demografi-bagian-1

Upload: chuwiee-wie

Post on 10-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

drmografi

TRANSCRIPT

1

Buku Ajar : Matematika Demografi

MAT206

MATERI POKOK 1

PENGANTAR DEMOGRAFI

Win Konadi, M.Si.

H. Aminurasyid Roesli, M.Si.

Daftar isi

Bagian-1 : Pengantar Demografi :

1. Pengantar

2. Tujuan Instruksional Umum

3. Tujuan Instruksional Khusus

4. Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar 1 : Definisi, Komponen dan

Kegunaan Demografi

Uraian dan Data

Latihan 1

Rangkuman

Tes Formatif 1

5. Referensi

Pengantar Demografi

1. Pengantar Salah satu cara untuk memahami hubungan perubahan penduduk dan kejadian penduduk (population event) dengan aksi-aksi pembangunan di berbagai bidang :

Dengan cara mempelajari hubungan antara variabel-variabel kependudukan (demografi) yang dikaitkan dengan perubahan-perubahan dalam variabel pembangunan, atau sebaliknya. Analisis penelusuran dan kajian yang lebih representatif demikian dikenal dengan analisis kajian demografi.

Modul ini mempelajari dasar pemahaman demografi dalam memberikan wawasan dan pengertian umum dari keilmuan dan kajian demografi, sekaligus keterkaitannya dengan keilmuan matematika.

2. Tujuan Instruksional UmumDengan mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat memahami secara jelas pengertian , ruang lingkup kajian dan keilmuan demografi, baik secara umum maupun kaitannya dengan matematika.

3. Tujuan Instruksional KhususSetelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat :

a. menjelaskan apa yang dimaksud dengan Demografi ;

b. menjelaskan komponen dalam kajian atau analisis demografi ; dan

c. dapat mendekatkan kajian demografi dengan keilmuan matematika.

4. Kegiatan Belajar4.1 Kegiatan Belajar 1 :

Definisi, Komponen dan Kegunaan Demografi

4.1.1 Uraian dan Data :

Analisis demografi memberi sumbangan yang besar, baik kualitatif maupun kuantitatif pada kebijakan kependudukan. Sebagai contoh, analisis kebijakan kependudukan, tata ruang kota-desa, pengelolaan lingkungan, penyediaan pangan, obat-obatan, sandang, fasilitas sekolah, tempat rekreasi, dan lain-lain

Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika :

Kelahiran (fertilitas),

perubahan dalam :

Kematian (mortalitas), dan ( TerhadapJumlah

Perpindahan penduduk (mobilitas)

komposisi, dan

pertumbuhan penduduk.

Perubahan-perubahan unsur demografi tersebut pada giliran-nya mempengaruhi perubahan dalam berbagai bidang pembangunan secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya perubahan yang terjadi di berbagai bidang pembangunan akan mempengaruhi dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk, seperti diilustrasikan oleh Ananta (1991) dalam : Siklus Analisis demografi berikut :

Gambar 1.1 Siklus Analisis demografi Ananta

1 Pengertian Demografi

Kata DEMOGRAFI berasal dari bahasa Yunani, yaitu DEMOS berarti Penduduk dan GRAFEIN berarti Menulis. Jadi arti secara harfiahnya adalah tulisan mengenai dinamika penduduk (Archille Guillard, 1985).

Hal ini sejalan dengan definisi demografi yang dikemukakan oleh Bogue maupun Barclay dalam Buku Dasar-dasar Demografi (Yasin ; 1981), yaitu :

Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi penduduk, dan perubahan-perubahannya melalui komponen demografi yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Donald J. Bogue).

Demografi memberikan gambaran yang menarik dari penduduk yang digambarkan secara statistik (Barclay)

Kaitan Langsung Kajian Demografi Terhadap Keilmuan Matematika-Statistika :

Penggunaan notasi dan formula matematis merupakan ciri dari Ilmu Demografi karena banyak digunakan pendekatan analisis kuantitatif.

Pemakaian formulasi matematik dan statistik dalam Demografi semakin tidak dapat dihindarkan khususnya dalam upaya menjelaskan berbagai perubahan yang terjadi, determinan suatu variabel, dan hubungan antar variabel dalam analisis variabel kependudukan.

2 Komponen Demografi

Variabel Dasar (komponen) Demografi terdiri atas :

1). Kelahiran / Fertilitas (Birth = B)

2). Kematian / Mortalitas (Death = D)

3). Migrasi / Mobilitas (InMigration= Mi, OutMigration=Mo)

Sehingga hubungan atau dinamika pertumbuhan penduduk diukur secara umum oleh :

(1). . . .

selanjutnya ; (B D) disebut Natural increasedan

(Mi Mo)disebut Net-Migration

Dengan diketahuinya komponen demografi tersebut, maka kesimpulan umum secara langsung dapat diutarakan seperti dalam memutuskan model pertumbuhan penduduk

MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK :

Mortalitas

& FertilitasMigrasi

PositifNegatifNol

M > FSel-1 : N,T,SSel-2 : TSel-3 : T

M < FSel-4 : NSel-5 : N ,T ,SSel-6 : N

M = FSel-7 : NSel-8 : TSel-9 : S

Catatan : N = Naik, T = Turun, S = Stabil

Misalnya untuk kondisi Sel-1 : N,T,S ; menyatakan bahwa jika jumlah atau tingkat kematian penduduk lebih besar dari kelahiran dan jumlah migrasi kedaerah tersebut besar maka : pertumbuhan penduduk daerah tersebut dapat mengikuti scenario NAIK, atau TURUN, atau pun Stabil.

