dengan nama allah -...

173

Upload: vanliem

Post on 06-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah
Page 2: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

\Dengan nama Allah

Pemberi Kasih Yang Maha Pengasih

Page 3: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

EKONOMI ISLAM BUKAN HANYA BANK SYARIAH

OlehAM Hasan Ali, MA

2018

Page 4: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Konstribusi Hukum Ekonomi Syariah dalam Pengembangan Industri Keuangan Syariah

Oleh Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA

(Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Satu hal yang menarik dalam kajian ekonomi Islam adalah pendekatan normatif sebagai satu jalan un-tuk membedah konsep ekonomi Islam. Pandangan ini

mendasarkan pada asumsi yang dianut oleh aliran madzhab mainstream (jumhur) penikmat kajian ekonomi Islam yang menjadikan ekonomi Islam sebagai bagian serpihan dari aja-ran Islam.

Pada posisi ini, kita memahami Islam sebagai kesatuan nilai menjadi norma yang mendasari setiap aktifitas kegia-tan ekonomi. Norma atau biasa juga disebut dengan aturan atau hukum, diposisikan sebagai pengikat dalam mengkaji ekonomi Islam. Sehingga kajian ekonomi Islam tidak dapat lepas dari norma atau hukum Islam. Di sinilah kita memper-oleh nomenklatur nama Hukum Ekonomi Islam atau Hukum Ekonomi Syariah.

PROLOG

Page 5: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

vi — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Praktek ekonomi Islam yang pada mulanya diawali dari perilaku antar individu umat Islam pada masa awal Islam, yakni pada masa Nabi Muhammad Saw dan Khulafaur Ra-syidin, saat ini telah menjelma menjadi praktek yang dilaku-kan oleh Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam bentuk praktek yang dijalankan oleh Industri Keuangan Perbankan ataupun Industri Keuangan Non Bank.

Misalkan dulu pada masa awal Islam, praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) baru sebatas dilaku-kan antar individu di kalangan para sahabat. Namun saat ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah diadopsi oleh Lembaga Keuangan Syariah. Hubun-gan yang terjalin, bukan lagi sebatas antara individu, namun hubungannya sudah meningkat antara individu (nasabah) dengan Lembaga Keuangan Syariah.

Fakta semacam ini menjadikan adanya asumsi yang kuat adanya kontribusi hukum ekonomi syariah dalam pengem-bangan industri keuangan syariah. Pada wilayah Indonesia, konstribusi hukum ekonomi syariah dalam pengembangan keuangan syariah sangat kental sekali, baik yang sudah di-taqnin dalam bentuk perundang-undangan oleh pemerintah atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ataupun yang masih ber-bentuk fatwa yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Di antara kontribusi hukum ekonomi syariah yang sudah di-taqnin atau sudah diundang-undangkan adalah UU No 21 tahun 2018 tentang Perbankan Syariah, UU Zakat no. 23 ta-hun 2011, UU Wakaf no. 41 tahun 2004 dan berbagai ma-cam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang menga-tur operasional industri keuangan syariah di Indonesia.

Selain itu, masih ada kontribusi hukum ekonomi syariah yang bisa jadi belum di-taqnin atau diadopsi dalam undang-un-

Page 6: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Prolog — vii

dang atau peraturan, namun masih dalam bentuk Fatwa De-wan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Namun demikian, dari ratusan Fatwa SDN MUI, sudah ban-yak Fatwa DSN MUI yang sudah di-taqnin atau menjadi refe-rensi dalam aturan perundangan-undangan.

***

Terlepas dari itu, Buku karya AM Hasan Ali, MA, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sangat pent-ing untuk dibaca, disamping pembahasannya sangat menarik karena berkaitan dengan kajian ekonomi Islam actual dengan memberikan informasi dan pengetahuan komprehensif den-gan memberikan pencerahan untuk menjadi bahan diskusi. Akhirnya, selamat membaca dan semoga tercerahkan.

Page 7: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah
Page 8: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah, Dzat Yang Maha Kuasa, yang senantiasa memberikan kekuatan kepada penulis untuk dapat istiqomah menjalankan aktifitas kegiatan

ekonomi dalam bingkai tuntunan ajaran Islam.Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada

makhluk suci pilihan Allah Swt, Nabi Muhammad Saw, yang telah memberikan teladan dalam menjalankan ektifitas ekonomi kepada umat Islam.

Buku yang ada ditangan pembaca ini adalah hasil kompi-lasi dari artikel penulis yang tema pokoknya berkaitan dengan ekonomi Islam, khususnya mengenai Bank Syariah, yang per-nah terserak di berbagai media, baik cetak ataupun on line. Beberapa artikel pada buku ini ada yang pernah dimuat di media cetak di antaranya Koran Kompas, Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Republika, dan Seputar Indonesia (Sin-do). Selain itu, ada pula artikel yang pernah dimuat di media on line, di antaranya NU Online, website Pusat Komunika-si Ekonomi Syariah (PKES), www.pkes.org, Kantor Berita Ekonomi Syariah (www.pkesinteraktif.com), dan inilah.com.

Beberapa artikel ditulis saat penulis masih aktif di Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). Lembaga independen

Page 9: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

x — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

yang saat itu di-back-up oleh Bank Indonesia, melalui Direk-torat Perbankan Syariah BI, yang bertujuan melakukan edu-kasi dan sosialisasi ekonomi syariah ke masyarakat umum.

Penulis berharap setelah membaca buku ini, pemba-ca dapat mengambil ibrah dan pembelajaran terkait dengan tema ekonomi Islam yang bagi penulis tema ini masih cukup menarik untuk dikaji dan ditelaah secara bersama. Pastinya tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan buku ini. Selamat mem-baca.

Waallahul muwaffiq ila aqwamit thariq.AM Hasan Ali

Page 10: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

DAFTAR iSi

Prolog Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ..................................... vKata Pengantar ............................................................. ix

1. Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah ............ 12. Bank Syariah: Islamisasi atau Arabisasi? ................. 93. Bank Syariah untuk Semua ...................................... 134. Membangun Karakter Bank Syariah ....................... 195. Menuju Bank Syariah yang Inklusif ......................... 236. Sistem Jaminan Halal pada Bank Syariah ................ 277. Memperbesar Market Share Bank Syariah .............. 338. Umat Islam bukan Market yang Emosional ............ 379. Mengukur Kinerja Bank Syariah ............................. 4110. Menguak Pertumbuhan Bank Syariah...................... 4511. Mandat yang Besar Bagi Bank Syariah .................... 5112. Murabahah Produk Favorit Perbankan Syariah ....... 5913. Prospek Perbankan Syariah Pasca Fatwa MUI ........ 6714. Menguji Produk Syariah di Forum Bathsul Masail .. 7715. Miliki Rumah Lewat KPR Syariah .......................... 8316. Ayat-Ayat Ekonomi dan Ayat-Ayat Cinta ................. 87

Page 11: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

xii — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

17. Muhammad Seorang Pedagang .............................. 9118. Ekonomi Islam dan Local Wisdom ........................... 9519. Investasi Dana Haji .................................................. 10120. Puasa dan Inflasi ...................................................... 10521. Haji Pertama Yes ...................................................... 10922. Haji dan Bisnis Syariah ............................................ 11323. Belajar dari Kasus First Travel ................................ 11724. Promosi atau Dakwah Ekonomi Syariah ................. 12125. Islam dan Produksi .................................................. 12526. Meneguhkan Kembali Konsep Produksi dalam

Ekonomi Islam ......................................................... 12927. Menciptakan Moralitas Pembangunan ................... 13728. Spiritual Marketing .................................................. 14529. Meneropong Fakultas Syariah di tengah Boomingnya

Ekonomi Islam ......................................................... 149

Daftar Referensi ............................................................. 157Biodata Penulis ............................................................... 160

Page 12: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

EKONOMi iSLAM Bukan Hanya Bank Syariah

Fenomena perbankan syariah di Indonesia dan lem-baga keuangan syariah lainnya telah mengantarkan pemahaman terhadap umat Islam Indonesia adanya

kelembaga-an ekonomi dalam Islam. Sebelum dikenal per-bankan syariah secara kelembagaan, pengetahuan tentang masalah ini masih berbentuk kajian teoritis tentang kemung-kinan implementasi ekonomi Islam dalam wujud lembaga keuangan. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana model kelembagaan ekonomi Islam? Dalam wujud apa kelembagaan ekonomi Islam itu? Dan masih banyak deretan pertanyaan yang berkaitan dengan lembaga keuangan syariah yang inti-nya mempertanyakan apakah dimungkinkan ekonomi Islam itu terlembagakan dalam sebuah institusi keuangan modern, semacam perbankan ataupun lembaga keuangan lainnya?

Jawabannya adalah bisa dan dimungkinkan, walupun re-alitanya kita dituntut melalui jalan proses islamisasi dari ber-bagai lembaga keuangan modern yang notabene-nya meru-pakan hasil temuan dari kaum kapitalis-Barat dan kendaraan bagi mereka untuk mensukseskan cita-cita mewujudkan im-

1

Page 13: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

2 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

perium perekonomian global. Pilihan islamisasi merupakan pilihan yang mengandung “pil pahit” karena kita dianggap sudah tidak dapat menemukan lembaga keuangaan syariah yang betul-betul genuine bersumber dari al-Qur’an maupun as-Sunnah. Akibatnya, kita sedikit banyak akan mengekor dengan model lembaga keuangan yang ditawarkan oleh kaum kapitalis-Barat, bahkan terkesan adanya mencari celah (hela) untuk tidak terperosok pada kondisi yang dianggap tidak sesuai dengan syariah Islam. Sebagai contohnya adalah be-berapa produk perbankan syariah yang disinyalir tidak jauh berbeda dengan produk yang ada di perbankan konvensio-nal. Seperti, murabahah yang diselipi akad wakalah menyerupai pinjaman kredit yang terjadi pada bank berbasis bunga. Lain dari itu, model bagi hasil yang mengacu pada prinsip revenue sharing telah meniscayakan kebersamaan dalam menang gung kerugian antar pihak yang melakukan kerjasama karena keru-gian investasi hanya ditanggung oleh pihak mudharib dan tidak dibagi secara adil dengan pihak pemodal (shahib al-mal).

Dalam beberapa hal munculnya lembaga keuangan sya-riah di Indonesia semacam perbankan syariah mempunyai arti yang penting bagi perkembangan ekonomi Islam di masa mendatang. Munculnya lembaga keuangan syariah di Indo-nesia saat ini merupakan fase booming-nya ekonomi Islam se-cara kelembagaan. Banyak sekali perbankan syariah, asuransi syariah dan lembaga keuangan yang mengusung nama syari-ah bermunculan seperti jamur di musim hujan. Bahkan, ada asumsi kalau tidak ikut mendirikan lembaga keuangan syari-ah atau paling tidak dengan cara membuka unit usaha syariah dianggap tidak mengikuti trend masa ini dan nanti nya akan ditinggal oleh umat Islam serta belum diakui keislam annya dalam berekonomi.

Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah kesadaran kita

Page 14: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Ekonomi IslamBukan Hanya Bank Syariah — 3

akan suatu pemahaman bahwa ekonomi Islam bukan ha-nya dimonopoli oleh dunia perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah lainnya. Hal ini dikarenakan paradigma masyarakat sementara ini masih menganggap bahwa kalau bicara tentang ekonomi Islam orientasinya langsung tertuju pada eksistensi lembaga keuangan syariah yang termanifes-tasikan dalam wujud perbankan syariah ataupun asuransi syariah. Intinya, ekonomi Islam itu adalah perbankan syariah dan asuransi syariah. Paradigma yang tidak keseluruhannya salah, tetapi ada yang perlu diluruskan di dalamnya. Bahwa ekonomi Islam itu tidak hanya perbankan syariah dan asu-ransi syariah. Sebaliknya, perbankan syariah dan asuransi syariah merupakan serpihan kecil dari ekonomi Islam yang terlembagakan dalam institusi keuangan syariah.

Lebih luas lagi, pemahaman mengenai ekonomi Islam merupakan penjabaran dari ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Banyak ayat al-Qur’an dan as-Sunnah yang telah memberikan panduan kepada kita untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pada ta-taran mikro, kegiatan ekonomi Islam juga dapat diterapkan pada kehidupan rumah tangga. Prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam menjadi landasan dalam membangun ke-hidupan berumah tangga dan dalam rangka memenuhi kebu-tuhan hidup ke luarga. Ajaran tentang hidup sederhana dan tidak berlebih-lebih an serta berlaku tidak boros merupakan bagian kecil dari ajaran Islam yang bermuatan ekonomi. Di sisi yang lain, prinsip hidup yang memberikan pedoman ten-tang ajaran “berpuasa itu lebih baik dari pada berhutang” adalah cermin an dari nilai ekonomi Islam.

Pada gambaran di atas keduanya dapat saling melengka-pi. Pertama, implementasi ekonomi Islam dalam tataran mak-ro-kelembagaan dengan model perbankan syariah dan lem-

Page 15: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

4 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

baga keuangan syariah lainnya sebagai acuan pelaksanaan. Kedua, pelaksanaan ekonomi Islam dalam tataran mikro-ke-luarga dengan cara penundukkan pada nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah un-tuk diimplementasikan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Jika keduanya berjalan bersamaan berarti cakup an pada skala mikro dan makro sudah dapat diwujud-kan dalam imple-mentasi secara riil. Masalahnya sekarang adalah mengukur seberapa besar tingkat keterlibatan umat Is-lam dalam melaksanakan nilai-nilai ekonomi Islam yang ter-kandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah baik dalam tataran mikro-keluarga atau makro-kelem-bagaan. Sebuah pekerjaan yang besar dan proyek yang menantang jika diadakan pene-litian secara serius tentang hal tersebut. Saat ini, belum ada gambaran yang jelas tentang “peta” keterlibatan umat Islam Indonesia dalam menjalankan syariah Islam yang bermuara pada perilaku ekonomi.

Realita di masyarakat kita, umat Islam Indonesia su-dah memberikan perhatian yang serius terhadap konsistensi melaksanakan ajaran Islam walau masih belum sempurna. Khusus dalam masalah ekonomi, praktek kehidupan yang se-derhana dan tidak berlebihan sudah menjadi pemandangan yang khas dalam kehidupan masyarakat Indonesia, teruta-ma di pedesaan. Mereka mencukupi kehidupannya dengan kekayaan alam yang ada di lingkungan sekitar. Tidak berlebi-han jika mereka terlihat sebagai satuan keluarga yang hidup dalam kebersahajaan dan merasa tenang dengan kehidupan yang dijalaninya bersama masyarakat lainnya. Suasana ke-hidupan seperti ini dibangun atas dasar kesadaran untuk selalu mencari ridha dari Allah Swt. dan selalu diorientasikan untuk mengejar karunia yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh Allah Swt. bagi kehidupan manusia di alam dunia ini. Potret

Page 16: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Ekonomi IslamBukan Hanya Bank Syariah — 5

kehidupan seperti di atas merupakan salah satu serpihan dari pelaksanaan ajaran ekonomi Islam yang sudah terlembaga-kan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

Di sisi yang lain, nilai moral yang berisikan ajaran untuk “berpuasa dari pada berhutang” merupakan serpihan lain dari perilaku dalam melaksanakan ajaran ekonomi Islam yang mempunyai arti penting terhadap pemenuhan kebutuhan ke-hidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Ajaran moral ini sangat simpel dan sederhana tetapi mempunyai im-plikasi yang besar bagi kehidupan manusia baik pada skala mikro maupun pada skala makro. Implementasi ajaran untuk “berpuasa dari pada berhutang” mengandung nilai implisit agar kita selalu mengedepankan semangat berdikari dan se-mangat bertumpu pada kekuatan sendiri dengan tidak meng-gantungkan pada kekuatan orang lain dengan mengharapkan bantuan dan pertolongan jika suatu ketika mengalami kondisi kekurangan ekonomi. Nilai moral ini memberikan pelajaran bagi kita semua agar pada kondisi dimana kita mengalami kekurangan ekonomi, membiasakan untuk “ber-puasa” ada-lah sesuatu yang lebih baik dari pada kita harus “berhutang” kepada pihak lain. Pada kondisi seperti ini, kekurangan ke-butuhan ekonomi kita ditahan dalam batas tertentu dengan cara menjalankan puasa serta berusaha mencari kekurangan tersebut dengan mencoba berwirausaha, baik melalui usaha sendiri ataupun dengan bekerja pada orang lain.

Persepsi yang tidak kesemuanya benar saat ini adalah tra-disi “berhutang” telah menjadi sesuatu yang membanggakan, bahkan telah menjadi trend baru bagi model pembangunan yang sedang digalakkan di republik ini. Tidak hanya pengu-saha swasta yang mempunyai tradisi kurang baik ini, tetapi pemerintah sendiri memberikan contoh yang vulgar berke-naan praktek hutang ke beberapa negara donor. Data setiap

Page 17: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

6 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

tahun anggaran pendapatan dan belanja negara memastikan ada nya rekening yang bersumber dari bantuan (baca: hutang) luar negeri. Hal ini menggambarkan bahwa perekonomian Indonesia saat ini tidak dapat melepaskam dari lilitan hutang luar negeri. Sebuah gambaran negara yang penduduknya hidup dibiayai dari hutang. Amat tragis dan memilukan. Ma-salah ini akan terurai jika ada keberanian dari shareholder dan stockholder dari negara ini untuk mengambil keputusan agar melakukan “puasa” bersama, baik pemerintahnya ataupun penduduknya. Sudah saatnya kita sekarang ini “puasa” bersa-ma dan tidak “berhutang” demi kemaslahatan di masa men-datang dengan mengacu pada kemampuan dan kekuatan yang ada di negeri ini. Maka dari itu perlu adanya penyam-pai-an informasi yang luas terhadap masyarakat agar mem-biasakan “berpuasa” daripada “berhutang”. Bila perlu ada gerakan nasional secara menyeluruh puasa bersama-sama antara elemen bangsa. Jika ini terlaksana, maka serpihan nilai ekonomi Islam yang bermuatan moral dapat diimplementa-sikan dalam kehidupan riil.

***

Realita di atas perlu disadari bersama bahwa ekonomi Is-lam mempunyai cakupan yang luas, tidak hanya sekedar yang berskala makro-kelembagaan dengan model perbank-an sya-riah ataupun asuransi syariah, tetapi lebih jauh dari itu imple-mentasi ekonomi Islam dapat terlaksana melalui kesadaran akan perilaku individu di keluarga untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai ekonomi. Ekonomi Islam dapat ditumbuhkembangkan dari lingkungan keluarga dengan cara menjalankan ajaran Is-lam itu sendiri. Ini yang menjadi titik pembeda antara konsep ekonomi Islam dengan konsep ekonomi konvensional, baik

Page 18: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Ekonomi IslamBukan Hanya Bank Syariah — 7

kapitalis maupun sosialis. Dalam ajaran Islam, melaksanakan ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari mem-punyai arti juga menjalankan Islam itu sendiri, karena sumber yang dijadikan dasar dalam melaksanakan ekonomi Islam adalah agama Islam dengan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai refe-rensi utamanya. Sedang dalam ekonomi konvensional (baca: kapitalis dan sosialis) sudah melepaskan nilai-nilai moral dan tidak mempunyai rujukan yang otentik semacam ekonomi Is-lam. [hsn]

* Artikel ini pernah dimuat di Koran Republika, 14 Februari 2004

Page 19: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

8 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 20: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

BANK SYARiAH: Islamisasi atau Arabisasi?

Tema ini mengemuka karena ada semacam keraguan di hati sebagian umat Islam akan “keislaman” dari bank syariah. Pernyataan ini tidak akan terjadi jika

tidak ada indikasi yang menempatkan posisi bank syariah se-bagai sesuatu yang tertuduh sudah tidak “Islam” lagi, atau pa-ling tidak sudah tidak sempurna lagi keislamannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apa proses islamisasi bank syariah belum berjalan sesuai yang diharapkan? Apa bank syariah masih eng gan untuk berlaku secara istiqamah menjalankan konsep awal perbankan syariah, sehingga masih perlu melakukan ope rasi pada wilayah kekuasaan bank konvensional? Atau bank syariah memang dari awal bukan produk dari Islamisa-si, tapi hanya sekedar proses Arabisasi?

Islamisasi dan Arabisasi, keduanya mempunyai kesa-maan dalam format pada sebuah proses yang mengandal-kan semangat internalisasi nilai-nilai sebagai kekuatan dalam memberikan warna terhadap realita baru yang berkembang di masyarakat.. Di sisi lain, pemahaman terhadap Islam dan

Page 21: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

10 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Arab menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan, -paling ti-dak keduanya mempunyai sesuatu yang identik- karena Is-lam sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw pertama kali turun di tanah Arab, dengan memakai bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Semua aturan dan nor-ma Islam disampaikan dengan bahasa Arab, sebagai baha-sa al-Qur,an dan as-Sunnah. Implikasi dari pemahaman ini mengharuskan bagi semua pihak yang ingin memahami Is-lam wajib faham dan mengerti tentang bahasa Arab.

Sedang yang membedakan antara Islamisasi dan Ara-bisasi terdapat pada subtansi yang dikandungnya. Islamisasi sebagai suatu proses internalisasi dari nilai-nilai Islam pada temuan-temuan baru yang belum ada semangat keislaman-nya memberikan mandat agar memasukan ajaran Islam di dalamnya atau menyesuaikannya dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam hal ini, semua temuan baru, baik di bidang ekonomi, sosial dan ilmu pengetahuan, harus tunduk de-ngan aturan Islam. Islam sebagai agama ditempatkan pada posisi yang tinggi memandu umat manusia menjalankan ke-hidupannya di dunia.

Adapun Arabisasi tidak lain dari sekedar budaya yang berkembang di tanah Arab, baik melingkupi aspek bahasa maupun ilmu pengetahuan, yang suatu ketika dapat dijadikan acuan oleh pihak lain dalam mengambil i’tibar untuk diterap-kan kembali pada kondisi yang berbeda. Pada posisi seperti ini, menyamakan antara Islamisasi sebagai proses internalisa-si nilai-nilai suatu agama dengan Arabisasi yang hanya meng-akar pada budaya adalah sebuah tindakan yang tidak dapat diterima bahkan merupakan bentuk perbandingan yang ti-dak berimbang. Memang sebuah realita yang mengandung kebenaran, bahwa Islam diturunkan di tanah Arab dengan memakai bahasa Arab. Tetapi, tidak semua budaya yang lahir

Page 22: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Bank Syariah:Islamisasi atau Arabisasi? — 11

di tanah Arab sesuai dengan nilai-nilai Islam.Bagaimana dengan eksistensi bank syariah? Apakah me-

ru pakan hasil proses Islamisasi atau Arabisasi? Judul di atas memberikan penegaskan terhadap keberadaan bank syariah seperti yang ada pada saat ini merupakan sesuatu yang baru, yang sebelumnya pada masa awal Islam, era Nabi Muha m-mad Saw dan era Khalifah ar-Rasyidah, tidak ditemukan praktek bank seperti kita ketahui saat ini. Maka dari itu, per-lu adanya penyesuaian praktek bank tersebut dengan ajaran Islam melalui wadah “islamisasi”, yaitu dengan cara mem-berikan warna keislaman pada praktek kegiatan bank serta meniadakan segala sesuatu yang bertentangan dengan norma Islam. Seluruh nilai yang ada dalam bank yang bertentangan dengan Islam harus dikeluarkan, termasuk di dalamnya ins-trument bunga yang tidak lain adalah riba dalam era modern. Inilah yang dimaksud dengan Islamisasi.

Pada waktu proses Islamisasi di dunia perbankan ber-langsung, tidak diragukan berlangsungnya persenyawaan dengan proses Arabisasi. Hal ini, menjadi sebuah konsekuensi logis ketika ajaran Islam membumi dengan memakai bahasa Arab sebagai sarana dalam menyampaikan informasi ke umat manusia. Tidak dapat dipungkiri, kalau beberapa istilah yang sering dipakai oleh dunia perbankan syariah menggunakan bahasa Arab sebagai sarana untuk mengenalkan eksistensi bank syariah sebagai sebuah lembaga keuangan yang mem-punyai istilah sendiri. Beberapa istilah tersebut di antaranya adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, dll. Semua is-tilah di atas jelas memakai bahasa Arab.

Sementara, adanya kesan dari masyarakat yang meng-anggap bank syariah prakteknya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh bank konvensional merupakan isu yang perlu diluruskan. Pihak-pihak yang bersuara miring itu, ha-

Page 23: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

12 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

nya melihat proses Arabisasi, bukan sebagai proses Islami-sasi. Proses Islamisasi industri perbankan telah menafikan nilai-nilai yang bertentangan dengan syariah Islam. Artinya, semua nilai dan instrumen yang selama ini dikerjakan oleh industri keuangan konvensional yang bertentangan dengan syariah Islam telah dimurnikan dan disesuaikan dengan ajar-an Islam. Ketidakpuasan beberapa pihak dengan operasional bank syariah karena masih mengadopsi manajemen yang se-lama ini dijalankan oleh perbankan konvensional, bisa jadi memang kondisi yang riil terjadi. Sehingga, adanya ketidak-sesuaian antara konsep dan praktek operasional di beberapa bank syariah merupakan kasus yang tidak perlu digeneralisir. [hsn]

***

Page 24: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

BANK SYARiAH Untuk Semua

Eksistensi bank syariah, manfaatnya tidak hanya dapat dinikmati oleh umat Islam saja. Lebih dari itu, sejak awal kelahirannya, bank syariah diformulasikan un-

tuk memberikan rahmat bagi siapa saja yang ingin melaku-kan transaksi dengan bank syariah. Baik itu, umat Islam sendiri ataupun umat di luar Islam. Oleh karena itu, tidak ada halang an bagi umat lain, non muslim, untuk bertransaksi de ngan bank syariah. Tidak salah jika ada yang mengungkap-kan bahwa, “Bank syariah untuk semua”. Bagi semua pihak yang telah merasakan ‘manisnya madu’ bank syariah, akan berfikir ulang jika ingin ‘meninggalkan’ bank syariah. Dari sisi keuntungan, bank syariah tidak kalah menariknya dibanding dengan bank konvensional.

Ada beberapa manfaat yang diperoleh, jika kita melaku-kan transaksi dengan bank syariah. Bank syariah, lazimnya di industri bank lainnya, juga memberikan keuntungan bagi nasabah deposannya dalam bentuk bagi hasil dari keuntung-an investasi yang diperoleh bank syariah. Bahkan, nisbah bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah de-

Page 25: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

14 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

posannya, tidak jarang lebih tinggi dari keuntungan bunga yang diberikan oleh bank lain. Intinya, bank syariah dapat bersaing dengan bank konvensional dalam memberikan keuntungan yang bersifat finansial.

Produk yang lebih variatif memposisikan bank syariah cenderung untuk memberikan manfaat yang lebih banyak. Dengan banyaknya produk yang dimiliki oleh bank syariah, market dapat mengambil manfaat lebih banyak. Pasar di in-dustri perbankan syariah dapat memilih produk yang diingin-kannya. Apalagi saat ini, era marketing sudah memasuki fase market driven yang bertumpu pada cita rasa yang diinginkan oleh pasar. Industri perbankan syariah dituntut untuk bisa lebih memanjakan pasar dengan produk yang variatif. Coba kita cermati! Jika pasar ingin produk bagi hasil, bank syariah mempunyai produk musyarakah ataupun mudharabah. Apabi-la pasar sudah jenuh dengan produk bagi hasil, pasar dapat menambatkan pilihannya pada produk jual beli. Saat ini, bank syariah mempunyai beberapa produk jual beli, di antaranya ba’i bi tsaman ajil, murabahah, salam dan istishna’. Atau jika pasar menginginkan produk sewa, bank syariah dapat menawarkan produk ijarah-nya. Inilah manfaat besar yang dapat dinikmati oleh pangsa pasar di industri perbankan syariah.

Manfaat lain yang tidak kalah pentingnya adalah man-faat terjadinya keseimbangan ekonomi, yaitu timbulnya kese-imbangan antara sektor moneter dan sektor riil. Karakteris-tik bank syariah ini, jarang didapati pada industri perbankan konvensional, yang notabene-nya cenderung mengabaikan sektor riil. Bahkan, dalam beberapa hal, industri perbank-an konvensional lebih suka menyalurkan dananya di sektor moneter dengan menempatkannya pada SBI, obligasi atau penyertaan pada bank lain. Lain halnya dengan apa yang terjadi di industri perbankan syariah. Jika dilihat proto type

Page 26: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Bank SyariahUntuk Semua — 15

dari produk-produk yang dimiliki oleh bank syariah di atas, semuanya bermuara pada terjadinya pergerakan di sektor riil. Bahkan, produk jual-beli yang dimiliki bank syariah secara langsung ikut andil besar dalam menggerakkan sektor riil. Dengan adanya transaksi jual-beli, berarti telah terjadi per-putaran di sektor moneter dan sektor riil sekaligus. Sehingga keseimbangan kaedah ekonomi “semakin cepat perputaran uang di masyarakat akan menambah besar sisi pendapatan” tetap terjaga dan senantiasa berjalan sesuai dengan hukum alam dalam ilmu ekonomi.

Melihat realita di atas, bagi semua pihak yang mempu-nyai insting bisnis, baik kalangan muslim ataupun non mus-lim, melihat keberadaan bank syariah merupakan sebuah phenomenon yang menjanjikan keuntungan bisnis. Oleh karena itu, bagi saudara kita yang terhimpun dalam Fraksi Damai Sejahtera (FDS) di DPR, seharusnya tidak menyikapi draf Rancangan Undang-Undang Perbankan Syariah (RUUPS) dengan reaksioner. Sebaliknya, diharapkan mereka juga ikut mendukung pengesahan RUUPS tersebut. Karena kalau dicermati secara mendalam, substansi dari RUUPS meng-amanatkan berlakunya sistem perbankan yang terbebas dari praktek bunga. Yaitu bank tanpa bunga atau bank dengan bunga nol persen.

Menyoal tentang bunga, sebenarnya larangan terhadap penerapan konsep bunga bukan saja monopoli ajaran Islam. Hampir seluruh agama sawami dan para filosof Yunani kuno, menentang praktek pembungaan uang. Termasuk dalam ki-tab Taurat dan Injil. “Jika kamu meminjamkan uang kepada orang miskin di kalangan pengikutku, kamu tidak boleh bertindak seperti pem-beri pinjaman; kamu tidak boleh menarik bunga darinya.” (Eksodus 22:25). Dalam Deuteronomy 23:19-20 ditegaskan, “Kamu tidak boleh menarik bunga atas segala sesuatu yang kamu pinjamkan

Page 27: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

16 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

kepada sesama warga negara, apakah uang atau makanan atau apa pun yang bisa dikenakan bunga.”

Dari paradigma di atas, diperoleh suatu kongklusi kesa-maan berfikir dalam memandang permalahan bunga. Bah-wa bunga yang saat ini dipraktekkan dalam sistem keuang-an konvensional, dalam perspektif agama, dianggap suatu yang terlarang untuk dijalankan. Dogma gereja, selama be-rabad-abad, telah menegaskan pelarangan atas bunga. Ka-langan pembaharu Kristen, baik Luther maupun Zwingli mengecam penerapan konsep bunga.

Jadi, sesungguhnya tidak ada alasan bagi saudara kita yang ada di FDS untuk menolak lahirnya undang-undang perbankan syariah di Indonesia. Dilihat dari rekaman sejarah, adanya Undang-Undang Wakaf, Undang-Undang Peradilan Agama, dan Undang-Undang Perkawinan, semua-nya tidak menjadikan sendi-sendi bernegara ini akan hancur. Bahkan sebaliknya, meneguhkan semangat kebangsaan yang menga-cu kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jika yang dipermasalahkan penggunaan istilah ‘syariah’ dalam RUUPS, sesungguhnya kurang tepat juga. Karena istilah ‘syariah’ secara harfiah, dalam arti bahasa, bermakna jalan yang besar. Seperti yang sering kita dengar dalam per-cakapan bahasa Arab, “Aina taskun? Askunu fi syari’ Sudirman”. Ungkapan tersebut kalau diartikan, “Kamu tinggal dimana?. Saya tinggal di Jalan Sudirman”. Sedang secara terminologi, kata ‘syariah’ identik dengan arti norma, aturan atau hukum. Dalam al-Qur’an, istilah ‘syariah’ diungkap dalam QS. Al-Maidah 48. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah Swt te-lah memberikan jalan dan aturan yang jelas bagi setiap umat manusia.

Oleh karena itu, adanya RUUPS bukanlah semata untuk kepentingan umat Islam. Tetapi, RUUPS dapat membawa

Page 28: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Bank SyariahUntuk Semua — 17

rahmat bagi kelompok lain. Sebagaimana hakekat ajaran Is-lam sebagai rahmatan lil alamin. [hsn]

* Tulisan ini pernah dimuat di koran Seputar Indonesia 24 Februari 2008

Page 29: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

18 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 30: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MEMBANGUN KARAKTER Bank Syariah

Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan in-dustri perbankan syariah di Indonesia senantiasa terus tumbuh dan berkembang. Berdasarkan data statistik

yang dilansir oleh Bank Indonesia per September 2010, saat ini tercatat 179 pelaku di industri perbankan syariah dengan perincian 10 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 146 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Kini jaringan kantor yang dimiliki oleh bank syariah sudah mencapai angka 1.666 dengan total pekerja sebanyak 3.068 orang.

Realita di atas dapat dimanfaatkan menjadi modal amu-nisi untuk memperbesar market share pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia yang saat ini masih jauh dari seimbang jika dibanding dengan perolehan market share indus-tri perbankan konvensional.

Pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia sejatinya sudah memperoleh legalitas yang kuat setelah disah-kannya UU No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Jika Undang-Undang tersebut ditelaah secara mendalam,

Page 31: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

20 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

akan diperoleh gambaran global mengenai langkah strate-gis yang diambil pemerintah untuk melakukan percepatan pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia.

Langkah strategis tersebut diantaranya termaktub dalam Pasal 5 ayat (7) dan (8) serta Pasal 68 ayat (1). Dalam Pasal 5 ayat (7) dan (8) dijelaskan bahwa Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak dapat dikonversi menjadi Bank Umum Konvensional (BUK) atau Bank Perkreditan Rakyat. Maksud dari Pasal ini, bank yang sudah beroperasi dengan Prinsip Syariah tidak dapat meru-bah dirinya menjadi bank yang beroperasi dengan sistem bunga. Ini seperti halnya orang murtad yang keluar dari aga-ma Islam.

Sedang Pasal 68 ayat (1) penjelasannya bersifat manda-tory bagi bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) jika asetnya sudah melebihi dari aset bank in-duknya yang konvensional, maka UUS tersebut harus memi-sahkan diri dengan induknya (spin off) menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Selain itu, masih mengacu pada Pasal 68 ayat (1), setelah 15 tahun disahkannya Undang-Undang Perbank-an Syariah, UUS harus mengkonversi menjadi BUS.

Karakter Bank SyariahEksistensi bank syariah saat ini merupakan hasil ijtihad

para ulama kontemporer yang konsen dalam pengembangan ilmu ekonomi Islam. Mengapa merupakan bagian dari hasil jerih payah ulama kontemporer? Karena kemunculan lemba-ga keuangan syariah (LKS) yang dimotori oleh industri per-bankan syariah baru ada di saat era modern. Tercatat bebera-pa pemikir ekonomi Islam kontemporer yang mempunyai konstribusi dalam pengembangan konsep perbankan syariah diantaranya adalah M. Nejatullah Siddiqi, M. A. Manan,

Page 32: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Membangun Karakter Bank Syariah — 21

Afzalur Rahman, Manzer Kahf dan M. Umer Chapra.Bagi KH Ma’ruf Amin, keberadaan bank syariah tidak

lain dalam rangka mengembalikan (ruju’ wal ‘audah) tatanan perekonomian dari fikrah al-iqtishadiyah ar-ribawiyah ke fikrah al-iqtishadiyyah al-islamiah (pemikiran ekonomi Islam). Karena, menurut Imam al-Jashshas, sistem iqtishadiah ar-ribawiyah telah dibatalkan dan diharamkan oleh Allah Swt semenjak datang-nya Islam.

Karakter bank syariah tercerminkan melalui penjelasan yang ada dalam Undang-Undang Perbankan Syariah, khu-susnya pasal-pasal yang terkait dengan jenis dan kegiatan usaha yang dijalankan oleh industri perbankan syariah. Da-lam Undang-Undang Perbankan Syariah jelas sekali adanya keinginan menjadikan bank syariah sebagai bank komersial dan bank universal dengan cakupan kewenangan usahanya melebihi kewenangan usaha yang dimiliki oleh bank konven-sional.

Bank syariah selain mengemban amanah sebagai bank komersial yang berorientasi bisnis untuk memperoleh keun-tungan (profit), bank syariah juga diberi kewenangan men-jalankan fungsi sosial dengan menghimpun dana-dana sosial yang bersumber dari dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf uang yang selanjutnya disalurkan kepada Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Badan Wakaf Indo-nesia (BWI).

Sisi universalitas yang bisa dijalankan oleh bank syari-ah mencakup usaha transaksi jual-beli (murabahah, salam dan istishna), sewa menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik), dan investasi (mudharabah dan musyarakah). Di sini letak yang membedakan antara kewenangan yang dimiliki oleh bank syariah dengan kewenangan yang dimiliki bank konvensional. Secara yuridis, bank konvensional hanya diberi mandat untuk

Page 33: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

22 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

menyalurkan kredit ke nasabahnya. Hubungan yang terjalin antara bank konvensional dengan nasabahnya sebatas antara creditor dan debitor. Berbeda dengan bank syariah, relasi yang terjalin antara bank syariah dengan nasabahnya dapat beru-pa hubungan antara shahibul mal dengan mudharib, penjual dan pembeli, penyewa dan yang menyewakan, ataupun hubungan antara penitip dengan pihak yang menerima titipan.

GodaanEntitas sebagai bank komersial, bank syariah dituntut

pula bersaing dengan bank konvensional yang mesin opera-sionalnya sejak awal di-design untuk melakukan kegiatan yang bersifat komersial. Tantangan bagi bank syariah, dalam men-jalankan kompetisinya kadang-kadang bank syariah terbawah arus yang selama ini diperankan oleh bank konvensional. Kondisi di atas tidak bisa dimungkiri, sebab sebagian sumber daya manusia (SDM) di bank syariah memang ada yang ber-latar belakang dari bank konvensional.

Melihat realita di atas, akan lebih wisdom jika kita mengedepankan kaedah tadrij (proses pentahapan) seperti yang sering diungkapkan oleh para ulama kita, ma la yudra-ku kulluh la yutraku kulluhu, sesuatu yang belum bisa diraih se-cara keseluruhan hendaknya tidak ditinggalkan semuanya. Godaan-godaan yang menerpa bank syariah hendaknya dili-hat sebagai tantangan bagi pelaku di industri perbankan sya-riah untuk istiqomah membangun karakter bank syariah sesuai amanah yang ada di Undang-Undang Perbankan Syariah. [hsn]

Page 34: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MENUJU BANK SYARiAH Yang Inklusif

Tidak dipungkiri oleh ahli sejarah Indonesia mengenai awal mulanya Islam masuk ke Indonesia, tidak lain melalui kegiatan ekonomi perdagangan. Terhitung

sejak awal abad 11 Masehi, bahkan sebagian ahli sejarah menyebutkan jauh sebelum itu, sudah terjadi transaksi per-dagangan berskala internasional di pesisir negeri Nusantara. Beberapa pelabuhan di Pulau Sumatera dan Jawa pada abad itu telah ramai menjadi sentral perdagangan.

Pedagang dari manca negara, seperti Arab, Gujarat, In-dia, dan Cina, meramaikan perdagangan di Nusantara. Mere-ka, para pedagang muslim, disamping melakukan transaksi dagang juga mempunyai misi dakwah dalam penyebaran aga-ma Islam. Dengan perilaku yang santun dan mengedepan kan teladan yang mulya, mereka diterima baik oleh penduduk asli Nusantara. Akhirnya, tidak membutuhkan waktu yang lama, penduduk asli di pesisir Timur Sumatera dan Utara Jawa banyak yang telah memeluk agama Islam.

Khusus di Pulau Jawa, peran Wali Songo mempunyai andil besar dalam dakwah pengembangan Islam. Terhitung

Page 35: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

24 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

sejak masanya Maulana Malik Ibrahim hingga era Sunan Gunung Jati, wilayah Jawa mulai dari Banyuwangi di sebe-lah Timur hingga Banten di belahan Barat Pulau Jawa, sudah terbentuk komunitas kantong muslim yang hidup tenang lagi sejahtera berdampingan dengan komunitas masyarakat lain-nya.

Fenomena di atas sesungguhnya merupakan mata rantai (sanad) teladan baik sejarah yang tidak terputus semenjak era Rasulullah, Muhammad Saw. Adalah Afzalur Rahman da-lam bukunya ‘Muhammad Seorang Pedagang’ telah memo-tret secara baik sosok Muhammad Saw sebagai pelaku bisnis sukses di eranya. Bersama dengan istrinya, Khadijah Ummul Mukminin r.a, Rasulullah Saw telah mengembangkan sayap bisnisnya hingga ke Negeri Syam dan Yaman.

Sunnah yang dicontohkan oleh Muhammad Saw terse-but akhirnya diwarisi oleh generasi berikutnya sebagai tradisi yang terus dikembangkan. Semangat inilah yang menjadi-kan para Wali Songo dan pedagang muslim dari Arab, Gu-jarat, India dan Cina, lebih mengedepankan aspek ekonomi sebagai salah satu strategi dalam mendakwahkan Islam ke masya rakat.

Sebagai kelanjutan dari dakwah yang telah dilakukan Wali Songo, ulama kita yang hidup di era sekarang ini, mem-punyai pemikiran yang sama dengan pendahulunya dengan tetap mengacu pada kaedah ‘al-muhafadzah ala al-qadim as-sho-lih wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah’, menjadikan institusi bank se-bagai salah satu alat instrumen dakwah pengembangan Islam.

Bedug dan Bank SyariahKalau dulu, era Wali Songo, berdakwah dengan meng-

adopsi semangat tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah Islam, menjadikannya sebagai satu bagian

Page 36: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menuju Bank SyariahYang Inklusif — 25

dari strategi dakwah yang dapat meminimalisir kontra pro-duktif dari komunitas lokal. Maka hal ini juga terlihat dari apa yang terjadi dengan kemunculan bank syariah yang kini menjadi phenomenon sejak awal tahun 90-an.

Pada masa Wali Songo, tradisi lokal diangkat menjadi isu dakwah, seperti yang telah dilakukan oleh Sunan Giri de ngan tembang Lir Ilir, atau apa yang dilakukan Sunan Kalijaga den-gan Wayang Kulit dan gamelan bedug-nya, menandakan bah-wa semangat dakwah tidak dapat mengikis praktek yang telah mentradisi terlebih dulu. Di sinilah terlihat jelas bahwa dakwah yang dilakukan Wali Songo kental dengan semangat lokal.

Sama halnya dengan bedug, bank syariah yang sedang tumbuh berkembang di Nusantara ini, merupakan bentuk akomodatif dari tradisi bank yang telah ada sebelumnya. Dengan proses penyesuaian serta masih dalam koridor khit-tah syariah Islam, ulama kita memandang perlu adanya in-stitusi keuangan yang sesuai dengan Prinsip Syariah, seperti bank syariah. Maka, melalui forum Sarasehana Ulama yang digelar di Cisarua Bogor pada tahun 1990, para ulama meng-amanatkan adanya bank yang operasionalnya sesuai dengan Prinsip Syariah.

Di sinilah terlihat arah dan strategi yang berkesinambung-an antara dakwah yang dikembangkan oleh Wali Songo de ngan model yang dipilih oleh ulama Indonesia saat ini, melalui penguatan tradisi yang sudah, baik dari fenomena bedug ataupun dari fenomena institusi bank. Keduanya, bedug dan bank, telah menjadi tradisi yang melekat dalam struktur sosial ekonomi masyarakat Nusantara.

Bank Syariah yang InklusifSaat ini diperlukan model operasional bank syariah yang

inklusif dengan masih tetap memperhitungkan komunitas

Page 37: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

26 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

lain yang ingin mendapat maslahah dari adanya bank syariah tersebut. Sebagaimana prinsip dasar ajaran Islam yang di-arahkan sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi alam, maka bank syariah diharapkan juga dapat memancarkan cahaya rahmat-Nya pada umat Islam khususnya, termasuk di dalam-nya juga komunitas di luar Islam.

Kesan eksklusifisme dalam bank syariah perlu dipudar­kan, sehingga komunitas di luar Islam dapat melihat hakekat dari bank syariah sebagai bentuk ajaran Islam yang inklusif. Oleh karena itu prinsip service satisfaction dan Good Coorporate Governance (GCG) dapat dijadikan acuan dalam membangun wajah bank syariah yang inklusif. [hsn]

***

Page 38: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

SiSTEM JAMiNAN HALAL Pada Bank Syariah

I stilah Sistem Jaminan Halal (SJH) atau halal assurance sys-tem sudah tidak asing lagi di industri perusahaan produk halal. Karena saat ini setiap perusahaan yang menghasil-

kan produk halal dituntut untuk dapat memberikan garansi kalau produk yang dimilikinya halal dikonsumsi oleh umat Islam. Adalah Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) yang telah mengeluarkan standar sistem jaminan halal untuk perusahaan produk halal yang kini sudah diakui keabsahan-nya oleh berbagai negara, seperti Cina, Australia, Amerika, Kanada dan Malaysia.

Halal assurance system adalah sistem jaminan halal bagi pe-rusahaan yang memproduksi produk halal. Halal assurance system merupakan suatu sistem yang menjaga kehalalan pro-duk, dimana sistem dibuat sedemikian rupa dengan halal poli-cy dan halal system diterapkan di semua tingkatan manajemen maupun di semua bagian, serta komitmen manajemen dan pegawai menjaga kehalalan dari suatu bahan untuk meng-hasilkan halal produk.

Page 39: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

28 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Awalnya produser menerima sertifikat halal dari MUI. Audit yang dilakukan oleh LPPOM-MUI adalah audit bahan dari hulu ke hilir dengan juga melakukan traceability terhadap sumber bahan baku. Setelah diaudit, hasil audit dilaporkan ke Komisi Fatwa MUI. Bila lolos maka keluarlah sertifikat halal yaitu fatwa tertulis terhadap status kehalalan suatu produk. Disini halal bersifat lizatihi. Tidak ada bahan najis atau haram boleh tercampur. Hal ini menganut zero tolerance. Sertifikat ha-lal yang dikeluarkan oleh MUI berlaku dua tahun. Semasa dua tahun inilah perusahaan harus menerapkan halal assu-rance system.

Paling lambat 6 bulan setelah menerima sertifikat halal, perusahaan sudah siap diaudit oleh LPPOM-MUI dalam rangka mendapatkan sertifikat halal assurance system (sistem jaminan halal). Bila tiga kali audit mendapat nilai A, maka perusahaan mendapatkan sertifikat tersebut. Disini dimak-nai bahwa perusahaan harus membuktikan dengan sistemya, mereka konsisten memproduksi produk halal.

Mengapa mereka perlu konsisten? Seringkali bahan baku halal terbatas, sedangkan bagian marketing ingin mening-katkan pemasaran, produk yang ada perlu dimodifikasi, dan ditambah bahan tertentu agar lebih laku di pasaran. Disini terlihat ada kemungkinan terjadi conflict of interest antara ba-gian produksi dan marketing. Beberapa faktor internal dan external perusahaan juga dapat mempengaruhi perusahaan untuk tidak memproduksi produk halal. Dengan sistem yang menjamin kehalalan maka diharapkan produk yang dihasil-kan dapat dijamin kehalalannya.

Adanya Sistem Jaminan Halal ini diharapkan dapat me-lindungi kepentingan umat Islam yang mayoritas di Indonesia dalam perilaku konsumsi. Sebagai penduduk yang mayoritas di Indonesia, umat Islam berhak untuk mendapatkan akses

Page 40: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Sistem Jaminan Halal Pada Bank Syariah — 29

produk yang halal. Salah satu caranya yaitu dengan member-lakukan Sistem Jaminan Halal pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk halal. Dengan Sistem Jaminan Halal ini, umat Islam dapat mengkonsumsi produk tanpa ada kecemasan ataupun kekhawatiran kalau produk yang dipi-lihnya merupakan produk non halal (haram).

Tidak dipungkiri, jika produk-produk yang beredar di se-keliling kita, baik yang dijual di supermarket ataupun di ting-kat pedagang pengecer, kebanyakan merupakan produk ola-han yang sebelumnya diproses melalui mekanisme produksi dengan menggunakan berbagai bahan baku. Tidak menu-tup kemungkinan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tercampur dengan benda yang haram, seperti babi dan turunannya. Critical point dalam Sistem Jaminan Halal di perusahaan produk halal terletak pada ada dan tidak adanya benda haram di dalam proses produksi. Biasanya yang perlu diwaspadai sering terjadi pada gelatin. Dalam hal ini, Sistem Jaminan Halal dapat mengontrol mulai dari bahan baku yang digunakan selama proses produksi hingga pada proses packag-ing untuk didistribusikan.

Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana dengan Sistem Jaminan Halal pada industri perbankan syariah? Apakah me-kanisme yang kini sudah berjalan di industri perbankan syari-ah sudah memadai untuk menciptakan iklim Sistem Jaminan Halal di dalamnya? Atau sebaliknya masih perlu membutuh-kan Sistem Jaminan Halal sebagaimana pada industri perusa-haan produk halal?

Hemat penulis, komentar Menteri Agama H. Maftuh Basuni tatkala dikonfirmasi oleh wartawan pkesinteraktif mengenai dana haji yang tidak dikelola oleh industri perban-kan syariah, menjadi signal perlu adanya Sistem Jaminan Halal di industri perbankan syariah. Masalahnya, pada kesempatan

Page 41: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

30 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

itu Menteri Agama sempat berkomentar, mengapa Depar-temen Agama dalam menyelenggarakan ibadah haji tidak menetapkan hanya bank-bank syariah saja sebagai penerima dana tabungan haji bagi umat Islam yang ingin menunaikan ibadah haji. Jawaban Menteri Agama cukup mengagetkan, “Karena operasional bank-bank syariah belum mencermin-kan syariah itu sendiri.”

Di perbankan syariah, diperlukan adanya halal assurance system dan sertifikat sistem jaminan halal adalah dalam rang-ka membuktikan bahwa Bank Syariah dapat menjamin keha-lalan produknya yang bersifat lighairihi. Sistem Jaminan Halal di industri perbankan syariah diarahkan untuk mem-back up sekaligus membantu tugas dan fungsi Dewan Pengawas Syari-ah (DPS) yang sudah ada di setiap industri perbankan syariah. Dalam prosesnya, Sistem Jaminan Halal pada industri per-bankan syariah telah mempunyai prosedur tetap yang dapat dijadikan Standard Operating Procedure (SOP) dalam memberi-kan penilaian halal tidaknya operasional sebuah bank syariah.

Berawal dari fatwa-fatwa ekonomi syariah yang dikeluar-kan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang selanjutnya dijadikan acuan oleh regulator, dalam hal ini Bank Indonesia, untuk menetapkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) sebagai payung hukum operasional bank syariah di Indonesia. Jadi SOP untuk menilai operasion-al bank syariah mengacu pada ketentuan yang sudah ditetap-kan dalam fatwa DSN-MUI dan PBI.

Dengan menggunakan model check list, kita dapat meru-muskan sistem jaminan halal di industri perbankan syariah. Check list ini berfungsi untuk melihat nilai kesesuaian antara operasional bank syariah dengan ketentuan yang ada da-lam fatwa DSN-MUI dan PBI. Penilaian tersebut mencakup akad-akad yang digunakan, investasi yang dilakukan, produk

Page 42: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Sistem Jaminan Halal Pada Bank Syariah — 31

yang ditawarkan dan marketing yang diterapkan. Semuanya harus zero haram (nilai haram = nol). Artinya, tidak ada tole-ransi terhadap unsur non halal (haram) dalam memberikan penilaian.

Titik kritis (critical point) dalam Sistem Jaminan Halal di industri perbankan syariah terletak pada ada tidaknya unsur bunga (riba), gharar (ketidakjelasan), maysir (perjudian), risywah (suap), tadlis (penipuan) dan dzulm (aniaya) dalam operasional bank syariah. Dalam prakteknya, penilaian Sistem Jaminan Halal di industri perbankan syariah dapat dilakukan oleh au-ditor independent yang dalam hal ini dapat dilakukan oleh De-wan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN).

Bank syariah yang sudah berjalan di atas ‘rel’ Sistem Ja-minan Halal nantinya akan memperoleh sertifikat halal dari DSN­MUI. Sertifikat ini sebagai bukti bahwa bank syariah tersebut operasionalnya telah dijamin sesuai dengan kaedah syariah Islam.

Dengan adanya Sistem Jaminan Halal di industri per-bankan syariah akan memberikan stimulan bagi umat Islam untuk lebih yakin bertransaksi dengan bank syariah. Hati na-sabah akan lebih tenang (tuma’ninah an-nafs) jika operasional suatu bank syariah berada dalam lingkup Sistem Jaminan Halal. [hsn]

Page 43: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

32 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 44: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MEMPERBESAR MARKET SHARE Bank Syariah

Terasa masih banyak pekerjaan rumah yang ha-rus dikerjakan dalam mengembangkan industri perbankan syariah di Indonesia. Sudah banyak

terobosan yang telah dilakukan oleh pengembang konsep ekonomi Islam yang semuanya bermuara untuk memajukan dunia perbankan syariah di Indonesia. Mulai dari MUI yang telah mengeluarkan fatwa tentang bunga bank haram. Kemu-dian disusul dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan BI, melalui Direktorat Perbankan Syariahnya, diantaranya telah menelurkan kebijakan office chanelling bagi bank konvensional yang telah membuka Unit Usaha syariah (UUS) untuk mem-berikan pelayanan transaksi syariah bagi masyarakat luas.

Kondisi di atas merupakan bukti riil dukungan terha-dap pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Tetapi, hasilnya masih dirasakan kurang memuaskan. Sampai saat ini, tercatat market share industri perbankan syariah Indo-nesia masih 1,5% dari total market share industri perbankan na-sional. Artinya, 98,5% market share industri perbankan nasional

Page 45: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

34 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

masih dikuasai oleh dunia perbankan konvensional. Satu hal yang ironis. Pertama, mayoritas penduduk Indonesia ber aga-ma Islam merupakan potential market yang dapat mendukung pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Hal ini dapat difahami masih banyak umat Islam yang belum terge-rak hatinya untuk bergabung bersama merapatkan barisan dalam pengembangan ekonomi Islam, khususnya melakukan transaksi pada perbankan syariah. Kedua, keberadaan indus-tri perbankan syariah relatif sudah berjalan hampir 15 tahun lebih. Berarti, eksistensi bank syariah sudah tidak lagi seperti anak kecil yang geraknya tidak lincah, tetapi sudah menja-di pemuda yang diharapkan dapat bergerak lebih lincah dan res ponsif terhadap kondisi perkembangan zaman.

Sejak adanya Bank Muamalat pada tahun 1991 berarti menjadi tonggak awal perkenalan umat Islam Indonesia de-ngan bank syariah. Sampai akhir tahun 2006 telah ada 3 bank umum syariah, 19 Unit Usaha Syariah (UUS), 493 kantor cabang syariah dan 105 BPRS. Belum lagi lembaga keuangan mikro syariah atau Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang terse-bar hampir di setiap propinsi. Sebuah prestasi yang meng-gembirakan bagi perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia. Tetapi, sekali lagi masih kecilnya market share industri perbankan syariah di Indonesia menjadi pertanyaan besar, ada masalah yang krusial dalam pengembangan per-bankan syariah. Mengapa masih kecil market share-nya?

Industri perbankan syariah di Indonesia saat ini, ibarat mobil yang melaju di jalan tol tapi jalannya masih tetap lambat. Seharusnya, dengan beberapa terobosan yang ada pergerakan laju perkembangan industri perbankan syariah dapat bergerak lebih cepat, seperti mobil-mobil yang melaju cepat di jalan tol. Oleh karena itu, 2007 dapat dijadikan mo-mentum sebagai tahun percepatan dalam pengembangan in-

Page 46: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Memperbesar Market Share Bank Syariah — 35

dustri perbankan syariah di Indonesia. BI menargetkan pada tahun 2007 market share bank syariah sudah bergerak menuju angka 5%. Sebuah program besar yang perlu didukung ber-sama oleh semua partisipan pengembangan perbankan syari-ah. Ada beberapa langkah kongkrit yang dapat mendukung pengembangan industri perbankan syariah ke depan.

Pertama, sosialisasi bank syariah ke masyarakat perlu ditingkatkan. Realita di tengah masyarakat masih banyak yang belum mengerti dan memahami tentang bank syariah. Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) yang salah satu misinya melakukan sosialisasi perbankan syariah ke masya-rakat merasakan minimnya dana untuk kegiatan edukasi. Beberapa program sudah dijalankan, termasuk program acara TV, dialog interaktif di Radio dan kontak tanya jawab ekonomi syariah di 11 koran nasional. Hasilnya, masih ba-nyak masyarakat yang belum mengerti tentang ekonomi sya-riah, khususnya mengenai perbankan syariah.

Kedua, inovasi produk perbankan syariah yang menga-cu pada service satisfaction. Produk yang dikembangkan industri perbankan syariah terkesan belum mencerminkan keinginan yang dirasakan oleh customer. Pada kondisi seperti ini, akan lebih baik jika perbankan syariah merubah orientasi dari pro-duct driven menjadi customer driven. Produk yang dikembangkan mengikuti arus keinginan yang dibutuhkan oleh nasabah atau customer. Disamping lebih efektif, orientasi customer driven akan memberikan sentuhan pengurangan biaya operasional (opera-tional cost).

Ketiga, terobosan kebijakan baru yang mendukung. Da-lam hal ini, peran Departemen Agama RI sebagai penyeleng-gara ritual tahunan ibadah haji perlu dibangkitkan lagi un-tuk mendukung pengembangan industri perbankan syariah. Dana haji merupakan himpunan dana yang besar. Saat ini,

Page 47: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

36 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

ongkos naik haji (ONH) dapat disetor dihampir seluruh bank konvensional. Artinya, sementara ini banyak dana umat Islam yang akan berangkat haji mengendap di bank-bank konven-sional. Sudah saatnya, Departemen Agama mengeluarkan kebijakan pengelolaan dana haji oleh industri perbankan sya-riah. Kalau asuransi haji sudah dikelola oleh perusahaan asu-ransi syariah. Maka, tidak masalah jika pengelolaan ongkos naik haji (ONH) dilakukan oleh industri perbankan syariah. [hsn]

* Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah No. 06 Th. Ke 92// 16-31 Maret 2007

Page 48: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

UMAT iSLAM BUKAN MARKET Yang Emosional

Banyak kalangan menganggap bahwa pangsa pasar di industri keuangan syariah, khususnya pada indus-tri perbankan syariah, merupakan personifikasi dari

pangsa pasar yang emosional. Bank Indonesia (BI), dalam hal ini terwakili melalui ungkapan Direktur Direktorat Perbank-an Syariah, Ramzi A. Zuhdi, termasuk pihak yang ikut dalam riak gelombang yang menyuarakan kalau market share per-bankan syariah dikuasai oleh pasar yang emosional. Bahkan, seorang Hermawan Kartajaya, yang telah ditahbiskan men-jadi begawan dalam dunia marketing di Indonesia, ikut juga menceburkan diri dalam mainstream ini. Dalam acara Work-shop Marketing Sharia 2008, Hermawan lagi-lagi menan-daskan pendapatnya, bahwa pelaku di industri perbankan syariah, termasuk deposan (pihak ketiga yang menempatkan dananya pada bank syariah), dianggap sebagai market yang emosional.

Pemilahan pasar menjadi rasional dan emosional dari fungsi segmentasi dalam dunia marketing merupakan sesuatu

Page 49: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

38 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

yang wajar. Tidak ada masalah. Karena dapat membantu proses marketing menjadi lebih terarah. Perusahaan dapat menetapkan target yang tepat untuk dijadikan pasar sasar-an da proses marketing. Perusahaan juga dapat menetapkan strategi pemasaran yang efektif. Masalahnya, parameter apa yang digunakan untuk mengukur pasar agar masuk dalam kategori rasional atau emosional? Apakah karena faktor follow the trend, dianggap sebagai alat untuk menjustifikasi sebagai bagian dari pasar emosional? Atau faktor ketaatan market un-tuk menjalankan nilai yang diajarkan oleh agamanya sebagai indikator untuk memasukkan dalam pasar emosional?

Sesungguhnya, bagi orang awam, distorsi wacana pa-sar rasional dan pasar emosional telah memasuki ranah nilai pada diri seseorang. Biasanya, orang yang disebut rasional difahami sebagai person yang menempatan rasio, akal fikir, sebagai alat kontrol untuk mengambil keputusan. Orang yang berfikir rasional, dianggap sebagai sosok yang dapat meman-faatkan kekuatan akal fikir untuk memilih sebuah produk se-cara tenang dan penuh pertimbangan. Tanpa dibarengi rasa emosi atau ketergesaan dalam memilih. Kadang juga, istilah rasional dimaknai sebagai sesuatu yang masuk akal. Sehing-ga, tidak jarang sesuatu yang dianggap tidak masuk akal dise-but dengan irasional. Oleh karena itu, dilihat dari makna im-plisit, istilah rasional mendekati makna kata yang berkonotasi positif, daripada negatif.

Sebaliknya, istilah emosional lebih identik dengan kondi-si seseorang yang mengesampingkan daya nalar, kekuatan fikir, untuk memutuskan suatu perkara. Bahkan, kata emo-sional mengandung makna kata yang negatif. Misal, ada se-orang berkata, “Janganlah kamu emosi menghadapi masalah ini”. Artinya, kita diminta tenang untuk memilih dalam me-ngambil keputusan, apakah harus mengambil produk yang

Page 50: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Umat Islam Bukan Market Yang Emosional — 39

ditawarkan oleh perusahaan atau mengabaikan produk terse-but untuk tidak jadi dibeli. Jadi, secara implisit, kata emo-sional berkonotasi negatif. Dengan makna tidak rasional dan cenderung lepas kontrol.

Sinyalemen yang menyatakan kalau market share di industri perbankan syariah di-dominasi oleh pangsa pasar yang tidak rasional (baca: emosional) kuranglah tepat, jika tidak ingin dikatakan sebagai satu kesalahan. Bagi umat Islam, melaku-kan transaksi di perbankan syariah, selain bermotivasi untuk meraih falah (kebahagiaan di dunia), juga sebagai perwujud-an dari ketaatan untuk menjalankan nilai yang ada dalam ajaran Islam. Dalam hal ini, umat Islam sadar dan berfikir secara rasional untuk memastikan bertransaksi secara islami pada bank syariah. Umat Islam bukanlah secara emosional menjatuhkan pilihan untuk menitipkan dananya pada bank syariah. Umat Islam, sekali lagi, sangat rasional dan berfikir secara smart, karena dengan menetapkan hati di bank syariah berarti telah menjalankan perintah agama Islam. Menjalan-kan perintah agama adalah bagian dari pengamalan ajaran Islam secara rasional. Bagi kita, umat Islam, berfikir tentang surga adalah bagian yang rasional. Umat Islam akan marah jika disebut emosional dalam menyikapi bank syariah.

Oleh karena itu, diferensiasi pasar rasional dan pasar emosional kuranglah tepat jika dinisbahkan pada umat Islam. Munculnya pembedaan pasar rasional dan pasar emosional, sesungguhnya berawal karena market share di industri perbank-an syariah relatif masih kecil. Tepatnya, baru pada kisaran angka 1,7%. Sedangkan, di lain pihak, BI telah membidik target market share di industri perbankan syariah pada tahun 2008 di angka 5%. Walaupun dalam kaca mata beberapa pengamat industri perbankan syariah, target tersebut diang-gap kurang rasional.

Page 51: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

40 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Setelah itu, beberapa pihak berpendapat, perolehan mar-ket share pada angka 1,7% ikut disumbang oleh pangsa pasar bank syariah yang baru pada wilayah emosional. Dalam hal ini, pangsa pasar rasional dianggap tidak banyak memberikan sumbangan dalam pengembangan bank syariah. Inilah justi-fikasi yang sering diungkap oleh para pihak yang mengusung adanya pasar emosional.

Sesungguhnya, kalau diperhatikan dengan cermat, yang menjadi masalah serius dalam pengembangan indus-tri perbankan syariah terletak pada aspek sosialisasi. Sela-ma ini, dirasakan sosialisasi perbankan syariah masih belum menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, jika ada pihak yang mengkerdilkan peran Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) dalam melakukan proses sosialisasi perbankan syariah ke masyarakat, secara tidak langsung te-lah memasung pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia.

Tetapi, jika kita masih ingin memaksakan penggunaan istilah pasar emosional bagi kalangan umat Islam yang melakukan transaksi di industri perbankan syariah. Secara tidak langsung akan memberikan penegasan bahwa, semua pelaku di industri perbankan syariah dianggap emosional. Apa memang seperti itu? Oleh karena itu, menurut hemat saya, sa ngat lah kurang tepat memetakan market share industri perbankan syariah dengan menggunakan istilah pasar ra-sional dan pasar emosional. [hsn]

***

Page 52: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MENGUKUR KiNERJA Bank Syariah

Sejak beroperasinya bank syariah pada awal paroh ta-hun 90-an, kini eksistensinya sudah hampir 20 tahun. Dengan usia yang masih relative muda, sudah cukup

banyak kinerja yang dilakukan oleh bank syariah dalam ikut serta memberikan konstribusi bagi perekonomian nasional. Namun demikian, kinerja bank syariah sampai akhir tahun 2010 belum dapat mencerminkan target yang pernah di-canangkan oleh otoritas perbankan Indonesia dengan mene-tapkan perolehan market share pada angka 5%.

Data statistik perbankan syariah yang dilansir oleh Bank Indonesia per Oktober 2010 secara umum menggambar-kan adanya trend pertumbuhan di industri perbankan syariah da-lam kurun waktu satu tahun (YoY). Jika dibandingkan dengan data statistik bulan Oktober 2009, asset bank syariah tumbuh cukup signifikan mencapai angka 43.4%. Ada kenaikan as-set sebesar Rp26.8 T dari awalnya hanya Rp61 T, kini sudah mencatatkan angka sebesar Rp88.4 T, sehingga market share perbankan syariah terhadap total asset perbankan nasional

Page 53: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

42 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

baru tercapai di angka 3,1%Pertumbuhan di atas sejatinya belum memenuhi target

sesuai rencana grand strategy pengembangan pasar perbank-an syariah yang ditetapkan oleh otoritas perbankan Indone-sia. Bank Indonesia melalui Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) menetapkan target pertumbuhan industri di tahun 2010 sebesar 81%. Artinya, total asset yang harus tercapai oleh industri perbankan syariah sebesar Rp124 T, sehingga positioning perbankan syariah di Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN dapat terlampaui.

Capaian pertumbuhan tersebut merupakan hasil dari proses konversi dan spin off yang terjadi di industri perbankan syariah. Terhitung sejak awal tahun 2010 terjadi penambahan pelaku di industri, khususnya di Bank Umum Syariah (BUS). Ada 5 (lima) Bank Umum Syariah baru yang beroperasi di tahun 2010, yakni Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, Bank Jabar dan Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank Indonesia Syariah. Sehingga total pelaku di industri perbank-an syariah per Oktober 2010 terdiri dari 11 Bank Umum Sya-riah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Konven-sional, dan 148 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Terkait dengan data UUS dan BPRS terjadi penyusutan 2 UUS dan 115 BPRS dari 25 UUS dan 263 BPRS (YoY).

Namun demikian, pertumbuhan asset industri belum te-rimbangi dengan pertumbuhan pekerja di industri perbank-an syariah. Tercatat pertumbuhan pekerja hanya pada ang-ka 14.7% (YoY). Kini total pekerja di bank syariah sebanyak 3.111 orang meningkat 308 orang dari jumlah 2.083 pekerja di bank syariah per Oktober 2009. Pertumbuhan pekerja yang masih rendah menjadi problem di industri, sebab akan mem-buka peluang terjadinya praktek “bujuk membujuk” ataupun “bajak membajak” sumber daya manusia (SDM) antar bank

Page 54: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Mengukur Kinerja Bank Syariah — 43

syariah. Oleh karena itu, salah satu solusinya bank syariah dapat melakukan kerja sama dengan Perguruan Tinggi (PT) yang membuka prodi perbankan syariah atau kajian ekonomi Islam untuk men-supply kebutuhan SDM di bank syariah.

Dari sisi funding, kinerja bank syariah 2010 mencermink-an kondisi yang cukup menggembirakan. Terlihat dari hasil penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), industri perbank-an syaraiah mencatatkan besaran pada angka Rp68 T. Ada kenaikan 42.5% atau Rp20.3T pada periode yang lalu. Se-belumnya, pada Oktober 2009 industri perbankan syariah membukukan dana funding-nya sebesar Rp40.7 T. Problem penghimpunan dana yang dihadapi oleh bank syariah saat ini adalah belum mampunya bank syariah memperoleh dana pihak ketiga dengan cost of fund yang rendah. Kondisi ini dise-babkan karena industri perbankan syariah juga harus mere-butkan market dan bersaing dengan industri perbankan kon-vensional yang relatif eksistensinya sudah ada jauh sebelum industri perbankan syariah ada.

Pertumbuhan juga terjadi di sisi financing. Industri per-bankan syariah telah menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas pembiayaan sebesar Rp65 T. Tumbuh 38.9% dari sebelumnya hanya Rp46 T. Dilihat dari Financing to Deposit Ratio-nya, FDR bank syariah mengalami penurunan sebesar 2.54% (YoY), dari posisi awal 97.30% menjadi 94.76%. Ekspansi di sisi pembiayaan masih terkontrol dengan baik, karena kualitas rasio pembiayaan bermasalah (NPF) di industri perbankan syariah dapat ditekan pada angka 3.95%. Terjadi penurunan NPF 1.56% dari sebelumnya, Oktober 2009, NPF bank syariah sempat mencapai angka 5.51%. Da-lam rangka untuk mengurangi rasio pembiayaan yang ber-masalah, tetkala melakukan financing hendaknya bank syariah terlebih dahulu membuat kajian yang mendalam mengenai

Page 55: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

44 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

industri dan target investasi, yang selanjutnya dapat dipe-domani oleh account officer (AO) di bank syariah.

Sedang dari sisi rasio kecukupan modal (CAR), industri perbankan syariah per Oktober 2010 mampu meningkatkan posisi CAR-nya sebesar 4.24% (YoY), dari posisi awal 11.50% menjadi 15.74%. Selain itu, industri perbankan syariah perlu memperoleh apresiasi karena mampu meningkatkan efisiensi dengan adanya indikator penurunan BOPO sebesar 4.34% (YoY), dari 83.28% menjadi 78.94%.

Strategi PercepatanDalam mengejar ketertinggalan target market share 5%,

pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia perlu memperoleh ‘asupan nutrisi’ dari Bank Indonesia dan pemer-intah. Selama ini, Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) Bank Indonesia telah membuat blue print dan grand strategy pengem-bangan industri perbankan syariah yang hasilnya masih pada angka 3,1%. Maka, sebagai salah satu langkah percepatan pengembangan industri, pemerintah melalui Kementerian Negara BUMN harus berani meng-konversi salah satu bank BUMN untuk menjadi Bank Umum Syariah.

Selain itu, pemerintah sudah sewaktunya membuat fo-rum antar Kementerian untuk mensupport pengemban-gan industri perbankan syariah, karena pada saat Festival Ekonomi Syariah (FES) 2008 di JCC, Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono, sudah merespon baik pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia. [hsn]

Page 56: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MENGUAK PERTUMBUHAN Bank Syariah

Pertumbuhan bank syariah di Indonesia pada semes-ter pertama, Januari-Juli 2009, dirasakan cukup sig-nifikan, walau masih jauh dari harapan. Sebab target

capaiannya masih sebatas target pesimis. BI dalam rencana proyeksi optimis perkembangan perbankan syariah 2009 sem-pat mematok angka Rp. 87 triliun untuk total aset yang diraih dengan pertumbuhan aset sebesar 75%. Namun faktanya, berdasarkan informasi yang dilansir dalam data statistik per-bankan syariah BI per Juli 2009, total aset perbankan syariah masih di angka Rp. 57,4 triliun. Total aset Rp. 57,4 triliun ini merupakan gabungan dari aset bank umum syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Isu percepatan pengembangan industri perbankan sya-riah yang pernah sempat mencuat pada paroh awal tahun 2008, dengan target 5%, realitanya belum bisa memberikan bukti yang menggembirakan. Ibarat mobil, pertumbuhan bank syariah jalannya masih belum cepat. Masih banyak membutuhkan ‘amunisi’ yang dapat menggerakkan secara ce-

Page 57: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

46 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

pat pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Jika dicermati, pertumbuhan aset bank syariah sejak Desember 2008 hingga Juli 2009 rata-rata tumbuh di atas 1 trilun. Tercatat pada De-sember 2008, total aset bank syariah sebesar Rp. 49,5 triliun. Naik pada Maret 2009 menjadi Rp. 51,6 triliun, serta tumbuh menjadi Rp. 55,6 triliun di Juli 2009. Data ini belum terma-suk kumpulan aset yang dihimpun oleh BPRS sebesar Rp. 1,8 triliun pada Juli 2009.

Namun demikian, pertumbuhan bank syariah pernah menorehkan catatan sejarah yang spektakuler dengan ca-paian pertumbuhan sebesar 261,18% pada Desember 2002 dengan total aset sebesar Rp. 4.05 triliun dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Waktu itu, sudah ada dua bank umum syariah (BUS) dan enam unit usaha syariah (UUS). Jika saat ini operator di industri perbankan syariah ada 5 bank umum syariah, 24 unit usaha syariah, dan 134 BPRS, maka fakta ini merupakan amunisi besar yang dapat menguatkan pertumbu-han bank syariah di masa mendatang.

PeluangBerdasarkan kalkulasi yang ada, pertumbuhan bank sya-

riah ke depan mempunyai peluang besar untuk lebih cepat tumbuh dan berkembang meramaikan industri perbankan nasional Indonesia. Hal ini dapat mungkin terjadi dengan dukungan beberapa faktor, seperti di bawah ini:

Pertama, secara yuridis eksistensi perbankan syariah sema-kin kuat setelah disahkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah. Operator di industri perbankan syariah sudah tidak perlu ragu lagi melangkah untuk mengembang-kan perbankan syariah di Indonesia. Apalagi dukungan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada saat sambu-tannya di pembukaan acara Festival Ekonomi Syariah II 2009

Page 58: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menguak Pertumbuhan Bank Syariah — 47

menegaskan adanya harapan besar bagi pelaku di industri perbankan syariah untuk ikut serta mewarnai perkembangan industri perbankan nasional. Lebih khusus lagi, Presiden ber-harap industri perbankan syariah dapat menyokong pertum-buhan pembangunan ekonomi di Indonesia.

Kedua, potensi market yang sangat besar. Mayoritas pen-duduk Indonesia yang beragama Islam memiliki kekuatan tersendiri untuk membantu pengembangan perbankan sya-riah. Hingga kini, market share di industri perbankan syariah masih kalah jauh dengan market share di industri perbankan konvensional. Oleh karenanya, sangat dimungkinkan ke de-pan, baik pelan atau cepat, terjadi perimbangan market share di industri perbankan syariah dan industri perbankan konven-sional. Apalagi akhir-akhir ini, pemahaman masyarakat men-genai bank syariah mulai berkembang pesat.

Ketiga, menjalankan kebijakan spin off dan konversi. Da-lam rangka mempercepat laju pertumbuhan bank syariah, BI dapat mendorong Unit Usaha Syariah untuk memisahkan di-rinya (spin off) dari bank induknya atau konversi dari bank kon-vensional menjadi bank syariah. Setelah spin off UUS BRI dan mengkonversi Bank Jasa Arta menjadi BRI Syariah, serta dii-kuti oleh konversinya Bank Bukopin menjadi Bank Bukopin Syariah, ke depan langkah ini akan diikuti oleh UUS BNI. Se-suai dengan amanah yang ada dalam UU No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, 15 tahun setelah disahkannya UU Perbankan Syariah bank konvensional yang mempunyai UUS harus mengikhlaskan untuk di-spin off dari induknya.

Keempat, inovasi produk pada industri perbankan sya-riah. Jika dibandingkan dengan produk yang dimiliki oleh industri perbankan konvensional, perbankan syariah relatif mempunyai variasi produk yang beraneka ragam. Dari sisi financing, perbankan syariah dapat menginovasi produk yang

Page 59: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

48 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

berdasarkan pada prinsip jual-beli (murabahah, salam dan istish-na), prinsip bagi hasil (musyarakah dan mudharabah), dan prinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik). Inovasi produk yang dilakukan oleh perbankan syariah hendaknya mengacu pula pada prinsip service satisfaction, sehingga akan memikat nasa-bah baru untuk bertransaksi di industri perbankan syariah.

TantanganSelain peluang yang begitu besar bagi pengembangan

industri perbankan syariah di Indonesia, lajunya juga meng-hadapi berbagai macam tantangan yang sesungguhnya ka-lau di-manage dapat melahirkan peluang pula. Karena dalam pepatah Cina diungkapkan, “tantangan itu akan melahirkan peluang”. Di antara tantangan dalam laju pengembangan in-dustri perbankan syariah adalah sebagai berikut:

Pertama, persaingan produk di industri keuangan syariah. Tidak dipungkiri, di Indonesia kini juga berkembang industri keuangan syariah non bank, seperti reksadana syariah, asu-ransi syariah ataupun instrumen investasi syariah seperti surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk. Pada awal tahun 2009, pemerintah melalui Departemen Keuangan RI telah menerbitkan Sukuk Ritel untuk dijual ke pasar. Hasilnya di luar dugaan. Penjualan Sukuk Ritel tersebut melampaui batas target perkiraan.

Secara tidak langsung, Sukuk Ritel merupakan produk pesaing di industri perbankan syariah dari sisi funding. Peme-rintah menetapkan imbalan Sukuk Ritel sebesar 12%. Hal ini akan mengakibatkan ‘kanibalisasi’ pada produk funding bank syariah yang hanya menawarkan nisbah bagi hasilnya pada kisaran 8-10%. Akhirnya, ada indikasi pelarian dana pihak ketiga (DPK) bank syariah ke instrumen investasi Sukuk Ritel.

Kedua, minimnya sumber daya manusia (SDM) yang

Page 60: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menguak Pertumbuhan Bank Syariah — 49

mempunyai kompetensi di industri keuangan syariah. Saat ini, kebanyakan SDM yang ada di industri perbankan syari-ah adalah mereka yang dulunya pernah terlibat di bank kon-vensional. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya ‘pembajakan’ SDM antar operator di industri perbankan sya-riah. Apalagi ke depan arahnya akan ada banyak bank umum syariah baru, tentunya juga akan membutuhkan SDM yang kompeten di industri perbankan syariah.

Ketiga, masih tingginya tingkat rasio pembiayaan yang bermasalah (NPF) di bank syariah. Data statistik perbankan syariah BI menginformasikan kalau NPF bank syariah ada kenaikan kembali dari periode Juni-Juli 2009. Pada bulan Juni, NPF bank syariah tercatat pada angka 4,39% naik pada Juli menjadi 5.15%. Adanya NPF yang relatif tinggi ini bisa jadi karena nafsu keinginan ekpansi yang besar dalam pen-yaluran pembiayaan oleh industri perbankan syariah, tanpa mengindahkan risk management yang ketat.

Keempat, belum terbangun koordinasi antara industri keuangan syariah. Kondisi ini terlihat dalam kasus penerbitan sukuk ritel oleh pemerintah melalui Departemen Keuangan. Terasa adanya keinginan yang belum koordinatif dari Kebon Sirih dan Lapangan Banteng. Pasalnya, pasukan di Kebon Sirih sedang mengejar target market share industri perbankan syariah yang masih jauh dari harapan seharusnya mendapat dukungan dari Lapangan Banteng dengan penempatan dana hasil penjualan sukuk ritel di bank syariah.

Selain itu, gambaran umum mengenai laju pertumbuhan bank syariah dari sisi rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (FDR) hampir rata-rata di atas 100%. Pada bulan Ma-ret 2009, tercatat FDR bank syariah pada angka 103,33%, terkoreksi menurun pada bulan Juni menjadi 100,22%. Se-dangkan komposisi dana pihak ketiga yang dihimpun oleh

Page 61: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

50 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

industri bank syariah mengalamai tren kenaikan 1 triliun dari bulan Juni sebesar 42 triliun menjadi 43 triliun pada bulan Juli. [hsn]

Page 62: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MANDAT YANG BESAR Bagi Bank Syariah

Saat ini eksistensi bank syariah di Indonesia merupa-kan sesuatu yang fenomenal. Masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, sudah tidak asing lagi tetkala

membincang bank syariah. Ini dikarenakan sosialisasi bank syariah ke masyarakat luas berjalan dengan gencar. Bahkan, BI selaku otoritas tertinggi dunia perbankan Indonesia telah banyak mereformasi dirinya dengan memberikan tempat bagi pengembangan perbankan syariah di tanah air. Gambaran ini terlihat dengan adanya satu Direktorat di BI yang khusus men-gatur perbankan syariah. Sebuah gambaran kemajuan yang pesat bagi pengembangan dunia perbankan syariah di Indo-nesia. Data di BI sampai akhir Desember 2004 menyebutkan sudah ada 443 jaringan kantor bank yang beroperasi dengan syariah, baik kantor yang berasal dari Bank Umum Syariah, bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Setelah BI memberlakukan dual banking system, model perbankan yang dapat beroperasi di Indonesia tidak hanya

Page 63: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

52 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

model perbankan konvensional saja dengan bunga sebagai instrumennya, tetapi model perbankan syariah juga telah mempunyai tempat dan dapat dipraktekkan dalam sistem perbankan nasional. Dua buah model perbankan ini mem-punyai wilayah kerja masing-masing dan diberi kesempatan untuk berkembang secara sehat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bank konvensional yang selama ini sudah eksis sejak pu-luhan tahun masih menguasai porsi yang besar dalam pangsa pasar perbankan nasional di Indonesia. Tidak kurang dari 98,15% pangsa pasar perbankan nasional dikuasai oleh dunia perbankan konvensional. Sisanya, 1,85% baru dibagi dengan perbankan syariah. Sebuah ganbaran perbandingan yang belum seimbang. Realita ini menjadi tantangan bagi dunia perbankan syariah untuk lebih bekerja keras dalam mengem-bangkan sayapnya meraih pembagian pangsa pasar yang leb-ih besar.

Walaupun begitu dunia perbankan syariah mempunyai satu nilai lebih dibanding dengan perbankan konvensional. Mandat operasional yang dimiliki oleh perbankan syariah lebih besar dan lebih luas jika dibanding dengan mandat atau wewenang operasional yang dimiliki oleh dunia perbankan konvensional. Di dalam konsep perbankan syariah, produk yang dapat dikembangkan lebih variatif. Konsep perbank-an syariah mengenal adanya produk; mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, ijarah, wakalah, hawalah, dan kafalah. Produk ini hanya dapat dioperasikan oleh model perbank-an syariah dan tidak dapat dijalankan oleh dunia perbankan konvensional. Maka dari itu, dalam perbankan konven-sional tidak mengenal istilah produk-produk di atas karena memang “aturan main-nya” tidak memperkenankan untuk menjalank-annya.

Page 64: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Mandat Yang Besar Bagi Bank Syariah — 53

Mandat yang dimiliki oleh dunia perbankan konvensio-nal sebatas sebagai lembaga penghubung (mediatory)an-tara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang kekurang an dana (minus). Sedangkan hubungan yang terjalin antara bank dengan nasabah pada perbankan konvensional adalah hubungan antara seorang debitur dengan kreditur atau sebalik nya, yaitu hubungan antara pihak yang memberikan pinjaman dengan pihak yang mendapatkan pinjaman de-ngan menempatkan instrument bunga sebagai alat pengambil keuntungan (margin).

Dalam prakteknya bank konvensional akan memberi-kan bunga simpanan kepada nasabah penabung. Sebaliknya, bank konvensional akan mengenakan bunga pinjaman ke-pada nasabah peminjam. Aturan main yang biasa dilakukan oleh dunia perbankan konvensional mengharuskan besaran nilai bunga pinjaman lebih tinggi dibanding dengan besaran yang ada pada bunga simpanan. Pada posisi ini bank kon-vensional mengambil keuntungan (margin) dari selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan. Jika kondisi yang ter-jadi adalah positive spread maka dalam pandangan dunia per-bankan konvensional akan mendapatkan keuntungan. Tetapi kondisi positive spread tidak berlaku secara permanen. Suatu ke-tika bank konvensional akan mengalami apa yang dinamakan dengan negative spread dan ini terjadi pada krisis moneter pada awal tahun 1998. Banyak bank konvensional yang mengala-mi negative spread sehingga berakibat pada proses likuidasi atau paling tidak dimerger dengan bank lain.

Adapun operasional bank syariah tidak didasarkan kepa-da intrumen bunga, tetapi didasarkan atas konsep bagi hasil dan risiko. Hal ini berlaku pada produk perbankan syariah yang berbasis pada konsep mudharabah dan musyarakah. Prinsip utama dalam operasional bank syariah mengacu pada profit

Page 65: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

54 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

and loss sharing system, yaitu satu prinsip operasional yang di-dasarkan pada pembagian keuntungan dan penanggungan risiko kerugian antara pihak bank dan nasabah. Jika suatu investasi yang dilakukan oleh perbankan syariah mendapat-kan keuntungan (profit), maka keuntungan tersebut dibagi an-tara pihak bank dan nasabah. Begitu pula, jika investasinya mengalami kerugian (loss) maka risiko kerugian tersebut juga dipikul bersama-sama sesuai dengan besaran nisbah yang di-tanggung. Pada posisi ini hubungan yang terjalin antara bank dengan nasabah adalah hubungan antara pemilik modal (sha-hibul mal) dan pengusaha (mudharib). Hubungan ini menggam-barkan adanya hubungan kemitraan dalam usaha. Nasabah penabung atau deposan berposisi sebagai shahibul mal tetkala menyertakan uang (modal)-nya dalam perbankan syariah, se-dangkan pihak bank dalam hal ini selaku mudharib. Lain hal-nya, tetkala bank syariah menyalurkan pembiayaan kepada nasabah, maka pihak bank berposisi sebagai shahibul mal se-dangkan pihak nasabah yang mendapatkan pembiayaan ber-posisi sebagai mudharib. Tetkala pembiayaan yang disalurkan bank syariah kepada nasabah mengalami keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi dengan pihak bank dan deposan atau nasabah penabung.

Di sisi lain, perbankan syariah dapat melakukan transaksi yang berbasis pada akad jual-beli. Mandat ini tidak dimiliki oleh dunia perbankan konvensional. Artinya, dalam opera-sionalnya perbankan konvensional tidak dapat melakukan ke-giatan jual-beli. Ini merupakan kelebihan yang dimiliki oleh perbankan syariah. Produk perbankan syariah yang mengacu pada prinsip jual-beli dapat dilihat dalam model murabahab, salam dan istishna. Hubungan yang terjalin antara pihak bank dengan nasabah adalah hubungan antara penjual dan pem-beli. Pada produk murabahah, nasabah berposisi sebagai pihak

Page 66: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Mandat Yang Besar Bagi Bank Syariah — 55

pembeli sedangkan pihak bank berkedudukan sebagai pihak penjual. Konsep murabahah memberikan keuntungan kepa-da kedua belah pihak, baik pihak bank maupun pihak nasa-bah. Pihak nasabah (pembeli) mendapat keuntungan karena dapat membeli suatu barang dengan melalui pembayaran se-cara angsuran. Hal ini dapat membantu nasabah yang tidak mempunyai modal yang banyak dalam membeli (mengada-kan) barang yang diinginkan secara kontan (cash). Sedangkan keuntungan yang dapat dinikmati oleh bank syariah berupa keuntungan (margin) dari harga jual. Begitu pula dengan mod-el salam dan istishna. Kedua model transaksi yang terakhir ini memakai sistem jual-beli dengan pemesanan yang pemba-yarannya dilakukan di muka, sedang barang yang diperjual-belikan masih berbentuk pesanan. Keuntungan bank yang dapat diperoleh dari transaksi ini berupa margin dari harga penjualan.

Mandat lain yang dapat dijalankan oleh bank syariah berupa praktek ijarah atau sewa. Dalam praktek ijarah, hubun-gan yang terjalin antara bank dan nasabah adalah hubungan antara pihak penyewa dan pihak yang menyewakan. Mandat ini menjadikan wewenang bank syariah semakin besar jika dibanding dengan wewenang yang dimiliki oleh bank kon-vensional. Perbankan konvensional tidak mempunyai mandat dalam menjalankan ijarah karena peraturan yang ada tidak memberikan wewenang kepada dunia perbankan konven-sional. Konsep ijarah merupakan fasilitas yang dimiliki bank syariah untuk memberi kesempatan kepada nasabah yang in-gin menyewa barang kepada bank. Dalam ijarah murni tidak ditemukan adanya pemindahan hak milik dari pihak yang menyewakan ke pihak penyewa. Nasabah memperoleh keun-tungan dengan cara mengambil manfaat dari barang yang disewakan. Sedang bank syariah mendapat keuntungan (mar-

Page 67: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

56 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

gin) dari jasa sewa, yaitu uang sewa. Mandat terakhir yang dapat dijalankan oleh dunia per-

bankan syariah adalah produk yang berbasis pada jasa, ter-masuk di dalamnya hawalah, wakalah dan kafalah. Perbankan syariah dapat menerapkan pelayanan dalam bidang jasa. Produk hawalah dalam bank syariah dapat berupa pelayanan transfer (transfer service). Sedang wakalah adalah jasa perwakilan (deputyship). Adapun kafalah dapat dilakukan oleh perbankan syariah berupa jasa penjaminan (guaranty). Bank mendapatkan keuntungan dari ketiga produk tersebut dalam bentuk fee atau uang jasa. Mandat ini sekilas memang diketemukan dalam bank konvensional dalam bentuk produk jasa lain yang sering digunakan dalam memberi pelayanan kepada nasabah bank konvensional.

Mandat yang besar ini merupakan kelebihan yang dimi-liki oleh perbankan syariah dan menjadi pembeda dengan dunia perbankan konvensional. Dunia perbankan syariah dalam hal ini harus dapat bersikap tegas dan konsisten da-lam menjalankan produk-produk yang telah digariskan secara konseptual. Konsisten dalam arti benar-benar sesuai dengan pakem yang berlaku dalam bank syariah. Mengapa hal ini perlu dipertegas di sini? Karena sementara ini ada beberapa pihak yang melihat praktek perbankan syariah tidak jauh berbeda dengan praktek yang dijalankan oleh perbankan konvension-al. Kata mereka yang melihat miring terhadap bank syariah, “Bajunya saja yang syariah, tetapi dalamnya (subtansinya) masih konvensional”. Mereka melihat praktek murabahah yang diselipi dengan wakalah tidak jauh berbeda dengan model kredit pada perbankan konvensional. Hal ini dikarenakan penyerahan pada produk murabahab dengan wakalah bukan berbentuk barang yang ingin dibeli oleh nasabah, tetapi beru-pa uang. Apa bedanya dengan bank konvensional? Dalam hal

Page 68: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Mandat Yang Besar Bagi Bank Syariah — 57

ini, pihak bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang yang diinginkan. Kenyataan seperti ini sudah tidak se-suai lagi dengan pakem awal dari konsep murabahah. Konsep murabahah mengharuskan adanya penyerahan barang, karena dasar dari akad murabahah adalah jual-beli (al-ba’i).

Contoh kasus di atas perlu mendapat perhatian serius dari otoritas tertinggi lembaga keuangan syariah di Indonesia agar suara miring tersebut hilang dalam praktek perbankan syariah. Maka dari itu, perlu adanya peraturan yang tegas dalam bentuk sangsi atau hukuman bagi lembaga keuangan syariah yang operasional melenceng dari kaedah dasar. Hal ini dapat dilakukan dengan menaikan status fatwa yang dike-luarkan oleh DSN-MUI menjadi sebuah peraturan hukum yang mengikat bagi lembaga keuangan syariah, baik berupa peraturan perundangan atau peraturan pemerintah. [hsn]

Page 69: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

58 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 70: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MURABAHAH PRODUK FAvORiT Perbankan Syariah

Umat Islam Indonesia sebaiknya bergembira dan bersyukur dengan adanya model perbankan syariah yang berkembang dengan pesat dewasa ini. Ada nya

perbankan syariah di Indonesia merupakan cita-cita luhur yang sejak lama diimpikan oleh penggagas adanya ekonomi Islam secara kelembagaan. Mereka memandang ekonomi Islam tidak akan mengalami perkembangan yang signifikan jika tidak terformulasikan dalam bentuk kelembagaan. Maka dari itu, mulai awal tahun 90-an tepatnya pada tahun 1991, di Indonesia mulai didirikan model perbankan yang opera-sionalnya didasarkan pada syariah Islam. Waktu itu, bank syariah yang bertama kali muncul adalah Bank Muamalat Indonesia, yang biasa disingkat dengan BMI. Pemilihan kata muamalat yang melekat pada nama bank tersebut kadang kala masih membuat “kerepotan” masyarakat Indonesia untuk mengucapkannya. Sampai suatu ketika ada orang Indonesia yang keplicut mengucap muamalat dengan mualamat. Apa boleh buat memang bank syariah ini diformat dalam nuansa yang kental dengan proses Arabisasi. Terbukti dengan banyaknya

Page 71: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

60 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

pemakaian kosa kata yang “meng-import” dari bahasa Arab.Beroperasionalnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) di

Indonesia telah menandai babak baru dunia perbankan di Indonesia. Sebelum ada BMI, sistem perbankan di Indone-sia masih memakai single banking system yang menempatkan instrumen bunga sebagai basis kekuatan dalam menjalan-kan segala transaksi perbankan. Single banking system ini yang bia sa kita sebut sebagai model perbankan konvensional yang nantinya sebagai pembeda dengan model perbankan syariah. Tetapi, setelah ada BMI dunia perbankan di Indonesia su-dah tidak lagi dimonopoli oleh perbankan konvensioanl yang umurnya diperkirakan telah mencapai puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun dan dianggap mempunyai andil dalam memperbesar kerugian negara di waktu krisis ekonomi 1997. Saat ini, perbankan konvensional sudah mempunyai “teman main” baru dalam bersaing di percaturan perbankan Indo-nesia. Teman baru tersebut adalah perbankan syariah yang dimotori oleh BMI. Maka dari itu, semenjak beroperasional-nya perbankan syariah di Indonesia, kebijakan perbankan di Indonesia tidak lagi memakai single banking system, tetapi be-rubah menjadi dual banking system dengan pengakuan terha-dap keberadaan perbankan syariah sebagai model perbankan yang legal di Indonesia. Legalitas tersebut merupakan man-dat yang termaktub dalam UU No. 10 tahun 1998 tentang Per-bankan.

Fenomena ini memberikan arti yang penting bagi perkembangan ekonomi Islam di Indonesia. Selama ini, ekonomi Islam baru dalam tahap pengkajian dan dipraktek-kan secara terbatas pada skala yang kecil dengan menem-patkan sektor “keluarga muslim” sebagai acuan pelaksanaan ekonomi Islam secara mikro. Beberapa praktek ekonomi yang dilakukan oleh “keluarga muslim” memberikan indikasi dan

Page 72: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Murabahah Produk Favorit Perbankan Syariah — 61

makna bahwa ekonomi Islam itu sudah berlangsung sejak dahulu dengan cakupan yang masih sederhana. Bagaimana seorang bapak (baca: kepala rumah tangga) mencari peng-hidupan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja secara halal dan thayyib? dan realita kehidupan seder-hana yang dilakukan oleh beberapa komunitas keluarga mus-lim adalah praktek dari ekonomi Islam secara mikro. Maka, dengan adanya model perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan ekonomi Islam. Perkembangan yang mengantarkan ekonomi Islam sebagai suatu lembaga ekonomi modern yang ikut serta berperan da-lam percaturan perbankan di tingkat nasional.

Setelah BMI lahir dan dapat dipercaya dalam mengem-ban amanah perbankan syariah serta berhasil mencitrakan sebagai perbankan yang tahan diterpa krisis ekonomi pada tahun 1998, bermunculan perbankan syariah lainnya yang ikut serta meramaikan kancah perbankan syariah di Indone-sia. Tercatat diantaranya adalah Bank Syariah Mandiri atau biasa disebut dengan BSM. Dalam hal ini ada dua model ope-rasional perbankan syariah di Indonesia; pertama, perbankan yang operasionalnya secara penuh syariah, semacam BMI dan BSM dan kedua, perbankan yang sekedar membuka win-dow dalam bentuk unit usaha syariah, seperti BNI Syariah, BRI Syariah, Bapindo Syariah dll.

Bank Syariah Mandiri (BSM) yang terlahir lebih akhir dibanding BMI, saat ini telah memposisikan sebagai satu-satu nya perbankan syariah yang mempunyai jaringan le-bih luas dan mempunyai aset lebih besar dibanding dengan “saudara tua-nya”. Hal ini dikarenakan oleh dukungan mo-dal yang kuat serta dukungan moral dari berbagai pihak, ter-masuk pemerintah sendiri.

Sementara ini, kekuatan yang dimiliki dunia perbankan

Page 73: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

62 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

syariah di Indonesia bertumpu pada model pengembangan produk murabahah yang berbasis pada prinsip jual-beli. Ter-bukti dengan kalau kita membaca setiap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perbankan syariah Indonesia, baik BMI maupun BSM, terlihat betapa besarnya porsi produk murabahah dibanding dengan produk perbankan syariah lain-nya. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa murabahah merupakan produk favorit yang dimiliki dunia perbankan syariah di Indonesia dewasa ini. Sampai BMI sendiri di-ple-set-kan menjadi “Bank Murabahah Indonesia” sudah bukan Bank Muamalat Indonesia, sedang BSM di-pleset-kan menja-di “Bank Syariah Murabahah” bukan Bank Syariah Mandiri. Sebuah plesetan yang mengandung kritik membangun untuk perbaikan pengembangan produk perbankan syariah pada masa yang akan datang. Ini menandakan bahwa dalam pro-duk murabahah ada sesuatu yang menarik dan menguntungkan jika dijalankan oleh dunia perbankan syariah.

Pertanyaan sekarang adalah mengapa perbankan syariah di Indonesia saat ini lebih menyukai pengembangan produk murabahah dibanding dengan produk yang lainnya? Ini dikare-nakan produk murabahah dibangun atas dasar prinsip jual-be-li dengan penempatan keuntungan (profit) yang sudah jelas besarannya ditentukan di awal perjanjian. Teori “jual-beli” selalu didasarkan atas margin keuntungan walaupun pada tingkat minimal. Orientasi yang dibangun oleh teori “jual-be-li” adalah mengejar keuntungan (profit) dan tidak ada satu-pun seorang pedagang yang berorientasi mengejar kerugian (loss). Dalam kondisi seperti ini, posisi perbankan syariah tidak jauh berbeda seperti “pedagang” yang mengambil keuntun-gan dari hasil menjual barang dagangannya kepada nasabah yang memerlukannya. Oleh karena itu, perbankan syariah akan selalu mendapat keuntungan dari penjualan barang

Page 74: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Murabahah Produk Favorit Perbankan Syariah — 63

melalui model murabahah dengan asumsi masih ada nasabah yang mau membeli barang dagangan yang ditawarkan oleh perbankan syariah.

Dalam prakteknya yang mempunyai peran aktif adalah pihak nasabah. Dimana pihak nasabah awalnya meminta bantuan kepada perbankan syariah untuk pengadaan suatu barang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukannya. Setelah perbankan syariah sepakat dan setuju dengan apa yang diingin kan oleh nasabah, pihak perbankan syariah mengada-kan barang dengan cara membeli barang tersebut ke suppli-er. Kemudian barang tersebut dijual lagi ke nasabah setelah ditentukan tingkat keuntungannya. Pihak perbankan syariah mendapat keuntungan dari selisih harga perjualan dengan harga pembelian. Persaingan harga secara kompetitif an-tara perbankan syariah dapat ditentukan dari besar kecilnya margin keuntung-an yang ditetapkan oleh perbankan syari-ah. Bisa jadi bank syariah A menetapkan margin keuntung-an lebih rendah dibanding dengan margin keuntungan yang ditetapkan oleh bank syariah B. Dalam hal ini, pihak nasabah diharapkan mempunyai kekuatan informasi harga yang luas di antara perbankan syariah untuk menentukan tingkat harga pembelian yang ideal. Harga yang ideal akan diperoleh se-orang nasabah jika ia mampu membeli barang sesuai dengan kekuatan yang dimilikinya.

Praktek murabahah pada perbankan syariah sekilas tidak jauh beda dengan model pembelian kredit yang biasa diterap-kan oleh komunitas tertentu di masyarakat kita. Masyarakat Tasikmalaya yang menjadi urban di Jakarta merupakan ko-munitas tangguh lagi ulet yang mempunyai tradisi kuat dalam menjalankan model jual-beli kredit ini. Mereka keluar masuk lorong-lorong di pinggiran Jakarta sekedar untuk menawar-kan barang dagangannya secara kredit. Tidak sedikit di an-

Page 75: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

64 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

tara mereka yang menuai kesuksesan dengan bisnis model ini dengan ditandai oleh kemampuan mereka membangun ru-mah yang layak huni di kampung halamannya, Tasikmalaya.

Pada dasarnya praktek jual-beli murabahah merupakan pengembangan produk (product development)dari model jual-beli yang sudah biasa dikenal (ma’ruf) di tengah-tengah masyarakat dengan penekanan pada cara pembayaran yang dilakukan se-cara tangguh (tidak tunai) baik secara angsuran ataupun tunai pada saat jatuh tempo. Jual-beli biasa mengharus-kan ada-nya proses tunai, dimana pertukaran barang dan uang an-tara penjual dan pembeli dilakukan tanpa menunggu waktu yang lama dan masih dalam satu tempat. Ini menjadi dasar terjadinya transaksi jual-beli. Sesuai dengan tuntutan kebu-tuhan manusia perkembang-an jual-beli sudah bergeser dari model tunai (cash) menjadi model jual-beli tangguh (credit). Keuntung an bagi pembeli adalah adanya keringanan dalam proses pembayaran yang dapat dilakukan dengan cara ang-suran. Lain dari itu, pembeli dapat mengukur batas kemam-puan dalam menentukan nilai angsuran yang harus dibayar-kan kepada penjual. Sedangkan keuntungan yang diperoleh penjual berbentuk margin keuntungan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan proses pembelian secara tunai (cash).

Dalam perbankan syariah pengembangan produk mu-rabahah mengharuskan adanya penyerahan secara langsung barang yang ditransaksikan kepada nasabah tanpa harus ada proses perwakilan. Beberapa kasus praktek murabahah menun-jukkan adanya penyimpangan dari khittah (pakem) yang men-dasari adanya transaksi murabahah itu sendiri. Penyimpangan itu berupa selipan akad wakalah dalam transaksi murabahah. Wakalah dalam transaksi murabahah terjadi melalui proses per-wakilan antara pihak perbankan kepada nasabah. Dimana pihak perbankan mewakilkan kepada pihak nasabah untuk

Page 76: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Murabahah Produk Favorit Perbankan Syariah — 65

melakukan pembelian sendiri barang yang diinginkan kepada supplier setelah mendapatkan uang pembelian dari bank. Prak-tek murabahah semacam ini menyerupai transaksi kredit pada perbankan konvensional. Mengapa demikian? Karena dalam murabahah yang di-selipi akad wakalah penyerahan bukan da-lam bentuk barang tetapi dalam bentuk uang cash yang hal ini juga dipraktekkan dalam perbankan konvensional melalui pinjaman kredit. Murabahah model ini sudah tidak murni lagi, tetapi sudah di-pelintir sehingga dapat terjebak pada pember-lakuan model pinjaman kredit seperti pada perbankan kon-vensional.

Dalam kasus semacam ini diperlukan adanya penga-wasan yang ketat oleh Dewan Pengawas Syariah ataupun De-wan Syariah Nasional agar praktek murabahah sesuai dengan teori dasar yang melandasinya. Kalau tidak ada pengawasan yang ketat bisa diprediksikan keberadaan perbankan syariah di Indonesia akan menyerupai praktek perbankan kon-ven-sioal yang selama ini dianggap sudah tidak sesuai dengan sya-riah. [hsn]

***

Page 77: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

66 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 78: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

PROSPEK PERBANKAN SYARiAH Pasca Fatwa MUI

Sesuai dengan pemberitaan koran Republika Rabu, 17 Desember 2003, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui komisi fatwanya pada hari Selasa, 16 Desem-

ber 2003 telah mengeluarkan sebuah fatwa yang berkenaan dengan status keharaman bunga bank. Selama ini pemba-hasan mengenai bunga bank telah menjadi sebuah polemik yang berkepanjangan bagi sebagian ahli hukum di Indone-sia. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya kesatuan pandang-an ulama dalam memberikan nilai legalitas terhadap status bunga bank. Ulama bersepakat bahwa problematika bunga bank termasuk dalam masalah hukum Islam kontemporer (kekinian) yang sebelumnya tidak ditemukan dalam literatur hukum Islam klasik, maka dari itu diperlukan penetapan hu-kum atasnya. Selain itu, ulama juga bersepakat bahwa riba secara qoth’i telah dinash sebagai sesuatu yang haram dalam al-Qur’an dan Hadits.

Ada tiga pendapat ulama yang berkenaan dengan sta-tus hukum bunga bank; Pertama, bunga bank mirip atau equal dengan riba sehingga dihukumi haram. Keharaman

Page 79: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

68 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

bunga bank sama dengan keharaman riba yaitu sama-sa-ma mengandung unsur dzulm, yaitu adanya salah satu pihak yang melakukan akad merasa teraniaya dan jauh dari rasa keadilan ekonomi. Dalam hal ini adalah pihak debitor harus tetap menanggung beban bunga pinjaman yang dikenakan oleh pihak creditor dengan tidak menghirau-kan kondisi debi-tor apakah selama ia melakukan investasi akan mengalami keuntungan (profit) atau sebaliknya mengalami kerugian (loss). Kedua, bunga bank tidak sama dengan riba sehingga dihu-kumi boleh (halal) melakukan transaksi dengan sistem bunga bank. Alasan utama dari kelompok ini dengan memboleh-kan bunga bank sebagai instrumen dalam transaksi ekonomi modern adalah karena adanya ketidaksamaan antara riba dan bunga bank. Alasan lainnya adalah faktor inflasi, dimana uang sekarang mempunyai nilai yang berbeda dengan uang pada saat mendatang. Biasanya nilai uang pada saat ini akan mengalami penurunan jika dipakai (belanja) pada waktu yang akan datang. Sebagai gantinya dikenakan tambahan di muka dalam bentuk bunga. Ketiga, menganggap bunga bank se-bagai sesuatu yang tidak jelas hukumnya. Oleh karenanya bunga bank dikategorikan sebagai sesuatu yang subhat.

Fenomena fatwa bunga bank haram yang dikeluarkan oleh MUI telah memunculkan berbagai ragam tanggapan yang berbeda. Ada sebagian kelompok masyarakat yang mem-beri respon positif terhadap kehadiran fatwa ini, termasuk KH. Zainudin MZ dan lingkar kelompok praktisi keuangan syariah, Nurdin Hasibuan dan Riawan Amin. Kelompok ini mempunyai anggapan bahwa pada saat ini sudah waktunya diberikan penegasan pada umat Islam tentang status hukum bunga bank. Di sisi lain, logika yang dipakai oleh kelompok ini adalah sudah mencukupinyai institusi keuangan syariah di Indonesia, baik itu dalam bentuk lembaga perbankan syariah

Page 80: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Prospek Perbankan SyariahPasca Fatwa MUI — 69

ataupun lembaga keuangan non bank syariah, semisal lemba-ga asuransi syariah.

Sedang kelompok lain menanggapi lahirnya fatwa terse-but sebagai sesuatu yang tergesa­gesa. Syafi’i Ma’arif ada-lah salah satu orang yang menganggap hal tersebut sebagai langka yang tergesa-gesa. Menurutnya, terlebih dahulu diper-siapkan perangkatnya secara matang dan sempurna, terma-suk di dalamnya sistem dan operasional lembaga keuangan syariah. Karena dalam beberapa hal masih banyak ditemu-kan praktek perbankan syariah yang perlu dibenahi secara bersama, se perti pada kasus pembiayaan murabahab. Dalam pembiayaan murabahah, pihak perbankan selaku lembaga yang menyediakan barang seharusnya menyerahkan barang yang diingin kan oleh nasabah secara langsung dan jelas bukan memberikan dalam bentuk uang kepada nasabah untuk dibe-likan barangnya. Yang terjadi selama ini adalah yang terakhir, yaitu pihak perbankan langsung memberikan uangnya kepa-da nasabah untuk dimanfaatkan dalam bentuk pembelian barang. Hal semacam ini tidak jauh berbeda dengan praktek penyaluran kredit yang terjadi dalam dunia perbankan kon-vensional, dimana nasabah memperoleh uang langsung dari lembaga perbankan dan adanya komitmen untuk mengem-balikan uang tersebut secara angsuran.

Di sisi lain, kecenderungan yang terjadi selama ini da-lam dunia perbankan syariah selalu menempatkan model murabahah sebagai produk unggulan daripada produk-produk perbankan yang lain. Kalau dilihat dari hasil laporan keuang-an beberapa bank syariah di Indonesia, dapatlah diketahui prosentasi pembiayaan murababah menempati posisi teratas dibanding dengan produk perbankan lainnya. Padahal model pembiayaan yang sangat mendekati nilai keadilan antar pi-hak yang melakukan akad adalah pembiayaan dalam bentuk

Page 81: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

70 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

mudharabah ataupun musyarakah. Mengapa mudharabah lebih mendekati pada nilai keadilan ekonomi? Ini dikarenakan prinsip yang terkandung dalam pembiayaan mudharabah me-makai sistem profit and loss sharing, yaitu sebuah bentuk kerjasa-ma antara pemilik modal (shahib al-mal) dan pekerja (mudharib) untuk berbagi atas keuntungan dan kerugian. Jika usahanya mengalami keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai dengan nisbah yang disepakati. Begitu juga jika dalam usahanya mengalami kerugian, maka kerugian tersebut juga ditanggung secara bersama antara pemilik mo-dal (shahib al-mal) dan pekerja (mudharib). Oleh karena itu per-lu adanya reformasi yang signifikan dalam tubuh perbankan syariah.

Satu kelompok lagi yang merespon fatwa MUI tersebut sebagai sesuatu yang kurang ada gunanya dan merupakan se-buah pekerjaan yang dicari-cari. Asumsi yang dibangun oleh kelompok ini didasarkan pada kerangka dasar ekonomika Is-lam (Islamic Economics) yang dibangun atas prinsip; larang an riba (bunga bank), profit and loss sharing system, komoditi yang halal dan thoyib, serta instrumen zakat. Dalam pandangan kelompok ini, kalau berbicara tentang ekonomika Islam, persepsi tentang bunga bank ditempatkan pada posisi yang haram dan pengharamannya tidak membutuhkan pada se-buah fatwa yang harus dikeluarkan oleh sebuah lembaga ter-hormat semacam MUI, tetapi cukup dengan merujuk pada dalil-dalil syar’i yang berasal dari al-Qur’an dan Hadits yang menjelaskan tentang pelarangan riba. Karena sudah jelas bahwa bunga bank tidak lain adalah riba yang terbungkus dalam perekonomian modern yang diusung melalui insti-tusi lembaga keuangan modern semacam perbankan dan asuransi. Maka dari itu, tidak seharusnya MUI sampai ha-rus mengeluarkan fatwa tersebut sebagai ketentuan hukum,

Page 82: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Prospek Perbankan SyariahPasca Fatwa MUI — 71

karena legalitas sebuah fatwa tidaklah mempunyai kekuatan yang mengikat seperti sebuah peraturan yang terlahir melalui proses taqnin (diundangkan) secara formal oleh sebuah institu-si yang mendapatkan kekuatan hukum untuk mengeluarkan sebuah undang-undang, semacam DPR atau Presiden. Lebih ironis lagi jika pasca keluarnya fatwa tersebut tidak mendapat respon yang baik dari umat Islam Indonesia terukur dengan masih banyaknya mereka yang melakukan transaksi melalui perbankan konvensional, maka akan membuat image yang kurang baik terhadap lembaga MUI. Sebuah fatwa dalam hukum Islam baru mempunyai nilai yang efektif jika diha-dapkan pada masalah yang betul-betul baru dan belum ada ketentuan hukumnya.

Hal semacam ini perlu disikapi dengan secara arif dan bijaksana, dimana membumikan ekonomika Islam merupa-kan tanggung jawab bersama dan sebuah proses pembela-jaran (learning process) yang tidak hanya membutuhkan waktu yang singkat tetapi sebaliknya diperlukan adanya waktu yang lama untuk mencapai tujuan terlaksananya ekonomika Islam secara kaffah di tanah air Indonesia, baik melalui pembinaan dalam skala mikro seperti dalam keluarga ataupun melalui pengembangan kelembagaan dalam bentuk lembaga keuang-an syariah.

Kehadiran fatwa MUI tentang bunga bank haram dalam belantara dunia perbankan syariah di Indonesia ibarat sebuah amunisi yang dapat memberikan kekuatan baru bagi perkem-bangan lembaga keuangan syariah (LKS) di Indonesia, khu-susnya dunia perbankan syariah. Amunisi tersebut akan tepat guna dan efektif jika dimanfaatkan dalam tataran aplikatif dan mempunyai nilai konsistensi. Hal ini dikarenakan kekua-tan yang dimiliki oleh fatwa hanya bersifat emosional dan ti-dak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Mengapa

Page 83: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

72 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

bersifat emosional? Karena nilai sebuah fatwa tidaklah men-jangkau pada wilayah hukum yang legal-formal yang itu ha-nya dimiliki oleh model peraturan perundang-undangn yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga hukum yang berwenang. Sebuah fatwa baru akan mempunyai kekuatan yang mengikat dan berdampak pada pemberian sanksi bagi pelanggarnya jika telah memasuki dapur positivisasi dalam bentuk peratur-an perundang-undangan.

Keinginan pihak Bank Indonesia, selaku pemegang ter-tinggi dalam dunia perbankan Indonesia untuk melakukan positivisasi terhadap beberapa fatwa yang dikeluarkan MUI, khususnya yang berkaitan dengan mudharabah, musyarakah, dan murabahah (Republika, 25 Maret 2004) merupakan satu lang-kah positif yang perlu didukung oleh semua kalangan peminat dan pemerhati ekonomi Islam, baik yang berada dalam du nia akademisi ataupun yang telah masuk pada lingkar wilayah praktisi. Dengan masuknya fatwa MUI pada wilayah hukum legal-formal berarti telah terjadi proses pengangkatan derajat hukum yang lebih tinggi dari sebuah fatwa yang cenderung tidak mempunyai kekuatan mengikat menjadi peraturan hu-kum yang mengikat.

Implikasi dari fenomena hukum di atas membawa pada situasi hukum yang menuntut pelakunya -lembaga keuangan syariah- untuk berlaku tunduk dan taat terhdap peraturan yang menjadi acuan operasionalnya. Jika dalam prakteknya terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan syariah terhadap peraturan tersebut makapihak yangberwenang (otoritas tertinggi) dapat melakukan tindakan hukum dengan memberinya sebuah sanksi hukum, baik da-lam bentuk teguran ataupun pencabutan izin operasional.

Proses ini dalam bahasa Ibnu Muqaffa’ dinamakan pros-es taqnin atau proses pengundangan terhadap sebuah materi

Page 84: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Prospek Perbankan SyariahPasca Fatwa MUI — 73

hukum secara formal yang dilakukan oleh otoritas terting-gi pemegang kekuasaan hukum. Adanya ide taqnin dalam wilayah hukum Islam berawal dari proses dualisme hukum, antara hukum Islam di satu pihak yang terwakili oleh model fatwa dengan hukum Barat di pihak lain yang menuntut ter-hadap proses taqnin. Dalam tataran ide taqnin, sebuah hukum tidak akan dipatuhi dan dijalnkan oleh pelakunya (subyek hu-kum) tetkala belum mengalami proses pengundangan (taqnin). Pemikiran ini mempunyai pengaruh yang besar pada model hukum yang ada di beberapa negara muslim, termasuk Indo-nesia. Sistem hukumyang berlaku di Indonesia meng-adopsi sistem hukum yang berlaku di negeri Belanda yang memakai pranata taqnin sebagai instrumen dalam proses pelaksanaan hukum.

Fenomena fatwa MUI yang berakitan dengan bunga bank haram akan membawa nilai yang efektif jika dan hanya jika didukung oleh proses pengundangan (taqnin) yang diper-oleh melalui jalan positivisasi yang dilakukan oleh Bank In-donesia, selaku otoritas tertinggi dalam bidang perbankan di Indonesia.

Satu hal yang menjadi implikasi dari adanya fatwa MUI tentang bunga bank haram adalah kondisi psikologi dari para nasabah yang mayoritas beragama Islam yang sebelumnya telah terbiasa melakukan transaksi dengan perbankan kon-vensional akan memberikan respon ‘kejutan’ dengan menem-patkan dananya pada lembaga keuangan syariah. Gamba-ran tersebut terekam dengan semakin membaiknya tingkat likuiditas pada beberapa perbankan syariah di Indonesia pasca keluarnya fatwa MUI. Seperti yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia saat ini terjadi penumpukkan dana pi-hak ketiga yang telah mencapai pada kondisi over heating dan belum tersalurkannya kembali pada sektor riil yang berakibat

Page 85: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

74 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

pada situasi yang kurang sehat. Harisman, selaku Kepala Di-rektorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, melihat fenome-na di atas bukanlah merupakan proses over heating tapi sebuah kondisi perbankan yang sedang mengalami over likuiditas di mana para nasabah yang kebanyakan beragama Islam mera-sa terpanggil (baca: tuntutan moral) untuk menempatkan da-nanya pada lembaga keuangan syariah yang operasional-nya tidak memakai bunga sebagai instrumennya.

Kondisi over likuiditas pada perbankan syariah di Indonesia saat ini ditinjau dari beberapa aspek mempunyai nilai positif dan memberikan rasa aman bagi para nasabah yang meng-amanatkan dananya untuk dikelola oleh lembaga keuangan syariah. Ini disebabkan karena tersedianya dana setiap saat pada perbankan syariah jika sewaktu-waktu ada penarikan dari para nasabah. Pada kondisi seperti ini perbankan sya-riah akan terhindar dari krisis likuiditas yang pernah dialami oleh beberapa perbankan di Indonesia pada krisis moneter di tahun 1998. Istilah rush yang pernah terjadi pada saat-saat awal krisis moneter tidak akan dialami oleh dunia perbankan syariah saat ini.

Pada saat yang sama posisi over likuiditas juga memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan sebuah perbank-an jika tidak diimbangi dengan penyaluran kembali dana tersebut ke sektor riil. Penumpukkan dana dalam bentuk over likuiditas bisa menjadi bumerang bagi kondisi kesehatan per-bankan syariah. Masalahnya adalah kesanggupan pihak per-bankan syariah untuk melempar kembali dana tersebut pada sektor-sektor yang menjanjikan keuntungan investasi nilainya sangat kecil. Pihak perbankan syariah saat ini lebih suka ber-main pada produk-produk yang berbasis pada konsep muraba-hah dibanding dengan penyaluran dana melalui skema mud-harabah atau musyarakah.

Page 86: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Prospek Perbankan SyariahPasca Fatwa MUI — 75

Salah satu cara untuk mengatasi kondisi over likuiditas yang terjadi pada dunia perbankan syariah saat ini adalah dengan mengaktifkan lebih banyak skema-skema produk per-bankan syariah yang berbasis pada prinsip mudharabah atau-pun musyarakah. Mengapa harus menjatuhkan pilihan pada produk yang mengacu pada prinsip mudharabah dan musyarakah ? Ini dikarenakan kedua produk tersebut langsung menyentuh kepada sektor riil, yaitu dengan penyertaan modal pada se-buah investasi yang dirancang dapat menghasilkan keuntung-an (profit). Dengan meningkatkan frekuensi penyaluran dana melalui produk mudharabah dan musyarakah dalam investasi-in-vestasi yang menguntung-kan akan mempunyai korelasi posi-tif pada posisi over likuiditas, yaitu dengan berkurang-nya dana yang terkumpul pada perbankan syariah karena terserap ke dalam sektor riil. Saat ini dunia perbankan syariah di Indone-sia sangat kecil memberikan perhatian terhadap produk yang berbasis pada prinsip mudharabah ataupun musyarakah. Alasan yang menjadi patokan dalam pengambilan kebijakan terse-but dikarenakan oleh faktor ke-amanan dan ketidak-jelasan keuntungan yang akan diperoleh. Pihak perbankan merasa khawatir mengambil risiko terlalu besar dalam produk mud-harabah dan musyarakah.

Sesungguhnya hal tersebut tidaklah perlu menjadi se-buah kondisi yang meng-khawatirkan jika pihak perbankan menerapkan tiga prinsip utama. Pertama, memilih mitra usaha yang sudah diakui secara profesional dalam investasi di sektor riil. Investasi (baca: penyertaan modal) oleh pihak bank ha-nya dilakukan pada para pihak yang betul-betul teruji dalam kegiatan usaha bisnis di sektor riil dan jangan sekali-kali men-coba melakukan investasi pada para pihak yang belum mem-punyai pengalaman dalam usaha berbisnis. Kedua, melakukan kontrol yang maksimal terhadap setiap tahapan investasi yang

Page 87: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

76 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

dilakukan mitra kerja. Pengontrolan ini menjadi satu hal yang signifikan dan merupakan wujud pertanggungjawaban sela-ma melakukan usaha. Ketiga, menentukan pilihan bidang usa-ha yang dapat diharapkan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, pihak perbankan dan mitra usahanya harus mengeta-hui kondisi pasar investasi yang sedang ‘naik daun’ dan men-guntungkan.

Melihat kondisi seperti di atas, prospek dunia perbankan syariah di Indonesia pasca dikeluarkannya fatwa MUI bun-ga bank haram bukanlah menjadi sesuatu yang menjadikan kepanikan bagi sebagian besar nasabah bank ataupun pihak perbankan syariah sendiri, tetapi akan menjadi sesuatu yang menyejukan bagi semua pihak yang menginginkan pertum-buhan perbankan syariah di Indonesia bertumbuh dengan pesat.[hsn]

***

Page 88: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MENGUJi PRODUK SYARiAH Di Forum Bahtsul Masail

Kalau industri keuangan syariah mempunyai produk untuk ditawarkan ke market, maka Nahdlatul Ulama (NU) dan para Kyai di Pesantren juga mempunyai

forum bahtsul masail yang berfungsi untuk merespon permasa-lahan baru yang timbul di masyarakat. Ada hal yang menarik untuk dibincangkan antara produk kemasan yang dipunyai industri keuangan syariah dengan tradisi yang biasa dijalan-kan oleh NU dan para Kyainya.

Ide membincangkan kedua masalah ini baru terasa besar manfaatnya, tetkala Ketua Syuriah Pengurus Wilayah Nah-dlatul Ulama (PWNU), Al-Mukarram KH Miftahul Akh-yar, mengingatkan saya jika inovasi produk yang selama ini dilakukan oleh industri keuangan syariah dapat ‘diuji’ terlebih dahulu, sebelum di-launching, dalam forum bahtsul masail di in-ternal NU. Kalau ini dapat disinergikan maka akan terjalin hubungan baik antara NU dan industri perbankan syariah.

Selama ini, inovasi produk di industri keuangan syariah masih dikonsultasikan dengan Dewan Syariah Nasional Ma-

Page 89: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

78 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

jelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DSN-MUI yang salah satu kewenangannya memproduksi fatwa, selanjutnya akan dijadikan sebagai panduan bagi industri keuangan syariah di Indonesia, mempunyai peran besar dalam menentukan ino-vasi produk yang diinginkan oleh industri. Fatwa yang dike-luarkan oleh DSN-MUI tidak jarang merupakan permintaan dari industri keuangan syariah agar DSN-MUI memberikan legalitas dari produk yang sedang dikembangkannya.

Dengan melalui lembaga bahtsul masail NU, ada jalan lain yang dapat dijadikan acuan untuk mengkaji terlebih dahulu produk di industri keuangan syariah, selain DSN-MUI.

Inovasi ProdukLembaga keuangan syariah (LKS) seperti bank syariah

atau asuransi syariah merupakan perusahaan yang bergerak di industri jasa. Sebagai perusahaan bisnis, keduanya pasti mempunyai produk yang akan ditawarkan ke pasar. Produk itu berupa produk jasa keuangan syariah. Produk jasa terma-suk produk yang intangible, produk yang tidak dapat dilihat ataupun diraba, tetapi dapat dirasakan manfaatnya. Dalam industri keuangan syariah, produk yang dikembangkannya dipengaruhi oleh akad yang mendasarinya. Akad akan mem-bangun sebuah produk. Di sini terlihat akan arti pentingnya pemahaman akad bagi orang yang bekerja di bagian inovasi produk pada industri keuangan syariah.

