deformasi alat tempur amerika serikat dan …digilib.isi.ac.id/2768/1/bab i.pdfdeformasi alat tempur...

28
i DEFORMASI ALAT TEMPUR AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG ERA PERANG PASIFIK DALAM KARYA LOGAM PENCIPTAAN Jefriana Rum Wandansari NIM 1211678022 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Upload: nguyentram

Post on 02-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

DEFORMASI ALAT TEMPUR AMERIKA SERIKAT

DAN JEPANG ERA PERANG PASIFIK DALAM

KARYA LOGAM

PENCIPTAAN

Jefriana Rum Wandansari

NIM 1211678022

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI

JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2017

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

ii

DEFORMASI ALAT TEMPUR AMERIKA SERIKAT

DAN JEPANG ERA PERANG PASIFIK DALAM

KARYA LOGAM

PENCIPTAAN

Oleh:

Jefriana Rum Wandansari

NIM 1211678022

Tugas Akhir ini Diajukan kepada Fakultas Seni Rupa

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang Kriya Seni

2017

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

iii

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir penciptaan karya seni ini dipersembahkan kepada kedua

orang tua saya, dan seluruh keluarga serta semua pihak yang telah

membantu.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

v

MOTTO

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang

boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.”

(Kartini)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Tugas Akhir ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak ada karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis

menjadi acuan dalam laporan Tugas Akhir ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Januari 2017

Jefriana Rum Wandansari

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas lindungan, rahmat, dan kasih-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penciptaan karya seni

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S-1 Kriya seni, Jurusan

Kriya, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dalam bidang

pendidikan khususnya kriya seni. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih

jauh dari sempurna karena itu masih perlunya perbaikan dalam berbagai hal.

Tugas akhir ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala kemudahan dalam penyelesaian

tugas akhir ini.

2. Nabi Besar Muhammad SAW, sosok pemberi contoh dan suri tauladan

bagi umatnya.

3. Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., Rektor Institut Seni Indonesia

Yogyakarta.

4. Dr. Suastiwi, M.Des., Dekan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia

Yogyakarta..

5. Yulriawan, Dr., Ir., M.Hum. Ketua Jurusan S-1 Kriya Seni Fakultas seni

Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta..

6. Dra. Titiana Irawani, M.Sn. Dosen Pembimbing I.

7. Budi Hartono, S.Sn, M.Sn. Dosen Pembimbing II.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

viii

8. Dr. Supriaswoto, M.Hum., Cognate

9. Suryo Tri Widodo, S.Sn., M.Hum., Dosen Wali.

10. Kedua orang tua, dan seluruh keluarga, terima kasih atas dukungan dan

doanya.

11. Yulian Nandika yang membantu, memberi saran,dan masukan dalam

mengerjakan tugas akhir ini.

12. Destinar Wulandari yang selalu memberikan semangat.

13. Novika, Mas Usmanto, Prisman, Dwi Fajar, Ucha, Uchiel, dan semua

teman yang telah membantu kelancaran tugas akhir.

14. D’Mbik Community yang selalu memberi saran-saran anehnya.

15. “Komedi Puter” yang tidak berhenti muter : Bunga Kusuma, Lian, Dhana.

16. Teman “Kos Ngijo RT 05” : Silfa Ayu, Nur Alifah, Miss Deski.

17. Teman-teman Kriya: Dimas Putranto, Alam Wisesa, Anne Kresandini,

Bintang Wisesa, semua teman-teman kriya angkatan 2012 lainnya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

18. Staf Kriya : Bapak Parto, Bapak Sumadi, Bapak Jas, Bapak Edi, Bapak

Tambang.

19. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya tugas akhir.

Yogyakarta, 22 Desember 2016

Jefriana Rum Wandansari

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR i

HALAMAN JUDUL DALAM ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

MOTTO v

PERNYATAAN KEASLIAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

INTISARI xiv

ABSTRACT xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penciptaan 1

B. Rumusan Penciptaan 2

C. Batasan Masalah 3

D. Tujuan dan Manfaat 3

E. Metode Penciptaan 4

BAB II KONSEP PENCIPTAAN 14

A. Sumber Penciptaan 14

B. Landasan Teori 19

BAB III PROSES PENCIPTAAN 27

A. Data Acuan 28

B. Analisis Data 29

C. Rancangan Karya 33

D. Proses Perwujudan 41

1. Bahan dan Alat 41

2. Teknik Pengerjaan 46

3. Tahap Perwujudan 47

4. Tahap-tahap Proses Perwujudan Setiap Karya 51

E. Kalkulasi Biaya Pembuatan Karya 64

BAB IV TINJAUAN KARYA 69

A. Tinjauan Umum 69

B. Tinjauan Khusus 71

BAB V PENUTUP 79

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

x

A. Kesimpulan 79

B. Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

A. Foto Poster Pameran 85

B. Katalog Pameran 86

C. Foto Situasi Pameran 88

D. Curriculum Vitae 90

E. CD 92

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kalkulasi Biaya Karya 1 64

Tabel 2. Kalkulasi Biaya Karya 2 64

Tabel 3. Kalkulasi Biaya Karya 3 65

Tabel 4. Kalkulasi Biaya Karya 4 ` 65

Tabel 5. Kalkulasi Biaya Karya 5 66

Tabel 6. Kalkulasi Biaya Display Keseluruhan Karya 66

Tabel 7. Biaya Tambahan Karya 66

Tabel 8. Rekapitulasi Biaya Karya Keseluruhan 67

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

xii

DAFTAR GAMBAR

Gb. 1. Foto Peta PD II Kawasan Pasifik 14

Gb. 2. Foto Suasana Saat PD II 15

Gb. 3. Data acuan 1, Browning 12.7 mm (0.5-in) 28

Gb. 4. Data Acuan 2, Tank , 28

Gb. 5. Data Acuan 3, Battle Ship 28

Gb. 6. Data Acuan 4, Pesawat Pembom (Boomber). 29

Gb. 7. Data Acuan 5,Pesawat Petarung (Fighter) 29

Gb. 8. Bagan Proses Penciptaan Karya 32

Gb. 9. Sketsa Alternatif 1 33

Gb. 10. Sketsa Alternatif 2 34

Gb. 11. Sketsa Alternatif 3 34

Gb. 12. Sketsa Alternatif 4 35

Gb. 13. Sketsa Alternatif 5 35

Gb. 14. Sketsa Alternatif 6 36

Gb. 15. Sketsa Alternatif 7 36

Gb. 16. Sketsa Alternatif 8 37

Gb. 17. Sketsa Alternatif 9 37

Gb. 18 Sketsa Alternatif 10 38

Gb. 19. Sketsa Terpilih 1 38

Gb. 20. Sketsa Terpilih 2 39

Gb. 21. Sketsa Terpilih 3 39

Gb. 22. Sketsa Terpilih 4 40

Gb. 23. Sketsa Terpilih 5 40

Gb. 24. Foto Bahan Logam Alumunium 45

Gb. 25. Foto Bahan Resin 45

Gb. 26. Foto Bahan Silikon Rubber 45

Gb. 27. Foto Alat Tunner dan Butsir 46

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

xiii

Gb. 28. Bagan Proses Perwujudan Karya 48

Gb. 29. Proses Pembuatan Model 60

Gb. 30. Proses Pembuatan Model 60

Gb. 31. Proses Pembuatan Model 61

Gb. 32. Proses Pembuatan Model 61

Gb. 33. Proses Membuat Cetakan Silikon 61

Gb. 34. Proses Membuat Cetakan Silikon 62

Gb. 35. Proses Perekaman Model 62

Gb. 36. Proses Pengecoran Logam 62

Gb. 37. Hasil Cor Logam 63

Gb. 38. Proses Pembersihan Logam 63

Gb. 39. Proses Pewarnaan 63

Gb. 40. Proses Pembuatan Display 63

Gb. 41. Membabi Buta 71

Gb. 42. Message of Death 71

Gb. 43. Message in a Battle 74

Gb. 44. Penguasa 75

Gb. 45. Sang Pemburu 77

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

xiv

INTISARI

Tugas akhir penciptaan ini berjudul “Deformasi Alat Tempur Amerika

Serikat dan Jepang Era Perang Pasifik dalam Karya Logam”. Mengambil ide dari

alat tempur yang digunakan saat perang, ada empat jenis pesawat yang digunakan

sebagai data acuan untuk membuat karya, yaitu tank, senapan mesin, pesawat

tempur, dan kapal perang. Keempat jenis alat tempur dideformasi menjadi karya

yang berbeda. Deformasi adalah perubahan bentuk dari asli kedalam bentuk baru

