definisi dan masalah etik keperawatan
TRANSCRIPT
KASUS 2 RESPIRASI
AKU MALU DENGAN PENYAKITKU
Nama saya Korun, usia 40 tahun mengalami batuk-batuk berdahak selama lebih
dari 3 minggu, batuk yang dialami kadang-kadang bercampur darah, gejala ini diikuti dengan
sesak nafas, badan terasa lemas, berkeringat di malam hari, meriang terus menerus, dan nafsu
makan menurun bahkan dalam 2 minggu terakhir ini berat badan ku turun sebanyak 2 kg. Aku
memeriksakan kesehatan ke puskesmas cimeong dan diharuskan menjalani pemeriksaan dahak,
rontgen dada, dan mantoux test. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, aku mendapatkan obat
dengan kombinasi obat yang tidak aku mengerti yaitu 2HRZE dari dokter yang memeriksaku.
Setelah sakit aku merasa beberapa tetangga menjauhiku sehingga saat ini aku
lebih banyak diam di rumah karena malu akan penyakitku. Aku juga takut penyakit inimenular
pada anggota keluargaku yang lain terlebih lagi ada keponakanku yang masih berusia 2 tahun.
Sebenarnya aku malas untuk minum obat setiap hari, perutku selalu mual dan aku makin tidak
nafsu makan, urin ku pun menjadi kemerahan. Tapi aku merasa istriku sangat memperhatikan
kesehatanku, setiap hari selalu mengingatkan dan membujukku untuk makan dan minum obat,
aku makin sayang padanya.
Definisi Tuberkulosis Paru
Semenjak tahun 2000, Tuberkulosis merupakan penyakit yang dinyatakan sebagai
remerging disease oleh WHO, karena angka kejadian TB yang telah menurun pada tahun 90an
kembali meningkat. Walaupun begitu, angka kejadian TB di Indonesia-lah yang tidak pernah
menurun. Laporan internasional menyatakan bahwa Indonesia merupakan penyumbang kasus TB
terbesar setelah Cina dan India. (Arif Muttaqin, 2008)
Berikut beberapa definisi mengenai Tuberkulosis Paru menurut beberapa ahli :
Tuberkulosis Paaru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit
ini bersifak menahun (kronik) dan dapat menular dari penderita kepada orang lain. (Santa
Manurung dkk., 2009)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. (Sylvia A. Price, 1995)
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-
paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian
tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Tuberkulosis pada manusia
ditemukan dalam dua bentuk yaitu :
a. Tuberculosis primer : terjadi pada infeksi yang pertama kali
b. Tuberculosis sekunder : kuman yang dorman pada tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi
karena adanya penurunan imunitas, misalnya karena malnutrisi, penggunaan alcohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal. (Irman Somantri, 2009)
Sumber :
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : Salemba Medika
Manurung, Santa dkk. 2009. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : Fo Medika
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sistem Pernapasan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Masalah Etik Keperawatan
Hasil diskusi reporting kami mengenai kasus TB Paru ini menyimpulkan bahwa
ada empat etik keperawatan yang menjadi masalah karena adanya pertentangan dari tiap etiknya
tersebut. Empat etik yang menjadi masalah etik bagi kasus ini adalah :
1. Asas Kejujuran (Veracity)
Dokter dan perawat hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas apa yang akan
dilakukan, serta akibat yang dapat terjadi. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai
dengan tingkat pendidikan klien.
Asas kejujuran ini menjadi masalah karena pada kasus ini penyakit yang di derita
klien bukanlah penyakit biasa yang akan mudah diterima keberadaannya oleh klien.
Kemungkinan terburuk yang akan terjadi apabila perawat mengatakan yang sejujurnya
kepada klien mengenai penyakitnya adalah timbulnya perasaan cemas dan stress yang
berlebih dari klien sehingga membahayakan kehidupan klien. Walaupun begitu, perawat
harus berkata jujur pada klien mengenai penyakit TB Paru yang di deritanya.
2. Asas Manfaat (Beneficence)
Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat untuk menolong klien. Untuk
itu, dokter dan perawat harus menyadari bahwa tindakan atau pengobatan yang akan
dilakukan benar-benar bermanfaat bagi kesehatan dan kesembuhan klien. Kesehatan klien
senantiasa harus diutamakan oleh perawat. Risiko yang mungkin timbul dikurangi sampai
seminimal mungkin dan memaksimalkan manfaat bagi klien.
Dalam kasus ini perawat dihadapkan pada pertentangan antar etik keperawatan.
Asas Manfaat (Beneficence) ini menjadi bertentangan dengan Asas Kejujuran (Veracity).
Perawat harus bertindak jujur sesuai dengan asas kejujuran tetapi perawat tidak boleh
bertindak yang dapat membahayakan nyawa pasien.
3. Asas Tidak Merugikan (Non-malficence)
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip Primun Non Nocere
(yang paling utama, jangan merugikan). Risiko fisik, psikologis, maupun sosial akibat
tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal mungkin.
Hal yang paling utama bagi perawat adalah merawat kliennya hingga klien
mampu memenuhi KDM nya sendiri. Maka tindakan yang sesuai dengan Asas Kejujuran
bertentangan dengan Asas Tidak Merugikan ini. Karena, dengan menginformasikan klien
dengan informasi penyakitnya akan beresiko terhadap psikologis klien. Jika psikologis
klien terganggu, maka akan beresiko pula terhadap kesehatan dan sosial pada diri klien.
4. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seeorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Perawat memiliki komitmen kepada klien untuk tidak berbohong atau
menegakkan Asas Kejujuran pada klien. Namun tidak hanya asas tersebut saja yang harus
ditegakkan, Asas Manfaat (Beneficence), Asas Tidak Merugikan (Mal-ficence) dan
Fidelity pun harus ditegakkan pada diri perawat kepada klien.
Sumber :
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika