desain interior gedung ludruk tobong “taman … · rakyat kini merupakan ... pertunjukan teater...

20
DESAIN INTERIOR GEDUNG LUDRUK TOBONG “TAMAN HIBURAN RAKYAT” SURABAYA DENGAN KONSEP VISUAL ART BUDAYA JAWA TIMUR Toya Sendang Sadu Program Studi Desain Interior Jurusan Desain Produk Industri, FTSP, ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147 ABSTRAK Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang mengangkat cerita tentang kehidupan rakyat sehari – hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman, nasib Ludruk kian terpuruk dan dilupakan oleh masyarakat karena seiring dengan perkembangan jaman dan masyarakat tidak bisa menghentikan cepatnya gerakan laju perkembangan teknologi sehingga memunculkan sarana hiburan yang lebih canggih menggantikan Ludruk. Sehingga fasilitas perangkat budaya seperti alat musik, gedung pertunjukan dan lain – lain tidak terurus dan perlu banyak melakukan renovasi.Hasil desain ini adalah sebuah desain Interior Gedung Ludruk Tobong dengan konsep Visual Art budaya Jawa Timur dengan penataan panggung yang lebih modern dan dinamis sebagai pengembangan kebudayaan lokal. Serta mengenalkan kepada masyarakat tentang wujud seni pertunjukan tradisional serta kebudayaan daerah Jawa Timur pada area di luar area pertunjukan (main entrance). ABSTRACKT Ludruk is a traditional drama that was exhibited by an arts group that was taking the stories of people’s live- the day, and then stories of struggle and others are interspersed with jokesand accompanied by the gamelan as a musical. As the time goes on with the chaging times and the people could not stop the rapid pace of technological development which giving rise to a more sophisticated means of entertaiment which can replace Ludruk. So, the cultural facilities such as musical instruments, theater and the others are not neglected and need to be doing a lot renovation.The result of desgine is the design of interior building of Ludruk Tobong with Visual Art of East Java Cultural concept with the stage that is more modern and dynamic as the development of local culture. As well as being introduced to the public about traditional performing arts and cultural regions of East Java in out of showing area (main entrance). KATA KUNCI Ludruk, Tobong, Visual Art PENDAHULUAN Latar Belakang Kebudayaan bukan sekedar bentuk kesenian yang dapat memberikan kontribusi pada pemerintah sebagai paket pariwisata. Namun kebudayaan berisi dari lembaga adat, adat istiadat, dan kebiasaan lokal masyarakat yang memiliki nilai, norma, dan etika yang menjadi acuan dan membentuk karakter cermin tingkah laku masyarakat. Wujud kebudayaan daerah di Indonesia Nusantara mengingat Indonesia merupakan negara dengan ribuan pulau yang memiliki beragam suku dan agama, yaitu tercermin dalam berbagai aspek kehidupan

Upload: nguyenthien

Post on 02-Mar-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DESAIN INTERIOR GEDUNG LUDRUK TOBONG “TAMAN

HIBURAN RAKYAT” SURABAYA DENGAN KONSEP VISUAL

ART BUDAYA JAWA TIMUR

Toya Sendang Sadu Program Studi Desain Interior Jurusan Desain Produk Industri, FTSP, ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147

ABSTRAK Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang mengangkat cerita tentang kehidupan rakyat sehari – hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman, nasib Ludruk kian terpuruk dan dilupakan oleh masyarakat karena seiring dengan perkembangan jaman dan masyarakat tidak bisa menghentikan cepatnya gerakan laju perkembangan teknologi sehingga memunculkan sarana hiburan yang lebih canggih menggantikan Ludruk. Sehingga fasilitas perangkat budaya seperti alat musik, gedung pertunjukan dan lain – lain tidak terurus dan perlu banyak melakukan renovasi.Hasil desain ini adalah sebuah desain Interior Gedung Ludruk Tobong dengan konsep Visual Art budaya Jawa Timur dengan penataan panggung yang lebih modern dan dinamis sebagai pengembangan kebudayaan lokal. Serta mengenalkan kepada masyarakat tentang wujud seni pertunjukan tradisional serta kebudayaan daerah Jawa Timur pada area di luar area pertunjukan (main entrance). ABSTRACKT Ludruk is a traditional drama that was exhibited by an arts group that was taking the stories of people’s live- the day, and then stories of struggle and others are interspersed with jokesand accompanied by the gamelan as a musical. As the time goes on with the chaging times and the people could not stop the rapid pace of technological development which giving rise to a more sophisticated means of entertaiment which can replace Ludruk. So, the cultural facilities such as musical instruments, theater and the others are not neglected and need to be doing a lot renovation.The result of desgine is the design of interior building of Ludruk Tobong with Visual Art of East Java Cultural concept with the stage that is more modern and dynamic as the development of local culture. As well as being introduced to the public about traditional performing arts and cultural regions of East Java in out of showing area (main entrance).

KATA KUNCI Ludruk, Tobong, Visual Art

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kebudayaan bukan sekedar bentuk kesenian yang dapat memberikan kontribusi pada pemerintah sebagai paket pariwisata. Namun kebudayaan berisi dari lembaga adat, adat istiadat, dan kebiasaan lokal masyarakat yang memiliki nilai, norma, dan etika yang menjadi acuan dan membentuk karakter cermin tingkah laku masyarakat. Wujud kebudayaan daerah di Indonesia Nusantara mengingat Indonesia merupakan negara dengan ribuan pulau yang memiliki beragam suku dan agama, yaitu tercermin dalam berbagai aspek kehidupan

