degradasi rhodamin b oleh hidrogen peroksida dengan katalis magnetit dan maghemit
DESCRIPTION
kimia fisika, tentang degradasi zat warna rhodamin b oleh nanopartikel magnetit dan maghemit. semoga penelitian saya ini bermanfaat.TRANSCRIPT
SINTESIS NANOPARTIKEL MAGNETIT SECARA KOPRESIPITASI
DAN KONVERSINYA MENJADI MAGHEMIT SERTA UJI
KATALITIKNYA PADA OKSIDASI RHODAMIN B
Meyga Evi Ferama Sari, Fauziatul Fajaroh, dan Sutrisno
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]; [email protected];
ABSTRAK: Sintesis nanopartikel magnetit secara kopresipitasi dan konversinya
menjadi maghemit dilaporkan. Magnetit hasil sintesis berupa serbuk berwarna
hitam. Nanopartikel maghemit hasil oksidasi magnetit berupa serbuk coklat
kemerahan. Analisis XRD menunjukkan magnetit hasil sintesis sesuai dengan
referensi JCPDS Card No. 19-629 dan JCPDS Card No. 39-1346 untuk
maghemit. Diameter partikel rata-rata magnetit dan maghemit berturut-turut
adalah 10,28 nm serta 14,06 nm. Daya katalitik nanopartikel magnetit lebih besar
daripada maghemit dalam mengkatalisis reaksi oksidasi rhodamin B oleh
hidrogen peroksida.
Kata kunci: nanopartikel, magnetit, maghemit, oksidasi rhodamin B, katalis
ABSTRACT: Synthesis of magnetite nanoparticles and it’s convertion to
maghemite have been reported. Magnetite nanoparticles was generated as black
powders. The result of magnetite nanoparticles oxidation was maghemite as
reddish brown powders. XRD analysis showed that magnetite appropriate with
reference JCPDS Card No. 19-629 and JCPDS Card No. 39-1346 for maghemite.
The average diameter of magnetite’s and maghemite’s particles is 10.28 nm and
14.06 nm. The catalytics performace of magnetite nanoparticles in oxidation of
rhodamine B is higher than maghemite nanoparticles.
Key words: nanoparticles, magnetite, maghemite, oxidation of rhodamine B, catalyst
PENDAHULUAN
Aplikasi nanopartikel diberbagai bidang menarik untuk terus diteliti dan
dikembangkan. Metode kopresipitasi merupakan salah satu metode sintesis
nanopartikel yang banyak dipilih karena sederhana, tidak membutuhkan peralatan
yang canggih, relatif murah, menjanjikan rendemen yang memadai, dan dapat
dilakukan pada temperatur kamar. Macam-macam garam dipakai untuk sintesis
magnetit secara kopresipitasi. Wu dkk. (2006) berhasil mensintesis nanopartikel
magnetit secara kopresipitasi dengan menggunakan campuran garam FeCl3 dan
FeCl2 sebagai pereaksi dengan perbandingan mol 2:1. Pengendapan bersama
terjadi secara stoikiometris pada metode kopresipitasi dengan persamaan reksi:
Fe2+
(aq) + 2 Fe3+
(aq) + 8 OH-(aq)
Fe3O4(s) + 4 H2O(l) (1)
Diameter partikel rata-rata yang dihasilkan oleh Wu dkk. (2006) adalah 2-4 nm. El
Ghandoor dkk. (2012) juga berhasil mensintesis nanopartikel magnetit secara
kopresipitasi dengan menggunakan campuran larutan FeCl3 dan (NH4)2Fe(SO4)2
sebagai pereaksi. Magnetit yang didapatkannya memiliki diameter partikel rata-
rata 10-10,59 nm. Data tersebut melaporkan bahwa karakter magnetit dipengaruhi
oleh parameter proses sintesis, antara lain jenis dan konsentrasi pereaksi, serta
kondisi proses.
Berbagai metode juga dilakukan untuk sintesis nanopartikel maghemit,
salah satunya melalui oksidasi lambat dari magnetit. Proses ini berlangsung lebih
cepat pada temperatur yang lebih tinggi, yakni melalui pemanasan hingga
temperatur 230-380 oC (Cornell & Schwertmann, 2003) dengan persamaan reaksi:
2 Fe3O4(s) + ½ O2(g) 3 γ-Fe2O3(s) (2)
Magnetit hasil kopresipitasi dengan menggunakan pasir besi sebagai bahan baku,
menurut Aji dkk. (2007), dapat dikonversi menjadi maghemit pada temperatur 300 oC. Menurut Li dkk. (2009), magnetit yang disintesis dengan cara kopresipitasi
dapat dikonversi menjadi maghemit dengan pemanasan pada temperatur 250 oC.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konversi magnetit menjadi
maghemit melalui pemanasan dipengaruhi oleh karakter magnetit yang digunakan
sebagai bahan baku.
Salah satu sisi menarik lain dari magnetit dan maghemit adalah
kemampuannya sebagai katalis heterogen. Berkaitan dengan peran katalis
heterogen dalam suatu reaksi, maka semakin luas permukaannya, makin banyak
sisi aktif di permukaannya, sehingga makin besar daya katalitiknya. Karakter
tersebut yang diunggulkan dalam aplikasi nanopartikel magnetit dan maghemit
sebagai katalis. Selain itu sifat, magnetit dan maghemit yang magnetik
mempermudah isolasi katalis dari sistem setelah proses katalisis berlangsung,
sehingga dapat digunakan kembali.
Limbah cair yang masih memerlukan perhatian cukup besar adalah limbah
zat warna, salah satunya rhodamin B. Rhodamin B banyak digunakan dalam
industri tekstil, sehingga limbahnya berpotensi mencemari lingkungan. Limbah
rhodamin B dapat meghalangi penetrasi sinar matahari di perairan sehingga
kehidupan biota air terganggu. Selain itu, rhodamin B sangat berbahaya jika
masuk ke dalam tubuh manusia karena sifatnya yang toksik dan karsinogenik.
Oleh sebab itu, upaya remidiasi rhodamin B perlu dilakukan.
Salah satu cara pengolahan limbah rhodamin B yang dapat dilakukan
adalah mengoksidasinya dengan hidrogen peroksida (Xue dkk., 2009). Oksidasi
dengan menggunakan hidrogen peroksida merupakan salah satu cara yang ramah
lingkungan karena produk dekomposisisnya berupa air dan oksigen. Xue dkk.
(2009) menggunakan magnetit dan Ai dkk. (2007) memakai Fe dilapisi Fe2O3
yang disebut Fe@Fe2O3 sebagai katalis pada proses remidiasi rhodamin B oleh
hidrogen peroksida. Xue dkk. (2009) menggunakan nanopartikel magnetit yang
diperoleh secara komersial, sedangkan Ai dkk. (2010) mensintesis Fe@Fe2O3
melalui reduksi larutan besi(III) klorida. Penelitian ini menggunakan nanopartikel
magnetit dan maghemit sebagai katalis heterogen untuk oksidasi rhodamin B.
METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia, spatula, batang pengaduk,
neraca analitik, gelas ukur, pipet tetes, pengaduk magnet, penangas listrik, corong
kaca, oven, mortar, pastel, pipet ukur, labu ukur, kertas saring, indikator universal,
kertas lakmus merah dan biru, botol semprot, gelas arloji, centrifuge, erlenmeyer,
pengaduk mekanik, spektronik 20 (Genesys), TG-DTA, XRD (Panalytical Xpert
Pro), dan BET (Nova 1200 Quantachrome). Bahan-bahan yang digunakan adalah
aqua demineralisasi, serbuk rhodamin B, natrium hidroksida, besi(II) sulfat
heptahidrat, besi(III) klorida anhidrat, air, hidrogen peroksida 30%, etanol 96%,
asam klorida 36%, dan air kapur. Semua bahan yang digunakan dalam kategori
p.a yang diproduksi oleh Merck, kecuali aqua demineralisasi (Hydrobatt), air, dan
air kapur.
Eksperimen
Sintesis Nanopartikel Magnetit
Sebanyak 8 mL larutan besi(III) klorida 1 M dicampur dengan 8 mL
larutan besi(II) sulfat 0,5 M, kemudian diaduk hingga campuran homogen.
