debu & kebauan

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bau yang tidak enak dan tidak diinginkan oleh manusia/masyarakat saat ini menjadi isu pencemaran lingkungan yang penting. Perhatian terhadap bau yang berasal dari pencemaran lingkungan semakin menjadi perhatian karena semakin banyaknya industri yang menghasilkan limbah yang berbau sementara masyarakat semakin menuntut lingkungan yang bersih dan sehat. Oleh karena itu masalah bau me njadi masalah yang harus diselesaikan untuk menjaga kualitas lingkungan. Namun yang menjadi permasalahan adalah instrument yang digunakan untuk mendeteksi emisi bau yang sederhana dan murah belum ada. Deteksi bau ini menjadi aspek yang penting berkaitan dengan baku mutu lingkungan,karena hasil deteksi iniakan dapat digunakan sebagai bukti bahwa ada senyawa bau yang terlepas ke lingkungan Akibat dari aktifitas manusia, udara disekitar seringkali menurun kualitasnya.Apabila udara mengalami penambahan gas-gas yang menimbulkan gangguan bau,maka dikatakan udara tersebut mengalami polusi bau. Bau adalah suatu rangsangandari zat yang diterima oleh indra penciuman. Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatanmanusia dan kenyamanan lingkungan. Sumber bau disebut zat odoran, yaitu zat(dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai senyawa) yang dapatmenimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu. Zat odoran tunggal misalnya,ammonia (NH3) biasanya pada proses industry, menyebabkan bau yang tidak sedap/menyengat dan menyebabkan penyakit pada system pernafasan, hydrogen sulfide(H2S) pada kawah gunung yang masih aktif, menimbulkan bau yang tidak sedapdan marusak indra penciuman dan metil sulfide. Adapun sumber zat odorancampuran misalnya TPA/TPS yang menghasilkan bau sampah. (Indah,S. 2001)Dalam upaya mengendalikan pencemaran bau, pemerintah menetapkan bakumutu tingkat kebauan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal baudalam udara yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan manusia dankenyamanan lingkungan. Baku mutu tingkat

Upload: awaluddin-inaku

Post on 27-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PELAJARI

TRANSCRIPT

Page 1: Debu & Kebauan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bau yang tidak enak dan tidak diinginkan oleh manusia/masyarakat saat ini menjadi isu pencemaran lingkungan yang penting. Perhatian terhadap bau yang berasal dari pencemaran lingkungan semakin menjadi perhatian karena semakin banyaknya industri yang menghasilkan limbah yang berbau sementara masyarakat semakin menuntut lingkungan yang bersih dan sehat. Oleh karena itu masalah bau me njadi masalah yang harus diselesaikan untuk menjaga kualitas lingkungan. Namun yang menjadi permasalahan adalah instrument yang digunakan untuk mendeteksi emisi bau yang sederhana dan murah belum ada. Deteksi bau ini menjadi aspek yang penting berkaitan dengan baku mutu lingkungan,karena hasil deteksi iniakan dapat digunakan sebagai bukti bahwa ada senyawa bau yang terlepas ke lingkungan

Akibat dari aktifitas manusia, udara disekitar seringkali menurun kualitasnya.Apabila udara mengalami penambahan gas-gas yang menimbulkan gangguan bau,maka dikatakan udara tersebut mengalami polusi bau. Bau adalah suatu rangsangandari zat yang diterima oleh indra penciuman. Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatanmanusia dan kenyamanan lingkungan. Sumber bau disebut zat odoran, yaitu zat(dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai senyawa) yang dapatmenimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu. Zat odoran tunggal misalnya,ammonia (NH3) biasanya pada proses industry, menyebabkan bau yang tidak sedap/menyengat dan menyebabkan penyakit pada system pernafasan, hydrogen sulfide(H2S) pada kawah gunung yang masih aktif, menimbulkan bau yang tidak sedapdan marusak indra penciuman dan metil sulfide. Adapun sumber zat odorancampuran misalnya TPA/TPS yang menghasilkan bau sampah. (Indah,S. 2001)Dalam upaya mengendalikan pencemaran bau, pemerintah menetapkan bakumutu tingkat kebauan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal baudalam udara yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan manusia dankenyamanan lingkungan. Baku mutu tingkat kebauan zat odoran tunggal menurutKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 19961.2 TUJUAN