masyarakat di seluruh Indonesia, setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda yang disebut dengan kebudayaan lokal. Di Indonesia, terlebih di kota besar seperti Surabaya yang mengalami arus pergeseran budaya yang sangat cepat akibat globalisasi yang menyebabkan teknologi dan sarana hiburan yang lebih canggih telah berhasil menggeser keberadaan budaya tradisional. Di balik perkembangan kota yang makin gemerlap dan modern, bagaimanapun juga identitas bangsa harus tetap dijaga. Unsur – unsur budaya lokal bukan saja merupakan kekayaan kultural yang fungsional sebagai kerangka acuan untuk berpikir dan bertindak bagi masyarakat, tetapi budaya – terutama kesenian lokal sesungguhnya adalah sebuah produk kekayaan budaya yang bisa dimanfaatkan untuk modal dasar membangun sebuah kota menjadi daerah tujuan wisata. Tujuan Makalah ini meliputi proses menciptakan interior gedung ludruk tobong yang sesuai dengan kebutuhan pertunjukan ludruk mulai dari lay-out ruangan, akustik, lighting, sound, panggung sampai pada tempat duduk penonton. Serta mencerminkan budaya lokal dengan menghadirkan elemen – elemen khas Surabaya mengingat gedung ludruk Taman Hiburan Rakyat kini merupakan satu – satunya gedung ludruk yang dimiliki kota Surabaya.

Masalah Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah : bagaiamana menciptakan desain interior gedung Ludruk Tobong sesuai dengan kebutuhan gedung Ludruk Tobong dengann mengambil latar belakang permasalahan yang didapat melalui eksiting dan kebutuhan pengguna akan aktivitasnya.

PEMBAHASAN Menurut situs Wikipedia, Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang digelar di sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari. Dialog / monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penonton tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski terkadang ada bintang tamu dari kota lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat ludruk mudah diserap oleh kalangan non-intelek, (tukang becak, sopir angkutan umum, penjual kaki lima, dan lain – lain). Klasifikasi urutan pertunjukan Ludruk umumnya yaitu :

1. Tari Remo merupakan tari khas Jawa Timur. Tari Remo juga merupakan tarian selamat datang atau tarian pembuka dalam acara – acara penting seperti peringatan Hari Kemerdekaan, acara – acara kenegaraan dan lain – lain.

2. Parikan / Kidungan merupakan pantun khas Jawa timur yang biasa digunakan sebagai sarana kritik sosial. Parikan dimainkan oleh 1-2 orang dari pemain Ludruk. Parikan diiringi dengan gamelan yang mengikuti irama parikan itu sendiri.

3. Cerita ini merupakan inti dari pertunjukan Ludruk. Isi cerita Ludruk meliputi cerita rakyat sehari – hari dan cerita tokoh pahlawan seperti Sawunggaling, Sarip Tambak Oso, Sakhera (tokoh Madura). Namun, seiring berkembangnya jaman, Ludruk kini dikemas secara modern dengan menampilkan cerita yang lebih segar mengikuti arus perkembangan yang terjadi pada masyarakat pada masa kini.

Macam – macam istilah Ludruk yang berkembang pada masyarakat : 1. Ludruk yang berkembang di awal abad 20 yang dimainkan oleh penciptanya sendiri

yaitu Pak Besut. Ini merupakan awal mula dari perkembangan seni ludruk mulai dikenal oleh masyarakat Jawa Timur.

2. Seorang pengamen pada zaman dahulu bernama Markeso. Markeso bernyanyi (ngidung) tanpa diiringi gamelan. Jadi Ludruk Garingan adalah Ludruk yang tidak diiringi dengan musik.

Gambar 1 Tempat duduk berundak/pandangan satu baris Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior, Julius PaneroAIA, ASID dan Martin Zelnik AIA, AISD

3. Ludruk Terop sudah mulai tampil di beberapa acara seperti undangn pernikahan, sunatan dan acara – acara penting lainnya sebagai pengganti wayangan dan sebagai penghilang sial (tolak bala). Ludruk terop dimainkan di bawah terop.

4. Seiring dengan perkembangan jaman, ludruk kian eksklusiv dengan tampil di dalam gedung. Ludruk ini dinamakan ludruk tobong. Ludruk Tobong menggantikan fungsi dari penghilang sial menjadi saran hiburan masyarakat pada kala itu. Beberapa tempat yang Ludruk Tobong terkenal di era 70-80an adalah gedung ludruk Irama Budaya, Taman Hiburan Rakyat, Cak Durasim.

Kebutuhan Ruang Gedung Ludruk tobong 1. Lobby (public area)

Dalam teater tradisional lobby dibagi menjadi lobby sebenarnya (loket), restoran (mini kafetaria), area tunggu. Fungsi lobby sebagai kelengkapan pameran pertunjukan. Gedung teater tradisional biasa dalam memperhatikan rancangan ; ketinggian ruang, pengaturan dinding, dan pengaturan langit-langit (plafon), (Ernist Neurust DATA ARSITEK Jilid 2 edisi 33 hal 14).

2. Area Tunggu Perancangan interior area tunggu diharapkan membuat pengunjung nyaman dan juga berkesan welcome. Para pengunjung menggunakan ruang ini selagi menunggu pertunjukan

berlagsung sambil mengobrol, mengabadikan foto dan berdiskusi. 3. Mini Kafetaria

Fungsi dari kafetaria merupakan sebuah pengembangan dari penambahan aktivitas. Penonton bisa melakukan hal yang ringan seperti mengobrol, berdiskusi, makan makanan ringan sambil menunggu pertunjukan berlansung.

4. Pameran Kebudayaan Area pameran juga merupakan penambahan aktivitas selagi menunggu pertunjukan berlangsung. Penonton juga bisa menambah pengetahuan tentang kebudayaan Jawa Timur.

5. Area Penonton Gedung pertunjukan memerlukan kebutuhan akan berbagai jenis audiovisual yang diperlukan untuk menyampaikan atau mengahantarkan informasi dari penyaji. Display yang ideal bagi pengamat/penonton perorangan Faktor – faktor yang lebih penting untuk dipertimbangkan Tata letak dan konfigurasi tempat duduknya harus direncanakan untuk memastikan daya pengamatan terbesar bagi jumlah terbanyak. Tempat duduk harus direncanakan agar memungkinkan garis – garis pandang seorang pengamat melewati bagian atas dan celah antara pengamat di depannya¹.

Kajian furniture pada gedung pertunjukan ludruk meliputi hal – hal yang berkaitan dengan kenyamanan sudut pandang (visual) panonton ke arah panggung.

Sistem penataan lantai pada area penonton idealnya didesain agar penonton yang berada semakin ke belakang masih dapat melihat kea rah panggug dengan baik. System penataan lantai miring (sloped) atau bertrap (inclined) dapat membantu menunjukkan hal ini.

Daya pengamat maksimal dari jumlah terbesar pengamat pada posisi duduk dicapai dengan cara meninggikan mata mereka secara berurutn mulai dari baris depan hi agga baris belakang, sehingga penonton dapat memandang melewati kepala orang yang duduk di depan.

1 Panero, Julius, AIA, AISD, dan Martin Zelnik, AIA, AISD, Dimensi Manusia dan Ruang Interior

Gambar 2 Tempat duduk berundak/pandangan dua baris Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior, Julius PaneroAIA, ASID dan Martin Zelnik AIA, ASID

Gambar 3 Tinggi panggung maks 1,10m dengan batas min. 0,60-0,90m Sumber : Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Ernist Neufert

Pandangan pada gambar di atas mengilustrasikan metode “pandangan dua baris” yang mencegah kepala pada 2atau 3 baris yang berada lebih di depan menghalangi pandangan penonton yang lain.

Keuntungan cara ini tidak sefektif pola satu baris.

Tempat duduk yang lebih lebar serta layout tempat duduk yang diatur berselang-seling, dapat meningkatkan daya pandang antara kepala – kepala dari penonton yang berada tepat di depannya seperti yang ditunjukan pada gambar di atas.

6. Panggung Perencanaan gedung pertunjukan teater memerlukan pengertian tentang hubungan fungsional yang kompleks. Perkembangan teater secara historis banyak dibicarakan. Konstruksi bangunan yang berdirri dari 2500tahun secara terus-menerus dalam masyarakat yang berbeda. Sekarang setiap bangunan teater mempunyai sebuah tradisi secara historis yang besar, sekaligus menandai adanya usaha melepaskan dari tradisi agar keberlangsungan teater tradisional berkembang menurut fenomena modernisasi yang terjadi di masyarakat.

Perbedaan gedung opera dan gedung teater :

Opera : Opera tertera dalam tradisi Itali. Gedung opera dibangun pada tahun 18-an dan tahun 19-an. Opera mempunyai karakter adanya sebuah pemisahan ruang yang jelas secara arsitektur antara ruang penonton dan panggung melalui musik orkestra dan banyaknya tempat duduk (1000 sampai hampIr 4000 tempat duduk) dan system yang sesuai dengan tempat duduk tidak terikat (lepas) atau balkon, penting untuk jumlah penonton yang banyak. Seperti contoh gambar di bawah ini yaitu gedung opera Scala Mailand yang memiliki kapasitas tempat duduk sebanyak 3600 kursi

Teater : teater tertera dalam tradisi teater pembaharuan negara Jerman abad 19-an adanya teater mempunyai karakter dengan adanya bentuk tempat duduk di lantai bawah (yaitu penonton duduk pada bidang besar berbentuk kurva yang menanjak/naik) dan melalui depan panggung yang tampak jelas, depan panggung yang dapat dicontoh (bidang pertunjukan sebelum pintu gerbang di ruang penonton). Sandiwara utama dalam tradisi Inggris yaitu tempat pertunjukan berada di dalam ruangan.²

Kesimpulan : - Ludruk tobong merupakan seni pertunjukan klasik (tradisional) yang

menggunakan sistem panggung modern. Sebagai pengembangannya, maka didesain dengan memasukkan unsur teknologi.

- Pada perancangan desain interior gedung Ludruk Tobong ini memakai sistem gedung Opera di mana terdapat pemisahan ruang yang jelas antara ruang penonton dan panggung melalui musik orkestra (penabuh gamelan).

2 Panero, Julius, AIA, AISD, dan Martin Zelnik, AIA, AISD, Dimensi Manusia dan Ruang Interior

Panggun

g

7. Area Musik Area musik pada Gedung Ludruk Tobong diidsi dengan seperangkat gamelan yang mengiringi seluruh rangkaian pertunjukan Ludruk mulai dari Remo, Kidungan/Parikan hingga akhir pertunjukan. Pada instrumen musik Jawa Timur, pengkoordinir utama ketika musik akan dimulai ada pada penabuh gendang (pengendang). Maka, ketika perancangan lay-out area musik (peletakan alat musik) sengaja ditaruh terpisah-pisah, tidak masalah. Konsep perancangan : Perancangan area musik meliputi pembagian lay-out sesuai dengan kebutuhan : [ukuran alat musik(pxl)+luasan area duduk pemain music(0.52m²)] xjumlah setiap alat music Dan pemilihan material yang membuat pemain musik merasa nyaman. Berikut eksisting jenis dan jumlah alat musik yang ada di Gedung Ludruk Tobong Taman Hiburan Rakyat Surabaya.

Alat Musik Fungsi Ukuran

p x l x t (cm)

Jumlah Kebutuhan Luasan

alat musik + luas

tempat duduk

bersila

(66cmx39cm)

1.Kenong

Dimainkan dalam struktur

komposisi.

157x57x56 2 buah 1.8m² + 0.52 m² = 2.32

2.(Saron) Peking besar

Beroktaf tinggi. Seperti demung,

saron barung memainkan

balungan dalam wilayahnya yang

terbatas..

90x25x28 2 buah 0.45 m²+0.52 m² =0.97

3.Peking sedang

Pada teknik tabuhan imbal-

imbalan, dua saron barung

memainkan lagu jalin menjalin

yang bertempo cepat

73x34x46

3 buah 0.74 m²+0.78 m² =

1.52 m²

4.Peking panerus

(berukuran paling kecil)

Saron yang paling kecil dan

beroktaf paling tinggi. Saron

panerus atau peking ini

memainkan tabuhan rangkap dua

atau rangkap empat lagu

balungan.

65x17x19 2 buah 0.22 m²+0.52 m² =0.74

5.Kempul

Instrumen gamelan yang bertugas

pada bagian irama.

69x38x28 1 buah 0.26 m²+0.26 m² =

0.52 m²

Tabel 1 Skema eksisting kebutuhan area musik di gedung Ludruk Tobong THR

Sumber : Catatan pribadi

6.Gambang kayu

Berfungsi sebagai resonator.

Berbilah tujuh-belas sampai

dua-puluh bilah, wilayah

gambang mencakup dua

oktaf atau lebih. Gambang

dimainkan dengan tabuh

berbentuk bundar dengan

tangkai panjang biasanya dari

tanduk/sungu.

138x58x50 3 buah 2.4 m²+0.78 m²

=3.18

7.Kendang

Fungsi utamanya yaitu

mengatur irama

70x38x48 4 buah (

yang

digunakan

hanya 2

buah)

1.1 m²+1.04 m²

=2.14 m²

8.Remo (3ketipung di

atas kendang)

Pengiring instrument 70x38x48 1 buah 0.27 m²+0.26 m²

=0.53 m²

9.Jidor

Pengiring instrument 50x50x65 1 buah 0.25 m²+0.26 m²

=0.51 m²

10.Bonang barung

salah satu instrumen

gamelan yang bertugas

dibagian lagu.

117x45x55 1 buah 0.53 m²+0.26 m²

=0.79 m²

11.Bonang Penerus

(ukuran lebih kecil)

Fungsinya menimbulkan efek

suara bersahutan. Jumlah

kepigannya sama dengan

bonang barung, tetapi

notasinya satu oktaf lebih

tinggi.

80x45x55 1 buah 0.36 m²+0.26 m²

=0.62

12.Kempul dan gong

berfungsi sebagai finalis lagu.

Bentuk gong sama persis

dengan bentuk kempul,

hanya saja ukurannya lebih

besar.

157x55x 104 1 buah 0.86 m²+0.26 m²

=1.12 m²

Gambar 4 Pelapis akustik dengan pori-pori kecil yang berfungsi menyerap frekuensi tinggi Sumber : Akustika Bangunan (Prinsip – prinsip danPenerapannya di Indonesia), Mediastikas, Christina E, Ph.D, 2005

Gambar 6 Pemakaian plafon gantung dan pemasangan material peredam getaran pada objekyang potensial bergetar dengan objek perambatan secara structurebone

(Templaton dan Saunders, 1987)

Gambar 5 Material papan akustik pada dinding Sumber : Akustika Bangunan (Prinsip – prinsip dan Penerapannya di Indonesia), Mediastikas, Christina E, Ph.D, 2005

13.Drum

Pengiring lagu dan pengatur

kecepatan (musik modern)

150x102x 90 1 set 1.53 m² +0.26 m²

=1.79 m²

Material Pendukung untuk Mengatasi Terjadinya Cacat Akustik

1. Lantai Lantai area penonton sebaiknya dilapisi dengan bahan lunak (karpet) yang mampu menyerap kebisingan (absorbser) yang terjadi di area penonton, seperti langkah kaki atau hentakan – hentakan kaki penonton saat memasuki gedung ludruk pada saat pertunjukan berlangsung.

2. Dinding Dinding dalam kajian kebutuhan sebuah gedung pertunjukan baiknya mampu sebagai objek insulator. Pengetahuan tentang material dinding akan kemampuannya mengurangi terjadinya transmisi atau merambatnya gelombang bunyi balik ke material/konstruksi karena diserap oleh material/konstruksi tersebut akan merupakan acuan dalam penerapan standar fungsi dinding secara akustik dalam gedung pertunjukan Ludruk. Dinding lembaran merupakan jenis dinding yang pembuatan dinding yang cepat, tidak memakan waktu dan biaya. Macam material dinding lembaran ini antara lain : bagian luar ditutup dengan karpet, metal cladding, GRC atau Fiber Cement ( Kalsiboard ) untuk dinding bagian luar, dan gypsum atau multiplex untuk dinding bagian dalam. Rangka terbuat dari besi hollow atau baja ringan.

3. Plafon Gedung pertunjukan ludruk yang banyak menyajikan acara tanpa bantuan peralatan listrik atau yang tidak dibuat untuk menampung penonton dalam jumlah banyak, sebaiknya dirancang dengan plafon yang mampu memantulkan suara penyaji ke arah penonton secara merata. Agar hal ini dapat tercapai, bentuk dan peletakan plafon harus diatur agar pematulan yang terjadi dapat merata, dan berlangsung seketika atau dengung (reverberation) dan bukan pemantulan tunda atau gema (echo).

Peran Visual Art dalam Desain

(Sumber : Wikipedia.com), Visual Art adalah seni bentuk membuat karya yang dapat dinikmati oleh

indera mata dan indera rasa. Media visual art adalah seperti keramik, menggambar, melukis, patung,

Jumlah 16.75 m²

Gambar 7 Konsep Visual Art dalam seni grafis. Pengolahan gambar dibantu oleh aplikasi teknologi computer yang canggih di bidang grafis Sumber : Situs Google

Gambar 8 Busana Jember Fashion Festival Sumber : Situs Google

Gambar 9 Aplikasi Visual Art Dekoratif Interior karya Claire Morgan Sumber : http://theberry.com/2010/02/03/scultpor-claire-morgan-13-photos/

seni grafis, desain, kerajinan, dan sering seni rupa modern (fotografi, video, dan pembuatan film) dan

arsitektur. Definisi ini tidak selalu mengacu pada seni sebagai disiplin artistik (seni pertunjukan, seni

konseptual, seni tekstil)

melibatkan aspek seni

visual maupun seni

jenis lain. Juga

termasuk seni terapan. Aplikasinya desain industri, desain grafis, desain fashion, arsitektur, desain

interior dan seni dekoratif.

Konsep visual art pada fhasion designe (gambar di atas) merupakan perpaduan yang sangat luas biasa dengan kombinasi seni make-up pada tat rias, busana dari bahan – bahan bekas yang ditata sedemikian rupa, hingga penambahan aksesoris khas Indonesia yaitu topeng merupakan seni visual

yang membuat mata dunia tertuju kepada Indonesia.

Penerapan Visual Art dalam desain interior memberikan dampak nuansa dan suasana baru yang tidak lepas dari sisi modern dan tidak lepas dari benang merah suatu seni itu berasal. Visual art juga bisa mematahkan budaya (pakem) atau suatu bentuk pengembangan budaya lokal.

Yang sering dilakukan dalam menghidupkan konsep Visual Art yaitu sistem transformasi bentuk. Dalam hal yang berkaitan dengan budaya, transformasi bentuk bisa digunakan dalam mengembangkan pola – pola bentuk cirri khas kebudayaan setempat. Sebagai contoh : bentuk akar tumbuhan, daun, hewan, senjata bisa dijadikan motif batik. Di mana motif tersebut berkaitan dengan filosofi yang terjadi / berkembang pada daerah di mana motif itu lahir dan berkembang.

Kajian Eksisting

Gedung ludruk Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya diresmikan pada tanggal 19 Mei 1961 bersamaan dengan gedung pertunjukan lainnya yaitu, gedung srimulat dan gedung ketoprak Pringgodani. Dengan visi dan misi yaitu Memberi hiburan bagi rakyat dengan berbagai pertunjukan. Berlokasi di jalan Wijaya Kusuma, komplek Kampung Seni dan kini terletak di belakang Hi-Tech Mall. Analisa Interior

Dinding terbuat dari batu bata. Dan permukaan dinding tidak terdpat lapisan untuk meredam suara, sehingga kemungkinan cacat akustik (gaung) terjadi pada interior bangunan ini. Lantai pada area penonton terbuat dari plesteran semen yang tidak dapat meredam suara.

Gambar 10 Dinding keseluruhan terbuat dari batu bata tanpa peredam suara Sumber : Dokumen pribadi

Lantai pada area panggung menggunakan karpet berbahan flannel yang menutupi dasar lantai panggung sesungguhnya yaitu pleseteran semen. Karpet jenis ini menyerap suara namun daya serapnya kecil karena ketebalan karpet yang tipis.

Lantai pada area penabuh musik terbuat dari keramik. Fenomena akustik yang dihasilkan oleh kedua material ini adalah memantulkan suara yang mengenai objek lantai. Perpaduan antara dinding dan lantai yang tidak memiliki sistem serap suara (absorbs) menghasilkan suara memiliki ekor (gema/gaung).

Bentuk plafon yaitu plafon miring dengan menggunaan struktur rangka baja ringan. Terdapat cela antara dinding dengan plafon sebagai sirkulasi udara. Dan cela ini untuk mengeluarkan suara yang terpantul oleh dinding dan lantai, sehingga menyebabkan gelombang suara berubah menjadi getaran yang dapat diarasakan pada elemen interior bangunan.

Jumlah bangku pada saat tertentu terkadang tidak sesuai dengan jumlah penonton. Sehingga penonton banyak yang menikmati pertunjukan dengan berdiri. Ini membuktikan bahwa Ludruk Tobong masih dinikmati oleh warga Surabaya.

METODOLOGI DESAIN Sistematika Penyusunan Laporan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang abstrak, latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup desain, metodologi riset desain, dan sistematika penulisan laporan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, EKSISTING DAN PEMBANDING Berisi tentang pengambilan data yang bersumber dari buku referensi maupun data yang bersumber dari internet yang digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan laporan ini. BAB III METODE DESAIN Berisi tentang pemaparan data – data hasil survei di lapangan yang berhubungan dengan studi eksisting, kemudian juga disertai data pembanding terhadap objek desain yang akan dirancang. BAB IV ANALISIS DAN KONSEP Menjelaskan proses pemecahan masalah berdasarkan latar belakang dan aspek – aspek terkait yang berupa pengembangan konsep desain. BAB V FINAL DESAIN Desain akhir merupakan solusi dari permasalahan yang ada. Output berupa : gambar kerja, perspektif 3d, RAB, maket dan animasi. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 11 Lantai panggung menggunakan karpet berbahan flannel Sumber : Dokumen pribadi

1. Bapak Tribroto, mantan Kepala UPTD THR.

Gambar 12 Lantai area musik memakai keramik membuat kesan dingin apabila duduk dalam jangka waktu lama Sumber : Dokumen pribadi

Gambar 13 Plafon miring dengan struktur baja ringan Sumber : Dokumen pribadi

Gambar 14 Area penonton Sumber : Dokumen pribadi

a. Kesimpulan Berupa poin – poin yang berisi hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian dan hasil tambahan lainnya. b. Saran Saran untuk subjek atau pihak – pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian, juga untuk penelitian selanjutnya.

Alur Perancangan

Pengumpulan Data Mengamati langsung kegiatan yang dilakukan oleh pengguna dan pengunjung objek eksisting dan pembanding untuk mengetahui kebutuhan ruang dan fasilitas yang digunakan. Data Primer : Observasi Lapangan (Langsung), wawancara, observasi Objek Studi

pembanding Data Sekunder : Buku referensi yang relevan, internet Analisa dan Programming Analisa adalah proses menemukan permasalahan yang ada. Proses ini berlangsung dengan cara membandingkan akan keadaan yang ada di lapangan, data tipologi dan data literatur. Konsep perancangan Dalam konsep perancangan ini berisi tentang bentuk, warna, pola sirkulasi, sistem pencahayaan, elemen pembentuk ruang, sistem penghawaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan mendesain interior. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep ini berisi tentang penerapan dari konsep perancangan. Penerapannya dimasukkan dalam semua hal, misal: bentuk dan warna lay out, sampai dengan furniture yang dipakai. Desain Desain final merupakan konsep desain yang ditemukan dan diterapkan, yang berupa gambar penyajian yang sesuai denagn keterangan dan notasi dan akan selalu dievaluasi untuk menemukan desain terbaik yang sesuai dengan kebutuhan. Output berupa : gambar teknik, gambar perspektif 3dimensi, RAB dan animasi. Metodelogi Analisa

Metode yang adalah metode analitis, di mana setiap hal dalam perancangan akan selalu dianalisa kembali. Adapun teori dalam kajian analisa yang digunakan oleh penulis antara lain:

Skema Alur

Perancangan

Sumber skema : catatan

pribadi

Gambar 15 Alur perancangan Sumber : Catatan pribadi

a. Metode analisa induktif : Metode yang digunakan untuk mencari standarisasi yang diperlukan dalam perancangan untuk dianalisa dan didapatkan standar tetap melalui buku referensi sesuai dengan tema perancangan yang kemudian dipakai dalam aplikasi perancangan desain. Contoh : standarisasi ergonomic bangku penonton pada gedung pertunjukan ludruk.

b. Metode analisa dengan menggunakan kajian semiotika : Metode yang digunakan untuk mencari kaitan antara “tanda” yang ada pada unsur arsitektur bangunan dan “makna” yang terkandung di dalamnya.

c. Metode analisa deskriptif : Metode yang menjelaskan dan menguraikan segala bentuk data yang diperoleh untuk dianalisa.

d. Metode analisa komperasi : Metode yang membandingkan data dengan teori atau menganalisa antara data dengan data yang lainnya, yang kemudian diambil data yang sesuai dengan perancangan.

e. Metode analisis dengan kajian continuity & change : Analisa yang dilakukan dengan menelysuri unsur-unsur bangunan yang telah berubah dan masih tetap dengan penjelasan alasan tentang perubahan bangunan. Dapat juga untuk meganalisa bagian-bagian bangunan yang boleh atau tidak diperbolehkan untuk diubah.

KONSEP Latar belakang pemilihan konsep Jawa Timur merupakan provinsi yang kaya akan budaya lokalnya. Contohnya tari Remo, Reog Ponorogo, karapan sapi, instrument musik gamelan yang khas dan lain sebagainya sampai pada seni pertunjukan khas Jawa Timur yaitu Ludruk. Maka dari itu, Surabaya sebagai ibukota provinsi Jawa Timur di mana Surabaya merupakan pusat pemerintah Jawa Timur, maka Surabaya memiliki peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian daerah yang dimiliki Jawa Timur.

Visual Art pada interior gedung Ludruk Tobong THR

Konsep Visual Art pada interior gedung Ludruk merupakan terapan tampilan visual budaya Jawa Timur yang dapat dinikmati oleh indera mata dan rasa. Media yang digunakan dalam mendukung konsep Visual Art yaitu material pendukung pada elemen interior ludruk (lantai, dinding, plafon, furniture dan elemen estetis) yang dapat diolah menjadi bentukan berupa warna, siluet, gambar, tranformasi bentuk yang diperoleh dari kajian budaya – budaya Jawa Timur.

Gambar 16 Analisa latar belakang pemilihan judul Sumber : catatan pribadi

Gambar 19 Model panggung (a) proscenium, (b) terbuka, (c) arena, (d) extended Sumber : Akustika Bangunan (Prinsip – prinsip dan Penerapannya di Indonesia), Mediastikas, Christina E, Ph.D, 2005

Hubungan Ruang (Matrix)

Keterangan : : Berhubungan : Sebaiknya berhubungan : Tidak berhubungan

Pola Sirkulasi Pola sirkulasi adalah menerus. Di mana pengunjung hanya melalui 1pintu utama yaitu eskalator yang menghubungkan lantai 1 (perpustakaan budaya, kantor administrasi, dan pameran multifungsi) dan lantai 2 (area pertunjukan) yang berada di main entrance ruang terpilih. Kemudian ketika pengunjung akan memasuki area pertunjukan, pengunjung “diajak” menikmati pameran display pameran budaya Jawa Timur termasuk mengenal sejarah Ludruk. Kemudian dari area display, baru memasuki area pertunjukan.

Konsep Panggung Konsep area pertunjukan yaitu memposisikan panggung agar dapat “komunikatif” dengan penonton. Dimaksudkan agar pertunjukan Ludruk dapat lebih hidup dan jalan ceritanya dapat diikuti oleh seluruh pengunjung. Dengan kesadaran bahwa penonton yang datang hanya bermaksud untuk menonton pertunjukan, oleh karena itu harus dihindarikan sejauh mungkin apa yang nampak dalam pentas prosenium yang sifatnya bukan pertunjukan. Maka dipasanglah layar-layar (curtain) dan sebeng-sebeng (Side wing). Maksudnya agar segala persiapan pertunjukan di belakang pentas yang sifatnya bukan pertunjukan tidak dilihat oleh penonton.

Gambar 17 Hubungan antar ruang (matrix) Sumber skema : Catatan pribadi

Gambar 18 Skema pola sirkulasi Sumber skema : Catatan pribadi

Bentuk area musik Area musik diletakkan di depan panggung agar pemain musik dapat mengiringi gerakan pemain Ludruk di atas panggung dengan spontan. Sehingga masyarakat dapat terbawa suasana isi pertunjukan yang tidak berkesan monoton.

Warna Suasana warna yang ditampilkan pada panggung adalah warna – warna dominan budaya Jawa Timur. Yaitu merah, hitam, dan kuning emas. Namun, sebagai penetra, dihadirkan warna-warna netral seperti warna krem yang hangat dan welcome. Diharapkan pengunjung ketika berada dalam area ini, duduk menikmati suguhan cerita dan dapat merasakan atmosfir ke “Jawa Timur”an.

Furniture Furniture pada area pertunjukan berupa kursi pabrikasi yang memproduksi dengan jumlah yang banyak dan memiliki standar ergonomic sesuai dengan kenyamanan posisi duduk pada area pertunjukan.

Art program Secara garis besar, bentuk dan ukiran daun motif Madura ini melengkung dann terdapat ikal pada ujung daunnya. Pecahan cawen pada daun pokok menyerupai gergaji dan lebih tajam dibandingkan dengan motif ukiran lainnya. Ciri lain dari motif Madura yaitu :

Gambar 21 Skema konsep warna Sumber : catatan pribadi

Gambar 20 Skema konsep area pnggung Sumber skema : catatan pribadi

Gambar 22 Foto kursi pabrikasi area penonton. Sumber : situs Google

Keterangan : 1. Daun pokok 2. Pecahan 3. Ikal 4. Benangan

- Benangan :

Pada ukiran daun pokok terdapat benangan timbul yang menuju ke arah ikal pada ujung daun tersebut.

- Pecahan : Pecahan garis mirip dengan motif Jepara. Sedangkan warna dari ukiran Madura yaitu warna – warna yang dinmis, bekesan tegas dan cerah seperti merah, kuning (emas), hitam dan putih.

FINAL DESAIN Desain Denah Keseluruhan Perubahan lay-out pada eksisting di luar area pertunjukan meliputi penambahan ruang untuk menampung aktivitas tambahan sebelum pertunjukan Ludruk tobong dimulai. Di antaranya ada ruang Lobby sekaligus tempat penjualan tiket, area pameran kebudayaan untuk melihat-lihat display tentang pengetahuan kebudayaan Jawa Timur. Kemudian terdapat area penjualan makanan ringan dan beberapa tempat untuk mengobrol menikmati makanan ringan sekaligus mengobrol atau menunggu teman, dan menunggu pertunjukan berlangsung.

1

2

3

4

Gambar 23 Motif ukiran Madura Sumber : Ornamen ukir Kayu Tradisional Jawa 2

Gambar 24 Motif ukiran Madura pada furniture Sumber : situs Google

Gambar 25 Denah Terpilih Sumber : Catatan pribadi

Pada area pertunjukan, perubahan lay-out didasarkan pada banyaknya peminat atau pengunjung Ludruk

Tobong. Apabila pada denah eksisting, desain gedung diperuntukkan sebagai gedung pertunjukan umum

yang berkapasitas sampai dengan +/- 1000 penonton. Namun pada peminat Ludruk Tobong pada setiap

penampilan di rata-rata 15-350 pengunjung.

Area Lobby Aktivitas yang ditampung pada area ini adalah menunggu mulainya pertunjukan Ludruk Tobong, mengobrol dan juga mengabadikan foto pada area ini.

Visual art budaya Jawa Timur pada area ini yaitu terdapat material limbah marmer yang disusun menjadi Candi Trowulan. Dengan tempat duduk bewarna senda dengan meja receptionist yaitu coklat kemerahan dengan sedikit list ukiran Madura.

Area Tunggu Aktivitas yang ditampung pada area ini adalah menunggu mulainya pertunjukan Ludruk Tobong, mengobrol dan juga mengabadikan foto pada area ini.

Pada area ini,nuansa Jawa Timur dapat dilihat dari material bata pada dinding yang memberi kesan “candi” Jawa Timur karena candi Jawa Timur didominasi oleh warna yang ada pada batu bata ini.Kemudian terdapat candi Wringin yang menjadi “bingkai” topeng ekspresi.

Akses Memasuki Area Pertunjukan Area ini merupakan akses pengunjung untuk memasuki area pertunjukan. Terdapat ekspresi topeng besar yang merupakan ikon dari cak dan ning sebagai pemain Ludruk terbuat dari tembaga bewarna emas bakar.

Gambar 27 Area Lobby/Loket

Gambar 26 Area tunggu

Center Area Pada akses menuju area pertunjukan, terdapat tanaman yang mengelilingi eskalator. Pengadaan tanaman

ini guna membuat tampilan esklator yang terletak pada center area tampak indah di luar sifatnya yang

fungsional.

Pameran Kebudayaa Pada area kebudayan, pengunjung dapat melihat-lihat display kebudayaan Jawa Timur sambil menunggu dimulainya pertunjukan Ludruk Tobong berlangsung. Visual art program pada area ini terdapat susunan limbah marmer yang disusun menyerupai candi wringin. Dan juga 2kursi estetis yang merupakan transformasi bentuk rumah ayam bekisar yang mengapit meja dan topeng ekspresi.

Area Penonton

Aktivitas pengunjung yang berada di ruang ini adalah menikmati pertunjukan Ludruk Tobong. Dengan

kapasitas kursi penonton 360buah.

Gambar 28 Akses memasuki area pertunjukan

Gambar 29 Akses menuju lantai 2 yang dihubungkan dengan eskalator

Gambar 30 Area Pameran Kebudayaan

Nuansa Jawa Timur pada area ini terdapat pada warna dinding dan kursi yang terinspirasi dari warna busana Jawa Timur yaitu merah, putih, dan hitam. Warna dinding dengan material karpet sebagai peredam suara bewarna merah, kursi bewarna htam dan pada lantai diberi warna abu-abu dikarenakan apabila bewarna putih, akan lebih cepat kotor.

Pada akses memasuki area pertunjukan ini, penonton dapat merasakan atmosfir pada dinding akses jalan dengan secondary wall berbentuk candi Trowulan. Sehingga ketika keluar ruanganpun penonton dapat merasakan nuansa Jawa Timur.

