definisi perdarahan
TRANSCRIPT
A. Definisi Perdarahan (Hemorrhage)
Definisi dari perdarahan adalah kehilangan akut volume peredaran darah. Walau
dapat bervariasi, volume darah orang dewasa normal adalah kira-kira 7% dari berat
badan. Bila penderita gemuk maka volume darahnya diperkirakan berdasarkan berat
badan idealnya karena bila kalklasi didasarkan berat badan yang sebenarnya, hasilnya
mungkin jauh di atas volume yang sesungguhnya.
B. Efek langsung dari perdarahan
Perbedaan antara kelas-kelas syok hemoragik mungkin tidak jelas terlihat pada
seseorang penderita, dan penggantian volume harus diarahkan pada respon terhadap
terapi semula dan bukan dengan hanya mengandalkan klasifikasi awal saja. Sistem
klasifikasi ini berguna untuk memastikan tanda-tanda dini dan patofisiologi keadaan
syok. Perdarahan kelas I dicontohkan dengan seseorang yang menyumbang satu unit
darah. Kelas II adalah perdarahan tanpa komplikasi, namun resusitasi cairan kristaloid
diperlukan. Kelas III adalah keadaan perdarahan dengan komplikasi di mana harus
diiberikan infus kristaloid dan mungkin penggantian darah. Perdarahan kelas IV harus
dianggap sebagai kejadian preterminal, dan kalau tidak diambil tindakan yang sangat
agresif, penderita akan meninggal dalam beberapa menit. Beberapa faktor akan sangat
mengganggu penilaian respon hemodinamis terhadap perdarahan. Faktor-faktor ini
meliputi usia, parahnya perdarahan, rentang waktu antara perdarahan dan permulaan
terapi, terapi cairan sebelumnya, dan obat-obatan yang sebelumnya telah diberikan
karena ada penyakit kronis.
Berbahaya untuk menunggu sampai tanda-tanda syok jelas, dan baru setelah itu
mulai pemulihan volume dengan agresif. Resusitasi cairan harus dimulai bila
tanda-tanda dan gejala kehilangan darah nampak atau diduga, bukan bila
tekanan darah menurun atau sudah tidak terdeteksi.
1. Perdarahan Kelas I – Kehilangan Volume darah sampai 15%
Gejala klinis dari kehilangan volume ini adalah minimal. Bila tidak ada komplikasi,
akan terjadi takikardi minimal. Tidak ada perubahan yang berarti dari tekanan darah,
tekanan nadi, atau frekuensi pernafasan. Untuk penderitan yang dalam keadaan sehat,
jumlah kehilangan darah ini tidak perlu diganti. Pengisian transkapiler dan
mekanisme kompensasii lain akan memulihkan volume darah dalam 24 jam. Namun,
bila ada kehilangan cairan karena sebab lain, kehilangan jumlah darah ini dapat
mengakibatkan gejala-gejala klinis. Penggantian cairan primer akan memperbaiki
keadaan sirkulasi.
2. Perdarahan Kelas II Kehilangan volume darah 15% sampai 30%
Gejala-gejala klinis termasuk takikardi, takipnea, dan penurunan tekanan nadi.
Penurunan tekanan nadi ini terutama berhubungan dengan paningkatan dalam
komponen diiastolik karena bertambahnya katekolamin yang beredar. Zat inotropik
ini menghasilkan peningkatan tonus dan resistensi pembuluh-pembuluh perifer.
Tekanan sistolik hanya berubah sedikit pada syok yang dini kareni itu penting untuk
lebih mengandalkan evaluasi tekanan nadi daripada tekanan sistolik. Penemuan klinis
yang lain yang akan ditemukan pada tingkat kehilangan darah ini meliputi perubahan
sistem saraf sentral yang tidak jelas (subtle) seperti cemas, ketakutan atau sikap
permusuhan. Walau kehilangan darah dan perubahan kardiovaskuler besar, namun
produksi urin hanya sedikit terpengaruh. Aliran urine biasanya 20-30ml/jam.
3. Perdarahan Kelas III Kehilangan volume darah 30% sampai 40%
Akibat kehilangan darah sebanyak ini (sekitar 2000ml) dapat sangat parah.
Penderitanya hampir selalu menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat,
termasuk takikardi dan takipnea yang jelas, perubahan penting dalam status mental,
dan penurunan tekanan darah sistolik. Dalam keadaan yang tidak berkomplikasi,
inilah jumlah kehilangan darah paling kecil yang selalu menyebabkan tekanan sistolik
menurun. Penderita dengan kehilangan darah tingkat ini hampir selalu memerlukan
transfusi darah. Keputusan untuk memberi transfusi darah didasarkan atas respon
penderita terhadap resusitasi cairan semula dan perfusi dan oksigenasi organ yang
adekuat.
4. Perdarahan Kelas IV Kehilangan volume darah lebih dari 40%
Dengan kehilangan darah sebanyak ini, jiwa penderita terancam. Gejala-gejalanya
meliputi takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik yang cukup besar, dan
tekanan nadi yang sangat sempit (atau tekanan diastolik yang tidak teraba). Produksi
urine hampir tidak ada, dan kesadaran jelas menurun. Kulitnya dingin dan pucat.
Penderiita ini seringkali memerlukan transfusi cepat dan intervensi pembedahan
segera. Keputusan tersebut diddasarkan atas respon terhadap resusitasi cairan yang
diberikan. Kehilangan lebih dari 50% volume darah penderita mengakibatkan
ketidaksadaran, kehilangan denyut nadi dan tekanan darah.
PENATALAKSANAAN AWAL DARI SYOK HEMORAGIK
Diagnosis dan terapi syok harus dilakukan secara simultan. Untuuk hampir semua
penderita trauma, penangannan dilakukan seolah-olah penderita menderita syok
hipovolemi, kecuali bila ada bukti jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu
etiologi yang bukan hipovolemia. Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegangn
ialah menghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan volume.
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diarahkan kepada diagnosis cedera yang mengancam nyawa
dan meliputi penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital awal penting untuk
memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-
tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang
lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.
1. Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenisasi. Dapat diberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%
2. Sirkulasi-Kontrol Perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas
terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.
Perdarahhan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan
langsung pada tempat perdarahan. PASG (Pneumatic Anti Shock Germent)
dapat digunakan untuk megendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau
ekstremitas bawah, namun tidak boleh menggangu resusitasi cairan cepat.
Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan yang diperlukan.
Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal
3. Disabiliti-Pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik.
Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan
kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi sistem saraf
sentral tidak selalu disebabkan cederea intrakranial tetapi mungkin
mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi
otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari
cedera intrakranial
4. Exposure-Pemeriksaan Lengkap
Setelah mengurus prioritas dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki
sebabai bagian dari mencari cedera. Bila menelanjangi penderita, sangat
penting mencegah hipotermia.
5. Dilatasi Lambung-Dekompresi
Dilatasi lambung seringkali terjadi pada penderita trauma, dapat
mengakiibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat diterangkkan,
biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf vagina yang berlebihan.
6.
7. df