentuk seperempat lingkaran yang diperkenalkan oleh ilmuwan muslim yang

bernama Al-Khawarizmi dan banyak dikembangkan oleh Ibn Shatir. Rubu’ Al-Mujayyab

merupakan hasil kreasi astronom muslim abad pertengahan, dimana instrumen ini

dapat digunakan untuk mengukur sudut langit, menetukan waktu, navigasi,

menentukan arah kiblat, alat hitung untuk memecahkan permasalahan segitiga bola

dalam astronomi dan masih banyak lainnya. Secara sederhana Rubu’ Al-Mujayyab

adalah alat hitung yang digunakan untuk menghitung ketinggian suatu benda langit.

Walaupun Rubu’ Al-Mujayyab termasuk instrumen astronomi klasik, tetapi sampai

sekarang Rubu’ Al-Mujayyab masih dipergunakan. Salah satunya, Rubu’ Al-Mujayyab

digunakan sebagai media pembelajaran atau alat bantu dalam memahami dasar-dasar

trigonometri. Pada edisi sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana cara penggunaan

Rubu’ Al-Mujayyab dalam memahami dasar-dasar trigonometri. Kali ini, akan dibahas

bagaimana cara pembuatan dan apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam

membuat Rubu’ Al-Mujayyab sederhana.

Jan 2020 | 7

Page 11: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Sajian Khusus

Jan 2020 | 8

Bahan- bahan dan alat yang diperlukan dalam pembuatan Rubu’ Al-Mujayyab

sederhana

Bahan dan Alat :

1. Kertas Cardboard Tebal.

2. Pengaris.

3. Pensil.

4. Pulpen warna.

5. Jangka.

6. Pisau Cutter/ Gunting.

7. Benang Nilon.

8. Pemberat.

9. Paku.

Adapun cara pembuataan Rubu’ Al-Mujayyab sederhana :

1. Buatlah 2 gambar seperempat lingkaran dengan mengunakan jangka dengan

panjang jari-jari sesuai keinginan di atas kertas Cardboard. Contoh seperti gambar

disamping panjang jari-jari seperempat lingkaran luar 27 cm dan seperempat

lingkaran dalam 24 cm.

2. Kemudian buatlah garis kotak-kotak menggunakan pensil pada bagian seperempat

lingkaran bagian dalam dengan menghitung panjang sisi setiap kotak, dengan cara

membagi panjang jari-jari seperempat lingkaran bagian dalam dengan nilai 60.

Contoh 24 cm /60 = 0,4 cm. Jadi setiap kotak memiliki sisi 0,4 cm.

3. Membuat busur derajat pada bagian seperempat lingkaran luar menggunakan busur,

kemudian menulis angka serta tulisan cosinus dan sinus pada bagian samping

seperempat lingkaran luar. Contoh seperti gambar dibawah

4. Langkah selanjutnya, membuat gambar setengah lingkaran menggunakan jangka

pada bagian kedua sisi seperempat lingkaran dalam dengan panjang gambar

setengah lingkaran sesuai dengan panjang sisi seperempat lingkaran.

5. Mewarnai garis-garis dengan warna yang diinginkan dengan menggunakan pulpen

warna yang ada, usahakan garis kotak-kotak yang didalam seperempat lingkaran

dalam diwarnai dengan warna hitam atau warna yang terang.

6. Kemudian potong kertas cardboard yang telah digambar menggunakan gunting atau

pisau cutter dan usahakan potong kertas secara hati-hati sehingga Rubu’ Al-

Mujayyab terlihat bagus.

Yang terakhir, beri benang dan pemberat pada Rubu’ Al-Mujayyab yang dibuat dengan

cara melubangi bagian ujung seperempat lingkaran dalam menggunakan paku,

kemudian masukkan benang kelubang tersebut ikat ujung benang dan berikan

pemberat pada ujung benang yang satunya. Jadila Rubu’ Al-Mujayyab sederhana dan

siap digunakan.

-Selamat Mencoba -

Page 12: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

KISAH SPIRAL DI ALAM SEMESTA

“SI BIMA SAKTI”

Jan 2020 | 9

D

Oleh : Dimas Praslisetyo

Orang-orang terdahulu percaya bahwa alam semesta hanyalah apa yang dapat

dilihat dengan mata mereka dari bumi. Mereka percaya bahwa bumi adalah pusat

dan bagian terpenting alam semesta. Sekarang, kita tahu betapa luas alam semesta

dan bumi hanyalah bagian kecil darinya. Pemahaman kita sekarang ini

dikembangkan oleh ahli astronomi dan kosmologi yang telah bekerja selama 100

tahun terakhir ini. Astronom mempelajari bagian tertentuan dari alam semesta; ahli

kosmologi berusaha menjelaskan asal muasal dan perkembangan alam semesta.

ulu dikenal sebagai pulau-pulau alam semesta, galaksi yang terdiri

dari kumpulan bintang, gas, dan debu yang berputar dengan cepat,

dengan ukurannya berkisar dari sejuta bintang sampai lebih dari

triliunan bintang dan berdiameter dari puluhan tahun cahaya sampai

ratusan ribu tahun cahaya.

Kisah Pertama Spiral “Si Bima Sakti”: Bertemu, mengenal namanya

Bila kita memiliki kesempatan untuk pergi ke daerah yang

jauh dari cahaya lampu perkotaan dan cuaca betul-betul

cerah tanpa awan, kita akan dapat melihat selarik kabut

yang membentang di langit. “Kabut” itu ikut bergerak

sesuai dengan gerakan semu langit, terbit di timur dan

terbenam di barat.