1.3 MANFAAT

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Pencemar

2.1.1 Debu

Pengertian Debu

Sifat Debu

Page 2: Debu & Kebauan

2.2.3. Jenis Debu Menurut Mengkidi (2006), partikel debu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu debu organik dan debu anorganik. Tabel 2.2. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Penyakit Paru Pada Manusia NO Jenis Debu Contoh Jenis Debu 1 Organik a. Alamiah 1). Fosil Batubara, karbon hitam, arang, granit 2). Bakteri TBC, antraks, enzim bacillus subtilits 3). Jamur Koksidiomikosis, histoplasmosis,

kriptokokus thermophilic actinomycosis

4). Virus Psikatosis, cacar air, Q fever 5). Sayuran Kompos jamur, ampas tebu, tepung, padi,

gabus, atap alang-alang, katun rami, serat nanas

6). Binatang Kotoran burung, ayam b. Sintesis 1). Plastik Politetrafluoretilen, toluene diisosianat 2). Reagen Minyak isopropyl, pelarut organik

2 Anorganik a. Silika bebas 1). Crystaline Quarz, trymite cristobalite 2). Amorphous Diatomaceous earth, silika gel 1). Fibosis Asbestosis, sillinamite, talk 2). Lain-lain Mika, kaolin, debu semen c. Metal 1). Inert Besi, barium, titanium, tin, aluminium, seng 2). Lain-lain Berilium 3). Bersifat keganasan Arsen, kobalt, nikel, hematite, uranium,

asbes, khrom Sumber: Mengkidi, 2006 2.2.4. Sumber- Sumber Debu 2.2 Media Pencemaran

2.2.1 Media Pencemaran Debu

2.2.2 Media Pencemaran Kebauan

2.3 Acuan Nilai Standar

2.3.1 Acuan Nilai Standar Bau

2.4 Mekanisme Pemajanan

2.4.1 Mekanisme Pemajanan Debu

3 Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk –batuk atau4 spasme laring (penghentian bernafas). Kalau zat – zat ini menembus kedalam paru –5 paru, dapat terjadi bronkhitis toksik, edema paru – paru atau pneumonitis. Para

Page 3: Debu & Kebauan

6 pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan7 meningkatan sekresi mukus, suatu mekanisme yang khas pada bronkhitis dan juga8 terlihat pada perokok tembakau.

Partikel – pertikel debu dan aerosol yang berdiameter lebih dari 15 mtersaring keluar pada saluran nafas bagian atas. Partikel 5 – 15 m tertangkap padamukosa saluran yang lebih rendah dan kembali disapu ke laring oleh kerjamukosiliar, selanjutnya ditelan. Bila partikel ini mengatasi saluran nafas ataumelepaskan zat – zat yang merangsang respon imun dapat timbul penyakit9 pernafasan seperti bronkhitis.

Partikel – partikel berukuran 0,5 dan 5 m (debu yang ikut denganpernafasan) dapat melewati sistem pembersihan mukosiliar dan masuk ke salurannafas terminal serta alveoli. Dari sana debu ini akan dikumpulkan oleh sel – selscavenger (makrofag) dan dihantarkan pulang kembali ke system mukosiliar atau kesystem limfatik. Partikel berdiameter kurang dari 0,5 m mungkin akanmengambang dalam udara dan tidak diretensi. Partikel – partikel panjang dan seratyang diameternya dari 3 m dengan panjang sampai 100 m dapat mencapaisaluran nafas terminal, namun tidak dibersihkan oleh makrofag ; akan tetapipartikel ini mukin pula ditelan lebih dari satu makrofag dan dibungkus dengan bahan10 protein kaya besi sehingga terbentuk badan – badan besar “asbes” yang khas.

