definisi diabetes mellitus

33
DM Untuk Dokter Umum Dr, Waisul Choroni SpPD Definisi Diabetes Mellitus Diabetes melitus adalah merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut. Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Upload: niddy-rohim-febriadi

Post on 28-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DM

TRANSCRIPT

DM Untuk Dokter Umum

Dr, Waisul Choroni SpPD

Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes melitus adalah merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme

yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism

karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut.

Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama

akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh,

peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal

disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala

aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di

seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total

populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada

tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari

populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama

tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di

Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup,

seperti pola makan “Western-style” yang tidak sehat.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami

Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa

selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami

Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus

yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada

wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat

pendidikan dan status sosial rendah.

TIPE DIABETES MELITUS

1. Diabetes Melitus tipe 1

Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar

glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus

yang semestinya meningkatkan sekresi insulin.

DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Kelainan autoimun ini

diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang

dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang

‘menyerupai’ protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-

faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps,

rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.

Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak

ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering

terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.

2. Diabetes Melitus tipe 2

Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang

inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma,

penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan

lipolisis.

Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup  yang diabetogenik (asupan

kalori  yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara

genetik.  Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbeda-beda untuk

setiap ras.

3.   Diabetes Melitus tipe lain

-         Defek genetik fungsi sel beta

Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan

dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-

onset diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di

jaringan tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa

kromosom, yang paling sering adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p

yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik  yang

mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin.

-         Defek genetik kerja insulin

Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia

dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis

nigricans, pada wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium.

-         Penyakit eksokrin pankreas

Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.

-         Endokrinopati

Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis

aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti  pada sindroma Cushing,

glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang

yang sebelumnya mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat diperbaiki bila

kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi.

-         Karena obat/zat kimia

Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan

pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja

insulin.

-         Infeksi

Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus B,

CMV, adenovirus, dan mumps.

-         Imunologi

Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi antiinsulin

reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta

pankreas.

-         Sindroma genetik lain

Down’s syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll.

4.   Diabetes Kehamilan/gestasional

Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset pada waktu

kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya

toleransi glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga.

FAKTOR PENCETUS

1. Lapar dan Stress

2. Kerusakan sel beta pankreas yang progresif

3. Peningkatan lipolisis

4. Penurunan ambilan glukosa

5. Produksi glukosa hepatic

6. Kekurangan produksi hormon insulin

7. Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin

8. Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)

9. Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah

10. Proses menua

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM

berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak

jelas sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah

lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, atau

pruritus vulva pada pasien wanita.

Kriteria diagnostik DM menurut PERKENI, 2006 atau yang dianjurkan ADA

(American Diabetes Association) yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil

pemeriksaan gula darah dibawah ini:

1. Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl

2. Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl

3. Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam

sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral.

PATOFISILOGI DM TIPE 2

Pada penderita Diabetes mellitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukosa

meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru (glukoneogenesis) dan yang menyebabkan

metabolisme lemak 0meningkat kemudian akan terjadi proses pembentukan keton

(ketoasidosis), terjadinya ketoasidosis dalam urin akan menyebabkan ketonuria dan kadar

natrium menurun serta pH serum menurun menyebabkan asidosis. Defisiensi insulin

menyebabkan pengunaan glukosa oleh sel menjadi turun sehingga kadar gula didalam plasma

meningkat (hiperglikemia) apabila hiperglikemianya menurun parah dan melebihi ambang

ginjal maka akan terjadi glukosuria yang menyebabkan diuresius osmotik yang meningkatkan

pengeluaran kemih (poliuria), timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.

Glukosuria mengakibatkan kalori negatif yg menimbulkan rasa lapar yang tinggi. Pada

pengunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi

menurun sehingga tubuh menjadi lemah. Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh

darah kecil, arteri kecil sehingga suplai makanan dan 02 ke perifer menjadi berkurang yang

akan menyebabkan luka tidak sembuh – sembuh. Karena suplai makanan dan 02 tidak

adekuat maka akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren (ulkus). Gangguan

pembuluh darah menyebabkan aliran darah retina menurun sehingga suplai makanan dan 02

ke retina berkurang. Akibatnya pandangan menjadi kabur.

TARGET MANAGEMENT DM

MANAGEMENT DM

1. EDUKASI

Diabetes tipe2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku setelah

terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri

membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai

keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif yang

meliputi pemahaman tentang:

a) Penyakit DM

b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

c) Penyulit DM

d) Intervensi farmakologis dan non-farmakologis

e) Hipoglikemia

f) Masalah khusus yang dihadapi

g) Cara mengembangkan system pendukung dan mengajarkan ketrampilan

h) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah

merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.

1. Adapun perilaku yang diinginkan antara lain adalah:

a) Mengikuti pola makan sehat

b) Meningkatkan kegiatan jasmani

c) Menggunakan obat diabetes dan obat obat-obat pada keadaan khusus

secara aman dan teratur.

d) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan

memanfaatkan data yang ada

Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan

rumus Broca. Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus IMT = BB

(kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT

- BB Kurang < 18,5

- BB Normal 18,5 – 22,9

- BB Lebih > 23,0

- Dengan risiko 23,0 – 24,9

- Obes I 25,0 – 29,9

- Obes II > 30

Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat dipakai rumus Broca, yaitu :

Berat Badan Idaman (BBI) = ( TB – 100) – 10%

Status gizi : BB aktual x 100%/TB(cm) – 100

- BB kurang bila BB < 90% BBI

- BB normal bila BB 90 – 110% BBI

- BB lebih bila BB 110 – 120% BBI

- Gemuk bila BB > 120% BBI

LATIHAN JASMANI

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu

selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe 2.

Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan (jalan, bersepeda santai, jogging, berenang).

Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Perlu

dibatasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak (menonton televisi).

INTERVENSI FARMAKOLOGIS

Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai

dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.

OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :

a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue ) : sulfniturea dan glinid

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion

c. Penghambat absorbs glukosa : penghambat glukosidase alfa

a. Pemicu Sekresi Insulin

1. Sulfonilrea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin

oleh sel beta pancreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan

berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien

dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan

pada berbagai keadaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang

nutrisi serta penyakit kardiovaskuler tidak dianjurkan penggunaan sulfoniluria

kerja panjang seperti klorpamid.

2. Glinid

Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan

sulfoniluria, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Obat ini

diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan dieksresin secara

cepat melalui hati.

b. Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin

1. Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati, disamping

juga memperbaiki ambilan glukosa perifer, dan terutama dipakai pada pasien

DM gemuk.

2. Tiazolidindion

Tiazolidindion (contoh : rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada

peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPARý), suatu reseptor

inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunnkan

resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor glukosa, sehingga

meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan

pada pasien dengan gagal jantung klas I – IV karena dapat memperberat

edema/resistensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.

c. Penghambat Glukosaidase Alfa ( Acarbose )

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbs glukosa di usus halus, sehingga

mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak

mengakibatkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering

ditemukan ialah kembung dan flatulen.

EDUKASI

Diabetes tipe2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku setelah terbentuk

dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif

pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,

dibutuhkan edukasi yang komprehensif yang meliputi pemahaman tentang:

a) Penyakit DM

b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

c) Penyulit DM

d) Intervensi farmakologis dan non-farmakologis

e) Hipoglikemia

f) Masalah khusus yang dihadapi

g) Cara mengembangkan system pendukung dan mengajarkan ketrampilan

h) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti

perubahan perilaku yang berhasil 1.

Adapun perilaku yang diinginkan antara lain adalah:

a) Mengikuti pola makan sehat

b) Meningkatkan kegiatan jasmani

c) Menggunakan obat diabetes dan obat obat-obat pada keadaan khusus

secara aman dan teratur.

d) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan

memanfaatkan data yang ada

PERENCANAAN MAKANAN

Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes. Faktor yang

berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan

makanan dan bentuk makanan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak dan protein),

yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat. Jumlah masukan kalori

makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting dari pada sumber atau macam

karbohidratnya. Standar yang diajukan adalah makanan dengan komposisi 1:

- Karbohidrat 60 – 70 %

- Protein 10 – 15%

– Lemak 20 – 25%

Makanan dengan komposisi karbohidrat sampai 70 – 75 % masih memberikan hasil yang

baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari

sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA, Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi

PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat } 25�

g/hari, diutamakan serat larut. Pasien diabetes dengan hipertensi perlu mengurangi konsumsi

garam. Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang tak bergizi yang

aman dan dapat diterima untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang sedang hamil

adalah : sakarin, aspartame, acesulfame potassium dan sucralose. Jumlah kalori disesuaikan

dengan pertumbuhan, status gizi, umur ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Untuk

penentuan status gizi,status gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Untuk

penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca. Indeks

massa tubuh dapat dihitung dengan rumus IMT = BB (kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT

- BB Kurang < 18,5

- BB Normal 18,5 – 22,9

- BB Lebih > 23,0

- Dengan risiko 23,0 – 24,9

- Obes I 25,0 – 29,9

- Obes II > 30

Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat dipakai rumus Broca, yaitu :

Berat Badan Idaman (BBI) = ( TB – 100) – 10%

Status gizi : BB aktual x 100%/TB(cm) – 100

- BB kurang bila BB < 90% BBI

- BB normal bila BB 90 – 110% BBI

- BB lebih bila BB 110 – 120% BBI

- Gemuk bila BB > 120% BBI

LATIHAN JASMANI

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama

kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe 2. Latihan

jasmani dapat menurunkan berat badan (jalan, bersepeda santai, jogging, berenang). Latihan

jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Perlu dibatasi atau

jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak (menonton televisi).

INTERVENSI FARMAKOLOGIS

Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani.

OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :

a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue ) : sulfniturea dan glinid

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion

c. Penghambat absorbs glukosa : penghambat glukosidase alfa

a. Pemicu Sekresi Insulin

1. Sulfonilrea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta

pancreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,

namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari

hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal

dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskuler tidak dianjurkan penggunaan

sulfoniluria kerja panjang seperti klorpamid.

2. Glinid

Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfoniluria, dengan

meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah

pemberian secara oral dan dieksresinsecara cepat melalui hati.

b. Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin

1. Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati, disamping juga

memperbaiki ambilan glukosa perifer, dan terutama dipakai pada pasien DM gemuk.

2. Tiazolidindion

Tiazolidindion (contoh : rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada peroxisome proliferator

activated receptor gamma (PPARý), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini

mempunyai efek menurunnkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor

glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion

dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I – IV karena dapat memperberat

edema/resistensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.

c. Penghambat Glukosaidase Alfa ( Acarbose )

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbs glukosa di usus halus, sehingga mempunyai

efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak mengakibatkan efek

samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan

flatulen.

INSULIN

Insulin adalah hormone alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin dibutuhkan

oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula darah), dari glukosa,

sel membuat energy yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien diabetes mellitus

(kencing manis) tidak memiliki kemampuan untukmengambil dan menggunakan gula darah,

sehingga kadar gula darah meningkat. Pada diabetes tipe I, pancreas tidak dapat

memporduksi insulin. Sehingga pemberian insulin diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien

memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak meerespon insulin dengan normal. Namun

demikian, insulin juga digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap

insulin. Dengan peningkatan pengambilan glukosa oleh sel dan menurunnya kadar gula

darah, akan mencegah dan mengurangi komplikasi lebih lanjut dari diabetes, seperti

kerusakan pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Insulin diberikan dengan cara disuntikan

di bawah kulit (subkutan). Jaringan subkutan perut adalah yang terbaik karena penyerapan

insulin lebih konsisten disbanding tempat lainnya. Terdapat banyak bentuk insulin. Insulin

dikasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa lama insulin

bekerja.

Tipe insulin terdiri dari :

1. Aksi cepat (rapid acting)

2. Aksi pendek short acting)

3. Aksi menengah (intermediate acting)

4. Aksi lama (long-acting)

5. Campuran (Pre-mixed)

Pemilihan tipe insulin tergantung pada beberapa factor, yaitu :

1. Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke dalam tubuh dan

tetap aktif di dalam tubuh sangat bervariasi dari setiap individu)

2. Pilihan gaya hidup seperti : jenis makanan, berapa banyak konsumsi alcohol, berapa sering

berolah raga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk merespon insulin.

3. Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.

4. Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.

5. Usia

6. Target pengaturan gula darah.

Pada table didiskripsikan berbagai insulin dan cara kerjanya dalam tubuh. Sebagai

keterangan, insulin injeksi dengan data; onset (lamanya waktu yang dibutuhkan untuk insulin

mencapai darah dan mulai menurunkan kadar gula darah, peak (periode waktu dimana

insulin paling efektif menurunkan gula darah) dan duration (berapa lama insulin terus

menurunkan kadar gula darah). Ketiga factor ini mungkin bervariasi, tergantung respon tubuh

seseorang. Kolom terakhir menjelaskan bagaimana hubungan jenis insulin dengan waktu

makan.

Produk ini biasanya digunakan dua kali sehari sebelum makan. Premixed insulin adalah

kombinasi dengan proporsi yang spesifik insulin intermediate-acting dan insulin short-acting

insulin di satu botol atau insulin pen.

Jangka waktu antara memakai insulin dan makan mungkin bervariasi tergantung pada jenis

insulin yang digunakan. Pada table di atas, data onset adalah informasi yang berguna kapan

insulin bekerja di dalam tubuh bersamaan dengan waktu makan. Penentuan aktu ini

membantu mencegah kadar gula darah terlalu rendah.

E. Manfaat Insulin bagi penderita Diabetes

Masih terdapatnya beberapa kendala penggunaan insulin sering menyebabkan keterlambatan

kendali glukosa darah yang baik bagi pasien Diabetes mellitus. Menurut Gklinis (2004),

Pasien DM Tipe 2 (DMT2) yang memiliki control glukosa darah yang tidak

baik dengan penggunaan obat antidiabetik oral perlu dipertimbangkan untuk penambahan

insulin sebagai terapi kombinasi dengan obat oral atau insulin tunggal. Insulin yang diberikan

lebih dini dan dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan

dengan masalah glukotoksisitas. Hal tersebut diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta

pancreas. Insulin juga memiliki efek lain yang menguntungkan dalam kaitannya dengan

komplikasi DM. Terapi insulin dapat mencegah kerusakan endotel, menekan proses

inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis, dan memperbaiki profil lipid. Dengan demikian,

secara ringkas dapat dikatakan bahwa luaran klinis pasien yang diberikan terapi insulin akan

lebih baik. Insulin, terutama insulin analog, merupakan jenis yang baik karena memiliki

profil sekresi yang sangat mendekati pola sekresi insulin normal atau fisiologis.

Pada awalnya, terapi insulin hanya ditujukan bagi pasien diabetes mellitus tipe 1 (DMT1),

namun demikian pada kenyataannya, insulin lebih banyak digunakan oleh pasien DMT2

karena prevalensi DMT2 jauh lebih banyak dibandingkan DMT1. Terapi insulin pada DMT2

dapat dimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan terapi oral, kendali kadar glukosa

darah yang buruk (A1c > 7,5 % atau kadar glukosa darah puasa > 250 mg/dl), riwayat

pankreatektomi atau disfungsi pancreas, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah yang lebar,

riwayat ketoasidodis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5 tahun dan penyandang DM

lebih dari 10 tahun.

Pada pasien DMT1, pemberian insulin yang dianjurkan adalah injeksi harian multiple dengan

tujuan mencapai kendali kadar gluksa darah yang baik. Selain itu, pemberian dapat juga

dilakukan dengan menggunakan pompa insulin (continous subcutaneous insulin infusion,

CSII). Ada beberapa cara untuk memulai dan menyesuaikan dosis terapi insulin untuk pasien

DMT2.

Salah satu cara yang paling mutakhir dan dapat dipakai sebagai acuan adalah hasil Konsensus

PERKENI 2006 dan Konsensus ADA-EASD tahun 2006. Sebagai pegangan, jika kadar

glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, Hb (A1C>7,5%) dalam jangka waktu 3 bulan

dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat

antidiabetik oral dan insulin. Pada keadaan tertentu dimana kendali glikemik amat buruk dan

disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa > 250mg/dl, kadar glukosa

darah acak menetap > 300mg/dl, Hb A1C > 10 %, atau ditemukan ketonuria, maka terapi

insulin dapat mulai diberikan bersamaan dengan intervensi pola hidup. Selain itu, terapi

insulin juga dapat langsung diberikan pada pasien DM yang memiliki gejala nyata (poliuri,

polifagia pan penurunan berat badan). Kondisi-kondisi tersebut sering ditemukan pada pasien