Skenario Naik dapat terjadi jika Mortalitas < Migrasi

Skenario Turun dapat terjadi jika Mortalitas > Migrasi, dan

Skenario Stabil terjadi jika Mortalitas sebanding dengan Migrasi,

Catatan demografi dunia, mengenai pertumbuhan penduduk dunia, dari 1963 sampai tahun 2000 dapat digambarkan sebagai berikut :

Milyar

Thn

(

2000

( 71993

( 61984

( 51975

( 41960

( 31930

( 21850

( 1

((((((((((( 0200400600800100012001400160018002000

Tahun

Gambar 1.2 Pertumbuhan Penduduk Dunia

Dari gambar 1.2 diatas memberikan gambaran bahwa tahun1850 penduduk dunia mencapai 1 milyar dan 80 tahun kemudian (1930) menjadi dua kali lipatnya, 30 tahun kemudian (yaitu tahun 1960) telah mencapai 3 milyar. Tahun 2000 diperkirakan mencapai 7 milyar orang.

3. Tujuan dan Kegunaan Ilmu Demografi

1. Mempelajari Kuantitas dan distribusi penduduk suatu wilayah

2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penuru-nannya dan persebarannya berdasarkan (sumber) data yang tersedia melalui hasil Sensus, Survai dan registrasi

3. Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk dengan aspek sosial ekonomi.

4. Mencoba memproyeksikan pertumbuhan penduduk di masa akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensi-nya.

4. Istilah Dalam Demografi

a). Demografi (Demography) : berasal dari kata Demos = rakyat/penduduk, dan Grafein = menulis

b). Dinamika Penduduk = keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah (kelahiran, migrasi masuk) dan kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk (kematian, migrasi keluar)

c). Reproductive change (perubahan reproduktif) atau natural increase (pertumbuhan alamiah) = selisih antara kelahiran dan kematian

d). Child Women Ratio (CWR) = perbandingan jumlah anak (0-4 tahun), dengan jumlah wanita usia (15-44) atau (15-49)

e). Children ever born (CEB); jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, dari sekelompok wanita selama reproduksinya, sering disebut dengan paritas.

f). Population Growth Rate = PGR = r) = angka pertumbuhan penduduk tahunan

g). Sensus, Survai, Registrasi = sumber-sumber data kependudukan

Sensus = mencacah semua jumlah penduduk suatu negara / wilayah (collecting) pada waktu tertentu, yang kemudian dihimpun dan disusun (compiling) untuk diterbitkan mengenai data demografi, ekonomi, social dan lain-lain. Sensus di Indonesia disebut SP = Sensus penduduk yang lengkap telah berjalan 5 kali (1961, 1971,1980,1990, 2000)

Survai = hampir sama dengan kegiatan sensus, yang membedakan adalah objek yang dicacah atau yang di-colleting hanya sebatas sample penduduk, dan substansi data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan survainya, seperti untuk data-data ekonomi masyarakat dilakukan survai dengan nama SUSENAS (survai social-ekonomi nasional), untuk keperluan pendataan angkatan kerja, lap.kerja dan distribusinya dilakukan survai yaitu SAKERNAS (survai tenaga kerja nasional), kemudian ada kegiatan melengkapi data sensus antar waktu disebut SUPAS (survai penduduk antar sensus), yang telah dilakukan tahun 1985, dan 1995, dan SDKI (survai demografi dan kesehatan Indonesia) dan sebagainya.

Registrasi = kumpulan keterangan mengenai kejadian vital penduduk secara demografis, yaitu kejadian kelahiran, kematian, perpindahan penduduk setiap saat dan terus menerus dicatat sehingga diperoleh data statistik vital.

h). Tabel kematian (Life table) = alat analisis hipotetis dari sekumpulan orang yang dilahirkan pada waktu yang sama (kohor), yang oleh karena kematian, jumlah kohor semakin lama berkurang dan akhirnya habis.

4.1.2. Latihan

Buka halaman I-3 tentang Tabel Model Pertumbuhan Penduduk

Coba anda jelaskan Skenario dari SEL-2 s/d SEL-9

4.1.3. Rangkuman

a. Demografi memiliki pengertian yang sangat luas selaras dengan kajian yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan kependudukan

b. Komponen dasar demografi terdiri atas : Fertilitas, Mortalitas, dan mobilitas penduduk

c. Pertumbuhan penduduk selalu terkait pada ketiga factor atau komponen demografi tersebut.

4.1.4. Tes Formatif

1). Analisis demografi dengan mengandalkan pendekatan matematik dapat dikate -gorikan sebagai analisis :

a. Analisis Deskriptif ,

b. Analisis Teoritis,

c. Analisis Modelis

d. Analisis Deskriptif dan Teoritis

2). Sumber data yang paling baik dari kegiatan berikut adalah :

a. Sensus Periodik,

b. Survai

c. Registrasi

d. Wawancara

3). Jika Mortalitas lebih besar dari Fertilitas, tetapi migrasi masuk positif ; apa yang

terjadi :

a. Pertumbuhan Naik

b. Pertumbuhan Turun

c. Pertumbuhan Stabil

d. ketiga kemungkinan, Naik, Turun atau stabil

4). Dari pernyataan berikut mana yang lebih komplit dan benar :

a. Pertumbuhan alamiah suatu negara adalah selisih antara kelahiran dan kematian ditambah migrasi masuk

b. Jumlah Penduduk yang besar merupakan potensi negara untuk menjadi maju

c. Permintaan akan anak di negara maju ; umumnya dikaitkan kepada factor cost anak tersebut

d. Matematika demografi bekerja untuk memodelkan fenomena transisi kependudukan.

4.1.5. Referensi

1. Moh. Yasin, Rozy Munir, Dkk, 1981. Dasar-dasar Demografi, Lembaga Demografi UI Jakarta.

2. Shryock, H.S., Siegel, J.S and Associates, 1975. The Methods and Materials Demography, Vol.2 US Bureau of the Census, Washington D.C.

3. N. Iskandar, 1977. Teori-teori Kependudukan, Lembaga demografi UI

Jakarta

MAT206

MATERI POKOK 2

UKURAN DASAR DEMOGRAFI

Win Konadi, M.Si.