Dewasa ini, banyak sekali variasi produk yang dikem-bangkan oleh industri keuangan syariah. Misal, di industri perbankan syariah, secara garis besar dapat dipetakan men-jadi tiga produk, yakni produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa.

Dalam produk penghimpunan dana, bank syariah mem-punyai produk tabungan, deposito dan giro yang prakteknya

Page 90: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menguji Produk Syariah Di Forum Bahtsul Masail — 79

menggunakan akad wadiah dan mudharabah. Sedangkan da-lam produk penyaluran dana di industri perbankan syariah ditemui adanya produk yang mengacu pada prinsip jual-beli, bagi hasil dan sewa-menyewa.

Seiring dengan perkembangan produk di industri ke-uang an, pelaku di industri keuangan syariah dituntut untuk menginovasi produk yang dimilikinya. Beberapa produk ino-vatif yang kini dimiliki oleh industri keuangan syariah dian-taranya berupa produk murabahah, wadiah yad dhamanah, ijarah muntahiya bit tamlik dan wakalah bil ujrah, dll.

Produk murabahah adalah produk jual beli yang dimiliki industri keuangan syariah yang pembayarannya dilakukan se-cara mencicil dengan keuntungan disebutkan di awal. Dalam prakteknya, produk murabahah ini dapat dianggap sebagai solusi pengganti dari produk kredit yang dimiliki oleh indus-tri keuangan konvensional yang berbasis bunga. Masalahnya sering kali pelaku di industri keuangan syariah, menjadikan murabahah produk yang tidak independen, karena harus mempertimbangkan tingkat bunga yang terjadi di pasar kon-vensional untuk mengukur tingkat margin keuntungan. Aki-batnya, kesan yang timbul sementara ini, murabahah diang-gap sebagai produk yang karakteristiknya sudah hilang. Oleh karena itu, karakter awal yang dimiliki oleh produk muraba-hah harus dikembalikan lagi dengan memperhatikan kaedah yang sebenarnya, khususnya berkaitan dengan daya tawar dalam murabahah.

Wadiah yad dhamanah dianggap bagian dari inovasi produk di industri perbankan syariah. Kalau dicermati, prin-sip wadiah (titipan) adalah amanah. Dengan adanya opsi dha-manah, produk wadiah terinovasi dalam bentuk titipan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang dititipi. Sebagai kon-sekuensinya, pihak yang mendapat titipan bertanggungjawab

Page 91: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

80 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

terhadap barang titipan tersebut jika terjadi risiko kerugian atau kehilangan. Dalam industri perbankan konvensional, produk wadiah yad dhamanah mengambil tempat sebagai produk tabungan atau deposito.

Adapun produk ijarah muntahiya bit tamlik difahami sebagai bagian dari produk sewa yang pada akhir perjanji-an terjadi perpindahan hak kepemilikan atas barang yang disewakan. Singkatnya, ijarah muntahiya bit tamlik tidak lain adalah sewa beli seperti yang dilakukan oleh industri keuan-gan konvensional. Jika kita teliti dengan seksama, prinsip dari ijarah adalah sewa yang tidak diiringi dengan adanya per-pindahan hak milik. Jelaslah, jika ijarah muntahiya bit tamlik adalah inovasi produk ijarah.

Sedangkan wakalah bil ujrah merupakan inovasi pro-duk yang dapat ditemukan pada praktek di industri asuransi syariah. Secara definitif, wakalah bil ujrah dapat difahami se-bagai bentuk perwakilan dari pihak tertanggung oleh pihak penanggung yang upah dari perwakilan tersebut diambilkan dari pembayaran uang premi. Biasanya upah (ujrah) tersebut dipotong di awal pembayaran premi. Dalam praktek asuransi konvensional, wakalah bil ujrah dapat terlihat dalam wujud beban biaya (cost) penjaminan yang dibebankan pada pihak tertanggung.

Bahtsul MasailBahtsul masail di kalangan tradisi NU bukanlah barang

yang asing lagi. Mulai dari tingkat pusat di PBNU, sampai tingkat ranting NU di desa, bahtsul masail telah dipraktekkan dalam wujud pembahasan masalah-masalah waqi’iyah (ke-kinian) yang muncul di masyarakat, baik itu masalah sosial, ekonomi, hukum, politik ataupun masalah kemasyarakatan lainnya.

Page 92: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menguji Produk Syariah Di Forum Bahtsul Masail — 81

Tempo dulu, forum atau lembaga bahtsul masail biasa-nya dilakukan bertepatan dengan malam lailatul ijtima’, malam berkumpul bersama, yang jatuh setiap tanggal 15 penang-galan qomariah (penanggalan yang didasarkan pada per-hitungan peredaran bulan). Sebelum diadakan bahtsul ma-sail, biasanya terlebih dahulu melakukan shalat sunnah dan mujahadah (istighotsah) secara berjamaah dengan dipimpin oleh seorang Kyai. Baru setelah itu dilaksanakan acara bah-tsul masail. Tradisi yang sarat dengan nilai spiritualitas serta semangat kebersamaan yang perlu terus dilakukan.

Pada tingkat pusat di PBNU, bahtsul masail telah menjel-ma sebagai lembaga otonom yang secara struktural mengin-duk ke PBNU. Biasanya, hasil dari keputusan bahtsul masail selalu didokumentasikan dalam bentuk buku yang dapat di-baca oleh kaum nahdliyyin, warga NU, sebagai acuan dalam melangkah dalam kehidupan bermasyarakat.

Terkait dengan masalah inovasi produk keuangan syari-ah, PBNU dan lembaga keuangan syariah, seperti bank sya-riah, asuransi syariah, pegadaian syariah, reksadana syariah dan koperasi syariah, dapat bekerja sama melalui lembaga bahtsul masail untuk merumuskan produk keuangan syariah yang inovatif.

ManfaatMengapa gagasan ini perlu segera dimunculkan dan

seka ligus terealisasikan? Tidak lain, karena ada beberapa alas an yang dapat menjelaskan betapa sinergi ini akan meng-hasilkan kekuatan yang besar jika dilakukan.

Pertama, NU adalah gudangnya para alim-ulama yang ahli dalam berbagai masalah, khususnya masalah agama. Satu bagian dari masalah agama adalah kajian mengenai fiqh mu’amalah. Fiqh mu’amalah yang menjadi salah satu

Page 93: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

82 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

referensi operasional sistem ekonomi Islam yang selanjutnya dimanifestasikan dalam bentuk praktek lembaga keuangan syariah, telah menjadi bahasan dan bahan kajian sehari-hari para Kyai NU. Artinya, para Kyai NU-lah yang cocok untuk menjaga sekaligus mengembangkan konsep fiqh mu’amalah dalam menyikapi perkembangan di industri keuangan syari-ah.

Kedua, dengan inovasi produk yang dikeluarkan oleh fo-rum bahtsul masail, NU dapat menikmati keuntungan dari adanya industri keuangan syariah. NU dapat meminta pada perusahaan di industri keuangan syariah yang produknya di-inovasi oleh lembaga bahtsul masail agar dapat bekerja sama dalam bisnis yang menguntungkan serta dapat membuat pro-gram pemberdayaan sumber daya nahdliyyin atau program pengembangan pondok pesantren yang dananya berasal dari industri keuangan syariah.

Ketiga, tidak dapat dipungkiri, kalau NU dari sisi ilmu marketing merupakan pangsa pasar yang besar untuk dikem-bangkan. Warga nahdliyyin yang notabene-nya menempati posisi mayoritas dalam struktur penduduk Indonesia, sela-ma ini hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik partai tertentu, dari aspek ekonomi dapat dijadikan target market oleh industri keuangan syariah. Atau kalau memang sudah siap, NU dapat bermain sendiri dengan mendirikan industri keuangan syariah yang dipelopori oleh PBNU. Misal, kalau NU sudah memiliki bank syariah sendiri, maka target market-nya sudah jelas yakni warga nahdliyyin yang loyalis.[hsn]

Page 94: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MiLiKi RUMAH Lewat KPR Syariah

Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni, sehat, nyaman dan mandiri sudah sejak lama menarik perha-tian bagi industri perbankan nasional. Awalnya, pro-

duk ini dikembangkan oleh industri perbankan konvensional dalam bentuk KPR, Kredit Perumahan Rakyat. Berikutnya, setelah berlaku dual banking system di Indonesia, nasabah ‘pen-damba’ rumah tidak lagi terkonsentrasi dengan produk KPR yang ditawarkan oleh bank konvensional. Karena di industri perbankan syariah juga telah menawarkan produk KPR Sya-riah, yakni Kepemilikan Perumahan Syariah.

Dengan adanya produk KPR Syariah, bank syariah sesungguhnya dapat menetapkan target market yang jelas lagi tepat. Bank syariah dapat menjadikan umat Islam menjadi pasar tujuan utama produk KPR Syariah, se-lain juga tidak menafikan pangsa pasar dari luar. Melihat pangsa pasar bank syariah yang relatif masih kecil, sekitar 2,08%, memungkinkan untuk meningkatkan penawaran produk KPR Syariah besar-besaran ke pasar. Apalagi

Page 95: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

84 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

pemerintah melalui Kementerian Negara Perumahan Rakyat telah memberikan dukungan yang besar untuk program pengembangan perumahan dengan menggu-nakan model pembiayaan syariah.

Dalam industri perbankan syariah, produk KPR Sya-riah dapat ditawarkan dengan menggunakan dua model pembiayaan, yakni dengan model pembiayaan murabahah dan model pembiayaan musyarakah mutanaqishah. KPR Syariah dengan menggunakan basis pembiayaan muraba-hah sudah berjalan di industri perbankan syariah. Bahkan model pembiayaan murabahah ini telah menjadi produk fa-vorit di beberapa bank syariah. Sedangkan KPR Syariah dengan model pembiayaan musyarakah mutanaqishah belum banyak dikembangkan di industri perbankan syariah.

Bank syariah dapat meng-create produk KPR Syariah melalui akad murabahah. Murabahah adalah bagian transak-si jual-beli yang pembayarannya sering dilaksanakan tidak se-cara tunai (non cash). Karena pihak pembeli diberi kemudahan oleh penjual untuk membayar harga dari barang yang disepa-kati secara angsuran dalam jangka waktu yang disepakati. Nilai angsuran ini disesuaikan dengan besaran harga jual. Kalau melihat karakteristik yang dimilikinya, murabahah merupakan bagian dari jual-beli yang pembayaran harganya ditangguhkan, al-ba’i bi tsaman ajil.

Dalam prakteknya, pembiayaan murabahah diawali de-ngan negoisasi antara pihak nasabah dengan pihak bank sya-riah. Dimana pihak nasabah memohon kepada pihak bank untuk membelikan rumah yang diinginkan. Setelah negoisasi selesai dan berujung pada kata mufakat antara nasabah dan bank syariah, maka pihak bank syariah melakukan pembelian rumah secara tunai kepada developer.

Rumah yang sudah dimiliki oleh bank syariah tersebut

Page 96: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Miliki Rumah Lewat KPR Syariah — 85

dijual lagi ke pihak nasabah dengan ketentuan harga awalnya sudah dinaikkan, sebagai margin bagi pihak bank. Pihak nasa-bah diberikan keleluasaan untuk membayar dengan angsur-an dalam jangka waktu yang disepakati. Misal KPR Syariah Bank A disepakati harganya Rp. 120 jt (harga sudah termasuk margin bank) dengan waktu pembayaran selama 120 bulan. Berarti nasabah membayar KPR Syariah ke Bank A sebesar 120 jt/120 = Rp. 1.000.000/ bln selama 10 tahun.

Keuntungan dari KPR Syariah dengan basis pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga, karena cicilan dibayarkan secara flat. Dalam hal ini, bank syariah dan pihak nasabah sama-sama merasakan adanya kepastian. Bank syari-ah sudah dapat menentukan keuntungan dalam bentuk margin KPR Syariah, sedangkan nasabah tidak direpotkan oleh cicil-an yang bersifat floating.Risiko floating suku bunga yang biasa dialami oleh nasabah KPR konvensional tidak akan terjadi dalam pembiayaan murabahah pada KPR Syariah.

Selain menggunakan skema pembiayaan murabahah, KPR Syariah oleh bank syariah dapat ditawarkan melalui model pembiayaan musyarakah mutanaqishah. Musyarakah mutanaqishah merupakan produk turunan dari akad musyarakah dan ijarah.

Musyarakah mutanaqishah (diminishing partnership) adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemi-likan suatu barang atau asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak, sementara pi-hak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.

Implementasi dalam operasional perbankan syariah ada-lah merupakan kerjasama antara bank syariah dengan nasa-bah dalam pembelian rumah. Dimana asset rumah tersebut

Page 97: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

86 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

jadi milik bersama, antara pihak bank syariah dan nasabah. Besaran kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan jumlah dana yang disertakan dalam kontrak kerjasama tersebut. Se-lanjutnya nasabah akan membayar cicilan pokok dan uang sewa ke bank syariah.

Misal, Pak Achmad dan Bank Syariah x bersepakat untuk membeli rumah seharga Rp. 100 jt dengan porsi kepemilikan 80% pihak bank dan 20% pihak nasabah. Berarti nasabah mengambil alih kepemilikan bank sebesar Rp. 80 jt dengan jangka waktu 10 tahun (sesuai kesepakatan). Dalam hal ini, nasabah harus membayar cicilan sebesar Rp. 80 jt ditambah dengan uang sewa (ujrah) selama 120 bulan.

Dalam praktek musyarakah mutanaqishah, bank syariah dapat mengambil keuntungan KPR Syariah melalui pene-tapan harga sewa. Pricing sewa ini bisa didasarkan pada me-kanisme pasar ataupun penetapan oleh pemerintah, yaitu dengan cara mematok harga maximum.

Di sini diharapkan partisipasi pemerintah untuk me-menuhi kebutuhan rumah yang layak huni, sehat, nyaman dan mandiri melalui program subsidi KPR Syariah. Un-tuk KPR Syariah dengan menggunakan pola pembiayaan murabahah, pemerintah dapat memberikan subsidi uang muka. Sedangkan untuk KPR Syariah dengan skema mus-yarakah mutanaqishah, pemerintah dapat mensubsidi porsi kepemilikan nasabah, atau subsidi terhadap harga sewa yang dipatok oleh bank syariah. [hsn]

***

Page 98: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

AYAT-AYAT EKONOMi dan Ayat-Ayat Cinta

Kalau masyarakat telah dihebohkan dengan Ayat-Ayat Cinta (AAC), baik dalam wujudnya sebagai novel terlaris yang mengalami cetak ulang menga-

lahi Harry Potter ataupun tersajikan dalam bentuk film yang laris manis ditonton oleh lebih dari tiga juta orang Indonesia. Maka dalam dekade awal abad ini, disadari atau tidak, se sung-guhnya masyarakat Indonesia sudah terlebih dahulu di he boh-kan dengan Ayat-Ayat Ekonomi (AAE) yang sudah men jelma menjadi bank syariah ataupun lembaga keuangan sya riah lainnya yang sedang tumbuh, bak jamur di musim hujan.

Ayat-Ayat CintaAda pesan yang sama yang ingin disampaikan oleh AAC

dan AAE. Keduanya ingin mengirim ‘pesan langit’ yang se-lama ini difahami dengan bahasa verbal oleh kebanyakan orang. Dengan hadirnya AAC dan AAE, keduanya menyapa dengan bahasa komunikasi yang akrab yang sedang digan-drungi oleh masyarakat. Betapa tidak, dalam dunia entertain-

Page 99: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

88 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

ment masyarakat sekarang ini sudah menjadikan ‘layar lebar’ dan ‘kotak ajaib’ (baca: tv) sebagai alat komunikasi yang dapat membiusnya. Belum lagi komunitas masyarakat penggemar novel, yang menjadikannya sebagai bacaan ‘wajibnya’. De-ngan datangnya AAC, ‘pesan langit’ telah terkirim melalui bahasa entertainment yang disukai masyarakat. Masyarakat tidak sadar dibawa hanyut dalam derasnya arus cerita AAC yang sarat dengan nilai ajaran Islam.

Dalam AAC, meminjam bahasa Nadirsyah, Doktor Hu-kum Islam yang saat ini tinggal di Australia, fenomena AAC mengindikasikan terjadiya krisis pemuda ideal yang sudah jarang dijumpai dalam suasana masyarakat yang cenderung mengabaikan penghargaan kepada wanita. Munculnya sosok Fachry dalam AAC sebagai obat penawar dari krisis pemuda ideal tersebut. Sosok Fachry selaku pemuda yang pengeta-huan keislamannya sangat mendalam menjadi cerminan bagi pemuda saat ini.

Lebih dalam lagi, AAC membawakan pesan yang ber-harga mengenai ajaran Islam. Dalam AAC, digambarkan Islam sebagai ajaran agama yang menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita. Islam bukan agama penebar teror yang sengaja dituduhkan oleh dunia Barat selama ini. Sebaliknya, Islam merupakan ajaran damai yang menentang kekerasan. Selain itu, AAC menyampaikan pesan yang mendalam ten-tang kejujuran, kebenaran, keteguhan iman dan ketaqwaan. Nilai-nilai inilah yang nantinya akan menjunjung manusia pada derajat yang mulya di sisi Allah Swt.

Pesan begitu mendalam itu terurai dalam rangkaian alur cerita yang mengalir dalam AAC. Pembaca dan penontonnya digiring ke alam bawah sadar yang membangunkan kemba-li rasa kesadarannya untuk berkomitmen dengan nilai-nilai keislaman. Bagaimana perjalanan spiritualitas sosok Maria

Page 100: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Ayat-Ayat Ekonomidan Ayat-Ayat Cinta — 89

yang mengakhiri kehidupannya dengan husnul khatimah di hadapan Allah Swt akan senantiasa dikenang dan diteladani oleh jutaan pembaca dan penonton AAC.

Ayat-Ayat EkonomiCerita yang tak kalah serunya dengan AAC dan sempat

menarik perhatian Presiden SBY adalah fenomena Ayat-Ayat Ekonomi (AAE) yang sedang menggeliat dalam bentuk opera sional lembaga keungan syariah. Betapa tidak, hajatan besar yang digelar oleh Bank Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) pada pertengahan Januari 2008 telah dibuka langsung oleh RI 1. Hajatan itu berupa Festival Ekonomi Sya-riah (FES) yang hasilnya mengamanatkan gerakan ekonomi syariah menjadi agenda nasional bangsa Indonesia.

AAE merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Sebelum ada bank syariah maupun lembaga keuangan sya-riah lainnya, AAE masih berwujud konsep nilai ekonomi yang tersusun rapi dalam lembaran-lembaran suci kitab al-Qur’an. Praktek AAE pada masa itu masih terbatas oleh indi-vidu, belum dijalankan oleh institusi keuangan. Baru setelah ditemukan adanya formula lembaga keuangan syariah, AAE menjelma menjadi bank syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, pegadaian syariah dan koperasi syariah.

Dalam prinsipnya, AAE mengacu pada kaedah larangan riba (baca: bunga). Setiap transaksi ekonomi yang mengacu pada AAE harus terbebas dari adanya riba. Riba dilarang keras dalam AAE karena bertentangan dengan nilai keadilan. Riba adalah ‘monster’ yang akan merusak sendi-sendi per-ekonomian suatu bangsa. Riba adalah ‘virus’ yang mematikan bagi kegiatan ekonomi yang berlangsung di suatu wilayah. Oleh karenanya, praktek riba sangat-sangat dilarang dalam AAE.

Page 101: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

90 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Karena riba dilarang dalam AAE, maka sebagai jalan alternatif yang lain, AAE membolehkan praktek transaksi jual-beli, bagi-hasil dan sewa-menyewa. Jual-beli dibolehkan dalam AAE karena mengandung unsur keridhaan (an taradhin) antar pihak yang melakukan transaksi jual-beli, yakni pihak penjual (al-ba’i) dan pembeli (al-musytariy). Sedangkan bentuk bagi hasil yang teraplikasikan dalam model mudharabah dan praktek sewa menyewa sarat dengan semangat tolong-meno-long (ta’awun) antar pihak yang melakukan transaksi.

Lembaga keuangan syariah yang tidak lain jelmaan dari AAE, dalam prakteknya, harus terhindar dari riba. Sebalikn-ya, lembaga keuangan syariah diperbolehkan mempraktek-kan jual-beli, bagi hasil ataupun sewa menyewa.

Ayat-Ayat AllahAAC dan AAE berasal dari sumber yang sama, yakni

bersumber dari Ayat-Ayat Allah (AAA) yang ada dalam al-Qur’an al-Karim. Antara AAC dan AAE mempunyai korela-si yang saling menguatkan dan meneguhkan akan kebesaran Allah Swt. Karena merupakan bagian dari AAA, maka AAC dan AAE mempunyai motivasi yang sama, yakni dalam rang-ka ingin menggapai keridhaan dan kecintaan dari Pemilik sekaligus Pengatur kehidupan di alam semesta ini, Allah Azza wa Jalla.

Kalau AAC melahirkan rasa mahabbah yang dinaungi oleh keberkahan dari Penciptanya. Maka AAE juga sama memberikan kepada pelakunya keuntungan yang diberkahi Allah Swt. [hsn]

Page 102: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Muhammad Seorang Pedagang — 91

MUHAMMAD Seorang Pedagang

Rasulullah Muhammad Saw dilahirkan di tengah-te-ngah masyarakat yang sedang dalam keadaan gelap gulita, jauh dari nilai-nilai moral dan cahaya kebe-

naran. Pada waktu itu, tidak ada ketentuan hukum yang dapat mengatur kehidupan bangsa Arab karena mereka telah lama melupakan ajaran para Rasul terdahulu, sehingga berlakulah hukum rimba dimana yang kuat dan menang berkuasa, yang lemah dan kalah tertindas. Waktu itu merajalelah penindasan dan berbagai perbuatan yang bertentangan dengan kema-nusiaan, sehingga bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang rendah budi pekertinya.

Sudah menjadi sunnatullah, bahwa apabila pada suatu masyarakat telah mengalami puncak kekacauan dan kerusa-kannya maka Allah Swt mengutus orang yang akan memper-baiki keadaan masyarakat yang demikian itu.

Allah Swt menutus Nabi Muhammad Saw untuk mem-perbaiki nilai-nilai moral manusia yang telah rusak dan merombak struktur masyarakat jahiliah yang sesat. Sehingga benar-benar kelahiran Muhammad Saw menjadi suatu rah-

Page 103: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

92 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

mat bukan saja bagi masyarakat Arab tetapi bagi seluruh du-nia. Karena itu sangat benar firman Allah Swt:

Dan tiada Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya: 107)

Pada bulan Rabiul Awal, umat Islam menyambut dan memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan ber-bagai cara, hal ini adalah merupakan bukti rasa cinta kita ke-pada beliau, disamping itu peringatan Maulid Nabi dijadikan motivasi untuk menggali dan meneladani nilai-nilai ruhani-yah yang dimiliki oleh beliau. Sebagaimana firman Allah Swt:

Sesungguhnya telah ada pada pribadi Rasulullah itu suri tau-ladan yang baik (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)

Salah satu keteladanan yang dimiliki oleh Nabi Muham-mad Saw yang dapat kita contoh adalah sosok beliau sebagai seorang pedagang. Kita semua mengetahui, sosok Muham-mad Saw, selain diangkat Allah sebagai Nabi dan Rasul, serta menjadi Kepala Negara, beliau juga pernah menjadi seorang pedagang yang sukses.

Karakter ini muncul sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Tepatnya, pada waktu itu Nabi Muhammad Saw berusia kurang lebih dua puluhan tahun sudah mem-praktekkan perdagangan lintas wilayah, bahkan lintas negara. Muhammad muda, beserta pamannya tercinta Abu Thalib, membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya, Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha, yang kelak akan menjadi is-tri beliau, dari negeri Makkah ke negeri Yaman dan negeri Syam.

Perniagaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, tidak lain merupakan bentuk praktek kegiatan ekonomi yang diwa-riskan kepada umat Islam untuk diteladani. Perniagaan atau

Page 104: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Muhammad Seorang Pedagang — 93

istilah lainnya praktek jual-beli, termasuk salah satu prinsip instrumen ekonomi Islam. Secara tegas Allah Swt menandas-kan firman­Nya dalam QS. Al­Baqarah: 275

Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah: 275)

Ada buku yang menarik yang merekam praktek perni-agaan yang dilakukan Rasulullah Saw. Buku yang ditulis oleh Dr. Afzalur Rahman dengan judul Muhammad Seorang Pedagang ingin memotret sosok Rasulullah, Muhammad Saw, sebagai pelaku bisnis profesional.

Beberapa keteladanan yang dipraktekkan oleh Rasulul-lah Saw dalam berbisnis adalah jiwa kejujuran. Semangat kejujuran dalam berbisnis ini, telah mengantarkan beliau un-tuk mendapat gelar yang amat agung, yaitu al-amin, orang yang dapat dipercaya. Dalam bisnis, kepercayaan merupakan syarat yang utama. Tanpa ada kepercayaan atau kita sudah tidak dipercaya lagi oleh orang lain, bisnis yang kita jalankan tidak akan berhasil, bahkan kita akan mengalami kerugian.

Oleh karena itu, bisnis yang kita jalankan harus bertum-pu pada semangat kejujuran. Sehingga dalam hal ini, Rasu-lullah Saw menegaskan dalam salah satu haditsnya:

Rasulullah Saw melarang praktek bisnis (jual-beli) yang didalam-nya ada (unsur) ketidak-jelasan.

Ketidakjelasan dalam hadits tersebut maksudnya, tidak adanya kejujuran dalam berbisnis. Ada informasi yang ditutu-pi, sehingga pelaku bisnis tidak melihat kebenaran yang mun-cul dari bisnis yang dijalankan. [hsn]

***

Page 105: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

94 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 106: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

EKONOMi iSLAM Dan Local Wisdom

I stilah local wisdom (kearifan lokal) mempunyai arti yang sangat mendalam dan menjadi suatu kosa kata yang sedang familiar di telinga kita akhir-akhir ini. Banyak

ungkapan dan perilaku yang bermuatan nilai luhur, penuh kearifan, muncul di komunitas lokal sebagai upaya dalam menyikapi permasalahan kehidupan yang dapat dipastikan akan dialami oleh masyarakat tersebut. Realita ini muncul ke permukaan karena tidak adanya solusi global yang dapat membantu memberikan jawaban terhadap segala kejadian yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Pre-mis-premis umum yang selama ini menjadi standar bersama dalam membedah dan “mengobati” setiap penyakit yang tim-bul sudah tidak lagi menjangkau permasalahan yang menge-muka di komunitas lokal. Masyarakat yang menghuni di suatu tempat tertentu sudah dapat menyelesaikan permasalahan-nya dengan solusi yang penuh kearifan tanpa harus memakai standar yang berlaku secara umum.

Di sisi lain, komunitas lokal (local community) menjawab tantangan kehidupan ini dengan kearifan dan kebijaksanaan

Page 107: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

96 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

yang dimilikinya. Kearifan atau kebijaksanaan (wisdom) terse-but muncul bisa jadi karena pengalaman yang selama ini ter-jadi telah menjadikannya sebagai jawaban dan solusi terha-dap masalah yang sedang dihadapinya. Faktor ke-terlibatan para pendahulu, nenek moyang, yang mewariskan tradisi tersebut kepada generasi berikutnya menjadi sangat penting bagi terjaganya kearifan tersebut. Dalam perkembangannya, bisa jadi kearifan yang timbul antar komunitas lokal itu berbe-da dengan yang lainnya, tanpa menghilangkan subtansi yang dimiliki dari nilai kearifan tersebut, yaitu berfungsi sebagai solusi terhadap masalah yang ada di sekitanya. Sehingga, da-lam beberapa hal akan memungkinkan timbulnya kearifan yang beranekaragam dari komunitas lokal tersebut, walau dengan obyek permasalahan yang sama.

Sebagai misal, orang Jawa yang tinggal di daerah gunung atau pedesaan akan berbeda kearifannya dengan orang Jawa yang tinggal di perkotaan tetkala sama-sama me-lihat permasalahan mereka di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang Jawa gunung-pedesaan akan mempunyai kecenderung an menjadi seorang petani yang tangguh lagi ulet dalam menghadapi tuntutan kehidupan dan lingkungan. Faktor alam juga menjadi penopang bagi diri orang Jawa gunung-pedesaan untuk menjadi seorang petani dari pada menjadi seorang pedagang atau bekerja di pabrik dan indus-tri. Lain halnya dengan orang Jawa yang tinggal dan hidup di daerah perkotaan akan mempunyai kearifan lain yang menuntun dirinya sebagai seorang pedagang atau sebagai karyawan yang bekerja di perusahaan swasta atau bekerja sebagai pejabat di instansi pemerintahan dari pada bekerja sebagai seorang petani.

***

Page 108: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Ekonomi Islam Dan Local Wisdom — 97

Ekonomi Islam di Indonesia secara riil sudah dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat muslim pada tingkat keluarga. Bahkan, komunitas muslim tertentu telah men-jalankan tata cara pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan penuh kearifan dan kebijak-sanaan. Nilai-nilai wisdom (kearifan) tersebut dija-dikan acuan di dalam melakukan kegiatan ekonomi. Dalam hal ini, ekonomi Islam difahami sebagai tata cara pemenuhan kebutuh-an hidup yang orientasinya didasarkan pada aturan syariah Islam untuk pencapaian keridhaan Allah Swt. Ter-minologi normative ini akan dapat diaplikasikan secara riil oleh umat Islam jika ada standar nilai ketaatan kepada aturan yang sudah baku terhadap nash-nash al-Qur’an atau Sun-nah Nabawiyah. Banyak ayat al-Qur’an dan as-Sunnah yang memberikan panduan terhadap umat Islam untuk melakukan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan petunjuk-Nya. Larang-an riba, promosi jual beli, hidup sederhana, tidak bertindak berlebihan atau melampaui batas (no israf), tidak berbuat keru-sakan (no fasad), intensifikasi zakat dan shadaqah, serta perin­tah bekerjasama dalam usaha adalah deretan ajaran Islam yang mengandung nilai ekonomi.

Perilaku ekonomi umat Islam mengarah kepada nilai-nilai dasar yang telah digariskan dalam ajaran Islam seperti yang ada di atas. Praktek riba sudah divonis sebagai sesuatu yang haram dan harus ditinggalkan oleh pelaku ekonomi mus-lim. Pengharaman riba ini menjadi sesuatu yang fundamental dalam ekonomi Islam. Bahkan, instrumen riba tersebut men-jadi pembeda antara status orang muslim dengan orang kafir. Artinya, pelaku praktek riba sudah tidak diakui keislamannya dan termasuk kepada golongan orang­orang yang kafir. Me­ngapa ajaran Islam memberikan penegasan seperti ini? Hal ini dikarenakan riba menjadi sesuatu yang mengerikan dan merusak sistem perekonomian. Dengan riba, ada pihak yang

Page 109: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

98 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

didzalimi. Bahkan, riba merupakan salah satu penyebab kri-sis ekonomi. Keseimbangan (equilibrium) dalam ekonomi akan tercabut tetkala praktek riba menjadi pondasi setiap kegiatan ekonomi. Maka tidak salah, jika masyarakat kita memberikan laqob (gelar) kepada para pengambil riba sebagai “lindah da-rat”. Lintah adalah suatu binatang yang biasa tinggal di air dengan darah sebagai menu kesukaannya. Jika ada “lindah darat” maka mereka adalah pengambil riba yang menghisab darah masyarakat di darat melalui pengembangbiakan uang dengan sistem bunga. Secara historis, pelarangan praktek riba sudah ada sejak zaman dahulu. Sebelum Nabi Muhammad Saw membawa risalah keislaman, Nabi-Nabi terdahulu su-dah menegaskan akan keharaman riba. Bahkan, para filosof Yunani Kuno sudah memberikan kecaman yang keras terha-dap praktek riba.

Sebagai solusinya, ajaran Islam mempromosikan jual-be-li sebagai satu model pengganti praktek riba. Dalam al-Qur’an ditegaskan secara nyata bahwa jual-beli me-rupakan sesuatu yang halal untuk dipraktekkan dalam mengisi kegia-tan ekonomi. Dengan adanya jual-beli berarti meneguhkan kembali nilai keseimbangan ekonomi, karena di dalamnya terjadi interaksi antara pihak pemilik barang (penjual) dan pihak yang memiliki uang (pembeli). Realita ini menguatkan terjadinya sirkulasi barang dan uang secara riil. Seumpama-nya, selama dalam kurun waktu satu tahun tidak terjadi tran-saksi jual-beli akan dapat dipastikan adanya penumpukkan barang dan uang pada satu pihak. Oleh karena itu, ajaran Islam memandu umatnya untuk melakukan jual-beli secara tidak langsung telah memberikan andil dalam proses penye-hatan kegiatan ekonomi.

Nilai ekonomi Islam yang lain dapat berupa peniadaan sikap berlebihan dan berbuat kerusakan dalam menjalankan

Page 110: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Ekonomi Islam Dan Local Wisdom — 99

aktifitas ekonomi. Kedua perilaku ini termasuk ke dalam nega-tive action yang membawa kepada implikasi terjadinya ketidak-seimbangan ekonomi atau bahkan ketidakseimbangan kosmos ini sendiri. Dalam skala ekonomi mikro, perilaku berlebihan akan berakibat pada tidak terdistribusikan barang konsumsi secara merata, karena ada pihak-pihak tertentu yang meman-faatkannya dalam porsi yang tidak wajar, sudah berlebihan, sedang di pihak lain ada yang mengalami kekurangan dalam mengkonsumsi barang yang diperlukan.

Adanya pembalakan liar beberapa hutan di kawasan nu-santara memberikan konstribusi peningkatan kerusakan di alam. Aturan normativ syariah Islam menuntun bagi umat-nya untuk selalu menjauhi perbuatan yang mengarah kepada kerusakan lingkungan. Beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar hutan telah menyadari akan pentingnya keseimbang-an hidup di lingkungan sekitar. Masyarakat sekitar hutan te-lah memahami sekaligus telah mempraktekkan pengetahuan tentang ekonomi lingkungan. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup dengan bersandar pada hutan yang ada di lingkungannya? Mereka menjadikan hutan dan lingkungan sekelilingnya seperti nyawa yang ada di badannya. Hubung-an simbiosis yang saling menguntungan ini tetap terjaga se-cara harmoni. Karena, jika hutan yang ada di lingkungan sekitarnya mengalami kerusakan secara tidak langsung akan mengancam jiwanya. Begitulah, sikap kearifan lokal yang di-miliki oleh masyarakat pinggiran hutan. Perbuatan mereka ini telah mencerminkan pelaksanaan ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Lain halnya, dengan perilaku yang dijalani oleh petani yang tinggal di pedesaan. Kesederhaan telah menjadi gaya hidup mereka. Pagi hari, para petani pergi bersama ke sawah-nya. Mereka bercocok tanam dengan berharap agar penge-

Page 111: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

100 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

lolaan sawahnya dapat memberikan penghasilan yang nan-tinya bisa dinikmati untuk memenuhi kebutuhan hidup-nya. Mereka adalah sosok pribadi yang terlatih untuk menjalani hidup dengan selalu tawakkal kepada Allah Swt, Dzat Yang Mengatur kehidupan di alam ini. Hanya karena kemurahan dan anugerah dari Allah Swt, para petani dapat menikmati hasil panen sawah yang dikelolanya dengan penuh kesabaran. Perilaku kehidupan petani ini telah mencermin-kan adanya kearifan lokal (local wisdom) yang terus dipertahankan oleh mereka. Betapa indahnya mengarungi kehidupan ini dengan diterangi oleh sinar-sinar kearifan lokal yang bersumber dari ajaran ekonomi Islam. [hsn]

***

Page 112: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

iNvESTASi DANA HAJi

Tata kelola haji Indonesia memasuki babak baru, setelah pemerintah membentuk Badan Pengelo-la Keuangan Haji (BPKH) yang kepengurusannya

dilantik secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada hari Rabu, 26 Juli 2017. Pembentukkan BPKH ini merupakan amanat dari Undang-Undang (UU) No 34 tahun 2014 ten-tang Pengelolaan Ibadah Haji. Dalam UU ini, ada penegasan untuk melakukan pemisahan kewenangan antara penyeleng-gara ibadah haji dan pengelola keuangan haji.

BPKH merupakan badan hukum publik bersifat mandi-ri dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPKH diben-tuk khusus menjalankan fungsi pengelolaan keuangan haji. Dalam melakukan pengelolaan keuangan haji, BPKH ter-ikat dengan prinsip syariah, kehati-hatian, manfaat, nirlaba, transparan dan akuntabel.

Dana haji yang sudah terkumpul masuk dalam reken-ing penampungan jumlahnya cukup besar. Saat ini, sesuai de ngan hasil audit per 2016, dana haji baik setoran awal, nilai manfaat dan dana abadi umat telah mencapai Rp95,2 triliun. Karena besarnya total dana haji tersebut, Presiden Joko Widodo memberikan instruksi agar dana haji tersebut diinvestasikan untuk pembangunan infrastruktur yang sudah

Page 113: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

102 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

pasti memberikan return keuntungan seperti investasi pemba-ngunan jalan tol dan pelabuhan.

Dari sisi aspek hukum Islam, status kepemilikan dan penge lolaan dana haji melalui investasi pernah mengemuka dan telah direspon oleh forum ijtima’ ulama komisi fatwa se-Indonesia IV tahun 2012. Keputusan forum ijtima ini me-negaskan bahwa: pertama, kepemilikan dana haji adalah milik calon jama’ah haji; kedua, dana haji tersebut boleh ditashar-rufkan untuk hal-hal yang produktif, seperti penempatan di bank syariah atau diinvestasikan dalam bentuk sukuk; ketiga, hasil investasi tersebut merupakan milik calon jama’ah haji yang masuk dalam daftar tunggu (waiting list); keempat, dana haji milik calon haji yang masuk daftar tunggu, tidak boleh di-gunakan keperluan apapun kecuali untuk membiayai keper-luan yang bersangkutan.

Risiko InvestasiBPKH mempunyai tanggung jawab dalam mengelola

dana haji dengan menempatkannya pada portofolio investasi yang dapat memberikan keuntungan. Sedangkan dalam pro-ses investasi, ada beberapa risiko yang melingkupi kegiatan in-vestasi. Penempatan dana untuk tujuan invesatsi tidak hanya mengandung risiko memperoleh keuntungan (positive return), namun sangat dimungkinkan proses investasi akan mengala-mi risiko kerugian (negative return) atau paling tidak terkena dampak risiko balik modal, break event point, (no return).

Pengelolaan dana haji selama ini masih sebatas penem-patan pada portofolio investasi yang relatif cukup aman, yak-ni dalam bentuk deposito di bank syariah dan penempatan pada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk. Model kedua investasi di atas risiko investasinya cukup aman karena dalam jumlah tertentu rekening deposito memperoleh

Page 114: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Investasi Dana Haji — 103

jaminan dari Lembaga Jaminan Simpanan (LPS), sedangkan penempatan dana dalam bentuk SBSN memperoleh jaminan underlying asset dari negara. Namun demikian, return yang diperoleh relatif kurang besar dibanding penempatan dana pada investasi di sector riil, semisal pembangunan infrastruk-tur, ataupun investasi di sektor moneter yang berisiko tinggi (high risk), seperti saham.

Dalam hal ini berlaku hukum investasi, bahwa tingkat risiko investasi akan berbanding lurus dengan harapan untuk memperoleh keuntungan, high risk high return and low risk low return. Semakin tinggi risiko investasinya maka harapan un-tuk memperoleh keuntungan juga semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat risiko investasinya, maka harapan un-tuk memperoleh keuntungan juga rendah. Selain itu, kaedah investasi lain yang perlu dipedomani untuk mengurangi kon-sentrasi risiko investasi adalah “jangan menempatkan telur dalam satu keranjang”. Pada kondisi tertentu, perlu adanya penyebaran risiko investasi pada instrumen-instrumen in-vestasi yang dirasa cukup aman dan masih bisa memberikan keuntungan.

Problem tersendiri, na’udzubillah jika nantinya investa-si dana haji mengalami risiko kerugian (negative return). Per-tanyaannya, siapa yang harus bertanggung jawab jika investa-si haji mengalami kerugian? Hal ini yang perlu digarisbawahi oleh pemerintah dan pemangku kepentingan karena berkait-an dengan status kepemilikan dana haji yang statusnya milik umat, milik jama’ah haji, yang wajib dilindungi. Maka dari itu, BPKH dalam menjalankan tata kelola dana haji ditun-tut untuk selalu memegang prinsip kehati-hatian (prudent) dan masih dalam koridor jalan yang aman (safety).

Pilihannya sudah jelas, sesuai dengan arahan Presiden, dana haji harus dikelola pada porto folio investasi yang dapat

Page 115: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

104 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

memberikan keuntungan (positive return) dan aman. Presiden telah memberikan contoh portofolio investasi yang aman melalui pembangunan infrastruktur. Hal ini sejalan dengan fokus pemerintahan saat ini yang menitikberat-kan capaian pada pembangunan di sektor infrastruktur, seperti pemba-ngunan jalan tol, pelabuhan, bandara, mass rapid transportation seperti Light Rail Transit (LRT).

Ide presiden untuk menginvestasikan dana haji tidak lu-put dari perspektif yang berbeda dari pihak lain yang berse-berangan. Anggapan pihak lain bahwa pemerintah ingin “pinjam dana haji” perlu didudukkan secara baik. Pemilihan kosakata “pinjam dana” dengan “penempatan investasi” se-jatinya mempunyai makna yang sedikit berbeda. Semangat makna yang terkandung dari kedua kosakata itu yang dapat membedakannya. Dalam kontek ini, semangat makna kosaka-ta “penempatan investasi” bernuansa lebih positif dibanding makna kata “pinjam dana”.

Selanjutnya, BPKH dituntut untuk piawai dalam me-ngelola dana haji dan tetap menjaga risiko investasi pada jalur yang masih memberikan keuntungan. Dari sisi man power yang ada di BPKH saat ini, timnya cukup meyakinkan. Bebera pa nama yang masuk dalam struktur Badan Pelaksana sudah ti-dak asing lagi dan mempunyai pengalaman kuat di industri perbankan syariah, seperti Beny Witjaksono, Acep Riana Jaya-prawira dan Ajar Susanto Broto. Terpilihnya Ajar Susan to Bro-to di Badan Pelaksana sangat tepat karena kompetensi yang dimilikinya dalam penguasaan manajemen risiko di bebe ra pa bank syariah sudah teruji. Keahlian Ajar dalam ma na jemen risiko di bank syariah sangat diharapkan dapat menjadi kekua-tan di BPKH dalam melakukan mitigasi risiko investasi. [hsn]

***

* Artikel ini pernah dimuat di Koran Media Indonesia.

Page 116: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

PUASA DAN iNFLASi

D ua kata ini, puasa dan inflasi, sejatinya bukanlah ter-masuk rumpun kata yang sama. Ungkapan puasa biasa dipakai untuk menjelaskan salah satu praktek

ibadah yang dijalankan umat Islam setiap setahun sekali. Se-dang inflasi termasuk kategori kata yang berkaitan dengan ekonomi moneter. Namun demikian, kedua kata ini mempu-nyai korelasi yang unik bagi kehidupan beragama umat Islam Indonesia, khususnya menjelang datangnya bulan Ramad-han.

Kenapa unik? Karena ada anomali fakta yang seharus-nya tidak terjadi dalam tradisi beragama umat Islam Indo-nesia. Faktanya setiap menjelang puasa, bahkan berlanjut hingga hari raya Idul Fitri, biasanya terjadi inflasi, dengan ditandai oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Dalam ilmu ekonomi mikro, salah satu faktor penyebab inflasi dikare-nakan tidak seimbangnya lagi antara sisi supply dan demand di pasar. Bisa jadi, karena kekuatan permintaan yang besar tidak diimbangi dengan perbanyakan volume penawaran.

Suasana pasar tradisional ataupun super market men-jelang puasa biasanya penuh sesak dipenuhi oleh orang yang ingin belanja mencukupi kebutuhan hidupnya selama

Page 117: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

106 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

berpuasa. Ini artinya dari sisi demand mengalami tekanan vol-ume yang cukup besar. Perilaku konsumen menjelang dan se-lama bulan puasa telah menggambarkan kondisi yang tidak wajar. Volume transaksi naik tajam. Memang fenomena ini di satu sisi memberikan dampak yang baik bagi kondisi per-ekonomian masyarakat. Semakin besar perputaran transaksi ekonomi akan memberikan dampak peningkatan pendapatan bagi masyarakat.

Fakta inilah yang sesungguhnya membuat paradok den-gan esensi puasa itu sendiri. Esensi puasa adalah mengurangi kegiatan konsumsi. Biasanya, kalau di luar bulan Ramadhan, umat Islam tidak terbatasi untuk melakukan konsumsi atas barang. Akses untuk mengkonsumsi barang terbuka lebar. Se-lama 24 jam bisa melakukan konsumsi. Namun, suasananya akan berbeda, tatkala sudah memasuki bulan suci Ramad-han, umat Islam sudah tidak bebas lagi mengkonsumsi ba-rang. Mulai dari berkumandangnya adzan shubuh hingga tenggelamnya matahari menjelang didirikan sholat maghrib, umat Islam terbatasi untuk mengkonsumsi barang, baik da-lam bentuk makan atau minum.

Artinya, dari sisi ekonomi seharusnya ada pengurangan konsumsi. Kalau mengacu pada hakekat puasa, seharusnya sisi demand mengalami pelemahan. Berkurang seiring den-gan pemangkasan pola konsumsi yang hanya dilakukan di malam hari. Kalau dihitung dengan hitungan jam, kebebasan mengkonsumsi di malam hari hanya 10 jam. Selebihnya, 14 jam merupakan waktu terlarang untuk melakukan kegiatan konsumsi. Jika dilihat dari rasio perbandingan antara wak-tu dibolehkan untuk mengkonsumsi dengan waktu terlarang untuk mengkonsumsi tentunya lebih banyak waktu terlarang-nya, yakni 14 berbanding 10.

Namun, realitanya tidak seperti yang diinginkan oleh

Page 118: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Puasa dan Inflasi — 107

hakekat puasa tersebut. Faktanya adalah sisi demand mengala-mi penguatan yang cukup besar. Inilah yang dimaksud den-gan anomali fakta menjelang dan selama bulan Ramadhan. Jika mengacu pada hakekat dan esensi puasa seharusnya sisi demand tidak menguat, namun sebaliknya melemah. Akibatn-ya, sisi supply harus menyeimbangkan lagi posisinya dengan menambah volume penawaran. Biasanya, dalam kondisi sep-erti ini, agar tidak terjadi inflasi yang ektrem, tidak menut-up kemungkinan pemerintah mengambil langkah intervensi pasar dengan menambah supply persediaan barang melalui instrumen open market operation.

Anomali fakta di atas perlu dirubah. Dalam merubah paradigma ini diperlukan pemahaman yang mendalam men-genai esensi dan hakekat puasa di bulan Ramadhan. Umat Islam di Indonesia perlu memahami makna ibadah puasa yang sesungguhnya. Puasa bukanlah direspon dengan mem-perbanyak belanja atau meramaikan pasar dan mall. Namun sebalikya, ibadah puasa di bulan Ramadhan merupakan momentum terbaik untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah Swt. Bulan Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk memakmurkan masjid dengan varian iba-dah yang disyariatkan dalam ajaran Islam, baik ibadah wajib ataupun ibadah sunnah.

Puasa mengajarkan perilaku hidup yang jauh dari si-fat konsumeristik. Makna puasa adalah menahan (al-imsak). Menahan hawa nafsu agar tidak condong ke perilaku kon-sumeristik. Menahan syahwat untuk tidak memanjakan diri dengan hal-hal yang bersifat materialistik. Puasa mendidik umat Islam untuk lebih berhemat dari pada menghamburkan uangnya untuk berbelanja. [hsn]

***

Page 119: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

108 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 120: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

HAJi PERTAMA YES

Dampak dari keterlambatan penyelesaian renovasi perluasan Masjidil Haram mengantarkan pemerin-tah Arab Saudi untuk mengambil kebijakan pengu-

rangan kuota haji bagi negara-negara muslim, tidak terkecuali Indonesia. Selama ini, Indonesia yang penduduknya mayor-itas muslim termasuk negara yang mengirim jamaah hajin-ya cukup banyak ke Arab Saudi. Kuota haji yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi selalu meningkat setiap tahunn-ya. Seperti berita yang dilansir Koran Sindo, Sabtu (22/06), Indonesia yang semula mendapat jatah 211.000 calon haji berkurang menjadi 168.000. Dari jumlah tersebut, sebanyak 155.200 merupakan calon haji regular dan 13.600 calon haji khusus.

Pengurangan kuota haji Indonesia tahun 2013 oleh pe-merintah Arab Saudi sebesar 20% menjadikan problem sendiri bagi Kementerian Agama untuk mencarikan solusin-ya. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yaitu dengan melobi pemerintah Arab Saudi agar penguran-gan kuota haji bagi Indonesia dapat dibatalkan atau paling tidak dikurangi tidak sebesar 20%. Menteri Agama sendiri saat ini, sesuai arahan dari Presiden, telah melobi pemerintah

Page 121: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

110 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Arab Saudi mengenai pemangkasan kuota haji tahun 2013 bagi Indonesia.

Tidak dipungkiri bahwa tata kelola haji yang selama ini dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama RI masih banyak menyisakan problem yang perlu dicarikan solusinya secara bersama. Sehingga harapannya ke depan tata kelola haji dapat berjalan dengan lebih baik. Salah satu problem haji yang dapat dipetakan saat ini di antaranya ada-lah isu antrian yang panjang (waiting list) bagi calon jama’ah haji yang berniat menunaikan ibadah haji ke Baitullah.

Kementerian Agama RI sendiri telah melansir informa-si bahwa pada tahun 2013 antrian calon jama’ah haji sudah mencapai angka 2 juta orang. Hal ini secara tidak langsung berakibat pada lamanya waktu menunggu pemberangkatan bagi jama’ah haji. Bahkan, beberapa daerah di Indonesia waiting list-nya sudah ada yang mencapai 10-15 tahun baru bisa berangkat haji. Artinya, kalau kita mendaftar haji di ta-hun 2013, kita baru akan bisa berangkat pada tahun 2023 atau 2028. Sungguh, waktu penantian yang cukup lama.

Mengularnya antrian yang panjang tersebut disebabkan karena tidak seimbangnya antara supply dan demand dalam tata kelola haji. Dari sisi supply, isu quota haji menjadi pembatas untuk memperbesar porsi jatah pemberangkatan jama’ah ke tanah suci. Sedangkan dari sisi demand, permintaan dari umat Islam Indonesia yang ingin menunaikan ibadah haji dari waktu ke waktu semakin besar. Karena bagi umat Islam In-donesia, menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban dan cita-cita yang ingin direalisasikan. Angka waiting list sebesar 2 juta orang di tahun ini menjadi fakta bahwa dari sisi demand ke depannya masih cenderung akan semakin membesar.

Isu waiting list ini sempat menguak dan berbuntut mem-buahkan kontroversi antara Direktur Jenderal Penyeleng-

Page 122: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Haji Pertama Yes — 111

garaan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI, Anggito Abimanyu, dengan industri perbankan syariah di Indonesia yang menginovasi Produk Talangan Haji-nya. Bagi Anggito, salah satu penyebab antrian panjang tersebut dikarenakan adanya Produk Talangan Haji yang dikembangkan oleh in-dustri perbankan syariah. Nasabah bank syariah yang ingin berangkat haji, namun belum mempunyai uang yang cukup, dengan memanfaatkan Produk Talangan Haji di bank syari-ah, nasabah tersebut dapat diberangkatkan oleh bank syariah. Dalam hal ini, bank syariah menalangi terlebih dahulu biaya pemberangkatan hajinya. Sedangkan bagi industri perbankan syariah di Indonesia, Produk Talangan Haji yang dikembang-kannya saat ini telah sesuai dengan regulasi yang ada, baik dari sisi Peraturan Bank Indonesia (PBI) ataupun Fatwa yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).

Sistem IT HajiSalah satu solusi yang dapat mengurangi problem panjan-

gnya antrian tunggu pemberangkatan haji (waiting list) saat ini, Kementerian Agama RI dapat menerapkan kebijakan “Haji Pertama Yes, Haji Kedua No”. Artinya, peluang pemberang-katan ibadah haji untuk jangka waktu tertentu hanya berlaku bagi calon jama’ah haji yang baru kali pertama berangkat haji ke Baitullah. Jika ditemukan ada calon jama’ah haji yang akan berangkat untuk haji kedua kalinya, maka baginya terlarang untuk berangkat. Kebijakan ini hanya berlaku dalam satu periode, bisa jadi 10 tahun atau bahkan lebih, sampai batas tercapainya keseimbangan kembali antara supply dan demand dalam tata kelola haji di Indonesia. Jika keseimbangan terse-but sudah normal kembali, pemerintah sudah tidak perlu lagi menerapkan kebijakan “Haji Pertama Yes, Haji Kedua No”.

Kebijakan “Haji Pertama Yes, Haji Kedua No” ini baru bisa berjalan secara efektif, jika Kementerian Agama mem-

Page 123: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

112 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

back-up tata kelola haji dengan support Sistem IT Haji yang canggih. Dengan menggunakan Sistem IT Haji yang baik, Direktorat Haji Kementerian Agama akan secara otomatis dapat mengidentifikasi seseorang yang akan berangkat ibadah haji. Apakah hajinya yang pertama atau yang kedua? Selama ini masih sangat dimungkinkan seseorang berhaji kedua kali atau bahkan berhaji yang ketiga kalinya. Dus, dengan Sistem IT Haji ini memudahkan bagi pemerintah untuk mengatur tata kelola haji yang lebih baik.

Sistem IT Haji tersebut, sekaligus dapat mengamankan kebijakan Kementerian Agaman haji prioritas bagi jama’ah lanjut usia (lansia). Kebijakan Kementerian Agama mem-berangkatkan lebih awal bagi jama’ah lansia merupakan satu langkah yang perlu kita dukung bersama. Calon jama’ah haji lansia rata-rata berusia 70 tahun ke atas. Mereka sudah ber-niat dan berjuang dari awal untuk menunaikan ibadah haji. Mereka kebanyakan dari kampung yang dengan keikhlasann-ya menyisihkan uangnya dengan cara ditabung untuk men-jalankan kewajiban memenuhi panggilan Ilahi di Baitullah.

Harapannya ke depan sudah tidak ada lagi suara-suara miring terkait isu tata kelola haji yang dikembangkan oleh Di-rektorat Haji Kementerian Agama RI. [hsn]

***

Page 124: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

HAJi DAN BiSNiS SYARiAH

Haji merupakan prosesi tahunan yang melibatkan jutaan kaum muslimin. Dari berbagai penjuru du-nia, umat Islam sengaja untuk hadir di Mekkah dan

Madinah, hanya sekedar untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima. Pelaksanaan ibadah ini, sebagai bukti kepatuhan dan ketaatan kepada perintah Allah Swt. Kalau disadari, rit-ual ini, sesungguhnya tidak hanya berdimensi ibadah. Lebih dari itu, haji telah melampaui batas dimensi yang ada. Saat ini, pelaksanaan haji telah menggerakkan berbagai sektor ke-hidupan manusia, termasuk didalam-nya sektor perekonomi-an dan bisnis.

Dari sisi bisnis, ritual haji telah menjelma sebagai satu pe-luang besar yang dapat dikelola untuk mendatangkan keun-tungan. Terbukti, banyak sekali perusahaan yang bergerak dalam bisnis penyelenggaraan haji maupun umrah, baik be-rupa biro perjalanan ataupun jasa pemondokan. Bahkan, dari sisi penyediaan konsumsi selama perjalanan haji, tidak luput menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Sayangnya, selama ini, penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia masih menjadi monopoli pemerintah. Melalui Departemen Agama, regulasi dan pelaksanaan ibadah haji tersebut diselenggarakan. Keun-

Page 125: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

114 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

tungan dari penyelenggaraan yang monopolistis ini terletak pada aspek koordinasi. Departemen Agama dapat melaku-kan koordinasi dengan semua pihak dalam penyelenggaraan ibadah haji ini. Tetapi, tidak jarang dari yang monopolistis ini, melahirkan pelayanan (service) yang cenderung kurang memuaskan.

Mengais Keuntungan di Lahan HajiDari perspektif ekonomi, ritual haji telah menggerakkan

sirkulasi uang (velocity of money) di masyarakat. Triliunan ru-piah terhimpun melalui prosesi tahunan ini. Tepatnya, lebih dari lima trilliun rupiah dana haji yang mengalir setiap tahun. Dengan asumsi, kuota haji untuk Indonesia sebanyak 213 ribu dikali biaya ongkos naik haji, yang tahun 2007 berkisar antara Rp. 25-27 juta. Besaran yang tidak sedikit dari sisi peluang bisnis yang menggiurkan.

Selama ini, regulator sekaligus operator, ada di tangan Departemen Agama. Artinya, dana dengan jumlah besaran di atas akan terserap masuk melalui Departemen Agama. Walaupun begitu, dalam pelaksanaannya, Departemen Ag-ama bekerja sama dengan industri keuangan dalam menge-lola dana haji tersebut. Sepintas, secara bisnis, terlihat bahwa pengelolaan dana haji dapat dilakukan melalui dua lembaga keuangan, yakni perbankan dan asuransi.

Pengelolaan dana haji oleh industri perbankan meliputi penghimpunan dana calhaj (calon haji) melalui tabungan haji. Saat ini, total jumlah dana tabungan haji yang tersimpan di perbankan lebih dari puluhan trilliun. Dengan asumsi adanya pengendapan dana calhaj yang masih dalam daftar waiting list. Karena, jika kita mau mendaftar haji pada tahun 2007, pem-berangkatanya bukannya tahun 2007, melainkan tiga tahun mendatang, yakni pada tahun 2010.

Page 126: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Haji Dan Bisnis Syariah — 115

Adanya pengendapan sementara dana haji pada bank-bank merupakan berkah tersendiri bagi pengembangan in-dustri perbankan nasional. Pada waktu yang sama, dana pihak ketiga (DPK) yang bersumber dari pembayaran dana haji memperbesar jumlah dana yang dimiliki oleh bank. Mas-alahnya, saat ini belum adanya keberpihakan penuh dari reg-ulator penyelenggara haji, untuk menyerahkan pengelolaan dana haji ke industri keuangan syariah sepenuhnya. Hal ini terlihat dari masih menduanya kebijakan dalam pengelolaan dana haji. Saat ini, sebagian pengelolaan dana haji diberikan ke industri perbankan syariah dan sebagian diserahkan pen-gelolaannya ke industri perbankan syariah. Sejatinya, hal ini seharusnya tidak seperti itu. Sesuai amanat QS. Al-Baqarah [2]: 208, pengamalan ajaran Islam dituntut secara kaffah, ti-dak setengah-tengah. Pengelolaan dana haji, seharusnya dis-erahkan sepenuhnya ke industri keuangan syariah, melalui bank syariah.

Dalam hal ini, industri perbankan syariah dapat meraup keuntungan dari pengendapan dana haji. Dana haji yang mengendap akan diinvestasikan kembali oleh industri per-bankan pada instrumen investasi yang diprediksikan mem-berikan keuntungan. Seandainya, dana haji tersebut sudah dikelola penuh oleh industri perbankan syariah, secara tidak langsung akan memberikan stimulan positif terhadap pening-katan market share bank syariah. Masalahnya, saat ini, market share industri perbankan syariah masih berkisar pada angka 1,7%. Angka yang sangat kecil, jika diperbandingkan dengan market share di industri perbankan konvensional. Oleh kare-na itu, sudah saatnya Departemen Agama, selaku regulator penyelenggara haji Indonesia, mengeluarkan regulasi yang mengamanatkan pengelolaan dana tabungan haji pada in-dustri perbankan syariah.

Page 127: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

116 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Selain industri perbankan, penikmat ‘kue’ dana haji adalah industri asuransi. Sesuai dengan peraturan yang ada, semua jamaah haji Indonesia akan dijamin risikonnya oleh perusahaan asuransi, selama prosesi haji berlangsung sampai kepulangannya ke tanah air. Dana yang dikelola oleh indus-tri asuransi berasal dari dana haji yang dibayarkan oleh cal-haj. Jadi, sebagian dari Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dipergunakan untuk kepentingan penjaminan terh-adap risiko selama pelaksanaan ibadah haji. Biaya ini biasa disebut dengan dana asuransi haji. Tahun ini, premi asuransi haji per orang Rp. 75 ribu. Jika dihitung dari jumlah jamaah haji yang berangkat pada tahun 2007 sebanyak 213.000 orang, maka dana premi yang dikelola oleh perusahaan asur-ansi sebesar lebih dari 15 Milliar.

Dalam asuransi haji, penanganannya sudah diserahkan ke industri asuransi syariah. Artinya, yang berhak meng-cov-er risiko pelaksanaan ibadah haji, hanya perusahaan asuransi syariah. Selain perusahaan asuransi syariah tidak diperbole-hkan mengurusi asuransi haji. Selama ini, proses penentu-an perusahaan asuransi yang mengelola dana asuransi haji melalui proses mekanisme tender. Dua tahun belakangan ini, yang memperoleh tender dari dana asuransi haji adalah peru-sahaan asuransi Bumiputera Syariah. [hsn]

***

Page 128: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

BELAJAR DARi KASUS First Travel

Di sela-sela pelaksanaan ibadah haji tahun 2017, pub-lik di Indonesia cukup dikejutkan dengan mencuat-nya kasus yang menimpa perusahaan biro umroh,

PT First Anugerah Karya Wisata, atau populer disebut den-gan perusahaan First Travel. Pada mulanya First Travel hanya merupakan perusahaan biro perjalanan wisata biasa dengan menggunakan bendera CV First Karya Utama. Kemudian owner dari perusahaan tersebut, pasangan suami istri Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, melihat adan-ya peluang pengembangan bisnis dalam perjalanan ibadah umroh. Akhirnya setelah mengantongi izin dari Kementerian Agama pada tahun 2011, First Travel resmi menjual produk paket perjalanan umrah berbiaya murah.

Pangsa pasar untuk produk paket perjalanan umroh di Indonesia masih sangat terbuka dan market-nya cukup besar. Pasar sasarannya adalah umat Islam Indonesia yang ingin menunaikan ibadah umroh. Apalagi dengan adanya kebija-kan tata kelola haji saat ini yang berujung pada adanya waktu tunggu (waiting list) yang cukup lama bagi umat Islam Indo-nesia yang ingin menunaikan ibadah haji. Waktu tunggunya bisa hingga 10-15 tahun sendiri. Maka, banyak umat Islam

Page 129: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

118 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Indonesia memilih ingin terlebih dahulu menunaikan ibadah umroh dari pada ibadah hajinya.

Dengan mempromosikan produk paket perjalanan um-roh berbiaya murah, hanya cukup dengan harga Rp14.3 juta, First Travel telah melakukan penetrasi pasar (market penetra-tion). Karena saat itu harga produk paket umroh rerata pada kisaran harga Rp19 juta hingga Rp22 juta. Strategi bisnis dengan penetapan harga (pricing) paket umrah yang murah disambut baik dan sangat diminati oleh pasar. Terbukti dari penelusuran pada data First Travel, total jamaah yang men-gambil produk promo umroh berbiaya murah dari bulan De-sember 2016 sampai Mei 2018 ada 72.682 orang. Dari jum-lah tersebut, 14.000 orang sudah diberangkatkan dan sisanya, 58.682, belum berangkat.

Puluhan ribu jamaah yang tidak jadi berangkat umroh menjadi problem bagi First Travel, karena ada dugaan awal, sebagian dana umroh yang dihimpun First Travel dimanfaat-kan untuk kegiatan belanja yang tidak ada kaitanya dengan perjalanan umroh. Sehingga pada akhirnya Satuan Tugas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak tang-gal 18 Juli 2017 mengeluarkan ketetapan pembekuan kegia-tan usaha First Travel, meliputi kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi yang dilakukan First Travel. Tidak hanya OJK yang memberikan sanksi penghen-tian kegiatan usaha First Travel, Kementerian Agama yang sebelumnya mengeluarkan izin, akhirnya per 1 Agustus 2017 mencabut izin operasi First Travel.

PembelajaranDari kasus yang terjadi di First Travel, harapannya ke

depan bisa mengambil pembelajaran agar tidak terulang lagi. Tidak ada lagi model bisnis seperti First Travel. Ada bebera-

Page 130: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Belajar dari Kasus First Travel — 119

pa catatan yang dapat dijadikan pembelajaran perbaikan tata kelola pelaksanaan umroh di Indonesia, sebagai berikut:

Pertama, penguatan regulasi. Kementerian Agama ber-sama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus bekerja sama berbagi tugas membuat rumusan penguatan regulasi dalam tata kelola pelaksanaan umroh di Indonesia yang lebih baik. Dalam hal ini, Kementerian Agama bertugas merumuskan regulasi yang berkaitan dengan aspek ibadah umrahnya se-hingga pelaksanaan ibadah umroh sah dan sesuai dengan syarat rukunnya. Di sini berlaku prinsip kesesuaian syariah (sharia compliance). Sedangkan tugas OJK adalah merumus-kan regulasi dari aspek bisnisnya. Dalam hal ini, perusahaan travel umroh pada posisi menjalankan satu fungsi yang ada di industri perbankan yakni fungsi penghimpunan dana (fund-ing). Bedanya, kalau di bank fungsi funding dilakukan melalui produk tabungan, deposito dan giro, sedangkan fungsi funding di perusahaan travel umroh dalam bentuk pembayaran uang atas produk paket umroh. Agar terbentuk harga yang fair dan adil, OJK harus membuat panduan penetapan pembatasan harga bawah dan harga atas pada produk paket perjalanan umroh yang dapat direview berdasarkan kondisi market. Di sisi lain, perlu juga adanya pengaturan modal yang disetor bagi perusahaan travel umroh sebagai cerminan dari kemampuan dalam kecukupan modal yang dimiliki.

Kedua, penguatan monitoring. Adanya kasus First Trav-el mengindikasikan proses monitoring terhadap perusahaan travel umroh belum berjalan dengan baik. Dalam proses monitoring, baik Kementerian Agama dan OJK diberikan kewenangan untuk melakukan pengawasan. Kementerian Agama melakukan monitoring dari aspek prinsip kesesuaian syariah (sharia compliance). Sedangkan OJK melakukan moni-toring dari sisi bisnisnya. Akan lebih baik jika dalam proses

Page 131: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

120 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

monitoring OJK sudah mampu membuat sistem deteksi dini (early warning system) bagi perusahaan travel umroh. Sehingga akan diketahui tingkat kesehatan perusahaan travel umroh. Lebih dari itu, perusahaan travel umroh harus melaporkan kegiatan operasionalnya ke OJK secara periodik.

Ketiga, penguatan perlindungan konsumen. Dalam hal ini, aspek perlindungan konsumen perlu dikedepankan. Ban-yaknya jamaah umroh yang tidak jadi diberangkatkan oleh First Travel merupakan gambaran lemahnya perlindungan konsumen. Hak-hak konsumen untuk memperoleh kepastian keberangkatan dan kenyaman dalam menjalankan ibadah umroh perlu dilindungi oleh regulasi. Maka dari itu dira-sa perlu adanya hot line khusus baik di Kementerian Agama ataupun OJK yang menerima penampungan pengaduan dari calon jamaah umroh, sebagai perwujudan dari quality assurance proses pelaksanaan perjalanan ibadah umroh. Di sisi lain, Ke-menterian Agama dan OJK secara periodik menyajikan data perusahaan travel umroh yang kredibel dan terpercaya.

Keempat, perlu membentuk perilaku konsumen yang cer-das (smart). Dalam hal ini otoritas, baik Kementerian Agama atau OJK seyogyanya terus menerus melakukan edukasi dan sosialisasi ke calon jamaah umroh, sehingga dihasilkan profil jamaah umroh yang smart, yakni jamaah umroh yang dapat memahami betul produk paket umroh yang ditawarkan oleh perusahaan travel. Kasus First Travel menyajikan gambaran adanya jamaah umroh yang berfikir secara emosional sehingga tergiur dengan promosi paket umroh berbiaya murah yang ka-lau dihitung secara rasional, dengan harga paket umroh Rp14,3 juta tidak akan mencover total biaya perjalanan umroh. Dari sinilah dibutuhkan proses edukasi dan sosialisasi secara massif untuk menghasilkan profil konsumen yang smart. [hsn]

*) Artikel pernah dimuat di Koran Kompas, 30 Agustus 2017

Page 132: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

PROMOSi ATAU DAKWAH Ekonomi Syariah

Sangat menarik membaca artikelnya Akhsin Muamar yang berjudul Marketing Dakwah Ekonomi Syariah di koran Republika, 01/09. Akhsin bicara tentang realita

yang kini terjadi di industri perbankan dan keuangan syariah di Indonesia. Realita itu diantaranya berupa ketidakmam-puan industri perbankan syariah untuk mengejar target 5% yang selama ini dipatok sendiri sampai dengan akhir 2008.

Kalau dicermati, penyebabnya terletak pada model pendekatan yang digunakannya terlalu berat berorientasi kepada iklan dan brand. Selama ini, industri perbankan dan keuangan syariah mengikuti ‘irama’ yang dilantunkan oleh in-dustri perbankan dan keuangan konvensional dengan memi-lih promosi sebagai media untuk mengejar target tersebut. Se-hingga tidaklah salah, jika saat ini masih ada masyarakat yang mengesankan sama antara apa yang dilakukan oleh bank sya-riah dengan bank konvensional. Ke depan, dengan semakin kuatnya posisi industri perbankan syariah pasca disahkannya UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dituntut

Page 133: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

122 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

untuk menampilkan karakternya sendiri sebagai bank syariah.Seharusnya bank syariah mempunyai ‘warna’ dan karak-

ter tersendiri dalam segala hal, sebagai diferensiasi dengan bank konvensional. Selama ini, bank syariah masih sering ‘me-lirik’ saudara tuanya, bank konvensional, yang nota-benenya terlahir lebih dahulu di tengah-tengah sistem perbankan na-sional dalam menjalani operasionalnya. Termasuk menggu-nakan instrumen promosi dalam mengejar target.

Bagi perbankan konvensional, promosi yang dilakukann-ya tidak lebih hanya sekedar untuk pencapaian jangka pendek, yakni bersifat materialistis. Promosi bagi bank kovensional tidak lebih dari sekedar jualan produk. Kalau bank syariah berperilaku seperti bank konvensional dengan menempatkan promosi sebagai bentuk jualan produk, berarti bank syariah hanya berorientasi jangka pendek. Dalam hal ini, secara tidak langsung bank syariah telah menafikan pemahaman adanya proses jangka panjang yang berorientasi untuk menggapai maslahah, sakinah, dan falah.

Pilihan promosi sebagai cara untuk mengejar target, bu-kanlah tanpa risiko. Bagi industri perbankan syariah, saat ini untuk melakukan kegiatan promosi, realitanya masih kalah jauh dibanding dengan upaya promosi yang dilakukan oleh industri perbankan konvensional. Sudah biaya iklan sangat mahal, namun hasilnya bisa jadi masih kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari beberapa promosi bank syariah di TV yang menghabiskan milyaran rupiah atau bisa terlihat melalui promosi dalam bentuk pameran (festival) yang nilai edukasin-ya masih terasa kurang.

Di sisi lain, dalam pandangan Akhsin, masih ada mas-alah di pangsa pasar kelas menengah ke atas yang cenderung tidak loyalis dengan bank syariah. Bagi kelas ini, bank syariah masih dianggap ribet, dan tidak user friendly. Persepsi seperti ini

Page 134: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Promosi atau Dakwah Ekonomi Syariah — 123

kalau tetap dibiarkan akan menjadi penghalang bagi promo-si yang dijalankan oleh industri perbankan syariah. Bahkan, bisa jadi promosi tersebut akan sia-sia saja dan merugikan bagi industri perbankan dan keuangan syariah, karena tidak mendapat respon baik oleh market.

Sesungguhnya industri perbankan dan keuangan sya-riah dapat menggunakan metode yang ditawarkan oleh Akhsin yang selama ini juga dilakukan oleh Pusat Komuni-kasi Ekonomi Syariah (PKES), yakni dengan menggunakan pendekatan dakwah. Ya, dakwah ekonomi syariah. Dengan mengambil motto “Dakwah Ekonomi Syariah Untuk Jangka Panjang Yang Tidak Mengenal Lelah”, PKES mengedukasi masyarakat mengenai ekonomi syariah melalui buku-buku yang diterbitkan. Di antara buku yang diterbitkan oleh PKES ada buku Khutbah Jum’at Ekonomi Syariah dan buku Ma-teri Dakwah Ekonomi Syariah yang dapat dijadikan panduan bagi para da’i-da’iah ataupun muballigh-muballighat untuk men-dakwahkan ekonomi syariah ke masyarakat. Selama ini, isi khutbah jum’at dan dakwah di majelis-majelis ta’lim lebih banyak menjelaskan masalah-masalah ibadah dan aqidah. Dengan adanya kedua buku tersebut dapat mencerahkan masyarakat mengenai ekonomi syariah.

Promosi yang masih identik dengan jualan produk bagi industri keuangan dan perbankan syariah sudah harus diku-rangi porsinya, untuk digantikan dengan kegiatan yang ber-orientasi pada edukasi (baca: dakwah) ekonomi syariah ke masyarakat. Realita yang terjadi di masyarakat saat ini masih banyak yang belum mengerti tentang ekonomi syariah, baik dari sisi konsep ataupun aplikasinya dalam bentuk lembaga keuangan syariah. Oleh karena itu, diperlukan gerakan yang dapat membuat gelombang besar dakwah ekonomi syariah di tengah-tengah masyarakat.

Page 135: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

124 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Ibaratnya, masyarakat kita masih perlu diajari bagaima-na manfaat menggunakan ‘helm’ yang baik untuk keaman-an berkendara. Setelah mereka faham cara memakai helm, nantinya terserah mereka mau membeli helm dimana. Begitu pula dengan kondisi masyarakat yang menjadi pangsa pasar industri perbankan dan keuangan syariah yang masih banyak belum faham ekonomi syariah. Nantinya setelah masyarakat sudah melek ekonomi syariah, terserah mereka mau menam-batkan hatinya untuk mengambil produk dari bank syari-ah yang cocok dengan seleranya. Jadi, edukasi dan dakwah ekonomi syariah ke masyarakat masih perlu diperkuat dan diperluas wilayah dakwahnya. Mungkinkah promosi dapat bersinergi dengan dakwah ekonomi syariah !!! [hsn]

***

Page 136: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

iSLAM DAN PRODUKSi

Salah satu motivasi melakukan kegiatan produksi, kare-na tuntutan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupanya. Pada awalnya, kegiatan produksi hanya

diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang berskala kecil. Tetapi, setelah terjadi ledakan jumlah penduduk, semakin hari jumlahnya semakin besar, produksi diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan yang bersifat massif bagi masyarakat banyak. Pada tahapan ini, kegiatan produk-si tidak hanya dilakukan dalam rumah tangga, tetapi sudah meramba dalam bentuk kegiatan produksi yang dilakukan dalam sebuah perusahaan atau pabrik.

Mengkaji tentang konsep produksi dalam perspektif eko-nomi Islam, tidak dapat dikesamping-kan pemikiran Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin ten-tang produksi. Imam al-Ghazali menjelaskan konsep produk-si dengan memberikan ilustrasi bagaimana “sepotong roti itu dibuat”. Mari kita bayangkan bagaimana sepotong roti itu dibuat. Terlintas dalam pikiran kita, bahwa roti yang siap untuk dimakan itu dibuat membutuhkan bahan baku, mod-al, tenaga kerja, teknologi dan keahlian. Dalam bahasa ilmu ekonomi mikro, kesemua-nya disebut dengan faktor-faktor

Page 137: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

126 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

produksi.Bahan baku menjadi faktor yang penting dalam ke-

giatan produksi. Allah Swt telah menyedia-kan semua bahan baku di alam ini untuk dipergunakan manusia dalam kegiatan produksi. Dalam hal ini, manusia sebagai khalifah diberikan amanah untuk mengelolahnya menjadi barang (produk) yang nantinya dapat bermanfaat dan dikonsumsi oleh manusia itu sendiri. Berarti, kalau bahan baku membuat roti, bisa jadi ter-diri dari tepung, gula, air, dll.

Modal juga tak kalah pentingnya dalam kegiatan pro-duksi. Tanpa modal kegiatam produksi dipastikan tidak akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Modal dalam istilah fiqh biasa disebut dengan ra’sul mal.

Tenaga kerja sebagai faktor produksi yang berperan dalam menggerakkan kegiatan produksi. Coba kita bayangnk-an, berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mem-buat “sepotong roti”. Paling tidak, di dalamnya tenaga kerja yang membuat adonan roti, ada tukang kayu yang mencari bahan bakar, ada yang bekerja memanaskan, ada yang mem-buat cetakan roti, dll.

Teknologi menjadi faktor pendukung dalam kegiatan produksi. Dengan adanya teknologi, kegiatan produksi akan lebih cepat dan efisien. Karena dengan teknologi, banyak fak-tor lain yang bisa dihemat.

Keahlian (skill) juga faktor produksi yang penting. Tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan khusus akan lebih tepat guna dengan tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian dan ketrampilan.

Selain konsep produksi yang diketengahkan oleh Imam al-Ghazali di atas, dalam pemikiran ekonomi Islam ditemu-kan pula pemikiran Dr. Monzer Kahf tentang produksi. Menurutnya, ada keterkaitan antara tingkat keshalehan ses-

Page 138: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Islam Dan Produksi — 127

eorang dengan nilai produktifitas. Jika tingkat keshalehan seseorang itu meningkat, maka tingkat produktifitasnya juga semakin meningkat. Sebaliknya, jika tingkat keshalehannya menurun, maka tingkat produktifitasnya juga menurun. Art-inya, dalam keshalehan itu terkandung satu semangat pro-duktifitas. [hsn]

***

Page 139: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

128 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 140: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MENEGUHKAN KEMBALi Konsep Produksi Dalam

Ekonomi Islam

Pertanyaan mendasar yang dapat diajukan pada kesem-patan kali ini adalah sebuah pertanyaan yang dapat merangkum pemahaman kita tentang konsep produksi

secara komprehensif yang kesemuanya diacukan pada para-digma berfikir yang dilandasi oleh nilai­nilai yang bersifat normatif dengan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pijakan utamanya. Pertanyaan tersebut berupa; apa yang dimaksud dengan produksi? mengapa harus ada produksi? bagaimana cara berproduksi? dan apa yang menjadi tujuan produksi?

Penulis memberi judul artikel ini dengan “Meneguh-kan Kembali Konsep Produksi dalam Ekonomi Is-lam” sekedar bertujuan agar dapat menggugah kembali para peminat kajian ekonomi Islam, baik dari kalangan akademisi ataupun dari kalangan praktisi, untuk lebih berapresiasi da-lam memahami konsep produksi secara islami. Pemahaman terhadap konsep produksi selama ini lebih banyak bersifat materialistis (kebendaan) dan diarahkan pada pencapaian se-

Page 141: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

130 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

suatu yang hanya diukur oleh nilai-nilai yang terkadang men-jadikan kita -sebagai pelaku ekonomi- mengalami keter-gantungan untuk mengejar material-material yang dihasilkan dari proses produksi tersebut.

Pola pemikiran seperti yang tersebut di atas akan ber-muara pada implementasi dalam bentuk aktifitas ekonomi yang berskala mikro dan makro. Dalam tataran mikro dapat digambarkan pada sebuah fenomena keluarga yang setiap hari produktifitasnya diisi dengan pengadaan barang­barang material dengan mengabaikan sebuah nilai spiritualitas yang seharusnya menjadi landasan utama dalam setiap melakukan kegiatan ekonomi. Wal hasil, secara materi keluarga tersebut tercukupi dengan proses produksi yang dihasilkannya tetapi dalam aspek yang lain, yaitu tataran spiritual akan mengalami kekeringan yang boleh jadi akan membawa dampak negatif bagi perkembangan kehidupan keluarga tersebut. Sedangkan dalam tataran makro dapatlah kita mengambil pelajaran dari negara Jepang. Pada saat ini Jepang sudah menjadi sebuah negara maju yang tingkat produksi nasionalnya meningkat se-cara tajam dan telah menjadi pesaing bisnis bagi Amerika dan Uni Eropa. Di satu sisi Jepang dapat menikmati hasil produk-sinya dengan pencapaian yang sudah melebihi batas dan telah dinobatkan sebagai macan Asia, tetapi di sisi lain dalam aspek nilai spiritualitas negara Jepang telah dilanda suatu krisis yang kronis, yaitu hilangnya nilai spiritualitas dalam berkehidupan. Akhir-akhir ini di Jepang banyak kasus yang berkaitan dengan tingkat ke-stres-an yang tinggi dan berujung pada keinginan untuk mengakhiri kehidupan dengan membunuh diri. Pada saat ini kasus tersebut di Jepang menempati peringkat yang tinggi dan telah menjadi problem nasional. Apa arti sebuah produksi atau produtifitas yang akhirnya tidak memberikan rasa kenyamanan dan kedamaian dalam kehidupan?

Page 142: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Meneguhkan Kembali Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam — 131

Memakni ProduksiDr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan

kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikh-dami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin mu-haddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbing-kai dalam waktu yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Abdurrahman Yus-ro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Is-lamiy. Abdurrahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil produk-si tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelom-pok masyarakat. Dalam hal ini, Abdurrahman merefleksi pe-mikirannya dengan mengacu pada QS. Al-Baqarah [2]: 219 yang menjelaskan tentang pertanyaan dari manfaat memakai (memproduksi) khamr.

Lain halnya dengan Taqiyuddin an-Nabhani, dalam mengantarkan pemahaman tentang ‘produksi’, ia lebih suka memakai kata istishna’ untuk mengartikan ‘produksi’ dalam bahasa Arab. An-Nabhani dalam bukunya an-Nidzam al-Iqti-shadi fi al-Islam me-mahami produksi itu sebagai sesuatu yang mubah dan jelas berdasarkan as-Sunnah. Sebab, Rasulullah Saw pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan “Nabi Saw telah membuat cincin.” (HR. Imam Bukhari). Dari Ibnu Mas’ud: “Bahwa Nabi Saw. telah membuat

Page 143: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

132 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

cincin yang terbuat dari emas.” (HR. Imam Bukhari). Beliau juga pernah membuat mimbar. Dari Sahal berkata: “Rasulullah Saw telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau): Perintah-kan anakmu si tukang kayu itu untuk membuatkan sandaran tempat dudukku, sehingga aku bisa duduk di atsnya.” (HR. Imam Bukhari). Pada masa Rasulullah, orang-orang biasa memproduksi ba-rang, dan beliau pun mendiamkan aktifitas mereka. Sehingga diamnya beliau menunjukkan adanya pengakuan (taqrir) beli-au terhadap aktifitas berproduksi mereka. Status (taqrir) dan perbuatan Rasul itu sama dengan sabda beliau, artinya sama merupakan dalil syara’.

Penulis mempunyai keyakinan bahwa wilayah produksi tidaklah sesempit seperti apa yang dipegangi oleh kalangan ekonom konvensional yang hanya sekedar mengejar orienta-si jangka pendek dengan materi sebagai titik acuannya dan memberikan peniadaan pada aspek produksi yang mempu-nyai orientasi jangka panjang. Selama ini yang kita fahami tetkala membaca teks-teks buku ekonomi konvensional tidak jarang ditemukan adanya telaah terhadap kegiatan sebuah pe-rusahaan untuk melakukan produksi dengan mengacu pada faktor produksi yang dimiliki oleh setiap perusahaan tersebut. Misal, perusahaan A akan mencapai tingkat produksi yang maksimal jika didukung oleh faktor produksi semacam modal (C), tenaga kerja (L), sumber daya alam (R), dan teknologi (T) yang difungsikan pada posisi yang optimal. Dasar pemikiran yang dibangun dalam paradigma berfikir aliran konvension-al dalam berproduksi adalah memaksimumkan keuntungan (maximizing of profit) dan meminimumkan biaya (minimizing of cost) yang pada dasarnya tidak melihat realita ekonomi yang prakteknya berdasarkan pada kecukupan akan kebutuhan dan market imperfection yang berasosiasi dengan imperfect information. Hasil dari pencapaian produksi yang dilakukan oleh perusa-

Page 144: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Meneguhkan Kembali Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam — 133

haan konvensional adalah keinginan untuk mendapatkan prof-it (keuntungan) yang maksimal dengan cost (biaya) yang sedik-it. Apa memungkinkan? Gambaran di atas merupakan realita nyata yang terjadi di tataran aplikatif untuk melaksanakan teori produksi yang diacukan pada pemikiran konvensional.

Adapun aspek produksi yang berorientasi pada jangka panjang adalah sebuah paradigma berfikir yang didasarkan pada ajaran Islam yang melihat bahwa proses produksi dapat menjangkau makna yang lebih luas, tidak hanya pencapaian aspek yang bersifat materi-keduniaan tetapi sampai menem-bus batas cakrawala yang bersifat ruhani-keakheratan. Orang yang senantiasa menegakkan shalat dan melakukan ibadah lainnya merupakan wujud dari nilai produktifitas yang dilaku-kan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan ruhaninya. Seseorang yang betul-betul melaksanakan shalat dengan be-nar berarti ia telah melakukan aktifitas yang produktif yang selanjutnya akan membawa pada nilai lebih dalam men-garungi kehidupan di dunia ini.

Keshalehan dan ProduksiAda sebuah permata dalam bukunya Dr. Monzer Kahf

yang berjudul The Islamic Economy: Analytical of The Function-ing of The Islamic Economic System yang menyebutkan bahwa ‘tingkat keshalehan seseorang mempunyai korelasi positif terhadap tingkat produksi yang dilakukannya’. Jika seseorang semakin meningkat nilai keshalehannya maka nilai produktif-itasnya juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya jika keshalehan seseorang itu dalam tahap degradasi maka akan berpengaruh pula pada pencapaian nilai produktifitas yang menurun.

Sebuah contoh, seorang yang senantiasa terjaga untuk selalu menegakkan shalat berarti ia telah dianggap shaleh. Da-

Page 145: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

134 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

lam posisi seperti ini, orang tersebut telah merasakan tingkat kepuasan batin yang tinggi dan secara psikologi jiwanya telah mengalami ketenangan dalam menghadapi setiap permasala-han kehidupannya. Hal ini akan berpengaruh secara positif bagi tingkat produksi yang berjangka pendek, karena dengan hati yang tenang dan tidak ada gangguan-gangguan dalam jiwanya ia akan melakukan aktifitas produksinya dengan ten-ang pula dan akhirnya akan dicapai tingkat produksi yang di-harapkannya.

Selama ini, kesan yang terbangun dalam alam pikiran kebanyakan pelaku ekonomi -apalagi mereka yang berlatar belakang konvensional- melihat bahwa keshaleh-an seseo-rang merupakan hambatan dan perintang untuk melakukan aktifitas produksi. Orang yang shaleh dalam pandangannya terkesan sebagai sosok orang pemalas yang waktunya hanya dihabiskan untuk beribadah dan tidak jarang menghiraukan aktifitas ekonomi yang dijalaninya. Akhirnya, mereka mem-punyai pemikiran negatif terhadap nilai keshalehan tersebut. Mengapa harus berbuat shaleh, sedangkan keshalehan terse-but hanya membawa kerugian (loss) bagi aktifitas ekonomi? Sebuah logika berfikir yang salah dan perlu diluruskan. Pe-lurusan pemikiran tersebut akan membawa hasil jika diacu-kan pada nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, baik yang termaktub dalam al-Qur’an al-Karim ataupun as-Sunnah as-Shadiqah.

Orientasi ProduksiKitab suci al-Qur’an menggunakan konsep produksi ba-

rang dalam artian yang luas. Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang ha-rus mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebu-

Page 146: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Meneguhkan Kembali Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam — 135

tuhan manusia, dan bukannya untuk mem-produksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutu-han manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif. Hal ini ditegaskan al-Qur’an yang tidak memperbolehkan pro-duksi barang-barang mewah yang berlebihan dalam keadaan apapun.

Namun demikian, secara jelas peraturan ini memberi-kan kebebasan yang sangat luas bagi manusia untuk berusa-ha memperoleh kekayaan yang lebih banyak lagi dalam me-menuhi tuntutan kehidupan ekonomi. Dengan memberikan landasan ruhani bagi manusia sehingga sifat manusia yang semula tamak dan mementingkan diri sendiri menjadi terken-dali.

Di dalam QS. Al-Ma’arij [70]: 19, sifat-sifat alami manu-sia yang menjadi asas semua kegiatan ekonomi diterangkan: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”. Si-fat loba manusia menjadikan keluh kesah, tidak sabar dan ge-lisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan dan dengan begitu memacu manusia untuk melakukan berbagai aktifitas produktif. Manusia akan semakin giat memuaskan kehendak-nya yang terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cend-erung melakukan kerusakan di bidang produksi.

Mengacu pada pemikiran as-Syatibi, bahwa kebutuhan dasar manusia harus mencakup lima hal, yaitu terjaganya kehidupan beragama (ad-din), terpeliharanya jiwa (an-nafs), terjaminnya berkreasi dan berfikir (al-‘aql), terpenuhinya ke-butuhan materi (al-mal), dan keberlangsungan meneruskan keturunan (an-nasl). Maka orientasi yang dibangun dalam melakukan produksi adalah tindakan yang seharusnya dilaku-kan oleh setiap pelaku ekonomi muslim dalam mengarahkan kegiatan produksinya untuk memenuhi kebutuhan dasar ma-

Page 147: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

136 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

nusia yang lima tersebut. Gambaran di atas memberikan pemahaman pada kita

bahwa orientasi yang ingin dicapai oleh proses produksi men-jangkau pada aspek yang universal dan berdimensi spiritual. Inilah yang menambah keyakinan bagi kita akan kesempur-naan ajaran Islam yang tertulis dalam QS. Al-Maidah [5]: 3 yang artinya: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. Tidak ada keraguan bagi seorang muslim untuk memberikan kebenaran bagi ajaran Allah Swt yang ada dalam al-Qur’an al-Karim. [hsn]

***

Page 148: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MENCiPTAKAN MORALiTAS Pembangunan

Manusia dengan kemampuan yang dimilikinya dapat berbuat sesuai dengan keinginannya. Da-lam bahasa teologi Mu’tazilah, kemampuan

tersebut diimplikasikan dalam bentuk kehendak bebas yang dimiliki manusia. Kehendak bebas inilah yang membawa ma-nusia pada posisi sebagai makhluk yang dapat bebas berek-spresi dan berinovasi membangun satu hayalan menjadi satu hal yang nyata. Di sinilah letak kekuatan manusia dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya.

Keinginan yang begitu banyak memungkinkan manu-sia untuk mengaktifkan kehendak bebas. Pada tataran awal, kehendak bebas itu menempatkan dirinya pada posisi pele-pasan terhadap nilai-nilai, baik itu dalam bentuk nilai moral ataupun nilai etika. Manusia pada tahap ini dapat berbuat dengan seenaknya sendiri, tanpa ada landasan moral. Pada akhirnya, dengan landasan berbuat seperti itu, terciptalah satu struktur masyarakat yang bebas moral. Di sini manusia dapat membuat nuklir untuk berperang, saling membunuh dan menumpahkan darah. Dan lain sebagainya dari berbagai aspek negatif yang ditimbulkan oleh kehendak bebas itu.

Page 149: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

138 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Pada kondisi seperti ini, manusia telah jauh melenceng dari tugas awal yang telah digariskan oleh Penciptanya, se-bagai khalifah di bumi, yang mempunyai tugas utama me-makmurkan kehidupan di bumi dengan kebahagiaan dan ketenangan. Bukan sebaliknya, seperti yang pernah dikhawa-tirkan oleh malaikat tetkala berdialog dengan Allah Swt da-lam memprediksikan makhluk yang diberi nama “manusia” untuk mengemban tugas berat di muka bumi sebagai peng-hancur, pembuat onar, penumpah darah dan seluruh aktifitas yang mensubordinasikan nilai-nilai moral.

Masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya mengembalikan posisi moral pada diri manusia yang hilang tersebut, sehingga ia dapat menciptakan satu moralitas dalam kehidupannya, yang akhirnya dapat memulihkan kedudukan-nya betul-betul sebagai wakil Allah Swt di bumi, dan diakui oleh sesamanya ataupun makhluk lainnya sehingga ia tidak menjadi bahan cemoohan/ejekan makhluk-makhluk lainnya yang memang dasarnya meragukan kemampuan manusia se-bagai “khalifah” Allah Swt di permukaan bumi.

Sebagai seorang filosof, Kant menawarkan obat sebagai penawarnya dalam bentuk “teori kehendak bebas tran-senden”. Lebih jauh Kant menjelaskan manusia memang harus mengoptimalkan kehendak bebas yang dimilikinya sebagai manifestasi dari kodrat manusia itu sendiri, dengan kekuatan akal yang dianugerahkan kepadanya dalam wujud aktifitas, ekspresi yang mempunyai dimensi transenden. Di-mensi transenden inilah yang dalam bahasa sehari-hari dapat diartikan sebagai penguatan peran moral dalam diri manusia.

Dalam tulisan ini akan diketengahkan kajian tentang menciptakan moralitas pembangun-an dalam studi pendeka-tan epistemologi ekonomi Islami

Page 150: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menciptakan Moralitas Pembangunan — 139

Moral dan EtikaKata moral mempunyai makna yang sepadan dengan

kata etika. Seperti dijelaskan Harold H. Titus term moral dan etika itu maknanya adalah saling berhubungan. Yang pertama berasal dari bahasa Latin moralis, sedang yang kedua berasal dari bahasa Yunani, ethos. Keduanya dapat diartikan dengan; adat-istiadat tata cara atau jalan hidup (way of life). Kedua kata ini biasanya digunakan dengan makna sinonim. Akan tetapi, dewasa ini penggunaan kedua kata tersebut menunjuk-kan pengkhususan: Moralitas digunakan untuk menunjukkan tingkah laku/perilaku tertentu “it self”. Sementara itu, etika dipakai untuk menunjukkan proses belajar mengenai tingkah laku/perilaku moral.