Keberadaan kabut ini telah dijelaskan oleh berbagai

peradaban dahulu. Dikalangan masyarakat jawa kuno,

pada musim kemarau kabut ini melewati zenith,

membentang dari timur ke barat, menyerupai sepasang

kaki yang mengangkangi Bumi. Kaki ini adalah milik Bima,

anggota keluarga Pandawa yang menceritakan dalam

pewayangan Mahabharata. Demikian besar tubuhnya dan

betapa saktinya ia, sehingga kabut itu dinamakan Bima

Sakti.

Sumber gambar:

planetarium.jakarta.go.id

Berkembangnya ilmu pengetahuan, Galileo seorang ilmuan menemukan

teleskopnya pada tahun 1609, mengarahkan teleskopnya ke arah Bima Sakti untuk

memperjelas kehadirannya bahwa Bima Sakti itu sebenarnya terdiri dari

bermiliaran bintang yang sangat lemah cahayanya bersekitaran 2.500 buah bintang

pada malam gelap. Bintang-bintang yang terlihat hanya dengan mata kepala

tampak sebagai titik-titik cahaya yang berkedip. Ada yang lebih terang dari yang

lain, ada yang berkelompok dalam gugus bintang, dan disana sini terdapat bintang

yang berwarna merah dan biru.

Khazanah

Page 13: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

cKhazanah

Khazanah

Kisah Kedua Spiral “Si Bima Sakti”: Sosok yang Menawan

Bima Sakti, sebuah galaksi berbentuk spiral yang berputar, berdiameter

100.000 tahun cahaya, tetapi hanya setebal 2.000 tahun cahya. Para astronom

berpendapat bahwa galaksi kita terbentuk ketika awan gas yang sangat besar

berputar dan runtuh menjadi sebuah piringan akibat gravitasinya sendiri, tetapi

kemudian menjadi semakin besar karena bergabung dengan galaksi-galaksi lain yang

berdekatan.

Jan 2020 | 10

Sumber gambar: sola rsystem.nasa.gov

Galaksi spiral “si Bima Sakti”, terdiri dari inti, piringan, halo, dan lengan spiral. Materi

antar bintang berupa awan gas dan debu, umumnya terdapat pada lengan spiral

galaksi. Juga, sering terlihat adanya nebula yang terang dan penyerapan cahaya oleh

debu antar bintang. Lengan spiral berisikan bintang biru berusia muda, termasuk

maharaksasa yang sangat terang.

Bima sakti tampak sangat terang antara bulan juni sampai September, ketika

sisi malam bumi mengarah ke daerah pusat galaksi yang memiliki kerapatan bintang

lebih t inggi. Karena galaksi bima sakti relative tipis, dan kita berada di dalamnya,

bintang-bintang di galaksi bima sakti ini akan tampak seperti sebuah pita yang

membentang di langit malam. Bagian-bagian gelap yang terdapat di pita ini adalah

awan-awan yang sangat besar yang menghalangi cahaya bintang di belakangnya

untuk sama ke kita.

Upaya memetakan objek-objek yang terdapat di galaksi kita menghasilkan

bentuk galaksi kita sebenarnya. Dua lengan spiral utama dan bagian-bagian lengan

lainnya melingkari daerah pusat yang menggembung memanjang. Bintang-bintang

muda yang terang, nebula gas dan debu yang bercahaya serta berwarna merah

muda, juga awal-awan melekul yang gelap mengikuti pola lengan-lengan spiral,

sebaliknya, gembungan di tengah-tengah tidak mengandung banyak gas, namun

mengandung lebih banyak bintang-bintang tua.

Page 14: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 11

PERKEMBANGAN MIZWALA DI INDONESIA

Oleh : Leo Hermawan

K h a z a n a h

Mizwala dalam bahasa Arab disebut dengan al-mazawil atau al-mizwalah asy-syamsiyyah. Dalam bahasa inggris disebut dengan sundial, sedangkan dalam

bahasa indonesia disebut jam matahari yaitu alat yang digunakan untuk penunjuk waktu dengan bantuan bayangan sinar matahari. Dalam praktiknya alat ini hanya

dapat berfungsi tatkala ada sinar matahari sehingga akan membentuk bayang-bayang yang menunjukan waktu pada saat itu. Menurut peneliti dan sejarawan

sains, instrumen ini berakar dan bersumber dari peradaban Yunani-Romawi, sementara pendapat lain mengatakan bersumber di era Mesir kuno. Instrumen ini banyak digunakan oleh peradaban pra islam seperti Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi.

