democratic governance -...

74
Democratic Governance Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat Mengawal Perkembangan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Supporting Islamic Leadership in Indonesia (SILE) Seri Publikasi Kemitraan Universitas–Masyarakat Local Leadership for Development Penulis: Sri Mastuti Edisi 2016

Upload: duongkhuong

Post on 09-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 1

Democratic GovernancePegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat

Mengawal Perkembangan

Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Kementerian Agama Republik Indonesiabekerja sama dengan

Supporting Islamic Leadership in Indonesia (SILE)

Seri PublikasiKemitraan Universitas–Masyarakat

Local Leadership for Development

Penulis:Sri Mastuti

Edisi 2016

Page 2: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan
Page 3: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

iii

Democratic GovernancePegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat

Mengawal Perkembangan

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAMKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

DIDUKUNG SUPPORTING ISLAMIC LEADERSHIP IN INDONESIA (SILE)

Page 4: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governanceiv

Mengawal Perkembangan Democratic GovernancePegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat

Penulis: Sri Mastuti

ISBN: 978-979-8442-55-1

Penerbit:Direktorat Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama Republik IndonesiaJl. Lapangan Banteng No. 4-5, Jakarta PusatEmail: [email protected] Cetakan 1: Juni 2016

Publikasi ini dapat diunduh dari laman Pusat Data Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Masyarakat, Kementerian Agama: http://litapdimas.kemenag.go.id/home

Buku ini dapat diperbanyak sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pendidikan dan non komersial lainnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan penerbit awal.

Page 5: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat v

Kementerian Agama Republik Indonesia

Kata Pengantar

Buku Mengawal Perkembangan Democratic Governance Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat berhasil diterbitkan. Buku ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan Proyek SILE/LLD.

Kami menyambut baik buku ini untuk melengkapi Seri Publikasi Kemitraan Universitas-Masyarakat yang telah diterbitkan sebelumnya. Buku ini bermanfaat bagi perguruan tinggi, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil maupun masyarakat luas yang dapat digunakan dalam memperkenalkan tentang tata kelola demokratis.

Penerapan prinsip-prinsip tata kelola demokratis pada masyarakat Indonesia yang sangat beragam merupakan salah satu solusi untuk membangun toleransi, kedamaian, dan pemerintahan yang efektif, dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Perbedaan tidak lagi dipandang secara negatif melainkan dianggap sebagai aset atau potensi untuk mengoptimalkan upaya mewujudkan cita-cita para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Oleh karenanya, sekali lagi kami menyambut baik kehadiran buku Mengawal Perkembangan Democratic Governance: Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat ini. Secara khusus, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kanada yang

Page 6: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governancevi

telah membantu Kementerian Agama dalam mengenalkan pendekatan Kemitraan Universitas-Masyarakat (KUM) yang merupakan model baru dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui Proyek Supporting Islamic Leadership in Indonesia /Local Leadership for Development bekerjasama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia, dan universitas mitra: UIN Alauddin Makassar dan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kepada para pembaca, selamat menikmati karya ini. Dengan niat tulus, kami persembahkan buku ini untuk masyarakat Indonesia.

Direktur Pendidikan Tinggi

Prof. Dr. H. Amsal Bakhtiar, MA

Page 7: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat vii

Penulis

Kata Pengantar

Di era kecenderungan global, administrasi pemerintahan mengarah ke collaborative governance, prinsip-prinsip democratic governance menjadi kewajiban bagi setiap pemangku kepentingan untuk diimplementasikan. Dalam collaborative governance pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sipil saling bekerjasama dan berkolaborasi untuk mencapai outcome yang menguntungkan semua pihak. Namun sayangnya democratic governance selama ini kalah populer dibandingkan dengan good governance. Banyak pihak yang baru mendengarkan atau ada juga yang menyamakan makna democratic governance dan good governance. Padahal meski keduanya saling melengkapi tetapi terdapat perbedaan yang cukup signifikan.

Buku ini dibuat agar dapat menjadi pegangan bagi para praktisi. Khususnya diperuntukkan bagi mereka yang aktif terlibat dalam pemberdayaan masyarakat maupun kemitraan universitas-masyarakat (KUM). KUM merupakan salah satu bentuk kemitraan yang dibangun dalam kerangka pelaksanaan fungsi Tri Dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) secara terintegrasi. Kemitraan ini dibangun atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan. Kesetaraan, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip-prinsip yang dikedepankan. Kesepakatan saling bekerjasama ini kemudian diperkuat oleh perjanjian formal yang saling menguntungkan bagi para pihak yang bermitra. Di sini para pihak yang bersepakat bekerjasama tetap

Page 8: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governanceviii

memiliki independensi pada organisasinya masing-masing. Namun mereka memiliki tim khusus atau kelompok kerja yang menjadi wahana untuk mengimplementasikan hal-hal yang telah dituangkan dalam perjanjian formal. Dengan demikian para pihak tersebut dapat menggunakannya dalam bekerja bersama dan mendorong tercapainya tata kelola demokratis di masyarakat.

Buku ini dapat digunakan para praktisi sebagai pegangan baik bagi rekan-rekan di perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil maupun organisasi rakyat. Di dalamnya diuraikan tentang konsep, prinsip-prinsip dan tujuan dari tata kelola demokratis. Selain itu juga contoh-contoh praktis bagaimana democratic governance dipromosikan dan kemudian diterapkan oleh masyarakat di tingkat komunitas. Contoh-contoh tersebut diperoleh berdasarkan hasil pembelajaran yang didapat dari program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh UIN Alauddin Makassar dan UIN Sunan Ampel Surabaya bersama para mitranya dari OMS dan masyarakat.

Posisi buku ini merupakan pelengkap dari Seri Publikasi Kemitraan Universitas-Masyarakat yang telah mulai diterbitkan oleh Kementerian Agama beserta kedua mitra proyek, yaitu UINAM dan UINSA sejak tahun 2014. Diantaranya Perencanaan Strategis untuk Kemitraan Universitas-Masyarakat, Panduan Pelatihan Peningkatan Kapasitas untuk Pemimpin Lokal dalam Mengembangkan Forum Publik yang Efektif, dan Dakwah Inklusif: Pendidikan Mubalig untuk Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan untuk mengisi kekosongan referensi dalam bahasa Indonesia tentang democratic governance.

Page 9: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat ix

Pada kesempatan ini penulis secara khusus ingin mengucapkan terimakasih kepada Kementerian Agama khususnya Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS), UIN Alauddin dan UIN Sunan Ampel, tim advisor SILE dan rekan-rekan OMS yang terlibat dalam KUM. Kemudian terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Amsal Bakhtiar MA yang telah bersedia memberi pengantar buku ini. Terimakasih juga kepada Ibu Lina Kalfayan, Ph.D., yang telah mendukung penulisan dan penerbitan buku ini. Terimakasih dan apresiasi penulis sampaikan kepada Bapak Tim Babcock, Ph.D., sebagai Project Director dan Knowledge Management Adivisor SILE yang telah dengan teliti membaca dan memberikan masukan terhadap tulisan ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA, yang telah menjadi rekan diskusi penulis pada awal membangun kerangka pikir tentang posisi democratic governance dalam lingkup KUM.

Jakarta, Juni 2016Penulis

Page 10: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governancex

Daftar Isi

Kata Pengantar Kementerian Agama Republik Indonesia v

Kata Pengantar Penulis vii

Daftar Isi x

Daftar Singkatan xii

Daftar Gambar xiv

Daftar Box xiv

BAB1

Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang Pentingnya Democratic Governance 2

1.2 Tujuan Democratic Governance 4

1.3 Penanggungjawab Pelaksanaan Democratic Governance 5

1.4 Waktu dan Lokus Pelaksanaan Democratic Governance 8

BAB2

Konsep dan Indikator Democratic Governance 9

2.1 Clean Government, Good Governance, dan Democratic Governance 10

2.2 Prinsip–Prinsip Democratic Governance 15

2.3 Indikator Democratic Governance 21

2.4 Isu-Isu Democratic Governance 23

BAB3

Kemitraan Universitas –Masyarakat Mendorong Democratic Governance 29

3.1 Pendekatan Pelaksanaan Democratic Governance 30

Page 11: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat xi

3.2 Membangun Kemitraan Antar Masyarakat Sipil 31

3.3 Bekerja Bersama Mengidentifikasikan Isu-Isu Democratic Governance 33

3.4 Membentuk dan Memperkuat Kelompok Inti di Masyarakat 34

3.5 Memetakan Kekuatan dan Aset Masyarakat serta Menyepakati Rencana Aksi 35

3.6 Memobilisasi Kekuatan dan Aset untuk Merespon Isu Democratic Governance 37

BAB4

Pengalaman Praktis Pemberdayaan Masyarakat melalui KUM untuk Mendorong Democratic Governance 40

4.1 Menyebarkan Perdamaian Melalui Peace Education: Pengalaman Komunitas Lette, Mariso, Makassar 41

4.2 Mempraktikkan Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif: Pengalaman Pengerasan Jalan Dusun Borongbulo, Paranglompoa, Bontolempangan, Gowa

44

4.3 Civic Report Card untuk Perbaikan Kualitas Layanan Kesehatan: Pengalaman Masyarakat Cambayya, Ujung Tanah, Makassar

47

4.4 Pemulihan Sosial Pascabencana: Pengalaman Masyarakat Gedang, Porong, Sidoardjo 51

4.5 Mempraktikkan Democratic Governance Melalui Koperasi Simpan Pinjam Majelis Ta’lim Desa Senganten, Gondang, Bojonegoro

53

Daftar Pustaka 56

Page 12: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governancexii

Daftar Singkatan

ABCD Asset-based Community-driven Development

AI Appreciative Inquiry

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BPD Badan Perwakilan Desa

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CBR Community Based Research

DPD Dewan Perwakilan Daerah

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

DUHAM Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

FITRA Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran

FLA Forum Lintas Agama

FPMP Forum Pemerhati Masalah Perempuan

FPPM Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat

HAM Hak Asasi Manusia

IMF International Monetary Fund

Komnas Perempuan

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

KOPEL Komite Pemantau Legislatif

LAPAR Lembaga Pendidikan dan Advokasi Anak Rakyat

LGBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender

LLD Local Leadership for Development

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

Page 13: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat xiii

Musrenbang Musyawarah Perencanaan Pembangunan

MPM Muhammadiyah

Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah

MPR RI Majelis Pemusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

NCCE National Center for Civic Education (UINSA)

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

OMS Organisasi Masyarakat Sipil

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

Perda Peraturan Daerah

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu

RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional

NSijar Simpul Jaringan

SILE Supporting Islamic Leadership in Indonesia

SL Service Learning

UINAM Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

UINSA Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

UNDP United Nations Development Program

UUD Undang-Undang Dasar

WB World Bank

Page 14: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governancexiv

Daftar Gambar

Daftar Box

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Relasi Clean Government, Good Governance, dan Democratic Governance 20

Gambar 3.1 Bagan Alur Proses KUM Mendorong Democratic Governance 39

Gambar 4.1 Dua liputan berita kegiatan di Kelurahan Lette 42Gambar 4.2 Komunikasi warga Lette terkait permasalahan yang

terjadi di wilayahnya 43

Gambar 4.3 Proses pengerjaan pengerasan jalan 46Gambar 4.4 Jalan yang sudah mengalami pengerasan 46Gambar 4.5 Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Pattingalloang yang Kualitas Pelayanan Publiknya disurvey oleh Masyarakat Kelurahan Cambayya

49

Gambar 4.6 Simulasi Pengisian Kuesioner oleh Peserta, tanggal 9 Agustus 2015 50

Gambar 4.7 Latihan Pengumpulan oleh Peserta (Aplikasi Materi) tanggal 9 Agustus 2015 50

Gambar 4.8 Masyarakat desa Gedang sedang membicarakan masalah yang dihadapi 52

Gambar 4.9 Pertemuan informal dalam forum pengajian warga Desa Senganten, Bojonegoro 54

Gambar 4.10 Audiensi warga dengan Kepala Desa Senganten 55

Box 1 Karakteristik Good Governance Menurut UNDP 13Box 2 Karakteristik Good Governance Menurut Ambar

Teguh Sulistyani 14

Box 3 Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia 16

Box 4 Dampak Konflik Terhadap Organisasi 25

Page 15: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Bab IPendahuluan

Page 16: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance2

1.1. Latar Belakang Pentingnya Democratic Governance

Demokrasi saat ini menjadi sebuah standar dalam legitimasi fundamental dan politik dari keberadaan sebuah negara. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu demos yang berarti “rakyat” dan kratos yang berarti “kekuasaan”. Demokrasi berarti kekuasaan rakyat atau dengan kata lain merupakan sebuah bentuk pemerintahan dimana rakyatlah yang menjadi pemegang kekuasaa tertinggi.1 Demokrasi memiliki beberapa karakteristik utama2, yaitu:

1. Pemerintah yang berkuasa merupakan hasil pemilihan dari semua warga negara dewasa yang dilakukan secara bebas dan jujur.

2. Dalam demokrasi keputusan diambil oleh mayoritas dan harus diterima oleh semua, tetapi pandangan atau pun pendapat dari minoritas tetap dihargai dan dilindungi.

3. Pemerintah baik pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun desa harus menjaga jalannya demokrasi, harus dapat diakses dan responsif kepada rakyat.

4. Fungsi utama dari demokrasi adalah untuk melindungi Hak Asasi Manuasia (HAM). Hak kebebasan untuk berbicara dan beragama; hak untuk memperoleh kesetaraan perlindungan di bawah hukum; dan kesempatan untuk berorganisasi dan berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan politik, ekonomi, dan budaya masyarakat.

5. Demokrasi melaksanakan pemilihan umum (Pemilu) bebas dan adil. Pemilu dilaksanakan secara berkala. Setiap warga negara yang usianya telah memenuhi berhak untuk memilih.

6. Warga negara dalam demokrasi tidak saja memiliki hak tetapi juga kewajiban. Salah satunya berkewajiban berpartisipasi dalam sistem politik. Hal ini sebagai konsekuensi dari haknya untuk memperoleh perlindungan dan kemerdekaan dari negara.

