dermatomikosis

13
20 DERMATOFITOSIS Sitti Hajar I. DEFINISI Dermatofitosis (=Tinea, Ringworm) adalah infeksi jamur dermatofit (spesies Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian superfisialis (stratum korneum), kuku dan rambut. II. ETIOPATOGENESIS Ada 3 (tiga) cara penularan pada dermatofitosis, yaitu : A. Antropofilik (dari manusia ke manusia) Spesies antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T. mentagrophytes var. interdigitale = T. interdigitale, T. rubrum, T. tonsurans) mengakibatkan reaksi radang ringan dan kronis/kambuh - kambuhan. B. Zoofilik (dari binatang ke manusia) Spesies Zoofilik (M. Canis pada anjing dan kucing, T. Mentagrophytes var. Mentagrophytes = T. Mentagrophytes pada binatang mengerat) mengakibatkan reaksi radang hebat/akut, sembuh jarang kambuh. C. Geofilik (dari tanah ke manusia) Spesies Geofilik (M. Gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat/akut, sembuh jarang kambuh. Reaksi peradangan tergantung pada : Tempat infeksi, imunitas penderita, rambut halus (velus) folikelnya sebagai reservoir hingga sering kambuh. Terjadi hanya di lapisan keratin oleh karena adanya serum sebagai faktor penghambat jamur dermatofita memasuki ruangan ekstravaskuler yang berfungsi melindungi jaringan sehingga mencegah penetrasi ke lapisan lebih dalam. Faktor predisposisi : Higiene sanitasi jelek, kelembaban, daerah tropis panas, faktor penyebab maserasi di pelipatan, sakit berat dan lama, penderita diabetes mellitus, neurodermatitis, leukorrhoe, obesitas.

Upload: wendra-saputra

Post on 23-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatomikosis

20

DERMATOFITOSIS

Sitti Hajar

I. DEFINISI

Dermatofitosis (=Tinea, Ringworm) adalah infeksi jamur dermatofit (spesies

Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian

superfisialis (stratum korneum), kuku dan rambut.

II. ETIOPATOGENESIS

Ada 3 (tiga) cara penularan pada dermatofitosis, yaitu :

A. Antropofilik (dari manusia ke manusia)

Spesies antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T. mentagrophytes

var. interdigitale = T. interdigitale, T. rubrum, T. tonsurans) mengakibatkan reaksi

radang ringan dan kronis/kambuh - kambuhan.

B. Zoofilik (dari binatang ke manusia)

Spesies Zoofilik (M. Canis pada anjing dan kucing, T. Mentagrophytes var.

Mentagrophytes = T. Mentagrophytes pada binatang mengerat) mengakibatkan reaksi

radang hebat/akut, sembuh jarang kambuh.

C. Geofilik (dari tanah ke manusia)

Spesies Geofilik (M. Gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat/akut, sembuh jarang

kambuh.

Reaksi peradangan tergantung pada :

Tempat infeksi, imunitas penderita, rambut halus (velus) folikelnya sebagai reservoir

hingga sering kambuh. Terjadi hanya di lapisan keratin oleh karena adanya serum sebagai

faktor penghambat jamur dermatofita memasuki ruangan ekstravaskuler yang berfungsi

melindungi jaringan sehingga mencegah penetrasi ke lapisan lebih dalam.

Faktor predisposisi :

Higiene sanitasi jelek, kelembaban, daerah tropis panas, faktor penyebab maserasi di

pelipatan, sakit berat dan lama, penderita diabetes mellitus, neurodermatitis, leukorrhoe,

obesitas.

Page 2: Dermatomikosis

21

III. KRITERIA DIAGNOSIS

Ada 9 bentuk berdasarkan topografi, infeksi dermatofita diklasifikasikan kedalam :

3.1. Tinea Kapitis

Infeksi dermatofita pada kepala.

Umumnya pada anak-anak.

1) Infeksi ektothrik : Miselium menjadi arthrokonidia disekitar batang rambut /

bawah kutikula dan destruksi kutikula.