H. Aminurasyid Roesli, M.Si.

Daftar isi

Bagian-2. Ukuran dasar Demografi

1. Pengantar

2. Tujuan Instruksional Umum

3. Tujuan Instruksional Khusus

4. Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar 1 : Ukuran Dasar Dalam

Komposisi Penduduk

Uraian dan Contoh

Latihan 1

Rangkuman

Tes Formatif 1

Kegiatan Belajar 2 : Ukuran-ukuran Komponen Demografi

Uraian dan Contoh

Latihan 2

Rangkuman

Tes Formatif 2

5. Referensi

Ukuran Dasar Demografi1. Pengantar Penduduk Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 200 juta jiwa atau tepatnya menurut proyeksi UNFPA (United Nations Fund Population Activities) untuk penduduk Indonesia tanggal 12 Oktober 1999 pukul 00.00 menunjukkan jumlah sebesar 215.533.983 jiwa atau kira-kira 3 persen dari bagian penduduk dunia. Sementara itu setiap menit jumlah penduduk terus bertambah. Jumlah ini akan akan terus meningkat menjadi 244,3 juta pada tahun 2010 dan menjadi 285,5 juta pada tahun 2025 (Wirakartakusumah dan Chotib, 1999).

Modul ini membahas dan menghitung ukuran dasar dalam demografi yaitu ukuran-ukuran komposisi penduduk dan ukuran-ukuran komponen demografi, kaitannya dengan fertilitas, mortalitas dan migrasi. Untuk kedua hal tersebut, menggunakan perhitungan dan rumusan matematik sederhana dengan konsep atau kesepakatan dunia.

Ukuran komposisi penduduk berkaitan dengan melihat perubahan-perubahan jumlah penduduk berdasarkan komposisi berdasarkan umur, jenis kelamin, tempat tinggal.

Ukuran dasar fertilitas, seperti ukuran Crude Birth Rate (CBR), Age Specific Fertility Rate (ASFR), Total Fertility Rate (TFR), dan Expectation Life (Angka harapan hidup).

Ukuran dasar mortalitas, seperti Crude Death Rate (CDR), Age Specific Mortality Rate (ASMR), Total Mortality Rate (TMR), dan Infant Mortality Rate (IMR).

Ukuran dasar migrasi, seperti ukuran in-migration, out-migration, net-migration.

2. Tujuan Instruksional UmumDengan mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat memahami secara jelas pengertian dan perbedaan serta manfaat ukuran-ukuran dasar demografi. Disamping itu dapat menghitung ukuran tersebut pada kasus data demografi.

3. Tujuan Instruksional KhususSetelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat :

a. menjelaskan apa yang dimaksud dengan ukuran dasar Demografi ; yaitu ukuran komposisi penduduk, dan ukuran komponen demografi ;

b. menjelaskan apa arti dan perbedaan dari ukuran-ukuran yang dimaksud. ;

c. menghitung ukuran dasar demografi tersebut, serta menjelaskan arti hasil perhitungan yang diperoleh.

4. Kegiatan Belajar4.1 Kegiatan Belajar 1 :

UKURAN KOMPOSISI PENDUDUK

4.1.1 Uraian dan Contoh :

1. Ukuran Dasar Dalam Komposisi Penduduk

Dalam kajian atau analisis kependudukan diperlukan distribusi penduduk berdasarkan komposisinya. Untuk hal itu diperlukan konsep dan rumusan untuk mendeskripsikannya melalui ukuran-ukuran berikut, yaitu :

a). Umur Tunggal (Single Age)

Umur seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya.

Misalnya : seseorang berumur 10 tahun pada saat sensus/survai . maka dianggap (dimasukkan) dalam umur tepat 10 tahun

Dalam kenyataannya, pada saat perhitungan survai/sensus orang cenderung menyenangi umur-umur dengan angka akhir 0 atau 5, sehingga bisa terjadi kesalahan pelaporan. Kondisi ini disebut AGE HEAPING. Contoh : Umur seseorang sebenarnya 29 tahun, tetapi dilaporkan 30 tahun. Sementara itu ada orang yang sudah berumur 16 tahun, tetapi melaporkan diri dengan umur 15 tahun. Kondisi adanya kesalahan pelaporan (Age heaping) tersebut, oleh demografer biasanya dideteksi dan diperhitungkan, khususnya dalam mengambil kebijakan distribusi penduduk menurut umur, dan untuk keperluan peramalan.

b). Rasio/Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Rasio jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki (male) terhadap penduduk perempuan (female) pada tahun tertentu dalam pengali konstanta. Atau :

SR = (( Pm/ ( Pf) x k ;

. . . (2.1)

Pm Penduduk laki-laki (male) dan Pf = penduduk perempuan (female)

k : pengali konstanta, biasanya digunakan angka 100 atau 1000

Contoh SR-Indonesia (1971) = 97,2 (untuk pengali 100).

Hal ini berarti bahwa setiap 100 perempuan terdapat 97 orang laki-laki, atau untuk lebih meningkatkan ketelitian dapat diartikan bahwa, untuk setiap 1000 perempuan terdapat 972 laki-laki pada tahun tersebut di wilayah tersebut

Contoh :

Hasil Sensus 1980, 1990 dan Supas 1995 tercatat data jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia baik total maupun berdasarkan tempat tinggal (Rural-Urban) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penduduk laki-laki

Jumlah Penduduk Laki-Laki (Male)

SP80SP90SUPAS95

DesaKotaTotalDesaKotaTotalDesaKotaTotal

565097791644189172951670616923582768331989375677622074883472244396929931

Tabel 2.2 Penduduk Perempuan

Jumlah Penduduk Perempuan (Female)

SP80SP90SUPAS95

DesaKotaTotalDesaKotaTotalDesaKotaTotal

574209251641387873834803621216352775047189872106625911583077816793369325

Tabel 2.3 Ukuran Sex-Ratio , 1980, 1990 dan 1995

SEX RATIO

SP80SP90SUPAS95

DesaKotaTotalDesaKotaTotalDesaKotaTotal

98.41100.1798.8099.3199.7699.4599.39112.82103.81

Hasil tabel 2.3 baris ke-4 kolom-1, yaitu angka 98,41 artinya : setiap 100 perempuan di daerah perkotaan tahun 1980 terdapat sekitar 98 dan 99 laki-laki.

c). Child Woman Ratio

Yaitu perbandingan jumlah anak dibawah 5 tahun (P0-4) dengan jumlah penduduk wanita usia reproduksi (P15-49) atau (P15-49)

Rumus : CWR = {(P0-4) / (P15-49)} * k atau

CWR = {(P0-4)/ (P15-49)} * k

. . . (2.2)d). Angka Beban Tanggungan (Depedency Ratio)

Depedency ratio merupakan perbandingan antara banyak orang yang tidak produktif (umur < 15 tahun + umur ( 65 tahun) terhadap penduduk produktif (umur : 15 64) ;

Asumsi yang digunakan demografer Indonesia :

Penduduk produktif berumur : 15-64 tahun. Asumsi ini dapat berbeda dengan negara-negara lain, ada beberapa negara maju yang telah menetapkan lebih tegas bahwa penduduk produktif dalam angkatan kerja antara umur 20 54 tahun. Sehingga orang tua (lansia) berumur 55 tahun keatas sudah saatnya untuk istirahat (peaks) menikmati hidup, dengan beban hidup ditanggung oleh negara.

Rumus Depedency ratio (DR) adalah :

DR = (P0-14 + P65+) / (P15-64) x k ;

. . . (2.3)

(k = konstnta pengali : 100 atau 1000)

Depedency ratio (DR) dipakai sebagai indikator ekonomi negara (apakah suatu negara termasuk sebagai negara yang maju atau mendekati/menuju negara maju, atau negara berkembang/negara terbelakang dalam sisi ekonominya).

Makin kecil ukuran Depedency ratio menunjukkan negara tersebut tergolong maju perekonomiannya, karena jumlah penduduk yang produktif sangat besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak produktif. Jika ukuran DR cukup besar, maka berarti beban penduduk produktif sangat berat untuk menanggung penduduk yang non-produktif.

Seperti Indonesia, pada tahun sensus 1971 besarnya Depedency ratio DR1971 = 87 (pengali 100), tahun 1995 ( data Supas 1995 ) tercatat DR1995 = 61,02 dan estimasi Ananta (1995) bahwa negara Indonesia akan memiliki Depedency ratio tahun 2010 sebesar DR2010 = 46,20.

Hal ini berarti bahwa di Indonesia pada tahun 1971 ; dari 100 penduduk produktif menanggung beban hidup 87 orang penduduk non-produktif , tahun 1995 , menurun menjadi 61 orang, dan diperkiran terus menurun, seperti estimasi Ananta pada tahun 2010 dari 100 penduduk produktif hanya menanggung beban hidup 46 orang penduduk non-produktif.

e). Umur Median (Medians Age)

Umur Median menyatakan umur tengah-tengah dari usia penduduk suatu wilayah, atau umur yang membagi penduduk menjadi 2 bagian dengan jumlah yang sama, Bagian pertama lebih muda dan lainnya lebih tua.

Umur median ini digunakan atau memberi informasi mengenai distribusi umur penduduk. Untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu tersebut dinyatakan dengan Rumus :

Ma = Bm + [ (N/2 Pkum) / Pm ] x I

. . . (2.4)

Bm = Batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah N/2

Pkum= Jumlah penduduk kumulatif sampai dgn kelompok umur yang

mengandung N/2

Pm = Jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat

nilai N/2

N = Jumlah penduduk dan

i = Class Interval Umur

Contoh :

Dengan Mengambil data penduduk yang tinggal diperdesaan tahun 1980 (SP80)

Sebagaimana disajikan dalam tabel 2.4 dibawah ;

Maka dapat dihitung Umur median sebagai berikut :

Umur TT atau tidak tercatat dapat dilakukan distribusi ke-kelompok umur lain atau dapat dihilangkan. Jika dihilangkan maka diperoleh :

Bm = Batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah N/2 ( 15

N = Jumlah penduduk pedesaan total ( 113.914.350

Pkum = Jumlah pend. kumulatif sampai dgn kel. umur yang mengandung N/2

( 58543350

Pm = Jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai N/2

( 11167219i = Class Interval Umur ( 5

Tabel 2.4 Data Jumlah Penduduk Perdesaan (Rural) Menurut Umur, 1980

UmurTotal (f)F-kum

0-41667016124849768

5-91699755033667711

10-141370842047376131

15-191116721958543350

20-24945790868001258

25-29857888076580138

30-34627820282858340

35-39671808589576425

40-44584864495425069

45-494927034100352103

50-544325561104677664

55-592691077107368741

60-642640466110009207

65-691386377111395584

70-741264328112659912

75+1254438113914350

TT1635424849768

Maka : Umur Median ( Ma = Bm + [ (N/2 Pkum) / Pm ] x i

= 15 + [(56957175 - 5854 3350)/11167219] * 5

Ma = 14,294.1.2 Latihan 1 :

Berikut diberikan data lengkap penduduk Indonesia Hasil Sensus 1980, 1990 dan Supas 1995 menurut tempat tinggal, jenis kelamin dan kelompok umur

Coba lakukan perhitungan :

(1). Sex Ratio penduduk Desa, Kota dan Total

(2). Depedency Ratio penduduk tinggal di Desa, Kota dan Total

(3). Umur Median penduduk laki maupun perempuan berdasarkan tinggal di desa, kota dan total

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Umur di Indonesia

Berdasarkan hasil Sensus 1980 dan 1990 serta Supas 1995

UmurJumlah Penduduk Laki-Laki (Male)

SP80SP90SUPAS95

DesaKotaDesaKotaDesaKota

0-4849055423254207746220301463969999843474748

5-9866828621640978571098335699776094703520101

10-14714960919822627828706321542180464073991725

15-19551334119992006273397324704362248564048054

20-24423911317394634622540296076545678933469377

25-29419754514151394834463262268746268183170881

30-3430668149558114360194222413144776182784879

35-3932724559184893961353182708844741002578069

40-4428508447932092799747121050737054772113059

45-4924228895898672630736109318627389431434482

50-542173599544284236280392638724868871292289

55-59136338335711816933956282261939213994613

60-64127860528062516430205760491600108701283

65-696595361515779823123468501163031534878

70-74575077113997718053227823862921328241

75+579080109342662656204980683762285764

TT90491991166554000

Sumber : BPS

Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Umur di Indonesia

Berdasarkan hasil : Sensus 1980 dan 1990, serta Supas 1995

UmurJumlah Penduduk Perempuan (Female)

SP80SP90SUPAS95

DesaKotaDesaKotaDesaKota

0-4817960721950917389051283523467109733265826

5-9832926420702808108762318620172594643399278

10-14655881119283527327530311048476741743996376

15-19565387821168165947322345922158432824163198

20-2452187951804174538446631605915274974383832

25-29438133513495275432995273338551799923300500

30-3432113889330684501263216020647669872952148

35-3934456309132973752138164363845702462496514

40-4429978007781102899193117218833121601952781

45-4925041456333362763061107868126828681394669

50-542151962540297245201194638521512531189968

55-59132769434208418068507032262203530105728

60-64136186130753616914316159512001378879744

65-6972684117593110404463801161297224560445

70-74689251162333808456274694879174378169

75+675358161593814912289808783479358991

TT73052053174846200

Sumber : BPS

3.1.3. Rangkumana. Komposisi penduduk diartikan sebagai pengelompokkan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal (region), dan lain-lain.

b. Data komposisi penduduk sangat tinggi nilainya untuk mengetahui Human Resources, mengambil kebijakan dalam ekonomi dan politik, sebagai perbandingan dan sebagainya.

c. Angka beban tanggungan (Depedency Ratio), sangat berguna dan dijadikan indicator ekonomi suatu negara. Secara harfiah dipakai untuk mengetahui beban yang ditanggung oleh kelompok manusia produktif (Umur : 15-64 tahun) terhadap orang-orang non-produktif (umur : < 15 tahun dan >=65 tahun).

3.1.4. Tes Formatif 11. Komposisi penduduk dari aspek social adalah pengelompokkan penduduk

berdasarkan :

a). Tingkat pendidikan, b). jenis Pekerjaan, c). kelompok umur

2. Jika jumlah total penduduk di suatu wilayah 2565404 orang dan 1825344 diantarnya berusia 15-64 tahun, maka :

a). Depedency Ratio = 40,54b). Depedency Ratio = 71,15

c). Depedency Ratio = 246,64

3. Dengan memperhatikan tabel 2.3 halaman II-3 sebelumnya, maka pada baris

ke-4 kolom 8 yaitu angka sex ratio = 112,82 artinya adalah :

a). Setiap 100 laki-laki ; Pada Thun 1995 di perkotaan :

terdapat sekitar 113 perempuan

b). Setiap 100 perempuan; Pada Thun 1995 di perkotaan :

terdapat sekitar 113 laki-laki

c). Di perkotaan tahun 1995 jumlah laki-laki lebih besar dari perempuan

d). Di perkotaan tahun 1995 jumlah perempuan lebih besar dari laki-laki

3.2. Kegiatan Belajar 2 :

Ukuran Dasar Untuk Komponen Demografi

4.2.1 Uraian dan Contoh

Seperti diketahui bahwa komponen demografi terdiri atas : fertilitas (Kelahiran), Mortalitas (Kematian) dan Mobilitas/Migrasi penduduk. Untuk dapat mengungkapkan kondisi tingkat fertilitas atau mortalitas dan mobilitas penduduk suatu wilayah, atau negara perlu dibuatkan konsep kesepakatan yang sama di seluruh dunia, sehingga demografer dapat menghitung dan membandingkan ukuran tersebut antar wilayah suatu negara ataupun antar negara.

Ukuran dasar yang menjadi kesepakatan tersebut adalah :

KomponenUkuran KasarUkuran SpesifikUkuran Total

FertilitasCBR, GFRASFRTFR

MortalitasCDR, FDRASDRTMR, IMR

MobilitasMR, OMR, IMRASOMR, ASIMRNet-Migration

1). Fertilitas

Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil seorang wanita untuk melahirkan , yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Fertilitas, menurut Kingsley Davis & Judith Blake :ada tiga tahap penting dari proses reproduksi, yaitu tahap hubungan kelamin (intercourse), tahap konsepsi (conseption) dan tahap kehamilan (gestation). Sementara itu H.Leibenstein mengungkapkan : bahwa fertilitas ada sehubungan adanya permintaan akan anak, dimana anak dilihat dari 2 segi, yaitu segi kegunaannya (utiliy) dan segi biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, balas jasa ekonomi, atau membantu dalam kegiatan berproduksi dan sumber menghidupi orang tua nantinya, sedangkan dari biaya dilihat dari kesanggupan keluarga membesarkan anak dari kepemilikan anak tersebut.

Beberapa ukuran dasar fertilitas yang sering digunakan adalah :

(a). Angka Kelahiran Kasar (AKK) atau Crude Birth Rate : (CBR)

Angka yang diperoleh ini, memberikan gambaran kasar tentang besaran kelahiran dari k-jumlah penduduk suatu wilayah, tanpa memperhatikan variable umur ( kelompok umur) usia reproduktif penduduk. Sehingga ukurannya bersifat kasar, dengan rumusan :

AKK = CBRt = (Bt / Pt) * k

. . . (2.5)

Dengan :Bt = banyaknya kelahiran pada tahun tertentu (t)

Pt = jumlah penduduk pada pertengahan tahun, misalnya tahun 2000,

sehingga yang dilihat jumlah penduduk pada tanggal 30 Juni 2000

atau 1 Juli 2000.

k = 1000 (artinya perbandingannya dari 1000 penduduk yang ada)

Menurut informasi BPS, di Indonesia pada tahun 1979 tercatat 35 kelahiran per-1000 penduduk sehingga CBR1979 = 35. Angka kelahiran yang tertinggi di dunia dalam periode 1980-1990 adalah negara Kenya, tercacat CBR1980 (Kenya) = 51, sedangkan yang terendah di Republik Federasi Jerman, yaitu CBR1980 (RFJ) = 10.