1 Held, David, Models of Democracy (second edition), Stanford, California: Stanford University Press, 1996, hal. 1 2 Okiror, George, Concepts and Principles of Democratic Governance and Accountability, Kampala, Uganda: Konrad-Adenauer Stiftung, 2011, hal. 3

Page 17: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 3

7. Masyarakat yang demokratis memiliki komitmen terhadap nilai-nilai toleransi, bekerjasama dan kompromi dalam arti yang positif.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara demokrasi dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia. NKRI menjadi negara demokrasi dengan penduduk terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat.3 Negara yang memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 ini sejak berdiri telah menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi. Hal ini terefleksi dari tujuan bangsa Indonesia mendirikan NKRI sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat. Tujuan NKRI ada empat yaitu: Pertama, Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Kedua, memajukan kesejahetaraan umum. Ketiga, mencerdaskan kehidupan bangsa. Keempat, ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Tata kelola demokrasi berupaya memastikan bagaimana prinsip dan cita-cita dari negara demokrasi dapat diterapkan dan dicapai. Tata kelola demokratis merupakan konsep yang melekat pada seluruh pihak, mulai dari individu warga negara, organisasi, pemerintah, dunia usaha, media, maupun pihak donor. Democratic governance menjadi tanggung jawab semua pihak dan sangat tepat digunakan oleh para praktisi pemberdayaan masyarakat dan kemitraan universitas dan masyarakat. Hal ini didasarkan pada semangat prinsip-prinsip democratic governance hanya dapat dilaksanakan dengan partisipasi semua pihak. Dengan demikian cita-cita negara demokratis Republik Indonesia dapat tercapai. Jargon bahwa Indonesia sebagai negara demokratis terbesar ketiga di dunia memang terefleksi pada kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai demokratis diimplementasikan dengan baik.

3 Tempo Interaktif, “Indonesia Negara Demokrasi Terbesar Ketiga di Dunia”, Jakarta, 2 Desember 2011

Page 18: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance4

1.2. Tujuan Democratic Governance

Democratic governance secara sederhana dapat diartikan sebagai proses atau cara untuk mencapai konsensus. Lebih lanjut tentang konsep atau definisi democratic governance dapat dilihat pada point 2.1. di bab II. Setidaknya terdapat beberapa tujuan dari penerapan nilai-nilai tata kelola demokratis, diantaranya seperti yang tertera di bawah ini:

1. Menciptakan kehidupan bersama yang damai dan harmonis. Ketertiban dunia dan perdamaian abadi yang menjadi cita-cita NKRI tidak akan tercapai tanpa peran serta seluruh elemen warga negara. Oleh karenanya nilai-nilai tata kelola demokratis harus diterapkan oleh semua warga negara. Hal ini penting dalam rangka mewujudkan kehidupan yang damai dan harmonis.

2. Mewujudkan masyarakat yang setara dan inklusif. Salah satu prinsip dari demokrasi adalah non diskriminasi. Oleh karenanya, setiap warga negara diberikan kedudukan yang setara di dalam hukum dan pemerintahan. Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam menjalankan keyakinannya masing-masing. Mereka juga memiliki hak tanpa kecuali untuk memperoleh pendidikan dan membela negara.

3. Menjadikan warga negara aktif dalam pembangunan. Dalam negara demokrasi keberadaan warga negara tidak saja terkait dengan hak. Warga negara juga bertanggung jawab untuk mewujudkan cita-cita negara.

4. Mengurangi kesenjangan sosial. Dengan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial maka kesenjangan sosial dapat diatasi. Pada akhirnya akan tercapainya tujuan negara.

Page 19: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 5

1.3. Penanggungjawab Pelaksanaan Democratic Governance

Democratic governance merupakan tanggung jawab dari semua institusi maupun aktor yang ada dalam sebuah negara. Mereka ada dalam pemerintahan seperti eksekutif, legislatif dan yudikatif, maupun non pemerintahan seperti partai politik, masyarakat sipil dan warga negara.4 Selain itu untuk institusi dan aktor non pemerintahan perlu ditambahkan lembaga negara independen, dunia usaha, dan juga lembaga donor. Institusi maupun aktor di eksekutif meliputi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan, dan pemerintah desa maupun kelurahan. Di sini tentu di dalamnya termasuk para pegawai negeri atau pun birokrat maupun kepala negara dan kepala daerah terpilih. Institusi legislatif mencakup MPR RI, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan BPD di tingkat desa. Institusi yudikatif meliputi para penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah Agung, dan sebagainya.

Partai politik sebagai institusi non pemerintah yang menjadi kawah candradimuka bagi para politisi juga wajib melaksanakan democratic governance; demikian juga dengan KPK, Ombudsman dan lembaga-lembaga sejenis lainnya, serta perusahaan dan perbankan yang masuk dalam kategori dunia usaha. Masyarakat sipil seperti organisasi masyarakat sipil (OMS), civitas akademika dari Perguruan Tinggi, media massa, dan komunitas sebagai warga negara juga bertanggung jawab untuk melaksanakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai democratic governance. Peran perguruan tinggi keagamaan dan organisasi keagamaan dalam menyebarluaskan prinsip-prinsip dan nilai-nilai democratic governance sangatlah penting. Tantangannya perlu dicari formula yang tepat dalam mendorong para pemangku peran agar memiliki kesadaran dan melakukan tindakan aksi untuk penerapannya. Di sini para pemangku peran harus melihat aset dan potensi yang dimilikinya. Misalnya saja organisasi masyarakat berbasis keagamaan

4 Op.cit, hal. 7-9.

Page 20: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance6

yang memiliki sejumlah majelis ta’lim dan memiliki banyak mubalig. Di sini mereka bisa menggunakannya sebagai wahana untuk melakukan civic education tentang democratic governance melalui dakwah inklusif. Dakwah yang dilakukan tentu tidak saja melalui ceramah atau dakwah lisan tetapi juga harus didukung oleh dakwah bil haq atau dakwah dengan tindakan, maupun dakwah melalui pemikiran dan tulisan. Pada prinsipnya prinsip dan nilai democratic governance terus disuarakan dan diterapkan.

Institusi dan aktor eksekutif bertanggung jawab menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai tata kelola demokratis dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Democratic governance diterapkan dalam penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan publik, dalam pengelolaan sumber daya alam dan keuangan publik. Di samping itu juga dalam melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi pembangunan. Sementara legislatif bertanggung jawab untuk memastikan penerapan tata kelola demokratis tatkala menjalankan fungsi legislasi, penganggaran/budgeting dan pengawasan. Sedangkan yudikatif bertanggung jawab menempatkan dan memperlakukan semua orang khususnya yang tersangkut kasus hukum untuk diperlakukan secara sejajar, diproses secara transparan, adil, akuntabel dan bersih. Di sini law enforcement (penegakan hukum) harus dilakukan termasuk untuk para pelaku korupsi yang berasal dari unsur eksekutif maupun legislatif.

Dunia usaha juga memiliki peran besar dalam upaya melaksanakan democratic governance dengan tidak melakukan suap dalam tender dan juga tidak melakukan mark up maupun korupsi dalam melaksanakan proyek-proyeknya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana dunia usaha bisa melibatkan stakeholders. Karyawan perusahaan dan konsumen dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Partai politik bertanggung jawab untuk mempersiapkan kader-kadernya dengan kapabilitas dan integritas yang baik sebab merekalah yang akan menjadi pemimpin di eksekutif dan legislatif. Tata kelola demokratis sangat penting untuk diterapkan oleh partai termasuk dalam mendukung suksesnya Pemilu yang bersih, jujur dan adil. Sedangkan media masa atau pers dapat berkontribusi dengan menjadi watchdog atau melakukan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan pemerintahan dan perilaku para aktor baik dari

Page 21: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 7

eksekutif, legislatif, yudikatif, dunia usaha, partai politik dan sebagainya. Di sini media juga dapat mempromosikan nilai-nilai democratic governance melalui berita, opini, dan sebagainya.

Perguruan Tinggi beserta seluruh civitas akademikanya bertanggung jawab dalam penerapan democratic governance dalam tata kelola di internal kampus maupun dalam mendorong terwujudnya democratic governance di masyarakat. Dalam tata kelola kampus, perguruan tinggi hendaknya dapat melakukannya secara transparan, akuntabel, partisipatif, responsif, mengakomodir orang yang berkebutuhan khusus, mendukung kesetaraan gender dan penyandang disabilitas. Bersamaan dengan itu juga menanamkan toleransi terhadap perbedaan, mengelola konflik dengan mengedepankan dialog dan cara-cara damai, serta memberi kesempatan yang setara kepada semua elemen tanpa memandang klan dan kelompok. Kemudian untuk mendorong tata kelola demokratis di masyarakat perguruan tinggi dapat menggunakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) sebagai “kendaraan”.

Model Kemitraan Universitas-Masyarakat dapat menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam memperkenalkan dan mendorong penerapan tata kelola demokratis. Misalnya melalui pengajaran dapat dikembangkan Service Learning (SL), suatu teknik pembelajaran yang “disenyawakan” dengan pengabdian. Penerapan pada dharma penelitian dapat dilakukan melalui Community Based Research (CBR). Dalam CBR, masyarakat tidak saja menjadi obyek yang akan diteliti tetapi sekaligus menjadi subyek yang menentukan topik, ruang lingkup, metodologi, analisis serta pemanfaatan dari hasil penelitian tersebut. Di sini masyarakat juga merupakan peneliti. Pengabdian masyarakat dapat melakukan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan pendekatan Asset Based Community Driven (ABCD).5

5 Jika tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang ABCD, Service Learning, dan CBR dapat membaca Seri Publikasi Kemitraan Universitas-Masyarakat dari Kemenag, seperti: Panduan KKN ABCD (UINSA); Pengantar Service Learning, dan Community Based Research: Sebuah Pengantar (UINSA), serta yang akan terbit setelah ini Tata Kelola Pemberdayaan Masyarakat dengan Pendekatan ABCD. Menurut rencana semua terbitan dari Seri Publikasi KUM ini sudah atau akan dapat diunduh dari http://litapdimas.kemenag.go.id/home.

Page 22: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance8

Organisasi Masyarakat Sipil memiliki tanggung jawab besar dalam menerapkan, mempromosikan, dan menjadi kelompok watchdog terhadap pelaksanaan tata kelola demokratis. OMS dapat melakukan ini melalui civic education yang dilakukan kepada para warga yang menjadi kelompok dampingannya. Dapat juga dilakukan melalui advokasi kebijakan yang ditujukan kepada eksekutif, legislatif, yudikatif maupun dunia usaha. Selain itu melalui penelitian yang dilakukannya juga dapat memotret penerapan democratic governance dan dapat menjadi isu yang menjadi fokus advokasi. OMS juga dapat mempromosikan tata kelola demokratis dalam berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat maupun kemitraan yang dijalin dengan berbagai pihak termasuk perguruan tinggi. Perlu dicatat bahwa masih ada LSM dan OMS yang tidak atau kurang menerapkan prinsip-prinsip tata kelola demokratis dalam kerja-kerja maupun dalam pengelolaan internal lembaga tersebut.

1.4. Waktu dan Lokus Pelaksanaan Democratic Governance

Democratic governance semestinya diterapkan kapan pun dan dimana pun. Jadi tidak ada waktu dan tempat khusus kapan dan dimana democratic governance harus dilaksanakan. Namun setidaknya democratic governance harus dilaksanakan ketika proses pengambilan keputusan dan manajemen konflik. Proses pengambilan keputusan harus memberikan kesempatan kepada semua stakeholder untuk menyampaikan pendapat dan memberikan masukan secara setara baik dari kelompok mainstream maupun mereka yang termarjinalkan dan minoritas. Dan masukan itu harus diperhatikan dan dimanfaatkan secara transparan – bukan sebagai formalitas saja. Jika harus dilakukan melalui pemilihan atau voting maka proses ini harus dilakukan secara jujur dan adil tanpa ada paksaan dan diskriminasi. Sementara dalam manajemen konflik perlu dipastikan bahwa cara-cara kekerasan tidak ditempuh, tetapi lebih mengedepankan perdamaian, toleransi dan menghargai Hak Asasi Manusia (HAM).

Page 23: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 9

Bab IIKonsep dan Indikator

Democratic Governance

Page 24: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance10

2.1. Clean Government, Good Governance, dan Democratic Governance

Dalam menjalankan mandat negara dan dalam rangka mencapai tujuan negara dibentuklah government (baca: pemerintah). Government merupakan sekelompok orang yang bertanggungjawab untuk mengendalikan dan memimpin sebuah negara.6 Government (pemerintah) merupakan institusi yang berperan mengatur, memerintah, dan memastikan terciptanya ketertiban umum dalam rangka mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.

Pemerintah memiliki hak ekslusif untuk mengatur permasalahan publik, dimana peran serta masyarakat sangat tergantung pada sejauh mana negara mengijinkan. Persoalannya peran dan tanggung jawab pemerintah dalam tataran praksis banyak yang tidak dapat dijalankan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kapabilitas dan integritas dari pemerintah dalam mengelola roda pemerintahan. Kekurangmampuan dalam menjalin komunikasi politik dengan media dan lembaga negara lainnya maupun ketidakmampuan dalam membangun kemitraan dengan parlemen akan menjadi hambatan dalam menjalankan tugas pemerintah. Misalnya pemerintah akan kesulitan dalam memperoleh persetujuan parlemen dalam memperoleh pengesahan RAPBN/RAPBD menjadi APBN/APBD. Hal ini tentu akan berdampak pada pelaksanaan rencana pembangunan. Rendahnya integritas terjadi karena praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah. Oleh karenanya untuk menjamin agar pemerintah dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, maka perlu dibangun clean government.

Clean government dapat diartikan sebagai pemerintahan yang bersih, yaitu bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme serta permasalahan-permasalahan yang lain terkait dengan pemerintahan. Pemerintah yang bersih adalah

6 Patrick Phillips et al. (editors), Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford: Oxford University Press, 2010, hal. 672

Page 25: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 11

pemerintah yang diisi oleh aparatur yang jujur, yang bekerja sesuai tugas yang diembannya, tidak bersedia menerima sogokan, tidak memperlambat atau mempercepat sebuah pekerjaan karena adanya keuntungan pribadi.7

Pemerintah dalam menjalankan tugasnya maka dihadapkan pada governance. Konsep dari governance merupakan sebuah pola yang lebih pluralistik daripada pemerintah. Governance kurang fokus pada institusi negara, namun lebih fokus pada proses dan interaksi yang mengikat negara dan masyarakat sipil.8 Governance tidak saja menyangkut bagaimana pemerintah melaksanakan mandatnya tetapi juga harus dipastikan dalam menjalankan mandat tersebut melibatkan para pemangku kepentingan di luar pemerintah dengan baik. Governance merupakan proses dan cara yang dilakukan oleh para aktor untuk mengelola organisasi (negara, pemerintah, perguruan tinggi, perusahaan, organisasi masyarakat sipil, kelompok kerja maupun komunitas) untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Para aktor dalam governance adalah negara, pemerintah, DPRD, OMS, perusahaan, pihak swasta, pers, akademisi, warga (komunitas). Peran pemerintah dalam governance tidak hanya menggunakan kekuasaan politiknya saja tetapi juga untuk berinteraksi secara efektif dengan sektor swasta dan masyarakat sipil dalam rangka menjacapai tujuan dan cita-cita publik.9

Semangat ini kemudian melahirkan apa yang sering disebut dengan good governance (tata kelola lembaga, organisasi atau kehidupan publik yang baik). Good governance atau tata kelola yang baik merupakan nilai-nilai untuk mengatur pola hubungan antara para aktor dalam governance (pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil). Jadi governance tidak selalu terkait dengan government, karena tata kelola yang baik itu perlu

7 Dadang Solihin, “Clean Government dan Good Government Policy, Konsep, dan Implementasi,” 2008, lihat dalam www.dadangsolihin.com 8 Mark Bevir, Democratic Governance, Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 2010, hal. 3. 9 Dennis A. Rondinelli, “Government Serving People: The Changing Roles of Public Administration in Democratic Governance” dalam Public Administration and Democratic Governance: Governments Serving Citizens, New York, NY: United Nations Publication, 2006, hal. 6-7

Page 26: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance12

dilaksanakan baik oleh institusi pemerintah, perguruan tinggi, maupun perusahaan. Menurut United Nations Development Programme (UNDP), nilai-nilai yang menjadi ciri good governance adalah transparansi, partisipasi, responsifitas, akuntabilitas, penegakan hukum, kesetaraan, efektifitas, efisiensi, berorientasi pada konsensus, dan visi strategis.10 Sementara Bank Dunia menawarkan setidaknya terdapat tiga indikator untuk mengukur good governance sebagaimana yang dikutip oleh Agustiono dan Ambar TS dalam buku “Memahami Good Governance”. Adapun ketiga indikator tersebut adalah: “(1) bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan di dalam manajemen sumber daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan, dan (3) kemampuan pemerintah untuk mendisain, menformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi-fungsinya.”11

Namun indikator good governance yang digunakan dalam buku ini adalah indikator yang ditawarkan oleh Ambar TS dan kawan-kawan. Menurut Ambar, indikator good governance adalah: 1) partisipasi, 2) efisiensi, 3) efektivitas, 4) transparansi, 5) responsivitas, 6) akuntabilitas, 7) penegakan hukum, dan 8) keadilan.12 Sebenarnya diantara ketiga tawaran indikator tersebut tidak ada yang saling bertentangan satu sama lain. Bahkan jika dibandingkan dengan tawaran indikator yang dikembangkan oleh UNDP perbedaannya hanya ada pada indikator visi strategis dan keadilan. Keadilan dimaknai bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pelayanan dari negara tanpa diskriminasi. Alasan dipilihnya indikator Ambar dan kawan-kawan ini karena lebih membumi dan sesuai dengan konteks Indonesia.

10 Ibid, hal. 7 11 Sulistiono, Agus dan Ambar TS, “Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Pemerintah Dalam Birokrasi Publik di Indonesia”, dalam Sulistyani, Ambar Teguh, editor, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Yogyakarta: Gava Media, 2011, hal. 24 12 Ibid, hal. 24.

Page 27: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 13

• Partisipasi: Semua laki-laki dan perempuan hendaknya terlibat dalam pengambilan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui institusi penghubung yang

memiliki legitimasi mewakili kepentingan mereka. Seperti partisipasi luas dalam

membangun kebebasan untuk berasosiasi dan berbicara, dan juga kapasitas untuk

berpartisipasi secara konstruktif.

• Penegakan hukum: Kerangka legal harus adil, khususnya hukum tentang hak asasi

manusia.

• Transparansi: Transparansi dibangun pada arus kebebasan informasi. Proses,

institusi dan informasi secara langsung dapat diakses oleh para pihak yang

berkepentingan dengan itu, dan tersedia cukup informasi untuk memahami dan

memonitornya.

• Responsif: Institusi dan proses yang dilakukan berupaya untuk melayani kebutuhan

semua pihak (laki-laki, perempuan, anak, manula, kelompok disabilitas, dan

sebagainya).

• Kesetaraan (Equity): Semua laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang

setara untuk meningkatan atau mempertahankan kesejahteraannya.

• Efektifitas dan efisiensi: Proses dan hasil yang dicapai oleh institusi untuk menjawab

kebutuhan ketika berbuat yang terbaik dalam menggunakan sumber daya. Efektif

berarti tercapainya tujuan yang diharapkan. Sedangkan efisiensi: tercapainya

tujuan yang ditetapkan dengan penggunaan sumber daya seminimal mungkin.

• Akuntabilitas: Para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan

organisasi masyarakat sipil akuntabel kepada publik, dan juga pemangku

kepentingan dari masing-masing institusi. Akuntabilitas ini harus dilakukan baik

secara internal maupun eksternal dari organisasi.

• Visi strategis: Para pemimpin dan publik memiliki sebuah perspektif yang

luas dan jangka panjang tentang good governance dan pembangunan

manusia, bergantung pada kompleksitas sejarah, budaya dan sosial dimana

perspektif itu diterapkan. Oleh karenanya dalam membangun visi strategis

hendaknya merupakan hasil dialog dari semua kompleksitas tersebut.

Sumber: United Nations Development Programme, “Governance for Sustainable Human Development,” New York: UNDP, 1997, dalam Dennis A. Rondinelli, “Government Serving People: The Changing Roles of Public Administration in Democratic Governance” dalam Public Administration and Democratic Governance: Governments Serving Citizens, New York, United States of America: United Nations Publication, 2006, hal. 7-8

Karakteristik Good Governance Menurut UNDBox 1

Page 28: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance14

Terdapat beberapa indikator atau cara yang ditawarkan untuk menilai good governance, yakni: 1) partisipasi, 2) efisiensi, 3) efektivitas, 4) transparansi, 5) responsivitas, 6) akuntabilitas, 7) penegakan hukum, dan 8) keadilan.

• Partisipasi ditandai dengan apakah pengambilan keputusan guna merespon masalah publik dilakukan secara partisipatif, melibatkan stakeholders atau secara elitis dan otoritarian.

• Efisiensi ditandai apakah pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya dan apakah pemerintah (state) dan pasar bekerja secara efisien. Tidak ada kebocoran dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah.

• Efektifitas ditandai dengan apakah pemerintah melaksanakan kebijakan dan program secara efektif, dalam pengertian ketepatan waktu, biaya, dan alokasi SDM. Apakah tujuan dan sasaran bisa tercapai, bagaimana tingkat keberhasilan program atau proyek dan realisasi outputnya.

• Transparansi ditandai oleh apakah kebijakan, regulasi, program, anggaran dan kegiatan pemerintah terbuka pada publik, seberapa besar upaya yang dilakukan untuk membuat publik memahami apa yang diputuskan dan dilakukan oleh pemerintah.

• Responsivitas ditandai dengan apakah kebijakan, program dan tindakan pemerintah menjawab kebutuhan dan kepentingan publik, seberapa banyak anggaran dialokasikan dan bagaimana keluhan atau kepuasan yang datang dari masyarakat.

• Akuntabilitas ditandai dengan bagaimana tingkat pertanggungjawaban pemerintah dalam menjalankan tugas, apakah ada praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

• Penegakan hukum ditandai oleh jumlah kasus pelanggaran hukum, apakah penyelesaian kasus pelanggaran diselesaikan menurut hukum, dan bagaimana tingkat pertanggungjawaban pemerintah dalam menjalankan tugas, apakah ada praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

• Keadilan ditandai dengan ada tidaknya kesamaan antara semua warga negara, antara penduduk asli dengan pendatang, antara laki-laki dan perempuan, antara kelas atas-menengah dan bawah untuk mendapatkan hak yang sama sebagai warga.

Sumber: Sulistiono, Agus dan Ambar TS “Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Pemerintah Dalam Birokrasi Publik Di Indonesia” dalam Sulistiani, Ambar Teguh, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, (cetakan pertama edisi revisi), Yogyakarta: Gava Media, 2011, hal. 24

Karakteristik Good Governance Menurut Ambar Teguh SulistyaniBox 2

Page 29: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 15

Tata kelola yang baik kerap diasosiasikan hanya harus diterapkan oleh pemerintah saja, padahal tercapainya tujuan negara tentu tidak menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Padahal tata kelola yang baik juga harus diterapkan pada semua organisasi termasuk Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, belakangan muncul istilah democratic governance (tata kelola demokratis). Menurut Cheema, democratic governance merupakan serangkaian proses yang harus dilalui oleh masyarakat sipil untuk mencapai konsensus dan implementasi dari regulasi, kebijakan-kebijakan, dan struktur sosial dalam rangka mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan lingkungan. Kebijakan dan hukum dilaksanakan oleh banyak institusi: legislatif, partai politik, dan masyarakat sipil. Dalam konteks ini democratic governance membawa pertanyaan yaitu bagaimana sebuah masyarakat mengorganisir dirinya sendiri untuk menjamin kesetaraan kesempatan, keadilan ekonomi dan keadilan sosial untuk semua warga negara?13 Buku pegangan ini mendefinisikan democratic governance sebagai serangkaian cara dan proses untuk mencapai tujuan atau cita-cita bersama dengan didasarkan pada prinsip menghargai martabat kemanusiaan (HAM, hak warga negara), kesetaraan dan non diskriminasi (termasuk kesetaraan gender), tanpa kekerasan (non-violence), menegakkan toleransi, dan menegakkan keadilan.

2.2. Prinsip-Prinsip Democratic Governance

Pemerintah, parlemen, masyarakat sipil, dan dunia usaha wajib menerapkan prinsip-prinsip democratic governance dalam kehidupannya sehari-hari. Adapun prinsip utama dari democratic governance adalah sebagai berikut:

13 G. Shabbir Cheema, “Democratic Governance: Theory and Practice in Developing Countries” sebagaimana dikutip oleh Winantuning Tyastiti Swasanany dalam ringkasan disertasinya “Proses Formulasi Kebijakan Pembentukan Daerah Otonom Baru di Indonesia: Perspektif Democratic Governance”, Jakarta: Universitas Indonesia, 2012, hal. 11

Page 30: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance16

1. Penghargaan terhadap martabat kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia. Kedua hal ini harus dihargai dan wajib dilaksanakan oleh setiap institusi dan aktor baik dari kalangan pemerintahan (baca: eksekutif, legislatif dan yudikatif) maupun non pemerintahan (partai politik, dunia usaha, masyarakat sipil). Hak asasi manusia merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia sejak kelahirannya dan berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Setiap warga negara yang baik wajib menjunjung tinggi HAM tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Pengaturan umum tentang HAM telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948, yang dikenal sebagai Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan diatur dalam 30 pasal. Adapun detail tentang apa saja ruang lingkup HAM dapat dilihat dalam Box 3 berikut ini.

1. Hak asasi pribadi/Personal Rights• Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat• Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat• Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan• Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan

kepercayaan yang diyakini masing-masing2. Hak asasi politik/Political Rights

• Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan• Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan• Hak membuat dan mendirikan partai politik dan organisasi politik lainnya• Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak asasi hukum/Legal Equality Rights• Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan• Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil • Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

4. Hak asasi ekonomi/Property Rights• Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli• Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak• Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll• Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu• Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak asasi peradilan/Procedural Rights• Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan• Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan

dan penyelidikan di mata hukum.

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia DuniaBox 3

Page 31: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 17

6. Hak asasi sosial budaya/Sociocultural Rights• Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan• Hak mendapatkan pengajaran• Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

Sumber: http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR_Translations/inz.pdf dan http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-macam-dan-jenis-hak-asasi-manusia-ham-yang-berlaku-umum-global-pelajaran-ilmu-ppkn-pmp-indonesia.html

Hal ini dicapai melalui kebebasan menyampaikan pendapat, membuka ruang partisipasi publik dalam mengambil keputusan-keputusan penting mengenai pemanfaatan sumberdaya (termasuk pelayanan pemerintah), berasosiasi, berpikir dan kebebasan beragama dan memperoleh kehidupan yang bertanggungjawab dengan mengefektifkan berbagai jenis forum publik (seperti Musrenbang, Majelis Ta’lim, Rembuk Warga, dan sebagainya) yang ada.

2. Kesetaraan dan non diskriminasi. Kesetaraan di sini berarti setiap warga negara (baca: orang) memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk merealisasikan kapasitasnya tanpa ada pembedaan. Perbedaan ras, suku, jenis kelamin dan orientasi seksual atau Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT), latar belakang pendidikan, dan sebagainya tidak boleh menyebabkan terjadinya pembedaan hak dan kesempatan bagi warga negara. Prinsip kesetaraan dan non diskriminasi dapat dicapai dengan memastikan adanya keterbukaan dan kesamaan kesempatan setiap warga negara untuk memperoleh akses, partisipasi, dan kontrol terhadap pengambilan keputusan dan keterjangkauan manfaat melalui civic education (pendidikan kewargaan). Dalam tataran praksis pemerintah harus membuka ruang partisipatif serta menegakkan transparansi dan akuntabilitas.

Page 32: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance18

3. Anti kekerasan. Prinsip ketiga dari democratic governance ini bermakna bahwa setiap warga negara maupun institusi pemerintah dan non pemerintah wajib mendorong, mempromosikan, memelihara dan menciptakan perdamaian. Oleh karenanya setiap masalah yang ada termasuk jika terjadi konflik maka harus diselesaikan dengan cara-cara damai seperti melalui dialog, negosiasi, mandatori, dan sebagainya. Penggunaan kekerasan yang destruktif harus dihindari. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya pencegahan konflik melalui peace education, maupun upaya kuratif manajemen konflik dan resolusi konflik.

4. Toleransi. Prinsip toleransi bermakna menghargai perbedaan sebagai sebuah keragaman dan aset kekayaan sosial. Dengan demikian sebuah kelompok tidak akan memaksakan kehendaknya kepada kelompok lainnya. Prinsip toleransi dapat dipromosikan atau pun dikembangkan dengan pendidikan inklusif, multikultural, pluralitas, pengarusutamaan gender dan inklusi sosial.14 Pada akhirnya akan mewujudkan masyarakat toleran terhadap perbedaan dan keberagaman.

5. Kemitraan.Prinsip kemitraan berarti dalam mencapai sebuah tujuan atau cita-cita bersama harus dilakukan dengan saling bekerjasama antara individu dan atau kelompok dengan semangat saling menguntungkan dan bertanggung jawab.15 Dalam pelaksanaannya kemitraan dapat berjalan dengan baik jika masing-masing pihak mengedapankan prinsip saling percaya, saling memahami, saling menghargai, perlakuan yang setara, keterbukaan, semua pihak bertanggung jawab, dan semua pihak memperoleh manfaat yang sama.

14 Lebih lanjut tentang inklusi sosial dapat dilihat dalam Mastuti, Sri dan Tike, Arifuddin (penyunting), Dakwah Inklusif: Pendidikan Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia d, 2015. http://litapdimas.kemenag.go.id/home. 15 Mengacu pada arti kata kemitraan berdasarkan American Heritage Dictionary, 1992, sebagaimana yang dikutip oleh Shelagh Savage, Coady International Institute, Kanada, dalam presentasinya di Kementerian Agama tentang Partnership, Jakarta, January 2016.

Page 33: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 19

Dari uraian tentang prinsip democratic governance ditemukan bahwa terdapat irisan antara prinsip good governance dan democratic governance. Penerapan prinsip-prinsip good governance menjadi salah satu proses yang dilalui agar democratic governance dapat terwujud. Misalnya dalam konteks mengimplementasikan prinsip kesetaraan maka prinsip-prinsip good governance seperti transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan responsif tentu harus diterapkan dan terimplementasi dalam tindakan. Oleh karenanya terkadang sering terjadi kerancuan penggunaan terminologi dimana democratic governance sering dipertukarkan penggunaannya dengan good governance atau pun sebaliknya. Padahal keduanya memiliki akar yang berbeda. Kalau democratic governance berakar pada teori demokrasi sedangkan good governance pertama kali didiskusikan sehubungan dengan pembangunan ekonomi. Good governance merupakan salah satu kriteria yang ditetapkan oleh International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) dalam memberikan pinjaman kepada suatu negara. Hal ini disebabkan menurut para ekonom, reformasi ekonomi hanya akan dapat terjadi secara efisien dan efektif jika dalam institusi politik diterapkan good governance.16 Namun dalam tataran praktis keduanya harus digunakan untuk mencapai tujuan negara seperti yang telah dicita-citakan oleh para pendiri NKRI.

Jika digambarkan kerangka konseptual relasi antara clean government, good governance, dan democratic governance dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

Page 34: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance20

Gambar di atas menunjukkan bahwa clean government dan good governance merupakan bagian dari democratic governance. Clean government memastikan bahwa pemerintah harus bersih tidak korupsi, tidak nepotis dan tidak tirani. Pemerintah yang bersih ini merupakan elemen penting untuk memastikan adanya komitmen melaksanakan good governance dan pada akhirnya akan terimplementasikannya democratic governance. Prinsip-prinsip good governance seperti transparansi, penegakan hukum, partisipasi, akuntabilitas, responsivitas, kesetaraan dan keadilan adalah hal yang perlu dilaksanakan oleh pemerintahan yang bersih atau pun institusi lain termasuk universitas maupun pemerintahan desa. Good governance penting untuk mewujudkan tata kelola yang efektif dan efisien. Good governance memiliki arti yang sangat signifikan dalam mendorong terwujudnya democratic governance khususnya dalam proses implementasi

15

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual Relasi

Clean Government, Good Governance, dan Democratic Governance

Sumber: Diolah penulis dari berbagai referensi dan refleksi terhadap pengalaman praksis

Gambar di atas menunjukkan bahwa clean government dan good governance

merupakan bagian dari democratic governance. Clean government memastikan bahwa

pemerintah harus bersih tidak korupsi, tidak nepotis dan tidak tirani. Pemerintah yang bersih

ini merupakan elemen penting untuk memastikan adanya komitmen melaksanakan good

governance dan pada akhirnya akan terimplementasikannya democratic governance. Prinsip-

prinsip good governance seperti transparansi, penegakan hukum, partisipasi, akuntabilitas,

responsivitas, kesetaraan dan keadilan adalah hal yang perlu dilaksanakan oleh pemerintahan

yang bersih atau pun institusi lain termasuk universitas maupun pemerintahan desa. Good

governance penting untuk mewujudkan tata kelola yang efektif dan efisien. Good governance

memiliki arti yang sangat signifikan dalam mendorong terwujudnya democratic governance

khususnya dalam proses implementasi prinsip–prinsip democratic governance. Prinsip–

prinsip seperti penghargaan martabat kemanusiaan dan HAM, kesetaraan, toleransi, anti

kekerasan, dan kemitraan tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya good

1. Penghargaan Martabat Kemanusiaan dan HAM

2. Kesetaraan 3. Toleransi 4. Anti Kekerasan 5. Kemitraan

Hidup berdampingan secara damai dan harmonis

Masyarakat yang setara dan inklusif

Warga Negara yang aktif

Masyarakat yang toleran

1. Transparansi 2. Penegakan hukum 3. Partisipasi 4. Akuntabilitas 5. Responsivitas 6. Kesetaraan 7. Keadilan

Efisiensi Efektivitas

Tidak ada korupsi Tidak ada

nepotisme Tidak ada tirani

Democratic Governance

Good Governance

Clean Government

Gambar 2.1.Kerangka Konseptual Relasi

Clean Government, Good Governance, dan Democratic Governance

Sumber: Diolah penulis dari berbagai referensi dan refleksi terhadap pengalaman praksis

Page 35: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 21

prinsip–prinsip democratic governance. Prinsip–prinsip seperti penghargaan martabat kemanusiaan dan HAM, kesetaraan, toleransi, anti kekerasan, dan kemitraan tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya good governance. Apabila prinsip–prinsip democratic governance telah diterapkan maka akan terwujud masyarakat yang hidup berdampingan secara damai dan harmonis; masyarakat yang setara dan inklusif; masyarakat yang aktif; dan masyarakat yang toleran.

2.3. Indikator Democratic Governance

Democratic governance dapat dikatakan berhasil jika telah terdapat parameter sebagai berikut: 1. Hidup berdampingan secara damai dan harmonis

Ciri-ciri masyarakat yang telah hidup berdampingan secara damai dan harmonis adalah sebagai berikut: • Tidak ada lagi penggunaan kekerasan dalam masyarakat17

• Segala bentuk konflik diselesaikan dengan cara-cara damai • Hubungan antara warga maupun antara pemangku peran lainnya

berjalan baik dan dilandasi oleh rasa saling percaya dan saling pengertian

• Komunikasi antaraparatur pemerintah maupun antarwarga berjalan efektif

• Aparatur pemerintah memberi akses yang luas kepada warga. Akses untuk memperoleh informasi, berpartisipasi dalam menyampaikan ide dan pendapatnya, maupun turut serta dalam proses pengambilan kebijakan.

17 “Damai berarti tidak ada kekerasan dalam masyarakat, baik internal dan eksternal, langsung maupun tidak langsung....” Lihat Brock – Utne, 1985, p. 2 sebagaimana dikutip oleh St. Clair, Maureen, Community Based Conflict Transformation and Peacebuilding, Antigonish, Kanada: Coady International Institute, St. Francis Xavier University, 2012, hal. 24.

Page 36: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance22

2. Masyarakat yang setara dan inklusif Ciri-ciri masyarakat setara dan inklusif adalah sebagai berikut: • Setiap warga diperlakukan secara setara tanpa membeda-bedakan

latar belakang pendidikan, etnis, status ekonomi maupun keyakinan • Masyarakat yang warganya bersifat terbuka dan ramah • Masyarakat yang warganya saling percaya dan saling menghargai

3. Warga negara yang aktif Ciri-ciri bahwa indikator warga negara yang aktif telah tercapai adalah sebagai berikut: • Warga yang mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara • Warga negara yang berpartisipasi dalam musyawarah pembangunan

dan menyampaikan aspirasinya • Warga negara yang berkontribusi dalam proses pembangunan• Warga negara yang kreatif dan gemar melakukan inovasi yang

bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya • Warga negara yang mandiri dan tidak selalu bergantung kepada

bantuan pemerintah

4. Masyarakat yang toleran Masyarakat yang toleran tercapai ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: • Menghargai adanya perbedaan keyakinan, status sosial, etnis dan

sebagainya • Tidak melakukan pembedaan tindakan kepada warga lainnya hanya

karena memiliki perbedaan dari masyarakat secara umum • Warga yang gemar menolong satu sama lainnya • Tidak memaksakan kehendak dan keyakinan kepada pihak lainnya

5. Kerjasama dan jejaring yang baik antara multistakeholders Ciri-ciri tercapainya indikator kerjasama dan jejaring yang baik antara multistakeholders adalah sebagai berikut: • Posisi masing-masing pihak dalam kemitraan yang terjalin bersifat

setara • Kemitraan yang terjalin saling menguntungkan bagi kedua belah pihak • Tujuan bersama tercapai dengan usaha yang efisien

Page 37: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 23

• Masing-masing pihak merasakan ownership yang tinggi terhadap sebuah inisiatif/program.

2.4. Isu-Isu Democratic Governance

Dalam kehidupan sehari-hari implementasi democratic governance sering terkait dengan isu perencanaan dan penganggaran terutama dalam mendorong terlaksananya perencanaan dan penganggaran partisipatif. Selain itu juga bagaimana merespon atau menghapuskan segala bentuk diskriminasi, mengelola konflik, meniadakan kesenjangan akses terhadap pelayanan publik yang berkualitas, dan menumbuhkembangkan kesadaran warga untuk menjalankan perannya sebagai warga negara yang baik.

1. Perencanaan dan Penganggaran Salah satu isu yang cukup krusial dalam pembangunan adalah sering terjadi tidak adanya konektivitas antara kebutuhan masyarakat dengan program yang dialokasikan untuk pembangunan. Hal ini terjadi karena dalam proses perencanaan dan penganggaran tidak dilakukan secara partisipatif dan lebih banyak didasarkan atas pendekatan “masalah dan kebutuhan” ketimbang pendekatan pengembangan aset yang ada (ABCD). Proses perencanaan dan penganggaran yang tertutup juga rawan terhadap korupsi. Oleh karena itu buku ini mengangkat perencanaan dan penganggaran partisipatif sebagai salah satu fokus dalam democratic governance. Perencanaan dan penganggaran partisipatif merupakan sebuah program inovasi dalam proses pembuatan kebijakan, dimana warga negara secara langsung terlibat dalam proses pengambilan keputusan melalui forum publik untuk perencanaan (misalnya rembuk warga, Musyawarah Perencanaan Pembangunan, dan sebagainya). Forum ini dilaksanakan sehingga warga negara memiliki kesempatan menyampaikan pendapatnya untuk membantu negara dalam mengalokasikan sumber daya, menentukan prioritas

18 Wampler, Brian, A Guide to Participatory Budgeting, 2000, hal. 2 . Tulisan ini dapat diakses melalui website https://www.commdev.org/files/1613_file_GPB.Pdf. Versi bahasa Indonesianya diberi judul Sebuah Panduan Penganggaran Partisipatif dan dapat dilihat pada www.internationalbudget.org/themes/PB/GuidePB IndonesiaPdf.

Page 38: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance24

kebijakan sosial yang berdampak luas, dan melakukan monitoring belanja anggaran pemerintah.18 Dengan dilaksanakannya perencanaan dan penganggaran partisipatif19 maka wahana ini akan menjadi arena untuk mempromosikan pembelajaran publik dan mempromosikan active citizenship, mengupayakan tercapainya keadilan sosial melalui perbaikan kebijakan dan alokasi sumberdaya, serta reformasi birokrasi.

2. Diskriminasi sosial Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskriminasi berarti pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya).20 DUHAM yang dideklarasikan tahun 1948 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan juga UUD 1945 telah dengan tegas menentang segala bentuk diskriminasi. Namun dalam praktiknya diskrimasi masih terjadi baik dalam hal akses, partisipasi, kontrol maupun penerimaan manfaat pembangunan. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip democratic governance yang ingin mempromosikan kesetaraan dan antidiskriminasi. Oleh karena itu setiap institusi dan aktor dalam democratic governance wajib menghilangkan segala bentuk diskriminasi.

3. Konflik dengan kekerasan Konflik biasanya terjadi jika terdapat perbedaan kepentingan yang tidak mungkin disatukan antara dua atau lebih individu, kelompok, organisasi maupun negara. Konflik biasanya merupakan refleksi dari ketidakpuasan terhadap proses, kebijakan maupun kualiatas pelayanan. Konflik pasti akan terjadi dan sebenarnya juga dibutuhkan dalam perjalanan dan

19 Beberapa referensi terkait perencanaan dan penganggaran partisipatif diantaranya “Participatory Planning and Budgeting at the Sub-national Level”, New York: United Nations, 2005. Buku ini dapat diakses pada https://publicadministration.un.org/publications/content/Pdf. Kemudian terkait dengan pengalaman dan tantangan dalam mempraktikkan perencanaan dan penganggaran partisipatif dapat dilihat di Herzberg, Casten, Participatory Budgeting in Asia and Europe: Key Challenges of Participation, London: Palgrave MacMillan, 2013. Lihat di www.palgrave.com/la/book/9781137009142. Lihat juga Luwihno, Slamet (editor), Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif untuk Good Governance, Bandung: Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), 2006. 20 http://kbbi.web.id/diskriminasi

Page 39: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 25

Dampak Konflik Terhadap OrganisasiBox 4

perkembangan suatu masyarakat. Konflik yang konstruktif dalam sebuah organisasi terkadang memang diciptakan dalam rangka meningkatkan kinerja. Di masyarakat konflik tercipta dalam sebuah masyarakat yang sedang berubah karena merupakan wahana bagi lahirnya transformasi sosial.

Dalam upaya mendorong terwujudnya masyarakat demokratis konflik yang dihindari adalah konflik yang destruktif dan mempergunakan kekerasan atau konflik yang bersifat negatif. Perlu dipahami bahwa konflik dapat berdampak positif tetapi juga dapat berdampak negatif. Lebih lanjut tentang dampak konflik dapat dilihat dalam box berikut.

Dampak Positif Dampak Negatif

Mendorong terjadinya perubahan perilaku

Instabilitas

Melahirkan kesadaran individu Menimbulkan rasa tidak nyaman

Menciptakan peluang untuk membangun hubungan yang damai

Melahirkan masalah emosional

Mendorong lahirnya kreativitas dan inovasi

Miskinnya kesehatan mental

Mendorong proses pengambilan keputusan yang konstruktif

Stres, frustasi, dan depresi

Mendorong memperkuat hubungan yang telah terjalin

Kehilangan kepercayaan, takut, marah, dan merasa tidak aman

Membantu menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi antara para pihak yang berkonflik

Mendorong munculnya tingkah laku yang temperamental

Mendorong terjadinya komunikasi yang lebih efektif antara para pihak yang menjadi pemangku kepentingan

Merusak perdamaian, membatasi kerjasama, dan mendorong lahirnya sikap terlalu individualistik

Sumber: St. Clair, Maureen, Community Based Conflict Transformation and Peacebuilding, Antigonish, Kanada: Coady International Institute, St. Francis Xavier University, 2012, hal. 43

Page 40: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance26

4. Kesenjangan akses terhadap layanan publik yang berkualiatas Secara de jure, negara dan pemerintah Indonesia memberikan akses yang sama kepada seluruh warga negara tanpa ada pengecualian untuk memperoleh pelayanan publik yang baik. Meski di lain sisi terutama setelah otonomi daerah diberlakukan, tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa Peraturan Daerah (Perda) yang bias.21 Namun dalam praktiknya kesenjangan akses antara warga negara tetap terjadi. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kapasitas, perbedaan daya jangkau, perbedaan geografis, stereotype yang dipengaruhi budaya dan latar belakang sejarah, dan perbedaan kemampuan ekonomi. Keadaan ini terus berlanjut dan ada juga yang menguat karena kebijakan publik yang ada masih netral bahkan bias. Padahal salah satu fungsi dari pemerintah adalah menyediakan layanan publik. Oleh karenanya sudah semestinya kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah haruslah responsif pada kondisi ril dan kebutuhan masyarakat. Maksudnya jika ada kelompok masyarakat yang perlu memperoleh afirmasi, pemerintah seharusnya dapat melakukan ini melalui kebijakan publik yang dilahirkannya. Hal ini mengingat hakekat dari kebijakan publik itu sendiri merupakan apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, mengapa pemerintah melakukan ini dan perubahan apa yang ingin dilakukan.22

21 Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan), pada tahun 2015, terdapat 365 Perda yang diskriminatif terhadap perempuan. Perda diskriminatif banyak ditemukan di daerah Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan mayoritas wilayah Sulawesi. Perda tersebut diantaranya mengatur mengenai cara berpakaian, jam pulang (“pemberlakuan jam malam”), dan cara duduk di sepeda motor”. Lihat “Komnas Perempuan Minta Presiden Jokowi Hapus 365 Perda Diskriminatif”, Jakarta, Kompas.com, Jum’at 20 Maret 2015, 11.58 WIB. 22 Dye, Thomas R, Understanding Public Policy, New Jersey: Prentice Hall, 2002, hal. 1. 23 Akil Muktar, Herman Kajang, dan Irvan Mulyadi, Panduan Pelatihan Indeks Pengaduan Masyarakat, Jakarta: UINAM-KOPEL dan Kemenag, 2016.

