desain grafis dalam sampul majalah maximelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_fulltext.pdf · i kata...

117
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Upload: hoangtram

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

SIMBOL-SIMBOL GAYA HIDUP dalam COVER MAJALAH RIPPLE

Analisis Semiotika Mengenai Gaya Hidup dalam

Sampul Majalah Ripple

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Fakultas Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

Tubagus Anugerah

10080002065

Bidang Kajian Jurnalistik

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2008

Page 3: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

LEMBAR PENGESAHAN

SIMBOL-SIMBOL GAYA HIDUP dalam COVER MAJALAH RIPPLE

Analisis Semiotika Mengenai Gaya Hidup dalam

Cover Majalah Ripple

Disusun Oleh:

Tubagus Anugerah P. Putera

10080002065

Bidang Kajian Ilmu Jurnalistik

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ferry Darmawan, S. Sos., M.Ds M.E. Fuady, S. Sos

Mengetahui

Ketua Bidang Kajian Jurnalistik

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Hj. Kiki Zakiah. Dra., M.Si

Page 4: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

ABSTRAK

Majalah merupakan salah satu bentuk media massa cetak yang dapat terbit mingguan hingga bulanan, saat ini majalah membuat gender yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen atau pembaca. Kebutuhan akan informasi, hiburan, dan pendidikan sangat dibutuhkan pembaca untuk dapat mewakili apa yang diinginkan oleh para pembaca, oleh sebab itu pengenderan majalah pun disesuaikan dengan kebutuhannya dan dengan bentuk-bentuk yang beragam, hingga pembaca tidak lagi disuguhkan akan satu format informasi saja.

Bentuk dari majalah pun dapat mewakili gaya hidup yang dibutuhkan, entah itu mengenai hobi hingga pada kebutuhan yang lebih bersifat pribadi. Oleh karena itu satu bentuk majalah anak muda yang dianggap mewakili suara kritis dari kaumnya terlahir dengan nama media Ripple Magazine yang berawal dari majalah berbentuk pocket hingga saat ini dengan bentuk majalah yang memiliki format besar. Ripple sendiri merupakan majalah gaya hidup yang berisikantentang kegiatan anak muda sepenuhnya seperti surfing, skateboard, BMX, music, movie, article dan masih banyak lagi format yang terdapat didalamnya.

Penulis dalam penelitian ini memfokuskan diri pada penelitian secara visual dan sosial mengenai gaya hidup anak muda yang diwakili oleh salah satu bentuk media massa cetak yaitu majalah Ripple, penulis melihat dari sudut pandang cover majalah Ripple yang memiliki banyak makna dan kode didalamnya dan terpacu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai kehadiran gaya hidup dalam cover majalah Ripple.

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, formasi permasalahan yang diajukan penulis pada penelitian ini adalah “Simbol-simbol Gaya Hidup Dalam Cover Majalah Ripple”, sedangkan tujuan penelitian yang ingin diketahui adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kode visual gaya hidup pada sampul majalah Ripple.

2. Untuk mengetahui bagaimana kode social gaya hidup pada sampul majalah Ripple.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dengan pisau bedah analisis semiotika teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan kepustakaan mengenai keterkaitan antara kode visual dan sosial dari cover majalah Ripple dengan simbol-simbol gaya hidup.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kode visual dan sosial yang ditampilkan dari cover majalah Ripple dapat berpengaruh terhadap terjadinya simbol-simbol gaya hidup secara visual dan kode sosial. Kode visual digunakan untuk peniruan gaya sedangkan kode sosial digunakan untuk melakukan sosialisasi antar sesama, khususnya mereka yang membaca dan mengkonsumsi secara rutin majalah Ripple.

Page 5: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya karena berkat pertolongan-Nya penulis

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat akhir untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Bandung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit bantuan moral maupun materiil

yang telah penulis terima, yang sangat besar artinya dan merupakan bantuan yang tak

ternilai harganya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan

dari pihak lain, penulisan skripsi ini tidaklah mungkin dapat dengan cepat terwujud.

Sungguh sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata sebagai ucapan terima

kasih penulis kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan

hingga selesainya penulisan skripsi ini, namun pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Allah SWT yang telah mengijinkan dan meridhoi penulis dalam menyelesaikan

penelitian skripsi mengenai gaya hidup.

2. Bapak DR. Yusuf Hamdan, Drs.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Bandung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama

ini bagi penulis.

3. Bapak Ferry Darmawan, S. Sos., D.Ms selaku Dosen Pembimbing I atas segala

bantuan, bimbingan dan waktu yang diberikan, serta koreksi yang tak terhingga

Page 6: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

ii

nilainya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi selama

ini.

4. Bapak M.E. Fuady, S. Sos selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak

memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis selama dalam penulisan

hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Hj. Kiki Zakiah Dra,.M.Si selaku Ketua Bidang Kajian Jurnalistik, yang telah

banyak memberikan gambaran dan arahan bagaimana ruang lingkup kerja kajian

Jurnalistik.

6. Bapak Dadan Mulyana, Drs selaku Dosen Wali yang telah memberikan

bimbingan, masukan serta dorongan selama masa perkuliahan pada penulis.

7. Para dosen penguji pada pelaksanaan sidang komprehensif dan sidang skripsi

yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan kelancaran pada

penulis pada saat jalannya sidang, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

8. Seluruh Pimpinan Fakultas Ilmu Komunikasi beserta segenap staff pengajar dan

staff administrasi yang telah banyak membantu penulis selama menempuh

pendidikan di Bidang Kajian Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Bandung.

9. Bapak Satria Nurbambang selaku Chief Editor Ripple Magazine yang telah

mengijinkan penulis melakukan aplikasi dan riset tentang gaya hidup dan segenap

staff Ripple Magazine terima kasih atas bantuannya selama ini.

Page 7: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

iii

10. Teuku ‘Demon’ Aditya sebagai editor yang kerap mengkritik skripsi dan

pekerjaan.

11. Terima kasih kepada pihak THE S.I.G.I.T; GOODNIGHT ELECTRIC; dan

MOCCA untuk menjadi narasumber dalam skripsi ini.

12. Orang tua ku tercinta “Mama” yang telah memberikan doanya, kasih sayangnya

juga dorongan yang tak ternilai kepada penulis dan “Papa” tersayang yang telah

pergi untuk selamanya, ananda persembahkan semua ini sebagai bukti cinta kasih

ananda…

13. Kakak ku..Tubagus Pratama (Two-two) yang selalu membuat diriku menjadi

adik.

14. Kakek (Alm) dan Nenek-ku kan selalu ku ingat segala nasihat dan kasih sayang

yang tidak akan pernah terlupakan untuk selamanya.

15. Saudara-saudaraku Buleud, Riri, Anes, Reza, Chiko, Tesa family and the big

family of MALABAR corp.

16. Sahabat-sahabatku Citra, Rahma, Amel, Alisha, Ria, Ila, Chika, Anti, Aji, Jao,

Rama, Agung, Gani, Gar, Gon’s, Gun, Den’s, Sat, Bram’s, Beng, Novi, Rian,

Gie’s, Trisya dan masih banyak lagi.

Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis

selama mendapat balasan dari Allah SWT..Amien..

Page 8: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

iv

Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam

penulisan selanjutnya dapat lebih baik.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan ilmiah bagi yang memerlukan dan membutuhkan…amiien.

Wassalammu’alaikum

Page 9: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

v

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… v

DAFTAR BAGAN………………………………………………………………...viii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… ix

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 6 1.3 Identifikasi Masalah……………………………………………….. 6 1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………7 1.5 Kegunaan Penelitian……………………………………………….. 7 1.6 Alasan Pemilihan Masalah…………………………………………. 8 1.7 Kerangka Pikir……………………………………………………... 9

1.7.1 Desain dan Gaya Hidup…………………………………… 9 1.8 Pembatasan Masalah………………………………………………. 10 1.9 Pengertian Istilah……………………………………………………11 1.10 Metodologi Penelitian……………………………………………… 12

1.10.1 Penelitian Kualitatif………………………………………... 12 1.10.2 Analisis Semiotika…………………………………………. 13 1.10.3 Prosedur Analisis…………………………………………....16 1.10.4 Teknik Pengumpulan Data………………………………… 17

1.11 Sistematis Penulisan……………………………………………….. 18 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semiotika…………………………………………………………... 19 2.1.1 Semiotika Visual…………………………………………… 21

2.1.1.1 Dimensi Sintaktik………………………………… 20 2.1.1.2 Dimensi Sematik dan Pragmatik…………………. 23 2.1.2 Semitoka Sosial……………………………………………. 24 2.2 Gaya Hidup…………………………………………………........... 26 2.3 Komunikasi Visual dan Grafis…………………………………….. 29

2.3.1 Pengertian Komunikasi Visual…………………………….. 29 2.3.2 Pengertian Komunikasi Grafis…………………………….. 29

Page 10: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

vi

2.4 Sampul (Cover)……………………………………………………. 33 2.5 Majalah………….............................................................................. 35 2.5.1 Klasifikasi Majalah………………………………………… 38 BAB III : OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Terbentuknya Majalah Ripple……………………………... 40 3.2 Kebijakan Redaksi…………………………………………………. 41 3.2.1 Ciri Khas Majalah Ripple………………………………….. 41 3.2.2 Kebijakan Isi……………………………………………….. 41 3.2.3 Bahasa……………………………………………………… 41 3.2.4 Perwajahan…………………………………………………..41 3.2.5 Rubrik……………………………………………………… 42 3.3 Profil Pembaca Majalah Ripple……………………………………. 42 3.4 Fenomena Gaya Hidup dalam Cover Majalah…………………….. 43 3.5 Fenomena Gaya Hidup dalam Cover Majalah Ripple……………... 47 BAB IV : SIMBOL-SIMBOL GAYA HIDUP dalam COVER MAJALAH RIPPLE 4.1 Membaca Kode Visual dan Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 51…………………………………………… 57 4.1.1 Membaca Kode Visual Fashion Majalah Ripple Edisi 51…………………………………… 57 4.1.2 Membaca Kode Visual Typography Majalah Ripple Edisi 51…………………………………… 63 4.1.3 Membaca Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 51…………………………………… 67 4.1.4 Membaca Kode Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 51…………………………………… 70 4.2 Membaca Kode Visual dan Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 52…………………………………………… 72

4.2.1 Membaca Kode Visual Fashion Majalah Ripple Edisi 52…………………………………… 72

4.2.2 Membaca Kode Visual Typography Majalah Ripple Edisi 52…………………………………… 77

4.2.3 Membaca Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 52…………………………………… 80

4.2.4 Membaca Kode Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 52…………………………………… 82

4.3 Membaca Kode Visual dan Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 53…………………………………………… 85 4.3.1 Membaca Kode Visual Fashion

Majalah Ripple Edisi 53…………………………………… 85

Page 11: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

vii

4.3.2 Membaca Kode Visual Typography Majalah Ripple Edisi 53………………………………. 90

4.3.3 Membaca Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53………………………………. 92

4.3.4 Membaca Kode Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 53………………………………. 94

4.4 Intepretasi Kode Visual dan Kode Sosial atas Representasi Simbol-Simbol Gaya Hidup padaCover Majalah Ripple……... 96

BAB V : KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kode Visual Simbol-Simbol Gaya Hidup pada Cover Majalah Ripple……………………………………………… 101 5.2 Kode Sosial Simbol-simbol Gaya Hidup pada Cover Majalah Ripple……………………………………………… 102 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 103

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………...

Page 12: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

DAFTAR GAMBAR

- Gambar 1 Cover subjek penelitian. Hal 55 - Gambar 1 (4.1.1) Cover subjek penelitian 1. Hal 57 - Gambar 2 (4.1.1) Cover fashion majalah Ripple edisi 51. Hal 57 - Gambar 3 (4.1.1) Cover fashion majalah Ripple edisi 51. Hal 58 - Gambar 4 (4.1.1) Cover fashion majalah Ripple edisi 51. Hal 60 - Gambar 5 (4.1.1) Cover fashion majalah Ripple edisi 51. Hal 61 - Gambar 6 (4.1.2) Cover Typography majalah Ripple edisi 51. Hal 63 - Gambar 7 (4.1.2) Warna dan Typography Cover majalah Ripple edisi 51.

Hal 64 - Gambar 8 (4.1.2) Typography Cover majalah Ripple edisi 51. Hal 64 - Gambar 9 (4.1.2) Typography Cover majalah Ripple edisi 51. Hal 66 - Gambar 10 (4.1.2) Typography Cover majalah Ripple edisi 51. Hal 66 - Gambar 11 (4.1.2) Typography Cover majalah Ripple edisi 51. Hal 67 - Gambar 12 (4.1.3) Cover majalah Ripple edisi 51. Hal 67 - Gambar 13 (4.1.4) Kode sosial Cover majalah Ripple edisi 51. Hal 70 - Gambar 1 Cover subjek penelitian II edisi 52. Hal 72 - Gambar 2 (4.2.1) Cover fashion majalah Ripple edisi 52. Hal 73 - Gambar 3 (4.2.1) Cover fashion majalah Ripple edisi 52. Hal 75 - Gambar 4 (4.2.2) Cover Typography majalah Ripple edisi 52. Hal 77 - Gambar 5 (4.2.2) Cover Typography majalah Ripple edisi 52. Hal 78 - Gambar 6 (4.2.3) Cover majalah Ripple edisi 52. Hal 80 - Gambar 7 (4.2.3) Cover majalah Ripple edisi 52. Hal 80 - Gambar 8 (4.2.3) Cover majalah Ripple edisi 52. Hal 81 - Gambar 9 (4.2.4) Kode sosial Cover majalah Ripple edisi 52. Hal 82 - Gambar 1 (4.3) kode visual dan Sosial cover majalah Ripple edisi 53. Hal

85 - Gambar 2 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 86 - Gambar 3 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 86 - Gambar 4 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 87 - Gambar 5 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 88 - Gambar 6 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 88 - Gambar 1 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 90 - Gambar 2 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 90 - Gambar 3 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 91 - Gambar 4 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 91 - Gambar 5 (4.3.3) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 92 - Gambar 6 (4.3.4) Kode Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 53. Hal 94

Page 13: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

viii

DAFTAR BAGAN

• Bagan 1.1 Analisis Tahapan Semiotika (Stokes, 2003:80). Hal 16 • Skema: Aliran Kerja persiapan desain hingga pracetak (Bagan 2.1). Hal 33

Page 14: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

“Ideologi” yang baru, merasuk tidak lewat indoktrinasi kaku, pamflet,

propaganda, pidato, penataran, dan semacamnya, melainkan lewat gemerlap iklan,

sihir program-program televisi, tawaran gaya hidup yang ‘wah’, yang kemudian

mendekontruksi dan merubah kebudayaan berikut pengertiannya yang selama ini

dikenal orang pada telaah baru, karena pada dasarnya pengertian kebudayaan

dengan batasan-batasannya pada studi yang umum sebelumnya memang tidak ada

dalam realitas. hal ini menjelaskan bahwa doktrin baru mengenai budaya juga

sudah mampu masuk melalui jaring-jaring media yang ada, sebut saja majalah

sebagai perwakilan media cetak. Ideologi baru tercipta dengan adanya perubahan

pada gaya hidup manusia saat ini yang me-retro gaya sebelumnya dengan impuls

media.

Gaya visual dapat menyatu dengan gaya hidup, karena dalam hidupnya

manusia tidak lepas dari bahasa rupa dua dimensi dan tiga dimensi. Gaya

merupakan suatu sistem bentuk dengan kualitas dan ekspresi bermakna yang

menampakan kepribadian seniman atau pandangan umum suatu kelompok yang

mencampurkan nilai-nilai agama, sosial dan kehidupan moral melalui bentuk-

bentuk yang mencerminkan perasaan. Semua manusia adalah subjek gaya

sehingga kecendrungan satu masyarakat dapat dianalisis melalui spektrum gaya.

Kata “gaya” dalam bahasa Indonesia merupakan padanan dari kata “Style”

dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Yunani “Stilus” yang artinya

Page 15: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

2

adalah alat tulis atau tulis tangan. Definisi ini juga mencakup gaya hidup dan gaya

peradaban. Tetapi definisi yang cukup jelas adalah sebagaimana dikemukakan

oleh Alvin Toffler, yaitu “Alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukan

identifikasi mereka dengan subkultur-subkultur tertentu. Setiap gaya hidup

disusun melalui mosaik beberapa item, yaitu super product yang menyediakan

cara mengorganisir produk dan idea.” (Subandy, 1997:165-166)

Gaya dapat dipelajari karena ia bersifat artifisial dan sadar diri. Gaya pun

mengenal masa hidup (lahir, muda, dewasa, mati) dan gaya yang telah usang

biasanya disebut dekaden. Pandangan ini lahir karena menurut Harley Earl,

masyarakat sangat rapuh terhadap perubahan gaya yang dilakukan secara evolusi.

(Subandy, 1997:166)

Dalam abad gaya hidup, penampilan adalah segalanya. Perhatian terhadap

urusan penampilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah. Urusan

penampilan atau presentasi diri sudah lama menjadi perbincangan sosilogi dan

kritikus budaya. Erving Goffman, misalnya dalam The Presentation of Self in

Everyday Life (1989), mengemukakan bahwa kehidupan sosial terutama terdiri

dari penampilan teaterikal yang diritualkan, yang kemudian lebih dikenal dengan

pendekatan dramaturgi (dramaturgikal approach). Dia maksudkan adalah bahwa

bertindak seolah-olah di atas sebuah panggung. Bagi, Goffman, berbagai

pengguna ruang, barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil untuk

memfasilitasi kehidupan sosial sehari-hari (dalam Chaney; 1996:15).

Gaya hidup, penampilan diri itu justru mengalami estetisisasi, ”estetisisasi

kehidupan sehari-hari.” Bahkan tubuh/diri (bodyself) pun justru mengalami

Page 16: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

3

estetisisasi tubuh. Tubuh/diri kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek,

benih penyemaian gaya hidup ”kamu bergaya, maka kamu ada!” adalah ungkapan

yang mungkin cocok untuk melukiskan kecendrungan manusia modern akan gaya.

Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah indudtri

penampilan. Dalam ungkapan Chaney, ”penampakan luar” merupakan salah satu

situs yang penting bagi gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi lebih

penting daripada substansi. Gaya dan desain menjadi lebih penting daripada

fungsi. Gaya menggantikan substansi. Kulit akan mengalahkan isi pemasaran

penampakan luar, penampilan, hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit akan

menjadi bisnis besar gaya hidup.

Gaya hidup, tampak dari luar dapat dipersempit melalui unsur fashion

yang digunakan manusia untuk menunjukan siapa dirinya diluar sana dengan

menggunakan identitas yang lain. Fashion di Indonesia jika diperhatikan memiliki

banyak muatan metafora pada unsur-unsur visualnya. Akan tetapi kehadiran

metafora tidak diberikan penjelasan berarti mengenai alasan kemunculannya oleh

perancangnya. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah terdapat sebuah

‘kesadaran’ dalam proses kreativitas dan pedoman seorang perancang dalam

memunculkan peran metafora, sebagai satu konsep berkarya untuk meluaskan

cara pandang yang dapat menghantarkan pada penggalian imajinasi, dan visi.

Atau apakah tidak disadari dan tanpa sengaja metafora hadir sebagai unsur visual

dalam rancangannya yang dapat mempengaruhi gaya hidup dari seseorang atau

sebuah komunitas tertentu.

Page 17: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

4

Fashion sebagai fenomena tanda. Secara lebih khusus penelitian ini

mempelajari fenomena peminjaman tanda (the borrowing of sign), yaitu

bagaimana unsur-unsur seperti; tekstur, bidang, garis, warna, bentuk dari sebuah

sistem tanda yang berasal dari flora, fauna, pakaian tradisional, bangunan rumah

(arsitektur), ornamen, tatto/rajah, atau fenomena dan peristiwa yang terjadi dalam

kehidupan politik, sosial, dan budaya, digunakan sebagai unsur-unsur visual

dalam fashion, dalam rangka meningkatkan imajinasi, fantasi, dan visi sebuah

fashion.

Pada umumnya representasi bentuk dari sumber ide dipindahkan secara

langsung ke dalam fashion tanpa pengembangan ide lebih jauh. Melalui penelitian

ini disarankan agar para perancang lebih terbuka atau membuka diri untuk

penelitian, sekaligus lebih kreatif dalam memunculkan gagasan/ide dalam karya

rancangannya.

Setiap media cetak tentunya akan terjual keras jika tampilan wajah dari

media tersebut menarik, karena banyak orang yang membeli media cetak lebih

cenderung untuk melihat cover yang menarik, lalu dibeli. Maka kesimpulannya

cover adalah salah satu daya tarik penjualan dari media.

Bisakah anda membayangkan halaman koran yang tanpa foto satupun? Memang seakan menjadi ‘tradisi’ bahwa foto harus ada di koran terutama dihalaman pertamanya, selain mempercantik perwajahan, foto adalah sebuah bentuk berita tersendiri. (Ryadi dan Rambey. Foto Media,1999)

Bisa dibayangkan jika foto menjadi penglihatan dan simbol utama dari

mata manusia untuk melihat segala sesuatu dengan kasat mata, tentunya ia akan

memilih sesuatu yang terlihat bagus oleh mata manusia. Mungkin strategi pesan

simbol nonverbal ini yang digunakan majalah Ripple, yang memiliki desain

Page 18: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

5

sederhana namun memikat pada cover majalahnya. Majalah yang berasal dari

dalam negeri ini mampu menyesuaikan diri. Bermula dari bentuk majalah yang

independence beranjak menjadi majalah yang sudah memiliki major lable. Ripple

merupakan majalah anak muda yang terlahir di Bandung, konten majalah ini bisa

di kategorikan sebagai majalah anak muda yang berkiblat pada majalah hiburan,

majalah dengan format gratisan selalu ditunggu oleh anak-anak muda yang

mengikuti perkembangan musik di kota Bandung dan di kota-kota besar lainnya.

Sebagai media massa cetak, majalah sering kali disamakan dengan surat

kabar, karena beberapa kesamaan kriteria yang dimiliki keduanya. Tetapi

sesungguhnya majalah memiliki kriteria-kriteria serta pengertian lain yang

membedakan dari surat kabar.

Pada abad ini juga masyarakat dihadapkan pada satu fenomena terbukanya

jalur informasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Masyarakat sendiri sadar

mengenai perlunya mengkonsumsi media yang sesuai dengan profesi dan minat.

Kewajiban untuk mengkonsumsi media, baik itu media cetak supaya manusia

dapat menerima informasi atau pun menambah wawasan kita.