(b). Angka Kelahiran Umum (AKU) atau General Fertility Rate (GFR)Angka ini menyatakan banyaknya kelahiran penduduk di suatu wilayah pengamatan, untuk setiap 1000 wanita reproduktif (umur 15-49, ada juga negara yang menganut batasan 15-44 tahun, dan 20-44 tahun). Ukuran GFR ini lebih baik dari CBR, karena hanya memasukkan komponen penduduk yang beresiko melahirkan atau exposes to risk (wanita umur 15-49 tahun). Ukuran AKU atau GFR dihitung dengan rumus

AKU = GFR = ( B / Pf ) * k

. . . (2.6)

Dengan : B = banyaknya kelahiran yang terjadi selama 1 tahun

Pf (15-49) = penduduk wanita berumur 15-49 tahun pada pertengahan tahun

K = bilangan konstanta pengali atau pembanding = 1000

(c). Angka Kelahiran Menurut Umur Tertentu (AKUT) atau

Age Specific Fertility Rate (ASFR)

Yaitu angka kelahiran penduduk yang di survei menurut kelompok umur ibu, karena itu hasilnya lebih baik dari GFR. Angka Kelahiran menurut Umur Tertentu (AKUT) atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) ini, memberikan gambaran kelahiran yang terjadi pada kelompok umur ibu tertentu (x), dan dirumuskan dengan :

AKUTx = ASFRx = ( Bx / Pfx ) * k

. . . (2.7)

Dengan :x = umur wanita reproduktif dalam kelompok umur 5 tahunan, yaitu :

(x = 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49)

Bx = jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur-x tertentu.

Pfx = jumlah wanita pada kelompok umur-x tertentu.

k = 1000 (angka konstanta pengali atau pembanding)

Misalnya : ASFR(20-24) = 42. Hal ini menyatakan bahwa Angka kelahiran wanita umur 20-24 tahun sebesar 42 bayi untuk setiap 1000 wanita umur 20-24 tahun.

(d). Angka Kelahiran Total (AKT) atau Total Fertility Rate (TFR)Angka fertilitas ini lebih memberikan informasi tentang besarnya kejadian kelahiran penduduk secara total yang secara inplisit mempertimbangkan umur wanita reproduksi. Sehingga dapat diketahui jumlah kelahiran per-wanita yang ada pada waktu tertentu di suatu wilayah dan sekaligus dapat diketahui kemampuan seorang wanita melahirkan. Selama masa reproduksinya.

Total Fertility Rate dihitung dengan rumus :

AKT = TFR = 5* ( ( ASFRx )

. . . (2.8)

x

dengan ; x bergerak dari (5-9) sampai (45-49) dalam tanda (Pada umumnya Angka Kelahiran Total (AKT) atau TFR di negara-negara yang sedang berkembang sangat tinggi, yaitu masih diatas 5, sedangkan di negara maju sudah di bawah angka 2. Seperti Indonesia, tahun 1971 dinyatakan TFR (1971) = 5,9 per-wanita, dan tahun 1980 ; TFR (1980) = 4,2 per-wanita.

2). Mortalitas

Mortalitas, harus diartikan dengan pengertian baku yang disepakati dunia, sehingga dapat dijadikan referensi ataupun perbandingan. Menurut WHO (World Health Organization) bahwa definisi mati adalah : Keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

Dari arti diatas, maka lahir mati (fetal death) tidak termasuk yang harus dicatat sebagai mati (untuk perhitungan ukuran mortalitas nantinya)

Beberapa ukuran dasar mortalitas yang sering digunakan adalah :

(a). Angka Kematian Kasar (AMK) atau Crude Death Rate ( CDR)

Yaitu jumlah kematian pada tahun tertentu (Dt) dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun (Pt/2) di suatu wilayah pengamatan, dengan pembanding untuk 1000 orang (k).

Rumus :

AMK = CDRt = (Dt / Pt/2) * k

. . . (2.9)

Sebagai contoh, angka kematian kasar Indonesia tahun 1978 tercatat 14 per-1000 penduduk.tahun 1980 sebesar 15, tahun 1985 sebesar 12, tahun 1990 sebesar 9, dan tahun 1995 sebesar 8 per-1000 penduduk. CDR Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan Malaysia, tetapi sudah mendekati angka rata-rata dunia, seperti tertera dalam data World Population Datasheet of the Population Reference Bureau, berikut

Tabel 2.7 CDR Indonesia dan Malaysia serta Asia & Dunia

Negara19801985199019951998

Indonesia1512988

Malaysia67555

Asia Teng.1310888

A s i a1110988

Dunia11111099

(b). Angka Kematian Menurut Umur (AMUT) atau Age Specific Death Rate (ASDR)

Angka Kematian Umur Tertentu (AMUT) atau Age Specific Death Rate (ASDR) ini, memberikan gambaran jumlah kematian yang terjadi pada kelompok umur tertentu (x), per-1000 penduduk dalam kelompok umur tersebut. Dihitung dengan rumusannya sebagai berikut :

AMUTx = ASDRx = ( Dx / Px ) * k

. . . (2.10)

Dengan :x = Kelompok umur 5 tahunan, yaitu :

(x = 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44,

45-49, 50-54, 55-59, 60-64m 65-69, 70-74, 75+)

Dx = jumlah kematian penduduk pada kelompok umur-x tertentu.

Px = jumlah penduduk pada kelompok umur-x tertentu.

k = 1000 (angka konstanta pengali atau pembanding)

Jika suatu negara dihitung ASDR20-24 = 5,4 ; hal berarti terdapat 5 sampai 6 orang yang meninggal per-1000 penduduk pada usia 20-24 tahun. Atau tepatnya terdapat 54 orang meninggal per-10.000 penduduk usia 20-24 tahun.