Campuran ditambahkan tetes demi tetes pada 50 mL larutan natrium hidroksida
1,5 M sambil diaduk dengan pengaduk magnet. Endapan hitam yang diperoleh
disaring dan dicuci hingga pH air cucian sama dengan pH air yang digunakan
untuk mencuci. Residu yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada temperatur
60-65oC selama 3 jam. Endapan kering berwarna hitam kemudian ditumbuk dan
dikarakterisasi melalui pengamatan fisik, XRD, BET, dan TG-DTA.
Sintesis Nanopartikel Maghemit
Sebanyak 1,00 gram magnetit hasil sintesis dipanaskan dalam tanur pada
temperatur 200oC selama 2 jam, setelah itu dikarakterisasi melalui pengamatan
fisik, XRD dan BET.
Penentuan Jumlah Hidrogen Peroksida Sebanyak 50 mL larutan rhodamin B 3 ppm direaksikan dengan hidrogen
peroksida 30% pada variasi volume 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; dan 1,4 mL sambil
diaduk. Absorbansi larutan rhodamin B diukur pada 553 nm setelah reaksi
berlangsung selama 24 jam. Data absorbansi yang diperoleh diolah menjadi data
persentase oksidasi dengan rumus:
% oksidasi (O) = {1- At
A0} × 100 % (1)
Uji Katalitik Nanopartikel Magnetit dan Maghemit pada Reaksi Oksidasi
Rhodamin B
Oksidasi tanpa Katalis. Sebanyak 50 mL larutan rhodamin B 3 ppm direaksikan
dengan 1 mL hidrogen peroksida 30% sambil diaduk. Absorbansi larutan
rhodamin B diukur pada 553 nm setiap jam selama 5 jam proses oksidasi.
Oksidasi dengan Katalis. Sebanyak 0,05 gram magnetit hasil sintesis dicampur
dengan 50 mL larutan rhodamin B 3 ppm, kemudian campuran diaduk selama 90
menit. Setelah itu, ke dalam campuran tersebut ditambahkan 1 mL larutan
hidrogen peroksida 30% dan pengadukan dilakukan kembali. Setelah 1 jam,
campuran di-centrifuge dan supernatan diukur absorbansinya pada 553 nm.
Supernatan yang telah diukur absorbansinya dan endapan dalam tabung centrifuge
dikembalikan lagi pada sisa campuran. Pengukuran dilakukan setiap jam selama 5
jam proses oksidasi berlangsung. Oksidasi dengan katalis maghemit dilakukan
dengan prosedur yang sama. Pengambilan data untuk oksidasi tanpa dan dengan
katalis dilakukan sebanyak 2 kali. Masing-masing data absorbansi dirata-rata dan
diolah menjadi persentase oksidasi dengan menggunakan rumus (1).
(b) (a)
Inte
nsi
tas
25 30 35 40 45 50 55 60 65
0
20
40
60
80
100
120
25 30 35 40 45 50 55 60 65
(220)
(311)
(222)
(400)
(422)
(511)
(440)
2
Identifikasi Senyawa Hasil Oksidasi Rhodamin B
Gas karbon dioksida diidentifikasi dengan cara mengalirkan gas yang
dihasilkan saat proses oksidasi larutan rhodamin B pada air kapur. Gas amonia
diidentifikasi dengan cara menempelkan kertas lakmus merah basah pada mulut
erlenmeyer saat reaksi oksidasi rhodamin B berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Magnetit
Hasil Pengamatan
Berdasarakan pengamatan, hasil kopresipitasi berupa serbuk hitam, tidak
larut dalam etanol, dan bereaksi asam klorida. Reaksi yang terjadi pada
pembentukan magnetit ditunjukkan pada persamaan reaksi (1).
Analisis XRD Analisis XRD dilakukan untuk membuktikan zat hasil sintesis memang
benar magnetit. Spektrum XRD diberikan pada Gambar 1.
