demokrasi
DESCRIPTION
demokrasiTRANSCRIPT
Untuk pemakaian kata "demokrasi" untuk menyebut sistem yang melibatkan pemilu multipartai,
pemerintahan perwakilan, dan kebebasan berbicara, lihat Demokrasi liberal. Untuk kegunaan lain,
lihat Demokrasi (disambiguasi).
Seorang wanita memasukkan surat suara pada putaran kedua pemilu presiden Perancis tahun 2007.
Bagian dari seri artikel tentang
Politik
Topik utama[tampilkan]
Sistem politik [tampilkan]
Disipilin akademik [tampilkan]
Administrasi publik [tampilkan]
Kebijakan [tampilkan]
Organ pemerintahan[tampilkan]
Topik lain[tampilkan]
Subseri[tampilkan]
Portal politik
L
B
S
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga
negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",[1] yang terbentuk
dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada abad ke-5 SM
untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani , salah satunya Athena; kata ini merupakan
antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua definisi tersebut
saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi.[2]Sistem politik Athena Klasik,
misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak
menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan demokrasi
sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit
sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas
setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy)
sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Perancis Pertengahan dan Latin
Pertengahan lama.
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya
dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini[3] sekarang tampak ambigu karena
beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan
monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda
dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk
mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.[4]
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan cara
seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi
langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan
keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih
merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung
melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan muncul dari ide-
ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi
Amerika Serikat dan Perancis.[5]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli
2 Sejarah
o 2.1 Zaman kuno
o 2.2 Abad Pertengahan
o 2.3 Era modern
3 Negara
4 Bentuk-bentuk demokrasi
o 4.1 Demokrasi langsung
o 4.2 Demokrasi perwakilan
5 Prinsip-prinsip demokrasi
6 Asas pokok demokrasi
7 Referensi
Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli[sunting | sunting sumber]
Bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan.Bantu perbaiki
artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Materi yang
tidak memiliki sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-
waktu oleh Pengurus.
Tag ini diberikan tanggal Oktober 2013
Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan
pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan
warga negara.
John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya,
semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat
pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan
kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa
segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan
Negara.
Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.
C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.
Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.
Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh
mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh
mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya
dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat
umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau
privelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.
Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem
dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu
para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa
dapat memberikan suara.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah demokrasi
Zaman kuno[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Demokrasi Athena
Cleisthenes, "bapak demokrasi Athena"
Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab politik dan
filsafat Yunani kuno di negara-kota Athena.[6][7] Dipimpin
olehCleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang umum
dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-
507 SM. Cleisthenes disebut sebagai "bapak demokrasi
Athena."[8]
Demokrasi Athena berbentuk demokrasi langsung dan memiliki
dua ciri utama: pemilihan acak warga biasa untuk mengisi
jabatan administratif dan yudisial di pemerintahan,[9] dan
majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena.[10] Semua warga negara yang memenuhi ketentuan boleh
berbicara dan memberi suara di majelis, sehingga tercipta
hukum di negara-kota tersebut. Akan tetapi, kewarganegaraan
Athena tidak mencakup wanita, budak, orang asing
(μέτοικοι metoikoi), non-pemilik tanah, dan pria di bawah usia
20 tahun.[butuh rujukan]
Dari sekitar 200.000 sampai 400.000 penduduk Athena, 30.000
sampai 60.000 di antaranya merupakan warga negara.[butuh
rujukan]Pengecualian sebagian besar penduduk dari
kewarganegaraan sangat berkaitan dengan pemahaman
tentang kewarganegaraan pada masa itu. Nyaris sepanjang
zaman kuno, manfaat kewarganegaraan selalu terikat dengan
kewajiban ikut serta dalam perang.[butuh rujukan]
Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian
keputusan dibuat oleh majelis, tetapi juga sangat
langsung dalam artian rakyat, melalui majelis, boule, dan
pengadilan, mengendalikan seluruh proses politik dan
sebagian besar warga negara terus terlibat dalam urusan
publik.[11] Meski hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi
Athena dalam arti modern (bangsa Yunani kuno tidak punya
kata untuk menyebut "hak"[12]), penduduk Athena menikmati
kebebasan tidak dengan menentang pemerintah, tetapi dengan
tinggal di sebuah kota yang tidak dikuasai kekuatan lain dan
menahan diri untuk tidak tunduk pada perintah orang lain.[13]
Pemungutan suara kisaran pertama dilakukan di Sparta pada
700 SM. Apella merupakan majelis rakyat yang diadakan sekali
sebulan. Di Apella, penduduk Sparta memilih pemimpin dan
melakukan pemungutan suara dengan cara pemungutan suara
kisaran dan berteriak. Setiap warga negara pria berusia 30
tahun boleh ikut serta. Aristotelesmenyebut hal ini "kekanak-
kanakan", berbeda dengan pemakaian kotak suara batu
layaknya warga Athena. Tetapi Sparta memakai cara ini
karena kesederhanaannya dan mencegah pemungutan bias,
pembelian suara, atau kecurangan yang mendominasi
pemilihan-pemilihan demokratis pertama.[14][15]
Meski Republik Romawi berkontribusi banyak terhadap
berbagai aspek demokrasi, hanya sebagian kecil orang
Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil rakyat.
