definisi fraktur tulang pinggul /hip
DESCRIPTION
Definisi fraktur tulang pinggul /hip merupakan fraktur yang terjadi pada tulang fmur bagian proximalTRANSCRIPT
Definisi
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma.
Hip/pinggul adalah bagian dari tulang panggul yang berartikulasi dengan pangkal
tulang femur pada asetabulum
Fraktur Hip adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan
fraktur tulang femur pada daerah ujung/pangkal proksimal yang meliputi kepala
sendi, leher, dan daerah trochanter.
Etiologi
Secara umum fraktur disebabkan oleh
a. Benturan dan cedera (kecelakaan)
b. Kelemahan/kerapuhan tulang akibat osteoporosis
c. Patah karena letih, patah karena otot tidak dapat mengabsorpsi energi seperti
karena berjalan kaki terlalu lama.
Patah tulang pinggul paling sering terjadi karena jatuh atau pukulan langsung ke
sisi pinggul. Beberapa kondisi medis seperti osteoporosis, kanker, luka atau stres
dapat melemahkan tulang dan membuat pinggul lebih rentan terhadap patah
Manisfestasi Klinis
Gejala klinis
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur.
2. Tak mampu menggerakkan kaki.
3. Terjadi pemendekan karena kontraksi/spasmus otot-otot paha.
4. Eksternal rotasi pada tungkai tersebut.
Tanda-tanda lain sesuai dengan tanda fraktur pada umumnya, yaitu:
1. Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba
2. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan
normal.
3. Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.
4. Teraba panas pada jaringan yang sakit karena peningkatan vaskularisasi di
daerah tersebut.
5. Pulsa/nadi pada daerah distal melemah/berkurang.
6. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena jepitan saraf oleh fragmen
tulang.
7. Krepitasi jika digerakkan (jangan melakukan pembuktian lebih lanjut jika
pasti ada fraktur)
8. Perdarahan.
9. Hematoma, edema karena extravasasi darah dan cairan jaringan.
10. Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan darah, atau akibat nyeri
hebat.
11. Keterbatasan mobilisasi.
12. Terbukti fraktur lewat foto rontgen
Patofisioogi
Patah tulang pinggul (fraktur hip) mengacu pada fraktur femur di kepala (caput),
leher (collum), atau wilayah trochanterica. Caput femur adalah bagian yang
mengisi daerah acetabulum. Collum adalah daerah sempit di bawah caput.
trochanterica adalah area di bawah collum
Caput dan collum femoralis terletak dalam kapsul sendi dan tidak termasuk dalam
periosteum; dengan demikian, caput dan collum tidak memiliki suplai darah yang
cukup. Patah di daerah ini biasanya jenis fragmen dan mungkin lebih menurunkan
pasokan darah, meningkatkan risiko nonunion (tidak menyatu) dan avascular
nekrosis. Sedangkan Wilayah trochanterica tertutup periosteum dan karena itu
memiliki lebih banyak pasokan darah daripada caput atau collum. Patah tulang
pinggul lebih sering terjadi pada orang tua sebagai akibat penurunan massa tulang
dan meningkatnya kecenderungan untuk jatuh
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari adanya fraktur tulang pinggul adalah
1. Shock dan perdarahan. Pada saat terjadinya cedera atau segera sesudah
operasi.
2. Komplikasi immobilitas. Terutama pada usia lanjut, antara lain:
Pneumonia, Thromboplebitis, Emboli pulmonal
3. Penyembuhan terlambat, non-union. Sering pada fraktur intrakapsular
sembuh lebih lambat bila dibanding dengan fraktur ekstra kapsular karena
adanya gangguan suplai darah.
4. Aseptic necrosis kepala femur. Merupakan komplikasi fraktur femur
proksimal an dislokasi traumatik pada hip.
5. Deformitas, malposisi femur, arthritis sekunder. Displasemen fragmen
tulang dapat menyebabkan deformitas, sedangkan trauma menyebabkan
arthritis.
6. Masalah post operatif dengan alat-alat fiksasi internal. Fiksasi internal bisa
melemah, patah, atau pindah tempat yang menyebabkan kerusakan
jaringan lunak. Untuk ini perlu pembedahan ulang.
7. Ekstrim eksternal/internal rotasi dan adduksi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap. Dilakukan untuk persiapan pre operasi. Dapat
menunjukkan tingkat kehilangan darah hingga cedera (pemeriksaaan Hb
dan Hct) Nilai leukosit meningkat sesuai respon tubuh terhadap cedera
2. Golongan darah dan cross match. Dilakukan sebagai persiapan transfudi
darah jika kehilangan darah yang bermakna akibat cedera atau tindakan
pembedahan.
3. Pemeriksaan kimia darah.Sebagai persiapan pre operatif untuk mengkaji
ketidak seimbangan akibat cedera yang dapat menimbulkan masalah pada
saat intra operasi (misalnya, ketidak seimbangan potassium dapat
meningkatkan iritasi cardiac selama anestesi) BUN creatinin untuk evaluasi
fungsi ginjal.
4. Masa pembekuan dan perdarahan (clotting time, bleeding time) sebagai
persiapan pre operasi, biasanya normal jika tak ada gangguan perdarahan.
Pada pasien lanjut usia dapat diberikan terapi antikoagulan segera setelah
post operasi untuk memperkecil terjadinya tromboemboli.
5. Pemeriksaan urine.Sebagai evaluasi awal fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan X-ray dada.Sebagai evaluasi tingkat cedera, persiapan pre
operasi, atau mengetahui kondisi selama perawatan pembedahan, dll.
(misalnya, kardiomegali atau gagal jantung kongestif).
7. EKG sebagai persiapan operasi maupun untuk mengevaluasi apakah
terdapat juga cedera pada jantung (misalnya kontusio cardiac) disamping
trauma/cedera pada hip.