namun tidak meninggalkan bentuk dasar aslinya. Deformasi alat tempur dipilih

sebagai objek karena memiliki karakteristik yang sama dengan logam, mewakili

karakter kerasnya logam dan kuatnya alat tempur tersebut. Karya yang dibuat

diharapkan memberikan pesan tersendiri sesuai dengan tema yang diangkat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan karya ini adalah

dokumentasi, studi lapangan atau observasi,dan studi pustaka. Metode pendekatan

yang dipakai ialah pendekatan estetis, pendekatan semiotika, pendekatan historis.

Sedangkan untuk metode penciptaannya menggunakan metode Practice Based

Research yang dikemukakan oleh Malins Ure dan Gray yaitu penelitian berbasis

praktek Selain itu digunakan pula metode milik S.P. Gustami yaitu tiga tahap enam

langkah. Teknik perwujudan yang diterapkan dalam pembuatan karya logam ini ialah

teknik cor dan teknik tatah.

Karya tugas akhir ini tercipta lima karya, yang masing-masing memiliki

karakter seperti alat tempur Amerika Serikat dan Jepang dengan finishing karya

menggunakan cat duco yang diaplikasikan ke logam.

Kata kunci: Deformasi, Alat tempur, Amerika Serikat –Jepang, Perang Pasifik, Cor

logam

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

xv

ABSTRACT

This Thesis titled Deformation of Warfare Weapons of the United States

and Japan in the Pacific War Era into Metal Works. Taking the idea of warfare

equipment they used during the war, there are four types of armaments used as

reference data to create the assignment. Such as tanks, machine guns, aircrafts

and battleships. These four types of armaments are deformed into different works.

Deformation is a change from the original form into the new form without leaving

the basic shape of the original. Deformation method of armaments chosen

because it has the same characteristics as metals, it represents the character and

strength of the warfare tools. The metal work that has been made was expected to

give the impression of its own in accordance with the theme.

Data collection methods used in the preparation of this thesis was

documentation, field study or observation, and study of the library. The approach

methods used in this thesis are the aesthetic approach, semiotic approach,

historical approach. As for the method of creation refers to the method of Practice

Based Research by Malins Ure and Gray which is based practice. In addition, the

method used refers to the opinion of S.P. Gustami which are three stages of six

steps. Mechanical embodiment applied in creating of these metals was cast

technique and inlay technique.

In this thesis created five metal works, each one has the character like

warfare tools of the United States and Japan with the finishing work using Duco

paint which was applied to the metal.

Keywords: Deformation, Weapons, US-Japan, Pacific War, Metal casting

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Ada banyak hal yang mempengaruhi ide seseorang dalam

menciptakan karya seni, berupa pengalaman ataupun sebuah bentuk respon

dari apa yang menarik perhatian untuk kemudian dijadikan sebuah konsep

penciptaan karya dengan kreativitas yang dimiliki oleh seseorang..

Salah satu hal yang menarik bagi penulis adalah Perang Pasifik, yang

dimulai pada tanggal 15 September 1944 dan berakhir pada bulan Agustus

1945. Peperangan ini menyeret dua kekuatan yang saling menyerang yakni

Sekutu di satu pihak dan Jepang di pihak lain. Pertempuran tersebut

merupakan bagian dari rangkaian serangan balik Sekutu di bawah kendali

Jenderal Douglas MacArthur. Kedatangan puluhan ribu tentara Sekutu di

wilayah Pasifik membawa cerita tersendiri dalam sejarah masa lalu.