Ada 2 bentuk inflamasi dan non inflamasi :

i. Gray patch (antropofilik : M. ferrugineum )

Berskuama, disertai radang ringan, gatal ringan/sangat, rambut keabuan,

kusut, rapuh terpotong beberapa milimeter diatas kepala alopesia, lampu

Wood (+) hijau terang

ii. Kerion (Zoofilik)

a) Karena M. Canis.

Keradangan berat, lampu Wood (+) hijau terang.

b) Karena T. mentagrophytes dan T. Verrucosum.

Kerion celsi (+), nyeri, rambut mudah putus,lampu Wood (-)

2) Infeksi endothrik : Miselium menjadi arthokonidia didalam batang rambut, selalu

antropofilik (T.violaceum), lesi mutipel, banyak, terpencar, tidak semua rambut di

lesi terkena alopesia.

Black dot : rambut putus tepat di orifisium folikel rambut, kronis dapat sampai

dewasa, lampu Wood : (-)

3.2. Tinea Korporis

Infeksi dermatofit pada kulit halus (glabrous skin).2 bentuk tersering : bentuk annular

dan bentuk iris.Makula eritematus berbatas jelas, tepi polisiklis, aktif ( meninggi, ada

papul, vesikel, meluas ), sembuh ditengah ( central healing ) tertutup skuama.

3.3. Tinea Imbrikata

Bentuk tinea korporis karena T. concentricum dan terdapatnya terbatas di daerah

tertentu (pulau Pasifik, Asia tenggara, Amerika tengah dan selatan). Khas : polisiklik,

makula papulo skuamous, tersusun cincin yang konsentris, meluas ke seluruh badan,

Page 3: Dermatomikosis

22

stratum korneum terlepas dan tepi bebasnya menghadap tengah. Kepekaan T.

concentricum dipengaruhi gen autosomal resesi.

3.4. Tinea Kruris

Adalah infeksi dermatofit pada sela paha, perinium dan daerah perianal dapat meluas

ke daerah gluteus dan pubis, efloresensi = Tinea korporis, bilateral tetapi tidak

simetris, paha dimana sisi skrotum yang lebih turun lesinya lebih luas. Skrotum dan

penis tidak terkena, skrotum sebagai reservoir kambuh-kambuhan.

3.5. Tinea Unguium

Adalah invasi dermatofit ke lempeng kuku. (lihat bab Onikomikosis).

3.6. Tinea Pedis

Adalah infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan telapak kaki :

1. Intertriginosa kronis : bentuk tersering.

Kulit mengelupas, maserasi dan pecah-pecah, tersering pada antara jari kaki IV &

V dan III & IV, tertutup epidermis dan debris mati, putih, maserasi, meluas ke

telapak kaki, tumit & dorsum pedis, khas hiperhidrosis dan bau khas tidak enak

2. Bentuk hiperkeratotik papuloskuamosa kronis

Khas daerah kulit merah muda, tertutup skuama putih keperakan, bilateral, berupa

bercak-bercak. Moccasin foot : bila mengenai seluruh kaki

3. Bentuk vesikular

Khas lesi vesikel, vesikulo pustula dan dapat bula, jarang pada tumit dan daerah

depan, sepeti erisipelas, sering + reaksi id

4. Bentuk ulseratif akut

Proses eksematoid vesikulopustula dan penyebaran cepat, disertai infeksi sekunder

bakteri

3.7. Tinea Manum

Adalah infeksi dermatofit pada daerah interdigitalis, permukaan palmar dan dorsum

manus. Bentuk tersering adalah Hiperkeratosis difusa. Unilateral, dapat disertai 1

atau 2 kaki terkena (Tinea pedis), kuku tidak / dapat terkena.

3.8. Tinea Inkognito

Infeksi dermatofit yang berubah karena kortikosteroid sistemik atau topikal yang

diberikan karena kelainan yang telah ada atau salah diagnosis tinea.

A. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% / dapat + tinta Parker

Page 4: Dermatomikosis

23

b) Kultur, dengan media :

- Sabouraud's Dextrose Agar (SDA) + khloramfenikol + sikloheksamid

(Actidion) : Mycobiotik - Mycosel, tumbuh rata-rata 10-14 hari

c) Pemeriksaan lampu Wood

Pada Tinea kapitis.

Fluoresensi positif : warna hijau terang spesies Microsporum

Fluoresensi negatif : karena spesies Trichopyton atau memang bukan karena

Tinea kapitis.

(Tinea favosa yang disebabkan oleh Trichophyton schonleinii memberi warna

fluoresensi warna hijau tua, tetapi jamur ini tidak ada di Indonesia sehingga kasusnya

tidak ada).

B. Diagnosis Banding

Tergantung lokasi kelainannya.

Dermatitis, Pyoderma, Kandidiasis, Erythema anulare sentrifugum, Erythema

intertrigo, Morbus Hansen MB, Psoriasis vulgaris, Pityriasis rosea, Alopesia,

Trichotillomania, Onikholisis, Distrofik unguium.

IV. PENYULIT

Tergantung lokasi yang terkena.

Infeksi sekunder, Alopesia, Reaksi id, Kekambuhan, Hiperpigmentasi.

V. PENATALAKSANAAN

1. Lesi basah / infeksi sekunder

- Kompres sol sodium khlorida 0,9% 3-5 hari

- Antibiotika oral 5-7 hari

2. Topikal

Indikasi : Lesi tidak luas pada Tinea korporis, Tinea kruris, Tinea manuum dan Tinea

pedis ringan.

Obat :

o Salep Whitfield 2x /hari (=AAV I/Half Strengh Whitfield ointment) ; (=AAV I

asidum salisilikum 3% + asidum bensoikum 6%); (dapat AAV II asidum

salisilikum 6% + asidum bensoikum 12%)

o Salep 2-4 / 3-10. 2x /hari ( asidum salisilikum 2-3% + sulfur presipitatum 4-10% )

Page 5: Dermatomikosis

24

o Mikonasol 2x /hari

Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu (2 minggu sesudah KOH negatif

/klinis membaik), untuk mencegah kekambuhan pada obat fungistatik

3. Sistemik

Indikasi :

Tinea kapitis, Tinea imbrikata, Tinea unguium dan Tinea barbae, Tinea korporis / kruris /

pedis / manuum yang berat / luas / sering kambuh / tidak sembuh dengan obat topikal /

mengenai daerah berambut.

Cara : Tergantung obat oral yang dipakai, lokasi dan penyebab Lamanya

a. Obat fungistatik : 2-4 minggu

b. Obat fungisidal : 1-2 minggu

Obat :

o Griseofulvin

anak : 10 mg/kgBB/hari ( microsize )

5,5 mg/kgBB/hari (ultra microsize)

dewasa : 500-1000 mg/hari

o Ketokonasol

anak : 3-6 mg/kgBB/hari

dewasa : 1 tablet ( 200mg )/hari

o Itrakonasol

anak : 3-5 mg/kgBB/hari

dewasa : 1 kapsul ( 100mg )/hari

o Terbinafin

anak : 3-6 mg/kgBB/hari

10-20kg : 62,5 mg (1/4 tablet)/hari

20-40kg : 125 mg (1/2 tablet )/hari

dewasa : 1 tablet ( 250mg )/hari

4. Keadaan khusus

Tinea kapitis

Oral

Griseofulvin ( gold standard ), 6-12 minggu

20 mg/kgBB/hari (microsize)

15 mg/kgBB/hari (ultra microsize)

Page 6: Dermatomikosis

25

Ajuvan

a. Shampo selenium sulfid 1-1,8%

b. Shampo ketokonasol 1-2 % 2 - 3x / minggu

c. Rambut tidak perlu dipotong/dicukur

Tinea unguium

Topikal

1. Indikasi

a) SWO, dikerok dulu

b) DLSO terbatas pd kurang 2/3 bagian distal ( terbaik 1/3 bagian distal )

dan yg terkena tak lebih dari 3 kuku

c) Kombinasi obat oral

d) Pencegahan kambuh

2. Macam obat topikal

a) Ciclopirox 8% lacquer

- 1 x / minggu 6 bulan, atau

- Bulan I : 3 x / minggu

Bulan II : 2 x / minggu

Bulan III : 1 x / minggu

Oral

1. Terbinafin : 1 tablet / hari

tangan : 6-8 minggu, kaki : 12-16 minggu

2. Itrakonasol

a) 2 kapsul / hari

tangan : 6 minggu, kaki: 12 minggu

b) Terapi denyut (pulse treatment)

Pemberian obat dengan dosis tinggi dalam waktu singkat sehingga

menimbulkan efek fungisidal sekunder karena terjadi fungitoksik.

Penderita akan lebih patuh dan tidak sering lupa kesembuhan lebih baik

dan kekambuhan jarang terjadi.

Pada itrakonasol

a. Tinea unguium

400mg (2x2 kapsul)/hari untuk 1 minggu

istirahat 3 minggu / siklus

Page 7: Dermatomikosis

26

- kuku tangan : 2 siklus

- kuku kaki : 3-4 siklus

Bedah kuku

1. Curettage

a) SWO

b) Subungual debris, mengurangi beban kuku yang harus diobati oral

2. Pencabutan kuku tak dilakukan

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Rippon JW. Medical Mycology, 3th

ed. Philadelphia : WB Saunder Co. 1988

2. Odom RB et al (eds.). Andrews’ Diseases of the Skin. 9th ed. Philadelphia : WB

Saunders Co, 2000

3. Suyoso S. Penatalaksanaan Dermatofitosis masa kini. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. 2000;12:78-82.

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Sitti Hajar

I. DEFINISI

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisialis kronis, asimtomatik menyerang

lapisan stratum korneum disebabkan Malassezia furfur.

II. ETIOPATOGENESIS

Malassezia furfur merupakan “lipophilic yeast”, dimana dalam keadaan biasa merupakan

flora normal yang terdapat pada permukaan kulit.

Malassezia furfur yang berbentuk ragi / spora dapat berubah menjadi patogen dalam

bentuk filamen / hifa oleh faktor – faktor predisposisi sebagai berikut :

- Endogen : kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindroma cushing,

malnutrisi

- Eksogen : kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien yang

berminyak.

Pitiriasis versikolor tidak lagi digolongkan sebagai penyakit yang menular. Timbulnya

infeksi jamur ini lebih disebabkan oleh faktor – faktor individual yang spesifik yang belum

Page 8: Dermatomikosis

27

dapat diketahui dengan pasti. Aspek – aspek endogen (genetik) merupakan faktor – faktor

kontributor yang menyebabkan timbulnya Pitiriasis versikolor.

III. KRITERIA DIAGNOSIS

A. Manifestasi Klinis

1. Gatal bila berkeringat

2. Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan (dada, punggung), leher, lengan

atas, selangkang, bisa ditemukan pada daerah lain termasuk muka.

3. Terdapat 3 bentuk lesi :

a. Makular : Soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan tertutup skuama.

b. Papuler : Bulat kecil-kecil perifolikuler, sekitar folikel rambut dan tertutup

skuama

c. Campuran lesi makular dan papular

4. Warna lesi bervariasi : putih (lesi dini) kemerahan, coklat dan kehitaman (lesi

lama) Bentuk kronis akan didapatkan bermacam warna.

5. Selesai terapi biasanya didapatkan depigmentasi residual tanpa skuama di atasnya

yang akan menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali normal.

B. Pemeriksaan Penunjang

1. larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1 bagian tinta Parker

blueblack superchrome

Hasil positif : hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i,v,j) dan gerombolan

spora buddding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphaghetti with meatballs.

Hasil negatif : bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan Pitiriasis versikolor

walaupun ada spora.

2. Lampu Wood

Hasilnya positif apabila terlihat fluoresensi berwarna kuning emas pada lesi tersebut.

C. Diagnosis banding

1. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hiperpigmentasi yaitu : Pitiriasis

Rosea, Eritrasma, Dermatitis Seboroika, Tinea Korporis

2. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hipopigmentasi yaitu : Pitiriasis

Alba, Vitiligo, Morbus Hansen tipe Tuberkuloid, Hipopigmentasi Paska Inflamasi

Page 9: Dermatomikosis

28

IV. PENATALAKSANAAN

A. Obat topikal (digunakan bila lesi tidak terlalu luas)

1. Krim Mikonasol 2%, dioleskan 2 kali sehari selama 3 – 4 minggu untuk lesi di

muka dan badan yang tidak luas.

2. Solusio Natrium Tiosulfas 25 %, dioleskan 2 kali sehari selama 2 minggu (kurang

dianjurkan oleh karena bisa menyebabkan iritasi, berbau tidak enak dan tidak

boleh untuk daerah wajah dan leher).

3. Krim Tretinoin 0,05% - 0,1% untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan 2 kali sehari

selama 2 minggu.

4. Shampo Ketokonasol 1 – 2 % dioleskan pada lesi selama 10 - 15 menit sebelum

mandi 2 kali seminggu selama 2 – 4 minggu.

5. Larutan propilen glikol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh 2 x sehari selama 2

minggu. Merupakan sediaan yang murah, efektif, kosmetik bagus, memberikan

hasil bagus dan sangat kecil efek iritasi kulitnya.

B. Obat sistemik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal, sering

kambuh)

1. Ketokonazol :

Dosis anak-anak : 3,3 – 6,6 mg/kgBB/hari.

Dosis dewasa : 200 mg/hari.

Diberikan sekali sehari sesudah makan pagi.

Lama pemberian : 10 hari

V. DAFTAR PUSTAKA

1. Rippon JW. Medical Mycology, 3rd ed. Philadelphia : WB Saunders, 1988

2. Odom R.B et al (eds). Andrews’ Disesase of the Skin. 8th ed. Philadelphia : WB Saunders,

2000

3. Hay RJ, More M. Mycology. In : Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM,

eds. Textbook of Dermatology, 6th ed. Osford : Blackwell Science, 1998:1286 – 90.

4. Arndt KA, Bowens KE, Chuttani BR. Manual of Dermatologic Therapeutics. Boston :

Little, Brown and Company, 1995.

5. Richardson MD, Elewski B. Superficial Fungal Infections. Oxford : Health Press, 2000.

Page 10: Dermatomikosis

29

KANDIDIASIS KUTIS

Sitti Hajar

I. DEFINISI

Kandidiasis (=Kandidosis) adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, yang

disebabkan Candida albicans. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan

kronis ke episodik. Bagian yang terkena dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit, kepala,

vagina, jari – jari tangan, kuku, bronkhi, paru – paru atau saluran pencernaan makanan atau

menjadi sistemik seperti septisemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang

timbul juga berbagai macam dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut dan kronis atau

reaksi granulomatosis, karena C. Albicans merupakan spesies endogen, penyakitnya

merupakan infeksi oportunistik.

Kandidiasis superfisialis adalah kandidiasis pada dermatomikosis superfisialis, yang

sering dijumpai adalah :

1. Mengenai Mukosa : Oral, vaginitis dan balanitis

2. Mengenai Kulit : Intertriginosa dan generalisata, paronikhia dan onikomikosis, daerah

popok/diaper/napkin.

II. ETIOPATOGENESIS

Infeksi kandida merupakan infeksi oportunis yang dimungkinakan karena menurunnya

pertahanan tubuh pejamu. Faktor–faktor predisposisi yang dihubungkan dengan

meningkatnya insidensi kolonisasi dan infeksi kandida yaitu :

1. Faktor mekanis

Trauma (luka bakar, abrasi, penggunaaan IUD, meningkatnya frekuensi koitus) dan

oklusi lokal, kelembaban atau maserasi (gigi palsu, pakaian sentetik/ketat atau balut

tertutup, kegemukan).

2. Faktor nutrisi

Avitaminosis, defisiensi besi, malnutrisi generalis

3. Perubahan fisiologi

Umur sangat muda / sangat tua, kehamilan, menstruasi.

4. Penyakit sistemik

Diabetes mellitus dan endokrinopathies tertentu lainnya, uremia, malignansi dan

keadaan immunodefisiensi intrinsik (misalkan infeksi HIV/AIDS)

Page 11: Dermatomikosis

30

5. Penyebab iatrogenik

Faktor barier lemah (pemasangan kateter, penyalahguna obat iv.), radiasi sinar X, obat

– obatan oral, parenteral, topikal dan aerosol (kortikosteroid dan immunosupresi

lainnya, antibiotik spektrum luas, metronidazole, transquilizer, kontrasepsi oral /

estrogen, colchisine, phenylbutazone dan histamine 2-blocker)

6. Idiopatik

Kemampuan ragi berubah bentuk menjadi hifa dianggap sebagai mekanisme patogen

primer dan terbukti bila bentuk hifa melekat lebih kuat pada permukaan epitel, namun

sekarang diketahui bahwa bentuk ragi (yeast) mampu invasi dan tidak lagi dianggap

hanya sebagai komensal.

III. KRITERIA DIAGNOSIS

A. Gejala Klinis

1. Kandidiasis intertriginosa (=kandida intertrigo) dan Kandidiasis generalisata.

Mengenai daerah pelipatan – pelipatan badan, umbilikus, pannikulus (lipatan

lemak badan) dan dapat meluas ke kulit badan (generalisata). Dapat mengenai

skrotum dan penis.

Kulit nyeri, inflamasi, ertematus dan ada satelit vesikel / pustul, bula atau

papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang

erosi.

1.1 Erosio interdigitale blastomycetica (Kandidiasis interdigitalis)

Kandidiasis mengenai sela jari tangan (tersering ) / sela jari kaki. Tersering

pada sela jari tiga. Pada yang sering / terus menerus terkena air.

B. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 – 20% (dapat ditambah tinta Parker

Superchrome blue black). Tampak budding yeast cells (2 spora seperti angka 8)

dengan atau tanpa pseudohifa atau hifa. Pseudohifa (gambaran seperti untaian

sosis) hifa pada infeksi membrana mukosa adalah pathognomonis, sedang pada

kandidiasis kutis tidak selalu ada.Spesimen harus baru dan segera diperiksa.

2. Pengecatan Gram.

Elemen jamur (budding yeast cell / blastospora / blastokonidia / pseudohifa / hifa )

tampak sebagai gram positif dan sporanya lebih besar dari bakteri. Dilakukan pada

kandidiasis mukosa.

Page 12: Dermatomikosis

31

3. Kultur

Spesimen harus baru dan kultur dengan media :

a. Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) + chloramphenicole + gentamycine

b. Mycobiotic / Mycosel (SDA + chloramphenicole + Cydodexamide )

4. Histopatologi

Dengan pengecatan PAS (Periodic Acid – Schiff) atau GMS (Gomori’s

Methenamic Silver).

Pilihan untuk kandida leukoplakia dan bila diperlukan pada kandidiasis kutis.

5. Glukose darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus.

C. Diagnosis Banding

1. Kandidiasis oral : difteria, leukoplakia karena keganasan dan kheilitis.

2. Kandidiasis vulvovaginalis : trikhomoniasis vaginalis, bakterial vaginosis dan

leukorhoe fisiologis pada kehamilan.

3. Kandidiasis balantis : infeksi bakteri, herpes simpleks, psoriasis dan likhen planus.

4. Kandidiasis kutis : dermatofitosis, dermatitis seborrhoika, eritema intertrigo,

eritrasma, psoriasis, pyoderma.

IV. KOMPLIKASI

1. Infeksi sekunder

2. Candidiasis reaction

V. PENATALAKSANAAN

A. Kandidiasis kutis

1. Obat topikal

1.1 Miconazole krim dioleskan sehari 2 kali

Dioleskan sehari 2 kali selama 14 hari, dapat lebih sampai 4 minggu,

sebaiknya 1-2 minggu sesudah kambuh / KOH negatif. Untuk kandida

paronikhia perlu waktu 3-4 bulan.

2. Obat oral

Indikasi :

a. Bila lesi luas

b. Penderita imunokompromais berat

Page 13: Dermatomikosis

32

c. Paronikhia yang gagal dengan obat topikal / berat / kronis.

2.1 Tablet ketoconazole : Sehari 1 tablet selama 1-2 minggu

2.2 Kapsul itraconazole : Sehari 2 kapsul selama 7 hari

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Rippon JW. Medical Mycology, 3th

ed. Philadelphia : WB Saunder Co. 1988

2. Odom RB et al (eds.). Andrews’ Diseases of the Skin. 9th ed. Philadelphia : WB

Saunders Co, 2000

3. Suyoso S. Kandidiasis superfisisalis. Tele-video conference. Pengaruh iklim tropis pada

infeksi kandida. Jakarta – Surabaya – Malang : Kelompok Studi Dermatomikosis

Indonesia, 2001 : 1-6.