Penggunaan media massa merupakan salah satu alternatif penyebarluasan

informasi dalam suatu kegiatan komunikasi massa menurut Werner I. Severian

dan James W. Tarkand Jr, dalam bukunya Communication Theories Origins

Methods Uses, ialah :

“Sebagai keterampilan, sebagai seni, dan sebagai ilmu ia adalah keterampilan, dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti menfokuskan kamera, mengoperasikannya, atau mencatat ketika wawancara. Ia adalah seni dalam pengertian adalah ia adalah tantangan-tantangan kreatif seperti

Page 19: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

6

menulis skrip untuk program acara, mengembangkan tata letak teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita, ia adalah ilmu yang memikat bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu. Tantangan bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik”. (Effendy, 1990:25).

Media cetak dan media elektronik merupakan bagian dari media massa.

Media elektronik terbagi menjadi televisi dan radio. Sama halnya dengan media

elektronik, media cetak pun terbagi kembali menjadi beberapa jenis seperti surat

kabar, majalah, dan lain-lain. Majalah merupakan salah satu jenis dari media

cetak yang pada saat ini semakin populer karena mempunyai pengaruh yang

sangat besar pada kehidupan masyarakat modern.

Dalam hal ini penulis tidak hanya menitik-beratkan pada foto yang tertera

dalam sampul majalah melainkan juga unsur desainnya dan gaya hidup yang

terdapat dalam sampul majalah Ripple sebagai simbol gaya hidup. Definisi desain

grafis sendiri adalah salah satu bentuk seni lukis (gambar) terapan yang

memberikan kebebasan kepada sang desainer (perancang) untuk memilih,

menciptakan atau mengatur elemen rupa atau ilustrasi, foto, tulisan, dan garis

diatas suatu permukaan dengan tujuan untuk diproduksi dan dikomunikasikan

sebagai sebuah pesan. Gambar maupun tanda yang digunakan bisa berupa

tipografi atau media lainnya seperti gambar atau fotografi. Desain grafis

umumnya diterapkan dalam dunia periklanan, perfilman, dan lain-lain.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Simbol-simbol Gaya Hidup dalam Cover Majalah Ripple”

Page 20: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

7

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjabaran rumusan masalah diatas dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

1. Bagaimana kode visual gaya hidup pada sampul majalah Ripple?

2. Bagaimana kode sosial gaya hidup pada sampul majalah Ripple?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana unsur kode visual gaya hidup pada

sampul majalah Ripple.

2. Untuk mengetahui bagaimana unsur kode sosial gaya hidup pada

sampul majalah Ripple.

1.5. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis dan metodologis penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman

studi komunikasi pada umumnya dan studi desain grafis serta

fotografi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan

gaya hidup saat ini dapat memberikan pemikiran yang bermanfaat

serta berkaitan dengan pemaknaan dari hasil desain dan fotografi.

Page 21: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

8

1.6. Alasan Pemilihan Masalah

Adanya beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan

masalah diantaranya :

1. Ripple adalah majalah yang menggambarkan gerakan kritik anak muda

dalam mengekspresikan budaya dan gaya hidup berdasarkan pergerakan

bawah tanah (mengerjakan segala sesuatunya sendiri) yang memfokuskan

di bidang life style. Ripple memiliki ciri, yaitu cover depan selalu

menampilkan desain garis yang sederhana dan menarik perhatian.

2. Kemajuan teknologi software menuntut kemampuan untuk melakukan

inovasi dalam bidang teknologi desain grafis yang terus berkembang,

menuntut mereka yang menyukai desain untuk belajar dan bertukar

pikiran tentang desain grafis.

3. Seni ilustrasi media saat ini sangat dibutuhkan untuk berbagai macam

keperluan, baik untuk media cetak ataupun media elektronik, oleh karena

itu ilmu desain grafis perlu untuk dikembangkan seiring dengan

perkembangan jaman.

1.7. Kerangka Pikiran

1.7.1 Desain dan Gaya Hidup

Pada awalnya istilah design dan designing mengandung pengertian yang

terbatas pada aktivitas para arsitek, ahli teknik dan para perancang bidang lain

yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembuatan sebuah barang (karya

desain).

Page 22: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

9

Kehadiran sebuah desain dapat mempengaruhi prilaku. Desainer grafis

menggunakan kata (huruf) dan gambar serta elemen-elemen lain untuk

berkomunikasi. Seni mereka merupakan ekspresi verbal-visual. Desainer grafis

menjembatani antara klien dengan sebuah pesan yang dikirim ketarget dengan

sasaran visual.

Desain cover yang di teliti oleh penulis memiliki fungsi refensial. Fungsi

referensial ini adalah suatu bentuk penandaan yang diharapkan diartikan dengan

cara objektif oleh komunikan. Pertanyaan dari desain grafis yang cover majalah

Ripple ini adalah bagaimana cover majalah tersebut dapat menjadi gaya hidup?

Gaya hidup yang berkembang saat ini lebih beragam, mengambang dan

tidak hanya dimiliki oleh satu masyarakat khusus, bahkan para konsumerpun

dapat memilih dan membeli gaya hidupnya sendiri. Gaya hidup memang

menawarkan rasa identitas dan sekaligus alat untuk menghindari kebungungan

karena begitu banyak pilihan.

Pilihan tersebut salah satunya melalui kehadiran media, khusunya media

cetak yang menjadi bahan penelitian. Majalah yang di teliti adalah majalah Ripple.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini dari segi visual yang dilihat oleh

pembaca pada kesan pertama melihat cover majalah Ripple, penulis ingin melihat

kemungkinan adanya peniruan gaya dengan ikon yang terdapat pada cover

tersebut dan dijadikannya sebagai gaya hidup fashion. Penulis juga mencari

makna dari deasin grafis yang ingin dimunculkan oleh desainer yang mewakili

kritik anak muda melalui majalah tersebut. Penelitian ini berdasarkan pada

kerangka pikir untuk mengetahui unsur visual seperti fashion, typhography, visual

Page 23: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

10

majalah¸ dan hasil akhirnya adalah struktur sosial yang diwakili oleh kode sosial

dengan melihat hasil setelah khalayak melihat cover majalah Ripple.

1.8. Pembatasan Masalah

Untuk memusatkan perhatian pada masalah yang diteliti, maka penulis

membatasi masalah sebagai berikut :

1. Salah satu media yang memanfaatkan gambar dan desain untuk cover

sampul dalam Ripple, dimana setiap edisinya menampilkan perbedaan

desain grafis yang disesuaikan dengan tema bulanan. Peneliti membatasi

desain grafis dalam sampul majalah Ripple ditinjau dari komunikasi non

verbal.

2. Media yang diteliti adalah majalah Ripple, dimana cover berupa foto,

gambar dan tulisan.

3. Peneliti membatasi penelitian pada makna visual cover majalah Ripple dan

industri penampilan gaya hidup pada majalah Ripple. Karena pada cover

tersebut terdapat banyak makna.

4. Edisi yang menjadi objek penelitian adalah majalah Ripple bulan Maret,

April dan Mei 2007. Edisi tersebut dipilih karena memiliki desain cover

yang sederhana serta memiliki nilai gaya hidup yang kental dari setiap

tema utama yang diangkat berupa foto.

Page 24: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

11

1.9. Pengertian Istilah

1. Media : Sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada komunikan (Effendy, 1989:270).

2. Tanda : Bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (intepretant). ’Tanda’, menurut pandangan Pierce ini peran ’subjek’ (somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi. (Pierce dalam Sobur, xii:2003)

3. Desain Grafis : salah satu bentuk seni lukis (gambar) terapan yang memberikan kebebasan kepada sang desainer (perancang) untuk memilih, menciptakan atau mengatur elemen rupa atau ilustrasi, foto, tulisan, dan garis diatas suatu permukaan dengan tujuan untuk diproduksi dan dikomunikasikan sebagai sebuah pesan. Gambar maupun tanda yang digunakan bisa berupa tipografi atau media lainnya seperti gambar atau fotografi. Desain grafis umumnya diterapkan dalam dunia periklanan, perfilman, dan lain-lain. (Rianto, IlmuKomputer.com)

4. Makna : Kecenderungan total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat (Brown dalam Mulyana, 2001:256).

5. Sampul (cover) : Merupakan bagian depan majalah yang biasanya menampilkan gambar atau foto juga tulisan-tulisan (judul dari artikel majalah tersebut). (Kamus Bahasa Indonesia).

6. Komunikasi Visual : merupakan payung dari berbagai kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur rupa (visual) pada berbagai media: percetakan/grafika, luar ruang (marka grafis, papan reklame), televisi, film /video, internet dll, dua dimensi maupun tiga dimensi, baik yang statis maupun bergerak (time based).

7. Komunikasi Grafis : Komunikasi Grafis merupakan bagian dari Komunikasi Visual dalam lingkup statis, dua dimensi, dan umumnya berhubungan dengan percetakan/grafika.

8. Majalah hiburan : bentuk majalah yang terbit secara berkala dan memuat karangan-karangan ringan, cerita-cerita pendek, cerita bergambar dan sebagainya (Assegaf, 1985:126).

Page 25: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

12

1.10. Metodologi Penelitian

1.10.1 Penelitian Kualitatif

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode

kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis sebuah

fenomena yang terjadi di masyarakat, penelitian ini tidak mengandalkan bukti

berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau metode statistik (Mulyana,

2001:150), karena metode penelitian ini meyakini bahwa fenomena yang terjadi di

masyarakat tidak bisa dilihat dan ditentukan dengan angka-angka, fenomena yang

terjadi di masyarakat merupakan sebuah akibat dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Maka penelitian kualitatif dianggap lebih cocok digunakan untuk

penelitian yang mempertimbangkan kehidupan manusia yang selalu berubah.

Salah satu prinsip dalam penelitian kualitatif adalah bahwa penggunaan angka-

angka yang cocok untuk mengukur fenomena yang tunggal, seragam statis dan

dapat diramalkan seperti fenomena alam, dianggap sia-sia karena prilaku manusia,

paling tidak parsial, bertentangan dengan prilaku alam. Prilaku manusia justru

tidak pasti. Menurut Mulyana dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi

(2007 : 5). Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bersifat intepretatif

(menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah

masalah penelitian.

Karena penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang bersifat

intepretatif (menggunakan penafsiran) maka penulis akan meneliti subjek yang

diteliti melalui sudut pandang penulis dalam menggambarkan subjek penelitian.

Page 26: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

13

Subjek yang diteliti merupakan cover dari majalah Ripple. Tiga edisi utama yang

peneliti ambil sebagai bahan penelitian, cover yang yang akan diteliti adalah cover

group band The Sigit, Mocca, dan Goodnight Electric. Peneliti mencoba untuk

memberikan penafsiran mengenai ketiga cover tersebut dari sudut pandang tanda

semiotika dikaitkan dengan simbol gaya hidup anak muda saat ini. Hal yang ingin

dipecahkan dalam penelitian ini adalah, bagaimana keterkaitan antara cover

dengan bintang band terkemuka dengan peniruan gaya yang dilakukan anak muda

sehingga dijadikan sebagai gaya hidup mereka, tentunya melihat dari tanda visual

dan tanda sosial yang terdapat dalam ilmu semiotika.

Korelasi antara metode kualitatif dengan studi ilmu semiotika adalah

kedua-keduanya dapat dilakukan pada penelitian mengenai manusia yang sifatnya

terus berubah-ubah dan dapat dianalisis secara intepretasi dari peneliti dalam

mengembangkan penelitiannya.

1.10.2 Analisis Semiotika

Pokok perhatiannya disini adalah tanda. Studi tentang tanda dan cara

tanda-tanda itu bekerja dinamakan semiotika atau semiologi. Semiotika memiliki

tiga bidang studi utama :

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, dan cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

Page 27: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

14

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberasaan bentuknya tersendiri. (Fiske, 1990:60).

Jika dikaitkan dengan subjek yang menjadi bahan penelitian ini adalah,

bagian dari cover atau gambar yang berada dalam majalah tesebut seperti, cover

pada edisi 51 dengan foto dari band The Sigit, edisi 52 dengan foto dari band

Goodnight Electric, dan terakhir pada edisi 53 dengan foto dari band Mocca. Poin

pertama, mempelajari tanda yang berbeda, serta cara penyampaiannya, tanda yang

terkait dengan manusia sebagai pengguna dari tanda tersebut, dan manusia

menggunakannya serta dapat dipahami. Maka penulis dalam menganalisis bagian

dari tanda ini akan menganalisis serta melakukan observasi dari kehadiran tanda

yang berada dalam cover-cover tersebut dengan hasil konstruksi manusia dalam

memberikan arti serta menggunakan tanda tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Observasi ini dilakukan dengan melihat gambaran yang berada dalam

cover dari tiga edisi tersebut dengan gaya hidup, khususnya dengan penampilan

(fashion) yang digunakan manusia, yang menjadi bahan observasi disini penulis

mencoba untuk menganalisis bagian dari komunitas penyuka musik indie yang

berada di kota Bandung. Observasi itu sendiri dilakukan pada beberapa event

indie band dan hasil analisis berdasarkan lingkungan yang ditemui penulis

dilapangan.

Poin kedua, merupakan kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda.

Penelitian ini akan melihat kode-kode yang dikembangkan guna memenuhi

kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran

komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. Dalam hal ini penulis

Page 28: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

15

melihat kode yang ingin ditampilkan merupakan bentuk dari gaya hidup anak

muda yang modern, gambaran budaya atau kode-kode yang diorganisasikan oleh

tanda ini terdapat pada media massa.

Media yang menjadi bahan eksploitasi dari budaya serta kode dari tanda

gaya hidup ini tercermin pada media majalah Ripple, yang mengkhususkan diri

dalam bentuk segmentasi gaya hidup anak muda yang dinamis, sebagai transmisi

dari kebutuhan manusia akan media sebagai penyampai informasi dan berita.

Penulis akan melihat poin kedua ini dari sudut pandang media cetak

majalah Ripple yang menggambarkan dan memberikan kebutuhan akan informasi

gaya hidup, terutama dari cover majalah yang terdiri dari tiga edisi berbeda, serta

penulis juga ingin mengetahui pengembangan dari kebutuhan gaya hidup tersebut

yang tercermin dalam cover majalah Ripple. Untuk mengetahui cara media

tersebut mengembangkan kode yang mengorganisasikan tanda sebagai gaya hidup

serta mentransmisikannya dalam media cetak majalah, penulis melakukan

wawancara dengan designer serta pimpinan majalah untuk mengetahui jawaban

dari kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda dalam cover majalah Ripple,

serta melakukan observasi pada lingkungan sekitar, lalu mengintepretasikan

gejala yang di lihat dilapangan (observasi) dengan data yang di dapat melalui

wawancara dengan pihak terkait dari majalah Ripple.

Poin ketiga, merupakan tempat dari tanda dan kode bekerja, yang pada

gilirannya tergantung pada penggunaan tanda-tanda dan kode-kode tersebut untuk

keberadaannya. Dalam hal ini, penulis setelah melakukan langkah pertama dan

kedua dapat melihat penggunaan dari tanda dan kode yang berada dilapangan

Page 29: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

16

serta cara pemaknaan manusia terhadap kode dan tanda yang mereka lihat, lalu

mereka intepretasikan dan langkah terakhir adalah melakukan (action). Penulis

akan melihat pengaruh dari ketiga cover yang di teliti ini pada intepretasi anak

muda yang mengikuti gaya hidup dalam cover majalah Ripple sebagai bentuk

identitas diri dari penampilan luar (fashion).

Semiotika lebih suka memilih istilah “pembaca” (bahkan untuk foto

sebuah lukisan) untuk “penerima” karena hal tersebut secara tidak langsung

menunjukan derajat aktivitas yang lebih besar dan juga pembacaan merupakan

sesuatu yang kita pelajari untuk melakukannya; karena itu pembacaan tersebut

oleh pengalaman kultural pembacanya. Pembaca membantu menciptakan makna

teks dengan membawa pengalaman, sikap, dan emosi terhadap teks tersebut.

1.10.3. Prosedur Analisis

Intepretatif

Semiotika &Cultural Studies

Objek AnalisisSampul Majalah

Ripple

Pertanyaan PenelitianKode Visual &

Kode Sosial

Key InformanWawancara,

Observasi, & StudiKepustakaan

Jawaban Analisis

Bagan 1.1 Analisis Tahapan Semiotika (Stokes, 2003:80)

Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan penelitian intepretatif, alat bedah penelitian ini menggabungkan

ilmu semiotika mengenai tanda pendekatan budaya yang menjadi bahan analisis.

Objek yang akan dianalisis merupakan cover majalah Ripple dari tiga edisi bulan

Maret (51), April (52), dan Mei (53). Pertanyaan dalam penelitian ini berdasarkan

pada kode visual dan kode sosial yang tergambar pada majalah Ripple sebagai

simbol gaya hidup. Key informan, sebagai kunci untuk mendapatkan jawaban dari

Page 30: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

17

pertanyaan penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi

kepustakaan sebagai penguat data lapangan. Akhir dari kerangka tersebut akan

menghasilkan suatu jawaban dari penelitian yang ditanyakan pada pertanyaan

penelitian.

1.10.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

penulisan pengumpulan data antara lain :

1. Studi Dokumentasi

Mendokumentasikan majalah Ripple edisi Maret, April dan Mei 2007. 2. Observasi Kepustakaan

Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan pengamatan langsung dilapangan untuk mendapatkan informasi/data dari populasi penelitian baik itu berupa subjek maupun berupa objek (gejala, peristiwa dan benda-benda) yang ada kaitannya dengan penelitian (I Djuhur, 1975:52). Mengumpulkan data dan mencari literatur yang menunjang dalam penelitian, baik melalui buku-buku, tulisan dan juga internet.

3. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi secara langsung antara peneliti dengan pihak staf pimpinan majalah Ripple dan narasumber lainnya untuk mencari data yang presentatif karena dengan interview pribadi, data yang diperlukan akan lebih cepat di dapat, jelas dan tidak akan terjadi kesalahpahaman. Wawancara, merupakan metode interview, mencakup cara yang digunakan kalau seseorang, untuk tujuan tertentu mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden yang bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu (Koencoroningrat, 1983:162). Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan apa yang ada dalam cover, berupa kondisi atau hubungan

yang ada, pendapat yang tumbuh, proses yang berkembang, akibat atau efek yang

sedang terjadi atau kecendrungan yang sedang berkembang.

Page 31: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

18

1.11. Sistematis Penulisan

Penulisan ini disusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN. Mengupas latar belakang, rumusan dan identifikasi

masalah, pembatasan masalah dan pengertian istilah, serta tujuan dan metode

yang digunakan dalam penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berisi telaah literatur dari masalah, metode dan

objek penelitian.

BAB III. TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Merupakan tinjauan umum

mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, kondisi tenaga kerja,

kegiatan produksi, proses produksi, hasil produksi dan daerah pemasarannya,

model sistem informasi perusahaan, strategi promosi perusahaan.

BAB IV. PEMBAHASAN. Pemaparan penulis tentang kajian dan objek yang

menjadi bahan analisis.

BAB V. PENUTUP. Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian.

Page 32: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

19

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semiotika

Kita semua, saya, anda, teman-teman anda sering kali menggunakan

makna tanpa memikirkan makna itu sendiri. Pakar komunikasi sering

menyebutkan kata ‘makna’ ketika mereka merumuskan definisi komunikasi.

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1994:6), misalnya, menyatakan, “komunikasi

adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih”. Juga Judy C.

Person dan Paul E. Nelson (1979:3), ”komunikasi adalah proses memahami dan

berbagai makna”. (Sobur 2003:255).

Makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau

bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna

yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat (Brown dalam Mulyana, 2001:256).

Saussure menjelaskan ‘tanda’ sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan

dari dua bidang seperti halnya selembar kertas yaitu bidang penanda (signifier)

untuk menjelaskan ‘bentuk’ atau ‘ekspresi’; dan bidang petanda (signified), untuk

menjelaskan ‘konsep’ atau ‘makna’. Dalam melihat relasi petandaan ini, Saussure

menekankan perlunya semacam konvensi sosial, yang mengatur pengkombinasian

tanda dan maknanya.(Sobur:viii).

Pierce melihat tanda (representesmen) sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda

(intepretant). ’Tanda’, menurut pandangan Pierce adalah ”...something which

stands to somebody for samething in some respect or capacity” . Tampak pada

Page 33: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

20

definisi Pierce ini peran ’subjek’ (somebody) sebagai bagian tidak terpisahkan dari

pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi.

Penelitian mengenai gambar visual pernah dilakukan Barthes dengan

membaca fenomena gambar, pendekatan ini ditulis Barthes dalam dua bukunya

yang berjudul “The Photographic Message” (1961) dan “Rhetoric of the Image”

(1961) yang keduanya mengambil fokus pada foto berita dan gambar iklan dan

juga penelitian yang dilakukan oleh Sunardi mengenai posisi duduk anggota

MPR/DPR dalam sidang Paripurna, penelitian ini dituliskan pada buku “Semiotika

Negativa” (2002).

Semiotika memfokuskan perhatiannya terutama pada teks. Model-model

proses yang linier tidak banyak memberi perhatian terhadap teks karena perhatian

juga tahapan lain dalam proses komunikasi. Semiotika lebih suka memilih istilah

”pembaca” (bahkan untuk foto sebuah lukisan) untuk ”penerima” karena hal

secara tidak langsung menunjukan derajat aktivitas yang lebih besar dan juga

pembacaan merupakan sesuatu yang kita pelajari untuk melakukannya; oleh

karena itu pembacaan ditentukan oleh pengalaman kultural pembacanya. Pembaca

membantu menciptakan makna menunjukkan fungsi yang berbeda-beda.

Melalui tanda dan makna tersebut penulis mencoba untuk

mengintepretasikan visualisasi cover majalah Ripple terhadap fenomena gaya

hidup yang terjadi saat ini yang hasilnya dapat dilihat dari kode sosial yang

dihasilkan dari pemecahan kode-kode visual cover majalah Ripple.

Page 34: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

21

2.1.2 Semiotika Visual

Surat kabar dan majalah memuat lebih dari kata-kata dalam kolom.

Popularitasnya tidak bisa terbayangkan tanpa memepertimbangkan foto-foto,

ilustrasi-ilustrasi, dan iklan-iklan yang muncul hampir di setiap halaman. Tidak

diragukan lagi, karya yang paling berpengaruh dalam budaya pop visual studi

budaya adalah karya fundamental teoritikus budaya Prancis Roland Barthes.

Citra jarang muncul tanpa penyertaan teks linguistik dari satu jenis atau

yang lainnya. Sebuah foto surat kabar, misalnya, akan dikelilingi dengan judul,

caption, cerita dan layout halaman. Ia juga akan diletakkan dalam konteks tertentu

surat kabar atau majalah. Barthes berpendapat bahwa ‘konteks memuat citra,

membebaninya dengan budaya, moral, imajinasi’ (Barthes dalam Storey,

2007:114).

Semiotika visual (visual semiotic) merupakan sebuah bidang studi

semiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala

jenis makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual sense). Apabila

kita konsisten mengikuti pengertian pengetian ini, maka semiotika visual tidak

lagi terbatas pada pengkajian senirupa (seni lukis, patung, dst) dan arsitektur

semata-mata, melainkan juga segala macam tanda visual yang kerap kali atau

biasanya dianggap bukan karya seni.