Page 41: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 27

Setiap warga negara seharusnya memiliki hak yang sama untuk memperoleh pelayanan publik yang baik, menyuarakan keluhannya terhadap kualitas pelayanan publik, dan mendapat respon dalam bentuk perbaikan kualitas layanan.23

5. Kesadaran warga untuk menjalankan perannya sebagai warga negara yang aktif Cita-cita luhur NKRI untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur tentu tidak akan dapat tercapai tanpa bantuan, dukungan dan kerjasama dari seluruh elemen pendukung negara. Tercapai tidaknya tujuan negara tidak hanya bergantung kepada pemerintah semata tetapi juga bergantung kepada dunia usaha dan masyarakat sipil, terutama warga negaranya. Peran serta aktif dari warga negara sangatlah penting dalam mensukseskan pembangunan. Di sini warga negara diharapkan tidak saja sadar akan haknya tetapi juga mengetahui dan menunaikan tanggung jawabnya sebagai warga negara.

Peran civic education sangatlah penting dalam rangka membangun kesadaran tersebut, baik secara formal maupun informal. Civic education (Pendidikan Kewargaan) merupakan sebuah pendidikan yang bertujuan mempersiapkan warga negara untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik dari sebuah negara demokrasi sehingga dapat menggunakan hak dan kewajibannya dengan tepat,24 untuk menggunakan hak-haknya dan untuk menjalankan tanggungjawabnya dengan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan.

24 Branson, Margaret S. (1998). The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network, Washington, DC: Center for Civic Education. Lihat http://www.civiced.org/articles_role.html. Lihat juga Purwanti, Enny, et al., Pendidikan Kewargaan Berbasis Masyarakat, Surabaya: NCCE dan UINSA, 2016

Page 42: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance28

Model civic education melalui pendidikan formal biasanya dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum pendidikan secara nasional. Hal ini dilakukan di berbagai negara yang telah maju dalam berdemokrasi seperti di Amerika Serikat dan juga di Indonesia. Titik tekannya lebih pada bagaimana warga negara dapat berperan dalam pengembangan demokrasi. Sedangkan model civic education non formal biasanya diorientasikan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam urusan publik.25 Civic education model ini biasanya dilakukan secara informal oleh organisasi masyarakat sipil kepada komunitas dampingannya. Namun baik civic education formal maupun non formal, keduanya sangat strategis digunakan sebagai media membangun kesadaran warga negara untuk menjadi warga negara yang baik dan aktif.

25 Mastuti, Sri, ”Democratic Governance, Civic Education dan Peran OMS”, presentasi dalam Workshop Civic Education, Makassar, October 2012.

Page 43: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 29

Bab IIIKemitraan Universitas-

Masyarakat (KUM) Mendorong Democratic

Governance

Page 44: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance30

3.1 Pendekatan Pelaksanaan Democratic Governance Dalam KUM

Pengimplementasian democratic governance dalam program KUM dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan khusus dan pendekatan pengarusutamaan. Pendekatan khusus artinya democratic governance dilaksanakan dengan mendedikasikan program democratic governance secara khusus dalam KUM. Misalnya: Program Peace Building di desa mitra yang rawan konflik atau Pemberdayaan Keluarga dalam Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Dalam Program Peace Building, cukup jelas bahwa program ini ditujukan untuk mewujudkan perdamaian, dengan mengedepankan penghargaan terhadap harkat kemanusiaan, HAM, dan toleransi. Sedangkan dalam program Pemberdayaan Keluarga dalam Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan program yang mempromosikan kesetaraan, non diskriminasi, anti kekerasan dan juga mendorong kemitraan. Pendekatan pengarusutamaan, artinya democratic governance diterapkan atau diintegrasikan dalam perancangan dan pelaksanaan program KUM yang bersifat umum. Contohnya: Program Membangun Koperasi dan Program Membangun Usaha Desa Mengolah Produk Pertanian. Di sini dalam perencanaan program pendirian koperasi dan usaha pengolahan produk pertanian dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat secara setara. Setiap orang dihargai haknya untuk menyampaikan pendapat. Perbedaan pendapat yang ada ditoleransi dan pengambilan keputusan dilakukan secara damai. Kemudian koperasi dan masyarakat bermitra dalam menjalankan bisnis bersama.

Dalam mendorong pelaksanaan democratic governance tidak harus selalu menggunakan pendekatan khusus terlebih dahulu harus ditelaah potensi atau kekuatan (baca aset) yang dimiliki oleh institusi dan aktor pelaksana KUM. Hal serupa juga perlu dilakukan oleh komunitas yang menjadi mitra KUM bersama dengan aktor pelaksana KUM terhadap lokus kerjanya. Setelah itu secara partisipatif komunitas itulah yang memutuskan apa program yang akan dilakukan. Dari sini kemudian diketahui apakah program tersebut membutuhkan pendekatan khusus atau pendekatan pengarusutamaan. Apapun yang dipilih sama baiknya, yang terpenting disesuaikan dengan

Page 45: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 31

konteks lingkungan dan kebutuhan yang ada. Namun secara umum sepertinya pendekatan pengarusutamaan relatif lebih strategis digunakan untuk bekerja dengan komunitas di akar rumput. Penyebabnya pendekatan ini menggunakan sesuatu yang konkrit sebagai wahana untuk mempraktikan prinsip-prinsip democratic governance, sehingga lebih membumi.

3.2. Membangun Kemitraan Antarmasyarakat Sipil

Masyarakat sipil yang terdiri dari unsur perguruan tinggi beserta civitas akademikanya, organisasi masyarakat sipil (OMS), pers, perusahaan/bisnis sektor, dan masyarakat (komunitas warga negara) bertanggung jawab melaksanakan democratic governance. Sebagai salah satu pilar negara, masyarakat sipil juga mengemban tanggung jawab untuk mewujudkan cita-cita NKRI. Demi menjamin efisiensi dan efektifitas upayanya tersebut maka ketiga unsur dari masyarakat sipil, yaitu universitas, OMS dan masyarakat perlu menjalin kemitraan. Kemitraan di sini dimaknai sebagai sebuah sistem kerjasama antarorganisasi yang bersifat semi-otonom tetapi memelihara akuntabilitas dan saling memberi umpan balik kepada organsasi-organisasi asalnya. Maksudnya Kemitraan Universitas-Masyarakat membentuk sebuah organisasi baru yang menurut Thomas Cummings bersifat trans-organisasional sistem dan dapat dikatakan semi otonom. Namun organisasi yang semi otonom ini tetap harus akuntabel kepada masing-masing organisasi yang menjadi unsur penyusunannya yaitu universitas, OMS dan masyarakat, dan demikian pula sebaliknya.26

Sebelum ketiga unsur dari masyarakat sipil ini bersepakat bekerjasama dalam KUM maka terlebih dahulu masing-masing pihak perlu menanyakan kepada dirinya sendiri mengapa ingin bermitra dengan pemangku peran lainnya? Kemudian pertanyakan juga bagaimana memilih mitra?27 Pemililihan mitra

26 Roberts, Joan M, Alliances, Coalitions and Partnership Building Collaborative Organizations, Gabriola Island, Canada: New Society Publisher, 2004, hal. 5 27 Lihat Mastuti, Sri, Panduan Pokja, 2013. Lihat juga Seri Publikasi Kemitraan Universitas-Masyarakat tentang Model Baru Kemitraan Universitas—Masyarakat untuk Perguruan Tinggi di Indonesia yang ditulis oleh Mary Coyle.

Page 46: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance32

hendaknya didasarkan pada sejumlah kriteria dan asesmen yang dilakukan secara transparan, partisipatif, responsif dan akuntabel. Jadi keputusan untuk bermitra bukan dikarenakan kriteria subyektif suka atau tidak suka tetapi sejauh mana mitra yang dipilih untuk bekerjasama dalam tim memang memiliki kapasitas sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

Dalam proses membangun KUM perlu memastikan apa yang menjadi tujuan dari kemitraan yang akan dibangun; apa potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing pihak; apakah masing-masing pihak bersedia bekerjasama secara sukarela, apa yang menjadi peran masing-masing dalam KUM; kemudian dilakukan penandatanganan MOU antarpimpinan dari masing-masing organisasi. Sejak awal universitas/perguruan tinggi harus meletakan KUM dalam kerangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sedangkan OMS meletakkannya dalam kerangka melaksanakan core issue dari mandat organisasinya, dan masyarakat harus meletakkannya dalam kerangka membangun warga negara yang aktif. KUM dibangun dalam rangka mendorong terlaksananya democratic governance di masyarakat. Dalam KUM perlu dipastikan adanya keterbukaan, kesetaraan dan saling menguntungkan.28 KUM dapat digunakan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan ABCD, misalnya, penelitian berbasis masyarakat (Community Based Research) maupun dalam melakukan service learning, advokasi kebijakan, dan upaya untuk melakukan transformasi sosial dalam masyarakat. Apapun pilihan fokus dari KUM haruslah didasarkan atas kesepakatan bersama berdasarkan hasil analisa potensi dan kekuatan yang dimiliki masing-masing pihak.

28 Lihat SK Dirjen Pendis Nomor 4834 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengabdian Kepada Masyarakat untuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.

Page 47: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 33

3.3 Bekerja Bersama Mengidentifikasikan Isu-Isu Democratic Governance

Dalam rangka mendorong terlaksananya democratic governance di masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, maka para aktor yang tergabung di dalam KUM terlebih dahulu harus memilih komunitas yang menjadi mitra dan lokasinya. Di lain sisi komunitas pun dapat memilih mau bermitra dengan universitas dan OMS yang mana. Jadi dalam KUM tidak saja hanya outreach tetapi juga dapat dilakukan inreach. Langkah selanjutnya adalah perlu mengidentifikasi isu-isu (baca: tantangan) democratic governance apa yang diidentifikasi oleh komunitas yang menjadi mitra. Kemudian juga menelaah relasi kuasa yang ada di komunitas serta individu-individu yang dapat menjadi penggerak di masyarakat. Asesmen dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara, FGD maupun observasi. Wawancara dan FGD dapat menggunakan teknik appreciative inquiry (AI)29 yang merupakan salah satu alat yang biasa digunakan dalam Pendekatan ABCD. Dalam asesmen perlu dipastikan adanya keterwakilan setiap elemen masyarakat termasuk mereka yang berasal dari kelompok miskin, perempuan, anak-anak, penduduk usia lanjut, disabilitas/difabel, dan golongan minoritas.

Dalam mengidentifikasikan isu-isu democratic governance yang ada di komunitas kelompok mitra, perlu juga dilakukan analisa gender dan analisa kondisi lingkungannya. Apabila lebih dari satu isu democratic governance yang teridentifikasi dalam satu komunitas maka perlu dipilih isu mana yang akan direspon terlebih dahulu. Hal ini tentu membutuhkan kesepakatan antara multistakeholder di komunitas yang bersangkutan. Keputusan harus ada di tangan komunitas dan dilakukan secara partisipatif. Isu mana yang akan dipilih tidak harus diputuskan pada tahapan ini tetapi lebih baik

29 Appreciative inquiry (AI) merupakan suatu pendekatan yang fokus pada upaya menemukan hal-hal yang terbaik dari orang, organisasi dan apa yang ada di sekitar mereka. Apa yang membuat sebuah sistem hidup, apa yang menjadi kebanggaan dari informan. Kunci keberhasilan pendekatan ini terletak pada cara bertanya yang tidak konvensional (positivis). Cooperrider, D.L. & Whitney, D., “Appreciative Inquiry: A positive revolution in change” dalam Peggy Holman dan Tom Devane (eds.), The Change Handbook, San Fransisco, California: Berrett-Koehler Publishers, Inc., halaman 245-263.

Page 48: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance34

diputuskan nanti setelah dilakukan pemetaan aset dan penyusunan rencana aksi. Pemetaan aset dan penyusunan rencana aksi merupakan bagian dari langkah-langkah ABCD. Lebih lanjut tentang pendekatan ABCD akan diuraikan pada bagian 3.5.

3.4 Membentuk dan Memperkuat Kelompok Inti di Masyarakat

Penerapan nilai-nilai democratic governance tidaklah dapat dilakukan dengan paksaan. Nilai-nilai ini hanya dapat dipromosikan dengan keteladanan dan persuasi. Oleh karenanya dibutuhkan adanya kelompok inti yang bekerja di masyarakat dan berasal dari masyarakat itu sendiri. Mereka ini berperan sebagai agen-agen perubahan yang berfungsi memfasilitasi diskusi, memetakan potensi, mengkoordinir masyarakat dalam menyusun dan melaksanakan rencana aksi, serta memobilisasi aset dan potensi yang dimiliki masyarakat untuk melaksanakan rencana aksi guna mencapai tujuan bersama.

Kelompok inti terdiri atas sejumlah aktor pilihan yang merupakan bagian dari sebuah komunitas di masyarakat, yang bersedia bekerja secara sukarela untuk kemajuan masyarakatnya. Mereka dipilih oleh komunitasnya karena memiliki keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif, mampu mempengaruhi dan memobilisasi masyarakat, memiliki komitmen untuk bekerja secara sukarela, non partisan dari partai politik, memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah namun tetap independen. Perlu dipastikan bahwa dalam kelompok inti ini terdapat keterwakilan perempuan. Kelompok inti tidak selalu harus dibentuk baru, tetapi bisa juga menggunakan kelompok yang telah ada di masyarakat yang memang terbukti selama ini telah berjalan dan mampu mengemban peran atau fungsi dari kelompok inti. Alasan dibentuknya kelompok inti bukan menempatkan seorang fasilitator atau pun pendamping masyarakat yang berasal dari luar komunitas agar sejak awal warga komunitas menjadi subyek atau aktor utama dari transformasi sosial yang akan dilakukan. Selain itu, hal ini untuk membangun rasa kepemilikan dan keberlanjutan inisiatif yang dilakukan. Di sini ketergantungan kepada pihak luar sejak dini harus sedapat mungkin ditiadakan.

Page 49: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 35

Kelompok inti perlu memperoleh serangkaian penguatan kapasitas agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Setidaknya anggota kelompok ini harus mengetahui tentang pendekatan Berbasis Aset dan Digerakkan oleh Masyarakat – Asset Based Community Driven (ABCD) beserta alat untuk melakukan pemetaan aset, teknik fasilitasi forum, teknik advokasi publik, dan keterampilan khusus yang diperlukan terkait dengan isu prioritas democratic governance yang akan direspon oleh komunitas.30 Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya kelompok inti harus menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan HAM, saling menghormati sesama anggota kelompok inti maupun masyarakat, toleransi terhadap perbedaan, dan tidak menggunakan pemaksaan atau pun kekerasan. Proses pengambilan keputusan harus dilakukan secara partisipatif, transparan dan akuntabel.

3.5 Memetakan Kekuatan dan Aset Masyarakat serta Menyepakati Rencana Aksi

Salah satu pendekatan pemberdayaan masyarakat yang mempromosikan nilai-nilai democratic governance adalah Berbasis Aset dan Digerakkan oleh Masyarakat – Asset Based Community Driven (ABCD). ABCD merupakan sebuah pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dipimpin dan digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, dengan mengidentifikasi dan memobilisasi sendiri aset yang mereka miliki.31 Pendekatan ini sangat memberikan penghargaan terhadap kemanusiaan dan HAM. Setiap orang diakui memiliki kekuatan dan potensi, setiap komunitas pasti memiliki aset. Tidak ada seorang pun yang tidak memiliki sesuatu. Di sini nilai kesetaraan dan non diskriminasi sangat dijunjung tinggi. Setiap masyarakat pasti

30 Jika tertarik untuk mengetahui teknik fasilitasi forum publik dapat dilihat dalam Sri Mastuti dan Saiful Muluk, Panduan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Untuk Pemimpin Lokal Dalam Mengembangkan Forum Publik Yang Efektif, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Sedangkan untuk ABCD dapat dilihat Panduan KKN ABCD yang diterbitkan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015, serta untuk advokasi dapat dilihat Panduan Advokasi Lingkungan yang akan diterbitkan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya, WALHI dan Kementerian Agama, 2016. 31 Cuningham, Gord, et al., Mobilizing Assets for Community – Driven Development, Antigonish, Canada: Coady International Institute, 2012.

Page 50: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance36

memiliki aset, oleh karenanya perlu dilakukan pemetaan terhadap aset yang dimiliki oleh komunitas. Pemetaan aset ini penting untuk mengetahui apa yang telah dimiliki oleh masyarakat. Potensi dan kekuatan ini kemudian dapat dimobilisasi untuk melaksanakan rencana aksi yang telah disepakati. Jika rencana aksi yang disepakati termasuk ke dalam program khusus mendorong terwujudnya democratic governance, maka sudah pasti aset yang telah terpetakan tersebut dapat dimobilisasi untuk melaksanakan rencana aksi. Sedangkan bila rencana aksi yang disepakati termasuk pada program umum dimana democratic governance menjadi yang diarusutamakan, maka aset yang dimiliki dapat digunakan untuk mendorong mempraktikkan democratic governance dalam kerja keseharian pelaksanaan rencana aksi.

Pemetaan aset dilakukan oleh kelompok inti yang bermitra dengan masyarakat. Beberapa alat yang bisa digunakan untuk melakukan pemetaan diantaranya sejarah lisan, wawancara apresiatif, diskusi kelompok terfokus, dan lain sebagainya. Lebih lanjut tentang teknik pemetaan aset dapat dilihat dalam buku Panduan KKN ABCD yang diterbitkan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya32 atau pun paket pelatihan ABCD yang akan diterbitkan oleh UIN Alauddin Makassar. Prinsipnya pemetaan aset dilakukan secara partisipatif dengan cara-cara damai tanpa adanya pemaksaan terlebih menggunakan kekerasan. Setelah peta aset fisik, ekonomi, sosial dan budaya, serta aset individu diperoleh, maka kemudian dilakukan rembuk warga. Dalam pemetaan aset-aset yang dimiliki warga untuk mendorong democratic governance hendaknya juga diidentifikasikan, misalnya dalam memetakan aset fisik perlu diidentifikasi di mana tempat masyarakat sering berkumpul atau ruang publik bersama. Kemudian dalam memetakan aset sosial adakah organisasi atau asosiasi di masyarakat yang turut (atau berpotensi) mempromosikan nilai-nilai democratic governance; atau ketika memetakan aset individu perlu diidentifikasikan orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan advokasi, memediasi konflik, dan sebagainya. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan pemetaan dan menyusun rencana aksi, perlu dipastikan kelompok perempuan, kelompok difabel, dan kelompok marjinal lainnya juga harus dilibatkan dan didengar suaranya.

32 Panduan KKN ABCD dari UIN Sunan Ampel Surabaya ini dapat diakses di www.digilib.uinsby.ac.id/6453.

Page 51: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 37

Pada kesempatan ini, hasil pemetaan aset masyarakat yang telah dilakukan oleh kelompok inti disampaikan kepada masyarakat yang lebih luas sebagai bentuk akuntabilitas. Kemudian pada saat itu juga diindentifikasikan beberapa rencana aksi yang bisa dilakukan dengan menggunakan aset yang ada. Dari beberapa rencana aksi tersebut kemudian disepakati mana yang menjadi prioritas yang harus dilakukan terlebih dahulu. Ini kemudian menjadi agenda kerja bersama multipihak di masyarakat. Dalam pendekatan ABCD, sebaiknya prioritas pertama adalah suatu kegiatan yang relatif mudah dilakukan dengan sumberdaya yang ada, dengan tujuan membantu masyarakat untuk yakin bahwa mereka memiliki potensi yang banyak-banyak melakukan inisiatif sendiri untuk mencapai cita-citanya tanpa harus selalu bergantung pada pihak lain.

3.6 Memobilisasi Kekuatan dan Aset untuk Merespon Isu Democratic Governance

Apabila telah disepakati rencana aksi prioritas, kemudian kelompok inti mulai menfasilitasi masyarakat untuk memobilisasi aset yang dimiliki untuk melaksanakan rencana aksi dan merespon isu democratic governance yang ada di lingkungannya. Dalam memobilisasi aset dan mengajak partisipasi masyarakat dan pihak-pihak lain seperti pemerintah daerah maupun dunia usaha harus dilakukan secara persuasif.

Di sini perlu kerjasama dan membangun jejaring kerja dengan multipihak. Ini penting agar agenda aksi yang dilakukan dapat berjalan efektif dan tepat waktu dengan seefisien mungkin. Proses memobilisasi aset untuk melaksanakan rencana aksi cepat atau lambatnya sangat bergantung pada komitmen dan kerja keras semua pihak. Progres dari pelaksanaan rencana aksi harus disampaikan secara transparan dan akuntabel kepada multipihak yang peduli dan terkait dengan rencana aksi masyarakat.

Kemudian juga perlu senantiasa dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan ABCD yang telah dilakukan.

Page 52: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance38

Evaluasi juga dilakukan secara partisipatif, transparan dan jujur. Hasilnya menjadi umpan balik untuk memperbaiki proses dan pendekatan yang akan dilakukan ke depan.

3.7 Melakukan Evaluasi

Setelah memobilisasi aset untuk melaksanakan rencana aksi, maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan informasi tentang kegiatan atau program dan hasilnya, serta pembelajaran yang diperoleh dari proses perencanaan dan pelaksanaan program. Hasil dari evaluasi ini sangat dibutuhkan untuk menjadi umpan balik bagi para pengambil keputusan untuk peningkatan efektifitas program dan juga dalam perbaikan perencanaan ke depan.33 Pendekatan dan instrumen yang bisa digunakan untuk melakukan evaluasi sangat beragam tergantung kepada kebutuhan. Dalam hal ini langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan fokus atau tujuan dari evaluasi.

Buku ini sendiri menawarkan evaluasi pelaksanaan democratic governance. Evaluasi hendaknya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan semua unsur stakeholders, baik dari universitas, OMS, dan masyarakat. Pendekatan yang digunakan bisa dengan membandingkan antara baseline penerapan prinsip-prinsip democratic governance sebelum program dimulai dengan setelah program dilaksanakan. Metodenya bisa dilakukan secara kualitatif melalui wawancara, diskusi kelompok terfokus, maupun observasi. Parameter yang bisa digunakan dalam mengembangkan instrumen dapat berangkat dari indikator democratic governance yang telah dikemukakan pada bagian 2.3. Bertolak dari itu bisa dikembangkan pertanyaan–pertanyaan kunci yang dapat digunakan untuk wawancara maupun FGD. Atau pun menentukan item-item apa yang perlu diobservasi. Hasilnya kemudian dianalisa dan menjadi dasar rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan program ke depan.

33 Mark, Melvin M, et.all, “The Evaluation of Policies, Programs, and Practices”, dalam Shawn, Ian F., Jennifer C. Greene, and Melvin M. Mark, The Sage Handbook of Evaluation, London: Sage Publications, 2006, hal. 6

Page 53: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 39

29

Gambar 3.1.

Bagan Alur Proses KUM Mendorong Democratic Governance

Memilih Pendekatan 1

Membangun Kemitraan 2

Mengidentifikasi Isu Democratic Governance

3

Membentuk dan Memperkuat Kelompok Inti

4 Menentukan Aset dan Menyepakati Rencana Aksi

5

Memobilisasi Aset 6

Melakukan Evaluasi 7

Gambar 3.1. Bagan Alur Proses KUM Mendorong Democratic Governance

Page 54: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance40

Bab IV Pengalaman Praktis

Pemberdayaan Masyarakat melalui

KUM untuk Mendorong Democratic Governance

Page 55: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 41

4.1. Menyebarkan Perdamaian Melalui Peace Education: Pengalaman Komunitas Lette, Mariso, Makassar

Kelurahan Lette merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Mariso, Kota Makassar, yang dikenal sebagai daerah yang padat penduduk. Kelurahan ini dihuni oleh sekitar 9.000 jiwa yang terdiri atas 51 persen perempuan dan 49 persen laki-laki. Mereka menempati lahan seluas 14 hektar. Komunitas Lette umumnya berasal dari kelompok menengah ke bawah yang bekerja sebagai nelayan, tukang becak, tukang batu, dan pedagang kecil. Komunitas Lette selama ini mengalami stigma sebagai komunitas yang gemar tawuran, sering terlibat konflik dan terlibat dalam tindakan kekerasan, susah diajak bekerjasama, dan merupakan salah satu “daerah hitam” di Makassar.34

Perangkat kelurahan meski berjalan baik dan mengakui memiliki cukup uang dari berbagai proyek yang ada, diantaranya PNPM, namun gagal melakukan perubahan perilaku masyarakat. Hal ini terjadi karena berbagai proyek yang masuk tidak berupaya membantu mengubah pola pikir masyarakat urban ini. Pada awal pemetaan potensi yang dilakukan oleh kelompok inti masyarakat Lette ditemukan bahwa di Lette pernah ada Remaja Mesjid, Majelis Ta’lim, dan Karang Taruna tetapi semuanya tidak berjalan dengan baik bahkan terkesan mati suri. Masyarakat terutama kelompok pemuda kerap terlibat tawuran antarkampung atau sering juga melakukan tindakan kriminalitas seperti berjudi, minum minuman keras dan narkoba. Di daerah ini juga banyak perempuan yang menjadi orang tua tunggal karena perceraian. Mereka sebenarnya memiliki potensi tetapi sering tidak diberi ruang untuk berbicara. Sementara pemuda Lette sering harus menelan pil pahit akibat stereotype yang diberikan sebagai “perusuh”.

Dalam konteks yang sedemikian itu, kemudian UIN AM bersama dengan OMS Lembaga Pendidikan dan Advokasi Rakyat (LAPAR)35 melalui KUM secara kolaboratif dengan masyarakat Lette berupaya melakukan inisiatif untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan menebarkan semangat membangun perdamaian di Lette. Kelompok inti yang terdiri atas keterwakilan RW di Lette yang dipilih oleh warga kemudian bergerak

34 Presentasi Hasil Pemetaan Pokja 2 UINAM Makassar, 2013 35 LAPAR merupakan sebuah OMS yang berkedudukan di Sulawesi Selatan dengan kantornya di Kota Makassar. LAPAR merupakan OMS yang memiliki Sekolah Demokrasi dengan fokus isu pada peace building, civic education dan community journalism.

Page 56: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance42

melakukan pemetaan potensi yang ada di komunitas secara partisipatif. Kemudian hasil pemetaannya disampaikan kepada warga dan kemudian dilakukan curah pendapat tentang mimpi perubahan yang ingin dilakukan di Lette. Warga kemudian menyepakati ingin mengubah citra Lette dari daerah yang warganya gemar tawuran menjadi daerah yang damai. Kemudian beranjak dari situ disepakati serangkaian rencana aksi.

Program pertamanya adalah melakukan peningkatan kapasitas warga tentang Manajemen Konflik dan Peace Education. Kemudian juga dilakukan pemetaan akar konflik di Lette. Mereka juga melakukan advokasi ke Pemerintah Kota Makassar dan juga ke media massa. Mereka menggunakan program diskusi berkala sebagai media dialog multipihak. Hal ini sepertinya membawa manfaat bagi tumbuhnya rasa saling pengertian dan menghilangkan rasa tidak percaya yang menjadi salah satu akar konflik di Lette.

36Diunduh dari http://www.seputarsulawesi.com/berita-hari-ini-ada-karnaval-becak-hias-di-kelurahan-lette.html, juga http://www.seputarsulawesi.com/berita--forum-rt-rw-bantu-kembangkan-lette.html diunduh pada 22 Juni 2016.

Anggota komunitas Lette juga mulai saling memahami satu sama lain, dan mulai memberikan kesempatan yang setara kepada seluruh warga termasuk para janda yang tadinya sempat dimarjinalisasi. Dimulai dari sini kemudian banyak inisiatif mandiri dilakukan dan dikembangkan oleh warga diantaranya mereka telah membentuk forum publik informal yaitu forum RT/RW, Majelis Ta’lim mulai kembali aktif, Remaja Mesjid kembali ramai, dan sekarang juga telah ada Karang Taruna. Kemudian dalam rangka mengkampanyekan hal positif dan mengubah stigma Lette, mereka juga sekarang telah mengembangkan Community Media. Dimana para penggeraknya adalah anak-anak muda yang bertindak sebagai citizen journalists. Tulisan-tulisan

Gambar 4.1 Dua liputan berita kegiatan di Kelurahan Lette36

Page 57: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 43

warga Lette ini dapat diakses pada www.seputarsulawesi.com. Masyarakat Lette sekarang juga telah memiliki banyak mitra dan bekerja secara berjejaring dengan Pemda, media, OMS, dan perguruan tinggi. Sekarang Lette telah mengalami transformasi dari awalnya komunitas yang dikenal sebagai perusuh menjadi komunitas active citizens yang berperan serta dalam membangun dirinya, komunitasnya dan masyarakat Kota Makassar.

Hal Penting dari Pengalaman Lette

Gambar 4.2 Komunikasi warga Lette terkait permasalahan yang terjadi di wilayahnya

Transformasi sosial suatu komunitas masyarakat tidak akan dapat dilakukan tanpa menyentuh perubahan pola pikir. Penerapan nilai-nilai kesetaraan, saling menghargai, anti kekerasan, partisipatif, akuntabel, dan menggunakan penggerak dari masyarakat sendiri yang menjadi penjamin sebuah inisiatif akan berlanjut karena adanya rasa memiliki yang kuat.

Page 58: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance44

Transformasi sosial suatu komunitas masyarakat tidak akan dapat dilakukan tanpa menyentuh perubahan pola pikir. Penerapan nilai-nilai kesetaraan, saling menghargai, anti kekerasan, partisipatif, akuntabel, dan menggunakan penggerak dari masyarakat sendiri yang menjadi penjamin sebuah inisiatif akan berlanjut karena adanya rasa memiliki yang kuat.

4.2. Mempraktikkan Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif: Pengalaman Pengerasan Jalan Dusun Borongbulo – Paranglompoa, Bontolempangan, Gowa

Dusun Borongbulo masuk dalam wilayah desa Paranglompoa, Kecamatan Bontolempangan, Kabupaten Gowa di Sulawesi Selatan. Desa Paranglompoa sebenarnya hanya berjarak sekitar 80 KM dari Makassar atau sekitar 3 jam perjalanan. Namun untuk masuk ke dusun Borongbulo dibutuhkan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan lagi karena pada tahun 2013 dusun Borongbulo hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau lebih tepatnya mendaki karena dusun ini terletak di puncak gunung. Jumlah penduduk di dusun Borongbulo ada sekitar 364 orang, yang terdiri atas 180 laki-laki dan 184 perempuan. Sebagian besar penduduk Borongbulo bekerja sebagai petani dengan jumlah mencapai sekitar 80 persen, 10 persennya bekerja sebagai pedagang, 5 persen pegawai negeri sipil dan 5 persen buruh.37 Warga dusun Borongbulo pada masa lalu sulit mengakses pelayanan kesehatan dan pendidikan karena letak sarana tersebut ada di ibukota desa, sementara jalan mereka sangat kurang memadai untuk dilalui terlebih di musim penghujan. Demikian juga dalam pemasaran produk pertaniannya warga mengalami kesulitan terkait dengan alat transportasi. Karena kondisi geografis dusun mereka dan tidak adanya afirmasi khusus sehingga warga dusun merasa terabaikan dan tidak dilibatkan dalam proses perencanaan maupun pembangunan desa. Warga juga tidak mengetahui bagaimana caranya mengakses informasi dan meminta akuntabilitas pengelolaan dana desa.

Ketika UIN Alauddin Makassar bersama Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah (MPM Muhammadiyah)38 melalui kegiatan KUM bekerja dengan masyarakat dusun Borongbulo, setiap warga memiliki harapan yang sama yaitu bagaimana memperbaiki kualitas jalan dusun sehingga bisa dilalui kendaraan bermotor. Setelah melalui serangkaian asesmen dan diskusi, akhirnya masyarakat Borongbulo menyepakati pengerasan jalan dusun menjadi agenda prioritas bahkan waktu itu satu-satunya untuk segera

37 Presentasi hasil pemetaan Pokja 1 UINAM Makassar 2013 38 MPM Muhammadiyah Cabang Sulawesi Selatan merupakan lembaga otonom di bawah Muhammadiyah yang bekerja untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Bekerja di sektor pertanian, perikanan, dan advokasi pelayanan publik.

Page 59: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 45

Transformasi sosial suatu komunitas masyarakat tidak akan dapat dilakukan tanpa menyentuh perubahan pola pikir. Penerapan nilai-nilai kesetaraan, saling menghargai, anti kekerasan, partisipatif, akuntabel, dan menggunakan penggerak dari masyarakat sendiri yang menjadi penjamin sebuah inisiatif akan berlanjut karena adanya rasa memiliki yang kuat.

direalisasikan oleh warga. Kemudian warga dengan difasilitasi oleh UINAM dan MPM Muhammadiyah melakukan perencanaan dan penganggaran partisipatif untuk proyek pengerasan jalan dusun. Pertama kelompok inti dari masyarakat melakukan pemetaan potensi dan aset yang dimiliki secara partisipatif. Dari kegiatan ini diketahui bahwa Dusun Borongbulo memiliki aset yang bisa digunakan untuk pengerasan jalan, misalnya ada tenaga manusia yang pernah bekerja sebagai tukang, lalu di dusun Borongbulo juga terdapat sungai dimana banyak terdapat batu yang bisa digunakan sebagai salah satu bahan baku pengerasan jalan, dan sebagainya. Sebelum penyusunan rencana proyek dan rencana anggaran pengerasan jalan, warga terutama kelompok inti diberikan berbagai kegiatan penguatan kapasitas seperti teknik fasilitasi forum publik yang akan sangat dibutuhkan dalam memastikan agar proses perencanaan dapat dilakukan secara efektif dan partisipatif dengan melibatkan seluruh elemen warga. Kemudian juga dilakukan pelatihan perencanaan dan penganggaran partisipatif untuk menyusun rencana dan anggaran proyek pengerasan jalan, di samping itu juga dilakukan pelatihan advokasi yang bertujuan agar warga bisa menjalin jejaring dan melakukan lobi maupun advokasi ke Pemda dan DPRD.

Perencanaan dan penganggaran partisipatif pengerasan jalan dusun dimulai dengan melakukan rembuk warga yang difasilitasi oleh alumni pelatihan fasilitasi publik forum. Dalam rembuk warga ini semua elemen masyarakat dari unsur petani, buruh, pedagang, perempuan dan juga unsur masyarakat minoritas seperti kelompok non muslim diundang dan berpartisipasi secara aktif dalam rembuk warga ini. Satu hal yang menarik ketika warga dari kelompok minoritas menyatakan terimakasih karena mereka telah dilibatkan dalam proses perencanaan karena selama ini mereka merasa dikucilkan dan menjadi warga kelas dua. Di sini disepakati siapa yang melakukan apa dan juga agenda waktunya.

Kemudian setelah disepakati program dan anggaran maka kelompok inti mulai bergerak mendiseminasikan kepada seluruh warga, kepada aparatur desa, serta kepada aparatur kecamatan dan juga melakukan audiensi kepada Pemda Kabupaten Gowa khususnya Bappeda, Kimpraswil, dan juga kepada DPRD. Akhirnya selain memobilisasi sumber daya yang mereka miliki sendiri warga juga mendapatkan bantuan dana dari Proyek SILE, bantuan peralatan dari Pemda dan Perusahaan Pengelolaan Getah Pinus yang ada di dusun Borongbulo. Di samping itu Pemda Kabupaten Gowa juga telah mengalokasikan anggaran dalam APBD 2016 untuk kelanjutan pengerasan jalan sisanya. Hasil lobi kelompok inti ini disampaikan kepada warga melalui “rumah aspirasi” yang melakukan diskusi secara reguler. Warga mulai

Page 60: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance46

merealisasikan proyek pengerasan jalan, berapa jumlah uang yang masuk dan berapa yang sudah digunakan selalu dimutakhirkan dan disampaikan secara transparan dan akuntabel kepada masyarakat. Saat buku ini disusun proyek pengerasan jalan masih sedang berjalan dengan kondisi 70 persen selesai. Warga terus bekerja dan bergandengan tangan dengan para mitra (pemerintah, perguruan tinggi, dan OMS) untuk merealisasi mimpi memiliki jalan dusun yang lebih baik.

Gambar 4.4 Jalan yang sudah mengalami pengerasan

Gambar 4.3 Proses pengerjaan pengerasan jalan

Point Penting dari Pengalaman Borongbulo

Tidak ada yang tidak bisa diwujudkan jika setiap orang bersedia bekerja keras, bekerjasama, terbuka dan bertanggung jawab untuk merealisasikan mimpi bersama. Berangkat dari kesadaran pelayanan publik merupakan hak warga negara dan salah satu wujud pemenuhan HAM. Dengan melibatkan setiap elemen masyarakat baik dari kelompok mayoritas maupun minoritas, baik laki-laki maupun perempuan, menjadikan perbedaan sebagai kekayaan, masyarakat memiliki kekuatan lebih untuk mempengaruhi para pengambil kebijakan sehingga yang tadinya tidak mendengar sekarang malah berbalik menjadi pendukung. Di sini prinsip kesetaraan, toleransi, dan anti kekerasan diterapkan dalam menjalankan program bersama. Hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah prinsip kemitraan juga dijalankan tidak saja dengan pemerintah namun juga dengan pihak swasta yang ada di desa. Akhirnya mimpi akan dan bisa menjadi kenyataan.

Page 61: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 47

4.3. Civic Report Card untuk Perbaikan Kualitas Layanan Kesehatan: Pengalaman Masyarakat Cambayya, Ujung Tanah, Makassar

Kelurahan Cambayya termasuk dalam Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar selama bertahun-tahun dijuluki sebagai daerah “Kumis” (Kumuh dan Miskin). Namun saat ini masyarakatnya sudah menggeliat dan daerah ini sudah tidak disebut lagi sebagai daerah “Kumis”. Kelurahan Cambaya memiliki luas sebesar 5,30 Ha dan didiami oleh 1450 KK atau sekitar 6.097 penduduk. Sayangnya tidak diperoleh data berapa jumlah penduduk perempuan dan berapa jumlah penduduk laki-laki. Namun secara kasat mata jumlah penduduk perempuan 36 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Sekitar 70 persen penduduk bekerja sebagai nelayan dan mengolah hasil laut. Di komunitas ini kekerasan sering terjadi, semisal jika ada ketidakpuasan terhadap anggota keluarga atau pun kelompok tertentu. Aset yang menonjol yang dimiliki oleh komunitas Cambayya adalah asosiasinya yang berjalan baik khususnya Posyandu dan Paralegal (kelompok yang memberikan pendampingan kepada masyarakat yang terlibat masalah hukum khususnya KDRT) yang anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga. Mereka cukup aktif sebagai agen perubahan di lingkungannya.

Masyarakat Cambayya umumnya berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah, sehingga tingkat ketergantungan pada sarana kesehatan publik seperti Puskesmas sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena layanan tersebut aksesnya lebih dekat dan terjangkau selain itu juga tidak perlu membayar. Persoalannya masyarakat sering mengeluhkan terhadap kualitas layanan Pustu (Puskesmas Pembantu) maupun Puskesmas. Mereka ingin melakukan advokasi ke Pemda khususnya Dinas Kesehatan namun mereka ingin melakukannya dengan cara-cara damai dan didukung oleh data dan bukti kuat. Hal ini disambut baik oleh UINAM dan OMS Forum Pemerhati Masalah Perempuan (FPMP)39 melalui program KUM dengan menfasilitasi masyarakat Cambayya untuk melakukan Citizen Report Card (CRC)40 untuk menilai kualitas layanan kesehatan.

39 FPMP merupakan sebuah OMS di Sulawesi Selatan yang keanggotaannya berupa organisasi dan individu yang berkerja di bidang pendidikan alternatif bagi perempuan, penelitian, advokasi kebijakan dan pendampingan korban kekerasan. Core isunya pada pemberdayaan perempuan, gender dan advokasi pelayanan publik.

Page 62: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance48

Langkah awal yang dilakukan adalah membentuk Tim Survei yang terdiri dari anggota masyarakat Cambayya. Kriterianya mereka harus memiliki komitmen untuk bekerjasama dengan anggota lainnya melakukan survei dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dengan cara-cara damai. Kemudian Tim Survei ini dilatih cara melakukan CRC oleh fasilitator yang sudah berpengalaman. Langkah selanjutnya dilakukan workshop multi stakeholders dimana selain komponen masyarakat pengguna layanan sebagai peserta juga adanya jaminan keterwakilan laki-laki dan perempuan, serta para penyelenggara layanan. Dalam workshop ini dibahas dan disepakati komponen apa yang akan disurvei dan disusun instrumen survei.

Uji coba instrumen dan finalisasi instrumen dilakukan setelah workshop multi stakeholder. Di sini semua dilakukan secara partisipatif, dengan memperhatikan kebutuhan khusus gender, dan semua peserta memiliki posisi yang setara. Ketika instrumen telah final maka dilakukan pelatihan bagi para enumerator yang akan mengumpulkan data. Setelah itu dilakukanlah survei yang dilakukan kepada 440 orang (220 laki-laki dan 220 perempuan) yang menjadi sampel dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemudian hasil survei setelah diinput dilanjutkan dengan analisa data.

Hasil survei diantaranya menemukan bahwa masyarakat Cambayya yang lebih banyak menggunakan layanan Puskesmas adalah perempuan 39% sementara laki-laki 28%. Sisanya 10% tidak mengakses layanan kesehatan, dan 23% mengakses klinik, dimana 19% adalah laki-laki dan sisanya perempuan. Survei juga menunjukkan bahwa ada sekitar 5,4% perempuan pemegang BPJS merasa ada perlakukan diskriminatif dalam pelayanan di Puskesmas, sedangkan laki-laki yang merasa ada perlakuan diskriminatif sekitar 3,4%. Ini berarti meskipun sebagian responden menyatakan terdapat perlakuan diskriminatif namun jumlahnya tidak signifikan. Kemudian juga masyarakat mengeluhkan perihal kurangnya jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Pembantu, responden perempuan yang mengeluhkan halnya mencapai 34% sedangkan responden laki-laki 22%. Fasilitas layanan dianggap masih belum responsif gender dimana ada sekitar 43% dari 220 responden perempuan menyatakan belum responsif gender dan 26% dari

40 CRC adalah salah satu bentuk penelitian menggunakan pendekatan mixed method (kualitatif dan kuantitatif) dengan strategi sequential transformative design, yaitu diawali dengan penelitian kualitatif, lalu dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif. Sumber: Policy Brief, Cambayya, 2015. Policy brief ini disusun bersama oleh warga Cambayya dengan Pokja 4 UINAM yang beranggotakan anggota PSGA UINAM dan OMS FPMP. Policy brief ini disusun sebagai bahan advokasi yang disampaikan warga kepada pengambil kebijakan terkait dengan perbaikan kualitas layanan kesehatan.

Page 63: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 49

220 responden laki-laki menjawab belum responsif gender. Laporan hasil survei kemudian dijadikan bahan acuan untuk menyusun policy brief yang akan menjadi bahan advokasi.

Gambar 4.5 Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pattingalloang yang Kualitas Pelayanan Publiknya di Survey oleh Masyarakat Kelurahan

Dalam policy brief-nya komunitas masyarakat Cambayya selain menyampaikan fakta hasil temuan survei, juga menyampaikan sejumlah rekomendasi untuk perbaikan kualitas layanan Puskesmas. Diantaranya menghilangkan perlakukan yang diskriminatif atau membeda-bedakan antara pengguna layanan. Selain itu juga melakukan perbaikan fasilitas pelayanan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu agar lebih responsif gender, perlu dilakukan optimalisasi peran Puskesmas Pembantu dengan menyediakan jumlah tenaga yang cukup maupun peningkatan profesionalitas petugas dan sarana lainnya. Policy brief ini kemudian disampaikan kepada Pemerintah Kota Makassar, Puskesmas Pattingalloang Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar, Dinas Kesehatan, dan DPRD Kota Makassar melalui audiensi dan lobi yang dilakukan oleh warga. Sampai tulisan ini disajikan belum dilakukan evaluasi dampak dari policy brief yang telah disampaikan dan kualitas layanan apa yang telah meningkat. Namun setidaknya warga Cambayya telah menggunakan haknya sebagai warga negara untuk menyampaikan pendapatnya yang dilakukan dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dengan cara-cara damai serta konstruktif.

Page 64: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance50

Gambar 4.6 Simulasi Pengisian Kuesioner oleh Peserta

Gambar 4.7 Latihan Pengumpulan oleh Peserta (Aplikasi Materi) tanggal 9 Agustus 2015

Hal Penting dari Pengalaman Cambayya

Meskipun masyarakat Cambayya mengetahui bahwa sebagai warga negara mereka berhak memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas namun mereka dihadapkan pada kualitas layanan yang kurang memuaskan. Namun mereka menunjukan kedewasaan sebagai warga negara dengan tidak melakukan hal-hal yang bersifat destruktif dalam menyampaikan ketidakpuasan dan dalam melakukan advokasi ke para pengambil kebijakan maupun penyedia layanan. Mereka memilih untuk melakukan cara damai dengan didukung bukti hasil survei yang dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan perwakilan komponen masyarakat secara setara yang cukup representatif dalam rangka upayanya menuntut peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Page 65: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 51

4.4. Pemulihan Sosial Pascabencana Pengalaman Masyarakat Gedang, Porong, Sidoardjo

Desa Gedang merupakan salah satu kelurahan yang merupakan bagian dari Kecamatan Porong di Kabupaten Sidoarjo yang menjadi korban bencana lumpur Lapindo. Kelurahan seluas 83,83 Ha ini dihuni oleh 6.684 jiwa, dengan perincian laki-laki berjumlah 2.787 jiwa dan perempuan 3.897 jiwa. Sebagian besar penduduk Gedang adalah tamatan SLTA, yaitu sebanyak 1.776 orang, disusul tamat SLTP sebanyak 1.083 orang, dan SD sebanyak 1.369 orang. Sementara, lulusan D1-D3 sebanyak 161 orang dan S1-S3 sebanyak 97 orang.41 Setelah bencana Lumpur Lapindo penduduk yang awalnya sangat aktif dengan beragam kegiatan sosial dengan berbagai asetnya merasa seperti “mati suri” dan kehilangan semangat. Majelis Ta’lim yang sebelumnya beranggotakan 100 orang dan rutin melakukan kajian setiap malam Jum’at, anggotanya berkurang drastis menjadi beberapa puluh orang saja. Rumah-rumah dan lingkungan pun yang dulunya bersih dan berwarna setelah kejadian itu seperti suram, bahkan warga pun sekedar untuk mengecat rumah saja merasa malas. Masyarakat Gedang pernah berada dalam fase ”kehilangan semangat hidup”. Hal ini tidak terlepas akibat ketidakpastian status mereka apakah akan direlokasi atau tidak, di samping itu juga akibat adanya “perpecahan” di masyarakat karena sebagian ada yang mau direlokasi dan sebagian ada yang ingin tetap bertahan. Ada warga yang mau menerima ganti rugi dan ada juga yang tidak mau menerima ganti rugi.

UIN Sunan Ampel bersama dengan OMS Forum Lintas Agama (FLA)42

dan Fakultas Syariah melalui program KUM hadir dalam situasi ketidak pastian dan warga yang “kehilangan semangat”. Langkah pertama yang dilakukan adalah bersama kelompok inti di masyarakat memetakan aset yang dimiliki komunitas dengan menggunakan oral history dan appreciative inquiry. Pemetaan aset yang dilakukan secara partisipatif, transparan, akuntabel, dan memberikan kesempatan setara bagi setiap komponen masyarakat yang terlibat. Masyarakat kembali tersadar akan potensi dan masa–masa jaya atau membanggakan dari masyarakat Gedang. Mereka

41 Laporan Pokja 5 UINSA Surabaya, 2014 42 FLA merupakan OMS yang berada di Jawa Timur, bekerja di komunitas untuk resolusi konflik dan manajemen konflik dengan pendekatan berbasis pada partisipasi masyarakat.

Page 66: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance52

menyadari banyak aset fisik, ekonomi, sosial dan budaya yang selama ini telah terabaikan. Sebagai contoh forum publik yang dulunya hidup seperti Majelis Ta’lim perlu kembali dihidupkan. Akhirnya warga sepakat untuk menghidupkan kembali forum publik dengan melakukan diskusi reguler untuk membahas isu-isu kontemporer yang berkembang di masyarakat, termasuk untuk mempersiapkan proses social recovery pascakonflik. Forum publik ini digunakan sebagai media bagi warga untuk tetap menjalin silaturahmi untuk mempersiapkan mereka yang akan direlokasi dan juga tetap menjalin silaturahmi antara warga yang masih tetap tinggal di Kelurahan Gedang dengan mereka yang sudah pindah ke lokasi baru.

Gambar 4.8 Masyarakat desa Gedang sedang membicarakan masalah yang dihadapi.

Proses dialog yang dilakukan dalam forum publik berhasil membuat masyarakat kembali bersemangat dan mengatasi perbedaan yang ada dengan cara-cara damai. Dalam proses dialog wargalah sebagai aktor dan setiap orang diposisikan setara, dihormati hak- haknya sebagai manusia dan warga negara, dan mentoleransi jika terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat dihargai dan diselesaikan dengan cara damai. Meskipun kegiatan forum

Meskipun masyarakat Cambayya mengetahui bahwa sebagai warga negara mereka berhak memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas namun mereka dihadapkan pada kualitas layanan yang kurang memuaskan. Namun mereka menunjukan kedewasaan sebagai warga negara dengan tidak melakukan hal-hal yang bersifat

Page 67: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 53

destruktif dalam menyampaikan ketidakpuasan dan dalam melakukan advokasi ke para pengambil kebijakan maupun penyedia layanan. Mereka memilih untuk melakukan cara damai dengan didukung bukti hasil survei yang dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan perwakilan komponen masyarakat secara setara yang cukup representatif dalam rangka upayanya menuntut peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Hal Penting dari Pengalaman Masyarakat Gedang, Porong, Sidoardjo

Segala kesulitan pasti akan berlalu, setiap masyarakat pasti memiliki potensi untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dengan saling bekerjasama dan menggunakan potensi yang mereka miliki. Luka yang terjadi karena bencana bisa terobati dengan kembali membangun kepercayaan diri, mengangkat nilai kemanusiaan dan saling menghormati, saling mengisi melalui sebuah dialog yang damai dan konstruktif. Di sini nilai democratic governance yang dikedepankan adalah prinsip anti kekerasan dan kemitraan. Kekecewaan karena tragedi Lapindo tidak direspon dengan cara-cara kekerasan tetapi memilih berdialog dan menjalin kerjasama, bergandengan tangan untuk bangkit.

43 Laporan asesmen Pokja 4 UINSA Surabaya, 2014.

4.5. Mempraktikkan Democratic Governance Melalui Koperasi Simpan Pinjam Majelis Ta’lim Desa Senganten, Bojonegoro

Desa Senganten Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro berdiri pada tahun 2009. Desa ini dihuni oleh 1.547 KK dengan jumlah penduduk 4.781 jiwa. Dari jumlah tersebut 2.343 jiwa adalah laki-laki dan 2.438 orang perempuan. Masyarakat Senganten umumnya masih tergolong keluarga miskin, yaitu sekitar 1.500 KK masih masuk kelompok miskin.43 Jika dilihat dari pendidikan terakhir yang ditamatkan penduduk Senganten, maka hasilnya adalah 16% tidak tamat SD, 23% tamat SD, 18% tamat SMP, 7% tamat SMA dan hanya 3% yang mengenyam pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi. Kemiskinan terkadang menggoda sebagian masyarakat Senganten

Page 68: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance54

melakukan pembalakan kayu di hutan yang termasuk area yang seharusnya dilindungi. Hal ini mengakibatkan tidak jarang warga yang ditangkap polisi hutan. Dalam kondisi seperti ini biasanya kepala desa akan turun tangan sebagai pelindung dan membebaskan warga yang tertangkap.

Ketergantungan warga terhadap “perlindungan” dari Kepala Desa berdampak pada relasi kuasa yang tidak setara. Kepala Desa menjadi nampak memiliki kuasa yang dominan terhadap warga. Hal ini berdampak pada governance desa. Pengelolaan pemerintahan dan pembangunan desa yang dilakukan tidak mengedepankan nilai-nilai tata kelola yang baik dan demokratis. Kepala Desa bebas mengambil keputusan tanpa ada kontrol yang berarti dari warga. Meski Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) masih tetap dilakukan, tetapi ini hanya menjadi forum publik yang artifisial saja. Dalam forum ini, perempuan bahkan tidak diberikan kesempatan berbicara. Kehadirannya hanya dijadikan pelengkap saja karena aturan yang meminta.

Gambar 4.9 Pertemuan informal dalam forum pengajian warga Desa Senganten, Bojonegoro

Page 69: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 55

UINSA dan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA)44 melalui program KUM bersama masyarakat desa Senganten kemudian bersepakat ingin merubah pola relasi yang tidak setara ini. Mengingat kondisi sosial dan politik desa yang kurang kondusif jika langsung mengusung secara terbuka mimpi perubahan yang ingin dicapai yaitu ingin mewujudkan tata kelola desa yang baik dan demokratis, maka dipilihlah pendirian koperasi sebagai wahana. Program pendirian koperasi ini memiliki makna yang penting bagi upaya perbaikan kehidupan masyarakat miskin terutama para petani agar tidak terlilit hutang pada rentenir tetapi di sisi lain juga bisa menjadi wahana bagi edukasi dan praktik penerapan nilai-nilai democratic governance. Akhirnya masyarakat sepakat mendirikan koperasi simpan pinjam dengan modal yang berasal dari warga sendiri. Kemudian dilakukan serangkaian

kegiatan peningkatan kapasitas kepada kelompok masyarakat inti yang juga menjadi pengurus koperasi tentang bagaimana manajemen dan pengelolaan koperasi yang baik. Selain itu juga berbagai keterampilan terkait. Dalam berkoperasi masyarakat belajar bagaimana mengelola organisasi secara transparan, partisipatif, responsif dan akuntabel dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan HAM, kesetaraan, toleransi, dan anti kekerasan. Hasilnya sekarang masyarakat telah kembali bersemangat untuk melanjutkan kehidupannya.

44 FITRA merupakan OMS yang terdiri atas 17 simpul jaringan (Sijar) yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, salah satunya FITRA Jatim. FITRA merupakan penggerak transparansi anggaran di Indonesia dan banyak melakukan pendampingan dalam perencanaan dan penganggaran partisipatif, analisis anggaran, penelusuran anggaran dan advokasi anggaran. http://seknasfitra.org/jaringan/729-2/

Gambar 4.10 Audiensi warga dengan Kepala Desa Senganten

Page 70: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance56

Daftar Pustaka

Bevir, Mark, Democratic Governance, New Jersey: Prinnceton University Press, 2010

Branson, Margaret S. The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network, Washington, DC: Center for Civic Education, 1998

Cuningham, Gord, et.all, Mobilizing Assets for Community – Driven Development, Antigonish: Coady International Institute, 2012

Dye, Thomas R, Understanding Public Policy, New Jersey: Prentice Hall, 2002

Held, David, Models of Democracy (Second edition), Stanford-California: Stanford University Press, 1996

Luwihno, Slamet (editor), Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif untuk Good Governance, Bandung: Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), 2006

Mastuti, Sri dan Tike, Arifuddin, (Penyunting), Dakwah Inklusif Pendidikan Mubalig Untuk Tata Kelola Demokratis, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia dan SILE, 2015

Okiror, George, Concepts and Principles of Democratic Governance and Accountability, Kampala-Uganda: Konrad-Adenauer Stiftung, 2011

Phillips, Patrick, et al (editor), Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford: Oxford University Press, 2010

Page 71: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat 57

Rondinelli, Dennis A, Government Serving People: The Changing Roles of Public Administration in Democratic Governance” dalam Public Administration and Democratic Governance: Governments Serving Citizens, United State of America: United Nations Publication, 2006

Roberts, Joan M, Alliances, Coalitions and Partnership Building Collaborative Organizations, Gabriola Islands: New Society Publisher, 2004

Solihin, Dadang, “Clean Government dan Good Government Policy, Konsep, dan Implementasi,” 2008, lihat dalam www.dadangsolihin.com

Swasanany, Winantuning Tyastiti, “Proses Formulasi Kebijakan Pembentukan Daerah Otonom Baru di Indonesia, Perspektif Democratic Governance” (Disertasi), Jakarta: Universitas Indonesia, 2012

St, Clair, Maureen, Community Based Conflict Transformation and Peacebuilding, Antigonish: Coady International Institute-St. Francis Xavier University, 2012

Sulistyani, Ambar Teguh, editor, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gava Media, 2011 Wampler, Brian, A Guide to Participatory Budgeting, 2000

Page 72: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan
Page 73: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan
Page 74: Democratic Governance - litapdimas.kemenag.go.idlitapdimas.kemenag.go.id/file/Upload_File/collection/publication/... · Tata Kelola Demokratis. Ini merupakan buku yang didedikasikan

Mengawal Perkembangan Democratic Governance60

Democratic GovernancePegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat

Mengawal Perkembangan

Supporting Islamic Leadership in Indonesia/Local Leadership for Development (SILE/LLD) bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam melaksanakan program Kemitraan Universitas-Masyarakat (KUM) dengan menggunakan pendekatan Asset-based Community-driven Development (ABCD).

SILE/LLD (2011 – 2017) merupakan program Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, dengan dukungan finansial dan bantuan teknis dari pemerintah Kanada cq Global Affairs Canada (GAC). Dukungan pemerintah Kanada disediakan melalui Cowater International Inc. kerjasama dengan World University Service of Canada (WUSC).

ISBN978-979-8442-55-1