Suara kaum berkuasa ditambah-tambahi melalui
sistem gerrymandering, sehingga kebanyakan pejabat tinggi,
termasuk anggota Senat, berasal dari keluarga-keluarga kaya
dan ningrat.[16] However, many notable exceptions did occur.[butuh rujukan] Republik Romawi juga merupakan pemerintahan
pertama di dunia Barat yang negara-bangsanya berbentuk
Republik, meski demokrasinya tidak menonjol. Bangsa
Romawi menciptakan konsep klasik dan karya-karya dari
zaman Yunani kuno terus dilindungi.[17] Selain itu, model
pemerintahan Romawi menginspirasi para pemikir politik pada
abad-abad selanjutnya,[18] dan negara-negara demokrasi
perwakilan modern cenderung meniru model Romawi, bukan
Yunani, karena Romawi adalah negara yang kekuasaan
agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih yang telah
memilih atau mencalonkan seorang pemimpin.[19]Demokrasi
perwakilan adalah bentuk demokrasi yang rakyatnya memilih
perwakilan yang kemudian memberi suara terhadap sejumlah
inisiatif kebijakan, berbeda dengan demokrasi langsung yang
rakyatnya memberi suara terhadap inisiatif kebijakan secara
langsung.[20]
Abad Pertengahan[sunting | sunting sumber]
Selama Abad Pertengahan, muncul berbagai sistem yang
memiliki pemilihan umum atau pertemuan meski hanya
melibatkan sebagian kecil penduduk. Sistem-sistem tersebut
meliputi:
pemilihan Gopala oleh kasta atas di Bengal, Anak Benua
India,
Persemakmuran Polandia-Lituania (10% dari populasi
total),
Althing di Islandia,
Løgting di Kepulauan Faeroe,
beberapa negara-kota Italia abad
pertengahan seperti Venesia,
sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan
awal, Veche di Republik Novgorod dan Pskov di Rusia
abad pertengahan,
Things di Skandinavia,
The States di Tirol dan Swiss,
kota pedagang otonomi Sakai di Jepang abad ke-16, dan
masyarakat Igbo di Volta-Nigeria.
Banyak wilayah di Eropa abad pertengahan dipimpin oleh
pendeta atau tuan tanah.
Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran Mali menjadi klan-
klan (keluarga) berkuasa yang diwakili di majelis umum
bernama Gbara. Sayangnya, piagam tersebut membuat Mali
lebih mirip monarki konstitusional alih-alih republik demokratis.
Negara yang sistemnya lebih mendekati ddemokrasi modern
adalah republik-republik Cossack di Ukraina pada abad ke-16–
17: Cossack Hetmanate dan Zaporizhian Sich. Jabatan
tertinggi di sana, Hetman, dipilih oleh perwakilan distrik-distrik
negara tersebut.
Magna Carta, 1215, Inggris
Parlemen Inggris sudah membatasi kekuasaan raja
melalui Magna Carta, yang secara rinci melindungi hak-hak
khusus subjek-subjek Raja, baik yang sudah bebas atau masih
terkekang, dan mendukung apa yang kelak menjadi habeas
corpus Inggris, yaitu perlindungan kebebasan individu dari
penahanan tak berdasar dengan hak membela diri. Parlemen
pertama yang dipilih rakyat adalah Parlemen de Montfort di
Inggris pada tahun 1265.
Sayangnya, hanya sekelompok kecil rakyat yang memiliki hak
suara; Parlemen dipilih oleh sekian persen penduduk Inggris
(kurang dari 3% pada tahun 1780[21]) dan kekuasaan menyusun
parlemen berada di tangan monarki (biasanya saat ia
membutuhkan dana).
Kekuasaan Parlemen bertambah secara bertahap pada abad-
abad berikutnya. Setelah Revolusi Agung 1688, Undang-
Undang Hak Asasi Inggris tahun 1689 yang mengatur hak-hak
tertentu dan menambah pengaruh Parlemen diberlakukan.[21] Penyebarannya perlahan ditingkatkan dan kekuasaan
parlemen terus bertambah sampai monark hanya bersifat
pelengkap.[22] Seiring meningkatnya penyebaran pengaruh,
sistem pemerintahan di seluruh Inggris diseragamkan dengan
penghapusan borough usang (borough yang jumlah pemilihnya
sangat sedikit) melalui Undang-Undang Reformasi 1832.
Di Amerika Utara, pemerintahan perwakilan terbentuk
di Jamestown, Virginia, dengan dipilihnya Majelis
Burgesses (pendahulu Majelis Umum Virginia) pada tahun
1619. Kaum Puritan Inggris yang bermigrasi sejak 1620
mendirikan koloni-koloni di New England yang pemerintahan
daerahnya bersifat demokratis dan mendorong perkembangan
demokrasi di Amerika Serikat.[23] Walaupun majelis-majelis
daerah memiliki sedikit kekuasaan turunan, otoritas mutlaknya
dipegang oleh Raja dan Parlemen Inggris.
Era modern[sunting | sunting sumber]
Abad ke-18 dan 19[sunting | sunting sumber]
Bangsa pertama dalam sejarah modern yang
mengadopsi konstitusi demokrasi adalah Republik
Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika didasarkan pada
prinsip-prinsipPencerahan dan sudah mengizinkan hak suara
wanita, hak yang baru diberikan di negara demokrasi lain pada
abad ke-20. Pada tahun 1789, Perancis pasca-
Revolusimengadopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh semua warga
negara pria pada tahun 1792.[24]
Penetapan hak suara pria universal di Perancis tahun 1848
adalah peristiwa penting dalam sejarah demokrasi.
Hak suara pria universal ditetapkan di Perancis pada bulan
Maret 1848 setelah Revolusi Perancis 1848.[25] Tahun 1848,
serangkaianrevolusi pecah di Eropa setelah para pemimpin
negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal dan
pemerintahan yang lebih demokratis dari rakyatnya.[26]
Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri
Amerika Serikat, mereka memiliki keinginan yang sama untuk
menguji prinsip kebebasan dan kesetaraan alami di negara ini.[27] Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi tahun 1788
menetapkan pemerintahan terpilih dan menjamin hak-hak dan
kebebasan sipil.
Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat
setelahnya, hanya pemilik properti pria dewasa berkulit putih
yang boleh memberi suara, budak Afrika, sebagia besar
penduduk berkulit hitam bebas dan wanita tidak boleh memilih.
Di garis depan Amerika Serikat, demokrasi menjadi gaya hidup
dengan munculnya kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik.[28] Akan tetapi, perbudakan adalah institusi sosial dan ekonomi,
terutama di 11 negara bagian di Amerika Serikat Selatan.
Sejumlah organisasi didirikan untuk mendukung perpindahan
warga kulit hitam dari Amerika Serikat ke tempat yang
menjamin kebebasan dan kesetaraan yang lebih besar.
Pada Sensus Amerika Serikat 1860, populasi budak di Amerika
Serikat bertambah menjadi empat juta jiwa,[29] dan
pada Rekonstruksi pasca-Perang Saudara (akhir 1860-
an),budak-budak yang baru bebas menjadi warga negara
dengan hak suara (pria saja).