Semiotika visual berdasarkan perbedaannya tiga cabang penyelidikan

semiotika menurut Charles Morris, dapat diklasifikasikan setidak-tidaknya ke

dalam tiga dimensi, yakni dimensi sintaktik, sematik, dan pragmatik (Budiman,

2004:13).

Page 35: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

22

2.1.2.1 Dimensi Sintaktik Persoalan di dalam dimensi sintaktik berkisar pada homologi diantara

bahasa dan gambar/lukisan (Nort dalam Budiman, 2004 : 14).

Sebagian pakar semiotika berpendapat bahwa struktur sebuah representasi visual dapat dipilah kedalam satuan-satuan pembentuknya yang sedikit banyak analog dengan sistem kebahasaan, kendati hal itu tidak sekaligus menunjukan adanya artikulasi ganda (double articulation). Di dalam bahasa, artikulasi ganda tersebut terwujud sebagai satuan terkecil yang bermakna dan satuan terkecil yang membedakan makna. (Budiman 2004:14)

Prinsip artikulasi ganda ini sering dikatakan sebagai ciri yang paling

mendasar, bahkan satu-satunya, dari bahasa manusia. Rumusan prinsip ini

dikemukakan oleh Martinet dalam pengertian sebagai penstrukturan (structuring).

(Nort dalam Budiman, 2004:14). Maksudnya adalah dalam sistem semiotik

kebahasaan terdapat dual structuring atau dua tingkat perstrukturan, melalui jenis

yang berbeda :

(1) Elemen-elemen terkecil yang bermakna (smallest meaningful elements),

yaitu morfem; (2) Elemen-elemen terkecil yang tak bermakna namun berfungsi untuk

membedakan makan (minimal meaningless but distintive element), yaitu fonem.

(1) Morfem Artikulasi ganda : -----------------------

(2) Fonem (Budiman, 2004:15)

Berdasarkan pemahaman atas struktur dan mekanisme-mekanisme

persepsi visual, sebuah coloreme (bahasa piktorial dan skulptural yang dianggap

sebagai satuan-satuan terkecil) yang dibatasi oleh Saint-Martin (1987:5-16)

Page 36: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

23

sebagai zona atau medan bahasa visual yang berkolerasi dengan suatu sentrasi

pandangan mata. Satuan-satuan ini berkorespondensi dengan sejumlah variabel

visual yang dipersepsi di dalam representasi visual melalui pandangan. Dengan

kata lain, apabila dilihat dari sudut pandang semiotika, elemen dasar bahasa visual

ini tersusun dari suatu gugus variabel visual.

2.1.2.2 Dimensi Semantik dan Pragmatik Masalah-masalah yang menyangkut dimensi semantik juga merupakan

salah satu isu sentral dalam pendekatan semiotika visual. Charles Morris, percaya

bahwa gambar tersusun dari tanda-tanda ikonik seperti dipahami dalam tipologi

Pierce. Oleh karenanya pakar semiotika lainnya mengajukan klaim bahwa relasi

tanda visual dan objeknya bukan bersifat ikonik semata-mata, melainkan juga

simbolik atau bersifat konvensional. (Budiman, 2004:20)

Masalah lain yang tidak kalah mendasar adalah mengenai dimensi

pragmatik. Pada persoalan terakhir ini para ahli semiotika. Ada dua ciri yang

terdapat pada dimensi pragmatik. Fungsi puitik yang dicetuskan oleh Jakobson,

fungsi puitik mengandaikan adanya pemusatan atas pesan (message) itu sendiri di

dalam proses produksi dan konsumsi tanda. Wacana estetik kemudian, merupakan

wacana yang berorientasi kepada sarana putik (poetik devices) yang ada di dalam

dirinya sendiri sebagai ciri yang membedakan dengan tipe wacana sosial yang

lain. (Jakobson dalam Budiman, 2004:21).

Fungsi estetik dicirikan oleh gejala fiksionalitas. Dengan karakteristik ini,

teori pragmatik lebih radikal sampai kepada kesimpulan bahwa tanda estetik

Page 37: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

24

adalah tanda-tanda yang autotentik atau mengacu kepada dirinya sendiri (self-

referential). (Mukarovsky dalam Budiman, 2004:21)

2.1.3 Semiotika Sosial

Tatanan sosial modern membutuhkan perlengkapan yang kompleks berupa diferensiasi dan pelaksanaan yang cermat, demikian juga pemahaman modern mengenai kewarganegaraan yang menganggap tingginya tingkat disiplin individual. Kedua aspek memberikan kesan bahwa selanjutnya bahwa tatanan tersebut terstruktur dan hal ini dapat dipahami dalam dua cara. Pertama, bahwa prosedur regulasi dan birokrasi adalah suatu jaringan ikatan impersonal di luar sana, mereka hadir sebagai kerangka kerja yang beroperasi dengan cara-cara yang sebagian besar tahan terhadap konsisi pribadi. Kedua, dari struktur adalah bahwa sebuah dunia pemerintahan birokrasi juga merupakan dunia kita dan mereka. Dan diantara mereka yang sanggup mengambil keputusan yang memperbaharui tujuan dan praktik organisasi (atau tampaknya mampu mengikuti apa yang sedang berlangsung), dan mereka yang merasa dirinya adalah subjek bagi pelaksanaan kekuasaan orang lain. (Chaney, 1996:42)

Bahasa struktur sosial tercermin dalam setiap bentuk masyarakat, akan

tetapi karakteristik tersebut menjadi lebih bermakna teristimewa dalam perubahan

sosial modernitas. Hal ini dikarenakan perbedaan yang terbangun dengan

kelakuannya semakin sulit dipertahankan dalam era mobilitas sosial dan fisik

yang sangat cepat, sementara bentuk-bentuk perbedaan baru terus-menerus

dielaborasi dan kerena itu cara kita peduli terhadap dan menghormati (atau

ketidaksukaan terhadap) berbagai macam peradaban lain yang mungkin ada

semakin krusial dalam pembentukan hierarki-hierarki normatif berdasarkan

perbedaan terstruktur. Penekanan bahasa atas struktur sosial mengarahkan

perhatian kita pada tema yang lebih umum mengenai karakter refleksif edemis

modernitas yang berkaitan dengan identitas, pembedaan dan perbedaan sosial.

Page 38: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

25

Keangkuhan dan cita rasa (taste) saling berkaitan erat dalam perkembangan modernitas, dalam hal ini keduanya adalah reaksi atas runtuhnya perbedaan yang tersusun secara alami; “Cita rasa adalah sebuah agama baru dengan upacara-upacara yang dirayakan di pusat-pusat perbelanjaan dan museum, dua lembaga yang asal-usulnya terletak persis pada periode-periode historis yang menyaksikan ledakan konsumsi populer.” (Bayley dalam Chaney, 1996:43)\

Semiologi Prancis, Pierce Guirad dalam bukunya semiology, terdapat tiga

jenis kode yang penting yaitu kode sosial, kode etik, dan kode logis. Kode sosial

berkaitan dengan hubungan antara pria dan wanita, dan mencakup suatu wilayah

seperti identitas dan tingkatan (seragam dan lencana), aturan-aturan atau tingkah

laku yang sopan dan baik, mode, dsb. Kode sosial memberi tahu orang bagaimana

bertingkah laku, dalam istilah luasnya, dalam pergaulan dengan orang lain.

Jelaslah, orang yang menggunakan kode-kode yang berbeda mengenal

dunia secara berbeda dan menghubungkan dengan yang lain dengan cara yang

berbeda. Selanjutnya kode berfungsi sebagai penjaga pintu dan memainkan

peranan penting dalam hidup kita sebab mereka cendrung untuk menentukan apa

yang kita tahu dari dunia dan bagaimana kita berbuat didalamnya.

Karya Marx telah menjadi sesuatu yang paling berpengaruh dalam studi-

studi tentang bagaimana struktur sosial sebuah masyarakat terefleksi dalam

budayanya. Marx dan Angels menegaskan bahwa “gagasan tentang keberadaan

kelas berkuasa ada dalam setiap epos gagasan-gagasan yang berkuasa. Maka,

kelas yang merupakan kekuatan meterial yang berkuasa dalam sebuah

masyarakat, pada waktu yang sama adalah kekuatan intelektual yang berkuasa.”

(Marx dan Angels dalam Stokes, 2006:115-116)

Page 39: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

26

Barthes mengklasifikasikan sosial dalam dua bentuk, diantaranya denotasi

dan konotasi sosial yang memberikan makna terhadap pemahaman mengenai

suatu tanda. Ada yang memungkinkan pergerakan tanda denotasi menuju konotasi

adalam jumlah simpanan pengetahuan sosial (sebuah retoir budaya) yang dengan

itu pembaca mampu menyimpulkan kapan ia membaca suatu citra. Tanpa akses

terhadap kode yang dipahami bersama ini (sadar atau tidak sadar), operasi-operasi

tidak akan mungkin terjadi. Dan tentu saja pengetahuan tersebut senantiasa

bersifat historis dan kultural. Dengan kata lain, satu budaya dengan budaya

lainnya, dari satu periode ke periode lainnya boleh jadi berbeda. Perbedaan

kultural mungkin juga ditandai dengan perbedaan kelas, ras, dan gender. Akan

tetapi sebagaimana ditujukan oleh Barthes, “variasi dalam pembacaan,

bagaimanapun, tidaklah bersifat anarkis; ia bergantung pada jenis pengetahun –

praktis, nasional, kultural estetik – yang berbeda yang ditanamkan ke dalam citra

[oleh pembaca].” (Barthes dalam Storey, 2007:115).

2.2. Gaya Hidup (Lifestyle)

Dalam masyarakat komoditas atau konsumer terdapat suatu proses adopsi

cara belajar menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu gaya hidup

(Feathersone, 2005). Pembelajaran ini dilakukan melalui majalah, koran, buku,

televisi, dan radio, yang banyak menekankan peningkatan diri, pengembangan

diri, transformasi personal, bagaimana mengelola kepemilikan, hubungan dan

ambisi, serta bagaimana membangun gaya hidup. Dengan demikian, mereka yang

bekerja di media, desain, mode, dan periklanan serta para intelektual informasi

Page 40: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

27

yang pekerjaannya adalah memberikan pelayanan serta memproduksi,

memasarkan dan menyebarkan barang-barang simbolik disebut oleh Bordieu

(1984) sebagai perantara budaya baru. Dalam wacana kapitalisme, semua yang

diproduksi oleh kapitalisme pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru

berikutnya, berdasarkan hukum kemajuan dan kebaruan. Dan karena dukungan

media, realitas-realitas diproduksi mengikuti model-model yang ditawarkan oleh

media (Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal. 200).

Dari sini bisa kita bayangkan bahwagaya hidup remaja hanya dapat

dibicarakan jika kita mau melihat kehadiran kelompok remaja ini dalam

“kelas”nya masing-masing. Karena gaya hidup ini merupakan simbol suatu

prestise tertentu, ia dapat bersifat modis, yang penyebarannya melalui komunikasi

massa menembus batas-batas stratifikasi sosial. Pada saat itulah kita

menempatkan gaya hidup ini sebagai suatu kebudayaan massa, yang kehilangan

ekslusifitas tertentu.

Kebudayaan yang dimaksud sebagai kebudayaan massa (uler) (mass/pop

[ular] culture) dengan ditopang industri kebudayaan (cultural industry) telah

mengkonstruksikan masyarakat yang tidak sekedar berbasis konsumsi, tapi juga

menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri, dan sudah tentu

menjadi komoditas. Suatu kutukan modernitas pun perlahan muncul dan pada

gilirannya melahirkan sebuah wajah masyarakat baru: ”masyarakat komunitas”

(commodity society) yang membiakan kebudayaan pop dan memaksakan

penyembahan, pemujaan, pengkultusan, ecstasy gaya hidup yang tak tepermanai

dalam apa yang disebut humanis seperti Peter L. Berger sebagai “semesta

Page 41: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

28

simbolisme modernitas” dengan bawah sadar pertumbuhan sebagai ideologi yang

memayunginya.

Pada saat ini sistem globalisasi telah menghilangkan batas-batas budaya

lokal, nasional, maupun regional, sehingga arus gelombang gaya hidup global

dengan mudahnya berpindah-pindah tempat dengan perantara media massa. Akan

tetapi, gaya hidup yang berkembang saat ini lebih beragam, mengambang dan

tidak hanya dimiliki oleh satu masyarakat khusus, bahkan para konsumer pun

dapat memilih dan membeli gaya hidupnya sendiri. Bahkan menurut Alvin Toffler

saat ini terjadi kekacauan nilai yang diakibatkan oleh runtuhnya sistem nilai

tradisional yang mapan sehingga yang ada hanyalah nilai-nilai terbatas seperti

kotak-kotak nilai. Gaya hidup memang menawarkan rasa identitas dan sekaligus

alat untuk menghindari kebingungan karena begitu banyak pilihan.

Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan

istilah budaya. Memang budaya dapat didefinisikan sebagai: “keseluruhan gaya

hidup suatu masyarakat – kebiasaan/adat-istiadat, sikap dan nilai-nilai mereka,

serta pemahaman yang sama yang menyatukan mereka sebagai suatu masyarakat”

(Kepart, 1982:93). Gaya hidup adalah seperangkat praktik dan sikap yang masuk

akal dalam konteks tertentu.

Dalam hal ini, tampak juga telah terjadi perubahan selama tahun-tahun

terakhir era modern pada landasan sosial utama dari identitas. Saat ini muncul

perasaan yang menyebar luas mengingat kerja ataupun jabatan secara tradisional

menentukan kelas sosial dan begitu pula cara hidup seseorang, pada paruh kedua

Page 42: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

29

abad ini aktivitas-aktivitas waktu luang dan/atau kebiasaan konsumen semakin

banyak dialami oleh individu-individu sebagai basis identitas sosial mereka.

Dalam konteks kebudayaan massa, atau biasa diebut kebudayaan populer,

masyarakat menjadi homogen. Siapa saja dapat mengambilalihnya, dari

staratamanapun ia berasal, pada saat ia bermaksud mengidentifikasikan dirinya

kedalam kelompok sosial yang dicitrakan oleh kebudayaan massa.

2.3. Komunikasi Visual dan Grafis

2.3.1 Pengertian Komunikasi Visual

Dalam pengertian ini Komunikasi Grafis adalah pekerjaan dalam bidang

komunikasi visual yang berhubungan dengan grafika (cetakan) dan/atau pada

bidang dua dimensi dan statis (tidak bergerak dan bukan time-based images).

Dasar terminologi perlu untuk menjelaskan beda antara komunikasi grafis dengan

komunikasi visual.

Komunikasi visual merupakan payung dari berbagai kegiatan komunikasi

yang menggunakan unsur rupa (visual) pada berbagai media: percetakan/grafika,

luar ruang (marka grafis, papan reklame), televisi, film/video, internet dll, dua

dimensi maupun tiga dimensi, baik yang statis maupun bergerak (time based).

2.3.2 Pengertian Komunikasi Grafis

Tugas penyusunan kompetensi ini adalah pada bidang komunikasi grafis,

istilah yang diberikan oleh Dikmenjur setelah berkonsultasi dengan Ditjen

Grafika.

Kata grafis sendiri mengandung dua pengertian: (1) Graphein (lt.= garis, marka) yang kemudian menjadi Graphic Arts atau komunikasi grafis, (2) Graphishe

Page 43: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

30

Vakken (bld=pekerjaan cetak) yang di Indonesia menjadi grafika, diartikan sebagai percetakan. Dalam pengertian ini komunikasi grafis adalah pekerjaan dalam bidang komunikasi visual yang berhubungan dengan grafika (cetakan) dan/atau pada bidang dua dimensi dan statis (tidak bergerak dan bukan time-based images). (Dikmenjur dan Ditjen Grafika dalam ilmukomputer.com)

Komunikasi grafis merupakan bagian dari Komunikasi visual dalam

lingkup statis, dua dimensi, dan umumnya berhubungan dengan

percetakan/grafika. Dalam lingkup terminologi ini standar kompetensi komunikasi

grafis dibuat.

Dewasa ini, desain grafis diyakini sebagai sebuah karya seni rupa yang

padat teknologi, mempunyai dampak sangat komprehensif kepada masyarakat

sebagai khalayak sasaran. Mengapa? Karena keberadaannya mampu

menginformasikan produk baru kepada audiens. Ia mempunyai karisma kepada

konsumen untuk diajak membeli dan menggunakan barang dan jasa yang

ditawarkan kepadanya. Ia juga piawai merangsang khalayak untuk berpikir perihal

sesuatu yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya. Dengan demikian,

ketika kita mengenal dan menggeluti desain grafis, maka kita seolah-olah menjadi

malaikat pewarta kabar gembira kepada segenap manusia dalam bentuk

komunikasi visual yang mencakup segala bidang kehidupan manusia, baik dengan

target komersial maupun tujuan sosial. Oleh karena itu, mitos desain grafis dan

orang yang menggeluti profesi itu tidak lagi semata-mata hanya seseorang yang

jagoan ''menyetir'' komputer grafis dengan segala program-programnya dan

piawai membuat berbagai ilustrasi menggunakan rapido, pensil warna, cat poster,

dan airbrush. Tetapi, yang lebih hakiki, ia seorang perancang, pencetus dan

penemu ide pertama.

Page 44: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

31

Victor Papanek dalam risalahnya bertitel Design for The Real World

menandaskan, peran desain beserta desainernya diharapkan menjadi pionir dalam

mengatasi perubahan dan pembaruan. Lebih lanjut Papanek memilah peran

desainer menjadi dua kategori. Kelompok pertama, keberadaan desainer (grafis)

harus membantu mendorong perubahan dari persaingan nasional menuju arah

komunikasi global. Kedua, ia harus tetap memelihara jati diri kebudayaan yang

berbeda. Artinya, peran desainer (grafis) diposisikan sebagai penerjemah antara

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam proporsi yang sehat, fleksibel dan

seimbang.

Pada dasarnya, desain adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang

berwujud produk dari nilai-nilai yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Sebagai

produk kebudayaan, ia terkait dengan sistem ekonomi dan sosial. Di samping itu,

desain bersahabat dengan sistem nilai yang sifatnya abstrak dan spiritual.

Desain dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan melalui

metode berpikir. Berlandaskan pada ilmu pengetahuan, bersifat rasional dan

pragmatis. Ia lahir karena ilmu pengetahuan modern telah memungkinkan

timbulnya industrialisasi. Sifatnya tidak bisa dilepaskan dari dua gejala yang

saling berkait sebagai konsekuensi industrialisasi. Semuanya adalah produk massa

dan konsumsi massa sebagai hasil industrialisasi.

Desain pra-industrialisasi dan sesudahnya mempunyai pengertian yang sama. Dalam konteks ini, desain adalah aktivitas upaya manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari. Hanya saja dalam desain modern terlibat faktor-faktor penentu baru yang belum ada sebelumnya. Dalam perjalanan sejarah, unsur-unsur tersebut selalu berubah dan bertambah seiring dengan berkembangnya kebutuhan, daya pikir, teknologi, tingkat pendidikan, dan kebiasaan-kebiasaan sosial.

Page 45: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

32

Dengan kalimat lain, desain selalu mengekspresikan semangat zamannya. (Widagdo, l993)

Menurut Michael Kroeger visual communication (komunikasi visual)

adalah latihan teori dan konsep-konsep melalui terma-terma visual dengan

menggunakan warna, bentuk, garis dan penjajaran (juxtaposition). (Rianto,

IlmuKomputer.com)

Desain grafis biasa juga disebut desain komunikasi visual, wilayah

jelajahnya relatif luas. Mulai dari perencanaan cover buku fiksi dan nonfiksi

berikut layout halaman isi, majalah, koran, tabloid, cover kaset, CD, VCD,

kalender, brosur, leaflet, katalog pameran, stationary, administration and sales

kit, seminar kit, sign system, web design, logo, corporate identity, peta lokasi,

brandname, kemasan, poster, chart, pembuatan berbagai ilustrasi hand drawing

dan airbrush, serta banyak lagi ragamnya. Tetapi, yang jelas, desain grafis erat

kaitannya dengan proses cetak. Melalui media cetakan ini, desain grafis berfungsi

sebagai jembatan penghubung antara para pihak yang berkepentingan di dalam

dunia bisnis dan hal-hal yang berkaitan dengan media komunikasi.

Pada dasarnya, desain adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang

berwujud produk dari nilai-nilai yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Sebagai

produk kebudayaan, ia terkait dengan sistem ekonomi dan sosial. Di samping itu,

desain bersahabat dengan sistem nilai yang sifatnya abstrak dan spiritual.

Desain dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan melalui

metode berpikir. Berlandaskan pada ilmu pengetahuan, bersifat rasional dan

pragmatis. Ia lahir karena ilmu pengetahuan modern telah memungkinkan

timbulnya industrialisasi. Sifatnya tidak bisa dilepaskan dari dua gejala yang

Page 46: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

33

saling berkait sebagai konsekuensi industrialisasi. Semuanya adalah produk massa

dan konsumsi massa sebagai hasil industrialisasi.

Bila ditilik dari hakikatnya, menurut Widagdo (l993), desain pra-

industrialisasi dan sesudahnya mempunyai pengertian yang sama. Dalam konteks

ini, desain adalah aktivitas upaya manusia dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya sehari-hari. Hanya saja dalam desain modern terlibat faktor-faktor

penentu baru yang belum ada sebelumnya. Dalam perjalanan sejarah, unsur-unsur

tersebut selalu berubah dan bertambah seiring dengan berkembangnya kebutuhan,

daya pikir, teknologi, tingkat pendidikan, dan kebiasaan-kebiasaan sosial. Dengan

kalimat lain, desain selalu mengekspresikan semangat zamannya. (Sumbo

Tinarbuko; KOMPAS, Minggu 03 Maret 2002)

Skema: Aliran Kerja persiapan desain hingga pracetak (Bagan 2.1)

2.4 Sampul (Cover)

Sampul suatu penerbitan perlu di disain secara indah dan artistik, agar

mampu menarik perhatian khalayak untuk membacanya. Pemilihan judul (teks)

harus singkat, mudah di baca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat

menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. (Kusmiati, 1999:30)

Page 47: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

34

Banyak penerbitan yang dapat digunakan sebagai media, tetapi

penggunaannya disesuaikan dengan tujuan bidang-bidang tertentu. Kapan akan

digunakan hal itu, tergantung pada jenis, serta jumlah artikel yang ditulis. Tetapi

yang paling penting adalah bentuk perwajahan penerbitan, sehingga perlu adanya

perencanaan disain yang baik dari setiap unsur yang akan ditampilkan.

