deposito syariah

12
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya perbankan syariah dalam industri global maka dibutuhkan alat untuk mengalokasikan dana dengan tujuan investasi. Untuk itu dibutuhkan instrumen syariah dalam berinvestasi. Selailn menguntungkan tentunya juga diharapkan kehalalannya. Investasi yang aman dengan tingkat risiko yang relatif rendah dan bagi hasil yang tinggi adalah harapan para investor. Deposito merupakan salah satu alternatif untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito biasa disebut dengan deposan. Keuntungan bagi bank melalui deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebuh lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan mudah mengalirkan dananya pada sektor pembiayaan. Dalam perbankan konvensional deposan menerima imbalan berupa bunga sedangkan pada perbankan syariah imbalan yang diperoleh adalah berupa bagi hasil (profit sharing) sebesar nisbah yang telah disepakati pada awal akad. Dengan demikian dalam produk perbankan syariah menggunakan akad mudharabah. Bank Syariah berfungsi sebagai penghimpun dana dari nasabah dan penyalur dana bagi kegiatan sector riil. Salah satu dasar hukum yang digunakan adalah mudharabah. Mudharabah dijadikan landasan hukum untuk produk Deposito Mudharabah yang bertujuan menghimpun dana nasabah dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan mudharabah. Kedua produk tersebut ditawarkan dengan skema bagi hasil. Pada Deposito Mudharabah, nasabah sebagai shahibul maal akan memperoleh

Upload: hanif-razin-rahmatullah

Post on 26-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

deposito syariah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya perbankan syariah dalam industri global maka dibutuhkan alat untuk mengalokasikan dana dengan tujuan investasi. Untuk itu dibutuhkan instrumen syariah dalam berinvestasi. Selailn menguntungkan tentunya juga diharapkan kehalalannya. Investasi yang aman dengan tingkat risiko yang relatif rendah dan bagi hasil yang tinggi adalah harapan para investor.

Deposito merupakan salah satu alternatif untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito biasa disebut dengan deposan. Keuntungan bagi bank melalui deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebuh lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan mudah mengalirkan dananya pada sektor pembiayaan.

Dalam perbankan konvensional deposan menerima imbalan berupa bunga sedangkan pada perbankan syariah imbalan yang diperoleh adalah berupa bagi hasil (profit sharing) sebesar nisbah yang telah disepakati pada awal akad. Dengan demikian dalam produk perbankan syariah menggunakan akadmudharabah.

Bank Syariah berfungsi sebagai penghimpun dana dari nasabah dan penyalur dana bagi kegiatansector riil. Salah satu dasar hukum yang digunakan adalahmudharabah. Mudharabah dijadikan landasan hukum untuk produkDepositoMudharabah yang bertujuan menghimpun dana nasabah dan menyalurkannya dalam bentukpembiayaanmudharabah. Kedua produk tersebut ditawarkan dengan skema bagi hasil. PadaDepositoMudharabah, nasabah sebagaishahibul maalakan memperoleh nisbah sesuai dengan keuntungan Bank. Padapembiayaanmudharabah, Bank sebagaishahibul maalakan memperoleh nisbah sesuai dengan keuntunganmudharib.Untuk mencermati lebih jauh bagaimana kesesuaian produk Bank Syariah, khususnya Deposito Mudharabah danpembiayaanmudharabah, dengan sistem mudharabah dalam literatur fiqih maka disusunlah kajian syariah terhadap produk tersebut yang dituangkan ke dalam makalah ini.A. Pengertian, Ketentuan dan Landasan HukumMenurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 deposito didefinisikan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank atau pada saat jatuh tempo. Dalam kodifikasi produk perbankan syariah oleh Bank Indonesia disebutkan yang dimaksud deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan pihak bank dengan sistem akad yang disebutmudharabah1. Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah2. Seperti yang telah disinggung kalimat sebelumnya bahwa dalam perbankan syariah produk deposito hanya mendasarkan pada akad mudharabah, mengingat sifat spesifik dari deposito yang memang ditujukan untuk kepentingan investasi. Dasar hukum (legal aspect) mudharabah adalah bersumber dari Al Quran surat Al-Muzammil ayat 20 yang artinya sebagai berikut dan sebagian daripada mereka orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian dari karunia Allah...

Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 22 yang dimaksud dengan deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS3. Ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah dalam fatwa No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito yaitu:

1. Dalam transaksi ini nasabah beertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan mudharabah berlaku persayaratan sebagai berikut:

1. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana.

2. Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal.

3. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah.

4. Pada awal tabungan berdasarkan mudharabah, nasabah wajib menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleeh bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening.

5. nasabah tidak diperbolehkan menarik dana di luar kesepakatan.

6. bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan atau deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

7. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan, dan

8. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-undangan yang berlaku.B. Deposito/Investasi Umum (Tidak Terikat/Prinsip Mudharababh al-Muthlaqah)Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka (pada umumnya untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi umum dengan prinsipmudharabah al-muthlaqah.Investasi umum ini sering disebut juga sebagai investasi tidak terikat. Dalam mudharabah mutlaqah, bank sebagai mudharib mempunyai kebebasan mutlak dalam pengelolaan invetasinya. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati bersama. Apabila bank mengalami kerugian, bukan karena kelalaian bank, kerugian ditanggung oleh nasabah deposan sebagai shahibul mal.

C. Deposito/Investasi Khusus (Terikat/Prinsip Mudharabah al=Muqayyadah)Selain rekening investasi umum, bank syariah juga menawarkan rekening investasi khusus. Kepada nasabah yang ingin menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah al-muqayyadah. Investasi khusus ini juga disebut investasi terikat. Rekening investasi khusus ini biasanya ditujukan kepada para nasabah/investor besar dan institusi. Dalam sistem ini, bank menginvestasikan dana nasabah ke dalam proyek tertentu yang diinginkan nasabah. Dengan jangka waktu dan bagi hasil yang telah disepakati bersama. Investasi khusus ini dibagi menjadi dua:

investasi khusus on balance sheet (executing):

pemodal menetapkan syarat

kedua pihak sepakat dengan syarat usaha, keuntunganbank menerbitkan bukti investasi khusus

bank memisahkan dana

investasi khusus off balance sheet (channeling):

penyaluran langsung ke nasabah

bank menerima komisi

bank menerbitkan bukti investasi khusus

bank mencatat di rekening administrasi

D. Fatwa DSN

DSN melalui Fatwa Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan pula ketentuan umum deposito berdasarkan akadmudharabahtersebut, yaitu:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagaishahibul maalatau pemilik dana dan bank bertindak sebagaimudharibatau pengelola.

2. Dalam kapasitasnya sebagaimudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan diuntungkan dalam akad pembukuan rekening.

5. Bank syariah sebagaimudharibmenutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank syariah tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Sejalan dengan fatwah dari DSN sebagaimana tersebut diatas, ketentuan dalam pasal 5 peraturanBankIndonesiaNomor 7/46/PBI/2005 menetapkan persyaratan paling kurang dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk deposito berdasarkanmudharabah, sebagai berikut:1. Bank syariah bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana.2. Dana disetor penuh kepada bank syariah dan dinyatakan dalam jumlah nominal.3. Sebagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah.4. Bank syariah sebagaimudharibmenutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.5. Bank syariah tidak boleh mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.6. Bank syariah tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-undangan yang berlaku.Begitu pula ketentuan mengenai persyaratan paling kurang kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk deposito atas dasar akad mudharabah tersebut, diatur kembali dalam surat edaranBankIndonesiaNomor 10/14/DPbS tangal 17 maret 2008:1. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal)2. Pengelola dana oleh bank dapat dilakukan sesuai batasan-batasan yang ditetapkan oleh pemilik dana (mudharabmuqayyad) atau dilakukan dengan tanpa batasan-batasan dari pemilik dana (mudharab mutlaqah).3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karasteristik produk, serta hak dan kewajiban nasabahsebagaimana diatur dalam ketentuanBankaIndonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan pengunaan data pribadi nasabah.4. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan pengunaan produk deposito atas dasar akadmudharabah, dalam bentuk perjanjian tertulis.5. Dalam akadmudharabah muqayyadahharus dinyatakan secara jelas syarat-syarat dan batasan tertentu yang ditentukan oleh nasabah.6. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati.7. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai waktu yang telah disepakati.8. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolahan rekening anatara lain biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening.9. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.Apabila dibandingkan dengan deposito yang mengunakan prinsip bunga tetap, jauh berbeda dengan deposito yang mengunakan prinsip tanpa bunga. Kalau dalam sistem bunga, nasabah pemilik deposito akan menerima bunga tertentu secara tetap dan periodik, tanpa mengindahkan usaha yang dilakukan oleh pihak banksyariah, baik merugi atau untung. Dalam depositomudharabah, besaran retrun yang akan diterima oleh nasabah bergantung pada usaha yang dilakukan oleh pihak bank, yakni nisbah atau presentase tertentu dari total usaha yang dilakukan oleh pihak bank. Pihak bank selakumudharibtidak memiliki kewajiban secara tetap untuk memberikanreturn dalam besaran tertentu, tetapi bergantung pada hasil usaha yang dijalankan. Akad ini lebih tepat digunakan karena sesuai dengan karakteristik uasaha yang memiliki potensi untung atau rugi.

E. Fitur Dana, Mekanismedan Analisis Deposito Syariahdalam Kodifikasi Perbankan Syariah Fitur dana dan mekanismeDeposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. Tujuan Atau Manfaat1. Bagi Bank : Secara tradisional merupakan sumber pendanaan bank dengan jangka waktu dan fluktuasi dana yang relatif rendah.2. BagiNasabah :Merupakan alternatif investasi yang memberikan keuntungan kepada nasabah dalam bentuk bagi hasil. Analisis dan Identifikasi ResikoSebagai produk penghimpun dana, bank akan terekspos resiko likuiditas terutama pada saat deposito jatuh tempo jikamaturitygapantara penghimpun dana dan penanaman dana cukup besar. Selain itu bank juga menghadapi resiko pasar (market risk) berupa resiko nilai tukar (bila deposito dalam bentuk valas). Bank juga terekspos pada commercial displacement risk berupa potensi nasabah memindahkan dananya yang didorong oleh tingkat bagi hasil riil lebih rendah dari tingkat suku bunga. F. Tingkat Keamanan dan bagi hasilDana simpanan masyarakat di perbankan syariah juga oleh Lembaga Penjamin Simpanan layaknya pada perbankan konvensional. Dengan demikian tabungan sampai dua milyar akan aman disimpan di bank syariah layaknya di bank konvensional lainnya. Berdasarkan data publikasi Bank Indonesia (BI) per Maret 2008, rata-rata realisasi bagi bagi hasil perbankan syariah sebesar 7,38 persen. Angka tersebut lenih tinggi dibandingkan bunga deposito dua bank konvensional. Data publikasi BI menyebutkan, realisasi bagi hasil deosito perbankan syariah pada Januari lalu tercatat sebesar 7,49 persen. Sedangkan realisasi bagi hasil Februari dan Maret masing-masing sebesar 7,5 dan 7,14 persen.

Dibandingkan bank umum konvensional, baik bank pemerintah, deposito berjabgka waktu satu hingga 24 bulan hanya mencatat kisaran 5,25 hingga 6,25 persen. Sementara suku bunga deposito di salah satu bank swasta besar di indonesia berjangka waktu satu hingga 12 bulan berada pada kisaran 5,5 hingga 6,5 persen. Dengan demikiandeposito di bank syariah sudah dapat bersaing bahkan lebih menguntungkan dibandingkan dengan bank konvensional berdasarkan data tersebut.5Per 11 September 2009 sejak BI rate turun menjadi 6,5 persen, bank konvensional rata-rata memberikan bunga dengan kisaran 6 hingga 8 persen setahun. Sementara bank syariah masih memberikan imbal hasil setara dengan 8 hingga 9 persen bunga deposito kovensional. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Dirut BRI Syariah Ventje Raharjo yang menyatakan bahwa deposito syariah BRI memberikan imbal hasil 68:32, 68 persen untuk nasabah dan 32 persen untuk bank atau setara dengan 9 persen bunga bank konvensional.

Dalam bagi hasil di perbankan syariah ditentukan atau bergantung adalah:

1. Pendapatan bank

2. nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank

3. nominal deposito nasabah

4. rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank

5. jangka waktu deposito

Pada dasarnya bank syariah memberikan bagi hasil berupa keuntungan pada deposan dengan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Artinya, dalam mengakui pendapatan, bank bagi hasil menimbang ratio antara DPK dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan dua faktor tersebut.G. Faktor Penghambat atau Kendala yang Dihadapi1. Aturan investasi dan perpajakan masih dinilai mengganjal berkembangnya bisnis syariah.2. Tahapan birokrasi dilevel pemerintahan dan hubungan antar departemen yang terkait.3. Peraturan yang kaku dalam membuat iklim investasi.4. Keterbatasan sumber daya manusia yang memahami produk dan sistem syariah.5. Pemahaman masyarakat masih minim.6. Masih ada kesan sama antara bank syariah dan konvensional kecuali istilahnya saja yang berbeda.

H. Faktor Pendukung Perkembangan1. Lahirnnya Undang-undang no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.

2. Beroperasinya lembaga pendidikan syariah guna mensosialisasikan dan upaya untuk melahirkan praktisi ekonomi islam.3. Beroperasinya lembaga keuangan hasil join venture dengan pemodal timur tengah.4. Pertumbuhan indikator keuangan syariah di Indonesia tertinggi dibanding dengan negara lain.

Dalam deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad dicantumkan perpanjangan secara otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.

I. Contoh Perhitungan Bagi Hasil Dalam Deposito SyariahBapak A memiliki deposito RP. 10.000.000, jangka waktu satu bulan ( 1 Desember 1995 s/d 1 Januari 1996), dan nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57%:43%. jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 Desember 1995 adalah Rp. 20.000.000 dan rata-rata deposito jangka waktu 1 bulan adalah Rp. 950.000.000, berapa keuntungan yang diperoleh bapak A?

Jawab:Keuntungan yang diperoleh Bapak A adalah:

(Rp. 10.000.000/Rp. 950.000.000) x Rp. 20.000.000 x 57% = Rp. 120.000,-J. Strategi Pengembangan1. Menetapkan target bisnis syariah yang tidak hanya berorientasi pada kalangan muslim.

2. Mengembangkan inovasi produk beserta fiturnya.

3. Pembuatan iklan dan sosialisasi.

4. Memberikan bagi hasil yang kompetitif.