demografi

15
Pendahluan Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. KONSEP-KONSEP 1. Lahir hidup (live birth); menurut UN & WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misalnya : bernafas, ada denyut jantungnya atau denyut tali pusar atau gerakan-gerakan otot. 2. Lahir mati (Still birth); kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. 3. Abortus; kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada 2 macam

Upload: ferry-manalu-jr

Post on 27-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Penting

TRANSCRIPT

Page 1: Demografi

Pendahluan

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang

nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini

menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan

potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.

Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang

lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk

sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan

reproduksi manusia.

KONSEP-KONSEP

1. Lahir hidup (live birth); menurut UN & WHO, adalah suatu kelahiran

seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan,

dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misalnya : bernafas,

ada denyut jantungnya atau denyut tali pusar atau gerakan-gerakan otot.

2. Lahir mati (Still birth); kelahiran seorang bayi dari kandungan yang

berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda

kehidupan.

3. Abortus; kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang

dari 28 minggu. Ada 2 macam abortus : disengaja (induced) dan tidak

disengaja (spontaneous).

4. Masa Reproduksi (Childbearing age) masa dimana wanita mampu

melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).

Sumber Data

1. Registrasi

Data yang tersedia : Statistik kelahiran (birth statistic)

Kelemahan-kelemahannya :

a. Ketetapan definisi yang dipakai dan aplikasinya.

Page 2: Demografi

b. Kelengkapan (Completeness) registrasi.

c. Ketepatan alokasi tempat.

d. Ketepatan alokasi waktu.

e. Ketepatan pengelompokan kelahiran berdasarkan karakteristik

ekonimi/demografi.

Untuk negara maju, kelemahan-kelemahan a,b dan d sebagian besar sudah

teratasi. Sedangkan di Negara yang sedang berkembang ke-5 macam

kelemahan tersebut masih terasa. Yang paling menonjol adalah kelemahan b,

yaitu kelengkapan registrasi.

Hal ini disebabkan :

Penduduk (baik yang mempunyai anak maupun petugas registrasi)

tidak menyadari pentingnya registrasi kelahiran.

Penduduk tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan-

pertanyaan seperti : tanggal kelahiran anaknya, umur ibunya, dan

sebaliknya.

2. Sensus

Data yang tersedia :

a. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

b. Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup.

c. Jumlah anak yang dilahirkan dalam satu periode yang lalu (mis :

1 tahun yang lalu )

d. Data penduduk yang berhubungan dengan variable fertilitas

(misalnya penduduk usia kawin).

Kelemahan-kelemahannya :

a. Keterangan jumlah anak yang pernah dilahirkan sangat tergantung

pada daya ingat siibu. Semakin tua siibu semakin besar kemungkinan

melupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Hal ini mungkin

Page 3: Demografi

disebabkan karena anaknya sudah menikah, meninggal atau tinggal

bersama salah satu keluarganya di tempat lain.

b. Keterangan mengenai banyaknya anak yang lahir setahun yang lalu

tergantung pada ketepatan dalam memperkirakan jangka waktu atu

tahun sebalum sensus. Perkiraan jangka waktu ini bias terlalu panjang

atau sebaliknya terlalu pendek.

c. Keterangan-keterangan penduduk yan dikaitkan dengan variable

fertilitas juga menanggung kesalahan pelaporan umur oleh penduduk,

dan biasanya sering terjadi di Negara yang sedang berkembang.

3. Survey

Data yang tersedia :

Sama dengan data yang tersedia dari sensus, dari a sampai dengan d.

e. keterangan tambahan mengenai fertilitas yang lebih rinci, misal :

o Riwayat kelahiran (birth history/pregnancy history) mulai dari

anak pertama sampai anak terakhir.

o Status kelahiran (pregnancy status).

Kelemahan yang di temiu di sensus juga berlaku didalam survey karena

kedua jenis sumber data tersebut berdasarkan informasi mengenai kejadian

kelahiran (birth event) yang sudah lampau.