Unsur-unsur penerbitan antara lain berupa tanda atau simbol (Kusmiati,

1999:30) , gunanya untuk membantu pembaca mengikuti alur suatu tulisan. Jika

tanda-tanda atau simbol itu bentuknya sama semua, tentu pembaca akan sulit

membedakan serta memahami apa yang dimaksud dengan simbol tersebut.

Media gambar atau visual mampu mengkomunikasikan pesan dengan

cepat dan berkesan. Sebuah gambar jika tepat memilihnya, bisa memiliki nilai

yang sama dengan ribuan kata, juga secara individu mampu mengikat perhatian

(Kusmiati, 1999:36).

Sampul atau cover merupakan perpaduan antara teks dan foto. Keberadaan

foto ini diungkapkan lewat teks. Fungsi teks adalah dokumenter atau evidential,

sedangkan kehadiran foto sebagai docere (pembuktian) atau memberikan

documentation (bukti) pada apa yang tertulis. Bukti ini sudah menjadi konvensi –

entah kita sadari atau tidak – dalam persuratkabaran bahwa caption yang

menyertai foto berita berbicara tentang foto tersebut. Barthes melihat “bahwa teks

itu sebagai parasit terhadap foto” (Sunardi, 183:2002)

Page 48: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

35

2.5 Majalah

Majalah merupakan penerbitan pers berkala yang menggunakan kertas

sampul, yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun

foto-foto. (Junaedhi, 1995:155).

Pada dasarnya, studi media massa mencangkup pencarian pesan dan

makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi,

seperti halnya basis komunikasi, proses komunikasi, dan intinya adalah makna

(Sobur, 2003:110).

Media khusus majalah dengan tema seksualitas atau sensualitas memang

tumbuh dan berkembang luar biasa. Daya tarik media kategori ini di mata

konsumen barangkali terletak pada tampilan gambarnya dan desain grafis yang

menarik.

Sebagai media massa cetak, majalah sering kali disamakan dengan surat

kabar karena beberapa kesamaan kriteria yang dimiliki keduanya. Tetapi

sesungguhnya majalah memiliki kriteria-kriteria serta pengertian lain yang

membedakan dari surat kabar. Dengan demikian majalah adalah salah satu sumber

informasi yang semakin populer dewasa ini. Ia mempunyai pengaruh yang sangat

besar dalam kehidupan masyarakat, terutama pada masyarakat modern.

Majalah adalah salah satu bagian dari pers yang membawa misi

penerangan, pendidikan, dan hiburan. Penerbitan majalah dimulai pertama kali di

London, Inggris; yang kemudian menyusul penerbitan-penerbitan lainnya pada

tahun 1741 di Amerika Serikat, tetapi baru pada abad ke-19 majalah menunjukan

perkembangan yang cukup pesat.

Page 49: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

36

Abad ke-20 yang dikenal sebagai abad revolusi informasi telah membawa

dunia pers khususnya permajalahan kearah perkembangan yang sangat pesat. Ini

terlihat dari banyaknya majalah-majalah yang beredar tidak hanya di negara-

negara maju tetapi juga di negara berkembang seperti Indonesia.

Nama-nama majalah seperti; Hai, Kartini, Kawanku dan lain-lain, telah

memiliki kelompoknya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat

modern lebih bersifat selektif terhadap media yang diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan informasi.

Karena itulah sebagian orang mengatakan, majalah merupakan perpaduan

antara surat kabar dan buku. Majalah memiliki ruang dan waktu yang lebih

leluasa untuk menyajikan suatu peristiwa dengan selengkap-lengkapnya, sehingga

isi majalah biasanya lebih mendalam dan lengkap dibandingkan surat kabar

harian.

Majalah merupakan penerbitan pers berkala yang menggunakan kertas

sampul, yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun

foto-foto. (Junaedhi, 1995:155). Onong Uchjana Effendy mengartikan majalah

sebagai “media cetak yang diterbitkan secara berkala, berulang-ulang secara

teratur seminggu sekali, dua minggu sekali, sebulan sekali, atau satu tahun

sekali”.

Seperti media cetak lainnya, majalah juga memilliki sifat-sifat khusus

yang tidak dimiliki oleh radio dan televisi. Onong Uchjana Effendy menjelaskan

dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek sebagai berikut :

Page 50: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

37

� Terekam, berita yang disiarkan oleh majalah tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf yang tercetak pada kertas. Setiap peristiwa atau hal-hal lain yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat dikaji ulang, didokumentasikan atau menjadi barang bukti tertentu.

� Menggunakan perangkat mental secara aktif karena pembaca majalah tidak seperti pendengar radio atau televisi yang hanya tinggal mendengar atau melihat apa yang disajikan oleh keduanya. Pembaca majalah hanya menggunakan huruf-huruf yang tercetak mati diatas kertas. (Effendy, 1993:203).

Pelayanan Pos Amerika, menjelaskan bahwa “sesuatu” dapat dikatakan

majalah apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Diterbitkan secara berjadwal, paling sedikit empat kali setahun 2. Dimunculkan atau dikenalkan dan dialamatkan pada alamat penerbit yang

sudah dikenal 3. Disusun atau diformatkan dengan menggunakan printed sheet 4. Diterbitkan untuk menyebarkan informasi tentang suatu karakter dari

public atau dikhususkan pada literature, ilmu pengetahuan, seni, atau industri yang spesifik

5. Mempunyai daftar pelanggan yang sudah atau akan membayar dengan harga diatas nominal untuk beberapa terbitan selama periode waktu yang sudah ditentukan; atau daftar beberapa orang yang sudah menyetujui secara sepesifik untuk menerima beberapa terbitan yang dikirim kepada mereka tanpa ditarik biaya.(Biagi, 1990:65). Tulisan yang dimuat dalam majalah tidak terlalu mementingkan aktualitas

berita karena majalah tidak terbit setiap hari, maka ia tidak melaporkan berita-

berita hangat pada hari itu. Ia memuat berita-berita sesuai dengan terbitnya

(mingguan, bulanan, dan sebagainya).

Selain itu, majalah mempunyai keungulan-keunggulan lainnya yakni,

majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari pada hal-hal yang menyangkut

selera dan perasaan dari komunikasinya. Media ini bukan sarana yang dibaca

selintas saja seperti media actual, tidak juga membutuhkan perhatian pada waktu

tertentu, media ini tidak dengan segera dapat di kesampingkan seperti surat kabar,

Page 51: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

38

majalah dapat disimpan oleh pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-

bulan, kadang bertahun-tahun.

2.5.1 Klasifikasi Majalah

Periode penerbitan majalah mempunyai waktu yang panjang, hal ini

menyebabkan tulisan-tulisan yang ditampilkan dalam majalah memiliki sifat

aktualitas atau lebih lama jika dibandingkan surat kabar. Isi majalah bersifat lebih

khusus karena disesuaikan dengan target audience yang telah ditetapkan.

Seiring perkembangan jaman, saat ini telah banyak beredar majalah

dengan berbagai macam bentuk. Isinya sesuai dengan minat dan tuntutan

masyarakat yang semakin lama semakin berkembang Assegaf secara garis besar

mengklasifikasikan majalah yang beredar di Indonesia ke dalam kategori sebagai

berikut :

1. Majalah bergambar; majalah yang memuat reportasi berdasarkan gambar,

peristiwa, atau sesuatu hal yang khusus yang berisikan foto-foto. (contoh: Jakarta-Jakarta)

2. Majalah Anak-anak; bentuk majalah yang isinya khusus dunia anak-anak. (contoh: Bobo)

3. Majalah Berita; berita berkala mingguan yang menyajikan berita-berita dengan suatu gaya penulisan yang khas dilengkapi foto dan gambar. (contoh; Gatra)

4. Majalah budaya; penerbitan pers yang mengkhususkan isinya pada masalah-masalah kebudayaan, dan diterbitkan setiap minggu, bulan atau secara berkala.

5. Majalah hiburan; bentuk majalah yang terbit secara berkara dan memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar dan sebagainya. (contoh: Popular)

6. Majalah ilmiah; bentuk majalah yang terbit secara berkala, khusus berisi mengenai ilmu pengetahuan dan mengkhususkan isinya mengenai suatu bidang ilmu, misalnya elektronika, hukum, ekonomi, dan lain-lain. (contoh: Medika)

Page 52: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

39

7. Majalah keagamaan; bentuk majalah yang isinya khusus memuat masalah agama, juga mengenai pendidikan kekeluargaan dan lain-lain. (contoh: Ummah)

8. Majalah keluarga; bentuk majalah yang memuat karangan-karangan untuk seluruh keluarga, dari yang ringan, bacaan anak-anak, sampai kepada persoalan rumah tangga seperti resep, mebel, mode, dan sebagainya. (contoh: Ayahbunda)

9. Majalah khas; bentuk majalah setengah bulanan yang isinya khusus mengenai berbagai macam bidang profesi. Ada juga yang khusus mengenai ilmu hukum, ilmu sosial, profesi kedokteran, industri, binis, kegemaran, fotografi, filateli, dan lain-lain. (contoh: Cakram)

10. Majalah mode; bentuk majalah yang diterbitkan bulan atau setengah bulanan yang berisikan mode dan dilampiri lembaran berisikan pola pakaian.

11. Majalah perusahaan; majalah atau surat kabar yang diterbitkan secara teratur oleh suatu perusahaan yang berisikan berita atau bahan informasi mengenai kepegawaian, karyawan, kebijakan dan produksi perusahaan.

12. Majalah remaja; bentuk majalah yang mengkhususkan isinya mengenai masalah-masalah remaja. (contoh: Hai, Gadis)

13. Majalah sari tulisan; bentuk penerbitan dengan format khusus yang berisi ringkasan karangan dari berbagai penerbitan. (contoh: Intisari)

14. Majalah sastra; bentuk majalah khas yang diterbitkan secara berkala dan isinya khusus membahas masalah-masalah kesusastraan dan resensi buku-buku atau novel kontemporer atau kegiatan dalam bidang seni sastra. (contoh: Horison)

15. Majalah wanita; bentuk majalah yang berisikan karangan-karangan khusus mengenai dunia wanita, dari masalah mode, keluarga, resep makanan dan lain-lain, juga dihiasi dengan contoh-contoh (contoh: Femina, Sarinah) (Assegaf, 1985:126)

Page 53: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

40

Bab III

Profil Majalah Ripple Magazine dan

Gaya Hidup dalam Majalah

3.1 Sejarah Dibentuknya Majalah Ripple Awal terbentunya majalah Ripple yaitu pada tahun 1999, ketika PT.

Flatspills Laboratorium yang juga merupakan induk perusahaan dari 347 clothing

(toko baju 347) membutuhkan suatu katalog yang mempromosikan produk-

produk yang dijual di 347 clothing. Merasa kebutuhan suatu katalog sangat

diperlukan untuk mendongkrak penjualan dari produk-produk 347 clothing, PT.

Flatspills Laboratorium akhirnya mempercayakan pembuatan katalog yang pada

akhirnya berkembang menjadi majalah saku kepada Dendy Darmawan,

Mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) jurusan seni grafis 1994/1995,

Institut Teknologi Bandung (ITB).

Karena membuat suatu majalah bukan merupakan hal yang mudah, apalagi

untuk membuat majalah yang isinya menyajikan produk-produk yang harus sesuai

dengan selera anak muda. Akhirnya Dendy Darmawan mengutuskan untuk

mengajak Satria Nurbambang yang merupakan mahasiswa FSRD jurusan Seni

Grafis 1994/1995 ITB itu turut bergabung dalam mengerjakan katalog tadi.

Majalah Ripple yang pada awalnya adalah majalah gratis yang bertujuan

sebagai media promosi 347 clothing, akhirnya berubah tujuan menjadi media

informasi alternatif kaum muda. Sampai dengan edisi kelimanya, Dendy dan

Satria mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Dari mencari informasi untuk isi

majalah, proses foto, membuat artikel, sampai dengan wawancara-wawancara.

Page 54: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

41

Baru setelah edisi kelima, Dendy dan Satria merasakan perlunya penambahan

orang-orang untuk dapat terus mengembangkan isi dari majalah Ripple.

3.2 Kebijakan Redaksi 3.2.1 Ciri Khas Majalah Ripple Majalah bulanan yang meliputi informasi-informasi mode, musik, budaya,

olahraga (surfing, skateboard, dan sepeda), dan permasalahan-permasalahan anak

muda yang isinya diulas secara khas.

3.2.2 Kebijakan Isi Berdasarkan pada tujuan dibentuknya majalah Ripple, kebijakan isi dari

majalah Ripple meliputi permasalahan-permasalahan kaum muda yang

didalamnya terdapat musik, mode, budaya, olahraga (surfing, skaterboard, dan

sepeda).

3.2.3 Bahasa Sebagai majalah, Ripple menampilkan tulisan dengan gaya bahasa yang

memiliki ciri tersendiri, yaitu gaya bahasa yang biasa digunakan sehari-hari (tidak

menggunakan bahasa Indonesia yang baku). Majalah Ripple yang menyajikan dua

bahasa dalam penyajiannya, yaitu bahasa Indonesia sebanyak 70% dan bahasa

Inggris sebanyak 30%.

3.2.4 Perwajahan Untuk gaya perwajahan, majalah Ripple menampilkan gaya perwajahan

yang kreatif dan menarik, dengan menggunakan bahasa yang lugas dan mudah

Page 55: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

42

dicerna oleh pembacanya. Untuk tata letak, penampilan judul, tulisan, tampilan

foto, dan gambar-gambar, sedikit unik dengan tata letak penampilan yang tidak

seperti biasanya.

3.2.5 Rubrik Isi halaman pada majalah Ripple menampilkan rubrik-rubrik yang

merupakan realisasi dari tujuan majalah Ripple sehingga bermanfaat untuk

memberikan informasi kepada khalayak pembacanya. Rubrik-rubrik yang ada

dalam majalah Ripple, diantaranya:

• Rubrik Mode (Fashion) : isi dari rubrik-rubrik ini adalah mode yang menjadi trend dikalangan anak muda, seperti model-model pakaian, sepatu, topi, dan lain-lain.

• Skateboard : isi dari rubrik-rubrik tentang skateboard, cara-cara bermain skateboard, atau skateboard seperti apa yang baik untuk digunakan.

• Surfing : isi dari rubrik-rubrik tentang surfing biasanya juga meliputi tentang prestasi dan kisah-kisah para pemain surfing, cara-cara bermain surfing, atau papan seperti apa yang baik untuk digunakan.

• Musik : isi rubrik-rubrik tentang music dalam majalah Ripple biasanya meliputi profil-profil band, wawancara dengan band-band, cara bermain alat musik, informasi tentang alat musik.

• Sepeda : isi rubrik tentang sepeda biasanya meliputi tentang prestasi dan kisah-kisah para pemain sepeda BMX, cara-cara bermain sepeda BMX, atau sepeda-sepeda BMX seperti apa yang baik untuk digunakan.

• Budaya : isi dari rubrik-rubrik tentang budaya meliputi kebiasaan-kebiasaan, prestasi, dan cita-cita anak muda yang ada di masyarakat kita. Selain itu, dalam rubrik ini terdapat cerita-cerita dan wawancara aktris dalam maupun luar negeri. (Profil Ripple Magazine)

3.3 Profil Pembaca Majalah Ripple Sebagai majalah yang sudah berdiri selama tujuh tahun dan memiliki

segmentasi umur 15 sampai dengan 25 tahun, Ripple secara fisik memang belum

Page 56: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

43

dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat negeri ini. Tetapi hal ini merupakan

cita-cita besar yang harus dicapai oleh para pengelola majalah Ripple untuk dapat

mendistribusikan majalah ini keseluruh pelosok negeri dan menjangkau seluruh

lapisan anak muda di tanah air.

Kondisi seperti belum hadirnya majalah Ripple secara fisik diseluruh

Indonesia dan belum terjangkaunya seluruh lapisan anak muda memang bukan

hanya terjadi pada majalah Ripple, tetapi juga hampir semua majalah yang

segmentasinya adalah anak muda. Bahkan, majalah yang bersifat umum pun

masih sulit untuk menjangkau semua lapisan daerah dan lapisan yang ada di

masyarakat.

Terlepas dari kenyataan diatas, yang lebih penting dan harus lebih

diperhatikan oleh pihak pengelola adalah siapa sebenarnya pembaca dari majalah

Ripple. Dengan mengetahui siapa pembaca dari majalah Ripple, diharapkan

pengelola majalah Ripple mampu merumuskan sajian informasi agar kebutuhan

pembacanya terpenuhi dengan baik. Sebab, perusahaan dalam dunia komunikasi

informasi mempengaruhi kebutuhannya pengetahuan yang juga telah ikut

mengubah tuntutan akan kualitas informasi yang lebih baik.

3.4 Fenomena Gaya Hidup Dalam Cover Majalah Fenomena gaya hidup dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, beberapa

hal yang dapat dikaitkan antara lain seperti fashion, teknologi informasi, kuliner,

dan lain-lain.

Sampul suatu penerbitan perlu didisain secara indah dan artistik, agar

mampu menarik perhatian khalayak untuk membacanya. Pemilihan judul (teks)

Page 57: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

44

harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat

menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. (Kusmiati, 1999:30)

Banyak penerbitan yang dapat digunakan sebagai media, tetapi

penggunaannya disesuaikan dengan tujuan bidang-bidang tertentu. Kapan akan

digunakan hal itu, tergantung pada jenis, serta jumlah artikel yang ditulis. Tetapi

yang paling penting adalah bentuk perwajahan penerbitan, sehingga perlu adanya

perencanaan disain yang baik dari setiap unsur yang akan ditampilkan.

Unsur-unsur penerbitan antara lain berupa tanda atau simbol (Kusmiati,

1999:30) , gunanya untuk membantu pembaca mengikuti alur suatu tulisan. Jika

tanda-tanda atau simbol itu bentuknya sama semua, tentu pembaca akan sulit

membedakan serta memahami apa yang dimaksud dengan simbol tersebut.

Media gambar atau visual mampu mengkomunikasikan pesan dengan

cepat dan berkesan. Sebuah gambar jika tepat memilihnya, bisa memiliki nilai

yang sama dengan ribuan kata, juga secara individu mampu mengikat perhatian

(Kusmiati, 1999:36)

Sebuah tampilan cover majalah dapat mencirikan isi dalam majalah

tersebut dan keperluan untuk setiap komunitas orang-orang yang memerlukannya.

Misal saja, cover majalah PC Media, cover majalah tersebut pada gambaran

awalnya selalu berkaitan dengan perangkat lunak dan perangkat keras dari bagian

dari PC atau komputer, ini dapat melambangkan atau menandakan bahwa majalah

tersebut diperuntukan bagi meraka yang hobi akan perkembangan teknologi

komputer. Tabloid Pulsa, yang setiap bulannya memuat berita mengenai

perkembangan terbaru dari alat komunikasi seperti telphon selular (phonecell),

Page 58: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

45

rubrik yang digunakan atau sebagai gambaran pada cover tidak pernah jauh dari

ciri yang menggambarkan sebuah teknologi komunikasi selular.

Dari beberapa contoh tersebut, bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa

pada cover (muka) sebuah media dapat mencirikan media tersebut diperuntukan

untuk siapa? Mereka yang mengikuti sebuah gaya dari satu bentuk kehidupan

setidaknya akan mengejar nilai materi untuk dijadikan contoh atau barometer

dalam sebuah kehiduppan, media sangat berperan dalam mempengaruhi bentuk

gaya hidup, serta mampu membuat sekat-sekat yang membelah setiap kebutuhan

manusia.

Setiap cover majalah atau media massa yang ada di dunia ini setidaknya

dapat mencirikan kebutuhan manusia yang berbeda-beda untuk mengikuti sebuah

perkembangan jaman, yang secara tidak sadar telah membentuk suatu budaya

gaya hidup, yang dilambangkan dalam bentuk media sebagai transmisi dari gaya

hidup tersebut.

Majalah beserta bentuknya yang paling jelas dapat terlihat sebagai

pandangan sebuah gaya hidup, untuk sebuah penampilan yang dapat menjual dan

kualitas kertas yang tinggi menyebabkan rasa gengsi untuk mengkonsumsi yang

lebih baik, contoh yang dapat terlihat dari kelasan konsumen majalah dengan

rubrik sama dan dapat melambangkan sebuah gaya hidup seperti majalah FHM,

MAXIM, Play Boy Indonesia, memiliki ciri yang sama, yaitu bentuk majalah pria

dewasa dengan segala kebutuhannya, tentu saja majalah tersebut tidaklah murah

harganya. Majalah tersebut diperuntukan bagi mereka yang memiliki kriteria

eksekutif muda, hal ini dapat dilihat dari konten majalah yang ditawarkan, seperti

Page 59: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

46

fashion, teknologi, dan kuliner yang terdapat dalam rubrik majalah tersebut yang

tergolong mahal. Secara otomatis pandangan gaya hidup juga dapat terlihat dari

kebutuhan mereka dan keikut-sertaannnya dalam setiap perkembangan, apa lagi

dengan mengkonsumsi konten yang ada dalam majalah tersebut, minimalnya

untuk sebuah penampilan (dandanisme) yang lebih pada bentuk fashion, atau

dengan mengikuti even-even clubing yang selalu ada dalam majalah tersebut,

artinya mereka telah mengikuti gaya hidup yang ditawarkan oleh media tersebut.

Bentuk cover sangatlah mempengaruhi isi dari media, seperti majalah,

koran tabloid dan lain sebagainya. Cover juga mencerminkan bentuk dari setiap

kebutuhan yang diinginkan konsumen, khususnya pada bentuk media cetak

majalah.

Sebuah bentuk observasi yang dilakukan penulis, terhadap beberapa

kejadian dilapangan adalah dengan mengkaitkan kebutuhan seseorang akan gaya

hidup yang dilihat dari mengkonsumsi bentuk-bentuk media khususnya majalah,

konsumen lebih melihat pada apa yang mereka butuhkan sebagai pemenuh

kehidupan, bukan saja dari segi informasi tapi juga sebagai pelabang dari sebuah

komunitas, karena bentuk media majalah yang saat ini hadir dalam lingkungan

masyarakat telah tersekat dengan membuat suatu majalah yang disesuaikan

dengan kebutuhan konsumennya dan tidak lagi dalam bentuk umum.

Nilai-nilai gaya hidup yang dilihat dari cover majalah ini terlihat dengan

kehadiran media yang mengkhususkan diri pada satu kriteria yang membuatnya

menjadi khusus untuk sebuah bidang kehidupan, gambarannya pada majalah PC

Media, majalah yang tercipta akan kebuthan teknologi komputer, bagi mereka

Page 60: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

47

yang menyukai teknologi ini, yang saat sekarang mau tidak mau setiap orang

harus bisa untuk menggunakannya. Menggunakan komputer hampir setiap orang

bisa, namun untuk lebih dari pada hanya menggunakannya saja itu sudah luar

biasa, seperti mengikuti perkembangan hardware dan software terbaru yang di

ulas dalam majalah tersebut itu lain hal, ketika seseorang memiliki ketertarikan

dengan suatu bentuk dan dia mengkonsumsinya secara berulang-ulang dengan

bentuk yang sama seperti kebutuhan akan hardware dan software tersebut berarti

dia telah mengikuti sebuah gaya hidup teknologi informasi dan komunikasi.

Demikian pula berlaku dengan bentuk kekhususan setiap majalah lainnya,

ketika seseorang mengkonsumsi majalah tersebut dan menggunakan penawaran

dari majalah tersebut secara berulang-ulang itu bisa dikatakan dengan

menggunakan sebuah gaya hidup dari pengaruh media yang ada.

Kehadiran sebuah cover majalah tentu dapat mendukung hasil penjualan

dari majalah tersebut, dan dari cover majalah itulah sebuah kebutuhan seseorang

dapat terlihat, dari cover majalah itu juga bentuk idealisme majalah sebagai

sebuah kebutuhan akan informasi komunikasi manusia akan terlihat dan

disesuaikan dengan kebutuhan hidup seseorang.

3.5 Fenomena Gaya Hidup Dalam Cover Majalah Ripple Majalah Ripple adalah salah satu bentuk majalah hiburan yang turut

meramaikan dunia permajalahan di Indonesia. Majalah ini terbit pada tahun 1999,

di tengah maraknya persaingan antar majalah. Majalah Ripple adalah gambaran

dari gerakan kritik kalangan anak muda dalam mengapresiasikan budaya dan gaya

Page 61: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

48

hidup berdasarkan gerakan bawah tanah (mengerjakan segala sesuatu sendiri) atau

yang lebih dikenal di kalangan anak muda sebagai gerakan “underground”.

Dikenal sebagai majalah saku pada awal kemunculannya sampai dengan

edisi ke 15, Ripple menampilkan berita-berita utama tentang budaya dikalangan

anak muda. Dengan segala keterbatasan yang ada, majalah ini menyajikan

berbagai permasalahan dan gaya hidup anak muda.

Selain mengupas tentang gaya hidup anak muda, Ripple juga mencakup

atau menyajikan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan anak muda seperti

musik, mode, surfing, skateboard, bersepeda, dan kegitan-kegitan lain yang

menjadi bagian dari anak muda. Majalah ini menampilkan sesuatu yang berbeda

dengan segala kebebasannya dalam menuangkan semua informasi, karena majalah

ini merupakan gambaran kritik dari kaum muda yang menganut prinsip

independent, maka terlihat perbedaan majalah ini dengan majalah-majalah lain

yang mempunyai segmentasi anak muda. Perbedaan-perbedaan yang cukup jelas

dapat terlihat, diantaranya dari penggunaan bahasa yang terkesan ‘slenge’an’

(asal-asalan) gambar-gambar dan foto-foto yang terkesan lebih unik, sampai

dengan cerita-cerita pendek yang dikemas secara kreatif.

Majalah Ripple yang sampai dengan edisi-15 berbentuk majalah saku

(pocket magazine), juga memberikan bonus kaset yang berisikan musik indie yang

profilenya sedang diulas, dalam edisi majalah Ripple yang sedang dipasarkan pada

bulan yang bersangkutan. Biasanya isi dari kaset ini berisikan beberapa buah lagu

ciptaan dari band-band musik indie yang sedang mempromosikan album (lagu-

lagu) indie mereka.

Page 62: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

49

Sama seperti media massa lainnya, majalah pun menyediakan beberapa

ruang iklan. Begitu juga dengan majalah Ripple yang menyediakan ruang iklan

untuk ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan. Lain halnya, dengan majalah-

majalah lain yang biasanya menyediakan ruang iklan bagi perusahaan-perusahaan

dan produk-produk yang umum (tidak spesifik), Ripple menawarkan ruang iklan

ini bagi perusahaan-perusahaan dan produk-produk yang potensial dalam

memberi perhatian kepada perkembangan anak muda.

Bagi yang berminat dalam promosi, majalah Ripple meliputi beberapa

kolom yang spesifik, seperti : info produk, fashion (mode), laporan spesial, atau

berisi apa saja yang dapat “menjual” produk dari perusahaan-perusahaan yang

akan melakukan kerja sama dengan majalah ini. Selain itu, majalah Ripple juga

menawarkan kerja sama untuk meningkatkan kualitas dari majalah Ripple itu

sendiri. Untuk menunjukan kepedulian yang besar kepada individu-individu yang

kreatif dalam anak muda kita.

Distribusi adalah hal yang penting dilakukan untuk dapat

menyebarluaskan suatu media cetak khususnya, agar dapat di peroleh dan dibaca

oleh seluruh pembaca hingga ke pelosok-pelosok daerah. Apabila distribusi atau

penyebaran dilakukan dengan baik dan berjalan dengan lancar, maka itu

keuntungan bagi kedua belah pihak (media cetak dan pembaca). Karena dengan

adanya distribusi yang baik dan lancar, berarti media cetak itu sampai kepada

pembaca, dan itu merupakan keuntungan financial bagi media tersebut, dan

keuntungan informasi bagi pembaca yang dapat memperoleh informasi dan pesan

baru yang disampaikan melalui media tersebut.

Page 63: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

50

Lain halnya apabila distribusi tidak berjalan dengan baik atau macet.

Sudah dapat dipastikan kedua belah pihak (media cetak dan pembaca)

memperoleh kerugian. Media cetak bersangkutan merugi karena tidak

mendapatkan keuntungan financial dari penjualan medianya, pembaca pun merugi

karena tidak mendapatkan informasi dan pesan yang baru serta aktual.

Ripple sendiri mendistribusikan kurang lebih sepuluh ribu eksemplar

setiap bulannya. Tujuan pendistribusian ini adalah kota-kota besar seperti Jakarta,

Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Kuta, Medan, dan masih banyak kota-kota

lainnya. Cara pendistribusian majalah Ripple sedikit berbeda dengan

pendistribusian seperti pada umumnya media cetak lainnya. Selain dengan

menggunakan cara-cara pendistribusian seperti pada umum media cetak lainnya,

Ripple juga mendistribusikan majalahnya dengan cara independen melalui jalur-

jalur yang sudah ada di setiap kotanya.

Majalah merupakan sumber informasi yang dapat ditinjau ulang meskipun

terbitan lama, karena pada majalah tidak mengenal kata ‘basi’, hal ini disebabkan

majalah terdapat kelebihan lain seperti banyak memuat banyak gambar dengan

berita yang lebih mendalam dari setiap rubriknya. Ripple, sering dikaitkan dengan

bentuk majalah life style (gaya hidup), dan juga dapat disebut sebagai majalah

komunitas, padahal pada tujuan pembuatan awal majalah ini dibentuk bukan

untuk komunitas tertentu, melainkan untuk umum.

Kontent yang untuk edisi majalah Ripple di dominasi oleh musik dan gaya

hidup. Gaya hidup yang ingin ditampilkan dapat dilihat dari jenis liputan yang

Page 64: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

51

dimuat di majalah tersebut, seperti adanya liputan skateboard, surfing, sepeda,

dan musik. Hal yang paling menonjol adalah dari liputan musik.

Majalah yang lebih banyak memuat permasalah yang belum pernah di

follow up khususnya jenis musik, karena biasanya musik sering dijadikan sebagai

barometer timbulnya sebuah gaya hidup, maka tidak jarang Ripple menjadikan

band sebagai rubrik utama dalam cover majalah, tentunya dengan tampilan

fashion yang dinilai memiliki ciri khas tertentu dari setiap band yang tampil dan

ini banyak dipakai sebagai awal dari sebuah gaya hidup.

Melalui ritual konsumsilah, subkultur membentuk identitas yang

bermakna. Pemberian (makna) selektif dan penggunaan kelompok atas apa yang

disediakan oleh pasar bekerja serentak untuk mendefinisikan, mengekspresikan,

merefleksikan, serta memperjelas pembedaan dan perbedaan kelompok.

Pernyataan klasik prihal pernyataan ini dikemukakan oleh Hall dan Jefferson

dalam Resistance through Rituals (1976): “Ini melibatkan anggota suatu

kelompok dalam pemaknaan objek khusus yang, atau bisa dibuat, “homolog”

dengan pusat perhatian, aktifitas, struktur kolompok dan citra-diri kolektif mereka

– objek-objek yang di situ mereka melihat nilai sentral mereka dipelihara dan

direfleksikan” (Hall dan Jefferson dalam Storey, 2007:128).

Objek tersebut adalah musik. Kegunaan subkulltur musik barangkali

adalah konsumsi musik dalam bentuknya yang paling aktif. Konsumsi musik

merupakan salah satu cara bagi sebuah subkultur untuk memalsukan identitasnya

dan mereproduksi dirinya sendiri secara kultural dengan menandai pembedaan

Page 65: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

52

dan perbedaannya dari anggota masyarakat lainnya. Ini bukanlah penolakan untuk

mengakui kekuatan ekonomi dan budaya dari industri musik.

Bukan hanya musik yang dapat menjadi sebuah keputusan untuk gaya

hidup, melainkan kehadiran sebuah ikon dalam gaya hidup, dalam hal ini adalah

seseorang, kelompok dan atau komunitas yang dianggap memiliki sebuah

ketenaran dan memiliki gaya tersendiri. Ciri yang mudah untuk di diteksi adalah

dari sebuah penampilan (cara berpakaian/fashion). Jika seseorang, kelompok atau

sebuah komunitas dianggakat menjadi sebuah cover atau berita utama dalam

sebuah majalah, tentunya foto mereka akan terpampang dalam majalah tersebut.

Sadar atau tidak, ada unsur ketertarikan untuk memiliki gaya para idola yang

menjadi ikon dari majalah tersebut.

Subandy sebagai pengantar dari buku Life Style karya David Chaney

mengkategorikannya sebagai jurnalisme gaya hidup, Subandy mengutip

pernyataan dari The Image, karya Daniel Boorstin (1962) yang mengatakan

“Selebritis adalah suatu kategori sosiologis yang unik, mereka dapat menjadi

ekspresi diri dan sekaligus pembangkit aspirasi bagi para konsumen. Selebriti

adalah ”human pseudo-event” atau “heroic image”. (Subandy dalam Chaney,

2007:21)

Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa

budaya dalam budaya berbasis selebriti (celebrity based-culture), para selebriti

membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontenporer. Dalam

budaya konsumen, identitas menjadi sesuatu sandaran “aksesori fashion.” Wajah

generasi baru yang dikenal sebagi anak-anak E-Generation, seperti sekarang

Page 66: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

53

dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired

identity) – cara mereka berselancar di dunia maya (internet), cara mereka gonta-

ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka

digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade

identitas, selebriti dalam pengertian luas ini diartikan sebagai ikon yang berada

dalam majalah, terutama majalah yang memiliki gaya hidup anak muda seperti

Ripple Magazine.

Page 67: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

54

BAB IV

SIMBOL-SIMBOL GAYA HIDUP dalam COVER MAJALAH RIPPLE

Dalam bab ini penulis akan membahas simbol-simbol gaya hidup yang

terdapat pada majalah Ripple edisi 51, 52, dan 53 dengan menggunakan langkah-

langkah kualitatif dan semiotika.

Adapun yang akan di bahas pada bab ini adalah simbol-simbol visual, baik

itu fashion, typography, model, dan background yang terdapat pada majalah

Ripple dari ketiga edisi tersebut. Pembahasan akan dimulai secara satu persatu

dari ketiga cover majalah Ripple yang menjadi bahan penelitian.

Pada bab ini akan mengikuti pola prosedur analisis sebagai berikut :

Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan penelitian intepretatif, alat bedah penelitian ini menggabungkan

ilmu semiotika mengenai tanda dan pendekatan budaya yang menjadi bahan

analisis subjek penelitian. Objek yang akan dianalisis merupakan cover majalah

Ripple dari tiga edisi bulan Maret (51), April (52), dan Mei (53). Pertanyaan

dalam penelitian ini berdasarkan pada kode visual dan kode sosial yang tergambar

pada majalah Ripple sebagai simbol gaya hidup. Key informan, sebagai kunci

untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian ini akan dilakukan dengan

wawancara, observasi dan studi kepustakaan sebagai penguat data lapangan.

Akhir dari kerangka tersebut akan menghasilkan suatu jawaban dari penelitian

yang ditanyakan pada pertanyaan penelitian.

Berbicara tentang fashion dan pakaian sebagai artefak budaya tidak bisa

tidak membawa kita pada kajian semiotika, dalam hal ini semiotika objek.

Page 68: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

55

Semiotika objek mengkaji potensi komunikatif artefak-artefak budaya dan objek-

objek alam. Paradigma semiosis objek adalah “bahasa komoditas” (the language

of commodities). Pakaian adalah komoditas.

Dalam pandangan Barthes, majalah fashion memberikan “mitologi” yang

menyeluruh mengenai komentar tentang efek sosial, kesempatan penggunaan

yang mungkin, atau gaya-gaya personal yang terkait dengan unsur-unsur fashion.

Ada sistem konotasi dalam fashion, yang Barthes definisikan sebagai suatu sistem

retoris.

Berikut ini merupakan gambaran visual yang peneliti angkat dalam bentuk

penelitian yang menjadi subjek penelitian ini adalah cover majalah Ripple.

Peneliti ingin mencari simbol-simbol gaya hidup yang terdapat dalam cover

majalah Ripple, dengan melihat kode visual dan kode sosial yang ingin

ditampilkan.

Gambar 1 cover subjek penelitian

Ketiga cover tersebut akan dibahas satu-persatu dengan menggunakan

kode visual dan kode sosial sebagai alat identifikasi masalah yang ingin diketahui

oleh penulis dalam melakukan penelitian ini.

Kode visual terbagi kembali menjadi gambaran keseluruhan dari cover

majalah Ripple pada seluruh edisi yang menjadi bahan penelitian yang

diantaranya, tulisan (typography), model, dan fashion. Sedangkan untuk kode

Page 69: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

56

sosial akan membahas pengaruh keseluruhan dari apa yang dipecahkan pada kode

visual yang sebelumnya di bahas.

Langkah pertama yang akan dilakukan adalah dengan mendefinisikan

objek analisis. Sebelum memulai, kita perlu memutuskan apa objek analisis kita.

Idealnya, berhubungan dengan hipotesis, objek analisis haruslah sesuatu yang

memungkinkan untuk kita menguji hipotesis.

Ke-dua, mengumpulkan teks, memutuskan citra apa yang ingin diamati,

serta mengkaitkannya dengan analisis semiotika secara keseluruhan. Ke-tiga,

menerangkan isi teks atau citra dengan hati-hati, serta mencoba untuk me-

misahkan pesan lingustik (kata-kata) dengan pencitraan visual, dan menerangkan

masing-masing setepat dan seperinci mungkin.

Ke-empat, menafsirkan teks tersebut. Mendiskusikan makna dan implikasi

masing-masing tanda secara terpisah, kemudian secara kolektif. Ke-lima,

menjelaskan kode-kode kultural. Jenis pengetahuan kultural apa saja yang yang

diperlukan untuk memahami objek penelitian. Ke-enam, membuat generalisasi.

Apa yang dapat dikatakan mengenai bagaimana teks yang menjadi penelitian bisa

menjadi bermakna. Langkah terakhir adalah dengan membuat kesimpulan dan

menegaskan mengenai hasil dari penelitian tersebut.

Page 70: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

57

4.1 Membaca Kode Visual dan Sosial Majalah Ripple Edisi 51 4.1.1 Membaca Kode Visual Fashion Majalah Ripple Edisi 51

Gambar 1 (4.1.1) Cover Subjek Penelitian 1

Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Busana, pakaian,

kostum, dan dandanan adalah bentuk komunikasi artifaktual (artifactual

communication). Komunikasi artifaktual biasanya diartikan sebagai komunikasi

yang berlangsung melalui pakaian, dandanan, barang perhiasan, kancing baju,

atau furnitur rumah dan penataannya, atau dekorasi ruang. Karena fashion,

pakaian atau busana menyampaikan pesan-pesan nonverbal, ia termasuk

komunikasi nonverbal.

Gambar 2 (4.1.1) cover majalah Ripple edisi 51

Analisis fashion pertama, model menggunakan rompi berwarna biru

muda, tanpa lengan, dan tidak menggunakan pakaian lain sebelum rompi tersebut,

model juga menggunakan celana resmi/bukan jeans. Pakaian rompi tersebut

berwarna biru, jelasnya warna hadir sekumpulan paradigmatis. Satu baju biru

Page 71: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

58

dapat meng-gantikan atau digantikan baju putih. Satu kombinasi warna, dipilih

dari paradigma warna, dapat juga dianggap sintagmatis (perbedaan antara hal-hal

yang membentuk rangkaian penandaan atau keseluruhan) , seperti pada pakaian.

Disini kemungkinan adanya penilaian apakah warna berpadu dengan warna lain

atau tidak, menilai warna dalam hal sintagma yang merupakan bagiannya.

Demikian juga tekstur muncul sebagai sekumpulan paradigmatis (perbedaan

antara hal-hal yang saling menggantikan). Satu tekstur, satu bentuk barang

tenunan atau tekstil, dapat menggantikan atau digantikan oleh yang lain. Jadi,

model pertama merasa bahwa pakaian jas tanpa lengan dengan kerah terbuka

memperlihatkan dada, dan tanpa menggunakan pakaian lain seperti kemeja

sebelum jas dianggap pantas, dan dalam penelitian ini model pertama termasuk

pada kategori paradigmatis yang memiliki penilaian hal-hal yang semestinya

dapat digantikan atau saling menggantikan, model pertama ini juga menggunakan

jas yang halus, licin, terbuat dari wol mungkin menandakan hal-hal yang berbau

urban (warga yang tinggal di kota). Pada model pertama juga menggunakan

celana panjang, yang dinilai lebih maskulin untuk jenis kelamin pria.

Gambar 3 (4.1.1) cover majalah Ripple edisi 51

Model analisis kedua, ditandai dengan kemeja berkerah dengan warna

hitam dan terbuka tanpa menggunakan dasi. Model kedua ini memiliki

penampilan informal dengan kerah terbuka. Suara yang dibuat dengan

mengatakan kata “kemeja” adalah sebuah penanda. Ini berarti atau

Page 72: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

59

mepresentasikan pakaian pria. Kerah baju pria, dipakai terbuka tanpa dasi, dapat

disebut sebagai penanda, ia bisa disebut menandakan ketidak formalan atau santai.

kerah terbuka, tanpa dasi, dapat mendenotasikan seseorang tidak sedang bekerja,

bahwa seseorang tidak dalam keadaan informal. Namun kerah yang terbuka,

dipakai tanpa dasi, dapat memiliki konotasi tidak rapi atau bahkan dapat disebut

bahwa orang tersebut tidak layak bekerja.

Pada gambar 1 (4.1.1) keseluruhannya terdapat empat model pria, tiga

diantaranya menggunakan kemeja tanpa dasi dengan kerah terbuka dan tertutup,

dari ketiga model yang menggunakan kemeja salah satunya menggunakan kemeja

dengan kerah tertutup dengan menggunakan jas tanpa lengan. Untuk keseluruhan

model tersebut dapat dinyatakan mereka sedang tidak dalam keadaan formal

(resmi) tapi mereka dalam keadaan yang informal empat model tersebut pada

kondisi konotasi. Status mereka adalah pekerja seni (art work) yang memiliki

gaya tersendiri dan mungkin berbeda dengan kondisi fashion pada umumnya

ketika mereka bekerja. Lebih tepatnya keempat model tersebut berada dalam

kondisi paradigmatik yang memiliki pemikiran bahwa terdapat perbedaan antara

segala hal yang saling menggantikan.

Sebetulnya kondisi fashion yang mereka gunakan adalah kondisional dan

menyesuaikan dengan apa yang mereka ingin gunakan dan tidak terkait dengan

segala ikatan peraturan mengenai pakaian yang semestinya, apa yang mereka

gunakan adalah gambaran dari sebauh identitas diri yang ingin dimunculkan.

Page 73: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

60

Gambar 4 (4.1.1) cover majalah Ripple edisi 51

Model ketiga, ditandai dengan menggunakan kemeja lengan panjang

berwarna putih dengan kerah terbuka dan di mix dengan breathbelt hitam,

menggunakan celana panjang berbahan katun, model tersebut dapat dipandang

dalam keadaan tidak formal dan menunjukan satu makna yang santai.

The SIGIT, merupakan sebuah band beraliran rock end roll, yang jelas

penampilan mereka pada cover majalah Ripple edisi 51 ini setidaknya mereka

mengikuti gaya dari pada musisi idola mereka masing-masing, inspirasi ini

berasal dari The Beatles, Led Zepplin, At The Drive In, Pure Saturday, Stone

Roses, dan The Clash. Bukan hanya terinspirasi oleh musisi luar saja, namun pada

cover edisi 51 dari majalah Ripple ini juga disesuaikan dengan tema pada album

pertama The SIGIT. Rektivianto “Rekti” Yoewono (vokal dan gitar) mengatakan

“gaya kita di cover majalah Ripple ini menyesuaikan dengan album pertama

dengan tema Visible Idea of Perfection dengan cover album yang bergaya tahun

50-60an, yang pada masanya dianggap sesuatu yang sempurna. Maka dari itu kita

ingin berpenampilan seperti pada tahun 50-60an sebagai cover majalah Ripple

yang menggambarkan album pertama.”

Foto fashion pada gambar 4 (4.1.1) juga menjelaskan keberadaan gaya

yang digunakan oleh model pada beberapa puluh tahun yang lalu dan sekarang

Page 74: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

61

model dari fashion tersebut digunakan kembali sebagai lambang dari revolusi

yang tidak memandang kehadiran sebuah strata pada tingkatan kehidupan

manusia, seperti jaman dulu pakaian pada gambar 4 (4.1.1) digunakan oleh orang-

orang yang memiliki strata ekonomi rendah dan pengangguran. Lambang

peralihan fashion tersebut diguakan kembali saat ini sebagai gaya baru yan gtelah

berevolusi makna sesuai dengan siapa yang menggunakannya dan dimana dia

menempatkan fashion tersebut digunakan.

Gambar 5 (4.1.1) cover majalah Ripple edisi 51

Model terakhir yang ditunjukan dengan menggunakan kemeja coklat

berenda dengan menggunakan rompi berwarna biru dan bercelana panjang ini

menunjukan model yang dalam keadaan semi formal. Terdapat penambahan pada

model keempat ini dengan membawa gelas minuman dan merokok dapat memiliki

makna santai dengan tampilan fashion semi formal.

Berbicara tentang pakaian sesungguhnya berbicara tentang sesuatu yang

sangat erat dengan diri kita. Aku berbicara lewat pakaianku, pakaian yang kita

kenakan membuat pernyataan tentang diri kita. Bahkan kita bukan tipe orang yang

perduli soal busana kita, orang yang bersua dan berinteraksi dengan kita tetap

akan menafsirkan penampilan kita seolah-olah kita sengaja membuat suatu pesan.