Mizwala suatu instrumen yang terdari tiang tegak lurus yang diletakan pada suatu permukaan datar, yang diman tiang tersebut apabila tersinari matahari akan membentuk garis bayang-bayang yang berubah–ubah sesuai gerak semu matahari, seiring dengan perubahan posisi matahari maka waktu yang ditunjukan

oleh bayangan tersebut pun akan turut berubah. Mizwala pada umumnya memiliki tiga macam jenis yaitu mizwala jenis

horizontal, mizwala jenis equator, dan mizwalah jenis vertikal. Mizwala-mizwala tersebut pada umumnya dahulu hanya digunakan untuk melihat waktu atau

sebagai petunjuk waktu. Tetapi semakin majunya peradaban maka fungsi mizwala menjadi semakin bertambah yaitu mizwalah dapat digunakan sebagai petunjuk

arah atau menentukan angin, menerjemahkan fenomena zawal, deklinasi, ketinggian, menentukan awal waktu salat, menentukan arah kiblat, menentukan equation of time (perata waktu) dan menentukan titik koordinat bujur dan lintang suatu tempat.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(Mizwala Equatorial di OIF UMSU)

Adapun beberapa perkembangan mizwala yang ada di Indonesia sendiri ada beberapa macam bentuk yaitu sebagai berikut :

1. Mizwala Qibla Finder

Sumber : wikipedia.org (Mizwala

Equatorial di Singapore Bitanic Garden)

Mizwala ini dikembangkan dan karya dari Hendro Setyanto, M.Si pendiri dan kepala Observatorium Imah

Noong di Lembang, Jawa Barat. Tujuan instrumen ini dibuat untuk memudahkan umat islam dalam mengukur

arah kiblat dengan biaya yang lebih murah. Instrumen ini dapat digunakan untuk mengukur arah kiblat, waktu

salat, untuk menentukan equation of time (perata waktu) dan lain sebagainya.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(instrumen ini ada di OIF UMSU)

Page 15: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 12

S A J I A N KHUSUS

K h a z a n a h

3. Jam Istiwa

Jam istiwa merupakan karya dari Mutoha Akaruddin seorang ahli ilmu falak dan pencinta astronomi dari Yogyakarta, beliau adalah pendiri dan ketua Rukyatul Hilal Indonesia yang

bermarkas besar di Sleman, DI Yogyakarta dan instrumen ini diproduksi oleh Rukyatul Hilal

Indonesia. Jam Istiwa merupakan instrumen yang memiliki fungsi untuk menentukan awal

waktu salat Zuhur dan Asar dengan bayang-bayang matahari dan sebagai alat untuk

mengukur arah kiblat dengan kompas yang berada dibidang dialnya.

2. Istiwain Istiwain merupakan instrumen karya dari Slamet

Hambali seorang ahli falak dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, alat yang sebenarnya digunakan sebagai alat bantu pengukur kiblat yang akurat. Istiwain ini

didesain dengan tujuan menyederhanakan Theodolite yang

merupakan alat ukur kiblat yang selama ini dianggap paling akurat. Theodolite sebagai alat ukur kiblat optik dinilai harganya terlalu mahal dan menyulitkan masyarakat dalam penggunaannya, maka muncullah alat non optik yang

bernama Istiwain karya Slamet Hambali sebagai solusi bagi masyarakat dalam menentukan arah kiblat dengan mudah

dan biaya murah. Istiwain juga dapat digunakan dalam penentuan titik koordinat lintang dan bujur.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(instrumen ini ada di OIF UMSU)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(instrumen ini ada di OIF UMSU)

4. I-zun Dial

I-zun Dial merupakan karya dari M. Ihtirozun Ni‟am

seorang ahli ilmu falak lulusan dari UIN Walisongo Semarang. Instrumen ini memiliki fungsi sebagai penunjuk

waktu, mengukur arah kiblat, menentukan arah utara sejati, menentukan lintang tempat, menentukan bujur tempat, menentukan deklinasi matahari, dan menentukan equation of time (perata waktu).

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(instrumen ini ada di OIF UMSU)

5. Qiblat tracker

Qiblat Tracker merupakan karya dari karya dari

mutoha akarudin seorang ahli ilmu falak dan pencinta astronomi dari Yogyakarta, beliau adalah pendiri dan ketua Rukyatul Hilal Indonesia yang bermarkas besar di Sleman, DI Yogyakarta dan instrumen ini diproduksi oleh

Rukyatul Hilal Indonesia. Instrumen Qiblat Tracker memiliki fungsi untuk mengukur arah kiblat. Instrumen

ini dapat digunakan dengan dua metode yaitu metode

kompas dan metode sinar matahari.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(instrumen ini ada di OIF UMSU)

Page 16: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

S A J I A N KHUSUS

Konsepsi Tata Surya Klasik Antara Geosentris dan Heliosentris

Jan 2020 | 13

Oleh : Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar

Sumber gambar : wikipedia.org

Dalam kajian sejarah ilmu pengetahuan klasik, diskursus tata surya adalah persoalan

yang banyak menyita perhatian dan penelitian para filsuf maupun ilmuwan, sejak zaman Yunani

hingga era modern. Dialektika mengenai tata

surya sejatinya berkisar antara geosentris dan heliosentris. Geosentris adalah konsepsi tata surya yang menempatkan bumi sebagai pusat

tata surya, bahkan bumi dipersepsikan berbentuk datar. Sedangkan heliosentris menempatkan matahari sebagai pusat tata surya. Dalam catatan sejarah, konsepsi

heliosentris sesungguhnya pernah–dan boleh jadi yang pertama–muncul dibanding geosentris.

Perkembangan berikutnya, konsepsi geosentris didukung dan dikembangkan oleh Ptolemeus (astronom dan astrolog Yunani yang menetap di Iskandariah) yang bertahan

cukup lama. Selama era ini pula anggitan geosentris mencapai kepopulerannya. Konsepsi Ptolemeus mengenai tata surya tertera dalam karya terbesarnya yang berjudul “Almagest”.