Peperangan identik dengan kekerasan, liar, kesakitan, brutal dan segala hal

yang menunjukkan hilangnya rasa kemanusiaan. Munculnya pasukan dengan

segenap alat tempur yang canggih dan mematikan, seperti senapan mesin,

pesawat, kapal perang, dan bom, memusnahkan puluhan ribu bahkan lebih

nyawa melayang.

Pembinasaan jutaan nyawa dengan peralatan tempur modern pada era

tersebut telah menarik perhatian penulis, khususnya adanya peralatan tempur

yang dipakai saat Perang Pasifik. Beberapa peralatan tempur yang digunakan

pada saat perang, khususnya peralatan yang memiliki karakter bentuk yang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

2

kuat dan mempunyai sisi menarik seperti browning, tank, aircraf, dan

battleship, dipilih penulis untuk dieksplorasi ke dalam bentuk lain. Peralatan

tempur mempunyai karakter kuat, keras, brutal dan mematikan sehingga

menarik untuk dideformasikan menjadi sebuah karya yang mempunyai cerita

ke dalam karya seni logam. Dari hasil analisis memahami sumber ide secara

mendalam dan kritis, kemudian dikembangkan sesuai imajinasi dalam

merancang karya, sehingga tercipta karya yang menarik, kreatif, dan

mempunyai pesan-pesan tertentu yang dapat ditangkap oleh publik.

Seni tidak terlepas dari kreativitas karena kreativitas itu sendiri yang

menjadi nilai dari sebuah seni. Kepekaan dan kejelian seseorang dalam

mengeksplorasi dan mengeksekusi ide menjadi sebuah karya yang bernilai,

dan dapat dinikmati oleh penikmat seni hingga masyarakat umum, sangat

dibutuhkan. Berkaitan dengan pemaparan di atas, penulis berusaha

memvisualisasikan alat tempur sebagai sumber ide kreatif dalam penciptaan

karya seni logam kali ini.

B. Rumusan Penciptaan

1. Bagaimana mendeformasikan alat tempur Amerika Serikat dan Jepang di

era Perang Pasifik ke dalam karya seni logam?

2. Bagaimana proses perwujudan karya seni berupa deformasi alat tempur

Amerika Serikat dan Jepang di era Perang Pasifik dalam karya logam?

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

3

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya akan mengambil beberapa

jenis alat tempur yang dijadikan sebagai ide dasar pembuatan karya seni

logam agar nantinya penciptaan karya Tugas Akhir ini tidak meluas dari

tujuan yang semula direncanakan, sehingga penulis bisa lebih fokus serta

mempermudah dalam memperoleh data yang dibutuhkan. Penulis

menetapkan batasan-batasan alat tempur yang dimaksud sebagai berikut :

1. Pesawat tempur (pesawat petarung, pesawat pengebom) jenis pesawat

Mitsubishi A6M Zeke, dan Martin B-26 Marauder

2. Kapal perang atau battle ship

3. Senapan mesin atau machine guns jenis Browning 12.7 mm (0.5-in)

4. Tank jenis LVT Mark 2

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Menciptakan karya deformasi alat tempur Amerika Serikat dan Jepang

yang bersumber ide dari alat tempur di era Perang Pasifik.

b. Mewujudkan karya deformasi alat tempur Amerika Serikat dan Jepang

di era Perang Pasifik dalam karya seni logam.

2. Manfaat

a. Memberikan khazanah baru dalam perkembangan seni rupa pada

umumnya dan kriya logam pada khususnya.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

4

b. Menambah pengalaman berkesenian bagi penulis khususnya, dan

memberikan penyampaian pesan ide penulis kepada masyarakat agar

tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran, referensi, dan

sumber pengetahuan tentang karakteristik media, dengan bentuk-

bentuk eksploratif karya deformasi.

E. Metode Pendekatan dan Penciptaan

1. Metode pendekatan

Dalam menciptakan karya seni metode pendekatan diperlukan sebagai

penunjang terjadinya proses kreatif guna mendukung terciptanya karya seni.

Di bawah ini adalah metode pendekatan yang digunakan dalam menciptakan

karya seni logam. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Pendekatan Estetis

Pendekatan estetis dalam proses penciptaan karya, mengacu pada

unsur-unsur kesenirupaan yang meliputi unsur garis, bidang, ruang,

warna, tekstur, irama, ritme, dan bentuk. Hal ini dimaksudkan agar

karya yang diciptakan memunculkan ciri khas dan nilai keindahan.

Mengacu pendapat A.A.M. Djelantik (2004:37) pada tiga unsur estetik

yang mendasar, yaitu keutuhan atau kebersatuan (unity), penonjolan

atau penekanan (dominance), dan keseimbangan (balance) menjadi

bagian dari proses penciptaan. Pengalaman estetis perupa menjadi

kekuatan tersendiri dan memiliki pengaruh besar terhadap karya yang

diciptakan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

5

Selain hal tersebut diatas seorang perupa juga harus mengetahui

secara pasti asas-asas pengorganisasian bentuk berupa harmonis,

kontras, gradasi, repetisi, serta hukum keseimbangan, unity, dan

variaty. Menghindari kemonotonan, kesenadaan dan kekontrasan yang

berlebihan dalam karya seni, penulis mengadopsi pendapat Stephen C.

Pepper dalam The Liang Gie dalam kutipan Dharsono Sony Kartika

dan Nanang Ganda Prawira, yang mengemukakan bahwa penyusun

karya harus mampu dan berusaha untuk menampilkan keanekaan

(variaty) dan kesatuan (unity) yang semuanya tetap

mempertimbangkan keseimbangan. (Kartika Dharsono Sony, dan

Nanang G.P 2004:20).

b. Pendekatan Semiotika

Pendekatan semiotika menjadi rujukan menyelami makna yang

ada pada sebuah karya seni dengan melihat tanda-tanda atau simbol

yang terkandung di dalamnya. Arthur Asa Berger (2010:27)

menerangkan pendapat yang dikemukakan oleh Saussure bahwa

simbol adalah jenis tanda di mana hubungan antara penanda dan

petanda seakan-akan bersifat arbitrer. Saussure menerangkan sebagai

berikut :

“Salah satu karakteristik dari simbol adalah simbol tidak pernah benar-

benar arbitrer. Hal ini bukannya tanpa alasan karena ada

ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda”.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

6

Simbol-simbol membantu kita untuk tanggap terhadap sesuatu

dan mempertajam dalam menilai sebuah karya seni melalui tanda yang

ada.

2. Metode Penciptaan

Metode penciptaan diperlukan untuk melaksanakan suatu proses

perwujudan suatu karya sesuai dengan sistem tertentu. Dalam menciptakan

karya seni yang memiliki nilai estetika dan makna yang terkandung

didalamnya, penulis menggunakan metode Pratice Based Research, seperti

yang diungkapkan Malins, Ure, dan Gray (1996:1) dalam Jurnal Perintis

Pendidikan (2010: vol 18.1),

Penelitian berbasis praktek merupakan penelitian yang paling tepat

untuk para perancang karena pengetahuan baru yang didapat dari

penelitian dapat diterapkan secara langsung pada bidang yang

bersangkutan dan peneliti melakukan yang terbaik menggunakan

kemampuan mereka dan pengetahuan yang telah dimiliki pada subjek

kajian tersebut.

Ekperimen yang dilakukan selama proses pembuatan karya akan

menghasilkan banyak bahan yang kemudian bisa diolah menjadi bahan

penciptaan selanjutnya.

Profesor Ramlan Abdullah dalam Jurnal Perintis Pendidikan (2010:

vol 18.1) mengatakan:

Practice Based Research as translated encompasses three

essential research elements that I would categorized in a triangle as

the first layer of understanding of what practice based research is all

about. These are research question, research metods, and research

context. The heart of this triangle is the practice based research itself.

The outcome of practice based research should profess these points

(although not exclusively limited to). There are creative visual

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

7

documentations, either traditional or digital outputs as interpreted,

produced and developed by the artist /researchers; artwork or

artifacts either supporting the research or manisfested from the

research; and lastly, experiental manisfestation through curatorial

programmes, an organized and a well-thought-of presentations,

exhibitions or visual manifestation originating from the research.

dikatakan juga,

The best part I committing practice based research is the

manifestations possible from such study. Pure research would only

concern on the thesis (insight, findings, analysis, synthesis, suggestion,

conclusion etc) but practice based research welcomes visual

manifestations such as documentations (artworks, commisssion or

special projects, digital output, installation, virtual

reality/presentation, performance, books, videos, photos, etc) as part

of the thesis which I gather would be the greatest motivation for

practitioners in the visual arts to seriously commit themselves to such

undertaking.

Metode practice based research ini menyebutkan bahwa manifestasi

visual seperti dokumentasi berupa karya seni, proyek penciptaan, hasil digital,

instalasi, presentasi, pertunjukan, buku, video, foto merupakan bagian dari

suatu penelitian atau penciptaan yang dapat dijadikan manifestasi, motivasi

serta referensi seorang praktisi seni untuk serius menekuni bidangnya. Penulis

juga melakukan percobaan untuk mengolah material serta teknik yang sesuai

dalam pembuatan karya, serta mengalami dan membuktikan sendiri proses

sampai dengan hasil dari percobaan tersebut.

Selain itu, penulis juga menambahkan metode penciptaan milik SP

Gustami (2004:30) yang sering disebut dengan “Tiga Tahap – Enam Langkah

Proses Penciptaan Seni Kriya”, yang dijabarkan sebagai berikut :

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

8

a. Eksplorasi, yang terdiri dari 2 langkah:

1. Pengembaraan jiwa, pengamatan lapangan, dan penggalian

sumber informasi terkait dengan bentuk alat tempur Perang

Pasifik.

2. Penggalian landasan teori dan acuan visual yang berkaitan

dengan bentuk alat tempur Perang Pasifik yang lebih dahulu

tercipta.

b. Perancangan, yang terdiri dari 2 langkah:

1. Penuangan ide ke dalam sketsa, di dalam dunia ide seniman

membutuhkan pengembaraan alam pikiran yang pada akhirnya

menghasilkan beberapa sketsa.

2. Penuangan sketsa ke dalam desain, dari beberapa sketsa yang

dihasilkan seniman melakukan pengendapan (incubation)

pikiran untuk memilih salah satu sketsa yang sesuai dengan

suara hati dan tema yang ingin diangkat, yang pada akhirnya

sketsa terpilih dijadikan gambar desain.

c. Perwujudan, yang terdiri dari 2 langkah:

1. Mewujudkan berdasarkan desain, dalam proses perwujudan

karya seni kriya yang sifatnya nonfungsional praktis ini atau

seni kriya sebagai ekspresi diri, maka sangat besar kemungkinan

terjadi perubahan di luar perancangan pada saat berlangsungnya

proses perwujudan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

9

2. Evaluasi tentang kesesuaian ide dan wujud karya seni, dan juga

ketepatan fungsi yang mencakup berbagi aspek, baik dari segi

tekstual maupun kontekstual. Untuk karya seni kriya yang

berfungsi sebagai ekspresi pribadi, penilaian terletak pada

kekuatan dan kesuksesan mengemas segi spirit, ruh dan segi

penjiwaannya, termasuk penuangan wujud fisik, makna, dan

pesan sosial kultural yang dikandungnya.

Melalui tahapan-tahapan tersebut kemudian dijelaskan menjadi

beberapa metode penciptaan, sebagai berikut:

a. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara atau teknik yang

dilakukan untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2013:224) menjelaskan

teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian atau penciptaan suatu karya, karena tujuan utamanya adalah

mendapatkan data. Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan beberapa teknik yakni :

1) Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

10

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat

berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini penulis

menggunakan metode dokumentasi dengan mencari data atau

informasi yang berhubungan dengan ide yang akan diwujudkan

dalam karya deformasi alat tempur.

2) Studi Lapangan atau Observasi

Studi lapangan atau observasi dengan cara menyeleksi objek-

objek yang akan dipilih sebagai studi bentuk, melalui pengamatan

karakter bentuk, tekstur, serta warna diperoleh banyak data yang

akan digunakan dalam membuat karya. Observasi dilakukan dengan

melihat secara langsung berbagai contoh karya deformasi yang ada

sebelumnya. Tahapan ini dilakukan agar mendapatkan gambaran

yang lebih jelas tentang karya deformasi logam.

3) Studi pustaka

Mempelajari berbagai buku dan melihat video atau film yang

mendukung dalam pengerjaan penciptaan karya. Studi pustaka

dilakukan dengan melihat film atau video tentang Perang Pasifik.

Setelah itu dilakukan pengamatan alat tempur yang dipakai saat

perang, dengan membuat catatan dan sketsa kasar tentang bentuk-

bentuk alat tempur yang berkaitan dengan sumber ide yaitu karya

kriya logam khususnya bentuk alat tempur. Selain dari film atau

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

11

video, data yang diperoleh juga berupa kartu katalog, referensi

umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-

laporan penelitian, jurnal, ensiklopedia, artikel maupun ulasan dari

buku, majalah, serta foto dan gambar dari internet. Data-data yang

ada kemudian dianalisis sesuai dengan ide yang akan diwujudkan

dalam karya.

b. Metode Analisis Data

Analisis data ini perlu dilakukan karena untuk mereduksi data

menjadi perwujudan yang lebih dapat dipahami dan diinterpretasikan

dengan cara tertentu sehingga hubungan dari masalah penelitian dapat

ditelaah serta diuji (Silalahi, 2006:304). Dengan demikian data perlu

dianalisis agar berbagai data yang telah diperoleh dapat disederhanakan

sehingga nantinya dapat lebih mudah untuk dipahami.

c. Metode Perancangan

1) Pembuatan Sketsa Alternatif

Langkah pertama dalam pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan

dengan cara pembuatan beberapa sketsa alternatif atau desain

alternatif, dengan tujuan untuk mengolah ide dasar dan bentuk

karya yang akan diwujudkan, sehingga nantinya akan didapatkan

sketsa terpilih yang terbaik.

2) Pemilihan Sketsa

Tahap berikut ini merupakan langkah kedua yaitu memilih

sketsa atau desain dari sketsa-sketsa alternatif yang telah dibuat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

12

untuk diproses ke tahap pembuatan desain dengan membuat

gambar kerja dari sketsa atau desain yang terpilih.

3) Pembuatan Purwarupa atau Prototype

Pembuatan purwarupa atau prototype merupakan tahap yang

dilakukan sebagai percobaan pembuatan karya dari desain yang

terpilih. Pembuatan purwarupa atau prototype ditekankan kepada

pembuatan bentuk karya dari bahan tanah liat. Purwarupa atau

prototype karya tersebut sebagai contoh dan percobaan sebelum ke

langkah pembuatan karya logam.

d. Metode Perwujudan

1) Pemilihan Bahan Baku

Pemilihan bahan baku sangat dibutuhkan karena

mempengaruhi kelancaran dalam pembuatan karya. Bahan baku

dalam pembuatan karya ini menggunakan logam alumunium,

dikarenakan jenis logam tersebut merupakan jenis logam yang

tahan terhadap korosi. Alumunium memiliki sifat ringan, lunak,

dan mudah dibentuk. Selain bahan logam digunakan juga bahan

keramik sebagai bahan pelengkap untuk membuat karya menjadi

lebih artistik dan unik.

2) Pembentukan

Pembentukan dalam karya deformasi ini menggunakan

berbagai teknik, seperti teknik cor atau casting, teknik tatah logam.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

13

Dalam proses pembentukan model dilakukan dengan percobaan

berbagai macam material seperti kayu, dempul plastik, dan resin.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui material dan teknik apa yang

sesuai untuk digunakan dalam pembuatan karya deformasi tersebut.

Sehingga nantinya didapatkan hasil yang sesuai dengan gagasan ide

awal.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta