ludruk : winda hayu pratiwi, nia rahmawati, ayyu fityatin l.h

31
KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA REGENERASI LUDRUK SEBAGAI LUDRUK ABG DALAM UPAYA MENINGKATKAN SENSE OF BELONGING MASYARAKAT TERHADAP BUDAYA LOKAL Diusulkan oleh : AYYU FITYATIN LUTHFI HASYIM 2307100147 NIA RAHMAWATI 2307100022 WINDA HAYU PRATIWI 2307100118 Bidang Seni INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2008

Upload: winda-hayu-pratiwi

Post on 24-Jun-2015

1.247 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa

TRANSCRIPT

Page 1: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA

REGENERASI LUDRUK SEBAGAI LUDRUK ABG

DALAM UPAYA MENINGKATKAN SENSE OF BELONGING MASYARAKAT

TERHADAP BUDAYA LOKAL

Diusulkan oleh :

AYYU FITYATIN LUTHFI HASYIM 2307100147

NIA RAHMAWATI 2307100022

WINDA HAYU PRATIWI 2307100118

Bidang Seni

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2008

Page 2: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

ii

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

REGENERASI LUDRUK SEBAGAI LUDRUK ABG

DALAM UPAYA MENINGKATKAN SENSE OF BELONGING MASYARAKAT

TERHADAP BUDAYA LOKAL

Disusun dalam rangka :

Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) Bidang Seni 2008

Di susun oleh :

AYYU FITYATIN L. H. 2307100147

NIA RAHMAWATI 2307100022

WINDA HAYU PRATIWI 2307100118

Surabaya, 5 Juni 2008

Mengetahui,

Pembantu Rektor III Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Suasmoro Prof. Drs. Nur Iriawan, M. Ikom, PhD

NIP. 130 633 398 NIP. 131 732 011

Page 3: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ludruk merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup dikenal di Jawa

Timur. Ludruk termasuk jenis teater tradisional Jawa yang lahir dan berkembang di

tengah-tengah rakyat dan bersumber pada spontanitas kehidupan rakyat. Ludruk

disampaikan dengan penampilan dan bahasa yang mudah dicerna masyarakat. Selain

berfungsi sebagai hiburan, kesenian ini juga sering dimanfaatkan sebagai penyaluran

kritik sosial.

Pada zaman penjajahan, Ludruk berperan sebagai penyalur kritik sosial atas

penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing. Seperti kata-kata ‘Pagupon omahe

Dara, Melok Nippon tambah sengsara’, yang dalam bahasa Indonesia berarti „Pagupon

adalah rumah untuk burung dara, ikut Jepang (Nippon) justru menambah sengsara‟

merupakan kata-kata yang muncul dalam pementasan ludruk saat penjajahan Jepang

terhadap Indonesia. Dengan adanya kritik sosial yang disampaikan melalui pementasan

ludruk, hal tersebut menunjukkan bahwa ludruk sebagai salah satu kesenian Jawa

Timur memiliki keunggulan tertentu disamping fungsinya sebagai hiburan. Dulu,

dengan adanya pementasan ludruk tersebut, ludruk mampu membuat masyarakat untuk

mencintai tanah air serta menumbuhkan rasa antipati terhadap penjajahan Jepang. Hal

ini memicu semangat perjuangan masyarakat untuk melawan para penjajah.

Seiring dengan berjalannya waktu, setelah Indonesia berhasil mendapatkan

kemerdekaannya, banyak periode telah dilewati oleh kesenian tradisional Jawa Timur

ini yang memicu pasang-surutnya minat masyarakat terhadapnya. Ditambah era

globalisasi yang memaksa masyarakat mau tidak mau harus bersentuhan dengan

budaya global yang disuguhkan melalui banyak media, seperti majalah, televisi aupun

internet. Sehingga membuat ludruk kian terabaikan. Ludruk yang notabene lahir dari

kalangan rakyat jelata semakin terlihat tidak modern bagi sebagian masyarakat.

Perkembangan zaman pun seolah mendoktrin bahwa hal-hal yang berbau kuno dan

tradisional tidaklah menarik. Apalagi pementasan seni ludruk sendiri terkadang tak

begitu menggairahkan dikalangan masyarakat. Padahal, secara historis ludruk adalah

Page 4: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

iv

salah satu kesenian Jawa Timur yang cukup berpengaruh dan memiliki nilai-nilai luhur

serta semangat juang yang sayang untuk ditinggalkan.

Masyarakat kini, bukanlah masyarakat seperti zaman penjajahan ataupun

masyarakat di era belum menggilanya pengaruh globalisasi dimana ludruk masih

sangat diminati. Masyarakat kini adalah masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal

yang menarik, baru, segar, dan muda. Hal tersebut bisa dilihat dengan sangat

diminatinya hal-hal yang berbau kekinian yang biasanya diusung oleh anak muda.

Seperti acara-acara televisi, sudah dapat dipastikan bahwa acara yang paling diminati

oleh masyarakat adalah acara seputar remaja.

Memang, ludruk dengan segala kekhasan yang dimilikinya masih bisa eksis

sampai sekarang. Ludruk ada, namun masih perlu dipertanyakan peminatnya serta

penerusnya. Selama ini, ludruk lebih cenderung hanya dimainkan oleh „kaum tua‟ dan

sangat jarang dimainkan oleh „kaum muda‟, hal tersebut merupakan salah satu pemicu

kenapa ludruk tidak begitu booming dikalangan pemuda atau remaja. Dan ludruk

hanya dianggap sebatas kesenian tradisional warisan leluhur tanpa ada sense of

belonging sehingga kebanyakan pemuda pun tidak tergerak untuk melestarikannya.

Mempertahankan kekhasan ludruk sebagai salah satu kesenian tradisional

merupakan hal yang penting. Namun, upaya untuk menumbuhkan rasa memiliki

dikalangan masyarakat juga diperlukan, terutama dikalangan kaum muda sebagai

generasi penerus bangsa. Tanpa memperhatikan minat masyarakat kini yang lebih

menyukai hal-hal yang menarik dan modern, mustahil ludruk bisa merakyat seperti

awal-mula kemunculannya. Dengan mengusung ludruk menjadi sebuah kemasan yang

menarik dengan tanpa mengurangi nilai-nilai luhur ludruk, memungkinkan ludruk

lebih diminati oleh masyarakat luas.

Dari berbagai kasus diatas, dapat dianalisis penyebab tidak adanya sense of

belonging masyarakat Jawa Timur terhadap kesenian ludruk. Demikian pula dilakukan

kajian untuk menumbuhkan sense of belonging di kalangan masyarakat Jawa Timur

terhadap kesenian ludruk. Kajian tersebut kemudian dirangkum dalam karya tulis

dengan judul “REGENERASI LUDRUK SEBAGAI LUDRUK ABG DALAM UPAYA

MENINGKATKAN SENSE OF BELONGING MASYARAKAT TERHADAP BUDAYA

LOKAL”. Melalui penulisan ini, diharapkan dapat ditemukan bentuk penyajian ludruk

yang paling sesuai untuk menumbuhkan sense of belonging masyarakat Jawa Timur

Page 5: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

v

serta dapat menjadi masukan bagi pemerintah Jawa Timur dalam upaya melestarikan

kesenian ludruk sebagai salah satu kesenian lokal.

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam

penulisan karya tulis ini antara lain :

1. Apa yang menyebabkan tidak adanya sense of belonging masyarakat Jawa

Timur terhadap kesenian ludruk ?

2. Bagaimana upaya untuk menumbuhkan sense of belonging di kalangan

masyarakat Jawa Timur terhadap ludruk?

1. 3. Batasan Masalah

Penulisan ini hanya dibatasi pada masalah penyebab tidak adanya sense of

belonging masyarakat Jawa Timur tehadap ludruk serta bagaimana upaya untuk

menumbuhkan sense of belonging masyarakat Jawa Timur terhadap ludruk sehingga

masyarakat Jawa Timur tergerak untuk melestarikannya.

1. 4. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan penulisan karya tulis ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengetahui penyebab tidak adanya sense of belonging masyarakat Jawa Timur

terhadap kesenian ludruk.

2. Mengetahui upaya untuk menumbuhkan sense of belonging di kalangan

masyarakat Jawa Timur terhadap ludruk.

1. 5. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan tentang interpretasi nilai-nilai yang terkandung pada

kesenian ludruk sehingga menumbuhkan Sense Of Belonging terhadap kesenian

ludruk.

Page 6: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

vi

2. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan mengenai nilai-nilai luhur yang terkandung pada

kesenian ludruk sehingga menumbuhkan Sense Of Belonging terhadap kesenian

ludruk, sehingga tergerak untuk melestarikannya.

3. Bagi Masyarakat

Menambah wacana yang menyeluruh mengenai nilai-nilai luhur yang

terkandung pada kesenian ludruk sehingga menumbuhkan rasa memiliki

terhadap kesenian ludruk.

4. Bagi Pemerintah

Sebagai suatu motivasi untuk menghidupkan kembali nilai – nilai luhur yang

terkandung dalam kesenian ludruk dan memberikan sarana dan kemudahan

bagi pihak – pihak yang berkepentingan.

Page 7: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

vii

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2. 1. Ludruk

2.1. 1. Pengertian Ludruk

Ludruk termasuk jenis teater tradisional Jawa yang lahir dan berkembang di

tengah-tengah rakyat dan bersumber pada spontanitas kehidupan rakyat. Ludruk

disampaikan dengan penampilan dan bahasa yang mudah dicerna masyarakat. Selain

berfungsi sebagai hiburan, seni pertunjukan ini juga berfungsi sebagai pengungkapan

suasana kehidupan masyarakat pendukungnya. Di samping itu, kesenian ini juga sering

dimanfaatkan sebagai penyaluran kritik sosial. (www. ki-demang.com, 2006).

Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan

suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan

disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari,

cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi

dengan gamelan sebagai musik. (id.wikipedia.org, 2008).

2. 1. 2. Ciri-ciri Ludruk

2. 1. 2. a. Pemain

Pertunjukan ludruk mempunyai ciri khusus sebagai berikut. Pemain ludruk

semuanya terdiri dari laki-laki, baik untuk peran laki-laki sendiri maupun untuk peran

wanita.(www.ki-demang.com,2006).

2. 1. 2. b. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam ludruk adalah bahasa yang mudah dicerna

masyarakat, yakni bahasa Jawa logat Surabaya. Selain itu, sesuai dengan tuntutan

cenita, di dalam bentuk seni ini sering pula digunakan kata-kata Cina, Belanda, Inggris

dan Jepang. Selain dalam hal pemain dan bahasa, kekhasan ludruk juga terdapat dalam

ceritera, dekorasi, kostum dan urutan pementasan. (www. ki-demang.com, 2006).

2. 1. 2. c. Cerita

Cerita ludruk dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:

Page 8: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

viii

1. Cerita pakem, yaitu cerita mengenai tokoh-tokoh terkemuka dari wilayah Jawa

Timur, seperti Cak Sakera dan Sarif Tambak Yoso.

2. Cerita fantasi, yaitu cerita karangan individu tertentu yang biasanya berkaitan

dengan kehidupan masyarakat sehari hari.

Cerita dalam ludruk biasanya diselingi dengan adegan tragedi dan humor. (www.ki-

demang.com,2006).

2. 1. 2. d. Dekorasi

Dekorasi ludruk amat terbatas. Diantaranya adalah dekorasi interior rumah,

alam pedesaan dan pegunungan, kuburan, dan resepsi perkawinan. Panggung

ditampilkan dengan geber, dekorasi dan peralatan panggung lainnya seperti meja, kursi

tamu, bufet, kursi pengantin, dan sebagainya. (www. ki-demang.com, 2006).

2. 1. 2. e. Kostum

Kostum yang dikenakan disesuaikan dengan tuntutan cerita. Oleh karena itu,

setiap kelompok kesenian ludruk paling sedikit memiliki kostum pakaian harian,

pakaian penganten, seragam tentara dan sebagainya. (www. ki-demang.com, 2006).

2. 1. 2. f. Urutan Adegan

Urutan adegan ludruk mempunyai kekhasan. Pentas biasanya dimulai dengan

ngremo. Kemudian kidungan (pembawaan tembang), bedayan (tari-tarian umum), dan

cerita inti, berturut-turut mengikuti adegan ngremo tersebut. Dalam adegan cerita inti

terdapat penggantian babakan yang biasanya diselingi dengan humor.(www. ki-

demang.com, 2006).

Makna dari beberapa bagian dalam ludruk adalah sebagai berikut:

3. Tarian Ngeremo menyimpulkan ejekan terhadap pria yang tidak ikut berjuang,

pakaian dan dandanan perempuan tetapi dimainkan oleh laki laki.

4. Weloed (wedo‟ane loedroek) membawakan lagu lagu pembuka yang akan

memberikan gambaran tentang situasi yang seharusnya dicita-citakan dalam

kehidupan dimainkan oleh banci-banci.

5. Ngidung membawakan syair-syair yang intinya melambangkan apa yang

seharusnya diperjuangkan oleh rakyat dalam situasi dan kondisi yang ada saat

ini. Ada empat alur yaitu :

Page 9: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

ix

a. Guyonan untuk mengesankan bahwa syair ini tidak serius Serius, dimana

menceritakan misi dan cerita sandiwara yang akan dibawakan

b. Guyonan yang sangat lucu, untuk menghapus kesan serius sebelumnya

c. Penutup dengan kesan permintaan maaf apabila ada pihak pihak yang

tersinggung dengan apa yang telah dibawakan.

6. Sandiwara, yang merupakan sebuah drama yang menyimpulkan keadaan yang

terjadi pada saat ini. (Utomo, 2008).

2. 1. 2. g. Penyutradaraan

Penyutradaraan pertunjukan dilakukan secara longgar dan spontan. Sekitar satu

jam sebelum main, sutradara terlebih dahulu mengumpulkan para pemain yang ada.

Kemudian ia menjelaskan lakon yang akan dimainkan. Setelah itu satu-persatu pemain

didatangi dan ditunjuk sebagai pemeran tokoh tertentu. Selanjutnya sutradara

memberikan petunjuk niengenai acting dan garis besar serta pola dialog yang harus

dibawakan oleh pemain tersebut. Apabila waktu tidak mencukupi, adegan tertentu

diatur pada waktu adegan sebelumnya sedang berlangsung. Apabila ada pemain yang

semula ditunjuk, tetapi tidak dapat melaksanakan tugasnya karena berbagai alasan,

pemain itu dapat dengan mudah diganti oleh pemain lainnya.(www. ki-demang.com,

2006).

2. 1. 2. h. Perangkat Lainnya

Perangkat gamelan disebut sengganen, yaitu kienengan gong kecil yang terdiri

saron dan demung, peking, penerus, kendang dan gong kecil. Penabuh gamelan terdiri

dan empat orang, masing-masing memegang peralatan rangkap. Ada yang menangani

saron dan demung, peking dan penerus. Kendang dan gong kecil masing-masing

dipegang oleh satu orang.(www. ki-demang.com, 2006).

2. 2. Sejarah Ludruk

Menurut penuturan beberapa narasumber dan kalangan seniman ludruk, embrio

kesenian ludruk pertama kali muncul sekitar tahun 1890. Pemulanya adalah Gangsar,

seorang tokoh yang berasal dan desa Pandan, Jombang. Gangsar pertama kali

mencetuskan kesenian ini dalam bentuk ngamen dan jogetan. Ia mengembara dan

Page 10: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

x

rumah ke rumah. Dalam pengembaraannya ini Gangsar kemudian melihat seorang

lelaki sedang menggendong anaknya yang sedang menangis. Lelaki itu berpakaian

perempuan, dan ini dianggap Gangsar lucu dan menarik, sehingga dia terdorong

menanyakan alasan pemakaian baju perempuan tersebut. Menurut si lelaki, ia memakai

baju perempuan tersebut untuk mengelabui anaknya, untuk membuat anaknya merasa

bahwa dia digendong oleh ibunya. Menurut narasumber ini, peristiwa itulah yang

menjadi asal munculnya laki-laki yang berperan sebagai wanita dalam kesenian ludruk.

Narasumber lain menuturkan bahwa bermula dari pengembaraan seorang pengamen

yang bernama Alim. Seperti halnya Gangsar, dalam pengembaraannya, Alim berjumpa

dengan seorang lelaki yang sedang menghibur anaknya. Laki-laki itu mengenakan

pakaian wanita. Diceritakan bahwa Alim berasal dari daerah Kriyan yang kemudian

mengembara sampai ke Jombang dan Surabaya. Dalam pengembaraannya Alim

disertai oleh beberapa orang temannya. Mereka bersama-sama memperkenalkan

bentuk seni ngamen dan jogetan. Kemudian kelompok Alim ini mengembangkan

bentuk tersebut menjadi bentuk seni yang berisi parikan dan dialog. Oleh karena tarian

yang dibawakan selalu menghentakkan (gedruk-gedruk) kaki, seni itu kemudian diberi

nama “ludruk”. Ditengarai, ludruk merupakan budaya rakyat yang lahir untuk

“memberontak” model kesenian keraton dan istana semacam wayang dan ketoprak

yang ceritanya terlalu elit dan tak menyentuh rakyat. Cerita-cerita ludruk umumnya

mengangkat masalah kehidupan orang kecil sehari-hari dengan penggunaan bahasa

yang lebih egaliter dan terkesan “kasar” tanpa unggah-ungguh bila dibandingkan

dengan bahasa yang digunakan dalam pewayangan ataupun ketoprak. Ludruk dari

zaman ke zaman memiliki fungsinya masing-masing, antara lain:

1. Pada jaman revolusi, ludruk bukan hanya berfungsi sebagai sarana hiburan saja

melainkan juga sarana komunikasi antara pejuang bawah tanah dengan rakyat yang

menyaksikannya. Ludruk sandiwara secara realistis berani mengungkapkan

keprihatinan masyarakat yang sedang terjajah. Di samping itu, bentuk seni ini

mengandung unsur-unsur yang mendorong perjuangan.

2. Pada zaman Jepang kesenian ludruk berfungsi sebagai media kritik terhadap

pemerintah. Ini tampak terutama dalam ludruk Cak Durasim yang terkenal dengan

parikan “Pagupon omahe dara, melok Nippon tambah sengsara”. Dengan parikan

Page 11: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xi

serupa itu Cak Durasim ternyata berhasil membangkitkan rasa tidak senang rakyat

terhadap Jepang. Cak Durasim akhirnya ditangkap dan meninggal dalam tahanan

Jepang.

3. Pada zaman Republik Indonesia, seni ludruk masih hidup dan berkembang sebagai

kesenian rakyat tradisional yang berbentuk teater. Hanya saja, kalau pada masa

sebelumnya kesenian ini berfungsi sebagai penyalur kritik sosial, pada masa yang

kemudian fungsinya bergeser menjadi penyampai kebijaksanaan pemerintah. Selain

itu, ludruk juga digunakan sebagai media promosi barang dagangan tertentu oleh

Sponsor tertentu. (Sonny, 2007).

2. 3. Perkembangan Ludruk

2.1. 1. Perkembangan Komunitas Ludruk

Menurut Sensus Kesenian yang dilakukan oleh Kanwil P dan K Jawa Timur,

sampai tahun 1985 terdapat 58 perkumpulan ludruk dengan 1530 orang pemain.

Jumlah ini dapat dikatakan cukup banyak dan menunjukkan bahwa minat masyarakat

Jawa Timur (Surabaya) terhadap bentuk kesenian ini masih cukup besar. Pada tahun

1994 , grup ludruk keliling tinggal 14 grup saja. Sedangkan menurut sumber lain,

sewaktu James L Peacok (1963-1964) mengadakan penelitian ludruk di Surabaya

tercatat sebanyak 594 grup. Menurut Depdikbud propinsi jatim, sesudah tahun 1980

meningkat menjadi 789 grup (84/85), 771 group (85/86), 621 grup (86/87) dan 525

(8788). Suwito HS, seniman ludruk asal Malang mengatakan tidak lebih dari 500 grup

karena banyak anggota group yang memiliki keanggotaan sampai lima grup. (Sonny,

2007).

2. 3. 2. Periode Perkembangan Ludruk

Menurut penelitian yang dilakukan oleh komunitas loedroek ITB,

perkembangan kesenian ludruk dibagi menjadi beberapa periode:

7. Periode Lerok Besud (1920-1930)

Kesenian yang berasal dari ngamen tersebut mendapat sambutan penonton. Dalam

perkembangannya yang sering diundang untuk mengisi acara pesta pernikahan dan

pesta rakyat yang lain. Dari sini berkembanglah akronim Mbekta Maksud artinya

Page 12: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xii

membawa maksud, yang akhirnya mengubah sebutan lerok menjadi lerok besutan.

Dalam ludruk besutan yang disamarkan tidak hanya kritik sosial, tetapi juga nama

para pemain seperti Jumino, Rusmini, Singogambar dan sebagainya. Permainan

ludruk besutan tersusun dari tandakan (menari bebas), dagelan (lawak), dan

besutan. Dalam ludruk ini belum dikenal cerita yang utuh. Yang ada hanya dialog

yang dikembangkan secara spontan. Dari tahun 1922 sampai dengan tahun 1930,

ludruk mengalami perkembangan dengan masuknya secara berangsur-angsur

unsur-unsur cerita di dalamnya. Perkembangan ini banyak dipengaruhi oleh

peredaran film bisu di Indonesia. Ludruk yang telah memasukkan unsur cerita

disebut ludruk sandiwara. Jenis ludruk ini menampilkan adegan-adegan cerita

yang mencerminkan situasi kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (Sonny,

2007).

8. Periode Lerok dan Ludruk (1930-1945)

Periode lerok besut tumbuh subur pada 1920-1930, setelah masa itu banyak

bermunculan ludruk di daerah Jawa Timur. Istilah ludruk sendiri lebih banyak

ditentukan oleh masyarakat yang telah memecah istilah lerok. Nama lerok dan

ludruk terus berdampingan sejak kemunculan sampai tahun 1955, selanjutnya

masyarakat dan seniman pendukungnya cenderung memilih ludruk. Sejaman

dengan masa perjuangan dr. Soetomo di bidang politik yang mendirikan Partai

Indonesia Raya, pada tahun 1933 cak Durasim mendirikan Ludruk Organizatie

(LO). Ludruk inilah yang merintis pementasan ludruk berlakon dan amat terkenal

keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan baik Belanda maupun Jepang.

Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada

rakyat, oleh pemain pemain ludruk digunakan untuk menyampaikan pesan pesan

persiapan Kemerdekaan, dengan puncaknya peristiwa akibat kidungan Jula Juli

yang menjadi legenda di seluruh grup Ludruk di Indonesia yaitu: ”Pagupon

Omahe Doro, Melok Nipon Soyo Sengsoro”. (Sonny, 2007).

9. Periode Ludruk Kemerdekaan (1945-1965)

Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada

rakyat, untuk menyampaikan pesan pesan pembangunan. Pada masa ini Ludruk

yang terkenal adalah “Marhaen” milik “Partai Komunis Indonesia”. Oleh sebab itu

Page 13: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xiii

tidaklah mengherankan jika PKI saat itu dengan mudah mempengaruhi rakyat,

dimana ludruk digunakan sebagai corong PKI untuk melakukan penggalangan

masa untuk tujuan pembrontakan. Peristiwa madiun 1948 dan G-30 S 1965

merupakan puncak kemunafikan PKI. Ludruk benar-benar mendapatkan tempat di

rakyat Jawa Timur. Ada dua grup ludruk yang sangat terkenal yaitu : Ludruk

Marhaen dan Ludruk tresna Enggal. Ludruk Marhaen pernah main di Istana

Negara sampai 16 kali, hal ini menunjukkan betapa dekatnya para seniman ludruk

dengan para pengambil keputusan di negeri ini. Ludruk ini juga berkesempatan

menghibur para pejuang untuk merebut kembali Irian Jaya, TRIKORA II B yang

memperoleh penghargaan dari panglima Mandala (saat itu dijabat oleh Soeharto).

Ludruk ini lebih condong “ke kiri”, sehingga ketika terjadi peristiwa G 30 S PKI

Ludruk ini bubar. (Sonny, 2007).

10. Periode Ludruk Pasca G 30 S PKI ( 1965 - saat ini)

Peristiwa G30S PKI benar benar memporak- porandakan grup- grup Ludruk

terutama yang berafiliasi kepada Lembaga Kebudayaan Rakyat (lekra) milik PKI.

Terjadi kevakuman antara 1965-1968. Sesudah itu muncullah kebijaksanaan baru

menyangkut grup-grup ludruk di Jawa Timur. Peleburan ludruk dikoordinir oleh

ABRI, dalam hal ini DAM VIII Brawijaya. Proses peleburan ini terjadi antara

tahun 1968-1970. Diberbagai daerah ludruk-ludruk dibina oleh ABRI, sampai

tahun 1975. Sesudah itu mereka kembali ke grup seniman ludruk yang independen

hingga kini. Dengan pengalaman pahit yang pernah dirasakan akibat kesenian ini,

Ludruk lama tidak muncul kepermukaan sebagai sosok kesenian yang

menyeluruh. Pada masa ini ludruk benar- benar menjadi alat hiburan. Sehingga

generasi muda yang tidak mendalami sejarah akan mengenal ludruk sebagai grup

sandiwara Lawak. (Sonny, 2007).

2. 4. Sense of Belonging

Kata Sense of Belonging berasal dari Bahasa Inggris yang terdiri dari kata

sense, of, dan belonging. Kata sense dalam An English-Indonesian Dictionary

(Shadily, 1990) berarti „perasaan‟ atau „rasa‟, sedangkan kata belonging berarti „harta

milik barang-barang pribadi‟. Sementara itu kata of merupakan kata sambung yang

berfungsi untuk menyambungkan antar kata sehingga memiliki maksud tertentu,

Page 14: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xiv

memiliki arti „akan‟. Jika semua kata tersebut digabung, maka sense of belonging

memiliki arti „rasa memiliki‟. (Nursalam AR, 2006).

2. 5. Kultur Masyarakat Modern

Beberapa ciri manusia modern menurut Inkeles dan Smith dalam buku Teori

Pembangunan Dunia Ketiga adalah memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan

ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan

merencanakan, percaya bahwa manusia bisa mengendalikan alam dan bukan

sebaliknya (Yutiariani, 2005).

Ciri masyarakat modern adalah permisif terhadap nilai kebebasan.

Menyebabkan masyarakat menjadi liar, hidup tanpa nilai. Pada dasarnya modernisasi

lebih berorientasi pada ilmu pengetahuan yang bebas nilai, yang secara tidak langsung

berdampak pada gaya hidup manusia. Itu karena gaya hidup yang tidak bisa lepas dari

keberadaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri lain masyarakat

modern adalah relativitas nilai. Mereka berpandangan bahwa nilai bukan suatu yang

absolut. Nilai sosial berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Selain itu, nilai agama dan budaya tradisional dipandang sebagai nilai yang tidak

berkembang dan mengantarkan manusia pada ketertinggalan, nilai yang benar adalah

nilai sekarang, bukan nilai lama. (Male Emporium, 2006).

Selain itu, dalam sebuah laporan berjudul „Karakteristik dan Struktur

Masyarakat Indonesia Modern‟ menyebutkan bahwa cirri-ciri masyarakat modern

salah satunya adalah Orientasi terhadap perubahan. Dalam masyarakat pramodern,

perubahan berjalan lambat. Dalam masyarakat praagraris perubahan bahkan hampir

tidak terjadi selama ribuan tahun. Makin maju masyarakat makin cepat perubahannya.

Masyarakat modern adalah masya rakat yang senantiasa berubah cepat, bahkan

perubahan itu melembaga. Seperti sering dikatakan “orang modern”: satu-satunya yang

tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Perubahan ini merupa kan ciri tetapi

sekaligus masalah yang senantiasa dihadapi masyarakat modern, karena frekuensinya

yang makin cepat, sehingga acapkali tidak bisa diikuti oleh seluruh lapisan masya

rakat. Akibatnya, maka terjadi ketegangan-ketegangan dan bahkan disintegrasi dalam

masyarakat yang lebih berat bebannya dan lebih traumatis akibatnya dibandingkan

dengan pada masyarakat tradisional yang langka perubahan. Perubahan itu sendiri

Page 15: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xv

didorong dan dipercepat oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

sepertinya roda percepatannya bergerak dengan intensitas yang makin tinggi.

(Kartasasmitha, 1997).

2. 6. Pelestarian Kesenian Ludruk

Beberapa bentuk pelestarian kesenian ludruk telah dilakukan, diantaranya

secara pereodik TBJ (Taman Budaya Jawa Timur) menggelar kesenian ludruk dan

wayang kulit serta kentrung. Dengan pergelaran berkala diharapkan jenis kesenian ini

bisa berkembang lagi seperti pada tahun 1980-an. Pada masa itu seni ludruk masih

digemari masyarakat. Pihak TBJ mengungkapkan bahwa yang membuat ludruk

ditinggalkan penggemarnya karena para pemainnya kurang profesional, jalan

ceriteranya monoton, alat musiknya tetap, dekorasinya kurang menarik dan regerasinya

kurang begitu baik. (www.d-infokom-jatim.go.id, 2007).

Selain itu, telah diadakan festival-festival dalam rangka melestarikan ludruk,

seperti yang pernah diadakan Pemerintah Daerah Jawa Timur dalam acara Festival

Ludruk Remaja (FLR) se-Jawa Timur, dimana pemeran ludruk tersebut adalah siswa-

siswi dari SD hingga SMA. (Malang Post, 2006).

Page 16: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xvi

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

3.1. Tahap Penulisan

Penyusunan karya tulis ini mempunyai tahapan-tahapan dalam proses penulisannya yang

dilakukan sebagai landasan untuk mengembangkan konsep dasar dalam perumusan

permasalahan yang diangkat. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1. Tahap Perumusan Tema dan Permasalahan

Tahapan ini merupakan suatu awal bagi perumusan keseluruhan isi karya tulis. Penentuan

tema dan penjabaran masalah-masalah yang diangkat merupakan tujuan dalam tahap ini

yang dapat dianalogikan sebagai suatu pijakan pertama bagi keselanjutan proses bagi

penyelesaian karya tulis.

3.1.2. Tahap Pengumpulan Landasan Teori dan Data

Tahap pengumpulan teori merupakan tahap lanjutan bagi penjabaran permasalahan. Tahap

ini secara umum memiliki tujuan mencari beberapa teori dan data atau informasi yang

memiliki relevansi dengan penjabaran permasalahan atau studi kasus yang diangkat dalam

penyusunan karya tulis.

3.1.3. Tahap Analisis/Pembahasan

Tahap analisis data dan teori yang digunakan dalam penulisan, dirumuskan dalam tahapan

ini. Keduanya akan disintetis dan dihubungkan dengan permasalahan yang diangkat

sehingga hubungan keduanya jelas dan dapat ditemukan beberapa alternatif solusinya.

Tujuan utama dalam tahap ini adalah mencapai tujuan yang telah dijabarkan pada tahap

pendahuluan yang dikemukakan pada bagian awal penulisan.

3.1.4. Tahap kesimpulan dan Saran

Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan keseluruhan isi penulisan menjadi pemahaman

yang utuh dan bersifat komprehensif. Berdasarkan kesimpulan yang diambil dari

keseluruhan isi penulisan akan ditemukan beberapa alternatif solusi yang dapat ditawarkan

untuk mengatasi permasalahan yang dibahas.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Page 17: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xvii

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini menggunakan beberapa

metode yaitu:

3.2.1. Tinjauan Pustaka

Data-data yang diperoleh diambil dari referensi buku dan jurnal-jurnal penelitian tentang

rami yang diperoleh dai perpustakaan, yang memiliki relevansi dengan pembahasan.

3.2.2. Tinjauan Media

Informasi-informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan makalah ini

diperoleh dari internet, media cetak, dan media elektronik . Informasi yang diperoleh dari

tinjauan ini merupakan tambahan dari teori-teori yang menjadi acuan.

3. 3. Metode Analisis

Metode pendekatan pada proses analisis yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini

adalah:

1. Metode analisis diskriptif, yaitu analisis untuk mengelola dan menafsirkan data yang

diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada obyek yang

dikaji.

2. Metode deduktif, yaitu proses menganalisis informasi dengan memberikan argumentasi

melalui pemikiran logis dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menuju suatu

kebenaran yang bersifat khusus.

3. Metode analisis komperatif untuk melihat perbandingan gagasan yang ditawarkan

dengan beberapa teori yang relevan dengan gagasan.

3.4. Kerangka Berpikir

Tulisan ini memiliki kerangka berpikir dalam proses penulisannya. Kerangka atau alur

berpikir digunakan untuk mempermudah proses penulisan. Adapun kerangka berpikir

dalam tulisan ini akan dijelaskan pada Gambar 1 di bawah ini :

Page 18: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xviii

Gambar 3. 1. Kerangka Berpikir

STUDI LITERATUR DAN PENGAMATAN

1. Ludruk sebagai salah satu budaya tradisional yang harus dilestarikan

2. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk melestarikan

budaya tradisional

PENGOLAHAN MASALAH

1. Dampak kurangnya rasa kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap budaya

tradisional

2. Pengenalan ludruk ABG sebagai sarana untuk meningkatkan rasa kecintaan dan

kebangaan masyrakat terhadap budaya tradisional

REGENERASI LUDRUK SEBAGAI LUDRUK ABG

DALAM UPAYA MENINGKATKAN SENSE OF BELONGING MASYARAKAT

TERHADAP BUDAYA LOKAL

IDE TULISAN

1. Seni dan budaya tradisional yang mulai terpinggirkan di era modernisasi

2. Kurangnya rasa kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal

3. Selera masyarakat terhadap kesenian mulai berkembang dan berubah-ubah

4. Minimnya usaha pelestarian terhadap budaya tradisional salah satunya ludruk

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Minimnya usaha

pelestarian budaya

tradisional

2. Punahnya budaya

tradisional

1. Merefresh pikiran

masyarakat untuk

lebih mencintai

budaya lokal

2. Regenerasi ludruk

Page 19: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xix

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1. Penyebab Tidak adanya Sense of Belonging Masyarakat Jawa Timur

Terhadap Kesenian Ludruk

4. 1. 1. Masuknya Hiburan Modern Yang Lebih Menarik Dibandingkan Ludruk

Seiring berkembangnya zaman, hiburan yang berkembang dimasyarakat

semakin hari semakin banyak saja, dan hal tersebut membuat posisi ludruk sebagai

salah satu hiburan di Jawa Timur kian tersudut. Padahal, ludruk pada awal

terbentuknya merupakan suatu jenis hiburan yang begitu memasyarakat. Ludruk

termasuk jenis teater tradisional Jawa yang lahir dan berkembang di tengah-tengah

rakyat dan bersumber pada spontanitas kehidupan rakyat. (www. ki-demang.com,

2006).

Namun sekarang pamornya kian meredup, hal tersebut bisa dilihat pada minat

masyarakat Jawa Timur terhadap ludruk sendiri. Sebagian besar masyarakat pasti lebih

memilih untuk menonton hiburan yang bersifat modern dibandingkan dengan ludruk.

Berbagai macam hiburan yang diusung oleh globalisasi lebih memikat karena tidak

terkesan kuno, seperti televisi, radio ataupun internet. Sedangkan ludruk di era

globalisasi ini dianggap sebagai sesuatu yang tradisional, dan tidak sesuai dengan

perkembangan zaman.

4. 1. 2. Selera Masyarakat Modern Terhadap Hiburan Berubah

Perubahan zaman menuntut manusia berubah. Entah itu pola pikir maupun life

style. Dan hal tersebut berlaku pula dalam hiburan. Sebagaimana salah satu ciri

manusia modern adalah berorientasi terhadap perubahan (Kartasasmitha, 1997).

Memang, dalam konteks ini, perubahan tersebut tidak melulu perubahan yang bersifat

desdruktif, namun terdapat perubahan konstruktif. Seperti pada dunia hiburan sekarang

yang sarananya beribu langkah lebih maju dibandingkan dengan hiburan tradisional.

Kalau dibandingkan jumlah peminat acara televisi dengan acara ludruk, tentulah

peminat televisi lebih banyak. Karena televisi menghadirkan hal-hal yang bersifat up to

date, menarik serta modern. Televisi ada sesuai dengan kebutuhan masyarakat zaman

Page 20: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xx

sekarang. Masyarakat zaman sekarang lebih berorientasi pada modern atau tidaknya

sesuatu, serta tak lagi memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam sesuatu itu.

Selain itu, ciri masyarakat modern adalah relativitas nilai. Mereka

berpandangan bahwa nilai bukan suatu yang absolut. Nilai sosial berkembang sesuai

dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Selain itu, nilai agama dan budaya

tradisional dipandang sebagai nilai yang tidak berkembang dan mengantarkan manusia

pada ketertinggalan, nilai yang benar adalah nilai sekarang, bukan nilai lama. (Male

Emporium, 2006).

Masyarakat modern tidak menganggap lagi apakah kesenian itu mempunyai

nilai atau tidak, ataupun berfikir apakah suatu nilai-nilai seni itu perlu dilestarikan atau

dibiarkan. Jangankan berfikir tentang pelestarian, perasaan memiliki suatu kesenian

saja mungkin sudah tak ada lagi dalam benak masyarakat modern. Karena masyarakat

modern cenderung menganggap bahwa setiap hal yang berbau tradisional selalu

bersifat tertinggal.