DMT1 atau DMT2dengan defisiensi insulin yang berat. Apabila gejala hilang, obat

antidiabetik oral dapat ditambahkan dan penggunaan insulin dapat dihentikan. Seperti telah

diketahui, pada pasien DM terjadi gangguan sekresi insulin basal dan prandial untuk

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal baik pada keadaan puasa maupun

setelah makan. Dengan demikan bahwa hakikat pengobatan DM adalah menurunkan kadar

glukosa darah baik puasa maupun setelah makan.

Dalam rangka mencapai sasaran pengobatan yang baik, maka diperlukan insulin dengan

karakteristik menyerupai orang sehat, yaitu kadar insulin yang yang sesuai dengan kebutuhan

basal dan prandial. Pemberian insulin basal, selain insulin prandial, merupakan salah satu

strategi pengobatan untuk memperbaiki kadar glukosa darah puasa atau sebelum makan. Oleh

karena glukosa darah setelah makan merupakan keadaan yang dipengaruhi oleh kadar

glukosa darah puasa, maka diharapkan dengan menurunkan kadar glukosa darah basal, kadar

glukosa darah setelah makan juga ikut turun. Cara pemberian insulin basal dapat dilakukan

dengan pemberian insulin kerja cepat drip intravena (hanya dilakukan pada pasien rawat

inap), atau dengan pemberian insulin kerja panjang secara subkutan.

Idealnya, sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk

kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan.

Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat bervariasi sesuai dengan kenyamanan

penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis. Walaupun banyak cara yang

dapat dianjurkan, namun prinsip dasarnya adalah sama ; yaitu insulin prandial

dikombinasikan dengan insulin basal dalam usaha untuk menirukan sekresi insulin fisiologis.

F. Cara Lain Mencegah dan Mengobati Diabetes

DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu dengan

mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan

konsumsi sayuran, buah dan serat, membatai makana yang tinggi karbohidrat, protein dan

lemak, mempertahankan BB yang normal sesuai dengan umur dan tinggi badan (TB) serta

Olah Raga (OR) teratur sesuaiumur dan kemampuan. Tujuan pengobatan penderita DM

ialah : Untuk mengurangi gejala, menurunkan BB dagi yang kegemukan dan mencegah

terjadinya komplikasi (GKlinis, 2004). Di bawah ini adalah cara lain untuk mengobati

Diabetes Mellitus, diantaranya adalah :

1. Diet : Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai dengan yang

dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretic atau insulin, harus mentaati diet terus

menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur. Ketaatan ini

sangat diperlukan juga pada saat : undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan

aktivitas lain.

2. Obat-obatan, tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun therapy diet tidak boleh

dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai/suntikan insulin.

3. Olah Raga : dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik,

sehingga insulin yang ada walaupun relative kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif.

Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama ½-1 jam perhari

minimal 3 kali/minggu.

Jenis insulin waktu Aturan pengaturan gula darah

Rapid –Acting Onset 15-30 menit Peak 30-90 menit Duration 1-5 jam

Digunakan bersamaan makan. Jenis ini digunakan bersamaan dengan jenis insulin longer-acting.

Short Acting Onset ½-1 jam Peak 2-5 jam Duration 2-8 jam

Digunakan untuk mencukupi insulin setelah makan 30-60 menit.

Intermediate-Acting Onset 1-2 ½ jam Peak 3-12 jam Duration 18-24 jam

Digunakan untuk mencukupi insulin selama setengah hari atau sepanjang malam. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.

Long-Acting Onset ½-3 jam Peak 6-20 jam Duration 20-36 jam

Digunakan untuk mencukupi insulin seharian. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.

Pre-Mixed* Onset 10-30 menit Peak ½ -12 jam Duration 14-24 jam lebih

Produk ini biasanya digunakan dua kali sehari sebelum makan. Premixed insulin adalah kombinasi dengan proporsi yang spesifik insulin intermediate-acting dan insulin short-acting insulin di satu botol atau insulin pen.