Penyertaan penuh warga negara belum sempurna dilakukan
sampai Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika (1955–
1968) disahkan oleh Kongres Amerika Serikat melaluiUndang-
Undang Hak Suara 1965.[30][31]
Abad ke-20 dan 21[sunting | sunting sumber]
Jumlah negara pada 1800–2003 yang memiliki skor 8 atau lebih
pada skalaPolity IV, cara yang sering dipakai untuk mengukur
demokrasi.
Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal muncul dalam
serangkaian "gelombang demokrasi" yang diakibatkan oleh
perang, revolusi, dekolonisasi, religious and economic
circumstances. Perang Dunia I dan pembubaran Kesultanan
Utsmaniyah dan Austria-Hongaria berakhir dengan
terbentuknya beberapa negara-bangsa baru di Eropa,
kebanyakan di antaranya tidak terlalu demokratis.
Pada tahun 1920-an, demokrasi tumbuh subur tetapi
terhambat Depresi Besar. Amerika Latin dan Asia langsung
berubah ke sistem kekuasaan mutlak atau
kediktatoran. Fasisme dan kediktatoran terbentuk di Jerman
Nazi, Italia, Spanyol, dan Portugal, serta rezim-rezim non-
demokratis di Baltik,Balkan, Brasil, Kuba, Cina, dan Jepang.[32]
Perang Dunia II mulai memutarbalikkan tren ini di Eropa Barat.
Demokratisasi Jerman dudukan Amerika Serikat, Britania, dan
Perancis (diragukan[33]), Austria, Italia, dan Jepang
dudukan menjadi model teori perubahan rezim selanjutnya.
Akan tetapi, sebagian besar Eropa Timur, termasuk Jerman
dudukan Soviet masuk dalam blok-Sovietyang non-demokratis.
Perang Dunia diikuti oleh dekolonisasi dan banyak negara
merdeka baru memiliki konstitusi demokratis. India tampil
sebagai negara demokrasi terbesar di dunia sampai sekarang.[34]
Pada tahun 1960, banyak negara yang menggunakan sistem
demokrasi, meski sebagian besar penduduk dunia tinggal di
negara yang melaksanakan pemilihan umum terkontrol dan
bentuk-bentuk pembohongan lainnya (terutama di negara
komunis dan bekas koloninya).
Gelombang demokratisasi yang muncul setelah itu membawa
keuntungan demokrasi liberal sejati yang besar bagi banyak
negara. Spanyol, Portugal (1974), dan sejumlah kediktatoran
militer di Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat sipil pada
akhir 1970-an dan awal 1980-an (Argentina tahun
1983, Bolivia, Uruguay tahun 1984, Brasil tahun 1985,
dan Chili awal 1990-an). Peristiwa ini diikuti oleh banyak
bangsa di Asia Timur dan Selatan pada pertengahan sampai
akhir 1980-an.
Malaise ekonomi tahun 1980-an, disertai ketidakpuasan atas
penindasan Soviet, menjadi faktor runtuhnya Uni Soviet yang
menjadi tanda berakhirnya Perang Dingin dan demokratisasi
dan liberalisasi bekas negara-negara blok Timur. Kebanyakan
negara demokrasi baru yang sukses secara geografis dan
budaya terletak dekat dengan Eropa Barat. Mereka sekarang
menjadi anggota atau calon anggota Uni Eropa. Sejumlah
peneliti menganggap Rusia saat ini bukanlah demokrasi sejati
dan lebih mirip kediktatoran.[35]
Indeks Demokrasi yang disusun The Economist pada Desember
2011. Warna hijau mewakili negara-negara yang lebih demokratis.
Warna merah gelap mewakili negara-negara otoriter.
Tren liberal ini menyebar ke beberapa negara di Afrika pada
tahun 1990-an, termasuk Afrika Selatan. Contoh terbaru
liberalisasi adalah Revolusi Indonesia 1998, Revolusi
Bulldozer di Yugoslavia, Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi
Oranye di Ukraina, Revolusi Cedar di Lebanon, Revolusi
Tulip di Kyrgyzstan, dan Revolusi Yasmin di Tunisia.
