dermatitis nummular edited jefrizal
DESCRIPTION
kulitTRANSCRIPT
1. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen);
fisik (contoh : sinar, suhu); mikroorganisme (bakteri, jamur) , maupun faktor endogen (stres
psikologikal, perubahan hormonal pada wanita), menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.(1)
Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi, lokalisasi,
stadium penyakit, dan bentuk. Dermatitis numularis termasuk ke dalam pembagian dermatitis
berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang
(koin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah (oozing). (1)
2. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit dermatitis numularis di dunia adalah 2 kasus per 1000 penduduk.
Prevalensi yang sama didapatkan di negara Amerika Serikat. Dermatitis numularis lebih
terjadi sering pada pria daripada wanita. Usia puncak awitan terbagi menjadi dua distribusi
usia, paling banyak terjadi pada dekade ke enam dan ke tujuh dan banyak terjadi pada pria.
Kebanyakan pada wanita dengan angka kejadian lebih kecil, terjadi pada dengan dekade
kedua dan ketiga dan sering berhubungan dengan dermatitis atopi.(2)
Dermatitis numularis sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Bila ada timbulnya
jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.(1)
1
3. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor secara sendiri atau bersama-sama telah
dikemukakan sebagai agen penyebab :
3.1 Trauma lokal, baik fisik maupun kimia
Patogenesisnya belum diketahui secara pasti. dermatitis numularis yang disebabkan trauma
lokal terutama terjadi pada tangan, misalnya gigitan serangga atau terkena bahan kimia yang
menyebabkan iritasi.(1)
3.2 Xerosis atau kekeringan kulit
Insiden dermatitis numularis meningkat pada musim kering dengan kelembaban rendah.
Lingkungan dengan kelembaban rendah menyebabkan peningkatan hilangnya kandungan air
dalam kulit, selanjutnya terjadi perubahan komposisi lipid sawar epidermis sehingga kulit
menjadi kering atau xerosis.(1)
3.3 Insufisiensi vena dan varises
Ditemukannya kasus dengan lesi dermatitis numularis di sepanjang vena tungkai
menimbulkan dugaan bahwa Dermatitis Numularis mungkin disebabkan oleh adanya varises
dan edema pada ekstremitas bawah, sehingga timbul istilah varicose eczema.(1)
3.4 Stres emosional /psikologis
Faktor stress emosional bisa memain peranan dalam faktor eksaserbasi tercetusnya dermatitis
numularis, tetapi tidak dikatakan sebagai faktor primer mencetus timbulnya lesi.(3)
3.5 Bakteri
Stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan ,mengingat jumlah koloninya meningkat
walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak; mungkin juga lewat mekanisme
2
hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat diatas 10 juta kuman/cm².
(1)
3.6 Alkohol
Hubungan antara konsumsi alkohol yang berlebihan dengan risiko terjadinya dermatitis
numularis telah banyak dilaporkan.(1)
4. PATOGENESIS
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan dermis
saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering bersamaan dengan
kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan gatal dapat
menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. (2)
Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan
usia yang lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier
pada kulit yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis
kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. (2)
Karena pada dermatitis numular terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian
mengenai peran mast cell pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah
mast cell pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang
menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya peran
neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan dermatitis atopik
dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris dan mengidentifikasi
distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari pasien dengan dermatitis numular.
Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya
dari mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal.
Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf, meningkat
3
pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi P dan
kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi pada
penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin lain
sehingga memicu timbulnya inflamasi.(2)
5. GAMBARAN KLINIS
Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut berupa
vesikel dan papulovesikel (0.3-1.0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau
meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik yang khas yakni lesi menyerupai koin,
eritematosa dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah, terjadi eksudasi kemudian
mengering menjadi krusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi dapat mencapai 5cm , jarang
sampai 10cm. penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi
dermatomikosis. Lesi sama berupa likenifikasi dan skuama. (1)
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat bula banyak dan tersebar, bialteral atau simetris,
dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
Predileksinya di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan.(1)
Dermatitis numularis cenderung hilang-timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali
dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula.
Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena Kobner). (1)
4
Dermatitis numularis paling banyak ditemukan di punggung kaki, punggung tangan,
bagian ekstensor ekstremitas, bokong dan bahu. Tiga bentuk klinis dermatitis numular yaitu;
5.1 Dermatitis numular pada tangan dan lengan. Kelainannya terdapat pada punggung tangan
serta di bagian sisi atau punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang
terjadi pada sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.(3)
5.2 Dermatitis numular pada tungkai dan badan. Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering
dijumpai. Pada sebagian kasus, kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan
serangga. Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya,
kelainan dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel
yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian
tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi
lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai
bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.(3)
5.3 Dermatitis numular bentuk kering. Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis
numular umumnya karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada
tungkai atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar
eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali dengan
bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi atau remisi yang
sulit diobati.(3)
5
Gambar 1. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada lengan dari penderita.(2)
Gambar 2. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tangan dari penderita.(2)
Gambar 3. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tungkai bawah penderita.(3)
Histopatologi
Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang limfosit dan
makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis
dan hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas fibrosis, sebukan
limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis mayoritas terdiri atas
6
sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar sel mast di dermis tipe
MCtc (mast cell tryptase), berisi triptase.(4)
Gambar 4. Gambaran histopatologi dari dermatitis numularis(4)
6. DIAGNOSIS
Dermatitis numular dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Gambaran klinis yang khas yakni lesi menyerupai koin dan sangat gatal merupakan tanda
khas penyakit ini.
6.1 Tes laboratorium
Patch test berguna untuk mengidentifikasi kasus kronis yang tidak kunjung sembuh dan
mengenyampingkan dermatitis kontak sebagai diagnosis banding. Pada dermatitis numularis
IgE cenderung normal.(4)
6.2 Kultur dan uji resistensi sekret
Untuk melihat mikroorganisme penyebab dan penyerta.(4)
6.3 Biopsi
Untuk melihat perubahan histopatologis sehingga dapat menentukan tahapan (akut atau
kronis) dari penyakit dermatitis numularis.(4)
7. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari penyakit ini antara lain :
7
7.1 Liken simpleks kronikus (neurodermatitis).
Liken simpleks adalah dermatosis eczema yang ditandai dengan beberapa plak likenifikasi
Biasanya lesi tunggal, kering berupa plak yang likenifikasi dengan distribusi tertentu. Tanda
kemerahan dan edema disamping lesi.(3)
7.2 Dermatitis kontak alergi.
Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak dan dermatitis numular sering sulit untuk
dibedakan. Pada dermatitis kontak biasanya lokal, dan ditemukan riwayat kontak
sebelumnya. Untuk membedakan dapat dilakukan pemeriksaan patch test atau prick test.
8
Gambar 5: plak likenifikasi pada lengan pasien.(3)
Gambar 6: liken simplek pada kaki (3)
Gambar 7: Bentuk lesi dari dermatitis kontak alergi yang lesinya muncul akibat penggunaan plester
dan reaksi sinar matahari.(3)
7.3 Dermatitis atopik
Umumnya pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat membantu
jika terdapat riwayat dermatitis atopik.
Gambar 8. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan daerah dada.(3)
7.4 Dermatomikosis
Dapat terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh. tetapi
secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi lebih
vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea dapat dicari
hifa dari sediaan langsung.
9
Gambar 9. Bentuk lesi tinea corporis.5
8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid epidermal,
pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun. Berendam air hangat atau dingin
atau mandi untuk mengurangi gatal dan membantu rehidrasi kulit. Pasien harus diinstruksikan
untuk mandi setidaknya 1-2 kali sehari, diikuti oleh aplikasi pelembab atau preparat obat
topikal untuk menahan air di kulit. (2)
Obat yang bisa digunakan :
8.1 Steroid
Steroid terapi yang paling umum digunakan untuk mengurangi peradangan. Steroid topikal
(misalnya pemberian triamcinolone 0,25-0,1%) efektif untuk mengurangi eritematosa. Gatal
dapat diobati dengan steroid potensi rendah (kelas III-VI). Lesi yang sangat meradang dengan
eritema intens, vesikel, dan pruritus membutuhkan steroid potensi tinggi (kelas I-II). Steroid
oral, intramuskular, atau parenteral mungkin diperlukan dalam kasus-kasus yang parah, erupsi
menyeluruh. Jika sangat berat diobati dengan suntikan kortikosteroid intralesi seperti
triamsinolon asetonida 0,1 mg/mg (0,1 ml/suntikan).(2)
8.2 Ointment dan Emolien
Aplikasi obat pada kulit yang lembab memungkinkan penetrasi yang lebih efektif dan
penyembuhan lebih cepat. Ointment biasanya lebih efektif daripada krim karena mereka lebih
oklusif, membentuk penghalang antara kulit dan lingkungan, dan lebih efektif menahan air ke
dalam kulit. Emolien dan steroid topikal kelas I-III dapat digunakan jangka pendek. Contoh
10
emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol
cream, wool fat lotions.(2)
8.3 Antiinflamasi topikal lainnya
Penggunaan tar sangat membantu untuk mengurangi peradangan, terutama pada orangtua, lesi
tebal, plak berskuama.(2)
8.4 Immunomodulator
Immunomodulator topikal (tacrolimus dan pimecrolimus) juga mengurangi peradangan.
penggunaannya sering dimulai beberapa hari setelah steroid topikal untuk mengurangi risiko
sensasi terbakar yang mungkin terjadi bila diterapkan ke kulit yang sangat teriritasi.2
8.5 Fototerapi
Ketika erupsi menyeluruh dan berkepanjangan, fototerapi (umumnya UVB) dapat membantu.
UVB spektrum luas dan sempit paling sering digunakan, meskipun PUVA (Psoralen + UVA)
dapat digunakan pada kasus yang berat.(2)
8.6. Antihistamin
Antihistamin oral atau sedatif dapat membantu mengurangi gatal dan membantu tidur.
Misalnya hydroxyzine (atarax, vistaril,vistazine) dengan dosis oral 25-100 mg 4 kali per hari.
(2)
8.7 Antibiotik
Antibiotik oral, seperti dicloxacillin, cephalexin, atau erythromycin , dapat digunakan dalam
kasus-kasus infeksi sekunder. Kultur swab dapat menjadi panduan dalam pemilihan
11
antibiotik. Biasa digunakan dicloxacillin dosis oral 125-500 mg 4 kali per hari selama 7-10
hari.(2)
8.8 .Pelembab lainnya
Setelah erupsi hilang, hidrasi agresif berkelanjutan dapat mengurangi eritem, terutama di
iklim kering. Pelembab yang berat (lebih) atau petroleum jelly yang diaplikasikan pada kulit
setelah mandi dapat membantu.(2)
8.9 Immunosupresif
Penyakit bisa bertambah berat dan tidak responsif dengan perawatan di atas. Obat
immunosupresif seperti metotreksat telah dijelaskan aman dan efektif pada pasien dengan lesi
yang lebih berat.(2)
8.10. Steroid sistemik
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, diberikan prednilson dengan
dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-lahan.
Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum sembuh sempurna, dapat
ditangani dengan pemberian krim steroid dan emolilients.(2)
9. PROGNOSIS
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval
sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu
sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.1
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Sularsito, S. A., Djuanda, S. Dermatitis Numularis. Dalam : Adhi Juanda. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007 : 148-150.
2. Miller Jami L. Nummular Dermatitis. William D James ; Medscape Reference: drugs,
Diseases, & Procedures ; June 24, 2013 ; America Academy Of Dermatology
3. Burton JL. Eczema, lichenification, prurigo and erythoderma: Discoid eczema. In:
Champion RH, Burton JL, Ebling FJ, editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th
ed. London. Blackwell Scientific; 2010. p. 555-7
4. Janik MP, Heffernan MP. Yeast Infection : Nummular eczema. In : Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Fitzpatrick TB,eds.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition. New York : McGraw-
Hill. 2008 : 1828.
5. Gawkrodger, David J. Dermatology an Illustrated Colour Text. Third edition China.
Elsevier.2003. p. 75.
13