Berdasaran Gambar 1, tampak kesesuaian antara spektrum XRD hasil sintesis dan
referensi, sehingga dapat dibuktikan bahwa zat hasil sintesis merupakan magnetit.
Berdasarkan pengamatan, pada spektrum XRD magnetit hasil sintesis, puncak
disekitar 2θ 37o (hkl (222)) tidak tampak. Hal ini disebabkan puncak yang muncul
memiliki intensistas yang rendah dan tertutup oleh noise yang ada, sehingga
diduga magnetit hasil sintesis kurang murni.
Analisis BET (Brunauer Emmett Teller)
Analisis BET dilakukan untuk mengetahui diameter partikel rata-rata.
Hasil karakterisasi BET menunjukkan serbuk magnetit memiliki luas permukaan
spesifik sebesar 112,701 m2/g. Diasumsikan partikel berbentuk bola, tidak
berpori, dan densitas magnetit adalah 5,18 gram/cm3, maka berdasarkan
perhitungan, diperoleh diameter partikel rata-rata magnetit sebesar 10,28 nm.
Berdasarkan hal tersebut, maka magnetit yang disintesis tergolong nanomaterial
karena memiliki diameter partikel rata-rata kurang dari 100 nm.
Gambar 1 (a) Spektrum XRD Magnetit (JCPDS Card No. 19-629) dan
(b) Spektrum XRD Magnetit Hasil Sintesis
Analisis TG-DTA (Thermogravimetric-Differential Thermal Analyis)
Analis TG-DTA dilakukan untuk mengetahui temperatur oksidasi magnetit
menjadi maghemit melalui pemanasan. Hasil karakterisasi TG-DTA diberikan
pada Gambar 2.
Gambar 2 Hasil Karakterisasi TG-DTA
Berdasarkan hasil analisis TG-DTA, dapat dijelaskan magnetit dapat
dioksidasi menjadi maghemit pada temperatur 200 oC. Hal ini dapat dilihat pada
kurva DTA. Jika titik ditengah-tengah kurva eksotermik pada kurva DTA
diplotkan terhadap kurva temperatur, maka diperoleh temperatur oksidasi, yaitu
sekitar 200 oC. Temperatur inilah yang digunakan sebagai dasar oksidasi magnetit
menjadi maghemit pada penelitian.
Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Maghemit
Hasil Pengamatan Fisik
Nanopartikel magnetit yang telah dipanaskan pada temperatur 200 oC
selama 2 jam, memberikan produk berupa serbuk coklat kemerahan, tidak larut
dalam etanol, dan bereaksi dengan asam klorida. Berdasarkan fakta yang diamati,
serbuk coklat kemerahan dindikasikan magnetit telah berubah menjadi maghemit
dengan persamaan reaksi 2.
Analisis XRD
Analisis XRD digunakan untuk membuktikan serbuk coklat kemerahan
memang merupakan maghemit. Spektrum XRD maghemit diberikan pada Gambar
3.
Kurva temperatur
Kurva TG
Kurva DTA
Gambar 3 (a) Spektrum XRD Maghemit (JCPDS Card No. 39-1346) dan
(b) Spektrum XRD Maghemit Hasil Pemanasan Magnetit
Inte
nsi
tas
25 30 35 40 45 50 55 60 65
(440)
(511)
(422)
(222)
(311)
(220)
(400)
2
25 30 35 40 45 50 55 60 65
0
50
100
150
200
250
2
Berdasarkan Gambar 3, terdapat kesesuaian antara spektrum XRD
maghemit hasil sintesis dengan referensi JCPDS Card No. 39-1346. Puncak
dengan nilai 2θ sekitar 37o tidak tampak pada spektrum XRD hasil sintesis. Hal
ini disebabkan puncak yang muncul memiliki intensistas yang rendah dan tertutup
oleh noise yang ada, sehingga diduga maghemit hasil sintesis kurang murni.
Berdasarkan hasil anaisis XRD, dilaporkan bahwa zat hasil sintesis memang benar
maghemit. Hal ini didukung oleh adanya pergeseran 2θ ke nilai yang lebih besar
jika dibandingkan dengan nilai 2θ pada XRD magnetit seperti pada Gambar 4 dan
Tabel 1. Pergeseran nilai 2θ kenilai yang lebih besar disebabkan nilai a (panjang
unit sel) magnetit lebih besar daripada maghemit. Magnetit memiliki a sebesar
8,39 Å sedangkan maghemit adalah 8,34 Å. Makin besar a maka 2θ yang
terbentuk makin kecil dan sebaliknya. Spektrum XRD magnetit dan maghemit
yang identik dikarenakan keduanya memiliki sel satuan kubus berpusat muka
(Cornell & Schwertmann, 2003).
Gambar 4 Perbandingan spektrum XRD Magnetit dan Maghemit Hasil Sintesis
25 30 35 40 45 50 55 60 65
2
Maghemit
Magnetit
(a) (b)
Tabel 1 Perbandingan Nilai 2θ Magnetit dan Maghemit Hasil Sintesis
Magnetit Maghemit
30,1460o 30,2112
o
35,5052o 35,6510
o
37,0518o 37,3016
o
43,2817o
53,7755o
57,1753o
62,8520o
43,3731o
53,8600o
57,2200o
62,9734o
Analisis BET (Brunauer Emmett Teller)
Hasil BET meunjukkan bahwa serbuk maghemit memiliki luas permukaan
spesifik sebesar 87,616 m2/g. Partikel diasumsikan berbentuk bola, tidak berpori
dan memiliki densitas 4,87 gram/ cm3. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
diameter partikel rata-rata maghemit hasil sintesis sebesar 14,06 nm. Berdasarkan
hal tersebut, dapat dilaporkan bahwa maghemit memiliki diameter partikel rata-
rata yang lebih besar daripada magnetit. Hal ini disebabkan proses oksidasi
magnetit menjadi maghemit pada temperatur 200 °C menyebabkan partikel-
partikelnya membesar sehingga jarak antar partikel makin rapat. Hal tersebut
menyebabkan luas permukannya juga mengecil. Maghemit yang disintesis juga
tergolong nanomaterial karena memiliki diameter partikel rata-rata kurang dari
100 nm.
Uji Katalitik Nanopartikel Magnetit dan Magnemit pada Oksidasi
Rhodamin B
Uji katalitik nanopartikel magnetit dan maghemit diawali dengan
penentuan jumlah larutan hidrogen peroksida 30%. Penentuan jumlah larutan
hidrogen peroksida 30% dilakukan dengan mengamati perubahan nilai absorbansi
larutan rhodamin B. Data absorbansi kemudian diolah menjadi persentase oksidasi
ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, diperoleh jumlah larutan
hidrogen peroksida yang memberikan persentase oksidasi paling tinggi adalah 1
mL dan digunakan untuk tahap selanjutnya.
Tabel 2 Persentase Oksidasi pada Penentuan Jumlah Larutan Hidrogen Peroksida 30%
Volume H2O2 30% % Oksidasi
0,4 mL 59,895%
0,6 mL 62,697%
0,8 mL 63,398%
1,0 mL 70,403%
1,2 mL 69,527%
1,4 mL 65,674%
Tahap selanjutnya, nanopartikel magnetit dan maghemit hasil sintesis
diaplikasikan sebagai katalis dalam oksidasi rhodamin B oleh larutan hidrogen
peroksida 30%. Data absorbansi pada oksidasi tanpa dan dengan katalis
dibandingkan serta diolah menjadi persentase oksidasi yang diberikan pada Tabel
3.
Fe3O4
γ-Fe2O3
Tabel 3 Data Perbandingan Persentase Oksidasi tanpa dan dengan Katalis
Jam ke- Tanpa Katalis Dengan Katalis
Magnetit
Dengan Katalis
Maghemit
0 0,000% 0,000% 0,000%
1 9,107% 15,236% 14,711%
2 13,135% 22,942% 17,688%
3 19,615% 31,699% 22,942%
4 24,343% 39,405% 28,722%
5 29,247% 43,433% 32,224%
Berdasarkan Tabel 3, oksidasi dengan katalis menghasilkan persentase
oksidasi yang lebih tinggi daripada oksidasi tanpa katalis. Oksidasi menggunakan
katalis magnetit menghasilkan persentase oksidasi yang lebih besar dibandingkan
menggunakan katalis maghemit. Hal ini disebabkan luas permukaan magnetit
lebih besar daripada maghemit (magnetit = 112,701 m2/g, maghemit = 87,616
m2/g). Jika luas permukaan suatu katalis makin besar, maka daya katalitiknya juga
makin besar. Berdasarkan pengamatan, muncul gelembung gas saat proses
oksidasi. Campuran hasil oksidasi memiliki pH 7 yang dibuktikan dengan
indikator universal dan tidak berubahnya warna kertas lakmus merah maupun
biru. Berdasarkan hal tersebut, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut dengan
R dinyatakan sebagai rhodamin B:
R(aq) + H2O2(aq) R teroksidasi(aq) + H2O(l) + O2(g)
R(aq) + H2O2(aq) R teroksidasi(aq) + H2O(l) + O2(g)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, gelembung gas yang muncul
diidentifikasi sebagai gas oksigen. Terbentuknya air mengakibatkan volume
pelarut bertambah. Hal ini juga menjadi faktor penyebab menurunnya nilai
absorbansi (persentase oksidasi meningkat).
Identifikasi Senyawa Hasil Oksidasi Rhodamin B
Berdasarkan pengamatan, gas hasil oksidasi tidak mengeruhkan air kapur
dan tidak merubah warna kertas lakmus merah basah. Hal ini menunjukkan bahwa
zat hasil oksidasi tidak menghasilkan gas karbon dioksida dan amonia.
Berdasarkan fakta tersebut, oksidasi rhodamin B oleh hidrogen peroksida tidak
berlangsung sempurna baik tanpa maupun dengan katalis.
PENUTUP
Nanopartikel magnetit hasil kopresipitasi berupa serbuk hitam dengan
diameter partikel rata-rata 10,28 nm. Nanopartikel maghemit hasil oksidasi
magnetit berupa serbuk coklat kemerahan dengan diameter partikel rata-rata 14,06
nm. Daya katalitik nanopartikel magnetit dalam mengkatalisis reaksi oksidasi
larutan rhodamin B oleh hidrogen peroksida lebih besar dibandingkan maghemit.
DAFTAR RUJUKAN
Aji, M.P., Yulianto, A. & Bijaksana, S. 2007. Sintesis Nanopartikel Magnetit,
Maghemit dan Hematit dari Bahan Lokal. Jurnal Sains Materi Indonesia,
Edisi Khusus Oktober: 106-108.
Ai, Z., Lu, L., Li, J., Zhang, L., Qiu, J. & Wu, M. 2007. Fe@Fe2O3 Core-Shell
Nanowires as Iron Reagent. 1. Efficient Degradation of Rhodamine B by a
Novel Sono-Fenton Process. J. Phys. Chem. C, 111: 4087-4093.
Cornell, R.M. & Schwertmann, U. 2003. The Iron Oxides: Structure, Properties,
Reactions, Occurences and Uses. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH
& Co.KgaA.
El Ghandoor, H., Zidan, H.M., Khalil, M.M.H. & Ismail, M.I.M. 2012. Synthesis
and Some Physical Properties of Magnetite (Fe3O4) Nanoparticles.
International Journal of Electrochemical Science, 7: 5734-5745.
Li, J.H., Hong, R.Y., Li, H.Z., Ding, J., Zheng, Y. & Wei, D.G. 2009. Simple
Synthesis and Magnetic Properties of Fe3O4/BaSO4 Multi-core/shell
Particles. Materials Chemistry and Physics, 113: 140-144.
Wu, J., Ko, S.P., Liu, H., Kim, S., Ju, J. & Kim, Y.K. 2006. Sub 5 nm Magnetite
Nanoparticles: Synthesis, Microstructure, and Magnetic Properties.
Materials Letters, 61: 3124-3129.
Xue, X., Hanna, K. & Deng, N. 2009. Fenton-like Oxidation of Rhodamine B in
The Presence of Two Types of Iron (II, III) Oxide. Journal of Hazardous
Materials, 166: 407-414.