Memasuki peradaban Islam, buku “Almagest” diterjemahkan kedalam bahasa Arab yang dalam perkembangannya memberi pengaruh besar bagi kemajuan dunia astronomi dan

ilmu pengetahuan secara umum. Tidak hanya terbatas pada aktifitas penerjemahan, tradisi kritik-koreksi dan pembacaan repetitif mendalam juga bermunculan pasca diterjemahkannya buku ini. Beberapa astronom muslim yang melakukan pekerjaan ini antara lain Al-Battanī (w. 317/929), Al-Thūsī (w. 672/1274), Al-Bīrūnī (w. 440/1048), Ibn

Syathir (w. 777/1375), dan lain-lain. Al-Battani misalnya, ia telah mengajukan model-model planet baru yang berbeda dengan Ptolemeus. Dari rumusannya tampak bahwa model tata surya Al-Battanī lebih dinamis ketimbang model Ptolemeus yang statis. Sedangkan Al-Bīrūnī untuk pertama kalinya mengajukan konsep bumi mengelilingi matahari dan mengenai rotasi

bumi di porosnya. Sementara itu Ibn Syathir–seperti diungkap Prof. Dr. Shalih an-Nawawi, guru besar astronomi Universitas Cairo–menyatakan bahwa teori-teori yang dikemukakan

Copernicus, Brahe, Galileo, dan Kepler pada dasarnya telah dikemukakan oleh Ibn Syathir

pada abad 8/14 dalam karyanya Kitāb Ta’līq al-Arshād, Nihāyāt al-Ghāyāt fī al-A’māl al-

Falakiyyāt dan Nihāyah as-Sūl fī Tashhīh al-Ushūl. Prestasi Al-Battānī, Al-Bīrūnī dan Ibn Syāthir ini setidaknya telah mendahului Copernicus beberapa abad sebelumnya.

Konsepsi ini dikemukakan oleh seorang filsuf Yunani bernama Aristarcus . Hanya saja–menurut catatan para peneliti–pandangan yang dikemukakan Aristarcus tidak

didukung oleh argumen yang kuat layaknya sebuah penemuan ilmiah sehingga pemikirannya kala itu tidak menjadi mindset. Konsepsi yang diterima dan dianggap paling

benar waktu itu adalah konsep geosentris yang dimunculkan oleh Aristoteles. Mindset orang-orang ketika itu yang lebih meyakini geosentris ketimbang heliosentris diantaranya

didasari pada apa yang terlihat secara indrawi, bukan berdasarkan realita sesungguhnya betapapun tidak terlihat. Juga, karena Aristoteles lebih populer sebagai tokoh ilmu dan filsuf dibanding Aristarcus.

Page 17: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 14

S A J I A N KHUSUS

Seperti dimaklumi, pasca kemunduran perdaban Islam, peradaban barat secara perlahan namun pasti mulai bangkit dan menemukan momentumnya.

Adalah astronom Polandia bernama Nicholas Copernicus (w. 1543 M) pada tahun 1512 M memperkenalkan kembali konsep tata surya heliosentris.

Menurutnya, planet-planet dan bintang-bintang bergerak mengelilingi matahari

dengan orbit lingkaran. Berikutnya tahun 1609 M konsep ini didukung dan

dilanjutkan oleh Johanes Kepler (w. 1630 M). Menurutnya, matahari adalah pusat

tata surya, Kepler juga memperbaiki

orbit planet menjadi bentuk elips yang terangkum dalam tiga hukum Kepler-

nya. Selanjutnya Galileo Galilei (w. 1642 M) telah mengkonstruksi teleskop

monumental, ia juga menyimpulkan bahwa bumi bukan pusat gerak.

Konstruksinya ini selain memperkuat heliosentris juga membuka lembaran baru ilmu pengetahuan modern.

Akhirnya tokoh-tokoh barat ini

dikenal sebagai pembaru dalam dunia astronomi bahkan dalam ilmu

pengetahuan modern. Pertanyaan yang muncul agaknya adalah mengapa tokoh-

tokoh barat ini yang justru dikenal dan diklaim dunia sebagai pencetus

heliosentris, bukannya tokoh-tokoh muslim yang telah dikemukakan di atas? Ada banyak interpretasi dan pandangan terkait hal ini, disini dikemukakan tiga

saja: Pertama, dalam konteks waktu itu

persoalan geosentris-heliosentris tidak

menjadi prioritas para ilmuwan muslim

dan umat Islam secara umum. Persoalan keduanya tidak terlampau terkait dengan

persoalan ibadah apatah lagi akidah, sehingga diskursus mengenainya tidak

menjadi trending topic.

Kedua, gagasan heliosentris yang dihadirkan Copernicus justru berada pada momentum tepat dan berikutnya menjadi

trending topic, dimana ketika itu geosentris menjadi mindset dan merupakan keyakinan gereja. Secara diametral kehadiran heliosentris

Copernicus merupakan perlawanan terhadap prinsip ajaran agama (gereja)

itu. Sebuah ajaran yang demikian diyakini tiba-tiba diubah tentu akan menimbulkan

persoalan. Nah, ditengah perdebatan dan pertentangan inilah momentum

heliosentris ini hadir, dimana banyak orang yang penasaran dan ingin tahu kebenaran teori heliosentris. Brahe, Galileo, Kepler, Newton, dan Descartes

adalah beberapa orang yang berperan menghangatkan tema heliosentris.