Panggung Aktivitas yang berada di area penggung dan area musik adalah bermain musik, menari,menyanyi dan berakting. Visual art program pada area penggung yaitu modernisasi background panggung yang semula berupa kelir (layar lukis) menjadi layar LED agar tampilan visual Ludruk tobong lebih atraktif. Dan juga terdapat candi Wringin sebagai ”bingkai” panging yang bermaterial limbah marmer yang disusun sedemikian rupa.

Area Pertunjukan Pada area musik terdapat ukiran Madura seperti yang terdapat pada furniture di luar area pertunjukan. Guna menyatukan persepsi kesatuan antar area pertunjukan dengan.area yang berada di luar area pertunjukan. Kesan yang dihadirkan pada area ini adalah kesan hangat karena menggunakan lampu downlight bewarna kuning.

Gambar 31 Area Penonton

Gambar 31 Panggung

Gambar Gambar 32 Area Pertunjukan

Desain Elemen Estetis

Terinpirasi dari pemain Ludruk yang memakai udeng / ikat kepala khas Jawa Timur. Dan pemain Ludruk perempuan memakai sanggul.

Terinspirasi dari bentukan Candi Trowulan sebaga elemen estetis dengan permainan tekstur dan material yang terbuat dari potogan limbah marmer.

Terinspirasi dari topeng ekspresi yang identik dengan pertunjukan drama. Topeng terbuat dari besi

bewarna hitam dengan udeng ikat kepada khas Jwa Timur bewarna merah. Topeng ekspresi ini

diletakkan pada area lobby sebagai elemen estetis.

Desain Furniture

Terinspirasi dari kandang ayam yang sering dijumpai pada bangunan-bangunan / kantor-kantor pemerintahan di Jawa Timur seperti Grahadi, Knator Gubernur Jawa Timur, dan lain-lain.

Gambar 33 Topeng Ekspresi Cak dan ning

Gambar 34 Elemen estetis Candi Trowulan

Gambar35 Topeng ekspresi Ludruk

Gambar 36 Kursi Estetis Area Pameran Kebudayaan

Gambar 37 Meja Receptionit

Terinspirasi dari kenong yang merupakan alat musik khas Jawa. Dengan menambahkan ukiran Madura sebagai list dan pemilihan warna coklat kemerahan dapat mengesankan unsur Jawa Timur.

Sama seperti meja lobby, kursi area tunggu ini terinspirasi dari bentuk alat musik kenong dengan warna coklat kemerahan dan ukiran Madura pada list.

Desain Lighting

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Kesimpulan yang diambil dari seluruh pembahasan penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Melalui desain interior, gedung Ludruk Tobong THR Surabaya dapat menjadi salah satu

aset pariwisata yang dapat memberikan kontribusi untuk menarik wisatawan dan masyarakat luar daerah Surabaya dan Jawa Timur untuk menyaksikan kebudayaan lokal seni pertunjukan khas Jawa Timur

2. Penambahan fasilitas ruang yaitu area pameran kebudayaan merupakan sarana pengenalan dan pembelajaran masyarakat untuk mengenal kebudayaan lokal Jawa Timur.

3. Desain Interior gedung Ludruk Tobong THR merupakan sarana untuk melestarikan dan mengenalkan kepada masyarakat tentang kebudayaan yang dimiliki Jawa Timur melalui tampilan konsep Visual Art yang mengangkat tema budaya Jawa Timur.

Saran Saran dan kritik untuk melengkapi penulisan ini sangat diharapkan guna memberi pengetahuan yang lebih luas demi mendukung konsep perancangan desain interior gedung Ludruk Tobong yang dapat mengfasilitasi kebutuhan pemain Ludruk maupun pengunjung Ludruk. Sehingga dapat meningkatkan mutu sebuah seni pertunjukan Ludruk Tobong sebagai kebudayan lokal, sehingga dapat menarik masyarakat kembali untuk menjadikan Ludruk Tobong menjadi salah satu sarana hiburan.

DAFTAR PUSTAKA Buku : Fraser, Tom & Adam Banks, 2004, The Complete Giude to Colour, ILEX Kopacz, Jeanne, 2003, Colour in Three Dimentional Designe, The Mc.Graw-Hill Companies Neufert, Ernist, 2002, Data Arsitek Jilid 2 edisi 33 Panero, Julius, AIA, AISD, dan Martin Zelnik, AIA, AISD, Dimensi Manusia dan Ruang Interior Oranamen Ukir Kayu Tradisional Jawa 2 (736.4)

Gambar 38 Kursi Area Tunggu

Gambar 39 Lighting Estetis

Mediastikas, Christina E, Ph.D, 2005, Akustika Bangunan (Prinsip – prinsip dan Penerapannya di Indonesia), Erlangga Suyanto, Bagong,Septi Ariadi, Karnaji, Koko Srimulyo, Sudarso, Mochammad Jalal, Perencanaan Pengembangan Nilai – Nilai Budaya dan Kesenian Lokal di Kota Surabaya, BAPPEKO, Surabaya Majalah : Amir, Arwin Ir, 2009, Serial Rumah (LIGHTING STYLE), PT. Prima Infosarana Media Sandjaya, Imelda, Serial Menata Rumah (Kamar Tidur) Serial RUMAH (ATAP), PT. Prima Infosarana Media Serial RUMAH (LANTAI), PT. Prima Infosarana Media Sandjaya, Imelda, Seri Rumah Ide (Plafon), PT. Prima Infosarana Media Situs Internet : http://id.wikipedia.org/wiki/reog http://id.wikipedia.org/wiki/jawatimur http://id.wikipedia.org/wiki/warna http://www.google.com/TheRoyalOpera www.ideaonline.com www.rumahide.com www.wikipedia.com www.google.com www.flickr.com