(c). Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR)Angka ini menunjukkan jumlah kematian bayi yang lahir hidup pada waktu tertentu di suatu wilayah atau negara. Angka ini sangat penting, menurut Budi Utoma (dalam Dasar-dasar Demografi. LD-UI ; 1981) bahwa : AKB (IMR) sebagai indicator dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. AKB atau IMR dirumuskan sebagai :

AKBt = IMRt = ( Dbx / Ft ) * k

. . . (2.11)

Dengan :t = Tahun pengamatan tertentu

Dbt = jumlah kematian bayi berumur dibawah 1 tahun selama tahun-t.

Ft = jumlah kelahiran (fertilitas) selama tahun-t.

k = 1000 (angka konstanta pengali atau pembanding)

Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, tetapi berkecenderungan menurun selaras dengan baiknya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Data BPS dan pembanding data World Population, dapat dijadikan referensi informasi, yaitu :

Tabel 2.8 IMR Indonesia dan Pembandingnya

Negara19801985199019951998

Indonesia9187896466

Malaysia4429301210

Asia Teng.9679705355

A s i a10391746257

Dunia9781736258

3). Migrasi

a). Definisi Migrasi :

Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Dalam buku Dasar-dasar Demografi (Rozy Munir, LD-UI ; 1981, hal.116) disebutkan bahwa migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas adminsitratif dalam suatu negara. Sehingga ada daerah asal dan daerah tujuan. Orang yang melakukan mobilitas tersebut dinyatakan sebagai migran. Definisi migran ini dikaitkan dengan tempat tinggal dan waktu.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa konsepsi tentang migrasi, yang dikutip dari tulisan Alatas (1995), yaitu :

Migrasi sebagai bentuk mobilitas geografi (geographic mobility) atau mobilitas keruangan (spatial mobility) dari suatu unit geografi ke unit geografi lainnya, yang menyangkut suatu perubahan tempat kediaman secara permanen dari tempat asal ke tempat tujuan (PBB ; 1958)

Migrasi merupakan suatu bentuk mobilitas tempat kediaman penduduk yang menyangkut perubahan tempat kediaman dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lain (Bogue ; 1969)

Migrasi adalah suatu bentuk dari mobilitas geografi/keruangan yang menyangkut perubahan tempat kediaman secara permanen antar unit-unit geografi tertentu (Shryock dan Siegel ; 1971)

Migrasi adalah perubahan tempat tinggal yang permanen atau semipermanen tidak ada batasan mengenai jarak yang ditempuh, apakah perubahan tempat tinggal itu dilakukan secara sukarela atau terpaksa, dan apakah perubahan tempat tinggal itu antar negara atau masih dalam suatu negara (Lee ; 1966)

Kecenderungan perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain, seperti urbanisasi menurut beberapa teori (Lee, Todaro) ada kaitannya dengan pertumbuhan pembangunan bidang ekonomi. Mereka secara jelas mengungkapkan bahwa faktor ekonomi memang memberi kontribusi besar dalam mempengaruhi orang untuk bermigrasi.

Dengan demikian setiap wilayah akan mengalami perpindahan penduduk, ada yang masuk dan ada yang keluar dari wilayahnya. Tercatat DKI Jakarta memiliki mobilitas yang tinggi, dugaan Ananta (1995) daerah tersebut telah mengalami transisi mobilitas tingkat kempat yaitu tahap transisi akhir (late transitional society) dan siap memasuki masyarakat mulai maju (early advanced society).

Tjiptoherijanto (1998) menyatakan bahwa mobilitas penduduk merupakan kejadian yang mudah dijelaskan dan tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari, namun pada prakteknya sangat sulit untuk mengukur dan menentukan ukuran bagi mobilitas penduduk itu sendiri. Hal ini disebabkan karena hubungan antara mobilitas (migrasi dan urbanisasi) dengan proses pembangunan yang terjadi dalam suatu negara/daerah saling kait mengkait. Jumlah migrasi semasa hidup ke daerah perkotaan di Indonesia pada tahun 1990 mencapai 8,5 juta orang atau 57,69 persen dari seluruh migran semasa hidup (14,8 juta). Sedangkan migran risen pada tahun yang sama adalah sebesar 3,2 juta atau sekitar 60,64 persen.

Migran semasa hidup (life time migrant) dalam pengertian BPS adalah penduduk yang pada saat sensus, tempat tinggalnya berbeda dengan tempat lahirnya dan migran risen (Recent migrant) adalah seseorang dimana propinsi tempat sekarang berbeda dengan propinsi tempat tinggal 5 tahun yang lalu.

b). Ukuran-ukuran Migrasi

(1). Angka Mobilitas

Rasio banyaknya penduduk yang pindah secara local (mover) dalam jangka waktu tertentu (M) dengan banyaknya penduduk (P), per-1000 penduduk (k), dirumuskan :

M = (m / P) * k

. . . (2.12)

(2). Angka Migrasi Masuk

Menunjukkan banyak migran yang masuk (mi), per-1000 orang penduduk daerah tujuan (k) dalam waktu 1-tahun.

Mi = (mi / P) * k

. . . (2.13)

(P = penduduk pertengahan tahun)

(3). Angka Migrasi Keluar

Menunjukkan banyak migran keluar (mo), per-1000 orang penduduk daerah asal (k) dalam waktu 1-tahun.