Ketiga, dalam konteks ilmuwan/astronom muslim, pembahasan

heliosentris yang tidak terlampau membahana itu adalah dalam rangka

keseimbangan pembahasan berbagai cabang ilmu pengetahuan. Hal ini terkait

dengan apa yang disebut dengan hierarki keilmuan. Hierarki keilmuan pada

dasarnya ibarat sebuah pohon dengan cabang-cabang nan rindang. Cabang-cabang pohon inilah cabang-cabang ilmu tersebut yang mana akarnya al-Qur‟an

dan as-Sunnah. Ketika suatu ilmu dikembangkan secara „berlebihan‟ dan

kurang mengindahkan skala prioritas dan urgensinya sejatinya ia akan mengurangi

bahkan merusak keindahan pohon tersebut. Seperti dimaklumi, Islam

senantiasa memperhatikan aspek urgensi dan skala prioritas (taqdīm al-ahamm min al-muhimm) yang kesemuanya sebagai manifestasi pandangan tauhid.[]

Page 18: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 15

WAWANCARA TOKOH

TOKOH

Dosen Ilmu Falak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Maskufa, MA.

Wawancara ini dilakukan pada tanggal 23 oktober 2019/24 Shafar 1441 H

saat beliau mengunjungi OIF UMSU bersama Dosen Ilmu Falak lainnya

seperti IAIN Palopo, UIN Makassar dan lain-lain

Kalau boleh tahu bagaimana riwayat pendidikan Ibu hingga saat sekarang ini?

Saat ini saya berada di Fakultas Syariah dan Hukum sebagai dosen Ilmu Falak

sekaligus menjabat sebagai Wakil Dekan III. Sebenarnya kalau dari S1, saya tidak di bidang ilmu falak. Riset S2 juga lebih ke sosiologi hukum. Dan S3 membahas tema tentang pemikiran wardan terkait hisab wujudul hilal muhammadiyah, diarahkan juga ke sosiologi hukumnya bukan ke ilmu falaknya.

Kemudian yang risetnya sekarang dilakukan di UIN Jakarta dengan fasilitas dari

Kementrian Agama, tentang waktu subuh dalam perspektif astronomi di tahun 2018.

Temuan awal kami hanya melakukan riset di wilayah Yogyakarta di Pantai Krakal dan pamuk, itu ditemukan angka kisaran dip mataharinya sekitar 15-16 derajat. Sehingga kalau dikonversikan ke waktu, kisaran lebih dari 8-20 menit.

Dan yang sekarang lagi diolah datanya, riset di Belitung kemudian di Labuhan

Bajo. Ada juga yang di Sidoarjo, malah dip mataharinya agak mendekati yang

Kementrian Agama sebelum ada penambahan dari Sa‟audin Djambek. Angkanya juga -17, berarti menurut data temuan awal kami yang di tahun 2019 ini, wilayah pengamatan

itu sangat menentukan hasil dari seberapa tinggi posisi matahari pada saat fajar yang bisa dideteksi oleh SQM.

Kemudian yang di Belitung, karena cuaca langitnya cukup tebal, tidak seperti yang

di NTT, pengamatan waktu fajar ke arah Timur lebih bagus, karena langitnya cerah dan polusi cahanya juga minim. Sehingga kita bisa melihat stellarium misalnya, bintangnya

cukup penuh dan galaksinya, bisa kita lihat dengan kasat mata. Semakin ke Barat, maka polusi cahayanya juga semakin besar. Dan data akhirnya masih diolah, belum bisa di-

publish.

Page 19: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Memandang Tim Hisab Rukyat sangat erat kaitannya dengan penentuan awal Bulan

Kamariah, bagaimana pandangan Bapak terhadap kedua metode yakni hisab dan rukyat dalam penentuan awal bulan, apa kelebihan dan kelemahan kedua metode

ini, serta mana yang lebih dapat dijadikan patokan? Keduanya digunakan secara berimbang, namun dalam pandangan saya, adanya ilmu

hisab yang kita pelajari saat ini tentu merupakan hasil dari pengamatan terdahulu kemudian dilakukan pencatatan hingga pola pergerakan benda langit bisa kita perhitungkan untuk

selanjutnya. Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI selaku pihak pemerintah berupaya merangkul kedua metode ini dalam bentuk menerima metode hisab untuk penentuan awal bulan diikuti dengan kegiatan rukyat sebagai bentuk pengamalan sunnah Rasul.

Menanggapi tema pembahasan yang belakangan ini menjadi sering diangkat oleh penggiat ilmu falak di Indonesia yaitu tentang revitalisasi ilmu falak baik berupa teknologi yang digunakan, simulasi, kalkulasi dan sebagainya. Bagaimana Bapak menanggapi hal ini? Perlukah revitalisasi ini dilakukan?

Perlu dilakukan dan saat ini revitalisasi itu telah berjalan dan kita juga telah mengikutinya, baik dari segi perkembangan teknologi yang digunakan maupun peningkatan

kemampuan sumber daya manusianya. Dalam pandangan saya OIF UMSU juga telah turut berkontribusi dengan pengadaan alat-alat yang canggih. Sedangkan dari Tim Hisab Rukyat

telah mengembangkan sayapnya dengan merekrut anggota hingga ke daerah-daerah untuk memudahkan kegiatan hisab rukyat di daerah.

Bagaimana suka duka Bapak selama menggeluti bidang Rukyat ini ? Sepertinya cenderung lebih banyak duka dibandingkan dengan suka seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya. Beberapa waktu yang lalu, Kemenag RI Kanwil Sumut

berinisiatif mengirimkan delegasi untuk turun hingga ke daerah-daerah yang jarang tersentuh seperti Nias. Disana kita melakukan sosialisasi ilmu falak terutama dalam hal pengukuran arah kiblat. Sayangnya, setelah kita berhasil mengakurasi arah kiblat di sana, sekembalinya

kami dari sana arah kiblat dikembalikan lagi seperti semula, ini tentu men

WAWANCARA TOKOH

Jan 2020 | 16

WAWANCARA TOKOH

Lalu, bagaimana tanggapan Ibu terkait penelitian waktu subuh yang semakin semarak. Dari sudut pandang akademisi dan seseorang yang melakukan riset di bidang itu, seperti apa tanggapan Ibu?

Bagi saya mungkin dari apa yang disampaikan Prof. Tono itu cukup menggugah Kementrian Agama untuk ikut melakukan riset tentang waktu subuh. Nah itu poinnya, itu

juga yang diapresiasi oleh orang dari Kementrian Agama yang bergulat di hisab rukyat atau Tim Falakiyah. Temuan Prof. Tono itu setidaknya menggugah naluri riset dari semua teman-teman yang di tim itu untuk melakukan penelitian tersebut di tempat-tempat lain.

Dan kalau sebelumnya musyawarah kerja hisab rukyat tidak ada mengkompilasi hasil-hasil

hisab untuk penentuan awal puasa Ramadan, mereka kemudian mencari lokasi-lokasi yang bisa pas untuk melakukan riset fajar itu.

Jadi, itu hikmah keberanian Prof. Tono mempublish hasil riset yang sebenarnya memang dipertanyakan, ketika lokasi pengamatan memiliki polusi cahaya tinggi kenapa

kemudian langsung di-publish sehingga ada beberapa kelompok masyarakat yang gaduh. Nah, yang kedua, kalau temuan waktu subuh itu hanya dikaitkan secara astronomi, okelah

tidak secara fikih, ya. Tetapi ketika jarak dua fajar itu dikaitkan dengan waktu imsak orang memulai puasa, itu menjadi masalah, tetapi kalau untuk mengundurkan waktu subuh

misal 10 menit, ya silakan saja.

Bagaimana Ibu menanggapi respon masyarakat terkait permasalahan waktu subuh ini?

Jadi, sebenarnya temuan riset itu kalau dalam epistimologi ilmu, ada bebas nilai dan

seterusnya. Tetapi ketika tatarannya sudah pada aplikasi melibatkan orang banyak, maka ini tidak bebas nilai lagi. Maka perlu dikomunikasikan antara ontologi, epistimologi, aksiologi. Jika orang menerima atau ada penolakan maka perlu ada diskusi, pendekatan, dan sebagainya. Kalau di Muhammadiyah, kan, tidak bisa temuan ini langsung di-publish.

Perlu ada riset-riset berkelanjutan, yang itu sebenarnya menggugah semua orang yang konsen di bidang ilmu itu untuk melakukan riset, sehingga nanti hasilnya bisa

dipertanggungjawabkan

Apa nasihat atau motivasi dari Ibu kepada generasi muda untuk terus melakukan

riset dalam bidang Ilmu Falak?

Sebenarnya riset tentang falak itu kan malam hari ya, jadi perlu stamina yang luar biasa. Kemudian pada akhirnya kembali ke panggilan hati, senang atau tidak dengan itu.

Mulai dari senang dulu, lalu cinta, dan kemudian oke. Tapi di situ harus terus dilakukan agar tumbuh kecintaan dan keahliaan dibidang ilmu itu dan tataran aplikasinya bisa

diterima, selama hal tersebut bisa berkelanjutan dan tidak putus.

Page 20: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 17

Sajian Khusus

Oleh : Hariyadi Putraga

Gerhana Bulan Penumbra

Gambar : Peta Sebaran Keterlihatan Gerhana Bulan Penumbra 10-11 Januari 2020 (Sumber : Nasa.gov)

Gerhana bulan merupakan tanda kelanjutan atau akan terjadinya gerhana matahari

pada rentang 14 hari antara gerhana bulan dan gerhana matahari. Hal ini dikarenakan posisi kedudukan kedua benda langit ini akan berada dalam satu garis orbit lurus terhadap

bumi (memiliki nilai deklinasi yang hampir sama) sehingga fenomena yang seharusnya fase Purnama Bulan menjadi fenomena Gerhana Bulan. Gerhana Bulan Total terjadi saat matahari, bumi dan bulan berada dalam satu kedudukan sejajar dan bulan melintasi ke dalam bayangan gelap (Umbra) bumi yang mengakibatkan bulan akan kehilangan

cahayanya yang berasal dari matahari dan berubah warna seolah-olah berwarna kemerahan.

Gerhana Bulan Penumbral terjadi ketika bulan melintasi bayangan parsial (Penumbra) bumi. Selama masa gerhana ini, bulan akan mengalami sedikit penggelapan atau peredupan kecerahan dan tidak gelap seluruhnya. Di tahun 2020 ini akan terjadi

sebanyak 6 gerhana di mana akan terjadi 2 gerhana matahari dan 4 kali gerhana bulan. Namun sayangnya, semua gerhana bulan yang akan terjadi tersebut masuk ke dalam kategori Gerhana Bulan Penumbral sehingga akan sulit teramati perubahannya secara kasat mata, tidak seperti Gerhana Bulan Total yang dapat diamati prosesnya dengan mata

biasa.

Sebagai pembuka awal musim gerhana di tahun ini, Gerhana Bulan Penumbral akan terjadi pada malam tanggal 10 januari 2020 saat bulan tidak memasuki bayangan gelap bumi dan merupakan Gerhana Penumbral paling besar di tahun ini. Gerhana bulan ini merupakan pasangan dari gerhana matahari yang telah terjadi sebelumnya pada tanggal

26 Desember 2019. Waktu terbaik mengamati Gerhana Bulan Penumbra di Medan adalah dimulai dari pukul 23.30 hingga pukul 04.12 pagi pada tanggal 11 januari 2020.

Page 21: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Sajian Khusus

Gambar: Posisi Bulan saat terjadi Gerana Bulan Penumbral (Sumber: Earthsky.org)

Gambar : Gerhana Bulan Penumbral

(Sumber : Dokumentasi OIF)

Gerhana Bulan ini akan dapat terlihat pada kebanyakan daerah Eropa, Afrika,

Asia dan Samudra India hingga ke bagian barat Australia. Pada masa Gerhana Bulan

ini, bulan akan berada pada jarak 3 hari sebelum memasuki Perigee yang akan

membuat penampakan bulan akan relatif besar. Pada saat puncak gerhana,

diameternya akan mencapai 0.545° atau 2,6% lebih besar dari biasanya.

Dari Kota Medan, keseluruhan proses gerhana akan dapat terlihat seluruhnya

dari awal memasuki bayangan penumbra, puncak gerhana penumbra, hingga akhir

bulan keluar dari bayangan penumbra bumi. Lalu, apakah perlu mengadakan salat

gerhana saat fenomena ini terjadi? Dalam kasus gerhana penumbra, piringan bulan

tampak utuh dan bulat, tidak tampak terpotong, hanya cahaya bulan sedikit redup

dan terkadang orang tidak bisa membedakannya dengan tidak gerhana. Oleh karena

itu dalam kasus gerhana bulan penumbral menurut Majelis Tarjih dan Tajdid tidak

disunatkan melakukan salat gerhana bulan.

Gambar : Data Gerhana Bulan Penumbra 10-11 Januari 2020

(Sumber : nasa.gov)

Jan 2020 | 18

Page 22: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Planetarium Observatorium Jakarta

Jumat, 15 November 2019 /18 Rabiul Awal. Tim Planetarium berkunjung ke Planetarium dan Observatorium Jakarta.

Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah satu dari tiga wahana simulasi langit di

Indonesia. Planetarium ini ini letaknya di Taman Ismail Marjuki. Planetarium Jakarta

merupakan sarana pendidikan yang dapat menyajikan pertunjukan/peragaan simulasi

perbintangan ataupun benda-benda langit .

Jan 2020 | 19

O I F INSIDE

Di ruang pameran ada pajangan baju antariksa yang digunakan mengarungi angkasa, termasuk mendarat di bulan. Kedatangan Tim Planetarium disambut oleh Bapak Widya

Sawitar sebagai salah satu staf di Planetarium Jakarta. Para tim juga diajak masuk ke dalam ruangan pertunjukan dan menyaksikan pertunjukan yang disuguhkan. Kemudian

Tim Planetarium juga diajak meninjau lokasi dari Planetarium Observatorium Jakarta beserta sarana dan prasarananya. Tak lupa diakhir perjumpaan para tim memberikan

kenang-kenangan untuk Planetarium Observatorium Jakarta.

Tim planetarium sangan kagum saat lantai kubah tersebut bisa dinaik-turunkan

untuk menyesuaikan posisi teleskop dan petugas juga memberi tahu cara membuka kubah sehingga semua pengunjung bisa melihat langit di atas. Setelah acara selesai para tim planetarium berbincang dengan petugas yang sedang bertugas di dalam

kubah tersebut dan sharing seputar pengetahuan astronomi.

Study Banding Bareng Tim Planetarium

ke Jakarta dan Bandung

Observatorium Bosscha

Sabtu,16 November

2019/19 Rabiul Awal. Kunjungan selanjutnya yaitu ke

Observatorium Bosscha. Observatoriun Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Tim

Planetariun diarahkan masuk ke ruang multimedia dan tak lupa juga masuk ke dalam kubah yang berisi teleskop besar yang

bernama Teleskop Refraktor Ganda Zeiss dan cara kerjanya teleskop

tersebut.

Page 23: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

O I F INSIDE

Dokumentasi Tim Planetarium Saat Study Banding

Wawancara dan penyerahan cendramata dengan bapak Widya Sawitar selaku staf Planetarium Observatorium Jakarta.

Foto bersama Bapak Hendro Setyanto M.Si. Foto Tim Planetarium di LAPAN

Foto bersama Dr. Arya di UPI Berbincang dengan petugas di Bosscha

Jan 2020 | 20

Page 24: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

O I F INSIDE

Beberapa Dokumentasi Kegiatan Tim OIF UMSU

Jan 2020 | 21

OIF UMSU menerima kunjungan istimewa, Ditjen Pembelajaran Kemendikbud RI yang didampingi langsung oleh Rektor UMSU. 21 November 2019 M /24 Rabiul Awal 1440 H.

OIF UMSU menerima kunjungan dari Para Sultan Melayu Pantai Timur Sumatera Utara dan Penggagas Pakat Melayu. 09 November 2019 M/12 Rabiul Awal 1440 H.

Page 25: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 22

O I F INSIDE

OIF UMSU menerima kunjungan dari SDIT Jabal Noor .

18 November 2019 M / 21 Rabiul Awal 1440 H.

OIF UMSU menerima kunjungan dari mahasiswa UNIMED. 14 November

2019 M/17 Rabiul Awal 1440 H.

OIF UMSU menerima kunjungan dari TK Syarif Ar-Rasyid Islamic School. 20 November

2019 M / 23 Raniul Awal 1440 H.

OIF UMSU menerima kunjungan dari SDIT Jabal Noor . 18 November 2019 M / 21 Rabiul Awal 1440 H.

Page 26: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 23

O I F INSIDE

OIF UMSU Adakan Pengamatan

Gerhana Matahari Bersama Masyarakat

Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU)

menggelar pengamatan gerhana matahari bersama pelajar, mahasiswa, dan masyarakat

umum.Event Gerhana Matahari bakal dilaksanakan pada kamis 26 Desember 2019,

pukul 09:00-14:10 WIB di Halaman Kampus Pascasarjana UMSU di JL Denai No. 217 Kota

Medan.

Gerhana Matahari yang terjadi pada tanggal 26 desember 2019 adalah Gerhana Matahari

Cincin. Namun sayangnya kota Medan tidak berada dalam lintasan gerhana matahari

cincin. Keterlihatan Gerhana Matahari tersebut di kota medan yaitu 90,6% yang

dikategorikan sebagai Gerhana Matahari Sebagian.

Di event OIF UMSU kali ini sungguh berbeda, dikarenakan tambahan kegiatan berupa

pemecahan 2 rekor MURI, yaitu :

1. Pembuatan Kacamata Gerhana Terbanyak (3.000 Kacamata).

Masyarakat tidak hanya diedukasi dari sisi ilmiah namun juga diedukasi dari sisi Ilahiyah,

sehingga mengajarkan kepada kita tentang bukti kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Ini adalah beberapa momen saat masyarakat Kota Medan menggunakan kacamata

gerhana matahari dalam pemecahan rekor MURI yang diselenggarakan oleh OIF UMSU.

2. Pengamatan Gerhana Matahari menggunakan Kamera Lubang Jarum (Pin Hole)

terbesar.

KAMERA LUBANG JARUM (KLJ) adalah perangkat pencitraan optik dan fotografi

sederhana dalam bentuk kotak atau ruangan tertutup. KLJ adalah cikal bakal kamera

digital modern. Cara kerja KLJ adalah dengan memproyeksikan sinar matahari ke dinding

ruangan (kotak) bagian dalam melalui sebuah lubang kecil yang disebut dengan lubang

jarum. Fungsi KLJ secara khusus adalah instrumen untuk mengamati matahari dan

gerhana matahari. KLJ memiliki beberapa istilah yaitu “Pinhole”, "Kamera Obscura”, dan

“Ruang Gelap”.

Pengerjaan KLJ ini memakan waktu yang tidak sebentar dan dilakukan beberapa

kali uji coba dan tantangan karena terkait posisi matahari, ukuran KLJ, pemasangan KLJ,

dan alhamdulillah berhasil memecahkan rekor MURI.

Page 27: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium

Jan 2020 | 24

O I F INSIDE

Pada pengamatan gerhana matahari Tim OIF UMSU telah menyiapkan 3 ribu unit kacamata matahari untuk peserta rekor MURI, 6 unit teleskop, 1 unit binokuler, 1 unit kamera lubang jarum terbesar. Adapun teleskop yang dipakai untuk pengamatan pada kamis (26/12) yaitu, Teleskop Bresser Missier AR 152 + Mounting CEM60 Ioptron, Teleskop

Maksutov 180 mm + Mounting HEQ5 Pro, Teleskop Bresser Missier AR 152 + Mounting Losmandy G-11, Teleskop SKY Watcher BK 120 Iq5, Teleskop Refractor 90mm EQ2, Teleskop William Optics GT 102 Pro + Mounting Ioptron IEQ45 Pro (streaming).

Tim Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU juga membimbing para pengunjung untuk bisa mengamati moment terjadinya gerhana melalui teleskop yang telah disediakan, serta OIF

UMSU juga menyediakan tempat untuk melaksanakan sholat sunnah gerhana, yang dilakukan dipelataran parkir Kampus Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara, jalan Denai No. 217

Alhamdulillah, Pemecahan 2 Rekor MURI berjalan sukses dan lancar.

Turut hadir tamu-tamu istimewa di antaranya, Konsultan Amerika Serikat, DPRD Kota Medan, MUI Sumatera Utara, PWM Sumatera Utara, Kepala BMKG Deli Serdang, Ulama-

Ulama dari berbagai ormas di Kota Medan, dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya. Terima kasih yang tidak terhingga kami ucapkan kepada seluruh masyarakat Kota Medan

yang sudah berpartisipasi dan sangat antusias dalam kegiatan ini, dan juga kepada media elektronik dan cetak, tanpa media kegiatan gerhana yang diadakan OIF UMSU tidak akan

seviral ini

Page 28: Desain & Layout · 2020. 7. 15. · Desain & Layout Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.Telp/WA : 0853 6116 2933 E-mail : umsuoif@gmail.com Fb : Observatorium