demokrasi asia

4
Tugas Mata Kuliah Teori Perbandingan Politik Resume Model Demokrasi Asia: Evolusi dan Implementasinya Oleh: Riduwan NPM: 2009130011 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta 2010 1

Upload: ridwan-rachid

Post on 13-Jul-2015

2.972 views

Category:

News & Politics


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Demokrasi Asia

Tugas Mata KuliahTeori Perbandingan Politik

ResumeModel Demokrasi Asia:

Evolusi dan Implementasinya

Oleh: RiduwanNPM: 2009130011

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu PolitikUniversitas Muhammadiyah Jakarta

2010

1

Page 2: Demokrasi Asia

Konsepsi Demokrasi

Pada abad ke-20 ini, demokrasi merupakan mitos yang melegitimasikan (the legitimating myth). Terdapat sederet panjang klaim-klaim demokrasi, ada “demokrasi konstitusional”, “demokrasi liberal”, “demokrasi populis”, “sentralisme demokrasi”, “demokrasi rakyat”, “demokrasi terpimpin”, dan banyak lagi lainnya.

Bagi banyak kalangan yang dewasa ini terlibat dalam perdebatan demokrasi, bermanfaat sekali apabila mengkaji tulisan Samuel P. Huntington yang menyinggung formula Schumpeterian tentang demokrai sebagai suatu aransemen prosedural, suatu “aransemen institusional untuk sampai kepada keputusan-keputusan politik di mana individu-individu mendapatkan kekuasaan untuk menentukan dengan cara kompetisi untuk mendapat suara terbanyak rakyat,” merupakan definisi demokrasi yang mendapatkan konsensus terluas dewasa ini.

Namun begitu, definisi tersebut masih mengandung ambiguitas dan membutuhkan penilaian. Ambiguitasnya terletak pada tingkat kebebasan dan keadilan (fairness) yang dipandang sangat esensial. Terapat banyak perbedaan pandangan di sekitar tingkat pentimpangan yang dapat ditoleransi sebelum sebuah negara harus tidak disebut “demokratis” karena dipandang telah jatuh di bawah standar yang paling minimal sekalipun. Juga jelas, bahwa tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi itu berubah-ubah, mengikuti selera ideologis yang tengah menguat di Barat.

Menurut Huntington, bahwa harus ada kondisi tambahan untuk dipertimbangkan dalam ukuran-ukuran demokrasi. Suatu demokrasi belumlah menemukan tingkat demokrasi yang sempurna kecuali konsolidasi atau institusionalisasi demokrasi itu sendiri sudah berlangsung. Maksudnya, demokrasi itu harus harus telah melewati ujian peralihan kekuasaan sebanyak dua kali.

Untuk itu, perlu kiranya mencermati kenyataan terdapatnya kebudayaan dan tradisi yang begitu beragam, yang kini menjadi tuan rumah bagi model demokrasi yang diimpor, suatu model demokrasi yang tumbuh dari sejarah, tradisi-tradisi dan kebudayaan-kebudayaan, juga revolusi-revolusi sosial, ekonomi dan politik di Eropa dan Amerika Serikat. Hingga sekarang, suatu model demokrasi telah ditransfer ke ujung-ujung Afrika, Asia, Amerika Latin dan kepulauan Pasifik. Demikian dapat dibayangkan, bahwa model demokrasi yang dicangkokkan itu harus melewati suatu transformasi.

Dalam pandangan Robert Scalapino, bahwa ketika institusi-institusi politik dipinjam oleh masyarakat-masyarakat Asia, “usaha untuk mencocokkan dengan kebudayaan-kebudayaan asli merupakan pekerjaan yang berat.” Demikian dapat dipahami, bahwa institusi-institusi politik itu telah dimodifikasi untuk mencocokkannya dengan kondisi lokal.

Untuk itu, maka pertanyaan-pertanyaan berikut ini patut dikemukakan: (i) apakah semua demokrasi itu harus merupakan suatu demokrasi yang liberal; (ii) apakah dimungkinkan untuk memiliki demokrasi-demokrasi yang tidak liberal, atau tidak seliberal yang kini ada?

Demokratisasi dan liberalisasi adalah dua proses yang sangat berbeda, dan demokrasi liberal

2

Page 3: Demokrasi Asia

adalah hasil akhir dari kedua perkembangan tersebut. Demokratisasi, mengacu kepada penerimaan atas hak suara universal (universal franchise) dan penerapan pemilihan-pemilihan umum yang bebas adil untuk memilih orang-orang yang akan memerintah. Liberalisasi, pada sisi lainnya, adalah suatu konsep yang lebih luas. Liberalisasi mengacu kepada menetapkan batas-batas kekuasaan negara, untuk memberi ruang baik bagi masyarakat maupun individu.

Di Inggris dan Eropa Barat, proses liberalisasi mendahului demokratisasi. Inggris telah melewati masa Pencerahan pada abad ke-18. Baru pada abad ke-19 dan ke-20 hak suara universal diperkenalkan dan pemerintahan demokratis liberal konstitusional, seperti yang dewasa ini kita kenal, mulai berlangsung pada abad ke-20.

Model Demokrasi Asia

Demokratisasi menyebar ke Asia pada pertengahan kedua abad ke-20, bersamaan dengan dekolonisasi. Demokrasi kala itu merupakan argumen paling efektif yang digunakan kalangan nasionalis untuk menentang penguasa-penguasa kolonial. Hampir seluruh negara yang memperoleh demokratisasi dengan ditandaskannya proklamasi kemerdekaan disertai oleh keteguhan niat untuk menerapkan kearifan universal itu, tetapi itu tanpa didahului oleh pengalaman demokratisasi secara historis.

India dan Pakistan memperkenalkan institusi-institusi politik demokratis pada 1947 sebagai dua negara yang saling memisahkan diri pada masa kemerdekaan. Indonesia pada 1949; Jepang pada 1952, ketika negara itu mencapai kedaulatan penuh setelah pendudukan Amerika berakhir; Burma pada 1948; Malaysia pada 1957. Negara Filipina muncul di Asia Tenggara pasca kolonial, dengan institusi-institusi politik yang sepenuhnya bergaya Amerika.

Tetapi negara-negara yang merdeka paska Perang Dunia Kedua tidak dapat mempertahankan institusi-institusi demokratis tersebut, dan pada akhir dekade 1950-an dan 1960-an, proses-proses yang merupakan kebalikan dari demokratisasi justru berlangsung di Burma, Pakistan, Indonesia, Korea Selatan, dan Filipina pada 1972.

Jika ditelusuri ke belakang, proses-proses pembalikan dari demokratisasi atau modifikasi-modifikasi darinya harus dilihat sebagai fenomena institusi-institusi politik yang tengah beradaptasi dengan refleks-refleks politik dari kebudayaan, tradisi-tradisi dan nilai-nilai masyarakat pribumi. Selain itu, juga harus dilihat sebagai suatu fenomena institusi-institusi politik yang tengah melakukan penyesuaian diri dengan keharusan-keharusan ekonomi dan politik yang mendesak.

Karakteristik-karakteristik tersebut, yang mempengaruhi bentuk-bentuk politik, mengandung perbedaan-perbedaan dalam tingkat dan jenisnya. Dengan demikian, dimungkinkan bagi kita untuk berbicara tentang varian baru demokrasi, yaitu, demokrasi Asia. Landasan umum yang dipegang bersama adalah keharusan mempraktekkan pemilihan umum yang bebas dan adil untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin politik.

Demokrasi Asia memiliki karakteristiknya sendiri, hal ini dapat ditinjau melalui hal-hal berikut:

1. Rasa komunitarian yang mengajarkan bahwa seorang individu itu penting 3

Page 4: Demokrasi Asia

sebagai bagian dari suatu kelompok atau suatu masyarakat, lebih daripada pendapat bahwa individu adalah pusat terpenting dari demokrasi dan masyarakat.

2. Dalam kategori yang sama dalam hal perbedaan-perbedaan sikap adalah dikap kebudayaan otoritas dalam kebudayaan Asia. Disepanjang wilayah Asia, terdapat penerimaan yang luas akan penghargaan terhadap otoritas dan hierarki –apakah di India, Cina, atau Jepang dan negara-negara Asia Tenggara.

3. Suatu partai dominan yang dapat harus terus berkuasa selama dua sampai tiga dekade atau lebih. Adalah tidak mengherankan bahwa partai-partai dominan selalau merupakan partai-partai sentris bagaikan payung.

4. Hampir semua demokrasi Asia mempunyai birokrasi yang tersentralisasikan dan negara yang kuat. Pada banyak negara, birokrasi memainkan peran yang begitu menonjol.

Dalam mengidentifikasi hal-hal tersebut di atas sebagai karakteristik-karakteristik yang umum ditemukan di demokrasi-demokrasi Asia, perlu ditegaskan bahwa kesemuanya itu cukup berbeda dan cukup signifikan untuk membenarkan bahwa demokrasi Asia dapat dianggap sebagai varian demokrasi yang berbeda. Secara nyata terdapat tingkat keterbukaan dan kompetisi yang berbeda, dan beberapa diantaranya lebih demokratis ketimbang yang lain; akan tetapai secara keseluruhan ia berbeda dari demokrasi liberal Barat dalam tingkat yang cukup besar bagi kita untuk menyatakan bahwa ia adalah jenis demokrasi yang lain.

Jika demokrasi dilihat sebagai sebuah tujuan akhir, maka ia akan membatasi di mana tujuan akhir niscaya adalah masyarakat yang baik yang mencakup juga pemerintah yang baik. Jika masyarakat yang baik adalah tujuan akhir, maka demokrasi tidak lebih dari sebuah nilai kebaikan dalam keranjang yang harus dipertimbangkan. Percobaanya dalam masyarakat harus mencakup seluruh keranjang kebaikan itu.

4