Page 75: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

62

Pernyataan ini membawa kita pada fungsi komunikasi dan nonkomunikasi dari

pakaian yang kita kenakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam suasana

formal amupun informal.

Cover majalah Ripple dengan ikon The SIGIT pada edisi 51 memberikan

penafsiran bahwa band tersebut memiliki aliran musik rock end roll dan

mengkomunikasikan mengenai isi dari majalah Ripple tentang artikel The SIGIT.

Gaya yang digunakan The SIGIT pada cover majalah Ripple hanya meng-

komunikasikan gaya dari album mereka, bukan merupakan gaya atau identitas

keseharian mereka di luar panggung atau di panggung. Pernyataan ini diperkuat

oleh Rekti “dalam cover majalah Ripple tersebut kita hanya ingin berpenampilan

seperti itu saja, dan bukan dijadikan sebagai gaya sehari-hari, tidak juga dipakai

untuk acara panggung (live music), melainkan kita menyesuaikan dengan tema

yang diangkat oleh majalah Ripple dan artikel yang di tulis mengenai album

pertama The SIGIT, kasarnya kita menyesuaikan dengan album kita juga yang

memiliki cover album bergaya tahun 50-60an.”

Gaya aplikasi pada fashion the SIGIT merupakan gaya lama yang sering

disebut dengan gaya retro. Fashion selalu retro dan mendaur ulang total gaya-

gaya dan langsung dari masa lalu.

Page 76: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

63

4.1.2 Membaca Kode Visual Typography Majalah Ripple Edisi 51

Gambar 6 (4.1.2) cover Typography Majalah Ripple edisi 51

Typography atau teks yang digunakan dalam sebuah desain cover majalah

tentunya mendesain dengan kata-kata, ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan, antara lain pesan, target sasaran, format, bentuk huruf, dan

elemen visual lainnya. Mendefinisikan target sasaran membantu anda memahami

siapa yang sedang dihadapi. Desainer harus mempertimbangkan referensi kolektif,

cita rasa, dan pendapatan target sasaran. Bentuk kata merupakan bagian dari gaya

atau bentuk masing-masing huruf secara individu dari alfabet.

Kita harus menemukan kata yang mudah untuk diingat dan menarik

perhatian. Perlu dipertimbangkan juga aspek format, kata dirancang agar mudah

dibaca, selain itu juga kata harus menggunakan herarki visual, orang cendrung

membaca elemen yang terbesar, baru kemudian yang terkecil. Ketentuan lain yang

harus diperhatikan adalah susunan kata harus menyempurnakan kemudahan

dibaca; semua faktor dari spasi huruf, spasi kata, dan spasi garis mudah dibaca,

komunikatif, dan ekspresif, spasi kata dan spasi garis membangun ritme sehingga

penonton dapat membaca pesan; memper-timbangkan bentuk huruf, pakailah

Page 77: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

64

huruf yang asli, pikirkanlah tentang hubungan positif/negatif spasi yang sesuai

dengan pesan penonton; dan terakhir warna akan menyempurnakan pesan dan

ekspresi serta tidak menghalangi kemampuan membaca penonton.

Pada cover majalah Ripple edisi 51 ini terdapat teks dengan identitas

tersendiri, tulisan ini terdiri dari RIPPLE MAGAZINE, Common People Issue,

“STAIRWAY TO ZEPROCK!” THE SIGIT, RNRM, EVERYBODY LOVES

IRENE, STEREOMANTIC, ANNEMARIE, dan teks kaki bertuliskan Ripple #

51 dengan barcode dan bertuliskan Free. Dari masing-masing teks tersebut

memiliki perbedaan, terutama pada bentuk teks, untuk warna sendiri rata-rata

sama, inline berwarna coklat tua dengan outline coklat muda, terkecuali pada teks

bertuliskan Common People Issue, teks tersebut berwarna merah.

Gambar 7 (4.1.2) Jenis warna dan Typography cover majalah Ripple edisi 51

Gambar 8 (4.1.2) Warna dan typography cover majalah Ripple edisi 51

Pada typography gambar 8 penulis memaknai tulisan tersebut sebagai

bentuk tulisan yang memiliki makna oldschool yang ditandai dengan tuilsan

berwarna coklat tua dengan outline orange untuk menunjukan tulisan inti yang

Page 78: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

65

berwarna gelap agar dapat tampak hidup dan terang untuk dilihat. Tulisan Ripple

pada edisi 51 ini memiliki eyecatching dengan outline kuning.

Indra sebagai desain grafis dari majalah Ripple mengatakan sebetulnya

tidak ada bentuk tulisan yang baku untuk setiap teks yang terdapat pada cover

majalah Ripple terutama pada edisi 51.

“Untuk pewarnaan dari teks sendiri itu disesuaikan dengan foto dari band

yang dijadikan cover, jadi kasarnya disesuaikan dengan keadaan saja, bentuk teks

yang berbeda ini memang sengaja digunakan sebagai pembeda dari isi majalah,

teks THE SIGIT dibuat dengan teks tertentu yang memberikan kesan tegas dan

keras. Sedangkan untuk subjudul yang lain menggunakan teks yang standar, hal

ini digunakan untuk menandakan bahwa THE SIGIT adalah topik utama dalam

majalah ini. Teks pada Ripple sendiri menggunakan tipe Gunplay, dan itupun

tidak baku, tergantung dari kebutuhan setiap edisi dan kreatifitas desainer.” Jelas

Indra Wirawan.

Masih pada cover majalah Ripple terdapat tulisan yang berbeda warna dari

teks yang ada sebelumnya seperti pada teks yang bertuliskan Common People

Issue, Indra sendiri menjelaskan teks ini memang sengaja dibuat berbeda agar

lebih tegas dan menandakan bahwa tema untuk edisi 51 Ripple berbicara tentang

“Common People Issue” tulisan tersebut diberi warna merah agar terlihat lebih

jelas saja.

Ripple dalam kamus bahasa Inggris berarti reaksi atau suara, untuk tanda

petir sebagai pengganti I dalam alphabet menerangkan ketegasan tentang suara

anak muda, hal ini diterangkan dalam wawancara dengan Satria Nurbambang atau

Page 79: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

66

yang lebih dikenal dengan panggilan Io, “mengatakan Ripple sendiri memiliki arti

salah satu bentuk majalah hiburan dan menggambarkan dari gerakan kritik

kalangan anak muda dalam mengapresiasikan budaya dan gaya hidup berdasarkan

gerakan bawah tanah (mengerjakan segala sesuatu sendiri) atau yang lebih dikenal

di kalangan anak muda sebagai gerakan “underground”.

Gambar 9 (4.1.2) Cover Typography majalah Ripple edisi 51

Indra menambahkan, karakter font yang terdapat pada majalah untuk

tulisan Ripple sendiri adalah Advark Bold, namun pada perkembangannya tulisan

ini tidak terlalu baku, tulisan tersebut bisa berubah sesuia dengan tema yang

dianggakat, bisa saja tulisan Ripple tersebut hanya berdasarkan guratan tangan

saja, jadi tergantung pada kebutuhannya.

Keterangan yang di dapat dari hasil wawancara dengan desainer majalah

Ripple Indra mengenai nilai atau makna yang ingin ditampilkan dari keseluruhan

tampilan majalah Ripple edisi 51 ini adalah “saya melihatnya berdasarkan

karakter foto yang diberikan pada redaksi untuk selanjutnya saya hanya mencoba

berkreasi dengan materi yang diberikan oleh narasumber dan tidak ada pengertian

lebih mengenai desainnya sendiri, mengenai layout yang menggambarkan sebuah

sobekan hanya pemanis pada desain saja agar tidak terlihat “lurus” (tidak

kreatif.red)” tutur Indra.

Gambar 10 (4.1.2) Cover Typography majalah Ripple edisi 51

Page 80: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

67

Begitu banyak karakter teks yang digunakan majalah Ripple dalam setiap

edisinya, alasan ini tidak lain adalah untuk menunjukan sebuah ketegasan dari

judul-judul yang ingin ditampilkan dalam majalah tersebut.

Sedangkan untuk teks yang bertuliskan RNRM, EVERYBODY LOVES

IRENE, STEREOMANTIC, ANNEMARIE, memiliki tipe font Rockwell. Hampir

keseluruhan bentuk tulisan menggunakan outline (garis luar) berwarna coklat

muda ini digunakan untuk memperjelas tulisan yang berwarna coklat tua. Alasan

yang diungkapkan oleh Indra adalah agar tulisan dengan inline menjadi lebih jelas

terbaca, dan itu faktor yang dapat memperindah penampilan dari cover majalah

Ripple edisi 51 karena warna dominannya gelap.

Gambar 10 (4.1.2) Cover Typography majalah Ripple edisi 51

Untuk teks bertuliskan RIPPLE # 51 dengan barcode dan disertai tulisan

FREE ini hanyalah hiasan belaka, dan tidak terdapat pada majalah edisi

sebelumnya atau yang sedang dibahas oleh penulis.

4.1.3 Membaca Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 51

Gambar 11 (4.1.3) Cover majalah Ripple

Page 81: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

68

Tahap penelitian terakhir untuk cover majalah Ripple edisi 51 ini adalah

dengan meneliti aspek keseluruhan dari penampilan majalah Ripple secara desain

grafis visual dari sudut pandang semiotika.

Penulis dari hasil observasi dan wawancara mendapatkan bahwa tampilan

dari keseluruhan cover edisi 51 dari majalah Ripple ini menyesuaikan dengan

penampilan dari foto yang diberikan kepada desainer untuk selanjutnya dijadikan

cover majalah.

Dari cover majalah edisi 51 ini tidak memiliki makna ganda seperti yang

dituliskan oleh Martinet, alasannya adalah tidak ada satupun bagian dari teks di

cover yang terdapat morfem untuk dipecah kembali dan menjadi artian yang

berbeda dari msaing-masing kata yang tertulis pada cover majalah Ripple.

Di satu sisi, persepsi visual tidak sama dengan persepsi atas gejala

kebahasaan lantaran yang satu bersifat spasial dan simultan, sementara yang lain

bersifat temporal dan linier. Akan tetapi, sebagai ada yang dapat menilai sebuah

representasi visual tersusun dari struktur yang analog dengan struktur kebahasaan,

dengan satuan-satuannya yang dapat dipilah-pilah sampai kepada satuan terkecil

yang bermakna yang dapat membedakan makna.

Jika ditelusuri, teks yang terdapat pada cover majalah edisi 51 yang

diperkuat dengan gambar tersebut memiliki hubungan yang analog saja dengan

struktur kebahasaan yang tidak memiliki artian khusus. Indra mengatakan “teks

yang terdapat pada cover majalah Ripple edisi 51 ini hanya bentuk dari karakter

yang dianggap dapat mewakili karakter yang akan tampil sebagai cover majalah

saja, tidak memiliki kekuatan filosofi.”

Page 82: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

69

Penulis secara pribadi melihatnya sebagai hubungan analog yang dapat

dipecah menjadi kecil mulai dari teks hingga bagian pada gambar, namun untuk

teks tidak memiliki artikulasi ganda, hal ini disebabkan bagian dari pada teks

tidak dapat dipecah menjadi bagian terkecil dari setiap elemen yang terdapat pada

cover majalah Ripple edisi 51 tersebut.

Penulis dapat mengambil sebuah benang merah dari pemahaman dan

intepretasi yang dapat diambil adalah bahwa cover majalah Ripple edisi 51

dengan band THE SIGIT sebagai ikon menggambarkan sebuah bentuk band rock,

sedangkan untuk simbolnya penulis mengambil makna dari teks RIPPLE sebagai

simbol dari suara keras kaula muda untuk menunjukan eksistensi dirinya masing-

masing, intepretasi terakhir yang dapat diambil oleh penulis adalah indek yang

berada dalam cover majalah Ripple adalah teks RNRM, EVERYBODY LOVES

IRENE, STEREOMANTIC, ANNEMARIE, dan teks bertuliskan RIPPLE # 51

dengan barcode dan disertai tulisan FREE, untuk indeks gambar dapat ditunjukan

dengan layout sobekan kertas pada sudut kanan atas (pandangan pembaca)

majalah tersebut yang memiliki pengertian bagian terkecil dari apa yang ada

dalam majalah Ripple edisi 51.

Pada dimensi pragmatik sendiri penulis mengintepretasikannya sebagai

berikut : Fungsi pertama, yaitu fungsi puitik, penulis melihatnya sebagai bentuk

dari tanda atau pesan yang ingin disampaikan bahwa dalam cover majalah Ripple

edisi 51 ini ingin menunjukan satu pesan akan kehadiran tema Common People

Issue yang membahas mengenai “keadaan yang biasa orang-orang”, untuk

intepretasi gambar secara keseluruhan, penulis mengintepretasikan topik utama

Page 83: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

70

band THE SIGIT yang menjadi pembahasan dalam majalah Ripple edisi 51

tersebut. Fungsi kedua, merupakan kehadiran wacana setiap edisi yang dihadiri

oleh tema dan topik utama yang berbeda setiap bulannya, wacana yang

membedakannya adalah dengan pembahasan Common People Issue yang ada

pada edisi 51 majalah Ripple.

4.1.4 Kode Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 51

Gambar 12 (4.1.4) Kode Sosial Cover majalah Ripple Edisi 51

Kode sosial yang ingin ditampilkan pada cover majalah Ripple edisi 51 ini

adalah tatanan sosial modern membutuhkan perlengkapan yang kompleks berupa

diferensiasi dan pelaksanaan yang cermat, demikian juga pemahaman modern

mengenai kewarganegaraan yang menganggap tingginya tingkat disiplin

individual. Kedua aspek memberikan kesan bahwa selanjutnya bahwa tatanan

tersebut terstruktur dan hal ini dapat dipahami dalam dua cara.

Dalam menyibak kode sosial yang ditampilkan pada gambar 12 (4.1.4)

yang bergaya tahun 50-60an merupakan masa yang sangat lampau dan mungkin

atau pasti fashion yang digunakan oleh band The SIGIT merupakan fashion yang

pernah dipakai pada saat itu. Gejala tersebut sebagai pose bukan pose (dalam

Page 84: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

71

artian gaya model) dalam foto kita mendapatkan bahwa ada sesuatu yang benar-

benar pernah ada.

Referensi foto bukan lagi kemasa lampau melainkan realitas yang terjadi

saat ini. Menyibak pengertian foto menyatakan telah terjadi pergeseran yang dapat

dijelaskan (bukan dibuktikan). Pada saat ini teks yang menyertai suatu foto, entah

dalam koran maupun iklan, dapat ber-pose sendiri dalam foto itu. penulis dapat

mempunyai caption sendiri dan bahkan penulis bisa mempunyai pendapat sendiri

tentang pantas tidaknya foto tersebut dipasang

Penulis dapat mengambil kesimpulan dari sudut peneliti, bahwa peneliti

dapat mengintepretasikannya sendiri gambar yang dilihat tanpa harus

memperhatikan teks. Karena penulis hanya meneliti simbol-simbol gaya hidup

dalam cover majalah Ripple maka penulis dengan intepretasinya dapat

memberikan suatu kode sosial yang terdapat dalam cover majalah Ripple edisi 51

sebagai sebauah gaya fashion yang timbul pada tahun 50-60an yang menjadi ikon

The SIGIT untuk menunjukkan jati diri atau identitasnya sebagai grup band yang

beraliran rock.

Fashion sebagai komunikasi bahwa pakaian dan fashion itu diambil

sebagai tanda bagi orang tertentu yang menjalankan peran tertentu pula sehingga

diharapkan berprilaku dalam cara tertentu. Penulis juga dapat mengambil

kesimpulan dari pernyataan yang dikaitkan dengan ikon The SIGIT pada cover

majalah Ripple edisi 51, bahwa The SIGIT yang menggunakan pakaian bergaya

tahun 50-60an menjalankan perannya sebagai pemain musik atau band rock, hal

ini ditunjukan dengan adanya caption yang membuat kesan tersebut hadir.

Page 85: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

72

Kesimpulan yang ditarik oleh penulis juga diperkuat dengan pernyataan

dari salah seorang personil The SIGIT Rekti “dalam cover majalah Ripple tersebut

kita hanya ingin berpenampilan seperti itu saja, dan bukan dijadikan sebagai gaya

sehari-hari, tidak juga dipakai untuk acara panggung (live music), melainkan kita

menyesuaikan dengan tema yang diangkat oleh majalah Ripple dan artikel yang

ditulis mengenai album pertama The SIGIT, kasarnya kita menyesuaikan dengan

album kita juga yang memiliki cover album bergaya tahun 50-60an.”

Jika gaya yang digunakan The SIGIT dijadikan sebagai gaya hidup atau

simbol-simbol dari daya hidup hal ini memungkinkan dikarenakan The SIGIT

telah menjadi penentu tren (trendsestter) yang memainkan peran model (the role

models) terutama bagi kawula muda.

4.2 Kode Visual dan Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 52

Gambar 1 (4.2) Cover Subjek Penelitian II

4.2.1 Membaca Kode Visual Fashion Majalah Ripple Edisi 52

Dalam perkembangannya, posisi sentral manusia dinobatkan sebagai

“agency” (baca: aktor/pelaku pemakna hidupnya). Bersama dengan rasionalisme

yang terus memuncak pada idealisme, si manusia sebagai aktor ini dengan distansi

rasionalnya membuat relasi-relasi dengan realitas sebagai rajutan subjek yang

menggarap objek, yang lain atau ‘alterity’ (alter = yang lain atau ‘the other’)

Page 86: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

73

diperlakukan sebagai objek. Realitas adalah objek yang dianalisis oleh pikiran

manusia. Realitas adalah ‘yang lain’ yang mau dikuasai, dikategorikan, dipetakan

hingga berada di bawah kontrol budi rasional manusia.

Ketika fashion diciptakan untuk membuat kode oleh manusia tentang jati

diri mereka yang sebenarnya, maka dalam cover majalah Riipple edisi 52 ini

belum tentu menunjukan jati diri G.E sepenuhnya karena ini hanya terbatas pada

gambaran visual yang dihasilkan dari pencahayaan fotografi, bisa saja kode

fashion yang ingin ditunjukan oleh G.E sebagai aktor hanya sebuah proses

dramaturgi (yang tidak sebenarnya). Penyeragaman kostum dilakukan dengan

beberapa alasan salah satunya adalah sebagai identitas ketika mereka melakukan

performance musik atau untuk keperluan fotografi dan tidak melakukannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Gambar 2 (4.2.1) Cover Fashion majalah Ripple Edisi 52

Kode visual fashion yang ingin ditampilkan dari gambar 2 (4.2.1) adalah

kode yang lebih sportif, hal ini dapat disimpulkan oleh penulis melalui pakaian

yang biasa digunakan ketika orang-orang melakukan aktifitas olah raga, fashion

yang digunakan GOODNIGHT ELECTRIC merupakan fenomena pergeseran

fungsi fashion.

GOODNIGHT ELECTRIC, merupakan grup musik yang memiliki aliran

techno, dalam cover majalah Ripple edisi 52 grup musik techno tersebut

Page 87: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

74

menggunakan fashion yang sama satu dengan yang lainnya dengan logo adidas,

berbeda dengan cover sebelumnya dengan ikon THE SIGIT yang memiliki tema

luas tanpa harus berseragam sama pada setiap personilnya.

GOODNIGHT ELECTRIC memaknai ‘penyeragaman’ ini sebagai sebuah

kedisiplinan dari dimana semua personil harus sehati, satu visi, dan satu kesatuan.

Bukan hanya itu saja G.E mengharapkan juga disiplin G.E juga bisa diterapkan

pada penggemarnya.

Metafora pakaian menjadi satu bahasa secara harfiah. Bahasa terdiri dari

kata-kata, tata bahasa, dan sintaksis, serta bahasalah satu-satunya sarana untuk

meng-ekspresikan konsep dan makna. Ini merupakan pandangan yang mekanistik

atas bahasa dan makna, ia membawa pada kajian mekanistik pula terhadap fashion

dan pakaian yang didalamnya makna dari garmen muncul sebelum dipilih dan

dikombinasikan ke dalam satu kesatuan atau rangkaian. Dengan begitu, seolah-

olah potongan-potongan pakaian memiliki makna yang oleh pemakainya

dipadukan menjadi satu kesatuan.

Ini yang ingin ditujukan oleh G.E pada penggemarnya dengan

menggunakan kostum yang selalu sama antara satu personil G.E. Komunikasi

fashion “komunikasi dipandang sebagai suatu proses di mana seseorang

menyatakan sesuatu pada orang lain dengan menggunakan satu atau lebih medium

atau saluran dengan beberapa efeknya. Dari sisi ini, garmen, yang merupakan satu

butir dari fashion atau pakaian, menjadi medium atau saluran yang dipergunakan

seseorang untuk “menyatakan” sesuatu pada orang lain dengan maksud

mendorong terjadi perubahan pada orang lain itu.

Page 88: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

75

Ketika G.E memakai seragam, mereka seperti mempunyai satu

kebanggaan, yang pada intinya dibalik seragam itu G.E punya suatu tujuan

diantaranya tanggung jawab, konsep, idealis, entertainment, yang siap disajikan

kepada penonton. Seragam itu adalah suatu media yang baik untuk sebuah konsep

kerjasama tim.

Gambar 3 (4.2.1) Cover Fashion majalah Ripple Edisi 52

Kacamata hitam dan topi yang tidak tertutup sepenuhnya yang merupakan

remeh-temeh dari sebuah penampilan fashion memiliki kesan pemanis dalam

keseragaman. Remeh-temeh ini bersifat subjektif karena pantas atau tidaknya

seseorang menggunakan kacamata beserta topi merupakan hasil penilaian sendiri

yang tidak bisa dipaksakan untuk menyebutnya ‘tidak pantas digunakan’.

Dalam artian fashion dan pakaian, model ini memiliki beberapa kekuatan

yang langsung dan diketahui umum. Kiranya benar secara intuitif untuk

menyatakan bahwa seseorang mengirim pesan tentang dirinya sendiri melalui

fashion dan pakaian yang dipakainya. Berdasarkan pengalaman sehari-hari,

pakaian dipilih dengan apa yang akan dilakukan hari itu, bagaimanan suasana hati

seseorang, siapa yang akan ditemuinya dan seterusnya, tampaknya menegaskan

pandangan bahwa fashion dan pakaian dipergunakan untuk mengirimkan pesan

tentang diri seseorang kepada orang lain. Inilah yang ingin G.E tunjukan kepada

orang lain.

Page 89: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

76

Alasan mereka dengan menggunakan pakaian yang memiliki kesan lebih

sportif menurut penulis dengan rangkai pakaian adidas pada foto cover majalah

Ripple edisi 51 untuk menunjukan jati diri mereka dengan aliran musik yang

cukup mengundang semangat hidup (spirit), hal ini pun ditambahkan oleh G.E.

“alasan kita menggunakan jaket adidas yang memiliki kesan sportif adalah untuk

menunjukan bahwa jati diri kita tentang musik yang lebih energic techno dan

bersemangat, kita juga cukup merasa nyaman dengan pakaian seperti ini yang

spotif, dan terlihat santai, serta nyaman untuk digunakan.”

Sampai saat ini, G.E berhasil menjadi satu band yang bisa menjadi kultur,

gaya hidup, dan sekaligus fashion maker dikalangan anak muda sekarang ini, G.E

menyikapinya dengan sederhana “mereka tidak kami anggap sebagai fans atau

pengagum kami, tetapi sebagai teman baik, banyak dari fans yang dengan

sendirinya membuat G.F (Good Friends) dan mereka membuat zine (sejenis

majalah saku) dengan judul “Techno zine” beberapa lembar foto copian kecil yang

dijual hanya seribu perak, yang isinya tentang apa yang dipikirkan G.E dan G.F.”

Simbol visual yang menjadi sebuah gaya hidup ini telah ditransformasi

oleh kelompok komunitas menjadi gaya dari kehidupan mereka sehari-hari.

Dengan begitu komunikasi membuat individu menjadi anggota suatu komunitas;

komunikasi sebagai “interaksi sosial melalui pesan” membuat individu menjadi

suatu kelompok yang berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya, seperti

dalam model pertama, melainkan lebih dipandang sebagai komunikasi di antara

individu-individulah yang “pertama-tama” membuatnya menjadi anggota suatu

kelompok budaya.

Page 90: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

77

Maka, fashion dan pakaian bisa dipahami sebagai senjata dan pertahanan

yang digunakan oleh pelbagai kelompok yang berbeda dan membentuk tatanan

sosial, dalam mencapai, menentang, atau memelihara posisi dominasi dan

supremasinya.

4.2.2 Membaca Kode Visual Typography Majalah Ripple Edisi 52

Gambar 4 (4.2.2) Cover Fashion majalah Ripple Edisi 52

Pada cover edisi 52 ini terdapat teks lain seperti, Goodnight Electric-

Olive tree- Sanctity- Daath- Arina, Kiki Chan, Dian, Widi- Sigi Wimala, Sar*-

Dewi ‘Dee’ Lestari- Sofia Coppola- Java Jazz & Soundshine Dimensions 2007-

Ripple Babes. Tulisan-tulisan tersebut bertuliskan coklat, Indra memaknainya

sebagai “tulisan biasa yang tujuannya untuk mengingatkan pembaca bahwa

adanya subjudul tersebut dalam bahasan Ripple edisi 51.”

Penulis mengintepretasikan warna tulisan subjudul pada gambar 3 (4.2.2)

dengan warna fotografi yang disertai caption, untuk segi warna penulis melihat

adanya singkronisi antara teks dengan foto. Hal yang dipertentangkan disini oleh

penulis adalah kurang terangnya warna caption teks yang dijadikan subjudul,

hingga untuk melihat dari jauh sulit untuk membaca dengan jelas. Teks menjadi

mati ketika digunakan dalam sebuah foto jurnalistik, apalagi jika digunakan untuk

cover majalah yang memiliki banyak makna mewakili dari isi majalah tersebut.

Sementara itu, teks pun kadang kala secara sengaja dipertentangkan

dengan karya (work). Dalam hal ini sebuah karya dianggap berkebalikan dengan

sifat-sifatnya yang menyederhanakan suatu entitas, tertutup, dan mencukupi diri

Page 91: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

78

sendiri. Walaupun demikian, pembedaan antara teks dan karya ini bukanlah

sesuatu yang kaku, melainkan sekadar soal penekanan dan nuansa. Hal inilah

yang dilihat oleh penulis dalam cover majalah Ripple edisi 52 dengan teks dan

konteks yang sederhana.

Sudut pandang desainer dan penulis bertolak belakang, desainer

melihatnya dari sudut pandang desain grafis sedangkan penulis melihatnya dari

pemaknaan yang akan diterima pembaca tanda-tanda dari majalah Ripple.

Gambar 5 (4.2.2) Typography majalah Ripple edisi 52

Dipandang dari sudut pandang pembaca, sebuah teks hanya bisa dipahami

dalam hubungannya atau pertentangannya dengan teks lain. Keterkaitan teks

seperti “terdapat teks yang secara sosial“ sudah dari sananya dan biasa dianggap

sebagai suatu “kenyataan” (“the real world”).” Pada edisi 52 ini Ripple memang

masih memberikan teks yang secara sosial masih dianggap sebagai sebuah

kenyataan, hal yang membedakannya adalah terdapat mirror yang berkebalikan

seperti terdapat pada gambar 4 (4.2.2) “efek mirror ini sengaja dibuat oleh saya

agar memberikan kesan yang berbeda dari setiap edisinya, tulisan Ripple yang

terbalik dan terpotong menjadi ciri yang membedakan dengan edisi lainnya,

memang tidak ada maksud lain dan tidak ada filosofinya, ini menyesuaikan

dengan bentuk cetak yang biasanya potrait untuk edisi 52 di cetak landscape

dengan tujuan untuk memperluas bidang pandang.” Tutur Indra.

Indra juga mengatakan “untuk tulisan female issue ditulis dengan font arial

dan berwarna putih disesuaikan dengan tulisan Ripple untuk mempertegas isu

Page 92: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

79

yang sedang dibahas dengan ukuran font 36 untuk female issue dan 48 untuk

ukuran Ripple. Sedangkan untuk tulisan sub judul pada cover halaman Ripple

edisi 52 ini masih pada format arial dan ditulis berwarna coklat, tidak ada maksud

lain juga, hanya saja saya menilainnya lebih pantas dengan warna coklat dan

disesuaikan dengan bentuk background pada foto. Faktor yang dijadikan

eyecatching adalah tuisan Ripple dan Female issue.”

Teks juga bisa diartikan sebagai “seperangkat tanda yang ditransmisikan

dari seorang pengirim kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan

dengan kode-kode tertentu. Pihak penerima (yang menerima tanda-tanda tersebut

sebagai teks) segera mencoba menafsirkannya berdasarkan berdasarkan kode-

kode yang tepat dan telah tersedia.

Penulis menafsirkannya sebagai bentuk pemeberontakan yang mendobrak

bentuk tulisan (teks) yang baku dalam bentuk majalah pada umumnya, berbeda

dari majalah lain dari tampilan cover dan Typography yang tidak biasa membuat

Ripple Magazine lebih dikenal di kalangan komunitas yang menyatakan diri

mereka sebagai kritik sosial anak muda yang berani mendobrak kekakuan dalam

kehidupan.

Page 93: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

80

4.2.3 Membaca Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 52

Gambar 6 (4.2.3) Kode visual cover majalah Ripple edisi 52

Pada bagian ini penulis akan membahas keseluruhan konten yang terdapat

pada majalah Ripple edisi 52 dari sudut pandang semiotika visual cover tersebut.

Pesan harfiah, sebagai sebuah analogi itu sendiri, merupakan tataran denotasi citra

yang berfungsi untuk menaturalkan pesan simboli; sementara pesan simbolik itu

merupakan tataran konotasi yang keberadaannya didasarkan atas kode budaya

tertentu atau familiaritas terhadap stereotipe tertentu. Dengan kata lain, sebagai

suplemen dari isi analisis tersebut, kita menemukan makna pada tataran kedua

yang petanda-petandanya mengacu kepada budaya tertentu: kode dari tataran

konotasi ini mungkin tersusun dari suatu tataran simbolik universal atau retorik

dari satu priode tertentu atau, singkatnya, dari semacam stok stereotipe kultural.

Gambar 7 (4.2.3) Kode visual cover majalah Ripple edisi 52

Penulis melihatnya sebagai kesesuaian dengan karakter tema majalah

Ripple pada edisi 52 yang mengangkat tema female issue, dengan latar belakang

bra (BH) pada sebuah stock shop untuk menggambarkan tema pada edisi tersebut.

Untuk keterkaitan foto GOODNIGHT ELECTRIC yang menjad ikon dalam cover

Page 94: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

81

majalah Ripple edisi 52 ini berbicara tentang diri mereka dan wanita yang menjadi

subjek tema dalam Ripple edisi 52.

Gambar 8 (4.2.3) Kode visual cover majalah Ripple edisi 52

Indra menyebutkan “foto ini diambil dengan sengaja, dengan lokasi tempat

bra (BH) untuk memberikan kesan isu yang sedang dibahas, hal ini dibuat untuk

menjadi faktor eyecatching pada majalah, selain menyesuaikan juga dengan

bentuk teks yang terputus dan sengaja dibuat terbalik.” Kesan tersebut dibuat

untuk memberikan pengertian timbal balik (keterkaitan) dari teks yang kurang

dengan unsur gambar yang memiliki motif isu yang sedang dibahas.

Penulis menganggap ini sebagai kode untuk menentukan tema apa yang

sedang diangkat dan menganggap background pada cover majalah Ripple edisi 52

dapat mewakili tema yang diangkat yaitu mengenai wanita. Kesesuaian yang

terdapat dalam cover 52 gambar 7 (4.2.3) penulis menilainya sudah dapat

mewakilli tema keseluruhan dan tidak menutup kemungkinan untuk timbul

sebuah kritik ketidaksopanan terhadap gambar yang diangkat menjadi background

dengan sudut kesopanan orang timur tentang pelecehan seksual terhadap wanita.

Tapi itu mungkin dapat mewakili the madness photography sebagai kritik

sosial anak muda Bandung tentang isu yang sedang diangkat, dengan

menghilangkan situs lama tentang pelecahan seks pada wanita, yang ingin di

Page 95: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

82

visualisasikan dari cover itu adalah tema dari teks, agar teks tersebut menjadi

lebih hidup.

4.2.4 Kode Sosial Cover Majalah Ripple edisi 52

Gambar 9 (4.2.4) Kode Sosial cover majalah Ripple edisi 52

Bahasa struktur sosial tercermin dalam setiap bentuk masyarakat, akan

tetapi karakteristik tersebut menjadi lebih bermakna teristimewa dalam perubahan

sosial modernitas. Hal ini dikarenakan perbedaan yang terbangun dengan

kelakuannya semakin sulit dipertahankan dalam era mobilitas sosial dan fisik

yang sangat cepat, sementara bentuk-bentuk perbedaan baru terus-menerus

dielaborasi dan kerena itu cara kita peduli terhadap dan menghormati (atau

ketidaksukaan terhadap) berbagai macam peradaban lain yang mungkin ada

semakin krusial dalam pembentukan hierarki-hierarki normatif berdasarkan

perbedaan terstruktur. Penekanan bahasa atas struktur sosial mengarahkan

perhatian kita pada tema yang lebih umum mengenai karakter refleksif edemis

modernitas yang berkaitan dengan identitas, pembedaan dan perbedaan sosial.

Penulis mengklasifikasikan sosial dalam dua bentuk, diantaranya denotasi

dan konotasi sosial yang memberikan makna terhadap pemahaman mengenai

suatu tanda. Ada yang memungkinkan pergerakan tanda denotasi menuju konotasi

adalam jumlah simpanan pengetahuan sosial (sebuah retoir budaya) yang dengan

Page 96: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

83

itu pembaca mampu menyimpulkan kapan ia membaca suatu citra. Tanpa akses

terhadap kode yang dipahami bersama ini (sadar atau tidak sadar), operasi-operasi

tidak akan mungkin terjadi. Tentu saja pengetahuan tersebut senantiasa bersifat

historis dan kultural. Dengan kata lain, satu budaya dengan budaya lainnya, dari

satu periode ke periode lainnya boleh jadi berbeda. Perbedaan kultural mungkin

juga ditandai dengan perbedaan kelas, ras, dan gender. Variasi dalam pembacaan,

bagaimanapun, tidaklah bersifat anarkis; ia bergantung pada jenis pengetahuan

praktis, nasional, kultural estetik yang berbeda yang ditanamkan ke dalam citra.

Penulis mencoba memandangnya melalui kekuatan fotografis kegilaan

(madness) dengan alasan bahwa cukup gila ketika ingin mengungkapkan sebuah

tema yang dianggakat pada bentuk media dengan sudut pandang lain, ketika

Ripple membuat isu mengenai perempuan maka yang diangkat menjadi

background adalah pakaian dalam wanita dengan celebrity icon GOODNIGHT

ELECTRIC, tanpa bermaksud untuk mengurangi makna dari tema tersebut.

Bahasa visual semiotika kembali terpakai dalam pembahasan mengenai

kode sosial yang mungkin memiliki banyak penterjemahan yang berbeda dari

cover tersebut. Penulis memaknai kode tersebut sebagai madness. Mad image

muncul saat kita menginsyafi bahwa apa yang kita alami dengan image fotografi

sebenarnya sebuah halusinasi. Tapi itu bukan sembarang halusinasi.

Penulis menyebutnya sebagai “temporal hallucination” atau “a modest,

shared hallucination.” Dilihat dari segi waktu, image itu benar (karena benar-

benar pernah terjadi, it has indeed been). Image yang dibentuk oleh foto sebagai

bentuk representasi yang tidak pernah dialami oleh tulisan.

Page 97: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

84

Oleh karena itu penulis dapat mengambil atau menarik sebuah kesimpulan

dari tampilan visual cover majalah edisi 52 Ripple dengan ikon GOODNIGHT

ELECTRIC dengan background underware women merupakan sebuah gambar

yang gila dan tidak bisa untuk menggambarkan sebuah kalimat pada tema

majalah, ini bisa mengingatkan pembacanya akan satu edisi yang berbeda dan

paling mudah diingat.

Penulis berani untuk mengambil sebuah asumsi mengenai kode sosial

yang tidak biasa dari cover majalah Ripple edisi 52 ini dengan beranggapan, jika

setiap orang dapat mengingat sebuah foto yang gila dalam kehidupannya berarti

fotografer tersebut telah mampu untuk mempengaruhi orang-orang yang

melihatnya dan memberikan kesan tersendiri tenatang apa yang mereka lihat.

Fenomena tentang fashion GOODNIGHT ELECTRIC dapat menjadi sebuah

trendsetter dikalangan anak muda dan memiliki pencitraan lain tentang

GOODNIGHT ELECTRIC terhadap pembahasan yang terdapat pada majalah

Ripple edisi 52.

Page 98: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

85

4.3 Kode Visual dan Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 53

Gambar 1 (4.3) kode visual dan Sosial cover majalah Ripple edisi 53

4.3.1 Kode Visual Fashion Cover Majalah Ripple Edisi 53 Citra jarang muncul tanpa penyertaan teks linguistik dari satu jenis atau

yang lainnya. Sebuah foto surat kabar, misalnya, akan dikelilingi dengan judul,

caption, cerita dan layout halaman. Ia juga akan diletakkan dalam konteks tertentu

surat kabar atau majalah. Barthes berpendapat bahwa ‘konteks memuat citra,

membebaninya dengan budaya, moral, imajinasi’ (Barthes dalam Storey,

2007:114).

Di dalam desain busana telah sejak lama dikenal apa yang disebut sebagai

fashion coordinate dan padu-padan busana (mix and match). Sebagai salah satu

tahap didalam kerja desain, fashion coordinate pada dasarnya merupakan sebuah

cara berpikir menurut sebuah langue yang implisit, khususnya tentang relasi-relasi

yang di dalam terminologi Saussurean dikatakan berporos pada sintagmatik dan

paradigmatik.

Page 99: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

86

Gambar 2 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53

Gambar 3 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53

Model pertama ditandai dengan lingkaran berwarna putih, bila dilihat dari

paradigmatik fashion maka fashion yang dikenakan oleh model pertama telah

melakukan mix and match dengan mengkombinasi topi pet, kemeja dengan kerah

terbuka, jaket hitam kerah terbuka berbentuk V dan celana panjang hitam. Pada

model pertama ini memiliki paradigma bahwa model pertama menggunakan

kemeja berwarna biru menunjukan menggunakan kemeja berkerah dengan warna

biru dan terbuka tanpa menggunakan dasi. Model pertama ini memiliki

penampilan informal dengan kerah terbuka. Suara yang dibuat dengan

mengatakan kata “kemeja” adalah sebuah penanda. Ini berarti atau

mepresentasikan pakaian pria. Kerah baju pria, dipakai terbuka tanpa dasi, dapat

disebut sebagai penanda, ia bisa disebut menandakan ketidak formalan atau santai.

Celana panjang hitam menunjukan kelaki-lakian dan maskulinitas,

sedangkan jaket yang digunakan untuk menunjukan sebuh ketidak formalan

Page 100: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

87

kondisi yang sedang dialami oleh model, hal ini ditunjukkan dengan kerah terbuka

pada jaket yang digunakan. Pada realitas yang terdapat dilapang melalui sebuah

observasi menunjukan bahwa orang tersebut memberikan sebuah keikutsertaan

dalam pekerjaan seni dengan musisi sebagai level orang tersebut. Topi pet yang

digunakan oleh model pertama menunjukan sebuah gaya Inggris pada tahun 1965

yang sangat populer, topi ini hanya digunakan untuk kalangan ekonomi menengah

kebawah saat itu untuk menunjukan sebuah perbedaan kelas dengan kalangan

borjuis, namun berbeda halnya dengan model pertama yang sedang dibahas,

model tersebut menggunakan topi pet bergaya 1905 untuk menunjukan jati diri

dengan kebiasaan musisi kulit hitam dengan aliran musik jazz blues, yang

sebenarnya model pertama mengadopsi gaya tersebut sebagai pengilhaman dari

bentuk musik yang MOCCA bawa dengan aliran Jazzy Blues.

Gambar 4 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53

Model kedua, ditunjukan dengan warna kuning, model tersebut

menggunakan pakaian kemeja hitam terbuka lengan pendek, kaos oblong

berwarna putih, dan menggunakan celana panjang hitam. Dari model tersebut

mengadopsi gaya Amerika Latin tahun 1980an. Pada jamannya pakaian ini

digunakan sebagai penanda kalangan bawah dan pekerja keras, penulis berasumsi

gaya tersebut diilhami oleh gaya hidup orang-orang Amerika Latin persepsi ini

tercetus dari beberapa referensi film yang dibintangi oleh Steven Siegal, film ini

Page 101: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

88

menunjukan terdapatnya komunitas gangster Amerika Latin dengan gaya kemeja

terbuka dikombinasi dengan kaos berwarna putih. Namun, pada model kedua ini

terjadi pergeseran makna pakaian/fashion dari pekerja keras alih fungsi menjadi

gaya fashion musisi jazz. Konsep celana panjang masih pada sudut pandang

maskulinitas pada laki-laki.

Gambar 5 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53

Model ketiga, ditunjukan oleh seorang model wanita dari MOCCA dengan

pakaian model one piece dress berwarna merah dan bercorak putih, dengan

aksesoris musik Flute. Warna merah ditunjukan oleh model tersebut memberikan

pengertian keceriaan dan aksesoris flute menunjukan jenis musik atau pekerjaan

dari model tersebut, jika di padu-padankan dari model kedua berikut aksesorisnya

menunjukan sebuah pekerjaan dari musisi. Flute biasanya identik dengan jenis

musik jazz dan blues.

Gambar 6 (4.3.1) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53

Model keempat, ditunjukan dengan model mengenakan kemeja lengan

panjang berwarna putih berbalut dasi hitam yang resmi, mengenakan celana

panjang, bertopi pet dengan aksesoris gitar akustik yang melambangkan jati diri

Page 102: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

89

seorang musisi. Topi pet yang digunakan pada model pertama dan model keempat

tidak memiliki sifat ilmiah atau alasan ilahiah mengapa pet selalu menandakan

kelas bawah dan bukannya topi tinggi, atau adakah alasan mengapa dasi yang

merunduk menandai kelas atas dan bukannya jenis dasi lain. Sekali lagi hal itu

membentuk himpunan paradigmatik bentuk tempat pilihan dibuat. Peralihan tetro

yang berevolusi secara besar-besaranpun terjadi pada cover majalah Ripple edisi

53 yang menandakan sesuatu pernah terjadi mengenai fashion dan sekarang

digunakan kembali untuk menunjukan sudah tidak adanyanya lagi kelas pembeda

dalam dunia fashion.

Pada model keempat ini menunjukan sebuah jati diri dalam keadaan

formal, hal ini ditandai dengan kerah yang tertutup dibalut dasi, ini merupakan

posisi yang menunjukan keadaan formal seseorang, celana pajang hitam

menunjukan sebuah kemaskulinan dari laki-laki, aksesoris yang digunakan adalah

gitar meskipun gitar bukan merupakan pelangkap dari tubuh atau fashion namun

hal ini menunjukan identitas seseorang akan pekerjaan dari foto tersebut. Penulis

mengidentifikasi kode visual dari model ketiga tersebut sebagai musisi yang

berpenampilan resmi. Sedangkan pet yang merupakan gambaran ekonomi kelas

bawah, namun ini dihilangkan mengingat terjadinya pergeseran gaya pada

aksesoris pakaian jaman sekarang.

Menurut Arina (vocalis MOCCA) kecendrungan dalam fashion yang kami

gunakan memang terkesan tua dan mungkin memiliki arti pada jamannya, namun

bagi saya dan kawan-kawan pakaian ini merupakan sebuah identitas dari jenis

musik yang kami usung seperti jazz.” Kesan yang disampaikan melalui kode

Page 103: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

90

visual MOCCA memang menjadi gaya ketika mereka melakukan live

performance, kesimpulannya gaya yang berada pada cover majalah Ripple edisi

53 memang sama dengan gaya yang MOCCA gunakan ketika live performance

jadi bukan hanya untuk sekedar model pada fotografi saja. Gaya yang MOCCA

gunakan juga menjadi trendsetter anak muda Bandung kebanyakan.

4.3.2 Kode Visual Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53

Gambar 1 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53

Ricoeur mengajukan suatu definisi yang mengatakan bahwa teks dalah

wacana (berarti lisan) yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Dengan

demikian jelas bahwa teks adalah “fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa

wacana lisan dalam bentuk tulisan (dalam Sobur, 2004:53). Jelas keberadaan teks

menurut penulis sangat penting untuk mendokumentasikan atau menceritakan

apayang ada dalam foto.

Gambar 2 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53

Page 104: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

91

Gambar 3 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53

Tulisan pada edisi 53 dari majalah Ripple ini memiliki font yang sama

seperti pada tulisan RIPPLE 90’S ISSUE #53 dan THE COLOURS OF MOCCA

dengan tipe font Advark Bold, tampaknya masih menjadi identitas dari majalah

Ripple meskipun pada prakteknya peraturan tersebut tidak baku hanya tinggal

menyesuaikan dengan apa yang akan diangkat menjadi tema pada setiap bulannya.

Gambar 4 (4.3.2) Typography Cover Majalah Ripple Edisi 53

Sedangkan untuk subjudul sendiri yang terdiri dari tulisan Bands : The

Hydrant, For Nufan, Dragon Force; Spesial review : NOFX, EXPLOSION IN

THE SKY memiliki karakter font yang berbeda, hal ini dilakukan untuk

memberikan ketegasan antara judul dan subjudul, untuk warna tulisan sendiri

lebih menggunakan warna putih agar lebih jelas terlihat oleh pembaca. Indra

menuturkan dalam bentuk grafis setiap majalah Ripple sebetulnya tidak ada yang

baku, untuk segi penulisan sendiri pada cover majalah hanya menyesuaikan

dengan materi yang ada dan kreatifitas dari desainernya saja.”

Untuk typography pada edisi 53 ini memang tidak ada perbedaan dengan

edisi yang penulis teliti karena menemukan beberapa kesamaan dari bentuk

tulisan yang membedakan hanya-lah pada warna untuk karakter tulisan RIPPLE

masih pada konsep pertama, untuk subjudul memang dibedakan kesannya agar

terjadi pemisahan antara judul utama dengan subjudul dalam majalah tersebut.

Page 105: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

92

Bentuk tulisan dan digunakan sebagai penjelasn dari foto pada majalah

Ripple edisi 53 sebagai parasit pada foto cover untuk membuat teks tersebut hidup

desainer menggabungkan teks dan foto agar lebih hidup dan memiliki arti untuk

menjelaskan apa-apa saja yang berada dalam majalah Ripple sebagi konten dari isi

majalah.

Jika hanya teks yang tertera dalam cover majalah hal ini tidak dapat

menimbulkan persepsi dan menjelaskan apa yang ada dalam majalah tersebut dan

teks itu akan mati tidak memiliki makna, bisa saja cover majalah tidak akan

menarik untuk dilihat bahkan dibeli. Begitupun sebaliknya jika hanya foto yang

tertera itu pun tidak aka menerangkan apa yang terdapat didalam majalah Ripple.

Hal yang harus dilakukan adalah membuat keduanya hidup dengan

mengkombinasikan teks dan foto agar mendapatkan soul yang tepat untuk

menarik perhatian dari pembaca.

4.3.3 Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53

Gambar 5 (4.3.3) Kode Visual Cover Majalah Ripple Edisi 53

Naturalisasi. Foto adalah untuk berita dan promosi hubungan keberadaan

ini dihubungkan dengan teks. Artinya foto memberikan bukti apa yang tertulis,

Page 106: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

93

fungsi ini sudah menjadi konfensi dalam persurtarkabaran bahwa caption yang

menyertai foto berita berbicara tentang foto tersebut. Konfensi menjadi bagian

penting dalam menangkap pesan suatu foto berita, mengingat kedudukan foto

yang tidak bisa di ganggu-gugat analog penuh, foto mempunyai kemampuan

menaturalisasikan apa yang dikatakan lewat teks pada waktu yang sama, Barthes

melihat bahwa teks itu parasit foto, jadi maknanya diambil dari sumber lain.

Kode visual yang dapat disimpulkan oleh penulis adalah adanya identitas

diri yang menggambarkan MOCCA sebagai the headline news dan yang lainnya

adalah sebagai pelengkap yang berupa teks penjelasan dari foto yang ada pada

cover majalah Ripple edisi 53.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa rasa tertarik kita (attraction) pada

foto pertama-tama muncul karena kebutuhan kultural. Sekalipun minat kita pada

foto masih berasal dari unconcerned desire, itu bukan berarti foto tidak

menyumbangkan apa-apa pada identitas kita. Dalam studium, identitas lahir dari

prinsip resemblence, kemiripan rupa, atau analogi. Resemblence ini lahir dari

fantasi. Foto yang menonjolkan potongan rambut, warna pakaian, gaya berjalan,

cara duduk, semuanya ini adalah sumber fantasi, yaitu membayangkan objek

karena pertama-tama dirangsang oleh kekuatan langsung dari materialitas foto.

Foto belum di differed. Budaya yang berhenti pada pengalaman ini adalah budaya

fantasi, culture of fantasy. Kita hidup pada phantasmathic dan utopian time. Ini

makna visual yang ingin ditampilkan oleh kode visual pada cover majalah Ripple

edisi 53, yang memberikan gambaran pada sebuah imajinasi bermain dalam editan

fotografi dan memanipulasinya seakan berada dalam dunia tersebut. Kode penuh

Page 107: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

94

warna inilah yang ingin ditunjukan Ripple dalam menggambarkan MOCCA

beserta isi dari majalah Ripple dengan bantuan caption text.

4.3.4 Kode Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 53

Gambar 6 (4.3.4) Kode Sosial Cover Majalah Ripple Edisi 53

Jelaslah, orang yang menggunakan kode-kode yang berbeda mengenal

dunia secara berbeda dan menghubungkan dengan yang lain dengan cara yang

berbeda. Selanjutnya kode berfungsi sebagai penjaga pintu dan memainkan

peranan penting dalam hidup kita sebab mereka cenderung untuk menentukan apa

yang kita tahu dari dunia dan bagaimana kita berbuat didalamnya.

Sesuatu yang paling berpengaruh dalam studi-studi tentang bagaimana

struktur sosial sebuah masyarakat terefleksi dalam budayanya. Gagasan tentang

keberadaan kelas berkuasa ada dalam setiap epos gagasan-gagasan yang berkuasa.

Maka, kelas yang merupakan kekuatan meterial yang berkuasa dalam sebuah

masyarakat, pada waktu yang sama adalah kekuatan intelektual yang berkuasa

Denotasi dan konotasi sosial yang memberikan makna terhadap

pemahaman mengenai suatu tanda. Ada yang memungkinkan pergerakan tanda

denotasi menuju konotasi tanpa akses terhadap kode yang dipahami bersama ini

operasi-operasi tidak akan mungkin terjadi. Tentu saja pengetahuan tersebut

Page 108: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

95

senantiasa bersifat historis dan kultural. Dengan kata lain, satu budaya dengan

budaya lainnya akan berbeda cara sudut pandang mengenai foto pada cover.

Perbedaan kultural mungkin juga ditandai dengan perbedaan kelas, ras, dan

gender.

Kode sosial yang ingin ditampilkan pada cover majalah Ripple edisi 53

adalah kode identitas dari jati diri MOCCA sebagai musisi jazz dan sebagai

pengungkap isu yang sedang dibahas pada majalah Ripple edisi 53 tahun 2007.

Arina menuturkan “kita lebih menyesuaikan dengan jenis musik yang kita

bawakan, dan tidak mungkin menggunakan gaya fashion KISS.” Indra juga

menuturkan “kode yang ingin disampaikan sebenarnya lebih pada grafis, untuk

saya secdara pribadi kode yang ingin ditampilkan adalah kode yang mengingatkan

kita tentang identitas pada tahun 90an, semua orang akan mengingat masa itu

dengan segala bentuk warna kehidupan yang lebih santai, meskipun di tahun-

tahun itu juga terjadi kejadian yang tidak mungkin dilupakan orang Indonesia.”

Penulis sendiri melihat cover edisi 53 dari majalah Ripple sebagai

penggambaran identitas MOCCA dan tema yang ingin disampaikan. Kode sosial

yang terkesan retro (kebelakang, kamus bahasa Indonesia) dari cover majalah

Ripple edisi 53.

Page 109: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

96

4.4 Interpretasi Kode Visual dan Kode Sosial atas Representasi Simbol-simbol Gaya Hidup pada Cover Majalah Ripple Kode visual yang disampaikan melalui fashion dari ketiga cover majalah

mulai dari edisi 51,52,dan 53 majalah Ripple keseluruhannya menunjukan sebuah

gaya yang sama yaitu gaya retro (belakang, dibelakang, terletak dibelakang,

kamus bahasa Indonesia), “fashion selalu retro”; fashion selalu merupakan daur

ulang total dan langsung dari masa lalu.

Bagaimana pastiche sejak tahun 1960an hingga kini dengan baik

melukiskan bekerja baik industri fashion, argumen mengidentifikasikan pastiche

atau retro dalam fashion sebagai sesuatu yang eksklusif yang mempengaruhi kita

saat ini, apakah retro begitu eksklusif de no jours? Pada periode industri, fashion

bersandar pada pastiche dan mendaur ulang gaya.

Media telah menciptakan ikon visual pada khalayaknya dan menyuntikan

havior pada khalayak yang cukup selektif untuk mengikuti sebuah perkembangan

gaya hidup, simbol-simbol yang media ciptakan terekam oleh manusia untuk

mengubah sebuah persepsi tentang gaya dan melakukan sebuahpergeseran makna

yang pernah ada dan menyesuaikannya dengan makna yang terjadi saat ini.

Visualisasi tersebut di bentuk media dan di cerna oleh otak manusia untuk

mengikuti apa yang manusia lihat dengan kasat mata dan lebih dikenal dengan

dandanisme dengan icon celebrity sebagai media utama dalam percontohan

simbol-simbol yang terdapat dalam sebuah media.

Intepretasi dapat tercipta dengan berbeda-beda yang menyesuaikan dengan

simbol sosial setiap masyarakat, hingga kode sosial pun akan tercipta dengan

Page 110: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

97

beragam bentuk yang disesuaikan dengan status sosial dan komunitas dari masing

asing kelompok yang terdapat dalam masyarakat kita.

Kultur dalam masyarakat kita melihat kode-kode sosial sebagai kehiduapn

sehari hari itu dipengaruhi oleh kehadiran media yang dianggapnya mampu untuk

mengubah sebuah persepsi lama untuk mengikuti persepsi kemasakinian.

Ikonitas-ikonitas tercipta dimasyarakat untuk dijadikan sebagai simbol yang

menurut mereka mampu untuk mendongkrak gaya yang telah ada.

Sadar atau tidak sadar celebrity telah masuk dalam dunia trendsetter yang

dipercontohkan oleh masyarakat untuk mengikuti gaya selebritis yang mereka

idamkan. Para pahlawan dari dunia pop dan para model fashion menjadi penentu

tren (trendsetter) terutama bagi kawula muda. Mereka adalah icon tempat

berpusarnya daur-ulang gaya dan trend fashion. Citra tentang keindahan tubuh,

terbuka secara seksual dan terkait dengan hedonisme, waktu luang dan display

tubuh, menekankan pentingnya penampilan dan “pandangan”.

Dengan kata lain, pakaian bisa dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan

budaya kita”. Dulu dan sekarang kebanyakan pemuda Indonesia hanya berperan

sebagi konsumen budaya ketimbang produsen budaya. Keragaman ekspresi

dikalangan anak muda mencerminkan juga keanekaan ekspresi di kalangan

masyarakat lebih luas. Pola ekspresi keduanya berbeda-beda menurut selera,

lokasi, kelas, penghasilan, pendidikan, dan sampai seberapa dalam tersentuh arus

budaya dari luar, termasuk budaya global.

Butir-butir fashion dan pakaian itu ada pada dirinya sendiri tidaklah

bergerak atau hidup, melainkan (khusunya bila fashion dan pakaian itu dibuang)

Page 111: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

98

kelihatannya memberi petunjuk pada gerakan tubuh atau tubuh-tubuh yang

bergerak mengitarinya, fashion dan pakaian mendiami beberapa limbo diantara

bernyawa dan tak bernyawa.

Pada dasarnya terjadi keterkaitan antara cover majalah Ripple dengan

simbol-simbol gaya hidup, keterkaitan ini berdasarkan pada penelitian dengan

mengobservasi icon celebrity majalah Ripple dengan fashion anak muda

khususnya di Bandung tidak sedikit yang menirukan gaya-gaya artis yang terdapat

dalam cover majalah Ripple dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Peniruan

ini terjadi karena kehadiran media berupa majalah yang mengangkat celebrity

sebagai ikon dan media lain seperti live music yang dapat melihat langsung

fashion dan gaya hidup celebrity icon tersebut untuk ditransformasikan dalam

kehidupan sehari-hari para remaja saat ini.

Sebagai majalah anak muda Ripple nampaknya memang memberikan

gambaran tentang jiwa kritis dari anak muda saat ini yang tidak lagi terpaku pada

peraturan baku dalam menciptakan sebuah suara vokal untuk karyanya, hal ini

terbukti dengan bentuk majalah Ripple yang tidak memiliki aturan baku seperti

bentuk majalah pada umumnya.

Aturan baku mengenai cover majalah dari jaman ke jaman memang terus

berkembang dan selalu memiliki cirikhas masing-masing yang disesuaikan

dengan idoelogi yang dibawa oleh majalah. Suara vokal tentang kritik anak muda

saat ini memang cukup mewakili dengan adanyamajalah Ripple sebagai media

dari apa yang kawula muda inginkan.

Page 112: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

99

Mereka berbicara gaya hidup dan remeh-temeh tentang kehidupan anak

muda saat ini, berbagai macam ikon mereka ciptakan dari dasar hingga mencapai

puncaknya, dari yang tidak mengenal menjadi mengenal, dari komunitas hingga

umum, gebrakan inilah yang ingin Ripple sampaikan pada kawula muda tentang

lingkungan yang belum mereka ketahui atau mungkin telah mereka ketahui.

Media memang menjadi jarum suntik yang tepat untuk membuat impuls

pikiran menjadi terkontaminasi meskipun kata-kata tersebut masih subjektif untuk

dibuktikan secara matematis. Namun, sudah terlihat buktinya media memang

membuat perubahan yang secara sadar maupun tidak sadar ada beberapa gaya

yang kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti kehadiran fashion dan

cara pandang kita mengenai kehadiran desain grafis yang turut membuat mix and

match kedua hal tersebut.

Hanya berasal dari sebuh cover majalah yang diberi teks serta bauran foto

kemudian di remix dengan olah digital dapat membuat mata kita tertarik untuk

melihatnya, bukan hal yang tidak mungkin ketika kita melihat sampul (cover)

majalah yang dilengkapi icon celebrity dengan fashion yang mereka gunakan

minimal timbul pernyataan ‘bajunya bagus ya, kira-kira saya pakai baju itu pantas

tidak ya?’ atau dengan mengatakan ‘siapa desain grafis dari majalah ini? Hebat

bisa membuat gambar yang disatukan dengan teks menjadi tampak hidup!’.

Mempertanyakan hal tersebut pada diri kita sendiri itu berarti telah

menimbulkan keingintahuan dan ketertarikan dengan apa yang kita lihat, terlebih

lagi jika kita mengaplikasikan apa yang kita lihat menjadi sebuah gaya hidup, baik

sudut pandang fashion, maupun grafis yang lebih pada teknis atau proses dari

Page 113: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

100

pembuatannya. Jauh dari kata pantas atau tidaknya kita mengikuti kehadiran gaya

dalam majalah yang terpenting adalah struktur sosial kita bisa menerima dengan

apa yang kita lakukan melalui gaya tersebut. Orang melihat berarti visual, orang

melalukan sebuah hubungan dengan orang lain berarti sosial, keduanya memiliki

keterkaitan dan pada akhirnya membuat sebuah penilaian dengan apa yang

mereka lihat dan mereka lakukan dengan sesamanya.

Kode sosial yang ingin disampaikan merupakan bauran dari gaya-gaya

icon celebrity yang ditirukan oleh kawula muda untuk menunjukan eksistensi diri

mereka terhadap sang idola yang di sukai sebagai bentuk kecintaan mereka

terhadap kehadiran gaya.

Bentuk sosial yang dilambangkan menggunakan cover majalah Ripple

menjadi bentuk gaya kawula muda dalam melakukan hubungan sosial dengan

sesamanya dengan menunjukan identitas yang dikotak-kotakan (sadar atau tidak

sadar) berdasarkan pada icon celebrity yang ditiru dan dijadikan sebagai gaya

hidup kawula muda.

Penyesuaian terhadap kode sosial ini merupakan representasi diri dari apa

yang dilihat, dirasa, dan dilakukan dengan menirukan gaya yang ada dalam

kehidupan sehari-hari terlepas dari pantas atau tidaknya kehidupan sosial yang

mereka lihat dalam bentuk media majalah tersebut. Kehidupan yang dijalankan

oleh para artis dan mereka yang bukan artis menirukannya untuk perwujudan dari

kehadiran gaya-gaya dalam eksistensi sosialitas kawula muda. Artis sebagai trend

setter telah mempengaruhi cara bersosialisasi dan bergaya dalam kehidupan

sehari-hari kawula muda.

Page 114: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

101

BAB V

KESIMPULAN

INTEPRETASI dan REPRESENTASI KODE VISUAL dan SOSIAL

SIMBOL-SIMBOL GAYA HIDUP pada COVER MAJALAH RIPPLE

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kode Visual Gaya Hidup pada Sampul Majalah Ripple

Kode yang dapat diisampaikan oleh tampilan sampul (cover) majalah

Ripple melalui tiga edisi diantaranya, edisi 51 dengan icon celebrity THE

S.I.G.I.T, edisi 52 dengan icon celebrity GOODNIGHT ELECTRIC, dan edisi 53

dengan icon celebrity MOCCA. Kode visual yang dapat disimpulkan dari sampul

majalah tersebut adalah penggambaran bentuk suara kritis kawula muda yang

ingin menunjukan jati diri mereka dengan hal baru yang tidak biasa dari bentuk

media pada umumnya (tampilan cover majalah Ripple), bentuk-bentuk inilah yang

dapat mewakili kehadiran kaum muda dalam menyuarakan diri mereka. Ripple

pun sebagai majalah yang mengkhususkan diri untuk anak muda ini tampaknya

dapat mewakili semangat generasi anak muda saat ini. Hal ini dibuktikan dengan

tiga edisi yang mengangkat band-band anak muda Bandung yang mampu

membuktikan diri mereka sebagai trendsetter gaya dari tampilan visual yang

dihadirkan majalah Ripple, dan terjadinya peniruan gaya fashion mereka terhadap

kehidupan sehari-hari, ini juga dapat dibuktikan dengan tidak sedikitnya anak

muda gaya dari ketiga icon celebrity tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses

tersebut bisa terjadi dengan melihat secara visual (dengan mata) apa yang berada

dan sedang terjadi dihadapan anak muda saat ini.

Page 115: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

102

Bentuk typography pun ditunjukan dengan hal yang tidak baku seperti

pada bentuk media cetak umumnya, hal ini sudah dapat memberikan kesimpulan

bagi peneliti bahwa generasi muda mampu untuk berinovasi dengan lebih maju

disertai typography yang bebas sebagai tanda ekspresi diri mereka yang haus akan

suatu hal yang berbeda dan baru. Ekspresi ini ditampilkan melalui bentuk

typography (teks) sebagai caption pada sampul majalah Ripple yang diteliti oleh

penulis.

Bentuk keseluruhan dari visualisasi cover majalah Ripple dapat dikatakan

sebagai ekspresi dan kritisasi kaum muda saat ini yang haus akan pembaharuan

sebuah tampilan visual yang dapat mewakili jiwa mereka sepenuhnya.

5.2 Kode Sosial Simbol-simbol Gaya Hidup pada Cover Majalah Ripple

Kode visual yang dapat disimpulkan oleh penulis pada tampilan cover

majalah Ripple merupakan kode dari gaya hidup saat ini yang retro dalam

kehidupan sosial kaum muda. Majalah Ripple yang sudah menjadi sebuah

kehadiran media dan sebagai tatanan sosial modern membutuhkan perlengkapan

yang kompleks berupa deferensiasi dan pelaksanaan yang cermat.

Tatanan yang terstruktur tersebut dapat memenuhi kebutuhan akan gaya

hidup kaum muda. Ripple dibentuk untuk memenuhi gaya hidup kaum muda saat

ini mencoba untuk memposisikan diri sesuai dengan apa yang kaum muda

inginkan. Pemenuhan tersebut dipenuhi dengan bahan-bahan liputan yang berada

dalam majalah Ripple muatan tentang liputan anak muda berada didalamnya.

Diantara mereka yang sanggup mengambil keputusan yang memperbaharui tujuan

dan praktik organisasi (atau tampaknya mampu mengikuti apa yang sedang

Page 116: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

103

berlangsung), dan mereka merasa dirinya adalah subjek dari gaya hidup yang

ditampilkan oleh Ripple sebagai media massa cetak.

Bahasa struktur sosial pun dihadirkan dalam bentuk dan karakter yang

disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan pada komunitas kawula muda

sebagai target dari gaya hidup. Penekanan bahasa akan struktur sosial

mengarahkan perhatian kita pada tema yang lebih umum mengenai karakter

modernitas yang berkaitan dengan identitas, pembedaan, dan perbedaan sosial.

Dengan kata lain, satu budaya dengan budaya lainnya, dari satu periode ke

periode lainnnya boleh jadi berbeda. Hal yang berbeda ini ditujukan Ripplesebagai

media kaum muda yang penuh dengan inovasi dan menaungi gaya hidup yang

terus berkembang dikalangan anak muda saat ini dan hal tersebut akan terus

berkembang yang disesuaikan dengan perubahan jaman serta kebutuhan anak

muda dari masa kemasanya.

Page 117: DESAIN GRAFIS DALAM SAMPUL MAJALAH MAXIMelibrary.unisba.ac.id/files/08-5220_Fulltext.pdf · i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Djafar. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta : Ghalia Indonesia. 1993

Barthes, Roland. Membedah Mitos-mitos Budaya Massa; Jalasutra. Bandung. 2007

Barnard, Malcom. Fashion sebagai Komunikasi; Jalasutra. Bandung. 1996

Budiman, Kris. Semiotika Visual, Buku Baik. Yogyakarta. 2004

Fiske, John. Cultural and Communication Studies; Jalasutra, Yogyakarta. 1990

Kurniawan. Semiologi Roland Barthes; Indonesiatera. Magelang. 2001

Kusmiati R, Artini. Desain Komunikasi Visual; Djambatan. Jakarta. 1999

Marnard, Walcom, Graphic Design as Communication, Routledge : New York. 2005

Santana, Septiawan. Jurnalistik Kontemporer, …….

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi. Bandung : Rosda Karya. 2003.

………….., Analisis Teks Media, Bandung : Rosda Karya. 2004.

Strokes, Jane. How To Do Media and Cultural Studies; Bentang, Yogyakarta. 2003.

Storey, John. Cultural Studies dan kajian Budaya Pop; Jalasutra,Yogyakarta. 2000.

Subandi, Idi. Life Style Ecstasy; Jalasutra, Yogyakarta. 1997

Sunardi, ST. Semiotika Negativa; Kanal, Yogyakarta. 2002.

Suyanto, M. Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan; Penerbit Andi. Yogyakarta.

2004

Sarwono, Jonathan; Lubis, Hary. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Grafis;

Penerbit Andi, Yogyakarta. 2007

Widyatmoko, Sutrisno. Irama Visual; Jalasutra. Yogyakarta. 2007

Situs :

http//:www.aiga.com

Slamet Riayanto, http:www.Slametriyanto.web.id, Bagaimana Memulai Belajar

Desain Grafis.

Media Cetak :

Kompas 21 Mei 2007 - kolom Opini

KOMPAS, Minggu 03 Maret 2002

Ripple Magazine