11 a) Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositesis12 b) Partikel – partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian13 makrofag yang menelannya sehingga terhambat pembersihan dan merangsang14 reaksi jaringan.15 c) Partikel – partikel organik yang merangsang respons imun.16 d) Kelebihan beban system akibat terus – menerus terhadap debu respirasi17 berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran nafas terminal.

18 Stimulasi saluran nafas yang berulang (bahkan mugkin juga oleh partikel -19 partikel inert). Menyebabkan penebalan dinding bronkus, meningkatan sekresi20 mukus, merendahkan hiperaktivitas bronkus dan batuk meningkatkan kerentanan21 terhadap infeksi pernafasan dan gejala – gajala asmatik.22 Debu – debu organik (dan beberapa zat kimia seperti isosianat dan platinum)23 dapat merangsang suatu respons imun dengan penyempitan saluran nafas yang24 reversibel (segera atau tertunda), namun kadang – kadang menyebabkan25 penyempitan menetap pada individu yang rentan.

Daerah perifer paru – paru terutama dirusak oleh debu fibrogenik Umumnyapartikel fibrogenik yang masuk paru – paru dibersihkan sebagian dan diendapkanpada kelenjar – kelenjar limfe hilus. Disana partikel – partikel tersebut merangsangreaksi jaringan, penebalan dan pembentukan jaringan parut pada kelenjar - kelenjartersebut. Drainase limfatik tersumbat, sehingga partikel – partikel pada paparanlebih lanjut akan menumpuk di dekat kelenjar – kelenjar yang berparut tersebut ,dan secara progressif memperbesar daerah parut. Trombosis vaskular pada systemlimfatik perivaskular dan nekrosis paru berakibat fibrosis progresif septa dankekakuan paru-paru. Pembentukan jaringan parut dengan berbagai cara inimengakibatkan pengerutan paru – paru yang tersisa, ventilasi tidak merata dan tipe26 empisema tertentu.

27

27.2.1 Mekanisme Pemajanan Kebauan

27.3 Dosis Pemajanan

27.3.1 Dosis Pemajanan Debu

27.3.2 Dosis Pemajanan Kebauan

27.4 Mekanisme dalam tubuh sehingga menyebabkan Gangguan Kesehatan

Page 4: Debu & Kebauan

27.4.1 Mekanisme Intoksikasi Debu dalam Tubuh

27.4.2 Mekanisme Intoksikasi Kebauan dalam Tubuh

27.5 Upaya Penanggulangan

27.5.1 Upaya Penanggulangan Debu

Pengendalian debu dapat berdasarkan empat simpul yaitu:

1.    Simpul I

Yaitu pencegahan terhadap sumbernya antara lain:

      Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu diruang kerja dengan ‘Local

Exhauster’ atau dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap.

      Substitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu.

2.    Simpul II

Yaitu pencegahan dilakukan terhadap media Transmisi dan udara ambient,

Memakai metode basah yaitu,penyiraman lantai dan pengeboran basah (Wet

Drilling).Dengan alat berupa Scrubber,Elektropresipitator,dan Ventilasi Umum.

Penanaman pohon atau reboisasi.

3.    Simpul III

Yaitu Pencegahan Terhadap Tenaga Kerja yang terpapar

Antara lain dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker.

4.    Simpul IV

Yaitu pencagahan terhadap penderita atau orang sakit akibat terpapar partikel debu

antara lain melalui pemeriksaan dan pengobatan serta rehabilitasi terhadap korban

atau orang sakit.

Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dan radiologi

untuk mengetahui kelainan akibat debu. Rehabilitasi dilakukan terhadap korban

yang mengalami cacat organ akibat terpapar partikel debu dalam jangka waktu

lama.

27.5.2 Upaya Penanggulangan Kebauan

BAB III

PENUTUP

Page 5: Debu & Kebauan

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN