derita tki tainan

3
Kisah derita Buruh Migrain Indonesia atau yang lebih dikenal dengan BMI di tanah rantau seakan tidak pernah berakhir. Masih belum lepas dari ingatan kita saat Susi Fitria, BMI asal Lampung yang harus merasakan rawat inap di Rumah sakit denga memar diwajah dan lebam dimata kirinya. Luka yang dialami oleh Fitri ini akibat perselisihan antara dia dengan majikannya yang bernama Lin Yi Pei. Nasib yang dialami oleh Susi juga dialami oleh Sihatul Alfiah atau yang lebih akrab dipanggil dengan Uul. Wanita berumur 27 tahun ini harus merasakan lebam dibagian tubuhnya dan sampai sekarang harus tergeletak lemah di Rumah sakit dengan bantuan tabung oksigen sebagai bantuan pernafasan. Luka yang dialami oleh Uul ini akibat pukulan majikannya yang bernama Huang, Deng Jin. Keinginan Pindah Majikan Membawa Petaka Kejadian ini berawal ketika Uul menginginkan pindah majikan. Maklum selama ini wanita yang memiliki anak satu ini sering mengalami pemukulan dari majikannya. Selain itu dia harus tinggal didekat kandang sapi seorang diri dan selama ini pekerjaan yang dijalaninya tidak sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati ketika dia mau berangkat ke Taiwan. Pekerjaan sebenarnya menjaga orang tua tetapi dipekerjakan oleh majikannya sebagai pemerah sapi didaerah Liouying district Tainan City. Hal ini cukup memberatkan Uul karena harus bekerja mulai dari jam 3.30 pagi sampai jam 10 pagi kemudian istirahat setelah itu bekerja lagi jam 3 sore sampai jam 10 malam. Selain itu harus megurus sapi yang jumlahnya tiga ratus mulai memerah sapi hingga membersihkan kandang tersebut. Pekerjaan yang memberatkan ini membuat Uul tidak kuat dan menelpon PTnya untuk pindah majikan. Kemudian PT merespon telpon Uul dan mendatangi lokasi kerja dari BMI asal Banyuwangi ini. Setelah kedatangan pihak PT dari rumah majikan, bukannya Uul mendapatkan perlakuan menyenangkan dari majikannya malah mendapatka siksaan yang lebih parah. Puncaknya akibat pemukulan ini dia harus tidak sadarkan diri dan dibawa ke bagian gawat darurat rumah sakit Chi Mei Medical Center Liouying pada tanggal 21 September lalu. Hasil pemerikasaan dokter yang menangani Uul, Lai Chih-Cheng menyatakan bahwa pasiennya terkena pukulan benda

Upload: hakun-marta

Post on 12-Aug-2015

99 views

Category:

News & Politics


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Derita tki tainan

Kisah derita Buruh Migrain Indonesia atau yang lebih dikenal dengan BMI di tanah rantau seakan tidak pernah berakhir. Masih belum lepas dari ingatan kita saat Susi Fitria, BMI asal Lampung yang harus merasakan rawat inap di Rumah sakit denga memar diwajah dan lebam dimata kirinya. Luka yang dialami oleh Fitri ini akibat perselisihan antara dia dengan majikannya yang bernama Lin Yi Pei. Nasib yang dialami oleh Susi juga dialami oleh Sihatul Alfiah atau yang lebih akrab dipanggil dengan Uul. Wanita berumur 27 tahun ini harus merasakan lebam dibagian tubuhnya dan sampai sekarang harus tergeletak lemah di Rumah sakit dengan bantuan tabung oksigen sebagai bantuan pernafasan. Luka yang dialami oleh Uul ini akibat pukulan majikannya yang bernama Huang, Deng Jin.

Keinginan Pindah Majikan Membawa Petaka

Kejadian ini berawal ketika Uul menginginkan pindah majikan. Maklum selama ini wanita yang memiliki anak satu ini sering mengalami pemukulan dari majikannya. Selain itu dia harus tinggal didekat kandang sapi seorang diri dan selama ini pekerjaan yang dijalaninya tidak sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati ketika dia mau berangkat ke Taiwan. Pekerjaan sebenarnya menjaga orang tua tetapi dipekerjakan oleh majikannya sebagai pemerah sapi didaerah Liouying district Tainan City. Hal ini cukup memberatkan Uul karena harus bekerja mulai dari jam 3.30 pagi sampai jam 10 pagi kemudian istirahat setelah itu bekerja lagi jam 3 sore sampai jam 10 malam. Selain itu harus megurus sapi yang jumlahnya tiga ratus mulai memerah sapi hingga membersihkan kandang tersebut.

Pekerjaan yang memberatkan ini membuat Uul tidak kuat dan menelpon PTnya untuk pindah majikan. Kemudian PT merespon telpon Uul dan mendatangi lokasi kerja dari BMI asal Banyuwangi ini. Setelah kedatangan pihak PT dari rumah majikan, bukannya Uul mendapatkan perlakuan menyenangkan dari majikannya malah mendapatka siksaan yang lebih parah. Puncaknya akibat pemukulan ini dia harus tidak sadarkan diri dan dibawa ke bagian gawat darurat rumah sakit Chi Mei Medical Center Liouying pada tanggal 21 September lalu. Hasil pemerikasaan dokter yang menangani Uul, Lai Chih-Cheng menyatakan bahwa pasiennya terkena pukulan benda tumpul dibagian belakang kepala dan kondisi terakhir sudah bisa membuka mata setelah hampir sebulan penuh tidak sadarkan diri. Selain itu Dokter menyatakan sampai kini Uul harus dibantu pernafasan dan bisa sembuh tetapi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan majikan hanya mau menanggung biaya pengobatan di rumah sakit selama satu bulan.

Karena kemungkinan kesembuhan yang lama, kami coba menanyakan permasalahan penanganan permasalahan Uul ini ke kepala bagian ketenagakerjaan KDEI Sri Setiawati di kantornya lantai 6 Twin Head Building di bilangan Neihu District, Rui Guang Rd 550 tanggal 11 Oktober lalu. Kami menanyakan permasalahan siapa yang bertanggung jawab terhadap biaya yang ditimbulkan akibat perawatan ini dan bagaimana penanganan pihak KDEI. Jawaban dari Sri Setiawati itu sudah merupakan tanggungjawab majikan dan agency. Mereka harus menyembuhkan seperti kondisi semula. Khusus majikannya, ini jelas harus diproses secara hukum. Semoga hal ini bisa segera terlaksana dan hak Uul untuk sembuh dan bekerja kembali bisa terwujud.Semoga kasus ini benar-benar bisa berakhir dengan hasil yang berpihak pada keadilan. Karena dengan adanya keadilan nasib BMI ini tidak mengalami penindasan lagi (HM).

Page 2: Derita tki tainan

Penyelesaian masalah

Ternyata pemukulan majikan Fitri ini tidak terjadi sekali. 2 bulan yang lalu pernah terjadi tapi tidak begitu parah. Hal ini yang membuat Fitri mempermasalahkan dan mengadukannya ke Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia. Di kantor perwakilan Indonesia ini dipanggil tidak hanya majikan dan Fitria tetapi agency dan satuan tugas ketenagakerjaan yang menangani kasus ini. Dari hasil diskusi ini didapat adanya permintaan maaf dari majikan maupun Fitria. Mereka mengaku sama-sama emosi sehingga terjadi kejadian fatal tersebut. Selain itu majikan memberi ganti rugi pada Fitria sebesar gaji satu bulan dan mempersilahkan Fitria untuk mencari majikan baru (HM)