Dalam hal ini, masyarakat modern yang mengikuti perkembangan zaman tidak

selamanya salah. Sebagai manusia mengikuti perkembangan zaman adalah suatu

keharusan, namun yang perlu ditekankan disini, ke-modern-an yang diusung oleh

zaman tak harus membuat masyarakat tersebut menghempaskan kesenian

tradisionalnya.

4. 1. 3. Ludruk Sebagai Kesenian Tradisional Dianggap Kuno

Kesan kuno sering dialamatkan pada kesenian tradisional. Ringkasnya,

Tradisional identik dengan kuno. Hal tersebut berlaku pula pada kesenian ludruk.

Ludruk dianggap kuno oleh sebagian besar masyarakat. Bisa dilihat pada pemain

ludruk yang dalam aturan bakunya menggunakan pemain laki-laki semua. Meski

sebenarnya hal tersebut memiliki sejarahnya sendiri, tentunya masyarakat tidak mau

tau. Sejarah hanya digunakannya laki-laki dalam kesenian ludruk sebanarnya sangat

sederhana, sebagaimana yang telah dipaparkan Sonny (2007) bahwa dalam

pengembaraan seorang laki-laki bernama Gangsar, ia melihat seorang lelaki sedang

menggendong anaknya yang sedang menangis. Lelaki itu berpakaian perempuan, dan

ini dianggap Gangsar lucu dan menarik, sehingga dia terdorong menanyakan alasan

pemakaian baju perempuan tersebut. Menurut si lelaki, ia memakai baju perempuan

Page 21: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxi

tersebut untuk mengelabui anaknya, untuk membuat anaknya merasa bahwa dia

digendong oleh ibunya. Menurut narasumber ini, peristiwa itulah yang menjadi asal

munculnya laki-laki yang berperan sebagai wanita dalam kesenian ludruk.

Sebenarnya hal tersebut merupakan alasan yang sangat sederhana.

Menggunakan pemain laki-laki, karena pada saat itu, laki-laki yang berpakaian

perempuan dianggap sebagai hal yang lucu dan tidak lazim. Namun, di era modern

seperti sekarang ini, hal tersebut mungkin tak dianggap lucu lagi. Untuk itulah

diperlukan ide-ide kreatif agar ludruk sebagai kesenian tradisional tetap diminati.

Menjaga kemurnian suatu tradisi memang penting. Hal tersebut bertujuan untuk

menjaga agar nilai-nilai yang terkandung dalam suatu kesenian itu tidak pudar. Namun,

apabila dalam perkembangannya suatu kesenian dibiarkan kaku tanpa ada

pembaharuan sama sekali, sudah dapat dipastikan bahwa kesenian itu akan

ditinggalkan. Karena zaman menuntut suatu hal yang baru.

4. 1. 4. Ludruk Sebagai Kesenian Tradisional Kurang Dinamis

Pemain ludruk selama ini cenderung diperankan oleh „kaum tua‟, sedangkan

„kaum muda‟ jarang terdengar gaungnya. Kalau dikembalikan kepada selera

masyarakat modern yang lebih menyukai hal-hal yang dianggap menarik, tentunya

penggunaan kebanyakan pemain tua tidak begitu menjual. Padahal nilai-nilai yang

terkandung dalam kesenian ludruk sendiri sangatlah banyak, sayang sekali apabila

kesenian ini kalah pamor dengan hiburan modern yang kering nilai tapi kemasannya

menarik. Selain itu, kalau pemain muda tidak digunakan, maka kesenian ini akan jauh

dari para pemuda sendiri, padahal pemuda adalah generasi penerus yang dapat tetap

membuat kesenian ini tetap eksis.

Sebagaimana pihak terkait di Taman Budaya Jawa Timur pernah menyebutkan

bahwa yang membuat ludruk ditinggalkan penggemarnya karena para pemainnya

kurang profesional, jalan ceriteranya monoton, alat musiknya tetap, dekorasinya

kurang menarik dan regenerasinya kurang begitu baik. Dengan koreksi semacam ini,

diharapkan ludruk mampu melakukan perbaikan agar tetap bisa bersaing dengan

bermacam-macam hiburan yang sedang berkembang.

Apalagi, bila dilihat dari segi fungsi, ludruk sebenarnya memiliki nilai lebih

dibandingkan hanya sekedar hiburan, cerita-cerita ludruk yang umumnya mengangkat

Page 22: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxii

masalah kehidupan orang kecil sehari-hari harusnya membuat ludruk begitu dekat

dengan masyarakat, namun masyarakat kebanyakan justru lebih berminat pada hiburan

lain yang disajikan dalam televisi. Padahal, Pada jaman revolusi, ludruk bukan hanya

berfungsi sebagai sarana hiburan saja melainkan juga sarana komunikasi antara

pejuang bawah tanah dengan rakyat yang menyaksikannya. Ludruk sebagai sandiwara

secara realistis berani mengungkapkan keprihatinan masyarakat yang sedang terjajah.

Di samping itu, bentuk seni ini mengandung unsur-unsur yang mendorong perjuangan.

Sedangkan, Pada zaman Jepang kesenian ludruk berfungsi sebagai media kritik

terhadap pemerintah. Ini tampak terutama dalam ludruk Cak Durasim yang terkenal

dengan parikan “Pagupon omahe dara, melok Nippon tambah sengsara”. Dengan

parikan serupa itu Cak Durasim ternyata berhasil membangkitkan rasa tidak senang

rakyat terhadap Jepang. Cak Durasim akhirnya ditangkap dan meninggal dalam

tahanan Jepang. Pada zaman Republik Indonesia, seni ludruk masih hidup dan

berkembang sebagai kesenian rakyat tradisional yang berbentuk teater. Hanya saja,

kalau pada masa sebelumnya kesenian ini berfungsi sebagai penyalur kritik sosial,

pada masa yang kemudian fungsinya bergeser menjadi penyampai kebijaksanaan

pemerintah. Selain itu, ludruk juga digunakan sebagai media promosi barang dagangan

tertentu oleh Sponsor tertentu.

Melihat berbagai fungsi ludruk yang sangat berpengaruh baik dalam masa

penjajahan hingga Indonesia merdeka, tentu sangatlah tidak pantas bila kesenian

ludruk terlantar begitu saja. Ludruk memiliki nilai lebih dibandingkan kesenian lain

yang hanya bersifat menghibur. Namun, apabila tidak dikemas dengan menarik, maka

nilai-nilai luhur dari ludruk itu sendiri akan ikut terkubur bersamaan dengan kesenian

ludruk yang semakin menghilang. Perlu adanya pembaharuan agar ludruk bisa lebih

memasyarakat.

4. 1. 5. Minimnya Usaha Pelestarian Terhadap Kesenian Ludruk

Ajang Festival Ludruk Remaja (FLR) yang diselenggarankan oleh Pemerintah

Daerah Jawa Timur memang merupakan salah satu bentuk untuk melestarikan ludruk.

Namun, hal itu dirasa masih sangat kurang untuk memasyarakatkan ludruk. Karena

pesertanya hanya sebagian kecil dari masyarakat, ditambah lagi publikasi acara

tersebut yang mungkin juga tidak begitu di dengar gaungnya oleh masyarakat Jawa

Page 23: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxiii

Timur sendiri. Bukan karena publikasi yang kurang, tapi masyarakat memang

cenderung tidak perduli. Karena perasaan memiliki saja sudah tidak ada.

Bentuk pelestarian kesenian ludruk juga dilakukan di TBJ (Taman Budaya

Jawa Timur), yakni dengan menggelar kesenian ludruk dan wayang kulit serta

kentrung secara berkala. Hal tersebut bertujuan agar jenis kesenian ini bisa

berkembang lagi seperti pada tahun 1980-an. Namun, hal itu juga kembali lagi pada

kemasan dari ludruk itu sendiri, seberapa menarikkah ludruk sehingga banyak

masyarakat bersedia berkunjung ke Taman Budaya Jawa Timur untuk sekedar

memperhatikan pementasan ludruk.

4. 2. Upaya menumbuhkan Sense of Belonging terhadap Budaya Lokal di

Kalangan Masyarakat Jawa Timur Melalui Ludruk ABG

4. 2. 1. Regenerasi Ludruk

Masyarakat modern selalu berorientasi terhadap perubahan. Hal yang berbau

tradisional atau tidak tersentuh teknologi menjadi hal yang membosankan. Regenerasi

adalah proses pergantian generasi tua kepada yang muda (peremajaan) dengan kata lain

ada sutu perubahan dalam proses regenerasi. Perubahan merupakan orientasi

masyarakat modern.

Suatu komunitas ludruk dapat membidik selera masyarakat sekarang yang lebih

menyukai sesuatu yang fresh dan dinamis. Pergantian pemain lama yaitu generasi tua

menjadi generasi muda termasuk langkah yang tepat untuk mencuri perhatian

masyarakat. Regenerasi pemain dapat dilakukan secara bertahap. Pergantian ini dapat

dilakukan dengan jalan merangkul generasi muda sutau komunitas ludruk itu sendiri.

Komunitas ludruk dapat melakukan regenerasi dengan menempatkan anak dari

pemain-pemain ludruk tersebut menjadi pemain ludruk bahkan pemain inti. Hal ini

dapat dilakukan karena anak-anak dari seniman ludruk yang begitu menjaga

kelestarian ludruk tentunya akan menanamkan rasa memiliki ( sense of belonging)

kesenian ludruk yang begitu kuat.

Aksi panggung sebuah komunitas ludruk yang di luar kebiasaan tersebut bila

didukung oleh promosi yang baik akan dapat menarik minat masyarakat. Ludruk ABG

artinya ludruk yang dimainkan oleh kaum muda khususnya remaja (ABG) adalah salah

satu jurus terjitu untuk menarik minat masyarakat untuk kembali menikmati ludruk.

Page 24: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxiv

Sambutan masyarakat tentunya akan berbeda bila ada hal baru yang dikemas unik dan

menarik tanpa lepas dari kekhasan ludruk. Hal ini berkaitan dengan kultur masyarakat

sekarang yaitu terbuka pada ide dan hal yang baru.

Regenerasi ini juga bisa berimbas pada minat kaum muda untuk menonton

ludruk. Suatu komunitas akan tertarik pada suatu hal bila komunitas itu sendiri yang

mengisi. Artinya ludruk yang dimainkan oleh kaum muda akan membuat kaum muda

datang untuk menonton karena pemainnya adalah kaum muda. Kultur masyarakat

modern yang mudah meniru-niru atau mengikuti perkembangan keadaan sekitar dapat

dimanfaatkan. Bila suatu komunitas yang menjadi trend setter menyukai hal baru maka

akan banyak massa yang mengikutinya. Artinya, kaum muda yang telah menonton

dapat menjadi magnet bagi kaum muda yang lain untuk menonton. Hal yang begitu

menarik dan berbeda dari biasanya tentunya akan dapat menarik melekat kuat dan

menimbulkan suatu perasaan sayang. Bila hal pementasan ludruk sudah bisa menarik

minat maka bukan tidak mungkin masyarakat yang menonton akan kembali menonton

dan menonton sehingga timbul perasaan sayang bila melewatkan pementasan ludruk.

Dari sini bukan tidak mungkin timbul rasa empati yang merupakan bagian dari

perasaan memiliki akan sesuatu hal. Perasaan memiliki atau sense of belonging

seseorang dapat berimbas pada rasa ingin menjaga dan memelihara hal yang menjadi

miliknya dengan kata lain adalah melestarikan hal tersebut.

Regenerasi tidak hanya pada pemain saja tapi juga perangkat ludruk yang lain.

Selama hal itu tidak menghilangkan ciri khas atau pakem dari ludruk itu sendiri

tentunya hal tersebut tidak masalah.

4. 2. 2. Penerapan Luduk ABG di Kalangan Komunitas Ludruk Jawa Timur

Hal-hal membuat ludruk ditinggalkan penggemarnya karena para pemainnya

kurang profesional, jalan ceriteranya monoton, alat musiknya tetap, dekorasinya

kurang menarik dan regenerasinya kurang. Regenerasi juga berarti menggganti alat

yang sudah usang dan rusak. Artinya regenerasi tidak hanya pada pemain dari ludruk

itu sendiri tapi juga pernangkat yang lain. Ludruk ABG merupakan sutau regenerasi

ludruk yang sudah umum di masyarakat. Hal-hal yang menyebabkan ludruk kurang

diminati di era modern dapat disiasati dengan penerapan Ludruk ABG. Dengan adanya

Page 25: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxv

Ludruk ABG yang merupakan regenerasi pada kesenian ludruk diharapkan akan

menumbuhkan Sense of Belonging akan kesenian ludruk pada masyarakat Jawa Timur.

Kalau masyarakat sudah merasa tidak memiliki, mana mungkin mau melestarikan.

Beberapa usaha yang perlu ditempuh untuk penerapan Ludruk ABG pada

kesenian ludruk antara lain:

1. Regenerasi Pemain

Sudah saatnya ludruk melirik para anak muda untuk menyemarakkan

pementasan ludruk sekaligus membuat ludruk disukai oleh kalangan muda. Pemain

muda pada saat ini cenderung diminati oleh semua kalangan, baik oleh kalangan tua

maupun muda. Oleh karena itu, regenerasi dianggap sebagai hal yang sangat

bermanfaat dalam usaha meningkatkan minat masyarakat Jawa Timur terhadap

kesenian ludruk. Regenerasi bisa dilakukan bertahap dengan jalan memasukkan

beberapa ABG sebagai pemain inti dalam pertunjukkan ludruk. Baru kemudian,

Ludruk ABG dapat berdiri sendiri dengan memasang kaum muda untuk mengisi semua

pernagkat ludruk. Tidak hanya pemain tapi juga pengiring musik, penari, tim dekorasi

panggung, bahkan sutradara dengan berguru pada para seniman ludruk yang

berdedikasi tinggi.. Penyebutan ludruk pun juga bisa diubah, yakni dengan

menyebutnya sebagai „LUDRUK ABG‟, sehingga bisa lebih menjual. Namun, perlu

diingat bahwa meskipun diimbuhi kata „ABG‟, nilai-nilai luhur dari ludruk harus tetap

dipertahankan.

2. Peremajaan Cerita

Dengan melihat cerita ludruk yang dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:

1. Cerita pakem, yaitu cerita mengenai tokoh-tokoh terkemuka dari wilayah Jawa

Timur, seperti Cak Sakera dan Sarif Tambak Yoso.

2. Cerita fantasi, yaitu cerita karangan individu tertentu yang biasanya berkaitan

dengan kehidupan masyarakat sehari hari.