Sementara itu, K. Bertens merujuk makna bentuk jamak dari etika: ta etha mendefinisikan etika sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Namun demikian K. Bertens menambahkan bahwa eti-ka baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan bu-ruk) yang begitu saja diterima suatu masyarakat -seringkali tanpa disadari­ menjadi refleksi bagi suatu penelitian siste-matis dan metodis. Etika sebagai ilmu ini menurut K. Bertens sama artinya dengan filsafat moral.

Filsafat moral di sini diartikan dengan penilaian tentang sesuatu entag baik ataupun buruknya. Penilaian ini disebut moralitas. Moralitas berdasarkan konteks filsafat moral ini mengambil bentuk pengertian tentang baik dan buruk yang merupakan sesuatu yang umum, yang terdapat di mana-ma-na dan segala zaman. Dengan kata lain, moralitas itu (kata K. Bertens) adalah fenomena manusiawi yang universal. Dalam konteks filsafat morat ini pula, K. Bertens memaknakan etika sebagai ilmu tentang moralitas, yakni tingkah laku moral.

Page 151: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

140 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kedua is-tilah di atas sebagai berikut: (a) etik: (i) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak (ii) nilai mengenal baik dan buruk yang dianut suatu golongan atau masyarakat; (b) etika: (i) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral; (c) etiket: (i) carik kertas yang ditempatkan pada kemasan barang (dagangan) yang me-muat keterangan mengenai barang tersebut. (ii) tata cara (adat sopan santun dan sebagainya) dalam masyarakat yang ber-adab dalam memelihara hubungan baik antara sesamanya.

Moral: (i) (ajaran tentang) baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagai-nya. (ii) kondisi mental yang membuat tetap berani, bersema-ngat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya. (iii) Isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan. Moralitas: Segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat, sopan santun.

Todays English Dictionary mengambil makna sebagai beri-kut: Ethic (s):(i) Keyakinan moral mengenai benar dan salah; (ii) Muatan­muatan filosofis yang terdiri dari beberapa per-soalan moral. Ethica: (i) Digunakan untuk membicarakan tentang sesuatu yang dikerjakan dengan cara mempertanya-kan mengenai benar atau salahnya. (ii) Sikap untuk menerima prinsip-prinsip tentang tindakan yang benar. Moral: Digu-nakan untuk menyata-kan sesuatu yang berhubungan dengan tindakan yang benar. Morality: Keyakinan bahwa sesuatu tindakan adalah benar, sedangkan tindakan yang lain adalah salah.

Melihat definisi dari dua kamus di atas dapat disebutkan bahwa etika dan moral berkaitan dengan kelakuan, tindakan, dan perbuatan yang didasarkan pada norma, asas, dan nilai baik-buruk yang diyakini oleh suatu masyarakat tertentu. Per-

Page 152: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menciptakan Moralitas Pembangunan — 141

buatan, tindakan, dan tingkah laku itu lalu berada dalam pe-nilaian etis dan moral.

Dalam melakukan perbuatan, seseorang didasarkan pada keinginannya. Keinginannya ini adalah kebebasannya, apakah ia akan berlaku baik atau pun buruk. Oleh karena itu, dalam kamus di atas disebutkan bahwa etika berkaitan de-ngan hak dan kewajiban moral; moral berhubungan dengan ajaran baik-buruk, kondisi mental untuk tetap berbuat baik, dan keinginan hati nurani.

Etika dan moral berkaitan dengan hukum baik-buruk, dan oleh karena itu keduanya tidak netral. Istilah etika dan moral dalam konteks ini mempunyai makna hukum baik dari perbuatan. Maka orang yang berkelakuan buruk itu disebut tidak bermoral, atau telah keluar dari jalur yang telah diga-riskan oleh etika.

PembangunanPemaknaan kata pembangunan tidak akan terlepas dari

suatu proses; proses dalam wujud membangun dan berbuat untuk lebih meningkat dan maju, baik secara fisik ataupun non fisik. Dalam beberapa hal “pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan “pembangunan” (development). Pertumbuhan (baca: pertumbuhan ekonomi) hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pemba-ngunan berdimensi lebih luas dari sekedar peningkatan per-tumbuhan ekonomi.

Oleh karenanya Myrdal (1968) misalnya mengartian pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change) terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Kondisi ini dilandasi argumen adanya dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibanding

Page 153: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

142 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

pertumbuhan ekonomi.Selanjutnya tercatat munculnya paradigma baru dalam

pembangunan seperti pertumbuhan dengan distribusi, ke-butuhan pokok (basic needs), pembangunan mandiri (self reliant development), pembangunan berkelanjutan dengan perhatian terhadap alam (ecodevelopment), pembanguann yang memperha-tikan ketimpangan pendapatan menurut etnis (ethnodevelopment).

Demikian beragamnya makna pembangunan yang di-turunkan oleh para ahli berdasarkan pengalaman di berbagai negara dan studi empiris yang mereka lakukan. Boleh dikata hampir setiap orang yang peduli dengan pembangunan se-bagai tujuan yang diinginkan bagi negara dan penduduk di negara dunia ketiga. Namun begitu banyak interpretasi me-ngenai makna pembangunan, sehingga orang kadang berta-nya-tanya apakah pembangunan hanya tidak lebih merupa-kan pandangan utopia setiap orang?

Sejarah pemikiran mengenai pembangunan memang di-warnai dengan evolusi makna pembangunan. Dari pemujaan terhadap pertumbuhan, hingga paradigma baru dalam pem-bangunan seperti pertumbuhan dengan distribusi, kebutuhan pokok (basic needs), pembangunan mandiri (self reliant develop-ment), pembangunan berkelanjutan dengan perhatian terha-dap alam (ecodevelopment), pembangunan yang memperhatikan ketimpangan pendapatan etnis (ethnodevelopment). Akhir-akhir ini mulai antri paradigma lain, seperti; wanita dalam pemba-ngunan, pembangunan regional/spasial, pembangunan ma-syarakat, dan pembangunan dalam bingkai ekonomi islami.

Kendati demikian, banyak yang memandang paradigma baru tentang pembangunan ini masih berada pada tataran normatif. Artinya konstribusinya mengenai pembangunan ti-dak berbicara dalam konteks aktual (dassein; what to be) namun lebih membahas apa yang seharusnya dilakukan (das sollen;

Page 154: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Menciptakan Moralitas Pembangunan — 143

what ought to be), Atau alternatifnya kita mau tidak mau ha-rus mengkombinasikan berbagai paradigma tersebut dalam formulasi maupun implementasi kebijaksanaan. Nampaknya tidak salah apabila dismpulkan bahwa pembangunan harus dilihat sebagai proses yang multi dimensi yang mencakup ti-dak hanya pembangunan ekonomi, namun juga mencakup perubahan-perubahan utama dalam struktur sosial, perilaku dan kelembagaan.

Menciptakan Moralitas Pada bagian ini, ada satu tuntutan penggabungan an-

tara dua aspek yang berbeda; moralitas dan pembangunan. Jika kedua aspek tersebut menyatu dalam kerangka satu pe-mikiran, akan mempunyai arti adanya keterikatan aspek-as-pek pembangunan dengan nilai-nilai yang dibawa oleh moral. Dengan kata lain, pengayaan adanya pembangunan yang berwawasan moral adalah satu keharusan dan tidak dapat dipungkiri adanya. Sekarang yang jadi masalah ada-lah bagaimana kita, sebagai manusia yang berperan sebagai pelaku pembangunan dapat menciptakan satu moralitas da-lam membangun ?

Beberapa konsep dapat diungkapkan dalam kajian kali ini. Seorang filosof, semisal Kant, mungkin menjawabnya dengan teori “kebebasan kehendak transenden”. Dalam hal ini, pelaku pembangunan mempunyai kesempatan yang luas untuk berkarya dan berinovasi dalam membangun sesuai dengan iradah (kehendak) yang dimiliki manusia. Walaupun begitu, dalam prakteknyadia harus selalu menyandarkan pada nilai-nilai transenden yang suci dan murni dalam bentuk mo-ralitas. Sehingga dalam kesempatan akhir akan didapati satu kondisi yang terlepas dari berfikir pemisahan nilai­nilai moral dan aspek-aspek pembangunan.

Page 155: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

144 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

“Obat penawar” yang diajukan oleh golongan filosof itu mungkin dapat digunakan, tapi kurang efektif. Hal ini dikare-nakan konsep yang ditawarkan masih sangat subyektif-ab-straktif. Teori “kebebasan kehendak transenden”, tidaklah dapat memberikan jaminan kejelasan terciptanya moraliats pembangunan. Pada tingkat pelaksanaanya dimungkinkan hanya dapat dilaksanakan oleh beberap gelintir manusia, yang memang dasarnya ia berpegang dengan nurani serta kesucian jiwa yang dimilikinya. Masalahnya yang lain, teori tersebut tidak mempunyai nilai hukum yang bersifat imper-atif dan mengikat. Oleh karenanya, pada tataran berikutnya diperlukan adanya aturan hukum yang betul-betul mengikat pada semua pihak yang terlibat pada proses membangun un-tuk selalu mengacu pad nilai-nilai moral dalam pembangun an.

Dalam wacana ke-Indonesia-an, sikap nasionalisme da-lam bentuk penundukka pada asas bangsa yaitu Pancasila, dapat memaksimalkan terwujudnya moralitas pembangunan. Tetapi masih ada kekuarnganya. Pancasila itu sendiri adalah Pancasila yang hanya sekedar mengandung nilai-nilai etika luhur dengan kekosongan daya “tuntutan hukum” bagi pe-langgaran nilai-nilai moral. Secara aplikatif sangat diperlu-kan satu aturan hukum baku yang memuat juga adnya huku-man bagi penyelewengan moral.

Dari sinilah akan dihasilkan “konsesus bersama” untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam segenap aspek pembangunan. Kalau hal ini terwujud, paling tidak slogan yang menyatakan adanya pembangunan yang berwa-wasan humanisme telah termanifestasi-kan dalam pengkrista-lan nilai-nilai moral yang mewarnai pembangunan. [hsn]

***

Page 156: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

SPiRiTUAL MARKETiNG

I stilah spriritual marketing memang kerap kali kita dengar dalam kegiatan pemasaran yang biasa diusung oleh lembaga keuangan syariah. Di samping istilah spriritual

marketing, beberapa pihak sering juga menggunakan istilah sharia marketing. Arti dari keduanya hampir mempunyai kes-amaan, yaitu satu model kegiatan pemasaran yang dilanda-si oleh nilai-nilai spiritual atau nilai syariah. Dari sini, dapat difahami, nilai-nilai spiritual yang ada dalam sebuah ajaran agama, dapat dijadikan pedoman bagi pengikutnya dalam menjalankan aktivitas ekonominya.

Pada prinsipnya, spriritual marketing merupakan bagian dari etika marketing yang dapat memberikan panduan bagi marketer dalam menjalankan kegiatan pemasarannya sehing-ga sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh perusahaan. Tujuan dari kegiatan pemasaran diharapkan mengarah pada pemerolehan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Oleh ka rena itu, secara internal, perusahaan sudah mempunyai rambu-rambu tersendiri dalam melaksanakan kegiatan pe-masaran.

Sebagai seorang muslim, kita mempunyai panduan yang bersumber dari ajaran Islam, yang nantinya dapat dijadikan

Page 157: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

146 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

acuan dalam melakukan kegiatan ekonomi, termasuk di da-lamnya kegiatan marketing. Beberapa nilai yang dapat dijad-ikan acuan dalam kegiatan pemasaran adalah:

Pertama, shiddiq. Maksud dari nilai shiddiq dalam kegia-tan pemasaran dapat diwujudkan dengan pemberian infor-masi yang benar akan produk yang dipasarkan oleh marketer. Tidak ada informasi yang disembunyikan mengenai obyek yang dipasarkan. Tidak mengurangi dan tidak menambahi. Artinya, seseorang yang bekerja sebagai marketer dituntut un-tuk berkata dan bertidak secara benar. Menawarkan produkn-ya ke pasar sesuai dengan kondisi riil obyek yang ditawarkan.

Kedua, amanah. Dapat difahami dari nilai amanah bagi pekerja marketing adalah sosok yang jujur dan dapat dipercaya. Bagi perusahaan, sosok pekerja yang amanah akan membawa keuntungan yang besar. Di samping, karena mereka tidak akan berbohong, perusahaan akan mendapat keuntungan dari image yang terbangun oleh customer akan ke-amanah-an dari marketer perusahaan tersebut. Sehingga banyak customer yang terpikat dengan sosok marketer yang amanah.

Ketiga, tabligh. Maksud dari nilai tabligh dalam hal ini dapat difahami, hendaknya seseorang yang bekerja di bagian marketing adalah sosok yang baik, yang dapat member-ikan informasi produk yang ditawarkan kepada customer. Dari sisi ini, marketer adalah komunikator yang ulung, yang menjembatani antara pihak perusahaan dengan pihak custom-er. Masalahnya akan sangat krusial jika seorang marketer tidak dapat memberikan informasi yang diharapkan oleh customer. Bisa jadi, banyak customer yang lari ke produk perusahaan lain, gara-gara seorang marketer yang tidak dapat menjelaskan pro-duknya ke customer.

Keempat, fathonah. Nilai ini sangat mendukung bagi pe-rusahaan yang melakukan kegiatan pemasaran. Jika sebuah

Page 158: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Spiritual Marketing — 147

perusahaan tersebut mempunyai sumber daya insani (SDI) yang fathonah (cerdas) akan membantu perusahaan meraih profitabilitas yang maksimal. Perusahaan tidak akan diru-gikan oleh marketer yang cerdas. Sebaliknya, marketer yang cer-das akan memberikan sentuhan nilai yang efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan pemasaran. [hsn]

Page 159: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

148 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 160: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

MENEROPONG FAKULTAS SYARiAH Di Tengah Boomingnya

Ekonomi Islam

Arus informasi tentang ekonomi Islam pada bebera-pa dekade terakhir ini telah memberikan artikulasi yang sangat penting bagi perkembangan kajian Is-

lam di ranah Indonesia. Hal ini ditandai dengan maraknya beberapa peminat dari umat Islam Indonesia yang mengkon-sentrasikan pada kajian tersebut. Tidak hanya dalam jumlah satuan yang terhitung peminat yang mempunyai semangat (ghirah) terhadap obyek kajian yang satu ini, tetapi telah meng-hasilkan bilangan puluhan bahkan ratusan peminat yang merapatkan barisan dalam mempelajari ekonomi Islam se-cara mendalam.

Realita di atas berawal sejak paroh awal tahun 90-an dengan dimotori oleh berdirinya sebuah lembaga keuangan syariah pertama kali di Indonesia dalam bentuk perbankan syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Landasan utama dari munculnya keinginan untuk mendirikan lembaga keuangan syariah tersebut adalah cerminan nilai yang terurai

Page 161: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

150 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

dari QS al-Maidah [5]: 3 yang memandu umat Islam agar mempunyai keyakinan tentang kesempurnaan ajaran Islam. Islam diturunkan oleh Allah Swt kepada manusia melalui Na-bi-Nya, Muhammad Saw, telah mengalami kesempurnaan dan tidak kurang suatu apapun di dalamnya. Seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan masalah politik, hukum, sosial maupun ekonomi telah ada panduann-ya dalam ajaran Islam. Maka, tidaklah menjadi sesuatu yang meragukan jika kita mengatakan bahwa “ekonomi Islam” itu secara riil ada dalam panduan ajaran Islam yang terbukukan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Suatu penghargaan tersendiri bagi Mochtar Naim yang telah melakukan riset terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ekonomi. Naim telah membuat pengelom-pokkan (klasifikasi) ayat­ayat ekonomi dalam bukunya yang berjudul “Kompendium Himpunan Ayat-Ayat al-Qur’an yang Berkaitan dengan Ekonomi. Buku ini sangat membantu bagi kita untuk mengkaji secara mendalam tentang apa dan bagaimana konsep ekonomi dalam perspektif Islam? Satu lagi yang menjadi rujukan utama setelah al-Qur’an dalam mengkaji ekonomi Islam adalah referensi yang bersumber dari praktek dan aktifitas ekonomi yang pernah dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw yang terekam secara otentik da-lam literatur as-Sunnah. Sebuah buku yang berjudul “Aja-ran Nabi Muhammad tentang Ekonomi” karya Muhammad Akram Khan juga mempunyai nilai yang sangat penting dalam membantu mengurai konsep ekonomi yang dituntun oleh nilai-nilai keislaman.

Paling tidak dengan kedua literatur-referensi yang terse-but di atas telah mem-bukakan mata kita tentang sebuah keya-kinan yang tak terbantahkan akan adanya tatanan ekonomi yang bersumberkan dari Islam. Terlepas dari pro-kontra perlu

Page 162: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Meneropong Fakultas Syariah Di Tengah Boomingnya Ekonomi Islam — 151

tidaknya membawa nama atau simbol-simbol keagamaan da-lam sebuah kelembagaan formal -semacam kata “syariah” atau “Islam” dalam sebuah lembaga- yang jelas Islam telah memberikan panduan secara nyata dan jelas dalam melaku-kan kegiatan ekonomi.

Mengapa masalah ini mengemuka di sini? Karena tidak dipungkiri lagi ada sebagian di antara umat Islam itu sendiri yang alergi memakai kata-kata “syariah” atau “Islam” untuk memunculkan sebuah tatanan perikehidupan yang sejatin-ya juga bersumber pada ajaran Islam. Kelompok ini hanya mengusung Islam dalam wacana subtansi nilai yang terkand-ung di dalamnya dengan tidak menampilkan simbol-simbol yang sering kali dimanfaatkan hanya sekedar untuk mengejar kepentingan sesaat.

Bahkan tidak jarang, -masih menurut kelompok ini- Islam formalis telah terjebak pada aktifitas yang tidak se-suai dengan nilai syariah itu sendiri. Dalam kasus ini perlu dikemukakan sebuah contoh yang dapat dijadikan literatur kajian lebih mendalam, misal masalah produk murabahah yang menjadi produk favorit bagi perbankan syariah di Indonesia terkesan sebagai model produk plintiran yang prakteknya tidak jauh berbeda dengan praktek skema kredit pada perbankan konvensional. Begitu juga dengan prinsip revenue sharing yang menjadi acuan dalam praktek lembaga keuangan syariah tel-ah menyalahi pakem model mudharabab yang berprinsip pada profit and loss sharing system.

Melihat kondisi seperti di atas diperlukan adanya sebuah kelembagaan yang dapat memberikan konstribusi aktif yang out put-nya mampu mewarnai dan mengarah-kan keadaan pada jalan yang benar (syirath al-mustaqim). Tidak hanya seper-ti itu, tetapi keluaran dari lembaga tersebut diharapkan dapat memberikan solusi terbaik terhadap problema kehidupan

Page 163: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

152 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

kontemporer yang terus bergerak ke depan seiring bergerak-nya sang waktu.

***

Bagaimana dengan Fakultas Syariah? dan dimana posi-si Fakultas Syariah setelah berhadapan pada kondisi global yang menuntut untuk mensikapi segala hal yang berkaitan dengan norma kehidupan manusia yang disesuaikan dengan ketentuan Allah Swt dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah?

Fakultas Syariah adalah satu bagian fakultas yang ada dibawah naungan UIN-IAIN-STAIN yang tersebar di seluruh Indonesia yang berorientasi menghasilkan out put yang memahami tentang norma atau aturan hukum Islam, khususnya hukum Islam kontemporer. Mengapa harus mem-berikan penekanan pada hukum Islam kontem-porer? Hal ini disebabkan oleh banyaknya permasalahan kontemporer (ke-kinian) yang belum mendapatkan jawaban dari aspek hukum. Perbendaharaan hukum yang diperoleh melalui penelusuran literatur hukum pada masa klasik Islam belum men-jangkau pada problema kehidupan kontemporer. Misal, masalah per-bankan dan asuransi merupakan bagian dari problema ke-hidupan kontemporer yang kalau dilacak dalam literatur hu-kum Islam klasik (fiqh) belum terjamah dan tidak ada kitab fiqh klasik satupun yang berbicara membahas masalah dunia perbankan dan asuransi.

Dalam sistem hukum Islam, kajian ekonomi masuk pada wilayah yang harus mendapat tanggapan status hukumnya. Tidak jarang kalau kita menelusuri lagi kitab-kitab fiqh klasik semacam fath al-qarib, fath al-mu’in, kifayah al-akhyar, bidayah al-mujtahid dan lain-lainnya, akan selalu ditemukan bahasan tentang perilaku ekonomi dalam bab al-muamalah. Maka tidak salah jika fiqh yang membahas masalah ekonomi disepakati

Page 164: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Meneropong Fakultas Syariah Di Tengah Boomingnya Ekonomi Islam — 153

namanya dengan nama fiqh al-muamalah. Secara global aspek muamalah merupakan bagian dari syariah yang mencakup ma-salah hubungan (interaksi) antara sesama manusia dengan manusia yang lainnya (habl min an-nas) yang didalamnya ter-dapat aspek ekonomi, politik, hukum, dan sosial itu sendiri. Sedangkan syariah yang berkait-an dengan masalah interaksi antara manusia dan Pencipta-nya, Allah Swt, (habl min Allah) terungkap dalam aspek ibadah.

Pada tataran selanjutnya, pemahaman kata muamalah dibawah pada wilayah yang lebih sempit dan khusus yaitu segala hal yang berkaitan dengan aspek ekonomi menjadi lahan kajian bagi fiqh muamalah. Jelaslah di sini bahwa aspek ekonomi (baca: muamalah) menjadi salah satu bagian dari sya-riah yang tidak dapat dilepaskan. Ini yang menjadi pembeda dengan sistem pembagian wilayah yang terjadi pada dunia konvensional yang telah membedakan antara aspek ekonomi sebagai sebuah institusi tersendiri dengan wilayah hukum di sisi lain.

Merespon kondisi semacam itu, Fakultas Syariah dibawah lingkungan UIN-IAIN-STAIN sebagian besar telah membu-ka diri dengan melakukan respon postif dalam bentuk pem-bukaan jurusan yang berkaitan dengan ekonomi (muamalah). Belajar dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang sejak tahun 1994 telah membuka jurusan muamalah (ekonomi Islam) yang keberadaannya di bawah naungan fakultas syariah yang pada waktu itu masih sangat jauh dari kesempurnaan. Pada awal berdirinya jurusan ini, masih banyak muatan kurikulum yang cenderung mengkaji aspek hukum (fiqh)-nya dibanding dengan kajian terhadap ekonominya sendiri. Kendala utama pada waktu itu adalah masalah sumber daya manusia yang masih minim sekali mengerti tentang ekonomi Islam. Ban-yak dosen “import” yang didatangkan khusus memberikan

Page 165: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

154 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

pembelajaran tentang ekonomi Islam, tercatat di dalamnya sederet nama semisal M. Syafi’i Antonio, M. Hidayat (alum-ni Fak Syariah IAIN Jakarta yang sekarang menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah Bank Syariah Mandiri), Bang Adi (Adiwarman A. Karim) dan Pak Murasa (Murasa Sarkanipu-tra) yang telah menetapkan hatinya di IAIN (sejak tahun 1995) untuk berjuang memberik-an mutiara berharga pem-belajaran ekonomi Islam, serta dosen “import” lainnya.

Pada saat ini (2004), jurusan muamalah pada fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mem-punyai dua program studi (prodi) yaitu, program studi per-bankan syariah dan program studi asuransi syariah. Sesuai dengan hasil arahan workshop kurikulum berbasis kompeten-si (KBK) pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua Bogor maka out put dari jurusan muamalah (ekonomi Islam) diharapkan sesuai dengan program studi masing-masing. Sehingga kom-petensi lulusannya diharapkan dapat; memahami ilmu asur-ansi syariah atau perbankan syariah; menjadi tenaga ahli asu-ransi syariah atau perbankan syariah yang berakhlak mulia; menjadi tenaga profesional asuransi syariah atau perbankan syariah; menjadi ahli asuransi syariah atau perbankan syari-ah yang mencintai ilmu pengetahuan; menjadi ahli asuransi syariah atau perbankan syariah yang mempunyai sikap ino-vatif, kreatif dan responsif; memiliki keterampilan mendesain dan merancang manajemen keuangan asuransi syariah atau perbankan syariah, serta memiliki keterampilan dalam men-gaplikasikan akuntansi asuransi syariah atau akuntansi per-bankan syariah.

Lebih penting lagi out put dari jurusan muamalah (ekonomi Islam) harus mampu mengarahkan jalannya opera-sional kegiatan berekonomi, baik yang sudah ter-lembagakan dalam bentuk institusi perbankan-perasuransian ataupun ap-

Page 166: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Meneropong Fakultas Syariah Di Tengah Boomingnya Ekonomi Islam — 155

likasinya dalam ruang mikro semacam kehidupan keluarga, menjadi sebuah tatanan kehidupan berekonomi yang sesuai dengan norma yang ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Page 167: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

156 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

Page 168: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

DAFTAR REFERENSi

Al-Qur’an dan TerjemahannyaAbdul Azis, et al.,(ed.) Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1996.Abdullah Saeed. Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi

Kontemporer tentang Riba dan Bunga. Yogyakarta: Pusta-ka Pelajar, 2003). Cet. ke-1.

Abdurrahman Al Jaziri. Al Fiqh Alaa al Madzahibul Arba’ah. Lebanon : Darul Fikri, 1994. Jilid 3.

al- Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980

al-Ashfahani, Al-Raghib, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, Me-sir: Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, tt.

al-Maqdisi, Fidhillah al-Hasani, Fathurrahman li Thalibi Ayat al-al-Qur’an, Bairut: Dar al-Fikr, 1995

al-Qardhawi, Yusuf, Keluasan dan Keluwesan Hukum Islam, Pen-erj: Salam Bazemol, Jakarta: Pustaka Mantik, 1993

al-Syathibi, Abu Ishaq, al-Muwafaqat fiUshul al-Ahkam, Beirut: Dar al-Fikr, 1341 H, Juz II

Ashraf, SH Muhammad, Economic System Under Umar The Great, Irfan Mahmud Ra’ana: penerj, Sistem Ekonomi Pemer-

Page 169: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

158 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

intahan Umar ibn al-Khatab, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997

Bank Indonesia. Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia. Februari 2005-April 2006.

Billah, Mohd. Ma’sum, Principles & Practices of Takaful and In-surance Compared, Kuala Lumpur: IIUM Press, 2001

Bukhari, Imam, Shahih BukariChoudhury, MA., Contributions Islamic Economic Theory, New

York: St. Martin’s Press, 1986Dahlan, Abdul Aziz dkk (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, Ja-

karta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pus-

taka, 1996Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia

(MUI), Himpunan Fatwa DSN-MUI, Jakarta; 2006Fachruddin, Fuad Mohd, Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan

&Asuransi, Bandung : al-Ma’arif, 1985, Cet. ke-4 Kahf, Monzer, The Islamic Economy:Analytical of The Function-

ing of The Islamic Economic System, Penerj. Machnun Husein, Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fung-si Sistem Ekonomi Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. ke- 1

Karim, Adiwarman A., Ekonomi Islam: suatu kajian ekonomi mak-ro, Jakarta: Karim Business Consulting, 2001

--------, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Muhammad Akram Khan. Ajaran Nabi Muhammad Saw tentang Ekonomi (kumpulan hadits-hadits pilihan tentang ekonomi). Bank Muamalat. Jakarta. 1996

Perwataatmadja, Karnaen dan Antonio, Muhammad Syafi’i, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana

Page 170: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Daftar Referensi — 159

Bhakti Wakaf, 1992Rahman, Afzalur, Economic Doctrines of Islam, (terj. Soeroso

Nastangin), Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 4, Yogyakar-ta: Dana Bhakti Wakaf, 1996

Siddiqi, Muhammad Nejatullah, Insurance in an Islamic Econo-my, Leicester: The Islamic Foundation, 1987

------------, Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil dalam Hukum Islam, Penerj. Fakhriyah Mumtihan), Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1996

Wahbah Zuhaili. al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu. Damsiq – Suriah: Darul Fikri, 1997. Jilid ke-5.

Zainul Arifin. Memahami Bank Syariah; Lingkup, Peluang dan Tan-tangan dan Prospek. Jakarta: Alvabet Anggota IKAPI, 2000.

Zainul Arifin. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alv-abet, 2002. Cet. Ke-1.

Page 171: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

160 — Ekonomi Islam Bukan Hanya Bank Syariah

BiODATA PENULiS

AM Hasan Ali, MA. Lahir di Jombang tanggal 01 De-sember 1975. Menamatkan pendidikan S1 dan S2 di bidang Syariah, konsentrasi Muamalah (Ekonomi Islam) di Univer-sitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Sebelumnya, pernah nyantri di Pondok Pesantren Manba’ul Ma’arif De-nanyar Jombang (Alm. KH. Shohib Bisri dan KH. Zaidan Hadi), Pondok Pesantren Riyadhul Qur’an Perak Jombang (KH. Masduqi Abdurrahman) dan Pondok Pesantren Darus Sholah Jember (Alm. KH. Yusuf Muhammad). Alumni Ma-drasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jember, 1994. Peser-ta didik pada Pusat Pengembangan Manajemen (PPM), 2009.

Pernah aktif sebagai Pengkaji pada Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), 2006-2009. Kepala Divisi Pela-tihan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), 2003-2005. Dosen pada Fakultas Syariah dan Hu-

Page 172: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah

Biodata Penulis — 161

kum, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah In-stitut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Program Studi Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Ja-karta STAINU/UNU dan Sekolah Tinggi Akuntansi Nega-ra (STAN). Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pemberi kuliah informal ekonomi Islam di Universitas Indonesia (UI), Universitas Gunadarma, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Trisakti. Intruktur pelatihan Ko-perasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau BMT. Konsultan pada Kementerian Negara Perumahan Rakyat untuk Pro-gram Rumah Susun (Rusun) dengan Pola Musyarakah Mu-tanaqishah. Pernah bergabung dengan PT. Bank BRI Syari-ah sebagai Komite Remunerasi & Nominasi dan Sekretaris Dewan Komisaris. Pernah sebagai Anggota Dewan Pengawas Syariah PT. Promitra Finance. Pengurus Cabang NU Kota Bogor.

Karya-karyanya pernah dipublikasikan di Koran Kom-pas, Republika, Bisnis Indonesia, Media Indonesia dan Sepu-tar Indonesia (Sindo), Kantor Berita Ekonomi Syariah (www.pkesinteraktif.com), www.pkes.org, NU Online, Inilah.com dan Niriah.com. Buku-buku yang sudah diterbitkan: (i) Asur-ansi dalam Perspektif Hukum Islam: satu tinjauan analisis historis, teor-itis dan praktis; (ii) Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah; (iii) Gerakan 3 H Ekonomi Syariah: Halal Memperoleh, Halal Mengkonsumsi, Halal Memanfaatkan; (iv) Tanya Jawab Ekonomi Syariah; (v) Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah; (vi) Menjawab Keraguan Umat Islam terhadap Bank Syariah; (vii) Materi Dakwah Ekonomi Syariah; (ix) Pengantar Ekonomi Islam (editor); (x) Dasar-Dasar Ekonomi Islam;

Kontak email: [email protected] & [email protected]

Page 173: Dengan nama Allah - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43464/1/AM HASAN...ini praktek jual-beli (al-bai) ataupun sewa menyewa (al-ijarah) sudah