Menurut Freedom House, pada tahun 2007 terdapat 123
negara demokrasi elektoral (naik dari 40 pada tahun 1972).[36] Menurut World Forum on Democracy, jumlah negara
demokrasi elektoral mencapai 120 dari 192 negara di dunia
dan mencakup 58,2 penduduk dunia. Pada saat yang sama,
negara-negara demokrasi liberal (yang dianggap Freedom
House sebagai negara yang bebas dan menghormati hukum
dan HAM) berjumlah 85 dan mencakup 38 persen penduduk
dunia.[37]
Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan
15 September sebagai Hari Demokrasi Internasional.[38]
Negara[sunting | sunting sumber]
Negara-negara berikut dikategorikan sebagai demokrasi
penuh oleh Democracy Index pada tahun 2011:[39]
Norwegia
Islandia
Denmark
Swedia
Selandia Baru
Australia
Swiss
Kanada
Finlandia
Belanda
Luksemburg
Irlandia
Austria
Jerman
Malta
Republik Ceko
Uruguay
Britania Raya
Amerika Serikat
Kosta Rika
Jepang
Korea Selatan
Belgia
Mauritius
Spanyol
Democracy Index memasukkan 53 negara di kategori
berikutnya, demokrasi tidak
sempurna: Argentina, Benin, Botswana, Brasil, Bulgaria, Tanju
ng Verde, Chili, Kolombia,Kroasia, Siprus, Republik
Dominika, El
Salvador, Estonia, Perancis, Ghana, Yunani, Guyana, Hongari
a, Indonesia, India, Israel, Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho, Litu
ania,Makedonia, Malaysia, Mali, Meksiko, Moldova, Mongolia,
Montenegro, Namibia, Panama, Papua
Nugini, Paraguay, Peru, Filipina, Polandia, Portugal, Indonesia,
Rumania,Serbia, Slowakia, Slovenia, Afrika Selatan, Sri
Lanka, Suriname, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Trinidad dan
Tobago, Zambia [39]
Bentuk-bentuk demokrasi[sunting | sunting sumber]
Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi
langsung dan demokrasi perwakilan.
Demokrasi langsung[sunting | sunting sumber]
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi
dimana setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam
menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat
mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan
sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap
keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi langsung
digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena
dimana ketika terdapat suatu permasalahan yang harus
diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya.
Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena
umumnya populasi suatu negara cukup besar dan
mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan
hal yang sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang
tinggi dari rakyat sedangkan rakyat modern cenderung tidak
memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik
negara.
Demokrasi perwakilan[sunting | sunting sumber]
Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih
perwakilan melalui pemilihan umum untuk menyampaikan
pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.
Prinsip-prinsip demokrasi[sunting | sunting sumber]
Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam
kebijakan politik dan sosial.
Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara
demokrasi telah terakomodasi dalam konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia .[40] Prinsip-prinsip demokrasi,
dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal
dengan "soko guru demokrasi".[41] Menurutnya, prinsip-prinsip
demokrasi adalah:[41]
Kedaulatan rakyat;
Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang
diperintah;
Kekuasaan mayoritas;
Hak-hak minoritas;
Jaminan hak asasi manusia;
Pemilihan yang bebas, adil dan jujur;
Persamaan di depan hukum;
Proses hukum yang wajar;
Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Asas pokok demokrasi[sunting | sunting sumber]
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan
demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada
dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam
hubungan sosial.[42] Berdasarkan gagasan dasar tersebut
terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:[42]
Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan,
misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga
perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas,
dan rahasia serta jujur dan adil; dan
Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya
adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-
hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya,
demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai
oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam
pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun
tidak langsung (perwakilan).
Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara).
Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam
segala bidang.
Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman
yang independen sebagai alat penegakan hukum
Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga
negara.
Adanya pers (media massa) yang bebas untuk
menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan
kebijakan pemerintah.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang
duduk di lembaga perwakilan rakyat.
Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk
menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan
serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan
(suku, agama, golongan, dan sebagainya).