Maka, bisa disimpulkan bahwa cerita dalam ludruk tidak harus melulu pada cerita

masa lampau. Dengan demikian, peremajaan terhadap cerita ludruk sah-sah saja,

karena hal itu bertujuan agar cerita ludruk tidak monoton. Sesuai dengan regenerasi

pemain, dalam „LUDRUK ABG‟ cerita dapat disesuaikan menurut selera pasar. Cerita

Page 26: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxvi

yang dipilh tetap harus menonjolkan kebudayaan kita namun harus ada pergantian

pemilihan cerita misalnya untuk satu pekan atau satu hari dipilih cerita yang tradisional

kemudian untuk hari yang lain cerita berlatar belakang kehidupan sehari-hari sesuai

dengan keadaan misalnya konflik kenaikan harga BBM di masyarakat.

3. Modifikasi Dekorasi

Selama ini, dekorasi ludruk amat terbatas. Diantaranya adalah dekorasi interior

rumah, alam pedesaan dan pegunungan, kuburan, dan resepsi perkawinan. Untuk

menjadikan ludruk lebih menarik, bisa dilakukan modifikasi pada dekorasi ludruk.

Modifikasi tersebut bisa dengan membuat dekorasi ludruk yang lebih simple sesuai

dengan era sekarang dan tentunya mengikuti alur cerita.

4. Profesionalisme Pemain

Profesionalisme pemain sangat diperlukan, mengingat sebuah pertunjukkan tak

akan berjalan sempurna apabila tidak didukung oleh pemain yang profesional. Dengan

meneladani para pemain yang profesional dan sudah berpengalaman para pemain dapat

menimba ilmu tentang seni peran dalam ludruk. Namun, untuk menciptakan minat

terhadap masyarakat untuk menonton ludruk, sebaiknya sang sutradara memilih

beberapa pemain terbaik untuk mamainkan ludruk ini yang dirasa pantas untuk

memainkan ludruk sehingga masyarakat berminat untuk menonton ludruk. Kalau perlu

suatu pementasan ludruk pada tempo waktu tertentu misalnya setahun sekali pada

Festival Seni Surabaya menampilkan artis ibukota terkenal sehingga dapat menarik

minat masyarakat untuk menonton.

Page 27: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxvii

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan tersebut adalah :

1. Penyebab tidak adanya Sense of Belonging masyarakat Jawa Timur terhadap

kesenian ludruk adalah:

Masuknya Hiburan Modern Yang Lebih Menarik Dibandingkan Ludruk

Selera Masyarakat Modern Terhadap Hiburan Berubah

Ludruk Sebagai Kesenian Tradisional Dianggap Kuno

Ludruk Sebagai Kesenian Tradisional Kurang Dinamis

Minimnya Usaha Pelestarian Terhadap Kesenian Ludruk

2. Upaya menumbuhkan Sense of Belonging terhadap Budaya Lokal di Kalangan

Masyarakat Jawa Timur adalah:

Perlu dilakukan regenerasi ludruk

Perlu diterapkannya Luduk ABG di Kalangan Komunitas Ludruk Jawa Timur,

hal tersebut dilakuakn melalui:

1. Regenerasi Pemain

2. Peremajaan Cerita

3. Modifikasi Dekorasi

4. Profesionalisme Pemain

5. 2. Rekomendasi

Berdasarkan keseluruhan pembahasan dalam karya tulis ini, dapat diberikan

beberapa rekomendasi, yaitu:

1. Perlu dilakukan regenerasi pada kesenian ludruk dengan mengembangkan

Ludruk ABG tanpa menghilangkan kekhasan kesenian ludruk.

2. Perlu adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah untuk menjaga

kelestarian kesenian ludruk.

3. Perlu adanya komitmen dari seluruh elemen Bangsa Indonesia untuk tetap

melestarikan kebudayaan lokal.

Page 28: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxviii

DAFTAR PUSTAKA

1. www. Ki-demang.com. 2006. Ludruk. Diakses pada tanggal 2 Juni 2008.

2. id.wikipedia.org. 2008. Ludruk. Diakses pada tanggal 1 Juni 2008.

3. Utomo, Paring Waluyo .2008. Ludruk dan Identitas Budaya Rakyat.

parekita.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 Juni 2008.

4. Sonny, 2008. Ludruk Riwayatmu Kini. parekita.wordpress.com. Diakses pada

tanggal 4 Juni 2008.

5. Shadilly, Hasan dan John. 1990. An English-Indonesian Dictionary. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

6. Nursalam AR. 2006. Mengenang Ramadhan sebagai Madrasah Pengorbanan.

www.kotasantri.com. Diakses pada tanggal 5 Juni 2008.

7. Yutiariani. 2005. Teknologi Sebagai Produk Budaya. yutiariani.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 5 Juni 2008.

8. Male Emporium. 2006. Kebebasan atau Kebablasan.

www.cyberman.cbn.net.id. Diakses pada tanggal 5 Juni 2008.

9. Kartasasmitha, Ginandjar. 1997. Karakteristik dan Struktur Masyarakat

Indonesia Modern. www.ginandjar.com, diakses pada tanggal 5 Juni 2008

10. www.d-infokom-jatim.go.id. 2007. Taman Budaya Jawa Timur Tiada Hari

Tanpa Seni Budaya. Diakses pada tanggal 4 Juni 2008

11. Malang Post. 2006. Kota Malang Berjaya di Festival Ludruk Remaja.

Page 29: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Nia Rahmawati

Tempat dan tanggal

lahir

Malang, 23 November 1988

Alamat JL. Lempung Perdana 3B/24 Sby

No HP 081357245663

Jurusan Teknik Kimia

Semester 2 (Dua)

PENDIDIKAN

1995 - 2001 SDN Tandes Kidul 1 Sby

2001- 2004 SMP Negeri 3 Sby

2004 - 2007 SMA Negeri 5 Sby

2007- Sekarang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri

KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT

Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam

Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor

Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk Bagi Kelangsungan Pertanian di Indonesia

PRESTASI

Juara Harapan II ACI Praja 2004

Finalis Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional Bidang Kesra

Tahun 2008

Page 30: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxx

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Winda Hayu Pratiwi

Tempat dan tanggal

lahir

Gresik, 9 Desember 1989

Alamat Jl. Pendidikan 01 KetapangLor Uj.Pangkah, Gresik

No HP 085232508076

Jurusan Teknik Kimia

Semester 2 (Dua)

PENDIDIKAN

1995 - 2001 SDN Ketapang Lor

2001- 2004 SMP Negeri 1 Sidayu

2004 - 2007 SMA Negeri 1 Gresik

2007- Sekarang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri

KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT

Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam

Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor

Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk Bagi Kelangsungan Pertanian di Indonesia

PRESTASI

Finalis Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional Bidang Kesra

Tahun 2008

Page 31: Ludruk : Winda Hayu Pratiwi, Nia Rahmawati, Ayyu Fityatin L.H

xxxi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Ayyu Fityatin Luthfi Hasyim

Tempat dan tanggal

lahir

Ngawi, 21 April 1987

Alamat Dsn. Nguluh Rt. 01 Rw. 15 Ds. Babadan Pangkur

NGAWI

No HP 085233576988

Jurusan Teknik Kimia

Semester 2 (Dua)

PENDIDIKAN

1994- 2000 MIN Babadan

2000 - 2003 SLTP Ma‟arif-1 Ponorogo

2003 - 2006 SMU Negeri 2 Madiun

2007- Sekarang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri

KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT

Hitam Putih Televisi dan Dampaknya bagi Remaja.

Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam

Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor

Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk Bagi Kelangsungan Pertanian di Indonesia

PRESTASI

Juara III Lomba Menulis Cerpen Islami FOKSI Fak. Perikanan UNIBRAW

Juara I Lomba Menulis Cerpen Islami dalam Kegiatan Muslimah Day JMMI

ITS

Finalis Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional Bidang Kesra

Tahun 2008