Data fertilitas yang bersifat nasional :

1. sensus penduduk 1961, BPS.

2. Susenas (survey social ekonomi nasional) tahap III, 1967, BPS.

3. sensus penduduk 1971, BPS.

4. survey fertilitas dan mortalitan Indonesia 1973, LD FEUI.

5. Supas (survey penduduk antar sensus) tahan II dan III, 1976, BPS.

6. Susenas, 1979, BPS.

7. Sensus penduduk, 1980, BPS.

Persoalan-persoalan dalam pengukuran fertilitas :

Page 4: Demografi

Seperti halnya angka mortalitas, angka fertilitaspun diukur

berdasarkan pembagian jumlah kejadian (event) dengan penduduk yang

menanggung resiko melahirkan (exposed to risk). Walaupun demikian ada

beberapa persoalan yang dihadapai dalam hal pengukuran fertilitas yang

tidak dijumpai dalam pengukuran mortalitas.

a. Suatu angka (rate) menunjukkan ukuran untuk suatu jangka waktu.

Angka fertilitas menunjukkan dua pilihan jangka waktu. Pertama

untuk jangka waktu pendek, biasanya 1 tahun. Sedangkan pilihan

kedua adalah jumla kelahiran selama masa reproduksi.

b. Suatu kelahiran melibatkan kedua orang tuanya, sehingga

memungkinkan timbulnya keinginan untuk mengukur fertilitas

berdasarkan sifat-sifat ibu, ayah atau kedua orang tuanya. Namun

informasi yang dikumpulkan, biasanya hanya yang berhubungan

denga si ibu. Sehingga dengan sendirinya pengukuran fertilitas

hanya berdasarkan sifat-sifat ibunya saja. Walaupun demikian cara

yang digunakan untuk pengukuran fertilitas terhadap wanita seperti

yang telah disebutkan, sebenarnya dapat juga dipakai untuk

mengukur fertilitas dari pria.

c. Penentuan penduduk yang exposed to risk di dalam pengukuran

fertilitas sangat sukar. Tidak semua orang mempunyai risiko

melahirkan. Walaupun yang maih kanak-kanak dan yang tua bisa

dengan mudah dipisahkan, akan tetapi tidak semua wanita yang

berumur antara kedua kelompok tersebut menanggung resiko

melahirkan.

d. Sangat sukar membedakan live birth (lahir hidup) dan still birth

(lahir mati).

e. Melahirkan lebih dari satu kali adalah hal yang bisa terjadi pada

seorang istri. Oleh karena itu ada unsure “pilihan” (choice) antara

melahirkan lagi atau tidak. Pilihan ini teergantung pada beberapa

hal seperti pendidikan, jumlah anak yang telah mereka miliki, dan

lain-lain.

Page 5: Demografi

Ukuran Dasar

Ada dua macam pendekatan :

1. Yearly performance.

2. Reprodictive history.

Ad. 1. Yearly performance (current fertility)

Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai

kelompok penduduk utuk janka waktu satu tahun. Ini yang disebut current

fertility.

a. Crude Birth Rate (CBR) atau Angka Kelahiran Kasar

b. General Fertility Rate (GFR) atau Angka Kelahiran Umum

c. Age Specipic Fertility Rate (ASFR) atau Angka Kelahiran Menurut

Kelompok Umur

d. Total fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total

Ad. 2. Reproductive History (commulative fertility)

e. Jumlah anak yang pernah dilahirkan (children ever born-CEB)

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran ekelompok atau beberapa

kelompok wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas.

Catatab :

Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan untuk kelompok wanita

berumur 45-49 disebut completed family size.

Kebaikannya :

o Mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey).

o Tidak ada referensi waktu.

Kelemahannya :

o Angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan

karena kesalahan pelaporan umur penduduk, terutama di Negara

yang sedang berkembang.

Page 6: Demografi

o Ada kecendrungan semakin tua semakin besar kemungkinannya

melupaka jumlah anak yang dilahirkan.

o Fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan

wanita yang masih hidup.

Disamping itu ukuran-ukuran tersebut ada ukuran lain :

f. Child Women Ratio (CWR)

CRW adalah hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak di bawah 5

tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi.

H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas

1. Menurut Kingsley Davis & Judith Blake

Tiga tahap penting proses reproduksi adalah :

a. Tahap hubungan kelamin (intercourse).

b. Tahap konsepsi (conception).

c. Tahap kehamilan (gestation).

Factor-faktor social, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan

melalui factor-faktor yang langsung ada kaitannya dengan ketiga tahan

reproduksi diatas. Factor-faktor yang langsung mempunyai kaitan dengan

ketiga tahap disebut “VARIABLE ANTARA”.

Variable antara terdiri atas :

a. Enam (6) intercourse variable yaitu factor yang mempengaruhi

hubingan kelamin (intercourse), yaitu :

1. umur memulai kehamilan.

2. selibat permanent : proporsi wanita yang tidak pernah

mengadakan hubingan kelamin.

Page 7: Demografi

3. lamanya berstatus kawin.

4. abstinensi sukarela.

5. abstinensi terpaksa (mis : sakit, berpisah sementara).

6. frekuensi senggama.

b. Tiga (3) Conseption variables yaitu factor-faktor yang memepengaruhi

kemungkinan terjadinya konsepsi (conception).

1. fekunditas atau infekunditas yang disebabkan oleh hal-hal yang

tidak disengaja.

2. pemakaian kontrasepsi.

3. fekunditas atau infenkunditas yang disebabkan hal-hal yang

disengaja (misalnya : sterilisasi)

c. Dua (2) Gestation Variable yaitu factor-faktor yang mempengaruhi

kehamilan.

1. mortalitas janin karena hal-hal yang tidak disengaja.

2. mortalitas janin karena hal-hal yang dissengaja.

2. Menurut Ronald Freedman

Intermadiated variable sangat erat hubungannya dengan norma-norma

social/masyarakat. Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh

norma yang ada.

3.Menurut H. Leibenstein

Anak dilihat dari 2 segi yaitu segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost).

Kegunaannya ialah memberi kepuasan, dapat memberikan balasan jasa ekonomi

atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat

menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk

membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi oaring tua akan berubah. Orang tua

menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik.

Sedangkan kegunaannya menurun sebab walaupun anak masih memberi kepuasan

akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tak

Page 8: Demografi

tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar dari

kegunaannya. Hal ini menyebabkan demand terhadap anak menurun atau dengan

kata lain fertilitas menurun.

4. Menurut Gary Becker

Ia menganggap anak sebagai barang konsumsi tahan lama (durable goods). Orang

tua mempunyai pilihan antara kuantitas atau kualitas anak. Kualitas diartikan

pengeluaran (biaya) rata-rata untuk anak oleh suatu keluarga yang didasarkan atas

dua asumsi :

a. Selera orang tua tidak beruhah.

b. Harga anak dan barang-barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi

keputusan rumah tangga untuk berkomunikasi.

I. Studi Perbedaan Fertilitas di Indonesia

Dari hasil studi yang pernah dilakukan ternyata pengaruh beberapa factor penentu

fertilitas tidak seperti yang di temukan dalam generalisasi yang telah ada.

Beberapa factor penentu tersebur antara lain :

1. Tempat Tinggal Wanita Pada Saat Pencacahan

Pengamatan terhadap perbedaan fertilitas menurut tempat tinggal (kota-pedesaan),

menunjukkan bahwa fertilitas di daerah kota sedikit lebih tinggi dari pada di

pedesaan. Hal ini tidak sama dengan yang sering diharapkan oleh para peneliti

bahwa penduduk kota akan mempunyai tingkat fertilita yang lebih rendah

dibandingkan dengan tingkat fertilitas yang bertempat tinggal di desa.

Gavin Jones et. al., memberi ulasan mengenai tingginya tingkat fertilita di kota

mungkin disebabkan oleh tingkatnya tingkat memory lapse wanita pedesaan di

bandingkan wanita yang tinggal di daerah kota.

Harijati Hatmadji et. al., sebaliknya mempunyai pendapat bahwa fertilitas di jawa-

pedesaan memang sedikit lebuh tinggi dari pada di jawa-kota.

Page 9: Demografi

Mengingat perbedaannya hanya sedikit, ini mungkin disebabkan oleh konsep

urban/rural yang dipakai. Konsep tersebut lebih menekankan pada fasilitas fisik di

suatu daerah daripada cara hidup penduduk yang tinggal di daerah tersebut.

2. Tingkat Pendidikan

Pengaruh pendidikan terhadap fertilitas tidak tepat seperti yang diperkirakan,

yaitu makin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh wanita, maka rendah

fertilitasnya. Studi berdasarkan sensus penduduk 1971 menunjukkan gejala

hubungan antara fertilitas dan pendidikan yang ditamatkan yang berbentuk U

terbalik dimana pada tingkat pendidikan rendah hingga SLP hubungannya positif

kemudian sesudah itu hubungannya menjadi negative. Hull menambahkan bahwa

tingkat pendidikan di mana fertilitas mulai menunjukkan keturunan berada

diantara desa dan kota. Pola yang sama dilaporkan pula oleh Harijati Hatmaji et.

al., dalam studynya dengan menggunakan data hasil survey penduduk antara

sensus tahap kedua. Dalam studynya ia menggolongkan tingkat pendidikan

menjadi 9 kategori, mulai dari tidak sekolah hingga tamat akademi/universitas.

Kesimpulan yang di tarik Kasto agak berbeda, dimana dilaporkan adanya

hubungan negative antara variable pendidikan dan rata-rata jumlah anak yang

dilahirkan. Bondan Supraptilah et. al., dengan menggunakan data survei fertilitas

mortalitas Indonesia melaporkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dan

fertilitas berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Misalnya : di pedesaan di jawa

barat dan Sulawesi dan pedesaan di Jawa Tengah. Sedangkan untuk daerah lain

hubungannya cendrung berbentuk posited. Hull dari studynya di dessa

Maguwoharjo menyimpulkan adanya gejala hubungan yang positif antara

beberapa indicator social ekonomi termaksud tingkat pendidikan yang ditamatkan.

3. Umur Perkawinan Pertama

Sejalan dengan pemikiran bahwa makin mudah seseorang melakukan perkawinan

makin panjang masa reproduksinya, maka dapat diharapkan makin muda

seseorang melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak yang

dilahirkan, jadi hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas negative.

Page 10: Demografi

Hipotesis ini mendapat dukungan penelitian-penelitian dalam penemuan atas

study-studynya.

4.Pengalaman Bekerja

Ukuran yang dipakai untuk factor pengalaman bekerja berbed-beda, misalnya :

jenis pekerjaan, lapanyan pekerjaan, status pekerjaan, kegiatan yang biasanya

dilakukan (usual activity)

Cho et. al., dalam studynya berdasarkan hasil sensus penduduk 1971, melaporkan

bahwa TFR petani lebih rendah jika dibandingkan dengan TFR pekerja-pekerja

professional, ahli-ahli kepemimpinan dan manajemen serta pekerja administrasi.

Selanjutnya ia melaporkan bahwa TFR petani lebih besar dari pada TFR pekerja

penjual, jasa-jasa, dan produksi.

Iskandar dengan studynya berdasarkan sensus penduduk 1971 serta Harijati

Hatmadji et. al., dengan memakai data supas II melaporkan bahwa wanita yang

mengurus rumah tangga saja cendrung memiliki anak yang lebih banyak

sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak yang lebih sedikit.

Penggolongan yang mereka lakukan atas kegiatan yang biasanya dilakukan adalah

: wanita yang bekerja, mencari pekerjaan dan mengurus rumah tangga.

Selanjutnya Harijati Hatmadji menambahkan bahwa perbedaan jumlah anak yang

dilahirkan antara wanita yang bekerja dan yang mengurus rumah tangga lebih

besar di kota daripada di pedesaan.