Mo = (mo / P) * k

. . . (2.14)

(P = penduduk pertengahan tahun)

(4). Angka Migrasi Neto

Selisih banyak migran masuk dan keluar per-1000 orang penduduk dalam 1-tahun

Mn = {(mi - mo) / P } * k

. . . (2.15)

(P = penduduk pertengahan tahun)

(5). Angka Migrasi Bruto

Menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan penduduk

Mb = {(mi - mo) / (P1+P2) } * k

. . . (2.16)

(P1 = penduduk di tempat tujuan, dan P2 = penduduk di tempat asal)

4.2.2 Latihan-2 :

Kasus Fertilitas : Data berikut menunjukkan jumlah penduduk wanita dan kelahiran per-kelompok umur wanita, yaitu :

UmurPfKelahiranUmurPfKelahiranHitunglah :

a). ASFRxb). TFR

15-193756422276335-3919876222438

20-243113676322640-44143505 8342

25-292785406854045-49 76342 921

30-3423248758768Jumlah

Kasus Migrasi :

Tempat

Tinggal

Penduduk

5-tahun LaluTempat Tinggal Sekarang

JabarDKIProp.Lain

Jabar3456320413276534508

DKI1542271856020612986

Prop. Lain3298710165488322657

Tentukan ukuran migrasi data diatas !!

3.2.3. Rangkumana. Ukuran komponen demografi, yaitu yang terkait dengan kejadian vital kelahiran, kematian dan migrasi adalah menghitung dan sekaligus mengungkapkan variabe-variabel demografi suatu wilayah atau negara dalam meninjau perubahan kependudukan, baik dari tingkat kelahiran, tingkat kematian dan mobilitas penduduk.

b. Migrasinya sekelompok orang dari rural region ke urban region disebut dengan Urbanisasi

c. Kejadian Migrasi sangat terkait dengan persoalan ekonomi (Lee : 1966), umumnya daerah yang ekonominya baik ditunjukkan dengan pendapatan per-kapita diatas rata-rata nasional maka daerah tersebut menjadi sasaran migran. Kecenderungan mobilitas (migrasi dan urbanisasi) penduduk yang tergantung pada kemajuan sosial-ekonomi daerah/negara mengikuti alur atau transisi mobilitas Zelinsky, yaitu melalui lima (5) tahap mobilitas seperti dicantumkan pada Tabel berikut :

Tabel Transisi Mobilitas Zelinsky (1971)

Tahap Transisi Mobilitas Fenomena Mobilitas

1. The Premodern Trad-itional Society Sangat rendahnya arus perpindahan penduduk

Mobilitas penduduk umumnya terjadi karena adanya pemanfaatan lahan pertanian, perdagangan, peperangan.

2. The Early Transitio-nal Society Pergerakan penduduk dari desa ke kota dalam jumlah yang besar

Adanya kecenderungan penduduk berpindah ke luar negeri

Adanya kecenderungan mendatangkan migran (tenaga ahli) dari luar negeri

Berkembangnya jenis mobilitas sirkuler

3. The Late Transitional

Society Terjadi penurunan pergerakan penduduk dari daerah perdesaan keperkotaan

Berkurangnya pergerakan penduduk menuju daerah baru atau daerah jajahan

Menurunnya keinginan untuk berpindah ke luar negeri

Makin berkembangnya mobilitas sirkuler dengan bentuk dan pola yang makin kompleks

4. The Advanced Society Makin menurunnya arus migrasi dari daerah perdesaan ke perkotaan

Meningkatnya pergerakan penduduk antar kota dalam suatu sistem pemusatan atau aglomerasi yang sama

Kecenderungan migrasi masuk tenaga kerja yang kurang berkualitas dari daerah belum berkembang

Meningkatnya arus migrasi internasional ataupun migrasi sirkuler tenaga kerja terdidik

Adanya migrasi penduduk dengan tujuan ekonomi, kenyamanan atau bahkan pelesiran

5. A Future Super-

advanced Society Makin menurunnya migrasi permanen dan mening-katnya migrasi sirkuler karena makin baiknya sistem komunikasi

Pendatang, umumnya berasal dari daerah perkotaan lain ataupun pinggiran kota-kota lainnya

Munculnya bentuk-bentuk baru dari migrasi sirkuler

Serta munculnya berbagai kebijaksanaan politik yg mengatur migrasi internal maupun internasional

Sumber : Tjiptoherijanto (1998)

4.2.4. Tes Formatif 11. Angka kematian kasar tercatat 16,4 per 1000 penduduk, dimana jumlah penduduk pertengahan tahun yang dicatat adalah 2.567.120, maka jumlah kematian tahun tercatat adalah :

a). 42.101

b). 24.101

c). 63.884

2. Jika banyak migran masuk suatu milayah sebesar 25.312 orang, dimana jumlah penduduk pertengahan tahun di wilyah tersebut 543.763 orang, maka angka migrasi masuk sebesar :

a). 9,77

b). 7,99

c). 21,48

3. Jika out-migration diketahui 3,77 dan in-migration adalah 4,12 maka net-migration dari suatu wilayah yang berpenduduk pertengahan tahun pengamatan 654.250 adalah :

a). 0,35 %

b). 0,53 %

c). 3,50 %

4.2.5. Referensi

1. Alatas, Secha. 1995. Studi Migrasi Penduduk Indonesia, dalam buku Migrasi dan Distribusi Penduduk di Indonesia. Jakarta - Penerbit : Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN

2. Moh. Yasin, Rozy Munir, Dkk, 1981. Dasar-dasar Demografi, Lembaga Demografi UI Jakarta.

3. Shryock, H.S., Siegel, J.S and Associates, 1975. The Methods and Materials Demography, Vol.2 US Bureau of the Census, Washington D.C.

3. Tjiptoherijanto, Prijono. 1998. Mobilitas Sebagai Tantangan Kependudukan Masa depan ; Pidato Pengukuhan Guru besar FE-Universitas Indonesia, Jakarta.

4. Wirakartakusumah, M.D. dan Chotib. 1999. Kecenderungan dan Prospek Urbanisasi di Indonesia ; PPS Kependudukan UI.

1

Ekonomi

Sosial

Budaya

Politik

Hukum

Jumlah

Komposisi

Pertumbuhan

Fertilitas

Mortalitas

Mobilitas

Pt = Po + (B D) + (Mi Mo)

7

9

12

15

30

80

2

@ Win Konadi & Aminurasyid Roesli